Upload
arifaah
View
149
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
KARAKTERISTIK RAGAM MODEL
I. Ulasan Model
a. Prosedural (Procedural Model)
Prosedural. Bila dilihat dari kata tersebut ragam model seperti ini haruslah dilalui
secara terstruktur/berurutan sehingga para pengajar dapat lebih terarah. Contoh
dari model prosedural ini adalah Model Dick Carey,&Carey. Komponen model Dick,
Carey, dan Carey meliputi; pembelajar, pebelajar, materi, dan lingkungan. Demikian
pula dilingkungan pendidikan non formal meliputi; warga belajar (pebelajar), tutor
(pembelajar), materi, dan lingkungan pembelajaran. Semua berinteraksi dalam
proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bila melihat
komponen bekerja dengan memuaskan atau tidak maka perlu mengembangkan
format evaluasi (Dick, Carey, dan Carey, 2001). Jika dari hasil evaluasi menunjukkan
unjuk kerja pebelajar tidak memuaskan maka komponen tersebut direvisi untuk
mencapai kriteria efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Komponen model Dick, Carey, dan Carey dipengaruhi oleh Condition of Learning
hasil penelitian Robert Gagne yang dipublikasikan pertama kali pada tahun 1965.
Condition of learning ini berdasarkan asumsi psikologi behavioral, psikologi
cognitive, dan konstruktivisme yang diterapkan secara eklektic (Dick, Carey, dan
Carey, 2001). Tiga proyek utama yang dihasilkan oleh Gagne (Bostock, 1996) yaitu 1)
instructional events, 2) types of learning outcomes, 3) internal conditions and
external conditions. Ketiganya merupakan masukan yang penting dalam memulai
kegiatan desain pembelajaran.
Tahapan model pengembangan sistem pembelajaran (Instructional Systems
Develovment / ISD) Dick, Carey, dan Carey (2001) terdiri dari 10 tahapan. Tahapan
tersebut dapat dicermati sebagaimana dalam gambar dibawah ini. Khusus tahapan
ke 10 tidak dimasukkan dalam gambar, karena itu landasan teori penelitian ini
dikembangkan berdasarkan 9 tahapan. Berikut dijelaskan tahapan pengembangan
sistem pembelajaran Dick, Carey, and Carey:
1. Analisis kebutuhan untuk menentukan tujuan.
2. Melakukan analisis pembelajaran.
3. Menganalisis warga belajar dan lingkungannya.
4. Merumuskan tujuan khusus.
5. Mengembangkan instrumen penilaian.
6. Mengembangkan strategi pembelajaran.
7. Mengembangkan materi pembelajaran.
8. Merancang & mengembangkan evaluasi formatif.
9. Merevisi pembelajaran.
10. Mengembangkan evaluasi sumatif
Model Dick Carey & Carey
Manfaat model prosedural:
Alur pelaksanaan model dilaksanakan jelas, biasanya arah diatur dengan simbol
tanda panah , garis putus-putus untuk umpan balik.
Setiap langkah jelas, sehingga mudah diikuti.
Dengan keteraturan ini, maka terjadi efektivitas dan efisiensi pelaksanaan.
Kelemahan model ini:
Kaku, karena setiap langkah sudah ditentutan oleh langkah sebelumnya.
Tidak semua prosedur pelaksanaan KBM atau peristiwa belajar dapat
dikembangkan menurut langkah-langkah tersebut.
b. Melingkar (Circular Model)
Dalam model ini antara awal dan akhir dalam mendisain pembelajar tidak
ditentukan, model ini dapat dikatakan model yang menarik dan dinamis. Model
Kemp, Morrison & Ross termasuk ke dalam model ini. Secara singkat, menurut
model ini terdapat beberapa langkah dalam penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu:
1. Menentukan tujuan dan daftar topik,menetapkan tujuan umum untuk
pembelajaran tiap topiknya.
2. Menganalisis karakteristik pelajar, untuk siapa pembelajaran tersebut didesain.
3. Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat dampaknya
dapat dijadikan tolak ukur perilaku pelajar.
4. Menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan.
5. Pengembangan prapenilaian/ penilaian awal untuk menentukan latar belakang
pelajar dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik.
6. Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang menyenangkan
atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa siswa akan mudah
menyelesaikan tujuan yang diharapkan.
7. Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi
personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk melaksanakan
rencana pembelajaran.
8. Mengevaluasi pembelajaran siswa dengan syarat mereka menyelesaikan
pembelajaran serta melihat kesalahankesalahan dan peninjauan kembali
beberapa fase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan yang terus
menerus, evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Model Kemp, Morrison, & Ross
Manfaat dari model melingkar:
Dinamis, desain pembelajaran dapat dimulai dari mana saja. Tak perlu
berurutan, sebagaimana disimbolkan oleh suatu lingkaran yang tidak memiliki
garis putus.
Menarik karena bentuknya melingkar, sebagai variasi dari model lain yang
bersifat naratif (uraian) atau skema.
c. Model Berbasis Sistem (Systems Oriented)
Model ini mengedepankan pendekatan sistem dalam pelaksanaannya, tersusun
secara sistematis dimana model ini harus dilakukan dalam tahapan demi tahapan
dan harus dilakukan pula secara berurutan. Model Rothwell & Kazanas (1994)
merupakan salah satu model yang berorientasi sistem. Dalam model ini, Rothwell &
Kazanas menempatkan desain pembelajaran sebagai suprasistem yang terdiri atas
sitem-sistem bukan sebagai subsistem. Model ini mempunyai komponen sbb :
- Melaksanakan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan kepada lingkungan
sekitar, melihat dan mencari apa yang menjadi tuntutan masyarakat.
- Menelusuri karakteristik peserta didik. Lakukan pendekatan kepada peserta
didik, mengenali karakteristik, latar belakang peserta didik.
- Menganalisis lingkungan bekerja. Menganalisis lingkungan yang menjadi tempat
pelaksanaan proses pembelajaran. Dengan mengkondisikan tempat tersebut
sesuai dengan situasi dan kondisi yang menunjang proses pembelajaran.
- Melaksanakan analisis pekerjaan dan materi. Pengkajian atas pekerjaan atau
materi yang berdasarkan sumber belajar yang digunakan.
- Merumuskan tujuan kinerja (pembelajaran). Setelah materi tersebut dikaji,
kemudian menyusun tujuan kinerja. Dengan demikian peserta dapat mencapai
kompetensi yang diinginkan.
- Mengembangkan pengukuran kinerja.
- Menyusun urutan tujuan kinerja.
- Menentukan strategi pembelajaran. Menentukan strategi pembelajaran baik
dalam penentuan metode, media, maupun alternatif penyampaian bahan ajar ke
peserta didik.
- Mendesain materi (bahan) pembelajaran. Merancang bahan ajar yang
disesuaikan dengan media, metode, dan peserta didik. Agar bahan ajar menjadi
lebih efektif, atrakti, dan disampaikan secara optimal.
- Mengevaluasi pembelajaran. Evaluasi pembelajaran dengan disertakan
perbaikan atas perbaikan atas kekurangan yang terjadi dalam proses
pembelajaran.
Setiap komponen dalam model ini, terintergrasi menjadi kesatuan yang sinergis
dan terangkai secara sistematis. Pembelajaran dalam sitem ini dapat dilihat dalam
berbagai sudut pandang, jadi pembelajaran tidak hanya kegiatan dalam kelas atau
proses belajar semata.
Kelebihan model ini :
Komponen tersusun secara rinci dan sistematis dengan memperhatikan detail-
detail dalam setiap komponennya.
Analisis akan kebutuhan menjadi suatu nilai tambah, dimana model ini akan
memperhatikan tuntutan yang ada dimasyarakat.
Terdapat pemisahan antara penilaian proses belajar dengan penilaian terhadap
program pembelajaran.
Kekurangan model ini:
Model ini memerlukan waktu yang cukup lama dalam perumusan tahapan demi
tahapannya.
