Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK
DENGAN METODE LOT-SIZING
OLEH :
CHRYS ADRIAN LOLO
D111 12 297
JURUSAN SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
TUGAS AKHIR
PERENCANAAN PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK
DENGAN METODE LOT-SIZING
OLEH :
CHRYS ADRIAN LOLO
D111 12 297
JURUSAN SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
PERENCANAAN PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK DENGAN
METODE LOT-SIZING
Chrys Adrian Lolo
D111 12 297
Mahasiswa S1, Jurusan Sipil
Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Sungguminasa-Malino, Kel. Borongloe,
Kec. Bontomarannu, Kab. Gowa 92119, Sulawesi Selatan.
Email: [email protected]
ABSTRAK
Pada pelaksanaan suatu proyek konstruksi, sering ditemui kendala mengenai
adanya kelebihan maupun kekurangan stok material sehingga menyebabkan para
penyedia jasa konstruksi harus memahami dan melakukan pengawasan terhadap
kebutuhan material serta ketersediaan material agar anggaran / dana proyek dapat
digunakan secara efektif dan sesuai dengan kebutuhannya.
Penelitian dilakukan dengan pelaksanaan studi kasus di proyek pembangunan
gedung Departemen Teknik Mesin dan Departemen Teknik Elektro, di lingkungan
Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan,
bertujuan untuk mengetahui jumlah kebutuhan material yang diperlukan, serta
membandingkan metode lot-sizing yang memberikan biaya total persediaan paling
minimum jika dibandingkan dengan perencanaan proyek.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jika dibandingkan dengan dua metode
lainnya yakni, Economic Order Quantity (EOQ) dan Fixed Period Requirement
(FPR), metode lot-sizing yang memberikan biaya total persediaan paling minimum
adalah metode Lot For Lot. Biaya total persediaan yang dihasilkan oleh metode Lot
For Lot adalah sebesar Rp. 1.256.210,- untuk keseluruhan material yang ditinjau.
Jika dibandingkan dengan perencanaan proyek, metode Lot For Lot pun
menghasilkan biaya total persediaan kumulatif lebih minimum, yakni sebesar Rp.
3.077.962.835,-, lebih hemat Rp. 3.586.000,- atau sekitar 0.12% dari biaya total
persediaan kumulatif oleh perencanaan proyek.
Kata Kunci : Persediaan, Lot-Sizing, Economic Order Quantity (EOQ), Lot For
Lot, Fixed Period Requirement
Dr. Eng. M. Asad Abdurahman, S.T.,
M.Eng.PM
Pembimbing I
Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Sungguminasa-Malino, Kel. Borongloe,
Kec. Bontomarannu, Kab. Gowa 92119,
Sulawesi Selatan
Suharman Hamzah, S.T., M.T., Ph.D.Eng
(HSE Cert)
Pembimbing II
Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin
Jl. Poros Sungguminasa-Malino, Kel. Borongloe,
Kec. Bontomarannu, Kab. Gowa 92119, Sulawesi
Selatan
ii
PROJECT MATERIAL INVENTORY PLANNING WITH LOT-SIZING
METHOD
Chrys Adrian Lolo
D111 12 297
Undergraduate Student, Department of Civil Engineering
Faculty of Engineering, Hasanuddin University
Jl. Poros Sungguminasa-Malino, Kel. Borongloe,
Kec. Bontomarannu, Kab. Gowa 92119, Sulawesi Selatan
Email: [email protected]
ABSTRACT
In the implementation of construction project, problems are often encountered
regarding the excess or insufficient stock of materials, causing construction service
providers / contractors to understand and monitor the material needs and the
availability of materials so that the project cost can be used effectively and in
accordance with their needs.
The research was carried out by conducting case study in building project of
Mechanical Engineering Department and Electrical Engineering Department in
Faculty of Engineering, Hasanuddin University, Gowa Residence, South Sulawesi.
This research aimed to find out the required amount of material and to compare the
lot-sizing methods which give minimum total inventory cost when compared to
project planning method.
The results of this study show that if compared with the other two methods,
Economic Order Quantity (EOQ) and Fixed Period Requirement (FPR), lot-sizing
method which give a minimum total inventory cost is Lot For Lot method. The
amount of total inventory cost that resulted by Lot For Lot method is Rp.
1.256.210,- for all materials that reviewed. If its compared to project planning
method, the Lot For Lot method results in a minimum total cumulative inventory
cost of Rp. 3.077.926.853,-, more efficient at Rp. 3.586.000,- or around 0.12% from
a total cumulative inventory cost by project planning.
Keywords : Inventory, Lot-Sizing, Economic Order Quantity (EOQ), Lot For Lot,
Fixed Period Requirement.
Dr. Eng. M. Asad Abdurahman, S.T.,
M.Eng.PM
Supervisor I
Faculty of Engineering, Hasanuddin University
Jl. Poros Sungguminasa-Malino, Kel. Borongloe,
Kec. Bontomarannu, Kab. Gowa, 92119, South
Sulawesi
Suharman Hamzah, S.T., M.T., Ph.D.Eng
(HSE Cert)
Supervisor II
Faculty of Engineering, Hasanuddin University
Jl. Poros Sungguminasa-Malino, Kel. Borongloe,
Kec. Bontomarannu, Kab. Gowa, 92119, South
Sulawesi
ii
KATA PENGANTAR
Pujian serta ucapan syukur saya naikkan kepada Tuhan Yesus Kristus
karena atas kasih penyertaan-Nya-lah tugas akhir yang diberi judul “Perencanaan
Persediaan Material Proyek Dengan Metode Lot-Sizing” ini dapat terselesaikan
dengan baik sebagai salah satu prasyarat untuk penyelesaian Program Studi S1
Teknik Sipil di Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Hasanuddin.
Sebagaimana diketahui bahwa setiap proyek konstruksi memerlukan
ketersediaan material. Dalam tugas akhir ini, secara khusus akan dibahas mengenai
pengaruh proses pengadaan material (lotting) dengan menggunakan tiga metode,
yaitu ; Economic Order Quantity (EOQ), Lot For Lot, serta Fixed Periode
Requirement (FPR) terhadap persediaan material proyek.
Tak lupa saya ucapkan rasa syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Pembimbing I, Dr. M. Asad Nur Abdurahman, S.T., M.Eng. P.M. serta
Pembimbing II, Suharman Hamzah, S.T., M.T., Ph.D. HSE Cert. atas tenaga,
waktu serta ilmu yang diberikan kepada saya selama proses pengerjaan tugas akhir
ini berlangsung.
