167
Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Kurikulum Kurikulum dan pendidikan merupakan dua konsep yang harus dipahami terlebih dahulu sebelum membahas mengenai pengembangan kurikulum. Sebab, dengan pemahaman yang jelas atas kedua konsep tersebut diharapkan para pengelola pendidikan, terutama pelaksana kurikulum, mampu melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Kurikulum dan Pendidikan bagaikan dua keping uang, antara yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan dan tak bisa terpisahkan. Pendidikan, sebagai usaha dan kegiatan manusia dewasa terhadap manusia yang belum dewasa, bertujuan untuk menggali potensi-potensi tersebut agar menjadi aktual dan dapat dikembangkan. Dengan begitu, pendidikan adalah alat untuk memberikan rangsangan agar potensi manusia tersebut berkembang sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan berkembangnya potensi-potensi itulah manusia akan menjadi manusia dalam arti yang sebenaruya. Di sinilah, pendidikan sering diartikan sebagai upaya manusia untuk memanusiakan manusia. Sehingga mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia dan menjadi warga negara yang berarti bagi suatu negara dan bangsa. Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

desain kurikulum

Citation preview

Page 1: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Kurikulum

Kurikulum dan pendidikan merupakan dua konsep yang harus dipahami

terlebih dahulu sebelum membahas mengenai pengembangan kurikulum. Sebab,

dengan pemahaman yang jelas atas kedua konsep tersebut diharapkan para

pengelola pendidikan, terutama pelaksana kurikulum, mampu melaksanakan

tugasnya dengan sebaik-baiknya. Kurikulum dan Pendidikan bagaikan dua keping

uang, antara yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan dan tak bisa

terpisahkan.

Pendidikan, sebagai usaha dan kegiatan manusia dewasa terhadap manusia

yang belum dewasa, bertujuan untuk menggali potensi-potensi tersebut agar

menjadi aktual dan dapat dikembangkan. Dengan begitu, pendidikan adalah alat

untuk memberikan rangsangan agar potensi manusia tersebut berkembang sesuai

dengan apa yang diharapkan. Dengan berkembangnya potensi-potensi itulah

manusia akan menjadi manusia dalam arti yang sebenaruya. Di sinilah,

pendidikan sering diartikan sebagai upaya manusia untuk memanusiakan manusia.

Sehingga mampu memenuhi tugasnya sebagai manusia dan menjadi warga negara

yang berarti bagi suatu negara dan bangsa.

Dalam bab ini, dibahas beberapa pengertian kurikulum secara etimologi

dan beberapa pengertian menurut para ahli.

1.1.1 Secara Etimologi

Secara Etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu carier

yang artinya pelari dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi, istilah kurikulum

berasal dari dunia olah raga pada zaman Romawi Kuno di Yunani, yang

mengandung pengertian suatu jarak yang harus ditempuh oleh pelari dari garis

start sampai garis finish.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 2: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

1.1.2 Pengertian Kurikulum Menurut Para Ahli

Setiap kurikulum memiliki orientasi atau titik fokus yang berbeda – beda.

Ada yang berorientasi pada materi, ada yang berorientasi pada tujuan, ada yang

berorientasi pada kompetensi. Kurikulum – kurikulum itu sebagai titik tumpu

seorang guru dalam membelajarkan siswa.

Guru-guru yang taat kurikulum hampir tidak berani berkreasi dari

kurikulum. Keluar sama dengan pelanggaran. Pelanggaran sama dengan melawan.

Akan tetapi, ada juga guru yang menganggap bahwa kurikulum hanya sebagai

patokan saja. Kreativitas guru amat dipentingkan. Dengan demikian, anak didik

dapat berkreasi dan guru lebih leluasa. Tidak seperti kerbau dicocok hidungnya.

Sebuah kurikulum memiliki harapan. Paling tidak harapan itu dapat

menghasilkan output atau sumber daya manusia yang mampu menguasai Iptek

dan mampu beradaptasi dengan kemajuan zaman dewasa ini berdasarkan iman

dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa . Sumber Daya Manusia agar nantinya

bisa bersaing dalam era globalisasi seiring dengan perkembangan iptek yang

begitu cepat.

Istilah kurikulum pertama kali digunakan dalam dunia olah raga pada

zaman Yunani Kuno yang berasal dari kata curir dan curere, Pada waktu itu,

kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari.

Selanjutnya, istilah kurikulum diunakan dalam dunia pendidikan. Kurikulum

berhubungan dengan usaha mengembangkan potensi peserta didik. Peserta didik

diharapkan mencapai tingkat tertinggi dalam mengaktualisasikan dirinya. Dan

hasil pembelajarannya benar – benar bermakna bagi dirinya maupun bagi

lingkungannya. Murray Print (1993 dalam Wina Sanjaya, 2010) mengatakan

bahwa kurikulum meliputi:

1. Planned learning experiences;

2. Offered within an educatinal institusion/ program;

3. Represented as a document; and

4. Includes experiences resulting from implementing that document.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 3: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Kurikulum sebagai mata pelajaran yang harus dikuasai oleh anak didik

dalam proses perencanaannya memiliki ketentuan sebagai berikut:

1. Perencanaan kurikulum biasanya menggunakan judgment ahli bidang

studi. Dengan mempertimbangkan faktor – faktor sosial dan faktor

pendidikan, ahli tersebut menentukan mata pelajaran yang harus diajarkan

pada siswa.

2. Dalam menentukan dan menyeleksi kurikulum perlu dipertimbangkan

beberapa hal seperti tingkat kesulitan, minat siswa, urutan bahan pelajaran,

dan lain sebaginya.

3. Perencanaan dan implementasi kurikulum ditekankan kepada penggunaan

metode dan strategi pembelajaran yang memungkinan anak didik dapat

menguasai materi pelajaran, semacam menggunakan pendekatan

ekspositori.

Pandangan yang menganggap bahwa kurikulum sebagai sejumlah mata

pelajaran merupakan pandangan yang dianggap tradisional.

Ketidakpuasan terhadap hasil pendidikan di samping karena

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut pemikiran yang lebih

maju mengenai kurikulum. Peserta didik tidak hanya cukup dibekali dengan

penguasaan bidang studi yang tertera dalam kurikulum. Peserta didik juga

diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya, bakat dan minatnya secara

maksimal, memiliki moralitas, karakter, kepribadian bangsa bahkan diharapkan

dapat menguasai berbagai macam keterampilan sebagai kecakapan hidupnya ( life

skill) untuk memenuhi dunia kerja.

Tuntutan ini menjadikan pergeseran dalam memandang sebuah kurikulum.

Kurikulum bukan lagi sejumlah bidang studi, tetapi lebih dari itu dipandang

sebagai pengalaman belajar peserta didik. Kurikulum adalah seluruh kegiatan

yang dilakukan siswa baik di dalam maupun di luar sekolah asal kegiatan itu

berada di bawah tanggung jawab guru ( sekolah).

Pemikiran para ahli terus berkembang. Kurikulum yang berorientasi pada

pengalaman dipandangnya memiliki kelemahan. Kelemahan yang paling kentara

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 4: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

adalah bagaimana menentukan mengukur pengalaman itu? Oleh kaena itu

kurikulum sebagai suatu pengalaman dianggap amat luas. Karena keluasannya

itulah, maka makna kurikulum menjadi kabur dan tidak fungsional.

Kurikulum sebagai suatu rencana tampaknya juga sejalan dengan rumusan

kurikulum menurut undang – undang pendidikan kita. Undang – Undang Nomor

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dikatakan, kurikulum adalah

seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara

yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

Yang dimaksud dengan isi dan bahan pelajaran itu sendiri adalah susunan dan

bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelengaraan satuan

pendidikan yang bersangkutan dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan

nasional.

Batasan di atas jelas mengatakan bahwa kurikulum memiliki dua aspek

pertama rencana yang harus dijadikan pedoman dalam pelaksanaan proses belajar

mengajar oleh guru dan kedua isi dan cara pelaksanaan rencana itu keduanya

digunakan sebagai upaya mencapai tujuan pendidikan nasional.

1.2 Pentingnya Kurikulum

Kurikulum merupakan suatu hal yang penting karena kurikulum bagian

dari program pendidikan. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kualitas

pendidikan dan bukan semata-mata hanya menghasilkan suatu bahan pelajaran.

Kurikulum tidak hanya memperhatikan perkembangan dan pembangunan masa

sekarang tetapi juga mengarahkan perhatian ke masa depan. Tujuan pendidikan

sekolah lebih luas dan kompleks karena dituntut selalu sesuai dengan perubahan.

Kurikulum harus selalu diperbarui sejalan dengan perubahan itu. Untuk mencapai

tujuan pendidikan yang ditetapkan, kurikulum harus disusun secara strategis dan

dirumuskan menjadi program-program tertentu. Karena harus selalu relevan

dengan perubahan masyarakat, penyusunan kurikulum harus mempertimbangkan

berbagai macam aspek seperti perkembangan anak, perkembangan ilmu

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 5: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

pengetahuan, perkembangan kebutuhan masyarakat dan lapangan kerja dan

sebagainya.

Perencanaan kurikulum harus meliputi beberapa aspek diantaranya tujuan,

bahan, sumber, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi sebagai dasar untuk

menetapkan kurikulum.

1.3 Kurikulum Pengajaran Bahasa

Dalam pembelajaran bahasa, menurut Oxford (2001) dan Richards serta

Rogers (2001) bentuk kurikulum terpadu terdapat dalam dua jenis, yakni:

Pembelajaran Berbasis Isi (Content-Based Instuction) dan Pembelajaran Berbasis

Tugas (Task-based Instruction). Yang pertama menekankan pembelajaran isi

melalui bahasa, sementara yang kedua memusatkan pada melakukan berbagai

kegiatan dalam penggunaan bahasa secara komunikatif.

Berbagai ahli pembelajaran bahasa kedua atau asing (lihat Brown, 2001:

234-8; Oxford dan Scarcella (1992)) terdapat sekurang-kurangnya tiga model

pembelajaran bahasa terpadu berbasis isi, yakni: (1) model pembelajaran berbasis

tema (the heme-based model), model ini memadukan keterampilan berbahasa

dengan unsur-unsur bahasa melalui pilihan tema; (2) model imersi, pembelajaran

bahasa kedua atau asing melalui berbagai mata pelajaran baik dalam bahasa siswa

maupun bahasa kedua atau asing, dikenal pula dengan model pembelajaran

dwibahasa; (3) model pembelajaran bahasa untuk kebutuhan khusus, dalam

pembelajaran bahasa Inggris dikenal dengan English for Specific Purposes, yakni

pembelajaran bahasa ini dengan mengaitkannya dengan bidang keilmuan yang

dipelajari oleh siswa.

Dasar pemikiran atau alasan yang dimaksud dalam pengembangan

kurikulum bahasa adalah sebagai berikut.

1. Pengembangan kurikulum bahasa merupakan aspek dari bidang yang lebih

luas dari kegiatan pendidikan yang dikenal sebagai pengembangan

kurikulum atau studi kurikulum.

2. Pengembangan kurikulum berfokus pada menentukan pengetahuan,

keterampilan, dan nilai-nilai siswa belajar di sekolah, pengalaman yang

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 6: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

harus disediakan untuk membawa hasil pembelajaran yang dimaksudkan,

dan bagaimana proses belajar mengajar di sekolah atau sistem pendidikan

dapat direncanakan, diukur, dan dievaluasi.

3. Pengembangan kurikulum bahasa berfokus diantaranya pada merancang,

merevisi, pelaksanaan, dan evaluasi program bahasa.

(Richards, 2001: 2)

Pengembangan kurikulum bahasa memberi perhatian besar pada prinsip-

prinsip dan prosedur-prosedur bagi perencanaan, penyebaran, pengelolaan, dan

penilaian pengajaran dan pembelajaran bahasa. Proses-proses pengembangan

kurikulum dalam pengajaran bahasa terdiri dari analisis kebutuhan, penetapan

tujuan, rancang bangun silabus, metodologi, pengujian dan penilaian. Analisis

kebutuhan dapat berfokus pada parameter-parameter umum program bahasa atau

pada kebutuhan komunikatif khusus para pemelajar bahasa. prosedur-prosedur

analisis kebutuhan menurunkan sejumlah data, termasuk informasi mengenai

konteks program bahasa, para pemelajar, para pembelajar, dan faktor-faktor

administratif yang memengaruhi program tersebut. Informasi ini selanjutnya

digunakan dan dimanfaatkan dalam perencanaan program itu sendiri. (Richards,

2001: 1-3).

Jadi kian jelaslah bagi kita bahwa kurikulum merupakan suatu konsep

yang luas dan kompleks. Kurikulum yang pada dasarnya bertujuan sebagai

pernyataan-pernyataan umum mengenai hasil-hasil yang diharapkan dari suatu

program bahasa, dan menggambarkan apa yang diyakini para perencana

kurikulum merupakan tujuan-tujuan program yang diinginkan dan dapat dicapai

berdasarkan kendala-kendala yang tercermin dalam analisis kebutuhan. Cita-cita

dapat digunakan sebagai dasar bagi pengembangan pemerian-pemerian yang lebih

terperinci mengenai hasil-hasil program yang diinginkan (tujuan-tujuan program).

Pernyataan-pernyataan cita-cita mengacu pada unsur-unsur program yang secara

aktual terus diarahkan/dituju oleh pengajaran. Dalam pengajaran bahasa, berbagai

cara untuk menyatakan tujuan-tujuan program biasanya dilaksanakan, termasuk

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 7: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

tujuan-tujuan behavioral yang berdasarkan keterampilan, yang berdasarkan isi,

dan yang berdasarkan kecakapan atau keahlian.

1.4 Profil Target Pembelajar

Mahasiswa yang dijadikan profil di sini adalah mahasiswa Program Studi

Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah, Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia.

Mahasiswa pada program studi ini hampir semua berasal dari Bali, namun

ada beberapa mahasiswa berasal dari luar Bali. Pada umumnya mahasiswa yang

masuk memang disiapkan menjadi seorang guru. Langkah-langkah proses

penerimaan mahasiswa baru sebagai berikut:

1. Tes Potensi Akademik

2. Tes Wawancara

Tahun Akademik 2012/2013, Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

dan Daerah, Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas

Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Bali memiliki mahasiswa sebanyak 95

orang.

1 Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan

2 Umur Mahasiswa : 18-20 Tahun

3 Motivasi : Ingin menjadi seorang guru dan

memiliki skill dibidang akademik

maupun non akademik yang

mendukung pekerjaan mereka kelak.

4 Tujuan dan Minat

Belajar

: Ingin meningkatkan kemampuan

akademik maupun non akademik dan

memiliki minat belajar yang tinggi.

1.5 Profil Target Lulusan

Lulusan memiliki berkemampuan akademik yang profesional yang gayut

dengan bidang ilmunya agar mampu menjunjung tinggi almamaternya,

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 8: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

berkepribadian Indonesia, bermoral tinggi, berbudi luhur, berwawasan

kebangsaan serta tanggap terhadap keadaan, tantangan dan perubahan yang timbul

dan mampu menemukan alternatif yang terbaik untuk mengatasinya dalam

kerangka tanggung jawabnya atas kelangsungan hidup Bangsa dan Negara

Kesatuan Republik Indonesia, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945.

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah, Bidang Ilmu

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni,

IKIP PGRI Bali memiliki target lulusan berupa sarjana (ilmuwan) kependidikan

dan/atau tenaga pengajar bahasa Indoensia yang berkualitas dengan indikator

sebagai berikut:

1. memiliki proficiency bahasa Indonesia setara dengan skor proficiency 650

pada UKBI (Ujian Kemahiran Berbahasa Indonesia);

2. menguasai teori, ancangan, serta metodologi pembelajaran bahasa

Indonesia;

3. menguasai teori dan mampu melaksanakan penelitian kependidikan yang

inovatif;

4. menguasai serta mampu mengembangkan kurikulum, silabus, dan

berbagai dokumen kelengkapan pembelajaran bahasa Indonesia;

5. menguasai serta mampu menerapkan teori pengembangan materi dan

media pembelajaran bahasa Indonesia;

6. menguasai dan mampu menerapkan mekanisme evaluasi (asesmen)

pembelajaran bahasa Indonesia;

7. menguasai dan mampu mengintegrasikan TIK ke dalam berbagai bentuk

penelitian kependidikan dan pengembangan pembelajaran bahasa

Indonesia; dan

8. lulusan yang mempunyai integritas tinggi dan mampu memelihara serta

mengembangkan ilmu pengetahuannya sehingga mempunyai bekal yang

cukup untuk melanjutkan studi ke jenjang atau tingkat yang lebih tinggi

dan mampu berperan serta dalam pengembangan keguruan, ilmu

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 9: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

pengetahuan, dan penelitian empiris maupun normatif khususnya di

bidang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

BAB II

PERANCANGAN PEMBELAJARAN

2.1 Analisis Kebutuhan

Pemikiran mengenai analisis kebutuhan (Cohen, Lawrence & Morrison,

2001) telah ada di dunia pendidikan lebih dari seabad, berasal dari kesejahteraan

social (misalnya, perumahan., ketenaga kerjaan, pencegahan kejahatan, dan

program pendidikan kemiskinan), program kesehatan dan penelitian kebijakan

sosial. Salah satu kegunaan analisis kebutuhan ialah: mengenali (identify)

kebutuhan peserta belajar.

Dalam merencanakan suatu analisis kebutuhan ada 4 tahap yang harus

diikuti:

1. Tentukan tujuan analisis kebutuhan dan definisikan apa yang dimaksud

dengan kebutuhan yang akan dianalisis.

2. Kenali (Identify) fokus analisis kebutuhan.

3. Tentukan metodologinya, cara pengambilan sampel, penginstrumentasian,

pengumpulan data, prosedur analisis, dan kriteria yang digunakan untuk

menilai besaran, lingkup, tingkat, serta kepelikan kebutuhan tersebut, dsb.

4. Tentukan pelaporan dan penyebaran hasilnya. (Cohen & dkk, 2001).

Analisa atau analisis dalam kajian linguistik diartikan dengan sebuah

kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 10: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

tersebut secara mendalam. Analisis juga diartikan dengan penyelidikan terhadap

suatu peristiwa baik berupa karangan atau sebuah perbuatan untuk mengetahui

keadaan yang sebenarnya dari segi sebab-musabab maupun duduk perkaranya.

Kebutuhan dapat diartikan dengan sesuatu yang dibutuhkan. Atau sebuah

kesenjangan antara apa yang ada dan apa yang seyogyanya ada. Sedangkan

kebutuhan bagi seorang pendidik adalah sesuatu yang digunakan untuk

menentukan latar belakang atas konsep keanekaragaman yang tidak terbatas, guna

menyeleksi bidang-bidang normatif yang mengandung kekurangan untuk

disediakan penyesuaiannya oleh pendidik.

Kebutuhan sebagai sesuatu yang urgen dalam perencanaan kurikulum,

berkaitan erat dengan pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Kebutuhan

dalam konsep ini didefinisikan sebagai actual circumstance (keadaan

aktual/keadaan yang sedang diperbincangkan) dan envisional ideal circumtance

(keadaan ideal yang dicita-citakan). Atau dengan kata lain, suatu perbedaan antara

keadaan riil dan kondisi ideal.

Kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh

sekolah kepada seluruh anak didiknya, baik dilakukan didalam maupun diluar

sekolah. Pengalaman anak didik disekolah diperoleh melalui mengikuti pelajaran

di kelas, praktek keterampilan, latihan-latihan olahraga dan kesenian, karya wisata

atau praktek di laboratorium. Menurut pandangan tradisional, kurikulum adalah

rencana pendidikan dan pengajaran atau program pendidikan. Karena kurikulum

terdiri atas mata pelajaran tertentu yang harus diajarkan kepada mahasiswa yang

diambil dari buku-buku pelajaran tertentu yang dipandang baik.

Sehingga tujuan dari analisis kebutuhan dalam pengembangan kurikulum

bahasa adalah :

a. Menyediakan mekanisme pemerolehan gagasan yang lebih luas dan

menyeluruh tentang isi, rancang bangun dan implementasi

program/kurikulum bahasa.

b. Mengenali kebutuhan bahasa umum dan khusus yang bermanfaat bagi

pengembangan maksud, tujuan, dan isi bagi program bahasa.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 11: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

c. Menyediakan data yang berguna bagi peninjauan ulang dan peninjauan

program bahasa yang ada.

Sehubungan dengan kebutuhan mahasiswa yang sangat beragam, oleh

karena itu kita perlu menganalisis berbagai kebutuhan itu. Analisis kebutuhan

merupakan salah satu variabel peserta belajar yang sangat penting. Faktor yang

dijadikan pusat perhatian dalam analisis ini ialah kemampuan non akademik

mahasiswa yaitu dapat menjadi seorang jurnalis selain kemampuan akademik

mereka yang dipersiapkan menjadi seorang guru bahasa Indonesia, sikap dan

motivasi, serta peranan bahasa pertama peserta belajar.

Analisis kebutuhan mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa

Indonesia dan Daerah, Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Bali yang dipersiapkan menjadi

seorang jurnalis selain menjadi seorang guru sebagai berikut.

1. Mahasiswa ingin memahami seluk-beluk dan tata cara kerja

kejurnalistikan.

2. Mahasiswa ingin terampil melakukan wawancara dan liputan jurnalistik di

lapangan.

3. Mahasiswa ingin terampil menulis berita, feature, dan opini untuk dimuat

di media massa cetak dan elektronik.

4. Mahasiswa ingin terampil menyeleksi karya tulis yang akan

dipublikasikan melalui media massa cetak maupun elektronik.

2.2 Analisis Faktor Lingkungan

Analisis faktor lingkungan ini membahas tentang lokasi tempat belajar,

sarana dan prasarana, suasana belajar dan media pembelajaran.

2.2.1 Lokasi

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 12: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Lokasi tempat belajar berada di dua tempat yaitu di Kampus I IKIP PGRI

Bali yang beralamat di Jalan Seroja, Tonja, Denpasar Utara dan di Kampus II

IKIP PGRI Bali Jalan Akasia, Sumerta, Denpasar Timur

2.2.2 Sarana dan Prasarana

Prasarana, sarana, dan pendanaan yang memungkinkan terciptanya

interaksi akademik antara sivitas akademika:

1. Ruang administrasi, baik di Institut maupun di Fakultas, sebagai tempat

pegawai melayani kebutuhan informasi dan administrasi mahasiswa.

2. Ruang kuliah yang terletak di dua tempat, yaitu Kampus Seroja untuk

perkuliahan mahasiswa Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Bali

dan Kampus Akasia untuk perkuliahan mahasiswa Bidang Ilmu

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) dengan fasilitas belajar yang

memadai, yang meliputi white board, LCD, dan kipas angin. Selain untuk

kuliah, ruang kelas juga menjadi tempat interaksi yang efisien dan

kondusif bagi mahasiswa dalam berdiskusi atau menyelesaikan tugas-

tugasnya.

3. Ruang Pmpinan Fakultas maupun Pimpinan Program Studi di Kampus

Akasia yang dilengkapi AC menjadi tempat yang nyaman untuk melayani

dosen, karyawan, maupun mahasiswa.

4. Ruang dosen yang dilengkapi AC dan bersih menjadi tempat yang nyaman

untuk memberikan bimbingan kepada mahasiswa atau tempat berinteraksi

dengan dosen lain yang memerlukaan.

5. Area diskusi dalam ruang dosen dan kantor yang dapat digunakan untuk

membahas berbagai macam kajian ilmiah, bimbingan skripsi, maupun

diskusi lainnya antardosen maupun antara dosen dengan mahasiswa.

6. Ruang Perpustakaan Institut di lantai 2 Kampus Seroja dan Ruang Baca

Fakultas di Kampus Akasia dengan fasilitas memadai sebagai sumber

belajar dan juga terdapat area diskusi yang menjadi media interaksi yang

efisien dan kondusif bagi mahasiswa. Setiap tugas akhir (skripsi)

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 13: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

mahasiswa yang telah lulus sarjana maupun karya-karya ilmiah mahaiswa

dan dosen di simpan di Perpustakaan Institut maupun Ruang Baca

Fakultas.

7. Laboratorium Micro Teaching dengan pembagian meliputi: ruang simulasi

keterampilan dasar mengajar dan ruang observasi dosen dan mahasiswa.

8. Laboratorium komputer sebagai tempat dosen melatih mahasiswa

menggunakan berbagai program komputer.

9. Ruang Paseban di lantai 1 dengan setting meja-kursi amfiteater,

dilengkapi dengan microphone di setiap meja mimbar (bagian depan

ruangan/daerah pembicara) dan microphone tanpa kabel untuk peserta,

AC, LCD. Ruangan ini biasanya digunakan untuk rapat pimpinan (pejabat

struktural), rapat dosen dan atau karyawan, rapat kepanitiaan, ceramah,

penataran, pelatihan, dan berbagai kegiatan pertemuan lainnya.

10. Ruang Auditorium yang digunakan sebagai tempat seminar internasional,

seminar nasional, pelatihan/workshop bagi dosen atau mahasiswa.

11. Aula Serba Guna yang luas di Kampus Seroja yang dilengkapi panggung

dan sound system digunakan sebagai tempat seminar, ceramah, kuliah

umum, pelatihan, workshop, latihan dan ujian praktik MC, latihan dan

ujian praktik pentas drama, sanggar sastra, pertunjukan, dll. Demikian pula

di Kampus Akasia terdapat aula yang kapasistasnya lebih kecil

dibandingkan dengan aula Kampus Seroja.

12. Ruang Studio sebagai tempat latihan MC, drama, presenter, penyiar, dll.

13. Ruang BEM dan HMPS sebagai tempat mahasiswa merencanakan,

menyiapkan, dan mendiskusikan kegiatan kemahasiswaan dan pengabdian

masyarakat.

Prasarana pendukung lain, seperti:

1. Deretan kursi panjang di lobi lantai 1 Kampus Seroja atau kursi-kursi di

depan ruangan kelas yang dapat digunakan sebagai area diskusi bagi

mahasiswa.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 14: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

2. Papan pengumuman di depan kelas dan kantor.

3. Jaringan internet wi-fi di wilayah kampus untuk mencari informasi iptek

yang terbaru dan memungkinkan sivitas akademika dapat berinteraksi

secara online melalui situs jejaring sosial.

4. Tersedianya dana untuk penyelenggaraan seminar dan pelatihan serta

bantuan dana kepada dosen untuk mengikuti seminar dan kegiatan sejenis

di luar perguruan tinggi.