Sangat kompleks dan penuh detail-detail yang membuat model ini kurang
diminati pendidik pada umumnya, namun sangat tepat digunakan oleh para ahli
pembelajaran.
Memerlukan ketelitian dan tingkat analisis yang baik, agar terhindar dari
kesalahan-kesalahan fatal yang mungkin terjadi.
d. Model Materi Ajar atau Pengetahuan (Content Based)
Model ini menitikberatkan bagaimana suatu topik yang menjadi bagian dari
suatu materi disampaikan kepada pebelajar. Model ini cenderung mengembangkan
strategi pembelajaran tertentu seperti menggunakan media tertentu atau metode
tertentu agar dapat dikuasai oleh pebelajar dengan baik.
Merill menyusun model desain pembelajaran yang dinamai Component Display
Theory (CDT). Menurut Snelbecker (1983) dan Reigeluth (1983), CDT merupakan teori
pembelajaran yang paling lengkap. Secara teoretis, tingkat kelengkapan ini
menjadikan CDT lebih unggul jika dibandingkan dengan teori pembelajaran lain. Salah
satu ciri CDT ialah kemamuannya untuk menghasilkan tingkat kecermatan yang tinggi
dalam mencapi sasaran belajar. Melalui akumulasi penguasaan sejumlah sasaran
belajar yang dirancang secara cermat, siswa terbantu untuk berpikir secara runtut,
kritis dan sistematis dalam menghadapi fenomena-fenomena sosial. Di samping itu,
melalui program pembelajaran yang dikembangkan dengan menggunakan CDT, guru
akan dipandu dalam memilih dan menggunakan metode yang tepat.
CDT juga memerhatikan fungsi kegiatan mental yang berhubungan dengan
proses belajar yang diadopsi dari pandangan neo-behaviorist, agar tercapai suatu
proses belajar (internal condition) diperlukan situasi belajar (external condition)
tertentu sesuai dengan unjuk kerja belajar. Asumsi ini kemudian digunakan oleh CDT
dalam penetapan tujuan belajar. CDT juga mengadopsi teori pembelajaran kognitif
yang dikembangkan oleh Bruner (1960). Teori pembelajaran kognitif ini berasumsi
bahwa metode pembelajaran dapat dimanipulasi untuk mengaktifkan dan
mengembangkan kemamuan kognitif siswa. Di samping itu, teknik dan media
pembelajaran tertentu memiliki kemampuan untuk mengaktifkan dan menumbuhkan
proses belajar internal siswa (Solomon, 1972). Dalam hal ini, CDT mengadaptasi
penggunaan komponen strategi yang merujuk pada peningkatan proses internal.
Konsep yang diajukan teori pembelajaran humanistik terhadap individu siswa
juga diadaptasi oleh CDT untuk mempreskripsikan cara membelajarkan siswa.
Menurut Rogers (1983) dalam melaksanakan tugasnya di kelas, guru harus mampu
memfasilitasi tumbuhnya kemamuan belajar siswa melalui motivasi. Begitu pula
Maslow (1971), sebagai seorang tokoh psikologi humanistik, menentukan perlunya
pemberian motivasi bagi tumbuhnya semangat belajar siswa. Pendapat dan prinsip-
prinsip pemberian motivasi dari dua tokoh psikologi humanistik ini digunakan oleh
CDT dalam merancang strategi penyajian.
Component Display Theory
Kelebihan model ini:
Komponen yang ada tidak banyak, model ini sederhana, misalnya hanya ada
tujuan pembelajaran yang akan dikuasai, katagorisasi materi ajar, dan strategi
penyampaian.
Strategi penyampaian cenderung memberikan masukan bagaimana cara
menjelaskan materi di kelas.
Kebanyakan mengacu kepada materi bersifat kognitif dan dapat dilaksanakan oleh
pengajar tanpa tim khusus.
Kelemahan model ini:
Komponennya tidak lengkap, sehingga tidak mudah mendeteksi kelemahan yang
ada pada pembelajaran.
Lingkup sempit, tidak dapat mencakup seluruh bagian dari suatu mata pelajaran
karena model ini baik hanya untuk satu topik tertentu.