Rasa syukur serta ungkapan terima kasih juga tak lupa saya berikan kepada
pihak-pihak yang membantu saya baik secara langsung maupun tidak langsung :
1. Orangtua terkasih, Ir. Frederik Lolo dan dr. Diana Papayungan, Sp.KJ. Tak akan
pernah ada dukungan yang melebihi segala yang diberikan oleh orangtua
terkasih. Terima kasih atas segalanya dalam hidupku, papa dan mama.
iii
2. Saudara-saudara ku terkasih, dr. Krisna Perdana Lolo serta Rafael Kinaya
Nayaka Lolo.
3. Ketua Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin,
Dr.Ir. Muhammad Arsyad Thaha, M.T.
4. Seluruh bapak/ibu dosen Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Hasanuddin.
5. Seluruh staf & karyawan Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Hasanuddin.
6. Saudara/i seperjuangan, Teknik Sipil 2012. Keep On Fighting Till’ The End !
Semoga kesuksesan senantiasa menaungi kita semua di masa yang akan datang.
7. Kanda-kanda senior serta dinda-dinda junior yang turut membantu saya selama
proses penyelesaian studi S1 Teknik Sipil di Departemen Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Hasanuddin.
8. KMKO Teknik & KMKO Sipil. Terima kasih saudara/i seiman dalam Yesus
Kristus. Teruslah melayani Tuhan dengan segenap hati. Tuhan memberkati kita
semua.
9. Seluruh Civitas Akademik Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
10. Rekan-rekan Laboratorium Riset Manajemen Konstruksi, Jurusan Sipil,
Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
11. GKM FUTURE, terima kasih atas banyak kebahagiaan melalui olahraga futsal.
Tetap berprestasi. We Are The Champion !
iv
Dengan segala kerendahan hati, saya ucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas seluruh dukungan yang
diberikan kepada saya, hingga pada saat ini. Akhir kata, semoga tugas akhir ini
dapat bermanfaat bagi khalayak umum, secara khusus bagi seluruh civitas
akademik Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin,
Makassar. Terima kasih.
Makassar, Agustus 2017
Chrys Adrian Lolo
D111 12 297
v
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul……………………………………………………………………. i
Kata Pengantar…………………………………………………………………… ii
Daftar Isi………………………………………………………………………….. v
Daftar Tabel……………………………………………………………………… ix
Daftar Gambar…………………………………………………………………... xi
Daftar Lampiran………………………………………………………………... xii
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang………………………………………………………….....1
I.2. Rumusan Masalah………………………………………………………... 3
I.3. Tujuan Studi……………………………………………………………… 3
I.4. Manfaat Studi…………………………………………………………...... 3
I.5. Ruang Lingkup Studi…………………………………………………….. 4
I.6. Sistematika Penulisan…………………………………………………..... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Persediaan
II.1.1. Konsep Persediaan………………………………………………….. 7
II.1.2. Manfaat Pengadaan Persediaan…………………………………….. 8
II.1.3. Jenis-Jenis Persediaan Fisik………………………………………… 9
II.1.4. Fungsi-Fungsi Persediaan…………………………………………. 10
vi
II.1.5. Biaya-Biaya Persediaan…………………………………………… 12
II.2. Material Requirement Planning (MRP)……………………………….. 15
II.2.1. Tujuan Material Requirement Planning………………………….. 17
II.2.2. Sasaran Material Requirement Planning…………………………. 18
II.2.3. Input Material Requirement Planning……………………………. 19
II.2.4. Syarat Pendahuluan dan Asumsi Metode MRP…………………... 20
II.2.5. Langkah-Langkah Dasar Dalam Penyusunan MRP………………. 21
II.3. Ukuran Lot……………………………………………………………... 22
II.4. Menentukan Metode Persediaan Yang Optimal………………………... 23
II.4.1. Economic Order Quantity (EOQ)…………………………………. 24
II.4.1. Model EOQ Dengan “Back Order”…………………………… 25
II.4.2. Lot For Lot (L-4-L)……………………………………………….. 26
II.4.3. Fixed Period Requirement (FPR)………………………………….. 26
II.5. Pengadaan Material Proyek………………………………….................. 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Lokasi Penelitian…………………………………................................. 31
III.2. Prosedur Penelitian……………………………………………………. 31
III.2.1. Studi Pendahuluan………………………………………………... 33
III.2.2. Pengumpulan Data……………………………………………….. 33
III.2.3. Pengolahan Data…………………………………………………. 34
vii
BAB IV ANALISA DATA
IV.1. Data Umum Proyek……………………………………………………. 35
IV.2. Data Item Pekerjaan…………………………………………………… 36
IV.3. Struktur Produk (Bill of Material)…………………………………….. 37
IV.4. Analisa Kebutuhan Material…………………………………………... 39
IV.4.1. Jadwal Induk Produksi…………………………………………… 39
IV.4.2. Analisa Kebutuhan Material Per Periode………………………… 45
IV.5. Biaya-Biaya Persediaan……………………………………………….. 53
IV.5.1. Biaya Pembelian………………………………………………….. 53
IV.5.2. Biaya Pengadaan…………………………………………………. 54
IV.5.3. Biaya Penyimpanan………………………………………………. 56
IV.5.4. Biaya Persediaan Material………………………………………... 59
IV.6. Perencanaan Persediaan……………………………………………….. 60
IV.6.1. Economic Order Quantity (EOQ)………………………………… 60
IV.6.2. Lot For Lot……………………………………………………….. 63
IV.6.3. Fixed Period Requirement………………………………………... 64
IV.7. Penentuan Metode Persediaan Ekonomis Hasil Studi………………… 65
IV.8. Penentuan Biaya Total Persediaan Berdasarkan Perencanaan Proyek… 67
IV.9. Analisa Perbandingan…………………………………………………. 68
viii
BAB V PENUTUP
V.1. Kesimpulan…………………………………………………………….. 71
V.2. Saran…………………………………………………………………… 72
Daftar Pustaka………………………………………………………………..... xiii
Lampiran……………………………………………………………………….. xv
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Perbedaan Penentuan Kebutuhan Material Antara Metode
Tradisional dan Metode MRP………………………………………… 16
Tabel 4.1. Jenis Material………………………………………………………… 38
Tabel 4.2. Jadwal Pekerjaan Struktur 1st Floor………………………………….. 40