5. Tersedianya dana Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) dan

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) untuk mendukung kegiatan

mahasiswa. Seminar akademik mahasiswa dilakukan secara rutin setiap

bulan April dan Oktober.

6. Prasarana, sarana, dan dana tersebut telah dapat memberikan wadah atau

fasilitas bagi berlangsungnya kegiatan akademik yang kondusif di antara

sivitas akademika.

2.2.3 Suasana Belajar

Pembelajaran dimulai pada pukul 08.00 sampai pukul 11.30. Pagi hari

merupakan waktu belajar yang ideal sehingga dapat mendukung suasana belajar

yang menyenangkan.

2.2.4 Media Pembelajaran

1. Papan tulis & spidol

2. LCD

3. Laptop

4. Tape

5. Wireless Microphone

2.3 Pengertian dan Macam-Macam Silabus

2.3.1 Pengertian Silabus

Ada beberapa pengertian silabus menurut pendapat beberapa ahli yaitu

sebagai berikut.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 15: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Menurut Hutchinson dan Waters (1987) syllabus is a document which says

what will (or at least what would) be learnt. Silabus adalah sebuah dokumen

tentang apa yang akan dipelajari.

Istilah silabus dapat didefinisikan sebagai "Garis besar, ringkasan, ikhtisar,

atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran" (Salim, 1987: 98 dalam Depdiknas

2008:14). Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan

kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari SK dan KD yang ingin dicapai, dan

materi pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari peserta didik dalam rangka

mencapai SK dan KD. Seperti diketahui, dalam pengembangan kurikulum dan

pembelajaran, terlebih dahulu perlu ditentukan SK yang berisikan kebulatan

pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang ingin dicapai, materi yang harus

dipelajari, pengalaman belajar yang harus dilakukan, dan sistem evaluasi untuk

mengetahui pencapaian SK. Dengan kata lain, pengembangan kurikulum dan

pembelajaran menjawab pertanyaan (1) Apa yang akan diajarkan (SK, KD, dan

Materi Pembelajaran); (2) Bagaimana cara melaksanakan kegiatan pembelajaran,

metode, media); (3) Bagaimana dapat diketahui bahwa SK dan KD telah tercapai

(indikator dan penilaian).

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata

pelajaran/tema tertentu yang mencakup SK, KD, materi pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan

sumber belajar. Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan

pembelajaran lebih lanjut, seperti pembuatan rencana pembelajaran, pengelolaan

kegiatan pembelajaran, dan pengembangan sistem penilaian. Silabus merupakan

sumber pokok dalam penyusunan rencana pembelajaran, baik rencana

pembelajaran untuk satu SK maupun satu KD. Silabus juga bermanfaat sebagai

pedoman untuk merencanakan pengelolaan kegiatan pembelajaran, misalnya

kegiatan belajar secara klasikal, kelompok kecil, atau pembelajaran secara

individual. Demikian pula, silabus sangat bermanfaat untuk mengembangkan

sistem penilaian. Dalam pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi sistem

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 16: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

penilaian selalu mengacu pada SK, KD, dan indikator yang terdapat di dalam

silabus. (Departemen Pendidikan Nasional, 2008)

Silabus ialah satu rancangan kurikulum pembelajaran, merupakan

ringkasan isi komponen-komponen kurikulum, dan penjabaran lebih lanjut dari

standar kompetensi, kompetensi dasar, dan pokok-pokok/uraian materi yang harus

dipelajari siswa ke dalam rincian kegiatan dan strategi pembelajaran, kegiatan dan

strategi penilaian, dan alokasi waktu per mata pelajaran per satuan pendidikan dan

per kelas.

Silabus adalah salah satu tahapan pengembangan kurikulum, khususnya

untuk menjawab “apa yang harus dipelajari?” Silabus merupakan hasil atau

produk pengembangan disain pembelajaran, seperti PDKBM, GBPP, dsb.

2.3.2 Macam-Macam Silabus

Dalam bukunya yang berjudul English for Specific Purpose (1987),

Hutchinson dan Waters juga membahas beberapa tingkatan silabus yang meliputi:

1. The evaluation syllabusThis kind of syllabus will be most familiar as the document that is handed down by ministers or other egulating bodies. It states what he successful learner will know by the end of the course. In effect, it puts on record the basis on which success or failure will be evaluated.

2. The organizational syllabusThe organizational syllabus is most familiar in the form of the contents page of a textbook, and it is this form of syllabus that most people would think of when asked “what is a syllabus?”

3. The materials syllabusThe author decides the contexts in which the language will appear, the relative weightings and integration of skill, the number and type of exercises o be spent on any aspect of language, the degree of recycling or revision.

4. The teacher syllabusLike the materials writer, the teacher can influence the clarity, intensity, and frequency of any item, and thereby affect the image that the learners receive.

5. The classroom syllabus

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 17: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

The classroom is not simply a neutral channel for the passage of information fromeacher to learner. It is a dynamic, interactive environment which affects the nature both of what is taught and what is learnt.

6. The learner syllabusThe last type of syllabus is an internal syllabus. It is the network of knowledge that develops in the learer’s brain and which enables learner to comprehend and stoe the later knowledge. The importance of the learner syllabus lies in fact that it is through the filter of this syllabus that the learner views the other syllabuses.

Berdasarkan beberapa pendekatan dalam pengembangan silabus bahasa

sebagaimana dijelaskan di atas, berikut ini diuraikan beberapa jenis silabus bahasa

yang dapat diadopsi dan diadopsi untuk kepentingan program bahasa yang akan

dikembangkan. Tentu saja, penggunaan salah satu jenis silabus bahasa harus

didasari oleh tujuan yang harus dicapai dan latar belakang kemampuan berbahasa

para siswa yang akan mengikutinya.

1. Silabus Struktural (Structural Syllabus)

Silabus struktural merupakan silabus bahasa yang relatif lama digunakan

dalam program pengajaran bahasa, jauh sebelum silabus-silabus bahasa lain

muncul pada era modern ini. Silabus itu memanfaatkan butir-butir gramatikal

yang membentuk sebuah kaedah bahasa sebagai pijakan dalam pemilihan dan

pengurutan materi pelajaran. Oleh karena itu, silabus tersebut berisikan daftar

butir-butir gramatikal yang diurut berdasarkan tingkat kesulitan dan

kompleksitasnya, dari materi yang mudah dan sederhana menuju ke materi

yang sulit dan kompleks, sehingga membantu siswa secara bertahap

menguasai sistem gramatikal bahasa sasaran. Silabus struktural disebut juga

dengan silabus gramatikal karena dasar dan landasan pemilihan dan

pengurutan materi pelajaran adalah sama, yaitu butir-butir gramatikal bahasa

sasaran.

2. Silabus Fungsional (Functional Syllabus)

Model silabus bahasa lain yang sangat erat kaitannya dengan model silabus

nosional adalah silabus fungsional (functional syllabus). Silabus ini menitik-

beratkan perhatiannya pada fungsi-fungsi komunikatif bahasa yang dijadikan

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 18: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

sebagai landasan dalam pemilihan dan pengurutan materi pelajaran. Tujuan

pembelajaran bahasa dideskripsikan dalam bentuk fungsi-fungsi komunikatif

yang dibutuhkan oleh siswa, seperti mengundang ke pesta ulang tahun,

meminta informasi, meminta maaf, menyatakan pendapat, memberikan

petunjuk, berterima kasih, dan meminta pertolongan. Penetapan fungsi-fungsi

itu berpengaruh terhadap pemilihan dan pengurutan materi pelajaran yang

berupa gramatika dan bentuk-bentuk bahasa yang digunakan untuk

mengungkapkan fungsi-fungsi tersebut. Dengan kata lain, pemilihan dan

pentahapan fungsi-fungsi komunikatif dilakukan setelah tujuan pembelajaran

ditetapkan; barulah diikuti oleh penetapan bentuk-bentuk bahasa yang sesuai

dan tepat. Ini menunjukkan bahwa model silabus fungsional tidak menolak

keberadaan dan keberartian materi gramatikal dalam pembelajaran bahasa,

tetapi penyajiannya harus dilakukan secara terpadu mengikuti fungsi-fungsi

komunikatif bahasa yang sedang dibahas. Karena sifatnya yang berada di luar

aspek kebahasaan, fungsi-fungsi komunikatif bahasa yang merupakan meteri

inti dari keseluruhan materi pelajaran tidak dapat ditentukan dan diurutkan

berdasarkan tingkat kesulitannya tetapi harus ditentukan berdasarkan

kebutuhan siswa dalam berkomunikasi. Fungsi-fungsi ini secara umum

dikelompokkan menjadi lima kelompok besar, yaitu fungsi personal

(personal), interpersonal (interpersonal), direktif (directive), referensial

(referential), dan imaginatif (imaginative).

3. Silabus Berbasis Kompetensi (competence based Syllabus)

Isi dari pengajaran bahasa adalah suatu koleksi kemampuan-kemampuan

yang spesifik bahwa boleh berperan dengan bahasa. Ketrampilan-ketrampilan

adalah berbagai hal bahwa orang-orang harus mampu lakukan untuk bersifat

berkompeten di suatu bahasa, secara relatif bebas dari situasi atau

menentukan di mana penggunaan bahasa dapat terjadi. Sementara situational

silabus kelompok berfungsi bersama-sama ke dalam pengaturan-pengaturan

yang spesifik penggunaan bahasa, silabus berbasis ketrampilan

menggolongkan kemampuan-kemampuan ilmu bahasa (pengucapan kata-

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 19: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

kata, kosa kata, tatabahasa, dan ceramah) bersama-sama ke dalam jenis-jenis

yang disamaratakan dari perilaku, seperti mendengarkan bahasa lisan untuk

gagasan utama, menulis alinea-alinea sempurna, memberi presentasi-

presentasi lisan efektif, dan seterusnya. Tujuan yang utama dari instruksi

berbasis ketrampilan untuk belajar ketrampilan bahasa yang spesifik. Suatu

tujuan sekunder yang mungkin untuk berkembang kemampuan/ wewenang

lebih umum di dalam bahasa, belajar hanya kebetulan setiap informasi bahwa

bisa tersedia selagi menerapkan ketrampilan-ketrampilan bahasa.

4. Silabus Berbasis Topik (Topic-based Syllabus)

Silabus berbasis topik tidak mendasari pemilihan dan pengurutan materi

pelajaran pada aspek gramatikal dan fungsional bahasa sasaran, tetapi pada

topik-topik yang berkaitan dengan kehidupan siswa, seperti olah raga, sastra,

cuaca, musik, dan sebagainya. Topik-topik tersebut dapat dikembangkan

secara luas menjadi beberapa sub topik yang saling terkait. Topik olah raga,

umpamanya, dapat dikembangkan menjadi beberapa sub topik, seperti senam,

renang, sepak bola, bola basket, dan atletik.

Pengembangan materi pelajaran bahasa dan fungsi-fungsi bahasa berdasarkan

topik terpilih dapat menimbulkan konsekuensi tersendiri, seperti pengulangan

materi yang sama pada topik-topik lain. Artinya, materi Simple Present dan

fungsi bahasa mengajak berlatih bersama atau menolak ajakan berlatih,

umpamanya, bisa muncul berulang kali pada beberapa sub topik olah raga

lainnya. Olah karena itu, pengembang silabus atau guru dituntut untuk lebih

jeli dalam melihat permasalahan itu, sehingga siswa tidak merasa bosan

dengan materi pelajaran yang sama.

5. Silabus Berbasis Tugas (Task-Based Syllabus)

Silabus berbasis tugas merupakan silabus bahasa yang mengandung materi

pelajaran yang diorganisir berdasarkan tugas-tugas atau kegiatan belajar yang

harus dilakukan siswa dalam mempelajari bahasa sasaran. Secara umum,

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 20: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

tugas dapat diartikan sebagai pekerjaan yang dilakukan seseorang untuk

dirinya sendiri atau orang lain dengan mengharapkan imbalan atau tidak

mengaharapkan imbalan sama sekali, seperti mengecat pagar, mengisi

formulir, membeli sepatu, dan memesan tiket pesawat terbang. Dengan kata

lain dapat dikatakan, tugas merupakan seratus satu macam pekerjaan yang

dilakukan seseorang setiap hari. Adapun tugas dalam konteks pembelajaran

bahasa diartikan sebagai aktivitas yang dilakukan seseorang sebagai hasil dari

proses memahami bahasa. Mengenai hal ini, Richards, Platt, dan Weber

dalam Farhan (2007) mengatakan "Task is an activity or action which is

carried out as the result of processing or understanding language (e.i. as a

response). For example, drawing a map while listening to an instruction and

performing a command ... A task usually requires the teacher to specify what

will be regarded as successful completion of the task." Sesuai dengan

pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa tugas merupakan tindakan yang

dilakukan oleh seseorang sebagai hasil dari proses pemahaman bahasa lisan

yang didengar atau bahasa tulis yang dipahami. Selanjutnya, tugas tersebut

harus dirinci secara jelas agar siswa dapat melaksanakannya sesuai dengan

harapan yang ingin dicapai. Kegagalan dalam mendeskripsikan tugas-tugas

secara jelas berarti mempersulit proses belajar bahasa yang dikembangkan di

dalam dan di luar kelas. Untuk mempermudah tugas yang harus dilakukan

siswa, guru dapat memanfaatkan topik atau tema materi pelajaran sebagai

dasar elaborasi tugas-tugas tersebut.

2.4 Deskripsi Bahasa dan Kaitannya dengan Pengajaran Bahasa

Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat sebagai

sarana komunikasi. Setiap anggota masyarakat dan komunitas tertentu selalu

terlibat dalam komunikasi, baik bertindak sebagai komunikator (pembicara atau

penulis) maupun sebagai komunikan (mitra-bicara, penyimak, atau pembaca).

Peristiwa komunikasi yang berlangsung menjadi tempat untuk mengungkapkan

ide, gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Dengan demikian,

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 21: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

bahasa digunakan sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan pesan atau

maksud pembicara kepada pendengar (Nababan, 1992:66). Bahasa menjadi salah

satu media yang paling penting dalam komunikasi baik secara lisan maupun tulis.

Dalam konteks komunikasi tulis, Halliday dan Hasan (1994:34-35)

mengemukakan tiga metafungsi bahasa. Ketiga metafungsi yang dimaksud adalah

fungsi ideasional (ideational function), fungsi interpersonal (interpersonal

function), dan fungsi tekstual (textual function). Ketiga metafungsi ini sangat

penting dalam kaitannya dengan analisis wacana dan penggunaan bahasa dalam

proses sosial dalam masyarakat.

Dalam dunia pendidikan, bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat

penting karena dapat menunjang tingkat keberhasilan seseorang dalam proses

belajar mengajar. Kemampuan berkomunikasi yang ditekankan dalam pengajaran

bahasa meliputi empat aspek yaitu keterampilan menyimak, keterampilan

berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis (Tarigan, 1985:2).

Keterampilan menyimak adalah suatu proses mendengarkan lambang lisan

dengan perhatian, apresisai serta interprestasi untuk memperoleh informasi,

menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah

disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Aspek

menyimak/mendengarkan misalnya mendengarkan siaran langsung dari radio atau

televisi, mendengarkan cerita secara lisan. Keterampilan berbicara adalah

keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan, misalnya bercerita,

menanggapi sebuah wacana dan sebagainya. Keterampilan membaca adalah jenis

membaca yang mengutamakan keterampilan siswa dalam hal menggunakan

kaidah-kaidah bahasa, makna suatu kalimat atau kata sesuai dengan konteksnya.

Yang termasuk dalam aspek membaca misalnya membaca puisi, memahami

wacana dan membaca cepat. Sedangkan keterampilan menulis adalah suatu cara

memahami simbul bunyi berupa huruf dan menggoreskan dengan tepat dan indah

serta mampu mengkomunikasikan ide atau pesan melalui tulisan, seperti

mengarang, menulis teks pidato, menulis cerpen, menulis buku dan lain

sebagainya.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 22: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Urutan keempat keterampilan berbahasa itu berdasarkan tingkat

kemampuan yang diperoleh seseorang belajar berbahasa didahului oleh

menyimak, kemudian mencoba mengutarakan atau mengucapkannya, kemudian

memahami bahasa tersebut dalam bentuk tulisan dengan belajar membaca.

Keempat aspek bahasa tersebut dapat dibagi atas dua sifat perbuatan.

Pertama bersifat melahirkan (ekspresif), yaitu berbicara dan menulis, sedangkan

yang kedua adalah bersifat menerima (reseptif) menyimak dan membaca. Pada

tingkat lebih tinggi dan lebih rumit yaitu kemampuan mengungkapkan bahasa itu

dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu keterampilan berbahasa mempunyai

peranan yang sangat penting dalam pengajaran bahasa. Melalui pengajaran bahasa

siswa dapat mengembangkan pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor)

dan sikap positif (afektif) terhadap bahasa itu sendiri.

2.5 Teori Belajar Bahasa

Sehubungan dengan begitu banyaknya teori tentang belajar bahasa, seperti

behaviorisme, nativisme, kognitivisme, fungsional, konstruktivisme, humanistik,

dan sibernetik karena teori- teori ini sangat berpengaruh dalam dunia ilmu bahasa.

Menurut Mc lauglin dalam (Hadley: 43, 1993) Fungsi teori adalah untuk

membantu kita mengerti dan mengorganisasi data tentang pengalaman dan

memberikan makna yang merujuk dan sesuai.

Ellis menyatakan bahwa setiap guru pasti sudah memiliki teori tentang

pembelajaran bahasa, tetapi sebagian besar guru tersebut tidak pernah

mengungkapkan seperti apa teori itu. Teori mempunyai fungsi yaitu:

1. Mendeskripsikan, menerangkan, menjelaskan tentang fakta.

Contohnya fakta bahwa mengapa air laut itu asin.

2. Meramalkan kejadian-kejadian yang akan terjadi berdasarkan teori

yang sudah ada.

3. Mengendalikan yaitu mencegah sesuatu supaya tidak terjadi dan

mengusahakan supaya terjadi.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 23: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

            Dengan kata lain teori belajar bahasa adalah gagasan-gagasan tentang

pemerolehan bahasa. Ada beberapa teori mengenai belajar bahasa, diantaranya

adalah teori belajar Behaviorisme, Nativisme, Kognitisme, Fungsional

(Interaksionis), Konstruktivisme, Humanisme dan Sibernetik.

1. Teori Behaviorisme

John B. Watson mengemukakan sebuah teori konspirasi mengenai sebuah

teori belajar manusia. Di dalam teorinya, ia mengungkapkan bahwa teori belajar

Behavorisme memusatkan perhatiannya pada aspek yang dirasakan secara

langsung pada perilaku berbahasa serta hubungan antara stimulus dan respons

pada dunia sekelilingnya. Dalam teori ini, tanpa kita sadari bahwa teori ini

mengungkapkan bahwa tindak balas atau respons diakibatkan oleh adanya

rangsangan atau stimulus. Atau dalam kata lain, aksi berawal oleh adanya reaksi.

Sehingga tanpa kita sadari sebab menghasilkan akibat.

Untuk membuktikan kebenaran teorinya, Watson mengadakan eksperimen

terhadap Albert, seorang bayi berumur sebelas bulan. Pada mulanya Albert adalah

bayi yang gembira dan tidak takut bahkan senang bermain-main dengan tikus

putih berbulu halus. Dalam eksperimennya, Watson memulai proses

pembiasaannya dengan cara memukul sebatang besi dengan sebuah palu setiap

kali Albert mendekati dan ingin memegang tikus putih itu. Akibatnya, tidak lama

kemudian Albert menjadi takut terhadap tikus putih juga kelinci putih. Bahkan

terhadap semua benda berbulu putih, termasuk jaket dan topeng Sinterklas yang

berjanggut putih. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pelaziman dapat

mengubah perilaku seseorang secara nyata.

Pada teori yang lainnya, ilmuan kaum behavioristik Skinner, berhasil

mengungkapkan pada sebuah teori yang bernama Behavior Skinner. Dalam teori

tersebut mengungkapkan bahwa Kemampuan berbicara dan memahami bahasa

diperoleh melalui rangsangan lingkungan. Teori skinner tentang perilaku verbal

merupakan perluasan teorinya tentang belajar yang disebutnya operant

conditioning.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 24: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Menurut Skinner, perilaku verbal adalah perilaku yang dikendalikan oleh

akibatnya. Bila akibatnya itu hadiah, perilaku itu akan terus dipertahankan.

Kekuatan serta frekuensinya akan terus dikembangkan. Bila akibatnya hukuman,

atau bila kurang adanya penguatan, perilaku itu akan diperlemah atau pelan-pelan

akan disingkirkan.

Jadi, pada teori ini kita mengetahui tentang akibat dan sebab perilaku yang

dikendalikan oleh akibatnya. Seandainya hal itu baik menurut individu itu maka

akan terus dipertahankan atau akan ditingkatkan terus. Begitu juga sebaliknya,

apabila individu tersebut merasakan hal yang dilakukannya itu buruk, maka hal

yang dilakukannya itu pun akan segera dikuranginya atau bahkan ditinggalkanya.

Sebagai contoh dapat kita saksikan perilaku anak-anak di sekeliling kita.

Ada anak kecil menangis meminta es pada ibunya. Tetapi, karena ibunya yakin

dan percaya bahwa es itu menggunakan pemanis buatan maka sang ibu tidak

meluluskan permintaan anaknya. Sang anak terus menangis. Tetapi sang ibu

bersikukuh tidak menuruti permintaannya. Lama kelamaan tangis anak tersebut

akan reda dan lain kali lain tidak akan minta es semacam itu lagi kepada ibunya,

apalagi dengan menangis. Seandainya anak itu kemudian dituruti keinginannya

oleh ibunya, apa yang terjadi? Pada kesempatan yang lain sang anak akan minta

es lagi. Apabila ibunya tidak meluluskannya maka ia akan menangis dan terus

menangis sebab dengan menangis ia akan mendapatkan es. Kalau ibunya memberi

es lagi maka perbuatan menangis itu dikuatkan. Pada kesempatan lain dia akan

menangis manakala ia meminta sesuatu pada ibunya.

2. Teori Nativisme atau Mentalistik

Berbeda dengan kaum behavioristik, kaum nativistik atau mentalistik

berpendapat bahwa pemerolehan bahasa pada manusia tidak boleh disamakan

dengan proses pengenalan yang terjadi pada hewan. Mereka tidak memandang

penting pengaruh dari lingkungan sekitar. Selama belajar bahasa pertama sedikit

demi sedikit manusia akan membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis

telah terprogramkan. Dengan perkataan lain, mereka menganggap bahwa bahasa

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 25: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

merupakan pemberian biologis. Menurut mereka bahasa terlalu kompleks dan

mustahil dapat dipelajari oleh manusia dalam waktu yang relatif singkat lewat

proses peniruan sebagaimana keyakinan kaum behavioristik. Jadi beberapa aspek

penting yang menyangkut sistem bahasa menurut keyakinan mereka pasti sudah

ada dalam diri setiap manusia secara alamiah.

Perilaku bahasa adalah sesuatu yang diturunkan. Seorang anak lahir

dengan piranti bawaan dan segudang potensi bawaan untuk memperoleh bahasa.

Pemerolehan bahasa pada manusia tidak boleh disamakan dengan proses

pengenalan yang terjadi pada hewan. Mereka tidak memandang penting pengaruh

dari lingkungan sekitar. Selama belajar bahasa pertama sedikit demi sedikit

manusia akan membuka kemampuan lingualnya yang secara genetis telah

terprogramkan. Dengan perkataan lain, mereka menganggap bahwa bahasa

merupakan pemberian biologis sejak lahir.

Chomsky (Ellis, 1986: 4-9) yang merupakan kumpulan komunitas yang

mengemukakan tokoh Teori Nativisme mengatakan bahwasannya hanya

manusialah satu-satunya makhluk Tuhan yang dapat melakukan komunikasi lewat

bahasa verbal. Selain itu bahasa juga sangat kompleks oleh sebab itu tidak

mungkin manusia belajar bahasa dari makhluk Tuhan yang lain. Chomsky juga

menyatakan bahwa setiap anak yang lahir ke dunia telah memiliki bekal dengan

apa yang disebutnya “alat penguasaan bahasa” atau LAD (language Acquisition

Device). Pada teori ini lebih menekankan pada cara manusia memperoleh bahasa

yang telah ia miliki, dan cenderung pada bahasa yang telah dimiliki seseorang

merupakan sebuah anugrah yang sedikit demi sedikit akan mengalami

perkembangan hingga ia mampu membuka kemampuan berkomunikasi yang akan

dimilikinya.

3. Teori Kognitivisme

Jika pendekatan kaum behavioristik bersifat empiris maka pendekatan

yang dianut golongan kognitivistik lebih bersifat rasionalis. Konsep sentral dari

pendekatan ini yakni kemampuan berbahasa seseorang berasal dan diperoleh

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 26: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

sebagai akibat dari kematangan kognitif sang anak. Mereka beranggapan bahwa

bahasa itu distrukturkan atau dikendalikan oleh nalar manusia. Konsep sentral

teori kognitif adalah kemampuan berbahasa anak berasal dari kematangan

kognitifnya.

Jadi, konsep kognitifistik bersumber pada hasil dari belajar anak dan tidak

berasal dari luar kognitif anak , seperti afektif dan lain-lain. Konsep ini pula

menjelaskan tentang dalam belajar bahasa, bagaimana kita berpikir, belajar terjadi

dari kegiatan mental internal dalam diri kita, belajar bahasa merupakan proses

berpikir yang kompleks. Menurut Piaget, Struktur tersebut lahir dan berkembang

sebagai akibat interaksi yang terus menerus antara tingkat fungsi kognitif si anak

dan lingkungan lingualnya.

Proses belajar bahasa terjadi menurut pola tahapan perkembangan tertentu

sesuai umur. Tahapan tersebut meliputi:

a. Asimilasi: proses penyesuaian pengetahuan baru dengan struktur

kognitif

b. Akomodasi: proses penyesuaian struktur kognitif dengan pengetahuan

baru

c. Disquilibrasi: proses penerimaan pengetahuan baru yang tidak sama

dengan yang telah diketahuinya.

d. Equilibrasi: proses penyeimbang mental setelah terjadi proses

asimilasi.

