34
TERAPI ANTIBIOTIK PADA PNEUMONIA Oleh Aida Hastuti I1A006052 Makalah Tinjauan Pustaka 1

Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

  • Upload
    cooniii

  • View
    622

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

1

TERAPI ANTIBIOTIK PADA PNEUMONIA

Oleh

Aida Hastuti

I1A006052

Makalah Tinjauan Pustaka

Page 2: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

2

Latar BelakangInfeksi saluran napas bawah masih tetap

merupakan masalah utama dalam bidang

kesehatan

Di Indonesia dari sekitar 450.000 kematian balita yang terjadi setiap tahun 150.000 diantaranya disebabkan oleh

ISPA terutama karena pneumonia

sangat penting untuk mendiagnosis dan mengobati

pneumonia secara akurat berdasarkan kausatifnya

•Tim Editor. Pneumonia Komuniti. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003.•Setiyati S. Faktor Risiko Pneumonia Pada Anak Umur 1-3 Tahun Di Wilayah Puskesmas Kemranjen I Kabupaten Banyumas Tahun 2005 (2005 – Skripsi Universitas Diponegoro). Diakses tanggal 18 Februari 2011. Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id•Evertsen J, Baumgardner DJ, Regnery A, Banerjee I. Diagnosis and management of pneumonia and bronchitis in outpatient primary care practices. Primary Care Respiratory Journal 2010;19(3): 237-41.

Page 3: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

3

Rumusan Masalah

Bagaimana definisi, klasifikasi, patofisiologi, gejala klinis, dan cara mendiagnosis pneumonia?

Bagaimana penatalaksanaan pneumonia difokuskan tentang pemberian antibiotik sesuai dengan usia?

Page 4: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

4

Tujuan PenulisanMengetahui dan

menjelaskan penyakit pneumonia dari

definisi, klasifikasi, patofisiologi, gejala

klinis, dan cara mendiagnosis.

Mengetahui dan memahami cara penatalaksanaan

pneumonia difokuskan tentang pemberian

antibiotik sesuai usia

Page 5: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

5

Manfaat Penulisan

• memberikan pengetahuan pada pembaca mengenai pneumonia dan masalah pemberian antibiotika secara lebih mendalam.

Page 6: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

6

BAB II

PNEUMONIA

Page 7: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

7

Definisi Pneumonia

penyakit peradangan parenkim paru

disebabkan oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus, mikoplasma, jamur atau bahan kimia/benda asing yang teraspirasi

Akibat : timbulnya ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi (ventilation perfusion mismatch).

•Setiawati L, Makmuri MS. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Divisi Respirologi. Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak. FK UNAIR/RSU dr.Soetomo Surabaya, 2006.Pedoman Diagnosis dan Terapi. SubDivisi Respirologi. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak. FK Unlam/RSUD Ulin Banjarmasin 2010

Page 8: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

8

diderita oleh 156 juta anak di bawah usia 5 tahun setiap tahun di seluruh dunia,

merupakan penyebab mortalitas utama pada kelompok usia ini.

Lebih dari 2 juta kematian diperkirakan terjadi akibat pneumonia pada anak usia dibawah 5 tahun, dan hampir semuanya terjadi di negara berkembang.

Rudan I, Boschi-Pinto C, Biloglav Z, Mulholland K, Campbell H. Epidemiology and etiology of childhood pneumonia. Bull World Health Organ 2008; 86: 408-416.

Page 9: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

9

Klasifikasi Pneumonia

Berdasarkan klinis dan epidemiologis

Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia = CAP)

Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia = HAP / nosocomial pneumonia)

Pneumonia aspirasi

Pneumonia pada penderita immunocompromised

Tim Editor. Pneumonia Komuniti. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003

Page 10: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

10

Berdasarkan bakteri penyebab

Pneumonia bakterial / tipikal.

Pneumonia atipikal

Pneumonia virus.

Pneumonia jamur

Tim Editor. Pneumonia Komuniti. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003

Page 11: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

11

Berdasarkan predileksi infeksi

Pneumonia lobaris.

Bronkopneumonia.

