Upload
innanda-rizqiani-putri
View
214
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
TUGAS 3
Citation preview
TUGAS 3. EKSPLORASI GEOTHERMAL
1. Lokasi geothermal biasanya di daerah vulkanik. Namun apakah selalu daerah vulkanik?
Jika tidak lokasinya dimana?
2. Potensi geothermal ada di 253 lokasi, apakah potensi geothermal tersebut dapat
mencukupi kebutuhan nasional?
3. Bagaimana peran Geothermal terhadap ketahanan nasional?
4. Potensi geothermal pada Jawa Timur sebanyak --- TFC, namun lokasi tersebut belum
dieksploitasi, bagaimana cara menentukan potensi tersebut?
5. Bagaimana temperature permukaan dapat dideteksi dengan citra satelit?
6. Bagaimana cara menentukan temperature bawah permukaan? Untuk geothermal,
berapa temperaturnya?
7. Dari geomorfologi bangaimana orang menentukan potensi geothermal?
8. Bagaimana manifestasi geothermal?
9. Sistem geothermal saat ini ada yang menggunakan system binary, apakah itu system
binary? Bagaimana temperaturnya? Apakah ada temperature krisis? Parameternya apa
saja?
10. Bagaimana karakteristik reservoir?
11. Bagaimana temperature krisis? Kalo mau di bor sampe termperatur berapa?
12. Apakah itu IP dan WKP? Mengapa panas bumi tidak mudah di kembangkan?
Jawaban nomer 1
Lokasi panas bumi tidak selalu di daerah vulkanik. Sistem panas bumi dapat diklasifikasikan
berdasarkan beberapa parameter. Berdasar suhu rata-rata reservoir, sistem panas bumi dibagi
menjadi tiga yaitu low temperature reservoir (T<125oC), intermediate temperature reservoir (T
125-225oC), dan high temperature reservoir (T>225oC) (Hochstein, 1990).
Sistem Temperatur Rendah (T<125oC)
1. Sistem temperature rendah ini biasanya terdapat pada Akuifer Cekungan Sedimen.
Pada sistem ini akuifer/reservoir dapat meliputi daerah yang luas (500km2 atau lebih).
Fluidanya bersifat stagnan/tidak bergerak, biasanya termineralisasi dan saline (marine
pore fluids). Perpindahan panasnya secara konduktif, dan suhu akuifer dikontrol oleh
terrestrial heat flux, konduktivitas panas batuan dan kedalaman akuifer, dengan kisaran
suhu reservoir biasanya 60-75oC. Contoh dari system ini misalnya di Panonian Basin
(Hungaria), Aquitaine Basin (Prancis), Wyoming Sedimentary Basin (USA).
2. Akuifer Dasar Dibawah Cekungan Sedimen . Merupakan akuifer dengan permeabilitas
tinggi yang berada pada basement yang tertutup oleh sekuen batuan sedimen dengan
permeabilitas rendah. Yang biasanya terjadi adalah forced convection di mana fluida
bergerak dari tengah ke tepi cekungan. Suhu reservoir biasanya berkisar 50-65oC.
System ini terdapat di China, Italia, Swiss, dan amerika
3. Sistem Mataair panas . Sistem ini umum dijumpai di kaki-kaki gunung, yang berasosiasi
dengan deep reaching fracture berpermeabilitas tinggi. Panas berasal dari terrestrial
heat flow yang dipindahkan secara forced convection. Suhu 60-80oC
4. Sistem Tekanan . Sistem ini terdapat pada bagian dalam dari cekungan sedimen. Akibat
pengendapan cepat dan pembentukan sesar listrik, pada beberapa bagian cekungan
akan terbentuk penudung sehingga menghasilkan tekanan litostatik. Panas terbentuk
karena adanya pressure gradients menghasilkan anomalous temperature. Suhu pada
sistem ini dapat mencapai 100-120oC (pada kedalaman 2-3 km).
