173
BAB 1 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru 1 TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA SURAKARTA TERHADAP PERMUKIMAN DI KAWASAN SOLOBARU Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Strata-1 Perencanaan Wilayah dan Kota Oleh : Panganti Widi Astuti NIM. I 0606034 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

  • Upload
    vuhuong

  • View
    253

  • Download
    17

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 1 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

1

TUGAS AKHIR

PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA SURAKARTA

TERHADAP PERMUKIMAN DI KAWASAN SOLOBARU

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Jenjang Strata-1

Perencanaan Wilayah dan Kota

Oleh :

Panganti Widi Astuti

NIM. I 0606034

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK

Page 2: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 1 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan kota merupakan perubahan yang dialami oleh daerah

perkotaan pada aspek-aspek kehidupan dan penghidupan, seperti kondisi fisik,

perekonomian, sosial dan kemasyarakatan. Perkembangan kota didefinisikan

sebagai proses perubahan keadaan ke keadaan lain dalam kurun waktu yang

berbeda (Yunus, 1978). Perkembangan suatu kota salah satunya ditandai oleh

meningkatnya jumlah penduduk. Pertambahan penduduk dalam suatu wilayah

perkotaan selalu diikuti oleh peningkatan kebutuhan ruang. Oleh karena itu, kota

sebagai perwujudan geografis selalu mengalami perubahan dari waktu ke waktu

(Yunus, 1987).

Perkembangan kota-kota di Indonesia yang semakin pesat dewasa ini

membawa banyak perubahan pada kondisi internal kota. Perkembangan kota di

Indonesia mulai dirasakan sejak dekade 1950an yang merupakan masa transisi

dari masa penjajahan ke masa kemerdekaan (Sujarto, D, 2005 dalam tesis Ilyas

Ali, 2006). Hal-hal yang tampak nyata sebagai dampak dari perkembangan kota

adalah pesatnya perkembangan penduduk, tingginya angka kepadatan penduduk,

pesatnya perkembangan daerah terbangun, serta tingginya kebutuhan akan

fasilitas dan utilitas kota termasuk kebutuhan akan perumahan.

Untuk kota yang sudah padat bangunannya, semakin bertambahnya

penduduk dengan segala aspek kehidupannya akan mengakibatkan kota tidak lagi

dapat menampung kegiatan penduduk. Oleh karena itu, akan mengakibatkan

terjadinya proses densifikasi permukiman di dearah pinggiran kota dengan

berbagai dampaknya. Terbatasnya wilayah administrasi kota akan mengakibatkan

adanya kecenderungan pergeseran fungsi-fungsi kota ke daerah pinggiran kota

(urban fringe) yang disebut dengan proses perembetan kenampakan fisik

kekotaan ke arah luar (urban sprawl) (Kustiwan dan Anugrahani, 2001; Giyarsih,

2001). Akibat selanjutnya di daerah pinggiran kota akan mengalami proses

transformasi spasial berupa proses densifikasi permukiman dan transformasi

Page 3: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 1 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

3

sosial ekonomi sebagai dampak lebih lanjut dari proses transformasi spasial.

Proses densifikasi permukiman yang terjadi di daerah pinggiran kota merupakan

realisasi dari meningkatnya kebutuhan akan ruang di daerah perkotaan.

Dahulu, Kota Surakarta merupakan satu kesatuan wilayah pemerintahan

Kasunanan dengan Kabupaten Sukoharjo, Sragen, Boyolali, dan Klaten. Namun,

dengan keluarnya Penetapan Pemerintah Nomor : 16/SD tanggal 15 Juli 1946,

maka secara formal wilayah pemerintahan Kasunanan sudah tidak ada lagi, dan

wilayah-wilayahnya menjadi wilayah Karesidenan Surakarta. Kemudian

Karesidenan Surakarta menjadi Kota Surakarta yang wilayahnya meliputi 5

kecamatan yakni Kecamatan Jebres, Banjarsari, Serengan, Pasar Kliwon, dan

Laweyan.

Kota Surakarta merupakan kota menengah yang mengalami

perkembangan di seluruh bagian kotanya. Dalam penelitian ini, perkembangan

Kota Surakarta yang dimaksud adalah perkembangan fisik, sosial, dan ekonomi.

Indikator perkembangan Kota Surakarta salah satunya dapat dilihat dari aspek

sosial yakni jumlah penduduknya yang mengalami peningkatan dari tahun ke

tahun. Jumlah penduduk tahun 1975 yaitu 426.032 jiwa sedangkan tahun 1985

sejumlah 502.150 jiwa, dari data tersebut terlihat bahwa dalam dekade 10 tahun

yakni tahun 1975-1985, jumlah penduduk Kota Surakarta mengalami

pertambahan sebesar 76.118 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk tahun 1995 yaitu

533.628 jiwa sehingga dapat dilihat bahwa tahun 1985-1995 jumlah penduduk

Kota Surakarta mengalami peningkatan sebesar 31.478 jiwa. Jumlah penduduk

tahun 2005 sejumlah 560.046 jiwa sehingga dapat dilihat peningkatan jumlah

penduduk yang terjadi selama kurun waktu 10 tahun (1995-2005) sebesar 26.418

jiwa (Surakarta dalam Angka Tahun 1975-2005).

Pertambahan penduduk dari tahun ke tahun tersebut mempengaruhi

adanya perkembangan fisik Kota Surakarta. Perkembangan fisik Kota Surakarta

disebabkan karena adanya pertambahan penduduk dan aktivitas sosial ekonomi

penduduk. Semakin bertambahnya penduduk Kota Surakarta maka kebutuhan

akan ruang semakin bertambah. Kebutuhan ruang ini tidak hanya untuk perluasan

permukiman tetapi juga untuk kegiatan perekonomian, sosial dan lingkungan. Hal

Page 4: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 1 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

4

tersebut mengakibatkan adanya konversi lahan dari lahan tak terbangun menjadi

lahan terbangun. Luas lahan terbangun tahun 1975 di Kota Surakarta adalah

2.868,16 Ha sedangkan luas lahan terbangun tahun 2005 adalah 3.521,85 Ha

(Surakarta dalam Angka Tahun 1975-2005). Dari data tersebut dapat dilihat

bahwa konversi lahan tak terbangun menjadi terbangun yang terjadi dalam dekade

30 tahun (tahun 1975-2005) di Kota Surakarta adalah sebesar 653,69 Ha

Perubahan penggunaan lahan ini menunjukkan adanya indikasi perkembangan

fisik Kota Surakarta.

Perkembangan ekonomi Kota Surakarta salah satunya ditunjukkan dengan

peningkatan PDRB Kota Surakarta dari tahun ke tahun. Pada tahun 1975 tingkat

PDRB Kota Surakarta mencapai 32.547,768 juta. Angka tersebut meningkat pada

tahun 1990 hingga mencapai 386.649,904 juta dan tahun 2005 menjadi

3.858.169,670 juta. Hal ini mengindikasikan bahwa perkembangan ekonomi Kota

Surakarta semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Sedangkan perkembangan permukiman di Kota Surakarta dapat dilihat

dari adanya peningkatan luas lahan permukiman di seluruh wilayah kota. Luas

lahan permukiman di Kota Surakarta tahun 1975 yaitu 2.868,16 Ha, sedangkan

luas lahan permukiman tahun 1996 meningkat menjadi 3.372,4849 Ha. Namun,

pada tahun 2005 luas permukimannya menurun menjadi 2.707,27 Ha (Surakarta

dalam Angka Tahun 1975-2005). Sehingga dapat dilihat dalam kurun waktu 30

tahun yakni tahun 1975-2005, luas lahan permukiman di Kota Surakarta

mengalami kenaikan namun setelah tahun 1997 luasnya mengalami penurunan.

Perkembangan permukiman yang signifikan dalam dekade 30 tahun tersebut

terjadi pada tahun 1980 ketika Kota Surakarta mengalami pemekaran fisik kota

(perembetan fisik kota) karena dampak dari urbanisasi dan industrialisasi yang

terjadi pada tahun 1970an di Kota Surakarta.

Berdasarkan studi tim P2KT (Proyek Pengembangan Kota Terpadu) pada

tahun 2000 Kota Surakarta mengalami pemekaran kota seluas ±12000 ha yang

terjadi pada hinterlandnya yakni seluas ±7000 ha pada Kabupaten Sukoharjo

(Baki, Grogol, dan Kartasura) dan seluas ±5000 ha pada Kabupaten Karanganyar

(Ngringo dan Colomadu). Hal ini menunjukkan bahwa pemekaran Kota Surakarta

Page 5: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 1 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

5

lebih banyak berkembang mengarah ke bagian selatan yakni Kabupaten

Sukoharjo.

Pemekaran kota ini ditandai dengan mulai menjamurnya pembangunan

perumahan (real estate, perumnas, komplek hunian baru) di hinterland Kota

Surakarta termasuk di Kabupaten Sukoharjo. Pembangunan perumahan di

pinggiran Kabupaten Sukoharjo ini merupakan limpahan dari adanya pertambahan

lahan permukiman di Kota Surakarta. Pembangunan perumahan di pinggiran

Kabupaten Sukoharjo yang paling terlihat adalah di Kawasan Solobaru. Kawasan

Solobaru menjadi daerah limpahan pertambahan kebutuhan lahan permukiman

Kota Surakarta karena jaraknya yang tidak terlalu jauh dari Kota Surakarta dan

topografinya yang cenderung lebih sama dengan Kota Surakarta bila

dibandingkan dengan daerah hinterland Kota Surakarta yang lainnya. Berdasarkan

sejarah dari Kawasan Solobaru, pembangunan perumahan di Kawasan Solobaru

dimulai pada tahun 1987 oleh PT. Pondok Solo Permai (PSP). PT. Pondok Solo

Permai (PSP) yang awalnya berencana hanya membangun perumahan, kemudian

timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana

pembangunan perumahan dirubah menjadi menciptakan kota baru yang diberi

nama kota mandiri Solobaru dengan luas 1.075 Ha. Hingga kini kota mandiri

Solobaru terus berkembang dan perkembangan wilayahnya disebut dengan

Kawasan Solobaru yang meliputi dua kecamatan yakni kecamatan Baki dan

Grogol (RUTRK Solobaru tahun 1990-2010). Perkembangan Kawasan Solobaru

tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal di Kawasan Solobaru tetapi juga

dipengaruhi oleh faktor eksternal dari Kawasan Solobaru yakni adanya

pembangunan Kota Surakarta yang pesat sebagai akibat dari perkembangan Kota

Surakarta.

Adanya perkembangan Kawasan Solobaru merupakan dampak dari

perkembangan Kota Surakarta baik secara fisik maupun non fisik. Perkembangan

Kota Surakarta menjadikan Kawasan Solobaru sebagai daerah limpahan

kebutuhan permukiman Kota Surakarta. Hingga kini permukiman di Kawasan

Solobaru terus berkembang seiring dengan perkembangan Kota Surakarta.

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka tujuan umum dari

Page 6: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 1 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

6

penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh perkembangan Kota Surakarta

terhadap permukiman di Kawasan Solobaru.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan

masalah dari penelitian yang dilakukan adalah bagaimana pengaruh

perkembangan Kota Surakarta terhadap permukiman di Kawasan Solobaru.

1.3 Tujuan dan Sasaran

1.3.1 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat

dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Mengetahui variabel perkembangan Kota Surakarta yang mana saja yang

dominan berpengaruh terhadap perkembangan permukiman di Kawasan

Solobaru.

2. Mengetahui bagaimana pengaruh perkembangan Kota Surakarta terhadap

fisik, ekonomi, dan sosial permukiman di Kawasan Solobaru.

1.3.2 Sasaran

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, maka dapat

dirumuskan sasaran penelitian sebagai berikut :

1. Mengetahui perkembangan luas permukiman di Kota Surakarta dan Kawasan

Solobaru (tahun 1975-2005).

2. Mengetahui perkembangan jumlah rumah di Kota Surakarta dan Kawasan

Solobaru (tahun 1975-2005).

3. Mengetahui perkembangan jumlah sarana pendidikan, kesehatan, dan

perdagangan di Kota Surakarta dan Kawasan Solobaru (tahun 1975-2005).

4. Mengetahui perkembangan prasarana jalan di Kota Surakarta dan Kawasan

Solobaru (tahun 1975-2005).

5. Mengetahui perkembangan tingkat ekonomi (PDRB) Kota Surakarta dan

Kawasan Solobaru (tahun 1975-2005).

Page 7: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 1 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

7

6. Mengetahui perkembangan jumlah penduduk Kota Surakarta dan Kawasan

Solobaru (tahun 1975-2005).

7. Mengetahui perkembangan interaksi sosial budaya masyarakat di Kawasan

Solobaru.

8. Mengetahui besaran pengaruh variabel perkembangan Kota Surakarta secara

bersama-sama terhadap perkembangan permukiman di Kawasan Solobaru.

9. Mengetahui besaran pengaruh setiap variabel perkembangan Kota Surakarta

terhadap perkembangan permukiman di Kawasan Solobaru.

1.4 Batasan Penelitian

Batasan wilayah penelitian yaitu Kawasan Solobaru seluas 5174 Ha yang

terdiri dari 2 kecamatan yakni kecamatan Baki dan Grogol (mengacu pada

Rencana Umum Tata Ruang Kawasan Solobaru tahun 1990-2010) sebagai

kawasan yang perkembangannya dipengaruhi oleh Kota Surakarta dan Kota

Surakarta sebagai kota yang mempengaruhinya. Batasan wilayah penelitian

disajikan dalam peta berikut ini :

Page 8: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 1 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

8

Peta 1.1 Peta Orientasi Kawasan Solobaru terhadap Kota Surakarta

Page 9: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

34

Lingkup materi penelitian yaitu mengenai pengaruh fisik, ekonomi, dan

sosial dari perkembangan Kota Surakarta terhadap permukiman di Kawasan

Solobaru.

Batasan waktu yang digunakan dalam penelitian adalah perkembangan

kota tahun 1975-2005 karena berdasarkan sejarah Kota Surakarta, pada tahun

1970an terjadi urbanisasi dan industrialisasi yang berdampak pada pemekaran

kota sehingga pada tahun 1987 menjadi awal terbentuknya Kawasan Solobaru.

1.5 Kerangka Pikir

Pola pikir yang mendasari perumusan penelitian ini selengkapnya dapat

dilihat pada gambar bagan berikut :

Page 10: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

35

Pertambahan

Penduduk Alamiah

Kota Surakarta

Pertambahan

Penduduk Migrasi

Kota Surakarta

Perubahan Sosial

Budaya Penduduk

Kota Surakarta

Perubahan Sosial

Ekonomi

Penduduk Kota

Surakarta

Pertambahan Penduduk

Kota Surakarta

Perkembangan Masyarakat (Sosekbud) Kota

Surakarta

Perubahan Sosial, Ekonomi, Fisik

Kota Surakarta

Trend Perkembangan

Kota Surakarta

Dampak Terhadap Berbagai Aspek Kota

Peningkatan Kebutuhan Kota

Kebutuhan Ruang

Kota

Intensifikasi Ekstensifikasi Perkembangan

Kawasan Solobaru

Pertambahan

Penduduk Alamiah

Kawasan Solobaru

Pertambahan

Penduduk Migrasi

Kawasan Solobaru

Perubahan Sosial

Budaya Penduduk

Kawasan

Solobaru

Perubahan Sosial

Ekonomi

Penduduk Kawasan

Solobaru

Pertambahan Penduduk

Kawasan Solobaru

Perkembangan Masyarakat (Sosekbud) Kawasan

Solobaru

Perubahan Sosial, Ekonomi, Fisik

Kawasan Solobaru

Trend Perkembangan

Kawasan Solobaru

Gambar 1.1 Kerangka Pikir Penelitian

1.6 Sistematika Penulisan

TAHAP 1 PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan

sasaran penelitian, batasan penelitian, kerangka pikir penelitian dan

sistematika penulisan.

Pen

ga

ru

h P

erk

em

ba

ng

an

Ko

ta S

ura

karta

terh

ad

ap

Perm

uk

ima

n d

i K

aw

asa

n S

olo

ba

ru

Perkembangan Kota Surakarta

Page 11: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

36

TAHAP 2 LANDASAN PUSTAKA

Berisi tentang pengertian perumahan dan permukiman,

pertambahan penduduk (urbanisasi), teori perkembangan kota,

teori pemekaran kota, teori kebutuhan manusia terhadap hunian,

teori perumahan dan permukiman, teori bermukim, teori interaksi

desa-kota.

TAHAP 3 METODOLOGI PENELITIAN

Berisi mengenai metode yang digunakan dalam penelitian ini. Baik

itu metode dalam pengumpulan data maupun metode dalam

analisis.

TAHAP 4 TINJAUAN OBYEK KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN

SOLOBARU

Berisi sejarah perkembangan Kota Surakarta dan Kawasan

Solobaru (tahun 1975-2005), data luas permukiman di Kota

Surakarta dan Kawasan Solobaru, data jumlah sarana perkotaan

(pendidikan, kesehatan, perdagangan) di Kota Surakarta dan

Kawasan Solobaru, data kependudukan, ekonomi, dan sosial

masyarakat Kota Surakarta dan Kawasan Solobaru.

TAHAP 5 KAJIAN PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA

SURAKARTA TERHADAP PERMUKIMAN DI KAWASAN

SOLOBARU

Berisi diskripsi kecenderungan perkembangan fisik, ekonomi, dan

sosial Kota Surakarta dan Kawasan Solobaru (tahun 1975-2005),

pengaruh perkembangan Kota Surakarta terhadap fisik, ekonomi,

dan sosial permukiman di Kawasan Solobaru, serta analisis jalur

(path analisys) untuk mengetahui besaran pengaruh perkembangan

Kota Surakarta terhadap permukiman di Kawasan Solobaru.

TAHAP 6 PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran.

BAB 2

LANDASAN PUSTAKA

Page 12: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

37

2.1 Pengertian Pengaruh

a. Berdasarkan kamus besar bahasa Indonesia (2002, 849), pengaruh adalah daya yang

ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak,

kepercayaan, atau perbuatan seseorang.

b. Menurut Badudu dan Zain (2004, 1031), pengaruh adalah :

Daya yang menyebabkan sesuatu yang terjadi.

Sesuatu yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain.

Tunduk atau mengikuti karena kuasa atau kekuatan orang lain.

2.2 Perkembangan Kota

2.3.1 Pengertian Perkembangan Kota

Menurut Hendarto, 1997 (dalam Ilyas Ali, 2006), perkembangan kota dapat

diartikan sebagai suatu perubahan menyeluruh, yaitu yang menyangkut segala

perubahan di dalam masyarakat kota secara menyeluruh, baik perubahan sosial

ekonomi, sosial budaya, maupun perubahan fisik.

Pada umumnya terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi perkembangan

kota, yaitu :

Faktor penduduk, yaitu adanya pertambahan penduduk, baik disebabkan karena

pertambahan alami maupum karena migrasi.

Faktor sosial ekonomi, yaitu perkembangan kegiatan usaha masyarakat dan

peningkatan PDRB kota.

Faktor sosial budaya, yaitu adanya perubahan pola kehidupan dan tata cara

masyarakat akibat pengaruh luar, komunikasi, dan sistem informasi.

Pendapat berbeda mengenai faktor yang mempengaruhi perkembangan kota

dikemukakan oleh Melville C. Branch (1996:37). Menurutnya, ada beberapa faktor yang

mempengaruhi perkembangan kota, yaitu keadaan geografis, tapak (site), dan fungsi

kota.

Page 13: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

38

2.3.2 Struktur Perkembangan Kota

Struktur perkembangan kota dalam Yunus, 2000 dikemukakan oleh beberapa

pakar yang menghasilkan beberapa teori struktur perkembangan kota, antara lain

sebagai berikut :

a. Teori Konsentrik

Teori konsentrik yang diciptakan oleh E.W. Burgess ini didasarkan pada

pengamatanya di Chicago pada tahun 1925, E.W. Burgess menyatakan bahwa

perkembangan suatu kota akan mengikuti pola lingkaran konsentrik, dimana suatu

kota akan terdiri dari zona-zona yang konsentris dan masing-masing zona ini

sekaligus mencerminkan tipe penggunaan lahan yang berbeda.

Gambar 2.1 Teori Konsentris (E.W. Burgess)

Keterangan :

Daerah pusat bisnis atau The Central Bussiness District (CBD)

Zona ini terdiri dari 2 bagian, yaitu: (1) Bagian paling inti disebut RBD (Retail

Business District). Merupakan daerah paling dekat dengan pusat kota. Di daerah

ini terdapat toko, hotel, restoran, gedung, bioskop dan sebagainya. Bagian di

luarnya disebut sebagai WBD (Wholesale Business District) yang ditempati oleh

bangunan yang diperuntukkan kegiatan ekonomi dalam jumlah yang lebih besar

antara lain seperti pasar, pergudangan dan gedung penyimpan barang supaya

tahan lebih lama.

Daerah Transisi atau The Zone of Transition

Adalah daerah yang mengitari pusat bisnis dan merupakan daerah yang

mengalami penurunan kualitas lingkungan pemukiman yang terus menerus.

Daerah ini banyak dihuni oleh lapisan bawah atau mereka yang berpenghasilan

rendah.

Page 14: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

39

Daerah pemukiman para pekerja atau The Zone of Workkingmen’s homes

Zona ini banyak ditempati oleh perumahan pekerja-pekerja pabrik, industri.

Kondisi pemukimanya sedikit lebih baik dibandingkan dengan daerah transisi.

Para pekerja disini berpenghasilan lumayan sehingga memungkinkan untuk

hidup sedikit lebih baik.

Daerah tempat tinggal golongan kelas menengah atau The Zone of Middle Class

Develiers

Daerah ini dihuni oleh kelas menengah yang terdiri dari orang-orang yang

profesional, pemilik usaha/bisnis kecil-kecilan, manajer, para pegawai dan lain

sebagainya. Fasilitas pemukiman terencana dengan baik sehingga kenyamanan

tempat tinggal dapat dirasakan pada zona ini.

Daerah para penglaju atau The Commuters Zone

Merupakan daerah terluar dari suatu kota, di daerah ini bermunculan

permukiman baru yang berkualitas tinggi. Daerah ini pada siang hari bisa

dikatakan kosong, karena orang-orangnya kebanyakan bekerja.

Ciri khas utama teori ini adalah adanya kecenderungan, dalam perkembangan

tiap daerah dalam cenderung memperluas dan masuk daerah berikutnya (sebelah

luarnya). Prosesnya mengikuti sebuah urutan-urutan yang dikenal sebagai rangkaian

invasi (invasion succesion). Cepatnya proses ini tergantung pada laju pertumbuhan

ekonomi kota dan perkembangan penduduk. Sedangkan di pihak lain, jika jumlah

penduduk sebuah kota besar cenderung menurun, maka daerah disebelah luar

cenderung tetap sama sedangkan daerah transisi menyusut kedalam daerah pusat

bisnis. Penyusutan daerah pusat bisnis ini akan menciptakan daerah kumuh

komersial dan perkampungan. Sedangkan interprestasi ekonomi dari teori

konsentrik menekankan bahwa semakin dekat dengan pusat kota semakin mahal

harga tanah.

b. Teori Sektor

Page 15: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

40

Teori ini dikemukakan oleh Humer Hyot (1939), menyatakan bahwa

perkembangan kota terjadi mengarah melalui jalur-jalur sektor tertentu. Sebagian

besar daerah kota terletak beberapa jalur-jalur sektor dengan taraf sewa tinggi,

sebagian lainnya jalur-jalur dengan tarif sewa rendah yang terletak dari dekat pusat

kearah pinggiran kota. Dalam perkembangannya daerah-daerah dengan taraf sewa

tinggi bergerak keluar sepanjang sektor atau dua sektor tertentu. Menurut Humer

Hyot kecenderungan penduduk untuk bertempat tinggal adalah pada daerah-daerah

yang dianggap nyaman dalam arti luas. Nyaman dapat diartikan dengan kemudahan-

kemudahan terhadap fasilitas, kondisi lingkungan baik alami maupun non alami

yang bersih dari polusi baik fiskal maupun nonfiskal, prestise yang tinggi dan lain

sebagainya.

Gambar 2.2 Teori Sektor (Humer Hyot)

Keterangan :

Daerah Pusat Bisnis

Zona ini terdiri dari 2 bagian, yaitu: (1) Bagian paling inti disebut RBD (Retail

Business District). Merupakan daerah paling dekat dengan pusat kota. Di daerah

ini terdapat toko, hotel, restoran, gedung, bioskop dan sebagainya. Bagian di

luarnya disebut sebagai WBD (Wholesale Business District) yang ditempati oleh

bangunan yang diperuntukkan kegiatan ekonomi dalam jumlah yang lebih besar

antara lain seperti pasar, pergudangan dan gedung penyimpan barang supaya

tahan lebih lama.

Daerah Industri ringan dan perdagangan

Terdiri dari kegiatan pabrik ringan, terletak diujung kota dan jauh dari kota

menjari ke arah luar. Persebaran zona ini dipengaruhi oleh peranan jalur

Page 16: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

41

transportasi dan komunikasi yang berfungsi menghubungkan zona ini dengan

pusat bisnis.

Daerah pemukiman kelas rendah

Dihuni oleh penduduk yang mempunyai kemampuan ekonomi lemah.

Sebagian zona ini membentuk persebaran yang memanjang di mana biasanya

sangat dipengaruhi oleh adanya rute transportasi dan komunikasi. Walaupun

begitu faktor penentu langsung terhadap persebaran pada zona ini bukanlah

jalur transportasi dan komunikasi melainkan keberadaan pabrik-pabrik dan

industri-industri yang memberikan harapan banyaknya lapangan pekerjaan.

Daerah pemukiman kelas menengah

Kemapanan ekonomi penghuni yang berasal dari zona 3 memungkinkannya

tidak perlu lagi bertempat tinggal dekat dengan tempat kerja. Golongan ini

dalam taraf kondisi kemampuan ekonomi yang menanjak dan semakin baik.

Daerah pemukiman kelas tinggi

Daerah ini dihuni penduduk dengan penghasilan yang tinggi. Kelompok ini

disebut sebagai “status seekers”, yaitu orang-orang yang sangat kuat status

ekonominya dan berusaha mencari pengakuan orang lain dalam hal ketinggian

status sosialnya.

c. Teori Pusat Kegiatan Banyak

Dikemukakan oleh Harris dan Ulman, menurut pendapatnya kota-kota besar

tumbuh sebagai suatu produk perkembangan dan integrasi terus-menerus dari

pusat-pusat kegiatan yang terpisah satu sama lain dalam suatu sistem perkotaan

dan proses pertumbuhannya ditandai oleh gejala spesialisasi dan diferensiasi ruang

(Yunus, 2000:45).

Page 17: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

42

Gambar 2.3 Teori pusat kegiatan banyak (Harris-Ulman)

Keterangan:

Daerah Pusat Bisnis

Zona ini terdiri dari 2 bagian, yaitu: (1) Bagian paling inti disebut RBD (Retail

Business District). Merupakan daerah paling dekat dengan pusat kota. Di daerah

ini terdapat toko, hotel, restoran, gedung, bioskop dan sebagainya. Bagian di

luarnya disebut sebagai WBD (Wholesale Business District) yang ditempati oleh

bangunan yang diperuntukkan kegiatan ekonomi dalam jumlah yang lebih besar

antara lain seperti pasar, pergudangan dan gedung penyimpan barang supaya

tahan lebih lama.

Daerah Industri ringan dan perdagangan

Persebaran pada zona ini banyak mengelompok sepanjang jalur kereta api

dan dekat dengan daerah pusat bisnis.

Daerah pemukiman kelas rendah

Zona ini mencerminkan daerah yang kurang baik untuk pemukiman

sehingga penghuninya umumnya dari golongan rendah.

Daerah pemukiman kelas menengah

Zona ini tergolong lebih baik dari zona 3, dikarenakan penduduk yang tinggal

di sini mempunyai penghasilan yang lebih baik dari penduduk pada zona 3.

Daerah pemukiman kelas tinggi

Zona ini mempunyai kondisi paling baik untuk permukiman dalam artian

fisik maupun penyediaan fasilitas. Lokasinya relatif jauh dari pusat bisnis, namun

untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya di dekatnya dibangun daerah bisnis

baru yang fungsinya sama seperti daerah pusat bisnis.

Daerah industri berat

Merupakan daerah pabrik-pabrik besar yang banyak mengalami berbagai

permasalahan lingkungan seperti pencemaran, kebisingan, kesemrawutan lalu

lintas dan sebagainya. Namun zona ini juga banyak menjanjikan berbagai

Page 18: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

43

lapangan pekerjaan. Penduduk berpenghasilan rendah bertempat tinggal dekat

zona ini.

Daerah bisnis

Zona ini muncul seiring munculnya daerah pemukiman kelas tinggi yang

lokasinya jauh dari daerah pusat bisnis, sehingga untuk memenuhi kebutuhan

penduduk pada daerah ini maka diciptakan zona ini.

Daerah tempat tinggal pinggiran

Penduduk disini sebagian besar bekerja di pusat-pusat kota dan daerah ini

hanya khusus digunakan untuk tempat tinggal.

Daerah industri di daerah pinggiran

Unsur transportasi menjadi prasyarat hidupnya zona ini. Pada

perkembangan selanjutnya dapat menciptakan pola-pola persebaran

keruangannya sendiri dengan proses serupa.

2.3 Urbanisasi

Pengertian urbanisasi dijelaskan dengan mengutip pendapat Nas yakni adanya

sejumlah pengertian yang bisa ditarik dari pengertian urbanisasi, yaitu perubahan

daerah pedesaan ke arah sifat kehidupan kota, pertumbuhan suatu pemukiman menjadi

kota, perpindahan penduduk ke kota yang terlihat pada berbagai bentuk mobilitas

penduduk, serta kenaikan proporsi penduduk yang tinggal di kota. Menurut Charles

Whynne-Hammond (dalam Daldjoeni, 1987), salah satu faktor terjadinya urbanisasi

adalah adanya industrialisasi.

Gejala dan proses ekologi yang berkaitan dengan gejala dan proses urbanisasi

antara lain konsentrasi, agregasi, sentralisasi, desentralisasi, segregasi, invasi, dan

suksesi. Urbanisasi sebagai suatu proses sosial, bisa terjadi karena banyak faktor, yang

antara lain : (1) adanya masalah pengangguran di pedesaan, dan adanya persepsi bahwa

perkotaan banyak menyediakan kesempatan kerja; (2) adanya peningkatan,

keberhasilan, dan pemerataan program pendidikan di seluruh daerah dan lapisan

masyarakat, yang kemudian menuntut lapangan kerja yang sesuai dengan jenjang

Page 19: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

44

pendidikan yang telah dicapai oleh setiap warga masyarakat yang bersangkutan; (3)

adanya persepsi yang sampai saat ini berlaku, bahwa kota adalah pusat modernisasi dan

merupakan segala-galanya untuk kemajuan orang perorangan atau kelompok orang; (4)

terjadinya proses cepat dalam pergeseran nilai-nilai sosio-budaya di kalangan

masyarakat pedesaan sebagai akibat arus informasi yang semakin menjagat; (5) semakin

baik dan lancarnya sistem transportasi yang menjalin wilayah-wilayah perkotaan dengan

wilayah-wilayah hinterlandnya; (6) urbanisasi adalah salah satu indikasi kemajuan

ekonomi dari suatu kawasan tertentu.

2.4 Urban Fringe

Daerah pinggiran kota (urban fringe) sebagai suatu wilayah peluberan kegiatan

perkembangan kota telah menjadi perhatian banyak ahli di berbagai bidang ilmu seperti

geografi, sosial, dan perkotaan sejak tahun 1930an saat pertama kali istilah urban fringe

dikemukakan dalam literatur. Besarnya perhatian tersebut terutama tertuju pada

berbagai permasalahan yang diakibatkan oleh proses ekspansi kota ke wilayah pinggiran

yang berakibat pada perubahan fisikal misal perubahan tata guna lahan, demografi,

keseimbangan ekologis serta kondisi sosial ekonomi (Subroto, dkk, 1997). Pokok

persoalan yang terdapat di daerah urban fringe pada dasarnya dipicu oleh proses

transformasi spasial dan sosial akibat perkembangan daerah urban yang sangat intensif.

Dari kecenderungan di atas maka salah satu arah perkembangan kota yang perlu

dicermati adalah perkembangan spasial yang berdampak pada perkembangan sosial

ekonomi penduduk pinggiran kota.

Menurut Howard pada akhir abad ke 19 (dalam Daldjoeni, 1987), diantara

daerah perkotaan, daerah perdesaan, dan daerah pinggiran kota, ternyata daerah

pinggiran kota memberikan peluang paling besar untuk usaha-usaha produktif maupun

peluang paling menyenangkan untuk bertempat tinggal. Manusia sebagai penghuni

daerah pinggiran kota selalu mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya. Adaptasi

dan aktivitas ini mencerminkan dan juga mengakibatkan adanya perubahan sosial,

ekonomi, kultural, dan lain-lain (Daldjoeni, 1987).

Salah satu tanda terjadinya pemekaran kota di daerah pinggiran kota adalah

adanya gejala filtering up yaitu pergantian pemukim-pemukim lama dengan pemukim-

pemukim baru yang kondisi ekonominya lebih baik (Yunus, 1987). Dengan kondisi

Page 20: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

45

ekonomi yang lebih baik ini para pemukim di daerah pinggiran kota cenderung

mempunyai tingkat pendidikan yang lebih baik pula.

Salah suatu teori yang menjelaskan gejala perkembangan kota yaitu teori

kekuatan dinamis yang dikemukakan oleh Colby pada tahun 1959. Salah satu hal yang

mendasari teori ini adalah karena adanya persepsi terhadap lingkungan dari penduduk

yang berbeda-beda maka timbulah kekuatan-kekuatan yang menyebabkan pergerakan

penduduk yang mengakibatkan terjadinya perubahan penggunaan lahan di luar kota

atau daerah pinggiran kota. Kekuatan dari teori kekuatan dinamis adalah kekuatan

sentripetal yaitu kekuatan yang menyebabkan berpindahnya penduduk dan fungsi-

fungsi kekotaan dari bagian dalam ke arah luar dari pada suatu kota. Dan kekuatan

sentrifugal yaitu kekuatan yang mengakibatkan pengaruh perubahan bentuk tata guna

lahan suatu kota yang realisasinya berwujud sebagai gerakan penduduk yang berasal

dari dalam kota menuju luar kota.

2.5 Urban Sprawl

Urban sprawl atau pemekaran kota adalah perluasan wilayah kota akibat

terjadinya perkembangan dan pertumbuhan kota. Arah pemekaran kota berbeda-beda

bergantung pada kondisi kota dan kondisi wilayah sekitarnya. Kondisi alam seperti

perbukitan dan lautan dapat menghentikan laju pemekaran kota. Daerah-daerah yang

menjadi penghambat pemekaran kota tersebut dianggap sebagai daerah lemah.

Sementara itu, daerah-daerah yang memiliki potensi ekonomi yang baik dapat menjadi

daerah yang memiliki daya tarik yang kuat untuk pemekaran kota.

Suatu kota mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Perkembangan ini

menyangkut aspek politik, sosial, budaya, teknologi, ekonomi dan fisik. Khususnya

mengenai aspek yang berkaitan langsung dengan penggunaan lahan perkotaan maupun

penggunaan lahan pedesaan adalah perkembangan fisik, khususnya perubahan arealnya

yang disebut pendekatan morfologi kota atau “Urban Morphological Approach” (Yunus,

2000).

Menurut Yunus (dalam Megapolitan, 2006), perkembangan spasial dan

penduduk suatu kota akan membawa pengaruh terhadap kondisi sosial, ekonomi,

Page 21: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

46

cultural dan lingkungan dimana kota tersebut berkembangan. Proses perembetan

kenampakan fisik kekotaan ke arah luar disebut ”urban sprawl”. Adapun macam “urban

sprawl” (dalam Yunus, 2000) adalah sebagai berikut :

a. Tipe 1 : Perembetan konsentris (Concentric Development / Low Density

continous development)

Gambar 2.4 Perembetan konsentris

Tipe perembetan konsentris dikemukakan pertama kali oleh Harvey Clark (1971)

yang menyebut tipe ini sebagai “lowdensity, continous development” dan Wallace

(1980) menyebut “concentric development”. Tipe perembetan paling lambat,

berjalan perlahan-lahan terbatas pada semua bagian-bagian luar kenampakkan fisik

kota yang sudah ada sehingga akan membentuk suatu kenampakan morfologi kota

yang kompak. Peran transportasi terhadap perembetannya tidak begitu besar.

b. Tipe 2: Perembetan memanjang (ribbon development/lineair

development/axial development)

Gambar 2.5 Perembetan Linear

Tipe ini menunjukkan ketidakmerataan perembetan areal perkotaan di semua

bagian sisi luar dari pada daerah kota utama. Perembetan paling cepat terlihat di

sepanjang jalur transportasi yang ada, khususnya yang bersifat menjari (radial) dari

Page 22: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

47

pusat kota. Daerah di sepanjang rute transportasi merupakan tekanan paling berat

dari perkembangan (Yunus, 2000).

Tipe ini perembetannya tidak merata pada semua bagian sisi luar dari pada

daerah kota utama. Perembetan bersifat menjari dari pusat kota disepanjang jalur

transportasi.

c. Tipe 3: Perembetan yang meloncat (leap frog development/checkkerboard

development)

Gambar 2.6 Perembetan Meloncat

Perembetan yang terjadi pada tipe ini dianggap paling merugikan oleh

kebanyakan pakar lingkungan, tidak efisien dan tidak menarik. Perkembangan lahan

kekotaannya terjadi berpencaran secara sporadis dan tumbuh di tengah-tengah

lahan pertanian, sehingga cepat menimbulkan dampak negatif terhadap kegiatan

pertanian pada wilayah yang luas sehingga penurunan produktifitas pertanian akan

lebih cepat terjadi.

Menurut Northam (dalam Yunus, 2000), mengacu pada hubungan antara

eksistensi batas fisik kota dengan batas administrasi kota, terlihat ada 3 macam

kemungkinan hubungan, yakni :

Sebagian batas fisik kekotaan berada jauh di luar batas administrasi kota.

Kondisi kota yang mengalami situasi seperti ini disebut sebagai “under

bounded city.

Sebagian batas fisik kekotaan berada jauh di dalam batas administrasi

kota. Kondisi kota yang mengalami situasi seperti ini disebut sebagai

“over bounded city.

Page 23: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

48

Batas fisik kota konsiden dengan batas administrasi kota. Kondisi kota

yang mengalami situasi seperti ini disebut sebagai “true bounded city.

2.6 Perumahan dan Permukiman

Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan fisiologis yang saling

melengkapi dengan kebutuhan keamanan dan keselamatan. Berikut adalah pengertian

dari perumahan dan permukiman.

