Upload
fitriana-bachtiar
View
135
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas makalah agama islam
Citation preview
TUGAS MAKALAH
MATA KULIAH PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN AGAMA ISLAM
MANUSIA, MAKNA, DAN SEJARAH AGAMA ISLAM
DISUSUN OLEH:
Home Group 5
Aisha Andini (1206204582) Fitriana Bahtiar (1206260702) Gusti Ruri (1206217540) Nurul A. Wulandari(1206243066) Septi Niawati (1206212294) Sita Arlini (1206244245)
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian
Agama Islam dengan pokok bahasan manusia, makna, dan sejarah Islam ini.
Ini adalah salah satu kajian yang sangat menarik karena kita sebagai mahasiswa diberikan
sebuah kesempatan untuk memaparkan lebih lanjut masing-masing opininya— mengenai agama
Islam, hubungannya dengan manusia, serta sejarahnya—ke dalam sebuah tulisan.
Kami juga berterimakasih pada pihak-pihak serta berbagai sumber bacaan yang
mendukung terciptanya makalah yang mewakili ide kami ini. Semoga apa yang telah kami susun
sedemikian rupa ini dapat bermanfaat bagi orang banyak.
Selain itu, kami juga meminta maaf apabila terdapat kesalahan-kesalahan di dalam
makalah ini. Kami sadar, makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini agar bisa kami perbaiki lebih lanjut.
Depok, 7 Maret 2012
Tim Penulis
MANUSIA, MAKNA, DAN SEJARAH AGAMA ISLAM
1. Manusia dan Agama
1.1 Hubungan Manusia dan Agama
A. Manusia dan Alam Semesta
Alam adalah segala sesuatu yang dapat ditangkap oleh pancaindra, perasaan dan pikiran
kendati pun samar-samar. Sunatullah atau hukum Allah yang menyebabkan alam semesta
selaras, serasi dan seimbang, dipatuhi sepenuhnya oleh makhluk yang menjadi unsur alam
semesta itu. Sifat utama Sunatullah :
- Pasti
QS. Al-Furqan ayat 2, artinya :
“yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak,
dan tidak ada sekutu baginya dalam kekuasaan(Nya), dan Dia telah menciptakan segala
sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.”
QS. Ath-Thalaaq ayat 3, artinya :
“dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan Barangsiapa
yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.
Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah
Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”
- Tetap
Sifat sunatullah yang tetap, tidak berubah-ubah. QS. Al-An’am ayat 115, artinya :
“telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al-Quran) sebagai kalimat yang benar dan adil.
tidak ada yang dapat merubah rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia lah yang Maha Mendengar
lagi Maha mengetahui.”
QS. Al-Isra ayat 77, artinya :
“(kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap Rasul-Rasul Kami
yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perubahan bagi ketetapan Kami
itu.”
3. Objektif
QS. Al-Anbiya ayat 105, artinya :
“dan sungguh telah Kami tulis didalam Zabur sesudah (kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh,
bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hambaKu yang saleh.”
Saleh artinya baik/benar. Orang yang baik dan benar adalah orang yang bekerja menurut
Sunatullah yang menjadi ukuran kebaikan/kebenaran itu. Orang yang berkarya sesuai/menuruti
Sunatullah adalah orang yang saleh.
B. Manusia menurut Agama Islam
QS. Al-A’raf ayat 179, artinya :
“dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan
manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat
Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-
tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
lagi. Mereka Itulah orang-orang yang lalai.”
Manusia adalah makhluk yang sangat menarik. Al-Quran tidak menggolongkan manusia
ke dalam kelompok binatang selama manusia mempergunakan akal, pemikiran, kalbu, jiwa,
raga serta pancaindra secara baik dan benar.
Asal-usul manusia
Dalam QS Al An'am ayat 2, artinya :
“Dialah yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal
(kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah
mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu).”
Beberapa ciri manusia :
1. Makhluk yang paling unik
QS. At Tiin ayat 4, artinya :
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Berdasarkan ayat tersebut, manusia merupakan mekhluk yang paling sempurna, namun
manusia juga memiliki banyak kelemahan, seperti yang ditunjukkan pada ayat-ayat berikut.
QS. Yunus ayat 12, artinya :
“dan apabila manusia ditimpa bahaya Dia berdoa kepada Kami dalam Keadaan
berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, Dia
(kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah Dia tidak pernah berdoa kepada Kami
untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang
melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.”
QS. Ibrahim ayat 34, artinya :
“dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu
mohonkan kepadanya. dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat
Allah).”
QS. Al-Ma’arij ayat 19-21, artinya :
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir,”
2. Manusia mempunyai potensi beriman kepada Allah
QS. Al A'raaf ayat 172
“dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): ‘Bukankah
aku ini Tuhanmu?’ mereka menjawab: ‘Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi’.
(kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: ‘Sesungguhnya
Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).’”
3. Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya
QS. Adz Dzariyaat ayat 56, artinya :
“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.”
4. Manusia diciptakan Allah untuk menjadi khalifah-Nya di bumi
QS. Al Baqarah ayat 31, artinya :
“dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman:
‘Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang
yang benar!’”
QS. Al Ahzab ayat 72, artinya:
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-
gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat
zalim dan Amat bodoh,”
5. Manusia dilengkapi perasaan dan kemauan
6. Secara individual manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya
QS. Ath Thuur ayat 21:
“dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka dan Kami tiada mengurangi
sedikitpun dari pahala amal mereka. tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang
dikerjakannya.”
7. Berakhlak
C. Kebutuhan Manusia terhadap agama
Manusia telah dibekali akal, naluri dan pancaindra oleh Allah. Namun, tiga hal tersebut
masih belum cukup kuat bagi manusia untuk menemukan apa sebenarnya fungsi dan tujuan
hidupnya di dunia ini. Manusia diciptakan oleh Allah untuk beribadah, maka manusia
memerlukan agama sebagai pedoman hidupnya yang utama. Akal, naluri dan pancaindra
mungkin dapat menuntun manusia untuk dapat berpikir secara logis. Tiga hal ini juga masih
belum cukup memadai sebagai penuntun manusia menemukan kebenaran. Untuk itu, agama
kembali berperan sebagai pedoman utama dalam menemukan kebenaran yang hakiki.
Agama atau din memuat petunjuk-petunjuk Allah bagi manusia. Di antara petunjuk
petunjuk itu, yang paling utama adalah bahwa manusia diwajibkan beribadah kepada Allah
semata dan tidak menyekutukan Allah. Selain itu, agama juga memuat tata cara tentang
bagaimana beribadah kepada Allah. Manusia jelas membutuhkan Allah sebagai penciptanya,
untuk itu, manusia perlu mengenal agama agar tetap dapat terhubung dengan Allah.
Alam semesta diciptakan Allah dengan luas yang tak terhingga, termasuk di dalamnya
terdapat makhluk gaib seperti jin dan malaikat. Untuk dapat memahaminya, tentu manusia
membutuhkan agama sebagai pedoman hidup sekaligus mendampingi proses berpikirnya ketika
menggunakan akal, naluri dan pancaindra. Jika manusia hanya menggunakan akal, naluri dan
pancaindra dengan mengesampingkan agama, manusia bisa saja terjebak pada sebuah
kesesatan.
Sebaliknya, dengan didampingi pemahaman agama yang benar, akal yang sehat akan
membuat seseorang menyadari bahwa di balik individu yang memiliki segudang potensi,
dibalik alam semesta yang sangat mengagumkan, pastilah ada yang lebih agung lagi sebagai
penciptanya. Orang yang sampai pada kesimpulan ini adalah orang yang berhasil memakai
akalnya secara benar dan sehat, seperti yang telah dialami Ibrahim as (QS 6:74-79). Disamping
orang seperti ini, terdapat pula orang-orang yang tersesat karena akalnya sendiri. Mereka telah
mengabaikan agamanya atau mungkin keliru, sehingga banyak bermunculan kepercayaan
seperti animisme, dinamisme, dll.
Islam Sebagai Pedoman
Allah menciptakan alam semesta beserta segala kelengkapannya dengan luas dan
batasan yang tak terhingga. Setelah segalanya selesai dibuat dengan lengkap, Allah mulai
menciptakan manusia—yang kemudian berperan sebagai khalifah di bumi. Penciptaan
manusia menurut Penciptanya merupakan ahsani taqwim (sebaik-baik kejadian).
Manusia dilengkapi dengan berbagai macam potensi baik yang bersifat positif maupun
negatif. Namun, yang paling membedakan manusia dengan makhluk-makhluk lain adalah
akal. Akal itulah yang membuat manusia mampu berpikir logis bahwa dibalik alam semesta
ini pasti ada Yang Maha Sempurna yaitu Sang Pencipta. Tapi, tidak semua manusia
mampu ,menggunakan akalnya secara benar. Untuk itulah diciptakan agama sebagai
pedoman hidup serta Rasul sebagai “pemandu”.
Karena mencakup segala aspek kehidupan, Islam menjadi satu-satunya agama
sekaligus sistem yang layak dijadikan pedoman hidup. Kelengkapan cakupan aspek
kehidupan Islam desebutkan secara rinci dalam Al Qur’an, yaitu: keyakinan, moral, tingkah
laku, perasaan, pendidikan, sosial, politik, ekonomi, militer, dan perundang-undangan.
1. Keyakinan
Sebagai agama, Islam mengandung konsep keyakinan bahwa Allah Swt. adalah satu-
satunya Tuhan. Dia Maha Hidup, Maha Berdiri Sendiri, tiada mengantuk, dan tidak pula
tidur. Sebagai panduan bagi seorang muslim atas keyakinan ini, Allah menyatakan diri-Nya
untuk diyakini seperti dinyatakan dalam Al Quran (QS Al Baqarah, 2: 255).
2. Moral dan Akhlak
Sebagai agama, Islam mengajarkan penganutnya untuk berkahlak. Yang dimaksud
akhlak sendiri dalam Islam adalah Al Qur’an. Hal ini seperti dicontohkan Rasulullah saw.
Artinya, Al Qur’an adalah akhlak Rasulullah saw. yang memuat panduan akhlak dan perlu
diikuti oleh manusia agar mendapatkan rahmat Allah dan kesejahteraan di dunia dan akhirat.
3. Tingkah Laku
Tingkah laku atau perilaku mewujud melalui aspek gerakan. Hal ini sangat diwarnai
dan ditentukan oleh akidah dan akhlak seseorang. Oleh karena itu, akhlak dan perilaku
seseorang saling berkaitan dan memberikan gambaran satu sama lain. Hal ini seperti
disabdakan oleh Rasulullah saw. bahwa sekiranya hati seseorang khusuk, khusyuk pula
anggota badannya.
4. Perasaan
Sebagai agama, Islam juga memperhatikan perasaan manusia. Dalam Islam, seluruh
perasaan: suka dan duka, cinta dan benci, sedih dan gembira, halus dan kasar, sensitif atau
tidak berbanding lurus dengan akidah pemeluknya. Oleh karena itu, seperti yang disabdakan
oleh Rasulullah saw., kesempurnaan iman dan Islam seseorang dalam berperasaan adalah
ketika ia berperasaan karena Allah: mencintai karena Allah, membenci karena Allah, dan
seterusnya.
5. Pendidikan
Islam juga mengajarkan bagaimana melakukan pendidikan dan pengajaran kepada
manusia. Ada sekian banyak ayat Al Qur’an dan hadits yang meminta umat Islam untuk
belajar. Pendidikan yang dimaksud dalam Islam tidak saja bersifat formal dan terbatas di
sekolah, tetapi juga pada setiap waktu, tempat, dan kesempatan.
6. Sosial
Kesempurnaan Islam juga dilengkapi ajarannya mengenai hubungan antarmasyarakat.
Al Qur’an demikian rinci menyampaikan hal-hal tersebut. Sebagai contoh, Al Qur’an
menyebutkan bagaimana aturan hubungan antara laki-laki dan perempuan, larangan
memperolok-olok orang lain, larangan mengejek orang lain, dan perintah untuk tidak
sombong. Islam juga membahas mengenai karakteristik masyarakat Islam yang di dalamnya
diatur nilai-nilai Islam.
7. Politik
Manusia diciptakan Allah sebagai khalifah-Nya di muka bumi. Oleh karena itu,
kehidupannya tidak akan bisa lepas dari politik. Islam kemudian mengatur urusan-urusan
politik ini sebagai bagian dari strategi dan dakwah. Tujuannya adalah untuk menegakkan
hukum-hukum Allah di muka bumi.
8. Ekonomi
Ekonomi adalah aspek sangat penting dalam Islam selain politik. Tujuannya ekonomi
dalam Islam adalah agar kesejahteraan di masyarakat dapat terwujud. Oleh karena itu, aturan-
aturan perekonomian dalam Islam banyak memuat mengenai riba (yang menghancurkan
kesejahteraan), urusan utang-piutang, bukti tertulis dalam perniagaan, dan lain-lain.
9. Militer
Islam mewajibkan kepada setiap penyeru kebenaran untuk bersiap siaga, menyiapkan
kekuatan, dan berjuang membela kebenaran dan memerangi kebatilan. Hal ini diajarkan
Islam untuk melawan pihak-pihak yang menyeru dan melakukan kebatilan. Mereka adalah
kaum yang didorong oleh nafsu untuk menciptakan kehancuran.
10. Peradilan dan Hukum
Islam mewajibkan kepada umatnya untuk berbuat adil, bahkan kepada diri dan
keluarganya sendiri. Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal tersebut, Islam mengatur urusan
hukum dan peradilan. Urusan yang berkaitan dengan hukum dan peradilan dalam Islam harus
berlandaskan aturan Allah. Tanpa hal tersebut, keadilan sulit terwujud karena hukum hanya
menjadi permainan belaka.
1.2 Manusia Menurut Tinjauan Islam
A. Hakikat Manusia
Manusia dari bahasa Sansekerta: manu, Latin : mens=berpikir, berakal budi,
homo=seorang yang dilahirkan dari tanah; humus=tanah. Jadi manusia adalah seseorang yang
dilahirkan dari tanah yang memiliki akal budi.