4. Teori Fungsional (Interaksionis)

Bahasa merupakan manifestasi kemampuan kognitif dan efektif untuk

menjelajah dunia, untuk berhubungan dengan orang lain dan juga keperluan

terhadap diri sendiri sebagai manusia. Para peneliti bahasa mulai melihat bahwa

bahasa merupakan manifestasi kemampuan kognitif dan efektif untuk menjelajah

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 27: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

dunia, untuk berhubungan dengan orang lain dan juga keperluan terhadap diri

sendirisebagai manusia.

Menurut Slobin, teori fungsional (Interaksionis) Pada asas fungsional,

perkembangan diikuti oleh perkembangan kapasitas komunikatif dan konseptual

yang beroperasi dalam konjungsi dengan skema batin konjungsi. Pada asas

formal, perkembangan diikuti oleh kapasitas perseptual dan pemerosesan

informasi yang bekerja dalam konjungsi dan skema batin tata bahasa.

5. Teori Konstruktivisme

Beberapa tokoh ahli kontruktivisme Jean Piaget dan Leu Vygotski

menyatakan bahwa manusia membentuk versi mereka sendiri terhadap kenyataan,

mereka menggandakan beragam cara untuk mengetahui dan menggambarkan

sesuatu untuk mempelajari pemerolehan bahasa pertama dan kedua.

Pembelajaran harus dibangun secara aktif oleh pembelajar itu sendiri dari

pada dijelaskan secara rinci oleh orang lain. Dengan demikian pengetahuan yang

diperoleh didapatkan dari pengalaman. Namun demikian, dalam membangun

pengalaman siswa harus memiliki kesempatan untuk mengungkapkan pikirannya,

menguji ide-ide tersebut melalui eksperimen dan percakapan atau tanya jawab,

serta untuk mengamati dan membandingkan fenomena yang sedang diujikan

dengan aspek lain dalam kehidupan mereka. Selain itu juga guru memainkan

peranan penting dalam mendorong siswa untuk memperhatikan seluruh proses

pembelajaran serta menawarkan berbagai cara eksplorasi dan pendekatan.

Siswa dapat benar-benar memahami konsep ilmiah dan sains karena telah

mengalaminya. Dalam kerjanya, ahli konstruktif  menciptakan lingkungan belajar

yang inovatif dengan melibatkan guru dan pelajar untuk memikirkan dan

mengoreksi pembelajaran. Untuk itu ada dua hal yang harus dipenuhi, yaitu:

Pembelajar harus berperan aktif dalam menyeleksi dan menetapkan

kegiatan belajar yang menarik dan memotivasi pelajar, Harus ada guru yang tepat

untuk membantu pelajar-pelajar membuat konsep-konsep, nilai-nilai, skema, dan

kemampuan memecahkan masalah. Sehingga muncul hubungan yang dapat

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 28: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

menambah komunikasi antara pembelajar dan pelajar dan menambah terjadinya

proses belajar bahasa yang benar-benar diharapkan terjadi.

6. Teori Humanisme

Tujuan utama dari teori ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa

agar bisa berkembang di tengah masyarakat.  Seorang tokoh  ahli pada teori

humanisme Coombs (1981) menyatakan bahwa:

1. Pengajaran disusun berdasarkan kebutuhan-kebutuhan dan tujuan siswa

2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengaktualisasikan dirinya

untuk menumbuhkan kepercayaan dirinya.

3. Pengajaran disusun untuk memperoleh keterampilan dasar (akademik,

pribadi, antar pribadi, komunikasi, dan ekonomi).

4. Memilih dan memutuskan aktivitas pengajaran secara individual dan

mampu.

5. Mengenal pentingnya perasaan manusia, nilai, dan persepsi. suasana

belajar yang menantang dan bisa dimengerti.

Mengembangkan tanggung jawab siswa, mengembangkan sikap tulus,

respek, dan menghargai orang lain, dan terampil dalam menyelesaikan konflik.

Dalam proses belajar-mengajar bahasa ada sejumlah variabel, baik bersifat

linguistik maupun yang bersifat nonlinguistik, yang dapat menentukan

keberhasilan proses belajar mengajar itu.

Variabel-variabel itu bukan merupakan hal yang terlepas dan berdiri

sendiri-sendiri, melainkan merupakan hal yang saling berhubungan, berkaitan,

sehingga merupakan satu jaringan sistem.  Keberhasilan belajar bahasa dapat

dikelompokkan menjadi asas-asas yang bersifat psikologis anak didik, dan yang

bersifat materi linguistik. Asas-asas yang yang bersifat psikologis itu, antara lain

adalah motivasi, pengalaman sendiri, keingintahuan, analisis sintesis dan

pembedaan individual.

Motivasi lazim diartikan sebagai hal yang mendorong seseorang untuk

berbuat sesuatu. Maka untuk berhasilnya pengajaran bahasa, murid-murid sudah

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 29: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

harus dibimbing agar memiliki dorongan untuk belajar. Jika mereka mempunyai

dorongan untuk belajar. Tanpa adanya kemauan, tak mungkin tujuan belajar dapat

dicapai. Jadi, sebelum proses belajar mengajar dimulai, atau sebelum berlanjut

terlalu jauh, sudah seharusnya murid-murid diarahkan.

Pengalaman sendiri atau apa yang dialami sendiri akan lebih menarik dan

berkesan daripada mengetahui dari orang, karena pengetahuan atau keterangan

yang didapat dan dialami sendiri akan lebih baik daripada hanya mendengar

keterangan guru.

Keingintahuan merupakan kodrat manusia yang dapat menyebabkan

manusia itu menjadi maju. Pada anak-anak usia sekolah rasa keingintahuan itu

sangat besar. Rasa keingintahuan ini dapat dikembangkan dengan memberi

kesempatan bertanya dengan meneliti apa saja.

2.6 Pendekatan Pembelajaran yang Terkait Analisis Kebutuhan Siswa

Dalam kegiatan pembelajaran bahasa dikenal adanya istilah metode,

teknik, maupun pendekatan. Dalam Approach and Method in language teaching

oleh Richards dan Rodgers (1986) dikatakan bahwa seorang ahli linguistik,

Anthony (1963) membagi tiga tingkatan dari konseptualisasi dan organisasi yang

diistilahkan dengan: approach, method, and technique. Pengertian approach,

method, and technique dijelaskan sebagai berikut.

An approach is a set of correlative assumptions dealing with the nature of language teaching and learning and describes the nature of the subject matter to be taught. Method is an overall plan for the orderly presentations of language material, and all of which is based upon, the selected approach. A technique is implementational – that which actually takes place in a classroom.Approach is the level at which assumptions and beliefs about language and language learning specified; the method is the level at which theory is put into practice and at which choices are made about particular skills to be taught, the content to be taught; the technique is the level at which classroom procedures are described. Anthony’s model is a useful way of distinguishing different degrees of abstraction and specificity found in different language teaching proposals. (Anthony dalam Richards dan Rodgers. 1986:15)

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 30: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Berdasarkan penjelasan diatas, Anthony mendeskripsikan sebuah

pendekatan (approach) sebagai satu set asumsi korelatif yang berhubungan

dengan sifat belajar mengajar bahasa. Pendekatan merupakan level atau tingkatan

dimana asumsi-asimsi dan kepercayaan tentang bahasa dan belajar bahasa

ditentukan. Metode (Method) diartikan sebagai rencana keseluruhan untuk

penyampaian materi tentang bahasa yang berurutan, tidak ada satu bagian pun

yang bertentangan, dan semuanya berdasarkn pada pendekatan tertentu. Metode

merupakan level dimana teori diletakkan dalam praktek. Di sini pula pilihan-

pilihan diadakan mengenai keterampilan khusus yang akan diajarkan, konten

tersebut akan disampaikan. Sedangkan teknik (technique) diartikan sebaga cara

yang dilakukan seseorang di dalam kelas untuk mengimplementasikan suatu

metode secara spesifik dan memiliki keselarasan dengan pendekatan. Teknik

merupakan level dimana prosedur di dalam kelas dijalankan.

Menurut Richards dan Rodgers, istilah approach, method, and technique

dilabelkan menjadi approach, design, and procedure. Dikatakan bahwa metode

meliputi tiga komponen pengajaran yang saling terkait, yakni pendekatan

(approach), desain/ perencanaan (design), dan prosedur (procedure).

Approach is beliefs, assumptions, and theory of learning. Design defines the relationship between theory and practice. Approach is techniques and practices derived from approach and design. Method is umbrella term for the specification and interrelation between theory and practice. (Richards dan Rodgers, 1986)

Menurut Richards dan Rodgers, Approach adalah asumsi, keyakinan, dan

teori mengenai hakikat bahasa dan belajar bahasa. Method adalah istilah yang

memayungi spesifikasi dan hubungan antara teori dan praktik. Sementara itu

Richards menambahkan satu aspek lagi yaitu prosedur (procedure) yang

merupakan teknik dan praktik yang diturunkan dari approach dan design.

Pendekatan (approach) meliputi : hakekat bahasa dan belajar bahasa yang

berfungsi sebagai referensi dan meletakkan dasar-dasar teori mengenai apa yang

harus diakukan guru di dalam kelas. Setiap metode (method) pengajaran bahasa

beroperasi secara eksplisit dari teori bahasa dan teori bagaimana bahasa

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 31: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

diperlajari. Disain (design) berhubungan langsung dengan pendekatan yang

memberikan landasan bagi seleksi tehnik dan kegiatan mengajar.

Contoh konkritnya dari penjelasan di atas adalah sebagai berikut. Misalnya

kita berasumsi bahwa hal yang paling penting dalam pembelajaran bahasa adalah

relaksasi. Kita harus rileks agar dapat belajar bahasa dengan baik. Asumsi

semacam inilah yang disebut approach. Selanjutnya, berdasarkan approach ini

kita memilih method suggestopedia, yang menekankan dan bercirikan relaksasi

dalam pembelajaran bahasa. Untuk memanifestasikan atau mewujudkan method

ini ke dalam ruangan kelas kita dapat menggunakan technique seperti misalnya

menggunakan music lembut pengiring proses belajar atau meminta peserta didik

untuk duduk dalam posisi yoga.

Metode Pengajaran adalah pola-pola tindakan pembelajaran yang

dirancang untuk mendapatkan hasil pembelajaran tertentu. Tiap-tiap metode

pembelajaran menggunakan asumsi tertentu tentang sifat-sifat bahasa, proses

belajar, peran guru dan peran pembelajar serta jenis-jenis kegiatan pembelajaran

dan materi pengajaran. Istilah-istilah seperti “pendekatan”, “metode”, “model”

serta silabus biasanya digunakan untuk menyebut metodologi-metodologi

pengajaran yang digunakan.

Sedangkan pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak

atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di

dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode

pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya,

pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran

yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2)

pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher

centered approach).

Menurut Richards dan Rodgers (1986), bahwa metode pengajaran bahasa

melipui tiga komponen utama, yakni approach, design, and procedure.

Pendekatan (approach) mencakup dua hal yaitu teori tentang hakikat bahasa yang

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 32: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

menjelaskan tentang hakikat penguaasaan bahasa dan unsur-unsur utama dari

struktur suatu bahasa; dan teori tentang pembelajaran bahasa yang menjelaskan

tentang proses-proses kognitif dan proses psikolinguistik serta kondisi-kondisi

yang memungkinkan keberhasilan penggunaan poses-proses tersebut. Richards

dan Rodgers (1986) menyatakan setidaknya tiga pandangan teoritis yang berbeda

dari hakikat bahasa secara eksplisit maupun implisit menginformasikan

pendekatan yang dan metode dalam pengajaran bahasa, yaitu sebagai berikut.

1. structural view, the view that language is a system of structurally related elements for the coding of meaning. The target of language learning is seen to be mastery of elements of this system which are defined in terms of phonological units and grammatical operations.

2. functional view, the view that language is used for the expression of functional meaning. The communicative movement in language teaching subscribes to this view of language that emphasizes the semantic and communicative dimension rather than merely the grammatical characteristics of language, and leads to a specification and organization of language teaching content by categories of meaning and function rather than by elements of structure and grammar.

3. interactional view. It sees language as a vehicle for the realization of interpersonal relations and for the performance of social transactions between individuals, and language is as a tool for the creation and maintenance of social relations. Areas of inquiry drawn on in the development of interactional approaches to language teaching include interaction analysis, conversation analysis, and ethnomethodolgy. Dapat dikatakan bahwa ada tiga pandangan mengenai bahasa, yaitu

pandangan struktural, pandangan fungsional, dan pandangan interaksional.

Pandangan strukural ini menitik beratkan pada aspek penguasaan unsur-unsur

kebahasaan dari segi fonologis. Dengan kata lain, lebih mengutamakan pada

aspek tata bahasa seperti bidang fonologi dan sintaksis. Pandangan fungsional

memandang bahasa sebagai wahana dalam mengekspresikan suatu makna.

Artinya, tidak lagi memandang bahasa hanya dari segi struktur kata atau bahasa

melainkan lebih ke arah makna dan fungsi bahasa sebagai alat berkomunikasi dan

berinteraksi. Sedangkan pandangan interaksional memandang bahasa sesuai

dengan fungsinya yaitu sarana untuk dapat berinteraksi dengan masyarakat luas

serta sebagai alat untuk menjalin dan memelihara hubungan sosial dengan baik

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 33: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

dan utuh. Pendekatan inipun pada dasarnya lebih menitikberatkan pada fungsi

bahasa sebagai alat komunikasi dan mengabaikan kaidah-kaidah kebahasaan.

Teori tentang pembelajaran bahasa menjelaskan tentang proses-proses

kognitif dan proses psikolinguistik serta kondisi-kondisi yang memungkinkan

keberhasilan penggunaan poses-proses tersebut. Teori pembelajaran bahasa

mencakup:

1. What are the psycholinguistic and cognitive processes involved in language learning?

2. What are the conditions that need to be met in order for these learning processes to be activated? (Richards dan Rodgers. 1986)

Pendekatan struktural atau pendekatan lisan atau juga (aural-oral / aural =

mendengar, oral = lisan) menyajikan bahasa kepada siswa secara bertahap dari

struktur-struktur yang sederhana terlebih dahulu (subjek-kata kerja-objek lalu

diperkenalkan melalui kalimat tanya, lalu diperkenalkan pada kalimat kompleks.

Pendekatan ini mengembangkan kemampuan bahasa dengan urutan tertentu yaitu:

(1) menyimak, (2) berbicara, (3) membaca dan (4) menulis. Bahasa dianggap

sama dengan bahasa lisan, dan bahasa tulis dianggap sebagai perluasan dari bahas

lisan.

Pendekatan Functional-notional adalah model silabus atau kurikulum

untuk mengurutkan fungsi-fungsi bahasa yang dihubungkan dengan situasi, aturan

tatabahasa, kosakata dan kegiatan kelas. Pendekatan ini menghubungkan fungsi

bahasa tertentu seperti (mengucapkan terimakasih, member petunjuk arah,

meminta maaf atau member saran) dengan konsep notion (tatabahsa) yaitu makna

yang diungkapakan lewat bentuk lingjuistik seperti waktu, kuantitas, ruang dan

hubungan antar beberapa hal. Pendekatan ini menekankan pada kompetensi

komunikatif dan bukan pada kompetensi tatabahasa.

Ada beberapa pendekatan terbaru yang diungkapkan oleh Ghazali

(2010:95) yang berorientasi komunikatif dan menggunakan temuan-temuan dari

bidang penelitian bahasa kedua antara lain:

1. Model Bahasa Intensif Darmouth (Rassiasi)

2. Pendekatan Pemahaman

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 34: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

3. Total Physical Response (TPR)

4. Pendekatan Alami

5. Silent Way

6. Pembelajaran bahasa komunitas

7. Suggestopedia

1. Model Bahasa Intensif Darmounth (Rassias)

Model ini banyak menggunakan prinsip-prinsip dari pendekatan audio-

lingual yang popular dalam dekade 1950an. Pendekatan ini memberikan

perhatian besar terhadap penggunaan praktek latihan (drill) untuk

menguasai pola-pola kalimat. Metode kelas intensif (intensif course) yang

dicetuskan oleh Rassias (1983) memberikan tiga jam pelajaran dalam kelas

setiap hari selama lima hari seminggu sebanyak 10 minggu. Model

pengajaran ini menekankan pada tatabahasa, kosakata, kemampuan

menyimak, kefasihan (fluency) dan kecermatan pengucapan. Dalam

metode ini, guru dapat melakukan apa saja untuk menarik minat siswa

untuk belajar. Metode ini kurang cocok untuk diterapkan pada kelas

bahasa di sekolah menegngah atas.

2. Pendekatan Pemahaman

Pendekatan yang didasarkan pada prinsip bahwa siswa harus pertama-tama

mengembangkan kempuan untuk memahami dan mengolah bahasa

sebelum mereka bisa berbicara. Pendekatan ini memandang bahwa proses

mental internal siswa adalah komponen dasar dalam belajar bahasa kedua

sehingga pendekatan ini menekankan pada bahgaimana mengangtifkan

proses mental internal dari siswa. Dalam pendekatan ini kemampuan

berbicara tidak dilatih diawal melainkan ditunda karena menunggu sampai

siswa sendiri yang memutuskan untuk mau berbicara. Cara ini berusaha

meniru proses belajar bahasa alami pada bayi dimana bayi mengalami

masa pra-produksi dimana ia tidak berbicara sampai akhirnya menguasai

bahsa pertamanya.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 35: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

3. Total Physical Response (TPR)

Pendekatan ini menggunakan perintah-perintah lisan yang harus dilakukan

siswa agar dapat menunjukan pemahaman mereka terhadap maksud dari

perintah-perintah lisan tersebut. Guru memberikan contoh gerakan atau

tindakan yang diperintahkan itu sehingga siswa secara tidak langsung

mendapatkan sruktur tatabahasa dan kosakata dari bahasa target. TPR

sangat cocok diterapkan pada siswa yang masih berada pada level pemula.

4. Pendekatan Alami

Pendekatan ini lebih menekankan pada pemahaman sebagai ketrampilan

dasar yang bisa menunjang akuisisi bahasa sehingga pendekatan alami ini

menganggap bahwa pemanhaman harus sudah ada sebelum siswa

memproduksi bahasa. Kemampuan pemahaman dan produksi bahasa dapat

dikembangkan lewat beberapa kegiatan bahasa afektif yang dirancang

untuk (1) memberikan input yang menyeluruh, (2) menurunkan rasa

kegelisahan siswa, (3) menciptakan peluang bagi siswa untuk menciptakan

pesan. Tiga tahap akuisisi bahasa ini diusulkan dalam Pendekatan Alami.

5. Silent Way

Dalam metode ini siswa tidak diminta untuk merespon stimulus-stimulus

dalam lingkungan seperti pada orientasi audio-lingual, tetapi didasarkan

pada pandangan bahwa pembelajar dapat menggambarkan criteria yang

mereka buat sendiri untuk belajar bahasa tanpa perlu diberi materi bahasa

secara langsung atau secar ‘silent’, hening tanpa suara.

6. Pembelajaran Bahasa Komunitas

Didasarkan pada teknik-teknik terapi yang diambil dari bidang konseling

psikologis. Pendekatan ini menekankan pada perlunya memandang pelajar

sebagai ‘manusia utuh’, dan bukan sekedar ‘makhuk kognitif’ belaka.

Guru perlu memperhatikan kebutuhan individual dari para siswa serta

ketakutan-ketakutan dan masalah-masalah siswa dalam pembelajaran.

Dengan membangkitkan perasaan diterima oleh lingkungan (sense of

community) dalam diri siswa maka guru bisa mengarahkan energy positif

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 36: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

yang dimiliki oleh siswa agar terarah pada pembelajaran bahasa. Dalam

hal ini guru bertindak sebagai konselor yang memungkinkan siswa untuk

mengekspresikan apapun yang ingin mereka katakana dalam bahasa target.

7. Suggestopedia

Pendekatan ini dikenal juga sebagai “metode Lozanov” adalah metode

pengajaran yang menggunakan teknik-teknik relaksasi dan konsentrasi

untuk merangsang pembelajar agar menggunakan daya pikir bawah

sadarnya untuk menambah kemampuannya untuk mengingat lebih banyak

kosakata dan struktur (Lozanov 1982). Cirri utama dari pendekatan ini

adalah penciptaan suasana pembelajaran yang “sugestif”, merangsang

pikiran bawah sadar dengan menggunakan cahaya yang lembut, musik,

tempat duduk yang nyaman dan teknik-teknik dreamatis yang dilakukan

guru untuk menyajikan materi bahasa. Suggestopedia lebih sesuai jika

diterapkan untuk kelompok-kelompok mahasiswa universitas yang

berjumlah sedikit yang ingin mencoba teknik-teknik relaksasi yang

digabungkan dengan pembelajaran bahasa.

Semua metode yang disebutkan di atas adalah metode yang sudah dan

masih dipraktekan sampai sekarang. Guru bisa memilih metode tertentu

berdasarkan apa tujuan pengajaran bahasa, apa kebutuhan pembelajar, atau

berdasarkan situasi pendididkan yang dihadapi.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 37: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

BAB III

APLIKASI

3.1 Silabus dan SAP (Satuan Acara Perkuliahan)

Pada bagian ini akan dijelaskan beberapa pengertian silabus dan SAP

(Satuan Acara Perkuliahan) beserta contoh silabus dan SAP yang digunakan di

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Bali.

3.1.1 Silabus

A syllabus is a more detailed and operational statement of teaching and learning elements which translates the philosophy of the curriculum into a series of planned steps leading towards more narrowly defined objectives at each level.

Dubin dan Olshtain dalam Farkhan (2007)

Pemilihan dan pengurutan materi pelajaran yang akan diberikan kepada

siswa menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan sebelumnya. Kesalahan dalam pemilihan dan pengurutan materi

pelajaran akan berakibat pada kegagalan pencapaian tujuan yang telah digariskan

sebelumnya. Pemilihan dan pengurutan materi pelajaran merupakan salah satu ciri

dari suatu metode yang tercatat dalam suatu dokumen yang biasanya dinamakan

dengan silabus. Silabus merupakan keterangan yang mendetail mengenai muatan

dan filsafat kurikulum yang masih bersifat lebih umum agar dapat diterjemahkan

ke dalam bentuk kegiatan belajar di dalam kelas sehingga tujuan yang telah

ditentukan dapat tercapai dengan mudah. Ini menunjukkan bahwa silabus

merupakan penjabaran dari apa yang telah ditetapkan dalam kurikulum,

khususnya berkenaan dengan materi pelajaran yang harus diberikan kepada siswa.

Silabus merupakan bagian kecil dari keseluruhan program sekolah, sedangkan

kurikulum merupakan seluruh program dan aktivitas sekolah yang meliputi apa

yang akan dipelajari siswa, bagaimana mempelajarinya, sistem evaluasi, dan

berbagai fasilitas lainnya.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 38: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Dengan kata lain silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu

dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar

kompotensi, kompotensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan

pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar.

Silabus merupakan penjabaran standar kompotensi dan kompotensi dasar ke

dalam materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator

pencapaian kompotensi untuk penilaian.

Berdasarkan pandangan itu, dapat dikatakan bahwa silabus merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari kurikulum. Silabus merupakan keterangan dan

penjelasan yang lebih rinci dan operasional mengenai berbagai unsur

pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menerjemahkan dan

mewujudkan apa yang terkandung dalam kurikulum ke dalam bentuk langkah-

langkah untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus sesuai dengan tingkatan

siswa.

Berikut ini contoh Silabus mata kuliah “Bahasa Indonesia Jurnalistik”

guna memenuhi kebutuhan mahasiswa.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 39: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 40: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

SILABUS

Program Studi : Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah

Bidang Ilmu : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Mata Kuliah : Bahasa Jurnalistik

Kode : MKB 604

SKS : 2

Semester : VI

Prasyarat : -

Standar Kompetensi : Menguasai, memahami dan menerapkan konsep dan praksis bahasa jurnalistik.

No. Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Materi Pokok

1. Memahami konsep

bahasa jurnalistik.

1. Mampu menjelaskan definisi dan ciri-ciri bahasa

jurnalistik.

2. Dapat menjelaskan kedudukan bahasa jurnalistik di

antara ragam bahasa lain.

3. Mampu menjelaskan hubungan bahasa jurnalistik

dan masyarakat.

4. Menjelaskan pedoman bahasa jurnalistik

1.1 Definisi Bahasa Jurnalistik

1.2 Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik

2.1. Bahasa Jurnalistik di Antara Ragam Bahasa

Lain.

3.1. Bahasa Jurnalistik dan Masyarakat

4.1. Pedoman Pokok Pemakaian Bahasa dalam

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 41: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

No. Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Materi Pokok

5. Memahami Kata Penat dan Kata Mubazir

6. Memahami Konsep Bahasa yang Hemat Kata

7. Memahami Konsep Bahasa yang Menarik

8. Memahami Konsep Bahasa yang Tepat Makna dan

Nalar

9. Menganalisis bahasa media massa

Pers

5.1. Kata Penat

5.2. Kata Mubazir

6.1. Bahasa yang Hemat Kata

7.1. Bahasa yang Menarik

8.1. Bahasa yang Tepat Makna

8.2. Bahasa yang Nalar

9.1. Mengidentifikasi kesalahan bahasa di media

massa

9.2. Menganalisis kesalahan bahasa di media

massa

Menerapkan Konsep

Bahasa Jurnalistik

10. Menerapkan konsep bahasa jurnalistik 10.1 Menulis berita pendek menggunakan konsep

bahasa jurnalistik

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, H. Rosihan. 2005 (cet. kelima). Bahasa Jurnalistik Indonesia & Komposisi. Yogyakarta: Media Abadi.

Chaer, Abdul. 2010. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 42: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Dewabrata, A.M. 2004. Kalimat Jurnalistik Panduan Mencermati Penulisan Berita. Jakarta: Kompas.

Rahardi, Dr. R. Kunjana, M.Hum. 2006. Asyik Berbahasa Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali Masalahnya. Yogyakarta:

Santusta.

Rahardi, Dr. R. Kunjana, M.Hum. 2006. Paragraf Jurnalistik Menyusun Alinea Bernilai Rasa dalam Bahasa Laras Media.

Yogyakarta: Santusta.

