Upload
niyata-hananta
View
15
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
n
Citation preview
KETERAMPILAN KOMUNIKASI DASAR
KOMUNIKASI DENGAN PASIEN LANJUT USIA
I. PENGANTAR
Latihan keterampilan komunikasi dasar ini merupakan kelanjutan dari latihan komunikasi pada semester
lalu dengan perbedaan berupa penekanan pada kemampuan melakukan komunikasi pada pasien lanjut usia.
Aspek komunikasi disini meliputi petunjuk anamnesis yang dilakukan untuk menggali permasalahan/penyakit
yang diderita pasien dan komunikasi yang berkaitan dengan aspek terapi pada pasien lanjut usia.
Pencapaian hasil dari keterampilan komunikasi dasar ini akan ditinjau dari 2 aspek, yaitu : aspek medis
dan aspek keterampilan komunikasi. Aspek medis adalah kemampuan menggali informasi untuk melakukan
diagnosis dan kemampuan memberikan informasi terkait dengan terapi terhadap pasien. Aspek keterampilan
komunikasi adalah keterampilan yang harus dikuasai dalam rangka menggali informasi/ dalam memberikan
informasi terapi sehingga tercipta hubungan pasien dokter yang sewajarnya.
Standar kompetensi keterampilan komunikasi dasar pada blok ini adalah:
Setelah mengikuti latihan keterampilan komunikasi dasar ini, mahasiswa mampu :
1. Membina sambung rasa, memiliki penampilan pewawancara yang baik seperti layaknya dokter dan pasien
yang baik, serta membina hubungan dokter-pasien secara wajar.
2. Menggali informasi untuk melakukan diagnosis dan memberikan informasi
terapi secara efektif pada pasien lanjut usia.
Kompetensi dasar keterampilan komunikasi dasar pada blok ini adalah:
Setelah mengikuti latihan keterampilan komunikasi dasar ini, mahasiswa mampu :
1. Membina sambung rasa, memiliki penampilan pewawancara yang baik seperti layaknya dokter dan pasien
yang baik, serta membina hubungan dokter-pasien secara wajar.
a. membina sambung rasa, ramah, memperlihatkan sikap menerima;
b. menjaga suasana serius tapi tetap santai;
c. berbicara dengan lafal yang jelas;
d. mempersilahkan duduk;
e. mengetahui bahasa non verbal;
2. Menggali dan memberikan informasi medis yang efektif pada pasien lanjut usia
a. meluangkan lebih banyak waktu untuk pasien lansia
b. meminimalisir adanya gangguan visual dan pendengaran
c. duduk berhadap-hadapan dengan pasien
d. menjadi pendengar yang baik dengan tidak menyela pembicaraannya
e. berbicara perlahan, jelas dan cukup keras
f. menggunakan kata-kata dan kalimat yang pendek dan sederhana
g. menulis secara urut dan sederhana instruksi medis yang diberikan
h. memberikan informasi dengan kartu, model atau gambar
i. sering mengulang bagian-bagian yang penting
j. memberikan kesempatan kesempatan bertanya
II.1 PENDAHULUAN
Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari usia harapan hidup penduduknya.
Demikian juga dengan Bangsa Indonesia sebagai suatu negara berkembang dengan perkembangannya yang
cukup baik, maka harapan hidup penduduknya diproyeksikan makin tinggi yaitu dapat mencapai lebih dari 70
tahun pada tahun 2000. Sebagai perbandingan buat kita, yaitu Jepang dengan usia harapan hidup penduduknya
yang tertinggi di dunia, dimana pria dapat mencapai 76 tahun dan wanita 82 tahun. Namun sebaliknya sebagian
masyarakat menganggap bahwa orang-orang lansia identik dengan banyaknya keluhan. Lansia acapkali juga
diidentikkan dengan berbagai macam hendaya dan morbiditas yang timbul sejalan dengan proses penuaan.
Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat menjadi rapuh disertai
dengan menurunnya cadangan hampir semua sistim fisiologis dan disertai pula dengan meningkatnya
kerentanan terhadap penyakit dan kematian.1
Pendapat lain mengatakan bahwa menua merupakan suatu proses
menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri /mengganti diri serta
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi)
dan kemampuan untuk memperbaiki kerusakan yang diderita. Dengan demikian manusia secara progresif akan
kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan makin banyaknya distorsi metabolik dan struktural yang disebut
sebagai Penyakit Degeneratif , yang mana ini nantinya akan menyebabkan kita menghadapi akhir hidup
dengan episode terminal yang dramatik seperti stroke, infark miokard, koma asidotik, metastase kanker, dan
sebagainya. Ada pula yang menganalogikan menuanya manusia seperti ausnya suku cadang suatu mesin yang
bekerjanya sangat kompleks, dimana bagianbagiannya saling mempengaruhi secara fisik/somatik.2
Dari
pengamatan selama ini, terlihat bahwa penyakit kronik pada 50 tahun terakhir ini dianggap sebagai penyebab
nomor satu terjadinya morbiditas dan mortalitas, serta menghabiskan tiga per empat dari total biaya perawatan
kesehatan.3
Untuk orangorang lanjut usia (lansia) memang prevalensi dan akumulasi penyakit kronik meningkat.