Dalam memahami hakekat manusia ada beberapa pendekatan mengenai hal tersebut yang
diutarakan manusia, yaitu :
a. Materialisme antropologik, hakikat manusia adalah jasad yang tersusun dari bahan-
bahan material yang berasal dari dunia anorganik.
b. Materialisme biologic, hakikat manusia adalah organism hidup dan mempersatukan
segala pembawaaan dan kegiatan badan pada dirinya.
c. Idealisme antropologik, hakikat manusia adalah makhluk yang memiliki kehidupan
spiritual-intelektual yang tidak bergantung pada materi. Manusia gabungan dari
berbagai prinsip yang menyusunnya secara utuh.
d. Homo Valens (manusia berkeinginan), teori psikoanalisis, manusia adalah makhluk
yang memiliki unsure animal (hewan), rasional (akali), dan moral (nilai). Dimana
memiliki perilaku interaksi antara komponen biologis (id), psikologis (ego), dan
sosial (superego).
e. Homo Mechanicus (manusia mesin), teori behaviorisme, semua tingkah laku manusia
merupakan hasil dari proses pembelajaran akan lingkungannya.
f. Homo Sapiens (makhluk berpikir), teori kognitif, makhluk yang selalu memahami
lingkungannya, berpikir untuk mempertahankan, meningkatkan dan
mengaktualisasikan diri.
Sedangkan dalam Al-Qur’an, hakekat manusia dibedakan menurut sisi dan fungsinya
yang beraneka, yaitu :
a. Aspek historis = Bani Adam, manusia berasal dari satu nenek moyang, yaitu Nabi Adam
a.s QS Al A’raf (7):26-27
b. Aspek biologis = Al Basyar, sebagaimana hewan dan tumbuhan, manusia juga makan,
minum dan berkembang biak. QS Al Mukminun (23): 33-34.
c. Aspek sosiologis = An Nas, manusia suka berkelompok sehingga manusia juga makhluk
sosial setelah makhluk individu. QS Al Baqarah (2): 21.
Hakikatnya manusia juga memiliki persamaan dengan makhluk hidup yaitu naluri, fitrah atau
instink (kebutuhan) untuk makan, minum dan berkembangbiak, lalu memiliki pancaindra. Tetapi
manusia disempurnakan dengan Qalb (gabungan IQ dan EQ) QS Al’A’raf (7): 178-179.
B. Martabat Manusia
Manusia memiliki karakter yang unik. Dibandingkan dengan makhluk lain, manusia
memiliki perbedaan yang sangat menonjol dibandingkan makhluk lain. Perbedaan itu adalah
kemampuan manusia yang mampu melahirkan kebudayaan Kebudayaan hanya dimiliki oleh
manusia. Selain itu manusia juga mampu bergerak dalam ruang apapun. Mengenai kelebihan
manusia atas makhluk lainnya diperjelas dalam Q.S 17 (Al-Isra:70)
م�م�ن� ير� �ث ك ع�ل�ى �اه�م� �ن و�ف�ض�ل �ات �ب الط�ي م�ن� �اه�م ق�ن ز� و�ر� �ح�ر �ب و�ال �ر� �ب ال في �اه�م� �ن و�ح�م�ل آد�م� ي �ن ب �ا م�ن �ر� ك �ق�د� و�ل * �ف�ضيال ت �ا �ق�ن ل خ�
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan
di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan
kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
Selain itu, manusia diberi akal, pikiran dan qalb sehingga dapat mamahami ilmu yang
diturunkan Allah berupa Al-Qur’an. Dengan ilmu inilah manusia menciptakan budaya. Allah
menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya (QS 95 : At-Tiin: 4). Dengan beberapa kelebihan
yang manusia miliki, ada sesuatu yang paling mulia dalam hidup seorang manusia, terutama bagi
manusia yang menjadi khalifah di Bumi yang tetap bersandar pada ajaran Allah, maka manusia
tersebut merupakan golongan manusia bermartabat di Bumi ini. (Q.S Al-An’am: 165).
Dan Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan
sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa
yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan
sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Oleh karena itu manusia akan selalu mulia dan lebih istimewa dari makhluk lainnya
karena memang secara Al-Qur’an di jabarkan Allah menciptakan manusia dengan semua
kemuliaan dan keistimewaan yang sebenarnya akan selalu demikian apabila manusia mau
mempertahankan dan menjalankan kehidupannya sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Al-
Qur’an.
C. Sejarah Manusia di Muka Bumi
Kehidupan di alam semesta ini tidak luput karena Allah swt yang menciptakan segalanya.
Seperti kita sebagai manusia merupakan salah satu ciptaan Allah di alam semesta ini. Sejarah
adanya manusia di muka bumi tentu saja merupakan polemic berbeda-beda dari teori penciptaan,
seperti teori evolusi perkembangan hewan menjadi manusia dari Darwin ataupun teori lainnya.
Sebagai orang beriman, kita mengetahui bahwa manusia adalah ciptaan Allah swt dari
dua unsure, yakni unsur jasmani dan unsure rohani. Unsur jasmani manusia diciptakan dari tanah
dan unsur-unsur yang tertera dalam surat Al-Mu’minun 23:12-14. Dimana artinya adalah
12. Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah.
13. Kemudian kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim).
14. Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah ini kami jadikan
segumpal daging dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang
itu kami bungkus dengan daging.Kemudian kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk)lain.
Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.
Sedangkan dari unsur rohani, Allah swt meniupkan roh-Nya pada jasmani tiap manusia
setelah dijadikan bentuk rupanya sebagai insan dengan cara yang mungkin tidak masuk akal dan
tidak bisa dipikirkan atau dicari kebenarannya. Setidaknya apa yang diterangkan dalam Al-
Qur’an mengenai hal ini kita percaya bahwa itu adalah kuasa Allah swt yang sahih.
Secara historis Islam, Nabi Adam nerupakan manusia pertama yang diturunkan di muka
bumi. Keinginan-Nya lah Dia menciptakan satu makhluk di muka bumi untuk dijadikan
Khalifah, wakil Allah di muka bumi. Sifat-sifat khalifah ini akan menjadi pantulan cahaya dari
sifat Allah dan posisinya lebih tinggi daripada malaikat.
Adam diberikan kemampuan efektif dari karunia Ilahi, memiliki potensi reseptif luar
biasa atas fakta-fakta dunia makhluk, dan ini seperti yang dinyatakan dalam Al Qur’an, “Dan
Dia mengajarkan kepada Adam semua nama,….” Maksudnya mengajarkan sifat alami dari
nama-nama dan konsep dari hal yang dimaksud. (QS Al Baqarah2:30-39).
Adam dan istrinya, Hawa, harus mendiami lingkungan (Bumi) karena ia telah melanggar
perintah Allah dan mengikuti hasutan Iblis di dalam surge. Adam menjalani hidup untuk
memperoleh beberapa pengalaman agar dia dapat mengenal kawan dan lawan, menanamkan nilai
moral kebaikan dan keburukan, belajar hidup di bumi itu hal-hal yang Adam a.s dan
keturunannya setelah beliau perlukan bagi masa depan, kehidupan yang kita jalani saat ini.
D. Tugas Manusia Sebagai Khalifah di Muka Bumi
Manusia diserahi tugas kehidupan yang merupakan amanah Allah yang harus
dipertanggung jawabkan dihadapan-Nya. Tugas kehidupan yang dipikul manusia di muka bumi
adalah tugas kekhalifahan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi untuk
mengelola dan memelihara alam ciptaan Allah berdasarkan ketentuan Allah.
Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan, Manusia menjadi
khalifah memegang mandat Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan
yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif yang memungkinkan dirinya mengolah serta
mendayagunakan apapun yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya.
Sebagai wakil Tuhan, Tuhan mengajarkan kepada manusia kebenaran dalam segala
ciptaan-Nya dan melalui pemahaman serta penguasaan terhadap hukum-hukum kebenaran yang
terkandung dalam ciptaan-Nya, manusia dapat menyusun konsep baru, serta melakukan rekayasa
membentuk wujud baru dalam kebudayaan.
Sebagai khalifah, manusia diberi kewenangan berupa kebebasan memilih dan
menentukkan sehingga kebebasannya melahirkan kreativitas yang dinamis. Adanya kebebasan
manusia di muka bumi adalah karena kedudukannya untuk memimpin, sehingga pemimpin tidak
tunduk kepada siapapun, kecuali kepada Allah yang memberikan kepemimpinan. Oleh karena itu
kebebasan manusia sebagai khalifah bertumpu pada landasan tauhidullah, sehingga kebebasan
yang dimiliki tidak menjadikan manusia bertindak sewenang-wenang. Kebebasan manusia
dengan kekhalifahannya merupakan implementasi dari ketundukan dan ketaatan. Ia tidak tunduk
kepada siapapun kecuali kepada Allah, karena ia hamba Allah yang hanya tunduk dan taat
kepada Allah.
Kekuasaan manusia sebagai wakil Tuhan dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-
ketentuan yang telah digariskan oleh yang mewakilkannya, yaitu hukum-hukum Tuhan, baik
yang tertulis dalam kitab suci al-Qur’an, maupun yang tersirat dalam kandungan alam semesta
(al-kaun). Seorang wakil yang melanggar batas ketentuan yang diwakilkannya adalah wakil yang
mengkhianati kedudukan dan peranny, serta mengkhianati kepercayaan yang diwakilinya. Oleh
karena itu, ia meminta pertanggung jawaban terhadap penggunaan kewenangannya di hadapn
yang diwakilinya sebagaimana firman Allah dalam QS. Fathir (35):39, yang artinya adalah :
“ Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barang siapa yang kafir, maka
(akibat)kekafirannya menimpa dirinya sendiri.”
E. Tugas Manusia Sebagai Hamba Allah
Manusia tidaklah diciptakan tanpa tujuan. Selain tugasnya sebagai khalifah di muka
bumi, manusia juga bertugas sebagai hamba Allah. Manusia diciptakan untuk dikembalikan
semula kepada Allah dan setiap manusia akan dipertanggungjawabkan di atas setiap usaha dan
amal yang dilakukan selama ia hidup di dunia. Apabila pengakuan terhadap kenyataan dan
hakikat wujudnya hari pembalasan telah dibuat maka tugas yang diwajibkan ke atas dirinya perlu
dilaksanakan.
Tugas manusia sebagai hamba Allah secara khusus meliputi perkara yang berkaitan
dengan kehidupan. Tugas-tugas tersebut antara lain seperti berikut :
a. Mengabdikan diri kepada Allah, beriman kepada Allah dan melalukan amal soleh dalam
bentuk yang sempurna. Adapun cara mengabdi kepada Allah dimulai dengan
mempelajari ilmu-ilmu Allah sebagaimana perintah Allah.
b. Sebagai hamba, manusia perlu melaksanakan amanah Allah, memelihara serta mengawal
agama Allah serta ajaran Allah SWT. Pengertian amanah berarti menempatkan sesuatu
pada tempatnya yang wajar, salah satu contohnya, sesuatu kedudukan tidak diberikan
kecuali kepada orang yang betul-betul berhak dan yang betul-betul mampu menunaikan
tugas dan kewajibannya dengan benar.
c. Ke arah melaksanakan amanag sebagai khalifah Allah, manusia hendaklah menyadari
dan memahami bahwa kewajiban berdakwah dengan menyebarkan dan memperluas
agama Islam ke arah menegakkan syiar Islam serta meninggikan kalimah Allah dia atas
muka bumi ini, dengan berperan menegakkan amar makruf serta mencegah
kemungkaran. Apabila tugas menyeru kepada Islam dilakukan secara meluas dan
menyeluruh dan dapat member kesadaran dan keinsafan niscaya akan dapat mewujudkan
manusia yang faham akan tanggungjawab dan menjadi manusia yang bertanggungjawab.
d. Bertanggungjawab menjauh dan memelihara diri dan keluarga dari masuk ke dalam
neraka.
Begitulah secara umum tugas manusia sebagai hamba Allah SWT. Oleh karena itu kita
sebagai khalifah dan hamba Allah haruslah selalu berpegang teguh dengan Al Qur’an dan Al
Hadist.
F. Hak dan Kewajiban Manusia Menurut Islam
Setiap manusia memiliki haknya semenjak dilahirkan di dunia oleh Allah SWT. Dapat
dikatakan juga hak yang diberikan adalah nikmat dari-Nya. Seperti hak untuk hidup, berarti
kehidupan adalah nikmat yang tidak dapat tergantikan sehingga kita pun harus mensyukurinya.
Oleh karena itu manusia tidak boleh melakukan bunuh diri. Namun, dibalik semua hak-haknya,
manusia juga diberikan pertanggungjawabannya oleh Allah SWT. Sebagai manusia, kita adalah
makhluk Allah SWT sehingga mereka harus mematuhi peraturan dan larangan dari Allah SWT
serta menyembahnya sebagai Tuhan Yang Maha Esa.
Allah SWT telah begitu banyak memberikan hak kepada manusia. Islam sangat
menjunjung tinggi hak manusia. Beberapa hak yang dimaksud antara lain seperti :
1. Hak untuk hidup
2. Hak untuk memiliki keturunan dan berkeluarga
3. Hak untuk memilih jalan hidupnya
4. Hak privasi
5. Hak persamaan derajat di mata Allah SWT
6. Hak mendapatkan kesejahteraan ekonomi
7. Hak sebagai pewaris dan diwariskan harta keluarga
Masih begitu banyak lagi hak yang dijunjung tinggi dalam Islam. Dari sini, kita tahu
bahwa kita berkewajiban untuk saling menghargai hak orang lain sehingga tidak saling
merugikan. Maka sebetulnya, dapat dikatakan bahwa hak dan kewajiban adalah dua tapi satu,
yaitu hak untuk berkewajiban dan hak untuk melaksanakan kewajiban.
G. Penggolongan Manusia
Manusia diciptakan Allah beraneka ragam di dunia ini. Serta memiliki penggolongan
yang berbeda-beda berdasarkan faktor keibadahannya. Manusia terbagi menjadi beberapa
golongan antara lain muttaqi, muhsin, muslim, mu’min, kafir, musyrik, munafik serta fasiq.
a. Muttaqi, artinya orang yang bertaqwa, yaitu orang yang cinta dan hormat kepada Allah.
