Upload
pandu-ali-fikri
View
9
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas
Citation preview
Mengidentifikasi Item dalam Analisis SWOT pada
Dinas kebudayaan dan Pariwisata
kota Surakarta
Alamat : Jl. Brigjen Slamet Riyadi No.275 Surakarta
Telepon : ( 0271 ) 711435
Fax : ( 0271 ) 716501
Homepage : pariwisatasolo.Surakarta.go.id
E-mail : [email protected]
"Solo, The Spirit of Java (Jiwanya Jawa)
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kota surakarta
Mengidentifikasi Item dalam Analisis SWOT pada
Dinas kebudayaan dan Pariwisata
kota Surakarta
Oleh :
Pandu Ali Fikri
11.212.038
Manajemen Kepariwisataan 6
Akademi Pariwisata Makassar
Sejarah Dinas Pariwisata kota Surakarta
Kota Surakarta merupakan daerah bekas kerajaan yang terdiri atas kerajaan
Kasunanan dan Mangkunegaran, sehingga banyak peninggalan sejarah dan objek-objek
wisata lain. Untuk melestarikan peninggalan sejarah dan objek-objek wisata lain, Pemda
dalam Rencanan Induk Kota (RUK) Masterplan 20 tahun Kodya Dati II Surakarta
ditetapkan Perda No.5 Tahun 1975 dan disahkan dengan keputusan Mendagri No
412/1997, Kota Surakarta diarahkan sebagai kota Budaya dan Pariwisata.
Dinas pariwisata kota Surakarta berdiri pada tahun 1974 berdasarkan Syrat
Keputusan Walikota Surakarta Nomor 108/ kep.1/3/1974 dengan nama Lembaga
Perkembangan Pariwisata kota Surakarta (LPPS), yang berstatus semi pemerintah.
Pendirian lembaga ini dimaksudkan untuk pengolahan dan peningkatan
kepariwisataan kota Surakarta, mengingat kota Surakarta merupakan salah satu kota
yang memiliki banyak peninggalan sejarah, nilai budaya, dan obyek wisat. Lembaga
ini bertanggung jawab kepada walikota Surakarta dengan fungsinya yaitu, memberi
saran atatu membantu walikotamadya dalam hal tersebut di bawah ini :
1. Membina, mengambangkan, dan mEngarahkan potensi kepariwisataan di kota
Surakarta
2. Mengkoordinasi badan-badan swasta dalam hak kepariwisataan
3. Mengadakan hubungan kerjasama sebaik-baiknya dengan pemerintah daan swasta
yang bersifat nasional maupun internasional.
Mengingat pentingnya lembaga ini, maka untuk menyempurnakan keberadaan
lembaga ini dikeluarkan Surat Keputusan Walikotamadya Surakarta Nomor 439/Kep
I/Kp.76 pada tanggal 31 Maret 1976 tentang struktur organisasi dan tata kerja Dinas
Pariwisata Seni dan Budaya kota Surakarta. Dengan keluarnya surat keputusan ini
maka, secara resmi LPPS berubah namanya menjadi Dinas Pariwisata kota Surakarta,
dan statusnya adalah organisasi pemerintah.
Dalam rangka meningkatkan kepariwisataann di daerah, pemerintah pusat
mengeluarkan peratu an pemerintah nomor 24 tahun1979 tentang pnyerahan sebagai
urusan pemerintah dalam bidang kepariwisataan kepada Daerah Tingkat II. Dengan
dikeluarkannya paraturan pemerintah ini, maka secara otomatis pemerintah kota
Surakarta mempunyai wewenang yang lebih luas mengenai masalah kepariwisataan.
Dengan munculnya peraturan pemerintah tersebut, secara otomatis menjadi perubahan
dalam penyusunan organisasi dan tata kerja Dinas Pariwisata kota Surakarta. Untuk
menanggapi hal tersebut, maka walikota Surakarta mengeluarkan Surat keputusan
Nomor 061.7/129/1980 pada tanggal 30 September 1980 tentang Susunan Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Pariwisata Kota Surakarta.