Hal ini mungkin disebabkan oleh menurunnya atau berubahnya respons terhadap stres, termasuk stres terhadap
penyakit. Demikian juga dengan intensitas gejala dan persepsi terhadap penyakit juga berkurang.
Berbagai
penyakit kronik yang dialami pasien lansia seringkali menyebabkan masalah yang muncul ke permukaan berbeda
dibandingkan dengan masalah pada pasien usia muda. Awitan (onset) mungkin tidak jelas, manifestasi klinis juga
tidak khas. Banyak gejala dan tanda tidak disebabkan oleh penyakitnya sendiri melainkan oleh respons tubuh
terhadap penyakitpenyakit tersebut.
Sifat penyakit pada orang-orang lansia perlu sekali untuk dikenali supaya kita tidak salah ataupun
terlambat menegakkan diagnosis, sehingga terapi dan tindakan lain yang mengikutinya dengan segera dapat
dilaksanakan. Sebab penyakit pada orangorang lansia umumnya lebih bersifat endogen daripada eksogen. Hal
ini kemungkinan disebabkan karena menurunnya fungsi berbagai alat tubuh karena proses menjadi tua. Selain itu
produksi zatzat untuk daya tahan tubuh akan mengalami kemunduran. Oleh karena itu faktor penyebab eksogen
(infeksi) akan lebih mudah hinggap. Seringkali juga terjadi penyebab penyakit pada lansia tersembunyi (occult),
sehingga perlu dicari secara sadar dan aktif. Keluhan-keluhan pasien lansia sering tidak khas, tidak jelas, atipik
dan asimptomatik. Oleh karena sifatsifat atipik, asimptomatik atau tidak khas tadi, akan mengakibatkan variasi
individual munculnya gejala dan tanda-tanda penyakit meskipun macam penyakitnya sama.
Membuat diagnosis penyakit pada lansia pada umumnya lebih sukar dibandingkan pasien usia
remaja/dewasa. Oleh karena itu untuk menegakkan diagnosis pasien lansia kita perlu melakukan komunikasi
dengan tepat, observasi penderita agak lebih lama, sambil mengamati dengan cermat tanda-tanda dan gejala-
gejala penyakitnya yang juga seringkali tidak nyata. Ketepatan diagnosis penyakit pada lansia harus diikuti
dengan terapi yang tepat. Pada pasien lansia kepatuhan dalam mengikuti aturan terapi lebih rendah
dibandingkan pasien usia remaja/dewasa. Komunikasi yang efektif dengan pasien lansia sangat diperlukan
sehingga mereka mengerti informasi yang kita berikan dan mengikuti instruksi-instruksi yang kita sampaikan yang
berkaitan dengan terapi.
II.2 KOMUNIKASI
Secara umum, definisi komunikasi adalah Sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari
seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang
dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi. (Komaruddin, 1994; Schermerhorn, Hunt & Osborn,
1994; Koontz & Weihrich, 1988)
Aplikasi definisi komunikasi dalam interaksi antara dokter dan pasien di tempat praktik diartikan tercapainya
pengertian dan kesepakatan yang dibangun dokter bersama pasien pada setiap langkah penyelesaian masalah
pasien. Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk mengarahkan proses
penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan
demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya (Kurtz, 1998).
Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang digunakan:
- Disease centered communication style atau doctor centered communication style. Komunikasi berdasarkan
kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik
mengenai tanda dan gejala-gejala.
- Illness centered communication style atau patient centered communication style. Komunikasi berdasarkan
apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini
termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa
yang dipikirkannya.
Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan, kecemasan, serta kebutuhan pasien, patient
centered communication style sebenarnya tidak memerlukan waktu lebih lama dari pada doctor centered
communication style.
Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan
bagi kedua belah pihak yang akan mempengaruhi secara keseluruhan keberhasilan terapi dan menciptakan satu
kata tambahan bagi pasien yaitu empati.