Model ini tidak mencerminkan upaya pebelajar untuk menguasai kompetensi
yang harus dicapai.
e. Model Produk
Pengembangan model produk biasanya diasumsikan dengan sejumlah
produk/pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk memproduksi suatu bahan ajar
yang dapat dikembangkan selama beberapa jam, mungkin juga beberapa hari. Model
ini seringkali diawali dengan tahap perencanaan, yaitu rumusan tujuan belajar,
analisis kebutuhan pebelajar. Setelah itu tahap pengembangan, yaitu tentang
pengembangan topik, penyusunan draf, produksi prototipe dari suatu jenis produk
yang akan digunakan untuk belajar. Tahap ketiha yaitu penilaian dengan
melaksanakan uji coba prototipe produk serta perbaikannya berdasarkan masukan
yang telah diperoleh sebelumnya.
Sejumlah analisis diawal & diakhir untuk model berorientasi produk bisa
mengubah secara meluas , tetapi sering juga diasumsikan sebagai mesin produk
khusus yang dihasilkan. Disini pengguna tidak hanya berhubungan dengan
pengembang saja , kecuali selama percobaan prototype,bagaimaapun kebanyakan
produksi prototype berinteraksi diawal & berkesinambungan dengan pengguna
/klien sebagai gambaran pokok dari proses. 4 kunci dalam karakteristik model
perkembangan produk:
1. Produk pembelajaran yang dibutuhkan
2. Barang / benda harus dihasilkan daripada dipilih/dimodifikasi dari bahan yang
sudah ada.
3. Akan ada penekanan dalam uji coba & revisi.
4. Produk harus dapat digunakan oleh para pembelajar, para
manajer,fasilitator,tidak hanya tergantung oleh guru.
Manfaat dari model berorientasi produk:
Kejelasan pelaksanaan seluruh kegiatan desain pembelajaran.
Terkonsentrasi atas produksi bahan ajar tertentu sehingga mudah diikuti setiap
langkahnya.
Model& cara kerja relatif sederhana.
Kekurangan model ini:
Tidak ada penjelasan secara pengguna tentang perkonsentrasikan.
Tidak menjelaskan bagaimana proses belajar terjadi.
Diasumsikan untuk menghasilkan sesuatu hal, misalnya penulisan modul.
f. Model Kegiatan Belajar Mengajar (Classroom Oriented)
Model ini menitikberatkan pada satu KBM (satu periode belajar tertentu).
Didalam model ini terdapat panduan untuk mengelola, menciptakan interaksi dalam
KBM, sampai kepada memotivasi peserta didik. Tidak hanya itu, kreativitas dan
kerjasama dengan peserta didik-pun dapat dikembangkan dalam model berorientasi
kelas ini.
Model KBM: ASSURE
Model ini dicetuskan oleh Heinich,dkk sejak tahun 1980-an dan terus dikembangkan
oleh Smaldino, dkk hingga sekarang. Model ini merupakan singkatan yang terdiri atas
istilah:
A = Analize learner (menganalisis peserta didik)
Sebelum melaksakan proses pembelajaran kita sebagai pengajar harus mengetahui
karakteristik atau siapa yang akan kita ajarkan agar metode, media dan bahan ajar
yang kita gunakan sesuai dengan kebutuhan si pebelajar.
S = State objectives (merumuskan tujuan pembelajaran)
Untuk melakukan sesuatu hal agar nantinya dapat berjalan dengan lancar maka hal
yang perlu kita lakukan adalah membuat suatu tujuan begitu pula dalam proses
pembelajaran maka tujuan harus ditetapkan terlebih dahulu agar proses pembelajaran
dapat lebih terarah.
S = Select methods, media, material (memilih metode, media dan bahan ajar)
Agar proses pembelajaran dapat lebih efektif maka kita harus bisa memilih metode,
media dan bahan ajar yang tepat sesuai dengan kebutuhan si pebelajar dan tujuan
yang hendak dicapai. Disini kecermatan dalam memilih sangat dibutuhkan agar proses
pembelajaran tidak sia-sia dan mendapatkan hasil yang maksimal.
