Upload
syahrul-ramdhani
View
1.796
Download
139
Embed Size (px)
DESCRIPTION
-
Citation preview
Wajib Militer sebagai Implementasi Bela Negara Mahasiswa
Syahrul Ramdhani (NIM. 6211131058)
Kelas A – Semester V
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Jenderal Achmad Yani
Masyarakat Indonesia pada saat ini disibukkan dengan pemberitaan mengenai
kebijakan bela negara yang dicetuskan oleh Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu.
Kemenhan mengumumkan kebijakan program bela negara. Setiap warga negara berusia 50
tahun ke bawah wajib ikut program itu. Nantinya selama satu bulan akan digembleng
pelatihan fisik dan psikis di markas tentara.1 Pernyataan yang diberikan Kemenhan ini tentu
saja mendapat banyak sekali tanggapan dari setiap lapisan masyarakat, baik yang pro maupun
yang kontra.
Bela negara merupakan sebuah semangat berani berkorban demi tanah air, baik harta
bahkan nyawa sekalipun berani dikorbankan demi keutuhan negara kesatuan republik
indonesia. Bela negara adalah tekad, sikap dan tindakan warganegara yang teratur,
menyeluruh, terpadu dan berkelanjutan yang dilandasi oleh kecintaan terhadap tanah air serta
kesadraan hidup berbangsa dan bernegara (Kaelan & Achmad Zubaidi, 2007).2 Jika dilihat
dari pengertian tersebut, konsep bela negara yang diutarakan oleh Kemenhan memiliki arti
yang berbeda yang lebih mengarah kepada terminologi wajib militer. Wajib militer memiliki
kaitan yang erat dengan bela negara di mana wajib militer itu sendiri merupakan salah satu
implementasi dari bela negara.
Sebagai agent of change, mahasiswa merupakan ujung tombak masa depan bangsa.
Maka dari itu mahasiswa memerlukan pendidikan bela negara karena orientasi dari
perubahan yang akan dilakukan oleh mahasiswa itu yang akan menjadi tolak ukur dari
perubahan itu sendiri. Sebagai contoh, karena sudah mendapat pendidikan bela negara beserta
doktrin-doktrinnya, masyarakat Amerika Serikat begitu mencintai negaranya sehingga
1 Yudhistira Amran Saleh. Kemhan: Warga Peserta Bela Negara Dilatih di Rindam, Tinggal di Asrama. http://news.detik.com/berita/3042164/kemhan-warga-peserta-bela-negara-dilatih-di-rindam-tinggal-di-asrama (terakhir disunting pada 12 Oktober 2015)2 Graha Permana. Peran Generasi Muda Indonesia Dalam Membangun Kesadaran Bela Negara. http://belanegarari.com/2015/06/23/peran-generasi-muda-indonesia-dalam-membangun-kesadaran-bela-negara/#more-2249. (terakhir disunting pada 23 Juni 2015)
mereka tidak malu mengakui bahwa mereka adalah warga negara Amerika Serikat. Hal ini
berdampak pada kemajuan dari Amerika Serikat itu sendiri, seperti dalam film-film produksi
Hollywood selalu ditemukan bendera Amerika Serikat. Hal ini berbanding terbalik dengan
warga Indonesia yang terkadang malu untuk mengakui negaranya sendiri bahkan lebih
bangga dengan negara lain. Fenomena seperti inilah yang menjadi alasan mengapa
mahasiswa harus mendapatkan pendidikan bela negara.
Pendidikan bela negara pada dasarnya harus diberikan sejak anak mulai belajar apapun.
Penanaman nilai-nilai bangsa dan doktrin-doktrin nasionalisme dapat diberikan melalui
berbagai mata pelajaran yang diberikan di sekolah. Setelah semua teori di dapat, praktek yang
paling mencolok dari bela negara, yaitu wajib militer haruslah dilaksanakan. Kebiasaan yang
berkembang di seluruh Indonesia pada saat mahasiswa baru mulai memasuki kampus mereka
yaitu diadakannya OSPEK (Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus) yang hanya berujung
pada sifat senioritas yang menyebabkan terjadinya bullying yang beberapa waktu yang lalu
sampai memakan korban nyawa.
Kebiasaan OSPEK tersebut sudah saatnya diganti dengan proses pendidikan wajib
militer yang sudah secara jelas merupakan implementasi dari bela negara. Pihak perguruan
tinggi dapat menjadikan wajib militer ini sebagai salah satu syarat penentu dalam kelulusan
perkuliahan mahasiswanya. Dengan cara ini, sikap senioritas mahasiswa dapat tergantikan
dengan sikap saling melindungi satu sama lain karena belum tentu senior selalu benar dan
junior selalu salah. Selain itu, sikap bullying tidak akan pernah terjadi karena dalam proses
pendidikan wajib militer tersebut sudah sangat jelas aturan-aturan beserta kurikulum
pendidikannya. Maka dari itu, pelatih pun tidak akan sembarangan dalam memberikan contoh
terhadap peserta wajib militer, apalagi berkaitan dengan alat-alat militer yang memiliki
dampak luar biasa ketika disalahgunakan. Proses ini tentu saja sangat bermanfaat dalam
proses pengenalan kampus yang efektif serta bahan acuan kaderisasi organisasi yang baik.
Dampak jangka panjang dari diberlakukannya wajib militer terhadap mahasiswa yaitu
dalam menerapkan disiplin ilmu yang diberikan selama perkuliahan, mahasiswa dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari tanpa adanya penyimpangan-penyimpangan
karena setiap sikap yang dihasilkan sudah sesuai dengan ajaran-ajaran yang diberikan selama
wajib militer, seperti mahasiswa Ilmu Politik tidak akan berusaha mendapatkan cara-cara
yang tidak baik dalam memperoleh kekuasaannya karena tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia. Selain itu, dalam dunia kerja pun dampak yang dihasilkan akan lebih baik,
seperti mahasiswa yang telah melaksanakan wajib militer akan menjadi seseorang yang
disiplin dan kedisiplinan sangat dibutuhkan dalam dunia kerja. Sebagai contoh, dalam
berdiplomasi, seorang diplomat yang pernah mengikuti wajib militer akan berusaha sebaik
mungkin dalam mencapai kepentingan nasional negaranya dengan teknik negosiasi yang
sesuai dengan disiplin Ilmu Hubungan Internasional.
Dampak yang paling penting adalah pada saat terjadi kemungkinan terburuk yang
terjadi pada suatu negara, yakni perang. Mahasiswa yang sudah memiliki ilmu tentang perang
yang diajarkan pada saat wajib militer sudah siap untuk berperang dan siap membela tanah
air mereka sendiri.