Upload
kim-nichi
View
284
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
ASPEK FILOSOFIS DAN SOSIOLOGIS DALAM PENYUSUNAN
NASKAH AKADEMIK
Diajukan untuk memenuhi tugas
Dalam mata kuliah: Legal Drafting
Dosen pengampu:
Budi Agus Riswandi, SH., M.Si.
Disusun oleh kelompok 3:
1. Ahmad Habibi Siregar (09360011)
2. Zulfikri Yasir (09360012)3. Ahmad Firdaus Al-Khalwani (09360013)
4. Choirul Salim (09360014)
5. M. Ari Irawan (09360015)
PERBANDINGAN MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam pembentukan suatu peraturan perundang-undangan, apakah
prakarsa dari peraturan perundang-undangan itu berasal dari eksekutif atau
legislatif, yang jelas dalam penyusunan peraturan perundang-undangan dibuatnya
harus melalui proses perumusan terlebih dahulu dalam membuat suatu produk
kebijakan atau polotik hukum yang disebut dengan “naskah akademik”.
Naskah akademik dimaksudkan untuk memberikan gambaran terlebih
dahulu terhadap rancangan suatu kebijakan/ politik hukum berupa peraturan
perundang-undangan yang akan dibuat dan disusun oleh masing-masing lembaga
negara yang berwenang membuatnya. Oleh sebab itu, suatu rancangan peraturan
perundang-undangan sebelum menjadi draf rancangan perundang-undangan
terlebih dahulu sebelumnya sudah terumuskan dalam bentu naskah akademik yang
akan menjadi suatu draf rancangan perundang-undangan.1
Dalam proses pembuatan peraturan perundang-undangan yang baik apakah
apakah prakarsa legislatif maupun eksekutif di antaranya adalah adanya hak yang
dimiliki pihak akademisi untuk membuat naskah akademik.menurut Harry
Alexander yang dimaksud naskah akademik adalah naskah awal yang yang
membuat gagasan-gagasan pengaturan dan materi perundang-undangan bidang
tertentu.
Bentuk dan isi naskah akademik memuat gagasan pengaturan suatu materi
hukum bidang tertentu yang ditinjau secara “holistik-futuristik” dan dari berbagai
aspek ilmu, dilengkapi dengan referensi yang memuat; urgensi, konsepsi,
landasan, alas hukum, prinsip-prinsip yang digunakan serta pemikiran tentang
norma-norma yang telah dituangkan ke dalam bentuk pasal-pasal dengan
mengajukan berbagai alternatif, yang disajikan dalam bentuk uraian yang
1 Soimin, Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Negara Indonesia, (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2010), hal. 129.
sistematis dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmu hukum dan sesuai
dengan politik hukum yang telah digariskan.2
Dari pendapat tersebut, menunjukkan bahwa pembuatan naskah akademik
tidak lebih dari suatu upaya pendekatan menyeluruh (holistik) dari sebuah rencana
pembuatan peraturan perundang-undangan yang telah dirumuskan. Pendekatan ini
dijalankan melalui konsep dasar tritunggal3 dalam menelaah lahirnya sebuah
peraturan perundang-undangan, yang meliputi aspek yuridis, sosiologis dan
filosofis.