Tabel 4.3. Jadwal Pekerjaan Struktur 2nd Floor…………………………………. 40
Tabel 4.4. Jadwal Pekerjaan Struktur 3rd Floor…………………………………. 41
Tabel 4.5. Jadwal Induk Produksi 1st Floor……………………………………… 42
Tabel 4.6. Jadwal Induk Produksi 2nd Floor…………………………………….. 43
Tabel 4.7. Jadwal Induk Produksi 3rd Floor…………………………………….. 44
Tabel 4.8. Analisa Kebutuhan Material Minggu Ke-43 (1st Floor)……………... 46
Tabel 4.9. Analisa Kebutuhan Material Minggu Ke-44 (1st Floor)……………… 47
Tabel 4.10. Analisa Kebutuhan Material Minggu Ke-44 (2nd Floor)…………… 48
Tabel 4.11. Analisa Kebutuhan Material Minggu Ke-45 (2nd Floor)…………… 49
Tabel 4.12. Analisa Kebutuhan Material Minggu Ke-45 (3rd Floor)……………. 50
Tabel 4.13. Analisa Kebutuhan Material Minggu Ke-46 (3rd Floor)……………. 51
Tabel 4.14. Rekapitulasi Kebutuhan Material Per Periode……………………… 52
Tabel 4.15. Daftar Harga Material………………………………………………. 54
Tabel 4.16. Biaya Telekomunikasi…………………………………………….... 55
Tabel 4.17. Biaya Fax…………………………………………………………… 55
Tabel 4.18. Total Biaya Pemesanan……………………………………………... 56
Tabel 4.19. Biaya Penyimpanan………………………………………………… 57
x
Tabel 4.20. Biaya Persediaan Material…………………………………………... 58
Tabel 4.21. Ukuran Lot (EOQ)………………………………………………….. 59
Tabel 4.22. Biaya Total Persediaan Material Multipleks (Plywood) 9mm Pekerjaan
Balok Dengan Metode EOQ………………………………………………… 61
Tabel 4.23. Biaya Total Persediaan Material Multipleks (Plywood) 9mm Pekerjaan
Balok Dengan Metode Lot For Lot ……………………………………….... 62
Tabel 4.24. Biaya Total Persediaan Material Multipleks (Plywood) 9mm Pekerjaan
Balok Dengan Metode FPR………………………………………….……… 63
Tabel 4.25. Biaya Total Persediaan……………………………………………... 64
Tabel 4.26. Biaya Total Persediaan Material Multipleks (Plywood) 9mm Pekerjaan
Balok Dengan Perencanaan Proyek……………………………………….… 66
Tabel 4.27 Rincian Biaya Pembelian Kumulatif………………………………... 68
Tabel 4.28. Rincian Biaya Total Persediaan Kumulatif………………………… 69
xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Proses Dalam MRP………………………………………………… 20
Gambar 2.2. Model EOQ Dengan Back Order………………………………….. 25
Gambar 3.1. Diagram Alir Prosedur Penelitian…………………………………. 31
Gambar 4.1. BOM Struktur Lantai 1,2 dan 3 Gedung Departemen Mesin……… 38
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Perhitungan Biaya Total Persediaan Material Dengan
Metode Economic Order Quantity (EOQ)…………………………………...xvi
Lampiran 2. Tabel Perhitungan Biaya Total Persediaan Material Dengan
Metode Lot For Lot…………………………………………………………..xxii
Lampiran 3. Tabel Perhitungan Biaya Total Persediaan Material Dengan
Metode Fixed Period Requirement (FPR)………………………………...xxviii
Lampiran 4. Tabel Perhitungan Biaya Total Persediaan Material
Dengan Perencanaan Proyek……………………………………………...xxxiv
Lampiran 5. Tabel Berat Besi Beton Polos & Ulir………………………………..xl
Lampiran 6. Material Price List………………………………………………….xli
Lampiran 7. Dokumentasi Proyek……………………………………………….xlii
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Setiap perusahaan yang bergerak di bidang jasa, termasuk jasa
konstruksi selalu memerlukan persediaan. Persediaan (inventory) ditujukan
untuk mengantisipasi kebutuhan permintaan. Tanpa adanya persediaan,
perusahaan akan dihadapkan pada risiko bahwa suatu waktu perusahaan
tersebut tidak dapat memenuhi keinginan para pelanggannya. Hal tersebut
bisa saja terjadi karena tidak selamanya barang atau jasa tersedia setiap saat,
sehingga persediaan sangatlah penting untuk setiap perusahaan, baik yang
menghasilkan barang maupun jasa.
Pada pelaksanaan suatu proyek konstruksi, sering ditemui berbagai
keganjilan karena persediaan bahan / material sering kosong (Stockout) dan
sering pula berlebih (Overstock). Bila terdapat aktivitas pekerjaan yang
dalam proses pelaksanaannya berlangsung cepat, sering mengakibatkan
kekosongan stock di gudang sehingga tidak dapat melanjutkan pekerjaan
berikutnya. Hal ini disebabkan karena pihak kontraktor melakukan
pemesanan barang hanya untuk aktivitas pekerjaan yang dimaksud dan tidak
melakukan peramalan apabila aktivitas tersebut selesai lebih cepat dari
jadwal yang telah ditentukan. Demikian pula sebaliknya, bila terdapat
aktivitas pekerjaan yang dalam proses pelaksanaannya berlangsung lama
ataupun terlambat dari jadwal yang seharusnya, maka akan terjadi
2
penimbunan bahan / material. Kedua masalah tersebut tentu menjadi
problematika besar yang sangat merugikan pihak kontraktor. Selain harus
mengeluarkan biaya yang relatif besar dalam proses pengadaan bahan /
material, aktivitas proyek juga terhambat.
Oleh karena itu, penting bagi semua jenis perusahaan untuk
mengadakan pengawasan atas persediaan karena kegiatan ini dapat
membantu tercapainya tingkat efisiensi penggunaan uang dalam persediaan.
Namun demikian, perlu ditegaskan bahwa tidak berarti hal tersebut dapat
melenyapkan sama sekali risiko yang timbul akibat persediaan yang terlalu
banyak atau terlalu sedikit, tetapi hanya mengurangi risiko tersebut. Jadi,
pengawasan persediaan dapat membantu mengurangi terjadinya risiko
tersebut sekecil mungkin.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa masalah pengawasan
persediaan merupakan masalah yang penting, khususnya dalam perusahaan
penyedia jasa konstruksi. Atas dasar tersebut, penulis mengajukan judul
penelitian dalam rangka penyelesaian Tugas Akhir : “Perencanaan
Persediaan Material Proyek Dengan Metode Lot-Sizing ”
3
I.2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas dalam studi Tugas Akhir ini adalah
sebagai berikut :
1. Berapa banyak jumlah material yang dibutuhkan terkait dengan
pelaksanaan proyek ?