2.7.1 Pengertian Perumahan

Perumahan menurut UU No. 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau

lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.

Menurut Soedjajadi Keman dalam bukunya yang berjudul Kesehatan

Perumahan, perumahan didefinisikan sebagai kelompok rumah yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan

yaitu kelengkapan dasar fisik lingkungan misalnya penyediaan air minum, pembuangan

sampah, listrik, telepon, jalan, yang memungkinkan lingkungan pemukiman berfungsi

sebagaimana mestinya dan sarana lingkungan yaitu fasilitas penunjang yang berfungsi

untuk penyelenggaraan serta pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya,

seperti fasilitas taman bermain, olah raga, pendidikan, pertokoan, sarana perhubungan,

keamanan,serta fasilitas umum lainnya.

2.7.2 Pengertian Permukiman

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik

yang berupa kawasan perkotaan, maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan

tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung

perikehidupan dan penghidupan (UU No 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan

Permukiman).

Permukiman merupakan wadah kehidupan manusia, bukan hanya menyangkut

aspek fisik dan teknis saja, tetapi juga aspek sosial, ekonomi, dan budaya dari para

penghuninya (Bintarto, 1983). Masyarakat dengan berbagai perbedaan sikap dan

Page 24: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

49

idaman, berhubungan secara timbal balik dengan lingkungan fisik tempat tinggalnya.

Karena tempat bermukim adalah gejala budaya yang wujud dan keteraturannya sangat

dipengaruhi oleh lingkungan budaya pemukimnya (Rapoport, 1987). Menurut Doxiadis

(1968), permukiman mempunyai lima elemen yaitu alam yang dibangun, manusia yang

membentuk dan mendiami alam, kehidupan sosial kemasyarakatan yang berupa

hubungan antar manusia, wadah yang melindungi, dan jaringan yang memberi

kemudahan bagi manusia untuk menyelenggarakan fungsi dan kegiatannya.

Permukiman terbentuk dari beberapa komponen (dalam buku Perencanaan dan

Pengembangan Perumahan, 2006) yaitu :

a. Alam

Geologi

Geologi merupakan kondisi batuan dimana permukiman tersebut

berada. Sifat dan karakter geologi suatu permukiman (wilayah) akan

berbeda dengan permukiman yang lain. Perbedaan tersebut antara lain

disebabkan oleh adanya kondisi dan letak geografis yang berbeda.

Misalnya wilayah pegunungan dengan daerah di tepi pantai akan

mempunyai kondisi geologi yang berbeda.

Topografi

Topografi merupakan kemiringan suatu wilayah yang juga ditentukan

oleh letak dan kondisi geografis suatu wilayah. Kemiringan permukaan

suatu wilayah permukiman dengan wilayah permukiman yang lain pasti

berbeda. Sebagai contoh, topografi suatu lereng pegunungan akan miring

relatif terjal, akan tetapi pada daerah selain pegunungan maka

topografinya cendeung datar.

Tanah

Tanah merupakan media untuk meletakkan bangunan (rumah) dan

menanam tanaman yang dapat digunakan untuk menopang kehidupan,

yaitu untuk mencukupi kebutuhan pangan. Tanah sebenarnya juga

mempunyai ciri dan karakter yang berbeda. Oleh karena itu untuk

melakukan pembangunan perumahan harus dipikirkan juga faktor

keseimbangan lingkungan. Misalnya, pendirian perumahan tersebut harus

Page 25: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

50

sesuai dengan peruntukannya, kemudian pembagian peruntukannya juga

harus disesuaikan dengan peraturan kelembagaan yang berlaku (misalnya

perbandingan daerah terbangun dan wilayah terbuka sebesar 40%

dibanding 60% dan sebagainya, agar kelestarian lingkungan tetap terjaga

sepanjang masa.

Air

Air merupakan sumber kehidupan yang pokok dan vital sepanjang

kehidupan masih berlangsung, baik untuk manusia maupun makhluk hidup

yang lain. Oleh karenanya dalam perencanaan pembangunan permukiman

perlu dipertimbangkan dengan masak, baik penataan maupun persentase

peruntukan lahannya, agar kondisi air tanah tetap terjaga

keseimbangannya.

Tumbuh-tumbuhan

Tumbuh-tumbuhan merupakan salah satu elemen yang dapat dijadikan

sebagai bahan makanan guna mempertahankan dan meningkatkan kualitas

kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Hewan

Hewan merupakan jenis makhluk hidup lain yang keberadaannya dapat

mendukung dan menguntungkan kehidupan manusia. Dengan adanya

hewan tersebut manusia bisa tercukupi kebutuhannya (sebagai alat bantu).

Hewan juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan dalam kehidupan

sehari-hari.

Iklim

Iklim merupakan kondisi alami pada suatu wilayah permukiman,

dimana antara satu permukiman yang satu dengan yang lain mempunyai

kondisi yang berbeda, tergantung letak dan posisi geografis wilayah

tersebut.

b. Manusia

Di dalam suatu wilayah permukiman, manusia merupakan pelaku utama

kehidupan, di samping makhluk hidup lain seperti hewan, tumbuhan, dan

lainnya. Sebagai makhluk yang paling sempurna, dalam kehidupannya

Page 26: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

51

manusia membutuhkan berbagai hal yang dapat menunjang kelangsungan

hidupnya, baik itu kebutuhan biologis (ruang, udara, temperatur, dan lain-

lain), perasaan dan persepsi kebutuhan emosional, serta kebutuhan akan nilai-

nilai moral.

c. Masyarakat

Masyarakat merupakan kesatuan sekelompok orang (keluarga) dalam

suatu permukiman yang membentuk suatu komunitas tertentu. Hal-hal yang

berkaitan dengan permasalahan yang terjadi di dalam masyarakat yang

mendiami suatu wilayah permukiman adalah sebagai berikut :

Kepadatan dan komposisi penduduk.

Kelompok sosial.

Adat dan kebudayaan.

Pengembangan ekonomi.

Pendidikan.

Kesehatan.

Hukum dan administrasi

d. Bangunan / Rumah

Bangunan (rumah) merupakan wadah bagi manusia (keluarga). Oleh

karena itu dalam perencanaan dan pengembangannya perlu mendapatkan

perhatian khusus agar sesuai dengan rencana kegiatan yang berlangsung di

tempat tersebut. Pada prinsipnya bangunan yang dapat digunakan sepanjang

operasional kehidupan manusia bisa dikategorikan sesuai dengan fungsi

masing-masing, yaitu :

Rumah pelayanan masyarakat (misalnya sekolah, rumah sakit, dan lain-

lain).

Fasilitas rekreasi (fasilitas hiburan).

Pusat perbelanjaan (perdagangan) dan pemerintahan.

Industri.

Pusat transportasi.

e. Networks

Page 27: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

52

Networks merupakan sistem buatan maupun alam yang menyediakan

fasilitas untuk operasional suatu wilayah permukiman. Untuk sistem buatan,

tingkat pemenuhannya bersifat relatif, dimana antara wilayah permukiman

yang satu dengan yang lain tidak harus sama. Sebagai contoh, untuk daerah

pegunungan akan berbeda dengan daerah perkotaan dalam hal pemenuhan air

bersih. Di daerah pegunungan air bersih dapat dengan mudah diperoleh

sehingga tidak membutuhkan jaringan air bersih. Di wilayah perkotaan,

jaringan air bersih mutlak diperlukan karena air dari sumur biasanya sudah

tercemar dengan limbah, baik industri maupun rumah tangga. Sistem buatan

yang keberadaannya diperlukan di dalam suatu wilayah, antara lain adalah :

Sistem jaringan air bersih.

Sistem jaringan listrik.

Sistem transportasi.

Sistem komunikasi.

Drainase dan air kotor.

Tata letak fisik.

Menurut Friedmann (dalam Yunus, 2006), perkembangan permukiman kekotaan

disebabkan oleh dua proses yang terkait satu sama lain, yakni proses sosial ekonomi dan

proses spasial. Proses sosial ekonomi mendahului proses spasial namun adakalanya

proses spasial mendahului proses sosial ekonomi.

2.7 Kebutuhan Manusia Terhadap Hunian

Teori kebutuhan manusia terhadap hunian yang dikembangkan oleh Abraham H.

Maslow (1970) mempunyai 5 hierarki kebutuhan manusia terhadap hunian. Tingkatan

kebutuhan manusia terhadap hunian tersebut dapat dikategorisasikan sebagai berikut :

Page 28: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

53

Gambar 2.7 Hierarki Kebutuhan Manusia Terhadap Hunian (Maslow, 1970)

a. Survival Needs

Tingkat kebutuhan yang paling dasar ini merupakan kebutuhan yang harus

dipenuhi pertama kali. Pada tingkatan ini hunian merupakan sarana untuk

menunjang keselamatan hidup manusia. Kebutuhan untuk dapat selamat

berarti manusia menghuni bangunan rumah agar dapat selamat dan tetap

hidup, terlindung dari gangguan iklim maupun makhluk hidup yang lain.

b. Safety and Security Needs

Kebutuhan terhadap keselamatan dan keamanan yang ada pada tingkat

berikutnya ini terkait dengan keselamatan dari kecelakaan, keutuhan anggota

badan serta hak milik. Pada tingkatan ini hunian merupakan sarana

perlindungan untuk keselamatan anggota badan dan hak milik tersebut.

c. Affiliation Needs

Pada tingkatan ini hunian merupakan sarana agar dapat diakui sebagai

anggota dalam golongan tertentu. Hunian di sini berperan sebagai identitas

seseorang untuk diakui dalam golongan masyarakat.

Cognitive and Aesthetic Needs

Esteem Needs

Survival Needs

Safety and Security

Needs

Affiliation Needs

Page 29: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

54

d. Esteem Needs

Kebutuhan berikutnya terkait dengan aspek psikologis. Manusia butuh

dihargai dan diakui eksistensinya. Terkait dengan hal ini hunian merupakan

sarana untuk mendapatkan pengakuan atas jati dirinya dari masyarakat dan

lingkungan sekitarnya. Pada tingkatan ini, rumah sudah bukan tergolong

kebutuhan primer lagi, tetapi sudah meningkat kepada kebutuhan yang lebih

tinggi yang harus dipenuhi setelah kebutuhan pokok terpenuhi. Rumah yang

mewah, bagus, dapat memberikan kebanggaan dan kepuasan kepada pemilik

rumah tersebut.

e. Cognitive and Aesthetic Needs

Tingkatan yang paling tinggi dari kebutuhan manusia ini terkait dengan

aspek psikologos, seperti halnya esteem needs. Hanya saja pada level ini

hunian tidak saja merupakan sarana peningkatan kebanggaan dan harga diri,

tetapi juga agar dapat dinikmati keindahannya. Pada tingkatan ini, produk

hunian tidak hanya sekedar untuk digunakan tetapi juga dapat memberi

dampak kenikmatan (misalnya dinikmati secara visual) pada lingkungan

sekitarnya.

2.8 Kecenderungan Pemilihan Lokasi Bermukim

Dalam pemilihan lokasi bermukim manusia tentunya menginginkan lokasi yang

lengkap akan sarana dan prasarana untuk menunjang berbagai kemudahan, seperti

kemudahan aksesibilitas menuju lokasi kerja, sarana pendidikan, sarana kesehatan serta

ketersediaan fasilitas dasar seperti jaringan listrik, air bersih, telepon, drainase, sanitasi

dan persampahan. Pertimbangan pemilihan lokasi bermukim tentu dipengaruhi oleh

keadaan ekonomi masing-masing orang yang kemudian berpengaruh pada jarak antara

lokasi pilihan dengan pusat kota. Berikut ini pendapat beberapa pakar dalam

kecenderungan pemilihan lokasi bermukim (dalam Yunus, 2000) :

Page 30: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

55

2.9.1 Menurut E. W Burgess

Menurut teori burges yang menggambarkan bahwa kota adalah sebuah radial

dengan lapisan didalamnya dimana tiap lapisan menunjukkan fungsi-fungsi lahan.

Menurut teori konsentris Burges dapat digambarkan :

PDK (Pusat Daerah Kegiatan)

Daerah Transisi

Permukiman MBR

Permukiman MBM

Permukiman MBT

Gambar 2.8 Konsep Bermukim Menurut Burgess

Secara ideal antara selaput lapisan mempunyai batasan yang jelas namun

pembentukan tidak selalu radial dapat berupa elips atau bentuk lain dan tetap

mempunyai inti tunggal. Permukiman pinggiran disini terletak pada lapisan ke 4 dan 5

dari dalam. Dengan ditunjukkan bahwa masyarakat disana adalah yang berpenghasilan

menengah ke atas.

2.9.1 Menurut Turner

Konsep bermukim di daerah pinggiran menurut Turner dapat dijelaskan sebagai

berikut :

Prioritas

S

K

J

Page 31: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

56

I II III

Gambar 2.9 Konsep Bermukim Menurut Turner

I : golongan ekonomi lemah (squatting)

II : golongan ekonomi lemah

III : golongan ekonomi menengah dan tinggi

J : jarak dari pusat kota

S : status tanah

K : kenyamanan

Dari konsep Turner diatas golongan ekonomi menengah keatas cenderung

memilih lokasi bermukim yang semakin jauh dari pusat kota karena menginginkan

kenyamanan dari lingkungan perumahan yang ditempati. Tidak terlalu memikirkan

besarnya biaya transportasi yang tinggi apabila lokasi tersebut jauh dari pusat kota.

2.9 Interaksi Desa Kota (rural-urban lingkage)

Interaksi desa-kota adalah proses hubungan yang bersifat timbal balik antar

unsur-unsur yang ada di kota dan di desa dan mempunyai pengaruh terhadap perilaku

dari pihak-pihak yang bersangkutan melalui kontak langsung, berita yang didengar atau

surat kabar sehingga melahirkan sebuah gejala baru, baik berupa fisik maupun non fisik.

Wujud interaksi desa-kota antara lain adalah adanya pergerakan barang dari

desa ke kota atau sebaliknya seperti pemindahan hasi pertanian, produk industri dan

barang tambang, pergerakan gagasan dan informasi terutama dari kota ke desa,

pergerakan manusia dalam bentuk rekreasi, urbanisasi, mobilitas penduduk baik yang

sifatnya sirkulasi maupun komutasi.

Interaksi antara desa-kota melahirkan suatu perkembangan baru bagi desa

maupun bagi kota. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan potensi yang dimiliki desa

maupun kota, dan adanya persamaan kepentingan. Menurut Edward Ulman ada 3 faktor

penyebab interaksi antar wilayah, yaitu :

a. Region Complementary (wilayah yang saling melengkapi).

Page 32: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

57

Wilayah yang memiliki potensi sumber daya yang berbeda-beda baik secara

kualitas maupun kuantitasnya. Perbedaan sumber daya kota dan desa menyebabkan

timbulnya interaksi. Jadi ada kebutuhan saling melengkapi atau komplementaritas.

Ini didorong oleh permintaan dan penawaran. Perancis berdagang anggur dengan

Belanda karena Belanda merupakan konsumennya. Relasi komplementaritas hanya

terjadi jika tawaran bermanfaat bagi pihak yang minta. Manfaatnya ditentukan oleh

banyak hal seperti : budaya, pengetahuan, teknik, kondisi kehidupan dan

sebagainya. Semakin besar komplementaritas, semakin besar arus komoditas.

Manfaat Interaksi Desa-Kota bagi Perkotaan :

Terpenuhinya sumber daya alam sebagai bahan mentah/bahan baku industri.

Terpenuhinya kebutuhan pokok yang dihasilkan pedesaan.

Terpenuhinya kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan bagi perkotaan.

Tersedianya tempat pemasaran hasil industri.

Manfaat Interaksi Desa-Kota bagi Pedesaan :

Terpenuhinya barang-barang yang tidak ada di desa

Masuknya pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari kota ke

pedesaan.

Membuka lapangan kerja baru di sektor pertanian.

b. Intervening Opportunity (kesempatan untuk berintervensi)

Adalah adanya kesempatan untuk timbulnya interaksi antarwilayah dan dapat

memenuhi kebutuhan sumber daya wilayah tersebut. Jadi, semakin besar

intervening opportunity, semakin kecil arus komoditas.

c. Spatial Transfer Ability (kemudahan pemindahan dalam ruang)

Adalah kemudahan pemindahan dalam ruang baik berupa barang, jasa, manusia

maupun informasi. Proses pemindahan dari kota ke desa atau sebaliknya

dipengaruhi antara lain :

Jarak mutlak maupun jarak relatif antarwilayah

Biaya transportasi dari satu tempat ke tempat yang lain

Kelancaran transportasi antarwilayah

Page 33: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

58

Jadi, semakin mudah transfer abilitas, semakin besar arus komoditas.

Kedudukan desa dalam interaksi adalah, desa berfungsi sebagai hinterland atau

daerah dukung yang berfungsi sebagai suatu daerah pemberi bahan makanan pokok

seperti padi, jagung, ketela disamping bahan makanan lain seperti kacang, kedelai,

buah-buahan dan bahan makanan lain yang berasal dari hewan. Dari sudut ekonomi,

sebagai lumbung bahan mentah, pensupplai tenaga kerja. Dari segi kegiatan kerja

(occupation) desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur, desa industri, desa

nelayan dan sebagainya.

Dampak adanya interaksi desa-kota dapat menimbulkan pengaruh positif

maupun pengaruh negatif terhadap desa dan kota termasuk penghuninya.

a. Dampak positif interaksi desa-kota :

Tingkat pengetahuan penduduk desa bertambah karena lebih banyak sekolah di

pedesaan. Demikian pengetahuan tentang pemilihan bibit unggul, pemeliharaan

keawetan atau kelestarian kesuburan tanah menjadi lebih diperhatikan.

Pengetahuan mengenai usaha-usaha lain di bidang yang nonagraris menjadi

lebih terbuka.

Mengurangi ketertinggalan dan ketimpangan. Terbukanya wilayah desa karena

transportasi yang baik sehingga hubungan sosial-ekonomi warga desa dan kota

semakin baik.

Masuknya para ahli di berbagai bidang disiplin ilmu pengetahuan banyak

bermanfaat bagi desa dalam melestarikan lingkungan pedesaan khususnya

pencegahan erosi dan pencarian sumber air bersih dan di bidang pengairan.

Teknologi masuk desa menyebabkan deversifikasi produk, misalnya teknologi

tepat guna di bidang pertanian dan peternakan meningkatkan produksi desa,

sehingga penghasilan penduduk desa dapat bertambah.

Campur tangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah telah meningkatkan

kualitas dan kuantitas di bidang wiraswasta seperti kerajinan tangan, industri

rumah tangga, peternak unggas dan sapi.

Pengetahuan tentang masalah kependudukan lebih merata di pedesaan. Ini

penting karena desa dikenal dengan keluarga yang besar dan ini harus di cegah.

Page 34: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

59

Pengetahuan dan kesadaran mempunyai keluarga kecil telah mulai diresapi di

banyak daerah pedesaan.

Berkembangnya koperasi dan organisasi sosial di pedesaan telah menunjukkan

bukti juga adanya pengaruh positif di daerah pedesaan.

b. Dampak negatif :

Penetrasi kebudayaan kota ke desa yang tidak sesuai dengan kebudayaan atau

tradisi desa mengganggu tata pergaulan atau seni budaya desa. Misalnya

pengaruh dari “fashion-show”, atau berbagai kontes kecantikan telah ditiru oleh

para wanita di beberapa daerah pedesaan.

Pengaruh televisi mempunyai segi negatif, misalnya pengaruh dari film-film

barat yang berbau kejahatan dapat meningkatkan kriminalitas di pedesaan.

Terbukanya kesempatan kerja dan daya tarik kota di berbagai bidang telah

banyak menyerap pemuda desa sehingga desa mengalami pengurangan tenaga

potensial di bidang pertanian karena yang tinggal di pedesaan hanya orang-

orang tua yang semakin kurang produktif.

Motivasi urbanisasi tinggi sehinga terjadi perluasan kota dan masuknya orang-

orang kota ke daerah pedesaan yang telah banyak mengubah tata guna lahan di

pedesaan, terutama di tepian kota yang berbatasan dengan kota. Banyak daerah

hijau telah menjadi daerah pemukiman atau bangunan lainnya.

Munculnya slum area dan squatter area.

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

3.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dengan judul Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap

Permukiman di Kawasan Solobaru ini berlokasi di Kota Surakarta dan Kawasan

Solobaru sebagai wilayah yang perkembangannya dipengaruhi oleh

Page 35: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

60

perkembangan Kota Surakarta. Penentuan lokasi penelitian ini, didasarkan pada

pertimbangan bahwa perkembangan Kawasan Solobaru dipandang relatif

dipengaruhi oleh Kota Surakarta walaupun ada faktor lain di luar Kota Surakarta

maupun Kawasan Solobaru yang mempengaruhinya. Berdasarkan studi tim P2KT

(Proyek Pengembangan Kota Terpadu) pada tahun 2000 Kota Surakarta

mengalami pemekaran kota seluas ±12000 ha yang terjadi pada hinterlandnya

yakni seluas ±7000 ha pada kabupaten Sukoharjo (Baki, Grogol, dan Kartasura)

dan seluas ±5000 ha pada kabupaten Karanganyar (Ngringo dan Colomadu). Hal

ini menunjukkan bahwa pemekaran Kota Surakarta lebih banyak berkembang

mengarah ke bagian selatan yakni kabupaten Sukoharjo. Banyak penduduk

Kawasan Solobaru yang memilih tinggal di Kawasan Solobaru karena dekat

dengan Kota Surakarta. Penduduk di Kawasan Solobaru juga tidak sedikit yang

menggunakan fasilitas di Kota Surakarta.

3.1.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dengan judul Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta

terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru ini adalah 6 bulan yakni dari bulan

februari sampai bulan juli 2010.

Tahun penelitian ditentukan tahun 1975 – 2005 karena kurun waktu 30

tahun tersebut digunakan untuk mencari pengaruh dari perkembangan Kota

Surakarta terhadap permukiman di Kawasan Solobaru. Tahun 1975 dipilih sebagai

awal penelitian karena pada tahun 1970 terjadi industrialisasi dan urbanisasi di

Kota Surakarta hingga menyebabkan pemekaran kota pada tahun 1980. Kemudian

pada tahun 1984 merupakan awal mula perkembangan Kawasan Solobaru yang

dimulai dengan pembangunan perumahan di Kawasan Solobaru oleh PT. PSP.

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dengan judul Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta

terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru ini adalah penelitian deskriptif –

eksplanatory. Menurut Sugiyono (2003), penelitian deskriptif eksplanatory adalah

penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti

Page 36: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

61

serta hubungan antara satu variable dengan variable yang lain. Penelitian

deskriptif eksplanatory yang dilakukan dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Penelitian deskriptif

Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha

menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.

Penelitian ini juga sering disebut non eksperimen, karena pada penelitian ini

penelitian tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian.

Dengan metode deskriptif, penelitian memungkinkan untuk melakukan

hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan

mengembangkan teori yang memiliki validitas universal.

Dalam penelitian ini, pendekatan deskriptif digunakan untuk memaparkan

perkembangan Kota Surakarta dan Kawasan Solobaru dalam kurun waktu 30

tahun yakni tahun 1975 sampai 2005. Deskriptif perkembangan kota yang

dipaparkan adalah perkembangan fisik, ekonomi dan sosial.

b. Penelitian eksplanatory

Penelitian eksplanatory merupakan penelitian yang bertujuan untuk

menjelaskan bagaimana sebuah fenomena sosial terjadi. Dalam penelitian ini,

pendekatan eksplanatory digunakan dalam pembahasan yakni dalam

menganalisis variabel perkembangan Kota Surakarta yang berpengaruh

terhadap permukiman di Kawasan Solobaru. Analisis tersebut dilakukan

dengan path analisys untuk menemukan besaran pengaruh dari setiap

indikator perkembangan Kota Surakarta yang berpengaruh terhadap

permukiman di Kawasan Solobaru.

3.3 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara

verifikasi dari kajian pustaka. Adapun variabel yang digunakan adalah variabel

independent, variabel dependent dan variabel lain.

a. Variabel Independent

Variabel independent merupakan variabel bebas. Yang dimaksud variabel

bebas dalam penelitian ini adalah faktor perkembangan Kota Surakarta yang

didapat dari verifikasi kajian teori, peneliti mengambil 6 variabel

Page 37: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

62

perkembangan Kota Surakarta yang dianggap dominan berpengaruh terhadap

perkembangan hinterlandnya, yakni sebagai berikut :

Tabel 3.1 Variabel Independent dalam Penelitian

Faktor

Perkembangan

Kota

Surakarta

Verifikasi variabel penelitian dengan landasan pustaka

Deskripsi Tokoh

Pertambahan

Jumlah

Penduduk

Salah satu faktor perkembangan kota adalah faktor penduduk,

yaitu adanya pertambahan penduduk, baik disebabkan karena

pertambahan alami maupum karena migrasi.

Hendarto

(1997)

Pertambahan

Rumah

Perkembangan suatu kota salah satunya ditandai oleh

meningkatnya jumlah penduduk. Pertambahan penduduk dalam

suatu wilayah perkotaan selalu diikuti oleh peningkatan

kebutuhan ruang.

Yunus

(1987)

Luas

Permukiman

Perkembangan suatu kota salah satunya ditandai oleh

meningkatnya jumlah penduduk. Pertambahan penduduk dalam

suatu wilayah perkotaan selalu diikuti oleh peningkatan

kebutuhan ruang.

Yunus

(1987)

Jumlah Sarana

(Perdagangan,

Kesehatan,

Pendidikan)

Perkembangan suatu kota salah satunya ditandai oleh

meningkatnya jumlah penduduk. Pertambahan penduduk dalam

suatu wilayah perkotaan selalu diikuti oleh peningkatan

kebutuhan ruang.

Yunus

(1987)

Prasarana Jalan Perkembangan suatu kota salah satunya ditandai oleh

meningkatnya jumlah penduduk. Pertambahan penduduk dalam

suatu wilayah perkotaan selalu diikuti oleh peningkatan

kebutuhan ruang.

Yunus

(1987)

Peningkatan

PDRB

Salah satu faktor perkembangan kota adalah faktor sosial

ekonomi, yaitu peningkatan PDRB kota dan perkembangan

kegiatan usaha masyarakat.

Hendarto

(1997)

Interaksi Sosial Salah satu faktor perkembangan kota adalah faktor sosial

budaya, yaitu adanya perubahan pola kehidupan dan tata cara

masyarakat akibat pengaruh luar/interaksi sosial, komunikasi,

dan sistem informasi.

Hendarto

(1997)

Sumber : Hasil Identifikasi, 2010

Jumlah sarana yang dimaksud dalam penelitian ialah jumlah sarana

perdagangan, kesehatan, dan pendidikan. Sedangkan sarana industri dan

rekreasi menjadi variabel lain, karena industri besar di Kota Surakarta sudah

semakin berkurang meskipun terdapat industri kreatif yang semakin

bermunculan, dan Kota Surakarta bukanlah kota untuk tujuan rekreasi tetapi

hanyalah kota rekreatif. Berikut adalah penurunan jumlah industri besar di

Kota Surakarta tahun 1975-2005 (Surakarta dalam Angka Tahun 1975-2005) :

Page 38: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

63

Gambar 3.1 Penurunan Jumlah Industri Besar di Kota Surakarta

b. Variabel Dependent

Variabel dependent merupakan variabel terikat. Yang dimaksud variabel

terikat dalam penelitian ini yaitu :

Jumlah Penduduk Kawasan Solobaru

Jumlah Rumah Kawasan Solobaru

Luas Permukiman Kawasan Solobaru

Jumlah Sarana Kawasan Solobaru

c. Variabel Lain

Variabel lain adalah faktor yang mempengaruhi variabel dependent tetapi

tidak dijadikan variabel independent, seperti :

Bertambahnya pedagang kaki lima atau sektor informal lain yang

berkembang di Kota Surakarta.

Bertambahnya industri kreatif yang semakin banyak di Kota Surakarta.

Meningkatnya prasarana jalan di Kawasan Solobaru.

Bertambahnya tempat rekreasi di Kota Surakarta.

Perkembangan komunikasi dan sistem informasi.

Dan faktor lainnya yang dapat mempengaruhi variabel dependent.

3.4 Populasi dan Sampel

Menurut Singarimbun (1995), populasi ialah jumlah keseluruhan dari unit

analisa yang ciri-cirinya akan diduga. Populasi yang akan dijadikan dasar

pengambilan sample dalam penelitian ini adalah penduduk yang ada di Kota

Surakarta dan Kawasan Solobaru.

Page 39: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

64

Menurut Suharsimi (1996), sampel adalah sebagian atau wakil populasi

yang diteliti. Perhitungan sample menurut Gay dan Diehl, 1992 (dalam artikel

“Teknik Sampling” oleh Hasan Mustafa, 2000) dalam penelitian perbandingan

kausal, sample yang digunakan adalah minimal 30. Karena penelitian ini

merupakan penelitian yang bersifat kausalitas, maka dalam penelitian ini sampel

yang diambil adalah 30.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data

sekunder.

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati,

dan dicatat untuk pertama kalinya. Data primer ini diperoleh dari hasil

pengamatan lapangan pada waktu studi dilakukan, angket (kuesioner) dan

wawancara dengan informan yang terkait. Instrument yang digunakan adalah

pedoman wawancara, angket (kuesioner) bagi sejumlah responden.

b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh tidak secara langsung. Data ini diperoleh

dari instansi-instansi terkait dengan penelitian ini.

Berikut ini adalah tabel kebutuhan data primer dan data sekunder yang

digunakan dalam penelitian ini :

Tabel 3.2 Data yang Digunakan dalam Penelitian

Aspek Data Sifat Jenis Data Sumber

Fisik

a. Literatur mengenai sejarah

perkembangan Kota Surakarta

dan Solobaru.

Kualitatif Sekunder

BAPEDA, BPN,

BPS, Developer

Perumahan di

Page 40: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

65

b. Kebijakan penggunaan lahan di

Kota Surakarta dan Solobaru

(RTRW Surakarta, RTRW

kabupaten Sukoharjo, dan RUTR

Kawasan Solobaru).

Kualitatif Sekunder

Solobaru

c. RTRW provinsi Jawa Tengah Kualitatif Sekunder

d. Data dan peta penggunaan lahan

di Kota Surakarta dan Solobaru.

Kuantitatif

dan

Kualitatif

Sekunder

e. Data jumlah rumah dan luas

permukiman di Kota Surakarta

dan Kawasan Solobaru.

Kuantitatif Sekunder

f. Data jumlah sarana perkotaan

(pendidikan, kesehatan,

perdagangan) dan prasarana jalan

di Kota Surakarta dan Solobaru.

Kuantitatif Sekunder

Ekonomi a. PDRB Kota Surakarta Kuantitatif Sekunder BPS

Sosial

a. Jumlah penduduk tahun 1975-

2005 Kuantitatif Sekunder

BPS, Kecamatan,

Penduduk

(wawancara,

kuesioner),

observasi. b. Interaksi Sosial Budaya Kualitatif Primer

Sumber : Identifikasi Peneliti

Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara merupakan suatu teknik mendekati sumber informasi dengan

jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berdasarkan

tujuan penelitian. Wawancara merupakan percakapan dengan tujuan tertentu

dan dilakukan oleh pewawancara dan informan (Moleong, 1993).

Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan pendekatan

menggunakan petunjuk umum wawancara yaitu pewawancara membuat

kerangka dan garis besar pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses

wawancara kepada informan yang bertindak sebagai responden yang terdiri

dari sejumlah penduduk yang tinggal di Kawasan Solobaru serta instansi

pemerintah. Dalam penelitian ini digunakan teknik wawancara terbuka yaitu

wawancara yang dilakukan secara terbuka, akrab dan penuh kekeluargaan.

Wawancara terbuka ini terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang menuntut

jawaban dari informan yang tidak terbatas dalam jawaban-jawabannya kepada

Page 41: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

66

beberapa kata atau hanya pada jawaban “ya” atau “tidak” saja, tetapi dapat

memberikan keterangan dan cerita yang panjang. Wawancara ini dimaksudkan

untuk memperoleh informasi yang sifatnya mendalam terhadap masalah-

masalah yang diajukan.

b. Observasi Langsung

Menurut Sutrisno Hadi (Metode Research, 1981), observasi adalah suatu

proses pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan kemudian

melakukan pencataan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang

terjadi.

Observasi ini dilakukan untuk memperoleh informasi tentang apa yang

dilihat dan diperhatikan pada saat dilapangan. Kegiatan ini tidak hanya

dilakukan sekali melainkan berulang-ulang. Sebab dengan pengulangan

diharapkan data yang diperoleh akan lebih valid dan akan diperoleh hasil yang

nyata dan mendalam.

Dalam penelitian ini, data hasil observasi digunakan untuk mengetahui

interaksi penduduk Kawasan Solobaru dengan Kota Surakarta sehingga dapat

digunakan untuk mendukung data yang lain.

c. Dokumentasi

Teknik dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan data guna

mendukung penelitian. Teknik dokumentasi bertujuan untuk memperoleh data

berdasarkan sumber-sumber yang berasal dari buku-buku, literatur, laporan

serta dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan penulisan. Dokumen ini

dapat diperoleh dari lembaga pemerintah dan arsip serta dokumen pribadi. Hal

ini sesuai dengan pendapat H.B Sutopo (Metode Penelitian Kualitatif, 1990),

yaitu bahwa dokumen dan arsip adalah sumber informasi tertulis yang

berkaitan dengan suatu peristiwa atau kegiatan.

Dari pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode dokumentasi

adalah cara pengumpulan data yang dibutuhkan sebagai bukti dan keterangan

dalam bentuk tulisan maupun yang tampak. Dokumentasi yang digunakan

dalam penelitian ini adalah berupa arsip yang berkaitan dengan perkembangan

Kota Surakarta dan Kawasan Solobaru.

Page 42: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

67

d. Kuesioner

Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu

untuk dijawab oleh responden. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

teknik kuesioner untuk mengetahui sikap responden terhadap pengaruh

perkembangan Kota Surakarta terhadap permukiman di Kawasan Solobaru.

Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner terbuka, yaitu kuesioner yang

memberi kesempatan penuh memberi jawaban menurut apa yang dirasa perlu

oleh responden.

Dalam penelitian ini diusahakan memperoleh validitas data yang dapat

dipertanggung jawabkan. Validitas merupakan keakuratan data yang telah

dikumpulkan yang nantinya akan dianalisa dan ditarik kesimpulannya pada

akhir penelitian. Usaha meningkatkan validitas data dilakukan dengan :

Trianggulasi

Menurut Moleong (1993), trianggulasi merupakan teknik pemeriksaan

keabsahan data dengan menggunakan sesuatu yang lain selain data

tersebut untuk memeriksa atau untuk membandingkan data yang telah ada

tersebut.

Untuk menjamin kesahan data yang diperoleh dalam penelitian ini

maka dilakukan dengan trianggulasi data. Trianggulasi dilakukan dengan

trianggulasi data sumber. Trianggulasi data sumber dalam penelitian ini

diperoleh dengan cara mengumpulkan beberapa data dari berbagai sumber

yang berbeda baik dari hasil wawancara, observasi, kuesioner maupun

dokumentasi yang telah diperoleh untuk mendapatkan data yang sama

jenis, memperoleh kepercayaan terhadap suatu data dengan

membandingkan data yang diperoleh dari sumber yang berbeda sehingga

data yang satu akan dikontrol dengan data yang lain.

Review Informan

Selain teknik pemeriksaan data dengan trianggulasi data, digunakan

pula review informan. Review informan merupakan pencocokan data atau

Page 43: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

68

informasi yang sama kepada informan yang berbeda. Menurut H.B Sutopo

(Metode Peneltian Kualitataif, 1990), review informan adalah laporan

yang diperiksa kembali key informan untuk mengetahui apakah yang

ditulis merupakan sesuatu yang disetujui oleh mereka.

3.6 Metode Analisis

Analisis data yang dipergunakan dalam mengolah data atau informasi

yang diperoleh baik data yang berupa hasil wawancara, kuesioner maupun data

hasil observasi disinkronkan dengan teori yang mendasari dan kemudian

dilakukan analisis. Sedang yang dimaksud dengan analisis sendiri adalah proses

penyusunan data agar dapat ditafsirkan yaitu dengan menggolongkan,

mengurutkan, menstrukturisasikan sampai dengan mengumpulkan data sehingga

mempunyai arti.

Analisis yang digunakan untuk mencapai tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut :

a. Analisis perkembangan kota

Analisis yang dilakukan adalah analisis deskriptif untuk mengetahui

perkembangan Kota Surakarta dan perkembangan Kawasan Solobaru dengan

kurun waktu 30 tahun yakni dari tahun 1975 sampai 2005. Analisis ini

dilakukan dengan dasar data (tahun 1975-2005) mengenai perkembangan Kota

Surakarta dan perkembangan Kawasan Solobaru serta peta perkembangan

permukiman yang dioverlay dari tahun ke tahun. Perkembangan kota yang

dianalisis secara deskriptif ini meliputi perkembangan fisik, ekonomi, dan

sosial kedua kota.

b. Analisis pengaruh perkembangan Kota Surakarta terhadap permukiman di

Kawasan Solobaru

Analisis yang dilakukan menggunakan metode deskriptif eksplanatori

dimana data yang ada mengenai perkembangan Kota Surakarta dan Kawasan

Solobaru kemudian dikaji dengan teori untuk mengetahui bagaimana

pengaruhnya. Sedangkan untuk besaran pengaruhnya akan dijelaskan dengan

teknik analisis jalur.

Page 44: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

69

c. Analisis Jalur (Path Analysis)

Menurut Robert D. Retherford (dalam Ali Muhidin, Sambas dan Maman

Abdurahman, 2009), analisis jalur ialah suatu teknik untuk menganalisis

hubungan sebab akibat yang tejadi pada regresi berganda jika variabel

bebasnya mempengaruhi variabel tergantung tidak hanya secara langsung

tetapi juga secara tidak langsung. Analisis jalur (path analysis) dikembangkan

oleh Sewall Wright, 1934 (dalam Ali Muhidin, Sambas dan Maman

Abdurahman, 2009). Analisis jalur digunakan untuk mengetahui pengaruh

secara serempak atau mandiri beberapa variabel penyebab terhadap sebuah

variabel akibat. Analisis jalur merupakan pengembangan korelasi yang diurai

menjadi beberapa interpretasi akibat yang ditimbulkannya. Lebih lanjut,

analisis jalur mempunyai kedekatan dengan regresi berganda, atau dengan

kata lain, regresi berganda merupakan bentuk khusus dari analisis jalur.

Teknik ini juga dikenal sebagai model sebab-akibat (causing modeling).

Penamaan ini didasarkan pada alasan bahwa analisis jalur memungkinkan

pengguna dapat menguji proposisi teoritis mengenai hubungan sebab dan

akibat tanpa memanipulasi variabel-variabel.