Sarwoko, Tri Adi. 2007. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta: Andi.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 43: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

3.1.2 Satuan Acara Perkuliahan

Satuan acara perkuliahan termasuk rencana pengembangan prosedur dan

pengorganisasian pembelajaran agar mencapai satu titik kompetensi dasar yang

ditetapkan dalam Standar Isi seperti yang dijabarkan dalam Silabus. Lingkup

Rencana SAP paling luas yang mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri dari

atas beberapa indikator sehingga beberapa indikator untuk satu kali pertemuan

atau bahkan lebih.

Satuan Acara Perkuliahan dirumuskan dalam tujuan pembelajaran, materi

ajar, metode pengajaran, sumber belajar, serta penilaian hasil belajar. Manfaat dari

adanya SAP ini adalah supaya pembelajaran yang terjadi di dalam kelas dapat

mencapai hasil yang maksimal, sebab sesuatu yang telah direncanakan terlebih

dahulu akan mendapatkan hasil yang terbaik.

Berikut satuan acara perkuliahan (SAP) selama satu semester yang

dirancang untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa. Pertemuan VIII dan XVI tidak

dibuatkan satuan acara perkuliahan karena dilaksanakan UTS dan UAS.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Jurnalistik

Kode Mata Kuliah : MKB 604

Bobot : 2 SKS

Waktu Pertemuan : 2 x 100 menit

Pertemuan : I dan II

Standar Kompetensi : Menguasai, memahami serta mampu menerapkan

konsep dan praksis bahasa jurnalistik di media massa.

Kompetensi Dasar : Memahami konsep bahasa jurnalistik

Indikator Pencapaian : 1. Mampu menjelaskan definisi dan ciri-ciri bahasa

jurnalistik.

2. Dapat menjelaskan kedudukan bahasa jurnalistik

di antara ragam bahasa lain.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 44: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Materi Pokok : 1. Definisi dan Hakikat Bahasa Jurnalistik

2. Karakteristik dan Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik

3. Bahasa Jurnalistik di Antara Ragam Bahasa

lainnya.

Pengalaman Belajar : 1. Mengkaji definisi dan hakikat bahasa jurnalistik.

2. Mengkaji karakteristik dan ciri-ciri bahasa

jurnalistik.

3. Mengkaji perbedaan dan persamaan bahasa

jurnalistik dengan ragam bahasa lain.

Strategi Pembelajaran : Metode Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, dan

Presentasi

Tahapan Kegiatan dosenKegiatan

Mahasiswa

Media dan Alat

Pembelajaran

Pembukaan Memberi salam,

mengecek kehadiran

peserta didik.

Memberi

salam dan

menyimak.

Kurikulum, Silabus,

Satuan Acara

Perkuliahan (SAP)

buku panduan, tugas

berstruktur, slide

presentasi, LCD

Penyajian 1. Menjelaskan

definisi dan ciri-ciri

bahasa jurnalistik.

2. Menjelaskan

kedudukan bahasa

jurnalistik di antara

ragam bahasa lain.

Menyimak,

mendengarkan,

mencatat,

diskusi

kelompok, dan

tanya jawab

Kurikulum, Silabus,

rencana dan studi

guide, buku panduan,

tugas berstruktur, slide

presentasi, LCD

Penutup Merangkum mengenai

definisi, ciri-ciri dan

kedudukan bahasa

jurnalistik

Menyimak,

mendengarkan

dan mencatat,

diskusi dan

Kurikulum, Silabus,

SAP, buku panduan,

tugas berstruktur, slide

presentasi, LCD.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 45: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

tanya jawab

Post test Ujian tertulis, lisan, evaluasi terhadap proses pembelajaran,

membuat tugas mengenai apa yang sudah dipelajari.

Referensi 1. Power Point

2. Anwar, H. Rosihan. 2005 (cet. kelima). Bahasa Jurnalistik

Indonesia & Komposisi. Yogyakarta: Media Abadi.

3. Chaer, Abdul. 2010. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta.

4. Dewabrata, A.M. 2004. Kalimat Jurnalistik Panduan

Mencermati Penulisan Berita. Jakarta: Kompas.

5. Rahardi, Dr. R. Kunjana, M.Hum. 2006. Asyik Berbahasa

Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali Masalahnya.

Yogyakarta: Santusta.

6. Rahardi, Dr. R. Kunjana, M.Hum. 2006. Paragraf Jurnalistik

Menyusun Alinea Bernilai Rasa dalam Bahasa Laras Media.

Yogyakarta: Santusta.

7. Sarwoko, Tri Adi. 2007. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik.

Yogyakarta: Andi.

Dosen Pengampu,

Putu Agus Permanamiarta, S.S.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 46: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Jurnalistik

Kode Mata Kuliah : MKB 604

Bobot : 2 SKS

Waktu Pertemuan : 2 x 100 menit

Pertemuan : III dan IV

Standar Kompetensi : Menguasai, memahami serta mampu menerapkan

konsep dan praksis bahasa jurnalistik di media massa.

Kompetensi Dasar : Memahami konsep bahasa jurnalistik

Indikator Pencapaian : 1. Mampu menjelaskan hubungan bahasa jurnalistik

dan masyarakat.

2. Mampu menjelaskan Pedoman Pokok Pemakaian

Bahasa Pers

Materi Pokok : 1. Bahasa Jurnalistik dan Masyarakat

2. Pedoman Pokok Pemakaian Bahasa Pers

Pengalaman Belajar : 1. Mengkaji hubungan timbal balik antara bahasa

media dan masyarakat

2. Mengkaji Pedoman Pokok Pemakaian Bahasa Pers

Strategi Pembelajaran : Metode Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, dan

Presentasi

Tahapan Kegiatan dosenKegiatan

Mahasiswa

Media dan Alat

Pembelajaran

Pembukaan Memberi salam,

mengecek kehadiran

peserta didik.

Memberi

salam dan

menyimak.

Kurikulum, Silabus,

Satuan Acara

Perkuliahan (SAP)

buku panduan, tugas

berstruktur, slide

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 47: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

presentasi, LCD

Penyajian 1. Menjelaskan

hubungan bahasa

jurnalistik dan

masyarakat.

2. Menjelaskan

pedoman pokok

pemakaian bahasa

pers

Menyimak,

mendengarkan,

mencatat,

diskusi

kelompok, dan

tanya jawab

Kurikulum, Silabus,

rencana dan studi

guide, buku panduan,

tugas berstruktur, slide

presentasi, LCD

Penutup Merangkum mengenai

hubungan masyarakat

dan bahasa jurnalistik

serta pedoman pokok

pemakaian bahasa pers.

Menyimak,

mendengarkan

dan mencatat,

diskusi dan

tanya jawab

Kurikulum, Silabus,

SAP, buku panduan,

tugas berstruktur, slide

presentasi, LCD.

Post test Ujian tertulis, lisan, evaluasi terhadap proses pembelajaran,

membuat tugas mengenai apa yang sudah dipelajari.

Referensi 1. Power Point2. Anwar, H. Rosihan. 2005 (cet. kelima). Bahasa Jurnalistik

Indonesia & Komposisi. Yogyakarta: Media Abadi. 3. Chaer, Abdul. 2010. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta.4. Dewabrata, A.M. 2004. Kalimat Jurnalistik Panduan

Mencermati Penulisan Berita. Jakarta: Kompas. 5. Rahardi, Dr. R. Kunjana, M.Hum. 2006. Asyik Berbahasa

Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali Masalahnya. Yogyakarta: Santusta.

6. Rahardi, Dr. R. Kunjana, M.Hum. 2006. Paragraf Jurnalistik Menyusun Alinea Bernilai Rasa dalam Bahasa Laras Media. Yogyakarta: Santusta.

7. Sarwoko, Tri Adi. 2007. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta: Andi.

Dosen Pengampu,

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 48: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Putu Agus Permanamiarta, S.S.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Jurnalistik

Kode Mata Kuliah : MKB 604

Bobot : 2 SKS

Waktu Pertemuan : 3 x 100 menit

Pertemuan : V, VI, dan VII

Standar Kompetensi : Menguasai, memahami serta mampu menerapkan

konsep dan praksis bahasa jurnalistik di media massa.

Kompetensi Dasar : Memahami konsep bahasa jurnalistik

Indikator Pencapaian : 1. Mampu menjelaskan kata penat

2. Mampu menjelaskan kata mubazir

3. Mampu menjelaskan bahasa yang hemat kata

Materi Pokok : 1. Kata Penat

2. Kata Mubazir

3. Bahasa yang hemat kata

Pengalaman Belajar : 1. Mengkaji kata-kata penat dalam bahasa jurnalistik

2. Mengkaji kata-kata mubazir dalam bahasa

jurnalistik

3. Mengkaji bahasa yang hemat kata dalam media

massa

Strategi Pembelajaran : Metode Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, dan

Presentasi

Tahapan Kegiatan dosenKegiatan

MahasiswaMedia dan Alat Pembelajaran

Pembukaan Memberi salam, mengecek kehadiran peserta didik.

Memberi salam dan menyimak.

Kurikulum, Silabus, Satuan Acara Perkuliahan (SAP) buku panduan, tugas berstruktur, slide

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 49: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

presentasi, LCDPenyajian 1. Menjelaskan kata-

kata penat dalam bahasa jurnalistik

2. Menjelaskan kata-kata mubazir dalam bahasa jurnalistik

3. Menjelaskan bahasa yang hemat kata dalam media massa

Menyimak, mendengarkan, mencatat, diskusi kelompok, dan tanya jawab

Kurikulum, Silabus, rencana dan studi guide, buku panduan, tugas berstruktur, slide presentasi, LCD

Penutup Merangkum mengenai kata-kata penat, kata-kata mubazir dan bahasa yang hemat kata dalam media massa

Menyimak, mendengarkan dan mencatat, diskusi dan tanya jawab

Kurikulum, Silabus, SAP, buku panduan, tugas berstruktur, slide presentasi, LCD.

Post test Ujian tertulis, lisan, evaluasi terhadap proses pembelajaran, membuat tugas mengenai apa yang sudah dipelajari.

Referensi 1. Power Point2. Anwar, H. Rosihan. 2005 (cet. kelima). Bahasa Jurnalistik

Indonesia & Komposisi. Yogyakarta: Media Abadi. 3. Chaer, Abdul. 2010. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta.4. Dewabrata, A.M. 2004. Kalimat Jurnalistik Panduan

Mencermati Penulisan Berita. Jakarta: Kompas. 5. Rahardi, Dr. R. Kunjana, M.Hum. 2006. Asyik Berbahasa

Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali Masalahnya. Yogyakarta: Santusta.

6. Rahardi, Dr. R. Kunjana, M.Hum. 2006. Paragraf Jurnalistik Menyusun Alinea Bernilai Rasa dalam Bahasa Laras Media. Yogyakarta: Santusta.

7. Sarwoko, Tri Adi. 2007. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta: Andi.

Dosen Pengampu,

Putu Agus Permanamiarta, S.S.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 50: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Jurnalistik

Kode Mata Kuliah : MKB 604

Bobot : 2 SKS

Waktu Pertemuan : 2 x 100 menit

Pertemuan : IX dan X

Standar Kompetensi : Menguasai, memahami serta mampu menerapkan

konsep dan praksis bahasa jurnalistik di media massa.

Kompetensi Dasar : Memahami konsep bahasa jurnalistik

Indikator Pencapaian : 1. Mampu menjelaskan bahasa yang tepat makna

2. Mampu menjelaskan bahasa yang nalar

Materi Pokok : 1. Bahasa yang tepat makna

2. Bahasa yang nalar

Pengalaman Belajar : 1. Mengkaji bahasa yang tepat makna dalam media

massa

2. Mengkaji bahasa yang nalar dalam media massa

Strategi Pembelajaran : Metode Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, dan Presentasi

Tahapan Kegiatan dosenKegiatan

Mahasiswa

Media dan Alat

Pembelajaran

Pembukaan Memberi salam,

mengecek kehadiran

peserta didik.

Memberi

salam dan

menyimak.

Kurikulum, Silabus,

Satuan Acara Perkuliahan

(SAP) buku panduan,

tugas berstruktur, slide

presentasi, LCD

Penyajian 1. Menjelaskan bahasa

yang tepat makna

Menyimak,

mendengarkan,

Kurikulum, Silabus,

rencana dan studi guide,

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 51: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

dalam media masssa

2. Menjelaskan bahasa

yang nalar dalam

media massa

mencatat,

diskusi

kelompok, dan

tanya jawab

buku panduan, tugas

berstruktur, slide

presentasi, LCD

Penutup Merangkum mengenai

bahasa yang tepat

makna dan bernalar

dalam media massa

Menyimak,

mendengarkan

dan mencatat,

diskusi dan

tanya jawab

Kurikulum, Silabus, SAP,

buku panduan, tugas

berstruktur, slide

presentasi, LCD.

Post test Ujian tertulis, lisan, evaluasi terhadap proses pembelajaran, membuat

tugas mengenai apa yang sudah dipelajari.

Referensi 1. Power Point

2. Anwar, H. Rosihan. 2005 (cet. kelima). Bahasa Jurnalistik

Indonesia & Komposisi. Yogyakarta: Media Abadi.

3. Chaer, Abdul. 2010. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta.

4. Dewabrata, A.M. 2004. Kalimat Jurnalistik Panduan Mencermati

Penulisan Berita. Jakarta: Kompas.

5. Rahardi, Dr. R. Kunjana, M.Hum. 2006. Asyik Berbahasa

Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali Masalahnya.

Yogyakarta: Santusta.

6. Rahardi, Dr. R. Kunjana, M.Hum. 2006. Paragraf Jurnalistik

Menyusun Alinea Bernilai Rasa dalam Bahasa Laras Media.

Yogyakarta: Santusta.

7. Sarwoko, Tri Adi. 2007. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik.

Yogyakarta: Andi.

Dosen Pengampu,

Putu Agus Permanamiarta, S.S.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 52: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Jurnalistik

Kode Mata Kuliah : MKB 604

Bobot : 2 SKS

Waktu Pertemuan : 3 x 100 menit

Pertemuan : XI, XII, dan XIII

Standar Kompetensi : Menguasai, memahami serta mampu menerapkan

konsep dan praksis bahasa jurnalistik di media massa.

Kompetensi Dasar : Menganalisis Bahasa Media Massa dan Menerapkan

Konsep Bahasa Jurnalistik

Indikator Pencapaian : Mampu menganalisis bahasa dalam media massa

Materi Pokok : Menganalisis Bahasa Media Massa

Pengalaman Belajar : Berlatih mengidentifikasi kesalahan penggunaan bahasa

di media massa

Strategi Pembelajaran : Metode Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, dan Presentasi

Tahapan Kegiatan dosenKegiatan

Mahasiswa

Media dan Alat

Pembelajaran

Pembukaan Memberi salam,

mengecek kehadiran

peserta didik.

Memberi

salam dan

menyimak.

Kurikulum, Silabus,

Satuan Acara Perkuliahan

(SAP) buku panduan,

tugas berstruktur, slide

presentasi, LCD

Penyajian Memberikan pelatihan

tentang tata cara

menganalisis kesalahan

Berlatih

menganalisis

kesalahan

Kurikulum, Silabus,

rencana dan studi guide,

buku panduan, tugas

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 53: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

bahasa dalam media

massa

bahasa dalam

media bahasa

berstruktur, slide

presentasi, LCD

Penutup Merangkum hasil

analisis mahasiswa

terhadap bahasa

jurnalistik dalam media

massa

Menyimak,

mendengarkan

dan mencatat,

diskusi dan

tanya jawab

Kurikulum, Silabus, SAP,

buku panduan, tugas

berstruktur, slide

presentasi, LCD.

Post test Ujian tertulis, lisan, evaluasi terhadap proses pembelajaran, membuat

tugas mengenai apa yang sudah dipelajari.

Referensi 1. Power Point

2. Anwar, H. Rosihan. 2005 (cet. kelima). Bahasa Jurnalistik

Indonesia & Komposisi. Yogyakarta: Media Abadi.

3. Chaer, Abdul. 2010. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta.

4. Dewabrata, A.M. 2004. Kalimat Jurnalistik Panduan Mencermati

Penulisan Berita. Jakarta: Kompas.

5. Rahardi, Dr. R. Kunjana, M.Hum. 2006. Asyik Berbahasa

Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali Masalahnya.

Yogyakarta: Santusta.

6. Rahardi, Dr. R. Kunjana, M.Hum. 2006. Paragraf Jurnalistik

Menyusun Alinea Bernilai Rasa dalam Bahasa Laras Media.

Yogyakarta: Santusta.

7. Sarwoko, Tri Adi. 2007. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik.

Yogyakarta: Andi.

Dosen Pengampu,

Putu Agus Permanamiarta, S.S.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 54: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Jurnalistik

Kode Mata Kuliah : MKB 604

Bobot : 2 SKS

Waktu Pertemuan : 2 x 100 menit

Pertemuan : XIV dan XV

Standar Kompetensi : Menguasai, memahami serta mampu menerapkan

konsep dan praksis bahasa jurnalistik di media massa.

Kompetensi Dasar : Menganalisis Bahasa Media Massa dan Menerapkan

Konsep Bahasa Jurnalistik

Indikator Pencapaian : Mampu menerapkan Konsep Bahasa Jurnalistik

Materi Pokok : Menerapkan Konsep Bahasa Jurnalistik

Pengalaman Belajar : Berlatih membuat berita pendek menggunakan bahasa

jurnalistik

Strategi Pembelajaran : Metode Ceramah, Diskusi, Tanya Jawab, dan Presentasi

Tahapan Kegiatan dosenKegiatan

Mahasiswa

Media dan Alat

Pembelajaran

Pembukaan Memberi salam,

mengecek kehadiran

peserta didik.

Memberi salam

dan menyimak.

Kurikulum, Silabus,

Satuan Acara

Perkuliahan (SAP) buku

panduan, tugas

berstruktur, slide

presentasi, LCD

Penyajian Menjelaskan cara Berlatih Kurikulum, Silabus,

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 55: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

membuat berita pendek

menggunakan bahasa

jurnalistik

membuat berita

pendek

menggunakan

bahasa

jurnalistik

rencana dan studi guide,

buku panduan, tugas

berstruktur, slide

presentasi, LCD

Penutup Merangkum dan

membahas hasil karya

siswa mengenai berita

pendek menggunakan

bahasa jurnalistik

Menyimak,

mendengarkan

dan mencatat,

diskusi dan

tanya jawab

Kurikulum, Silabus,

SAP, buku panduan,

tugas berstruktur, slide

presentasi, LCD.

Post test Ujian tertulis, lisan, evaluasi terhadap proses pembelajaran, membuat

tugas mengenai apa yang sudah dipelajari.

Referensi 1. Power Point

2. Anwar, H. Rosihan. 2005 (cet. kelima). Bahasa Jurnalistik

Indonesia & Komposisi. Yogyakarta: Media Abadi.

3. Chaer, Abdul. 2010. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta.

4. Dewabrata, A.M. 2004. Kalimat Jurnalistik Panduan Mencermati

Penulisan Berita. Jakarta: Kompas.

5. Rahardi, Dr. R. Kunjana, M.Hum. 2006. Asyik Berbahasa

Jurnalistik Kalimat Jurnalistik dan Temali Masalahnya.

Yogyakarta: Santusta.

6. Rahardi, Dr. R. Kunjana, M.Hum. 2006. Paragraf Jurnalistik

Menyusun Alinea Bernilai Rasa dalam Bahasa Laras Media.

Yogyakarta: Santusta.

7. Sarwoko, Tri Adi. 2007. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik.

Yogyakarta: Andi.

Dosen Pengampu,

Putu Agus Permanamiarta, S.S.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 56: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

3.2 Tujuan (Objective)

Menurut Robert F. Marger (1962, dalam Hamzah, 2008) pengertian tujuan

pembelajaran adalah sebagai perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat

dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu.

Menurut Edwar L. Dejnozka dan David E,. Kapel (1981) dan juga Kemp

(1977) dalam Hamzah (2008) bahwa pengertian tujuan pembelajaran adalah

suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau penampilan

yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang

diharapkan. Perilaku ini dapat berupa fakta yang kongkret serta dapat dilihat dan

fakta yang tersamar. Sedangkan menurut Fred Percival dan Henry Ellington

(1984) pengertian tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan

menunjukkan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat

dicapai sebagai hasil belajar.

Tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada salah satu kawasan /ranah

dari taksonomi Benyamin S. Bloom dan D. Krathwohl (1964), yang memilah

taksonomi pembelajaran dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan ranah

psikomotor.

Mata kuliah “Bahasa Indonesia Jurnalistik” ini memiliki beberapa tujuan

yaitu agar mahasiswa:

1. mampu menjelaskan definisi dan ciri-ciri bahasa jurnalistik;

2. dapat menjelaskan kedudukan bahasa jurnalistik di antara ragam bahasa

lain;

3. mampu menjelaskan hubungan bahasa jurnalistik dan masyarakat;

4. dapat menjelaskan pedoman bahasa jurnalistik;

5. mampu memahami Kata Penat dan Kata Mubazir;.

6. mampu memahami Konsep Bahasa yang Hemat Kata;

7. mampu memahami Konsep Bahasa yang Menarik;

8. mampu memahami Konsep Bahasa yang Tepat Makna dan Nalar;

9. mampu menganalisis kesalahan berbahasa dalam media massa; dan

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 57: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

10. mampu menerapkan konsep bahasa jurnalistik

3.3 Evaluasi Materi

Materi-materi tentang Bahasa Indonesia Jurnalistik sangat beragam,

tentunya perlu mengevaluasi materi tersebut sebelum dimuat dalam silabus.

Tujuan evaluasi materi ini adalah untuk memilah-milah materi apa yang cocok

diajarkan untuk mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Daerah,

Bidang Ilmu Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan

Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Bali. Materi yang cocok tersebut sudah tertera dalam

Silabus dan SAP.

3.4 Perancangan Materi

Menurut para pakar ada sepuluh langkah yang harus dilalui dalam menyusun

rancangan kegiatan pembelajaran. Beberapa pakar yang dapat dijadikan acuan

misalnya apa yang pernah ditulis oleh Atwi Suparman (1993), Toeti Soekamto,

dkk. (1993), dan Asmawi Zainul, dkk. (1993) secara singkat kesepuluh langkah

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pentingnya Dosen Mencari Informasi Sebanyak-banyaknya

Jika seorang dosen ingin menyiapkan bahan perkuliahan, ia harus selalu

ingat yakni:

Bahan ajar apa yang akan diberikan kepada mahasiswanya, walaupun mata

kuliahnya sama namun bobot/kualitas bahan ajar dapat berbeda. Misalnya

memberi materi bahan ajar English for Specific Purposes (ESP) pada

semester 1, dan semester II harus beda.

Sebelum perkuliahan dimulai, dosen harus menyiapkan materi kuliah

dalam satu semester dan mahasiswa mengetahui juga apa tugasnya selama

mengikuti perkuliahan di semester itu. Sejauh mana mahasiswa

mengetahui materi kuliah yang diberikan oleh dosen, artinya dosen jangan

menyarankan mahasiswa untuk membaca literature yang sulit diperoleh

mahasiswa. Semua informasi yang berkaitan dengan materi kuliah (silabus

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 58: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

mata kuliah tersebut) amatlah sangat penting untuk diketahui oleh dosen

atau mahasiswa.

2. Menuliskan Pokok Bahasan dan Sub-pokok Bahasan

Pokok Bahasan berupa materi pokok kuliah yang akan diberikan dalam

perkuliahan atau praktikum. Setiap Pokok Bahasan terdiri atas Sub-pokok

Bahasan. Satu Pokok Bahasan dapat terdiri dari satu atau lebih sub Pokok

Bahasan dan tiap sub Pokok Bahasan juga dapat terdiri satu atau lebih dari

sasaran belajar.

3. Merumuskan Tujuan Instruksional Umum (TIU) untuk Tiap Pokok

Bahasan.

Ada perbedaan antara TIU untuk mata kuliah dan TIU untuk setiap

Pokok Bahasan, maka dari itu kita perlu memahami apa fungsi dan sifat

TIU tersebut.

Fungsi TIU adalah:

a. sebagai dasar untuk menyusun sasaran belajar;

b. sebagai dasar untuk menjelaskan tujuan mata kuliah secara ringkas;

c. untuk menjelaskan kedudukan mata kuliah di dalam kurikulum;

d. untuk menentukan kegiatan belajar.

Sedangkan sifat TIU adalah:

a. Luas dan umum, jangan menulis TIU secara spesifik

b. Jumlahnya sedikit saja. Misalnya setiap Pokok Bahasan hanya ada

satu atau dua. Dalam menulis TIU mata kuliah, diusahakan

jumlahnya terbatas, namun mencakup tujuan TIU tersebut.

c. Penulisan TIU untuk kepentingan dosen dalam mengarahkan

kuliah yang diampunya.

d. Rumusan TIU dapat berorientasi perilaku memberikan kuliah

(dosen) dan perilaku mahasiswa dalam belajar.

4. Menyusun Pokok Bahasan dan Sub-pokok Bahasan dalam Skema

Hubungan

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 59: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Skema hubungan Pokok Bahasan yang satu dengan yang lain dikatakan

rigid bila hubungan secara logika (nalar) berkaitan satu sama yang lain.

Maka dari itu, sebaiknya digunakan kata “mengapa” dalam menyusun

skema hubungan tersebut. Misalnya mengapa Pokok Bahasan -1 harus

didahulukan sebelum Pokok Bahasan-2 diberikan, dan sebagainya. Skema

hubungan ini penting dalam menyusun keseluruhan konteks isi mata

kuliah yang akan diberikan.

5. Menentukan Frekuensi Kuliah untuk Setiap Pokok Bahasan

Tiap mata kuliah memiliki bobot yang berbeda misalnya 4 sks (sistem

kredit semester), 2 sks, dan 3 sks, maka tiap mata kuliah juga memiliki

Pokok Bahasan yang berbeda pula, oleh karena itu frekuensi kuliah setiap

Pokok Bahasan untuk setiap mata kuliah juga berbeda.

Misalnya:

a. Mata kuliah Pengantar Jurnalistik berbobot 2 sks

b. Mata kuliah Peliputan dan Wawancara Jurnalistik berbobot 3 sks

Perlu diketahui bahwa 1 sks sama dengan 50 menit dan 3 sks sama

dengan 150 menit. Mata kuliah yang berbobot 3 sks pada umumnya ada

praktikum atau latihan, maka pembagian mata kuliah yang berbobot 3 sks

dibedakan menjadi 1 sks (50 menit tatap muka/kuliah) dan 2 sks (100

menit praktikum/latihan).

