127
TUGAS AKHIR STUDI KEANDALAN STRUKTUR GEDUNG TINGGI TIDAK BERATURAN MENGGUNAKAN PUSHOVER ANALYSIS PADA TANAH MEDIUM DISUSUN OLEH : ULFA NURDIANTI D111 08 304 JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

TUGAS AKHIRdigilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/Digital... · 2021. 1. 22. · iii KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala berkah

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • TUGAS AKHIR

    STUDI KEANDALAN STRUKTUR GEDUNG TINGGI TIDAK

    BERATURAN MENGGUNAKAN PUSHOVER ANALYSIS

    PADA TANAH MEDIUM

    DISUSUN OLEH :

    ULFA NURDIANTI

    D111 08 304

    JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS HASANUDDIN

    MAKASSAR

    2013

  • ii

  • iii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala

    berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang

    berjudul “STUDI KEANDALAN STRUKTUR GEDUNG TINGGI TIDAK

    BERATURAN MENGGUNAKAN PUSHOVER ANALYSIS PADA TANAH

    MEDIUM”, sebagai salah satu syarat yang diajukan untuk menyelesaikan studi

    pada Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Hasanuddin.

    Kami menyadari sepenuhnya bahwa selesainya tugas akhir ini berkat

    bantuan dari berbagai pihak, utamanya dosen pembimbing kami :

    Pembimbing I : Prof. Dr. Ing. Herman Parung, M.Eng

    Pembimbing II : Dr. Eng. A. Arwin Amiruddin, ST.MT.

    Dengan segala kerendahan hati, kami juga ingin menyampaikan terima kasih

    serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

    1. Ayahanda Bardin dan ibunda Farida tercinta atas pengorbanan dan doa

    kepada kami.

    2. Bapak DR. Ing Ir. Wahyu H. Piarah, MS, ME. selaku Dekan Fakultas

    Teknik Universitas Hasanuddin.

    3. Bapak Prof. Dr. Ir. H. Lawalenna Samang, MS.M.Eng. selaku ketua Jurusan

    Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.

    4. Bapak Prof. Dr. Ing. Herman Parung, M.Eng. selaku dosen pembimbing I,

    yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan

    pengarahan mulai dari awal penelitian hingga selesainya penulisan ini.

  • iv

    5. Bapak Dr. Eng. A. Arwin Amiruddin, ST.MT. selaku dosen pembimbing II,

    yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan

    dan pengarahan kepada kami.

    6. Seluruh dosen, staf dan karyawan Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas

    Hasanuddin.

    7. Saudara-saudara tercinta Husnaeni, Sahardin, Arnia, Hasmia, dan

    Nurcahyani yang senantiasa berdoa dan terus memberikan semangat .

    8. Penulis juga menghaturkan terima kasih kepada senior dan teman-teman

    angkatan 2008 , khususnya Sita, Dian, Prima, Wana, Nata, Ningsi, Ellen,

    Ona dan seluruh teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan namanya satu

    persatu.

    Kami menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan.

    Oleh karena itu penulis mengharapkan kepada para pembaca, kiranya dapat

    memberikan sumbangan pemikiran demi kesempurnaan dan pembaharuan tugas

    akhir ini.

    Akhir kata, semoga ALLAH SWT melimpahkan Rahmat dan Taufiq-Nya

    kepada kita, dan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak

    yang berkepentingan.

    Makassar, Juli 2013

    Penulis

  • v

    ABSTRAK

    Analisis pushover atau analisis beban dorong statik merupakan prosedur

    analisis untuk mengetahui perilaku keruntuhan suatu bangunan terhadap gempa

    dengan memberikan pola beban statik tertentu dalam arah lateral yang besarnya

    ditingkatkan secara bertahap (incremental) sampai struktur tersebut mencapai

    target displacement tertentu atau mencapai pola keruntuhan tertentu. Hasil dari

    analisis ini berupa kurva kapasitas yang dapat menunjukkan titik kinerja gedung

    pada saat menerima beban gempa. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi

    kinerja bangunan tinggi tidak beraturan yaitu gedung Karebosi Condotel. Perilaku

    struktur dievaluasi secara tiga dimensi (3D) berdasarkan analisis beban dorong

    statik (Pushover Analysis) dengan menggunakan software SAP 2000 Versi 15.

    Hasil dari analisis pushover menunjukkan bahwa titik kinerja gedung Karebosi

    Condotel untuk pembebanan gempa arah-X (portal arah memanjang gedung)

    adalah 0,132 meter dengan gaya geser dasar yang terjadi 926,851 ton, sedangkan

    untuk pembenanan gempa arah-Y (portal arah pendek gedung) diperoleh titik

    kinerja gedung yaitu 0,133 meter dengan gaya geser yang terjadi adalah 673,099

    ton. Dari titik kinerja diperoleh simpangan struktur (structural-drift ratio) yang

    terjadi akibat pembebanan gempa arah-X dan arah-Y adalah 0,198% dan 0,199%

    maka level kinerja struktur berdasarkan batas simpangan yang disyaratkan oleh

    FEMA 356 dan ATC-40 termasuk pada level Immediate Occupancy.

    Kata kunci : Analisis pushover, Kurva Kapasitas, Titik Kinerja, Level Kinerja

    Struktur

  • vi

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ………………………………………………………..

    LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………..….

    KATA PENGANTAR………………………………………………………

    ABSTRAK…………………………………………………………………………

    DAFTAR ISI…………………………………………………………………

    DAFTAR NOTASI……………………………………………………………

    DAFTAR TABEL………..…………………………………………………..

    DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….

    DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang………………………………………..……..

    1.2. Rumusan Masalah………..……………………………….….

    1.3. Tujuan Penelitian………………………………………………

    1.4. Batasan Masalah……………………………………………..

    1.5. Sistematika Penulisan……………………………………………..

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Struktur Bangunan Gedung Beraturan dan Tidak Beraturan

    2.2. Perencanaan Tahan Gempa Berbasis Kinerja……………………

    2.3. Evaluasi Kinerja Struktur dengan Analisa Pushover....................

    2.3.1. Analisa Pushover……………………………………

    i

    ii

    iii

    v

    vi

    ix

    x

    xii

    xiv

    I-1

    I-3

    I-3

    I-4

    I-5

    II-1

    II-3

    II-7

    II-7

    II-10

    II-11

    II-11

  • vii

    2.3.2. Target Perpindahan………………………………….…

    2.3.3. Level Kinerja Struktur………………………………………

    BAB III TINJAUAN UMUM DAN METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Model Struktur Bangunan………………………………………..

    3.2. Data……………………………………………………………

    3.2.1 Data Bangunan………………………………………..

    3.2.2 Data Material…………………………………………..

    3.2.3 Dimensi Elemen Struktur………………………………

    3.3. Analisa Pembebanan Pada Struktur……………………………

    3.3.1 Beban Gravitasi………………………………………..

    3.3.2 Beban Gempa…………………………………………..

    3.4. Diagram Alir Penelitian……………………….…………………

    BAB IV PEMBAHASAN

    4.1. Analisis Struktur……….…………………………………..…

    4.2. Analisa Pushover……………………………………………………

    4.3. Kurva kapasitas……………………………………………………

    4.3.1. Menentukan Target Perpindahan dengan

    Metode Spektrum Kapasitas (ATC 40) ………………

    4.3.2. Evaluasi Kinerja Struktur………………………………

    4.3.3. Sendi Plastis……………………………………………

    II-12

    II-18

    III-1

    III-4

    III-4

    III-4

    III-5

    III-6

    III-6

    III-7

    III-9

    IV-1

    IV-10

    IV-12

    IV-17

    IV-22

    IV-23

  • viii

    BAB V PENUTUP

    5.1. Kesimpulan……………………………………………………

    5.2. Saran……………………………………………………………

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    V-1

    V-2

  • ix

    DAFTAR NOTASI

    Ca = Peak Ground Acceleration atau percepatan batuan dasar gempa periode

    ulang tertentu

    Cv = koefisien percepatan gempa dari kurva Respons Spektrum pada saat

    periode bangunan sebesar 1 detik

    Fi = beban gempa nominal pada lantai ke-i

    g = percepatan gravitasi 9,81 m/det2

    I = faktor keutamaan bangunan

    n = jumlah tingkat gedung

    R = faktor reduksi gempa

    T1 = waktu getar alami fundamental stuktur (detik)

    V1 = gaya geser dasar nominal sebagai respons ragam yang pertama

    Wt = total beban mati dan beban hidup yang dapat direduksi

    zi = ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan lateral

    δT = target perpindahan

    ξ = koefisien pembatas yang ditetapkan berdasarkan Tabel 8 pada SNI 03-

    1726-2002

  • x

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Kriteria Kinerja……………….………….………………….…

    Tabel 2.2 Batasan Tipe Bangunan berdasarkan ATC-40….….….….….

    Tabel 2.3 Target level kinerja struktur gedung menurut

    FEMA 356 (2000)…….…….…….…….…….…….…….…….

    Tabel 2.4 Batasan simpangan untuk berbagai level kinerja struktur

    (FEMA 356, 2000) …….…….…….…….…….…….…….…….

    Tabel 2.5 Batasan simpangan untuk berbagai level kinerja struktur

    (ATC-40,1996)……………………………………………………

    Tabel 3.1 Dimensi Elemen Struktur……………………………………

    Tabel 4.1 Distribusi Gaya Geser Dasar Sepanjang Tinggi Gedung……

    Tabel 4.2 Perhitungan T – Rayleigh dalam Arah X (Tx)………………

    Tabel 4.3 Perhitungan T – Rayleigh dalam Arah Y (Ty) )…………… …

    Tabel 4.4 Gaya Reaksi Dasar (belum dikoreksi)……………………………

    Tabel 4.5 Gaya Reaksi Dasar (setelah dikoreksi)……………………………

    Tabel 4.6 Perpindahan titik kontrol dan gaya geser dasar step 0-32

    arah-X………………………………………………………………

    Tabel 4.7 Perpindahan titik kontrol dan gaya geser dasar step 0-31

    arah-Y…………………………………………………………

    Tabel 4.8 Target perpindahan dan gaya geser dasar pada titik kontrol

    Tabel 4.9 Perbandingan target perpindahan dengan batasan

    displacement………………………………………………………

    II-4

    II-16

    II-18

    II-19

    II-19

    III-5

    IV-3

    IV-5

    IV-6

    IV-7

    IV-8

    IV-14

    IV-16

    IV-20

    IV-22

    IV-17

    IV-21

  • xi

    Tabel 4.7 Perhitungan drift ratio berdasarkan titik kontrol

    perpindahan pada saat target perpindahan tercapai……………

    Tabel 4.8 Jumlah elemen dan tingkat kerusakan yang terjadi

    pada elemen struktur untuk arah pembebanan-X………………

    Tabel 4.9 Jumlah elemen dan tingkat kerusakan yang terjadi

    pada elemen struktur untuk arah pembebanan-Y……………

    IV-22

    IV-23

    IV-26

  • xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Tonjolan-tonjolan pada Gedung……………………………………