Dalam penelitian ini, analisis jalur (path analysis) menggunakan SPSS

yang digunakan untuk mengetahui besaran pengaruh variabel perkembangan

Kota Surakarta terhadap variabel perkembangan permukiman di Kawasan

Solobaru baik secara bersama-sama maupun secara parsial.

d. Model Analisis Jalur

Model merupakan representasi dari suatu sistem yang sedang diamati.

Dalam penelitian ini, model yang digunakan adalah model skematis dan

matematis. Model skematis dibuat dalam suatu diagram jalur yang digunakan

untuk menggambarkan kerangka hubungan kausal antar jalur (satu variabel

terhadap variabel lainnya). Sedangkan model matematisnya merupakan model

persamaan regresi yang juga menjelaskan hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat. Dalam analisis jalur terdapat banyak model jalur yaitu

model satu persamaan jalur, model dua persamaan jalur, model tiga persamaan

jalur, model empat persamaan jalur, dan seterusnya. Semakin kompleks

Page 45: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

70

hubungan struktural maka semakin kompleks diagram jalurnya, dan makin

banyak pula substruktur yang membangun. Dalam penelitian ini menggunakan

model empat persamaan jalur dengan empat persamaan substruktur.

Adapun variabel penelitian yang akan diuji yaitu :

1) Variabel bebas (eksogen atau penyebab) yaitu faktor perkembangan Kota

Surakarta yang meliputi :

1) Jumlah Penduduk (X1)

2) Luas Permukiman (X2)

3) Jumlah Rumah (X3)

4) Jumlah Sarana (X4)

5) Jumlah Prasarana Jalan Kota Surakarta (X5)

6) Peningkatan PDRB Kota Surakarta (X6)

2) Variabel terikat (endogen atau akibat) yaitu beberapa elemen dari

permukiman Kawasan Solobaru yang meliputi :

1) Jumlah Penduduk (X7)

2) Jumlah Rumah (X8)

3) Luas Permukiman (X9)

4) Jumlah Sarana (Y)

Karena dalam penelitian ini menggunakan model empat persamaan jalur,

maka model persamaan jalurnya dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.2 Model Empat Persamaan Jalur dalam Analisis

Dimana :

X1 = Jumlah Penduduk Kota Surakarta

X2 = Jumlah Rumah Kota Surakarta

Page 46: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

71

X3 = Luas Permukiman Kota Surakarta

X4 = Jumlah Sarana Kota Surakarta

X5 = Jumlah Prasarana Jalan Kota Surakarta

X6 = Peningkatan PDRB Kota Surakarta

X7 = Jumlah Penduduk Kawasan Solobaru

X8 = Jumlah Rumah Kawasan Solobaru

X9 = Luas Permukiman Kawasan Solobaru

Y = Jumlah Sarana Kawasan Solobaru

rXnXk = Besaran Koefisien Pengaruh

Adapun persamaan regresi yang digunakan untuk menunjukkan hubungan

kausal di atas adalah :

1) Persamaan regresi hubungan kausal perkembangan Kota Surakarta

terhadap jumlah penduduk di Kawasan Solobaru.

X7 = B + pyX1 X1 + … + pyXk Xk + py€

2) Persamaan regresi hubungan kausal perkembangan Kota Surakarta melalui

jumlah penduduk Kawasan Solobaru terhadap jumlah rumah di Kawasan

Solobaru.

X8 = B + pyX1 X1 + … + pyXk Xk + py€

3) Persamaan regresi hubungan kausal perkembangan Kota Surakarta melalui

jumlah penduduk Kawasan Solobaru dan jumlah rumah di Kawasan

Solobaru terhadap luas permukiman di Kawasan Solobaru.

X9 = B + pyX1X1 + … + pyXk Xk + py€

4) Persamaan regresi hubungan kausal perkembangan Kota Surakarta melalui

jumlah penduduk Kawasan Solobaru, jumlah rumah di Kawasan Solobaru,

dan luas permukiman di Kawasan Solobaru terhadap jumlah sarana di

Kawasan Solobaru.

Y = B + pyX1 X1 + … + pyXk Xk + py€

e. Uji Statistik

Page 47: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

72

Setelah didapatkan koefisien pengaruh dari hasil analisis jalur, maka perlu

dilakukan pengujian hasil tersebut. Adapun uji statistik yang digunakan adalah

uji F, uji R2, dan uji t (uji hipotesis).

Uji Fisher (Uji Statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel permukiman di Kawasan Solobaru

(variabel terikat). Uji F akan menjelaskan apakah semua variabel

independen merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel

dependent. Uji F pada dasarnya diturunkan dari tabel ANOVA (analysis of

variance).

Uji Koefisien Determinasi (Uji Statistik R2)

Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Nilai

koefisien determinasi adalah antara 0 sampai 1 (0-100 %).

Kd = rs2 . 100%

Keterangan :

Kd = 0, berarti pengaruh variabel X terhadap variabel Y lemah.

Kd = 1, berarti pengaruh variabel X terhadap Y kuat.

Pada analisis menggunakan SPSS, uji R2 diturunkan dari tabel model

summary.

Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik T)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas secara individual dalam menerangkan variasi variabel

terikat. Yang perlu diperhatikan dalam interpretasi uji t adalah berapa

harga t yang diperoleh, kemudian lihat berapa derajad kebebasannya (db

= n-k-1, dimana k adalah jumlah variabel X), langkah selanjutnya adalah

melihat berapa harga p-nya jika harga p-nya signifikan (taraf signifikansi

yang biasa digunakan adalah p=1% dan p=5%) maka kesimpulannya

terdapat perbedaan antara kelompok yang diteliti.

3.7 Kerangka Penelitian

Page 48: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

73

Tahapan penelitian disajikan dalam kerangka penelitian sebagai berikut :

Page 49: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

74

1. Mengetahui variabel perkembangan Kota Surakarta yang mana saja yang dominan berpengaruh terhadap perkembangan permukiman di Kawasan Solobaru.

2. Mengetahui bagaimana pengaruh perkembangan Kota Surakarta terhadap fisik, ekonomi, dan sosial permukiman di Kawasan Solobaru.

3. Mengetahui perkembangan luas permukiman di Kota Surakarta dan Kawasan Solobaru (tahun 1975-2005).

4. Mengetahui perkembangan jumlah rumah di Kota Surakarta dan Kawasan Solobaru (tahun 1975-2005).

5. Mengetahui perkembangan jumlah sarana perkotaan (pendidikan, kesehatan, perdagangan) di Kota Surakarta dan Kawasan Solobaru (tahun 1975-2005).

6. Mengetahui perkembangan prasarana jalan di Kota Surakarta dan Kawasan Solobaru (tahun 1975-2005).

7. Mengetahui perkembangan tingkat ekonomi (PDRB) Kota Surakarta dan Kawasan Solobaru (tahun 1975-2005).

8. Mengetahui perkembangan jumlah penduduk Kota Surakarta dan Kawasan Solobaru (tahun 1975-2005).

9. Mengetahui perkembangan interaksi sosial budaya masyarakat di Kawasan Solobaru.

10. Mengetahui besaran pengaruh variabel perkembangan Kota Surakarta secara bersama-sama terhadap perkembangan permukiman di Kawasan Solobaru.

11. Mengetahui besaran pengaruh setiap variabel perkembangan Kota Surakarta terhadap perkembangan permukiman di Kawasan Solobaru.

Kerangka Penelitian

Tema : Spatial Planning

Judul : Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta

Terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

Kebutuhan Data Data Sekunder (studi literature) Data Primer (observasi)

Literatur tentang perkembangan Kota Surakarta dan

Solobaru (tahun 1975-2005).

Kebijakan penggunaan lahan di Kota Surakarta dan

Solobaru (RTRW Solo, RTRW Kabupaten

Sukoharjo, dan RUTR Kawasan Solobaru).

Data dan peta penggunaan lahan di Kota Surakarta

dan Solobaru (tahun 1975-2005).

Data jumlah rumah di Kota Surakarta dan Solobaru.

Data kependudukan, ekonomi, sosial

Kuesioner

Menyebarkan kuesioner ke penduduk Kota

Solobaru

Wawancara

Wawancara dengan pihak terkait mengenai

perilaku dan aktivitas sosial, budaya,

ekonomi masyarakat Solobaru

Output : Pengaruh

Perkembangan Kota Solo

Terhadap Permukiman di

Kawasan Solobaru

Kompilasi data dan analisis

Rumusan Masalah : Bagaimana pengaruh perkembangan Kota Surakarta terhadap

permukiman yang ada di Kawasan Solobaru.

.

Latar Belakang :

1. Pada tahun 1970an terjadi urbanisasi dan industrialisasi di Kota Surakarta. Hal ini mengakibatkan terjadinya

pemekaran kota pada tahun 1980.

2. Berdasarkan studi tim P2KT (Proyek Pengembangan Kota Terpadu) pada tahun 2000 Kota Surakarta mengalami

pemekaran kota seluas ±12000 ha yang terjadi pada hinterlandnya yakni seluas ±7000 ha pada Kabupaten Sukoharjo

(Baki, Grogol, dan Kartasura) dan seluas ±5000 ha pada Kabupaten Karanganyar (Ngringo dan Colomadu). Hal ini

menunjukkan bahwa pemekaran Kota Surakarta lebih banyak berkembang mengarah ke bagian selatan yakni

Kabupaten Sukoharjo.

3. Solobaru merupakan hinterland Kota Surakarta yang mempunyai topografi sama dengan Kota Surakarta. Oleh karena

itu, Solobaru menjadi limpahan pertambahan kebutuhan lahan permukiman Kota Surakarta.

4. Pada tahun 1987 mulai tumbuh perumahan di daerah Solobaru

Teori :

1. Teori perkembangan kota

2. Teori pertambahan penduduk

3. Teori pemekrana kota

4. Teori kebutuhan manusia terhadap hunian

5. Teori perumahan dan permukiman

6. Teori bermukim

7. Teori interaksi desa-kota

Gambar 3.3 Kerangka Penelitian

Page 50: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

49

BAB 4

TINJAUAN OBYEK

KOTA SURAKARTA DAN KAWASAN SOLOBARU

3.8 Sejarah

3.1.3 Sejarah Kota Surakarta

A. Masa awal dan pra-Republik

Latar belakang pendirian Kota Surakarta adalah karena terjadinya

pemberontakan Sunan Kuning ("Gègèr Pacinan") pada masa pemerintahan Sunan

Pakubuwono (PB) II tahun 1742. Pemberontakan dapat ditumpas dengan bantuan

VOC dan Kartasura direbut kembali, namun dengan pengorbanan hilangnya

wilayah-wilayah Mataram sebagai imbalan bantuan VOC. Bangunan keraton

sudah hancur dan dianggap "tercemar". Sunan Pakubuwana II lalu memerintahkan

Tumenggung Honggowongso dan Tumenggung Mangkuyudo serta komandan

pasukan Belanda J.A.B. van Hohendorff untuk mencari lokasi ibu kota Mataram

yang baru. Untuk itu dibangunlah keraton baru 20 km ke arah tenggara dari

Kartasura, pada 1745, tepatnya di Desa Sala di tepi Bengawan Solo. Kelak

namanya berubah menjadi Surakarta. (Catatan-catatan lama menyebut bentuk

antara "Salakarta"). Pembangunan keraton baru ini menurut catatan menggunakan

bahan kayu jati dari kawasan Alas Kethu, hutan di dekat Wonogiri Kota dan

kayunya dihanyutkan melalui Bengawan Solo. Secara resmi, keraton mulai

ditempati tanggal 17 Februari 1745 (atau Rabu Pahing 14 Sura 1670 Penanggalan

Jawa, Wuku Landep, Windu Sancaya).

Gambar 4.1 Surat Perjanjian Giyanti tahun 1755

Page 51: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

50

Berlakunya Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) menyebabkan Surakarta

menjadi pusat pemerintahan Kasunanan Surakarta, dengan rajanya PB III.

Yogyakarta menjadi pusat pemerintahan Kasultanan Yogyakarta, dengan rajanya

Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwono (HB) I). Keraton dan kota Yogyakarta

mulai dibangun pada 1755, dengan pola tata kota yang sama dengan Surakarta

yang lebih dulu dibangun.

Perjanjian Salatiga 1757 memperluas wilayah kota ini, dengan

diberikannya wilayah sebelah utara keraton kepada pihak Pangeran Sambernyawa

(Mangkunagara I). Sejak saat itu, Sala merupakan kota dengan dua sistem

administrasi, yang berlaku hingga 1945, pada masa Perang Kemerdekaan

Republik Indonesia (RI).

B. Masa Perang Kemerdekaan 1945-1949

Situasi di Surakarta (dan wilayah pengaruhnya) pada masa ini sangat

menyedihkan. Terjadi sejumlah peristiwa politik yang menjadikan wilayah

Surakarta kehilangan hak otonominya, nasib yang berbeda dengan Yogyakarta.

C. D.I. Surakarta dan Pemberontakan Tan Malaka

Begitu mendengar pengumuman tentang kemerdekaan RI, pemimpin

Mangkunegaran (Mangkunegara VIII dan Susuhunan Sala (Pakubuwana XII)

mengirim kabar dukungan ke Presiden RI Soekarno dan menyatakan bahwa

wilayah Surakarta (Mangkunegaran dan Kasunanan) adalah bagian dari RI.

Sebagai reaksi atas pengakuan ini, Presiden RI Soekarno menetapkan

pembentukan propinsi Daerah Istimewa Surakarta (DIS).

Pada Oktober 1945, terbentuk gerakan swapraja/anti-monarki/anti-feodal

di Surakarta, yang salah satu pimpinannya adalah Tan Malaka, tokoh Partai

Komunis Indonesia (PKI). Tujuan gerakan ini adalah membubarkan DIS, dan

menghapus Mangkunegaran dan Kasunanan. Gerakan ini di kemudian hari

dikenal sebagai Pemberontakan Tan Malaka. Motif lain adalah perampasan tanah-

tanah pertanian yang dikuasai kedua monarki untuk dibagi-bagi ke petani

(landreform) oleh gerakan komunis.

Tanggal 17 Oktober 1945, wazir (penasihat raja) Susuhunan, KRMH

Sosrodiningrat diculik dan dibunuh oleh gerakan Swapraja. Hal ini diikuti oleh

Page 52: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

51

pencopotan bupati-bupati di wilayah Surakarta yang merupakan kerabat

Mangkunegara dan Susuhunan. Bulan Maret 1946, wazir yang baru, KRMT

Yudonagoro, juga diculik dan dibunuh gerakan Swapraja. Pada bulan April 1946,

sembilan pejabat Kepatihan juga mengalami hal yang sama.

Karena banyaknya kerusuhan, penculikan, dan pembunuhan, maka tanggal

16 Juni 1946 pemerintah RI membubarkan DIS dan menghilangkan kekuasaan

politik Mangkunegaran dan Kasunanan. Sejak saat itu keduanya kehilangan hak

otonom menjadi suatu keluarga/trah biasa dan keraton/istana berubah fungsi

sebagai tempat pengembangan seni dan budaya Jawa. Keputusan ini juga

mengawali Kota Surakarta di bawah satu administrasi. Selanjutnya dibentuk

Karesidenan Surakarta yang mencakup wilayah-wilayah Kasunanan Surakarta dan

Praja Mangkunegaran, termasuk kota swapraja Surakarta. Tanggal 16 Juni

diperingati setiap tahun sebagai hari kelahiran Kota Surakarta.

Tanggal 26 Juni 1946 terjadi penculikan terhadap PM Sutan Syahrir di

Surakarta oleh sebuah kelompok pemberontak yang dipimpin oleh Mayor Jendral

Soedarsono dan 14 pimpinan sipil, di antaranya Tan Malaka, dari Partai Komunis

Indonesia. PM Syahrir ditahan di suatu rumah peristirahatan di Paras. Presiden

Soekarno sangat marah atas aksi pemberontakan ini dan memerintahkan polisi

Surakarta menangkap para pimpinan pemberontak. Tanggal 1 Juli 1946, ke 14

pimpinan berhasil ditangkap dan dijebloskan ke penjara Wirogunan. Namun, pada

tanggal 2 Juli 1946, tentara divisi 3 yang dipimpin Mayor Jendral Soedarsono

menyerbu penjara Wirogunan dan membebaskan ke 14 pimpinan pemberontak.

Presiden Soekarno lalu memerintahkan Letnan Kolonel Soeharto,

pimpinan tentara di Surakarta, untuk menangkap Mayjen Soedarsono dan

pimpinan pemberontak. Namun demikian Soeharto menolak perintah ini karena

dia tidak mau menangkap pimpinan/atasannya sendiri. Dia hanya mau menangkap

para pemberontak kalau ada perintah langsung dari Kepala Staf militer RI, Jendral

Soedirman. Presiden Soekarno sangat marah atas penolakan ini dan menjuluki Lt.

Kol. Soeharto sebagai perwira keras kepala.

Tanggal 3 Juli 1946, Mayjen Soedarsono dan pimpinan pemberontak

berhasil dilucuti senjatanya dan ditangkap di dekat Istana Presiden di Yogyakarta

Page 53: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

52

oleh pasukan pengawal presiden, setelah Letkol. Soeharto berhasil membujuk

mereka untuk menghadap Presiden Soekarno. Peristiwa ini lalu dikenal sebagai

pemberontakan 3 Juli 1946 yang gagal. PM Syahrir berhasil dibebaskan dan

Mayjen Soedarsono serta pimpinan pemberontak dihukum penjara walaupun

beberapa bulan kemudian para pemberontak diampuni oleh Presiden Soekarno

dan dibebaskan dari penjara.

D. Serangan Umum 7 Agustus 1949

Dari tahun 1945 sampai 1948, Belanda berhasil menguasai kembali

sebagian besar wilayah Indonesia (termasuk Jawa), kecuali Yogyakarta, Surakarta

dan daerah-daerah sekitarnya.

Pada Desember 1948, Belanda menyerbu wilayah RI yang tersisa,

mendudukinya dan menyatakan RI sudah hancur dan tidak ada lagi. Jendral

Soedirman menolak menyerah dan mulai bergerilya di hutan-hutan dan desa-desa

di sekitar kota Yogyakarta dan Surakarta.

Untuk membantah klaim Belanda, maka Jendral Soedirman merencanakan

“Serangan Oemoem” yaitu serangan besar-besaran yang bertujuan menduduki

kota Yogyakarta dan Surakarta selama beberapa jam. “Serangan Oemoem” di

Surakarta terjadi pada tanggal 7 Agustus 1949 dipimpin oleh Letnan Kolonel

Slamet Riyadi. Untuk memperingati peristiwa ini maka jalan utama di Kota

Surakarta dinamakan “Jalan Slamet Riyadi”.

Kepemimpinan Slamet Riyadi yang gugur di pertempuran melawan

gerakan separatis RMS pada Serangan Umum ini sangat mengejutkan pimpinan

tentara Belanda (Van Ohl), yang sempat berkata Slamet Riyadi lebih pantas

menjadi anaknya, ketika acara penyerahan Kota Surakarta.

E. Kota Surakarta Tahun 1960an sampai 1980an

Pada tahun 1966 terjadi banjir besar di Kota Surakarta sehingga separuh

Kota Surakarta tenggelam oleh kedahsyatan Bengawan Solo. Pada tahun 1970-an,

terjadi boom industri di sekitar Bengawan Solo, sehingga limbah industrinya,

yang dibuang ke Bengawan Solo, mampu memusnahkan berbagai spesies mahluk

hidup. Pada tahun 1980-an, setelah terjadi urbanisasi dan industrialisasi, Kota

Surakarta mengalami urban sprawl (pemekaran kota), baik di sisi utara, timur,

Page 54: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

53

selatan dan barat. Pembangunan perumahan (real estate, perumnas, komplek

hunian baru) mulai menjamur dipinggiran Kota Surakarta. Pada sisi yang lain,

Kota Surakarta yang semula hanya mempunyai fasilitas pendidikan sampai SMA,

kini mulai ada dibangun fasilitas untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu

perguruan tinggi. Pada tahun 1988, pemerintah mencanangkan program Paket

November 1988, yang berdampak pada menjamurnya bank-bank swasta di Kota

Solo. Pada tahun 1990an, setelah pemerintah mencanangkan program Paket Juli

1993 (eksploitasi wisata), maka banyak bangunan hotel bermunculan, melengkapi

perkantoran dan perdagangan. Pada tahun 1998, terjadi peristiwa kerusuhan masal

yang menyebabkan bangunan-bangunan hangus dan hancur.

3.1.4 Sejarah Kawasan Solobaru

A. Masa awal dan pra-Republik

Dahulu Kabupaten Sukoharjo merupakan satu kesatuan wilayah

pemerintahan Kasunanan dan Mangkunegaran dengan Kota Surakarta,

Kabupaten Sragen, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Kabupaten

Karanganyar dan Kabupaten Wonogiri. Namun, dengan keluarnya Penetapan

Pemerintah Nomor: 16/SD tanggal 15 Juli 1946, maka secara formal wilayah

pemerintahan Kasunanan dan Mangkunegaran sudah tidak ada lagi, dan wilayah-

wilayahnya menjadi wilayah karesidenan Surakarta. Ini berarti wilayah

karesidenan Surakarta terdiri dari bekas wilayah-wilayah Mangkunegaran yaitu

Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Wonogiri, serta bekas wilayah

Kasunanan yaitu Kabupaten Klaten, Kabupaten Sragen, Kabupaten Boyolali,

dan Kabupaten Sukoharjo (Kawedanan Sukoharjo, Bekonang, Kartasura),

serta Kota Surakarta.

B. Lahirnya Kabupaten Sukoharjo

Kabupaten Sukoharjo lahir berdasarkan Penetapan Pemerintah Nomor:

16/SD, penetapan ini kemudian dikukuhkan dengan Peraturan Daerah

Kabupaten Dati II Sukoharjo No. 17 tahun 1986 tentang hari lahir Kabupaten

Sukoharjo, yang disahkan dengan SK Gubernur KDH Tingkat I Jawa Tengah

tanggal 15 Desember 1986 No. 188.3/480/1986 dan diundangkan dalam

Page 55: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

54

Lembaran Daerah Kabupaten Dati II Sukoharjo No. 3 Tahun 1987 Seri D No.2

tanggal 9 Januari 1987.

Keadaan ini mengilhami para pemimpin pada waktu itu untuk

membentuk kabupaten baru di luar Kota Surakarta agar ketiga kawedanan

(Sukoharjo, Bekonang, Kartasura) dapat dibina dalam satu naungan pemerintah

Kabupaten. Kemudian secara spontan KNI Daerah Surakarta menunjuk

KRMT Soewarno Honggopati Tjitrohoepojo untuk menjadi Bupati. Atas dasar

tersebut di atas serta pertimbangan analisa, logis dan kronologis yang dikaitkan

dengan landasan yuridis meskipun landasan yuridis itu tidak bersifat mengatur

secara khusus, maka pada hari Senin Pon tanggal 15 Juli 1946, saat

ditetapkannya Penetapan Pemerintah Nomor: 16/SD tersebut ditetapkan menjadi

Hari Lahir Kabupaten Sukoharjo.

C. Lahirnya Kawasan Solobaru

Pada mulanya pada tahun 1980, pengembangan Kawasan Solobaru ini

dimulai karena ada permintaan dari pihak pemerintah Kabupaten Sukoharjo

kepada pengembang untuk membuka jalan selebar 40 meter untuk mempermudah

akses dari Kabupaten Sukoharjo ke Kota Surakarta. Karena pertimbangan

membuat jalan raya, PSP kemudian memutuskan membuat proyek perumahan

dengan luas lahan sekitar 200-250 hektar.

Namun, rencana pengembang untuk sekedar membangun perumahan

mulai goyah karena memiliki lahan yang sedemikian luas maka lahir gagasan baru

yakni rencana proyek yang semula berskala kecil diubah menjadi besar dengan

rencana menciptakan kota baru di pinggiran Kabupaten Sukoharjo tersebut. Kota

baru itu tepatnya berlokasi di wilayah kecamatan Grogol dan Baki kabupaten

Sukoharjo.

Nama Solobaru dipilih karena menurut pakar budaya MT Arifin

dimungkinkan akan menjadi populer seperti lagu Bengawan Solo. Dan menurut

arsitek terkemuka Prof. Ir. Eko Budiharjo MSc, Solobaru mempunyai nilai

komersil yang dapat dijual dan mudah diingat.

Kawasan Solobaru awalnya terdiri dari 11 sektor. Penomoran sektor-

sektor tersebut tidak berdasarkan urutan pembangunannya, hanya nomor

Page 56: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

55

pengkaplingan untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan dalam

merealisasikan bangunan. Awalnya Kawasan Solobaru hanya meliputi 11 sektor

yang dibangun oleh pengembang, namun seiring dengan berkembangnya

Kawasan Solobaru, maka pihak pemerintah Kabupaten Sukoharjo mengukuhkan

wilayah Kawasan Solobaru sebagai wilayah perkotaan dengan menyusun Rencana

Umum Tata Ruang Kawasan Solobaru tahun 1990-2010 yang wilayahnya

meliputi dua kecamatan yakni kecamatan Baki dan Grogol.

3.9 Gambaran Umum Kota Surakarta Tahun 1975 – 2005

4.2.1 Gambaran Fisik Kota Surakarta Tahun 1975 – 2005

A. Geografis

Kota Surakarta terletak diantara 110 45' 15"- 110 45'35" Bujur Timur dan

70 36' - 70 56' Lintang Selatan. Kota Surakarta terletak sekitar 65 km timur laut

Yogyakarta dan 100 km tenggara Semarang. Lokasi kota ini berada di dataran

rendah yakni ±92m di atas permukaan laut yang diapit Gunung Merapi di barat

dan Gunung Lawu di timur. Di sebelah selatan terbentang Pegunungan Sewu. Di

sebelah timur mengalir Bengawan Solo dan di bagian utara mengalir Kali Pepe

yang merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai Solo. Kota Surakarta dibagi

menjadi lima kecamatan yaitu Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Jebres,

Kecamatan Laweyan, Kecamatan Pasar Kliwon, dan Kecamatan Serengan. Batas

administrasi Kota Surakarta adalah sebagai berikut :

Sebelah utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali.

Sebelah timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo.

Sebelah selatan : Kabupaten Sukoharjo.

Sebelah barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar.

Peta administrasi Kota Surakarta disajikan berikut ini :

Page 57: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

56

Page 58: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

57

Peta 4.1 Peta Administrasi Kota Surakarta

Page 59: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

58

Kota Surakarta mempunyai suhu udara maksimum 32,4 C dan suhu udara

minimum 21,6 C. Sedangkan tekanan udara rata-rata adalah 1008,74 mbs dengan

kelembaban udara 79 %. Kecepatan angin berkisar 4 knot dengan arah angin 188

serta beriklim panas. Tanah di Surakarta bersifat pasiran dengan komposisi

mineral muda yang tinggi sebagai akibat aktivitas vulkanik kedua gunung api

yang telah disebutkan di atas. Komposisi ini, ditambah dengan ketersediaan air

yang cukup melimpah, menyebabkan dataran rendah ini sangat baik untuk

budidaya tanaman pangan, sayuran, dan industri, seperti tembakau dan tebu.

Namun demikian, sejak 20 tahun terakhir industri manufaktur dan pariwisata

berkembang pesat sehingga banyak terjadi perubahan peruntukan lahan untuk

kegiatan industri dan perumahan penduduk.

B. Kebijakan Tata Ruang Kota Surakarta

Dalam sistem penataan ruang dan perwilayahan Kota Surakarta

sebagaimana dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota tahun 1993-2013,

kebijakan tata ruang Kota Surakarta dibagi menjadi 10 SWP (Sub Wilayah

Pembangunan) yang meliputi :

Sub Wilayah Pembangunan I

Meliputi 6 wilayah kelurahan yaitu Pucang Sawit, Jagalan, Gandekan,

Sangkrah, Sewu, dan Semanggi dengan pusat pertumbuhan di kelurahan

Pucang Sawit. Adapun kegiatan yang mendominasi adalah sektor industri.

Sub Wilayah Pembangunan II

Meliputi 12 wilayah kelurahan yaitu Kampung Baru, Kepatihan Kulon,

Kepatihan Wetan, Purwodiningratan, Gilingan, Kestalan, Keprabon, Ketelan,

Timuran, Punggawan, Stabelan, dan Sudiroprajan dengan pusat pertumbuhan

di Kampung Baru. Adapun potensi kegiatan yang mendominasi adalah sektor

pariwisata, kebudayaan, perdagangan, perkantoran, dan bank.

Sub Wilayah Pembangunan III

Meliputi 12 wilayah kelurahan yaitu Joyotakan, Danukusuman, Serengan,

Kratonan, Jayengan, Kemlayan, Pasar Kliwon, Gajahan, Kauman, Baluwarti,

Kedung Lumbu, dan Joyosuran dengan pusat pertumbuhan di kelurahan

Page 60: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

59

Gajahan. Adapun potensi kegiatan yang mendominasi adalah sektor

pariwisata, kebudayaan, dan perdagangan.

Sub Wilayah Pembangunan IV

Meliputi 8 wilayah kelurahan yaitu Tipes, Bumi, Panularan, Penumping,

Sriwedari, Purwosari, Manahan, dan Mangkubumen dengan pusat

pertumbuhan di kelurahan Sriwedari. Adapun potensi kegiatan yang

mendominasi adalah sektor pariwisata dan olahraga.

Sub Wilayah Pembangunan V

Meliputi 3 wilayah kelurahan yaitu Pajang, Laweyan, dan Sondakan dengan

pusat pertumbuhan di kelurahan Sondakan. Adapun potensi kegiatan yang

mendominasi adalah sektor industri.

Sub Wilayah Pembangunan VI

Meliputi 3 wilayah kelurahan yaitu Karangasem, Jajar, dan Kerten dengan

pusat pertumbuhan di kelurahan Jajar. Adapun potensi kegiatan yang

mendominasi adalah perkamtoran dan perumahan/permukiman.

Sub Wilayah Pembangunan VII

Meliputi 2 wilayah kelurahan yaitu Sumber dan Banyuanyar dengan pusat

pertumbuhan di kelurahan Sumber. Adapun potensi kegiatan yang

mendominasi adalah sektor perumahan/permukiman.

Sub Wilayah Pembangunan VIII

Meliputi 2 wilayah kelurahan yaitu Jebres dan Tegalharjo dengan pusat

pertumbuhan di kelurahan Jebres. Adapun potensi kegiatan yang mendominasi

adalah sektor pariwisata, pendidikan, dan perdagangan.

Sub Wilayah Pembangunan IX

Meliputi 2 wilayah kelurahan yaitu Kadipiro dan Nusukan dengan pusat

pertumbuhan di kelurahan Kadipiro. Adapun potensi kegiatan yang

mendominasi adalah sektor industri dan pendidikan.

Sub Wilayah Pembangunan X

Meliputi 1 wilayah kelurahan yang sekaligus merupakan pusat pertumbuhan,

yaitu kelurahan Mojosongo. Adapun potensi kegiatan yang mendominasi

adalah sektor perumahan/permukiman.

Page 61: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

60

C. Permukiman

Luas permukiman dan jumlah rumah di Kota Surakarta meningkat seiring

dengan bertambahnya jumlah penduduk. Luas permukiman dan jumlah rumah di

Kota Surakarta dari tahun 1975 sampai 2005 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.1 Luas Permukiman di Kota Surakarta Tahun 1975-2005

Tahun Luas Permukiman

(ha) Jumlah Rumah

1975 2.868,16 67.314

1976 3.168,26 67.861

1977 3.168,26 68.379

1978 3.168,26 68.432

1979 3.254,56 83.578

1980 3.254,56 83.788

1981 3.018,5754 88.519

1982 3.137,3283 99.562

1983 3.137,3283 90.033

1984 3.242,1452 89.781

1985 3.052,6551 81.850

1986 3.252,6551 82.047

1987 3.266,1551 81.919

1988 3.302,3831 81.475

1989 3.351,6653 84.144

1990 3.369,4853 83.231

1991 3.370,4849 84.062

1992 3.372,4849 85.006

1993 3.372,4849 86.443

1994 3.372,4849 93.361

1995 3.372,4849 93.924

1996 3.372,4849 94.518

1997 2.665,16 95.364

1998 2.667,85 95.225

1999 2.674,24 96.134

2000 2.675,91 98.080

2001 2.681,11 106.364

2002 2.685,14 117.256

2003 2.672,21 124.176

2004 2.682,19 135.040

2005 2.707,27 144.640

Page 62: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

61

Sumber : Surakarta dalam Angka tahun 1975-2005

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa luas permukiman di Kota Surakarta

pada tahun 1975 adalah 2.868,16 ha. Jumlah tersebut meningkat menjadi 3.168,26

ha pada tahun 1980. Sedangkan pada tahun 1985, luas permukiman di Kota

Surakarta berkurang menjadi 3.052,6551 ha dan pada tahun 1990 meningkat

kembali menjadi 3.369,4853 ha. Pada tahun 1995 luas permukiman bertambah

menjadi 3.372,4849 ha. Jumlah tersebut berkurang menjadi 2.675,91 ha pada

tahun 2000 dan menjadi 2.707,27 ha pada tahun 2005. Luas permukiman di Kota

Surakarta dari tahun 1975 sampai 2005 dapat digambarkan pada diagram batang

berikut ini :

Gambar 4.2 Luas Permukiman di Kota Surakarta Tahun 1975-2005

Sedangkan jumlah rumah di Kota Surakarta tahun 1975 adalah 67.314 dan

meningkat menjadi 83.788 pada tahun 1980. Dalam kurun waktu 5 tahun dari

tahun 1980 samapi 1985, jumlah rumah di Kota Surakarta mengalami peningkatan

tetapi menurun kembali hingga pada tahun 1985 jumlahnya menjadi 81.850.

Jumlah tersebut meningkat pada tahun 1990 menjadi 83.231 rumah. Pada tahun

1995 jumlah rumah di Kota Surakarta sebanyak 93.924 dan meningkat menjadi

98.080 pada tahun 2000. Jumlah tersebut meningkat lagi hingga pada tahun 2005

jumlahnya menjadi 144.640. Jumlah rumah di Kota Surakarta dari tahun 1975

sampai 2005 dapat digambarkan pada diagram batang berikut ini :

Page 63: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

62

Gambar 4.3 Jumlah Rumah di Kota Surakarta Tahun 1975-2005

D. Sarana dan Prasarana

Sarana perkotaan yang ada di Kota Surakarta terdiri dari sarana kesehatan,

perdagangan, dan pendidikan. Jumlah sarana di Kota Surakarta dari tahun 1975-

2005 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2 Jumlah Sarana Kota Surakarta Tahun 1975-2005

Tahun

Jumlah Sarana

Sarana Perdagangan Sarana Pendidikan Sarana Kesehatan

Pasar

Tradisional

Pertokoan

(pasar

modern,

took, kios,

warung)

Jumlah TK SD SMP SMA

Universitas,

Lembaga

Pendidikan,

Kursus

Jumlah Rumah

Sakit Puskesmas

Poliklinik,

Balai

Pengobatan

Jumlah

1975 38 4.613 4.651 15 42 28 16 166 267 4 5 283 292

1976 38 4.330 4.368 15 42 28 16 84 185 4 5 305 314

1977 38 4.403 4.441 27 42 28 16 51 164 4 5 299 308

1978 38 4.439 4.477 32 44 28 16 383 503 4 5 146 155

1979 39 5.457 5.496 36 44 31 18 415 544 4 5 157 166

1980 39 5.741 5.780 45 48 34 18 449 594 5 5 169 179

1981 39 5.377 5.416 61 48 36 22 435 602 7 7 173 187

1982 39 5.466 5.505 61 52 36 26 446 621 7 7 187 201

1983 39 5.482 5.521 61 52 36 26 468 643 7 7 167 181

1984 40 5.507 5.547 63 52 36 28 498 677 7 7 141 155

1985 40 5.614 5.654 66 60 42 34 511 713 7 7 183 197

1986 40 5.766 5.806 68 60 42 36 528 734 7 9 181 197

1987 40 6.069 6.109 70 60 42 36 544 752 7 9 189 205

1988 40 6.128 6.168 72 62 42 36 567 779 7 9 192 208

1989 40 6.295 6.335 78 62 44 36 616 836 7 9 177 193

1990 40 6.457 6.497 78 64 48 42 615 847 7 14 158 179

1991 40 6.533 6.573 78 68 48 42 605 841 8 14 165 187

1992 40 6.544 6.584 78 68 48 42 603 839 8 14 168 190

1993 40 6.583 6.623 78 68 48 42 582 818 8 14 159 181

1994 40 6.642 6.682 78 68 48 42 518 754 8 18 161 187

1995 40 7.027 7.067 78 68 48 42 520 756 8 18 143 169

1996 40 7.717 7.757 72 68 44 42 296 522 9 18 145 172

1997 40 8.253 8.293 72 68 44 42 574 800 9 18 143 170

1998 40 8.272 8.312 72 68 44 42 521 747 9 18 155 182

1999 40 8.237 8.277 72 68 44 42 522 748 9 18 160 187

Page 64: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

63

2000 40 8.250 8.290 72 64 41 42 516 735 12 22 154 188

2001 40 8.343 8.383 70 62 41 38 433 644 12 22 167 201

2002 40 8.386 8.426 70 60 41 38 533 742 12 22 178 212

2003 40 8.438 8.478 70 60 41 38 525 734 12 24 192 228

2004 40 8.491 8.531 68 60 41 38 517 724 12 24 159 195

2005 41 8.532 8.572 68 60 41 38 517 724 12 24 180 216

Sumber : Surakarta dalam Angka tahun 1975-2005

Sarana perdagangan yang ada di Kota Surakarta terdiri dari pasar dan

pertokoan (kios, warung). Jumlah sarana perdagangan yang ada di Kota Surakarta

pada tahun 1975 sebesar 4.651. Jumlah tersebut terus bertambah hingga pada

tahun 1980 jumlahnya menjadi 5.780. Namun dalam kurun waktu lima tahun

jumlah tersebut terus berkurang hingga pada tahun 1985 jumlahnya menjadi

5.654. Pada tahun 1990, jumlah sarana perdagangan di Kota Surakarta sebesar

6.497 dan bertambah pada tahun 1995 menjadi 7.067. Dalam kurun waktu lima

tahun dari tahun 1995 sampai 2000, jumlah sarana perdagangan di Kota Surakarta

mengalami penurunan dan peningkatan hingga pada tahun 2000 jumlahnya

bertambah dari tahun 1995 menjadi 8.290 Jumlah tersebut terus bertambah hingga

pada tahun 2005 menjadi 8.572. Jumlah sarana perdagangan di Kota Surakarta

tahun 1975-2005 dapat digambarkan dalam diagram batang berikut ini :

Gambar 4.4 Jumlah Sarana Perdagangan di Kota Surakarta Tahun 1975-2005

Sarana pendidikan yang ada di Kota Surakarta terdiri dari TK, SD, SMP,

SMA, dan universitas maupun lembaga pendidikan serta kursus. Jumlah sarana

pendidikan di Kota Surakarta tahun 1975 sebesar 267. Dalam kurun waktu lima

tahun dari tahun 1975-1980 terjadi penurunan dan peningkatan jumlah sarana

pendidikan hingga pada tahun 1980 jumlahnya menjadi 594. Jumlah tersebut terus

bertambah hingga pada tahun 1985 jumlahnya menjadi 713 dan pada tahun 1990

menjadi 847. Namun, jumlah tersebut terus berkurang hingga pada tahun 1995

menjadi 756. Pada tahun 2000 jumlah sarana pendidikan berkurang menjadi 735

Page 65: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

64

dan berkurang kembali pada tahun 2005 menjadi 724. Jumlah sarana pendidikan

di Kota Surakarta tahun 1975-2005 dapat digambarkan dalam diagram batang

berikut ini :

Gambar 4.5 Jumlah Sarana Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 1975-2005

Sarana kesehatan yang ada di Kota Surakarta terdiri dari rumah sakit,

puskesmas, poliklinik dan balai pengobatan. Dari tabel diatas, dapat dilihat jumlah

sarana kesehatan di Kota Surakarta tahun 1975 sebesar 292. Namun jumlah

tersebut berkurang pada tahun 1980 menjadi 179. Pada tahun 1985, jumlah sarana

kesehatan di Kota Surakarta bertambah menjadi 197. Dalam kurun waktu lima

tahun, jumlah sarana kesehatan di Kota Surakarta terus bertambah namun pada

tahun 1990 berkurang hingga jumlahnya menjadi 179. Jumlah tersebut berkurang

kembali pada tahun 1995 menjadi 169. Namun pada tahun 2000, jumlah sarana

kesehatan di Kota Surakarta bertambah menjadi 188 dan jumlahnya terus

bertambah hingga pada tahun 2005 menjadi 216. Jumlah sarana kesehatan di Kota

Surakarta tahun 1975-2005 dapat digambarkan dalam diagram batang berikut ini :

Page 66: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

65

Gambar 4.6 Jumlah Sarana Kesehatan di Kota Surakarta Tahun 1975-2005

Prasarana jalan yang ada di Kota Surakarta terdiri dari beberapa kelas

jalan yakni jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal atau lingkungan. Prasarana

jalan di Kota Surakarta terletak pada jalur lintas selatan sistem transportasi

regional pulau Jawa. Jalan arteri primer di Kota Surakarta menghubungkan

bagian timur dan barat Kota Surakarta dengan jalan utama di pusat Kota Surakarta

yaitu jalan Slamet Riyadi yang menghubungkan jalan menuju Semarang,

Yogyakarta, Surabaya. Sedangkan jaringan jalan di dalam Kota Surakarta tampak

berpola grid.