II.3. KOMUNIKASI DENGAN PASIEN LANJUT USIA
Proses komunikasi pada umumnya adalah kompleks dan jauh lebih rumit karena faktor usia. Salah satu dari
problem besar dokter adalah ketika berhubungan dengan pasien lanjut usia, dimana mereka lebih heterogen
dibanding orang-orang yang lebih muda. Luasnya pengalaman hidup dan latar belakang budaya sering
mempengaruhi persepsi mereka tentang penyakitnya, kepatuhan untuk mengikuti aturan-aturan medis dan
kemampuan untuk berkomunikasi efektif dengan penyedia layanan kesehatan. Komunikasi dapat
terganggu/terhambat karena proses penuan normal dan komunikasi yang tidak jelas dapat menyebabkan
keseluruhan pengobatan menjadi gagal sehingga komunikasi yang efektif dengan pasien lanjut usia sangat
diperlukan. Komunikasi yang efektif dapat terjadi jika sebelumnya kita mengetahui latar belakang dan kondisi
pasien lansia tersebut.
Kondisi dan latar belakang yang perlu diketahui pada pasien Lansia:
Perubahan Fisik
Beberapa perubahan fisik pada lansia dapat mempengaruhi komunikasi diantaranya hilangnya
pendengaran, berkurangnya ketajaman penglihatan dan perubahan kemampuan bicara dan artikulasi.
Perubahan kemampuan bicara ini dapat diamati dari perubahan suara menjadi bergetar, lemah, parau dan
sulit untuk dimengerti.
Perubahan Psikologis
Perubahan psikologis mayor yang berpengaruh terhadap komunikasi meliputi kemunduran/hilangnya
memori dan daya tangkap terhadap informasi lebih lambat. Hilangnya memori yang paling sering adalah
memori jangka pendek yang mengakibatkan pasien lansia ini kesulitan untuk mengingat kejadian yang
baru terjadi. Kedua hal tersebut menyebabkan lambatnya proses komunikasi dan mengecilkan hati orang
muda untuk berbicara dengan orang lansia.
Perubahan Status dan Peran Sosial
perubahan sosial seperti pensiun dari pekerjaan yang mengakibatkan hilangnya pendapatan dan
perubahan status dapat mempengaruhi kondisi psikis terutama harga diri orang lanjut usia, Khusus untuk
kelompok yang berorientasi pada kerja kekuasaan akan hilang karena tua, tidak produktif dan tidak
kompeten. Hal-hal tersebut diatas dapat mempengaruhi kemauan dan keengganan untuk berkomunikasi.
Rasa kehilangan, duka cita dan terpisahkan dari keluarga dan teman-temannya dapat mengakibatkan
kegelisahan, depresi, irritabilitas dan agitasi yang mempengaruhi kemampuan untuk berkomunikasi
Latar Belakang
Kondisi politik dan social ekonomi pada zaman mereka dengan kita berbeda. Beberapa diantaranya pernah
mengalami kekurangan atau kerugian dan memperoleh pendidikan formal yang rendah. Kondisi tersebut
akan menyebabkan ideologi dan pandangan mereka mungkin tidak dapat kita pahami dan terima. Hal
tersebut akan berpengaruh terhadap komunikasi.
Ketika dokter berkomunikasi dengan pasien lansia, latar belakang, perubahan hidup dan fisiologis tersebut
membuat lebih sulit. Dokter harus memberikan perhatian lebih pada aspek-aspek tersebut karena komunikasi
yang tidak jelas dapat menyebabkan keseluruhan pengobatan menjadi gagal.
Sebelum kita berkomunikasi dengan pasien lansia, buatlah kontak baik secara fisik maupun emosi dengan
mereka. Jika kita sudah bisa melakukan kontak dengannya maka selanjutnya kita dapat berkomunikasi tentang
beberapa informasi yang kita diperlukan dan sampaikan serta instruksi-intruksi yang kita berikan. Untuk
memperoleh hal tersebut ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dan kita lakukan yaitu:
1. Alokasikan waktu lebih untuk pasien lanjut usia
Penelitian menunjukkan bahwa pasien tua kurang menangkap informasi dibandingkan dengan pasien
yang lebih muda yang kemungkinan karena gugup atau berkurangnya fokus. Hal ini mengakibatkan
perlunya tambahan waktu untuk pasien tua. Jika dokter kelihatan sibuk dan kurang interest, meraka akan
merasakannya sehingga komunikasi menjadi tidak efektif.
2. Hindari gangguan
Pasien ingin merasakan bahwa dokter meluangkan waktu baginya dan mereka dianggap penting.
Penelitian menunjukkan bahwa jika dokter memberikan perhatian utuh tanpa terbagi selama 60 menit
akan memberikan kesan betapa berartinya waktu bersama mereka. Kita harus memberi perhatian penuh
terhadap pasien selama mereka datang berkunjung dan jika mungkin kurangi gangguan-gangguan visual
dan pendengaran seperti adanya orang lain atau suasana yang bising/gaduh.