Dengan terus merasakan kehadiran-Nya dimana saja berada, sehingga akan selalu
menjaga diri dari perbuatan dosa dan selalu mendapat dorongan dari imannya untuk
melaksanakan perintah-perintah-Nya.
b. Muhsin, artinya orang yang berbuat baik, yaitu orang mukmin (beriman) dan melakukan
perbuatan baik atau amal shaleh. Nabi melukiskan muhsin adalah orang-orang yang
berbuat ihsan. Yakni beribadah dan menjauhi larangan-Nya karena seakan-akan Allah
selalu melihat dirinya.
c. Mu’min, artinya adalah orang yang beriman, yaitu orang yang percaya kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Hari Kemudian dan Qadha dan Qadar. Dimana
ia selalu mengucapkannya, mengiakan dalam hati dan mengamalkan dengan perbuatan.
d. Muslim, artinya orang Islam, yaitu orang yang tunduk patuh, berserah diri semata-mata
kepada Allah. Tidak menyembah selain kepada Allah.
e. Kafir, artinya orang yang tidak percaya. Ingkar dan menolak kebenaran.
f. Musyrik, orang-orang yang menyekutukan Allah seperti mengambil atau menganggap
ada Tuhan selain Allah, menganggap adanya makhluk yang setara dengan Allah ataupun
percaya bahwa Allah dengan manusia tidak ada bedanya.
g. Munafiq, yakni orang yang bermuka dua. Di lahir ia mengatakan beriman, tapi dihatinya
tidak .
h. Fasiq, orang yang melakukan dosa, padahal dia mengerti bahwa perbuatannya adalah
melanggar hukum, aturan dan ketentuan Allah.
2. Makna Agama Islam
2.1 Penegertian dan Karakteristik Ajaran Islam
A. Makna Agama Islam
Salah satu diantara keistimewaan agama Islam yaitu namanya. Berbeda dengan agama
lain, nama agama ini bukan berasal dari nama pendirinya atau nama tempat penyebarannya.
Tapi, nama Islam menunjukkan sikap dan sifat pemeluknya terhadap Allah. Yang memberi
nama Islam juga bukan seseorang, bukan pula suatu masyarakat, tapi Allah Ta’ala, Pencipta
alam semesta dan segala isinya. Jadi, Islam sudah dikenal sejak sebelum kedatangan Nabi
Muhammad saw. dengan nama yang diberikan Allah.
Nama “Islam” bagi agama ini diberikan oleh Allah SWT sendiri. Dia juga menyatakan
hanya Islam agama yang diridhai-Nya dan siapa yang memeluk agama selain Islam
kehidupannya akan merugi di akhirat nanti. Islam juga dinyatakan telah sempurna sebagai
ajaran-Nya yang merupakan rahmat dan karunia-Nya bagi umat manusia, sehingga mereka
tidak memerlukan lagi ajaran-ajaran selain Islam.
Islam berasal dari kata salima yuslimu istislaam –artinya tunduk atau patuh– selain
yaslamu salaam – yang berarti selamat, sejahtera, atau damai. Menurut bahasa Arab, pecahan
kata Islam mengandung pengertian: islamul wajh (ikhlas menyerahkan diri kepada Allah),
istislama (tunduk secara total kepada Allah), salaamah atau saliim (suci dan bersih), salaam
(selamat sejahtera), dan silm (tenang dan damai).
Sementara sebagai istilah, Islam memiliki arti: tunduk dan menerima segala perintah dan
larangan Allah yang terdapat dalam wahyu yang diturunkan Allah kepada para Nabi dan Rasul
yang terhimpun di dalam Alquran dan Sunnah. Manusia yang menerima ajaran Islam disebut
muslim. Seorang muslim mengikuti ajaran Islam secara total dan perbuatannya membawa
perdamaian dan keselamatan bagi manusia.
Dia terikat untuk mengimani, menghayati, dan mengamalkan Alquran dan Sunnah.
Secara etimologis, kata “islam” berasal dari tiga akar kata, yaitu, Aslama artinya berserah
diri atau tunduk patuh, yakni berserah diri atau tunduk patuh pada aturan-aturan hidup yang
ditetapkan oleh Allah Swt. Salam artinya damai atau kedamaian, yakni menciptakan rasa damai
dalam hidup (kedamaian jiwa atau ruh). Salamah artinya keselamatan, yakni menempuh jalan
yang selamat dengan mengamalkan aturan-aturan hidup yang ditetapkan oleh Allah Swt.
Adapun secara terminologis, Islam adalah agama yang diturunkan dari Allah Swt kepada umat
manusia melalui penutup para Nabi (Nabi Muhammad saw). Untuk lebih memahami makna
islam, perlu dipahami pula makna taslim. Taslim (berserah diri) ada tiga tingkatan, yaitu,
Taslim fisik adalah menyerah secara fisik karena dikalahkan oleh lawan yang memiliki fisik
lebih kuat. Taslim akal adalah menyerah karena kelemahan dalil, logika, dan argumentasi.
Taslim hati, biasanya disebabkan oleh fanatisme, jaga gengsi, takut kehilangan pengikut, atau
memang hatinya kufur walaupun akalnya sudah
taslim.
Secara terminologis (istilah, maknawi) dapat dikatakan, Islam adalah agama wahyu
berintikan tauhid atau keesaan Tuhan yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi
Muhammad Saw sebagai utusan-Nya yang terakhir dan berlaku bagi seluruh manusia, di mana
pun dan kapan pun, yang ajarannya meliputi
seluruh aspek kehidupan manusia.
Dengan demikian Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada Rasul-rasul-Nya
untuk diajarkankan kepada manusia. Dibawa secara berantai (estafet) dari satu generasi ke
generasi selanjutnya dari satu angkatan ke angkatan berikutnya. Islam adalah rahmat, hidayat,
dan petunjuk bagi manusia dan merupakan manifestasi dari sifat rahman dan rahim Allah swt.
B. Karakter Agama Islam
Di dunia ini terdapat bermacam-macam agama dan setiap ajaran memiliki karakteristik
tersendiri yang membedakannya dari agama lain. Agama yang didakwahkan secara sungguh-
sungguh akan melahirkan perdamaian dunia. Tidak mudah membahas karakteristik agama
Islam karena lingkup bahasannya sangat luas. Agama Islam mencakup semua aspek kehidupan
umatnya. Untuk membahas karakter ajaran islam, perlu dikaji secara rinci karena Islam agama
yang diridhai Allah untuk dunia dan seluruh umat di hari kiamat.
Islam adalah agama yang memiliki karakteristik spesial dan khusus karena ia diturunkan
dari Yang Maha Sempurna, Allah SWT menurunkan agama Islam untuk menyempurnakan
ajaran-ajaran sebelumnya dan semata-mata untuk meninggikan hamba-hambaNya, karena Ia
tidak memiliki kepentingan atas manusia. Allah SWT menurunkan surat al- Maidah ayat 3
sebagai penjelasan bahwa telah sempurnanya agama Islam; “Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatKu dan telah
Kuridhai Islam itu agama bagimu.”
Dimulai dari dua kata itu sendiri; karakter dan ajaran Islam. Dalam KBBI (Kamus Besar
Bahasa Indonesia), definisi karakter adalah sesuatu yang memiliki sifat/cirinya yang khas.
Islam adalah agama yang diajarkan Nabi Muhammad SAW, dan berdasarkan kitab suci Al-
Quran yang diturunkan ke bumi melalui wahyu Allah SWT.
Sedangkan secara etimologi, atau dari segi bahasa, Islam berasal dari bahasa Arab yakni
salima yang artinya sentosa dan selamat. Kata salima lalu digubah menjadi aslama yang berarti
berserah diri pada kedamaian. Abuddin Nata, seorang penulis buku Metodologi Studi Islam
memaparkan karakter agama Islam terkait beberapa aspek kehidupan; dari segi agama, ibadah,
aqidah, ilmu dan kebudayaan, pendidikan, sosial, ekonomi, dan kesehatan. Pertama dari segi
agama, ajaran Islam mempunyai karakter toleransi dan saling menghargai (tidak memaksakan
kehendak). Mengapa dikatakan demikian? Kitab suci Islam yakni Al-Quran dengan tegas
mengakui kehadiran ajaran-ajaran lain sebelum Islam kecuali yang berdasarkan ajaran syirik.
Sebagaimana dituliskan dalam Al-Quran bahwa adanya kontinuitas ajaran beragama dan
dapat kita yakini dengan cara beriman kepada semua Nabi dan Rasul tanpa membeda-bedakan
mereka.
Dari segi ibadah/muamalah, karakter ajaran Islam yang tidak memperkenankan kita
mencampurkan akal manusia dengan perintah ibadah. Maksudnya bukan dalam beribadah kita
tidak perlu pakai akal, tapi begini, dalam hukum Islam ditetapkan tidak boleh ada ‘kreativitas’
sebab yang membentuk suatu ibadah dalam Islam dinilai sebagai bid’ah yang dianggap seperti
kesesatan. Contohnya pada hal bilangan waktu shalat atau pada ketentuan ibadah haji yang
telah ditetapkan Allah SWT dan Rasul- Nya.
Berlanjut pada karakter ajaran Islam dari segi aqidah. Karakter ajaran Islam dari segi
aqidah diyakini bersifat baik dalam isi dan prosesnya. Dalam Islam, diyakini Tuhan yang wajib
disembah hanya Allah SWT. Karakter ajaran Islam di bidang ilmu dan kebudayaan adalah
terbuka tetapi juga selektif. Di satu sisi, Islam terbuka atas masukan dan informasi baru dari
luar akan tetapi juga memilah-milah ilmu yang sejalan dengan Islam.
Islam dikatakan sebagai paradigma terbuka, Islam juga adalah rantai peradaban dunia.
Bisa kita lihat, banyak warisan-warisan ilmu yang berakar pada Islam. Misalnya warisan ilmu
kedokteran di Cina, matematika di India, sistem pemerintahan di Persia, logika Yunani, dan
lain-lain. Islam adalah agama yang mendukung penuh pendidikan untuk semua manusia, porsi
pendidikan pun tidak pandang genre (laki-laki atau perempuan). Bahkan di dalam kitab suci Al-
Quran dijelaskan beberapa metode belajar sebagai dukungan terhadap pendidikan, contohnya
metode ceramah dan diskusi. Ajaran Islam juga mendukung penuh semua kegiatan yang
menuju pada kesejahteraan manusia.
Selanjutnya dalam buku tulisan Kaelany yang berjudul Islam Agama Universal yang pada
salah satu bab juga membahas karakter ajaran Islam. Pak Kaelany menuliskan beberapa
karakter ajaran islam. Salah satunya adalah Islam agama yang rasional dan praktis. Selain
menjadi ajaran yang rasional, dalam Islam juga terdapat keseimbangan serta kesatuan antara
kebendaan dan kerohanian.
Meskipun sebagian petunjuk yang terdapat di Al-Quran bersifat umum, tapi petunjuknya
selalu mengarahkan kearah yang positif. Hal ini menjadikan Islam berkarakter baik dalam
menunjukkan arah kehidupan manusia. Islam juga ajaran yang seimbang, seimbang antara
perintah untuk individu dan masyarakat. Selain itu, Islam adalah agama universal yang bersifat
tetap dan tidak berubah-ubah.
2.2 Sumber Ajaran Islam
A. Al-Qur’anAl-Qur’an adalah sumber ajaran Islam yang utama. Al-Qur’an adalah wahyu Allah
yang diturunkan kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an dijaga dan dipelihara
oleh Allah SWT, sesuai dengan firmannya sebagai berikut:
”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al=Qur’an dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.” (QS 15:9)
”Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an. Kalau sekiranya Al-Qur’an
itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapatkan pertentangan yang banyak di
dalamnya.” (QS 4:82)
Al-Qur’an menyajikan tingkat tertinggi dari segi kehidupan manusia. Sangat
mengaggumkan bukan saja bagi orang mukmin, melainkan juga bagi orang-orang kafir. Al-
Qur’an pertama kali diturunkan pada tanggal 17 Ramadhan (Nuzulul Qur’an). Wahyu yang
perta kali turun tersebut adalah Surat Alaq, ayat 1-5. Al-Qur’an memiliki beberapa nama lain,
antara lain adalah Al-Qur’an (QS. Al-Isra: 9), Al-Kitab (QS. Al-Baqoroh: 1-2), Al-Furqon
(QS. Al-Furqon: 1), At-Tanzil (QS> As-Syu’ara: 192), Adz-Dzikir (Surat Al-Hijr: 1-9).
Kandungan Al-Qur’an, antara lain adalah:
- Pokok-pokok keimanan (tauhid) kepada Allah, keimanan kepada malaikat, rasul-
rasul, kitab-kitab, hari akhir, qodli-qodor, dan sebagainya.
- Prinsip-prinsip syari’ah sebagai dasar pijakan manusia dalam hidup agar tidak salah
jalan dan tetap dalam koridor yang benar bagaiman amenjalin hubungan kepada
Allah (hablun minallah, ibadah) dan (hablun minannas, mu’amalah).
- Janji atau kabar gembira kepada yang berbuat baik (basyir) dan ancaman siksa bagi
yang berbuat dosa (nadzir).
- Kisah-kisah sejarah, seperti kisah para nabi, para kaum masyarakat terdahulu, baik
yang berbuat benar maupun yang durhaka kepada Tuhan.
- Dasar-dasar dan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan: astronomi, fisika, kimia, ilmu
hukum, ilmu bumi, ekonomi, pertanian, kesehatan, teknologi, sastra, budaya,
sosiologi, psikologi, dan sebagainya.
Keutamaan Al-Qur’an ditegaskan dalam Sabda Rasullullah, antara lain:
Sebaik-baik orang di antara kamu, ialah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan
mengajarkannya
Umatku yang paling mulia adalah Huffaz (penghafal) Al-Qur’an (HR. Turmuzi)
Orang-orang yang mahir dengan Al-Qur’an adalah beserta malaikat-malaikat yang
suci dan mulia, sedangkan orang membaca Al-Qur’an dan kurang fasih lidahnya berat dan
sulit membetulkannya maka baginya dapat dua pahala (HR. Muslim).
Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah hidangan Allah, maka pelajarilah hidangan Allah
tersebut dengan kemampuanmu (HR. Bukhari-Muslim).