Berikut ini data prasarana jalan Kota Surakarta :

Page 67: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

66

Tabel 4.3 Prasarana Jalan di Kota Surakarta Tahun 1975-2005

Jenis Data Tahun

2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995 1994 1993 1992 1991 1990

Jumlah Ruas Jalan 271 271 271 271 271 271 271 268 268 268 268 268 268 268 268 268

Panjang Ruas Jalan (Km) 675,860 675,860 675,800 675,700 675,600 675,600 675,550 675,525 675,400 675,400 675,375 675,300 675,250 675,150 675,075 675,025

Jenis Permukaan (Km)

Aspal 467,500 467,500 467,450 467,450 467,450 467,450 467,400 467,400 467,400 467,400 467,400 467,400 467,400 467,400 467,400 467,300

Krikil 97,550 97,550 97,550 97,550 97,550 97,500 97,500 97,500 97,500 97,530 97,530 97,520 97,510 97,510 97,480 97,480

Tanah 1,800 1,850 1,850 1,820 1,820 1,790 1,780 1,780 1,770 1,740 1,750 1,750 1,750 1,730 1,710 1,680

Desa/Tidak Terinci 109,010 108,960 108,950 108,880 108,780 108,860 108,870 108,845 108,730 108,730 108,695 108,630 108,590 108,510 108,485 108,565

Kondisi Jalan (Km)

Baik 395,888 393,400 393,400 391,000 389,500 380,750 375,200 370,000 362,020 358,120 350,100 345,250 300,425 297,866 292,360 289,500

Sedang 268,927 260,100 260,100 26,300 26,985 271,550 272,500 272,570 272,900 273,120 273,200 273,586 273,896 275,450 274,330 276,660

Rusak 7,780 7,650 7,650 7,428 7,260 7,045 7,560 7,680 7,768 7,865 8,010 8,268 8,596 8,765 8,985 8,965

Rusak Berat 3,265 14,710 14,650 250,972 251,855 16,255 20,290 25,275 32,712 36,295 44,065 48,196 92,333 93,069 99,400 99,900

Sumber : DLLAJ

Page 68: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

67

Lanjutan

Jenis Data Tahun

1989 1988 1987 1986 1985 1984 1983 1982 1981 1980 1979 1978 1977 1976 1975

Jumlah Ruas Jalan 268 260 260 260 260 253 253 253 253 253 249 249 246 246 245

Panjang Ruas Jalan (Km) 675,025 675,010 674,080 674,050 674,020 673,050 673,000 672,000 671,050 669,045 669,000 667,050 666,090 666,000 665,080

Jenis Permukaan (Km)

Aspal 467,300 467,300 467,250 467,250 467,225 467,225 467,225 467,190 467,150 467,125 467,090 467,050 466,050 465,090 465,000

Krikil 97,480 97,465 97,465 97,465 97,455 97,455 97,440 97,440 97,425 97,425 97,425 97,415 97,415 97,410 97,400

Tanah 1,680 1,665 1,645 1,600 1,580 1,560 1,540 1,540 1,535 1,500 1,400 1,300 1,250 1,100 1,100

Desa/Tidak Terinci 108,565 108,580 107,720 107,735 107,760 106,810 106,795 105,795 104,845 102,840 102,795 100,845 101,375 99,795 98,875

Kondisi Jalan (Km)

Baik 283,560 280,888 276,360 272,566 268,680 264,320 264,320 260,466 260,466 256,385 240,250 232,100 225,350 220,244 200,340

Sedang 276,400 277,300 277,360 278,058 278,135 278,020 281,560 285,345 285,345 286,450 286,300 286,588 284,250 285,688 287,665

Rusak 9,010 8,964 9,024 9,264 9,264 9,638 9,865 1,020 1,268 1,480 1,588 1,760 1,840 1,920 1,980

Rusak Berat 41,120 42,192 44,224 44,585 45,981 46,953 46,721 46,734 46,440 45,578 37,535 37,234 35,803 33,723 41,234

Sumber : DLLAJ

Page 69: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

68

Jumlah ruas jalan di Kota Surakarta adalah 245 pada tahun 1975 dan

meningkat menjadi 268 pada tahun 1990, dan menjadi 271 pada tahun 2005. Hal

ini berarti terjadi peningkatan yang tidak signifikan pada jumlah ruas jalan dari

tahun ke tahun.Untuk panjang ruas jalan pada tahun 1975 adalah 665,080 km dan

meningkat menjadi 675,025 km pada tahun 1990 dan meningkat pada tahun 2005

menjadi 675,860 km. Hal ini berarti terjadi peningkatan panjang ruas jalan sekitar

10 km selama 30 tahun.

4.2.2 Gambaran Ekonomi Kota Surakarta Tahun 1975 – 2005

Perekonomian Kota Surakarta meningkat dari tahun ke tahun hal ini dapat

dilihat dari peningkatan PDRB Kota Surakarta dari tahun ke tahun.

Tabel 4.4 PDRB Kota Surakarta

Tahun PDRB

ADHB

PDRB

ADHK

1975 32.547,768 32.547,768

1976 39.769,962 33.925,601

1977 50.049,687 38.393,566

1978 61.942,087 43.390,081

1979 78.294,250 46.243,491

1980 98.429,270 49.262,675

1981 208.434,950 208.434,950

1982 257.369,582 221.692,082

1983 297.734,686 237.612,251

1984 322.159,460 246.584,694

1985 364.681,512 261.815,609

1986 412.349,822 277.844,578

1987 419.853,320 313.761,541

1988 475.429,503 333.421,526

1989 561.103,314 361.702,249

1990 648.738,979 386.649,904

1991 741.040,442 413.725,392

1992 860.119,797 444.743,889

1993 982.373,384 473.127,652

1994 1.143.122,481 1.073.359,778

1995 1.331.166,129 1.166.205,398

1996 1.597.860,450 1.368.490,070

1997 1.725.142,860 1.432.562,370

1998 2.220.348,200 1.233.018,440

Page 70: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

69

1999 2.545.175,030 1.250.807,410

2000 2.965.128,910 1.302.715,920

2001 3.321.685,630 1.353.882,640

2002 3.703.510,330 1.426.961,170

2003 4.177.490,750 1.518.008,050

2004 4.780.304,930 1.647.189,150

2005 5.585.776,840 3.858.169,670

Sumber : Surakarta dalam Angka tahun 1975-2005

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 1975 PDRB ADHK

(Atas Dasar Harga Konstan) Kota Surakarta sebesar 32.547,768. Jumlah ini

meningkat pada tahun 1980 menjadi 49.262,675 dan pada tahun 1985 meningkat

menjadi 261.815,609. Perekonomian Kota Surakarta terus meningkat hingga pada

tahun 1990 tingkat PDRB mencapai 386.649,904 dan tahun 1995 mencapai

1.166.205,398. Pada tahun 2000, tingkat PDRB Kota Surakarta mencapai

1.302.715,920 dan tahun 2005 mencapai 3.858.169,670. Tingkat ekonomi Kota

Surakarta tersebut dapat digambarkan dalam grafik berikut ini :

Gambar 4.7 Tingkat Ekonomi (PDRB) Kota Surakarta Tahun 1975-2005

4.2.3 Gambaran Sosial Kota Surakarta Tahun 1975 – 2005

A. Penduduk

Penduduk Kota Surakarta dari tahun ke tahun mengalami peningkatan baik

peningkatan alami secara maupun secara urbanisasi. Jumlah penduduk dari tahun

1975-2005 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Page 71: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

70

Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 1975-2005

Tahun Jumlah Penduduk

(jiwa)

1975 426.032

1976 435.315

1977 443.129

1978 444.221

1979 451.541

1980 459.257

1981 468.490

1982 478.178

1983 485.375

1984 492.884

1985 502.150

1986 504.591

1987 508.138

1988 511.585

1989 515.234

1990 516.967

1991 519.997

1992 523.455

1993 527.767

1994 531.377

1995 533.628

1996 536.005

1997 539.387

1998 542.832

1999 546.469

2000 550.251

2001 553.580

2002 554.630

2003 555.395

2004 557.731

2005 560.046

Sumber : Surakarta dalam Angka tahun 1975-2005

Dari tabel di atas dapat dilihat pada tahun 1975 penduduk Kota Surakarta

berjumlah 426.032. Dalam dekade 5 tahun yakni pada tahun 1980, penduduknya

bertambah menjadi 459.257. Sedangkan pada tahun 1985 penduduknya

mengalami peningkatan sebesar 42.893 menjadi 502.150. Tahun 1990, penduduk

Kota Surakarta sebanyak 516.967 dan meningkat sebesar 16.661 menjadi 533.628

Page 72: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

71

pada tahun 1995. Sedangkan pada tahun 2000, penduduk Kota Surakarta

berjumlah 550.251 dan meningkat menjadi 560.046 pada tahun 2005. Peningkatan

jumlah penduduk tersebut dapat digambarkan pada grafik berikut ini :

Gambar 4.8 Jumlah Penduduk Kota Surakarta Tahun 1975-2005

B. Interaksi Sosial

Kehidupan sosial penduduk di Kota Surakarta telah modern dengan gaya

hidup penduduk kota. Keberagaman sosial budaya yang ada di Kota Surakarta

menyebabkan adanya percampuran budaya dari masing-masing penduduk Kota

Surakarta. Berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku sosial penduduk Kota

Surakarta, interaksi sosial intern dalam Kota Surakarta masih ada tetapi tidak

sekuat penduduk desa yang rasa gotong royong dan kerjasamanya sangat tinggi.

Kondisi interaksi sosial penduduk Kota Surakarta berdasarkan kuesioner adalah

sebagai berikut :

Gambar 4.9 Interaksi Sosial Penduduk Kota Surakarta

47%

43%

10%

Interaksi Sosial Penduduk Kota Surakarta

baik

sedang

buruk

Page 73: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

72

Pada diagram di atas 10% menjawab interaksi sosial yang terjalin adalah

buruk. Hal ini terlihat seperti di kelurahan Banyuanyar dan Tegalharjo yang

penghuninya terdapat masyarakat golongan ekonomi atas. Kegiatan sosial masih

dilakukan seperti pertemuan warga atau kegiatan sosial lainnya, namun dalam

kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan, masyarakat ekonomi atas tidak serta

merta mengikuti kegiatan tetapi biasanya hanya memberi dukungan dalam bentuk

materi. Sehingga hal ini membuat interaksi sosial masyarakat tidak begitu baik.

43% menjawab sedang dan 47% menjawab baik, interaksi seperti ini terjadi di

Kelurahan Kratonan dan Kampung Sewu dimana interaksi sosial yang ada dapat

terjalin dengan baik karena banyaknya kegiatan sosial yang diikuti aktif oleh

seluruh wargannya.

Berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku sosial masyarakat Kota

Surakarta, interaksi sosial penduduk Kota Surakarta terhadap daerah luar Kota

Surakarta seperti daerah hinterlandnya justru banyak terjadi di Kota Surakarta

sendiri. Hal ini dikarenakan banyak penduduk hinterland Kota Surakarta seperti

penduduk Kawasan Solobaru yang lebih banyak menggunakan fasilitas yang ada

di Kota Surakarta seperti fasilitas pendidikan, perdagangan, maupun kesehatan.

Sehingga hal tersebut memungkinkan terjadinya interaksi sosial antara penduduk

Kota Surakarta dengan penduduk luar Kota Surakarta.

3.10 Gambaran Umum Kawasan Solobaru Tahun 1975 – 2005

4.2.1 Gambaran Fisik Kawasan Solobaru Tahun 1975 – 2005

A. Geografis

Kawasan Solobaru terletak di Kabupaten Sukoharjo yang wilayahnya

meliputi 2 kecamatan yakni Kecamatan Baki dan Kecamatan Grogol. Kawasan

Solobaru mempunyai luas wilayah 5174 Ha. Batas administrasi Kawasan

Solobaru adalah sebagai berikut :

Sebelah utara : Kota Surakarta

Sebelah timur : Kecamatan Mojolaban dan Kecamatan Polokarto

Sebelah selatan : Kabupaten Klaten

Sebelah barat : Kecamatan Kartasura dan Kecamatan Gatak

Page 74: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

73

Peta administrasi Kawasan Solobaru disajikan berikut ini :

Page 75: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

74

Peta 4.2 Peta Administrasi Kawasan Solobaru

Page 76: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

75

Kawasan Solobaru terletak pada daerah yang beriklim tropis dengan

temperatur rata-rata 26 derajat celcius. Curah hujan sebagaimana kondisi iklim di

wilayah tropis adalah cukup tinggi dan pertukaran arah angin setiap 6 bulan yang

menandakan peralihan antara bulan basah dan kering. Menurut topografinya,

Kawasan Solobaru merupakan daerah yang relatif datar, yaitu terletak pada

ketinggian antara 0 – 4% pada bagian tengah dan kurang dari 7% pada bagian

tenggara dan barat laut.

B. Kebijakan Tata Ruang Kabupaten Sukoharjo

Berdasarkan kebijakan perwilayahan, wilayah Kabupaten Sukoharjo

dibagi dalam 6 Sub Wilayah Pembangunan, yaitu :

Sub Wilayah Pembangunan I

Meliputi wilayah Kecamatan Kartasura dan Gatak dengan pusatnya di Kota

Kartasura. Potensi utama yang dikembangkan adalah pertanian tanaman

pangan, perikanan, industri, perdagangan, perhubungan, permukiman/

perumahan, pariwisata dan pendidikan.

Sub Wilayah Pembangunan II

Meliputi Wilayah Kecamatan Grogol dan Baki dengan pusatnya di Kota

Grogol. Potensi utama yang dikembangkan adalah pertanian tanaman pangan,

industri, perdagangan, permukiman/perumahan dan pariwisata.

Sub Wilayah Pembangunan III

Meliputi Wilayah Kecamatan Mojolaban, Polokarto dan Bendosari bagian

utara, selatan dan timur dengan pusatnya di Kota Mojolaban. Potensi utama

yang dikembangkan adalah pertanian tanaman pangan, industri, perikanan,

perkebunan, peternakan industri kecil, permukiman/perumahan dan

pariwisata.

Sub Wilayah Pembangunan IV

Meliputi Wilayah Kecamatan Sukoharjo, Bendosari bagian barat dengan

pusatnya di Kota Sukoharjo. Potensi utama yang dikembangkan adalah

pertanian tanaman pangan, perikanan, pemerintahan, industri, perdagangan,

permukiman/perumahan, pariwisata dan pendidikan.

Page 77: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

76

Sub Wilayah Pembangunan V

Meliputi Wilayah Kecamatan Nguter dengan perkembangannya di Kota

Nguter. Potensi utama yang dikembangkan adalah pertanian tanaman pangan,

industri, peternakan, perdagangan dan Pariwisata di Dam Colo dan wisata

Pancingan Tunjung Biru.

Sub Wilayah Pembangunan VI

Meliputi Wilayah Kecamatan Tawangsari, Bulu dan Weru dengan pusatnya di

Kota Tawangsari. Potensi utama yang dikembangkan adalah pertanian

tanaman pangan, perikanan, peternakan, perkebunan, perdagangan,

pertambangan/ bahan galian, industri kecil dan pariwisata.

C. Permukiman

Luas permukiman di Kawasan Solobaru bertambah dari tahun ke tahun.

Luas permukiman dan jumlah rumah di Kawasan Solobaru dapat dilhat pada tabel

berikut ini :

Tabel 4.6 Luas Permukiman di Kawasan Solobaru Tahun 1975-2005

Tahun Luas Permukiman

(ha) Jumlah Rumah

1975 1.009,94 19.281

1976 1.044,21 19.604

1977 1.117,15 20.200

1978 1.163,37 20.773

1979 1.244,22 21.282

1980 1.288,76 22.706

1981 1.352,58 23.457

1982 1.395,12 24.172

1983 1.404,1 24.775

1984 1.523,1 25.469

1985 1.752,1 26.022

1986 1.821,1 26.608

1987 1.993,35 26.957

1988 2.017,18 27.474

1989 2.128,62 27.940

1990 2.251,74 28.510

1991 2.290,28 28.986

1992 2.305,13 29.573

1993 2.461,57 29.982

Page 78: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

77

1994 2.568,44 30.561

1995 2.608,78 31.093

1996 2.738,02 32.538

1997 2.779,46 33.019

1998 2.816,24 33.508

1999 2.843,45 34.931

2000 2.894,31 35.055

2001 2.916,83 35.824

2002 2.934,92 36.250

2003 2.952,27 36.831

2004 2.977,57 36.965

2005 2.982,09 37.451

Sumber : Sukoharjo dalam Angka tahun 1975-2005

Dari tabel tersebut dapat dilihat luas permukiman di Kawasan Solobaru

pada tahun 1975 seluas 1.009,94 ha. Jumlah tersebut terus meningkat hingga pada

tahun 1980 luasnya menjadi 1.288,76 ha. Dalam kurun waktu lima tahun dari

tahun 1980 sampai 1985 luas permukiman di Kawasan Solobaru terus bertambah

hingga pada tahun 1985 luasnya menjadi 1.752,10 ha. Jumah tersebut terus

bertambah hingga pada tahun 1990 menjadi 2.251,74 ha dan tahun 1995 seluas

2.608,78 ha. Namun dalam kurun waktu lima tahun dari tahun 1995-2000 luas

permukiman berkurang namun bertambah kembali pada tahun 2000 menjadi

2.894,31 ha dan pada tahun 2005 berkurang menjadi 2.982,09 ha. Luas

permukiman di Kawasan Solobaru dari tahun 1975 sampai 2005 dapat

digambarkan pada diagram batang berikut ini :

Page 79: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

78

Gambar 4.10 Luas Permukiman di Kawasan Solobaru Tahun 1975-2005

Jumlah rumah di Kawasan Solobaru dari tahun ke tahun semakin

bertambah seiring dengan pertambahan jumlah penduduk. Jumlah rumah di

Kawasan Solobaru tahun 1975 sebesar 19.281 dan terus meningkat hingga pada

tahun 1980 menjadi 22.706. Jumlah tersebut terus meningkat hingga pada tahun

1985 menjadi 26.022 dan pada tahun 1990 menjadi 28.510. Pada tahun 1995,

jumlah rumah di Kawasan Solobaru sebesar 31.093 dan dalam kurun waktu lima

tahun dari tahun 1995 sampai 2000 terjadi penurunan hingga pada tahun 2000

menjadi 34.055. Namun, jumlah tersebut meningkat menjadi 37.451 pada tahun

2005. Jumlah rumah di Kawasan Solobaru dari tahun 1975 sampai 2005 dapat

digambarkan pada diagram batang berikut ini :

Gambar 4.11 Jumlah Rumah di Kawasan Solobaru Tahun 1975-2005

D. Sarana dan Prasarana

Sarana perkotaan yang ada di Kawasan Solobaru terdiri dari sarana

kesehatan, perdagangan, dan pendidikan. Jumlah sarana di Kawasan Solobaru dari

tahun 1975-2005 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Page 80: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

79

Tabel 4.7 Jumlah Sarana Kawasan Solobaru Tahun 1975-2005

Tahun

Jumlah Sarana

Sarana Perdagangan Sarana Pendidikan Sarana Kesehatan

Pasar

Tradisional

Pertokoan

(kios,

warung)

Jumlah TK SD SMP SMA

Universitas,

Lembaga

Pendidikan,

Kursus

Jumlah Rumah

Sakit Puskesmas

Poliklinik,

Balai

Pengobatan

Jumlah

1975 4 253 257 12 24 12 2 12 86 - 2 18 20

1976 4 271 275 12 24 13 2 12 88 - 2 17 19

1977 6 284 290 12 26 13 2 12 90 - 2 18 20

1978 6 308 314 12 26 13 2 12 89 - 2 17 19

1979 6 319 325 12 26 14 2 12 85 - 2 14 16

1980 6 332 338 12 26 14 2 12 84 - 3 12 15

1981 6 344 350 12 26 14 2 12 85 - 3 12 15

1982 6 355 361 12 26 14 2 12 84 - 3 12 15

1983 8 367 375 12 26 14 2 12 86 - 3 10 13

1984 8 408 416 12 26 14 2 12 84 - 3 6 9

1985 8 478 486 14 26 14 4 14 85 - 4 7 11

1986 8 539 547 14 26 16 4 14 92 - 4 10 14

1987 8 589 597 14 26 16 4 14 94 - 4 9 13

1988 8 604 612 14 26 16 4 14 93 - 4 11 15

1989 8 670 678 14 26 16 4 14 92 - 4 11 15

1990 8 708 716 14 26 16 4 14 95 - 6 17 23

1991 13 746 759 14 24 16 4 14 100 - 6 18 24

1992 13 777 790 12 24 16 4 12 75 - 6 18 24

1993 13 825 838 12 24 16 4 12 75 - 6 18 24

1994 13 905 918 12 24 16 4 12 75 - 6 18 24

1995 13 996 1.009 12 24 16 4 12 75 1 6 14 21

1996 13 1.073 1.086 12 24 16 4 12 75 1 6 18 25

1997 14 1.091 1.105 12 24 16 4 12 88 1 6 11 18

1998 14 1.199 1.213 12 24 16 4 12 89 1 6 14 21

1999 14 1.274 1.288 12 24 16 4 12 89 1 6 13 20

2000 14 1.369 1.383 12 24 16 4 12 89 1 8 11 20

2001 14 1.477 1.491 12 24 16 4 12 88 1 8 8 17

2002 14 1.479 1.493 12 24 16 4 12 146 1 8 8 17

2003 14 1.484 1.498 12 24 16 4 12 175 1 8 20 29

2004 14 1.565 1.579 12 24 16 4 12 177 1 8 27 36

2005 14 1.893 1.907 12 24 16 4 12 161 1 8 28 37

Sumber : Sukoharjo dalam Angka tahun 1975-2005

Sarana perdagangan yang ada di Kawasan Solobaru terdiri dari pasar dan

pertokoan (kios, warung). Jumlah sarana perdagangan yang ada di Kawasan

Solobaru pada tahun 1975 sebesar 257. Jumlah tersebut terus bertambah hingga

pada tahun 1980 jumlahnya menjadi 338 dan pada tahun 1985 menjadi 486.

Dalam kurun waktu lima tahun dari tahun 1985 sampai 1990 jumlah sarana

perdagangan di Kawasan Solobaru terus bertambah hingga pada tahun 1990

Page 81: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

80

menjadi 716. Jumlah tersebut terus meningkat hingga pada tahun 1995 jumlah

sarana perdagangan di Kawasan Solobaru menjadi 1.009 dan pada tahun 2000

jumlah sarana perdagangan menjadi 1.383 dan jumlahnya terus bertambah hingga

pada tahun 2005 menjadi 1.907. Jumlah sarana perdagangan di Kawasan Solobaru

tahun 1975-2005 dapat digambarkan dalam diagram batang berikut ini :

Gambar 4.12 Jumlah Sarana Perdagangan di Kawasan Solobaru Tahun 1975-

2005

Sarana pendidikan yang ada di Kawasan Solobaru terdiri dari TK, SD,

SMP, SMA, dan universitas maupun lembaga pendidikan serta kursus. Jumlah

sarana pendidikan di Kawasan Solobaru tahun 1975 sebesar 86. Dalam kurun

waktu lima tahun jumlah sarana pendidikan bertambah namun berkurang kembali

pada tahun 1980 menjadi 84 dan jumlahnya bertambah pada tahun 1985 menjadi

85. Jumlah tersebut terus bertambah hingga pada tahun 1990 menjadi 95. Namun,

pada tahun 1995 jumlahnya berkurang menjadi 75 dan meningkat kembali pada

tahun 2000 menjadi 89. Dari tahun 2000 sampai 2005, jumlah sarana pendidikan

di Kawasan Solobaru mengalami peningkatan namun pada tahun 2005 jumlahnya

berkurang menjadi 161. Jumlah sarana pendidikan di Kawasan Solobaru tahun

1975-2005 dapat digambarkan dalam diagram batang berikut ini :

Page 82: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

81

Gambar 4.13 Jumlah Sarana Pendidikan di Kawasan Solobaru Tahun 1975-

2005

Sarana kesehatan yang ada di Kawasan Solobaru terdiri dari rumah sakit,

puskesmas, poliklinik dan balai pengobatan. Dari tabel diatas, dapat dilihat jumlah

sarana kesehatan di Kawasan Solobaru tahun 1975 sejumlah 20. Jumlah tersebut

berkurang pada tahun 1980 menjadi 15 dan pada tahun 1985 menjadi 11. Pada

tahun 1990, jumlahnya bertambah menjadi 23 tetapi jumlah tersebut berkurang

menjadi 21 pada tahun 1995. Dalam kurun waktu lima tahun, jumlahnya

bertambah namun berkurang kembali pada tahun 2000 menjadi 20. Jumlah

tersebut terus berkurang namun jumlah sarana kesehatan di Kawasan Solobaru

kembali bertambah pada tahun 2005 menjadi 37. Jumlah sarana kesehatan di

Kawasan Solobaru tahun 1975-2005 dapat digambarkan dalam diagram batang

berikut ini :

Gambar 4.14 Jumlah Sarana Kesehatan di Kawasan Solobaru Tahun 1975-

2005

Page 83: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

82

Prasarana jalan di Kawasan Solobaru terletak pada jalur lintas selatan

sistem transportasi regional pulau Jawa. Prasarana jalan di Kawasan Solobaru

terdiri dari jalan arteri yang merupakan jalan utama yang menghubungkan

kabupaten Sukoharjo dengan Kota Surakarta yakni jalan Yos Sudarso dan jalan

Brigjen Kolonel Sudiarto. Sedangkan jaringan jalan di dalam Kawasan Solobaru

tampak berpola grid karena di Kawasan Solobaru banyak terdapat perumahan

yang biasanya menerapkan pola grid pada jaringan jalan.

Berikut data prasarana jalan di Kawasan Solobaru :

Page 84: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

83

Page 85: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

84

Tabel 4.8 Prasarana Jalan di Kawasan Solobaru

Sumber : DLLAJ

Jenis Data Tahun

2005 2004 2003 2002 2001 2000 1999 1998 1997 1996 1995 1994 1993 1992 1991 1990

Jumlah Ruas Jalan 62 62 62 62 62 62 59 59 59 59 59 59 59 59 59 59

Panjang Ruas Jalan

(Km) 358,219 358,219 358,219 358,100 357,875 357,580 357,225 357,000 356,810 356,700 356,435 356,400 356,125 355,885 355,885 355,340

Jenis Permukaan (Km)

Aspal 295,300 295,300 295,300 295,300 295,300 295,300 295,300 295,300 295,300 295,150 295,150 295,150 295,150 295,150 295,150 294,288

Krikil 30,125 30,125 30,125 30,125 30,125 30,125 30,125 30,125 30,125 29,750 29,700 29,485 29,130 29,010 29,000 29,100

Tanah 2,210 2,200 2,165 2,130 2,110 2,095 2,085 2,048 2,026 2,100 2,075 2,040 2,088 2,120 2,100 2,120

Desa/Tidak Terinci 30,584 30,594 30,629 30,545 30340 30,060 29,715 29,527 29,359 29,700 29,510 29,725 29,757 29,605 29635 29792

Kondisi Jalan (Km) 358219 358,219 358,219 358,100 357,875 357,580 357,225 357,000 356,810 356,700 356,435 356,400 356,125 355,885 355,885 355,300

Baik 289,760 287,566 285,488 285,222 285,120 283,466 283,898 283,990 283,688 283,386 283,120 283,000 281,644 281,468 281,226 280,966

Sedang 30,050 29,860 29,688 29,424 29,188 28,988 28,766 28,366 28,122 28,000 27,980 27,688 27,368 27,122 27,108 26,988

Rusak 9,888 9,760 9,548 9,344 9,180 9,010 8,988 8,755 8,544 8,210 8,008 7,988 7,568 7,266 7,010 6,980

Rusak Berat 28,521 31,033 33,495 34,110 34,387 36,116 35,573 35,889 36,456 37,104 37,327 37,724 39,545 40,029 40,541 40,406

Page 86: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

85

Lanjutan

Jenis Data Tahun

1989 1988 1987 1986 1985 1984 1983 1982 1981 1980 1979 1978 1977 1976 1975

Jumlah Ruas Jalan 59 59 53 53 53 53 49 49 49 49 48 31 31 31 28

Panjang Ruas Jalan

(Km) 355,300 355,128 355,050 354,785 354,700 354,350 353,675 352,920 352,228 351,738 343,200 342,300 341,900 341,500 340,000

Jenis Permukaan

(Km)

Aspal 294,288 294,288 294,288 294,288 294,100 294,100 294,100 294,100 294,000 294,000 294,000 294,000 293,950 293,950 293,950

Krikil 29,116 29,348 29,400 29,478 29,320 29,300 29,646 29,680 29,878 29,888 27,900 29,625 29,335 29,665 29,700

Tanah 2,110 2,035 2,035 2,035 2,035 2,060 2,060 2,060 2,076 2,076 2,076 2,000 1,986 1,875 1,940

Desa/Tidak Terinci 29786 29,457 29,327 28,984 29,245 28,890 27,869 27,080 26,274 25,774 67,080 27,675 15,629 16,010 14,410

Kondisi Jalan (Km) 355,300 325,671 325,723 325,801 325,455 325,460 325,806 325,840 325,954 325,964 391,056 353,300 340,900 341,500 340,000

Baik 280,650 280,126 278,480 278,112 276,865 276,142 276,288 275,688 275,668 276,380 276,120 276,010 277,388 279,455 270,666

Sedang 26,766 26,366 26,112 25,988 25,866 25,490 25,200 25,108 24,998 24,880 24,680 24,400 24,244 24,100 24,088

Rusak 6,764 6,444 6,234 6,100 5,988 5,765 5,466 5,390 5,122 4,900 4,865 4,656 4,465 4,222 4,012

Rusak Berat 41,120 42,192 44,224 44,585 45,981 46,953 46,721 46,734 46,440 45,578 37,535 37,234 35,803 33,723 41,234

Sumber : DLLAJ

Page 87: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

88

Jumlah ruas jalan di Kawasan Solobaru adalah 28 pada tahun 1975 dan

meningkat menjadi 59 pada tahun 1990, dan menjadi 62 pada tahun 2005. Hal ini

berarti terjadi peningkatan yang tidak signifikan pada jumlah ruas jalan dari tahun

ke tahun. Untuk panjang ruas jalan pada tahun 1975 adalah 340,000 km dan

meningkat menjadi 355,340 km pada tahun 1990 dan meningkat pada tahun 2005

menjadi 358,219 km.

4.2.2 Gambaran Ekonomi Kawasan Solobaru Tahun 1975 – 2005

Perekonomian Kawasan Solobaru meningkat dari tahun ke tahun hal ini

dapat dilihat dari peningkatan PDRB Kawasan Solobaru dari tahun ke tahun.

Tabel 4.9 PDRB Kawasan Solobaru

Tahun PDRB ADHB PDRB ADHK

1975 4.149,825 3.501,748

1976 5.837,272 4.821,419

1977 7.635,117 6.025,384

1978 8.853,994 6.873,767

1979 9.381,238 7.814,668

1980 14.539,556 8.399,923

1981 54.379,187 47.755,319

1982 77.451,483 52.648,112

1983 88.645,223 65.518,724

1984 94.732,473 80.551,746

1985 107.682,441 91.873,019

1986 147.845,382 122.401,281

1987 191.755,673 177139,653

1988 345.126,487 288.135,367

1989 351.189,442 299.745,124

1990 368.714,278 305.213,695

1991 379.462,305 314.522,752

1992 388.245,766 327.142,341

1993 397.522,181 338.830,558

1994 400.142,762 340.144,343

1995 409.634,871 359.973,219

1996 417.688,934 368.425,772

1997 425.813,657 379.681,046

1998 437.691,413 380.021,327

1999 557.180,792 450.074,162

2000 636.736,826 517.763,801

Page 88: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

89

2001 709.658,175 628.397,554

2002 800.661,863 704.333,162

2003 918.610,304 825.732,826

2004 1.013.786,478 899.082,364

2005 1.109.427,382 948.968,277

Sumber : Sukoharjo dalam Angka tahun 1975-2005

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 1975 PDRB ADHK

(Atas Dasar Harga Konstan) Kawasan Solobaru sebesar 3.501,748. Jumlah ini

meningkat pada tahun 1980 menjadi 8.399,923 dan pada tahun 1985 meningkat

menjadi 91.873,019. Perekonomian Kawasan Solobaru terus meningkat hingga

pada tahun 1990 tingkat PDRB mencapai 305.213,695 dan tahun 1995 mencapai

359.973,219. Pada tahun 2000, tingkat PDRB Kawasan Solobaru mencapai

517.763,801 dan tahun 2005 mencapai 948.968,277. Tingkat ekonomi (PDRB)

Kawasan Solobaru dapat digambarkan dalam grafik berikut ini :

Gambar 4.15 Tingkat Ekonomi (PDRB) Kawasan Solobaru

4.2.3 Gambaran Sosial Kawasan Solobaru Tahun 1975 - 2005

A. Penduduk

Penduduk Kawasan Solobaru dari tahun ke tahun mengalami peningkatan

baik peningkatan secara alami maupun secara urbanisasi. Jumlah penduduk dari

tahun 1975-2005 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Page 89: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

90

Tabel 4.10 Jumlah Penduduk Kawasan Solobaru Tahun 1975-2005

Tahun Jumlah Penduduk

1975 77.120

1976 78.413

1977 80.797

1978 83.088

1979 85.125

1980 90.821

1981 93.826

1982 96.688

1983 99.099

1984 101.876

1985 104.084

1986 106.429

1987 107.825

1988 109.890

1989 111.757

1990 114.035

1991 115.944

1992 118.289

1993 119.924

1994 122.242

1995 124.370

1996 130.155

1997 132.073

1998 134.029

1999 136.009

2000 136.217

2001 143.293

2002 144.995

2003 146.481

2004 147.857

2005 149.800

Sumber : Sukoharjo dalam Angka tahun 1975-2005

Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah penduduk Kawasan Solobaru tahun

1975 sebesar 77.120. Jumlah tersebut terus meningkat hingga pada tahun 1980

menjadi 90.821 dan pada tahun 1985 menjadi 104.084. Dalam kurun waktu lima

tahun dari tahun 1985 sampai 1990, jumlah penduduk Kawasan Solobaru semakin

Page 90: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

91

bertambah hingga pada tahun 1990 menjadi 114.035. Pada tahun 1995 jumlah

penduduk Kawasan Solobaru sebesar 124.370 dan terus meningkat hingga pada

tahun 2000 menjadi 136.217 dan tahun 2005 menjadi 149.800. Peningkatan

jumlah penduduk tersebut dapat digambarkan pada grafik berikut ini :

Gambar 4.16 Jumlah Penduduk di Kawasan Solobaru Tahun 1975-2005

B. Interaksi Sosial

Berdasarkan hasil observasi pada perilaku sosial penduduk di Kawasan

Solobaru, maka dapat dikatakan bila kondisi sosial penduduk di Kawasan

Solobaru sudah seperti menyatu dengan kehidupan Kota Surakarta. Kehidupan

sosial penduduk di Kawasan Solobaru yakni modern tradisional. Penduduk telah

mengikuti gaya hidup modern tetapi belum sepenuhnya meninggalkan tradisi-

tradisi sosial setempat.

Berdasarkan hasil observasi pada perilaku sosial penduduk di Kawasan

Solobaru, interaksi sosial intern dalam Kawasan Solobaru sendiri kurang terasa

kuat terutama di daerah perumahan swasta. Namun di daerah kampung-kampung

penduduk, interaksi sosial penduduknya lebih terasa, hal ini dapat dilihat dari

kebiasaan gotong royong mereka dalam pekerjaan yang membutuhkan kerjasama.

Interaksi sosial penduduk dari hasil kuesioner yang didukung wawancara dengan

penduduk Kawasan Solobaru dapat digambarkan dalam diagram berikut ini :

Page 91: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

92

Gambar 4.17 Interaksi Sosial Penduduk Kawasan Solobaru

Pada diagram di atas 30% menjawab interaksi sosial yang terjalin adalah buruk.

