Upload
nismar09
View
235
Download
10
Embed Size (px)
DESCRIPTION
teknik kimia
Citation preview
TUGAS PRODUKSI BERSIH
PERATUTAN TENTANG CLEANER PRODUCTION
Dosen Pebimbing :
Mukhtar Ghozali, Ir., MSc
Oleh
Nama : Nisa Mardiyah
Nim : 131424018
Kelas : 3A – TKPB
PROGRAM STUDI DIPLOMA IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH
JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015
UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pada tanggal 3 Oktober 2009, Presiden SBY telah mengesahkan UU Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagai pengganti UU
Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Undang-undang tersebut
terdiri dari 17 bab dan 127 pasal.
Yang dimaksud perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam undang-
undang tersebut meliputi:
1. Aspek Perencanaan yang dilakukan melalui inventarisasi lingkungan hidup,
penetapan wilayah ekoregion dan penyusunan RPPLH (Rencana Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup).
2. Aspek Pemanfaatan Sumber daya Alama yang dilakukan berdasarkan RPPLH. Tetapi
dalam undang-undang ini telah diatur bahwa jika suatu daerah belum menyusun
RPPLH maka pemanfaatan sumber daya alam dilaksanakan berdasarkan daya dukung
dan daya tampung lingkungan hidup.
3. Aspek pengendalian terhadap pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup
yang meliputi pencegahan, penanggulangan dan pemulihan.
4. Dimasukkan pengaturan beberapa instrumen pengendalian baru, antara lain: KLHS,
tata ruang, kriteria baku kerusakan lingkungan hidup, AMDAL, UKL-UPL, perizinan,
instrumen ekonomi lingkungan hidup, peraturan perundang-undangan berbasis
lingkungan hidup, anggaran berbasis lingkungan hidup, analisis resiko lingkungan
hidup, audit lingkungan hidup, dan instrumen lain sesuai dengan kebutuhan dan/atau
perkembangan ilmu pengetahuan.
5. Pemeliharaan lingkungan hidup yang dilakukan melalui upaya konservasi sumber
daya alam, pencadangan sumber daya alam, dan/atau pelestarian fungsi atmosfer.
6. Aspek pengawasan dan penegakan hukum, meliputi :
Pengaturan sanksi yang tegas (pidana dan perdata) bagi pelanggaran terhadap
baku mutu, pelanggar AMDAL (termasuk pejabat yang menebitkan izin tanpa
AMDAL atau UKL-UPL), pelanggaran dan penyebaran produk rekayasa
genetikan tanpa hak, pengelola limbah B3 tanpa izin, melakukan
dumping tanpa izin, memasukkan limbah ke NKRI tanpa izin, melakukan
pembakaran hutan,
Pengaturan tentang pajabat pengawas lingkungan hidup (PPLH) dan penyidik
pengawai negeri sipil (PPNS), dan menjadikannya sebagai jabatan fungsional.
Ada pasal-pasal yang mengatur sanksi pidana dan perdata yang mengancam
setiap pelanggaran peraturan di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup, baik kepada perseorangan, korporasi, maupun pejabat.
Sebagai contoh, pelanggaran terhadap baku mutu dipidana dengan pidana
penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun dan
denda paling sedikit Rp3.000.000.000,00 (tiga milyar rupiah) dan paling
banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah).
Pengetahuan Lingkungan “ISO 14000”
1. Evolusi Manajemen Lingkungan
Perkembangan standar manajemen lingkungan seiring dengan perumusan Standar
Internasional ISO seri 14000 untuk bidang manajemen lingkungan sejak 1993, maka
Indonesia sebagai salah satu negara yang aktif mengikuti perkembangan ISO seri 14000 telah
melakukan antisipasi terhadap diberlakukannya standar tersebut. Dalam mengantisipasi
diberlakukannya standar ISO seri 14000, Indonesia sudah aktif memberikan tanggapan
terhadap draf standar ISO sebelum ditetapkan menjadi Standar Internasional.
