Upload
enny-andriani
View
114
Download
23
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Trombositosis merupakan suatukeadaan dimana kadar trombosit melebihi batasnormal. Penyebab terbanyak trombositosispada anak adalah infeksi, dan penyebab infeksiterbanyak adalah pneumonia.
Citation preview
JIKA, Vol. I, No. 1, Desember 2012 18
Jurnal Ilmu Kesehatan Anak
VOLUME I Desember 2012 NOMOR 1
TROMBOSITOSIS PADA PNEUMONIA
Sucita Wahyu Dewi, Ida Bagus Subanada, Putu Siadi Purniti, Ketut Ariawati
Abstrak Latar belakang Trombositosis merupakan suatu
keadaan dimana kadar trombosit melebihi batas
normal. Penyebab terbanyak trombositosis
pada anak adalah infeksi, dan penyebab infeksi
terbanyak adalah pneumonia.
Tujuan Untuk mengetahui angka kejadian
trombositosis pada pneumonia, serta hubungan
antara beratnya pneumonia dengan
trombositosis.
Metode Studi potong lintang analitik. Data
diambil dari pasien pneumonia, umur 2-60
bulan, menjalani rawat jalan/rawat inap di
Bagian/SMF Imu Kesehatan Anak FK
UNUD/RSUP Sanglah Denpasar, dari periode
Januari-Desember 2008. Dilakukan analisis
univariat dan multivariat dengan tingkat
kemaknaan P
Sucita Wahyu Dewi :Trombositosis Pada Pneumonia
JIKA, Vol. I, No. 1, Desember 2012 19
Pendahuluan
Trombositosis merupakan suatu
keadaan yang sering ditemukan pada
pemeriksaan darah rutin. Keadaan ini
ditandai dengan jumlah trombosit
melebihi batas normal (batas normal
adalah 150-450 x 103/L).
1 Penelitian
yang dilakukan oleh Matsubara dkk,2
dan Heng,3
melaporkan bahwa
penyebab terbanyak trombositosis pada
adalah infeksi. Penyakit infeksi
terbanyak adalah infeksi sistem
respiratori. Pneumonia merupakan
infeksi yang mengenai parenkim paru,
dimana akibat adanya inflamasi jaringan
paru, maka sitokinsitokin inflamasi
akan dilepaskan ke dalam sirkulasi.
Semakin banyak jaringan yang
mengalami inflamasi, maka sitokin yang
diproduksi juga semakin banyak, dan
hal ini menyebabkan tingkat
trombositosis yang lebih berat.4,5,6
Secara umum trombositosis karena
infeksi merupakan suatu kelainan
ringan yang biasanya dapat sembuh
sendiri. Waktu tercapainya kadar
trombosit normal tergantung dari berat
ringannya infeksi atau inflamasi.
Umumnya infeksi bakteri memerlukan
waktu yang lebih lama dibandingkan
dengan infeksi virus. Walaupun
trombositosis sekunder merupakan
kelainan yang jinak, akan tetapi jumlah
trombosit yang sangat tinggi biasanya
memerlukan perawatan agar dapat
meminimalkan komplikasi vaskular.
Terapi diperlukan bila ditemukan
jumlah trombosit melebihi 1 juta/L
(khususnya disertai pembesaran
limpa)1-7
Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui angka kejadian
trombositosis pada pneumonia, serta
hubungan antara beratnya pneumonia
dengan trombositosis pada pasien
rawat jalan/rawat inap di Bagian/SMF
Ilmu Kesehatan Anak FK UNUD/RSUP
Sanglah Denpasar.
Metode
Penelitian ini merupakan penelitian
potong lintang analitik, data diambil
dari rekam medis pasien pneumonia
yang menjalani rawat jalan/rawat inap
di Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK
UNUD/RSUP Sanglah Denpasar selama
periode Januari-Desember 2008.
Populasi terjangkau dalam penelitian ini
adalah semua anak yang berumur 2 - 60
bulan yang menjalani rawat jalan/ rawat
inap. Pemilihan sampel dilakukan
dengan cara consecutive sampling.