Keberadaan Dinas Pariwisata Surakarta semakin kuat posisinya setelah
Gubernur kepala daerah Tingkat I Jawa Tengah mengeluarkan Surat Keputusan
Nomor 556/13309 pada tanggal 9 Juli tahun 1982 tentang Pembentukan dinas
pariwisata untuk daerah kabupaten/kotamadya di Jawa Tengah. Peraturan Pemerintah
Dati I Jawa Tengah mengenai kepariwisataan daerah Tingkat II Surakarta.
Implementasi Peraturan pemerintah Dati I Jawa Tengah mengenai
kepariwisataan Daerah Tingkat II Surakarta, secara resmi penyerahan dilaksanakan
pada tanggal 17 September 1986 di muka siding pleno C/10 DPRD kota madya
Daerah tingkat II Surakarta.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka Dinas kota Surakarta berusaha
mengusahakan tugas dan fungsinya di bidang kepariwisataan. Kemudian berdasarkan
peraturan daerah kota Surakarta nomor 6 tahun 2001 tentang Susunan Organisasi dan
Tata kerja Perangkat daerah kota Surakarta, dan Dinas Pariwisata Seni dan Budaya
kota Surakarta.
Kemudian dengan ditetapkannya Peraturan daerah Nomor 6 tahun 2008
tanggal 23 September 2008 dan di Undangkan tanggal 26 September 2008, tentang :
struktur organisasi dan tata kerja maka Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kota
Surakarta berubah nama menjadi Dinas kebudayaan dan Pariwisata Kota Sukarakarta,
dengan susunan Struktur Organisasi yang berubah juga sebagaimana terlampir.
Dengan Tugas pokok dan fungsi sebagai berikut :
TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata mempunyai tugas pokok menyelenggarakan
urusan pemerintah daerah bidang pariwisata, seni, sejarah, kebudayaan dan purbakala.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, dinas Kebudayaan dan
Pariwisata mempunyai fungsi :
a. Penyelengaraan kesekretariat dinas
b. Penyusunan rencana program, pengendalian evaluasi dan budaya
c. Peyelengaraan dan pemninaan usaha akomodasi wisata, rekreasi dan hiburan umum
d. Pembinaan dan pengembangan kesenian, bahasa dan budaya
e. Pelestarian nilai-nilai sejarah dan kepurbakalaan
f. Pengendalian dan pengembangan asset wisata, seni dan kebudayaan
g. Pemasaran wisata
h. Penyelengaraan sosialisasi
i. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai denan tugas dan
fungsnya
j. Pembinaan jabatan fungsional
k. Pengelolaan Unit pelaksana Daerah (UPTD)
l. Pembinaan waktu wisata
Kepala Dinas memimpin penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi
sebagaimana dimaksud dengan Struktur Organisasi sebagai berikut :
1. Kepala Dinas, membawahkan
a. Sekretariat
b. Bidang Sarana Wisata
c. Bidang Seni, Budaya, Sejarah dan Purbakala
d. Bidang Pelestarian, Promosi, dan Kerja sama
e. Unit pelaksana teknis dinas
f. Kelompok Jabatan Fungsional
2. Sekretariat sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh seorang sekretaris
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala Dinas.
3. Bidang-bidang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masing-masing dipimpin oleh
seorang Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas..
4. UPTD sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh aeorang kepala UPTD
yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
5. Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipimpin oleh
seorangtenaga Fungsional senior sebagai ketua kelompok dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas.
VISI DINAS PARIWISATA SENI DAN BUDAYA KOTA SURAKARTA
Mewujudkan citra kota Surakarta sebagai Kota Budaya yang di dukung oleh
pelayanan jasa pariwisata, perdagangan, industry, yang bertumpu pada hasil kerajinan
rakyat, dalam tata perkotaan yang kondusif, merangsang kehidupan kreatif, produktif
dan mandiri
MISI DINAS PARIWISATA SENI DAN BUDAYA KOTA SURAKARTA
1. Meningkatkan kontribusi sector pariwisata terhadap peninglatan pendapatan asli
daerah maupun pendapatan masyarakat go;ongan ekonomi menengah kebawah yang
bergerak dalam bidang pariwisata tanpa mengabaikan peran golongan lain.