6. Merumuskan Sasaran Belajar

Inti dari kegiatan perkuliahan ada pada sasaran belajar. Maka dari itu

penyusunan sasaran belajar harus benar, isi dan bentuknya harus terukur,

artinya dapat dievaluasi sampai seberapa besar sasaran belajar tersebut

tercapai. Penulisan sasaran belajar sebaiknya harus:

a. terinci;

b. sesuai dengan perilaku mahasiswa (dan terukur);

c. diberikan sesuai dengan waktu yang ditentukan;

d. sesuai dengan hasil minimal yang ingin dicapai;

e. sesuai dengan sarana yang ada.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 60: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

7. Membuat Matriks Rencana Kegiatan Perkuliahan (RKP)

Matriks RKP berisi seperangkat informasi yang menjelaskan secara rinci

hubungan antara Pokok Bahasan, Sub-pokok Bahasan, Sasaran Belajar,

Bentuk Pengajaran, Media Pengajaran, Tugas Terstruktur, Waktu Tatap

Muka yang diperlukan dan Pustaka yang dipergunakan untuk menjelaskan

Pokok Bahasan, Subpokok Bahasan dan Sasaran Belajar.

Penulisan matriks ini sudah relatif baku, yaitu mulai dari:

a. Nomor urut

b. Pokok Bahasan

c. Subpokok Bahasan

d. Sasaran Belajar

e. Bentuk Pengajaran

f. Media Pengajaran

g. Waktu yang diperlukan setiap tatap muka dalam menjelaskan

Pokok Bahasan dan Subpokok Bahasan tersebut

h. Penulisan Pustaka (buku wajib atau pendukung “Readers”).

8. Menentukan Ujian dan Bobot Soal

Satu semester biasanya terdiri atas 16 kali tatap muka (termasuk

penyelesaian tugas terstruktur). Satu semester tersebut pada umumnya

terdiri dari:

a. satu kali Ujian Tengah Semester (mid test);

b. satu kali Ujian Akhir Semester (final test), sehingga terjadi 16

kegiatan per semester.

Pembobotannya juga berbeda antara ujian tengah semester, ujian akhir

semester dan tugas terstruktur. Sebagai contoh seorang dosen membagi

bobot soalnya sebagai berikut:

a. Ada 3 tugas terstruktur masing-masing diberi bobot 10% sehingga

berjumlah 30%;

b. Ujian Tengah Semester bobotnya 20%;

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 61: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

c. Ujian Akhir Semester diberi bobot 50%; sehingga secara

keseluruhan akan diperoleh penilaian 100%.

Dengan penilaian seperti itu, seorang mahasiswa tidak akan lulus jika ia

hanya mengikuti UAS saja, dan sedikit berpeluang lulus jika mahasiswa

hanya mengikuti UTS dan UAS, atau mengerjakan tugas terstruktur dan

UAS (nilainya 70% sampai 80%). Mahasiswa berpeluang besar untuk

lulus jika tugas terstruktur dikerjakan, UTS diikuti dan UAS juga diikuti.

Jenis ujian ada 2 macam, yaitu:

a. ujian terbuka, misalnya ujian tulis (essay), ujian menulis

masalah/memecahkan masalah; dan ujian dengan mengisi sejumlah

soal yang telah ditentukan.

b. ujian tertutup, misalnya menjawab jawaban salah atau benar,

memilih salah satu alternatif jawaban yang benar, dan

menjodohkan padanan kata.

9. Menyusun Pedoman Perkuliahan dan Rencana Kegiatan Perkuliahan

Pada saat menyusun pedoman perkuliahan, alangkah baiknya diadakan

diskusi terlebih dahulu dengan teman-teman satu team untuk selalu

merevisi isi dan format Rencana Kegiatan Perkuliahan (RKP) yang telah

dibuat kemudian ditetapkan Pedoman Perkuliahan. Apabila RKP sudah

dioperasionalkan pelaksanaannya dan mengalami hambatan, maka

secepatnya diadakan revisi/perubahan, disesuaikan dengan keperluan dan

karakteristik mahasiswa yang diberikan perkuliahan. Faktor lain yang

perlu dipertimbangkan pada saat menyusun Rencana Kegiatan Perkuliahan

adalah ketersediaan sumber belajar.

10. Menyerahkan Rencana Kegiatan Perkuliahan (RKP)

Rencana Kegiatan Perkuliahan biasanya hanya bersifat tentatif, artinya

pembuatan RKP tersebut bersifat sementara yang menuntut perbaikan dan

penyempurnaan. Jika RKP selesai dibuat, segera diserahkan ke bagian

akademik, ke jurusan dan simpan sendiri sebagai pedoman kita sebagai

dosen. Dengan adanya RKP ditangan seorang dosen maka kapasitasnya

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 62: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

sebagai pengajar sudah memiliki pegangan yang memandu kegiatannya

mengajar. Dan dosen juga harus membuat reader, yakni sekumpulan

bahan bacaan, gambar dan materi tertulis lainnya yang disusun dalam

rangka mendukung isi dari Pokok Bahasan.

Seorang dosen harus merancang materi pembelajaran sebelum mereka

mengajarkan kepada mahasiswanya. Materi harus dipersiapkan dengan baik agar

padu dengan materi kuliah. Perancangan materi disini sangatlah penting

dilakukan, karena dengan merancang sebuah materi terlebih dahulu, tentu saja

seorang dosen akan lebih siap menyampaikan materi di kelas dan materi

perkuliahan atau pembelajaran akan lebih terstruktur. Berikut materi pembelajaran

mata kuliah “Bahasa Indonesia Jurnalistik” yang dapat menunjang karier

mahasiswa dibidang jurnalistik selain menjadi guru.

MATERI PEMBELAJARAN

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Jurnalistik

Kode Mata Kuliah : MKB 604

Bobot : 2 SKS

A. Pengertian Jurnalistik

Profesor S. Wojowasito (1978) dalam makalahnya berjudul “Bahasa

Jurnalistik: Segi-segi yang harus diperhatikan untuk meningkatkan mutu

penggunaanya” menjelaskan, bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa

sebagaimana tmapak dalam harian-harian dan majalah. Melihat fungsinya sebagai

alat komunikasi massa, bahasa jurnalistik harus jelas dan mudah dibaca oleh

mereka dengan ukuran intelektual yang minimal, sehingga sebagian besar

masyarakat pembaca yang melek hurup dan aksara dapat menikmati isinya.

Kendatipun demikian, tuntutan bahwa bahasa jurnalistik harus baik dan sesuai

dengan norma-norma yang berlaku tidak boleh ditinggalkan. Dengan kata lain,

bahasa jurnalistik yang baik dan sopan harus sesuai dengan norma-norma tata

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 63: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

bahasa, yang antara lain terdiri atas susunan kalimat yang benar, pilihan kata yang

sesuai, dan beritanya dapat dipercaya.

J. S. Badudu (1978) juga menjelaskan, bahasa surat kabar harus singkat,

padat, sederhana, jelas, lugas, tetapi selalu menarik. Sifat-sifat itu harus dipenuhi

oleh bahasa jurnalistik, mengingat surat kabar dibaca oleh lapisan masyarakat

yang tidak sama tingkat pengetahuanya. Disamping itu, setiap orang tidak harus

menghabiskan waktunya hanya dengan membaca surat kabar. Bahasa jurnalistik

juga harus lugas tetapi jelas, agar mudah dipahami isisnya. Pembaca surat kabar

tidak harus mengulang-ngulang apa yang dibacanya karena ketidakjelasan bahasa

yang digunakan dalam surat kabar itu.

Selanjutnya, J. S. Badudu menyatakan, bahasa jurnalistik harus didasarkan

kepada bahasa baku. Bahasa baku adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat

yang paling luas pengaruhnya dan paling besar wibawanya. Bahasa baku

digunakan dalam situasai resmi baik lisan maupun tulisan, misalnya, bahasa yang

digunakan dalam berkhutbah, memberikan kuliah, ceramah, pelajaran, diskusi,

seminar, memimpin rapat dan sebagainya (lisan0. Adapun bahasa resmi yang

diguunakan dalam tulisan, misalnya, surat-menyurat resmi, menulis laporan resmi,

buku skripsi, tesis, disertasi, menulis peraturan-peraturan, undang-undang,

laporan, dan lain-lain (tulisan). Demikian pula bahasa yang digunakan dalam surat

kabar, majalah, bahasa siaran televisi, radio, -- harus baku – agar bahasa tersebut

dapat dipahami oleh orang yang membaca dan medengarkanya di seluruh

nusantara.

Bahasa Indonesia ragam jurnalistik seyogyanya didefinisikan juga sebagai

alat mencerdaskan kehidupan bangsa. Bahasa jurnalistik merupakan alat

komunikasi para jurnalis (wartawan) yang harus disampaikan dengan cara yang

selaras dengan cita-cita dan selera khalayak umum. Jurnalis harus menguasai

bahasa jurnalistik yang efektif, efisien dan komunikatif, yang memiliki ciri-ciri

bahasa: singkat, padat, sederhana, lugas, menarik, lancar, dan jelas.

Bahasa jurnalistik merupakan salahsatu varian bahasa Indonesia. Baasa

jurnalistik merupakan bahasa komunikasi massa yang digunakan oleh wartawan

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 64: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

dalam surat kabar, majalah, atau tabloid. Dengan demikian, bahasa jurnalistik

harus jelas dan mudah dipahami oleh masyarakat pembaca dengan ukuran

intelektual minimal, sehingga mereka yang membaca tulisan tersebut mampu

menikmati isinya. Bahasa jurnalistik juga harus sesuai dengan norma-norma dan

kaidah-kaidah bahasa (Anwar, 1979: 1).

Bahasa jurnalistik menurut Rosihan Anwar adalah bahasa yang digunakan

oleh wartawan (jurnalis) dalam menulis karya-karya jurnalistik di media massa.

Jadi, hanya bahasa Indonesia pada karya-karya jurnalistik sajalah yang dapat

dikatakan atau dikategorikan sebagai bahasa jurnalistik atau bahasa pers, dan

bukan bahasa yang dipakai dalam karya-karya opini (artikel, feature, esei, dan

lain-lain). Oleh karena itu, jika ada wartawan yang juga menulis puisi, cerita

pendek, esai, feature, dan artikel, karya-karya wartawan itu tidak dapat

digolongkan sebagai karya jurnalistik. Bahasa yang dipakai jurnalis dalam

menulis puisi, cerita pendek, artikel, feature, atau esai tidak dapat digolongkan

sebagai bahasa jurnalistik karena hal itu memiliki varian tersendiri.

Bahasa yang digunakan dalam dunia pers merupakan salah satu contoh

dari ragam jurnalistik. Hal ini perlu dikemukakan karena sering muncul anggapan

dalam masyarakat bahwa yang termasuk kedalam ragam jurnalistik hanyalah

pemakaian bahasa dalam pers. Padahal, pemakaian bahasa yang termasuk ragam

jurnalistik selain dalam dunia pers masih banyak. Dalam bagian ini dapatt

dikemukakan, misalnya, pemakain bahasa dalam pengumuman-pengumuuman,

selebaran-selebaran, spanduk, porter, atau leaflet-leaflet. Bahasa-bahasa yang

digunakan dalam media-media tersebut memiliki ciri-ciri ringkas, padat, dan

sederhana. Artinya, cepat, dan langsung pada pokok-pokok persoalan yang

dikemukakan, hemat kata-kata dan struktur kalimat yang pendek, cepat

dimengerti, cenderung ke ragam informal, dan sedapat-dapatnya menarik.

B. Variasi Bahasa Jurnalistik

Mengapa bahasa dalam surat kabar bercirikan ringkas, padat, sederhana,

dan menarik? Jawabanya adalah karena tulisan-tulisan dalam surat kabar harus

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 65: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

disesuaikan dengan kolom-kolom yang relatif telah dibakukan. Dalam waktu yang

relatif singkat dan pendek, seorang wartawan harus menyajikan informasi

sebanyak-banyaknya ke dalam kolom dan ruangan yang terbatas. Dan, bahasanya

pun harus sederhana harus sederhana karena sasaran berita itu meliputi pembaca

yang baru saja melek huruf sampai dengan pemmbaca yang tergolong terdidik.

Dalam keseragaman seperti terlukis di atas, tidak berarti tidak terdapat

kergaman atau kevariasia tulisan dalam surat kabar. Setidak-tidaknya kita

mengenal tulisn-tulisan yang semata-mata mengemukakan fakta, tulisan khas

yang kaya opini atau barangkali sekedar pemaparan apa saja yang dimaskud untuk

memperkaya pembacanya, editorial atau tajuk rencana, rubrik, kolom, pojok, dan

tidak lupa pula iklan.

Kevariasian atau keragaman bahasa dalam surat kabar secara berurutan

dapat dilihat dalam uraian berikut ini:

1. Tulisan yang mengutamakan berita faktual

Dalam surat kabar (Inggris, newspaper), ada yang berupa bertia faktual.

Tulisan yang berisi bertia faktual dapat dilihat, misalnya, pada kolom: berita

daerah, berita nasional, berita internasional, berita kota, ekonomi, pertahanan dan

keamanan, pendidikan dan olah raga, kebudayaan, dan lain-lain.

Dalam surat kabar yang sudah bonafide dan maju, jenis-jenis berita itu

ditangani oleh wartawan yang memang ahli dalam bidang masing-masing. Tulisan

jenis berita ini tentunya bersifat deskriptif. Di sini wartawan atau penulis surat

kabar semata-mata berusaha menyajikan atau memaparkan secara rinci topik yang

sedang dibicarakan. Tulisan semacam ini diharapkan mampu mebangkitkan daya

khayal pembaca, sehingga mereka seolah-olah menyaksikan sendiri peristiwa,

kejadian, atau sesuatu secara utuh.

2. Tulisan nonberita

Dalam kolom surat kabar yang memuat tulisan jenis ini, dapat dimuat

polemik pokok permasalahan tertentu. Tulisan jenis ini tentunya bersifat

argumentatif. Argumentasi adalah bentuk tulisan yang dimaksud unruk mengubah

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 66: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

pendapat orang lain agar mendekati kesamaan dengan pendapat nya sendiri

(penulis).

Dengan menyusun dan mensistematiskan fakta-fakta yang ada, penulis

meyakinkan bahwa pendapatnya itu dapat dipertanggungjawabkan. Jenis tulisan

noberita ini juga dimaksudkan untuk memperluas pengetahuan pembaca. Disadari,

ruang iinilah yang terbuka cukup lebar bagi siapa saja yang ingin mengisinya.

Yang harus selalu diingat adalah isi tulisan itu harus dituangkan kedalam bahasa

yang mudah dicerna, segar, cukup sederhana, dan jangan lupa nada menghibur.

Tulisan itu dapat berupa eksposisi, dapat juga berupa narasi.

Suatu tulisan dikategorikan ke dalam jenis eksposisi apabila tulisan itu

berusaha menguraikan suatu pokok masalah yang diharapkan dapat membuka

cakreawala pembacanya lebih jauh atau sekedar menambah pengetahuan mereka.

Sebenarnya, jenis tulisan lain tentu akan berakibat memperluas pengetahuan

pembacanya, misqalnya, tulisan narasi, perbedaanya, eksposisi itu menonjolkan

aspek tujuan memperluas pengetahuan; sedangkan narasi lebih menekankan aspek

urutan-urutan berlangsungnya suatu peristiwa. Dalam hal ini pemaparan aspek

historis dan dialektikanya suatu peristiwa lebih ditnjolkan.

3. Editorial

Editorial atau tajuk merupakan tulisan yang menyuarakan sikap atau

pandangan surat kabar tersebut atau suatu peristiwa yan dianggap paling penting

pada saat itu. Tulisan ini pada umumnya berbobot, cendekia, baku struktur

kebahasaanya, tepat pilihan katanya, dan berwibawa. Tulisan ini cenderung

memancarkan kematangan sikap dan penguasaan persoalan yang dibahas.

Editorial merupakan induk karangan atau bahkan mahkota karangan dalam suatu

media penerbitan pers. Tulisan ini biasanya kaya akan opini.

4. Rubrik

Rubrik surat kabar berisi poko bahasan teretntu secara tetap yang biasanya

muncul secara periodik pada hari tertentu, seminggu sekali, misalnya, rubrik

sastra dan budaya, bahasa, peternakan, kesehatan, remaja, psikologi, dan lain-lain.

Tulisan rubrik ini biasanya dimaksudkan untuk memberikan penyuluhan kepada

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 67: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

khlayak. Penulisanya dapat siapa saja yang merasa memiliki kemampuan untuk

menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut. Tulisan ini bisa berbentuk “pembaca

bertanya, pengasuh menjawab:, dapat juga berupa tulisan semi ilmiah. Variasi

bahasanya cenderung informal atau kadang-kadang menggunakan ragam bahasa

percakapan sehari-hari yang dihiasi dengan kosakata yang tergolong slang.

5. Kolom

Kolom diisi oleh seorang kolumis. Kolumis adalah seorang kenamaan

pada bidang tertentu, tulisanya sudah tentu berbobot, berciri cendekia, dan dekat

sekali dengan tulisan yang bersifat ilmiah. Tulisan ini muncul pada saat atau

berhubungan dengan isu-isu yang aktual. Kita mengenal kolom Arif Budiman,

Satjipto Wirosardjono, kolom Abdulrrahman Wahid, kolom Mohamad Sobary,

kolom Wimar Witoelar, kolom Arief Heryanto, kolom Umar Kayam, kolom T.

Jacob, dan lain-lain.

6. Iklan

Periklanan (advertising) adalah suatu cara penyampaian pesan dari sponsor

melalui suatu medium kepada khalayak luas. Kata advertising berasal dari bahasa

Latin ad vertere yang berarti mengbah pikiran atau pandangan orang mengenai

sesuatu. Jadi, iklan dapat membuat orang membeli barang (iklan produk),

membuat orang memahami atau mengerti sesuatu (iklan layanan sosial), membuat

orang tahu (iklan duka, iklan sekolah). Akan tetapi, perhatian kita lebih sering

tergugah oleh iklan layanan sosial atau oleh iklan yang menjual atau menawarkan

benda atau produk tertentu. Hal itu terjadi karena iklan tersebut disajikan melalui

cara berkomunikasi yang kreatif. Memang, pada dasarnya iklan adalah cara

berkomunikasi yang kreatif antara penghasil produk dengan konsumennya.

Dunia periklanan di satu pihak adalah bidang yangg sangat kreatif. Oleh

karena itu, untuk bermain dengan bahasa sangat terbuka. Di lain pihak,

sebenarnya dibutuhkan pula keterampilan berbahasa untuk dapat bermain dengan

bahasa iklan itu. Hal ini tidak berarti bahwa seorang penulis iklan harus seorang

yang berpengetahuan bahasa yang memadai melainkan seorang yang terampil

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 68: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

berbahasa. Artinya, ia tidak perlu mengetahui kaidah tata bahasa atau memiliki

pengetahuan linguistik yang baik. Ia harus peka dan jeli dalam berbahasa,

sebagaimana halnya seorang seniman atau sastrawan bermain dengan bahasa dan

kata. Oleh karena itu, bagi penlis iklan, keterampilan berbahasa inilah yang perlu

dilatih dan bukan penngetahuan bahasa atau linguistiknya. Untuk melatih

keterampilan berbahasa diperlukan buku pedoman bahasa periklanan yangg

mencerminkan kebutuhan bidang periklanan akan bahasa Indonesia. Dengan

demikian, akan diketahui jenis dan gaya bahasa yang dibutuhkan oleh laras iklan

surat kabar. Dalam hal ini, harus diketahui pula jenis iklan, bebagai cara promosi

atau beriklan, dan struktur iklan itu sendiri.

Langkah awal yang harus dilakukan oleh penulis iklan adalah ia terlebih

dahulu harus mengetahui jenis iklan yang akan ditulisnya. Hal ini amat penting

diperhatikan sebab iklan berkaitan erat dengan pemakaian bahasa. Berkaitan

dengan jenis iklan, penulis iklan harus mengetahui juga pesan yang akan

dikomunikasikan oleh iklan tersebut. Pesan yang berupa pengumuman resmi

(misalnya, pengumuman tender, penguman rapat atau pemegang saham),

membutuhkan bahasa yang berbeda dengan pesan yang mengumkan berita duka

cita, layana sosial, atau promosi produk. Sebuah iklan baris menuntut laras bahasa

yang berbeda dari laras bahasa untuk iklan produk tertentu. Iklan produk yang

ditampilkan pada media elektronika, misalnya , televisi dan radio membutuhkan

laras bahasa yang berbeda dari iklan yang ditampilkan pada media cetak. Iklan

pada kain bentang (spanduk) tentu menggunakan laras bahasa yang berbeda dari

iklan pada brosur, leaflet, dan seterusnya.

Disamping kecermatan dalam penggunaan bahasa, penulisan iklan harus

disesuaikan dengan ruang yang yang tersedia. Dalam hal ini dibutuhkan

kemampuan untuk melakukan sintesis, mengambil inti pesan, positioning sebuah

produk dan menuangkannya ke dalam iklan. Bahasa yang digunakan dalam

strategi periklanan sebuha produk harus dapat dimunculkan dalam ruang yang

sempit ataupun yang relatif lebih luas. Misalnya, slogan “Rexona Setia Setiap

Saat” merupakan suatu cuplikan dari teks iklan yang lebih lengkap. Slogan ini

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 69: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

muncul pada kain bentang atau papan reklame. Bentuk yang lebih utuh akan kita

temukan dalam iklan media cetak atau media elektronika. Oleh karena itu, pada

saat merancang sebuah iklan , segala kemungkinan penampilan harus

dipertimbangkan (lini atas ataupun lini bawah). Selain itu, perlu dipertimbangkan

apakah iklan itu menunjukan secara langsung (belilah, pakailah) atau secara tidak

langsung (produk ini baik untuk rambut Anda). Untuk itu, penulis iklan

(copywriter) harus pandai-pandai bermain kata antara bentuk imperatif dan

persuatif.

C. Ciri-ciri Bahasa Jurnalistik

Bahasa jurnalistik memiliki ciri-ciri yang khas: singkat, padat, sederhana,

lugas, menarik, lancar, dan jelas (Badudu, 1988: 138). Ciri-ciri tersebut harus

dipenuhi oleh bahasa ragam jurnalistik, bahasa surat kabar, mengingat surat kabar

dibaca oleg lapisan masyarakat yang tidak sama tingkat pengetahuannya, dari

warga masyarakat yang berpendidikan rendah sampai dengan warga masyarakat

yang berpendidikan tinggi. Di samping itu, ttidak semua orang harus

menghabiskan waktunya hanya untuk membaca surat kabar. Oleh karena itu,

bahasa jurnalistik sangat mengutamakan kemampuan untuk dapat menyampaikan

semua informasi yang dibawanya kepada pembaca secepatnya. Dengan kata lain,

bahasa jurnalistik lebih mengutamakan daya komunikasinya, di samping

kebakuan strukturnya.

Contohnya:

“IPTN berkabung, bangsa Indonesia berduka. Sebuah pesawat CN-235 versi

militer yang sedang melakukan uji dan latihan penerjunan kargo jatuh di Gorda,

Serang, Jawa Barat, kemarin 22/5 pukul 13. 28 WIB” (Republika, 23 Mei 1997).

Contoh kalimat di atas menunjukan bahhwa bahasa jurnalistik mengutamakan

daya komunikasi. Hal ini ditunjukan dengan kepadatan, kesederhanaan, dan

kelugasan pemakain kalimat dan pilihan kata yang lancar dan jelas: IPTN

berkabung, bangsa Indonesia berduka, dan seteruusnya, sehhingga pembaca dapat

memahami dan mengikuti informasi yang disampaikan.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 70: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

1. Singkat

Bahasa jurnalistik harus singkat, artinya bahasa jurnalistik harus

menghindari penjelasan yang panjang-panjang dan bertele-tele.

Contohnya:

“Sekjen Wanhankamnas melaporkan bahan-bahan yang telah

terkumpul untuk disumbangkan sebagai bahan GBHN.

Wanhankamnas juga ingin mendengarkan pandangan-pandangan

Presiden Soeharto dan pengalamanya memimpin bangsa, termasuk

melaksanakan pembangunan” (Suara Karya, 24 Mei 1997).

Contoh tersebut menunjukan pemakaian kalimat yang tidak

singkat, seperti: Wanhankamnas juga ingin mendengarkan

pandangan Presiden Soeharto dan pengalamanya memimpin negara

termasuk melaksanakan pembangunan. Ketidakjelasan itu

ditunjukan dengan pengulangan kata :Wankanhamnas”, padahal

kata tersebut dapat diganti dengan kata juga, misalya.

Adapun contoh kalimat yang singkat seperti berikut:

“Badan Pembinaan Hukum Nasional dirasakan belum mampu

bekerja optimal. Ini terbukti dari tak banyaknya produk hukum

yaang dihasilkan atau dikaji badan ini” (Kompas, 30 Mei 1997).

Penggunaan kata pengganti “ini” pada kalimat kedua dalam contoh di atas

digunakan untuk menggantikan kata “badan pembinaan hukum nasional”,

dengan demikian pemakaian kata tersebut lebih singkat.

2. Padat

Bahasa jurnalistik juga harus padat, artinya bahasa jurnalistik yang

singkat itu harus sudah mampu menyampaikan informasi yang selengkap-

lengkapnya dan sepadat-padatnya. Semua informasi yang diperlukan

pembaca harus sudah tertampung di dalamnya. Dalam istilah jurnalistik,

artinya ia harus memenuhi syarat 5 W+ 1 H – sudah mampu menjawab

pertanyaan apa (what), siapa (who), di mana (where), kapan (when),

mengapa/apa sebabnya (why), dan bagaimana/apa akibatnya (how).

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 71: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Bahasa jurnalistik yang padat, juga harus menghindari keterangan-

keterangan yang tidak perlu, membuang kata-kata yang dipandang mubazir,

dan memegang teguh prinsip ekonomi kata. Penerapanya dalam tulisan

jurnalistik adalah menggunakan kalimat pendek dan menghindari sejauh

mungkin pemakain bentuk kalimat majemuk. Dalam unsur kata, yakni

dengan menghilangkan kata mubazir dan memilih istilah yang pendek

(Anwar, 1979: 20). Efisiensi bahasa jurnalistik harus diperhatikan oleh para

jurnalis atau wartawan. Ini perlu dilakukan karena surat kabar harus

menghemat kolom dan halaman. Jurnalis harus memilih cara pengungkapan

pikiran, gagasan, ide, dan obsesi-obsesinya yang tersingkat dengan

menghindarkan kata yang berlebihan (Badudu, 1992: 78).