    Gambar 2.2 Sistem Tidak Paralel………………………………………………

    Gambar 2.3 Loncatan Bidang Muka………………………………………

    Gambar 2.4 Bukaan pada Bangunan………………………………………

    Gambar 2.5 Ilustrasi Rekayasa Gempa Berbasis Kinerja…………………

    Gambar 2.6 Posisi Sumbu Lokal Balok………………………………………

    Gambar 2.7 Posisi Sumbu Lokal Kolom………………………………………

    Gambar 2.8 Kurva Beban – Perpindahan Umum………………………………

    Gambar 2.9 Penentuan Titik Kinerja menurut Metode Spektrum

    Kapasitas ………..…………….…………….…………….…

    Gambar 2.10 Parameter Data Respons Spektrum Rencana…………………

    Gambar 2.11 Prosedur Analisis Kinerja (ATC-40) ………………………………

    Gambar 3.1 Denah Gedung Karebosi Condotel…………………………

    Gambar 3.2 Elevasi Antar Tingkat Gedung Karebosi Condotel ……………

    Gambar 3.3 Tampilan Tiga Dimensi Gedung Karebosi Condotel ……………

    Gambar 3.4 Respons Spektrum Wilayah 2………………………………………

    Gambar 3.5 Diagram Alir Penelitian………………………………………… …

    Gambar 4.1 Simpangan antar tingkat arah-X……………………………………

    Gambar 4.2 Simpangan antar tingkat arah-Y………………………………

    Gambar 4.3 Input pembebanan gravitasi…………………………………………

    Gambar 4.4 Bentuk deformasi struktur akibat beban gravitasi……………

    II-1

    II-2

    II-2

    II-3

    II-6

    II-9

    II-10

    II-10

    II-15

    II-16

    II-17

    III-1

    III-2

    III-3

    III-7

    III-9

    IV-9

    IV-10

    IV-11

    IV-11

  • xiii

    Gambar 4.5 Input pembebanan arah-X dan arah-Y………………………

    Gambar 4.6 Kurva Kapasitas Arah-X…………………………………………

    Gambar 4.7 Kurva Kapasitas Arah-Y………………………………………

    Gambar 4.8 Perbandingan kurva kapasitas gedung arah-X dan arah-Y……

    Gambar 4.9 Input nilai Ca dan Cv dari kurva respon spektrum…………

    Gambar 4.10 Kurva kapasitas arah-X dalam format ADRS………………

    Gambar 4.11 Kurva kapasitas arah-Y dalam format ADRS………………

    Gambar 4.12 Perbandingan gaya geser dasar hasil analisis Respon

    Spektrum dengan gaya geser dasar hasil analisis

    Pushover………………………………………………………

    Gambar 4.13 Distribusi sendi plasti pada step-6 untuk pembebanan

    arah-X…………………………………………………………

    Gambar 4.14 Jumlah elemen dan tingkat kerusakan yang terjadi pada

    portal D……………………………………………………

    Gambar 4.15 Distribusi sendi plasti pada step-6 untuk pembebanan

    arah-Y……………………………………………………………

    Gambar 4.16 Jumlah elemen dan tingkat kerusakan yang terjadi pada

    portal 6…………………………………………………………

    IV-12

    IV-13

    IV-15

    IV-17

    IV-18

    IV-18

    IV-19

    IV-21

    IV-25

    IV-25

    IV-28

    IV-29

  • xiv

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Gedung Karebosi Condotel

    Lampiran 2 Tutorial SAP2000 versi 15 Pushover Analysis

    Lampiran 3 Output Pushover Analysis

  • I-1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Dalam Standar Nasional Indonesia (SNI 03-1726-2002) tentang Tata Cara

    Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, struktur bangungan gedung

    dibedakan ke dalam dua kategori, yaitu struktur bangunan gedung beraturan, dan

    tidak beraturan. Menurut Paulay dan Priestley (1991), bangunan dengan bentuk

    beraturan, sederhana dan simetris lebih disukai dalam desain ketahanan gempa

    dibandingkan bangunan yang tidak beraturan. Struktur gedung yang

    ketinggiannya melebihi batas ketinggian struktur gedung beraturan harus

    memperhitungkan tambahan momen guling akibat efek P-Delta yang terjadi pada

    struktur gedung yang fleksibel. Bangunan tidak beraturan juga mudah mengalami

    puntir akibat pusat massa dan pusat kekakuan yang tidak berimpit. Selain itu,

    bangunan tidak beraturan juga dapat mengalami respon yang tak terduga akibat

    pengaruh ragam yang lebih tinggi (higher mode effect).

    Perencanaan struktur bangunan gedung tidak beraturan umumnya

    didasarkan pada analisa dinamik elastis yang merupakan analisa yang paling

    sederhana, tetapi kegunaannnya masih terbatas untuk mengetahui terbentuknya

    sendi plastis pertama. Kenyataannya bahwa perilaku keruntuhan bangunan pada

    saat gempa adalah inelastis. Analisa ini tidak mampu memperhitungkan cadangan

    kekuatan yang ada pada struktur mulai dari terbentuknya sendi plastis pertama

    hingga keruntuhan yang sebenarnya. Sehingga evaluasi yang dapat

  • I-2

    memperkirakan kondisi inelastis bangunan pada saat gempa terjadi diperlukan

    untuk mendapatkan jaminan bahwa kinerja gedung memuaskan saat gempa.

    Analisa pushover (ATC 40, 1996) merupakan salah satu komponen

    performance based seismic design yang memanfaatkan teknik analisa non-linier

    berbasis komputer untuk menganalisa perilaku inelastis struktur dari berbagai

    macam intensitas gerakan tanah (gempa), sehingga dapat diketahui kinerjanya

    pada kondisi kritis yang menjadi sarana untuk mengetahui kinerja struktur

    bangunan terhadap gempa. Analisa pushover atau analisa beban dorong statik

    merupakan prosedur analisa untuk mengetahui perilaku keruntuhan suatu

    bangunan terhadap gempa dengan memberikan pola beban statik tertentu dalam

    arah lateral yang besarnya ditingkatkan secara bertahap (incremental) sampai

    struktur tersebut mencapai target displacement tertentu atau mencapai pola

    keruntuhan tertentu.

    Hasil akhir dari analisis ini berupa kurva kapasitas struktur (capacity

    curve) yang menggambarkan hubungan antara gaya geser dasar (base shear) dan

    perpindahan atap (roof displacement). Melalui kurva kapasitas tersebut dapat

    diketahui kinerja dari struktur gedung yang dianalisis. Selain itu, analisa pushover

    juga dapat memperlihatkan secara visual perilaku struktur pada saat kondisi

    elastis, plastis dan sampai terjadinya keruntuhan pada elemen-elemen strukturnya.

    Metode analisa pushover dapat menghasilkan informasi yang sangat berguna

    karena mampu menggambarkan respons in-elastis bangunan ketika mengalami

    gempa.

  • I-3

    Berkaitan dengan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

    menyusun Tugas Akhir dengan judul :

    “STUDI KEANDALAN STRUKTUR GEDUNG TINGGI TIDAK

    BERATURAN MENGGUNAKAN PUSHOVER ANALYSIS PADA TANAH

    MEDIUM”

    1.2. Rumusan Masalah

    Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka dalam penelitian

    ini pokok permasalahan yang ada dirumuskan sebagai berikut :

    1. Bagaimana perilaku/kinerja struktur gedung tinggi tidak beraturan

    berdasarkan titik evaluasi kinerjanya pada kondisi inelastis dengan

    melakukan analisis statik beban dorong (Pushover Analysis).

    2. Bagaimana mengestimasi model kerusakan struktur dengan cara

    menentukan posisi-posisi sendi plastis pada struktur gedung setelah

    melakukan analisis statik beban dorong (Pushover Analysis).

    1.3. Tujuan Penelitian

    Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penyusunan tugas akhir ini adalah :

    1. Menghasilkan kurva kapasitas (capacity curve) struktur gedung.

    2. Menentukan titik kinerja (performance point) struktur gedung pada kondisi

    inelastis.

    3. Menentukan level kinerja (performance level) struktur gedung pada saat

    titik kinerja tercapai.

  • I-4

    4. Menganalisa skema kelelehan (distribusi sendi plastis) yang terjadi akibat

    pengaruh beban gempa.

    1.4. Batasan Masalah

    Ruang lingkup pembahasan dibatasi pada :

    1. Gedung yang dianalisis adalah gedung Karebosi Condotel, Makassar

    dengan ketinggian 18 lantai atau 66,65 meter.

    2. Data struktur gedung Karebosi Condotel berupa dimensi struktur dan mutu

    bahan berdasarkan data dari proyek Karebosi Condotel yang diperoleh dari

    PT. Pembangunan Perumahan Persero Tbk. selaku kontraktor dari proyek

    tersebut.

    3. Jenis beban yang digunakan dalam meninjau perilaku struktur adalah

    beban gravitasi dan beban lateral. Beban gravitasi yang dimaksud

    mencakup beban mati dan beban hidup tereduksi yang mengacu pada

    Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1983, sedangkan beban

    lateral yang ditinjau adalah beban gempa. Pembebanan lateral yang

    digunakan melalui analisis ragam respons spektrum gempa wilayah 2 pada

    kondisi tanah medium yang mengacu pada SNI 03-1726-2002.

    4. Perilaku struktur dievaluasi secara tiga dimensi (3D) berdasarkan analisis

    statik beban dorong (Pushover Analysis) dengan menggunakan software

    aplikasi sipil SAP 2000 Versi 15.

    5. Penentuan target perpindahan struktur gedung berdasarkan metode

    spektrum kapasitas (ATC-40).

  • I-5

    6. Pedoman-pedoman yang digunakan sebagai acuan adalah :

    - Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang untuk Bangunan

    Gedung (SK SNI 03-2847-2002)

    - Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983

    - Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung

    (SK SNI 03-1726-2002)

    - Prestandard and Commentary for the Seismic Rehabilitation of

    Buildings (FEMA 356)

    - Seismic Evaluation and Retrofit of Concrete Buildings Volume 1 (ATC

    40)

    1.5. Sistematika Penulisan

    Untuk memberikan gambaran umum mengenai keseluruhan penyusunan

    Tugas Akhir ini, maka berikut ini penulis uraikan secara singkat sistematika

    penulisan yang dibagi dalam 5 (lima) bab, yaitu :

    BAB I : PENDAHULUAN

    Bab ini merupakan garis besar sekaligus pengantar dalam penyusunan

    yang menguraikan secara umum tentang latar belakang, rumusan

    masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, dan sistematika

    penulisan.

    BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

    Bab ini menguraikan dasar-dasar teori mengenai struktur bangunan

    beraturan dan tidak beraturan, perencanaan tahan gempa berbasis

    kinerja, dan analisa pushover.

  • I-6

    BAB III : GAMBARAN UMUM DAN METODOLOGI PENELITIAN

    Bab ini menguraikan tinjauan umum penelitian mengenai gambaran

    umum Gedung Karebosi Condotel serta bagan alir dan prosedur

    analisis.

    BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

    Bab ini menyajikan hasil analisis perhitungan data-data yang

    diperoleh serta pembahasan dari hasil analisis.

    BAB V : PENUTUP

    Bab ini merupakan bab yang berisikan kesimpulan dan saran yang

    penulis kemukakan sesuai dengan pembahasan dalam tulisan ini.

  • II-1

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Struktur Bangunan Gedung Beraturan dan Tidak Beraturan

    Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 03-1726-2002) tentang Tata

    Cara Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, struktur bangunan gedung

    dibedakan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu :

    1. Struktur Bangunan Gedung Beraturan, dan

    2. Struktur Bangunan Gedung tidak Beraturan

    Adapun yang dimaksud dengan struktur bangunan gedung beraturan

    adalah struktur bangunan gedung yang memenuhi kriteria antara lain :

    Tinggi struktur bangunan gedung diukur dari taraf penjepitan lateral tidak

    lebih dari sepuluh tingkat atau 40 m.

    Denah struktur bangunan gedung adalah persegi panjang atau dengan tonjolan

    ≤ 25 % ukuran terbesar denah bangunan.

    dimana : K1 < 25% A K2 < 25% B

    Gambar 2.1. Tonjolan-tonjolan pada Gedung

    Sistem struktur bangunan gedung terbentuk oleh subsistem-subsistem

    pemikul beban lateral yang arahnya saling tegak lurus dan sejajar.

  • II-2

    Gambar 2.2. Sistem Tidak Paralel

    Sistem struktur bangunan gedung tidak menunjukkan loncatan bidang muka

    dan kalaupun mempunyai loncatan bidang muka, ukuran dari denah struktur

    bagian gedung yang menjulang dalam masing-masing arah ≥ 75% dari ukuran

    terbesar denah struktur bagian gedung yang ada di bawahnya.

    dimana : A ≥ 75% B

    Gambar 2.3. Loncatan Bidang Muka

    Sistem struktur bangunan gedung memiliki kekakuan lateral yang beraturan,

    tanpa adanya tingkat lunak.

    Sistem struktur bangunan gedung memiliki berat lantai tingkat yang

    beraturan.