Aspek yuridis maksudnya agar produk hukum yang diterbitkan dapat
berjalan sesuai dengan tujuan tanpa menimbulkan gejolak di tengah-tengah
masyarakat. Aspek sosiologi, dimaksudkan agar produk hukum yang diterbitkan
jangan sampai bertentangan dengan nilai-nilai yang hidup ditengah-tengah
masyarakat, misalnya adat istiadat. Aspek filosofis, dimaksudkan agar produk
hukum yang diterbitkan jangan bertentangan dengan nilai-nilai yang hakiki di
tengah-tengah masyarakat, misalnya agama dan kepercayaan.4
Dengan batasan yang jelas ini akan memudahkan untuk menginvetarisasi
seluruh bahan dan permasalahan yang muncul di lapangan. Dari tiga aspek
tersebut jugalah yang akan dijadikan rambu-rambu penting dalam merumuskan
batasan akademis dari batasan akademis yang dibuat. Hal ini penting untuk
ditekankan agar naskah akademis yang dibuat tidak saja bertumpu pada keilmuan
tetapi juga harus ditunjang dengan kenyataan sosial. Tumpuan keilmuan dibuat
didasarkan kepada kaidah-kaidah teori dan pendapat para pakar (doktrin),
sedangkan tumpuan kenyataan didasarkan kepada kebutuhan nyata (reality
2 Harry Alexander, Panduan Perancangan Undang-undang di Indonesia (Jakarta: Solusindo, 2004), hal. 120.
3 Konsep tritunggal dalam penyusunan peraturan perundang-undangan terdapat perbedaan dalam melihat landasan atau pijakan dibuatnya, sebagaimana terdahulu seperti Rosdjidi Ranggawidjaja menyebutkan di antaranya: (i) filosofis, (ii) yuridis dan (iii) sosiologis, sedangkan M. Solly Lubis menyebutakan di antaranya: (i) filosofis, (ii) yuridis, dan (iii) politis.
4 Sirauddin, dkk,, Legislative Drafting: Pelembagaan Metode Partisipatif dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, YAPPIKA & MCW, (Malang, 2007), hal. 124.
needed) yang diinginkan masyarakat agar kehidupannya terlindungi dan jaminan
oleh kepastian, kemanfaatan dan keadilan hukum baik nasa kini (does sein)
maupun masa yang akan datang (does sollen).5
Berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (7) Perpres No. 68 Tahun 2005 tentang
tata cara mempersiapkan rancangan undang-undang, rancangan peraturan
pemerintah pengganti undang-undang, rancangan peraturan pemerintah, dan
rancangan peraturan presiden menyatakan bahwa: naskah akademik adalah naskah
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah mengenai konsepsi yang berisi
latar belakang, tujuan penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan dan lingkup
jangkauan dan obyek, atau arah peraturan rancangan undang-undang. Dengan
demikian, dari ketentuan ini maka diketahui bahwa naskah akademik merupakan
rumusan awal dari sebuah produk peraturan perundang-undangan yang akan
dibuat, di dalamnya memuat latar belakang, tujuan, obyek yang diatur pada
masing-masing peraturan, serta ruang lingkup pengaturannya.
Dalam konteks ilmu perundang-undangan, maka naskah akademik
memegang peranan yang sangat penting untuk memberikan kajian yang dalam
terhadap substansi yang akan diatur. Maka dari itu untuk menyusun naskah
akdemik dibutuhkan penelitian kepustakaan dan penelitian empiris sebagai data
dasarnya. Artinya proses penyusunan peraturan perundang-undangan tidak boleh
dilakukan secara pragmatif dengan langsung menuju pada subtansi masalah yang
akan diatur di dalam peraturan perundang-undangan. Sehingga disini partisipasi
masyarakat terutama dalam pembuatan undang-undang dan peraturan daerah
keterlibatannya sangat diperlukan baik secara langsung yang diminta oleh
lembaga pembuat perundangan pusat maupun daerah atau tidak langsung diminta
atas keterlibatnnya yaitu dengan aktif mengontrol jalannya penyusunan draf
materi muatan peraturan peraturan perundang-undangan utamanya undang-
undang maupun peraturan daerah.
5 Ibid., Sirauddin, dkk, hal. 125.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Naskah Akademik
Pemakaian istilah Naskah Akademik Peraturan Perundang-
undangan secara baku dipopulerkan pada tahun 1994 dengan Keputusan
Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional Nomor G-159.PR.09.10 Tahun
1994 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Naskah Akademik Peraturan
Perundang-undangan, dikemukakan bahwa:6 Naskah Akademik Peraturan
Perundang-undangan adalah naskah awal yang memuat pengaturan materi-
materi perundang-undangan bidang tertentu yang telah ditinjau secara
sistemik, holistik dan futuristik.