2. Metode lot-sizing mana yang menyediakan biaya total persediaan paling
minimum ?
3. Berapa banyak biaya yang dapat dihemat dengan menggunakan metode
lot-sizing apabila dibandingkan dengan perencanaan proyek ?
I.3. Tujuan Studi
Adapun tujuan studi ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi jumlah kebutuhan material (struktur) yang dibutuhkan;
2. Mengetahui metode lot-sizing mana yang menyediakan biaya total
persediaan paling minimum;
3. Mengetahui besaran biaya penghematan yang dapat diperoleh jika
menggunakan metode lot-sizing.
I.4. Manfaat Studi
Hasil studi Tugas Akhir ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
masukan sebagai berikut :
1. Sebagai sumber pengetahuan dan informasi mengenai Manajemen
Persediaan, utamanya teori tentang Economic Order Quantity (EOQ), Lot
4
For Lot, Fixed Period Requirement (FPR), Management Requirement
Planning (MRP) dan metode-metode mengenai perencanaan persediaan
lainnya.
2. Sebagai salah satu bahan referensi untuk penelitian selanjutnya, secara
khusus pada penelitian yang membahas mengenai Inventory Management
(Manajemen Persediaan).
I.5. Ruang Lingkup Studi
Untuk mengarahkan penulis agar studi permasalahan yang dikaji lebih
mendetail dan sesuai dengan judul dan tujuan penulisan Tugas Akhir ini,
maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas berikut ini :
1. Melakukan survei dan investigasi lapangan untuk pengumpulan data,
seperti :
Data Primer : data yang diperoleh dari hasil survei di lapangan
mengenai pelaksanaan proyek dan wawancara langsung dengan staf /
pekerja dari perusahaan kontraktor yang bersangkutan.
Data Sekunder : data yang diperoleh dari dokumen proyek dan studi
literatur dengan berbagai buku referensi dan jurnal.
2. Proses penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan pada proyek
pembangunan gedung Departemen Teknik Elektro dan Teknik Mesin,
Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Gowa oleh PT. Adhi Karya
(Persero) selaku kontraktor.
5
3. Metode-metode lot-size yang akan digunakan dalam studi ini adalah
metode Economic Order Quantity (EOQ), Lot For Lot, serta Fixed
Period Requirement (FPR). .
4. Material yang ditinjau adalah material yang dibutuhkan paling lama di
lapangan dan yang memiliki volume kebutuhan paling besar, sebanyak 4
(empat) buah.
5. Material yang ditinjau adalah material yang disediakan oleh pihak
kontraktor.
6. Jadwal kegiatan pada pelaksanaan proyek dianggap tetap / konstan.
7. Biaya persediaan serta waktu antara pemesanan dan pengantaran material
telah diketahui secara pasti (diperoleh dari data perencanaan proyek).
I.6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan adalah membagi kerangka ke
dalam bab dan sub bab, dengan maksud agar masalah yang dikemukakan
akan menjadi lebih jelas dan mudah untuk dipahami.
Berikut ini adalah gambaran singkat mengenai bab yang akan dibahas
dalam tulisan ini :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan penjelasan mengenai latar belakang
masalah, rumusan masalah, maksud dan tujuan penelitian,
manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika
penulisan.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi uraian tentang teori-teori umum
mengenai Inventory Management (Manajemen Persediaan),
secara khusus tentang Economic Order Quantity (EOQ),
Lot For Lot, Fixed Period Requirement (FPR),
Management Requirement Planning (MRP), dan metode-
metode perencanaan persediaan lainnya dari berbagai
literatur.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang metodologi dalam melakukan
studi, objek dan lokasi studi, serta jenis studi dan data yang
digunakan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pemaparan hasil penelitian dan
pembahasan mengenai manajemen persediaan beserta
seluruh hasil analisa data yang diperoleh.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab penutup, berupa kesimpulan singkat
mengenai hasil yang diperoleh saat penelitian dengan saran-
saran yang diusulkan berdasarkan hasil penelitian.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Persediaan
II.1.1. Konsep Persediaan
Persediaan (inventory) didefinisikan sebagai sumber daya
menganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang
dimaksud dengan proses lebih lanjut adalah berupa kegiatan produksi pada
sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi ataupun
kegiatan konsumsi pangan pada sistem rumah tangga. (Arman dan Yudha,
2008).
Persediaan merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu bisnis,
alasannya karena persoalan persediaan cenderung menimbulkan suatu
masalah. Pemecahan masalah persediaan membuat permasalahan menjadi
sederhana. Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting adalah
pengendaliaan persediaan. Apabila suatu perusahaan menanamkan terlalu
banyak dana pada persediaan, hal tersebut akan menyebabkan biaya
penyimpanan yang berlebihan dan mungkin mempunyai opportunity cost.
Demikian pula apabila perusahaan tidak mempunyai persediaan yang
mencukupi, tentunya dapat mengakibatkan biaya-biaya dari terjadinya
kekurangan bahan (stockout). (Rangkuti, 2007).
Timbulnya persediaan adalah merupakan akibat dari kondisi-kondisi
sebagai berikut (Arman dan Yudha, 2008) :
8
1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan (transaction move).
Permintaan akan suatu barang tidak akan dipenuhi dengan segera
bila barang tersebut tidak tersedia sebelumnya, karena untuk
mengadakan barang tersebut diperlukan waktu untuk
pembuatannya maupun mendatangkannya. Hal ini berarti bahwa
adanya persediaan merupakan hal yang sulit untuk dihindarkan.
2. Adanya keinginan untuk meredam ketidakpastian (precautionary
motive). Ketidakpastian yang dimaksud adalah :
a) Adanya permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam
jumlah maupun waktu kedatangan.
b) Waktu ancang-ancang (lead time) yang cenderung tidak pasti
karena berbagai faktor yang tak dapat dikendalikan
sepenuhnya.
c) Ketidakpastian ini akan diredam oleh jenis persediaan yang
disebut persediaan pengaman (safety stock). Persediaan
pengaman ini digunakan jika permintaan melebihi peramalan
produksi lebih rendah dari rencana atau waktu ancang-ancang
(lead time) lebih panjang dari yang diperkirakan semula.