2. Menempatkan kota Surakarta sebagai daerah tujuan wisata nusantara dan daerah
persinggahan wisatawan mancanagera dengan orientasi pada pengembangan kearah
pariwisata budaya dan menempatkan jenis pariwisata yang lain sebagai pendamping
berdasarkan permintaan pasar dan potensi yang tersedia.
3. Meningkatkan obyek wisata yang ada menjadi kawasan wisata yang terpadu, terarah
dan berkesinambungan dengan memperhatikan ragam obyek yang ada.
Struktur organisasi
SWOT
Strength
1. Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis berjalan baik
2. Pembinaan dan pelaksanaan bidang seni dan budaya dan film meliputi pelaksanaan
kebijakan dan penetapan kebijakan mengenai pemberian ijin pengiriman dan
penerimaan delegasi asing di bidang kesenian dan perfilman yang me’ibatlan banyak
pihak secara baik.
3. Penerbitan rekomendasi oleh pihal dinas secara baik dan menyeluruh.
4. Pengiriman misi kesenian dalam rangka kerjasama luar negeri untuk menjalin
kerjasama penetapan kriteria dan prosedur penyelengaraan festival, pameran dan
lomba, pemberian penghargaan kepada seniman yang telah berjasa kepada bangsa dan
Negara bekerjasama baik denfank para budayawan.
Weakness
1. Ikut campur pihak budayawan yang dominan membuat beberapa kebijakan menjadi
agak kacau.
2. Pemilihan event yang terkadang membuat para pihak dinas dan budayawan menjadi
bingung event mana yang terlebih dahulu dilaksanakan.
3. Promosi yang kurang sehingga pariwisata Surakarta sedikit lebih lambat dibandingkn
kota lainnya.
4. Keterbatasan sarana promosi dalam hal pembagian brosur dan buku panduan
perjalanan.
Opportunity
1. Citra kota surakarta sebagai kota berbudaya khususnya di provinsi Jawa Tengah.
2. Kontribusi pariwisata yang cukup baik guna menaikan nama dari Dinas Pariwisata
yang memiliki manajemen baik.
3. Kota yang dijadikan sebagai daerah tujuan wisata untuk para wisatawan yang ingin
menikmati suasana tenang kota Jawa berbasis seni budaya.
4. Memiliki peluang sebagai pusat pelestarian dan pengembangan budaya Jawa.
Threat
1. Dominasi budayawan dalam pengambilan keputusan yang terkadang merugikan pihak
Dinas sendiri.
2. Event yang berulang tanpa ada inovasi, dapat membuat para wisatawan menjadi
bosan.
3. Perencanaan dan penetapan event sesuai jadwal yang terbengkalai dapat membuat
beberapa event yang seharusnya ada menjadi batal untuk dilaksanakan.
4. Kerjasama yang kurang baik oleh beberapa rekan kerjasama dalam hal penanganan
event dapat menjadikan event terbengkalai.
Untuk tahap perencanaan dan implementasinya yakni melihatbdari sejarah kota ini
Solo telah memahat sejarah kejayaan sebuah kota kerajaan yang dibangun pada masa Keraton
Kasunanan, pertengahan abad ke-18. Dalam perkembangannya kemudian, pemerintah
kolonial Belanda menata Solo dalam konsep mirip kota di Eropa. Jalan protokol dibangun
dan berperan sentral sebagai nadi lalulintas hasil bumi dan kepentingan politik kolonial untuk
mengawasi keraton. Jalan protokol yang membelah Solo, persis di tengah kota yang
membujur dari barat ke timur itu masih dipertahankan, yaitu Jalan Slamet Riyadi. Dahulu
jalan itu bernama Whilhelmina Straat dan berubah lagi menjadi Purwosari Weg. Pergantian
nama menjadi Slamet Riyadi, dilakukan setelah kemerdekaan untuk menghormati komandan
serangan umum empat hari yang memporakporandakan militer Belanda yang menduduki
Solo pada Agustus 1949. Bersinergi dengan jalan tersebut, Pemerintah Kolonial juga
membangun kantor pos, telepon, jalan kereta api, dan taman rekreasi pada pertengahan abad
ke-19. Pada tahun 1931, Solo sudah memililki jalan aspal sepanjang 530 km untuk
menghubungkan dengan kota-kota di sekitarnya seperti Yogya, Semarang dan Madiun.