Kriteria inklusi penelitian adalah anak
usia 2 60 bulan yang menderita
Sucita Wahyu Dewi :Trombositosis Pada Pneumonia
JIKA, Vol. I, No. 1, Desember 2012 20
pneumonia yang menjalani rawat
jalan/rawat inap di Bagian/SMF Ilmu
Kesehatan Anak FK UNUD/ RSUP
Sanglah Denpasar selama periode
Januari - Desember 2008. Kriteria
ekslusi adalah apabila subyek menderita
kelainan primer hematologi/keganasan
(mieloproliferatif primer seperti ITP,
limfoma), luka bakar, trauma,
pembedahan, penyakit Kawasaki, data
tidak lengkap, atau infeksi lain selain
pneumonia (infeksi saluran kemih,
abses, meningitis,gastroenteritis/diare).
Besar sampel penelitian dihitung
dengan menggunakan rumus untuk
proporsi tunggal dengan tingkat
kemaknaan 1,96, tingkat ketepatan
absolut yang diinginkan (ditetapkan
oleh peneliti) dan proporsi dari pustaka
(0,58), maka didapatkan sampel
sebanyak 191.
Data diambil dari rekam medis
pasien. Karakteristik serta ada tidaknya
trombositosis dicari pada saat
bersamaan, kemudian ditabulasi serta
dilakukan analisis. Semua data dianalisis
dengan menggunakan program
komputer. Data yang diperoleh
disajikan dalam bentuk narasi dan tabel,
dianalisis dengan univariat dan
multivariat (regresi logistik), dengan
tingkat kemaknaan P
Sucita Wahyu Dewi :Trombositosis Pada Pneumonia
JIKA, Vol. I, No. 1, Desember 2012 21
Beratnya pneumonia Trombositosis
(n = 85)
Tanpa trombositosis
( n = 106)
- Pneumonia 47 (43,6) 62 (56,4)
- Pneumonia berat 34 (45,9) 40 (54,1)
- Pneumonia sangat berat 4 (50) 4 (50)
X2
= 0,855 df = 2 P = 1,000
Dari analisis multivariat (Tabel 3), didapatkan bahwa hanya peningkatan kadar leukosit
yang berpengaruh terhadap trombositosis [ OR = 4,34 ( IK 95% 2,28 sampai 8,23), P <
0,0001] .
Tabel 3. Analisis multivariat faktor-faktor yang berhubungan dengan trombositosis
Variabel Exp (B) IK 95% P
- Beratnya
pneumonia
1,26 0,27 sampai 5,76 0,758
- Lama rawat 1,39 0,72 sampai 2,68 0,319
- Kadar leukosit 4,34 2,28 sampai 8,23
Sucita Wahyu Dewi :Trombositosis Pada Pneumonia
JIKA, Vol. I, No. 1, Desember 2012 22
muda umur, mempunyai kadar
trombosit yang lebih tinggi.
Anemia defisiensi besi dapat
menyebabkan trombositosis sekunder,
dan biasanya trombositosis bersifat
ringan atau sedang. Mekanisme yang
menyebabkan trombositosis pada
anemia terutama defisiensi besi belum
diketahui dengan pasti. Dari Tabel 1,
menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang nyata antara kejadian
kadar hemoglobin yang mengalami
trombositosis maupun tanpa
trombositosis. Hal ini mungkin
disebabkan karena pada penelitian ini
cut of point dari definisi anemia
berbeda, pada penelitian ini cut of point
< 11 g/dL, sedangkan pada penelitian
yang dilakukan oleh Dodig et al, 6
menggunakan cut of point 12,6 g/dL .