    Sistem struktur bangunan gedung memiliki unsur-unsur vertikal dari sistem

    pemikul beban lateral yang menerus, tanpa perpindahan titik beratnya, kecuali

    bila perpindahan tersebut tidak lebih dari setengah ukuran unsur dalam arah

    perpindahan tersebut.

  • II-3

    Sistem struktur bangunan gedung memiliki lantai tingkat yang menerus, tanpa

    lubang atau bukaan yang luasnya lebih dari 50% luas seluruh tingkat.

    Gambar 2.4. Bukaan pada Bangunan

    Sedangkan struktur bangunan gedung yang tidak memenuhi kriteria-

    kriteria seperti diatas, dikategorikan sebagai struktur bangunan gedung tidak

    beraturan. Untuk struktur gedung tidak beraturan, pengaruh Gempa Rencana

    harus ditinjau sebagai pengaruh pembebanan gempa yang berperilaku dinamik,

    dan analisisnya dilakukan berdasarkan analisis respons dinamik, yaitu suatu

    analisis dinamik yang memperhatikan semua ragam getar yang mungkin terjadi

    pada struktur bangunan. Analisis respons dinamik dapat dilakukan dengan analisis

    ragam spektrum respons dan analisis respons dinamik riwayat waktu.

    2.2. Perencanaan Tahan Gempa Berbasis Kinerja

    Konsep perencanaan tahan gempa berbasis kinerja yang dikenal dengan

    Performanced Based Earthquake Engineering (PBEE) merupakan kombinasi dari

    aspek tahanan dan aspek layan. Konsep PBEE dapat digunakan untuk mendesain

    bangunan baru (Performanced Based Seismic Design) maupun evaluasi bangunan

    yang sudah ada (Performanced Based Seismic Evaluation).

    Metode tersebut mulai populer sejak diterbitkannya dokumen Vision 2000

    (SEAOC, 1995) dan NEHRP (BSSC, 1995), yang didefinisikan sebagai strategi

  • II-4

    dalam perencanaan, pelaksanaan dan perawatan / perkuatan sedemikian agar suatu

    bangunan mampu berkinerja pada suatu kondisi gempa yang ditetapkan, yang

    diukur dari besarnya kerusakan dan dampak perbaikan yang diperlukan. Kriteria

    kinerja yang ditetapkan Vision 2000 dan NEHRP adalah sebagai berikut :

    Tabel 2.1. Kriteria Kinerja

    Level Kinerja Penjelasan

    NEHRP Vision 2000

    Operational Fully Functional Tak ada kerusakan berarti pada struktur dan

    non-struktur, bangunan tetap berfungsi.

    Immediate

    Occupancy

    Operational Tidak ada kerusakan yang berarti pada

    struktur, dimana kekuatan dan kekakuannya

    kira-kira hampir sama dengan kondisi sebelum

    gempa. Komponen non-struktur masih berada

    ditempatnya dan sebagian besar masih

    berfungsi jika utilitasnya tersedia. Bangunan

    dapat tetap berfungsi dan tidak terganggu

    dengan masalah perbaikan.

    Life Safety Life Safe Terjadi kerusakan komponen struktur,

    kekakuan berkurang, tetapi masih mempunyai

    ambang yang cukup terhadap keruntuhan.

    Komponen non-struktur masih ada tetapi tidak

    berfungsi. Dapat dipakai lagi jika sudah

    dilakukan perbaikan.

    Collapse

    Prevention

    Near Collapse Kerusakan yang berarti pada komponen

    struktur dan non-struktur. Kekuatan struktur

    dan kekakuannya berkurang banyak, hampir

    runtuh. Kecelakaan akibat kejatuhan material

    bangunan yang rusak sangat mungkin terjadi.

  • II-5

    Metodologi yang didasarkan pada performance based seismic design ini

    merupakan kriteria desain dan evaluasi yang diekspresikan sebagai obyektivitas

    dari daya guna struktur. Hal tersebut dapat menetapkan berbagai tingkatan kinerja

    struktur (multiple performance objective level), dimana tingkatan kinerja

    (performance) dari struktur bangunan merupakan pilihan yang dapat direncanakan

    pada tahap awal dengan berbagai kondisi batas. Kondisi batas ini bersifat

    fleksibel, karena merupakan kesepakatan dari pihak pemilik bangunan (owner)

    dan perencana. Tujuan utama dari performance based seismic design ialah

    menciptakan bangunan tahan gempa yang daya gunanya dapat diperkirakan.

    Performance based seismic design mempunyai dua elemen utama dalam

    perencanaannya yaitu kapasitas struktur (capacity) dan beban (demand). Beban

    (demand) merupakan representasi dari gerakan tanah akibat gempa bumi, dimana

    yang akan digambarkan sebagai kurva respon spektrum. Kapasitas struktur adalah

    kemampuan dari struktur untuk menanggulangi gaya gempa tanpa mengalami

    kerusakan.

    Proses perencanaan tahan gempa berbasis kinerja dimulai dengan

    membuat model rencana bangunan kemudian melakukan simulasi kinerjanya

    terhadap berbagai kejadian gempa. Setiap simulasi memberikan informasi tingkat

    kerusakan (level of damage), ketahanan struktur, sehingga dapat memperkirakan

    berapa besar keselamatan (life), kesiapan pakai (occupancy) dan kerugian harta

    benda (economic loss) yang akan terjadi. Perencana selanjutnya dapat mengatur

    ulang resiko kerusakan yang dapat diterima sesuai dengan resiko biaya yang

    dikeluarkan.

  • II-6

    Hal penting dari perencanaan berbasis kinerja adalah sasaran kinerja

    bangunan terhadap gempa dinyatakan secara jelas, sehingga pemilik, penyewa,

    asuransi, pemerintahan atau penyandang dana mempunyai kesempatan untuk

    menetapkan kondisi apa yang dipilih, selanjutnya ketetapan tersebut digunakan

    insinyur perencana sebagai pedomannya. Sasaran kinerja terdiri dari kejadian

    gempa rencana yang ditentukan (earthquake hazard) , dan taraf kerusakan yang

    diijinkan atau level kinerja (performance level) dari bangunan terhadap kejadian

    gempa tersebut.

    Mengacu pada FEMA-273 (1997) yang menjadi acuan klasik bagi

    perencanaan berbasis kinerja maka kategori level kinerja struktur , adalah :

    Segera dapat dipakai (IO = Immediate Occupancy),

    Keselamatan penghuni terjamin (LS = Life-Safety),

    Terhindar dari keruntuhan total (CP = Collapse Prevention).

    Gambar 2.5. Ilustrasi Rekayasa Gempa Berbasis Kinerja

    perpindahan atap

    kriteria kinerja FEMA 273

    % biaya perbaikan

    waktu perbaikan, hari

    runtuhbatas

    elastisgayageser

    dasar

    IO LS CP

    25% 50% 100%0

    01 7 30 180

  • II-7

    Gambar 2.5 menjelaskan secara kualitatif level kinerja (performance

    levels) FEMA 273 yang digambarkan bersama dengan suatu kurva hubungan

    gaya-perpindahan yang menunjukkan perilaku struktur secara menyeluruh

    (global) terhadap pembebanan lateral. Performance point merupakan estimasi

    dimana kapasitas struktur mampu menahan beban (demand) yang diberikan. Dari

    titik kinerja (performance point) ini dapat diketahui tingkat kerusakan struktur

    berdasarkan perpindahan lateralnya (drift). Selain itu dapat juga dikorelasikan

    dibawahnya berapa prosentase biaya dan waktu yang diperlukan untuk perbaikan.

    Informasi itu tentunya sekedar gambaran perkiraan, meskipun demikian sudah

    mencukupi untuk mengambil keputusan apa yang sebaiknya harus dilakukan

    terhadap hasil analisis bangunan tersebut.

    2.3. Evaluasi Kinerja Struktur dengan Analisa Pushover

    2.3.1. Analisa Pushover

    Analisis pushover (ATC 40, 1996) merupakan salah satu komponen

    Performance Based Seismic Design yang menjadi sarana dalam mencari kapasitas

    dari suatu struktur. Menurut SNI 03-1726-2002, analisa pushover atau analisa

    beban dorong statik adalah suatu cara analisa statik dua dimensi atau tiga dimensi

    linier dan non-linier, dimana pengaruh gempa rencana terhadap struktur gedung

    dianggap sebagai beban-beban statik yang menangkap pada pusat massa masing-

    masing lantai, yang nilainya ditingkatkan secara berangsur-angsur sampai

    melampaui pembebanan yang menyebabkan terjadinya pelelehan (sendi plastis)

    pertama di dalam struktur gedung, kemudian dengan peningkatan beban lebih

  • II-8

    lanjut mengalami perubahan bentuk elastoplastis yang besar sampai mencapai

    kondisi di ambang keruntuhan.

    Prosedur analisisnya akan menjelaskan bagaimana mengidentifikasikan

    bagian-bagian dari bangunan yang akan mengalami kegagalan terlebih dahulu.

    Seiring dengan penambahan beban akan ada elemen-elemen yang lain mengalami

    leleh dan mengalami deformasi inelastic. Hasil akhir dari analisis ini berupa nilai-

    nilai gaya-gaya geser dasar (base shear) untuk menghasilkan perpindahan dari

    struktur tersebut. Nilai-nilai tersebut akan digambarkan dalam bentuk kurva

    kapasitas yang merupakan gambaran perilaku struktur dalam bentuk perpindahan

    lateral terhadap beban (demand) yang diberikan. Selain itu, analisis pushover

    dapat menampilkan secara visual elemen-elemen struktur yang mengalami

    kegagalan, sehingga dapat dilakukan pencegahan dengan melakukan pendetailan

    khusus pada elemen struktur tersebut.

    Analisa pushover dapat digunakan sebagai alat bantu untuk perencanaan

    tahan gempa, asalkan menyesuaikan dengan keterbatasan yang ada , yaitu :

    Hasil analisa pushover masih berupa suatu pendekatan, karena bagaimanapun

    perilaku gempa yang sebenarnya adalah bersifat bolak-balik melalui suatu

    siklus tertentu, sedangkan sifat pembebanan pada analisa pushover adalah

    statik monotonik.

    Pemilihan pola beban lateral yang digunakan dalam analisa adalah sangat

    penting.

    Keandalan analisa pushover menurun sejalan dengan bertambahnya pengaruh

    ragam yang lebih tinggi.

  • II-9

    Untuk membuat model analisa nonlinier akan lebih rumit dibanding model

    analisa linier. Model tersebut harus memperhitungkan karakteristik inelastik

    beban-deformasi dari elemen-elemen yang penting dan efek P-Δ.

    Karena yang dievaluasi adalah komponen maka jumlahnya relatif sangat

    banyak, oleh karena itu analisa pushover sepenuhnya harus dikerjakan oleh

    komputer (fasilitas pushover dan evaluasi kinerja yang terdapat secara built-in

    pada program SAP2000, mengacu pada FEMA - 356). Tahapan utama dalam

    analisa pushover adalah :

    1. Perilaku leleh dan pasca leleh pada elemen struktur dimodelkan dalam hinges

    properties yang merupakan kondisi dimana struktur mengalami leleh

    pertama, sehingga dimensi dan mutu beton serta tulangan mempengaruhi.

    Hinges properties untuk elemen balok adalah momen M3, yang berarti sendi

    plastis terjadi hanya karena momen searah sumbu lokal 3. Posisi sumbu lokal

    3 pada elemen balok dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut ini.

    Gambar 2.6. Posisi Sumbu Lokal Balok

    Hinge properties untuk elemen kolom adalah P-M2-M3 yang artinya sendi

    plastis terjadi karena interaksi gaya aksial (P) dan momen (M) sumbu lokal 2

    dan sumbu lokal 3. Posisi sumbu lokal 2 dan sumbu lokal 3 pada kolom dapat

    dilihat pada gambar 2.7 berikut.