Contohnya:

“Jalanya pemunggutan suara di lembaga pemasyarakatan menarik

perhatian seorang pengamat asing berkebangsaan Jepang. Dia tertarik

menyaksikan pemunggutan suara karena di Jepang mereka yang berstatus

narapidana tidak mempunyai hak pilih dalam pemilu” (Kompas, 30 Mei

1997).

Kalimat di atas dapat menyampaikan informasi yang padat dan

lengkap ihwal pemunggutan suara yang berlangsung di lembaga

pemasyarakatan Indonesia. Hal iniberarti dapat menjawab pertanyan: apa,

siapa, di mana, kapan, mengapa/apa, sebabnya, dan bagaimana/apa

akibatnya.

3. Sederhana

Bahasa jurnalistik yang sederhana, artinya bahasa jurnalistik harus sedapat-

dapatnya memilih kalimat tunggal yang sederhana. Kalimat tersebut bukan

kalimat majemuk yang panjang-panjang, rumit, dan kompleks, apalagi

sampai beranak cucu. Kalimat yang efektif, yang praktis, yang jurnalistis

ialah kalimat yang sederrhana dengan pemakaian/pemilihan kata yang

secukupnya saja, tidak berlebihan, dan berbunga-bunga (bombastis).

Membuat kata yang mubazir asal tidak mengubah makna infformasi tentu

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 72: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

tidak dilarang. Tindakan membuang kata yang mubazir ini merupakan

langkah yang efektif dan menimbulkan efisiensi kalimat (Siregar, 1987:

136).

Contohnya:

“Tim bulutangkis Indonesia gagal memenuhi ambisi memboyong

piala Sudirman ke tanah air, setelah semalam menyerah 2-3 pada juara

bertahan Cina, dalam pertarungan semifinal di Scotstoun Leisure Centre

Glasgow, Scotlandia” (Suara Karya, 24 Mei 1997).

Contoh di atas merupakan kalimat majemuk dan kompleks. Kalimat

tersebut merupakan contoh kalimat yang tidak sederhana. Kalimat

sederhana adalah kalimat tunggal, bukan kalimat majemuk.

Adapun contoh kalimat sederhana seperti berikut:

“Tidak benar kemenangan Golkar dalam pemilu hanya untuk

mempertahankan status quo. Tak benar pula Golkar tak suka pada

pembaharuan. Lebih tak benar lagi Golkar membiarkan korupsi, kolusi, dan

penyimpangan lainya” (Suara Karya, 24 Mei 1997).

Ketiga contoh kalimat tersebut merupakan kalimat tunggal. Ini

berarti kalimat sederhana yang dipakai jurnalis dalam menyampaikan

informasi kepada pembaca: tak benar Golkar mempertahankan status quo,

tak benar Golkar tak suka pada pembaharuan, dan seterusnya.

4. Lugas

Bahasa jurnalistik harus lugas, artinya bahasa jurnalistik itu harus mampu

menyampaikan pengertian atau makna informasi secara langsung, dengan

menghindarkan bahasa yang berbunga-bunga (bombastis).

Contohnya:

“Pihak penyelenggara SEA Games XIX menetapkan akan

menyiapkan 204 unit sedan untuk melayani kebutuhan transportasi tamu-

tamu VIP/VVIP pada pelaksanaan pesta Olahraga Asia Tenggara itu di

Jakarta, 11-19 Oktober mendatang” (Suara Karya, 24 Mei !997).

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 73: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Terbukti bahwa kalimat yang lugas menyampaikan informasi secara

langsung, tanpa berbungga-bunga (bombastis). Hal ini ditunjukan dengan

penyampaian fakta bahwa penyelenggaraan SEA Games akan menyiapkan

204 unit sedan untuk melayani kebutuhan transportasi para tamu VIP.

Dalam kalimat tersebut digunakan informasi apa adanya dan langsung (to

the point ).

5. Menarik

Bahasa jurnalistik harus menarik, artinya bahasa jurnalistik selalu memakai

kata-kata yang masih hidup, tumbuh, dan berkembang, menghindari kata-

kata dan ungkapan-ungkapan klise yang sudah mati. Tuntutan menarik

inilah yang membuat bahasa jurnalistik harus selalu mengikuti

perkembangan bahsa yang hidup di tengah-tengah masyarakat, termasuk

istilah-istilah menarik yang baru muncul. Dengan demikian, dalam hal

kosakata, bahasa jurnalistik memang harus lebih longgar (luwes0 dan

bahkan dituntut untuk bisa menjadi pelopor pemasyarakatan dan pembakuan

kata dan istilah baru yang dapat memperkaya kosakata dan istilah bahasa

Indonesia.

Contohnya:

“Mempertenttangkan kepemilikan pribumi dan nonpribumi (pri dan

nonpri) tak ada gunanya. Bahkan akan menggerogoti kekuatan dan daya

saing bangsa secara keseluruhan” (Republika, 23 Mei 1997).

Kalimat di atas jelas maknanya sebab tidak menimbulkan makna

taksa (ambigu), “Mempertentangkan kepemilikan pribumi dan nonpribumi

akan menggerogoti kekuatan dan daya saing bangsa”. Itulah makna kalimat

yang jelas, ssehingga kalimat tersebut mengikuti aturan yang berlaku dalam

bahasa baku.

Karakteristik Bahasa Jurnalistik

1. Sederhana. Selalu mengutamakan dan memilih kata atau kalimat yang

paling banyak diketahui maknanya oleh khalayak pembaca/pemirsa yang

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 74: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

sangat heterogen (tingkat intelektualistasnya, tingkat demografis dan

psikografis)

2. Singkat. Langsung kepada pokok masalah (to the point), tidak bertele-tele,

tidak berputar-putar, tidak memboroskan waktu pembaca yang sangat

berharga.

3. Padat. Sarat informasi. Setiap kalimat dan paragraph yang ditulis memuat

informasi penting dan menarik untuk khalayak.

4. Lugas. Berarti tegas, satu arti, tidak ambigu, sekaligus menghindari

eufimisme atau penghalusan kata dan kalimat yang bisa membingungkan

khalayak pembaca sehingga bisa terjadi perbedaan persepsi dan kesalahan

konklusi.

5. Jelas. Mudah ditangkap maksudnya.

6. Jernih. Bening, tembus pandang, transparan, jujur, tulus, tidak

menyembunyikan sesuatu yang lain yagn bersifat negatif seperti prasangka

atau fitnah.

7. Menarik. Mampu membangkitkan minat dan perhatian khayalak pembaca.

8. Demokratis. Bahasa jurnalistik tidak mengenal tingkatan, pangkat, kasta,

atau perbedaan dari pihak yang menyapa dan pihak yang disapa.

9. Populis. Setiap kata, istilah, atau kalimat apa pun yang terdapat dalam

karya-karya jurnalistik harus akrab di telinga, di mata dan benak khalayak.

10. Logis. Apapun yang terdapat dalam kata, isitlah, kalimat atau paragraph

jurnalistik harus dapat diterima dan tidak bertentangan dengan akal sehat

(common sense)

11. Gramatikal. Kata, istilah atau kalimat apa pun yang dipakai dan dipilih

dalam bahasa jurnalistik harus mengikuti kaidah tata bahasa baku.

12. Menghindari kata Tutur, yaitu kata yang digunakan untuk percakapan

(pergaulan) sehari-hari secara informal.

13. Menghindari Kata dan Istilah Asing. Khalayak harus tahu arti dan makna

setiap kata yang dibaca dan didengarnya.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 75: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

14. Pilihan Kata (diksi) yang tepat. Bahasa jurnalistik sangat menekankan

efektifitas. Setiap kalimat yagn dipilih harus produktif : tepat dan akurat

sesuai dengan tujuan pesan pokok yang ingin disampaikan kepada

khalayak.

15. Mengutamakan Kalimat Aktif, karena lebih gampang dicerna dan

dipahami.

16. Menghindari kata atau istilah teknis. Karena ditujukan untuk umum, maka

hindari istilah yang tidak dimengerti oleh khalayak.

17. Tunduk kepada kaidah etika. Fungsi salah satu media adalah edukasi,

karena itu harus tercermin dalam materi berita, laporan, gambar dan bahasa

yang digunakan.

BAB II

JURNALISTIK DAN PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA

A. Bahasa Indonesia Ragam Jurnalistik

Bahasa Indonesia jurnalistik adalah bahasa Indonesia yang digunakan oleh

penerbitan pers. Bahasa jurnalistik itu mengandung makna informatif, persuasif,

dan secara konsensus merupakan kata-kata yang dapat dipahami secara umum

oleh khalayak pembaca. Dalam kehidupan sehari-hari ada dua peranggkat norma

bahasa yang bertumpang tindih. Yang pertama berupa norma-norma yang

dikodifikasi dalam bentuk tata bahasa di sekolah, yang lain norma-norma

berdasarkan kebiasaan pemakaian. Norma yang kedua ini belum dikodifikasikan

secara resmi, antara lain yang dianut oleh kalangan media massa (pers).

Bahasa pers/jurnalistik yang ditulis dalam bahasa Indonesia juga harus

dipahami oleh pembaca di seluruh nusantara. Bahasa Indonesia juga mengenal

berbagai ragam bahasa, termasuk dialek. Bila surat kabar, majalah, tabloid, dan

sebagainya menggunakan bahasa Indonesia dengan salah satu dialek tertentu,

besar kemungkinanya tulisan dalam surat kabar/majalah tersebut tidak dapat

dipahami oleh pembaca di seluruh nusantara. Seperti dikemukakan oleh J. S.

Badudu, --bahasa baku, baik lisan maupun tulisan termasuk dalam pers – dipakai

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 76: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

oleh golongan masyarakat yang paling luas pengaruhnya dan paling besar

wibawanya.

Contohnya:

“PLN sebagai penyedia layanan publik tentu harus bertanggungjawab atas

keerugian itu. Terlebih-lebih, sumber kerusakan sebenarnyya sudah

diketahui empat hari sebelumnya, bahkan hari pemadaman pun sudah

direncanakan dan diatur PLN” (Republika, 23 Mei 1997).

Bahasa Indonesia baku itulah yang seharusnya digunakan dalam bahasa

jurnalistik agar dapat dipahami oleh pembaca di seluruh tanah air. Oleh karena itu,

bahasa jurnalistik sama sekali tidak berbeda dengan bahasa Indonesia baku –

bahasa Indonesia yang digunakan dalam komunikasi resmi: pidato resmi

kenegaraan, penyelenggaraan sidang umum MPR, surat-menyurat resmi, menulis

laporan resmi, menulis buku ajar/modul/diktat perkuliahan, menulis makalah

(Paper), skripsi, tesis, disertasi, undang-undang, perturan pemerintah, ketetapan

MPR, dan sebagainya. Jadi, kalau pada kenyataanya ada sedikit perbedaan antara

bahasa jurnalistik dengan bahasa Indonesia baku, bukan pada hakikatnya memang

harus berbeda. Akan tetapi, perbedaan itu lebih disebabkan oleh faktor-faktor

yang bersifat teknis di samping kurangnya kemampuan berbahasa para jurnalis

dan redaktur surat kabar yang bersangkutan.

Surat kabar sebagai salah satu bentuk/wujud jurnalistik senantiasa

melakukan perekaman berbagai peristiwa yang hidup dan berkembang ditengah

masyarakat (lokal, nasional, regional, atau global) dan menyampaikan informasi

itu kepada kahlayak pembaca. Dalam hubunganya dengan wahana penyampai

informasi dan pesan patut diakui peran surat kabar dalam mengembangkan bahasa

Indonesia. Surat kabar banyak berjasa dalam memekarkan kosakata dan istilah

selaras dengan dinamika dan perkembangan jaman, tuntutan kemajuan di berbagai

sektor kehidupan, pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan

derasnya arrus globalisasi informasi. Pengayaan kosakata tersebut dapat melalui

pembicaraan pejabat, pemimpin formal atau nonformal, para pakar, sastrawan,

seniman, atau wartawan sendiri. Hal itu senada dengan pernyataan Mochtar Lubis

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 77: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

bahwa surat kabar merupakan salah satu alat terbaik untuk menyiarkan istilah-

istilah baru.

Tentu saja sumbangan surat kabar tidak terbatas di bidang leksikal.

Pemakaian bahasa Indonesia pada surat kabar ditinjau dari aspekgramatika dan

kebakuan kata, berdasarkan pengamatan terbatas, ada beberapa surat kabar yang

dipandang relatif baik bahasanya, misalnya, Kompas, Republika, dan Suara

Pembaharuan.

Pengungkapan sisi lebih tersebut bukan berarti upaya pembenahan

terhadap pemakaian bahasa Indonesia di surat kabar sudah tidak diperlukan lagi.

Beberapa persoalan atau permasalahan pemakaian bahasa Indonesia dalam surat

masih ditemukan, diantaranya dalam contih-contoh berikut beserta solusi

pemecahannya.

Persoalan pertama bertalian dengan pemakaian kata atau istilah asing,

misalnya, tampak pada contoh berikut.

“Soal recalling anggota DPR...(Republika, 29 Maret 1995), ....perlu

membentuk trouble shooter untuk....(Republika, 9 April 1995). Sementara

itu net-oncome-nya melambung.....Telkom mulai listing.....(Republika, 18

April 1995),...dianggap underdog....untuk menumbuhkan academic culture

Kita akan memback-up polisi....Prinsip prudential economic policy

harus....posisinya sebagai market leader dalam....melewati crossing point

resmi pasukan serbia (Republika, 9 Mei 1995), ....dan.....langkah menuju

ke arah civil society (Republika, 19 Mei 1995).

Pemakaian kata atau istilah asing tersebut diambil dari laras berita.

Terlepas dari contoh-contoh yang ditampilkan di atas, pemakaian kata atau

istilah asing itu sendiri sbenarnya tidak dapat dikatakan sah. Dalam era globalisasi

informasi sekarang, kontak antarbangsa, antarbahasa, dan antarbudaya merupakan

peristiwa yang tidak terhindarkan dan wajar. Oleh karena itu, peminjaman

kosakata atau istilah dari bahasa lain merupakan peristiwa bahasa yang alami.

Peristiwa peminjaman kata atau istilah tersebut setidak-tidaknya dapat dipahami

dari sudut pandang linguistik dan sosiolinguistik.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 78: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Berdasarkan sudut pandang pertama, menurut Marcellino (1993), terdapat

lima aspek utama penyebab peminjaman bahasa asing (dalam hal ini bahasa

Inggris) ke dalam bahasa Indonesia: (1) mengisi kekosongan kosakata bahasa

Indobnesia, (2) memberikan kecukupan arti semantis, (3) memenuhi kebutuhan

penggunaan kata secara praktis, (4) mengisi kebutuhan register tertentu, dan (5)

memungkinkan kata dan istilah asing masuk ke dalam bahasa Indonesia.

Sementara itu, tinjauan sosiolinguistik, menurut Marcellino, setidak-tidaknya

terdapat tiga alasan utama: (10 menunjukan identitas personal, (2) menunjukan

modenity, dan (3) kebutuhan eufimisme.

Peminjaman kata dan istilah dari bahasa lain merupakan hal yang wajar

jika kata itu tidak terdapat dalam kosakata bahasa peminjam. Peminjaman itu

mmenurut Weinrich (1966) dapat terjadi karena kata yang dipinjam itu mengacu

pada barang baru (newly invented products) atau barang yang di impor dari

masyarakat lain yang tidak ada pada masyarakat peminjam bahasa itu, atau kata

itu mengacu tempat, orang, dan konsep baru.

Bertalian dengan persoalan kecukupan arti semantis, Marcellino (1993)

mengungkapkan bahwa kemampuan kata untuk mengukapkan, menjelaskan,

mengagambarkan/memberikan, melukiskan, ataumenyatakan gagasan atau objek

secara utuh merupakan properti tersendir bagi kata itu. Oleh karena itu, jika

kondisi itu tidak terpenuhi, maka peminjaman kata itu lazim terjadi.

Keterbatasan perbendaharaan kata bahasa peminjam merupakan alasan

terjadinya peminjaman atau penyerapan kata. Kata-kata asing yang sudah siap

pakai dantidak ada pandanan kata tunggalnya (single correspondence), baik

karena kata itu merujuk pada pengertian maupun kekhasan objek atau gagaan

topik, sering dipinjam begitu saja (Marcellino, 1993). Menurut Weinrich (1966),

penandaan yang sudah siap pakai jauh lebih ekonomis daripada menerangkan

benda-benda itu sekali lagi.

Sistem bahasa Indonesia cukup terbuka, sehingga kata-kata pinjaman

bahasa asing dapat diafiksasi dengan awalan atau akhiran yang ada dalam bahasa

Indonesia. Hal itulah yang memungkinkan derasnya alir peminjam kosakata asing

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 79: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

ke dalam bahasa Indonesia. Kita perhatikan contoh pemakaian kata berikut ini:...

dan mereka kemudian akan memotori anak-anak (Suara Pembaharuan, 9 Februari

1993), kita akan mem-back-up polisi... (Republika, 9Mei 1995).

Peminjaman kata dari suatu bahasa tidak saja bertalian dengan faktor

linguistik tetapi juga faktor sosial budaya masyarakat peminjam bahasa itu.

Weinrich (1966) menegaskan bahwa bila suatu bahasa itu dianggap bergengsi

(prestise) oleh masyarakat peminjam bahasa, ada kecenderungan anggota

masyarakat ppeminjam bahasa itu menggunakan kata-kata dari bahasa yang

bergengsi itu untuk menunjukan status sosialnya lewat pengetahuan yang

dimiilikinya. Hugen (dalam Marcellino, 1993) menyebut superior language untuk

bahasa yang bergengsi itu dan subordinate language untuk bahasa peminjam.

Persoalan yang kemudian muncul berkaitan dengan pemakaian kata atau

istilah asing itu adalah apakah pembaca dapat memahami informasi yang

disampaikan jurnalis melalui media yang dipublikasikanya ? Pemakaian kata atau

istilah asing itu sebenarnya dapat dengan mudah dicerna maknanya oleh pembaca

seandainya jurnalis bertindak lebih bijak, yakni dengan menuliskan penjelasannya

atau pandananya dalam bahasa Indonesia. Misalnya. kata mem-back-up

(mendukung atau menyokong), dan academic culture (budaya akademik).

Di samping itu, sumbangan surat kabar akan lebih positif jika jurnalis atau

penyunting bahasa mengidahkan kaidah penyerapan istilah-istilah asing ke dalam

bahasa Indonesia: (1) mengindonesiakan istilah-istilah itu dengan mencari

terjemahanya atau sinonimnya, misalnya, blue orint (cetak biru), training

(pelatihan), pavilyun (anjungan), network (jaringan),; (2) menyerap dan

menyesuaikan penulisanyan dengan sistem ejaan bahasa Indonesia, misalnya,

decibel (desibel= satuan ukuran kekerasan suara), quota (kuota), energy (energi);

(3) menyerap dan menerjemahkan iistilah asing itu sekaligus, misalnya,

subdivision (subbagian), bound morpheme (morfem terikat); dan (4) meminjam

sistem penulisan bahasa asing itu (untuk sementara), sementara belum ditemukan

cara penulisan dalam bahasa Indonesia, misalnya, go public, go international,

power sharing, voting, dan stembus accord.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 80: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Persoalan lainya ihwal penggunaan kata dan istilah berkaitan dengan kata

atau istilah yang berasal dari bahasa daerah. Mengingat, tidak semua pembaca

memahami kata dan istilah dari bahasa daerah tertentu. Kita perhatikan contoh-

contoh berikut ini.

“ Asalakan anak-anak Persiku tak grusa-grusu dalam ... (Suara Merdeka,

31 Maret 1995), Pernyataan Pak Dur itu sebatas abang-abang lambe,

Meskipun disampaikan secara halus, tetapi terkadang kata-kata yang

digunakan nylekit “ (Suara Merdeka, 7 April 1995).

Permasalahan kedua berkaitan dengan penulisan tajuk berita. Dalam surat

kabar, khususnya dalam penulisan tajuk berita, awalan me- pada umumnya tidak

digunakan agarr tajuk itu lebih ringkas, lebih hidup, dan lebih menarik. Kita

perhatikan contoh tajuk berikut ini

“Dosen Unsoed Temukan Kedelai Unggul, Pemeriksaan Warga Iran

Masih Tunggu Penerjemah (Suara Merdeka, 5 April 1995), Pasukan

Kroasia Kepung Pos PBB, Pemda Bentuk Tim Pemulangan Haji

(Republika, 12 Mei 1995), Pemda Jakut Bongkar 350 Bangunan Liar,

Hongkong Siap Imbangi Indonesia, Dubes Belanda Kunjungi Flores”

(Kompas, 29 Mei 1995).

Penulisan di atas dapat dimungkinkan karena prefiks me- tidak berfungsi

semantis. Misalnya, kalimat “Dosen Unsoed Temukan Kedelai Unggul” sama

maknanya dengan kalimat “Dosen Unsoed Menemukan Kedelai Unggul”.

Pemakaian kata prefiks me- pada tajuk berita justru terasa mubazir dan kurang

menarik perhatian, misalnya, “Hongkong Siap Mengimbangi Indonesia”.

Prefiks me- hanya memiliki fungsi gramatikal. Artinya, ia hanya

diperlukan untuk memenuhi aturan bahasa terutama dalam penggunaan bahasa

ragam resmi atau ragam baku (Djamaris, 1995). Dalam ragam tersebut, kita tidak

dibenarkan meninggalkan prefiks me- dalam verba aktif.

Bebeda dengan prefiks me-, prefiks di-, memiliki fungsi semantis. Kita

perhatikan contoh kalimat tersebut.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 81: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

“Lembaga Swasta Bisa Dilayani Askes (Suara Merdeka, 7 April 1995),

Bintang Diperiksa Sebagai Saksi, Bandung Diguncang Aksi Perampokan

(Republika, 19 April 1995), Pengurus Koperasi Koran Didemo

Anggotanya” (Republika, 12 Mei 1995).

Penghilangan prefiks di- di dalam contoh di atas menyebabkan makna kalimat

tersebut menjadi berubah. Terdapat kesalahan lain, yang barangkali karena faktor

kekurangcermatan dalam penulisan tajuk berita, yaitu penggunaan huruf kapital.

Kita perhatikan contoh berikut ini.

“Tayangan untuk Anak di TV Dinilai kurang Mendidik (Republika, 17

April 1995), Teknis Restrukturisasi PBB belum Selesai, Petani Indonesia

harus Mampu Saingi Produk Luar Negeri (Republika, 28 April 1995),

Resiko Beban Utang perlu Dibatasi (Republika, 5 Mei 1995), Ketua Hipmi

Ditentukan Hari ini ” (Republika, 20 Mei 1995).

Penulisan kata-kata yang dimiringkan di atas kurang tepat sebab kata-kata itu

bukan kata tugas. Sebagaiman dijelakan dalam buku Pedoman Umum Ejaan

Bahasa Indonesia yang Disempurnakan bahwa huruf pertama semua kata

(termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam buku, majalah, surat kabar,

dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak

terletak pada posisi awal. Dengan demikian, penulisan tajuk berita pada contoh

berikut ini pun tidak tepat.

“Anak-anak Haiti Ditembaki bagai Kelinci (Suara Merdeka, 2 Oktober

1994), Pil-pil yang Mengancam Remaja (Suara Merdeka, 7 April 1995),

Bulan Ini Ditaburi Lagi Pelarangan-pelarangan Pentas (Kompas, 27 Mei

1995), Tahap-tahap Deregulasi” (Kompas, 24 Mei 195).

Masalah ketiga adalah berkaitan dengan pemakaian eufimisme.

Penggunaan eufimisme merupakan gejala yang sangat mengganggu kelancaran

komunikasi. Menurut Lubis (1989), eufimisme merupkan perusakan bahasa dan

meupakan bentuk paling sederhana dari ketidakjujuran informasi. Penggunaanya

akan menghalangi kita untuk melihat pokok masalah secara jernih dan tajam. Kita

terbawa untuk menghindari fakta-fakta yang menyakitkan dan menjadi tidak

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 82: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

realistis melihat kenyataan. Hal ini menipu diri sendiri dan juga menipu kahalayak

umum. Eufimiisme mengindikasikan sikap takut penulis menghadapi kenyataan.

Misalnya, kita menggunakan frasa komersialisasi jabatan untuk maksud korupsi,

ONH tidak naik hanya disesuaikan dan membebastugaskan.

Sudah barang tentu, tidak semua pemakaian bentuk eufimistis bersifat

negatif, Eufimisme, -- sebagai salah satu wujud majas – kadang-kadang justru

digunakan terutama berkaitan dengan masalah tata krama dan kebudayaan.

Demikian pula pemakaian eufimisme dalam ragam bahasa jurnalistik masih sering

diijumpai. Oleh karena itu, para jurnalis dan editor bahasa suatu media penerbitan

pers dituntut untuuk mampu menggunakan eufimisme ini secara proporsional.

Dalam era reformasi sekarang ini terutama berkat adanya kemerdekaan pers, para

jurnalistik kita lebih leluasa untuk menggunakan bahasa-bahasa yang lugas, pedas,

bahkan kritis sekalipun. Ini menunjukan adanya pergeseran paradigma dari

masyarakat tertutup – feodal menuju masyarakat yang terbuka dan demokratis.

B. Bepedoman pada Bahan Baku

Bahasa jurnalistik yang dituliis dalam bahasa Indonesia harus dapat

dipahami oleh pembaca di seluruh nusantara. Akan tetapi, bahasa Indonesia juga

mengenal berbagai ragam dan variasi, termasuk dialek. Oleh karena itu, bila surat

kabar, majalah, tabloid, dan lain-lain menggunakan bahasa Indonesia dengan

salah satu dialek tertentu, besar kemungkinan tulisan dalam surat kabar, majalah,

dan tabloid itu tidak dapat dipahami oleh pembaca di seluruh nusantara. Seperti

dinyatan oleh J. S. Badudu, -- bahasa baku, baik lisan maupun tulisan – golongan

dan lapisan masyarakat yang paling besar wibawanya.