Bacalah Al-Qur’an sebab di hari Kiamat nanti akan datang Al-Qur’an sebagai
penolong bagai pembacanya (HR. Turmuzi).
Al-Qur’an sebagai Kalamullah.
Al-Qur’an adalah wahyu harfiah dari Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dengan bahasa Arab dan membacanya adalah ibadah. Sebagai Kalamullah, Al-Qur’an
dalam bentuk aslinya berada dalam indu Al-Kitab (Lauh Mahfuzh) dalam lindungan Tuhan.
Lalu diturunkan kepada Nabi dalam bahasa kaumnya (bahasa Arab).
Tuhan dalam menyampaikan firman-Nya kepada mansusia dialkukan dengan tiga cara,
yaitu:
Dengan wahyu (langsung ke dalam hati Nabi)
Di belakang tabir (wahyu diserap oleh indera Nabi tanpa melihat pemberi
wahyu)
Dengan mengutus malaikat (Jibril) yang membacakan wahyu.
Fungsi Al-Qur’an antara lain adalah:
Menerangkan dan menjelaskan (QS. 16:89; 44:4-5)
Al-Qur’an kebenaran mutlak (Al-Haq) (QS. 2: 91, 76)
Pembenar (membenarkan kitab-kitab sebelumnya) (QS. 2: 41, 91, 97; 3: 3; 5: 48;
6: 92; 10: 37; 35: 31; 46: 1; 12: 30)
Sebagai Furqon (pembeda antara haq dan yang bathil, baik dan buruk)
Sebagai obat penyakit (jiwa) (QS. 10: 57; 17:82; 41: 44)
Sebagai pemberi kabar gembira
Sebagai hidayah atau petunjuk (QS. 2:1, 97, 185; 3: 138; 7: 52, 203, dll)
Sebagai peringatan
Sebagai cahaya petunjuk (QS. 42: 52)
Sebagai pedoman hidup (QS. 45: 20)
Sebagai pelajaran
Al-Qur’an sebagai Mukjizat
Mukjizat memiliki arti melemahkan, mengalahkan, atau membuat tidak kuasa. Al-
Qur’an sebagai mukjizat berarti ia dapat mengalahkan atai melemahkan sehingga tida ada
seorangpun yang kuasa melawannya. Mukjizat tersebut dapat berupa keindahan susunan
bahasanya dan dari kedalaman isinya.
Dari segi bahasa, Al-Qur’an, tidak ada seorang pun yang dapat menandinginya. Hal ini
membuktikan bahwa Al-Qur’an bukanlah buatan manusia, melainkan murni wahyu dari
Allah SWT. Terhadap orang-orang yang tidak percaya kepada Al-Qur’an, Tuhan menantang
mereka secara bertahap:
- Menantang mereka untuk menyusun karangan semacam Al-Qur’an secara
keseluruhan
- Kalau tak bisa, silakan menyusun sepuluh surat saja semacam Al-Qur’an
- Kalau tak bisa, silakan menyusun satu surat saja
- Jika tidak bisa juga, Tuhan menantang manusia unti membuat sesuatu seperti atau
lebih kurang sama dengan surat Al-Qur’an
Bagaimanapun usahanya, manusia tidak akan bisa dan pasti tidak akan mampu untuk
menyaingi Al-Qur’an. Dari segi isi, susunan bahasa, sastra, dan keindahannya, apa yang ada
dalam Al-Qur’an bukan sekadar tanpa makna. Makna-makna yang terkandung dalam Al-
Qur’an begitu luas. Ayat-ayatnya selalu memberikan kemungkinan arti yang tak terbatas, dan
selalu terbuka untuk menerima interpretasi baru. Al-Qur’an telah disesuaikan (sudah pasti
disesuaikan) bagi seluruh zaman. Al-Qur’an berisi petunjuk agama atau syari’at, dan
mengandung mukjizat, tuntunan hidup di dunia dan hidup sesudah mati, serta berita-berita
gaib, seperti berita tentang manusia akan dibangkitkan di hari akhirat. Al-Qur’an juga
mengandung keterangan tentang isyarat-isyarat ilmiah. Seluruh ilmu pengetahuan dan
teknologi pada dasarnya berasal dari Al-Qur’an.
Keutamaan membaca Al-Qur’an, yaitu membacanya adalah ibadah. Bagi orang yang
membaca Al-Qur’an akan mendapat pahala yang telah dijanjika Allah SWT. Menurut Ali
Bin Abi Thalib, membaca Al-Qur’an dalah 50 kebajikan untuk tiap-tiap hurufnya apabila
dibaca waktu melaksanakan sholat, 25 kebajikan apabila di luar sholat (dalam keadaan
berwudhu), dan 10 kebajikan apabila tidak berwudhu. Bukan hanya membaca,
mendengarkan orang yang membaca Al-Qur’an pun akan mendapat kan pahala. Selain
membaca dan mendengar, belajar dan mengajarkan membaca Al-Qur’an pun adalah suatu
kebajikan.
B. As-SunnahSecara termilogi ilmu Islam antara al-hadist dan al-sunnah memiliki arti yang identik.
Sunnah memiliki arti segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammmad SAW dalam
bentuk qaul (ucapan), fi’il (perbuatan), taqrir (penetapan). Pengertian sunnah tersebut sama
dengan Al-Hadist yang artinya berita atau kabar. Namun dilain pihak terdapat pendapat yang
menyebutkan bahwa antara Al-Sunnah dengan Al-Hadist memiliki pengertian yang berbeda.
Al-Sunnah diartikan sebagai perbuatan, perkataan dan keizinan Nabi SAW yang asli,
sedangkan Al-Hadist adalah catatan tentang perbuatan, perkataan dan keizinan Nabi yang
sampai pada kita sekarang ini.
Penulisan Al-Hadist dimulai setelah Nabi wafat. Pada masa itu banyak bermunculan
riwayat tentang hadist. Namun para sahabat hanya menerima periwayatan yang benar-benar
terpecaya yaitu dari orang-orang yang tetap berpegang pada sunnah Rasulullah dan menolak
hadist dari para ahli bidah.
Pada abad ke-1,ketika orang-orang mengumpulkan dan menulis kembali hadist Nabi
terdapat banyak sekali hadist. Maka dari itu, untuk menguji validasi dan kebenaran dari suatu
hadist itu para muhadditsin (pengumpul dan periwayat hadist) menyeleksinya dengan
memperhatikan jumlah dan kualitas jaringan periwayat hadist tersebut yang dikenal dengan
sanad ( rangkaian periwayatan, orang-orang yang meriwayatkan hadist, sejak orang yang
mengabarkan, menceritakan kepada penulis hadist sampai ke periwayat sebelumnya hingga
bersambung kepada Nabi Muhammad SAW ). Pada masa ini para sahabat bersikap membatasi
periwayatan hadist, teliti dalam menyampaikan dan menerima riwayat hadist, dan kritis
terhadap meteri hadist.
Pada abad ke-2 Hijriah, hadist mulai dibukukan atas himbauan Khalifah Umar bin Abdul
Aziz. Pengkodifikasi ini diperkasai oleh Muhammad ibn Muslim ibn Syihab al-Zuhri.
Pada abad ke-3 Hijriah merupakan masa keemasan perkembangan penulisan AL-Hadist,
mulai ditemukan perumusan-perumusan dan kaedah-kaedah penulisan AL-Hadist, seperti
tentang “Tarikh al-Rijal” (Sejarah dan Riwayat Hidup para perawi hadist) yang ditulis oleh
Yahya ibn Ma’in (w.234H/848M).
Pada abad ke-4 dan ke-5 Hijriah mulai ditulis secara khusus kitab-kitab yang membahas
tentang ilmu hadist yang bersifat komprehensif. Dan abad setelahnya bermuncullanlah karya-
karya di bidang ilmu hadist yang sampai saat ini masih menjadi referensi dalam pembahasan
ilmu hadist.
As-Sunnah memiliki berbagai macam dan dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu As-
Sunnah yang ditinjau dari segi bentuknya, segi jumlah orang-orang yang menyampaikan hadist
(sanad), segi kualitas, dan segi diterima atau tidaknya.
As- Sunnah ditinjau dari segi bentuknya memiliki 3 macam yaitu, Fi’li ( perbuatan
Nabi ), Qauli ( perkataan Nabi ) dan Taqriri ( keizinan atau persetujuan Nabi ) seperti sahabat
yang disaksikannya dan kemudian Nabi menentukan sikapnya.
As-Sunnah jika dilihat dari segi jumlah orang yang menyampaikannya terdiri dari: 1.
Mutawatir
Hadist yang diriwayatkan oleh banyak orang sehingga sulit jika mereka bersepakat untuk
berkata dusta. Sebagai contoh hadist mengenai cara shalat, Nabi mengatakan “shallu kama
raaitumuni ushalli” shalatlah anda sebagaimana anda melihat saya shalat. Hadits tersebut dapat
berkembang karena pada waktu itu sahabat-sahabat Nabi mendengarkan perkataan beliau
tersebut dan meneruskan kabar tersebut kepada keluarganya seta kerabat-kerabatnya.
Untuk menempatkan hadist ini diperlukan syarat-syarat seperti periwayatan disampaikan
berdasarkan tanggapan panca indra, jumlah rawi-rawinya, dan adanya keseimbangan jumlah
antara rawi-rawi.
2. Mansyur
Hadist yang diriwayatkan orang orang dalam jumlah yang banyak, namun tidak sebanyak
rawi pada mutawatir
3. Ahad
Suatu hadist yang tidak memenuhi syarat-syarat mutawatir, seperti mengenai tentang
shalat sunnah Nabi, jual-beli,mandi, pergaulan Nabi dll.
As-Sunnah ditinjau dari segi kualitasnya yaitu
1. Shahih
Hadist yang sehat, diriwayatkan oleh orang-orang yang baik dan kuat hafalannya,
materinya baik serta persambungan sanadnya dapat dipertanggung jawabkan.
2. Hasan
Hadist yang memenuhi persyaratan hadits shahih namun dari segi hafalan pembawanya
yang kurang baik.
3. Dhair
Hadist yang lemah karena terdapat masalah dalam sanadnya yaitu sanadnya terputus atau
Karena salah satu pembawanya kurang baik.
4. Maudhu’
Merupakan sebuah hadist palsu yang dibuat oleh seseorang dan dikatakan sebagai sabda
atau perbuatan Nabi.
As-Sunnah ditinjau dari diterima atau tidaknya, yaitu terdiri dari Maqbul ( hadist yang
dapat diterima ) Mardud ( hadist yang ditolak )
As-Sunnah memiliki kedudukan-kedudukan penting dalam kehidupan ini, yaitu Sunnah
yang merupakan sumber hukum Islam kedua setelah Al-Qur’an. Kedudukan-kedudukan
tersebut 1) setiap mukmin wajib taat kepada Allah dan RasulNya, 2) seseorang yang menyalahi
Sunnah akan mendapat siksa, 3) menjadikan Sunnah sebagai sumber hokum tanda orang yang
beriman.
Sunnah berhubungan juga terhadap AL-Quran yaitu Al-Sunnah berfungsi sebagai
penafsir, pensyarah, penjelas terhadap Al-Quran. Contoh hadist yang hanya memperkokoh
pernyataan A-Quran yaitu pada surat Al-Baqarah 2:185 “Sumuu li ru’yatihi” (puasalah kamu
karena melihat bulan).
Seiring dengan berjalannya waktu, muncullah kegiatan pemalsuan hadist, untuk itu
diperlukannya kehati-hatian dalam penerimaan hadist yaitu dengan cara: 1) melakukan
pembahasan terhadap sanad serta melakukan penelitian terhadap perawi, 2) melakukan perjalan
untuk mencari sumber hadist langsung dari perawi aslinya, 3) melakukan perbandingan antara
riwayat suatu hadist dengan hadist yang lebih kuat.
Perbedaan Kedudukan Al-Sunnah dengan Al-Quran dalam Menetapkan Sesuatu
Walaupun Al-Quran dan Al-Sunnah memiliki kesamaan sebagai sumber ajaran agama
Islam, namun ternyata keduanya memiliki perbedaan, yaitu:
a. Segala hal yang ditetapkan Al-Quran memiliki nilai yang absolute, sedangkan Al-
Sunnah tidak semuanya absolute, ada yang bersifat nisbi (zhanni, tidak perlu dan tidak boleh
dipergunakan.
b. Sikap seorang muslim terhadap Al-Quran adalah keyakinan, sedangkan Al-
Sunnah sebagian besar adalah zhanny ( dugaan-dugaan yang kuat ).
Kita tidak dapat menggunakan Al-Quran sebagai satu-satunya sebuah petunjuk dalam
menjalani hidup ini. Seperti yang diperintahkan Allah SWT dalam Al-Quran kepada kita agar
menaati-Nya dan menaati Rasul-Nya (QS 3:31-31), untuk itu kita perlu Al-Sunnah sebagai
sumber hukum dan ajaran setelah Al-Quran. Sebagai pedoaman hidup dan sumber ajaran Islam,
AL-Hadist harus kita terima dengan kritis. Para ulama Ahli Hadist ( Muhaddistin )
menghasilkan rumusan-rumusan.
Untuk meneliti skeshahihan suatu matan, diperlukan penelitian terhadap matan tersebut.
Langkah-langkah kegiatan penelitian suatu matan hadist antara lain:
1. Meneliti matan dengan melihat kualitas sanadnya
Matan dan sanad memiliki kedudukan yang sama. Suatu matan akan mempunyai arti
apabila matannya telah memenuhi syarat. Tanpa adanya sanad, maka suatu matan tidak dapat
dinyatakan sebagai berasal dari Rasulullah.
Suatu Hadist yang memiliki sanad yang shahih belum tentu memiliki matan yang shahih
pula. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa factor, antara lain:
a. Karena telah terjadi kesalahan dalam penelitian matan
b. Terjadinya kesalahan dalam penelitian sanad
c. Matan hadist yang bersangkutan telah mengalami periwayatan secara makna yang
ternyata mengalami kesalahpahaman..