    Sumbu Lokal 1

    Sumbu Lokal 2

    Sumbu Lokal 3

  • II-10

    Gambar 2.7. Posisi Sumbu Lokal Kolom

    Jika tidak ada data eksperimental atau analisis dari perilaku plastifikasi sendi

    plastis elemen balok dan kolom maka kurva Beban-Lendutan Umum berikut,

    dengan parameter a, b, c, seperti yang didefinisikan dalam Tabel 6-7 and 6-8

    FEMA 356, dapat digunakan untuk mengevaluasi komponen portal beton

    yang dikerjakan secara otomatis oleh program komputer SAP2000.

    (a) Deformasi (b) Rasio Deformasi

    Gambar 2.8. Kurva Beban – Perpindahan Umum

    2. Letak sendi plastis pada analisa Pushover dengan SAP2000 hanya dapat

    dinyatakan sebagai panjang relatif 0 dan 1, yang berarti sendi plastis terletak

    pada joint-joint pertemuan balok dan kolom. Dengan kata lain, sendi plastis

    Sumbu Lokal 1

    Sumbu Lokal 3

    Sumbu Lokal 2

    da

    b

    A

    BC

    D E c

    1.0

    e

    A

    BC

    D E c

    1.0

    Q

    QyQ

    Qy

    orh

    Δ Δ θ

  • II-11

    hanya bisa diletakkan pada start joint, end joint, ataupun pada kedua joint

    tersebut dari elemen balok atau kolom.

    3. Menentukan titik kontrol untuk memonitor besarnya perpindahan struktur.

    Rekaman besarnya perpindahan titik kontrol dan gaya geser dasar digunakan

    untuk menyusun kurva pushover.

    4. Analisis Pushover dilakukan setelah struktur dibebani oleh beban gravitasi

    yang direncanakan. Jadi setelah struktur dibebani oleh beban gravitasi, beban

    statik lateral diberikan secara berangsur-angsur untuk mencapai target

    displacement tertentu.

    Ada 2 macam bentuk load application control untuk analisa statis nonlinear

    yaitu a load-controlled dan displacement-controlled.

    A load-controlled dipakai apabila kita tahu pembesaran beban yang akan

    diberikan kepada struktur yang diperkirakan dapat menahan beban

    tersebut, contohnya adalah beban gravitasi. Pada load-controlled semua

    beban akan ditambahakan dari nol hingga pembesaran yang diinginkan.

    Displacement-controlled dipakai apabila kita mengetahui sejauh mana

    struktur kita bergerak tetapi kita tidak tahu beban yang harus dimasukkan.

    Ini sangat berguna untuk mengetahui perilaku struktur tidak stabil dan

    mungkin kehilangan kapasitas pembawa beban selama analisa dilakukan.

    5. Membuat kurva pushover yang menggambarkan hubungan antara gaya geser

    dasar (base shear) dan perpindahan (displacement).

    6. Estimasi besarnya perpindahan lateral saat gempa rencana (target

    perpindahan). Titik kontrol didorong sampai taraf perpindahan tersebut, yang

  • II-12

    mencerminkan perpindahan maksimum yang diakibatkan oleh intensitas

    gempa rencana yang ditentukan.

    7. Mengevaluasi level kinerja struktur ketika titik kontrol tepat berada pada

    target perpindahan merupakan hal utama dari perencanaan barbasis kinerja.

    Komponen struktur dan aksi perilakunya dapat dianggap memuaskan jika

    memenuhi kriteria yang dari awal sudah ditetapkan, baik terhadap persyaratan

    deformasi maupun kekuatan. Karena yang dievaluasi adalah komponen maka

    jumlahnya relatif sangat banyak, oleh karena itu proses ini sepenuhnya harus

    dikerjakan oleh komputer (fasilitas pushover dan evaluasi kinerja yang

    terdapat secara built-in pada program SAP2000, mengacu pada FEMA - 356).

    Oleh karena itulah mengapa pembahasan perencanaan berbasis kinerja

    banyak mengacu pada dokumen FEMA.

    2.3.2. Target Perpindahan

    Gaya dan deformasi setiap komponen / elemen dihitung terhadap

    “perpindahan tertentu” di titik kontrol yang disebut sebagai “target perpindahan”

    dengan notasi δt dan dianggap sebagai perpindahan maksimum yang terjadi saat

    bangunan mengalami gempa rencana. Menurut Wiryanto Dewobroto (2005) untuk

    mendapatkan perilaku struktur pasca keruntuhan maka perlu dibuat analisa

    pushover untuk membuat kurva hubungan gaya geser dasar dan perpindahan

    lateral titik kontrol sampai minimal 150% dari target perpidahan, δt.

    Permintaan membuat kurva pushover sampai minimal 150% target

    perpindahan adalah agar dapat dilihat perilaku bangunan yang melebihi kondisi

  • II-13

    rencananya. Perencana harus memahami bahwa target perpindahan hanya

    merupakan rata-rata nilai dari beban gempa rencana. Perkiraan target perpindahan

    menjadi kurang benar untuk bangunan yang mempunyai kekuatan lebih rendah

    dari spektrum elastis rencana. Meskipun tidak didukung oleh data pada saat

    dokumen FEMA 356 ditulis tetapi diharapkan bahwa 150% target perpindahan

    adalah perkiraan nilai rata-rata ditambah satu standar deviasi perpindahan dari

    bangunan dengan kekuatan lateral melebih 25% dari kekuatan spektrum elastis.

    Analisa pushover dilakukan dengan memberikan beban lateral pada pola

    tertentu sebagai simulasi beban gempa, dan harus diberikan bersama-sama dengan

    pengaruh kombinasi beban mati dan tidak kurang dari 25% dari beban hidup yang

    disyaratkan. Kriteria evaluasi level kinerja kondisi bangunan didasarkan pada

    gaya dan deformasi yang terjadi ketika perpindahan titik kontrol sama dengan

    target perpindahan δt. Jadi parameter target perpindahan sangat penting

    peranannya bagi perencanaan berbasis kinerja.

    Ada beberapa cara menentukan target perpindahan, salah satunya adalah

    Capacity Spectrum Method atau Metode Spektrum Kapasitas (FEMA 274 / 440,

    ATC 40).

    Metode Spektrum Kapasitas (ATC 40)

    Dalam Metode Spektrum Kapasitas, proses dimulai dengan menghasilkan

    kurva hubungan gaya perpindahan yang memperhitungkan kondisi inelastis

    struktur yang hasilnya diplot-kan dalam format ADRS (acceleration displacement

    response spectrum).

  • II-14

    Kurva kapasitas dengan modifikasi tertentu diubah menjadi spektrum

    kapasitas (capacity spectrum), sedangkan respons spektrum diubah dalam format

    acceleration displacement response spectrum, ADRS. Format ADRS adalah

    gabungan antara acceleration dan displacement respons spektra dimana absis

    merupakan acceleration (Sa) dan ordinat merupakan displacement (Sd) sedangkan

    periode, T, adalah garis miring dari pusat sumbu.

    Format tersebut adalah konversi sederhana dari kurva hubungan gaya

    geser dasar dengan perpindahan lateral titik kontrol dengan menggunakan properti

    dinamis sistem dan hasilnya disebut sebagai kurva kapasitas struktur. Gerakan

    tanah gempa juga dikonversi ke format ADRS. Hal itu menyebabkan kurva

    kapasitas dapat di-plot-kan pada sumbu yang sama sebagai gaya gempa perlu.

    Pada format tersebut waktu getar ditunjukkan sebagai garis radial dari titik pusat

    sumbu.

    Waktu getar ekivalen, Te, dianggap sebagai secant waktu getar tepat

    dimana gerakan tanah gempa perlu yang direduksi karena adanya efek redaman

    ekivalen bertemu pada kurva kapasitas. Karena waktu getar ekivalen dan redaman

    merupakan fungsi dari perpindahan maka penyelesaian untuk mendapatkan

    perpindahan inelastik maksimum (titik kinerja) adalah bersifat iteratif. ATC-40

    menetapkan batas redaman ekivalen untuk mengantisipasi adanya penurunan

    kekuatan dan kekakuan yang bersifat gradual. Respons spektrum dalam bentuk

    ADRS ini kemudian dimodifikasi dengan memasukkan pengaruh effective

    damping yang terjadi akibat terbentuknya sendi plastis. Spektrum ini dinamakan

    demand spectrum.

  • II-15

    Gambar 2.9. Penentuan Titik Kinerja menurut Metode Spektrum Kapasitas

    Gambar 2.9 menunjukkan metode spektrum kapasitas menyajikan secara

    grafis tiga buah grafik yaitu spektrum kapasitas (capacity spectrum) , respons

    spektrum dan spektrum demand dalam format ADRS. Untuk mengetahui perilaku

    dari struktur yang ditinjau terhadap intensitas gempa yang diberikan, kurva

    kapasitas kemudian dibandingkan dengan tuntutan (demand) kinerja yang berupa

    respons spektrum berbagai intensitas (periode ulang) gempa. Target perpindahan

    diperoleh melalui titik perpotongan antara spektrum kapasitas dan dan spektrum

    demand.

    Metode ini secara khusus telah built-in dalam program SAP2000 , proses

    konversi kurva pushover dan kurva respon spektrum yang direduksi dikerjakan

    otomatis dalam program.

    Data yang perlu dimasukkan cukup memberikan kurva Respons Spektrum

    Rencana dengan parameter seperti pada gambar berikut :

    Perpindahan Spektra

    Percepatan

    Spektra 2.5CARespon Spektrum Elastis

    dengan redaman 5%

    Perpotongan antara Spektrum

    Kapasitas dengan Respon Spektrum

    Tereduksi

    CV / T

    Spektrum Kapasitas

    SRA x 2.5CA

    SRV x CV / TRespon Spektrum TereduksiKurva Biliner dari

    Spektrum Kapasitas

    SapiSay

    Sdy Sdpi Sdp

  • II-16

    Waktu Getar ( detik )To Ts

    Ca

    2.5 Ca

    Cv / T

    Gambar 2.10. Parameter Data Respons Spektrum Rencana

    Gambar 2.10. merupakan kurva respons spektrum yang diambil dari SNI 03-1726-

    2002 yang penggunaaanya disesuaikan dengan wilayah pembangunan

    berdasarkan Peta Gempa Indonesia dan kondisi tanah pada lokasi struktur gedung.

    Untuk mengetahui titik performa dari struktur, maka data yang perlu diinputkan

    adalah nilai Ca dan Cv, yaitu :

    Ca = Peak Ground Acceleration atau percepatan batuan dasar gempa periode

    ulang tertentu

    Cv = koefisien percepatan gempa dari kurva Respons Spektrum pada saat

    periode bangunan sebesar 1 detik.

    Pada Metode Spektrum Kapasitas terdapat tiga keadaan bangunan, yakni

    tipe A,B, dan C, dengan batasan-batasan dari ketiga tipe bangunan tersebut adalah

    sebagai berikut :

    Tabel 2.2. Batasan Tipe Bangunan berdasarkan ATC-40

    Shaking

    Duration

    Essentially

    New Building

    Average Existing

    Building

    Poor Existing

    Buliding

    Short Type A Type B Type C

    Long Type B Type C Type C

    Per

    cepat

    an S

    pek

    tral

    ( g

    ,s )

    𝑇𝑠 = 𝐶𝑣 2.5 𝐶𝑎

    𝑇𝑜 = 0.2 𝑇𝑠

    Menentukan waktu getar

  • II-17

    Prosedur analisa kinerja menggunakan bangunan dengan menggunakan metode

    analisa statik non linear ditampilkan pada gambar 2.11 berikut :

    Gambar 2.11. Prosedur Analisis Kinerja (ATC-40)

    Penyederhanaan

    analisa non linear

    Kapasitas

    Fokus dari penyederhanaan analisa non linear adalah

    “Pushover” atau Capacity Curve yaitu yang

    menampilkan lateral displacement sebagai fungsi

    terhadap gaya yang dikenakan pada struktur. Proses ini

    tidak terpengaruh metode yang digunakan untuk

    menghitung tuntutan dan memberikan wawasan yang

    berharga bagi perekayasa.

    Metode Spektrum Kapasitas A,B, dan C

    Spektrum Elastis dikurangi sampai memotong

    kurva kapasitas di koordinat spektral untuk

    mendapatkan Performance Point ap,dp. Equal

    Displacement Point a0,d

    0 dapat dipakai sebagai

    awal yang baik untuk proses iterasi untuk

    mendapatkan performance point tersebut.