Interaksi seperti ini terjadi di lingkungan perumahan swasta di Kawasan Solobaru

yang hampir tidak ada kegiatan sosial antar penduduk. Penduduk di lingkungan

perumahan swasta sangat individual sehingga mereka kurang perhatian dengan

tetangga sekitarnya. Sebesar 33% responden menjawab interaksi sosial yang

terjalin adalah baik. Interaksi seperti ini terjadi di kampung-kampung penduduk

dimana gotong royong warganya sangat terlihat, pertemuan warga rutin diadakan,

dan kegiatan sosial sering diadakan.

BAB 5

KAJIAN PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA SURAKARTA

TERHADAP PERMUKIMAN DI KAWASAN SOLOBARU

5.1 Perkembangan Kota Surakarta

5.1.1 Perkembangan Fisik Kota Surakarta

A. Perkembangan Permukiman Kota Surakarta

Hunian merupakan salah satu kebutuhan utama manusia. Dengan jumlah

penduduk yang bertambah sudah pasti menambah jumlah rumah. Di Kota

Surakarta jumlah rumah dari tahun ke tahun semakin meningkat seiring dengan

peningkatan jumlah penduduk. Peningkatan jumlah rumah tersebut

mengakibatkan kepadatan permukiman di Kota Surakarta cenderung meningkat

Page 92: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

93

dari tahun ke tahun. Perkembangan kepadatan permukiman di Kota Surakarta

dapat dilihat berikut ini :

Tabel 5.1 Tabel Kepadatan Permukiman di Kota Surakarta

Tahun Jumlah

Penduduk

Jumlah

Rumah

Luas

Permukiman

(Ha)

Kepadatan

Permukiman

Pertambahan

Kepadatan

Permukiman

1975 426.032 67.314 2.868,16 65,13% -

1976 435.315 67.861 3.168,26 71,94% 6,81%

1977 443.129 68.379 3.168,26 71,94% 0,00%

1978 444.221 68.432 3.168,26 71,94% 0,00%

1979 451.541 83.578 3.254,56 73,90% 1,96%

1980 459.257 83.788 3.254,56 73,90% 0,00%

1981 468.490 88.519 3.018,5754 68,54% -5,36%

1982 478.178 99.562 3.137,3283 71,24% 2,70%

1983 485.375 90.033 3.137,3283 71,24% 0,00%

1984 492.884 89.781 3.242,1452 73,62% 2,38%

1985 502.150 81.850 3.052,6551 69,31% -4,31%

1986 504.591 82.047 3.252,6551 73,86% 4,55%

1987 508.138 81.919 3.266,1551 74,16% 0,30%

1988 511.585 81.475 3.302,3831 74,98% 0,82%

1989 515.234 84.144 3.351,6653 76,10% 1,12%

1990 516.967 83.231 3.369,4853 76,51% 0,41%

1991 519.997 84.062 3.370,4849 76,53% 0,02%

1992 523.455 85.006 3.372,4849 76,58% 0,05%

1993 527.767 86.443 3.372,4849 76,58% 0,00%

1994 531.377 93.361 3.372,4849 76,58% 0,00%

1995 533.628 93.924 3.372,4849 76,58% 0,00%

1996 536.005 94.518 3.372,4849 76,58% 0,00%

1997 539.387 95.364 2.665,16 60,52% -16,06%

1998 542.832 95.225 2.667,85 60,58% 0,06%

1999 546.469 96.134 2.674,24 60,72% 0,14%

2000 550.251 98.080 2.675,91 60,76% 0,04%

2001 553.580 106.364 2.681,11 60,88% 0,12%

2002 554.630 117.256 2.685,14 60,97% 0,09%

2003 555.395 124.176 2.672,21 60,68% -0,29%

2004 557.731 135.040 2.682,19 60,90% 0,22%

2005 560.046 144.640 2.707,27 61,47% 0,57% Sumber : Hasil analisis, tahun 2010

Kepadatan permukiman di Kota Surakarta dapat digambarkan pada grafik

berikut ini :

Page 93: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

94

Gambar 5.1 Grafik Kepadatan Permukiman Kota Surakarta

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa kepadatan permukiman di Kota

Surakarta selama kurun waktu 30 tahun (1975-2005) relative berubah namun

cenderung meningkat. Namun, pada tahun 1981 tampak kepadatan

permukimannya berkurang sebesar 5,36%, dan pada tahun 1985 berkurang

sebesar 4,31%. Bila ditinjau dari sejarah Kota Surakarta, maka dapat disimpulkan

bahwa hal ini disebabkan karena pada tahun 1970 terjadi urbanisasi dan

industrialisasi di Kota Surakarta sehingga banyak menyerap penduduk dari luar

kota, dan hal tersebut mengakibatkan terjadinya pemekaran Kota Surakarta hingga

tahun 1980an banyak bermunculan perumahan baru di hinterland Kota Surakarta

seperti di kabupaten Sukoharjo. Pada tahun 1997 tampak kepadatan

permukimannya berkurang sebesar 16,06% dan tahun 2003 berkurang sebesar

0.29%. Hal ini disebabkan semakin tergesernya fungsi permukiman oleh fungsi

komersial yang terutama terjadi di pusat kota.

Dalam kurun waktu 30 tahun, pola perkembangan permukiman Kota

Surakarta cenderung berpola ribbon development (perembetan memanjang) dan

leap frog development (perembetan meloncat) ke dalam maupun ke luar kota.

Adapaun spasial perkembangan permukiman Kota Surakarta dalam kurun waktu

30 tahun adalah sebagai berikut :

0.00%10.00%20.00%30.00%40.00%50.00%60.00%70.00%80.00%90.00%

Ke

pad

atan

Pe

rmu

kim

an

Page 94: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

95

Peta 5.1 Peta Perkembangan Permukiman di Kota Surakarta Tahun 1979-1997

Page 95: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

96

Peta 5.2 Peta Perkembangan Permukiman di Kota Surakarta Tahun 1997-2005

Page 96: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

97

Dari peta diatas dapat diketahui bahwa perkembangan Kota Surakarta pada

sampai tahun 1979 adalah memanjang mengikuti jaringan jalan (ribbon

development). Namun setelah lahan semakin terbatas, perkembangan permukiman di

Kota Surakarta pada tahun 1992 sampai sekarang adalah berpola sprawl dan

cenderung kearah luar kota.

Perkembangan spasial permukiman di Kota Surakarta dipengaruhi oleh

pertambahan sarana perekonomian yang semakin tahun bertambah. Dengan lahan

kota yang tetap, maka dari tahun ke tahun permukiman tergeser oleh keberadaan

sarana ekonomi yang berada di tengah kota. Hal ini tampak pada peta 5.2 di atas

bahwa perkembangan permukiman setelah tahun 1997 mulai cenderung ke arah luar

kota.

Bila dilihat dari perkembangan fisik kotanya, maka Kota Surakarta

mempunyai struktur kota konsentris seperti yang dikemukakan oleh Ernest Burgess

(dalam Yunus, 2000). Dalam teori struktur kota konsentris, suatu kota terdiri dari

zona-zona yang konsentris dan masing-masing zona ini sekaligus mencerminkan tipe

penggunaan lahan yang berbeda. Hal ini tercermin pada penggunaan lahan yang

berbeda-beda pada masing-masing zona di Kota Surakarta. Dari kebijakan

penggunaan lahan di Kota Surakarta, pusat Kota Surakarta diarahkan sebagai fungsi

perdagangan, jasa, dan perkantoran. Dan menjauhi pusat kota semakin banyak lahan

yang diperuntukkan sebagai permukiman penduduk. Hal ini senada dengan penelitian

yang telah dilakukan oleh Karyono dalam tesisnya yang mengemukakan bahwa

model struktur kota konsentris sesuai dengan struktur kota yang pernah mengalami

migrasi besar-besaran dan mempunyai latar belakang kerajaan seperti Kota Surakarta.

Struktur kota konsentris yang tampak pada penggunaan lahan di Kota Surakarta dapat

dijelaskan pada peta berikut ini :

Page 97: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

98

Peta 5.3 Peta Stuktur Perkembangan Kota Surakarta

Zona 2

Zona 3

Zona 4

Zona 5

Zona 1

Page 98: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

99

Dari peta penggunaan lahan Kota Surakarta di atas dapat dilihat bahwa

struktur kotanya adalah konsentris. Berdasarkan teori struktur kota konsentris E.W

Burgess (dalam Yunus, 2000), maka pembagian zona konsentris pada struktur

Kota Surakarta adalah sebagai berikut :

Pada zona 1 (lingkaran 1) merupakan pusat bisnis atau the central bussiness

district (CBD) Kota Surakarta yang terdiri dari fungsi perdagangan dan jasa,

perkantoran, dan fungsi yang diperuntukkan untuk kegiatan ekonomi. Fungsi-

fungsi tersebut banyak tersebar di sepanjang jalan utama Kota Surakarta

seperti di sepanjang jalan Slamet Riyadi, jalan Yos Sudarso, jalan Gatot

Subroto.

Pada zona 2 (lingkaran 2) merupakan daerah transisi atau the zone of

transition. Pada zona ini banyak terdapat permukiman kumuh yang letaknya

berada tidak jauh dari pusat kota. Seperti permukiman di kelurahan Sangkrah,

kelurahan Kedung Lumbu, kelurahan Gandekan di Kota Surakarta.

Pada zona 3 (lingkaran 3) merupakan daerah pemukiman para pekerja atau the

zone of workkingmen’s homes. Yang termasuk dalam zona ini antara lain

seperti kelurahan Nusukan, kelurahan Gilingan, kelurahan Tegalharjo, dan

kelurahan Semanggi di Kota Surakarta.

Pada zona 4 (lingkaran 4) merupakan daerah tempat tinggal golongan kelas

menengah atau The Zone of Middle Class Develiers. Yang termasuk dalam

zona ini antara lain seperti kelurahan Kadipiro, kelurahan Mojosongo,

kelurahan Joyosuran, dan kelurahan Jajar.

Pada zona 5 (lingkaran 5) merupakan daerah para penglaju atau the commuters

zone. Di daerah ini terdiri dari permukiman golongan kelas atas yang mencari

kenyamanan bertempat tinggal tanpa mempedulikan jarak yang jauh dari pusat

kota. Kelurahan Banyuanyar Kota Surakarta merupakan daerah yang termasuk

dalam zona ini. Di kelurahan Banyuanyar terdapat perumahan yang

penghuninya adalah masyarakat golongan ekonomi atas.

Ciri khas utama kota konsentris adalah adanya kecenderungan memperluas

wilayah dan masuk daerah berikutnya (sebelah luarnya). Seperti yang terjadi di

Kota Surakarta yang dapat dilihat dari peta penggunaan lahan Kota Surakarta di

Page 99: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

100

atas, bahwa hinterland Kota Surakarta yang berbatasan langsung dengan Kota

Surakarta seperti Kawasan Solobaru, kecamatan Kartasura, maupun kelurahan

Colomadu adalah daerah yang berfungsi sebagai permukiman penduduk. Dapat

dikatakan bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang berfungsi untuk

menampung luapan kebutuhan perumahan di Kota Surakarta.

Menurut Melville C. Branch (1996:37), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi perkembangan kota, yaitu keadaan geografis, tapak (site), dan

fungsi kota. Jika dilihat kondisi Kota Surakarta, maka dapat dikatakan bahwa

faktor yang paling mempengaruhi perkembangan Kota Surakarta adalah keadaan

geografis dan tapak (site) Kota Surakarta. Berikut ini letak geografis Kota

Surakarta bila ditinjau dari Jawa Tengah :

Page 100: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

101

Peta 5.4 Peta Orientasi Kota Surakarta terhadap Propinsi Jawa Tengah

Page 101: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

102

Dapat dilihat dari peta diatas, yang dilingkari adalah wilayah Kota

Surakarta dan sekitarnya. Dari peta tampak Kota Surakarta terletak di antara

lembah Gunung Merapi Merbabu dan Gunung Lawu sehingga membuat Kota

Surakarta berlimpah air bersih dan tanahnya berpotensi untuk kawasan budidaya.

Tapak (site) Kota Surakarta bila ditinjau dari topografinya maka topografinya

relatif datar. Hal ini memudahkan Kota Surakarta berkembang ke segala arah ke

hinterland-hinterlandnya.

Dari peta tampak, Kota Surakarta terletak pada simpul jalur lintas selatan

dan utara sistem transportasi regional pulau Jawa. Artinya Kota Surakarta dilalui

jalan nasional yang menghubungkan kota-kota lain di pulau Jawa. Hal ini

mendorong cepatnya perkembangan Kota Surakarta. Dengan letak geografisnya

yang strategis, maka di Kota Surakarta banyak terjadi bangkitan dan tarikan

kegiatan yang berpengaruh pada perkembangan Kota Surakarta. Hingga sekarang,

perkembangan fisik Kota Surakarta telah melampaui batas wilayah administrasi

Kota Surakarta. Terbatasnya lahan di Kota Surakarta menyebabkan terjadinya

urban sprawl ke hinterland Kota Surakarta. Perumahan-perumahan baru mulai

bermunculan di hinterland Kota Surakarta seperti di Kawasan Solobaru yang

merupakan hinterland Kota Surakarta.

B. Perkembangan Sarana Kota Surakarta

1. Perkembangan Sarana Perdagangan Kota Surakarta

Sarana perdagangan Kota Surakarta yang terdiri dari pasar dan pertokoan

(kios, warung) dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan penurunan tetapi

lebih cenderung meningkat. Perkembangan jumlah sarana perdagangan sering kali

melebihi kebutuhan jumlah sarana. Perbandingan perkembangan jumlah sarana

perdagangan di Kota Surakarta dengan kebutuhan jumlah sarana perdagangan

menurut jumlah penduduk di Kota Surakarta yang dapat dianalisis dengan SNI 03-

1733-2004 tentang perencanaan perumahan kota dapat dilihat berikut ini :

Page 102: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

103

Tabel 5.2 Perkembangan Jumlah Sarana Perdagangan Kota Surakarta

Tahun Jumlah

Penduduk

Jumlah

Sarana

Perdagangan

Tingkat

Pertumbuhan

Sarana

Perdagangan

Kebutuhan

Jumlah Sarana

Perdagangan

berdasarkan

SNI

Kelebihan

Sarana

1975 426.032 4.651 - 1.793 2.858

1976 435.315 4.368 -6,48% 1.832 2.536

1977 443.129 4.441 1,64% 1.865 2.576

1978 444.221 4.477 0,80% 1.869 2.608

1979 451.541 5.496 18,54% 1.900 3.596

1980 459.257 5.780 4,91% 1.933 3.847

1981 468.490 5.416 -6,72% 1.972 3.444

1982 478.178 5.505 1,62% 2.012 3.493

1983 485.375 5.521 0,29% 2.043 3.478

1984 492.884 5.547 0,47% 2.074 3.473

1985 502.150 5.654 1,89% 2.113 3.541

1986 504.591 5.806 2,62% 2.123 3.683

1987 508.138 6.109 4,96% 2.138 3.971

1988 511.585 6.168 0,96% 2.153 4.015

1989 515.234 6.335 2,64% 2.168 4.167

1990 516.967 6.497 2,49% 2.176 4.321

1991 519.997 6.573 1,16% 2.188 4.385

1992 523.455 6.584 0,17% 2.203 4.381

1993 527.767 6.623 0,59% 2.221 4.402

1994 531.377 6.682 0,88% 2.236 4.446

1995 533.628 7.067 5,45% 2.246 4.821

1996 536.005 7.757 8,90% 2.256 5.501

1997 539.387 8.293 6,46% 2.270 6.023

1998 542.832 8.312 0,23% 2.284 6.028

1999 546.469 8.277 -0,42% 2.300 5.977

2000 550.251 8.290 0,16% 2.316 5.974

2001 553.580 8.383 1,11% 2.330 6.053

2002 554.630 8.426 0,51% 2.334 6.092

2003 555.395 8.478 0,61% 2.337 6.141

2004 557.731 8.531 0,62% 2.347 6.184

2005 560.046 8.572 0,48% 2.357 6.215 Sumber : Hasil analisis, tahun 2010

Page 103: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

104

Perkembangan tingkat pertumbuhan jumlah sarana perdagangan dari tahun

1975 sampai tahun 2005 dapat digambarkan dalam grafik berikut ini :

Gambar 5.2 Grafik Perkembangan Tingkat Pertumbuhan Jumlah Sarana

Perdagangan Kota Surakarta

Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat kecenderungan tingkat

pertumbuhan jumlah sarana perdagangan di Kota Surakarta yakni relative

meningkat dari tahun ke tahunnya meskipun mengalami peningkatan dan

penurunan pada beberapa kurun waktu. Pada tahun 1980 tingkat pertumbuhan

sarana perdagangan di Kota Surakarta mencapai 4,91%. Pada tahun 1985, tingkat

pertumbuhan sarana perdagangan dalam setahun mencapai 1,89%, angka ini lebih

kecil bila dibandingkan pertumbuhan tahun 1980. Tingkat pertumbuhan sarana

perdagangan di Kota Surakarta meningkat kembali pada tahun 1990 yakni 2,49%

dan tahun 1995 yakni 5,45%. Pada tahun 2000, tingkat pertumbuhannya menurun

dalam setahun mencapai 0,16% dan meningkat kembali menjadi 0,48% pada

tahun 2005.

Namun, jumlah sarana perdagangan dari tahun ke tahun di Kota Surakarta

bila dibandingkan dengan kebutuhan jumlah sarana perdagangan menurut jumlah

penduduk berdasarkan analisis dengan SNI maka jumlah sarana yang ada adalah

cenderug kelebihan dari yang sebenarnya dibutuhkan penduduk Kota Surakarta.

Seperti halnya pada tahun 1996, jumlah sarana perdagangan mencapai 7.757

padahal kebutuhan jumlah sarana perdagangan bila ditinjau dari jumlah

penduduknya adalah 2.256 dan berarti pada tahun 1996 terdapat kelebihan jumlah

sarana perdagangan sebesar 5.501. Dengan angka kelebihan yang sedemikian

banyak tentu saja menambah jumlah lahan untuk fungsi perdagangan.

-0.1

-0.05

0

0.05

0.1

0.15

0.2

(%)

Page 104: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

105

Perkembangan sarana perdagangan tersebut dapat dilihat bahwa dari tahun ke

tahun jumlahnya bertambah dan lahannya semakin mengambil lahan di pusat kota.

Sehingga hal ini mengakibatkan lahan permukiman yang semula berada di pusat

kota menjadi bergeser ke arah pinggir kota. Keadaan ini juga didukung oleh

kebijakan pemerintah dalam menetapkan pusat perdagangan di pusat kota yakni di

sepanjang jalan utama Kota Surakarta khusunya bagian selatan seperti jalan

Slamet Riyadi, jalan Yos Sudarso, jalan Gatot Subroto, jalan Urip Sumoharjo,

jalan Brigjen Sudiarto.

2. Perkembangan Sarana Pendidikan Kota Surakarta

Sarana pendidikan di Kota Surakarta terdiri dari TK, SD, SMP, SMA, dan

universitas maupun lembaga pendidikan serta kursus. Sarana pendidikan di Kota

Surakarta dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dan penurunan jumlah.

Perbandingan perkembangan jumlah sarana pendidikan di Kota Surakarta dengan

kebutuhan jumlah sarana pendidikan menurut jumlah penduduk di Kota Surakarta

yang dapat dianalisis dengan SNI 03-1733-2004 tentang perencanaan perumahan

kota dapat dilihat berikut ini :

Tabel 5.3 Perkembangan Jumlah Sarana Pendidikan Kota Surakarta

Tahun Jumlah

Penduduk

Jumlah

Sarana

Pendidikan

Tingkat

Pertumbuhan

Sarana

Pendidikan

Kebutuhan

Jumlah Sarana

Pendidikan

Berdasarkan SNI

Kekurangan

Sarana

1975 426.032 267 - 785 518

1976 435.315 185 -44,32% 802 617

1977 443.129 164 -12,80% 816 652

1978 444.221 503 67,40% 818 315

1979 451.541 544 7,54% 832 288

1980 459.257 594 8,42% 846 252

1981 468.490 602 1,33% 863 261

1982 478.178 621 3,06% 881 260

1983 485.375 643 3,42% 894 251

1984 492.884 677 5,02% 908 231

1985 502.150 713 5,05% 925 212

1986 504.591 734 2,86% 929 195

1987 508.138 752 2,39% 936 184

1988 511.585 779 3,47% 942 163

1989 515.234 836 6,82% 949 113

1990 516.967 847 1,30% 952 105

Page 105: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

106

1991 519.997 841 -0,71% 958 117

1992 523.455 839 -0,24% 964 125

1993 527.767 818 -2,57% 972 154

1994 531.377 754 -8,49% 979 225

1995 533.628 756 0,26% 983 227

1996 536.005 522 -44,83% 987 465

1997 539.387 800 34,75% 993 193

1998 542.832 747 -7,10% 1.000 253

1999 546.469 748 0,13% 1.006 258

2000 550.251 735 -1,77% 1.013 278

2001 553.580 644 -14,13% 1.020 376

2002 554.630 742 13,21% 1.021 279

2003 555.395 734 -1,09% 1.023 289

2004 557.731 724 -1,38% 1.027 303

2005 560.046 724 0,00% 1.031 307 Sumber : Hasil analisis, tahun 2010

Perkembangan tingkat pertumbuhan jumlah sarana pendidikan dari tahun

1975 sampai tahun 2005 dapat digambarkan dalam grafik berikut ini :

Gambar 5.3 Grafik Perkembangan Tingkat Pertumbuhan Jumlah Sarana

Pendidikan Kota Surakarta

Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat kecenderungan tingkat

pertumbuhan jumlah sarana pendidikan di Kota Surakarta yakni relative menurun

dari tahun ke tahunnya meskipun mengalami peningkatan dan penurunan pada

beberapa kurun waktu. Pada tahun 1980 tingkat pertumbuhan sarana pendidikan

di Kota Surakarta mencapai 8,42%. Pada tahun 1985, dalam setahun tingkat

pertumbuhannya mencapai 5,05%. Namun tingkat pertumbuhan sarana

pendidikan di Kota Surakarta menurun dalam setahun pada tahun 1990 menjadi

-0.6

-0.4

-0.2

0

0.2

0.4

0.6

0.8

(%)

Page 106: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

107

1,30% dan tahun 1995 menjadi 0,26%. Dalam setahun pada tahun 2000, tingkat

pertumbuhannya terus menurun menjadi -1,77% dan meningkat kembali dalam

setahun menjadi -1,38% pada tahun 2004. Kecenderungan penurunan jumlah

sarana pendidikan ini sangat terkait dengan jumlah penduduk usia sekolah.

Namun, jumlah sarana pendidikan dari tahun ke tahun di Kota Surakarta

bila dibandingkan dengan kebutuhan jumlah sarana pendidikan menurut jumlah

penduduk berdasarkan analisis dengan SNI maka jumlah sarana yang ada

cenderung belum mencukupi dari yang sebenarnya dibutuhkan penduduk Kota

Surakarta. Seperti halnya pada tahun 1990, jumlah sarana pendidikan mencapai

847 padahal kebutuhan jumlah sarana perdagangan bila ditinjau dari jumlah

penduduknya adalah 952 dan berarti pada tahun 1990 terjadi kekurangan jumlah

sarana pendidikan sebesar 105.

3. Perkembangan Sarana Kesehatan Kota Surakarta

Sarana kesehatan di Kota Surakarta terdiri dari rumah sakit, puskesmas,

poliklinik dan balai pengobatan. Sarana kesehatan di Kota Surakarta dari tahun ke

tahun mengalami kenaikan dan penurunan jumlah. Perbandingan perkembangan

jumlah sarana kesehatan di Kota Surakarta dengan kebutuhan jumlah sarana

kesehatan menurut jumlah penduduk di Kota Surakarta yang dapat dianalisis

dengan SNI 03-1733-2004 tentang perencanaan perumahan kota dapat dilihat

berikut ini :

Tabel 5.4 Perkembangan Jumlah Sarana Kesehatan Kota Surakarta

Tahun Jumlah

Penduduk

Jumlah

Sarana

Kesehatan

Tingkat

Pertumbuhan

Sarana Kesehatan

Kebutuhan

Jumlah Sarana

Kesehatan

Berdasarkan

SNI

Kelebihan

Sarana

1975 426.032 292 - 32 260

1976 435.315 314 7,01% 33 281

1977 443.129 308 -1,95% 33 275

1978 444.221 155 -98,71% 33 122

1979 451.541 166 6,63% 34 132

1980 459.257 179 7,26% 34 145

1981 468.490 187 4,28% 35 152

1982 478.178 201 6,97% 36 165

1983 485.375 181 -11,05% 36 145

Page 107: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

108

1984 492.884 155 -16,77% 37 118

1985 502.150 197 21,32% 38 159

1986 504.591 197 0,00% 38 159

1987 508.138 205 3,90% 38 167

1988 511.585 208 1,44% 38 170

1989 515.234 193 -7,77% 39 154

1990 516.967 179 -7,82% 39 140

1991 519.997 187 4,28% 39 148

1992 523.455 190 1,58% 39 151

1993 527.767 181 -4,97% 40 141

1994 531.377 187 3,21% 40 147

1995 533.628 169 -10,65% 40 129

1996 536.005 172 1,74% 40 132

1997 539.387 170 -1,18% 40 130

1998 542.832 182 6,59% 41 141

1999 546.469 187 2,67% 41 146

2000 550.251 188 0,53% 41 147

2001 553.580 201 6,47% 42 159

2002 554.630 212 5,19% 42 170

2003 555.395 228 7,02% 42 186

2004 557.731 195 -16,92% 42 153

2005 560.046 216 9,72% 42 174 Sumber : Hasil analisis, tahun 2010

Perkembangan tingkat pertumbuhan jumlah sarana kesehatan dari tahun

1975 sampai tahun 2005 dapat digambarkan dalam grafik berikut ini :

Gambar 5.4 Grafik Perkembangan Tingkat Pertumbuhan Jumlah Sarana

Kesehatan Kota Surakarta

Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat kecenderungan tingkat

pertumbuhan jumlah sarana kesehatan di Kota Surakarta yakni relative menurun

-1.2

-1

-0.8

-0.6

-0.4

-0.2

0

0.2

0.4

(%)

Page 108: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

109

dari tahun ke tahunnya meskipun mengalami peningkatan dan penurunan pada

beberapa kurun waktu. Pada tahun 1980 tingkat pertumbuhan sarana kesehatan di

Kota Surakarta dalam setahun mencapai 7,26%. Tingkat pertumbuhan jumlah

sarana kesehatan pada tahun 1985 dalam setahun mencapai 21,32%. Namun

tingkat pertumbuhan sarana kesehatan di Kota Surakarta menurun pada tahun

1990 menjadi -7,82% selama setahun dan tahun 1995 menjadi -10,62% selama

setahun. Pada tahun 2000, tingkat pertumbuhannya meningkat kembali menjadi

0,53% selama setahun dan terus meningkat menjadi 9,72% pada tahun 2005

selama setahun.

Namun, jumlah sarana kesehatan dari tahun ke tahun di Kota Surakarta

bila dibandingkan dengan kebutuhan jumlah sarana kesehatan menurut jumlah

penduduk berdasarkan analisis dengan SNI maka jumlah sarana yang ada adalah

lebih dari yang sebenarnya dibutuhkan penduduk Kota Surakarta. Seperti halnya

pada tahun 1996, jumlah sarana kesehatan mencapai 172 padahal kebutuhan

jumlah sarana kesehatan bila ditinjau dari jumlah penduduknya adalah 40 dan

berarti pada tahun 1996 terdapat kelebihan jumlah sarana kesehatan sebesar 132.

Dengan angka kelebihan yang sedemikian banyak tentu saja menambah jumlah

lahan untuk fungsi kesehatan. Perkembangan spasial sarana kesehatan di Kota

Surakarta persebarannya mengikuti fungsi sarana kesehatan tersebut. Keadaan ini

merupakan interpretasi dari kebijakan pemerintah mengenai persebaran sarana

kesehatan. Seperti misalnya rumah sakit kasih ibu yang merupakan fungsi

pelayanan primer maka letaknya berada di jalan utama Kota Surakarta. Namun,

sarana kesehatan seperti puskesmas dengan fungsi pelayanan sekunder maka

letaknya berada di tiap-tiap kecamatan.

C. Perkembangan Prasarana Jalan Kota Surakarta

Prasarana jalan di Kota Surakarta menjadi sangat penting karena Kota

Surakarta menjadi simpul regional pulau Jawa. Kota Surakarta dilalui jalan

nasional yang menghubungkan utara dan selatan pulau Jawa. Oleh karena itu

dalam perkembangannya, Kota Surakarta selalu meningkatkan jumlah ruas jalan

dan kualitasnya untuk menunjang akses di dalam maupun keluar Kota Surakarta.

Berikut ini grafik perkembangan prasarana jalan di Kota Surakarta :

Page 109: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

110

Gambar 5.5 Peningkatan Jumlah Ruas Jalan Kota Surakarta Tahun 1975-2005

Dari grafik tersebut, kecenderungan peningkatan ruas jalan di Kota

Surakarta adalah cenderung meningkat. Peningkatan tersebut tidak begitu

signifikan setiap tahunnya karena setiap tahun tidak selalu ada penambahan ruas

jalan. Namun, perkembangan jalan juga terlihat pada peningkatan kualitasnya.

Perkembangan prasarana jalan di Kota Surakarta lebih banyak ke

peningkatan kualitas jalan seperti pelebaran jalan. Pelebaran jalan yang ada yakni

pelebaran jalan Slamet Riyadi pada tahun 1975an, pelebaran jalan Yos Sudarso

pada tahun 1980an, pelebaran jalan Ahmad Yani pada tahun 1990an. Untuk

pembuatan jalan baru adalah jalan layang Jebres dan jalan Ir. Juanda Kartasanjaya

pada tahun 1995an, jalan lingkar utara Kota Surakarta yakni pada tahun 2000.

Perkembangan prasarana jalan yang ada di Kota Surakarta merupakan

realisasi kebijakan pemerintah dalam mempermudah akses pergerakan barang

maupun jasa. Mengingat Kota Surakarta merupakan simpul pertemuan jalur utara

dan selatan pulau Jawa maka prasarana jalan merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi perkembangan Kota Surakarta dan hinterlandnya.

5.1.2 Perkembangan Ekonomi Kota Surakarta

Perkembangan ekonomi Kota Surakarta dapat dilihat dari perkembangan

PDRB Kota Surakarta dari tahun ke tahun. Tingkat pertumbuhan ekonomi

(PDRB) di Kota Surakarta dari tahun ke tahun adalah sebagai berikut :

230

240

250

260

270

280

Peningkatan Jumlah Ruas Jalan Kota Surakarta

Tahun 1975-2005

Page 110: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

111

Tabel 5.5 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Kota Surakarta

Tahun PDRB

ADHB

PDRB

ADHK

Tingkat

Pertumbuhan

Ekonomi

(PDRB)

1975 32.547,768 32.547,768 -

1976 39.769,962 33.925,601 4,06%

1977 50.049,687 38.393,566 11,64%

1978 61.942,087 43.390,081 11,52%

1979 78.294,250 46.243,491 6,17%

1980 98.429,270 49.262,675 6,13%

1981 208.434,950 208.434,950 76,37%

1982 257.369,582 221.692,082 5,98%

1983 297.734,686 237.612,251 6,70%

1984 322.159,460 246.584,694 3,64%

1985 364.681,512 261.815,609 5,82%

1986 412.349,822 277.844,578 5,77%

1987 419.853,320 313.761,541 11,45%

1988 475.429,503 333.421,526 5,90%

1989 561.103,314 361.702,249 7,82%

1990 648.738,979 386.649,904 6,45%

1991 741.040,442 413.725,392 6,54%

1992 860.119,797 444.743,889 6,97%

1993 982.373,384 473.127,652 6,00%

1994 1.143.122,481 1.073.359,778 55,92%

1995 1.331.166,129 1.166.205,398 7,96%

1996 1.597.860,450 1.368.490,070 14,78%

1997 1.725.142,860 1.432.562,370 4,47%

1998 2.220.348,200 1.233.018,440 -16,18%

1999 2.545.175,030 1.250.807,410 1,42%

2000 2.965.128,910 1.302.715,920 3,98%

2001 3.321.685,630 1.353.882,640 3,78%

2002 3.703.510,330 1.426.961,170 5,12%

2003 4.177.490,750 1.518.008,050 6,00%

2004 4.780.304,930 1.647.189,150 7,84%

2005 5.585.776,840 3.858.169,670 57,31% Sumber : Hasil Analisis, tahun 2010

Page 111: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

112

Gambar 5.6 Peningkatan PDRB Kota Surakarta

Gambar 5.7 Perkembangan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Kota Surakarta

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan perekonomian

di Kota Surakarta cenderung meningkat dari tahun ke tahunnya. Tingkat

pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun cenderung berbeda-beda. Tingkat

pertumbuhan yang paling signifikan adalah pada tahun 1981 yakni tingkat

pertumbuhannya sebesar 76,37%. Hal ini dipengaruhi karena pada tahun tersebut

terjadi industrialisasi di Kota Surakarta sehingga kontribusi kegiatan industri

semakin menambah angka PDRB.

Intensitas dan ragam kegiatan ekonomi di Kota Surakarta dari tahun ke

tahun juga mengalami peningkatan yang ditandai dari ketersediaan fasilitas

ekonomi yang semakin banyak jumlah dan jenisnya. Kegiatan perekonomian telah

mendominasi kegiatan kawasan pusat kota. Kegiatan perekonomian seperti

perbelanjaan, perbankan dan jasa banyak berlokasi di sepanjang jalan arteri.

0

2000000

4000000

6000000

8000000

10000000

Tah

un

19

75

Tah

un

19

77

Tah

un

19

79

Tah

un

19

81

Tah

un

19

83

Tah

un

19

85

Tah

un

19

87

Tah

un

19

89

Tah

un

19

91

Tah

un

19

93

Tah

un

19

95

Tah

un

19

97

Tah

un

19

99

Tah

un

20

01

Tah

un

20

03

Tah

un

20

05

PDRB ADHB

PDRB ADHK

-0.4

-0.2

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

(%)

Page 112: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

113

Kegiatan sosial budaya seperti kegiatan bermukim (perumahan) menjadi

terpinggirkan oleh perkembangan kegiatan perekonomian yang terlihat dari

adanya alih fungsi sarana kegiatan sosial budaya menjadi sarana kegiatan

perekonomian dan tidak sebaliknya.

5.1.3 Perkembangan Sosial Kota Surakarta

A. Perkembangan Penduduk Kota Surakarta

Berdasarkan data perkembangan penduduk Kota Surakarta tahun 1975-

2005 diketahui bahwa terjadi fluktuasi tingkat pertumbuhan penduduk. Berikut ini

tingkat pertumbuhan penduduk Kota Surakarta tahun 1975-2005 :

Tabel 5.6 Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta Tahun 1975-2005

Tahun Jumlah

Penduduk

Tingkat

Pertumbuhan

Penduduk (r)

1975 426.032 -

1980 459.257 0,14%

1985 502.150 1,81%

1990 516.967 0,60%

1995 533.628 0,65%

2000 550.251 0,60%

2005 560.046 0,37% Sumber : Hasil analisis, tahun 2010

Perubahan tingkat pertumbuhan penduduk Kota Surakarta dari tahun

1975-2005 dapat digambarkan berikut ini :

Gambar 5.8 Grafik Perubahan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kota Surakarta

Tahun 1975-2005

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

1975-1980 1980-1985 1985-1990 1990-1995 1995-2000 2000-2005

Tin

gkat

Pe

rtu

mb

uh

an

Pe

nd

ud

uk

(r)

Page 113: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

114

Tingkat pertumbuhan penduduk di Kota Surakarta pada tahun 1975-1980

mencapai 0,14% sedangkan pada tahun 1980-1985 terjadi peningkatan yang

cukup signifikan hingga tingkat pertumbuhan penduduknya menjadi 1,81%. Hal

ini dapat terjadi karena pada tahun 1980 telah terjadi urbanisasi di Kota Surakarta.

Namun, pada tahun 1985-1990 tingkat pertumbuhan penduduknya berkurang

menjadi 0,60%. Hal tersebut dikarenakan pada tahun 1985-1990 telah terjadi

pemekaran Kota Surakarta sehingga mengakibatkan munculnya perumahan-

perumahan baru di hinterland kota yang dapat menyerap penduduk Kota Surakarta

untuk tinggal di luar Kota Surakarta. Pada tahun 1990-1995 tingkat pertumbuhan

penduduk Kota Surakarta meningkat menjadi 0,65% namun pada tahun 1995-

2000 menurun kembali menjadi 0,60% dan terus menurun hingga tingkat

pertumbuhan penduduk menjadi 0,37% pada tahun 2000-2005. Angka yang terus

menurun ini dikarenakan terdesaknya kawasan permukiman di pusat kota yang

beralih fungsi untuk kegiatan ekonomi.

Menurut Barlow dan Newton (1971) mengemukakan bahwa, ada dua

kekuatan dinamis yang berpengaruh dalam perkembangan wilayah suatu daerah

yaitu kekuatan sentrifugal dan sentripental.

Gambar 5.9 Kekuatan Sentrifugal dan Sentripental di Kota Surakarta

Kabupaten Sukoharjo

Kabupaten Karanganyar Kabupaten Boyolali

Kekuatan Sentrifugal

Kekuatan Sentripental

Page 114: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

115

Kekuatan sentrifugal adalah kekuatan yang mengakibatkan pengaruh

perubahan bentuk tata guna lahan suatu kota yang realisasinya berwujud sebagai

gerakan penduduk yang berasal dari dalam kota menuju luar kota. Dalam

perkembangan Kota Surakarta juga terdapat kekuatan sentrifugal. Hal ini

dicerminkan oleh pergerakan penduduk Kota Surakarta yang bergerak keluar Kota

Surakarta (hinterland) baik untuk bermukim maupun beraktivitas. Sedangkan

yang dimaksud kekuatan sentripental adalah kekuatan-kekuatan yang

mengakibatkan perubahan bentuk tata guna lahan suatu kota, yang realisasinya

terwujud sebagai gerakan penduduk yang berasal dari luar kota menuju ke arah

dalam kota. Dalam perkembangan Kota Surakarta juga terdapat kekuatan

sentripental yang dicerminkan oleh adanya penduduk yang bukan asli penduduk

Kota Surakarta melakukan mobilisasi maupun kegiatan di dalam Kota Surakarta.

Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan terjadinya pemekaran Kota

Surakarta, yang pada akhirnya mengambil ruang di daerah hinterland Kota

Surakarta.

B. Perkembangan Interaksi Sosial Budaya

Dengan adanya kekuatan sentripental yang menyerap penduduk bukan asli

Kota Surakarta ke dalam Kota Surakarta, maka hal ini mangakibatkan terjadinya

keberagaman penduduk yang tinggal di Kota Surakarta. Keberagaman penduduk

yang demikian mengakibatkan transformasi budaya diantara mereka. Proses

transformasi budaya di Kota Surakarta banyak terjadi di pusat kota dimana banyak

penduduk luar Kota Surakarta yang menetap di permukiman dekat pusat kota

seperti di Kelurahan Sangkrah dimana banyak pendatang dari luar kota yang

menetap di Kelurahan Sangkrah.