II.1.2. Manfaat Pengadaan Persediaan
Persediaan atau inventori memiliki berbagai manfaat penting yang
menambah fleksibilitas dari suatu kegiatan. Menurut Barry dan Jay (2001),
ada enam manfaat persediaan / inventori, yaitu :
9
1. Untuk memberikan suatu stok barang-barang agar dapat
memenuhi permintaan yang akan timbul.
2. Untuk memasangkan produksi dengan distribusi.
3. Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena
pembelian dalam jumlah besar dapat secara substansial
menurukan biaya produk.
4. Untuk melakukan hedging terhadap inflasi atau perubahan harga.
5. Untuk menghindari kekurangan stok yang dapat terjadi karena
cuaca, kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang
tidak tepat.
6. Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik
dengan menggunakan barang-dalam-proses (work-in-process
inventory) dalam persediaannya. Hal ini karena diperlukan waktu
untuk memproduksi barang.
II.1.3. Jenis-Jenis Persediaan Fisik
Setiap jenis persediaan memiliki karakteristik tersendiri dan cara
pengelolaan yang berberda. Persediaan dapat dibedakan menjadi beberapa
jenis (Rangkuti, 2007), diantaranya :
1. Persediaan bahan mentah (raw material), yaitu persediaan barang-
barang berwujud, seperti besi, kayu, serta komponen-komponen
lain yang digunakan dalam proses produksi.
10
2. Persediaan komponen-komponen rakitan (purchased parts /
components), yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari
komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain yang
secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk.
3. Persediaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu
persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi,
tetapi bukan merupakan bagian atau komponen barang jadi.
4. Persediaan barang dalam proses (wor in process), yaitu persediaan
barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian
dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu
bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang
jadi.
5. Persediaan barang jadi (finished good), yaitu persediaan barang-
barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan
siap dijual atau dikirim kepada pelanggan.
II.1.4. Fungsi-Fungsi Persediaan
Menurut Rangkuti (2007), terdapat 3 fungsi daripada persediaan.
Ketiga fungsi itu adalah sebagai berikut :
1. Fungsi Decoupling
Adalah persediaan yang memungkinkan perusahaan dapat
memenuhi permintaan pelanggan tanpa tergantung pada supplier.
Persediaan bahan mentah diadakan agar perusahaan tidak akan
11
sepenuhnya tergantung pada pengadaannya dalam hal kuantitas
dan waktu pengiriman. Persediaan barang dalam proses diadakan
agar departemen-departemen dan proses-proses individual
perusahaan terjaga “kebebasannya”. Persediaan barang jadi
diperlukan untuk memenuhi permintaan produk yang tidak pasti
dari para pelanggan. Persediaan yang diadakan untuk menghadapi
fluktuasi permintaan onsumen yang tidak dapat diperkirakan atau
diramalkan disebut fluctuation stock.
2. Fungsi Economic Lot Sizing
Persediaan lot size ini perlu mempertimbangkan penghematan
atau potongan pembelian, biaya pengangkutan per unit menjadi
lebih murah dan sebagainya. Hal ini disebabkan perusahaan
melakukan pembelian dalam kuantitas yang lebih besar
dibandingkan biaya-biaya yang timbul karena besarnya persediaan
(biaya sewa gudang, investasi, risiko, dan sebagainya).
3. Fungsi Antisipasi
Apabila perusahaan menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat
diperkirakan dan diramalkan berdasar pengalaman atau data-data
masa lalu, yaitu permintaan musiman. Dalam hal ini perusahaan
dapat mengadakan persediaan mumisam (seasional inventories).
Disamping itu, perusahaan juga sering menghadapi ketidakpastian
jangka waktu pengiriman dan permintaan barang-barang selama
periode tertentu. Dalam hal ini perusahaan memerlukan
12
persediaan ekstra yang disebut persediaan pengaman (safety stock
/ inventories).
II.1.5. Biaya-Biaya Persediaan
Untuk pengambilan keputusan penentuan besarnya jumlah persediaan,
biaya-biaya variabel berikut ini harus dipertimbangkan. (Rangkuti, 2007).
a) Biaya penyimpanan (holding costs atau carrying costs), yaitu
terdiri atas biaya-biaya yang bervariasi secara langsung dengan
kuantitas persediaan. Biaya penyimpanan per periode akan
semakin besar apabila kuantitas bahan yang dipesan semakin
banyak atau rata-rata persediaan semakin tinggi. Biaya-biaya yang
termasuk sebagai biaya penyimpanan adalah :
a) Biaya fasilitas-fasilitas penyimpanan (termasuk penarangan,
pendingin ruangan, dan sebagainya);
b) Biaya modal (opportunity cost of capital), yaitu alternative
pendapatan atas dana yang diinvestasikan dalam persediaan;
c) Biaya keusangan;
d) Biaya penghitungan fisik;
e) Biaya asuransi persediaan;
f) Biaya pajak persediaan;
g) Biaya pencurian, pengrusakan, atau perampokan;
h) Biaya penanganan persediaan dan sebagainya.
13
Biaya-biaya tersebut merupakan variable apabila bervariasi
dengan tingkat persediaan. Apabila biaya fasilitas penyimpanan
(gudang) tidak merupakan variable, tetapi tetap, maka tidak
dimasukkan dalam biaya penyimpanan per unit.
b) Biaya pemesanan atau pembelian (ordering costs and
procurement costs). Biaya-biaya ini meliputi :
a) Pemrosesan pesanan dan biaya ekspedisi;
b) Upah;
c) Biaya telepon;
d) Pengeluaran surat menyurat;
e) Biaya pengepakan dan penimbangan;
f) Biaya pemeriksaan (inspeksi) penerimaan;
g) Biaya pengiriman ke gudang;
h) Biaya utang lancar dan sebagainya.
Pada umumnya, biaya perpesanan (di luar biaya bahan dan
potongan kuantitas) tidak naik apabila kuantitas pesanan
bertambah besar. Tetapi, apabila semakin banyak komponen yang
dipesan setiap kali pesan, jumlah pesanan per periode turun, maka
biaya pemesanan total akan turun. Ini berarti, biaya pemesanan
total per periode (tahunan) sama dengan jumlah pesanan yang
dilakukan setiap periode dikalikan biaya yang harus dikeluarkan
setiap kali pesan.