    .

    Performance

    Menggunakan Performance Point atau Target

    Displacement, respon keseluruhan dari

    struktur dan deformasi masing-masing

    elemen dibandingkan terhadap nilai batas

    perilaku yang telah ditentukan untuk

    bangunan.

  • II-18

    2.3.3. Level Kinerja Struktur

    Target level kinerja struktur gedung menurut FEMA 356 (2000)

    ditampilkan dalam tabel 2.3. berikut :

    Tabel 2.3. Target level kinerja struktur gedung menurut FEMA 356 (2000)

    Collapse

    Prevention Level Live Safety Level

    Immediate

    Occupancy Level

    Operational

    Level

    Kerusakan

    menyeluruh Berat Sedang Ringan Sangat ringan

    Umum Kekakuan dan

    kekuatan yang

    tersisa tinggal

    sedikit, tetapi

    kolom dan dinding

    tetap berfungsi

    dalam memikul

    beban. Simpangan

    permanen besar.

    Kerusakan pada

    dinding pengisi dan

    parapet. Bangunan

    di ambang runtuh.

    Kekakuan dan

    kekuatan masih

    banyak tersisa pada

    setiap tingkat.

    Kemampuan

    memikul beban

    gravitasi elemen

    tetap berfungsi.

    Tidak terdapat

    kegagalan out-of-

    plane pada dinding

    atau parapet.

    Terdapat

    simpangan

    permanen.

    Kerusakan pada

    partisi. Bangunan

    membutuhkan

    perbaikan.

    Tidak ada

    simpangan

    permanen. Struktur

    tetap memiliki

    kekuatan dan

    kekakuan rencana.

    Retak ringan pada

    partisi, langit-langit

    dan elemen

    struktur. Elevator

    dapat difungsikan

    kembali. Proteksi

    terhadap api dapat

    beroperasi.

    Tidak ada

    simpangan

    permanen.

    Struktur tetap

    memiliki

    kekuatan dan

    kekakuan

    rencana. Retak

    ringan pada

    partisi, langit-

    langit dan elemen

    struktur. Semua

    sistem yang

    penting untuk

    beroperasi tetap

    berfungsi.

    Komponen

    nonstruktur

    Kerusakan besar Resiko kejatuhan

    dapat dicegah,

    tetapi banyak

    komponen

    arsitektural,

    sistem mesin dan

    listrik yang rusak.

    Peralatan dan

    muatan umumnya

    aman, tetapi

    mungkin tidak

    beroperasi akibat

    adanya kerusakan

    mesin.

    Terdapat

    kerusakan yang

    tidak berarti.

    Daya dan utilitas

    tetap tersedia,

    yang

    dimungkinkan

    dari sumber

    cadangan.

  • II-19

    Tabel 2.4. Batasan simpangan untuk berbagai level kinerja struktur

    (FEMA 356, 2000)

    Level Kinerja Struktur Drift (%) Keterangan

    Immediate Occupancy 1,0 Transient

    Live Safety 2,0

    1,0

    Transient

    Permanent

    Collapse Prevention 4,0 Transient atau permanent

    Tabel 2.5. Batasan simpangan untuk berbagai level kinerja struktur

    (ATC-40,1996)

    Batasan simpangan

    antar tingkat

    Level kinerja struktur

    Immediate

    Occupancy

    Damage

    Control Live Safety

    Structural

    Stability

    Simpangan total

    maksimum 0,01 0,01-0,02 0,02 0,33

    𝑉𝑖

    𝑃𝑖

    Simpangan inelastis

    maksimum 0,005 0,005-0,015

    Tidak

    dibatasi

    Tidak

    dibatasi

  • III-1

    6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000

    10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

    A

    B

    C

    D

    5000

    2600

    5000

    9870

    I

    I

    II II

    x

    y

    BAB III

    TINJAUAN UMUM DAN METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Model Struktur Bangunan

    Model struktur bangunan yang ditinjau dalam penelitian ini adalah Gedung

    Karebosi Condotel, Makassar yang ditampilkan pada gambar 3.1. berikut:

    Gambar 3.1. Denah Gedung Karebosi Condotel

    Struktur berada pada wilayah gempa 2 menurut Standar Perencanaan

    Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002) dengan kondisi

    tanah di bawah bangunan adalah tanah medium.

  • III-2

    6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000 6000

    10 9 8 7 6 5 4 3 2 1

    Potongan I-I Potongan II-II

    LT.1

    LT.4

    LT.3

    LT.2

    LT.5

    D

    5000 2600 5000

    LT.6

    LT.7

    LT.8

    LT.9

    LT.10

    LT.11

    LT.12

    LT.13

    LT.14

    LT.15

    LT.16

    LT.17

    LT.18

    3500

    3500

    5000

    5000

    4000

    5000

    3400

    3500

    3500

    3500

    4500

    3500

    3500

    3500

    4100

    3550

    4100

    +0.000

    +3.400

    +8.400

    +12.400

    +17.400

    +22.400

    +25.900

    +29.400

    +32.900

    +36.400

    +39.900

    +44.400

    +47.900

    +51.400

    +54.900

    +59.000

    +62.550

    +66.650

    A B C

    Gambar 3.2. Elevasi Antar Tingkat Gedung Karebosi Condotel

    Gambar 3.2 menunjukkan elevasi antar tingkat gedung. Ketinggian gedung

    yang mencapai 18 lantai dan 66,65 meter diukur dari taraf penjepitan lateral

    melebihi batasan untuk struktur gedung beraturan yang hanya dibatasi sampai

    tidak lebih dari sepuluh tingkat atau 40 m.

  • III-3

    (a) Tampak depan (b) Tampak belakang

    Gambar 3.3. Tampilan Tiga Dimensi Gedung Karebosi Condotel

    Gambar 3.3 merupakan tampilan tiga dimensi model struktur bangunan

    pada program aplikasi SAP 2000 yang terdiri atas element frame pada balok dan

    kolom, serta element shell pada pelat, dinding geser, dan tangga. Analisis

    dilakukan hanya pada struktur bagian atas, sehingga struktur dapat dianggap

    terjepit yaitu pada bidang di atas poer pondasi tiang pancang.

  • III-4

    3.2. Data ( Sumber : PT. Pembangunan Perumahan Persero Tbk. )

    3.2.1. Data Bangunan

    Data bangunan Gedung Karebosi Condotel adalah sebagai berikut :

    Nama Bangunan : Karebosi Condotel

    Lokasi : Jl. Jend. H. M. Jusuf No. 1 , Makassar

    Konsultan Perencana : PT. Ketira Engineering Consultant

    (Struktur)

    Fungsi Bangunan : Hotel

    Jumlah Tingkat : 18 Lantai

    Tinggi Bangunan : 66,65 meter

    3.2.2. Data Material

    Adapun data-data material yang digunakan pada Gedung Karebosi

    Condotel adalah sebagai berikut :

    Beton

    Kolom, shearwall : K- 400 ( fc’ = 33,2 Mpa)

    Balok, pelat lantai : K- 300 ( fc’ = 25 Mpa)

    Tangga : K- 300 ( fc’ = 25 Mpa)

    Baja Tulangan

    D10, > D12 : Tulangan ulir U40 (BJTD 40)

  • III-5

    3.2.3. Dimensi Elemen Struktur

    Tabel 3.1. Dimensi Elemen Struktur

    Elemen Struktur Keterangan

    Luas Bangunan ± 15.192,627 m2

    Tinggi Bangunan 66,65 meter

    Balok

    B1 (130x300); B2 (150x300);

    B3(200x400); B4 (150x500);

    B5 (200x500); B6 (250x500);

    B7 (300x500); B8 (400x500);

    B9(200x600); B10 (250x600);

    B11 (300x600); B12(400x600);

    B13 (300x700); B14 (300x800);

    B15(400x800); B16 (450x900);

    B17 (300x1000); B18 (500x1000);

    B19 (300x1300); B20 (500x1300);

    B21(400x1250); B22 (300x750)

    Kolom

    Persegi ( lantai 1-15)

    C1 (400x600); C2 (500x800);

    C3 (500x1000); C4 (650x1000);

    C5 (200x400)

    Silinder ( lantai 16-17) C6 (Ø 400); C7 (Ø 500)

    Dinding Geser t : 250 mm / 300 mm / 150 mm

    Pelat Lantai

    S1 dan S2 t : 120 mm

    Sumber : PT. Pembangunan Perumahan Persero Tbk.

  • III-6

    3.3. Analisa Pembebanan Pada Struktur

    Analisa pembebanan pada struktur dilakukan dengan menggunakan alat

    bantu (software) program aplikasi SAP 2000 Versi 15 dengan asumsi pembebanan

    yang diambil dari Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983

    dan SNI 03-1726-2002 sebagai berikut :

    3.3.1. Beban Gravitasi

    Beban tetap terdiri dari beban mati (dead load) dan beban hidup (live

    load). Untuk peninjauan gempa, maka beban hidup yang ditinjau dikalikan dengan

    suatu koefisien reduksi tergantung dari penggunaan gedung. Dengan mengacu

    pada PPIUG 1983, untuk gedung Karebosi Condotel yang difungsikan sebagai

    hotel maka koefisien reduksi beban hidup untuk peninjauan gempa adalah 0,3 atau

    beban hidup direduksi menjadi 30 %.

    Beban Hidup :

    a. Beban hidup plat lantai ( hotel ) = 250 kg/m2

    b. Beban hidup plat atap = 100 kg/m2

    c. Beban hidup tangga = 300 kg/m2

    Beban Mati :

    a. Berat plafond + duching = 18 kg/m2

    b. Finishing plat atap (3 cm) = 63 kg/m2

    c. Finishing plat lantai (2 cm) = 66 kg/m2

  • III-7

    3.3.2. Beban Gempa

    Struktur gedung Karebosi Condotel dikategorikan sebagai struktur gedung

    tidak beraturan, maka peninjauan beban gempa dilakukan dengan metode analisis

    dinamik respons spektrum dengan mengacu pada SNI 03-1726-2002.

    a) Respons Spektrum Gempa Rencana

    Berdasarkan Peta Wilayah Gempa Indonesia SNI 03-1726-2002, kota

    Makassar sebagai lokasi pembangunan gedung berlokasi di wilayah gempa 2

    dari zona gempa Indonesia. Diagram Respons Spektrum Gempa Rencana

    untuk wilayah gempa 2 dengan kondisi tanah sedang diperlihatkan pada

    gambar 3.4.

    Gambar 3.4. Respons Spektrum Wilayah 2

    b) Faktor Keutamaan ( I )

    Gedung Karebosi Condotel memiliki fungsi bangunan sebagai hunian,

    maka dari Tabel Faktor Keutamaan Bangunan SNI 03-1726-2002 pasal 4.1.2

  • III-8

    masuk dalam kategori gedung umum seperti untuk perkantoran, hunian dan

    parkir sehingga faktor keutamaan struktur diambil I = 1.

    c) Faktor Reduksi Gempa ( R )

    Dari tabel Faktor Reduksi Gempa SNI 03-1726-2002, pasal 4.3, struktur

    gedung ini termasuk dalam kategori struktur sistem ganda yang terdiri dari

    struktur rangka penahan momen dengan dinding geser beton bertulang.

    Meskipun zona wilayah gempa berada pada wilayah gempa 2 yang termasuk

    zona gempa ringan, tetapi mempertimbangkan klasifikasi konstruksi berupa

    high building (18 lantai), maka struktur ini direncanakan sebagai sistem

    rangka pemikul momen menengah (SRPMM). Faktor reduksi gempa diambil

    R= 6,5.

  • III-9

    3.4. Diagram Alir Penelitian

    Prosedur analisis untuk mengevaluasi kinerja bangunan dengan

    menggunakan analisis statik beban dorong (Pushover Analysis) ditampilkan pada

    gambar 3.5 berikut.