Hal ini dilakukan dengan pembentukan Kelompok Kerja Nasional ISO 14000 oleh
Bapedal pada tahun 1995 untuk membahas draf standar ISO tersebut sejak tahun 1995.
Anggota Kelompok Kerja tersebut berasal dari berbagai kalangan, baik Pemerintah, Swasta,
Lembaga Swadaya Masyarakat, maupun pakar pengelolaan lingkungan. Kementerian
lingkungan hidup (Bapedal pada waktu itu) dan Badan Standardisasi Nasional (BSN)
bekerjasama dengan Kelompok kerja nasional ISO 14000 dan berbagai stakeholders sejak
tahun 1995 mengkaji, menyebarkan informasi, dan melakukan serangkaian kegiatan
penelitian dan pengembangan penerapan Sistem Manajemen Lingkungan.
Berdasarkan hasil pembahasan dengan “stakeholders” di Indonesia, Kementerian
Lingkungan Hidup menyadari potensi penerapan Sistem Manajemen Lingkungan bagi
peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan, peningkatan peran aktif pihak swasta dan
promosi penerapan perangkat pengelolaan lingkungan secara proaktif dan sukarela di
Indonesia.
2. Perkembangan Standar Manajemen Lingkungan
Tahun 1996-1998, serangkaian seminar, lokakarya, penelitian dan proyek percontohan
Sistem Manajemen Lingkungan telah diprakarsai oleh Kementerian Lingkungan Hidup,
bekerjasama dengan BSN dan berbagai pihak. Dengan perannya sebagai fasilitator dalam
pengembangan ISO 14000 di Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup menyediakan media
bagi semua pihak yang berkepentingan untuk aktif dalam program pengembangan standar
ISO 14000, yaitu melalui Kelompok Kerja Nasional ISO 14000 (Pokjanas ISO 14000).
Kelompok kerja tersebut sampai saat ini masih aktif dalam melaksanakan diskusi-
diskusi membahas penerapan standar ISO 14000. Sekretariat Pokjanas ISO 14000 tersebut
difasilitasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Asisten Deputi Urusan Standarisasi dan
Teknologi. Untuk menfasilitasi penerapan standar ISO 14000 di Indonesia dan
mempermudah penerapan dilapangan serta untuk menyamakan persepsi mengenai
pelaksanaannya, maka Kementerian Lingkungan Hidup bekerjasama dengan BSN telah
melakukan adopsi terhadap beberapa Standar Internasional ISO 14000 menjadi Standar
Nasional Indonesia (SNI). Standar yang telah diadopsi tersebut diantaranya:
1. Sistem Manajemen Lingkungan-Spesifikasi dengan Panduan Penggunaan (SNI 19-14001-
1997)
2. Sistem Manajemen Lingkungan-Pedoman Umum Prinsip Sistem dan Teknik Pendukung
(SNI19-14004-1997)
3. Pedoman Audit Lingkungan-Prinsip Umum (SNI 19-1410-1997)
4. Pedoman Untuk Pengauditan Lingkungan – Prosedur Audit – Pengauditan Sistem
Manajemen Lingkungan (SNI 19-14011-1997)
5. Pedoman Audit untuk Lingkungan – Kriteria Kualifikasi untuk Auditor Lingkungan (SNI 19-
14012-1997)
3. Gambaran Umum ISO 14000
ISO atau International Organization For Standartization yang berkedudukan di Jenewa Swiss
adalah badan federasi internasional dari badan-badan standarisasi yang ada di 90 negara. Persetujuan
internasional yang telah disepakati bersama merupakan hasil utama dari badan internasional
ini. ISO (International Standarisation Organisation) adalah organisasi non-pemerintah dan
bukan merupakan bagian dari PBB atau WTO (World Trade Organization) walaupun
Standar-standar yang dihasilkan merupakan rujukan bagi kedua organisasi tersebut. Anggota
ISO, terdiri dari 110 negara, tidak terdiri dari delegasi pemerintah tetapi tersusun dari institusi
standarisasi nasional sebanyak satu wakil organisasi untuk setiap negara.