14
c) Biaya penyiapan (manufacturing) atau set-up cost. Hal ini terjadi
apabila bahan-bahan tidak dibeli, tetapi diproduksi sendiri “dalam
pabrik” perusahaan, perusahaan menghadapi biaya penyiapa (set-
up costs) untuk memproduksi komponen tertentu. Biaya-biaya ini
terdiri dari :
a) Biaya mesin-mesin menganggur;
b) Biaya persiapan tenaga kerja langsung;
c) Biaya penjadwalan;
d) Biaya ekspedisi dan sebagainya.
Seperti halnya biaya pemesanan, biaya penyiapan total per periode
sama dengan biaya penyiapan dikalikan jumlah penyiapan per
periode.
d) Biaya kehabisan atau kekurangan bahan (shortage costs) adalah
biaya yang timbul apabila persediaan tidak mencukupi adanya
permintaan bahan. Biaya-biaya yang termasuk biaya kekurangan
bahan adalah sebagai berikut :
a) Kehilangan penjualan;
b) Kehilangan pelanggan;
c) Biaya pemesanan khusus;
d) Biaya ekspedisi;
e) Selisih harga;
f) Terganggunya operasi;
g) Tambahan pengeluaran kegiatan manajerial dan sebagainya.
15
II.2. Material Requirement Planning (MRP)
Pengaturan material mempunyai pengertian sebagai suatu pengaturan yang
mencakup hal-hal yang berhubungan dengan sistem persediaan yang sekaligus
sistem informasinya, agar dicapai sistem pengadaan material yang tepat waktu,
tepat jumlah, tepat bahan, dan tepat harga.
Material Requirement Planning (MRP) dapat didefinisikan sebagai suatu
teknik atau set prosedur yang sistematis dalam penentuan kuantitas serta waktu
dalam proses pengendalian kebutuhan bahan terhadapa komponen-komponen
permintaan yang saling bergantung. (Gaspersz, 1998).
Material Requirement Planning (MRP) pertama kali ditemukan oleh Joseph
Orlicky dari J.I Case Company pada sekitar tahun 1960. Metode ini bersifat
Computer Oriented Approach yang terdiri dari sekumpulan prosedur, aturan-
aturan keputusan dan seperangkat mekanisme pencatatan yang dirancang untuk
menjabarkan suatu Master Production Schedule (MPS).
MRP memiliki perbedaan signifikan dengan metode penentuan kebutuhan
material secara tradisional. Dalam tabel berikut ini akan dijelaskan poin-poin
perbedaan antara keduanya.
16
Tabel 2.1. Perbedaan Penentuan Kebutuhan Material Antara Metode
Tradisional dan Metode MRP.
No. Metode Tradisional Metode MRP
1. Pesanan dilakukan saat mencapai
reorder point.
Perencanaan kebutuhan bersih
menurut jadwal induk produksi
atau persediaan.
2. Kebutuhan untuk item
independent yang diawali dengan
peramalan.
Kebutuhan untuk item dependent.
Ketergantungan dapat vertikal
(perakitan) atau horizontal
(pelengkap).
3. Jumlah yang dipesan dihitung atas
dasar peramalan dengan antisipasi
safety stock untuk menghindari
kesalahan peramalan.
Dihitung dengan mengalokasikan
data jumlah persediaan yang ada
terhadap kebutuhan kotor dan
mengevaluasi validasi dari waktu
dan kedatangan pesanan.
4. Besar pesanan dihitung atas dasar
pendekatan matematis dengan
beberap asumsi dan biaya simpan,
unit, pesan angkut dan kebutuhan
diketahui.
Besar pesanan berdasarkan
kebutuhan satu atau beberapa
periode perencanaan berdasarkan
jadwal induk produksi, struktur
produk dan status persediaan.
5. Kebutuhan bersifat kontinu dan
perubahan ukuran lot tidak drastis.
Perhatian pada ukuran lot.
Kebutuhan bersifat deterministik.
Perhatian pada ukuran lot dan
pada saat kapan harus dipenuhi.
17
II.2.1. Tujuan Material Requirement Planning
Suatu sistem Material Requirement Planning pada dasarnya
bertujuan untuk merancang suatu sistem yang mampu menghasilkan
informasi untuk mendukung aksi yang tepat baik berupa pembatalan
pesanan, pesan ulang, atau penjadwalan ulang. Ada 4 macam yang menjadi
ciri utama Material Requirement Planning, yaitu (Wohos, dkk., 2014) :
a) Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat, kapan suatu
pekerjaan akan selesai (material harus tersedia) untuk memenuhi
permintaan produk yang dijadwalkan berdasarkan MPS yang
direncanakan.
b) Menentukan kebutuhan minimal setiap item, dengan menentukan
secara tepat sistem penjadwalan.
c) Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan dengan
memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan suatu
pesanan harus dilakukan.
d) Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan suatu jadwal
yang sudah direncanakan.
18
II.2.2. Sasaran Material Requirement Planning
Menurut Rangkuti (2007), terdapat 4 (empat) poin yang menjadi
sasaran daripada Material Requirement Planning (MRP), yaitu :
1. Pengurangan Jumlah Persediaan
MRP menentukan berapa banyak komponen yang dibutuhkan dan
kapan dibutuhkannya sehingga MRP membantu manajer
menyediakan komponen saat dibutuhkan sehingga biaya
kelebihan persediaan dapat dihindari.
2. Pengurangan Produksi dan Tenggang Waktu Pengiriman
MRP mengidentifikasi jumlah material yang dibutuhkan, waktu,
ketersediaan, perolehan, dan produksinya untuk menyelesaikan
pada waktu yang dibutuhkan untuk dikirim.
3. Komitmen Yang Realistis
Janji untuk memenuhi pengiriman barang dapat memberi
kepuasan lebih kepada konsumen.
4. Meningkatkan Efisiensi
MRP menyediakan koordinasi yang dekat antara bermacam divisi
kerja (work center) yang terlibat dalam proses produksi, sehingga
MRP dapat diatur dengan rapid dan meningkatkan efisiensi kerja.
19
II.2.3. Input Material Requirement Planning
Terdapat 3 input yang dibutuhkan dalam konsep MRP, yaitu :
1. Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule),
merupakan suatu rencana produksi yang menggambarkan
hubungan antara kuantitas setiap jenis produk akhir yang
diinginkan dengan waktu penyediaannya. Master Production
Schedule ini diperoleh dari hasil peramalan kebutuhan melalui
tahapan perhitungan produksi dengan baik.