U= Utilize media and materials (memanfaatkan media dan bahan ajar)
Sebagai pengajar maka kita dituntut untuk mampu memanfaatkan media dan bahan
ajar seefektif dan semaksimal mungkin.
R= Require learner participation (mengembangkan peran peserta didik)
Disini kita sebagai pengajar dituntut untuk lebih trampil sebagai upaya untuk
mengembangkan peran peserta didik agar lebih aktif dalam kegiatan KBM.
E= Evaluate and revise (menilai dan memperbaiki)
Setelah melakukan KBM maka hal yang perlu dilakukan adalah memberikan penilaian
utuk mengukur tingkat pemahaman atas materi yang baru saja diberikan dan setelah
itu menilai seluruh komponen yang ada dalam KBM tadi utuk mengetahui sejauh
mana ke efektivitasnya dan dapat dijadikan masukan bagi perbaikan penyelenggraan
KBM selanjutnya.
Kelebihan dari model ini:
Modelnya relatif sederhana, mudah diterapkan maupun dikembangkan oleh tiap-tiap
pengajar.
Dalam medisain pembelajaran model ini dapat dilakukan dengan waktu yang relatif
singkat.
Komponen yang ada lengkap dalam menunjang pelaksanaan KBM.
Peserta didik dapat turut aktif.
Kelemahan model ini:
Tidak didukung oleh komponen suprasisitem oleh karena itu dampak lain terhadap
proses belajar tidak dapat diukur.
Untuk mengembangkan peran serta peserta didik perlu adanya upaya khusus yang
dilakukan.
Adanya penambahan tugas dari seorang pengajar.
Model KBM: PROGRAM
P : Pantau pebelajar / peserta didik.
R : Rumuskan tujuan pembelajaran / kompetensi.
O : Olah Materi / Bahan ajar.
G : Gunakan media, sumber belajar dan metode yang sesuai.
R : Renungkan sejenak.
A : Atur kegiatan peserta didik atau pebelajar.
M : Menilai hasil.
Model ini merupakan pengembangan dari model ASSURE dimana terdapat perbedaan
pada komponen R ( Renungkan Sejenak ) dalam model PROGRAM. Langkah-langkah
dalam model PROGRAM dalam mendesain pembelajaran adalah sbb :
1. Kenali pribadi peserta didik seperti latar belakangnya, tingkat emosionalnya, ? dan
cara belajar yang menjadi kebiasaannya.
2. Tentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai atau kompetensi yang ingin
dimiliki oleh peserta didik.
3. Menganalisis isi / mataajar yang akan diberikan (Analisis ini meliputi : Ragam
Pengetahuan, sifat pengetahuan, dan alternatif penyajiannya).
4. Menentukan Sumber, Metode serta Media yang tepat. ( contoh : Sumber
belajarnya adalah buku biologi tentang pembuatan tempe, Media yang digunakan
adalah video pembelajaran biologi pembuatan tempe dan metode yang dipakai
adalah demonstrasi.)
5. Melakukan pengkajian ulang terhadap desain pembelajaran yang telah
dirumuskan. Dapat melalui sebuah simulasi, kemudian berdiskusi dengan sesama
mitra pengajar, dan melakukan perbaikan atas kekurangan yang mungkin telah
terjadi.
6. Merancang jadwal kegiatan peserta didik yang meliputi proses KBM dalam tahap
demi tahap.
Kelebihan model ini:
Sederhana, sehingga mudah untuk diterapkan.
Mudah untuk dikembangkan sendiri oleh pendidik.
Komponen proses belajar mengajarnya lengkap dan terdapat didalam kls pd
umumnya.
Terdapat komponen Renungkan sejenak dan Olah Materi ( R & O ) yang dapat
dijadikan refleksi atau pengkajian ulang agar meminimalisir kekurangan yang
mungkin terjadi.
Kekurangan model ini:
Tidak dapat mengukur dampak lain terhadap proses belajar karena tidak didukun
oleh komponen suprasistem.