Contohnya:

“PLN sebagai penyedia layanan publik tentu harus bertanggungjawab atas

kerugian itu. Terlebih-lebih, sumber kerusakan sebenarnya sudah

diketahui empat hari sebelumnya, bahkan hari pemadamanpun sudah

direnccanakan dan diatur PLN” (Republika, 23 Mei 1997).

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 83: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Bahasa Indonesia baku itulah yang seharusnya digunakan dalam jurnalistik

agar dapat dipahami oleh masyarakat pembaca di seluruh tanah air. Oleh karena

itu, bahasa jurnalistik sama sekali tidak berbeda dengan bahasa Indonesia baku, --

bahasa yang digunakan dalam komunikasi resmi, seperti: pidato resmi

kenegaraan, sidang umum MPR, surat-menyurat resmi, menulis laporan resmi,

menulis buku ajar (diktat, modul, terjemahan, saduran), makalah (paper), skripsi,

tesis, disertasi, undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan dan ketetapan

rresmi, dan lain-lain.

Jadi, kalau pada kenyataanya ada sedikit perbedaan antara bahasa

jurnalistik dengan bahasa Indonesia baku, bukan pada hakikatnya memang harus

berbeda. Akan tetapi, perbedaaan itu lebih disebabkan oleh faktor-faktor yang

bersifat tekhnis di samping kuurangnya kemampuan berbahasa Indonesia para

jurnalis dan redaktur surat kabar yang bersangkutan, seperti telah disinggung di

muka.

Bahasa Indonesia jurnalistik mengandung informatif, persuasif dan yang

seecara konsensus merupakan kata-kata yangdapat dimengerti oleh

masyarakat/pembaca pada umumnya, disamping tentu saja harus singkat, jelas,

padat, sederhana, lugas, menarik, dan tidak berbelit-belit.

Dalam kehidupan sehari-hari, ada dua perangkat norma bahasa yang

bertumpang tindih. Yang pertama berupa norma yang dikodifikasi dalam bentuk

tata bahasa di sekolah dan lembaga pendidikan pada umumnya, dan yang kedua

berupa norma-norma yang berdasarkan kebiasaan dan kelaziman pemakaian.

Norma yang kedua ini belum dikodifikasikan secara resmi, antara lain yang dianut

oleh para jurnalis (wartawan) dan pers.

Akan tetapi, jalan menuju kearah itu sudah mulai dirintis sejak tahun 1971

oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) bekerja sama dengan Serikat Penerbit

Surat Kabar (SPS). Departemen Penerangan dan instansi lain yang terkait juga

menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi karyawan pers yang disebut

Karya Latihan Wartawan (KLW). Program tersebut bersifat nasional dan diikuti

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 84: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

oleh wartawan seluruh Indonesia yang ditunjuk oleh PWI cabang atau media pers

yang besangkutan.

Setiap pelaksanaan KLW biasanya menghasilkan pedoman penulisan

sesuai dengan bidang yaang dibahas dalam KLW tersebut. Sebagai contoh, KLW

bidang bahasa dalam pers, pada tanggal 10 November 1978 memutuskan Sepuluh

Pedoman Pemakainan Bahasa dalam Pers. Wartawan Indonesia menyadari akan

tanggung jawab dan beban yang dipikulnya. Setelah beberapa kali mengadakan

KLW, para wartawan telah sepakat membuat sepuluh pedoman pemakaian bahasa

Indonesia dalam pers. Adapun kesepuluh pedoman itu adalah sebagai berikut.

Pertama, wartawan hendaknya secara konsekuen melaksanakan Pedoman

Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD). Hal ini juga yang

harus diperhatikan oleh para redaktur dan korektor. Sebab, kesalahan yang paling

menonjol dalam surat kabar sekarang ini adalah kesalahan ejaan dan tanda baca.

Kedua, wartawan hendaknya membatasi diri dalam singkatan dan

akronim. Kalaupun ia harus menulis akronim, maka satu kali ia harus menjelaskan

dalam tanda kurung kepanjangan akronim tersebut agar tulisanya dapat dipahami

oleh khalayak pembaca.

Ketiga, wartawan hendaknya jangan menghilangkan imbuhan, bentuk

awalan atau prefiks. Penggalan kata awalan me- dapat digunakan dalam kepala

berita mengingat terbatasnya ruangan. Akan tetapi, penggalan kata jangan sampai

dippukul ratakan, sehingga merembet pula ke dalam tubuh berita.

Keempat, wartawan hendaknya menulis dengan kalimat-kalimat pendek.

Pengutaraan kalimatnya harus logis, teratur, lengkap dengan kata pokok, sebutan,

dan kata tujuan (subjek, predikat, objek, dan/atau keterangan). Menulis dengan

induk kalimat dan anak kalimat yang mengandung banyak kata malah membuat

kalimat tidak dapat dipahami. Lagi pula, prinsip yang harus dipegang adalah satu

gagasan atau ide ditulis dalam satu kalimat.

Kelima, wartawan hendaknya menjauhkan diri dari ungkapan klise atau

stereotype yang sering dipakai dalam traansisi berita seperti kata-kata berikut:,

sementara itu, dapat ditammbahkan, perlu diketahui, dalam angka, selanjutnya,

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 85: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

dalam pada itu, dan lain-lain. Dengan demikian, dia menghilangkan monotomi

(keadaan atau bunyi yang selalu sama saja) dan sekaligus dia melakukan

penghematan atau efisiensi dalam berbahasa.

Keenam, wartawan hendaknya menghilangkan kata-kata mubazir seperti

kata adalah (kata kerja kopula), telah (petunjuk masa lampau), untuk (sebagai

terjemahan to dalam bahasa Inggris), dari (sebagai terjemahan of dalam hubungan

milik), bahwa (sebagai kata sambung), dan bentuk jamak yang tidak perlu

diulang.

Ketujuh, wartawan hendaknya mendisiplinkan pikiranya agar jangan

sampai campur aduk dalam menyusun sebuah kalimat bentuk pasif (di), dengan

bentuk aktif (me).

Kedelapan, wartawan hendaknya menghindari kata-kata yang masih asing

dan istilah-istilah yangg terlalu teknis dan bersifat ilmiah dalam berita.

Kesembilan, wartawan hendaknya sedapat mungkin menaati kaidah

struktur/gramatika bahasa baku bahasa Indonesia.

Kesepuluh, wartawan hendaknya ingat bahasa jurnalistik yaitu bahasa

yang komunikatif dan bersifat spesifik. Dan, tulisan yang baik dinilai dari tiga

aspek, yaitu isi, bahasa, dan teknik penyajian.

Cermin dari bahasa pers itulah yang dikatakan bahasa jurnalistik. Ia

berorientasi pada sosiolingistik dan mengutamakan sosialisasi. Oleh karena itu,

bahasa jurnalistik memiliki prinsip sederhana, jelas, singkat, padat, dan

mengarahkan diri pemenuhan formula jurnalistik “5W + 1H” (what, who, where,

when, why, dan how). Bahasa jurnalistik dengan demikian dapat dikatakan

sebagai bahasa tulisan yang mendekati bahasa lisan.

Karakter bahasa jurnalistik ada lima macam: (1) sederhana, singkat, padat,

dan jelas; (2) hidup, lincah, sesuai dengan zamanya; (3) kalimatnya singkat dan

kata-kata positif; (4) bahasanya memasyarakat dan memperhatikan tata bahasa,

kaidah, dan struktur/gramatika; dan (5) banyak gaya bahasa yang digunakan,

artinya pemilihan dan penggunaan kata-kata sedemikian rupa, sehingga

menghasilkan pengertian tertentu bagi pembacanya.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 86: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Bahasa jurnalistik sewajarnya didasarkan atas kesadaran terbatasnya

ruangan dan waktu. Salah satu sifat dasar jurnalistik menginginkan kemampuan

komunikasi cepat dalam ruangan serta waktu yang relatif terbatas. Bahasa yang

digunakan harus efektif, artinya harus menyampaikan secara tepat apa yang

dipikirkanya, dan bahasa yang digunakan harus mampu menggerakan pikiran

orang-orang yang membaca/mendengar amanatnya, sehingga tercipta suatu

pengertian yang sama dengan yang dipikirkan jurnalis/wartawan.

Bahasa jurnalistik, termasuk di dalamnya kalimat jurnalistik mencakup

tiga aspek, yaitu penguasaan materi (isi) yang disamppaikan, kalimat dalam

bahasa Indonesia yang baik, jelas, dan benar, dan teknik penyajian. Ketiga aspek

itu tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.

“Jakarta pada masa kolonial namanya adalah Batavia. Ibukota kita yang

juga di juluki kota metropolitan jauh lebih luas dan lebih besar dari kota

Batavia. Perluasanya ke segala penjuru, sehingga muncul yang bernama

Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, dan Jakarta

Utara. Pada masa Batavia, nama-nama desa/kampung diberi nama dengan

kebun, misalnya Kebun Jeruk, Kebun Kacang, Kebun Jahe, kebun

Rambutan, dan lain-lain. Pasarnya diberi nama dengan hari, misalnya,

Pasar Senin, Pasar Minggu, Pasar Rebo, Pasar Jum’at, dan sebagainya.

Perluasan kota sesudah merdeka diberi nama dengan kata Indonesia,

misalnya, Pondok Labu, Pondok Indah, Pondok Gede, dan sebagainya.

Perluasan kota berjalan terus, maka akhirnya muncullah nama-nama yang

diambil dari bahasa Inggris, misalnya, Raffless Village, Green Garden,

Puri Garden, dan lain-lain”.

Banyak nama baru bermunculan yang umumnya diambil dari bahasa

Inggris, sehingga Gubernur DKI Jakarta berkata “Kok di sini dipakai bahasa

asing, di sana di pakai bahasa asing. Cucu Pak Sudarsono, namanya Ontorejo,

tetapi tinggalnya di Raffless Village. Wah, bagaimana ini bisa terjadi?”.

Tidak hanya nama-nama saja yang diambil dari istilah asing tetapi juga

dalam bidang-bidang yang lain, sehingga bahasa Indonesia dalam jurnalistik itu

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 87: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

sarat dengan kata-kata dan istilah asing. Tahun 1995, misalnya, Mendikbud

Wardiman Djojonegoro sadar melihat kenyataan seperti itu. Kenyataan

menunjukan bahwa pemakaian bahasa Inggris sudah mewabah untuk kompleks/

perumahan, papan reklame, promosi, merek-merek dagang, dan lain-lain.

Dengan kesadaran itu Mendikbud Wardiman mebicarakan masalah

tersebut dengan Menteri Penerangan, masyarakat luas, masyarakat periklanan,

pemerintah daeerah khusus ibukota, dan dengan kelompok lainya. Telah

diputuskan bahwa kita semuanya harus menggunakan bahasa Indoonnesia yang

baik, jelas, dan benar baik dalam bidang jurnalistik, seminar, kongres, dan

sebagainya. Upaya Mendikbud sudah mulaii bertunas dengan munculnya

pernyataan Walikota Bogor yang mengatakan, “Juli, Kodya Bogor bebas dari

istilah bahasa asing”. Peristiwa itu diberlakukan tanggal 18 April – 18 Juli 1995.

Gerakan pemakaian bahasa Indonesia yang baik, jelas, dan benar melalui

pembudayaan bahasa Indonesia merambat ke seluruh pelosok tanah air bersamaan

waktunya dengan gerakan disiplin nasional yang dimulai tanggal 20 Mei 1995.

Di Muka sudah dikemukakan bahwa para jurnalis/wartawan telah sepakat untuk

menaati kaidah bahasa jurnalistik. Kendatipun sudah ada kaidahnya, tetapi dalam

praktik kejurnalistikan masih ada di antara wartawan yang tidak mengidahkannya,

seperti pada contoh-contoh berikut ini.

Pertama, pemakaian kalima yang panjang

(1) “Usai pembicaraan kedua pemimpin, Mensekneg Moerdiono kepada

wartawan mengatakan, presiden menyampaikan pandangan untuk

menjajagi kemungkinan kemampuan keuangan Kuwait dalam memberikan

batuan finansial bagi sejumlah produk Indonesia, misalnya produk

pesawat IPTN (Kompas, 18 April 1995).

(2) Ketua Umum PSSI masa bakti 1991-1995, yang juga Menko Kesra,

Azwar Anas yang akan mengakhiri masa baktinya akhir tahun ini menilai

pengajuan Mayjen TNI E. E. Mangindaan sebagai Ketua Umum PSSI

mendatang oleh ketua KONI Pusat Wismoyo Arismunandar adalah baik,

dan menyangkut pribadi yang tepat (Kompas, 19 April 1995).

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 88: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Kedua, suburnya pemakaian akronim

(1) Banyak Ruko dan Rukan di Pulau Batam Terlantar (Kompas, 19 April

1995).

(2) Gangguan Kamtibmas di NTB Mulai Menurun Tahun 1955 (Kompas,

19 April 1995).

(3) Anggaran untuk Biaya Perawatan Fasos dan Fasum sudah tersedia

(Kompas, 3 Mei 1995).

(4) Pengatur Lalin “Swasta” Menjadi-jadi (Kompas, 3 Mei 1995).

Ketiga, kelbihan kata

(1) Ombak Besar Rusak Puluhan Rumah di Daerah Aceh Barat (Kompas,

14 April 1995).

(2) PT Indosan yang Petang Ini akan RUPPS (Kompas, 18 April 1995).

(3) Menghadapi Segala Sesuatu, Baiklah Kita Berkepala Dingin dan

Propoesinal (Kompas, 18 April 1995).

Keempat, penulisan angka yang seharusnya ditulis dengan huruf

(1) 138 KK Warga Sumpruk Sudah 10 Tahun Tunggu Ganti Rugi

(Kompas, 3 Mei 1995).

(2) 100. 000 Buruh Meksiko Protes Krisis Ekonomi (Kompas, 3 Mei

1995).

(3) 11 Tahun, Ibu Kota Kabupaten Kendari Menunggu Dana dari Pusat

(Kompas, 3 Mmei 1995).

C. Bahasa Jurnalistik Efektif dan Efisien

Bahasa yang efektif ialah bahasa yang mencapai sasaran yang dimaksudkan

(Moeliono, 1993: 1). Bahasa Indonesia jurnalistik yang efektif membuahkan hasil

atau efek yang diharapkan pembicaraan karena cocok atau relevan dengan

peristiwa atau sesuuuai dengan keadaan yang menjadi latarnya. Bahasa Indonesia

jurnalistik yang efisien ialah bahasa yang mengikuti kaidah yang dibakukan atau

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 89: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

yang dianggap baku, dengan mempertimbangkan kehematan kata, istilah, dan

ungkapan. Baku atau norma bahasa itu menjadi ukuran umum, yang mengatasi

variasi dialek atau idiolek (Perseorangan), bagi pemakaian bahasa yang benar dan

patut menjadi contoh untuk diikuti.

Hoed (1977: 3) dalam penelitianya tentang “Kata Mubazir dalam Surat

Kabar Harian Berbahasa Indonesia” menyatakan, usaha mencapai efisiensi

didasarkan pada probabilitas munculnya suatu kata dalam konteks tertentu

(probability accurance).

Suatu kata yang probabilitas pemunculanya tingg per definisi mengandung

nilai informatif yang rendah. Dengan demikian, makin rendah probabilitas suatu

kata, makin tinggi nilai informatifnya.

Yang dimaksud dengan nilai informatif di sini adalah sifat yang

mengurangi segala ketidakpastian atau salah paham dalam komunikasi

kebahasaan. Jadi, suatu kata seperti bahwa yang probabilitasnya tinggi sesudah

kata-kata seperti: berkata, mengatakan, menyatakan, memberitahukan,

mengemukakan, dan menyampaikan, perananya dalam mengurangi salah paham

hampir tidak ada. “Ia mengatakan bahwa adiknya sakit”, tidak berbeda amanatnya

dengan “Ia mengatakan adiknya sakit”.

Di samping faktor probabilitas, faktor besarnya beban fungsional suatu

kata dalam suatu konteks pun menjadi dasar untuk memperlakukan kata itu

sebagai kata yang tigdak efisien (baca : mubazir). Bila dibandingkan, kata bahwa

dengan hari, misalnya kita melihat: bahwa dalam konteks mengatakan bahwa

berpposisi dengan kata apa pun. Dengan demikian, bahwa mempunyai beban

fungsional sedangkan hari tidak mempunyai beban fungsional. Ini berarti peranan

bahwa dalam penghilangan salah paham, kata peranan bahwa lebih besar daripada

hari. Dengan kata lain, nilai informatif bahwa lebih besar daripada hari.

Dalam tulisan/karya-karya jurnalistik yang efektif dan efisien, paragnya

berpautan dan bertalian. Perpautan itu mensaratkan adanya perlihan yang lancar

antara bagian tulisan yang satu ke bagian tulisan yang lain, sehingga penalaran

penulis/jurnalis dengan mudah dapat dipahami. Setiap gagasan pokok

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 90: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

diungkapkan dengan sebuah kalimat topik yang menjadi inti paragraf.. Kalimat

inti itulah yang harus dinyatakan secara eksplisit, tepatnya pada awal paragraf

atau dekat awal paragraf, sehingga pembaca dapat disiapkan untuk mengikuti

uraian selanjutnya.

Pokok paragraf dapat dikembangkan dengan dua jalan: pertama,

pengembangan dengan ilustrasi yang memanfaatkan logika induktif dan kedua,

pengembangan dengan analisis penalaran atau penjelasan yang mengguanakan

logika deduktif. Kedua cara itu dapat dipakai secara berdampingan dalam satu

paragraf atau wacana. Paragraf yang baik tidak hanya lengkap karena

pengembanganya tetapi juga karena menunjukan kesatuan di dalam isinya.

Kesatuan itu dicapai karena seorang jurnalis hanya mengembangkan satu gagasan

pokok saja. Tiap kalimat di dalam paragraf bertalian dengan ide pokok itu.

Keutuhan paragraf menjadi rusak karena penyisipan perincian yang tidak

bertemali dan pemasukan kalimat topik yang kedua atau gagasan pokok lain ke

dalamnya. Yang terjadi ialah perancuan dan pelanturan dua ide pokok.

Paragraf yang efektif memiliki ciri keutuhan, perpautan, penempatan

pumpunan (fokus) kalimat, kehematan kata (efisiensi), dan variasi. Keutuhan itu

dinyatakan oleh keutuhan struktur kalimat dan kesatuan logika yang jalin-

menjalin. Jika salah satu unsur tidak ada, maka unsur itu berhadapan dengan

penggalan yang bukan kalimat. Perpautan di dalam kalimat menyangkut pertalian

diantara unsur-unsurnya.

Contohnya:

“Abad 20 adalah abad yang disesaki perang dalam berbagai skala,

persaingan, kecurigaan, dan berbagai malapetaka akibat ulah manusia.

Perang Dunia I yang disusul Perang Dunia II benar-benar menghancurkan

dunia, tertama Eropa. Benua ini hancur. Ribuan rumah, apartemen,

bangunan lain, dan pabrik runtuh. Jutaan orang kehilangan rumah dan

pengangguran merajalela, memaksa orang harus antre makanan.

Perdamaian, memang membawa harapan baru bagi lahirnya sebuah dunia

baru. Tetapi, negara-negara pemenang perang (Inggris, Prancis, Uni

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 91: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Soviet, dan Amerika Serikat) justru pecah menjadi dua kubu militer yang

bersebrangan dan bermusuhan. Bayangkan akan lahirnya Perang Dunia III

sudah ada di depan mata (Kompas, 30 Mei 1997).

Contoh paragraf di atas merupakan paragraf yang efektif. Hal ini ditandai

dengan ciri-ciri keutuhan, perpautan dan penempatan fokus kalimat pada awal

paragraf yang jelas, yakni abad 20. Kemudian dilanjutkan kalimat penjelasan

Perang Dunia I dan II, dan kalimat ppenjelas lainya ((ribuan rumah, apartemen,

dan lain-lain) sebagai variasi bahasa akibat perang. Demikian pula jutaan orang

kehilangan rumah dan harus antre makanan dan lain-lain. Perpautan itu juga

ditegaskan pada paragraf kedua, yang ditulis dengan menciptakan fokus masalah

“perdamaian” yang merupakan harapan-harapan baru. Hal ini merupakan variasi

dan kreasi jurnalis dalam menuliskan karya-karya jurnalistik.

Perpautan itu akan lebih jelas/nyata apabila: (1) pemakaian kata ganti

diperhatikan, (2) gagasan yang sejajar dituangkan ke dalam bangun kalimat yang

seejajar, dan (3) jika sudut pandang terhadap isi kalimat tetap sama.

Penempatan fokus dapat dicapai dengan cara (1) pengubahan urutan kata yang

lazim dalam kalimat, (2) pemilihan bentuk aktif dan pasif, atau dengan (3)

penggunaan pungtuasi khusus. Efisiensi atau penghematan dengan pengungkapan

berarti pembuangan kata mubazir dan penghindaran kontruksi yang berputar-

putar.

Ada asumsi dasar bahwa dalam masyarakat bahasa yang berbeda dan

komunitas yang berbeda pula, manusia menggunakan bahasa yang berbeda pula.

Perbedaan itu bersifat sistematis dan mencerminkan perbedaan nilai kultural.

Dengan demikian, perbedaan cara berbicara, menulis, dan komunikasi dapat

dijelaskan dari sudut pandang nilai kultural dan prioritas kultural yang berbeda.

Pola pengungkapan gagasan secara kultural tercermin dalam wacana tulis

para jurnalis. Dalam masyarakat tertentu, pengungkapan gagasan yang dituangkan

dalam wacana tulis dilakukan secara tidak langsung, lugas, dan apa adanya.

Kaplan (1987: 15) berdasarkan hasil penelitianya menyebutkan bahwa wacana

tulis orang Timur lebih menggambarkan suatu pola pendekatan tidak langsung.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 92: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Dalam pendekatan ini, pengembangan paragraf dilakukan secara spiral, berputar-

putar mengintari pusaran yang semakin lama semakin besar. Putaran tersebut

mengitari pokok bahasan dan menyorotinya dari berbagai sudut tetapi tidak

pernah secara langsung. Bagi orang Barat, pola pikir kultural yang tercermin

dalam pengembangan paragraf tidaklah demikian. Pola tersebut merupakan bagian

integral dari retorika barat yaitu sebagai urutan yang pengembanganya lebih

bersifat linear dengan pendekatan langsung.

Bahasa Indonesia dan pola pikir kulturalnya tentu akan berpola budaya

Timur. Alur pikir yang diharapkan dari seorang jurnalis Indonesia adalah alur

pikir yang bersumber pada budaya nusantara. Alur pikir ini tentu berbeda dari alur

pikir bahasa lain – tidak lebih baik, tetapi juga tidak lebih buruk.

Kemampuan jurnalis mebuat wacana tulis yang baik dalam bahasa

Indonesia belum tentu menghasilkan hal yang sama bila dilakukan dalam bahasa

lain. Hal ini terjadi karena retorika yang digunakan adalah retorika bahasa

Indonesia, sehingga wacana tulis tersebut mencerminkan pola pikir kultural

Indonesia. Retorika timur akan mewarnai wacana tulis orang Indonesia.

Sementara bahasa lain mempunyai retorika sendiri yang berbeda dari retorika

bahasa Indonesia. Pengembangan paragraf dalam bahasa lain akan mengikuti alur

pikir dari penutur bahasa tersebut. Sehingga, pola pengembangan paragraf dalam

wacana tulis itu merefleksikan pola pikir kultural bahasa tersebut.

Secara grafis, pola pengembangan pokok bahasan dalam paragraf dari

berbagai bahasa, yakni bahasa Inggris, bahasa Semit, bahasa Timur, bahasa

Romawi, dan bahasa Rusia, digambarkan Kaplan sebagai berikut.

Retorika oleh Kaplan didefinisikan sebagai “the method of organizing

sintactic units into larger patterns” atau sebagai cara pengorganisasian unit

sintaksis menjadi pola yang lebih besar tidaklah universal. Retorika bervariasi dari

satu budaya ke budaya lain, bahkan dari waktu ke waktu dalam suatu budaya.

Norma-norma sopan santun dalam budaya tertentu dan pada waktu tertentu

berpengaruh terhadap retorika.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 93: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Pola pikir kultural Indonesia yang berputar-putar ini dapat juga dipakai

sebagai salah satu penjelasan berkembangnya eufimisme yang banyak terjadi.

Mengapa untuk mengatakan harga dinaikan ungkapan yang dipakai adalah harga

disesuaikan, atau ditahan dengan diamankan, hutang disebut bantuan, dan lain-

lain. Hal ini dapat dicermati dari sudut pandang dan pola pikir kultural orang

Indonesia yang (mungkin) memang suka berputar-putar.

Orang Indonesia, dan Asia pada umumnya biasanya menyusu pola

wacananya dengan struktur penyajian “topik-komen” (Wijana, 1999: 2). Artinya,

bagian terpenting wacananya diletakan pada bagian belakang sedangkan alasan

dan latar belakan penyebab masalahnya diletakan pada bagian depan. Sementara

itu, orang-orang yang berlatar budaya bahasa Inggris menggunakan pola dan

strategi sebaliknya. Mereka menempatkan bagian terpenting wacananya di bagian

depan, kemudian baru menyusulinya dengan latar belakang atau alasan yang

dipandang kurang penting. Orang-orang Asia dalam menyampaikan pendapat

tidak teruusterang. Sebaliknya, orang-orang Barat terlalu berterus terrang dan

kadang-kadang dianggap kasar dan vulgar.

Orang-orang Asia merasa tidak enak untuk mengemukakan usulannya

sebelum mengemukakan alasan-alasanya terlebih dahulu. Sebaliknya, orang-orang

Barat cenderung mengemukakan usulanya lebih dahulu baru kemudian

mengemukakan alasan-alasanya. Pola, model, dan strategi penyusunan pernyataan

yang berbeda ini akan menimbulkan persepsi dan prasangka yang berbeda. Orang-

orang Asia beranggapan bahwa orang-orang Barat terlalu berterusterang dan

kasar. Demikian pula, orang-orang Barat berprasangka bahwa orang-orang Asia

itu tertutup (eksklusif), tidak berterus terang, dan sukar diduga (inscrutable).

Pemahaman terhadap perbedaan model penyusunan ungkapan itu akan sangat

bermanfaat guna menghindari timbulnya steereotip-stereotip yang dapat

menghamabat kerja sama (kolaborasi) di anatara kedua orang yang berbeda

budaya tadi.