Pneumonia interstisial

Tim Editor. Pneumonia Komuniti. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003

Page 12: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

12

Community Acquired Pneunomia

Reevers, Charlene J, et al. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medica, 2000

Page 13: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

13

Etiologi

Umur Penyebab yang sering Penyebab yang jarangLahir 20 hari Bakteri

Escherichia colli Grup B streptococci Listeria monocytogenes

Bakteri Anaerobic organism Group D streptococci Streptococcus pneumoniae Ureaplasma urealyticum

Virus Cytomegalovirus Herpes simplex virus

3 minggu – < 4 bulan

Bakteri Streptococcus pneumoniae Clamydia trachomatis

Virus Respiratory syncytial virus

(RSV) Influenza virus Para influenza virus 1,2 and 3 Adenovirus

Bakteri Bordetella pertusis Haemophillus influenza type

B and non typeable Moxarella catarrhalis Staphylococcus aureus Ureaplasma urealuticumVirus Cytomegalovirus

4 bulan – 5 Tahun

Bakteri Streptococcus pneumoniae Clamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniaeVirus Respiratory syncytial virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Adenovirus Measles virus

Bakteri Heamophillus influenza type

B Moxarella catarrhalis Neisseria meningitis Staphylococcus airesVirusVaricella zoster virus

5 tahun – remaja

BakteriClamydia pneumoniaeMycoplasma pneumoniaeStreptococcus pneumoniae

BakteriHaemophillus influenza type BLegionella speciesStaphylococcusVirus Adenovirus Epstein barr virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Respiratory syncytial virus Variella zoster virus

Page 14: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

14

Umur Penyebab yang sering Penyebab yang jarangLahir 20 hari Bakteri

Escherichia colli Grup B streptococci Listeria monocytogenes

Bakteri Anaerobic organism Group D streptococci Streptococcus pneumoniae Ureaplasma urealyticum

Virus Cytomegalovirus Herpes simplex virus

4 bulan – 5 Tahun

Bakteri Streptococcus pneumoniae Clamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniaeVirus Respiratory syncytial virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Adenovirus Measles virus

Bakteri Heamophillus influenza type B Moxarella catarrhalis Neisseria meningitis Staphylococcus airesVirusVaricella zoster virus

5 tahun – remaja BakteriClamydia pneumoniaeMycoplasma pneumoniaeStreptococcus pneumoniae

BakteriHaemophillus influenza type BLegionella speciesStaphylococcusVirus Adenovirus Epstein barr virus Influenza virus Parainfluenza virus Rhinovirus Respiratory syncytial virus Variella zoster virus

Page 15: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

15

Sorbello A, et al (2010) menemukan Pseudomonas aeruginosa, spesies Acinetobacter. dan Staphylococcus aureus resisten meticilin merupakan bakteri pathogen yang umum pada VAP dan NP.

•Sorbello A, Komo S, Valappil T, Nambiar S. Registration trials of antibacterial drugs for the treatment of nosocomial pneumonia. Clinical Infectious Diseases 2010; 51(S1):S36–S41.

Page 16: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

16

Patofisiologi• Resiko infeksi di paru sangat tergantung

pada kemampuan mikroorganisme untuk sampai dan merusak permukaan epitel saluran napas.

• Ada beberapa cara mikroorganisme mencapai permukaan :

1. Inokulasi langsung

2. Penyebaran melalui pembuluh darah

3. Inhalasi bahan aerosol

4. Kolonisasi dipermukaan mukosa

Tim Editor. Pneumonia Komuniti. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003

Page 17: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

17

Pada waktu terjadi peperangan antara host dan bakteri maka akan tampak 4 zona pada daerah parasitik terset yaitu :

• Zona luar : alveoli yang tersisi dengan bakteri dan cairan edema.

• Zona permulaan konsolidasi : terdiri dari PMN dan beberapa eksudasi sel darah merah.

• Zona konsolidasi yang luas : daerah tempat terjadi fagositosis yang aktif dengan jumlah PMN yang banyak.

• Zona resolusi : daerah tempat terjadi resolusi dengan banyak bakteri yang mati, leukosit dan alveolar makrofag.