Pekerjaan pendidik menjadi lebih rumit.
g. Model Cakupan Makro (Macro Model)
h. Inovasi Desain Pembelajaran
1. Model Desain Konstruktivis (DBK)
2. Integrative Learning Design Framework (IDLF)
II. Konteks Sosial dan Budaya
Dalam perkembangannya, teori Vigotsky mengacu pada perkembangan mental
yang luas seperti berpikir, bahasa dan proses pertimbangan. Vygoski percaya bahwa
proses perkembangan kognitif tidak berkembang dalam suatu situasi sosial yang hampa.
Melalui kerja sama dengan orang yang lebih matang, anak-anak datang untuk
beraktivitas dan berpikir tentang arti kebudayaan mereka. Anak-anak memulai
pengetahuan berpikirnya dari peran aktif dunia disekitarnya. Pengalaman sosial adalah
berperan sebagai dasar perkembangan kognitif.
Meskipun Vygotsky tidak menjelaskan tentang keistimewaan berdialog dapat
menstransfer proses kognitif pada anak-anak, penelitian zaman sekarang percaya ada 2
karakteristik yang penting. Yang pertama adalah intersubjectivity, yakni dua proses
keikutsertaan untuk mulai suatu tugas dengan menghasilkan pengertian yang sulit
sehingga pengertian tersebut dapat dikemukaka. Orang dewasa mencoba mengerti
ketika mereka menterjemahkan pengetahuan dalam memahami anak-anak. Konsep
intersubjectivity dapat dipakai untuk banyak konteks orang tua, anak dan guru, interaksi
anak, diskusi keluarga dan relasi anak-anak. Kekuatan untuk intersubjectivity adalah
memperlihatkan bahwa anak-anak yang masih kecil itu belajar dari pengalaman masa
lalu, sehingga anak dapat melakukan pertukaran signal emosi dan peniruan yang dilihat
dari tingkah laku orang tua atau orang yang ia kagumi. Rata-rata intersubjectivity
membantu anak dan orang tua untuk berbagi. Sehingga sumbangan dari keduanya antara
anak dan orang dewasa yang berdialog untuk memecah masalah teka-teki yang sulit
dapat menciptakan zona perkembangan proximal. Keistimewaan yang lain dari interaksi
social yaitu scaffolding. Anak-anak berada dalam area yang dapat membuat anak aktif
dalam pembelajarannya. Anak-anak dibiarkan untuk berkembang untuk mengetahui
sesuatu yang belum ia ketahui. Anak dibiarkan bermain selama orang tua mendukung
dalam pengetahuan anak.
III. Peran Pengembang Pembelajaran
Pendidikan adalah suatu yang telah diperoleh. Pengertian tersebut adalah dari cara
pandang guru yang memandang pendidikan sebagai kata benda. Inkuiri reflektif dalam
proses pembelajaran mengandung makna di dalam proses pembelajaran telah terjadi
proses sintetis dan analitis. Proses pembelajaran memiliki fungsi yang berkaitan dengan
perkembangan peserta didik yaitu:
Pengembangan
Peragaman
Integrasi
Analisis kurikulum bagi seorang guru berarti merumuskan rencana dan bahan ajar
yang lebih bermakna sesuai dengan perkembangan peserta didik. Siswa akan
menunjukkan respon positif terhadap tugas-tugas yang diberikan guru selama proses
pembelajaran. Rumus tujuan pembelajaran itu merupakan contoh tujuan efektif. Dalam
proses pembelajaran, Bu Tuti memberikan ilustrasi tentang pentingnya materi yang akan
dipelajari untuk kehidupan siswa dimasa yang akan datang. Kegiatan itu dilakukan Bu Tuti
pada waktu membuka proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, guru sebaiknya
tidak mengajukan pertanyaan kepada kelas dan menunggu siswa yang mengacungkan
tangan untuk menjawab. Guru melakukan evaluasi formatif dengan cara memberikan
latihan diantara penjelasan materi pada setiap pertemuan pembelajaran.