Tolak ukur suatu matan dinyatakan maqbul yaitu:
a. Tidak bertentangan dengan akal sehat
b. Tidak bertentangan dengan Al-Quran
c. Tidak bertentangan dengan hadist mutawatir
d. Tidak bertentangan dengan amalan yang telah menjadi kesepakatan
e. Tidak bertentangan dengan dalil yang telah pasti
f. Tidak bertentangan dengan hadist ahad
2. Meneliti susunan matan yang semakna
Apabila terdapat perbedaan lafal pada matan hadist yang semakna, itu terjadi karena
dalam periwayatan hadist telah terjadi periwayatan hadist secara semakna. Menurut ulama
hadist perbedaan lafal yang tidak mengakibatkan perbedaan makna, asal sanadnya sama-sama
shahih, maka hal tersebut tetap dapat ditoleransi.
3. Meneliti kandungan matan
Dalam meneliti kandungan matan, hal yang pertama harus dilakukan yaitu
membandingkan kandungan matanyang sejalan dengan yang lainnya. Setelah lafalnya diteliti,
maka diteliti pula matannya, diperhatikan pula matan-matan dan dalil-dalil lain yang punya
topic atau masalah yang sama. Apabila terdapat matan dengan topic yang sama, maka matan
tersebut peelu dditeliti sanadnya. Apabila memenuhi syarat, maka kegiatan muqaranah
( perbandingan ) kandungan matan tersebut dilakukan.
Sampai saat ini terdapat 6 karya-karya yang disebut shahih, antara lain:
1. Jami’ Shahih Bukhari (oleh Abu Abdullah Muhammad Al-Bukhari)
2. Shahih Muslim (oleh Abu Husain ‘Asakir al-din Muslim)
3. Sunan Abu Dawud ( oleh: Abu Dawud Al-Sijistani)
4. Jami’ Al-Tirmizi ( oleh: Abu Isa Muhammad Al-Tirmizi )
5. Sunan Al-Nasa’I ( oleh: Abu Al-Rahman Al-Nasa’i )
6. Sunan Ibn Majah ( oleh: Abu Abdullah Muhammad Ibn Majah )
C. Ra’yu atau Ijtihad
Ijtihad diambil dari kata ijtihada-yajtahidu-ijtihadan yang artinya upaya sungguh-
sunguh yang dilakukan seseorang dalam memahami sesuatu. Karena ijtihad merupakan
kerja pikiran yang menggunakan akal sehat, maka ijtihad disebut dengan ra’yu
(penglihatan).
Sebelum melakukan ijtihad terdapat syarat-syarat yang penting dilakukan yaitu:
1. Mengetahui Nash Al-Quran dan As-Sunnah
2. Mengetahui soal-soal ijma’
3. Mengerti dan menguasai bahasa arab
4. Mengetahui ushul Fiqh
5. Mengetahui nasikh dan mansukh
6. Memiliki ilmu-ilmu penunjang lainnya
Ijtihad memiliki arti yang penting dalam memahami agama dari sumbernya, karena
tidak semua orang dapat menggali pengertian Al-Quran. Kesungguhan memahami Al-
Quran dan As-sunnah dilakukan oleh para mujtahid dengan memahami secara tersirat
dan tersurat dalam nash ( Al-Quran dan As-Sunnah ) dengan memperhatikan jiwa,
rahasia hukum, alasan-alasan, unsure kemaslahatan yang terkandung dalam kedua
sumber tersebut.
Dalam menghadapi pemasalahan yang muncul saat ini seperti, masalah muamalah,
pergailan antar umat telah menimbulkan berbagi persoalan yang rumit, oleh karena itu,
ijtihad sangat penting dalam menyelesaikan permasalahan ini.
3. Asal Usul dan Perkembangan Agama Islam
3.1 Perkembangan Islam di Masa Nabi
A. Arab Zaman JahiliyahPada zaman sebelum Muhammad dilahirkan, Arab adalah bangsa yang memiliki
peradaban jahiliyah atau bodoh. Pada masa ini masyarakat Arab menyembah berhala dan minum minuman keras. Watak mereka sombong, angkuh, dan keras.
Fase kehidupan bangsa Arab tanpa bimbingan wahyu Ilahi dan hidayah sangatlah panjang. Oleh sebab itu, di antara mereka banyak ditemukan tradisi yang sangat buruk. Berikut ini adalah contoh beberapa tradisi buruk masyarakat Arab Jahiliyah.
- Perjudian atau maisir. Ini merupakan kebiasaan penduduk di daerah perkotaan di Jazirah Arab, seperti Mekkah, Thaif, Shan’a, Hijr, Yatsrib, dan Dumat al Jandal.
- Minum arak (khamr) dan berfoya-foya. Meminum arak ini menjadi tradisi di kalangan saudagar, orang-orang kaya, para pembesar, penyair, dan sastrawan di daerah perkotaan.
- Nikah Istibdha’, yaitu jika istri telah suci dari haidnya, sang suami mencarikan untuknya lelaki dari kalangan terkemuka, keturunan baik, dan berkedudukan tinggi untuk menggaulinya.
- Mengubur anak perempuan hidup-hidup jika seorang suami mengetahui bahwa anak yang lahir adalah perempuan. Karena mereka takut terkena aib karena memiliki anak perempuan.
- Membunuh anak-anak, jika kemiskinan dan kelaparan mendera mereka, atau bahkan sekedar prasangka bahwa kemiskinan akan mereka alami.
- Ber-tabarruj (bersolek). Para wanita terbiasa bersolek dan keluar rumah sambil menampakkan kecantikannya, lalu berjalan di tengah kaum lelaki dengan berlengak-lenggok, agar orang-orang memujinya.
- Lelaki yang mengambil wanita sebagai gundik, atau sebaliknya, lalu melakukan hubungan seksual secara terselubung.
- Prostitusi. Memasang tanda atau bendera merah di pintu rumah seorang wanita menandakan bahwa wanita itu adalah pelacur.
- Fanatisme kabilah atau kaum.- Berperang dan saling bermusuhan untuk merampas dan menjarah harta benda dari
kaum lainnya. Kabilah yang kuat akan menguasai kabilah yang lemah untuk merampas harta benda mereka.
- Orang-orang yang merdeka lebih memilih berdagang, menunggang kuda, berperang, bersyair, dan saling menyombongkan keturunan dan harta. Sedang budak-budak mereka diperintah untuk bekerja yang lebih keras dan sulit.
B. Masa Kecil Nabi
Rosul tidak menyusu pada ibunya,melainkan disusukan kepada orang lain,yaitu kepada Halimatussa’diyah selama dua tahun.Pada nabi berusia tiga tahunan,ada yang melihat bahwa ada dua orang datang pada Nabi dan membelah perutnya serta mengambil sesuatu dari dalamnya.
Ketika Nabi berusia 6 tahun, Aminah membawanya ke Medinah untuk diperkenalkan kepada saudara-saudara kakeknya dari pihak Keluarga Najjar serta berziarah kemakam ayahnya.Tetapi ditengah perjalanan tepatnya di Abwa’ Aminah mengalami sakit dan akhirnya meninggal dunia.
Nabi kemudian di bawah asuhan kakeknya, Abd’l-Muttalib. Tetapi orang tua itu juga meninggal tak lama kemudian, dalam usia delapanpuluh tahun, sedang Muhammad waktu itu
baru berumur delapan tahun. Sekali lagi Muhammad dirundung kesedihan karena kematian kakeknya itu, seperti yang sudah dialaminya ketika ibunya meninggal. Begitu sedihnya dia, sehingga selalu ia menangis sambil mengantarkan keranda jenazah sampai ketempat peraduan terakhir.Kemudian pengasuhan Muhammad di pegang oleh Abu Talib. Sekalipun dalam kemiskinannya itu, tapi Abu Talib mempunyai perasaan paling halus dan terhormat di kalangan Quraisy. Dan tidak pula mengherankan kalau Abd’l-Muttalib menyerahkan asuhan Muhammad kemudian kepada Abu Talib. Abu Talib mencintai kemenakannya itu sama seperti Abd’l-Muttalib juga. Karena kecintaannya itu ia mendahulukan kemenakan daripada anak-anaknya sendiri. Budi pekerti Muhammad yang luhur, cerdas, suka berbakti dan baik hati, itulah yang lebih menarik hati pamannya.
Ketika usia Nabi baru duabelas tahun, ia turut dalam rombongan kafilah dagang bersama Abu Talib ke negeri Syam. Diceritakan, bahwa dalam perjalanan inilah ia bertemu dengan rahib Bahira, dan bahwa rahib itu telah melihat tanda-tanda kenabian padanya sesuai dengan petunjuk cerita-cerita Kristen. Rahib itu menasehatkan keluarganya supaya jangan terlampau dalam memasuki daerah Syam, sebab dikuatirkan orang-orang Yahudi yang mengetahui tanda-tanda itu akan berbuat jahat terhadap dia.Muhammad yang tinggal dengan pamannya, menerima apa adanya. Ia melakukan pekerjaan yang biasa dikerjakan oleh mereka yang seusia.
C. Diangkatnya Muhammad Menjadi Nabi
Muhammad pertama kali diangkat menjadi rasul pada malam hari, tepatnya tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611 M, ketika itu malaikat Jibril datang dan membacakan surah pertama dari Quran yang disampaikan kepada Muhammad, yaitu surah Al-Alaq. Kemudian nabi diperintahkan untuk membaca ayat tersebut, namun ia menolak dan berkata ia tidak bisa membaca. Malaikat Jibril mengulangi sampai tiga kali dan meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Jibril berkata:
"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(Al-Alaq 96: 1-5)"
Muhammad berusia 40 tahun 6 bulan dan 8 hari ketika ayat pertama sekaligus pengangkatannya sebagai rasul disampaikan kepadanya menurut perhitungan tahun qomariyah (penanggalan berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun syamsiah atau tahun masehi (penanggalan berdasarkan matahari).
D. Dakwah di Mekkah
Setelah turunnya surat Al-Muddatsir yang membangkitkan semangat Nabi, beliau memulai dakwahnya di sekitar Mekkah. Ada dua jenis dakwah yang beliau lakukan selama di Mekkah, yaitu
a. Dakwah Secara Sembunyi-Sembunyi
Dakwah ini dilakukan pada masa-masa awal beliau diangkat menjadi Nabi. Dakwah dengan metode ini adalah menghampiri rumah-rumah kerabat yang beliau percaya untuk diajak memeluk Islam. Orang-orang pertama yang memeluk Islam disebut Assabiqunal Awwalun, di antaranya Siti Khadijah, Zaid bin Harits, Ali bin Abi Thalib.
Dakwah secara sembunyi-sembunyi dilakukan oleh Nabi Muhammad selama kurang lebih tiga tahun.
b. Dakwah Secara Terang-Terangan
Setelah mendapat wahyu untuk menyebarkan ajaran agama Islam secara terang-terangan (QS Al-Hijr : 94-95), Nabi akhirnya meluaskan Islam dengan terang-terangan. Oleh karena itu, kaum kafir Quraisy mengetahui kegiatan dakwah Nabi dan dengan keras menentangnya. Sejak saat itu pula dimulai pergulatan politik dan pertarungan pemikiran antara Islam dan kekufuran, antara yang haq dan yang batil.
Cobaan lain yang Rasulullah terima pada masa ini adalah meninggalnya paman kesayangannya, Abu Thalib dan istri tercintanya, Siti Khadijah. Hal ini sangat memukul mental Rasulullah, dan kaum Quraisy langsung melonjak begitu kedua pilar Rasulullah itu tumbang.
E. Dakwah di Madinah
Dakwah Rasulullah periode Madinah, dimulai dari peristiwa Hijrah. Hijrah tersebut merupakan peristiwa terpenting dalam sejarah Madinah sehubungan dengan pembangunan agama Islam. Di kota ini Nabi Muhammad mendirikan Masjid Nabawy dan sekaligue mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Kaum Ansar.
Dakwah Rasulullah SAW periode Madinah berlangsung selama sepuluh tahun, yakni dari semenjak tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijriah sampai dengan wafatnya Rasulullah SAW, tanggal 13 Rabiul Awal tahun ke-11 hijriah.
Materi dakwah yang disampaikan Rasulullah SAW pada periode Madinah, selain ajaran Islam yang terkandung dalam 89 surat Makiyah dan Hadis periode Mekah, juga ajaran Islam yang terkandung dalm 25 surat Madaniyah dan hadis periode Madinah. Adapaun ajaran Islam periode Madinah, umumnya ajaran Islam tentang masalah sosial kemasyarakatan.
Mengenai objek dakwah Rasulullah SAW pada periode Madinah adalah orang-orang yang sudah masuk Islam dari kalangan kaum Muhajirin dan Ansar. Juga orang-orang yang belum masuk Islam seperti kaum Yahudi penduduk Madinah, para penduduk di luar kota Madinah yang termasuk bangsa Arab dan tidak termasuk bangsa Arab.
Dakwah Rasulullah SAW yang ditujukan kepada orang-orang yang sudah masuk Islam (umat Islam) bertujuan agar mereka mengetahui seluruh ajaran Islam baik yang diturunkan di Mekah ataupun yang diturunkan di Madinah, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka betul-betul menjadi umat yang bertakwa. Selain itu, Rasulullah SAW dibantu oleh para sahabatnya melakukan usaha-usaha nyata agar terwujud persaudaraan sesama umat Islam dan terbentuk masyarakat madani di Madinah.
Mengenai dakwah yang ditujukan kepada orang-orang yang belum masuk Islam bertujuan agar mereka bersedia menerima Islam sebagai agamanya, mempelajari ajaran-ajarannya dan mengamalkannya, sehingga mereka menjadi umat Islam yang senantiasa beriman dan beramal saleh, yang berbahagia di dunia serta sejahtera di akhirat.
Tujuan dakwah Rasulullah SAW yang luhur dan cara penyampaiannya yang terpuji, menyebabkan umat manusia yang belum masuk Islam banyak yang masuk Islam dengan kemauan dan kesadarn sendiri. namun tidak sedikit pula orang-orang kafir yang tidak bersedia masuk Islam, bahkan mereka berusaha menghalang-halangi orang lain masuk Islam dan juga berusaha melenyapkan agama Islam dan umatnya dari muka bumi. Mereka itu seperti kaum kafir Quraisy penduduk Mekah, kaum Yahudi Madinah, dan sekutu-sekutu mereka.