Tim Editor. Pneumonia Komuniti. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003

Page 18: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

18

Gejala Klinis

•Anak yang datang dengan batuk atau kesulitan bernafas didiagnosis sebagai pneumonia jika memperlihatkan “nafas cepat”. Nafas cepat merupakan tanda paling sensitif untuk mengidentifikasi peneumonia. Batas dikatakan nafas cepat yaitu :•-         > 60 x/menit pada anak usia < 2 bulan•-         > 50 x/menit pada anak usia 2 bulan – 1 tahun•-         > 40 x/menit pada anak usia 1 – 5 tahun

Pneumonia

•Pneumonia berat didiagnosis jika terdapat retraksi dada bawah (gerakan dinding dada bawah ke dalam selama bernafas).

Pneumonia

berat•UNICEF. Pneumonia: The Forgotten Killer of Children. The United Nations Children’s Fund (UNICEF)/World Health Organization (WHO), 2006. Available from: URL: http:// w w w . u n i c e f . o r g / p u b l i c a t i o n s / f i l e s /Pneumonia_The_Forgotten_Killer_of_Children.pdf.

Page 19: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

19

•Anak yang memiliki tanda bahaya seperti tidak bisa makan, letargi, sianosis sentral, gangguan nafas berat (kepala mengangguk-angguk) atau merintih

Pneumonia sangat

berat

•hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika.

Bukan Pneumon

ia

•UNICEF. Pneumonia: The Forgotten Killer of Children. The United Nations Children’s Fund (UNICEF)/World Health Organization (WHO), 2006. Available from: URL: http:// w w w . u n i c e f . o r g / p u b l i c a t i o n s / f i l e s /Pneumonia_The_Forgotten_Killer_of_Children.pdf.

Page 20: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

20

Cara Diagnosis

Anamnesis

Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan penunjang

Page 21: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

21

Lee JY, et al (2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa keakuratan diagnosis dengan menggunakan nilai procalsitonin serum untuk mendiagnosis pneumonia lobaris lebih baik daripada nilai CRP serum dan LED.

Choi SH et al (2006) melakukan studi yang menilai

VEGF pada anak dengan CAP. Anak dengan pneumonia lobar dengan atau tanpa efusi

menunjukkan peningkatan nilai VEGF serum secara signifikan daripada anak

dengan bronkopneumonia.

•Lee JY, Hwang SJ, Shim JW, et al. Clinical significance of serum procalcitonin in patients with community-acquired lobar pneumonia. Korean J Lab Med 2010;30:406-13.Choi SH, Park EY, Jung HL. Serum vascular endothelial growth factor in pediatric patients with community-acquired pneumonia and pleural effusion. J Korean Med Sci 2006; 21: 608-13

Page 22: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

22

ANTIBIOTIKA UNTUK PNEUMONIAPemberian antibiotik pada penderita

pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan hasil uji

kepekaannya, akan tetapi karena beberapa alasan yaitu 1:

penyakit yang berat dapat mengancam jiwa

bakteri patogen yang berhasil diisolasi belum tentu sebagai

penyebab pneumonia.

hasil pembiakan bakteri memerlukan waktu.

maka pada penderita pneumonia dapat diberikan

terapi secara empiris.

•Tim Editor. Pneumonia Komuniti. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003.

Page 23: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

23

Memperkirakan kebutuhan antibiotik

• sulit membedakan klinis pneumonia bakteri dan virus. dan adakalanya tumpang tindih.

• Oleh karena itu, mulai dari sekarang, antibiotik perlu diresepkan untuk semua anak dari negara berkembang yang diidentifikasi pneumonia berdasarkan tanda gejala klinis.

•Rudan I, Boschi-Pinto C, Biloglav Z, Mulholland K, Campbell H. Epidemiology and etiology of childhood pneumonia. Bull World Health Organ 2008; 86: 408-416.

Page 24: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

24

Antibiotik pilihan untuk pneumonia• Co-trimoxazole dan amoxicillin adalah dua jenis

antibiotik yang umumnya direkomendasikan untuk pengobatan pneumonia domiciliary.

• Sebuah review yang menggambarkan efikasi berbagai antibiotik pada pneumonia menemukan efikasi yang lebih baik pada amoxicillin dibandingkan cotrimoxazole. Juga tidak ditemukan perbedaan tingkat mortalitas penggunaan amoxicillin atau kotrimoxazole.