Akan tetapi, retorika Indonesia terutama dengan adanya kebebasan pers di

era reformasi sekarang ini sebagian mulai begeser dari pola oriental ke

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 94: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

angloeuropean atau dari yang melingkar-lingkar/berputar-putar ke linear.

Pergeseran ini dapat diduga karena adanya pengaruh dunia yang mengglobal

termasuk juga perkembangan bahasa Indonesia itu sendira. Banyak sarjana dan

wartawan Indonesia yang meme=pelajari ilmu pengetahuan dan teknologi ke

negara-negara Barat. Selama tinggal di negara-negara tersebut, mereka mau tidak

mau harus menyesuaiakan diri dengan bahasa dan pola pikir bangsa Barat.

Akibatnya, retorika linear dapat menggeser retorika mereka yang sebelumnya

dimungkinkan melingkar-lingkar. Ketika mereka kembali ke Indonesia dan

banyak mengungkapkan gagasan ke dalam berbagai wacana dan media, pola

linear tersebut tertuang dalam tulisannya. Selanjutnya, pola pikir ini secara tidak

langsung akan berpengaruh terhadap pola pikir pembaca.

Selanjutnya, variasi bahasa jurnalistik diperoleh dengan (1) pemakaian

bebagai jenis kalimat yang berbeda menurut struktur gramatiknya (2) pemakaian

kalimat yang panjangnya berbeda-beda, dan (3) pemakaian unsur-unsur kaimat,

seperti subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan yang berselang-selang.

Dipandang dari penggunaan kosakata, bahasa Indonesia ragam jurnalistik

memerlukan istilah yang maknanya tidak taksa (ambigu). Artinya, istilahh-istilah

yang digunakan tidak memiliki tafsiran ganda. Peristilahan itu termasuk

diksi/pilihan kata yang bersama-sama dengan pilihan bangun kalimat membentuk

langgam atau gaya tulisan. Tataran diksi dalam tulisan jurnalistik lebih tinggi

daripada dalam ragam percakapan sehari-hari. Artinya, pemakaian kata untuk

pengacauan yang khas atau sugestif ataupun yang meluas tidak salah tempat.

Bahasa Indonesia ragam jurnalistik yang panjang-panjang hanya dapat direspons

secara langsung oleh pembaca yang terbiasa dan terlatih. Pembaca surat kabar itu

diharapkan tidak memperoleh informasi yang keliru. Kelugasan, keobjektipan,

dan keajegan bahasa jurnalistik itulah yang membedakan dengan ragam bahasa

sastra yang bersifat subjektif, halus, dan lentur, sehingga interpretasi pembaca

yang satu kerap kali berbeda dengan interpretasi dan apresiasi pembaca lainya.

Berdasarkan pengamatan terhadap kegiatan berbahasa para elite politik

kita melalui media massa baikcetak maupun elektronik, dapat dikllasifikasikan

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 95: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

empat kategori gaya berbahasa mereka. Jumlah tersebut masih dapat didiskusikan.

Adapun keempat gejala tersebut adalah (1) pengingkaran terhadap kenyataan, (2)

eufimisme, (3) samar-samar, dan (4) melingkar-lingkar/berputar-putar.

Berikut ini adalah ilustrasi dari keempat gejala tersebut. Pertama,

pengingkaran terhadap kenyataan. Seorang bawahan dimutasi atau diberhentikan

dari jabatanya karena ia tidak mau menuruti kemauan atasanya yang dianggap

oleh bawahanya tersebut sebagai suatu pelangggaran. Namun, ketika ditanya oleh

wartwan, si atasan tersebut mengatakan bahwa pemutasian atau ppemberhatian

tersebut bukan karena alasan dia atas melainkkan sebagai prosedur biasa dalam

kedinasan atau karena yang bersangkutan sudah saatnya pensiun.

Kedua, eufimisme. Seorang pejabat mengatakan bahwa daerahnya

tergolong prasejahtera. Kata prasejahtera tersebut digunakan sebagai pengganti

kata miskin, yang dianggapnya terlalu jelas memperlihatkan ketidakberhasilan

pembangunan di daerah tersebut.

Ketiga, samar-samar. Seorang atasan memberikan perintah kepada

bawahanya dengan bahasa yang tidak jelas, sehingga menimbulkan makna ganda

(ambiguity). Ketika terjadi pelanggaran oleh bawahanga, si atasnya dengan mudah

mengatakan bahwa ia salah menafsirkan perintah.

Keempat, berputar-putar. Seorang jaksa diperintah oleh atasanya untuk

tidak memejahijaukan seseorang yang oleh masyarakat dianggap melakukan

pelanggaran. Karena jaksa tersebut menyadari tuntutan masyarakat tetapi pada

waktu yang sama dia tidak berani melanggar perintah atasanya, maka ia mencari-

cari alasan yang pada dasarnya hanyalah sebagai dalih untuk tidak

memejahijaukan orang tersebut.

Dengan adanya era reformasi di berbagai bidang kehidupan yang sudah

kita rintis sejak tahun 1998 lalu, kita bertekad untuk menuju masyarakat Indonesia

baru, yaitu masyarakat yang demokratis yang penuh keterbukaan. Sistem

demokrasi dan keterbukaan memungkinkan mengalirnya arur informasi secara

efektif baik secra vertikal (ke atas dan ke bawah) maupun horizontal. Hal ini dapat

berjalan dengan baik jika di dukung oleh penggunaan bahasa jurnalistik yang

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 96: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

jelas, teratur, terus terang, dan jernih. Diharapkan, para jurnalis dapat

menggunakan bahasa secara lugas,objektif, langsung, terus terang, dan tidak

menyembunyikan kenyataan pahit kalau memang keadaan seperti itu. Kesadaran

wartawan akan kondisi yang demikian justru dapat mendorong kita untuk

membangun diri lebih giat lagi menuju masyarakat yang lebih baik, terbuka, dan

demokratis melalui media pers.

Ragam Bahasa Siaran

Dalam perkembangannya, bahasa pers menjadi salah satu ragam bahasa

Indonesia diantara bahasa akademik (ilmiah), bahasa usaha (bisnis), bahasa

filosofis, dan bahasa literer (sastra). Menurut pengamat bahasa Suroso, bahasa

jurnalistik memiliki kaidah-kaidah tersendiri yang membedakannya dengan ragam

bahasa yang lain. Walaupun begitu, bahasa jurnalistik tetap menganut kebakuan

kaidah bahasa Indonesia dalam hal pemakaian kosakata, struktur sintaksis, dan

wacana.

Ketidak taatan pada bahasa baku ini kerap dilakukan Pers Indonesia.

Banyak berita dibuat dengan berbagai cacat. Berbagai pengamat, di berbagai

media, sering mempersoalkannya. Beberapa penyimpangan bahasa jurnalistik

dibandingkan dengan kaidah bahasa Indonesia baku:

1. Kesalahan sintaksis

Kesalahan berupa pemakaian tata bahasa atau struktur kalimat yang

kurang benar sehingga sering mengacaukan pengertian. Hal ini disebabkan

logika yang kurang bagus.

Misal :

S = Kerajinan Kasongan banyak diekspor hasilnya ke Amerika Serikat

B = Hasil kerajinan desa Kasongan banyak diekspor ke Amerika Serikat

2. Kesalahan ejaan

Kesalahan ini hampir setiap kali dijumpai dalam surat kabar atau TV,

seperti dalam penulisan kata.

Misal : Jadwal ditulis jadual

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 97: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

3. Kesalahan pemenggalan

Kesalahan ini banyak dijumpai dalam surat kabar, setiap ganti baris pada

setiap kolom kelihatan asal penggal saja.

Penghematan Unsur Kata

Beberapa kata di Indonesia sebenarnya bisa dihemat tanpa mengorbankan

tata bahasa dan jelasnya arti. Misalnya :

agar supaya agar, supaya

akan tetapi tapi

apabila bila

sehingga                      hingga

meskipun meski

walaupun walau

tidak tak

daripada dari

Beberapa kata punya sinonim yang lebih pendek

Kemudian lalu

Makin kian

Terkejut kaget

Sangat amat

Demikian begitu

Sekarang kini

Ragam bahasa yang dipergunakan di dalam dunia penyiaran ada dua macam:

1. Bahasa Formal (sesuai kaidah yang berlaku)

2. Bahasa Informal atau bahasa tutur (bukan bahasa pergaulan)

Bahasa formal juga dipergunakan pada bahasa tulis, sedang bahasa informal (tidak

resmi) adalah bahasa percakapan sehari-hari. Beberapa pertimbangan yang harus

diperhatikan jika menyusun naskah karya jurnalistik penyiaran:

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 98: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

1. Pilih kata yang tepat dan pendek

2. Hilangkan kata mubazir

3. Penggunaan kalimat aktif lebih kuat dibanding kalimat pasif

4. Hindari penggunaan kata-kata asing. Jika istilah asing bersifat tekniks dan

terpaksa digunakan, maka istilah ini harus dijelaskan maknanya.

5. Jika tidak perlu, hindari penggunaan kalimat majemuk

6. Jangan menggunakan kalimat klise pada awal naskah. Kalimat klise adalah

kalimat yang maknanya sudah bersifat umum. Misalnya

a. Indonesia terletak diantara dua benua dan samudra

b. Bumi itu bulat

Di dalam dunia penyiaran, ragam bahasa yang digunakan selain bahasa

formal, juga bahasa tutur. Ragam bahasa penyiaran lebih banyak bertutur kepada

khalayak. Bahasa tutur harus baik, tetapi tidak perlu benar. Artinya struktur

kalimatnya berbeda dengan struktur bahasa formal. Biasanya, struktur bahasa

yang digunakan Penyiar Berita bersdifat formal, sedangkan struktur bahasa yang

digunakan reporter bersifat informal. Bahasa informal lebih komunikatif dan

mudah dipahami jika didengar.

3.5 Metodologi Pembelajaran

Pada dasarnya guru adalah seorang pendidik. Pendidik adalah orang

dewasa dengan segala kemampuan yang dimilikinya untuk dapat mengubah psikis

dan pola pikir anak didiknya dari tidak tahu menjadi tahu serta mendewasakan

anak didiknya. Salah satu hal yang harus dilakukan oleh guru adalah dengan

mengajar di kelas. Salah satu yang paling penting adalah performance guru di

kelas. Bagaimana seorang guru dapat menguasai keadaan kelas sehingga tercipta

suasana belajar yang menyenangkan. Dengan demikian guru harus menerapkan

metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didiknya.

Tiap-tiap kelas bisa kemungkinan menggunakan metode pembelajaran

yang berbeda dengan kelas lain. Untuk itu seorang guru harus mampu

menerapkan berbagai metode pembelajaran.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 99: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

3.5.1 Macam-Macam Metode pembelajaran :

Ada beberapa metode pembelajaran yang digunakan selama proses belajar

mengajar di kelas.

1. Metode Ceramah

Metode pembelajaran ceramah adalah penerangan secara lisan atas

bahan pembelajaran kepada sekelompok pendengar untuk mencapai tujuan

pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif besar. Seperti ditunjukkan

oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai beberapa tujuan.

Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya inspirasi bagi

pendengarnya.

Gage dan Berliner (1981:457), menyatakan metode ceramah cocok

untuk digunakan dalam pembelajaran dengan ciri-ciri tertentu. Ceramah

cocok untuk penyampaian bahan belajar yang berupa informasi dan jika

bahan belajar tersebut sukar didapatkan.

2. Metode Diskusi

Metode pembelajaran diskusi adalah proses pelibatan dua orang

peserta atau lebih untuk berinteraksi saling bertukar pendapat, dan atau saling

mempertahankan pendapat dalam pemecahan masalah sehingga didapatkan

kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang menggunakan metode

diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif (Gagne & Briggs.

1979: 251).

Menurut Mc. Keachie-Kulik dari hasil penelitiannya, dibanding

metode ceramah, metode diskusi dapat meningkatkan anak dalam

pemahaman konsep dan keterampilan memecahkan masalah. Tetapi dalam

transformasi pengetahuan, penggunaan metode diskusi hasilnya lambat

dibanding penggunaan ceramah. Sehingga metode ceramah lebih efektif

untuk meningkatkan kuantitas pengetahuan anak dari pada metode diskusi.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 100: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

3. Metode Demonstrasi

Metode pembelajaran demontrasi merupakan metode pembelajaran yang

sangat efektif untuk menolong mahasiswa mencari jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan seperti: Bagaimana cara mengaturnya? Bagaimana proses

bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi sebagai metode

pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang demonstrator (orang

luar yang sengaja diminta) atau seorang mahasiswa memperlihatkan kepada

seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu alat pencuci

otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.

Kelebihan Metode Demonstrasi :

a. Perhatian mahasiswa dapat lebih dipusatkan.

b. Proses belajar mahasiswa lebih terarah pada materi yang sedang

dipelajari.

c. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam

diri mahasiswa.

Kelemahan metode Demonstrasi :

a. Siswa kadang kala sukar melihat dengan jelas benda yang

diperagakan.

b. Tidak semua benda dapat didemonstrasikan.

c. Sukar dimengerti jika didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang

menguasai apa yang didemonstrasikan.

4. Metode Ceramah Plus

Metode Pembelajaran Ceramah Plus adalah metode pengajaran yang

menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode ceramah yang

dikombinasikan dengan metode lainnya. Ada tiga macam metode ceramah

plus, diantaranya yaitu:

a. Metode ceramah plus tanya jawab dan tugas

b. Metode ceramah plus diskusi dan tugas

c. Metode ceramah plus demonstrasi dan latihan (CPDL)

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 101: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

5. Metode Resitasi

Metode Pembelajaran Resitasi adalah suatu metode pengajaran dengan

mengharuskan mahasiswa membuat resume dengan kalimat sendiri.

Kelebihan Metode Resitasi adalah :

a. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik dari hasil belajar sendiri

akan dapat diingat lebih lama.

b. Peserta didik memiliki peluang untuk meningkatkan keberanian,

inisiatif, bertanggung jawab dan mandiri.

Kelemahan Metode Resitasi adalah :

a. Kadang kala peserta didik melakukan penipuan yakni peserta didik

hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah

mengerjakan sendiri.

b. Kadang kala tugas dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan.

c. Sukar memberikan tugas yang memenuhi perbedaan individual.

6. Metode Eksperimental

Metode pembelajaran eksperimental adalah suatu cara pengelolaan

pembelajaran di mana mahasiswa melakukan aktivitas percobaan dengan

mengalami dan membuktikan sendiri suatu yang dipelajarinya. Dalam metode

ini mahasiswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan

sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, menganalisis,

membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek yang

dipelajarinya.

7. Metode Study Tour (Karya wisata)

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 102: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Metode Study tour (karya wisata) adalah metode mengajar dengan mengajak

peserta didik mengunjungi suatu objek guna memperluas pengetahuan dan

selanjutnya peserta didik membuat laporan dan mendiskusikan serta

membukukan hasil kunjungan tersebut dengan didampingi oleh pendidik.

8. Metode Latihan Keterampilan

Metode latihan keterampilan (drill method) adalah suatu metode mengajar

dengan memberikan pelatihan keterampilan secara berulang kepada peserta

didik, dan mengajaknya langsung ketempat latihan keterampilan untuk

melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan manfaat sesuatu (misal: membuat

tas dari mute). Metode latihan keterampilan ini bertujuan membentuk

kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik.

9. Metode Pengajaran Beregu

Metode pembelajaran beregu adalah suatu metode mengajar dimana

pendidiknya lebih dari satu orang yang masing-masing mempunyai

tugas.Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai kordinator. Cara

pengujiannya,setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung. Jika ujian

lisan maka setiap mahasiswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan

team pendidik tersebut

10. Peer Theaching Method

Metode Peer Theaching sama juga dengan mengajar sesama teman, yaitu

suatu metode mengajar yang dibantu oleh temannya sendiri.

11. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving Method)

Metode problem solving (metode pemecahan masalah) bukan hanyasekadar

metode mengajar, tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebabdalam

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 103: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya yang

dimulaidengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan.

Metode problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir

danmenggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang

disampaikan oleh mahasiswa. Seorang dosen harus pandai-pandai

merangsang mahasiswanya untuk mencobamengeluarkan pendapatnya.

12. Project Method

Project Method adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar

dengan meminta peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti

sebagai obyek kajian.

13. Taileren Method

Teileren Method yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan

sebagian-sebagian,misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan

ayat lainnya yang tentusaja berkaitan dengan masalahnya

14. Metode Global (ganze method)

Metode Global yaitu suatu metode mengajar dimana mahasiswa disuruh

membaca keseluruhan materi, kemudian mahasiswa meresume apa yang

dapat mereka serap atau ambil intisaridari materi tersebut.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 104: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

BAB IV

EVALUASI

4.1 Pengertian Evaluasi

Sudiono (2001) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi berasal

dari bahasa Inggris evaluation, dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Akar

katanya adalah value yang artinya nilai. Jadi istilah evaluasi menunjuk pada suatu

tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.

Evaluation The systematic process of collecting, analyzing, and interpreting information to determine the extent to which pupils are achieving instructional objectives.

Frey, Barbara A., and Susan W. Alman. (2003)

Evaluasi adalah proses sistematis pengumpulan, analisis, dan interpretasi

informasi untuk menentukan sejauh mana siswa yang mencapai tujuan

instruksional)

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 105: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

4.2 Jenis Evalusi Berdasarkan Lingkup Kegiatan Pembelajaran

Evaluasi ini terdiri dari 3 macam yaitu evaluasi program pembelajaran,

evaluasi proses pembelajaran, dan evaluasi hasil pembelajaran.

a. Evaluasi Program Pembelajaran

Evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program

pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspek-aspek program

pembelajaran yang lain.

b. Evaluasi Proses Pembelajaran

Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara proses pembelajaran dengan

garis-garis besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan

guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran.

c. Evaluasi Hasil Pembelajaran

Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan

pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam

aspek kognitif, afektif, psikomotorik.

Ada dua jenis evaluasi yang akan dilakukan pada mata kuliah “Bahasa

Indonesia Jurnalistik” sebagai berikut.

1. Ujian Tengah Semester (UTS)

Ujian Tengah Semester adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Daerah, Bidang Ilmu

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia untuk mengetahui tingkat

kemajuan belajar mahasiswa dan merupakan proses penilaian hasil belajar

mahasiawa yang diadakan pada tengah semester, yang disebut dengan

Ujian Tengah Semester (UTS). Sedangkan tugas dapat dilakukan selama

proses pembelajaran. Ujian Tengah Semester (UTS) merupakan ujian

(evaluasi) hasil belajar mahasiswa yang diselenggarakan di tengah

semester (setelah dilaksanakannya pertemuan ke-8 (delapan) dari 16

(enam belas) pertemuan yang dijadwalkan.

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 106: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Peserta Ujian adalah para mahasiswa yang registrasi pada semester

tertentu dan berhak mengikuti ujian sesuai ketentuan yang berlaku.

2. Ujian Akhir Semester (UAS)

Ujian Akhir Semester (UAS) merupakan evaluasi studi akhir

semester yaitu setelah seluruh materi perkuliahan disajikan (sekurang-

kurangnya 12 kali pertemuan).

Peserta Ujian adalah para mahasiswa yang registrasi pada semester

tertentu dan berhak mengikuti ujian sesuai ketentuan yang berlaku.

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENIINSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(IKIP) PGRI BALI

Alamat : Jalan Akasia, Denpasar Timur, Telepon (0361) 9106879Web : www.fpbs-ikip.com

Email : [email protected]

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

Mata Kuliah : Bahasa Jurnalistik

Dosen : Putu Agus Permanamiarta, S.S.

Semester : VI

Hari, tanggal :

Waktu : Pukul 08.00 – 09.30 (90 menit)

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 107: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Petunjuk: Jawablah soal berikut dengan baik dan benar!

1. Apa yang dimaksud dengan bahasa jurnalistik berkarakter komunikatif dan

spesifik?

2. Jelaskan bagaimana keberadaan bahasa jurnalistik di antara ragam bahasa

lainnya?

3. Apa saja lima hal mendasar yang umum berlaku dalam penggunaan bahasa

jurnalistik?

4. Apa yang Anda ketahui mengenai prinsip hemat kata dalam bahasa

jurnalistik?

5. Berikan pendapat Anda mengenai masuknya bahasa daerah dan bahasa

asing dalam bahasa jurnalistik?

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENIINSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(IKIP) PGRI BALI

Alamat : Jalan Akasia, Denpasar Timur, Telepon (0361) 9106879Web : www.fpbs-ikip.com

Email : [email protected]

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER

Mata Kuliah : Bahasa Jurnalistik

Dosen : Putu Agus Permanamiarta, S.S.

Semester : VI

Hari, tanggal :

Waktu : Pukul 08.00 – 09.30 (90 menit)

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 108: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

Petunjuk : Jawablah soal berikut dengan baik dan benar

1. Jelaskan mengenai penerapan prinsip tepat makna dalam bahasa jurnalistik

2. Sebutkan langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk membuat bahasa pada

badan atau tubuh berita menjadi menarik.

3. Faktor apa saja saja yang memungkinkan terjadinya salah nalar dalam

penggunaan bahasa jurnalistik?

4. Apa yang membedakan bahasa jurnalistik untuk media cetak dengan bahasa

jurnalistik untuk media siaran?

5. Simak contoh berita pada lampiran, lalu temukan kesalahan/kekeliruan dalam

berbahasa dan tunjukkan bagaimana seharusnya yang benar.

Kera Gila Diburu Menggunakan Senjata Sneper : Empat Warga Jadi Korban Gigitan

Klungkung ( Metrobali.com )

Kera gila yang sebelumnya diinformasikan oleh warga dikatakan telah menewaskan 1 warga Banjarangkan karena gigitanya setelah Metrobali.com datang ke TKP informasi itu tidak benar, namun setelah digali kebenaran ternyata ada 4 (empat) warga yang jadi korban gigitannya. Ke 4 ( empat ) warga tersebut dalam keadaan selamat dan ada yang masih berobat jalan.

Diantara korban yang masih berobat jalan adalah Ketut Widia 60 asal Dusun Selat, Desa/Kec. Banjarangkan, dan Ni Ketut Srati 60 asal Dusun Koripan Tengah, Banjarangkan, sedangkan yang sebelumnya digigit oleh kera gila adalah Komang Gede Tantra 30 warga setempat sebulan yang lalu digigit kaki kanannya.

” Ya sebulan yang lalu lutut kaki kanan saya digigit, waktu itu saya sedang melintas dipersawahan hendak mencari rumput tiba tiba saja kera tersebut menyerang kaki kanan dan saya sempat memukul kepalanya sebanyak 3 kali, dan kera tersebut kabur ” ujar Tantra di TKP sambil menunjuk lutut kaki kanannya bekas digigit kera.

Sedangakan korban Ni Made Rai 65 di TKP mengatakan 15 hari yang lalu dirinya juga digigit kera yang sama. ” Niki napi bais tiange lad cegut bojog ” ( ini apa kaki saya bekas digigit kera ), ujarnya sambil meperperlihatkan belakang pergelangan kaki kanan. Di TKP Rai mununjukan dimana korban Ketut Widia pada Jumt ( 21/12 ) sekira pukul 10.00 wita digigit kera.

Ketika itu Widia sedang menyabit rumput entah dari mana datangnya kera tiba tiba menyerangnya dan menggigit kaki kanan hingga urat nadi putus. Sehabis menggigit kera tersebut lari meninggalkan Widia dalam keadaan kaki luka mengeluarkan darah deras mengalir. Widia berusaha pergi dari TKP dengan cara merangkak sambil memegang luka dikakinya mencari bantuan. Dengan menempuh jarak 300 meter akhirnya Widia ditolong oleh tukang yang sedang bekerja. Oleh warga yang kebetulan lewat Widia dilarikan ke RSUD Klungkung. Karena luka

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64

Page 109: Tugas Akhir_ Perancangan Disain Kurikulum Dan Silabus

Perancangan Desain Kurikulum dan Silabus

yang cukup serius dimana urat nadinya putus kemudian Widia dirujuk ke RSUP Sanglah. Saat dihubungi pia poselnya Widia mengakui sempat dirawat di RSUP Sanglah.

” Ya pak gigitan kera itu menyebabkan urat nadi terputus, dimana kedalaman gigitannya hingga 5 cm dan luka robek 10 cm ” ujarnya. Saya sekarang berada di rumah anak di Denpasar sambil berobat jalan, mengenai urat yang putus sudah disambung oleh doter, imbuhnya.

Sementara korban Ni Ketut Srati 60 asal Dusun Koripan Tengah, Banjarangkan. Ditemui di rumahnya tampak korban sedang duduk diteras dengan pergelangan kaki kanan dibalut perban. Menurutnya ketika itu pada kamis ( 20/12 ) sekira pukul 12.00 wita dirinya sedang mencari daun pisang disawah tiba tiba entah dari mana kera tersebut datang langsung menggit kaki kanannya. “Begitu habis digigit, kera itu melihat saya ” ujarnya. Saya sehabis digigit langsung mundur dalam posisi duduk sambil memegang kaki yang terluka, kera tersebut terus menatap saya begitu suami ( Made Wardi 62 ) saya datang kera tersebut langsung kabur, suami saya sempat mengejarnya namun kalah cepat, imbuhnya.

Sementara di TKP terpantau perburuan Kera Gila dilakukan pihak anggota Polsek Banjarangkan yang dibantu masyarakat dan Dinas Peternakan lengkap dengan senjata dan tulup. Perburuan kera gila dilakukan pada hari Sabtu ( 22/12 ) sekira pukul 08.00 wita. Terpantau anggota Polsek Banjarangkan membawa Sneper bersama warga yang membawa sabit dan tongkat menyisir disekitar wilayah TKP yaitu Subak Sema Agung, Banjarangkan, Klungkung. Dalam pencarian hingga radius 1 km namun kera gila yang diburu tidak ditemukan.

Sementara Kapolsek Banjarangkan AKP Putu Ardana disela sela perburuan mengatakan pencarian kera ini akan kita lakukan hingga ketemu, hal ini pihaknya sudah berkoordinasi dengan kepala desa,dan dinas peternakan untuk menangkap kera yang sangat meresahkan masyarakat, ujarnya. Dihimbau kepada warga yang memelihara kera agar bisa mengawasi hingga tidak sampai lepas ikatannya, imbuh Ardana.. ***

Tugas Akhir Desain Kurikulum dan Silabus 64