Sistem Temperatur Menengah (Intermediate temperature system), (T 125-225oC)
Perpindahan panasnya biasanya konvektif dengan reservoir jenuh air, kehilangan panas
alamiah (natural heat loss) biasanya cukup besar (3-30MWt). Bila tranfer panas pada reservoir
>10 MWt dan dijumpai manifestasi boiling spring, maka fluida dapat diproduksi langsung dari
mataair tersebut. Sumber panas berupa intrusi dalam atau hot upper crust (kerak bagian atas
yang panas). Contohnya Cisolok-Cisukarame, Citaman-Banten, Aluto Lagano (Ethiopia), El Tatio
(Cili).
Sistem Temperatur Tinggi (High temperature system), (T>225oC)
Sistem ini hanya terdapat dalam tatanan tektonik lempeng active plate margin, yang
umumnya berasosiasi dengan vulkanisme dan deformasi kerak bumi. Contoh jenis sistem ini
adalah di New Zealand, Filipina,Jepang, Amerika Latin, Afrika dan Indonesia.
1. Sistem Air Panas (hot water systems)
Pada medan datar. Sebagan besar panas yang mengalami perpindahan di dalam
sistem dikeluarkan ke permukaan. Reservoir yang produktif berada di bawah
zona manifestasi permukaan, dan pengendapan mineral hidrotermal umumnya
terjadi pada bagian atas reservoir dan pada bagian system di mana fluida panas
bertemu dengan air permukaan yang dingin. Contoh sistemini: Wairakei (NZ).
Pada medan terjal. Perbedaan utama dengan hot water system pada medan
datar adalah pola aliran fluidanya. Pengeluaran panas alamiah umumnya terjadi
melalui mekanisme “concealed lateral outflow” (semacam seepage pada zona
lateral). Pada system ini biasanya terdapat uap (minor) hasil evaporasi pada
bagian atas reservoir yaitu kondensasi uap dan oksidasi H2S yang menghasilkan
kondensat asam, dan batuan yang terdapat di atas reservoir utama umumnya
teralterasi oleh aktivitas uap tersebut.
2. Sistem air Asin (Hot brine systems)
Brine pada sistem ini kemungkinan terbentuk dari konveksi air pada hot water system
yang melarutkan evaporit, atau juga adanya hypersaline brine yang mengalami advective rise.
Pada sistem ini suhu reservoir umumnya tinggi (di Salton Sea, Utah mencapai 300 oC), dengan
transfer panas secara konduktif dan heat loss relatif kecil (< 30 MWt). Karena fluidanya bersifat
salin, maka sangat korosif. Contoh sistem ini antara lain Salton Sea, Cesano (Italia), Milos
(Yunani)
3. Sistem Dominasi Uap Air Vapor-dominated systems
Keterdapatan sistem ini termasuk langka di dunia. Dapat terbentuk apabila natural
recharge sangat kecil karena permeabilitas di luar reservoir rendah. Umumnya pada bagian atas
reservoir terbentuk lapisan kondensat yang tebal, di mana bagian atas kondensat bersifat asam.
Heat loss lebih kecil dibandingkan hot water system pada ukuran yang sama. Contoh dari
sistem ini antara lain Kamojang, Darajat (Garut), The Geyser (USA), Lardrello (Italia), Matsukawa
(Jepang) dan Ketetahi (NZ)
4. Sistem Panasbumi Gunungapi (Volcanic geothermal system)
Ciri khas dari system ini adalah adanya kondensat tebal di atas reservoir dengan
kandungan gas vulkanik yang reaktif misalnya HF dan HCl. System ini sering dikatagorikan dalam
sesumber yang sub-ekonomis. Contoh model system ini terdapat di Tangkuban Parahu, Sibayak,
Pinatubo (Filipina), Nevado del Ruiz (Kolombia), Tatun (Taiwan).
Jawaban nomor 2 dan 3
Indonesia memiliki potensi energi panas bumi (geothermal) yang sangat besar.
Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral tahun 2012, Indonesia
memiliki potensi energy panas bumi sebesar 27.000 megawatt (MW). Potensi ini tersebar di
253 lokasi di seluruh Indonesia dan menjadikan Indonesia sebagai negeri dengan potensi panas
bumi terbesar di dunia. Hal ini menjadi keuntungan yang wajib dimanfaatkan oleh Indonesia
untuk mendukung ketahanan energi nasional. Jumlah yang sangat besar itu, tersebar luas
disepanjang garis vulkanik mulai dari pegunungan sebelah barat di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa
Tenggara, Celebes, dan Kepulauan Maluku.
Namun pemanfaatan geothermal di Indonesia terbilang belum di maksimalkan dengan
baik, padahal di Indonesia sangat banyak sekali titik-titik potensi geothermal tersebut. Saat ini
kontribusi energi geothermal pada Kebutuhan Energi Nasional, baru sebesar kurang dari satu
persen. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan energi geothermal baru mencapai 4,3% atau
sekitar 1. 179 megawatt saja.
Pemanfaatan energi geothermal ditargetkan mencapai 9.500 MW pada tahun 2025
mendatang. Sekitar 5% dari total kebutuhan energi nasional nantinya akan dipenuhi melalui
pemanfaatan energi geothermal yang dieksplorasi secara ramah lingkungan. Guna mencapai
target tersebut, Pemerintah melalui Program Percepatan Energi 10.000 MW menargetkan
tambahan 4.000 MW dari energi geothermal hingga akhir 2015.
Negara yang mempunyai, ketahanan energy jika:
Tersedia dengan cukup untuk kurun waktu tertentu
Harga terjangkau oleh kemampuan masyarakat
Tahan/tidak mudah terpengaruh oleh gejolak local, regional maupun internasional.
Memiliki kemandirian di dalam pengelolaan, meliputi managemen, teknologi,
transportasi dan pendistribusian.
Memiliki kemampuan finansial setiap keadaan
Memiliki sarana infrastruktur yang cukup
Salah satu faktor mengapa panas bumi tidak dapat berkembang dengan baik, Setidaknya
ada 2 faktor utama yang menghambat pengembangan energi panas bumi di Indonesia, antara
lain:
1. Rendahnya investasi di sektor panas bumi
2. Penolakan sejumlah masyarakat terhadap eksplorasi panas bumi di wilayahnya
Faktor Investor
Faktor pertama adalah rendahnya investasi di sektor ini. Investor terbesar sejauh ini
berasal dari dalam negeri, yakni Pertamina. Sedangkan investor asing kebanyakan bekerjasama
dengan Pertamina dalam bentuk Joint Operating Contract (JOC). Perusahaan multinasional yang
berpartisipasi dalam pengembangan panas bumi antara lain Chevron dan Unocal. Sedangkan
PLN selaku operator Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sejauh ini masih dalam tahap
pengembangan untuk mencapai proyek pembangunan pembangkit listrik nasional 10.000 MW
yang dicanangkan pemerintah beberapa tahun lalu.
Faktor masyarakat
Rendahnya investasi di bidang energi panas bumi secara langsung juga berkaitan dengan
faktor kedua, yakni penolakan sejumlah masyarakat terhadap eksplorasi panas bumi di
wilayahnya. Pada tahun 2012 masyarakat adat di Lampung dan Bali menolak pembangunan
proyek panas bumi. Alasannya, proyek eksplorasi panas bumi dikhawatirkan akan merusak
hutan di wilayah mereka. Berdasarkan pemetaan yang dilakukan Kementerian ESDM sebesar
15% potensi pengembangan energi panas bumi berada di wilayah konservasi. Masyarakat
bahkan menolak investor ke wilayah mereka dan meminta pemerintah mencabut izin
eksplorasi. Hal ini tentunya menghambat upaya investasi di bidang panas bumi.