Setelah ada izin dari Allah SWT untuk berperang, sebagaimana firman-Nya dalam surah Al-Hajj, 22:39 dan Al-Baqarah, 2:190, maka kemudian Rasulullah SAW dan para sahabatnya menyusun kekuatan untuk menghadapi peperangan dengan orang kafir yang tidak dapat dihindarkan lagi.
Peperangan-peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW dan para pengikutnya itu tidaklah bertujuan untuk melakukan penjajahan atau meraih harta rampasan perang, tetapi bertujuan untuk:
- Membela diri, kehormatan, dan harta.- Menjamin kelancaran dakwah, dan memberi kesempatan kepada mereka yang
hendak menganutnya.- Untuk memelihara umat Islam agar tidak dihancurkan oleh bala tentara Persia dan
Romawi.
Peperangan yang dilakukan Rasulullah selama periode dakwah di Madinah, antara lain perang Badar, Perang Uhud, dan Perang Khandaq.
Setelah Rasulullah SAW dan para pengikutnya mampu membangun suatu negara yang merdeka dan berdaulat, yang berpusat di Madinah, mereka berusaha menyiarkan dan memasyhurkan agama Islam, bukan saja terhadap para penduduk Jazirah Arabia, tetapi juga keluar Jazirah Arabia, maka bangsa Romawi dan Persia menjadi cemas dan khawatir kekuaan mereka akan tersaingi
Penyebaran Islam, yang meski pada awalnya banyak tantangan, pada periode awal ini berjalan sangat pesat. Dalam waktu 30 tahun Islam telah menyebar ke seluruh Semenanjung Arabia, Palestina, Suria, Irak, Persia, dan Mesir. Hal ini karena Islam selalu disebarkan dengan cara damai melalui jalan dakwah dan tidak memaksakan ajaran-ajaran Islam pada penduduknya. Hal ini sesuai dengan prinsip dasar Islam yang tidak membenarkan adanya pemaksaan dalam agama (QS 2:256)
F. Kepemimpinan Khulafaurrasyidin
Khulafaurrasyidin menurut istilah adalah pemimpin umat dan kepala negara yang telah mendapat petunjuk dari Allah SWT. untuk meneruskan perjuangan Nabi Muhammad saw.
Masa pemerintahan khulafaurrasyidin adalah empat khalifah pertama sesudah wafatnya Rasulullah SAW :
Abu Bakar Ash-Shidiq (632 – 634 M)
Ia adalah sahabat nabi yang paling setia dan terdepan dalam membela Nabi Muhammad dan para pemeluk Islam. Ia juga orang yang ditunjuk Nabi SAW untuk menemani hijrah ke Yatsrib (Madinah). Ketika Nabi SAW sakit keras, Abu Bakar adalah orang yang ditunjuk untuk menggantikan beliau sebagai imam dalam shalat. Karena hal ini kemudian dianggap sebagai petunjuk agar Abu Bakar nantinya yang akan menggantikan kepemimpinan Islam sesudah Nabi SAW wafat.
Umar bin Khattab (634 – 644 M)
Pengangkatan Umar menjadi khalifah adalah berdasarkan surat wasiat yang ditinggalkan oleh Abu Bakar. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar ibn Khatthab sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramai- ramai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu'minin (petinggi orang-orang yang beriman).
Utsman bin Affan (644 – 655 M)
Pengangkatan Utsman tidak seperti pengangkatan khalifah sebelumnya,Ustman diangkat menjadi khalifah setelah diadakan musyawarah oleh para sahabat yang ditunjuk oleh Umar melalui surat wasiatnya. Hal tersebut dilakukan setelah Uhtmar bin Khattab tidak dapat memutuskan bagaimana cara terbaik menentukan khalifah penggantinya. Segera setelah peristiwa penikaman dirinya oleh Fairuz, seorang majusi persia, Umar mempertimbangkan untuk tidak memilih pengganti sebagaimana dilakukan Rasulullah. Umar menunjuk enam orang Sahabat sebagai Dewan Formatur yang bertugas memilih Khalifah baru. Keenam Orang itu adalah Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abu Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi tholib.
Ali bin Abi Thalib (655 – 661 M)
Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Namun demikian, kemudian timbullah persoalan ketika Ali mulai mengeluarkan kebijakasanaan baru sebagai khalifah. Ali menon-aktifkan para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.
3.2 Sejarah Perkembangan Islam di Indonesia
A. Masyarakat Nusantara Pra-Islam
Sebelum Islam masuk ke Indonesia, telah ada kerajaan-kerajaan yang memerintah
diantaranya adalah kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang, Jambi, Riau dan sekitarnya.
Lalu di Jawa ada kerajaan Tarumanegara, kerajaan Kalingga, kerajaan Majapahit, kerajaan
Kediri dan kerajaan Singasari.
Kehidupan masyarakatnya sendiri pada zaman kerajaan Hindu-Budha sudah terlihat maju
baik dari segi pemerintahannya, juga dari segi toleransi beragamanya. Khususnya pada zaman
kerajaan Majapahit, hal ini dibuktikan dengan dibentuknya badan-badan yang mengurus
keagamaan Hindu dan Budha. Selain itu, walaupun berbeda agama, Hayam Wuruk yg
beragama Hindu, dapat bekerja sama dengan baik dengan Gajah Mada yang beragama Budha.
Perbedaan agama tidak menghalangi kerjasama diantara keduanya. Gambaran toleransi
kehidupan beragama di kerajaan Majapahit ini digambarkan dalam kitab sutasoma karya Empu
Tantular. Keadaan sosial ekonomi rakyat pun juga cukup baik. Sistem pertanian sangat maju
dengan pengairan yang teratur dan pengolahan yang baik. Mereka juga memiliki bandar dagang
yang besar.
Namun, kejayaan kerajaan-kerajaan Hindu-Budha ini mulai runtuh ketika raja yang
mengantarkan kerajaan tersebut pada masa keemasan wafat dan tidak ada tokoh lain yang
cakap dan berwibawa untuk menggantikannya. Hal lain juga karena adanya perang-perang
yang terjadi yang melemahkan sistem pemerintahan kerajaan tersebut. Sebab lain yang
menyebabkan keruntuhan kerajaan Pra-Islam baik Hindu maupun Budha adalah karena
masuknya ajaran Islam secara damai dan dengan ajarannya yang logis mudah diterima
masyarakat.
Pada masa-masa kerajaan Hindu-Budha ini, peninggalan-peninggalan yang masih bisa
dilihat dan dirasakan sampai sekarang adalah adanya agama Hindu dan Budha itu sendiri.
Diketahui bahwa agama hindu-Budha diperkirakan telah memasuki Indonesia sejak abad ke-2
sampai 5 Masehi dan mulai berkembang pesat sejak abad ke-7 Masehi. Juga candi-candi, stupa,
arca dan wihara.
B. Proses Masuknya Islam
Diduga Islam pertama kali diperkenalkan oleh para musafir dan pedagang muslim yang
berasal dari Arab, Persia dan India. Agama islam ini masuk ke Nusantara secara bertahap dan
berkesinambungan sehingga menyebar ke Sumatra, Jawa, kalimantan, Sulawesi dan tempat-
tempat lainnya. Nilai-nilai ajaran Islam disampaikan diantaranya melalui perdagangan,
perkawinan, pendidikan dan kesenian.
a. Islamisasi Melalui Kegiatan Perdagangan
Para pedagang dari Gujarta, Arab, dan Persia yang datang ke Nusantara berdagang sambil
berupaya mengambil simpati dari masyarakat setempat. Mereka mendekati orang-orang yang
berperan penting dalam dunia perdagangan dan para penduduk. Melalui upaya itu, transaksi
dapat berjalan lancar dan sedikit demi sedikit memperkenalkan Islam kepada mereka.
b. Islamisasi Melalui Perkawinan
Mereka orang-orang yang mampu dalam perekonomiannya, mengawini anak-anak
bangsawan pribumi. Dengan begitu agama Islam berkembang di lingkungan mereka. Ketka
Raja atau para bangsawan memeluk Islam, penduduk setempat pun banyak yang mengikutinya.
c. Islamisasi Melalui Pendidikan
Para muballigh menyelenggarakan pesnatren-pesantren untuk membentuk orang-orang
yang kelak berpotensi menjadi ulama. Kemudian orang tersebut akan menyebarkan agama
Islam ke pelosok-pelosok melalui kegiatan dakwah dan pengajian.
d. Islamisasi Melalui Kesenian
Melalui seni, contohnya seni pahat, seni ukir, tari dan wayang, dakwah Islam dilakukan.
Dengan begitu, masyarakat akan tertarik untuk mempelajari agama Islam. Contohnya adalah
Sunan Kalijaga yang berdakwah melalui pertunjukkan wayang dengan memasukkan unsur
Islam kedalamnya.
Mulai abad ke-3 H, kerajaan-kerajaan Islam mulai bermunculan diantaranya kerajaan
Samudra Pasai di Aceh sebagai kerajaan Islam pertama di Indonesia. Semakin kesini, kerajaan
Islam semakin bermunculan yakni pada abad ke 13 samapi ke 17. Kerajaan-kerajaan tersebut
adalah kerajaan Demak, Ternate, Gowa dan juga kerajaan Tallo. Sama seperti kerajaan-
kerajaan Hindu-Budha, Kerajaan-kerajaan Islam di Indonesia juga memiliki masa kejayaannya
masing-masing. Dan sama seperti kerajaan Hindu-Budha, pada akhirnya kerajaan-kerajaan
Islam tersebut mengalami keruntuhan dengan berbagai penyebab seperti karena banyak daerah
yang melepaskan diri atau karena penguasa kerajaan yang kurang cakap.
Di Nusantara sendiri, khususnya di wilayah Pulau Jawa ada kelompok yang sangat
berperan penting bagi perkembangan Islam yaitu wali songo atau 9 wali. Para wali ini banyak
yang bertugas sebagai penasihat atau pembantu sultan karena selain memegang peranan penting
di bidang keagamaan, mereka juga berperan di bidang pemerintahan.
C. Masuknya Islam di Indonesia
Ada 3 teori yang menjelaskan tentang proses masuknya Islam ke Indonesia:
1. Teori Gujarat, teori ini dipelopori oleh Snouck Hurgronje, menyatakan bahwa
agama Islam masuk ke nusantara pada abad ke-13 Masehi yang dibawa oleh para pedagang dari
Kambay (Gujarat), India
2. Teori Persia, teori ini dipelorpori oleh P. A. Husein Hidayat, menyatakan bahwa
agama Islam dibawa oleh para pedagang dari Persia (sekarang Iran) karena adanya beberapa
kesamaan antara masyarakat Islam Indonesia dengan Persia
3. Teori Mekkah, teori ini menyanggah bahwa Islam baru masuk ke Indonesia abad
ke-13 Masehi. Teori ini mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dari Mekkah,
sebagai pusat agama islam sejak abad ke-7 Masehi, Teori ini didasari oleh berita yang
menyatakan bahwa pada abad ke-7 sudah terdapat sebuah perkampungan muslim di pantai
barat Sumatera.
Proses masuknya Islam ke Indonesia dilakukan secara damai dan baik-baik. Adapun cara-
cara yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Melalui cara perdagangan. Indonesia dilalui oleh jalur perdagangan laut yang
menghubungkan antara Cina dan daerah lain di Asia. Letak Indonesia yang sangat strategis ini
membuat lalu lintas perdagangan di Indonesia sangat padat karena dilalui oleh para pedagang
dari seluruh dunia, termasuk pedagang muslim. Pada perkembangan selanjutnya, para pedagang
muslim ini banyak yang tinggal dan mendirikan perkampungan islam di nusantara.
2. Melalui perkawinan. Bagi masyarakat pribumi, para pedagang muslim dianggap
sebagai kalangan terpandang. Hal ini menyebabkan banyak penguasa pribumi untuk
menikahkan anak gadis mereka dengan para pedagang ini. Sebelum menikah, sang gadis akan
menjadi muslim terlebih dahulu.
3. Melalui pendidikan. Pendidikan dilakukan di pesantren/pomdok yang dibimbing
oleh ulama atau kyai. Para santri yang sudah lulus akan pulang ke kampong halamannya dan
mendakwahkan Islam di kampong halamannya masing-masing
D. PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA
Beberapa hal yang menyebabkan agama Islam terus berkembang pesat di Indonesia
diantaranya sebagai berikut:
1. Adanya perkawinan antara pedagang Arab, Persia, dan Gujarat dengan para
penduduk Indonesia
2. Adanya sistem pendidikan pondok pesantren yang memungkinkan masyarakat
Indonesia untuk lebih mudah menuntut ilmu tentang Islam
3. Kerja keras dan perjuangan yang gigih para ulama dan mubaligh dalam
menyebarluaskan Islam di Indonesia
4. Metode penyampaian mengena di hati masyarakat karena proses islamisasi
disesuaikan dengan latar kebudayaan yang dimiliki Indonesia
5. Ajaran Islam sederhana dan mudah dimengerti
6. Syarat masuk Islam mudah, yaitu hanya dengan membaca kalimat syahadat
7. Di dalam agama Islam tidak mengenal sistem kasta, sehingga tidak ada perbedaan
antara satu dengan yang lain
E. PERKEMBANGAN ISLAM DI JAWA
Pada awal abad ke 7 masehi, telah ada utusan raja arab untuk datang ke tanah jawa
dengan maksud memperluas ajaran agama islam melalui perdagangan serta berziarah ke
ekrajaan kaliangga. Maka ahun kunjungan itu disebut Ta Ceh.dan penyebaran islam di pulau
jawa tak luput dari peran wali songo.
1. Maulana maik ibrahim
Maulana malik ibrsahim merupakan bangsa arab keturunan Rasulullah SAW yang diutus
untuk menyebarkan islam di pulau jawa. Ia mengajarakna islam kepada murid-muridnya di
daerah Gresik, jawa timur. Ia pun wafat di gresik pada 12 rabiul awal 882 Hijriah ( 9 april 1419
). Sampai sekarang malana malik ibrahim dikenal sebagai sunan gresik
2. Raden Rahmat ( sunan ampel )
Ia merupakan putra dari putri campa dan ayahnya seorang penyair islam dari tanah arab.
Kakak dari ibu raden rahmat ialah darawati yang diperistrikan oleh angkawijaya raja majapahit.