Keberagaman penduduk yang terjadi mempengaruhi interaksi sosial

penduduknya. Kondisi interaksi sosial penduduk Kota Surakarta adalah sebagai

berikut :

Page 115: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

116

Gambar 5.10 Interaksi Sosial Penduduk Kota Surakarta

Pada diagram di atas 10% menjawab interaksi sosial yang terjalin adalah

buruk. Hal ini terlihat seperti di Kelurahan Banyuanyar dan Tegalharjo yang

penghuninya terdapat masyarakat golongan ekonomi atas. Kegiatan sosial masih

dilakukan seperti pertemuan warga atau kegiatan sosial lainnya, namun dalam

kegiatan-kegiatan sosial yang dilakukan, masyarakat ekonomi atas tidak serta

merta mengikuti kegiatan tetapi biasanya hanya memberi dukungan dalam bentuk

materi. Sehingga hal ini membuat interaksi sosial masyarakat tidak begitu baik.

43% menjawab sedang dan 47% menjawab baik, interaksi seperti ini terjadi di

Kelurahan Kratonan dan Kampung Sewu dimana interaksi sosial yang ada dapat

terjalin dengan baik karena banyaknya kegiatan sosial yang diikuti aktif oleh

seluruh wargannya.

5.2 Perkembangan Kawasan Solobaru

5.2.1 Perkembangan Fisik Kawasan Solobaru

A. Perkembangan Permukiman Kawasan Solobaru

Menurut Doxiadis (1968), permukiman mempunyai lima elemen yaitu

alam yang dibangun, manusia yang membentuk dan mendiami alam, kehidupan

sosial kemasyarakatan yang berupa hubungan antar manusia, wadah yang

melindungi, dan jaringan yang memberi kemudahan bagi manusia untuk

menyelenggarakan fungsi dan kegiatannya. Sama halnya dengan yang

dikemukakan oleh Doxiadis, Kawasan Solobaru merupakan permukiman yang

terbentuk dari elemennya. Dahulu, Kawasan Solobaru merupakan areal

persawahan yang kemudian dibangun perumahan di kawasan tersebut lengkap

47%

43%

10%

Interaksi Sosial Penduduk Kota Surakarta

baik

sedang

buruk

Page 116: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

117

dengan fasilitasnya. Pembangunan fasilitasnya terus berkembang sehingga

memberi kemudahan bagi penduduk Kawasan Solobaru dalam beraktivitas.

Seiring dengan perkembangannya terbentuklah kehidupan sosial kemasyarakatan.

Adanya struktur kota yang demikian di Kawasan Solobaru tak lain karena

meningkatnya permukiman yang berpola sprawl sehingga memunculkan banyak

pusat kegiatan. Meningkatnya jumlah rumah di Kawasan Solobaru dipengaruhi

oleh jumlah penduduk yang semakin bertambah. Berikut ini adalah tabel

perbandingan jumlah penduduk dengan jumlah rumah di Kawasan Solobaru :

Tabel 5.7 Komparasi Jumlah Penduduk dengan Jumlah Rumah

di Kawasan Solobaru

Tahun Jumlah

Penduduk

Jumlah

Rumah

1975 77.120 19.281

1976 78.413 19.604

1977 80.797 20.200

1978 83.088 20.773

1979 85.125 21.282

1980 90.821 22.706

1981 93.826 23.457

1982 96.688 24.172

1983 99.099 24.775

1984 101.876 25.469

1985 104.084 26.022

1986 106.429 26.608

1987 107.825 26.957

1988 109.890 27.474

1989 111.757 27.940

1990 114.035 28.510

1991 115.944 28.986

1992 118.289 29.573

1993 119.924 29.982

1994 122.242 30.561

1995 124.370 31.093

1996 130.155 32.538

1997 132.073 33.019

1998 134.029 33.508

1999 136.009 34.931

2000 136.217 35.055

2001 143.293 35.824

Page 117: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

118

2002 144.995 36.250

2003 146.481 36.831

2004 147.857 36.965

2005 149.800 37.451 Sumber : Hasil analisis, tahun 2010

Gambar 5.11 Komparasi Jumlah Penduduk dengan Jumlah Rumah

di Kawasan Solobaru

Dari tabel dan grafik di atas dapat disimpulkan bahwa semakin

meningkatnya jumlah penduduk di Kawasan Solobaru maka semakin meningkat

juga jumlah rumah di Kawasan Solobaru. Seperti pada tahun 1990-1995 ketika

jumlah penduduknya meningkat sebesar 10.335 jiwa maka jumlah rumahnya juga

meningkat sebesar 2.583. Jumlah rumah di Kawasan Solobaru yang semakin

bertambah membuat kepadatan permukiman di Kawasan Solobaru semakin tinggi.

Pertambahan kepadatan permukiman dari tahun ke tahun adalah sebagai berikut :

Tabel 5.8 Kepadatan Permukiman di Kawasan Solobaru

Tahun Luas

Permukiman

Kepadatan

Permukiman

Pertambahan

Kepadatan

Permukiman

1975 1.009,94 19,52% -

1976 1.044,21 20,18% 0,66%

1977 1.117,15 21,59% 1,41%

1978 1.163,37 22,48% 0,89%

1979 1.244,22 24,05% 1,56%

1980 1.288,76 24,91% 0,86%

1981 1.352,58 26,14% 1,23%

1982 1.395,12 26,96% 0,82%

1983 1.404,1 27,14% 0,17%

1984 1.523,1 29,44% 2,30%

1985 1.752,1 33,86% 4,43%

0

50000

100000

150000

200000

JumlahPenduduk

Page 118: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

119

1986 1.821,1 35,20% 1,33%

1987 1.993,35 38,53% 3,33%

1988 2.017,18 38,99% 0,46%

1989 2.128,62 41,14% 2,15%

1990 2.251,74 43,52% 2,38%

1991 2.290,28 44,27% 0,74%

1992 2.305,13 44,55% 0,29%

1993 2.461,57 47,58% 3,02%

1994 2.568,44 49,64% 2,07%

1995 2.608,78 50,42% 0,78%

1996 2.738,02 52,92% 2,50%

1997 2.779,46 53,72% 0,80%

1998 2.816,24 54,43% 0,71%

1999 2.843,45 54,96% 0,53%

2000 2.894,31 55,94% 0,98%

2001 2.916,83 56,37% 0,44%

2002 2.934,92 56,72% 0,35%

2003 2.952,27 57,06% 0,34%

2004 2.977,57 57,55% 0,49%

2005 2.982,09 57,64% 0,09% Sumber : Hasil analisis, tahun 2010

Kepadatan permukiman di Kawasan Solobaru dapat digambarkan pada

grafik berikut ini :

Gambar 5.12 Grafik Kepadatan Permukiman di Kawasan Solobaru

Dari tabel dan grafik tersebut dapat dilihat bahwa kepadatan permukiman

di Kawasan Solobaru cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 1980

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

Page 119: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

120

kepadatan permukiman di Kawasan Solobaru adalah 24,91%. Angka tersebut

meningkat menjadi 43,52% pada tahun 1990 dan terus meningkat pada tahun

2005 menjadi 57,64%. Peningkatan kepadatan permukiman ini didukung dengan

kebijakan tata ruang kabupaten Sukoharjo yang mengarahkan Kawasan Solobaru

untuk fungsi permukiman sehingga menjadikan Kawasan Solobaru berkembang

sebagai kawasan permukiman.

Dalam kurun waktu 30 tahun, pola perkembangan permukiman Kawasan

Solobaru cenderung berpola leap frog development (perembetan meloncat) dan

ribbon development di dalam Kawasan Solobaru. Adapaun spasial perkembangan

permukiman Kawasan Solobaru dalam kurun waktu 30 tahun adalah sebagai

berikut :

Page 120: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

121

Peta 5.5 Peta Perkembangan Permukiman di Kawasan Solobaru Tahun 1979-2005

Page 121: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

122

Dari peta diatas dapat diketahui bahwa perkembangan Kawasan Solobaru

adalah cenderung meloncat (frog leap development) dan mengikuti jaringan jalan

(ribbon development). Pada tahun 1970-1980 permukimannya didominasi oleh

penduduk asli Kawasan Solobaru. Pada tahun 1984 dibangun perumahan baru di

Gedangan, Madegondo dan Langenharjo. Kemudian pada tahun 1987 dibangun

perumahan di Kadokan, Telukan, dan Grogol. Dalam pembangunan perumahan

tersebut, pemerintah Kabupaten Sukoharjo melalui surat nomer 30/PSP/12.84,

tertanggal 1 Desember 1984 memberikan syarat kepada pengembang bahwa

dalam pembangunan perumahan tersebut harus membuat jalan tembus untuk jalur

alternatif Surakarta-Sukoharjo-Wonogiri, sepanjang 4,5 km dengan lebar jalan 40

m dari Desa Bacem sampai Desa Tanjunganom. Karena adanya pembangunan

jalan tersebut maka akses ke kota lain khusunya Surakarta menjadi semakin

mudah sehingga hal ini menimbulkan banyak bermunculan perumahan di

sepanjang jalan tersebut.

Menurut Howard (dalam Daldjoeni, 1987), diantara daerah perkotaan,

daerah perdesaan, dan daerah pinggiran kota, ternyata daerah pinggiran kota

memberikan peluang paling besar untuk usaha-usaha produktif maupun peluang

paling menyenangkan untuk bertempat tinggal. Kota Surakarta yang semakin

padat dirasa sudah tidak nyaman lagi untuk tempat tinggal bagi mereka yang

termasuk golongan ekonomi atas. Bahkan dalam pengumpulan data ditemui

beberapa keluarga yang mempunyai tempat tinggal di Kota Surakarta dan di

Kawasan Solobaru, tentunya keluarga ini merupakan golongan ekonomi atas.

Mereka adalah penduduk asli Kota Surakarta yang bekerja dan beraktivitas di

Kota Surakarta namun sesekali menempati rumahnya di Kawasan Solobaru ketika

ada waktu liburan. Dari hasil wawancara dengan masyarakat Kawasan Solobaru,

dijumpai juga yang dahulu merupakan penduduk Kota Surakarta namun sekarang

menjadi penduduk dan bertempat tinggal di Kawasan Solobaru. Alasan mereka

adalah mencari hunian yang nyaman tidak sepadat Kota Surakarta namun tetap

dekat dengan tempat kerja mereka dan dengan fasilitas yang komplit. Hal seperti

ini sering dijumpai pada penduduk di perumahan Solobaru yang dikembangkan

oleh PT. PSP. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pemilihan lokasi bermukim

Page 122: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

123

manusia menginginkan lokasi yang lengkap akan sarana dan prasarana untuk

menunjang berbagai kemudahan, seperti kemudahan aksesibilitas menuju lokasi

kerja, sarana pendidikan, sarana kesehatan serta ketersediaan fasilitas dasar seperti

jaringan listrik, air bersih,telepon, drainase, sanitasi dan persampahan. Namun,

pertimbangan pemilihan lokasi bermukim tentu dipengaruhi oleh keadaan

ekonomi masing-masing orang yang kemudian berpengaruh pada jarak antara

lokasi pilihan dengan pusat kota. Bagi mereka yang merupakan golongan ekonomi

atas cenderung memilih lokasi bermukim yang semakin jauh dari pusat kota

karena menginginkan kenyamanan dari lingkungan perumahan yang ditempati

dan tidak terlalu memikirkan besarnya biaya transportasi yang tinggi apabila

lokasi tersebut jauh dari pusat kota. Hal inilah yang terjadi pada penduduk

pendatang di Kawasan Solobaru yang umumnya merupakan ekonomi kelas atas.

Menurut Abraham H. Maslow (1970), kebutuhan manusia terhadap hunian

mempunyai 5 hierarki, dari yang terendah sampai tertinggi adalah survival needs,

safety and security needs, affiliation needs, esteem needs, dan cognitive and

aesthetic needs. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, penduduk

pendatang Kawasan Solobaru umumnya dalam pemenuhan kebutuhan perumahan

tergolong dalam cognitive and aesthetic needs karena bagi penduduk pendatang

Kawasan Solobaru terutama yang bertempat tinggal di perumahan Solobaru,

hunian mereka di Kawasan Solobaru tidak saja merupakan sarana peningkatan

kebanggaan dan harga diri, tetapi juga agar dapat dinikmati keindahannya. Bagi

mereka produk hunian tidak hanya sekedar untuk digunakan tetapi juga dapat

memberi dampak kenikmatan (misalnya dinikmati secara visual) pada lingkungan

sekitarnya.

Bila dilihat dari perkembangan fisik kotanya, maka Kawasan Solobaru

mempunyai struktur kota dengan pusat kegiatan banyak seperti yang dikemukakan

oleh Harris dan Ulman (dalam Yunus, 2000). Menurut pendapatnya, kota dengan

pusat kegiatan banyak tumbuh sebagai suatu produk perkembangan dan integrasi

terus-menerus dari pusat-pusat kegiatan yang terpisah satu sama lain dalam suatu

sistem perkotaan dan proses pertumbuhannya ditandai oleh gejala spesialisasi dan

Page 123: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

124

diferensiasi ruang. Hal ini tampak pada penggunaan lahan di Kawasan Solobaru

yang dapat dijelaskan pada peta berikut ini :

Page 124: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

125

Peta 5.6 Peta Struktur Kawasan Solobaru

4

4

3

5

5

1

6

7 4

3

9

8

2

2

7

7

Page 125: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

126

Dari peta penggunaan lahan Kawasan Solobaru di atas dapat dilihat bahwa

struktur kotanya adalah kota dengan pusat kegiatan banyak. Zona-zonanya dapat

dijelaskan berikut ini :

Zona 1 merupakan pusat bisnis atau the central bussiness district (CBD)

Kawasan Solobaru yang terdiri dari fungsi perdagangan dan jasa, perkantoran,

dan fungsi yang diperuntukkan untuk kegiatan ekonomi. Fungsi-fungsi

tersebut banyak tersebar di sepanjang jalan utama Kawasan Solobaru seperti

di sepanjang jalan raya Solo Permai.

Zona 2 merupakan daerah industri ringan dan perdagangan yang letaknya

tidak jauh dari pusat kota. Industri ringan dan perdagangan yang ada di

Kawasan Solobaru banyak terdapat di sepanjang jalan raya Telukan dan jalan

Brigjen Sudiarto. Adapun industri ringan yang ada antara lain industri mebel

dan rotan.

Zona 3 merupakan daerah permukiman golongan ekonomi kelas rendah.

Permukiman golongan ekonomi kelas rendah biasanya dihuni oleh penduduk

asli Kawasan Solobaru. Permukiman tersebut antara lain terdapat di desa

Cemani dan desa Sanggrahan.

Zona 4 merupakan daerah pemukiman kelas menengah. Permukiman ini

antara lain terdapat di desa Gentan, desa Gedangan, dan desa Madegondo.

Zona 5 merupakan pemukiman kelas tinggi. Pada zona ini umumnya

merupakan perumahan mewah, antara lain perumahan Gentan Raya di desa

Gentan dan perumahan Solobaru sektor 1 di desa Gedangan.

Zona 6 merupakan daerah industri berat. Desa Cemani dan desa Sanggrahan

termasuk dalam zona ini. Di desa tersebut terdapat pabrik-pabrik besar seperti

pabrik Batik Keris dan pabrik Konimex. Sehingga di desa tersebut terutama di

sekitar pabrik banyak terdapat permukiman kelas rendah yang dihuni oleh

para pekerja.

Zona 7 merupakan pusat bisnis. Zona ini muncul seiring munculnya daerah

pemukiman kelas tinggi yang lokasinya jauh dari daerah pusat bisnis, sehingga

untuk memenuhi kebutuhan penduduk pada daerah ini maka diciptakan zona

ini. Zona ini terdapat di jalan raya Gentan dan jalan raya Gedangan.

Page 126: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

127

Zona 8 merupakan daerah tempat tinggal pinggiran. Penduduk di sini sebagian

besar bekerja di pusat-pusat kota dan daerah ini hanyak khusus digunakan

untuk tempat tinggal. Zona ini terdapat di desa Purbayan dimana terdapat

perumahan kelas menengah yang penghuninya banyak bekerja di Kota

Surakarta.

Zona 9 merupakan daerah industri di pinggiran. Zona ini terdapat di desa

Pandeyan dimana terdapat industri mebel dan rotan.

B. Perkembangan Sarana Kawasan Solobaru

1. Perkembangan Sarana Perdagangan Kawasan Solobaru

Sarana perdagangan Kawasan Solobaru yang terdiri dari pasar dan

pertokoan (kios, warung) dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan

penurunan tetapi cenderung meningkat. Perkembangan jumlah sarana

perdagangan sering kali melebihi kebutuhan jumlah sarana. Perbandingan

perkembangan jumlah sarana perdagangan di Kawasan Solobaru dengan

kebutuhan jumlah sarana perdagangan menurut jumlah penduduk di Kawasan

Solobaru yang dapat dianalisis dengan SNI 03-1733-2004 tentang perencanaan

perumahan kota dapat dilihat berikut ini :

Tabel 5.9 Perkembangan Jumlah Sarana Perdagangan Kawasan Solobaru

Tahun Jumlah

Penduduk

Jumlah

Sarana

Perdagangan

Tingkat

Pertumbuhan

Sarana

Perdagangan

Kebutuhan

Jumlah Sarana

Perdagangan

Berdasarkan

SNI

Kelebihan

Sarana

1975 77.120 257 - 324 -67

1976 78.413 275 6,55% 329 -54

1977 80.797 290 5,17% 339 -49

1978 83.088 314 7,64% 349 -35

1979 85.125 325 3,38% 358 -33

1980 90.821 338 3,85% 381 -43

1981 93.826 350 3,43% 394 -44

1982 96.688 361 3,05% 406 -45

1983 99.099 375 3,73% 416 -41

1984 101.876 416 9,86% 428 -12

1985 104.084 486 14,40% 437 49

1986 106.429 547 11,15% 447 100

1987 107.825 597 8,38% 453 144

Page 127: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

128

1988 109.890 612 2,45% 462 150

1989 111.757 678 9,73% 469 209

1990 114.035 716 5,31% 479 237

1991 115.944 759 5,67% 487 272

1992 118.289 790 3,92% 497 293

1993 119.924 838 5,73% 504 334

1994 122.242 918 8,71% 513 405

1995 124.370 1.009 9,02% 522 487

1996 130.155 1.086 7,09% 547 539

1997 132.073 1.105 1,72% 555 550

1998 134.029 1.213 8,90% 563 650

1999 136.009 1.288 5,82% 571 717

2000 136.217 1.383 6,87% 572 811

2001 143.293 1.491 7,24% 602 889

2002 144.995 1.493 0,13% 609 884

2003 146.481 1.498 0,33% 615 883

2004 147.857 1.579 5,13% 621 958

2005 149.800 1.907 17,20% 629 1.278 Sumber : Hasil analisis, tahun 2010

Perkembangan tingkat pertumbuhan jumlah sarana perdagangan dari tahun

1975 sampai tahun 2005 dapat digambarkan dalam grafik berikut ini :

Gambar 5.13 Grafik Perkembangan Tingkat Pertumbuhan Jumlah Sarana

Perdagangan Kawasan Solobaru

Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat kecenderungan tingkat

pertumbuhan jumlah sarana perdagangan di Kawasan Solobaru yakni relative

meningkat dari tahun ke tahunnya meskipun mengalami peningkatan dan

penurunan pada beberapa kurun waktu. Pada tahun 1980 tingkat pertumbuhan

0

0.05

0.1

0.15

0.2

(%)

Page 128: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

129

sarana perdagangan di Kawasan Solobaru dalam setahun mencapai 3,85%.

Tingkat pertumbuhan sarana perdagangan pada tahun 1985 di Kawasan Solobaru

dalam setahun meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 14,40%. Namun tingkat

pertumbuhan sarana perdagangan di Kawasan Solobaru menurun pada tahun 1990

menjadi 5,31% dalam setahun dan meningkat kembali pada tahun 1995 menjadi

9,02% dalam setahun. Pada tahun 2000, tingkat pertumbuhannya menurun

mencapai 6,87% dalam setahun dan meningkat menjadi 17,20% selama setahun

pada tahun 2005.

Namun, jumlah sarana perdagangan dari tahun ke tahun di Kawasan

Solobaru bila dibandingkan dengan kebutuhan jumlah sarana perdagangan

menurut jumlah penduduk berdasarkan analisis dengan SNI maka pada tahun

1975-1984 jumlah sarana yang ada cenderung kurang dari yang sebenarnya

dibutuhkan penduduk Kawasan Solobaru. Seperti halnya pada tahun 1975, jumlah

sarana perdagangan mencapai 257 padahal kebutuhan jumlah sarana perdagangan

bila ditinjau dari jumlah penduduknya adalah 324 dan berarti pada tahun 1975

terdapat kekurangan jumlah sarana perdagangan sebesar 67. Namun, pada tahun

1985-2005 jumlah sarana perdagangan di Kawasan Solobaru bila dibandingkan

dengan kebutuhan jumlah sarana perdagangan menurut jumlah penduduk

berdasarkan analisis dengan SNI adalah cenderung kelebihan dari yang

sebenarnya dibutuhkan penduduk Kawasan Solobaru. Seperti pada tahun 1990,

jumlah sarana perdagangan Kawasan Solobaru adalah 716 sedangkan bila ditinjau

dari jumlah penduduknya kebutuhannya adalah 479 dan berarti pada tahun 1990

terdapat kelebihan jumlah sarana perdagangan sebesar 237.

2. Perkembangan Sarana Pendidikan Kawasan Solobaru

Sarana pendidikan di Kawasan Solobaru terdiri dari TK, SD, SMP, SMA,

dan universitas maupun lembaga pendidikan serta kursus. Sarana pendidikan di

Kawasan Solobaru dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dan penurunan

jumlah. Perbandingan perkembangan jumlah sarana pendidikan di Kawasan

Solobaru dengan kebutuhan jumlah sarana pendidikan menurut jumlah penduduk

di Kawasan Solobaru yang dapat dianalisis dengan SNI 03-1733-2004 tentang

perencanaan perumahan kota dapat dilihat berikut ini :

Page 129: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

130

Tabel 5.10 Perkembangan Jumlah Sarana Pendidikan Kawasan Solobaru

Tahun Jumlah

Penduduk

Jumlah

Sarana

Pendidikan

Tingkat

Pertumbuhan

Sarana

Pendidikan

Kebutuhan

Jumlah

Sarana

Pendidikan

Berdasarkan

SNI

Kekurangan

Sarana

1975 77.120 86 - 142 56

1976 78.413 88 2,27% 144 56

1977 80.797 90 2,22% 149 59

1978 83.088 89 -1,12% 153 64

1979 85.125 85 -4,71% 157 72

1980 90.821 84 -1,19% 167 83

1981 93.826 85 1,18% 173 88

1982 96.688 84 -1,19% 178 94

1983 99.099 86 2,33% 183 97

1984 101.876 84 -2,38% 188 104

1985 104.084 85 1,18% 192 107

1986 106.429 92 7,61% 196 104

1987 107.825 94 2,13% 199 105

1988 109.890 93 -1,08% 202 109

1989 111.757 92 -1,09% 206 114

1990 114.035 95 3,16% 210 115

1991 115.944 100 5,00% 214 114

1992 118.289 75 -33,33% 218 143

1993 119.924 75 0,00% 221 146

1994 122.242 75 0,00% 225 150

1995 124.370 75 0,00% 229 154

1996 130.155 75 0,00% 240 165

1997 132.073 88 14,77% 243 155

1998 134.029 89 1,12% 247 158

1999 136.009 89 0,00% 250 161

2000 136.217 89 0,00% 251 162

2001 143.293 88 -1,14% 264 176

2002 144.995 146 39,73% 267 121

2003 146.481 175 16,57% 270 95

2004 147.857 177 1,13% 272 95

2005 149.800 161 -9,94% 276 115 Sumber : Hasil analisis, tahun 2010

Perkembangan tingkat pertumbuhan jumlah sarana pendidikan dari tahun

1975 sampai tahun 2005 dapat digambarkan dalam grafik berikut ini :

Page 130: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

131

Gambar 5.14 Grafik Perkembangan Tingkat Pertumbuhan Jumlah Sarana

Pendidikan Kawasan Solobaru

Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat kecenderungan tingkat

pertumbuhan jumlah sarana pendidikan di Kawasan Solobaru yakni relative

menurun. Pada tahun 1980 tingkat pertumbuhan sarana pendidikan di Kawasan

Solobaru mencapai -1,19%. Namun pada tahun 1985, tingkat pertumbuhannya

meningkat menjadi 1,18% selama setahun. Pada tahun 1990, tingkat

pertumbuhannya adalah 3,16% selama setahun dan tahun 2000 tidak terdapat

pertambahan sarana pendidikan yang berarti tingkat pertumbuhan sarana

pendidikan pada tahun tersebut adalah 0% selama setahun. Pada tahun 2005

tingkat pertumbuhan sarana pendidikan menurun menjadi -9,94% selama setahun.

Namun, jumlah sarana pendidikan dari tahun ke tahun di Kawasan

Solobaru bila dibandingkan dengan kebutuhan jumlah sarana pendidikan menurut

jumlah penduduk berdasarkan analisis dengan SNI maka jumlah sarana yang ada

cenderung kurang dari yang sebenarnya dibutuhkan penduduk Kawasan Solobaru.

Seperti halnya pada tahun 2000, jumlah sarana pendidikan mencapai 89 padahal

kebutuhan jumlah sarana pendidikan bila ditinjau dari jumlah penduduknya adalah

251 dan berarti pada tahun 2000 terdapat kekurangan jumlah sarana pendidikan

sebesar 162. Hal ini dipengaruhi oleh sebagian penduduk Kawasan Solobaru lebih

memilih pendidikan di Kota Surakarta karena kualitas yang lebih baik dan

jaraknya tidak terlalu jauh sehingga kekurangan sarana pendidikan tersebut

bukanlah suatu masalah bagi penduduk Kawasan Solobaru.

-0.4

-0.2

0

0.2

0.4

0.6

(%)

Page 131: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

132

3. Perkembangan Sarana Kesehatan Kawasan Solobaru

Sarana kesehatan di Kawasan Solobaru terdiri dari rumah sakit,

puskesmas, poliklinik dan balai pengobatan. Sarana kesehatan di Kawasan

Solobaru dari tahun ke tahun mengalami kenaikan dan penurunan jumlah.

Perbandingan perkembangan jumlah sarana kesehatan di Kawasan Solobaru

dengan kebutuhan jumlah sarana kesehatan menurut jumlah penduduk di Kawasan

Solobaru yang dapat dianalisis dengan SNI 03-1733-2004 tentang perencanaan

perumahan kota dapat dilihat berikut ini :

Tabel 5.11 Perkembangan Jumlah Sarana Kesehatan Kawasan Solobaru

Tahun Jumlah

Penduduk

Jumlah

Sarana

Kesehatan

Tingkat

Pertumbuhan

Sarana

Kesehatan

Kebutuhan

Jumlah

Sarana

Kesehatan

Berdasarkan

SNI

Kelebihan

Sarana

1975 77.120 20 - 6 14

1976 78.413 19 -5,26% 6 13

1977 80.797 20 5,00% 6 14

1978 83.088 19 -5,26% 6 13

1979 85.125 16 -18,75% 6 10

1980 90.821 15 -6,67% 7 8

1981 93.826 15 0,00% 7 8

1982 96.688 15 0,00% 7 8

1983 99.099 13 -15,38% 7 6

1984 101.876 9 -44,44% 8 1

1985 104.084 11 18,18% 8 3

1986 106.429 14 21,43% 8 6

1987 107.825 13 -7,69% 8 5

1988 109.890 15 13,33% 8 7

1989 111.757 15 0,00% 8 7

1990 114.035 23 34,78% 9 14

1991 115.944 24 4,17% 9 15

1992 118.289 24 0,00% 9 15

1993 119.924 24 0,00% 9 15

1994 122.242 24 0,00% 9 15

1995 124.370 21 -14,29% 9 12

1996 130.155 25 16,00% 10 15

1997 132.073 18 -38,89% 10 8

1998 134.029 21 14,29% 10 11

1999 136.009 20 -5,00% 10 10

Page 132: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

133

2000 136.217 20 0,00% 10 10

2001 143.293 17 -17,65% 11 6

2002 144.995 17 0,00% 11 6

2003 146.481 29 41,38% 11 18

2004 147.857 36 19,44% 11 25

2005 149.800 37 2,70% 11 26 Sumber : Hasil analisis, tahun 2010

Perkembangan tingkat pertumbuhan jumlah sarana kesehatan dari tahun

1975 sampai tahun 2005 dapat digambarkan dalam grafik berikut ini :

Gambar 5.15 Grafik Perkembangan Tingkat Pertumbuhan Jumlah Sarana

Kesehatan Kawasan Solobaru

Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat kecenderungan tingkat

pertumbuhan jumlah sarana kesehatan di Kawasan Solobaru yakni relative

menurun dari tahun ke tahunnya meskipun mengalami peningkatan dan penurunan

pada beberapa kurun waktu. Pada tahun 1980 tingkat pertumbuhan sarana

kesehatan di Kawasan Solobaru mencapai -6,67%. Pada tahun 1985 tingkat

pertumbuhannya meningkat menjadi 18,18% selama setahun dan menjadi 34,78%

selama setahun pada tahun 1990. Namun tingkat pertumbuhan sarana kesehatan di

Kawasan Solobaru menurun pada tahun 1995 menjadi -14,29% selama setahun.

Pada tahun 2000, tidak terdapat perubahan jumlah sarana kesehatan yang berarti

tingkat pertumbuhannya adalah 0% selama setahun. Pada tahun 2005, tingkat

pertumbuhannya mencapai 2,70% selama setahun.

Jumlah sarana kesehatan dari tahun ke tahun di Kawasan Solobaru bila

dibandingkan dengan kebutuhan jumlah sarana kesehatan menurut jumlah

penduduk berdasarkan analisis dengan SNI maka jumlah sarana yang ada

cenderung lebih dari yang sebenarnya dibutuhkan penduduk Kawasan Solobaru.

-0.6

-0.4

-0.2

0

0.2

0.4

0.6

(%)

Page 133: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

134

Seperti halnya pada tahun 1980, jumlah sarana kesehatan mencapai 15 padahal

kebutuhan jumlah sarana kesehatan bila ditinjau dari jumlah penduduknya adalah

7 dan berarti pada tahun 1980 terdapat kelebihan jumlah sarana kesehatan sebesar

8 sarana.

C. Perkembangan Prasarana Jalan Kawasan Solobaru

Perkembangan prasarana jalan Kawasan Solobaru dari tahun ke tahun

yang paling signifikan adalah tahun 1984. Sebelumnya pada tahun 1975an

prasarana jalan yang ada hanyalah jalan lingkungan, jalan nasional yang

menghubungkan Kota Surakarta dengan kabupaten Sukoharjo, dan jalan raya Solo

Permai (dahulu belum ada nama jalannya). Dari tahun ke tahun, ruas jalannya

meningkat seperti chart berikut ini :

Gambar 5.16 Peningkatan Jumlah Ruas Jalan Kawasan Solobaru

Pada chart tersebut terlihat perkembangan jumlah ruas jalan di Kawasan

Solobaru dari tahun ke tahunnya meningkat. Hal ini menunjukkan adanya

perkembangan Kawasan Solobaru mengingat Kawasan Solobaru jaraknya dekat

dengan Kota Surakarta sehingga jumlah ruas jalan sudah pasti berkembang pesat

untuk mendukung peningkatan akses ke Kota Surakarta maupun ke kota lainnya.

Perkembangan jalan di Kawasan Solobaru setidaknya ada peningkatan

kuantitas yang dilakukan pada tahun 1984 yakni pelebaran jalan raya Solo Permai

yang dahulu belum ada namanya namun setelah pelebaran jalan diberi nama jalan

Solo Permai yang semula lebar jalannya 7m menjadi 22m sepanjang 2,5 km.

Pembuatan jalan baru yang ada di Kawasan Solobaru adalah pembuatan jalan

tembus untuk jalur alternatif Surakarta-Sukoharjo-Wonogiri, lebih kurang

0

20

40

60

80

Peningkatan Jumlah Ruas Jalan Kawasan Solobaru

Tahun 1975-2005

Page 134: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

135

sepanjang 4 km dengan lebar jalan 40 m dari Desa Bacem sampai Desa

Tanjunganom. Usaha pembangunan jalan ini terjadi karena adanya perumahan

baru pada waktu itu. Ini menjadi pembuka akses lain antara Kota Surakarta

dengan Kawasan Solobaru.

Perkembangan prasarana jalan baik peningkatan kualitas maupun kuantitas

ini merupakan realisasi kebijakan pemerintah untuk meningkatkan akses barang

dan jasa kedalam maupun ke luar Kawasan Solobaru. Mengingat Kawasan

Solobaru dilalui oleh jalan nasional yang menghubungkan Kota Surakarta dengan

kabupaten Sukoharjo dan Wonogiri maka prasarana jalan merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi perkembangan Kawasan Solobaru.

5.2.2 Perkembangan Ekonomi Kawasan Solobaru

Perkembangan ekonomi Kawasan Solobaru dapat dilihat dari tingkat

pertumbuhan PDRB Kawasan Solobaru. Perkembangan tingkat pertumbuhan

PDRB Kawasan Solobaru dari tahun 1975 sampai 2005 adalah sebagai berikut :

Tabel 5.12 Tingkat Pertumbuhan Ekonomi (PDRB) Kawasan Solobaru

Tahun PDRB

ADHB

PDRB

ADHK

Tingkat

Pertumbuhan

Ekonomi

(PDRB)

1975 4.149,825 3.501,748 27,37%

1976 5.837,272 4.821,419 19,98%

1977 7.635,117 6.025,384 12,34%

1978 8.853,994 6.873,767 12,04%

1979 9.381,238 7.814,668 6,97%

1980 14.539,556 8.399,923 82,41%

1981 54.379,187 47.755,319 9,29%

1982 77.451,483 52.648,112 19,64%

1983 88.645,223 65.518,724 18,66%

1984 94.732,473 80.551,746 12,32%

1985 107.682,441 91.873,019 24,94%

1986 147.845,382 122.401,281 30,90%

1987 191.755,673 177.139,653 38,52%

1988 345.126,487 288.135,367 3,87%

1989 351.189,442 299.745,124 1,79%

1990 368.714,278 305.213,695 2,96%

1991 379.462,305 314.522,752 3,86%

1992 388.245,766 327.142,341 3,45%

Page 135: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

136

1993 397.522,181 338.830,558 0,39%

1994 400.142,762 340.144,343 5,51%

1995 409.634,871 359.973,219 2,29%

1996 417.688,934 368.425,772 2,96%

1997 425.813,657 379.681,046 0,09%

1998 437.691,413 380.021,327 15,56%

1999 557.180,792 450.074,162 13,07%

2000 636.736,826 517.763,801 17,61%

2001 709.658,175 628.397,554 10,78%

2002 800.661,863 704.333,162 14,70%

2003 918.610,304 825.732,826 8,16%

2004 1.013.786,478 899.082,364 5,26%

2005 1.109.427,382 948.968,277 27,37% Sumber : Hasil analisis, tahun 2010

Gambar 5.17 Peningkatan PDRB Kawasan Solobaru

Gambar 5.18 Perkembangan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi (PDRB)

Kawasan Solobaru

Dari tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa tingkat pertumbuhan

ekonomi Kawasan Solobaru yang paling signifikan adalah pada tahun 1980

sebesar 82,41%. Pada tahun 1980an Kawasan Solobaru menjadi daerah yang

0

500000

1000000

1500000

2000000

2500000

Tah

un

19

75

Tah

un

19

77

Tah

un

19

79

Tah

un

19

81

Tah

un

19

83

Tah

un

19

85

Tah

un

19

87

Tah

un

19

89

Tah

un

19

91

Tah

un

19

93

Tah

un

19

95

Tah

un

19

97

Tah

un

19

99

Tah

un

20

01

Tah

un

20

03

Tah

un

20

05

PDRB ADHB

PDRB ADHK

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

(%)

Page 136: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

137

terkena dampak pemekaran fisik Kota Surakarta karena adanya urbanisasi dan

industrialisasi di Kota Surakarta. Kawasan Solobaru mendapat limpahan

kebutuhan perumahan dari Kota Surakarta. Hal ini mengakibatkan tumbuhnya

kegiatan perekonomian di Kawasan Solobaru yang berkontribusi pada PDRB

Kawasan Solobaru.

Kegiatan perekonomian di Kawasan Solobaru dari tahun ke tahun semakin

meningkat intensitas dan ragamnya dengan ditandai meningkatnya fasilitas

perekonomian di Kawasan Solobaru. Dahulu kegiatan perekonomian penduduk

asli Kawasan Solobaru bertumpu pada sektor pertanian namun setelah penduduk

pendatang menetap di Kawasan Solobaru maka kegiatan perekonomian menjadi

beragam dengan dibangunnya sarana perekonomian yang heterogen seperti sarana

perdagangan, perbankan, dan jasa.

Kegiatan perdagangan dan jasa yang tumbuh di sepanjang jalan utama

Kawasan Solobaru ini berkembang hingga kini menjadi pusat perdagangan di

Kawasan Solobaru. Pusat perdagangan dan jasa di Kawasan Solobaru ini

menciptakan lapangan kerja bagi penduduk sekitarnya. Hal ini juga

menguntungkan bagi penduduk asli Kawasan Solobaru yang dapat memanfaatkan

potensi perkembangan kegiatan perdagangan tersebut.

5.2.3 Perkembangan Sosial Kawasan Solobaru

A. Perkembangan Penduduk Kawasan Solobaru

Berdasarkan data perkembangan penduduk Kawasan Solobaru tahun 1975-

2005 diketahui bahwa terjadi fluktuasi tingkat pertumbuhan penduduk. Berikut ini

tingkat pertumbuhan penduduk Kawasan Solobaru tahun 1975-2005 :

Tabel 5.13 Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kawasan Solobaru Tahun 1975-2005

Tahun Jumlah

Penduduk

Tingkat Pertumbuhan

Penduduk (r)

1975 77.120

1980 90.821 3,32%

1985 104.084 2,75%

1990 114.035 1,86%

1995 124.370 1,77%

2000 136.217 1,86%

2005 149.800 1,91% Sumber : Hasil analisis, tahun 2010

Page 137: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

138

Perubahan tingkat pertumbuhan penduduk Kawasan Solobaru dari tahun

1975-2005 dapat digambarkan berikut ini :

Gambar 5.19 Grafik Perubahan Tingkat Pertumbuhan Penduduk

Kawasan Solobaru Tahun 1975-2005

Tingkat pertumbuhan penduduk di Kawasan Solobaru pada tahun 1975-

1980 mencapai 3,32%. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk ini dikarenakan

adanya pelebaran jalan yang menghubungkan Kabupaten Sukoharjo dengan Kota

Surakarta sehingga semakin memudahkan akses antara kedua wilayah tersebut

yang mengakibatkan pinggiran Kabupaten Sukoharjo khususnya Kawasan

Solobaru menjadi diminati penduduk untuk tempat tinggal. Mengingat pada tahun

1980an terjadi urbanisasi di Kota Surakarta yang pada akhirnya menimbulkan

pemekaran kota karena meningkatnya kebutuhan lahan perumahan yang

berdampak pada Kawasan Solobaru sebagai daerah limpahan pemenuhan

kebutuhan lahan perumahan tersebut.