    Mulai

    Pemodelan struktur gedung dengan menggunakan

    program komputer SAP2000 versi 15

    Pengumpulan data gedung Karebosi Condotel

    Instal penampang balok, kolom, plat, tangga

    dan dinding geser

    Lakukan Pushover Analysis

    Input data-data :

    fy, fu, f’c, modulus

    elastis baja dan beton

    Input beban mati, beban

    hidup, beban gempa (Respons

    spektrum wilayah 2) dan

    kombinasi pembebanan

    A

  • III-10

    Gambar 3.5. Diagram Alir Penelitian

    Program Komputer di Run untuk melakukan

    analisis pada struktur

    Menampilkan kurva kapasitas (perpindahan

    titik kontrol versus gaya geser dasar)

    Menentukan titik kinerja gedung dengan

    Metode Spektrum Kapasitas

    A

    Evaluasi Kinerja Gedung

    Drift Ratio < 1%

    (level kinerja

    Immediate

    Occupancy)

    Y N Kinerja Bangunan

    Memuaskan

    Kinerja Bangunan

    Tidak Memuaskan

    Selesai

    Evaluasi Komponen Elemen Struktur

    (distribusi sendi plastis)

  • IV-1

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Analisis Struktur

    a) Waktu Getar Alami Fundamental Struktur Gedung

    Waktu Getar Alami Struktur Gedung Berdasarkan UBC-1997

    Berdasrkan UBC, nilai waktu getar alami bangunan dapat ditentukan

    dengan menggunakan persamaan berikut;

    T = Ct (hn)3/4

    dimana : Ct = 0.0853 SRPM baja

    Ct = 0.0731 SRPM beton

    Ct = 0.0488 untuk sistem struktur lainnya.

    Untuk struktur gedung Karebosi Condotel, didapatkan nilai waktu getar

    alami bangunan :

    T1 = 0,0731 (66,65)3/4

    = 1,7052 detik

    Waktu Getar Alami Struktur Gedung Berdasarkan Analisa Modal

    Waktu getar alami struktur bangunan juga dapat diperoleh dari hasil

    analisis SAP 2000 melalui analisis modal. Hasil analisis waktu getar

    struktur adalah sebagai berikut :

    E I G E N M O D A L A N A L Y S I S

    CASE: MODAL

    USING STIFFNESS AT ZERO (UNSTRESSED) INITIAL CONDITIONS

    NUMBER OF STIFFNESS DEGREES OF FREEDOM = 13989

    NUMBER OF MASS DEGREES OF FREEDOM = 6163

    MAXIMUM NUMBER OF EIGEN MODES SOUGHT = 54

    MINIMUM NUMBER OF EIGEN MODES SOUGHT = 1

    NUMBER OF RESIDUAL-MASS MODES SOUGHT = 0

  • IV-2

    NUMBER OF SUBSPACE VECTORS USED = 24

    RELATIVE CONVERGENCE TOLERANCE = 1.00E-09

    FREQUENCY SHIFT (CENTER) (CYC/TIME) = .000000

    FREQUENCY CUTOFF (RADIUS) (CYC/TIME) = -INFINITY-

    ALLOW AUTOMATIC FREQUENCY SHIFTING = YES

    Original stiffness at shift : EV= 0.0000000E+00, f= .000000, T= -INFINITY-

    Number of eigenvalues below shift = 0

    Found mode 1 of 54: EV= 8.0092747E+00, f= 0.450419, T= 2.220155

    Found mode 2 of 54: EV= 9.8276364E+00, f= 0.498936, T= 2.004266

    Found mode 3 of 54: EV= 1.4818455E+01, f= 0.612663, T= 1.632219

    Found mode 4 of 54: EV= 4.6474791E+01, f= 1.084998, T= 0.921661

    Found mode 5 of 54: EV= 7.4552520E+01, f= 1.374204, T= 0.727694

    ::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::::

    Found mode 50 of 54: EV= 8.3876827E+02, f= 4.609365, T= 0.216950

    Found mode 51 of 54: EV= 8.3908665E+02, f= 4.610240, T= 0.216908

    Found mode 52 of 54: EV= 8.3937641E+02, f= 4.611036, T= 0.216871

    Found mode 53 of 54: EV= 8.4069646E+02, f= 4.614660, T= 0.216701

    Found mode 54 of 54: EV= 8.4178946E+02, f= 4.617659, T= 0.216560

    NUMBER OF EIGEN MODES FOUND = 54

    NUMBER OF ITERATIONS PERFORMED = 71

    NUMBER OF STIFFNESS SHIFTS = 3

    Mode pertama merupakan waktu getar alami fundamental struktur (T1).

    Maka dari hasil analisis modal, diketahui bahwa waktu getar alami

    fundamental (T1) pada struktur gedung tinjauan adalah 2,2201 detik.

    b) Gaya Geser Dasar Nominal

    Gaya geser dasar nominal sebagai respons ragam yang pertama ditentukan

    dengan persamaan berikut :

    V1 = C1 x I x Wt

    R

    dimana : C1 = faktor respons gempa dari kurva respons spektrum, untuk

    T1 = 1,7052 detik maka C1 = 0,13488

    Wt = berat total gedung

    = DL + 0,3 LL = 10.496.466,08 + ( 0,3 x 2.890.045,95 )

    = 11.363.479,86 kg

  • IV-3

    sehingga :

    V1 = C1 x I x W t

    R =

    0,13488 x 1,0 x 11.363.479,86

    6,5 = 235.807,89 kg

    Beban geser dasar nominal V1 dibagikan sepanjang struktur gedung menurut

    persamaan :

    Fi = Wi x zi

    Wi x zini=1

    x V

    dimana : Fi = beban gempa nominal pada lantai ke-i

    Wi = berat lantai tingkat ke-i termasuk beban hidup yang sesuai

    zi = ketinggian lantai tingkat ke-i diukur dari taraf penjepitan

    lateral

    V = beban geser dasar nominal

    Tabel 4.1. Distribusi Gaya Geser Dasar Sepanjang Tinggi Gedung

    Lantai Zi (m) Wi (Kg) Wi x zi (Kgm) Fi x,y (Kg)

    2 3,40 775.897,98161 2.638.053,14 1.662,69

    3 8,40 960.672,60929 8.069.649,92 5.086,06

    4 12,40 850.451,82684 10.545.602,65 6.646,59

    5 17,40 803.930,12288 13.988.384,14 8.816,47

    6 22,40 812.605,82473 18.202.370,47 11.472,42

    7 25,90 715.756,14796 18.538.084,23 11.684,01

    8 29,40 607.259,10365 17.853.417,65 11.252,49

    9 32,90 607.259,10399 19.978.824,52 12.592,07

    10 36,40 607.259,10304 22.104.231,35 13.931,65

    11 39,90 607.259,10305 24.229.638,21 15.271,23

    12 44,40 646.922,67366 28.723.366,71 18.103,50

    13 47,90 607.259,10306 29.087.711,04 18.333,14

    14 51,40 607.259,10306 31.213.117,90 19.672,72

    15 54,90 607.259,10306 33.338.524,76 21.012,30

    16 59,00 785.422,62018 46.339.934,59 29.206,71

    17 62,55 349.898,55671 21.886.154,72 13.794,21

    18 66,65 411.107,77344 27.400.333,10 17.269,63

    Ʃ 11.363.479,86 374.137.399,10 235.807,89

  • IV-4

    c) Pembatasan Waktu Getar Fundamental Struktur

    Dalam pasal 5.6. SNI 03-1726-2002 disebutkan bahwa untuk mencegah

    penggunaan struktur gedung yang terlalu fleksibel, nilai waktu getar alami

    fundamental (T1) dari struktur gedung harus dibatasi menurut persamaan :

    T1 < ζ n

    dimana : T1 = waktu getar alami fundamental stuktur (detik)

    n = jumlah tingkat gedung

    ξ = koefisien pembatas yang ditetapkan berdasarkan Tabel

    8 pada SNI 03-1726-2002

    Berdasarkan peta gempa Indonesia, gedung Karebosi Condotel, Makassar

    berada pada wilayah gempa 2, maka didapatkan nilai ζ = 0,19. Sehingga

    nilai T1 maksimum untuk struktur gedung Karebosi Condotel dengan jumlah

    tingkatan (n) 18 lantai adalah :

    T 1 = 1,7052 detik < 0,19 x 18

    T 1 = 1,7052 detik < 3,42 detik (aman)

    Analisis waktu getar struktur dengan cara T-Rayleigh

    Dalam pasal 6.2.2 SNI 03-1726-2002 disebutkan bahwa apabila waktu getar

    alami fundamental T1 struktur gedung ditentukan dengan rumus empirik,

    maka nilainya tidak boleh menyimpang lebih dari 20% dari waktu getar

    alami fundamental yang ditentukan dengan rumus Rayleigh sebagai berikut:

    T1 = 6,3 Widi

    2ni=1

    g Fidini=1

  • IV-5

    Tabel 4.2. Perhitungan T – Rayleigh dalam Arah X (Tx)

    Lantai Zi

    (m) Wi (Kg) Fi x,y (Kg) di (mm) di2 Wi x di2 Fi x di

    2 3,40 775.897,98161 1.662,69 0,6651 0,442 343.224,69 1.105,85

    3 8,40 960.672,60929 5.086,06 2,9809 8,886 8.536.310,87 15.161,05

    4 12,40 850.451,82684 6.646,59 5,4398 29,591 25.166.080,63 36.156,10

    5 17,40 803.930,12288 8.816,47 8,8274 77,923 62.644.639,54 77.826,51

    6 22,40 812.605,82473 11.472,42 12,6425 159,833 129.881.069,34 145.040,11

    7 25,90 715.756,14796 11.684,01 15,1718 230,184 164.755.266,19 177.267,52

    8 29,40 607.259,10365 11.252,49 17,6597 311,865 189.382.862,84 198.715,57

    9 32,90 607.259,10399 12.592,07 20,0747 402,994 244.721.520,36 252.782,04

    10 36,40 607.259,10304 13.931,65 22,4186 502,594 305.204.554,49 312.328,14

    11 39,90 607.259,10305 15.271,23 24,6785 609,028 369.838.016,99 376.871,16

    12 44,40 646.922,67366 18.103,50 27,5504 759,025 491.030.184,90 498.758,67

    13 47,90 607.259,10306 18.333,14 29,5570 873,616 530.511.419,79 541.872,50

    14 51,40 607.259,10306 19.672,72 31,4277 987,700 599.790.014,84 618.268,28

    15 54,90 607.259,10306 21.012,30 33,1792 1.100,859 668.506.838,79 697.171,30

    16 59,00 785.422,62018 29.206,71 35,0758 1.230,312 966.314.674,90 1.024.448,69

    17 62,55 349.898,55671 13.794,21 36,6544 1.343,545 470.104.470,15 505.618,31

    18 66,65 411.107,77344 17.269,63 38,3234 1.468,683 603.786.992,91 661.830,97

    Ʃ 11.363.479,86 235.807,89 5.830.518.142,22 6.141.222,76

    T-Rayleigh dalam arah-X :

    Tx = 6,3 5.830.518.142,22

    9810 (6.141.222,76)

    = 1,95989 detik

    T awal = 1,7052 detik ( 87,003% T-Rayleigh)

    = 80% < 87,003% < 120% T-Rayleigh

  • IV-6

    Tabel 4.3. Perhitungan T – Rayleigh dalam Arah Y (Ty)