Kedua faktor diatas seharusnya bisa diatasi oleh pemerintah asalkan memiliki komitmen
yang tegas dan peraturan yang jelas. Dengan potensi terbesar di dunia akan sangat disayangkan
jika Indonesia tidak memanfaatkan sumber energi panas bumi. Pemerintah seharusnya
mengundang lebih banyak investasi untuk pengembangan energi ini. Di sisi lain, pemerintah
juga tidak boleh melupakan kebutuhan dan aspirasi masyarakat, khususnya masyarakat yang
berada di dekat proyek pengembangan. Pemerintah perlu menjadi penengah antara
masyarakat dan pelaku industri. Di satu sisi pemerintah perlu menjamin bahwa proyek panas
bumi ramah lingkungan dan bermanfaat bagi masyarakat dan sisi lain pemerintah perlu
mengawasi pelaku usaha dan mendorong terciptanya iklim usaha yang sehat.
Pengembangan energi panas bumi pada akhirnya merupakan salah satu cara menuju
ketahanan energi nasional, Sebagai sumber energi yang ramah lingkungan dan terbarukan
(renewable), serta sifatnya yang tidak dapat diekspor, panas bumi adalah alternatif yang tepat
untuk pemenuhan kebutuhan energi nasional. Hal ini sejalan dengan amanat UU Energi yang
menetapkan Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang meliputi ketersediaan energi untuk
kebutuhan nasional, prioritas pengembangan energi, pemanfaatan sumber daya energi
nasional dan cadangan penyangga energi nasional.
Jawaban nomer 6
Posisi strategis Indonesia, menempatkan Indonesia sebagai negara terkaya dengan
energi panas bumi yang tersebar di sepanjang rangkaian vulkanik. Sehingga sebagian besar
sumber panas bumi di Indonesia tergolong mempunyai entalpi tinggi, yang artinya suhu uap
reservoir diatas 225 derajat celcius dengan rapat spekulatif 15 MW/km2 dan konversi energi
15%. Panas bumi merupakan sumber daya energi baru terbarukan yang ramah lingkungan
(clean energy) dibandingkan dengan sumber bahan bakar fosil. Proses eksplorasi dan
eksploitasinya tidak membutuhkan lahan permukaan yang terlalu besar dan mengeluarkan
emisi yang relatif kecil.
Jawaban nomor 4
Untuk menentukan potensi sumber daya alam panas bumi, menggunakan beberapa survey
diantaranya adalah Survey penginderaan jauh, Survey geologi, Survey Hidrogeologi, Survey
geokimia, dan Survey Geofisika. Khususnya untuk survey geofisika terdapat beberapa metode
untuk menghitung berapa potensi geothermal, diantaranya:
Metode Geofisika Target PengamatanMetode Termal Survey temperatur dangkal
(kedalaman <1 m) Pengukuran gradien termal Pengukuran aliran panas
Batuan/fluida di permukaan dengan temperature tinggi.
Daerah dengan anomaly panas tinggi.
Metode Listrik Suvey resistivitas Polarisari Terinduksi (IP) Potensial diri (SP) Arus Tellurik Elektromagnetik sumber
terkontrol Elektromagnetik sumber alam
(magnetotelluric/audio magnetotellurik)
Garam (brine) panas, daerah dengan alterasi fluida terinduksi, patahan.
Daerah termineralisasi, daerah dengan alterasi fluida terinduksi.
Sumber panas dan aliran panas.
Garam (brine) panas, daerah dengan alterasi fluida terinduksi, patahan.
Garam (brine) panas, daerah dengan alterasi fluida terinduksi, patahan.
Struktur, garam (brine) panas, daerah leburan parsial (partial melt).
Metode Gravitasi Survey Gravitasi dan microgravitasi Dapur magma yang dalamMetode Magnetik
Suvey airbone and ground magnetic Struktur, intrusi, daerah alterasi, anomaly densitas, perindahan fluida.
Metode Seismik Microseismic, Microearthquake Teleseismik Seismik refraksi Seismic refleksi
Struktur, zona alterasi, anomaly sifat magnetic, jenis batuan.