Campa sendiri merupakan nama kerjaan di ach, raden rahmat dikirim neneknya ke pulau jawa
dan singgah di palembang selama 2 bulan, lalu ia menikah dengan putri bupati tuban dan
memiliki anak bernama makhdum ibrahim atau sunan bonang.
3. Makhdum ibrahim atau sunan bonang
Ia merupakan putra dari sunan ampel dan sepupu dari sunan kalijaga. Dia berdakwah
dengan cara unik yaitu musik gamelan berupa gending. Ia berdakwah di daerah tuban. Ia
berhasil menyusutkan kepercayaan hindu di daerah tersebut yang leah lama tumbuh. Dan
hasilnya salah satu murid dari sunan bonang ialah raja kerajaan demak yaitu raden fatah.
4. Sunan giri
Sunan giri ini memiliki nama asli yaitu raden paku, putra dari maulana ishak. Ia
mendirikan pesantren yang santrinya kebanyakan dari golongan ekonomi rendah. Santri dari
sunan giri inibanyak disebar ke beragai daerah di pulau jawa. Sunan giri wafat di gresik pada
tahun 1506.
5. Sunan drajat
Sunan drajat merupakan putra dari sunan ampel. Memiliki cara dakwah dengan bergotong
royong dan menyantuni fakir miskin. Ia menciptakan tembang jawa untuk mempererat tali
silaturahmi masyarakat jawa. Dan sampai sekarangpun masyarakat jawa masih menyukai
tembang jawa ini. Sunan drajat lahir di di ampel dan wafat di gresik.
6. Sunan kalijaga
Nama suna kalijaga berasal dari bahasa arab qadi zaka yang berarti membersihkan atau
yang enegakkan kebersihan dan kesucian. Nama aslinya yaitu raden mas syahid putra dari
bupati tuban, raden sahur tumenggung wilwatikta. Cara sunan kalijaga dalam berdakwah yaitu
dengan gamelan dan wayang jawa. Ia juga menciptakan berbagai cerita wayang seperti wayang
purwa, wayang kulit yang diapadu dengankisah-kisah yang bernafaskan islami.
7. Sunan kudus
Nama asli dari sunan kudus yaitu ja’far sadiq yang memiliki keahlian dalam ilmu fiqih,
hadits, tafsir, serta logika, ia berdakwah di sekitar kudus. Karena ilmunya yang kuat maka
sunan kudus mendapat julukan waliyul ‘ilmi atau orang yang kuat ilmunya. Dalam dakwah
sunan kudus menggunakan pendekatan kultural dengan menciptakan cerita agama dan gending
seperti gending gensing maksumambang dan mijil
8. Sunan muria
Dalam dakwahnya sunan muria bergaul dengan para petani, pedagang, nelayan di daerah
gunung muria. Sunan muria merupakan putra dari sunan kalijagadenga nama asli raden umar
sa’id.
9. Sunan gunung jati
Sunan gunung jati berdakwah di daerah cirebon, majalengka, kuningan, sunda kelapa,
kawali. Ia merupakan cucu dari raja pajajaran, prabu siliwangi, ia lahir di mekkah 1448 M. Ia
dikenal sebagai sunan gunung jati karena wafat di daerah gunung jati, cirebon
Kesembilan sunan itu disingkat dengan nama ngabodrat mukaku gumagi ( nga- bo – drat
mu – ka – ku gu – ma- gi ) yang merupakan singkatan dari nama2 beliau.
Selain walisongo, islam tersiar di pulau jawa melalui kerajaan islam yang ada di jawa
seperti kerajaan demak, kerajaan mataram dan kesultanan panjang dan kita sebagai penerus
agama yang diridhoi Allah ini sudah seharusnya menjaga dan mensyiarkan agama ini ke
seluruh penjuru dunia.
Awal Perkembangan Islam dan Lahirnya Organisasi-Organisasi Islam
Perkembangan Islam di Indonesia bisa dibilang sebagai sebuah bagian dari sejarah
panjang Indonesia yang paling signifikan. Dikabarkan bahwa jauh sebelum Islam diterima oleh
masyarakat lokal di Nusantara, para pedagang Muslim telah hadir di wilayah Nusantara.
Namun, kapan tepatnya, dan bagaimana Islam masuk ke Indonesia telah menjadi perdebatan di
kalangan para cendekiawan. Ada dua penyebab umum tentang bagaimana Islam masuk ke
Indonesia; masyarakat asli Indonesia berhubungan dengan Islam dan kemudian masuk Islam
dan/atau pendatang dari luar (Arab, Cina, India dan lain-lain) yang memang telah beragama
Islam kemudian tinggal di wilayah Nusantara, lalu menikah, atau dengan mengadopsi cara
hidup orang Indonesia dan kemudian menjadi “orang Jawa”, “orang Melayu” dan sebagainya.
Namun berdasarkan kesimpulan yang diambil dalam seminar “Masuknya Islam di
Indonesia” yang berlangsung pada tanggal 17 s.d. 20 Maret 1963 di Medan, Islam pertama kali
masuk ke wilayah Indonesia semenjak abad ke-7 Masehi atau abad pertama Tahun Hijriah.
Meskipun Islam telah menyentuh pada masa itu Islam baru mulai menyeluruh Nusantara pada
abad ke-13 Masehi dan sudah menyebar di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara,
Sulawesi dll.
Semenjak itu masyarakat Muslim dari berbagai wilayah di Nusantara ikut serta secara
aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia serta melawan penjajah. Cara yang
dilakukan mulai dari mengangkat senjata sampai tergabung dalam organisasi – organisasi Islam
maupun partai politik.
Pada abad 16 sampai abad 20, umat Islam menghadapi tantangan para penjajah dan
mengadakan perlawanan bagi fase penjajahan. Contohnya ketika fase persaingan dagang. Kala
itu Kerajaan Islam di Demak melawan Portugis di Malaka (1512). Selain itu Sultan Khairuddin
dan Sultan Babullah yang melawan Portugis di Ternate. Lalu Aceh melawan Portugis di
Malaka, dan Sultan Hasanuddin dari Gowa dan Tallo yang melawan VOC.
Kemudian ketika fase penetrasi dan agresi. Sultan Agung (Mataram) menyerang Batavia
pada 1627 dan 1629; Sultan Ageng Tirtayasa bersama Syekh Yusuf dari Mataram yang
melawan penetrasi VOC ke Banten pada 1680; Kesultanan Aceh melawan agresi Hindia
Belanda pada 1873 sebagai awal dari perjuangan Aceh yang terus menerus melakukan
perlawanan terhadap Belanda.
Selanjutnya pada fase perluasan daerah jajahan. Masyarakat melakukan perlawanan pada
penjajah seperti ketika Perang Diponegoro dari 1825 sampai 1830. Contoh lain adalah ketika
terjadinya Perang Padri di Sumatra Barat.
Contoh yang lain adalah ketika fase penindasan. Pada 1886, terjadi “Geger Cilegon” yaitu
sebuah pemberontakan yang dipelopori oleh petani dibawah bimbingan kaum ulama. Peristiwa
itu menjadi sebuah contoh dari peran ulama yang sangat besar di berbagai wilayah di
Nusantara.
Islam selalu mengajarkan umat untuk mencintai tanah airnya sendiri. Hal itu menjadi
sebuah pemicu bagi umat untuk melakukan perlawanan terhadap bangsa penjajah serta
melahirkan banyak pemimpin pemimpin Muslim besar di Indonesia dan salah satu penyebab
dari lahirnya masa Pergerakan Nasional (1900–1945).
Pada 16 Oktober 1905, berdirilah Sarekat Dagang Islam yang dirintis oleh Haji
Samanhudi di Surakarta yang kemudian pada tanggal 10 September 1912, Sarekat Dagang
Islam berganti nama menjadi Sarekat Islam. Organisasi tersebut pada awalnya bertujuan
sebagai wadah para pedagang Muslim dan Pribumi. Kemudian organisasi tersebut tidak hanya
bergerak dalam bidang ekonomi namun juga dalam bidang politik.
Sarekat Islam dipandang sebagai pelopor pergerakan partai Islam yang banyak
menanamkan kesadaran politik kebangsaan. Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia, umat Islam
memberikan berbagai kontribusi penting baik melalui organisasi kemasyarakatan maupun
melalui partai politik. Partai – partai kebangsaan dan/atau politik lain yang berlandaskan Islam
diantaranya; Persatuan Muslimin Indonesia (Permi, 1930), Partai Islam Indonesia (PII),
Muhammadiyah (1912), Persatuan Islam (Persis, 1923), Persatuan Umat Islam (PUI, 1925),
Nahdlatul Ulama (NU, 1929), Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI, 1937) serta partai politik
Masyumi yang seelumnya merupakan Majelis Syuro (1945).
Sampai saat ini, umat Islam masih turut mengisi kemerdekaan. Dalam mengisi
kemerdekaan, umat Islam bersama pemerintah berusaha membangun Negara di bidang
ekonomi, sosial budaya keamanan, dan lain – lain. Selain itu umat Islam juga berperan dalam
mencerdaskan bangsa melalui lembaga sosial, pendidikan, dan sebagainya.
F. Perkembangan Islam di Indonesia pada Masa Pendudukan Jepang
Perkembangan islam pada masa pemerintahan Jepang berbeda dengan saat masa
pemerintahan Belanda dikarenakan perbedaan kebijakan antara Jepang dan Belanda. Di masa
pendudukan Jepang ini, islam dapat lebih berperan dalam kehidupan kenegaraan walaupun tak
sedikit pula tekanan dari Jepang. Perkembangan islam ini dapat dilihat dari keterlibatan umat
islam di dalam organisasi politik dan militer baik bentukan Indonesia maupun Jepang. Berikut
ini adalah kebijakan dari Jepang yang berengaruh terhadap pendidikan islam di Indonesia:
1. Mengubah Kantoor Voor Islamistischen Zaken pada masa Belanda yang dipimpin
oleh kaum orientalis menjadi Sumubi yang dipimpin oleh tokoh islam sendiri, yaitu K.H.
Hasyim Asy’ari
2. Pondok pesantren sering mendapatkan kunjungan dan bantuan pemerintah
Jepang.
3. Mengizinkan pembentukan barisan Hizabullah yang mengajarkan latihan dasar
seni kemiliteran bagi pemuda Islam dibawah pimpinan K.H. Zainal Arifin
4. Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta dibawah asuhan K.H.
Wahid Hasyim, Kahar Muzakkir, dan Bung Hatta.
5. Diizinkannya ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisan pembela tanah
air (PETA) yang menjadi cikal bakal TNI di zaman kemerdekaan.
6. Diizinkannya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi, sekalipun
kemudian dibubarkan dan diganti oleh Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang
menyertakan dua ormas besar Islam, yaitu Muhammadiyah dan NU.
G. Perkembangan Islam di Indonesia Pada Masa Kini
Sejak Indonesia resmi merdeka, Indonesia telah dinobatkan sebagai Negara berpenduduk
muslim terbesar di dunia, dengan jumlah penganut agama islam sebanyak 220juta orang.
Perkembangan islam secara garis besar dapat dilihat dari 5 bidang, yaitu:
1. Islamisasi daerah-daerahnya
Islami sasi di daerah-daerah Indonesia mulai dilakukan sejak abad ke-11 dan sejak itu
islamisasi di Indonesia berkembang dengan pesat.
2. Politik umat islam pada masa mengisi kemerdekaan
Setelah Indonesia merdeka, Indonesia menganut sistem demokrasi sehingga saat ini
banyak sekali partai-partai yang ada, diantaranya terdapat beberapa partai Islam.
3. Peran pemerintah dalam perkembangan islam
Kebijakan pemerintah yang berperan penting dalam pembinaan kehidupan beragama,
antara lain:
Mendirikan Departemen Agama pada 3 Januari 1945
Menetapkan UU No. 1 tahun 1974 tentang undang-undang perkawinan
Menyelenggarakan pengurusan Ibadah haji dari tanah air
Membentuk Majelis Ulama Indonesia (MUI)
Melembagakan Musabaqah Tilawatil Quran
Mendirikan dan meresmikan masijd istiqlal sebagai masjid yang sepenuhnya
dibiayai oleh negara
Membentuk badan Amil Zakat
Ikut membina kerukanan hidup umat beragama
Membentuk Yuridis Formal sebagai hukum islam
4. Pendidikan dan kebudayaan
Sistem madrasah merupakan usaha pembaruan sistem pendidikan islam tanpa
menghilangkan sistem pesantren. Sejak tahun 1940 pun lembaga pendidikan tinggi islam di
Indonesia mulai didirikan dan berkembang dengan cukup pesat. Dalam bidang kebudayaan,
islam mempunyai peran penting, antara lain:
Bangunan masjid yang berpengaruh besar terhadap kehidupan penduduk.
Terselenggaranya perayaan hari-hari besar Islam
Berkembangnya seni islam seperti kaligrafi dan seni baca Al-Qur’an
Bahasan Indonesia yang merupakan serapan dari bahasa Arab.
5. Pemikiran dan Pembaharuan.
Pembaharuan pemikiran islam menggema di Indonesia sejak awal abad 20 melalui
berbagai media. Tokoh-tokoh yang berperan penting dalam pembaharuan ini adalah K.H.
Ahmad Dahlan, Syekh Ahmad Sorkati, Dr. H. Abdul Karim Amarullah, K.H. Hasim As’ari,
dan lain-lain. Pembaruan pemikiran islam masih terus akan berkembang dan memunculkan
tokoh-tokoh lainnya dari berbagai kalangan.
H. Islamisasi dan Peran Pemerintah dalam Perkembangan Islam di
Indonesia
- Islamisasi di Indonesia
Sebelum ajaran Islam sampai di Indonesia, pada awalnya, sebagian besar penduduk
Indonesia menganut agama Hindu dan Budha. Ajaran-ajaran agama tersebut dibawa oleh para
pedagang dari China dan India yang singgah di Indonesia dalam perjalanan mereka berdagang
melewati Samudera Pasifik dan Hindia. Sama halnya dengan datangnya ajaran Hindu dan
Budha di Indonesia, proses masuknya Islam di Nusantara juga melalui perantara pedagang,
terutama yang berasal dari Gujarat dan Arab. Ajaran Islam ternyata sangat diterima dengan
baik oleh mayoritas penduduk Indonesia pada saat itu. Hal ini dikarenakan ajaran Islam masuk
ke Indonesia secara damai dan tanpa ada pergolakan apapun. Islam mengajarkan dan
menanamkan nilai-nilai kebaikan yang sebelumnya tidak ada pada penduduk Indonesia.