    Lantai Zi

    (m) Wi (Kg) Fi x,y (Kg) di (mm) di2 Wi x di2 Fi x di

    2 3,40 775.897,98161 1.662,69 1,2715 1,617 1.254.403,8 2.114,1

    3 8,40 960.672,60929 5.086,06 5,7881 33,502 32.184.551,4 29.438,7

    4 12,40 850.451,82684 6.646,59 9,9939 99,878 84.941.459,2 66.425,3

    5 17,40 803.930,12288 8.816,47 15,6126 243,753 195.960.603,3 137.648,0

    6 22,40 812.605,82473 11.472,42 21,5686 465,205 378.027.891,2 247.444,1

    7 25,90 715.756,14796 11.684,01 25,1876 634,415 454.086.575,3 294.292,3

    8 29,40 607.259,10365 11.252,49 29,0294 842,706 511.740.929,3 326.653,0

    9 32,90 607.259,10399 12.592,07 33,0675 1.093,46 664.013.270,4 416.388,3

    10 36,40 607.259,10304 13.931,65 37,0641 1.373,75 834.220.680,0 516.364,2

    11 39,90 607.259,10305 15.271,23 40,9643 1.678,07 1.019.025.635,9 625.575,4

    12 44,40 646.922,67366 18.103,50 45,8193 2.099,41 1.358.154.799,8 829.489,7

    13 47,90 607.259,10306 18.333,14 49,1153 2.412,31 1.464.898.842,9 900.437,5

    14 51,40 607.259,10306 19.672,72 51,9666 2.700,53 1.639.919.916,9 1.022.324,3

    15 54,90 607.259,10306 21.012,30 54,3038 2.948,90 1.790.748.005,2 1.141.047,7

    16 59,00 785.422,62018 29.206,71 55,9022 3.125,06 2.454.489.644,1 1.632.719,3

    17 62,55 349.898,55671 13.794,21 56,8752 3.234,79 1.131.847.783,7 784.548,2

    18 66,65 411.107,77344 17.269,63 59,5290 3.543,70 1.456.843.373,6 1.028.043,9

    Ʃ 11.363.479,86 235.807,89 15.472.358.366,0 10.000.953,8

    T-Rayleigh dalam arah-Y :

    Ty = 6,3 15.472.358.366,0

    9810 (10.000.953,8)

    = 2,50186 detik

    T awal = 2,50186 detik (68,156% T-Rayleigh)

    Dari hasill perhitungan waktu getar alami dengan Rumus Rayleigh

    didapatkan Ty= 2,50186 detik. Karena harga Ty yang didapat dari Rumus

    Rayleigh mempunyai perbedaan yang lebih dari 20% dibandingkan dengan

    waktu getar struktur yang dihitung dengan rumus empiris (T1 = 2,50186

  • IV-7

    detik), maka untuk penentuan nilai faktor respons gempa dari kurva respons

    spektrum digunakan waktu getar yang didapat dari Rumus Rayleigh.

    Gaya geser dasar nominal gaya geser dasar nominal :

    V1 = C1 x I x W t

    R

    = 0,09193x 1,0 x 11.363.479,86

    6,5

    = 160.717,15 kg

    d) Analisis Dinamik Linier

    Dalam SNI 03-1726-2002 pasal 7.1.3 disebutkan bahwa nilai akhir respons

    dinamik struktur gedung ( V ) terhadap pembebanan gempa nominal akibat

    pengaruh gempa rencana dalam suatu arah tertentu harus memenuhi

    persyaratan berikut :

    V ≥ 0,8 V1

    dimana V1 adalah gaya geser dasar nominal sebagai respons ragam yang

    pertama.

    Tabel 4.4. Gaya Reaksi Dasar (belum dikoreksi)

    OutputCase CaseType GlobalFX GlobalFY GlobalFZ

    Text Text Kgf Kgf Kgf

    DEAD LinStatic - - 10.496.466,08

    LIVE LinStatic - - 2.890.045,95

    RS-X LinRespSpec 145.912,36 58.178,06 -

    RS-Y LinRespSpec 58.178,07 130.565,98 -

  • IV-8

    Arah-X

    Hasil analisis respons spektrum :

    Vx = 145.912,36 kg < 0,8 V1 = 188.646,31 kg

    Dari hasil analisis, tampak bahwa gaya geser dasar arah-X masih

    dibawah syarat 80% dari gaya geser dasar nominal, maka gaya geser

    hasil analisis ragam respons spektrum arah-Y harus dikalikan dengan

    suatu faktor skala :

    Faktor Skala = 0,8 V1

    Vy = 1,29287

    Arah-Y

    Hasil analisis respons spektrum :

    Vy = 130.565,98 kg < 0,8 V1 = 128.573,72 kg

    Dari hasil analisis, tampak bahwa gaya geser dasar arah-Y telah

    memenuhi syarat 80% dari gaya geser dasar nominal.

    Tabel 4.5. Gaya Reaksi Dasar (setelah dikoreksi)

    OutputCase CaseType GlobalFX GlobalFY GlobalFZ

    Text Text Kgf Kgf Kgf

    DEAD LinStatic - - 10.496.466,08

    LIVE LinStatic - - 2.890.045,95

    RS-X LinRespSpec 188.645,77 75.216,7 -

    RS-Y LinRespSpec 58.178,07 130.565,98 -

    e) Hasil Analisis Dinamik Linier

    Dalam SNI 03-1726-2002 pasal 8.1.1 disebutkan bahwa kinerja batas layan

    struktur gedung ditentukan oleh simpangan antar-tingkat akibat pengaruh

  • IV-9

    Gempa Rencana, yang dihitung dari simpangan struktur gedung tersebut

    akibat pengaruh gempa nominal yang telah dibagi faktor skala. Dalam

    segala hal simpangan antar-tingkat yang dihitung dari simpangan struktur

    gedung tidak boleh melampaui 0,03/R kali tinggi tingkat yang bersangkutan

    atau 30 mm, bergantung mana yang nilainya terkecil. Simpangan antar

    tingkat yang telah dibagi faktor skala yang terjadi pada gedung Karebosi

    Condotel akibat pengaruh gempa nominal dalam arah-X dan arah-Y

    diperlihatkan dalam gambar 4.1 dan gambar 4.2.

    Gambar 4.1. Simpangan antar tingkat arah-X

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    0,0000 0,0200 0,0400

    Ele

    vasi

    Ged

    un

    g (

    m)

    Simpangan Antar Tingkat Arah-X

    Portal A

    Portal B

    Portal D

    Batas Ratio

    Simpangan

    Struktur

  • IV-10

    Gambar 4.2. Simpangan antar tingkat arah-Y

    Simpangan antar tingkat maksimum yang terjadi pada gedung Karebosi

    Condotel untuk arah-X dan arah-Y adalah sebesar 0,0025 m dan 0,0053 m.

    Syarat batas simpangan antar tingkat untuk masing-masing tingkat seperti

    yang diperlihatkan pada dalam gambar 4.1 dan gambar 4.2. masih belum

    dilampaui. Dengan demikian ditinjau dari kinerja batas layan, maka gedung

    Karebosi Condotel masih memenuhi kriteria.

    4.2. Analisa Pushover

    Analisis pushover dilakukan dalam dua tahap pembebanan, yaitu:

    Tahap pertama, struktur gedung dibebani oleh beban gravitasi, yaitu

    kombinasi beban mati dengan koefisien pembebanan 1,0 dan beban

    0

    10

    20

    30

    40

    50

    60

    70

    0,0000 0,0200 0,0400

    Ele

    vasi

    Ged

    un

    g (

    m)

    Simpangan Antar Tingkat Arah-Y (m)

    Portal 10

    Portal 6

    Portal 1

    Batas Rasio

    Simpangan

    Struktur

  • IV-11

    hidup dengan koefisien pembebanan 0,3. Pada tahap ini, sudah

    diperhitungkan kondisi nonlinier.

    Gambar 4.3. Input pembebanan gravitasi

    Gambar 4.4. Bentuk deformasi struktur akibat beban gravitasi

  • IV-12

    Tahap kedua, analisis dilanjutkan dengan memberikan pola beban

    dorong lateral pada struktur. Pendefinisian tahap kedua melalui menu

    Define-Loads Cases-Add New Case.

    Nama analisis adalah PUSH.

    Tipe analisis ditentukan Static-Nonliniear.

    Karena tahap kedua baru dilakukan setelah tahap pertama selesai, maka

    opsi Continue from State at End of Nonlinier Case diaktifkan, dengan

    akhir dari analisis GRAV sebagai permulaan dari analisis tahap kedua.

    Tipe beban adalah Acceleration untuk pembebanan arah-X, dan untuk

    pembebanan arah-Y dengan scale factor yang digunakan adalah 1,0.

    Gambar 4.5. Input pembebanan arah-X dan arah-Y

    4.3. Kurva Kapasitas

    Kurva kapasitas (capacity curve) merupakan kurva hubungan antara

    perpindahan lateral lantai teratas/atap (displacement) dengan gaya geser dasar

    (base shear) sebagai hasil dari analisis pushover yang disajikan dalam gambar di

    bawah ini :

    Pembebanan%20Tahap%202.pptx

  • IV-13

    Keterangan : Satuan ( meter, ton )

    Gambar 4.6. Kurva Kapasitas Arah-X

    Dari kurva kapasitas yang dihasilkan untuk arah-X, diperoleh bahwa

    analisis pushover berhenti di langkah (step) 32, yaitu pada saat perpindahan titik

    kontrol mencapai 69% dari target displacement maksimum 0,02H yang

    diharapkan tercapai yaitu 0,913618 m dan gaya geser dasar sebesar 3.308,2583

    ton.

  • IV-14

    Tabel 4.6. Perpindahan titik kontrol dan gaya geser dasar step 0-32 arah-X

    Step Displacement BaseForce

    m Tonf

    0 -0,000668 0,0000

    1 0,000754 13,8642

    2 0,027682 274,2775

    3 0,055158 492,1058

    4 0,082709 672,2154

    5 0,110364 824,2191

    6 0,137100 951,0388

    7 0,164181 1066,7286

    8 0,191617 1175,0872

    9 0,220703 1283,1637

    10 0,249117 1383,5673

    11 0,275962 1474,4964

    12 0,302975 1564,0562

    13 0,329930 1651,9443

    14 0,360565 1750,2008

    15 0,387835 1836,2508

    16 0,417902 1929,7014

    17 0,445560 2015,1991

    18 0,476512 2110,0511

    19 0,516103 2229,6951

    20 0,549561 2328,7690

    21 0,581485 2420,7628

    22 0,610909 2504,0493

    23 0,640040 2585,5476

    24 0,682558 2703,4158

    25 0,715633 2794,4426

    26 0,745524 2874,5583

    27 0,774361 2951,4455

    28 0,801018 3021,0658

    29 0,830288 3096,9858

    30 0,861695 3177,5293

    31 0,896159 3264,0922

    32 0,913618 3308,2583

  • IV-15

    Keterangan : Satuan ( meter, ton )

    Gambar 4.7. Kurva Kapasitas Arah-Y

    Sedangkan pada arah-Y, analisis berhenti di langkah ke-31, yaitu pada saat

    perpindahan titik kontrol mencapai 65% dari target displacement maksimum

    0,02H yang diharapkan tercapai yakni 0,866411 m dan gaya geser dasar

    2494,8618 ton.

  • IV-16

    Tabel 4.7. Perpindahan titik kontrol dan gaya geser dasar step 0-31 arah-Y

    Step Displacement BaseForce

    m Tonf

    0 0,010882 0,0000

    1 0,016507 41,0764

    2 0,043538 234,4534

    3 0,070753 400,0313

    4 0,097833 529,0275

    5 0,125819 646,2827

    6 0,152719 743,5095

    7 0,181001 838,3919

    8 0,209708 931,1649

    9 0,238715 1020,6895

    10 0,269467 1112,9191

    11 0,299651 1200,9562

    12 0,329083 1285,0409

    13 0,359757 1370,1579

    14 0,390086 1452,1112

    15 0,422329 1536,4663

    16 0,450950 1609,6751

    17 0,478494 1676,9223

    18 0,510122 1751,9080

    19 0,540103 1821,0670

    20 0,572980 1894,3910

    21 0,602717 1959,2453

    22 0,630457 2018,6645

    23 0,659004 2078,7602

    24 0,687274 2137,3140

    25 0,715985 2196,1909

    26 0,744998 2254,9871

    27 0,774548 2314,3898

    28 0,805707 2376,2484

    29 0,832387 2428,9223

    30 0,859600 2481,7294

    31 0,866411 2494,8618

  • IV-17

    Berikut ini adalah perbandingan kurva pushover untuk arah-X dan arah-Y :

    Gambar 4.8. Perbandingan kurva kapasitas gedung arah-X dan arah-Y

    Dari gambar 4.8 tampak bahwa kinerja gedung akibat pembebanan lateral arah-X

    (arah memanjang dari denah gedung) mampu menerima gaya geser dasar yang

    lebih besar dengan peningkatan displacement gedung yang relatif sama besarnya

    akibat pembebanan lateral arah-Y(arah pendek dari denah gedung).