Definisi lainnya dari sebuah naskah akademik, dikemukakan oleh
Jazim Hamidi bahwa naskah akademik ialah naskah atau uraian yang
berisi penjelasan tentang :7
1. Perlunya sebuah peraturan harus dibuat
2. Tujuan dan kegunaan dari peraturan yang akan dibuat
3. Materi-materi yang harus diatur peraturan tersebut
4. Aspek-aspek teknis penyusunan
Menurut Harry Alexander dalam bukunya Panduan Perancangan
Perda di Indonesia, memberikan definisi tentang Naskah Akademik adalah
naskah awal yang memuat gagasan-gagasan pengaturan dan materi muatan
perundang-undangan bidang tertentu.8
6 www.legalitas.org, dikutip dalam Makalah Abdul Wahid, “Penyusunan Naskah Akademik”, diakses 25 November 2012
7 www.legalitas.org, dikutip dalam Makalah Eko Rial Nugroho, “Urgensi Penyusunan Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan”, diakses tanggal 26 November 2012
8 Ibid, www.legalitas.org, dikutip dalam Makalah Eko Rial Nugroho.
Pasal 1 angka 7 Perpres Nomor 68 Tahun 2005, menyatakan
Naskah akademik adalah naskah yang dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah mengenai konsepsi yang berisi latar belakang , tujuan
penyusunan, sasaran yang ingin diwujudkan dan lingkup, jangkauan,
objek, atau arah pengaturan suatu Rancangan Undang-Undang.
Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tidak menyatakan secara
ekplisit tentang Naskah Akademik, tetapi secara implisit pada Pasal 53,
berbunyi:9 Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan
tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan rancangan undang-
undang atau rancangan peraturan daerah.
Tidak jauh berbeda dengan hal di atas, Hikmahanto Juwana
mengemukakan, secara substansi, Naskah Akademik memuat beberapa
bagian penting, yaitu:10
a. Tujuan dibuatnya rancangan undang-undang
Tujuan dan alasan dibentuknya peraturan perundang-undangan
dapat beraneka ragam. Hal ini terkait erat dengan politik hukum, karena
tujuan pembentukan peraturan perundang-undangan merupakan
penjabaran dari politik hukum.
b. Pembahasan tentang apa yang akan diatur
Bagian ini harus dapat diuraikan secara tepat dan tajam apa yang
akan menjadi muatan materi dalam UU. Untuk pengisian bagian ini,
penyusun Naskah Akademik harus berkonsultasi secara intens dengan
pihak-pihak yang sangat tahu tentang apa yang akan diatur.
9 Pasal 53 tersebut secara tidak langsung telah melibatkan pihak lain dalam penyusunan rancangan undang-undang dan peraturan daerah, yaitu masyarakat. Hal ini sering disebut dengan partisipasi masyarakat. Wujud konkrit partisipasi masyarakat ini tampak dalam penyusunan Naskah Akademik.
10 Hikmahanto Juwana, Penyusunan Naskah Akademik sebagai Prasyarat dalam Perencanaan Pembentukan RUU, Departemen Hukum dan HAM, hal. 3-4.
c. Faktor berjalannya undang-undang
Dalam praktiknya sering undang-undang tidak dapat dilaksanakan
dan ditegakkan. Kondisi ini terjadi karena tidak diikuti dengan kajian yang
mendalam dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat dalam arti
sesungguhnya. Dengan demikian, seyognya Naskah Akademik juga
memuat kajian tentang dukungan infrastruktur dalam hal suatu undang-
undang diberlakukan nantinya.
d. Rujukan (Reference)
Dalam Naskah Akademik perlu diuraikan tentang rujukan terkait
dengan RUU yang akan dibuat. Hal ini bertujuan untuk menghindari
tumpang tindihnya aturan baik secara horizontal maupun vertikal, serta
untuk harmonisasi dan sinkronisasi berbagai undang-undang yang sudah
ada dalam proses pembentukan undang-undang.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa “Naskah Akademik”
paling sedikit memuat dasar filosofis, sosiologis, yuridis, pokok dan
lingkup materi muatan yang diatur.
B. Landasan Filosofis dalam Naskah Akademik
Dasar filosofis merupakan landasan filsafat atau pandangan yang
menjadi dasar cita-cita sewaktu menuangkan suatu masalah ke dalam
peraturan perundang-undangan. Dasar filosofis sangat penting untuk
menghindari pertentangan peraturan perundang-undangan yang disusun
dengan nilai-nilai yang hakiki dan luhur di tengah-tengah masyarakat,
misalnya etika, adat, agama dan lain-lain.11
Dalam Aspek filosofis ini memuat hasil kajian yang mencerminkan
landasan ideal atau pandangan yang menjadi dasar cita-cita pada saat
menuangkan suatu masalah ke dalam peraturan perundang-undangan.