Makanya tak heran, Solo menjelma menjadi kota moderen di masanya.
Berbagai acara berkaliber nasional dan internasional pernah dihelat di Solo. Sebut
saja, diantaranya Kongres Bahasa Indonesia I (1938), Kongres Wartawan Indonesia I (1946)
dan Pekan Olahraga Nasional (PON) tahun 1948. Bercermin dari perjalanan sejarah, sepak
terjang Solo menjadi tuan rumah penyelenggaraan berbagai acara, membuat Jokowi yakin
benar, Solo bakal berkembang menjadi kota MICE yang diperhitungkan. Bukan hanya di
Indonesia, sekaligus juga dunia.
Mengail Turis dengan Event MICE
MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition/Event) kini sudah menjadi
makanan di Solo. MICE kerap diperbincangkan dan menjadi policy. Event yang merupakan
amunisi industri MICE ini harus diciptakan dan dikejar, tidak bisa hanya menunggu event
luar masuk ke Solo.
Masing-masing komponen memang tengah giat membuat perjamuan yang berkualitas.
Tata ruang kota dipercantik, kuliner tradisional disemarakkan, pasar tradisional ditingkatkan
layanannya, Pedagang Kaki Lima (PKL) didisiplinkan, SDM pariwisata dipersiapkan,
kawasan heritage dan kampung-kampung batik dipelihara. Begitu juga fasilitas dan sarana
prasarana yang mendukung MICE terus diperbaiki.
Keseriusan dari Pemkot jualah yang kemudian dilirik oleh sejumlah investor. Salah
satunya investor hotel yang bergairah ekspansi ke kota ini.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2010 hanya ada 79 hotel dengan
jumlah kamar 1.916 unit di Solo, tetapi pada 2012 melonjak hingga dua kali lipat menjadi
142 hotel melati dan berbintang serta pondok-pondok wisata dengan jumlah kamar mencapai
4.533 unit. Kepala Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kota Solo, Toto Amanto
mengatakan, dari 2011 hingga 2013 berjalan, ada 42 pengajuan pembangunan hotel, 22
pengajuan di antaranya segera memasuki masa pembangunan karena telah mengantongi izin
mendirikan bangunan.
Bergairahnya industri hotel memang menjadi indikator keberhasilan Solo mencitrakan
dirinya sebagai kota MICE. Jumlah wisatawan yang menginap di hotel di Solo, angkanya
juga berbanding lurus dengan pertambahan jumlah hotel.
Selain mengail event dan acara MICE dari luar daerah. Dinas kebudayaan dan
pariwisata Solo juga telah memiliki agenda event tetap. Tiap tahun kurang lebih ada 40 event
digelar. Untuk tahun 2014, Disbudpar kota Solo telah menetapkan sebanyak 45 event seni
dan budaya, 18 event diantaranya merupakan event utama seperti Rock in Solo, Konser
Gamelan Akbar, Vastenburg Carnival, Indonesia Mask Dance Festival, dan Keraton Art
Festival. Tidak ketinggalan Solo Batik Carnival pun menjadi event yang selalu ditunggu
wisatawan. Festival Jenang yang untuk kali ketiga dihelat juga mulai memiliki penggemarnya
tersendiri.
Kalangan seniman yang notabene nadi kehidupan seni dan budaya di Solo dirangkul
erat untuk membangun hubungan yang sinergis. Meski tak dimungkiri, untuk menuju
kesempurnaan, Disbudpar Kota Solo juga kerap mendapatkan masukan yang membangun
terutama kualitas event dan kedisiplinan waktu, karena menyangkut promosi. Keterlibatan
komunitas terkait dan pelaku usaha dalam berbagai policy di bidang MICE dan pariwisata
sangat diperlukan sebagai bentuk rasa sense of belonging yang tinggi terhadap kemajuan
Solo.