    4.3.1. Menetukan Target Perpindahan dengan Metode Spektrum Kapasitas

    (ATC 40)

    Metode ini terdapat secara langsung pada program SAP2000, input yang

    diperlukan adalah sebagai berikut :

    0,00

    500,00

    1.000,00

    1.500,00

    2.000,00

    2.500,00

    3.000,00

    3.500,00

    0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00

    Gay

    a G

    ese

    r D

    asar

    (To

    n)

    Perpindahan Titik Kontrol (m)

    Kurva kapasitas Arah-X

    Kurva Kapasitas Arah-Y

  • IV-18

    1. Dari kurva respon spektrum rencana SNI 03-1726-2006 untuk wilayah

    gempa 2 tanah sedang diperoleh Ca = 0,15 dan Cv = 0,23.

    Gambar 4.9. Input nilai Ca dan Cv dari kurva respon spektrum

    2. Tipe bangunan : tipe B (tabel 2.4) karena bangunan adalah bangunan

    baru dan anggapan durasi getarnya panjang

    Arah-X

  • IV-19

    Gambar 4.10. Kurva kapasitas arah-X dalam format ADRS

    Arah-Y

    Performance Point

  • IV-20

    Gambar 4.11. Kurva kapasitas arah-Y dalam format ADRS

    Keterangan : : Capacity Curve

    : Family of Demand Spectra

    : Single Demand Spectrum (ADRS)

    Titik kinerja (performance point) atau target perpindahan gedung

    merupakan perpotongan antara kurva spektrum kapasitas dan spektrum demand

    dalam format ADRS, yang menunjukkan bagaimana kekuatan struktur dalam

    memenuhi suatu beban yang diberikan. Dari gambar 4.10 dan gambar 4.11

    didapatkan nilai target perpindahan dan gaya geser dasar pada titik kontrol

    tinjauan yang dapat dilihat pada tabel 4.5. berikut.

    Tabel 4.8. Target perpindahan dan gaya geser dasar pada titik kontrol

    Target perpindahan (meter) Gaya geser dasar (Ton)

    Arah-X 0,132 926,851

    Arah-Y 0,133 673,099

    Performance Point

  • IV-21

    Berikut ini perbandingan gaya geser dasar hasil analisis Respon Spektrum dengan

    gaya geser dasar hasil analisis Pushover untuk pembebanan arah X dan arah Y :

    Keterangan : : Gaya geser dasar hasil analisis Respon Spektrum

    : Gaya geser dasar hasil analisis Pushover

    Gambar 4.12. Perbandingan gaya geser dasar hasil analisis Respon Spektrum

    dengan gaya geser dasar hasil analisis Pushover

    0,00

    200,00

    400,00

    600,00

    800,00

    1.000,00

    1.200,00

    0,00 0,02 0,04 0,06 0,08 0,10 0,12 0,14 0,16 0,18 0,20

    Gaya

    Ges

    er D

    asar

    (To

    n)

    Perpindahan Titik Kontrol (m)

    Kurva kapasitas Arah-X

    Kurva kapasitas Arah-X

    0,00

    200,00

    400,00

    600,00

    800,00

    1.000,00

    1.200,00

    0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30

    Gaya

    Ges

    er D

    asar

    (To

    n)

    Perpindahan Titik Kontrol (m)

    Kurva Kapasitas Arah-Y

    Kurva Kapasitas Arah-Y

  • IV-22

    4.3.2. Evaluasi Kinerja Struktur

    Tabel 4.9. Perbandingan target perpindahan dengan batasan displacement

    Kriteria

    Target perpindahan Batasan

    displacement

    0,02H (m) x (%) y (%)

    Spektrum kapasitas 0,132 9,90 0,133 10,0 1,333

    Level kinerja struktur (structural performance levels) ditentukan melalui

    kriteria roof drift ratio yang diperoleh pada saat target perpindahan tercapai.

    Tabel 4.10. Perhitungan drift ratio berdasarkan perpindahan titik kontrol

    pada saat target perpindahan tercapai

    Metode Spektrum

    Kapasitas

    Elevasi Gedung

    (m) δt

    Roof drift ratio

    (%)

    Level Kinerja

    Gedung

    Arah-X

    Arah-Y

    66,65

    66,65

    0,132

    0,133

    0,198

    0,199

    IO

    IO

    Nilai roof drift ratio yang ditampilkan pada tabel di atas masih lebih kecil

    dari 1%, sehingga dapat disimpulkan bahwa berdasarkan batas simpangan yang

    disyaratkan oleh FEMA 356 (tabel 2.4) dan ATC-40 (tabel 2.5), level kinerja

    gedung pada saat target perpindahan tercapai adalah Immediate Occupancy.

    Kinerja gedung Immediate Occupancy berarti pada saat struktur menerima beban

    gempa diharapkan tidak terjadi simpangan permanen, tidak ada kerusakan yang

    berarti pada struktur sehingga bangunan dapat tetap berfungsi dan tidak terganggu

    dengan masalah perbaikan, dimana kekuatan dan kekakuannya kira-kira hampir

    sama dengan kondisi sebelum gempa. Komponen non-struktur masih berada

    ditempatnya dan sebagian besar masih berfungsi jika utilitasnya tersedia.

  • IV-23

    4.3.3. Sendi Plastis

    Melalui analisis pushover, dapat diketahui pula jumlah elemen struktur yang

    telah mengalami kerusakan pada tiap tahap (step) peningkatan beban lateral serta

    saat titik kinerja tercapai. Jumlah elemen-elemen struktur yang telah melewati

    batas kriteria penerimaan (acceptance criteria) atau distribusi sendi plastis yang

    terjadi pada elemen struktur gedung Karebosi Condotel menurut arah

    pembebanannya dapat dilihat pada tabel berikut.

    Tabel 4.11. Jumlah elemen dan tingkat kerusakan yang terjadi pada elemen

    struktur untuk arah pembebanan-X gedung

    Step AtoB B to IO to LS to CP to C to D to BeyondE Total

    IO LS CP C D E

    0 3444 32 0 0 0 0 0 0 3476

    1 3440 36 0 0 0 0 0 0 3476

    2 3404 72 0 0 0 0 0 0 3476

    3 3206 270 0 0 0 0 0 0 3476

    4 3088 388 0 0 0 0 0 0 3476

    5 2954 522 0 0 0 0 0 0 3476

    6 2840 636 0 0 0 0 0 0 3476

    7 2750 726 0 0 0 0 0 0 3476

    8 2675 801 0 0 0 0 0 0 3476

    9 2609 867 0 0 0 0 0 0 3476

    10 2537 939 0 0 0 0 0 0 3476

    11 2487 989 0 0 0 0 0 0 3476

    12 2444 1032 0 0 0 0 0 0 3476

    13 2393 1083 0 0 0 0 0 0 3476

    14 2351 1125 0 0 0 0 0 0 3476

    15 2317 1156 3 0 0 0 0 0 3476

  • IV-24

    Step AtoB B to IO to LS to CP to C to D to BeyondE Total

    IO LS CP C D E

    16 2292 1176 8 0 0 0 0 0 3476

    17 2271 1190 15 0 0 0 0 0 3476

    18 2243 1199 34 0 0 0 0 0 3476

    19 2198 1198 80 0 0 0 0 0 3476

    20 2166 1195 115 0 0 0 0 0 3476

    21 2138 1177 161 0 0 0 0 0 3476

    22 2105 1147 224 0 0 0 0 0 3476

    23 2093 1118 265 0 0 0 0 0 3476

    24 2070 1063 343 0 0 0 0 0 3476

    25 2035 1015 426 0 0 0 0 0 3476

    26 2006 996 474 0 0 0 0 0 3476

    27 1978 988 509 1 0 0 0 0 3476

    28 1964 965 545 2 0 0 0 0 3476

    29 1940 961 571 4 0 0 0 0 3476

    30 1915 952 604 5 0 0 0 0 3476

    31 1883 962 622 9 0 0 0 0 3476

    32 1870 962 626 16 0 2 0 0 3476

    Titik kinerja (performance point) struktur untuk pembebanan arah-X

    gedung adalah 0,132 m berada di antara step-5 dan step-6, sehingga evaluasi

    komponen struktur dilakukan pada step 6 dengan displacement yang terjadi

    0,1371 m > 0,132 m (δt). Distribusi sendi plastis yang terjadi pada step-6

    memperlihatkan tidak ada komponen struktur yang melewati batas kinerja

    Immediate Occupancy (IO) sehingga dapat dikatakan kinerja komponen struktur

    masih dalam keadaan aman pada saat titik kinerja tercapai.

  • IV-25

    Gambar 4.13. Distribusi sendi plasti pada step-6 untuk pembebanan arah-X

    Warna pada sendi plastis menunjukkan secara grafis posisi dan tingkat

    kerusakan yang terjadi pada sendi plastis. Distribusi sendi plastis pada tiap

    tahapan peningkatan beban lateral hingga titik kinerja tercapai yang terjadi pada

    komponen struktur ditampilkan pada gambar 4.14.

    Sebelum pembebanan

    Beban gravitasi

    Step-1

  • IV-26

    Step-2

    Step-3

    Step-4

    Step-5

    Step-6

    Keterangan :

    B IO LS CP C D E

    IO : Immediate Occupancy LS : Life Safety

    CP : Collapse Prevention Satuan : meter, radian

    Gambar 4.14. Jumlah elemen dan tingkat kerusakan yang terjadi pada portal D

    Tabel 4.12. Jumlah elemen dan tingkat kerusakan yang terjadi pada elemen

    struktur untuk arah pembebanan-Y gedung

    Step AtoB B to IO to LS to CP to C to D to BeyondE Total

    IO LS CP C D E

    0 3444 32 0 0 0 0 0 0 3476

    1 3439 37 0 0 0 0 0 0 3476

    2 3367 109 0 0 0 0 0 0 3476

  • IV-27

    Step AtoB B to IO to LS to CP to C to D to BeyondE Total

    IO LS CP C D E

    3 3247 229 0 0 0 0 0 0 3476

    4 3157 319 0 0 0 0 0 0 3476

    5 3061 415 0 0 0 0 0 0 3476

    6 2962 514 0 0 0 0 0 0 3476

    7 2894 582 0 0 0 0 0 0 3476

    8 2825 650 1 0 0 0 0 0 3476

    9 2767 699 10 0 0 0 0 0 3476

    10 2712 734 30 0 0 0 0 0 3476

    11 2653 769 54 0 0 0 0 0 3476

    12 2596 810 70 0 0 0 0 0 3476

    13 2534 850 92 0 0 0 0 0 3476

    14 2472 895 106 3 0 0 0 0 3476

    15 2417 930 120 9 0 0 0 0 3476

    16 2361 966 134 15 0 0 0 0 3476

    17 2316 993 142 22 0 3 0 0 3476

    18 2266 1021 150 30 0 9 0 0 3476

    19 2219 1045 160 38 0 13 0 1 3476

    20 2166 1076 171 41 0 21 0 1 3476

    21 2129 1095 181 34 0 36 0 1 3476

    22 2101 1096 199 37 0 42 0 1 3476

    23 2064 1109 216 35 0 51 0 1 3476

    24 2035 1123 219 36 0 61 1 1 3476

    25 2014 1130 224 38 0 66 3 1 3476

    26 1987 1133 240 40 0 70 5 1 3476

    27 1961 1139 247 44 0 79 5 1 3476

    28 1941 1133 260 53 0 82 6 1 3476

    29 1919 1138 270 50 0 89 8 2 3476

    30 1900 1142 278 50 0 96 8 2 3476

    31 1893 1145 279 51 0 97 9 2 3476

  • IV-28

    Titik kinerja (performance point) struktur untuk pembebanan arah-Y

    gedung adalah 0,133 m berada di antara step-5 dan step-6, sehingga evaluasi

    komponen struktur dilakukan pada st