Kabra SK, Lodha R, Pandey RM. Antibiotics for community acquired pneumonia in children. Cochrane Database Syst Rev 2006; 3: CD004874

Page 25: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

25

Antibiotik untuk pneumonia berat dan pneumonia sangat berat

Arora NK. Rational use of antibiotics for pneumonia. White Paper. Indian Pediatrics 2010;47:12-8

Page 26: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

26

Manajemen pneumonia berat pada anak > 2 bulan

Arora NK. Rational use of antibiotics for pneumonia. White Paper. Indian Pediatrics 2010;47:12-8

Page 27: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

27

Manajemen pneumonia berat pada anak usia ≤ 2 bulan

Arora NK. Rational use of antibiotics for pneumonia. White Paper. Indian Pediatrics 2010;47:12-8

Page 28: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

28

Manajemen pneumonia sangat berat

Arora NK. Rational use of antibiotics for pneumonia. White Paper. Indian Pediatrics 2010;47:12-8

Page 29: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

29

Kesimpulan

Pneumonia adalah penyakit peradangan parenkim paru yang disebabkan oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus, mikoplasma, jamur atau bahan kimia/benda asing yang teraspirasi dengan akibat timbulnya ketidakseimbangan

ventilasi dan perfusi (ventilation perfusion mismatch).

Pneumonia diklasifikasikan menjadi Community Acquired Pneunomia yang dimulai sebagai

penyakit pernafasan umum dan bisa berkembang menjadi pneumonia, dan Hospital Acquired

Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial yang terjadi 48 jam setelah masuk

rumah sakit

Pada neonatus, patogen yang dapat menginfeksi bayi melalui saluran genital ibu

termasuk kelompok Streptococci B, Eischerichia coli,

C.trachomatis. Streptococcus Grup B paling sering

Pada bayi muda, usia 1-3 bulan, pneumonia paling sering adalah

pneumonia yang didapat (CAP) dan melibatkan Streptococcus pneumoniae,

Staphylococcus aureus, dan Haemophilus influenzae non-tipe.

Page 30: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

30

Streptococcus pneumonia merupakan penyebab

utama CAP pada anak usia 3 minggu hingga 5 tahun

M pneumoniae merupakan penyebab

pneumonia sering anak-anak dan remaja.

Pseudomonas aeruginosa, spesies Acinetobacter. dan Staphylococcus aureus resisten meticilin merupakan bakteri pathogen yang umum pada

VAP dan NP

Nafas cepat merupakan tanda paling sensitif untuk

mengidentifikasi peneumonia. Batas dikatakan nafas cepat

yaitu :

Page 31: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

31

Pemberian antibiotik pada penderita pneumonia sebaiknya berdasarkan data mikroorganisme dan

hasil uji kepekaannya, akan tetapi karena sulit membedakan klinis pneumonia bakteri dan virus. dan adakalanya tumpang tindih maka antibiotik perlu diresepkan untuk semua anak dari negara

berkembang yang diidentifikasi pneumonia berdasarkan tanda gejala klinis.

Co-trimoxazole dan amoxicillin adalah dua jenis antibiotik yang

umumnya direkomendasikan untuk pengobatan pneumonia

tidak berat.

Ampicilin plus gentamicin injeksi lebih baik daripada injeksi

kloramfenikol untuk pengobatan pneumonia sangat berat pada

anak usia 2-59 bulan.

Antibiotik harus diubah menjadi sefalosporin generasi ke-3 seperti

cefotaxime dan ceftriaxon, jika masih tidak ada perbaikan setelah 48 jam

berikutnya, atau apabila berhubungan dengan sepsis dan meningitis.

Page 32: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

32

Saran

Pneumonia masih merupakan masalah

kesehatan yang cukup banyak terjadi di

masyarakat terutama pada anak sehingga

diperlukan pemahaman yang lebih mendalam dari praktisi kesehatan

terutama yang berada di lini terdepan untuk

mengenali dan menyaring kasus yang

ditemukan di masyarakat agar

penanganan tepat dan cepat dapat segera

dilaksanakan.