Proses hydrothermal aktif. Patahan dan rekahan aktid,
distribusi kecepatan dan atenuasi.
Dapur magma yang dalamRadiometrik Radioelemental (K,U dan Th) dan
survey produksi panasPatahan dan rekahan aktif, distribusi kecepatan dan atenuasi.
Pengeboran Well Logging Vertical Seismic Profiling Kelistrikan
Patahan dan rekahan aktif, distribusi kecepatan dan atenuasi
Daerah dengan anomaly radio aktif (222 radium dan
226 Radon) Anomali temperature,
porositas, permeabilitas dan jenis batuan
Distribusi kecepatan, rekahan
Garam (brine) panas, daerah alterasi, patahan.
Untuk survey geofisika, diambil contoh metode geomagnet. Metode geomagnet
merupakan cabang dari geofisika berdasarkan pengukuran anomali geomagnet yang
diakibatkan oleh perbedaan kontras suseptibilitas atau permeabilitas magnetik tubuh jebakan
dari daerah sekelilingnya. Penyelidikan geomagnet dalam eksplorasi lapangan panasbumi
bertujuan untuk menafsirkan struktur geologi bawah permukaan dalam melokalisir daerah yang
dianggap prospek untuk potensi panasbumi.
Peta diatas adalah peta anomaly magnet total daerah panas bumi Jaboi, Sabang yang telah di
teliti oleh Mustang A, dkk pada tahun 2005.
Pada daerah panasbumi Jaboi anomali magnet dibagi menjadi tiga, yaitu anomali sangat
rendah dengan nilai anomali antara -600s/d200 nT sebagai batuan terubah kuat dan batuan
lapuk; anomali rendah dengan nilai >-200s/d300 nT sebagai batuan aluvium dan piroklastik;
anomali tinggi dengan nilai antara >300s/d700 nT sebagai batuan rhiolit/dasit dan vulkanik
segar. Dari ketiga anomali tersebut yang merupakan daerah potensial panasbumi adalah daerah
yang nilai anomali magnet rendah dengan adanya manifestasi air panas serta dikontrol oleh
sesar.
Selain itu, pada peta anomaly magnet tersebut dapat dilihat struktur sesarnya, sesar
adalah rekahan dimana terjadi pergeseram massa batuan secara relative satu bagian terhadap
yang lainnya. Pada system panas bumi, sesar merupakan media jalan keluarnya fluida panas
bumi ke permukaan. Pada peta anomaly magnet diatas, dapat ditentukan:
1. Struktur sesar berarah utara-selatan terdapat di bagian tengah.
2. Struktur sesar berarah baratlaut–tenggara terletak di bagian utara, tengah dan selatan.
3. Struktur sesar berarah baratdaya-timurlaut terdapat di bagian tengah.
Jawaban nomer 10
Besarnya potensi cadangan suatu lapangan panas bumi dapat digambarkan dengan
beberapa parameter reservoir seperti temperatur, tekanan, dan entalpi yang
merepresentasikan energi termal yang terkandung di dalam fluida reservoir tersebut. Karena
itu pengetahuan mengenai distribusi temperatur, tekanan, dan entalpi dari sistem reservoir
merupakan hal yang sangat penting.
Berdasarkan paper dengan judul “ESTIMASI DISTRIBUSI TEMPERATUR, ENTALPI DAN
TEKANAN DALAM RESERVOIR PANAS BUMI” oleh Alamta Singarimbun dari Prodi Fisika, Unpad
telah dilakukan pengkarakterisasian panas bumi yang dilakukan oleh beberapa sifat fisisnya,
yaitu distribusi temperature, tekanan, dan entalpi. Untuk memperkirakan nilai-nilai sifat fisis ini
dilakukan simulasi dengan menggunakan:
1. Hukum kekekalan
2. Hukum termodinamika
3. Aliran fluida dalam medium berpori