2. Struktur Produk (Product Structure Record & Bill Of Material),
merupakan daftar dari semua material, parts, dan subassemblies,
serta kuantitas yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit
produksi parent assembly.
3. Status Persediaan (Inventory Master File) adalah keadaan dari
setiap komponen atau material yang ada dalam persediaan yang
meliputi jumlah persediaan yang dimiliki pada setiap periode,
jumlah barang yang sedang dipesan, dan waktu ancang-ancang.
Ketiga input tersebut membentuk arsip-arsip yang saling
berhubungan dengan bagian produksi dan pembelian sehingga dapat
menghasilkan informasi terbaru tentang pemesanan, penerimaan, dan
pengeluaran komponen dari gudang.
20
Gambar 2.1 Proses Dalam MRP (Ervianto, 2004)
II.2.4. Syarat Pendahuluan Dan Asumsi Metode MRP
Syarat pendahuluan dari sistem MRP adalah sebagai berikut :
1. Ketersediaan jadwal induk produksi (JIP), dimana terdapat jadwal
rencana dan jumlah pesanan dari item / produk.
2. Item persediaan mempunyai identifikasi khusus.
3. Tersedianya struktur produk pada saat perencanaan.
4. Tersedianya catatan tentang persediaan untuk semua item, yang
menyatakan keadaan persediaan sekarang dan yang akan datang.
Asumsi-asumsi dari sistem MRP yang standar adalah sebagai berikut :
1. Adanya data file yang terintegrasi.
2. Waktu ancang-ancang untuk semua item diketahui.
Master Schedule
Bill of Materials
Jumlah Persediaan
Rencana Pengiriman
Syarat Permintaan
Material
Kebutuhan Kotor
Jumlah Permintaan
& Waktu Pengiriman
Permintaan Material
Kebutuhan Bersih
21
3. Setiap item persediaan selalu ada dalam pengendalian.
4. Semua komponen untuk suatu perakitan dapat disediakan pada
saat perakitan akan dilakukan.
5. Pengadaan dan pemakaian komponen bersifat diskrit.
6. Proses pembuatan suatu item tidak bergantung terhadap proses
pembuatan item lainnya.
II.2.5. Langkah-Langkah Dasar Dalam Penyusunan MRP
Setelah semua persyaratan serta asumsi diperoleh dengan baik, maka
langkah-langkah dasar sistem MRP dapat berjalan dengan baik pula. Adapun
langkah-langkah dasar dalam penyusunan MRP adalah :
1. Netting
Merupakan perhitungan untuk menetapkan kebutuhan bersih,
yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan
keadaan (yang ada dalam persediaan dan yang sedang dipesan).
2. Lotting
Proses menentukan besarnya pesanan individu yang optimal
berdasarkan pada hasil perhitungan kebutuhan bersih.
3. Offsetting
Langkah ini bertujuan untuk menentukan saat yang tepat untuk
melakukan rencana pemesanan dalam rangka memenuhi
kebutuhan bersih. Rencana pemesanan diperoleh dengan
mengurangkan saat awal tersedianya ukuran lot yang diinginkan
22
dengan besarnya lead time. Lead time adalah besarnya waktu saat
barang mulai dipesan atau diproduksi sampai barang tersebut
selesai dan diterima siap untuk dipakai.
4. Exploding
Proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat item /
komponen yang lebih bawah, tentu saja didasarkan atas rencana
pemesanan. Dalam proses ini, data mengenai dua struktur produk
sangat memegang peranan karena atas dasar struktur produk
inilah proses exploding akan berjalan dan dapat menentukan ke
arah komponen mana harus dilakukan proses exploding.
II.3. Ukuran Lot
Dalam sistem MRP dikenal berbagai macam teknik penentuan lot.
Berdasarkan tingkatannya, teknik penentuan lot dapat dikategorikan sebagai
berikut : (Baroto, 2002)
Teknik ukuran lot untuk satu tingkat dengan kapasitas tak terbatas.
Teknik ukuran lot untuk satu tingkat dengan kapasitas terbatas.
Teknik ukuran lot untuk banyak tingkat dengan kapasitas tak terbatas
Teknik ukuran lot untuk banyak tingkat dengan kapasitas terbatas.
Teknik ukuran penetapan lot untuk satu tingkat dengan asumsi kapasitas tak
terbatas dapat diklasifikasikan lagi ke dalam empat cara / metode sebagai berikut.
Fixed Order Quantity (FOQ)
Lot for Lot (L4L)
23
Fixed Period Requirement (FPR)
Economic Order Quantity (EOQ)
Teknik ukuran lot FOQ dan EOQ berorientasi pada tingkat kebutuhan
(demand rate), sedangkan teknik ukuran lot FPR dan L4L merupakan teknik
ukuran lot diskrit karena hanya memenuhi permintaan sesuai dengan yang telah
direncanakan dalam periode tertentu. ukuran lot diskrit tidak akan menghasilkan
sisa jumlah komponen karena teknik tersebut hanya memenuhi permintaan dengan
jumlah yang sama seperti telah direncanakan. Kelemahan dari teknik ukuran lot
diskrit ini adalah bila di masa yang akan datang (periode mendatang) terjadi
lonjakan permintaan, maka harus dilakukan perhitungan ulang.
Teknik penentuan ukuran lot mana yang paling baik dan tepat bagi suatu
perusahaan adalah persoalan yang sangat sulit karena sangat tergantung pada hal-
hal berikut :
Variasi dari kebutuhan, baik dari segi jumlah maupun periodenya.
Rentang waktu perencanaan.
Ukuran periodenya (mingguan, bulanan, dan sebagainya).
Perbandingan biaya pesan dan biaya simpan.
II.4. Menentukan Metode Persediaan Yang Optimal
Untuk menentukan metode persediaan yang optimal, dilakukan
pengolahan data menggunakan metode persediaan yang telah ditentukan.
Penggunaan metode persediaan tersebut harus disesuaikan dengan asumsi
24
yang berlaku untuk tiap-tiap metode. Asumsi-asumsi yang berlaku untuk
tiap metode tersebut adalah sebagai berikut :
II.4.1 Economic Order Quantity (EOQ)
Langkah-langkah penggunaan metode ini adalah :
a) Hitung jumlah pemesanan yang paling ekonomis.