Page 33: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

33

REFERENSI• Tim Editor. Pneumonia Komuniti. Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia Perhimpunan Dokter Paru Indonesia 2003.•  Setiyati S. Faktor Risiko Pneumonia Pada Anak Umur 1-3 Tahun Di Wilayah Puskesmas Kemranjen I Kabupaten Banyumas Tahun 2005 (2005 –

Skripsi Universitas Diponegoro). Diakses tanggal 18 Februari 2011. Diunduh dari http://eprints.undip.ac.id •  Setiawati L, Makmuri MS. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Divisi Respirologi. Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak. FK UNAIR/RSU dr.Soetomo Surabaya,

2006.•  Pedoman Diagnosis dan Terapi. SubDivisi Respirologi. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak. FK Unlam/RSUD Ulin Banjarmasin 2010. •  Mark NI. Pediatrics, Pneumonia. Differential diagnoses and work up. Diakses tanggal 15 Februari 2011. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com.•  Evertsen J, Baumgardner DJ, Regnery A, Banerjee I. Diagnosis and management of pneumonia and bronchitis in outpatient primary care practices.

Primary Care Respiratory Journal 2010;19(3): 237-41.•  Rudan I, Boschi-Pinto C, Biloglav Z, Mulholland K, Campbell H. Epidemiology and etiology of childhood pneumonia. Bull World Health Organ 2008; 86:

408-416.•  Reevers, Charlene J, et al. Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medica, 2000.•  Choi SH, Park EY, Jung HL. Serum vascular endothelial growth factor in pediatric patients with community-acquired pneumonia and pleural effusion. J

Korean Med Sci 2006; 21: 608-13•  Saha SK, Naheed A, Arifeen SE, et al. Surveillance for invasive streptococcus pneumonia disease among hospitalized children in bangladesh:

antimicrobial susceptibility and serotype distribution. Clinical Infectious Diseases 2009; 48:S75–81.•  Sorbello A, Komo S, Valappil T, Nambiar S. Registration trials of antibacterial drugs for the treatment of nosocomial pneumonia. Clinical Infectious

Diseases 2010; 51(S1):S36–S41.•  Foglia E, Meier MD, Elward A. Ventilator-associated pneumonia in neonatal and pediatric intensive care unit patients. Clinical Microbiology Reviews

2007;20(3): 409–25.•  UNICEF. Pneumonia: The Forgotten Killer of Children. The United Nations Children’s Fund (UNICEF)/World Health Organization (WHO), 2006.

Available from: URL: http:// w w w . u n i c e f . o r g / p u b l i c a t i o n s / f i l e s /Pneumonia_The_Forgotten_Killer_of_Children.pdf. •  Lee JY, Hwang SJ, Shim JW, et al. Clinical significance of serum procalcitonin in patients with community-acquired lobar pneumonia. Korean J Lab

Med 2010;30:406-13.•  Choi SH, Park EY, Jung HL. Serum vascular endothelial growth factor in pediatric patients with community-acquired pneumonia and pleural effusion. J

Korean Med Sci 2006; 21: 608-13•  Asghar R, Banajeh S, Egas J, Hibberd P, Iqbal I, Katep-Bwalya M, et al. Multicentre randomized controlled trial of chloramphenicol vs. ampicillin and

gentamicin for the treatment of very severe pneumonia among children aged 2 to 59 months in low resource settings: a multicenter randomized trial (spear study). BMJ 2008; 336: 80-84.

•  Steinhoff MC, Thomas K, Lalitha MK.Invasive Bacterial Infections Surveillance Group of the International Clinical Epidemiology Network. Are Haemophilus influenzae infections a significant problem in India? A prospective study and review. Clin Infect Dis 2002; 34: 949-957.

•  Kabra SK, Lodha R, Pandey RM. Antibiotics for community acquired pneumonia in children. Cochrane Database Syst Rev 2006; 3: CD004874•  Haider BA, Saeed MA, Bhutta ZA. Short-course versus long-course antibiotic therapy for nonsevere community-acquired pneumonia in children aged 2

months to 59 months. Cochrane Database Syst Rev 2008; 2: CD005976.•  Arora NK. Rational use of antibiotics for pneumonia. White Paper. Indian Pediatrics 2010;47:12-8.•  Chastre J, Luyt CE. Other therapeutic modalities and practices: implications for clinical trials of hospital-acquired or ventilator-associated pneumonia.

Clinical Infectious Diseases 2010; 51(S1):S54–S58

Page 34: Terapi Antibiotik Pada Pneumonia

34

• TERIMA KASIH