Pada tahun 1980-1985, tingkat pertumbuhan penduduk Kawasan Solobaru

mencapai 2,75%. Angka tersebut menurun dari tahun sebelumnya. Tingkat

pertumbuhan penduduk Kawasan Solobaru pada tahun 1985-1990 adalah 1,86%

dan pada tahun 1990-1995 menurun menjadi 1,77%. Namun, pada tahun 1995-

2000 tingkat pertumbuhan penduduk di Kawasan Solobaru meningkat menjadi

1,86% dan tahun 2000-2005 menjadi 1,91%.

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

3.50%

1975-1980 1980-1985 1985-1990 1990-1995 1995-2000 2000-2005Tin

gkat

Per

tum

bu

han

Pen

du

duk (

r)

Tingkat Pertumbuhan Penduduk Kawasan Solobaru

Page 138: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

139

B. Perkembangan Interaksi Sosial Budaya Penduduk Kawasan Solobaru

Menurut Daldjoeni (1987), manusia sebagai penghuni daerah pinggiran

kota selalu mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya. Adaptasi dan aktivitas

ini mencerminkan dan juga mengakibatkan adanya perubahan sosial, ekonomi,

kultural, dan lain-lain. Hal ini tampak nyata pada kehidupan sosial masyarakat di

Kawasan Solobaru. Dari tahun ke tahun, masyarakat pendatang semakin

memenuhi perumahan yang ada di Kawasan Solobaru. Para pendatang yang

kebanyakan berasal dari kota baik itu Kota Surakarta maupun Yogyakarta secara

umum merupakan golongan masyarakat menengah ke atas. Budaya kota yang

melekat pada masyarakat pendatang tersebut tetap muncul pada kehidupan sehari-

hari di Kawasan Solobaru seperti kebiasaan hidup mereka yang individualis.

Sebaliknya penghuni asli Kawasan Solobaru masih juga meneruskan budaya

kedesaan mereka seperti kebiasaan hidup mereka yang masih sangat terasa

interaksi sosialnya dengan tetangganya. Perbedaan sosial budaya tersebut

menimbulkan adaptasi masyarakat asli Kawasan Solobaru dan masyarakat

pendatang terhadap lingkungannya. Sehingga adaptasi yang terjadi dari tahun ke

tahun ini merubah kondisi sosial budaya masyarakat di Kawasan Solobaru

terutama kondisi sosial masyarakat asli Kawasan Solobaru. Setelah terjadinya

proses invasi dan suksesi dari tahun ke tahun, kehidupan sosial masyarakat asli

Kawasan Solobaru berubah menjadi modern tradisional. Masyarakat asli telah

mengikuti gaya hidup modern para pendatang tetapi belum sepenuhnya

meninggalkan tradisi-tradisi sosial setempat. Hal ini berarti kontak sosial budaya

yang terjadi dari tahun ke tahun di Kawasan Solobaru dimenangkan oleh

masyarakat pendatang yang sekarang gaya hidup modern telah mendominasi

kehidupan sosial masyarakat asli Kawasan Solobaru.

Interaksi sosial intern dalam Kawasan Solobaru kurang terasa kuat

terutama di daerah perumahan swasta. Namun, interaksi sosial penduduk Kawasan

Solobaru terhadap daerah luar Solobaru justru terasa kuat pada penduduk di

perumahan swasta. Interaksi sosial penduduknya lebih banyak terjadi ke Kota

Surakarta dibanding ke kota Sukoharjo yang satu wilayah kabupaten dengan

Kawasan Solobaru. Hal ini dikarenakan jarak Kota Surakarta yang dekat dengan

Page 139: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

140

fasilitas perkotaannya yang lengkap, sehingga banyak penduduk Kawasan

Solobaru yang lebih banyak menggunakan fasilitas yang ada di Kota Surakarta

seperti fasilitas pendidikan, perdagangan, maupun kesehatan. Berdasarkan hasil

kuesioner, dapat disimpulkan bahwa kebanyakan penduduk Kawasan Solobaru

menggunakan sarana yang ada di Kota Surakarta. Hal ini dapat digambarkan

dalam diagram berikut ini :

Gambar 5.20 Prosentase Penduduk Kawasan Solobaru yang Menggunakan

Sarana Perdagangan di Kota Surakarta

Dari diagram tersebut disimpulkan bahwa 77% penduduk Kawasan Solobaru

menjawab menggunakan sarana perdagangan di Kota Surakarta sedangkan 23%

tidak menggunakan.

Gambar 5.21 Prosentase Penduduk Kawasan Solobaru yang Menggunakan

Sarana Kesehatan di Kota Surakarta

Dari diagram tersebut disimpulkan bahwa 57% penduduk Kawasan Solobaru

menjawab menggunakan sarana kesehatan di Kota Surakarta sedangkan 43% tidak

menggunakan.

77%

23%

Prosentase Penduduk Kawasan Solobaru yang Menggunakan Sarana Perdagangan di Kota Surakarta

Ya

Tidak

57%

43%

Prosentase Penduduk Kawasan Solobaru yang Menggunakan Sarana Kesehatan di Kota Surakarta

Ya

Tidak

Page 140: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

141

Gambar 5.22 Prosentase Penduduk Kawasan Solobaru yang Menggunakan

Sarana Kesehatan di Kota Surakarta

Dari diagram tersebut disimpulkan bahwa 83% penduduk Kawasan Solobaru

menjawab menggunakan sarana pendidikan di Kota Surakarta sedangkan 17%

tidak menggunakan.

5.3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di

Kawasan Solobaru

5.3.1 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Aspek Fisik

Permukiman di Kawasan Solobaru

Menurut Yunus (dalam Megapolitan, 2006), perkembangan spasial dan

penduduk suatu kota akan membawa pengaruh terhadap kondisi sosial budaya,

ekonomi, dan lingkungan dimana kota tersebut berkembangan. Berdasarkan studi

tim P2KT (Proyek Pengembangan Kota Terpadu) pada tahun 2000 Kota Surakarta

mengalami pemekaran kota seluas ±12000 ha yang terjadi pada hinterlandnya

yakni seluas ±7000 ha pada kabupaten Sukoharjo (Baki, Grogol, dan Kartasura)

dan seluas ±5000 ha pada kabupaten Karanganyar (Ngringo dan Colomadu). Hal

ini menunjukkan bahwa pemekaran Kota Surakarta lebih banyak berkembang

mengarah ke bagian selatan yakni kabupaten Sukoharjo. Oleh karena itu dapat

disimpulkan bahwa perkembangan spasial dan penduduk Kota Surakarta

berpengaruh terhadap kondisi sosial, ekonomi, kultural dan lingkungan kecamatan

Baki dan Grogol yang merupakan satu Kawasan Solobaru.

Berdasarkan tabel 5.1 kepadatan permukiman di Kota Surakarta dan tabel

5.8 kepadatan permukiman di Kawasan Solobaru, maka dapat dilihat bahwa dari

83%

17%

Prosentase Penduduk Kawasan Solobaru yang Menggunakan Sarana Pendidikan di Kota Surakarta

Ya

Tidak

Page 141: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

142

tahun 1975 sampai tahun 1980 ketika permukiman di Kota Surakarta bertambah

sebesar 386,4 ha maka luas permukiman di Kawasan Solobaru juga bertambah

sebesar 278,82. Ketika luas permukiman di Kota Surakarta pada tahun 1982

berkurang sebesar 117,2317 ha maka luas permukiman di Kawasan Solobaru

bertambah sebesar 106,36 ha. Pada tahun 1997 ketika luas permukiman di Kota

Surakarta berkurang sebesar 707,3249 ha, maka luas permukiman di Kawasan

Solobaru bertambah sebesar 129,24 ha. Perubahan luas permukiman tersebut

dapat dispasialkan dalam peta perembetan spasial permukiman Kota Surakarta ke

Kawasan Solobaru sebagai berikut :

Page 142: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

143

Peta 5.7 Peta Perembetan Spasial Permukiman Kota Surakarta ke Kawasan Solobaru Tahun 1979-1997

Page 143: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

144

Peta 5.8 Peta Perembetan Spasial Permukiman Kota Surakarta ke Kawasan Solobaru Tahun 1997-2005

Page 144: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

Dari peta tersebut dapat dilihat pola perembetan fisik Kota Surakarta ke

Kawasan Solobaru cenderung konsentris berada di pinggiran batas Kota

Surakarta. Menurut Northam, 1979 (dalam Yunus, 2000), kondisi perembetan

fisik Kota Surakarta yang melebihi batas administrasi seperti yang terlihat pada

peta di atas disebut sebagai Under Bounded City.

5.3.2 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Aspek Ekonomi

Permukiman di Kawasan Solobaru

Menurut Friedmann (dalam Yunus, 2006), perkembangan permukiman

kekotaan disebabkan oleh dua proses yang terkait satu sama lain, yakni proses

sosial ekonomi dan proses spasial. Proses sosial ekonomi mendahului proses

spasial namun adakalanya proses spasial mendahului proses sosial ekonomi. Dari

data sejarah Kota Surakarta dimana pada tahun 1970 terjadi industrialisasi

(industri pembuat pewarna tekstil namun tahun 1980an industri tersebut mulai

dilakukan AMDAL oleh pemerintah sehingga menggeser lokasi industri-industri

tersebut ke luar Kota Surakarta) hingga mengakibatkan urbanisasi besar-besaran

(tingkat pertumbuhan penduduk Kota Surakarta tahun 1975-1980 adalah 3,32%)

serta dilihat dari kecenderungan tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta

(merujuk pada tabel 5.5 tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta) yang

cenderung meningkat dari tahun ke tahunnya maka dapat disimpulkan bahwa

perkembangan permukiman Kota Surakarta cenderung disebabkan oleh proses

sosial ekonomi yang mendahului proses spasial. Peningkatan PDRB Kota

Surakarta dari tahun 1975-2005 berarti terjadi peningkatan penghasilan penduduk

yang diikuti oleh peningkatan sarana ekonomi dan sosial (merujuk pada tabel 5.2

perkembangan jumlah sarana perdagangan dan tabel 5.1 kepadatan permukiman

di Kota Surakarta). Konsekuensi spasial yang ditimbulkan selanjutnya adalah

semakin bertambahnya ruang Kota Surakarta hingga merembet ke Kawasan

Solobaru. Perembetan spasial Kota Surakarta ke dalam Kawasan Solobaru yang

merupakan konsekuensi dari proses sosial ekonomi Kota Surakarta dapat dilihat

pada peta 5.7 dan 5.8 perembetan spasial permukiman Kota Surakarta yang telah

disajikan pada sub bab sebelumnya.

Berdasarkan peta 5.7 dan 5.8 perembetan spasial permukiman Kota

Surakarta ke dalam Kawasan Solobaru terlihat bahwa spasialnya sudah seperti

menjadi satu atau tidak ada fungsi guna lahan lain yang menjadi penyekat antar

Page 145: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

dua kota tersebut. Jarak yang sedemikian dekat antara Kawasan Solobaru dengan

Kota Surakarta yakni hanya ± 6 km menjadikan perekonomian Kota Surakarta

berpengaruh ke Kawasan Solobaru. Teori Carrothers (dalam Daldjoeni, 1987)

menyebutkan bahwa kekuatan hubungan ekonomis antara kota dengan

hinterlandnya adalah berbanding lurus dengan besarnya jumlah penduduk dan

berbanding terbalik dengan jarak antar keduanya. Jumlah penduduk Kota

Surakarta yang cenderung meningkat berbanding lurus dengan jumlah Kawasan

Solobaru yang juga cenderung meningkat (merujuk tabel 5.6 tingkat pertumbuhan

penduduk Kota Surakarta dan tabel 5.13 tingkat pertumbuhan penduduk Kawasan

Solobaru). Dengan jarak Kawasan Solobaru ke Kota Surakarta yang relative dekat

yakni ±6 km, maka hubungan ekonomi antara Kota Surakarta dengan Kawasan

Solobaru cenderung kuat. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan perkembangan

ekonomi Kota Surakarta dan Kawasan Solobaru dalam kurun waktu 30 tahun

(1975-2005) yang dari tahun ke tahunnya sama-sama semakin meningkat

(merujuk pada tabel 5.5 tingkat pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta dan tabel

5.12 tingkat pertumbuhan ekonomi Kawasan Solobaru).

5.3.3 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Aspek Sosial

Permukiman di Kawasan Solobaru

Menurut Charles Whynne-Hammond (dalam Daldjoeni, 1987), salah satu

faktor terjadinya urbanisasi adalah adanya industrialisasi. Berdasarkan sejarah

Kota Surakarta, pada tahun 1970an terjadi industrialisasi di Kota Surakarta

(industri pembuat pewarna tekstil namun tahun 1980an industri tersebut mulai

dilakukan AMDAL oleh pemerintah sehingga menggeser lokasi industri-industri

tersebut ke luar Kota Surakarta). Industrialisasi yang terjadi di Kota Surakarta

merupakan faktor penarik penduduk luar kota untuk melakukan urbanisasi ke

Kota Surakarta. Menurut Barlow dan Newton (1971), kekuatan yang

mengakibatkan adanya gerakan penduduk yang berasal dari luar kota menuju ke

arah dalam kota tersebut disebut dengan kekuatan sentripetal. Urbanisasi yang

besar-besaran di Kota Surakarta tampak nyata pada tahun 1975-1980 di Kota

Surakarta, tingkat pertumbuhan penduduknya mencapai 3,32% (merujuk pada

tabel tingkat pertumbuhan penduduk Kota Surakarta). Angka ini merupakan

capaian tingkat pertumbuhan penduduk yang paling tinggi dalam periode tahun

1975-2005.

Page 146: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

Dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi demikian maka

kebutuhan akan rumah bertambah (merujuk tabel 5.1 kepadatan permukiman Kota

Surakarta pada sub bab perkembangan fisik Kota Surakarta). Pertambahan jumlah

penduduk sudah pasti akan menambah jumlah sarana di Kota Surakarta karena

sarana dibangun berdasarkan pelayanan untuk sejumlah penduduk di kota.

Semakin tahun jumlah penduduk dan jumlah rumah semakin bertambah hingga

lahan kosong di Kota Surakarta menjadi terbatas. Kondisi yang ada di Kota

Surakarta adalah lahan permukiman semakin tergeser kearah pinggiran karena

pusat kota digunakan untuk fungsi komersial. Kondisi ini dapat dilihat dari luas

permukiman yang semakin berkurang dari tabel 5.1 kepadatan permukiman Kota

Surakarta dan peta 5.1 perkembangan permukiman Kota Surakarta yang telah

disajikan pada sub bab perkembangan fisik Kota Surakarta.

Menurut Daldjoeni, salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya gaya

sentrifugal (gerakan penduduk dari dalam kota ke luar kota) adalah perumahan di

dalam kota pada umumnya padat dan tidak sehat, sebaliknya rumah-rumah yang

dapat dibangun di luar kota dapat diusahakan luas, sehat dan bermodel mutakhir.

Berdasarkan teori tersebut, ketersediaan lahan permukiman di Kota Surakarta

yang semakin terbatas membuat terjadinya gerakan sentrifugal yakni dari

penduduk asli Kota Surakarta yang bergerak ke luar Kota Surakarta khususnya

Kawasan Solobaru. Gaya sentripetal (gerakan penduduk dari luar kota ke dalam

kota) yang terjadi di Kota Surakarta akan berimplikasi dengan terjadinya gerakan

sentrifugal karena pertambahan penduduk akan mengakibatkan berkurangnya

ketersediaan lahan permukiman.

Menurut Daldjoeni (1987), manusia sebagai penghuni daerah pinggiran

kota selalu mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya. Adaptasi dan aktivitas

ini mencerminkan dan juga mengakibatkan adanya perubahan sosial, ekonomi,

kultural, dan lain-lain. Hal ini tampak nyata pada kehidupan sosial masyarakat di

Kawasan Solobaru. Perkembangan Kota Surakarta berpengaruh ke sosial budaya

penduduk Kawasan Solobaru. Dari tahun ke tahun, masyarakat pendatang

semakin memenuhi perumahan yang ada di Kawasan Solobaru. Para pendatang

yang kebanyakan berasal dari Kota Surakarta masih membawa budaya kotanya

pada kehidupan sehari-hari di Kawasan Solobaru seperti kebiasaan hidup mereka

yang individualis. Sebaliknya penghuni asli Kawasan Solobaru masih juga

Page 147: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

meneruskan budaya kedesaan mereka seperti kebiasaan hidup mereka yang masih

sangat terasa interaksi sosialnya dengan tetangganya. Perbedaan sosial budaya

tersebut menimbulkan adaptasi masyarakat asli Kawasan Solobaru dan

masyarakat pendatang terhadap lingkungannya. Sehingga adaptasi yang terjadi

dari tahun ke tahun ini merubah kondisi sosial budaya masyarakat di Kawasan

Solobaru terutama kondisi sosial masyarakat asli Kawasan Solobaru. Setelah

terjadinya proses invasi dari tahun ke tahun, maka terjadilah suksesi kehidupan

sosial masyarakat asli Kawasan Solobaru berubah menjadi modern tradisional.

Masyarakat asli telah mengikuti gaya hidup modern para pendatang tetapi belum

sepenuhnya meninggalkan tradisi-tradisi sosial setempat. Hal ini berarti kontak

sosial budaya yang terjadi dari tahun ke tahun di Kawasan Solobaru dimenangkan

oleh masyarakat pendatang yang sekarang gaya hidup modern telah mendominasi

kehidupan sosial masyarakat asli Kawasan Solobaru. Perubahan ini tampak nyata

pada paradigma berpikir penduduk asli Kawasan Solobaru mengenai pentingnya

pendidikan. Setelah terjadi interaksi sosial budaya dengan penduduk pendatang

maka keinginan mengenyam pendidikan pada penduduk asli Kawasan Solobaru

yang semula hanya merasa cukup pada tingkat SMP kini mulai merasa perlu

meneruskan sampai tingkat universitas. Berdasarkan hasil kuesioner yang telah

disebarkan kepada penduduk Kawasan Solobaru, maka dapat disimpulkan bahwa

penduduk Kawasan Solobaru berinteraksi dengan penduduk Kota Surakarta

melalui pemakaian sarana perdagangan, pendidikan dan kesehatan yang ada di

Kota Surakarta (merujuk gambar 5.20, 5.21, 5.22 Prosentase Penduduk Kawasan

Solobaru yang Menggunakan Sarana Perdagangan, Kesehatan, Pendidikan).

5.3.4 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Kebijakan

Permukiman di Kawasan Solobaru

Di dalam merespon perkembangan Kota Surakarta yang berpengaruh

terhadap perkembangan Kawasan Solobaru seperti yang telah dijelaskan pada sub

bab sebelumnya, pemerintah kabupaten Sukoharjo dalam penyusunan Rencana

Umum Tata Ruang Kota Kawasan Solobaru Tahun 1990-2010 menyatakan dalam

fungsi dan peran Kawasan Solobaru adalah sebagai antisipasi perkembangan

kegiatan Kota Surakarta. Ini berarti bahwa pemerintah kabupaten Sukoharjo

dalam pengambilan kebijakan RUTRK Kawasan Solobaru dipengaruhi oleh

Page 148: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

perkembangan Kota Surakarta. Dalam RUTRK tersebut, Kawasan Solobaru

dikembangkan untuk fungsi permukiman. Ini berarti pemerintah kabupaten

Sukoharjo telah merespon perkembangan Kota Surakarta yang dari tahun ke tahun

membutuhkan lahan permukiman yang kuantitasnya semakin berkurang di dalam

Kota Surakarta.

5.4 Besaran Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap

Permukiman di Kawasan Solobaru (Analisis Jalur)

Untuk melihat faktor perkembangan Kota Surakarta yang mana saja yang

paling kuat mempengaruhi permukiman di Solobaru maka digunakan analisis

jalur. Analisis jalur (path analysis) dikembangkan oleh Sewall Wright, 1934

(dalam Ali Muhidin, Sambas dan Maman Abdurahman, 2009). Analisis jalur

digunakan untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung, secara

serempak atau mandiri beberapa variabel penyebab terhadap sebuah variabel

akibat. Dalam pengerjaan analisis jalur dibagi menjadi beberapa langkah yakni

yang pertama membuat model analisis jalur, perhitungan koefisien jalur, dan

pengujian analisis jalur.

5.4.1 Model Analisis Jalur

Dalam analisis jalur terdapat banyak model jalur yaitu model satu

persamaan jalur, model dua persamaan jalur, model tiga persamaan jalur, model

empat persamaan jalur, dan seterusnya. Semakin kompleks hubungan struktural

maka semakin kompleks diagram jalurnya, dan makin banyak pula substruktur

yang membangun. Dalam penelitian ini menggunakan model empat persamaan

jalur dengan empat persamaan subtruktur dan empat persamaan regresi seperti

yang telah dijelaskan dalam bab metodologi penelitian.

5.4.2 Perhitungan Koefisien Jalur dan Uji Statistik

Dalam penelitian ini, perhitungan koefisien jalur menggunakan SPSS.

Karena model jalur ada 4 model, maka perhitungan koefisien jalur dilakukan pada

setiap model yang ada.

1. Perhitungan koefisien jalur pada model jalur pengaruh

perkembangan Kota Surakarta terhadap jumlah penduduk di

Kawasan Solobaru.

Tabel 5.14 Model Summary

Page 149: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

Model Summarye

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .981a .962 .960 4434.69302

2 .991b .981 .980 3142.12419

3 .995c .989 .988 2410.01720

4 .997d .994 .993 1924.56670

a. Predictors: (Constant), Jumlah_Sarana

b. Predictors: (Constant), Jumlah_Sarana, Jumlah_Penduduk

c. Predictors: (Constant), Jumlah_Sarana, Jumlah_Penduduk,

Luas_Permukiman

d. Predictors: (Constant), Jumlah_Sarana, Jumlah_Penduduk,

Luas_Permukiman, Jumlah_Rumah

e. Dependent Variable: Jumlah_Penduduk_Solobaru

Sumber : Hasil SPSS

Uji R Square

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa model ke-4 mempunyai R

Square paling besar dan standard error paling kecil yang berarti model regresi

ke-4 merupakan model yang dapat digunakan untuk mengetahui variabel

perkembangan Kota Surakarta yang mana saja yang mempengaruhi jumlah

penduduk Kawasan Solobaru. Dari kolom predictors (d), dapat disimpulkan

bahwa jumlah sarana Kota Surakarta (X4), jumlah penduduk Kota Surakarta

(X1), luas permukiman Kota Surakarta (X3) dan jumlah rumah Kota Surakarta

(X2) mempunyai pengaruh secara bersama-sama sebesar 0,994 atau 99,4% (uji

R Square : berpengaruh kuat) terhadap jumlah penduduk Kawasan Solobaru

(X7). Hal ini berarti sebesar 0,006 atau 0,6% jumlah penduduk Kawasan

Solobaru dipengaruhi oleh variabel prasarana Kota Surakarta (X5),

peningkatan PDRB Kota Surakarta (X6), dan variabel lain yang semula tidak

diduga (€).

Tabel 5.15 Anova

ANOVAe

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.428E10 1 1.428E10 725.882 .000a

Residual 5.703E8 29 1.967E7

Total 1.485E10 30

2 Regression 1.457E10 2 7.285E9 737.847 .000b

Residual 2.764E8 28 9872944.406

Total 1.485E10 30

3 Regression 1.469E10 3 4.896E9 843.010 .000c

Page 150: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

Residual 1.568E8 27 5808182.904

Total 1.485E10 30

4 Regression 1.475E10 4 3.687E9 995.529 .000d

Residual 9.630E7 26 3703956.983

Total 1.485E10 30

a. Predictors: (Constant), Jumlah_Sarana

b. Predictors: (Constant), Jumlah_Sarana, Jumlah_Penduduk

c. Predictors: (Constant), Jumlah_Sarana, Jumlah_Penduduk, Luas_Permukiman

d. Predictors: (Constant), Jumlah_Sarana, Jumlah_Penduduk, Luas_Permukiman,

Jumlah_Rumah

e. Dependent Variable: Jumlah_Penduduk_Solobaru

Sumber : Hasil SPSS

Uji F

Dari tabel anova diatas, diperoleh nilai F dengan nilai sig = 0,000.

Karena nilai sig < α (0,05), maka besaran pengaruh variabel jumlah sarana,

jumlah penduduk Kota Surakarta, luas permukiman Kota Surakarta, dan

jumlah rumah Kota Surakarta secara bersama-sama terhadap variabel jumlah

penduduk Kawasan Solobaru sebesar 0,994 atau 99,4% adalah signifikan

berpengaruh yang berarti terdapat pengaruh antara jumlah sarana (X4), jumlah

penduduk Kota Surakarta (X1), luas permukiman Kota Surakarta (X3), dan

jumlah rumah Kota Surakarta (X2) terhadap jumlah penduduk Kawasan

Solobaru (X7). Karena terdapat pengaruh secara bersama-sama maka

pengujian analisis jalur (uji t) secara individual dapat dilakukan.

Tabel 5.16 Koefisien Jalur

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Correlations

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part

1 (Constant) 3898.175 4173.540 .934 .358

Jumlah_Sarana 14.849 .551 .981 26.942 .000 .981 .981 .981

2 (Constant) -77664.716 15239.149 -5.096 .000

Jumlah_Sarana 8.007 1.313 .529 6.096 .000 .981 .755 .157

Jumlah_Penduduk .260 .048 .473 5.456 .000 .978 .718 .141

3 (Constant) -70757.026 11787.157 -6.003 .000

Jumlah_Sarana 3.806 1.368 .251 2.782 .010 .981 .472 .055

Jumlah_Penduduk .374 .044 .680 8.433 .000 .978 .851 .167

Luas_Permukiman -10.796 2.379 -.135 -4.538 .000 -.574 -.658 -.090

4 (Constant) 1501.217241 9571.670 -8.126 .000

Jumlah_Sarana 3.35872271 1.102 .212 2.919 .007 .981 .497 .046

Page 151: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

Jumlah_Penduduk .357 .036 .649 9.999 .000 .978 .891 .158

Luas_Permukiman -8.316 1.996 -.104 -4.165 .000 -.574 -.633 -.066

Jumlah_Rumah .136 .034 .110 4.042 .000 .824 .621 .064

a. Dependent Variable: Jumlah_Penduduk_Solobaru

Sumber : Hasil SPSS

Dari tabel koefisien jalur diatas, didapatkan koefisien jalur yang

merupakan besaran pengaruh dari setiap variabel. Besaran koefisien tersebut harus

diuji t terlebih dahulu untuk mengetahui apakah variabel tersebut signifikan

berpengaruh atau tidak. Uji t yang dilakukan dalam model jalur ini menghasilkan

kesimpulan bahwa semua variabel signifikan berpengaruh. Untuk proses uji t

setiap variabel dapat dilihat pada lampiran. Dari tabel koefisien di atas dapat

diketahui :

B : 1501.217241

X4 (Jumlah Sarana) : 3.35872271

X1 (Jumlah Penduduk): 0.357

X3 (Luas Permukiman): -8.316

X2 (Jumlah Rumah) : 0.136

Dan didapatkan persamaan jalur =

X7 (Jumlah Penduduk Solobaru) = B + pyX4 X4 + pyX1 X1 + pyX3 X3 + pyX2 X2

+ py€

X7 (Jumlah Penduduk Solobaru) = 1501.217241 + 3.35872271 X4 + 0.136 X1

- 8.316 X3 + 0.357 X2 + py€

Persamaan tersebut bila diterapkan pada data tahun 1975 maka :

77120 = 1501.217241 + 3.35872271 (5210) + 0.136 (426032)

-8.316 (2868.16) + 0.357 (67314) + py€

77120 = 77119.994 + py€

py€ = 77120 - 77119.994

py€ = 0.6% berarti variabel lain mempengaruhi sebesar 0.6%, tanda negatif

berarti arah variabel bebas berlawanan dengan variabel terikat.

Dari hasil perhitungan SPSS diatas dapat disimpulkan koefisien jalur dan

kontribusi pengaruh jumlah sarana Kota Surakarta, jumlah penduduk Kota

Surakarta, luas permukiman Kota Surakarta, dan jumlah rumah Kota Surakarta

terhadap variabel jumlah penduduk Kawasan Solobaru terhadap variabel terikat

(jumlah penduduk Kawasan Solobaru) sebagai berikut :

Page 152: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

Tabel 5.17 Kontribusi Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat (Jumlah

Penduduk Kawasan Solobaru)

Sumber : Hasil Analisis

Kontribusi pengaruh variabel perkembangan Kota Surakarta yang

dominan terhadap jumlah penduduk Kawasan Solobaru dari pengaruh terbesar

sampai terkecil adalah luas pemukiman Kota Surakarta (68.27%), jumlah sarana

Kota Surakarta (27.57%), jumlah rumah Kota Surakarta (2.93%), dan jumlah

penduduk Kota Surakarta (1.11%).

Maka dapat disimpulkan bahwa variabel perkembangan Kota Surakarta

yang dominan berpengaruh terhadap jumlah penduduk di Kawasan Solobaru

adalah jumlah sarana Kota Surakarta, jumlah rumah di Kota Surakarta, luas

permukiman di Kota Surakarta, dan jumlah penduduk Kota Surakarta. Semua

variabel penyebab mempunyai arah pengaruh searah kecuali variabel luas

permukiman. Walaupun demikian jumlah sarana Kota Surakarta, jumlah rumah di

Kota Surakarta, luas permukiman di Kota Surakarta, dan jumlah penduduk Kota

Surakarta adalah terikat dengan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi

jumlah penduduk di Kawasan Solobaru.

Menurut Yunus (dalam Megapolitan, 2006), perkembangan spasial dan

penduduk suatu kota akan membawa pengaruh terhadap kondisi sosial, ekonomi,

cultural dan lingkungan dimana kota tersebut berkembangan. Berdasarkan teori

tersebut dan berdasarkan hasil analisis serta kecenderungan perkembangan Kota

Surakarta dan Kawasan Solobaru, maka dapat disimpulkan bahwa :

- Jumlah penduduk Kawasan Solobaru akan bertambah ketika jumlah penduduk

Kota Surakarta bertambah menjadi 0.136 X jumlah penduduk Kota Surakarta

+ variabel lain.

Variabel

Statistik Uji Koefisien

Jalur (P)

Kontribusi

Pengaruh

(%)

Arah

Pengaruh Uji R Uji F Uji t

Jumlah

Sarana

(X4)

99.4% Signifikan

Signifikan

Berpengaruh 3.35872271 27.57% Positif (searah)

Jumlah

Rumah

(X2)

Signifikan

Berpengaruh 0.357 2.93% Positif (searah)

Luas

Permukim

an (X3)

Signifikan

Berpengaruh - 8.316 68.27% Negatif

(berlawanan)

Jumlah

Penduduk

(X1)

Signifikan

Berpengaruh 0.136 1.11% Positif (searah)

Page 153: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

- Jumlah penduduk Kawasan Solobaru akan bertambah ketika jumlah rumah di

Kota Surakarta bertambah menjadi 0.357 X jumlah rumah Kota Surakarta +

variabel lain.

- Jumlah penduduk Kawasan Solobaru akan bertambah ketika jumlah sarana

Kota Surakarta bertambah menjadi 3.35872271 X jumlah sarana Kota

Surakarta + variabel lain.

- Jumlah penduduk Kawasan Solobaru akan bertambah ketika jumlah luas

permukiman berkurang menjadi 8.316 X luas permukiman Kota Surakarta +

variabel lain.

Dari uraian di atas disimpulkan bahwa jumlah penduduk Kawasan

Solobaru lebih dominan dipengaruhi oleh luas lahan permukiman Kota Surakarta

yang semakin berkurang dan jumlah sarana yang semakin bertambah. Penduduk

dari luar yang berurbanisasi ke Kota Surakarta menginginkan tinggal di Kota

Surakarta yang jumlah sarananya semakin komplit namun karena terbatasnya

lahan permukiman maka penduduk pendatang tersebut lebih memilih Kawasan

Solobaru untuk bermukim sehingga hal ini menambah jumlah penduduk yang ada

di Kawasan Solobaru.

Dari teori konsep bermukim yang dikemukakan oleh Turner, golongan

ekonomi menengah keatas cenderung memilih lokasi bermukim yang semakin

jauh dari pusat kota karena menginginkan kenyamanan dari lingkungan

perumahan yang ditempati. Tidak terlalu memikirkan besarnya biaya transportasi

yang tinggi apabila lokasi tersebut jauh dari pusat kota. Hal ini yang ditemukan

pada penduduk Kawasan Solobaru khususnya penduduk pendatang Kawasan

Solobaru. Dari hasil kuesioner dan wawancara dengan penduduknya, kebanyakan

mereka adalah penduduk Kota Surakarta yang mempunyai dua hunian di Kota

Surakarta dan Kawasan Solobaru ataupun dahulu mereka adalah penduduk Kota

Surakartamyang kemudian menghuni Kawasan Solobaru.

2. Perhitungan koefisien jalur pada model jalur pengaruh

perkembangan Kota Surakarta melalui jumlah penduduk Kawasan

Solobaru terhadap jumlah rumah di Kawasan Solobaru.

Tabel 5.18 Model Summary

Model Summaryd

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

Page 154: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

1 .999a .998 .998 234.68026

2 .999b .999 .998 221.03553

3 .999c .999 .999 207.78474

a. Predictors: (Constant), Jumlah_Penduduk_Solobaru

b. Predictors: (Constant), Jumlah_Penduduk_Solobaru,

Luas_Permukiman

c. Predictors: (Constant), Jumlah_Penduduk_Solobaru,

Luas_Permukiman, Jumlah_Rumah

d. Dependent Variable: Jumlah_Rumah_Solobaru

Sumber : Hasil SPSS

Uji R Square

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa model ke-3 mempunyai R

Square paling besar dan standard error paling kecil yang berarti model regresi

ke-3 merupakan model yang dapat digunakan untuk mengetahui variabel

perkembangan Kota Surakarta yang mana saja yang melalui jumlah penduduk

Kawasan Solobaru mempengaruhi jumlah rumah di Kawasan Solobaru. Dari

kolom predictors (c), dapat disimpulkan bahwa luas permukiman Kota

Surakarta (X3) dan jumlah rumah di Kota Surakarta (X2) melalui jumlah

penduduk Solobaru (X7), mempunyai pengaruh secara bersama-sama sebesar

0,999 atau 99,9% (uji R Square : berpengaruh kuat) terhadap jumlah rumah

Kawasan Solobaru (X8). Hal ini berarti sebesar 0,001 atau 0,1% jumlah rumah

Kawasan Solobaru dipengaruhi oleh variabel jumlah penduduk Kota Surakarta

(X1), jumlah sarana Kota Surakarta (X4), prasarana Kota Surakarta (X5),

peningkatan PDRB Kota Surakarta (X6), dan variabel lain yang semula tidak

diduga (€).

Tabel 5.19 Anova

ANOVAd

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 9.525E8 1 9.525E8 17294.098 .000a

Residual 1597169.856 29 55074.823

Total 9.541E8 30

2 Regression 9.527E8 2 4.763E8 9749.927 .000b

Residual 1367987.761 28 48856.706

Total 9.541E8 30

3 Regression 9.529E8 3 3.176E8 7356.973 .000c

Residual 1165711.472 27 43174.499

Total 9.541E8 30

a. Predictors: (Constant), Jumlah_Penduduk_Solobaru

Page 155: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

b. Predictors: (Constant), Jumlah_Penduduk_Solobaru, Luas_Permukiman

c. Predictors: (Constant), Jumlah_Penduduk_Solobaru, Luas_Permukiman, Jumlah_Rumah

d. Dependent Variable: Jumlah_Rumah_Solobaru

Sumber : Hasil SPSS

Uji F

Dari tabel anova diatas, diperoleh nilai F dengan nilai sig = 0,000.

Karena nilai sig < α (0,05), maka besaran pengaruh variabel luas permukiman

Kota Surakarta dan jumlah rumah Kota Surakarta melalui jumlah penduduk

Kawasan Solobaru, secara bersama-sama terhadap variabel jumlah rumah di

Kawasan Solobaru sebesar 0,999 atau 99,9% adalah signifikan berpengaruh

yang berarti terdapat pengaruh antara luas permukiman Kota Surakarta (X3)

dan jumlah rumah Kota Surakarta (X2) melalui jumlah penduduk Kawasan

Solobaru (X7) terhadap jumlah rumah di Kawasan Solobaru (X8). Karena

terdapat pengaruh secara bersama-sama maka pengujian analisis jalur (uji t)

secara individual dapat dilakukan.

Tabel 5.20 Koefisien Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Correlations

Collinearity

Statistics

B Std. Error Beta

Zero-

order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) -306.606 224.103 -1.368 .182

Jumlah_Pendudu

k_Solobaru

.253 .002 .999 131.50

7

.000 .999 .999 .999 1.000 1.000

2 (Constant) 1206.005 729.591 1.653 .110

Jumlah_Pendudu

k_Solobaru

.251 .002 .988 113.07

0

.000 .999 .999 .809 .670 1.492

Luas_Permukima

n

-.384 .177 -.019 -2.166 .039 -.586 -.379 -.015 .670 1.492

3 (Constant) 1797.387394 735.487 2.421 .022

Jumlah_Pendudu

k_Solobaru

. 24828 .003 1.007 83.759 .000 .999 .998 .563 .313 3.196

Luas_Permukima

n

-.392317 .175 -.025 -2.846 .008 -.586 -.480 -.019 .610 1.638

Jumlah_Rumah -.008000001 .004 -.027 -2.165 .039 .818 -.385 -.015 .292 3.424

a. Dependent Variable: Jumlah_Rumah_Solobaru

Sumber : Hasil SPSS

Page 156: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

Dari tabel koefisien jalur diatas didapatkan koefisien jalur yang

merupakan besaran pengaruh dari setiap variabel. Besaran koefisien tersebut harus

diuji t terlebih dahulu untuk mengetahui apakah variabel tersebut signifikan

berpengaruh atau tidak. Uji t yang dilakukan dalam model jalur ini menghasilkan

kesimpulan bahwa semua variabel signifikan berpengaruh. Untuk proses uji t

setiap variabel dapat dilihat pada lampiran. Dari tabel koefisien di atas diketahui :

B : 1797.387394

X7 (Jumlah Penduduk Solobaru): 0.24828

X3 (Luas Permukiman) : -0.392317

X2 (Jumlah Rumah) : -0.008000001

Dan didapatkan persamaan jalur =

X8 (Jumlah Rumah di Kawasan Solobaru) = B + pyX7 X7 + pyX3 X3 + pyX2 X2

+ py€

X8 (Jumlah Rumah di Kawasan Solobaru) = 1797.387394 + 0.24828 X7

- 0.392317 X3 – 0.008000001 X2

+ py€

Persamaan tersebut bila diterapkan pada data tahun 1975 maka :

19281 =1797.387394 + 0.24828 (77120) - 0.392317 (2868.16)

- 0.008000001 (67314) + py€

19281 = 19281.001 + py€

py€ = 19281 - 19281.001

py€ = (-) 0.1%

variabel lain mempengaruhi sebesar (-) 0.1%, tanda negatif berarti arah variabel

bebas berlawanan dengan ariabel terikat.