Q* = √2 𝐷𝑘
𝐻
Dimana :
Q* = Jumlah Barang Yang Optimum Pada Setiap Pesanan
D = Permintaan Tahunan / Bulanan / Harian Untuk Barang
Persediaan
K = Biaya Pemesanan Untuk Setiap Pesanan
H = Biaya Penyimpanan Per Unit (Tahun / Bulan / Harian)
b) Apabila dalam pemesanan tertentu mendapatkan potongan
harga, pertimbangkan untuk mengganti jumlah pemesanan
paling ekonomis dengan jumlah pemesanan yang mendapatkan
potongan harga.
c) Hitung biaya total untuk setiap pemesanan dengan jumlah
pemesanan paling ekonomis dan jumlah pemesanan yang
mendapat potongan harga.
d) Pilih pemesanan yang memberikan biaya total paling minimum.
25
II.4.1.1. Model EOQ Dengan “Back Order”
Gambar 2.2 Model EOQ Dengan Back Order (Baroto, 2002)
Bila kekurangan persediaan atau keterlambatan pemenuhan
(shortage) diizinkan dengan biaya pengadaan / keterlambatan
tertentu (biaya shortage / biaya back order), maka model EOQ
sederhana dapat dimodifikasi :
EOQ = √2𝐴𝐷
𝐻√
𝐵+𝐻
𝐻
Dimana :
A = Order Cost
D = Demand Rata-Rata Dalam Suatu Horison Perencanaan
H = Holding Cost (H=IC)
B = Biaya Back Order Per Unit Per Periode
26
Persediaan maksimal adalah :
1 = √2𝐴𝐷
𝐻√
𝐵+𝐻
𝐻
Total Inventory Cost adalah :
TIC = 𝐴𝐷
𝑄 + 𝐵
(𝑄−𝐼)2
2𝑄 + H
(𝐼)2
2𝑄
II.4.2 Lot For Lot (L-4-L)
Langkah-langkah penggunaan metode ini adalah sebagai berikut :
a) Hitung jumlah kebutuhan tiap periode.
b) Pemesanan dilakukan sesuai dengan kebutuhan pada periode yang
dimaksud, sehingga tidak ada biaya simpan.
c) Hitung biaya total untuk seluruh pemesanan pada periode yang
dimaksud.
II.4.3 Fixed Period Requirement (FPR)
Langkah-langkah penggunaan metode ini adalah sebagai berikut :
a) Tentukan periode waktu pemesanan. Penentuan periode waktu dapat
berdasarkan pengalaman atau intuisi, misalnya tiap 2 minggu sekali.
b) Hitung jumlah kebutuhan pada tiap periode yang telah ditentukan.
c) Pemesanan dilakukan berdasarkan jumlah kebutuhan dari tiap
periode pemesanan.
d) Hitung biaya total persediaan.
27
II.5. Pengadaan Material Proyek
Prinsip dasar aktivitas pengadaan material adaah mendapatkan material
dengan kualitas yang sesuai, kuantitas yang efisien, harga yang wajar, pada waktu
yang tepat, dari produsen atau pemasok yang dapat dipercaya, sehingga mampu
menjamin kontinuitas persediaan bahan di lapangan.
Prosedur pengadaan material pada sebuah proyek adalah sebagai berikut :
1. Tahap Perencanaan
a) Menyusun jadwal pengadaan material proyek merujuk pada master
schedule proyek.
b) Adanya permintaan pengadaan bahan dari unit yang memerlukan,
yang dinyatakan dengan surat permintaan pembelian, yang
menguraikan tentang volume material, waktu pengiriman /
penerimaan, nama, merk, dan spesifikasi material.
2. Tahap Seleksi
a) Unit logistik mencari penawaran harga dari beberapa pemasok
(supplier) berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh unit peminta.
Pada umumnya, minimal 3 (tiga) pemasok.
b) Unit logistik melakukan kualifikasi dan negosiasi harga atas
penawaran dan calon-calon pemasok. Materi kualifikasi meliputi :
a) Spesifikasi bahan baku yang digunakan.
b) Spesifikasi bahan hasil produksi.
c) Kemampuan produksi serta pasokannya.
d) Harga satuan bahan yang ditawarkan.
28
c) Proses seleksi dilaksanakan untuk memperoleh jaminan bahwa
supplier yang dimintakan penawaran, produknya mampu
memproduksi dan menyerahkan bahan sesuai kualitas dan kuantitas
yang disyaratkan.
3. Tahap Pembelian
a) Pimpinan unit logistik memutuskan harga final yang dituangkan
dalam berita acara negosiasi dan disetujui oleh kedua belah pihak,
dengan pertimbangan kemampuan delivery, kualitas bahan, harga
yang wajar.
b) Menyiapkan surat pemesanan yang isinya :
Kuantitas bahan yang dipesan;
Uraian bahan;
Spesifikasi bahan;
Harga satuan bahan;
Waktu penyerahan bahan;
Cara pembayaran;
Syarat-syarat pembayaran;
Harga satuan dan total yang disepakati;
Kewajiban dan sanksi dari masing-masing pihak;
Penyelesaian bila terjadi dispute.
4. Tahap Penerimaan
a) Aktivitas penerimaan material meliputi :
Kedatangan material;
29
Penerimaan;
Penyimpanan;
Pemeliharaan;
Pencatatan / administrasi;
Pengiriman / distribusi ke pemakai.
b) Pemeriksaan dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut :
Bahan harus sesuai spesifikasi dan kualitas yang disyaratkan.
Jika memenuhi syarat, bahan disimpan dalam gudang dan dicatat
dalam bon penerimaan gudang, jika tidak bahan ditolak.
Petugas penerimaan barang mencatat penerimaan dan pengeluaran
bahan pada kartu stok.
Setiap akhir bulan melakukan pemeriksaan berkala untuk
menentukan apakah bahan masih layak dipakai atau tidak.
Menyerahkan bahan kepada user di lapangan berdasarkan bon
permintaan pengeluaran bahan dan mencatatnya pada kartu stok.
5. Tahap Pembayaran
a) Tahap pembayaran kepada supplier dilaksanakan berdasarkan
kesepakatan yang tercantum dalam kontrak.
b) Cara pembayaran yang berlaku adalah sebagai berikut :
Pembayaran diproses; semua pembayaran yang dilakukan atas
transaksi kepada produsen tidak diperkenankan dengan
pembayaran tunai, melainkan harus diproses sesuai prosedur yang
30
berlaku dan dibayarkan dengan cara T/T (telegraphic transfer)
melalui bank yang disepakati.
Pembayaran dengan L/C (letter of credit), baik lokal maupun
impor; fasilitas dari bank kepada pembeli / importer dalam
melaksanakan pembayaran kepada eksportir.