ISO 14000 adalah standar sistem pengelolaan lingkungan yang dapat diterapkan pada
bisnis apa pun, terlepas dari ukuran, lokasi atau pendapatan. Tujuan dari standar adalah untuk
mengurangi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh bisnis dan untuk mengurangi polusi
dan limbah yang dihasilkan oleh bisnis. Versi terbaru ISO 14000 dirilis pada tahun 2004 oleh
Organisasi Internasional untuk Standarisasi (ISO) yang memiliki komite perwakilan dari
seluruh dunia. ISO-14000 memiliki beberapa seri, yaitu :
1. ISO 14001 : Sistem Manajemen Lingkungan
2. ISO 14010 – 14015 : Audit Lingkungan
3. ISO 14020 – 14024 : Label Lingkungan
4. ISO 14031 : Evaluasi Kinerja Lingkungan
5. ISO 14040 – 14044 : Assessment/Analisa Berkelanjutan
6. ISO 14060 : Aspek Lingkungan dari Produk
Tujuan utama dari serangkaian norma-norma ISO 14000 adalah untuk
mempromosikan pengelolaan lingkungan yang lebih efektif dan efisien dalam organisasi dan
untuk menyediakan tools yang berguna dan bermanfaat – misalnya penggunaan biaya yang
efektif, system-based, fleksibel dan sehingga mencerminkan organisasi yang baik. ISO 14000
menawarkan guidance untuk memperkenalkan dan mengadopsi sistem manajemen
lingkungan berdasar pada praktek-praktek terbaik, hampir sama di ISO 9000 pada sistem
manajemen mutu yang sekarang diterapkan secara luas. ISO 14000 ada untuk membantu
organisasi meminimalkan bagaimana operasi mereka berdampak negatif pada lingkungan.
Struktur ini mirip dengan ISO 9000 manajemen mutu dan keduanya dapat diimplementasikan
berdampingan. Agar suatu organisasi dapat dianugerahi sertifikat ISO 14001 mereka harus
diaudit secara eksternal oleh badan audit yang telah terakreditasi. Badan sertifikasi harus
diakreditasi oleh ANSI-ASQ, Badan Akreditasi Nasional di Amerika Serikat, atau Badan
Akreditasi Nasional di Irlandia.
4. ISO 14000 di Indonesia
Indonesia adalah salah satu negara yang menerapkan standar ISO 14000 dalam
pengelolaan lingkungan di dunia industri. Seperti yang disebutkan di atas bahwa negara
Indonesia telah menerapkan standar ISO dari tahun 1993. Hal ini terus dikembangkan oleh
Kementerian Lingkungan Hidup dan Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan Kelompok
Kerja Nasional ISO 14000. Berbagai program seminar dan penelitian mengenai ISO 14000
terus dikembangkan di Indonesia. Pada tahun 1996-1998, serangkaian seminar, lokakarya,
penelitian dan proyek percontohan Sistem Manajemen Lingkungan telah diprakarsai oleh
Kementerian Lingkungan Hidup, bekerjasama dengan BSN dan berbagai pihak. Rangkaian
kegiatan tersebut dimaksudkan untuk menjadi investasi awal bagi penerapan ISO 14001 di
Indonesia dalam menumbuhkan sisi “demand” maupun “supply” menuju mekanisme pasar
yang wajar.
Perusahaan perlu memiliki sistem pengelolaan lingkungan yang efisien and efektif.