11 Ibid, Hikmahanto Juwana, hal. 11
C. Landasan Sosiologis dalam Naskah Akademik
Secara dasar sosiologis, naskah akademik disusun dengan
mengkaji realitas masyarakat yang meliputi kebutuhan hukum masyarakat,
aspek sosial ekonomi dan nilai-nilai yang hidup dan berkembang (rasa
keadilan masyarakat).
Tujuan kajian sosiologis ini adalah untuk menghindari
tercerabutnya peraturan perundang-undangan yang dibuat dari akar-akar
sosialnya di masyarakat. Banyaknya peraturan perundang-undangan yang
setelah diundangkan kemudian ditolak oleh masyarakat, merupakan
cerminan peraturan perundang-undangan yang tidak memiliki akar sosial
yang kuat.12
Umumnya, teori-teori perundang-undangan hanya menyebutkan
tiga aspek kajian untuk mengukur baik-tidaknya suatu peraturan
perundang-undangan, yaitu dari aspek filosofis, yuridis, dan sosiologis.
Akan tetapi, sebuah peraturan perundang-undangan (termasuk peraturan
daerah) tidak bisa sama sekali dilepaskan dari unsur-unsur politis dalam
pembentukannya. Aspek politis pada dasarnya mengedepankan persoalan
tarik-ulur kepentingan antara pemerintah dan masyarakat. Dalam Naskah
Akademik pun kajian terhadap aspek ini perlu dilakukan. Bagaimana
sesungguhnya kemauan politik dari pemerintah, dan bagaimana
bargaining power dari kemauan politik pemerintah ini ketika berhadapan
dengan kepentingan masyarakat, terutama dalam era demokrasi seperti
saat ini.
Tidak kurang pentingnya juga kajian-kajian dari berbagai aspek
terkait, antara lain, dari aspek ekonomi dan ekologi, yang akan lebih
memperkaya Naskah Akademik dan pada tahap selanjutnya juga akan
lebih menyempurnakan substansi peraturan perundang-undangan
(peraturan daerah) yang akan dibuat. Jika kondisi memungkinkan maka
12 Ibid, Hikmahanto Juwana, hal. 15.
sesungguhnya proses pembentukan peraturan perundang-undangan
(termasuk peraturan daerah) perlu menggunakan apa yang disebut proses
regulatory impact assessment (RIA), yang berguna untuk mengetahui
sejauhmana dampak ekonomis yang timbul dari peraturan tersebut bila
sudah terbentuk dan diberlakukan di tengah-tengah masyarakat.
Selain itu, urgensi lainnya adalah dalam Naskah Akademik
diberikan gambaran mengenai substansi, materi dan ruang lingkup dari
peraturan daerah yang akan dibuat. Dalam hal ini dijelaskan mengenai
konsepsi, pendekatan, dan asas-asas dari materi hukum yang perlu diatur,
serta pemikiran-pemikiran normanya. Mengenai asas-asas dari materi
hukum, pada dasarnya tidak semata-mata terikat pada asas-asas yang telah
ditentukan dalam Pasal 6 UU No. 10 tahun 2004 jo. Pasal 138 UU No. 32
tahun 2004, tetapi juga perlu mencermati nilai-nilai, asas-asas hukum adat
atau kearifan tradisional yang masih hidup dana berkembang dalam
kehidupan masyarakat setempat. Juga dipertimbangkan asas resiko (risk
management) yang mau tidak mau akan timbul atau dihadapi nantinya jika
peraturan daerah itu sudah terbentuk atau telah diberlakukan. Dengan
dituangkannya asas resiko ini, paling tidak sudah ada antisipasi terhadap
resiko-resiko negatif yang kemungkinan besar terjadi sebagai konsekuensi
dari adanya peraturan daerah terkait.13
Naskah Akademik juga memberikan ruang bagi para pengambil
keputusan yang berwenang untuk membahas dan menetapkan peraturan
daerah (baik pemerintah daerah maupun Dewan perwakilan Rakyat
Daerah) untuk mempertimbangan apakah suabtsnasi/materi yang
terkandung dalam Naskah Akademik itu layak diatur dalam bentuk
peraturan daerah atau tidak, dan apakah hanya perlu satu peraturan daerah
atau dimungkinkan untuk dituangkan dalam lebih dari satu peraturan
(mungkin peraturan sederajat atau peraturan pelaksanaan).