Dengan cara demikian banyak penduduk yang simpati dan menaruh perhatian yang lebih
terhadap agama Islam. Banyak sekali bentuk Islamisasi yang terjadi di Indonesia. Diantaranya
yaitu :
i) Melalui Perdagangan
Kesibukan lalu lintas perdagangan abad ke-7 M hingga ke-16 M, serta letak Indonesia
yang strategis dalam jalur perdagangan menjadikan para pedagang muslim ikut berpartisipasi
didalamnya. Penyebaran Islam melalui jalur perdagangan ini sangat menguntungkan, karena
para raja dan bangsawan turut ambil bagian dalam proses ini. Mereka berhasil mendirikan
masjid-masjid dan mendatangkan para pemuka agama dari negerinya sehingga jumlahnya
semakin bertambah banyak.
ii) Melalui Pernikahan
Secara ekonomi status sosial para pedagang muslim lebih tinggi dibanding penduduk
pribumi. Sehingga puteri-puteri pribumi tertarik untuk menjadi istri saudagar muslim tersebut.
Sebelum dinikahkan, tentunya mereka harus masuk Islam terlebih dahulu. Dengan pernikahan
ini keturunan semakin banyak dan lingkungan semakin luas. Jalur pernikahan lebih
menguntungkan ketika anak saudagar muslim menikah dengan anak bangsawan atau anak raja.
Sebagaimana yang terjadi antara Sunan Ampel dengan Nyai Manila.
iii) Melalui Tasawuf
Tasawuf mengajarkan akan kelembutan budi. Mereka mengajarkan ilmu tasawuf yang
digabungkan dengan budaya yang sudah ada. Ajaran tasawuf yang dikembangkan berupa
memanfaatkan kekuatan magis dan memiliki kemampuan menyembuhkan orang lain. Tentunya
atas izin Allah swt.
iv) Melalui Pendidikan
Jalur ini dengan cara mendirikan pondok pesantren. Para penduduk pribumi dididik oleh
para ulama’ dengan pendidikan yang kuat dan diberi bekal segala ilmu agama. Setelah dirasa
cukup, mereka disuruh kembali ke daerahnya dan diharuskan menyebarkan ilmu yang telah
didapatkan dipesantren.
v) Melalui Kesenian
Yang paling terkenal adalah seni pertunjukan wayang. Dimana semua tokoh-tokoh Hindu
dalam pewayangan diganti namanya dengan istilah Islam. Hal ini yang dilakukan oleh Sunan
Kalijaga. Selain itu juga bisa melalui seni kaligrafi, seni ukir dan seni bangunan.
vi) Melalui Politik
Saluran ini dengan cara mengislamkan rajanya terlebih dahulu. Kemudian baru rakyatnya
mau memeluk agama Islam. Karena sabda raja adalah sabda Tuhan.
I. Peran Pemerintah dalam Perkembangan Islam di Indonesia
Dalam perkembangan Islam di Nusantara tentu tidak luput dari peran sentral pemerintah
sebagai pemegang kebijakan di negeri ini. Salah satu peranannya adalah pendirian MUI
(Majelis Ulama Indonesia). Secara historis, pendirian MUI ini merupakan momentum yang
sangat tepat, dikarenakan pada saat itu Indonesia berada pada fase kebangkitan kembali setelah
tiga puluh tahun merdeka dan energi para pemuda telah terkuras untuk perjuangan politik. Oleh
sebab itu, permasalahan rohani umat menjadi tidak terpikirkan. Pada saat itulah MUI hadir
untuk membenahi akhlak dan moralitas bangsa yang sudah memprihatinkan.
Pada bidang hukum, pemerintah dalam hal ini telah membentuk UU tentang perkawinan
yang di dalamnya diatur segala sesuatu tentang perkawinan baik tentang syarat-syarat
perkawinan, perceraian dan sebagainya yang dilihat dari sudut pandang syariat Islam.
Pemerintah juga telah membentuk pengadilan agama dan Kantor Urusan Agama untuk
melayani kebutuhan masyarakat Indonesia berdasarkan Syariat Islam dan perundang-undangan
yang berlaku. Karena pada dasarnya pelanggaran hukum Islam tidak bisa diselesaikan dengan
hukum yang konvensional.
Kemudian dalam hal “Fastabiqul Khairat”, pemerintah telah mendirikan sebuah ajang
tingkat nasional “Musabaqah Tilawatil Al-Qur’an”.MTQ Nasional ini merupaka agenda rutin
setiap tahun dimana masing-masing provinsi mengirimkan perwakilan terbaik mereka. Dalam
kegiatan tersebut, persaudaraan adalah juga merupakan poin utama.
Sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, pemerintah Indonesia juga
mewadahi sarana untuk peribadatan penduduk muslim. Diantaranya yaitu dalam hal mengurus
ibadah haji setiap tahunnya dan mengadakan Badan Amil Zakat Infaq dan Shadaqah (BAZIS).
J. Islam Dalam Bidang Pendidikan dan Kebudayaan
Di indonesia islam memiliki peranan sangat penting dalam hal kebudayaan dan
pendidikan. Sejak islamisasi baik pesantren maupun surau memiliki pengaruh besar terutama
sebagai benteng islam . di mulai dari tempat pusat menuntut ilmu sampai tempat diskusi atau
perencanaan politik islam untuk dakwah islam yang lebih meluas. Bahkan sampai detik ini pun
di beberapa daerah fungsi surau sebagai benteng utama pendidikan masih dapat di temukan
secara terbuka.
Namun kemudian saat ini perkembangan sistem pendidikan berbasis islam telah
berkembang seperti madrasah , tsanawiyah , madrasah aliyah , ataupun boarding school
berbasis islam yang di bangun oleh pemerintah tanpa menghilangkan sistem pesantren. Di
samping itu pelajaran agama islam telah menjadi mata pelajaran pokok di sekolah sekolah baik
negeri maupun swasta, bahkan di universitas pun ada contohnya di universitas indonesia.
Betapa pentingnnya dalam sendi kehidupan pendidikan islam itu.Kemudian saat ini telah
berdiri pula lembaga pendidikan tinggi islam di seluruh indonesia contohnya IAIN , UIN
syarif Hidayatullah dll yang di kelola oleh negara dan swasta.
Namun saat ini mutu pendidikan islam secara umum masih tertinggal di banding mutu
pendidikan secara umum. Karena pelaksanaan pendidikan islam yang di laksanakan oleh
lembaga pendidikan islam yang ada masih kurang terencana dan terkonsep. Banyak faktornya
baik dari penuntut ilmu , pemberi ilmu , sarana maupun biaya dan lingkungan. Evaluasipun
kurang terumuskan secara matang. Namun disisi lain ilmu pendidikan islam memiliki kaitan
erat dengan berbagai disiplin ilmu baik itu filsafat , iptek, budaya, seni , sosiologi dll. Namun
saat ini telah berkembang pendekatan multidisiplioner dalam berbagai bidang tersebut. Dengan
begitu saat ini berkembang pula pendidikan islam yang utuh dan terintegrasi .
Selain menyinggung bidang pendidikan , dalam kebudayaan agama islam juga memiliki
peranan dalam kebudayaan indonesia. Kebudayaan yang di definisikan sebagai tata nilai aturan
dan norma hukum serta pola pikir dan sebagainya itu adalah hasil akumulasi berbagai nilai
yang menjadi satu membentuk kebudayaan. Dan seperti yang masing masing kita ketahui
begitu banyaknya kebudayaan indonesia alias begitu beragamnya kebudayaan indonesia .
namun terdapat susupan keislaman di dalamnya dari sebaian besar nilai nilai yang terkandung
dalam kebudayaan indonesia.
Pertama kebudayaan yang lebih condong ke perilaku dan sikap seseorang contoh
kentalnya adalah budaya mendahulukan tangan kanan ketika berinteraksi dengan seseorang. Di
Indonesia seseorang yang menerima dengan tangan kiri dianggap kurang baik atau kurang
sopan , ini merupakan salah satu contoh budaya islam yang masih melebur kuat sampai kini
dalam budaya moral indonesia. Contoh lain adalah menghormati yang tua dengan bersalaman,
atau budaya senyum sapa salam.
Kedua kebudayaan dalam bidang arsitektur , terlihat gamblang pada bangunan masjid
sebagai tempat ibadah yang merupakan pusat agama islam berpengaruh besar pada kehidupan
penduduk secara keseluruhan.
Ketiga adalah pada perayaan hari-hari besar islam ikut termaktub dalam kalender negara,
bahkan di beri label merah untuk memperingatinya. Dari masyarakan tingkat pusat sampai ke
kampung kampung seperti maulid nabi, isra’ mi’raj , idul fitri , idul adha , 1 muharram dll.
Keempat berkembangnya seni seni islam seperti kaligrafi yang saat ini begitu eksis di
kalangan masyarakat sangat familiar bahkan di jadikan suatu mata kuliah di universitas
indonesia , contoh lainnya adalah marawis atau yang saat ini modern dan sangat eksis terdengar
di kalangan masyarakat adalah nasyid. Bahkan nasyid tingkat international pun ada dan di
minati oleh masyarakat. Ada lagi seni membaca al-qur’an atau yang sering di sebut MTQ yang
saat ini sampai tingkat nasional pun ada perlombaannya .
Kelima adalah dari segi bahasa indonesia sendiri , menyerap sebagian besar bahasa al-
qur’an atau bahasa arab, sehingga bahasa arab itu terabadikan di bahasa indonesia, seperti :
kursi majelis , musyawarah , adil ,makmur , masjid , kitab , madrasah , ilmu , safari , pesiar, dll.
Masih banyak lagi sebenarnya , bahkan karena begitu kentalnya budaya islam di salah satu kota
di indonesia yaitu aceh , sampai peraturan daerahnya menerapkan peraturan berbasis islami.
Pembaharuan Pemikiran Islam
Pembaharuan pemikiran islam menggema atau menyebar keseluruh indonesia pada
permulaan abad ke-20 baik melalui media cetak seperti majalah , buku-buku, organisasi ,
maupun ulama ulama yang belajar di Negara Arab. Di antara gerakan pembaru yang
mempunyai pengaruh besar di abad 20 adalah yang tersebet sebagai berikut ini KH. Ahmad
Dahlan , syekh Ahmad sorkati , Dr. H. Abdul karim Amrullah , KH Hasyim As ‘ari dll.
Pembaharuan pemikiran Islam, sebagai tema yang tak lekang, selama kehidupan Muslim,
sebagian besar masih di bawah rata-rata masyarakat modern. Bahasa singkatnya, Ummat Nabi
Muhammad SAW, kehidupannya masih terpuruk. Di Indonesia, Nurcholish Madjid di tahun
1970-an, telah menjadi salah satu tokoh pembaharu dalam pemikiran Islam. Di era yang hampir
sama, tokoh lain yang muncul ketika itu diantaranya Harun Nasution dan Kuntowijoyo.
Namun, Nurcholish lah yang banyak mendapat serangan. Mulai dianggap sebagai gerakan
pemikiran pinggiran hingga muncul anggapan sebagai kelompok penyimpang.
Apa yang fundamental dalam pembaruan pemikiran adalah pembaruan makna-makna,
atau pengungkapan kembali ajaran Islam dengan makna-makna baru
Sampai sekarang pemikiran islam dalam pembaharuan terus berkembang di indonesia
dengan memunculkan tokoh tokohnya di pemerintahan , cendikiawan , dan lembaga lembaga
keaagamaan swasta. Seperti telah berdirinya Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia ( ICMI)
suatu wadah yang menghimpun cendikiawaan muslim di Indonesia .
Dengan berbagai kekusutan masalah di negara indonesia ini terutama secara moral begitu
berat rasanya. Namun kehadiran agama islam ini lah yang akan mendasari segalanya yang akan
membuka jalan keluar untuk menunjukkan jalan untuk keluar dari segala permasalahan yang
ada . dengan perkembangan pemikiran islam inilah yang akan menjadi salah satu caranya.
Karena tiap zaman masalah yang ada berbeda maka pemikiran islam yang ada juga harus
berkembang. Karena seperti yang kita rasakan permasalahan makin kompleks . seiring
perkembangan teknologi , ilmu pengetahuan , fashion , dan sebagainya. Jika para pemikir islam
masih menggunakan metode lama tentu tidak akan sesuai. Karena mungkin akan kurang ampuh
untuk mengatur pola tingkah manusia yang makin berkembang terutama dalam hal ilmu
pengetahuan.
Ketika seseorang menemukan suatu pemikiran lama islam yang kurang sesuai bukan
berarti , pemikiran itu tidak berlaku lagi. Namun makna makna keislaman ini yang cukup di
kaji ulang . baik dalam bidang pendidikan , maupun politik yang saat ini cukup terlihat
gamblang di depan mata kita. Pembaharuan dalam pemikiran islam inilah yang akan menjaga
eksistensi islam sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin . mencakup segala bidang tanpa
menyalahi bidang yang di maknai.
DAFTAR PUSTAKA
- HD, Kaelany. 2008. Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma Press.
- Ricklefs, M.C. 2001. A History of Modern Indonesia since c.1200, 3rd Edition. London:
Macmillan
- Nata Abuddin . 2009. Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisiplioner.Jakarta
: Rajawali Press.
- Kurnia, Anwar, 2011, “Sejarah 1”, Yudhistira
- Imani, Allamah Kamal Faqih.2003. Tafsir Nurul Quran Jilid 1, Jakarta : Penerbit Al-
Huda.
- Tim Pendidikan Dep. Agama FISIP UT. 2004. Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Pusat
Penerbitan Universitas Terbuka.
- Din, Haron. 1990. Manusia dan Islam Jilid 1, Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan
Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia.
- Gymnastiar, Abdullah. 2002. Menjadi Muslim Prestatif. Bandung : MQS Pustakan
Grafika
- Husein, Jahidin. 2010.Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Dongpong Karya.
- Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, (cetakan ke 1), Jakarta : Pustaka Amami.