Hal ini dikarenakan meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap kelestarian lingkungan,
semakin ketatnya peraturan-peraturan lingkungan dan tekanan dari pasar kepada perusahaan-
perusahaan mengenai komitmen terhadap lingkungan. Di dalam menguji keandalan sistem
para pemasoknya, perusahaan-perusahaan ini telah melakukan kajian atau audit lingkungan
untuk menilai kinerja lingkungannya (atau yang biasa disebut audit pihak kedua). Tetapi
untuk menyakinkan bahwa sistem perusahaan-perusahaan telah memenuhi dan secara terus
menerus dapat memenuhi persyaratan-persyaratan internasional ini maka banyak perusahaan
perlu melibatkan pihak independent sebagai penilai sistem mereka. Dari perspektif ini maka
muncullah badan-badan sertifikasi yang menjembatani antara kebutuhan calon konsumen
dengan para pemasok dalam masalah kinerja lingkungan.
Berdasarkan diskusi dengan berbagai pihak berkepentingan di Indonesia, kementrian
lingkungan hidup menyadari potensi penerapan standar ISO 14000 bagi peningkatan kualitas
pengelolaan lingkungan hidup Indonesia serta peningkatan peran serta dunia usaha untuk
secara pro-aktif mengelola lingkungan. Oleh karena itu, kementrian lingkungan hidup
mendorong dan memfasilitasi penerapan standar ISO 14000 di Indonesia. Berbagai seminar,
lokakarya, pelatihan tentang ISO 14000 telah dilaksanakan sejak tahun 1995, yang
dimaksudkan menjadi motor penggerak penerapan standar ISO 14000 di Indonesia. Seiring
dengan pertumbuhan populasi para praktisi dalam bidang tersebut serta dengan pendekatan
pemberdayaan pihak swasta yang kompeten, maka kementrian lingkungan hidup
mengharapkan agar peran motor penggerak penerapan standar ISO 14000 tersebut
dilanjutkan oleh pihak swasta. Hal ini konsisten dengan latar belakang pengembangan standar
ISO 14000 yang dimotori oleh dunia usaha dan didukung oleh para praktisi berpengalaman.
Terkait dengan komitmen memfasilitasi penerapan standar ISO 14000 tersebut,
kementrian lingkungan hidup pada saat ini mempunyai unit kerja Asisten Deputi Urusan
Standarisasi dan Teknologi. Fokus perhatian yang diberikan adalah efektifitas penerapan
sistem manajemen lingkungan, baik yang dengan sertifikasi ISO 14001 maupun yang tidak.
5. Manfaat ISO 14000
ISO 14000 menawarkan guidance untuk memperkenalkan dan mengadopsi sistem
manajemen lingkungan berdasarkan pada praktek – praktek terbaik, hampir sama di ISO
9000 pada sistem manajemen mutu yang sekarang diterapkan secara luas. ISO 14000 ada
untuk membantu organisasi meminimalkan bagaimana operasi mereka berdampak negatif
pada lingkungan. Sistem ini dapat diterapkan berdampingan dengan ISO 9000. Manfaat dari
ISO 14000 adalah :
Pengelolaan lingkungan yang lebih efektif dan efisien dalam organisasi
a. Untuk menyediakan tools yang berguna dan bermanfaat dan fleksibel sehingga
mencerminkan organisasi yang baik.
b. Dapat mengidanfikasi, memperkirakan dan mengatasi resiko lingkungan yang
mungkin timbul.
c. Dapat menekan biaya produksi dapat mengurangi kecelakan kerja, dapat memelihara
hubungan baik dengan masyarakat, pemerintah dan pihak – pihak yang peduli
terhadap lingkungan.
d. Memberi jaminan kepada konsumen mengenai komitmen pihak manajemen puncak
terhadap lingkungan.
e. Dapat meningkat citra perusahaan,meningkatkan kepercayaan konsumen dan
memperbesar pangsa pasar.
f. Menunjukan ketaatan perusahaan terhadap perundang – undangan yang berkaitan
dengan lingkungan.
g. Mempermudah memperoleh izin dan akses kredit bank.
h. Dapat meningkatakan motivasi para pekerja.