Pasien dengan trombositosis
mempunyai gejala klinis yang lebih
berat daripada pasien dengan kadar
trombosit normal, hal ini dihubungkan
dengan tingkat inflamasi yang
terjadi.5,6,9
Penelitian yang dilakukan
oleh Vasiliki dan Feketa,5 menunjukkan
bahwa pasien pneumonia yang
mengalami trombositosis mempunyai
gejala klinis yang lebih berat dan
memiliki rerata rawat inap di rumah
sakit yang lebih lama dibandingkan
dengan pasien dengan kadar trombosit
yang normal. Pada penelitian ini
kebanyakan pasien trombositosis
mempunyai lama rawat < 7 hari (Tabel
1). Dari analisis multivariat tidak
didapatkan hubungan yang bermakna
antara lama rawat dan trombositosis
[OR = 1,39 ( IK 95% 0,72 sampai 2,68),
P= 0,319]. Hal ini mungkin terjadi,
karena penelitian ini juga mengambil
sampel pada pasien pneumonia yang
mengalami rawat jalan, sedangkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Vasiliki
dan Feketa,5 hanya mengambil sampel
pada pasien yang mengalami rawat inap
saja.
Pada keadaan bakteriemia,
beberapa macam sitokin inflamasi
dapat menstimulasi produksi trombosit.
Akan tetapi hanya 10-15% kasus
bakteremia yang memberikan hasil
biakan darah yang positif.9 Pada
penelitian ini, hanya 10 (38,5%) pasien
dengan trombositsis menunjukkan hasil
biakan darah yang positif. Dari analisis
multivariat tidak didapatkan hubungan
yang bermakna antara biakan darah
yang positif dan trombositosis [OR =
1,43 ( IK 95% 0,57 sampai 3,62), P =
0,442] .
Sucita Wahyu Dewi :Trombositosis Pada Pneumonia
JIKA, Vol. I, No. 1, Desember 2012 23
Kelemahan penelitian ini adalah
menggunakan desain penelitian potong
lintang analitik, tidak dilakukan
pengulangan pemeriksaan kadar
trombosit sehingga tidak diketahui
dalam jangka waktu berapa lama kadar
trombosit kembali normal. Penyebab
anemia juga tidak dijelaskan dalam
penelitian ini.
Simpulan
Prevalensi trombositosis pada
pneumonia adalah 44%. Tidak
didapatkan hubungan yang bermakna
antara beratnya pneumonia dengan
trombositosis. Leukositosis mempunyai
hubungan yang bermakna dengan
trombositosis.
Daftar Pustaka
1. Knott L. Thrombocytosis (diakses
tanggal 12 Februari 2009).
Diunduh dari URL:
http://www.patient.co.uk/doctor/Th
romocytosis htm
2. Matsubara K, Fukaya T, Nigami H,
Harigaya H, Hirata T, Nozaki H, et al.
Age-Dependent Changes in the
Incidence and Etiology of Childhood
Thrombocytosis. Acta Haematol J.
2004; 111:1327.
3. Heng JT. Thrombocytosis in
Childhood. Sing Med J. 1998;
39:485-7.
4. Chan KW, Kaikov Y, Wadsworth.
Thrombocytosis in Childhood: A
Survey of 94 Patients. J Pediatr.
1989; 84:1064-7.
5. Vasiliki V, Feketea G. Thromocytosis
in Pediatrics Patients is Associated
with Severe Lower Respiratory Tract
Inflammation. Arch Med Res J.
2006; 37:755-9.
6. Dodig S, Raos M, Kovac K, Nogalo B,
Benko B, Glojnaric I, et al.
Trombopoietin and Interleukin -6 in
Children with pneumonia-associated
Thrombocytosis. Arch Med Res J.
2005; 36:124-8.
7. Krishnan K. Excerpt from
Thrombocytosis, Secondary (diakses
tanggal 20 Juli 2009).
Diunduh dari URL :
http://www.emedicine.com/med/by
name/Thromocytosis-secondary.
htm
8. Cazzola M. Molecular basis of
thrombocytosis. Haematol J. 2008;
93:646-7.
9. Strait RT, Kelly KJ, Kurup V. Tumor
Necrosis Factor-a, Interleukin-1b,
and Interleukin-6 Levels in Febrile,
Sucita Wahyu Dewi :Trombositosis Pada Pneumonia
JIKA, Vol. I, No. 1, Desember 2012 24
Young Children With and Without
Occult Bacteremia. J Pediatr. 1999;
104:105-10.