13 www.legalitas.org, dikutip dalam Makalah Eko Rial Nugroho, , Urgensi Penyusunan Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, diakses tanggal 26 November 2012
Saat ini ada tendensi pandangan masyarakat bahwa peraturan
perundang-undangan (termasuk peraturan daerah) adalah produk yang
selalu berpihak pada kepentingan pemerintah (politik) semata-mata,
sehingga dalam pelaksanaannya masyarakat tidak terlalu merasa memiliki
dan menjiwai peraturan perundang-undangan terkait.14 Oleh karena itu,
Naskah Akademik diharapkan dapat digunakan sebagai instrumen
penyaring, menjembatani, dan meminimalisir unsur-unsur kepentingan
politik dari pembentuk peraturan perundang-undangan (peraturan daerah).
Naskah Akademik menjelaskan objektivitas tujuan dibentuknya peraturan
perundang-undangan, karena didasarkan atas hasil kajian dan/atau
penelitian, yang menampung aspirasi serta mengakomodasi kepentingan
dan keinginan masyarakat, serta didukung oleh kebijakan politik dan
peraturan perundang-undangan.
Berkaitan dengan seringnya terjadi pembatalan terhadap peraturan-
peraturan daerah yang dianggap bermasalah, Naskah Akademik
diharapkan dapat meminimalisir terjadinya pembatalan demikian, karena
didasarkan atas hasil kajian/penelitian yang komprehensif.
Pada kenyataannya, meskipun bukan merupakan suatu keharusan,
keberadaan Naskah Akademik sangat diperlukan dalam proses
pembentukan peraturan daerah. Oleh karena itu, ke depan perlu
dipertimbangkan oleh para pembuat peraturan daerah untuk terlebih
dahulu menyusun Naskah Akademik dalam proses pembentukan peraturan
daerah, mengingat banyak manfaat yang dapat diambil dari Naskah
Akademik dalam keseluruhan proses pembentukan peraturan daerah,
mulai dari perencanaan, pembahasan, sampai pada pemberlakuan atau
pelaksanaannya.
14 Ibid, Harry Alexander, hal. 118.
BAB III
KESIMPULAN
Merujuk pendapat diatas, penulis berpendapat penyusunan Naskah
Akademik harus dijadikan suatu keharusan dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan, karena bagaimanapun peraturan perundang-
undangan ditujukan pemberlakuannya untuk masyarakat, maka telah
seharusnya pula pendapat dan keinginan masyarakat didengarkan demi
terselenggaranya kehidupan berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan
Pancasila dan UUD 1945.
Naskah Akademik Peraturan Perundang-undangan adalah naskah
awal yang memuat pengaturan materi-materi perundang-undangan bidang
tertentu yang telah ditinjau secara sistemik, holistik dan futuristik.
Dasar filosofis merupakan landasan filsafat atau pandangan yang
menjadi dasar cita-cita sewaktu menuangkan suatu masalah ke dalam
peraturan perundang-undangan. Dasar filosofis sangat penting untuk
menghindari pertentangan peraturan perundang-undangan yang disusun
dengan nilai-nilai yang hakiki dan luhur di tengah-tengah masyarakat,
misalnya etika, adat, agama dan lain-lain.
Tujuan kajian sosiologi adalah untuk menghindari tercerabutnya
peraturan perundang-undangan yang dibuat dari akar-akar sosialnya di
masyarakat. Banyaknya peraturan perundang-undangan yang setelah
diundangkan kemudian ditolak oleh masyarakat, merupakan cerminan
peraturan perundang-undangan yang tidak memiliki akar sosial yang kuat.
DAFTAR PUSTAKA
Harry Alexander, Panduan Perancangan Undang-undang di Indonesia
Jakarta: Solusindo, 2004.
Hikmahanto Juwana, 2006, Penyusunan Naskah Akademik sebagai
Prasyarat dalam Perencanaan Pembentukan RUU, Departemen
Hukum dan HAM.
Sirauddin, dkk,, Legislative Drafting: Pelembagaan Metode Partisipatif
dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, YAPPIKA
& MCW, Malang , 2007.
Soimin, Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Negara Indonesia,
Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2010.
www.legalitas.org, dikutip dalam Makalah Eko Rial Nugroho, Urgensi
Penyusunan Naskah Akademik Dalam Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
www.legalitas.org, dikutip dalam Makalah Abdul Wahid, Penyusunan
Naskah Akademik.