Dari hasil perhitungan SPSS diatas dapat disimpulkan koefisien jalur dan

kontribusi pengaruh variabel luas permukiman Kota Surakarta dan jumlah rumah

Kota Surakarta melalui jumlah penduduk Kawasan Solobaru terhadap variabel

terikat (jumlah rumah di Kawasan Solobaru) sebagai berikut :

Tabel 5.21 Kontribusi Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat (Jumlah

Rumah di Kawasan Solobaru)

Variabel

Statistik Uji Koefisien

Jalur (P)

Kontribusi

Pengaruh

(%)

Arah

Pengaruh Uji R Uji F Uji t

Jumlah

Penduduk

Kawasan

99.9% Signifikan

Signifikan

Berpengaruh 0.24828 38.24% Positif

(searah)

Page 157: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

Sumber : Hasil Analisis

Kontribusi pengaruh variabel perkembangan Kota Surakarta yang

dominan terhadap jumlah rumah di Kawasan Solobaru adalah luas pemukiman

Kota Surakarta yang kontribusi pengaruhnya sebesar 60.42% dan jumlah rumah

Kota Surakarta yang kontribusi pengaruhnya sebesar 1.23%. Namun selain

variabel perkembangan Kota Surakarta tersebut, jumlah penduduk Kawasan

Solobaru juga berpengaruh terhadap jumlah rumah di Kawasan Solobaru dengan

kontribusi pengaruh sebesar 38.42%.

Maka dapat disimpulkan bahwa variabel perkembangan Kota Surakarta

yang dominan berpengaruh terhadap jumlah rumah di Kawasan Solobaru adalah

luas permukiman dan jumlah rumah di Kota Surakarta. Walaupun demikian

jumlah rumah dan luas permukiman Kota Surakarta dalam mempengaruhi jumlah

rumah di Kawasan Solobaru adalah terikat dengan faktor-faktor lain yang dapat

mempengaruhi jumlah rumah di Kawasan Solobaru.

Luas permukiman dan jumlah rumah di Kota Surakarta mempengaruhi

jumlah rumah di Kawasan Solobaru dengan arah berlawanan melalui jumlah

penduduk di Kawasan Solobaru. Hal ini dapat disimpulkan bahwa :

- Jumlah rumah Kawasan Solobaru akan bertambah ketika jumlah penduduk

Kawasan Solobaru bertambah menjadi 0.24828 X jumlah penduduk Kawasan

Solobaru + variabel lain.

- Jumlah rumah Kawasan Solobaru akan bertambah ketika luas permukiman di

Kota Surakarta berkurang menjadi 0.392317 X luas permukiman Kota

Surakarta + variabel lain.

- Jumlah rumah Kawasan Solobaru akan bertambah ketika luas permukiman di

Kota Surakarta berkurang menjadi 0.008000001 X jumlah rumah Kota

Surakarta + variabel lain.

Jumlah rumah dan luas permukiman di Kota Surakarta semakin bergeser

ke arah luar kota ketika lahan menjadi terbatas karena peningkatan sarana

khususnya perdagangan. Perkembangan permukiman yang semakin bergeser ke

Solobaru (X7)

Luas

Permukiman

(X3)

Signifikan

Berpengaruh -0.392317 60.42% Negatif

(berlawanan)

Jumlah Rumah

(X2)

Signifikan

Berpengaruh -0.008000001 1.23%

Negatif

(berlawanan)

Page 158: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

arah luar tersebut dapat dilihat pada peta perkembangan permukiman Kota

Surakarta di sub bab perkembangan fisik Kota Surakarta.

Menurut Edward Ulman salah satu faktor penyebab interaksi antar wilayah

adalah region complementary (wilayah yang saling melengkapi). Dalam hal ini,

Kota Surakarta mempunyai potensi teknologi, sarana perkotaan yang komplit dan

sektor lapangan kerja yang dapat menyerap penduduk dari luar kota. Sedangkan

Kawasan Solobaru memiliki potensi lahan permukiman yang masih banyak.

Sehingga potensi di Kota Surakarta banyak menyerap penduduk dari luar Kota

Surakarta. Bertambahnya penduduk menambah jumlah rumah dan kepadatan

permukiman di Kota Surakarta sehingga berdampak pada kurangnya lahan untuk

permukiman. Kawasan Solobaru dengan potensi lahan permukiman menjadi

luapan kebutuhan perumahan dari Kota Surakarta. Hal ini didukung dengan

kebijakan penggunaan lahan Kabupaten Sukoharjo yang mengarahkan Kawasan

Solobaru sebagai daerah permukiman.

3. Perhitungan koefisien jalur pada model jalur pengaruh

perkembangan Kota Surakarta melalui jumlah penduduk dan jumlah

rumah di Kawasan Solobaru terhadap luas permukiman di Kawasan

Solobaru.

Tabel 5.22 Model Summary

Model Summarye

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .982a .965 .964 132.83658

2 .992b .984 .983 91.17300

3 .993c .987 .986 83.73838

4 .993d .987 .986 82.40787

a. Predictors: (Constant), Jumlah_Rumah_Solobaru

b. Predictors: (Constant), Jumlah_Rumah_Solobaru,

Jumlah_Rumah

c. Predictors: (Constant), Jumlah_Rumah_Solobaru,

Jumlah_Rumah, Jumlah_Penduduk_Solobaru

d. Predictors: (Constant), Jumlah_Rumah,

Jumlah_Penduduk_Solobaru

e. Dependent Variable: Luas_Permukiman_Solobaru

Sumber : Hasil SPSS

Uji R Square

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa model ke-4 mempunyai R

Square paling besar dan mempunyai standar error paling kecil yang berarti

Page 159: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

model regresi ke-4 merupakan model yang dapat digunakan untuk mengetahui

variabel perkembangan Kota Surakarta yang mana saja yang melalui jumlah

penduduk dan jumlah rumah di Kawasan Solobaru mempengaruhi luas

permukiman di Kawasan Solobaru. Dari kolom predictors (d), dapat

disimpulkan bahwa jumlah rumah di Kota Surakarta mempengaruhi luas

permukiman di Kawasan Solobaru melalui pengaruh dari jumlah penduduk

Kawasan Solobaru dengan koefisien jalur (besaran pengaruh) sebesar 0,987

atau 98,7% (uji R Square : berpengaruh kuat). Hal ini berarti sebesar 0,013

atau 1,3% luas permukiman di Kawasan Solobaru dipengaruhi oleh variabel

jumlah penduduk Kota Surakarta (X1), luas permukiman di Kota Surakarta

(X3), jumlah sarana Kota Surakarta (X4), prasarana Kota Surakarta (X5),

peningkatan PDRB Kota Surakarta (X6), jumlah rumah di Kawasan Solobaru

(X8) dan variabel lain yang semula tidak diduga (€).

Tabel 5.23 Anova

ANOVAe

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.402E7 1 1.402E7 794.686 .000a

Residual 511721.143 29 17645.557

Total 1.453E7 30

2 Regression 1.430E7 2 7150827.259 860.248 .000b

Residual 232750.442 28 8312.516

Total 1.453E7 30

3 Regression 1.434E7 2 7172127.679 1056.114 .000d

Residual 190149.602 28 6791.057

Total 1.453E7 30

4 Regression 1.435E7 3 4781692.610 681.919 .000c

Residual 189327.129 27 7012.116

Total 1.453E7 30

a. Predictors: (Constant), Jumlah_Rumah_Solobaru

b. Predictors: (Constant), Jumlah_Rumah_Solobaru, Jumlah_Rumah

c. Predictors: (Constant), Jumlah_Rumah_Solobaru, Jumlah_Rumah,

Jumlah_Penduduk_Solobaru

d. Predictors: (Constant), Jumlah_Rumah, Jumlah_Penduduk_Solobaru

e. Dependent Variable: Luas_Permukiman_Solobaru

Sumber : Hasil SPSS

Uji F

Page 160: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

Dari tabel anova diatas, diperoleh nilai F dengan nilai sig = 0,000.

Karena nilai sig < α (0,05), maka besaran pengaruh variabel jumlah rumah di

Kota Surakarta mempengaruhi luas permukiman di Kawasan Solobaru melalui

pengaruh dari jumlah penduduk Kawasan Solobaru dengan koefisien jalur

(besaran pengaruh) sebesar 0,987 atau 98,7% adalah signifikan berpengaruh

yang berarti terdapat pengaruh antara jumlah rumah di Kota Surakarta (X2)

melalui pengaruh dari jumlah penduduk Kawasan Solobaru (X7) terhadap luas

permukiman di Kawasan Solobaru (X9). Karena terdapat pengaruh secara

bersama-sama maka pengujian analisis jalur (uji t) secara individual dapat

dilakukan.

Tabel 5.24 Koefisien Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Correlations

B Std. Error Beta

Zero-

order Partial Part

1 (Constant) -1356.633 125.453 -10.814 .000

Jumlah_Rumah_

Solobaru

.121 .004 .982 28.190 .000 .982 .982 .982

2 (Constant) -1200.336 90.233 -13.303 .000

Jumlah_Rumah_

Solobaru

.146 .005 1.179 28.351 .000 .982 .983 .678

Jumlah_Rumah -.009 .002 -.241 -5.793 .000 .724 -.738 -.139

3 (Constant) -1243.224 84.648 -14.687 .000

Jumlah_Rumah_

Solobaru

-.023 .068 -.189 -.342 .735 .982 -.066 -.008

Jumlah_Rumah -.010 .002 -.269 -6.753 .000 .724 -.793 -.148

Jumlah_Pendudu

k_Solobaru

.044 .018 1.392 2.488 .019 .982 .432 .055

4 (Constant) -1237.914 81.894 -15.116 .000

Jumlah_Rumah - .047 .001 -.266 -6.964 .000 .724 -.796 -.151

Jumlah_Pendudu

k_Solobaru

.03806791 .001 1.201 31.466 .000 .982 .986 .680

a. Dependent Variable: Luas_Permukiman_Solobaru

Sumber : Hasil SPSS

Dari tabel koefisien jalur diatas didapatkan koefisien jalur yang

merupakan besaran pengaruh dari setiap variabel. Besaran koefisien tersebut harus

diuji t terlebih dahulu untuk mengetahui apakah variabel tersebut signifikan

berpengaruh atau tidak. Uji t yang dilakukan dalam model jalur ini menghasilkan

kesimpulan bahwa semua variabel signifikan berpengaruh. Untuk proses uji t

setiap variabel dapat dilihat pada lampiran. Dari tabel koefisien di atas diketahui :

Page 161: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

B : -1237.914

X2 (Jumlah Rumah) : - 0.047

X7 (Jumlah Penduduk Solobaru) : 0.03806791

Dan didapatkan persamaan jalur =

X9 (Luas Permukiman di Kawasan Solobaru) = B + pyX2 X2 + pyX7 X7 + py€

X9 (Luas Permukiman di Kawasan Solobaru) = -1237.914 - 0.047 X2

+ 0.03806791 X7 + py€

Persamaan tersebut bila diterapkan pada data tahun 1975 maka :

1009.94 = 1237.914 - 0.047 (67314) + 0.03806791 (77120) + py€

1009.94 = 1009.953 + py€

py€ = 1009.94 - 1009.953

py€ = (-) 1,3%

variabel lain mempengaruhi sebesar (-) 1.3%, tanda negatif berarti arah variabel

bebas berlawanan dengan variabel terikat.

Dari hasil perhitungan SPSS diatas dapat disimpulkan koefisien jalur dan

kontribusi pengaruh variabel jumlah rumah Kota Surakarta melalui jumlah

penduduk Kawasan Solobaru terhadap variabel terikat (luas permukiman di

Kawasan Solobaru) sebagai berikut :

Tabel 5.25 Kontribusi Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat (Luas

Permukiman Kawasan Solobaru)

Variabel

Statistik Uji Koefisien

Jalur (P)

Kontribusi

Pengaruh

(%)

Arah

Pengaruh Uji R Uji F Uji t

Jumlah

Rumah

(X2)

98.7% Signifikan

Signifikan

Berpengaruh -0.047 54.53% Negatif

(berlawanan)

Jumlah

Penduduk

Kawasan

Solobaru

(X7)

Signifikan

Berpengaruh

0.03806791 44.16% Positif

(searah)

Sumber : Hasil Analisis

Kontribusi pengaruh variabel perkembangan Kota Surakarta yang

dominan terhadap luas permukiman di Kawasan Solobaru adalah variabel jumlah

rumah yang kontribusi pengaruhnya sebesar 54.53%. Namun selain variabel

perkembangan Kota Surakarta tersebut, jumlah penduduk Kawasan Solobaru juga

mempengaruhi luas permukiman di Kawasan Solobaru dengan kontribusi sebesar

44.16%.

Page 162: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa variabel perkembangan Kota

Surakarta yang berpengaruh terhadap luas permukiman di Kawasan Solobaru

adalah jumlah rumah di Kota Surakarta. Yang dapat disimpulkan bahwa :

- Luas pemukiman di Kawasan Solobaru akan bertambah ketika jumlah

penduduk Kawasan Solobaru bertambah menjadi 0.03806791 X jumlah

penduduk Kawasan Solobaru + variabel lain.

- Luas permukiman di Kawasan Solobaru akan bertambah ketika jumlah rumah

di Kota Surakarta berkurang menjadi 0.047 X jumlah rumah Kota Surakarta +

variabel lain.

4. Perhitungan koefisien jalur pada model jalur perkembangan Kota

Surakarta melalui jumlah penduduk, jumlah rumah, dan luas

permukiman di Kawasan Solobaru terhadap jumlah sarana di

Kawasan Solobaru.

Tabel 5.26 Model Summary

Model Summaryd

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 .961a .9242 .921 139.42921

2 .983b .9662 .964 94.31166

3 .992c .9824 .981 67.64475

a. Predictors: (Constant), Jumlah_Rumah_Solobaru

b. Predictors: (Constant), Jumlah_Rumah_Solobaru,

Peningkatan_PDRB

c. Predictors: (Constant), Jumlah_Rumah_Solobaru,

Peningkatan_PDRB, Luas_Permukiman

d. Dependent Variable: Jumlah_Sarana_Solobaru

Sumber : Hasil SPSS

Uji R Square

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa model ke-3 mempunyai R

Square paling besar dan mempunyai standar error paling kecil yang berarti

model regresi ke-3 merupakan model yang dapat digunakan untuk mengetahui

variabel perkembangan Kota Surakarta yang mana saja yang melalui jumlah

penduduk, jumlah rumah, dan luas permukiman di Kawasan Solobaru

mempengaruhi jumlah sarana di Kawasan Solobaru. Dari kolom predictors

(c), dapat disimpulkan bahwa peningkatan PDRB Kota Surakarta dan luas

Page 163: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

permukiman Kota Surakarta melalui jumlah rumah di Kawasan Solobaru

mempengaruhi jumlah sarana di Kawasan Solobaru dengan koefisien jalur

(besaran pengaruh) sebesar 0,9824 atau 98,24% (uji R Square : berpengaruh

kuat). Hal ini berarti sebesar 0,0176 atau 1,76% jumlah sarana di Kawasan

Solobaru dipengaruhi oleh variabel jumlah penduduk Kota Surakarta (X1),

jumlah rumah Kota Surakarta (X2), jumlah sarana Kota Surakarta (X4),

prasarana Kota Surakarta (X5), jumlah penduduk di Kawasan Solobaru (X7),

luas permukiman di Kawasan Solobaru (X9), dan variabel lain yang semula

tidak diduga (€).

Tabel 5.27 Anova

ANOVAd

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6818947.345 1 6818947.345 350.760 .000a

Residual 563774.655 29 19440.505

Total 7382722.000 30

2 Regression 7133670.695 2 3566835.347 401.007 .000b

Residual 249051.305 28 8894.689

Total 7382722.000 30

3 Regression 7259175.061 3 2419725.020 528.808 .000c

Residual 123546.939 27 4575.813

Total 7382722.000 30

a. Predictors: (Constant), Jumlah_Rumah_Solobaru

b. Predictors: (Constant), Jumlah_Rumah_Solobaru, Peningkatan_PDRB

c. Predictors: (Constant), Jumlah_Rumah_Solobaru, Peningkatan_PDRB,

Luas_Permukiman

d. Dependent Variable: Jumlah_Sarana_Solobaru

Sumber : Hasil SPSS

Uji F

Dari tabel anova diatas, diperoleh nilai F dengan nilai sig = 0,000.

Karena nilai sig < α (0,05), maka besaran pengaruh variabel peningkatan

PDRB Kota Surakarta dan luas permukiman Kota Surakarta melalui jumlah

rumah di Kawasan Solobaru mempengaruhi jumlah sarana di Kawasan

Solobaru dengan koefisien jalur (besaran pengaruh) sebesar 0,9824 atau

98,24% adalah signifikan berpengaruh yang berarti terdapat pengaruh antara

peningkatan PDRB Kota Surakarta (X6) dan luas permukiman Kota Surakarta

(X3) melalui jumlah rumah di Kawasan Solobaru (X8) terhadap jumlah sarana

Page 164: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

di Kawasan Solobaru (Y). Karena terdapat pengaruh secara bersama-sama

maka pengujian analisis jalur (uji t) secara individual dapat dilakukan.

Tabel 5.28 Koefisien Regresi

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Correlations

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part

1 (Constant) -1489.148 131.679 -11.309 .000

Jumlah_Rumah_

Solobaru

.085 .005 .961 18.729 .000 .961 .961 .961

2 (Constant) -886.271 134.927 -6.568 .000

Jumlah_Rumah_

Solobaru

.058 .005 .654 10.522 .000 .961 .893 .365

Peningkatan_PD

RB

.000 .000 .370 5.948 .000 .913 .747 .206

3 (Constant) 182.489 225.857 .808 .426

Jumlah_Rumah_

Solobaru

. 054795119

.004 .616 13.623 .000 .961 .934 .339

Peningkatan_PD

RB

. 00057929 .000 .297 6.359 .000 .913 .774 .158

Luas_Permukim

an

-.312 .057 -.169 -5.237 .000 -.714 -.710 -.130

a. Dependent Variable: Jumlah_Sarana_Solobaru

Sumber : Hasil SPSS

Dari tabel koefisien jalur diatas didapatkan koefisien jalur yang

merupakan besaran pengaruh dari setiap variabel. Besaran koefisien tersebut harus

diuji t terlebih dahulu untuk mengetahui apakah variabel tersebut signifikan

berpengaruh atau tidak. Uji t yang dilakukan dalam model jalur ini menghasilkan

kesimpulan bahwa semua variabel signifikan berpengaruh. Untuk proses uji t

setiap variabel dapat dilihat pada lampiran. Dari tabel koefisien di atas diketahui :

B : 182.489

X8 (Jumlah Rumah di Kawasan Solobaru) : 0.054795119

X6 (Peningkatan PDRB) : 0.00057929

X3 (Luas Permukiman) : -0.312

Dan didapatkan persamaan jalur =

Y (Jumlah Sarana di Kawasan Solobaru) = B + pyX8 X8 + pyX6 X6 + pyX3 X3

+ py€

Y (Jumlah Sarana di Kawasan Solobaru) = 182.489 + 0.054795119 X8

+ 0.00057929 X6 - 0.312 X3 + py€

Page 165: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

Persamaan tersebut bila diterapkan pada data tahun 1975 maka :

363 = 182.489 + 0.054795119 (19281) + 0.00057929 (32547.77)

- 0.312 (2868.16) + py€

363 = 362.9823671 + py€

py€ = 363 - 362.9823671

py€ = 1,76%

variabel lain mempengaruhi sebesar 1,76%, tanda positif berarti arah variabel

bebas searah dengan variabel terikat.

Dari hasil perhitungan SPSS diatas dapat disimpulkan koefisien jalur dan

kontribusi pengaruh peningkatan PDRB Kota Surakarta dan luas permukiman

Kota Surakarta melalui jumlah rumah di Kawasan Solobaru terhadap variabel

terikat (jumlah sarana di Kawasan Solobaru) sebagai berikut :

Tabel 5.29 Kontribusi Pengaruh Variabel Bebas terhadap Variabel Terikat (Jumlah

Sarana Kawasan Solobaru)

Variabel

Bebas (X)

Statistik Uji Koefisien

Jalur (P)

Kontribusi

Pengaruh

(%)

Arah

Pengaruh Uji R Uji F Uji t

Jumlah

Rumah

Kawasan

Solobaru

(X8)

98,24% Signifikan

Signifikan

Berpengaruh

0.054795119 14.65% Positif

(searah)

Peningkatan

PDRB Kota

Surakarta

(X6)

Signifikan

Berpengaruh 0.00057929 0.15%

Positif

(searah)

Luas

Permukiman

Kota

Surakarta

(X3)

Signifikan

Berpengaruh

- 0.312 83.43%

Negatif

(berlawanan)

Sumber : Hasil Analisis

Kontribusi pengaruh variabel perkembangan Kota Surakarta yang

dominan terhadap jumlah sarana di Kawasan Solobaru adalah variabel

peningkatan PDRB Kota Surakarta yang kontribusi pengaruhnya sebesar 0.15%

dan luas permukiman Kota Surakarta yang kontribusi pengaruhnya sebesar

83.43%. Namun selain kedua variabel perkembangan Kota Surakarta tersebut,

jumlah rumah di Kawasan Solobaru juga berpengaruh terhadap jumlah sarana di

Kawasan Solobaru yang kontribusi pengaruhnya sebesar 14.65%.

Page 166: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

Maka dapat disimpulkan bahwa variabel perkembangan Kota Surakarta

yang dominan berpengaruh terhadap jumlah sarana di Kawasan Solobaru adalah

luas permukiman dan peningkatan PDRB di Kota Surakarta. Yang artinya adalah :

- Jumlah sarana Kawasan Solobaru akan bertambah ketika jumlah rumah di

Kawasan Solobaru bertambah menjadi 0.054795119 X jumlah rumah

Kawasan Solobaru + variabel lain.

- Jumlah sarana Kawasan Solobaru akan bertambah ketika luas permukiman di

Kota Surakarta berkurang menjadi 0.312 X luas permukiman Kota Surakarta +

variabel lain.

- Jumlah sarana Kawasan Solobaru akan bertambah ketika PDRB Kota

Surakarta bertambah menjadi 0.00057929 X tingkat PDRB Kota Surakarta +

variabel lain.

Interaksi antara Kota Surakarta dengan Kawasan Solobaru adalah interaksi

yang bersifat region complementary (wilayah yang saling melengkapi). Sebagian

penghuni Kawasan Solobaru bekerja di salah satu sektor lapangan kerja di Kota

Surakarta. Peningkatan PDRB Kota Surakarta berarti peningkatan ekonomi kota

yang dapat menjadi tarikan bagi penduduk kota lain untuk berurbanisasi ke Kota

Surakarta namun semakin berkurangnya lahan untuk permukiman maka akan

menambah jumlah rumah di Kawasan Solobaru yang pada akhirnya menambah

sarana di Kawasan Solobaru.

BAB 6

PENUTUP

5.5 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh perkembangan Kota

Surakarta terhadap permukiman di Kawasan Solobaru, maka dapat disimpulkan

beberapa hal yakni sebagai berikut :

1) Perkembangan spasial dan penduduk Kota Surakarta berpengaruh terhadap

kondisi fisik, ekonomi dan sosial budaya Kawasan Solobaru.

2) Perkembangan permukiman Kota Surakarta cenderung disebabkan oleh

proses sosial ekonomi yang mendahului proses spasial.

3) Perkembangan ekonomi yang terjadi tahun 1970an di Kota Surakarta

merupakan kekuatan sentripetal yang menjadi faktor penarik penduduk

luar kota untuk melakukan urbanisasi ke Kota Surakarta. Tingkat

Page 167: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

pertumbuhan penduduk tahun 1975-1980 di Kota Surakarta mencapai

3,32%.

4) Ketersediaan lahan permukiman di Kota Surakarta yang semakin terbatas

membuat terjadinya gerakan sentrifugal yakni penduduk asli Kota

Surakarta bergerak ke luar Kota Surakarta seperti ke Kawasan Solobaru.

Sehingga hal ini mengakibatkan jumlah penduduk di Kawasan Solobaru

bertambah yang diikuti dengan pertambahan jumlah rumah dan sarana di

Kawasan Solobaru.

5) Interaksi antara Kota Surakarta dengan Kawasan Solobaru adalah interaksi

yang bersifat region complementary (wilayah yang saling melengkapi),

yakni Kota Surakarta mempunyai potensi teknologi, sarana komplit, dan

lapangan kerja, sedangkan Kawasan Solobaru mempunyai potensi

ketersediaan lahan permukiman. Kawasan Solobaru dengan jarak yang

relative lebih dekat dibanding hinterland Kota Surakarta lainnya

menjadikan lahan permukiman di Kawasan Solobaru.

6) Interaksi sosial yang kuat antara penduduk Kota Surakarta dengan

Kawasan Solobaru membuat adanya proses invasi sosial budaya antara

penduduk Kota Surakarta dengan Kawasan Solobaru yang akhirnya terjadi

suksesi budaya modern pada penduduk Kawasan Solobaru.

7) Pengaruh variabel dominan perkembangan Kota Surakarta terhadap

jumlah penduduk Kawasan Solobaru adalah sebagai berikut :

Jumlah penduduk Kawasan Solobaru akan bertambah ketika jumlah

penduduk Kota Surakarta bertambah menjadi 0.136 X jumlah penduduk

Kota Surakarta + variabel lain.

Jumlah penduduk Kawasan Solobaru akan bertambah ketika jumlah

rumah di Kota Surakarta bertambah menjadi 0.357 X jumlah rumah Kota

Surakarta + variabel lain.

Jumlah penduduk Kawasan Solobaru akan bertambah ketika jumlah

sarana Kota Surakarta bertambah menjadi 3.35872271 X jumlah sarana

Kota Surakarta + variabel lain.

Jumlah penduduk Kawasan Solobaru akan bertambah ketika jumlah luas

permukiman berkurang menjadi 8.316 X luas permukiman Kota

Surakarta + variabel lain.

Page 168: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

8) Pengaruh variabel dominan perkembangan Kota Surakarta terhadap

jumlah rumah di Kawasan Solobaru adalah sebagai berikut :

Jumlah rumah Kawasan Solobaru akan bertambah ketika jumlah

penduduk Kawasan Solobaru bertambah menjadi 0.24828 X jumlah

penduduk Kawasan Solobaru + variabel lain.

Jumlah rumah Kawasan Solobaru akan bertambah ketika luas

permukiman di Kota Surakarta berkurang menjadi 0.392317 X luas

permukiman Kota Surakarta + variabel lain.

Jumlah rumah Kawasan Solobaru akan bertambah ketika luas

permukiman di Kota Surakarta berkurang menjadi 0.008000001 X

jumlah rumah Kota Surakarta + variabel lain.

9) Pengaruh variabel dominan perkembangan Kota Surakarta terhadap

jumlah luas permukiman di Kawasan Solobaru adalah sebagai berikut :

Luas pemukiman di Kawasan Solobaru akan bertambah ketika jumlah

penduduk Kawasan Solobaru bertambah menjadi 0.03806791 X jumlah

penduduk Kawasan Solobaru + variabel lain.

Luas permukiman di Kawasan Solobaru akan bertambah ketika jumlah

rumah di Kota Surakarta berkurang menjadi 0.047 X jumlah rumah Kota

Surakarta + variabel lain.

10) Pengaruh variabel dominan perkembangan Kota Surakarta terhadap

jumlah sarana di Kawasan Solobaru adalah sebagai berikut :

Jumlah sarana Kawasan Solobaru akan bertambah ketika jumlah rumah

di Kawasan Solobaru bertambah menjadi 0.054795119 X jumlah rumah

Kawasan Solobaru + variabel lain.

Jumlah sarana Kawasan Solobaru akan bertambah ketika luas

permukiman di Kota Surakarta berkurang menjadi 0.312 X luas

permukiman Kota Surakarta + variabel lain.

Jumlah sarana Kawasan Solobaru akan bertambah ketika PDRB Kota

Surakarta bertambah menjadi 0.00057929 X tingkat PDRB Kota

Surakarta + variabel lain.

5.6 Rekomendasi

Page 169: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian mengenai pengaruh

perkembangan Kota Surakarta terhadap permukiman di Kawasan Solobaru, maka

dapat disusun rekomendasi sebagai berikut :

1) Rekomendasi bagi pemerintah

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh perkembangan Kota

Surakarta terhadap permukiman di Kawasan Solobaru, disimpulkan bahwa

terdapat pengaruh antar Kota Surakarta ke Kawasan Solobaru oleh karena itu

direkomendasikan kepada pihak pemerintah bahwa perlu adanya kerjasama antara

pemerintah Kota Surakarta dengan pemerintah kabupaten Sukoharjo dalam

mengantisipasi perkembangan Kawasan Solobaru yang dipengaruhi oleh

perkembangan Kota Surakarta agar lebih berwawasan lingkungan dan

berkelanjutan. Kerjasama tersebut dapat diwujudkan dalam koordinasi antar

instansi terkait dalam penyusunan rencana tata ruang.

a. Bapeda Kota Surakarta dan Kabupaten Sukoharjo

Kedua instansi perlu melakukan peninjauan kembali terhadap kebijakan

pembangunan yang mempengaruhi Kawasan Solobaru. Hal ini perlu

dilakukan mengingat adanya kecenderungan konversi lahan tak terbangun

menjadi terbangun yang kurang terkendali karena adanya pengaruh

perkembangan Kota Surakarta yang lokasinya berbatasan langsung dengan

Kawasan Solobaru.

b. DPU Kota Surakarta dan DPU Kawasan Solobaru

Perlunya peningkatan aksesbilitas agar dapat menunjang mekanisme

kegiatan ke pusat Kawasan Solobaru, terutama pada pusatlingkungan

permukiman penduduk. Selain itu juga dikembangkan berbagai fasilitas

pelayanan sesuai dengan fungsi lahan yang diberikan, seperti penyediaan

fasilitas dan utilitas yang lebih memadai.

c. Dinas Tata Kota Surakarta dan Bapeda Kabupaten Sukoharjo

Perlunya diterbitkan aspek peraturan yang berkaitan dengan kepastian

hukum dalam pelaksanaan rencana penataan ruang, terutama masalah

pertanahandan prosedur perijinan. Hal ini ditujukan untuk mengantisipasi

kecenderungan perubahan penggunaan lahan yang kurang terkendali.

2) Rekomendasi untuk studi lanjutan

Page 170: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

Penulis menyadari bahwa dalam penelitian ini memiliki banyak

kekurangan sehingga direkomendasikan untuk studi lanjutan bila ingin mengkaji

lebih dalam lagi mengenai pengaruh perkembangan Kota Surakarta terhadap

permukiman di Kawasan Solobaru, maka sebaiknya variabel penelitian yang

digunakan diharapkan untuk lebih spesifik pada variabel yang pengaruhnya

berkontribusi besar pada perkembangan Kawasan Solobaru. Variabel yang

digunakan untuk penelitian selanjutnya lebih baik dispesifikan pada jangkauan

sarana prasarana di Kota Surakarta yang dapat membentuk interaksi dengan

Kawasan Solobaru.

DAFTAR PUSTAKA

BUKU/DOKUMEN

Ali Muhidin, Sambas dan Maman Abdurahman. 2009. Analisis Korelasi, Regresi,

dan Jalur dalam Penelitian. Bandung : Pustaka Setia.

Badudu, J.s dan Zein. 2004. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Pustaka

Sinar Harapan.

Barlow M.H & Newton R.G. 1971. Patterns and Procesess in Man’s Economic

Enviroment. Sydney: Angus & Robertson Pty. Ltd

Bintarto. 1983. Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya. Jakarta : Ghalia

Indonesia.

Branch, Melville. 1996. Perencanaan Kota Komprehensif: Pengantar dan

Penjelasan. Cetakan Kedua. Yogyakarta: Penerbit Gajah Mada University

Press.

Colby. 1959. Centrifugal and Centripetal Forces in Urban Geography. In : Mayer

and Kohn (eds.) : Reading in Geography. Chicago : University of Chicago.

Daldjoeni. 1987. Geografi Kota dan Desa untuk Mahasiswa dan Guru SMU.

Bandung: Alumni.

Doxiadis. 1968. Ekistics: An Introduction to the Science of Human Settlements.

New York: Oxford University Press.

Hadi, Sutrisno. 1981. Metode Research. Yogyakarta: UGM Press.

Page 171: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

Hendro, Raldi Koestoer. 2001. Dimensi Keruangan Kota Teori dan Kasus.

Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Jayadinata, Johara T. 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan

Perkotaan dan Wilayah. Bandung: ITB.

Kecamatan Baki dalam Angka Tahun 1975 – 2005.

Kecamatan Grogol dalam Angka Tahun 1975 – 2005.

Maslow, Abraham H. 1970.“A Theory of Human Motivation”, dalam Psychologi

Review.

Moleong, Lexy. 1993. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

P.J.M. Nas. Kota di Dunia Ketiga. Jil. 1 dan 2. Terj. S. Suryochondro. Jakarta:

Bhratara Karya Aksara, 1979.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 1993 – 2013.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukoharjo Tahun 2009 – 2029.

Rencana Umum Tata Ruang Kota Kawasan Solobaru Tahun 1990 – 2010.

Sejarah Kabupaten Sukoharjo.

Pontoh, Nia K dan Iwan Kustiwan. 2009. Pengantar Perencanaan Perkotaan.

Bandung: ITB.

Rapoport, A. 1987. The Meaning of The built Environment, An Nonverbal

Communication Approach,Sage Publication.

Sarwono, Jonathan. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS.

Yogyakarta: Andi Offset.

Sastra, M. Suparno dan Endy Marlina. 2006. Perencanaan dan Pengembangan

Perumahan. Yogyakarta: Andi Offset.

Singarimbun, M dan Effendi, S. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: LP3ES.

SNI 03-1733-2004 tentang Perencanaan Perumahan Kota.

Somantri, Ating dan Sambas Ali Muhidin. 2006. Aplikasi Statistika dalam

Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Subroto, Yoyok Wahyu, Bakti Setiawan, Setiadi. 1997. Proses Transformasi

Spasial dan Sosio-Kultural Desa-Desa di Daerah Pinggiran Kota (Urban

Fringe) di Indonesia (Studi Kasus Yogyakarta). Laporan Penelitian

Pengkajian dan Penelitian Ilmu Pengetahuan Dasar Tahun Anggaran

1996/1997. Yogyakarta : PPLH UGM.

Page 172: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

Suharsimi, Arikunto. (1996). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Rineka Cipta.

Sukoharjo dalam Angka tahun 1975 – 2005.

Surakarta dalam Angka tahun 1975 – 2005.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sutopo, HB. 1990. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS.

Ullman, E.L. 1980. Transportation Geografic: eemn methodologische inleiding.

Den Bosch: Malmberg.

UU No. 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.

Yunus. 1978. Konsep Perkembangan Daerah dan Pengembangan Daerah

Perkotaan. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.

Yunus, Hadi Sabari. 1987. Permasalahan Daerah Urban Fringe dan Alternatif

Pemecahannya. Yogyakarta : Fakultas Geografi UGM.

Yunus, Hadi Sabari, M.A. 2000. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Yunus, Hadi Sabari, M.A. 2006. Megapolitan Konsep, Problematika, dan

Prospek. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Yunus, Hadi Sabari, M.A. 2008. Dinamika Wilayah Peri Urban Determinan

Masa Depan Kota. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

ARTIKEL

Arminah, Valentina. 1999. Kajian Pola Perkembangan Fisik Kota Surakarta

Melalui Citra Spot dan Landsat TM. Majalah Geografi Indonesia Volume

13 Nomor 2 Terbitan September 1999.

Mustafa, Hasan. 2000. Teknik Sampling.

Rum, Sri Giyarsih. Gejala Urban Sprawl Sebagai Pemicu Proses Densifikasi

Permukiman di Daerah Pinggiran Kota. Yogyakarta.

JURNAL

Page 173: TUGAS AKHIR PENGARUH PERKEMBANGAN KOTA …/Pengaruh... · ... Sragen , Boyolali, dan ... timbul gagasan baru untuk menciptakan kota baru. Akhirnya rencana pembangunan perumahan

BAB 5 Pengaruh Perkembangan Kota Surakarta terhadap Permukiman di Kawasan Solobaru

i

Giyarsih, S.R. 2001. Gejala Urban Sprawl Sebagai Pemicu Proses Desifikasi

Permukiman di Daerah Pinggiran Kota (Urban Fringe Area). Jurnal

Perencanaan Wilayah dan Kota 12 (1):40-45.

Keman, Soedjajadi. Kesehatan Perumahan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 2

No 1, Juli 2005. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.

Kustiwan, I dan M. Anugrahani. 2001. Perubahan Pemanfaatan Lahan Perumahan

Ke Perkantoran: Implikasinya Terhadap Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Kota. Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota. 11 (1):40-45.

Prayitno, Budi. Morfologi Kota Surakarta (1500-2000). Bandung.

Qomarun dan Budi Prayitno. 2007. Morfologi Kota Solo (tahun 1500-2000).

Dimensi Teknik Arsitektur Vol. 35, No. 1, Juli 2007: 80 – 87. Jurusan

Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas

Kristen Petra.

SKRIPSI/TESIS

Adi, Hari. 2002. Dampak Keberadaan Permukiman Solobaru terhadap Kondisi

Ekonomi, Sosial, dan Fisik Permukiman Sekitarnya. Tugas Akhir (S1).

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota UNDIP. Semarang.

Ilyas, Ali. 2006. Pengaruh Perkembangan Kota Banjarmasin terhadap

Penggunaan Lahan di Kota Kertak Hanyar. Tesis (S2). Pasca Sarjana

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota UNDIP. Semarang.

Karyono. 2006. Pemekaran Kota Surakarta dan Strategi Pembangunan

Berkelanjutan yang Berwawasan Lingkungan. Tesis (S2). Pasca Sarjana

Program Studi Ilmu Lingkungan UNS. Surakarta.