3. Duduk berhadap-hadapan
Beberapa pasien lanjut usia mempunyai gangguan pendengaran dan penglihatan dan membaca gerakan
bibir dokter merupakan hal yang penting agar dapat menerima informasi secara benar. Duduk
didepannya mungkin dapat mengurangi adanya gangguan. Tindakan ini memberikan kesan bahwa apa
yang akan dokter sampaikan ke mereka dan apa yang mereka sampaikan ke dokter adalah sesuatu yang
penting. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan pasien terhadap pengobatan meningkat
setelah dokter memberikan informasi tentang penyakitnya dengan bertatap muka langsung dengan
pasien.
4. Menjaga kontak mata
Kontak mata adalah salah satu bentuk komunikasi nonverbal yang langsung dan penting. Kontak mata
menunjukkan kepada pasien bahwa anda perhatian terhadapnya dan mereka dapat mempercayai anda.
Menjaga kontak mata memberikan suasana yang nyaman dan positif yang dapat membuat pasien
membuka diri dan bersedia terhadap informasi tambahan.
5. Mendengarkan
Keluhan pasien yang paling sering mengenai dokternya adalah bahwa mereka tidak mendengarkannya.
Komunikasi yang baik tergantung pada kesadaran kita untuk benar-benar mendengar apa yang pasien
katakan pada kita tanpa menyela. Beberapa problem yang berkaitan dengan ketidakpatuhan dapat
dikurangi dengan cara sederhana yaitu dengan menyediakan waktu untuk mendengar apa yang pasien
katakan.
6. Berbicara dengan perlahan, jelas dan cukup keras
Kecepatan bicara yang dapat dicerna pasien lanjut usia lebih lambat dibanding dengan orang muda.
Sehingga kecepatan bicara saat menyampaikan informasi dapat memberikan efek yang besar pada
seberapa banyak informasi yang dapat diambil, dicerna dan diingat oleh pasien lanjut usia. Jangan
mendesak pasien terus menerus dengan instruksi-intruksi. Berbicara secara jelas dan cukup keras untuk
didengar tetapi jangan berteriak.
7. Gunakan kata-kata dan kalimat yang singkat dan sederhana
Menyederhanakan informasi dan cara berbicara sehingga lebih mudah dimengerti adalah salah satu cara
terbaik untuk memastikan bahwa pasien akan mengikuti instruksi kita. Jangan menggunakan istilah-
istilah medis atau teknis yang susah untuk dimengerti. Jangan berasumsi bahwa pasien mengerti pada
istilah-istilah medis dasar. Yakinkanlah bahwa kita menggunakan kata-kata yang familiar pada pasien.
8. Fokuskan satu topik pada satu pertemuan
Informasi yang berlebihan akan membingungkan pasien. Untuk menghindarinya, berilah penjelasan yang
lama dan detail pada pasien. Cobalah memberikan informasi dalam bentuk outline, yang dapat
mengarahkan kita untuk menerangkan informasi penting dalam tahapan-tahapan. Misalnya pertama
bicara tentang jantung, kedua bicara tentang tekanan darah, ketiga bicara tentang pengobatan tekana
darah.
9. Menyederhanakan instruksi-instruksi dan menuliskan secara urut
Ketika memberikan instruksi pada pasien, hindari yang rumit dan membingungkan. Oleh karena itu tulis
urut instruksi yang mendasar dan mudah untuk diikuti.
10. Gunakan kartu, model atau gambar
Bantuan visual akan membantu pasien untuk mengetahui lebih baik tentang kondisinya dan pengobatan.
11. Sering meringkas dan mengulang informasi pada bagian yang paling penting
Ketika kita membicarakan poin-poin paling penting dengan pasien, mintalah padanya untuk mengulang
pernyataan atau instruksi kita. Jika setelah mendengar apa yang pasien katakan dokter berkesimpulan
bahwa dia belum mengerti terhadap pernyataan dan instruksi kita, pengulangan sederhana dapat
dilakukan karena pengulangan akan menambah ingatan.
12. Berikan pasien satu kesempatan untuk bertanya
Saat doker menerangkan tentang pengobatan dan memberikan semua informasi yang diperlukan,
berikan kesempatan untuk bertanya. Hal ini akan mengarahkannya untuk mengungkapkan beberapa
pemahaman yang mereka miliki dan lewat pertanyaannya dokter dapat menentukan apakah mereka
memahami secara komplet instruksi dan informasi yang diberikan dokter.
Daftar Pustaka
Kurtz, S., Silverman, J. & Drapper, J. (1998). Teaching and Learning Communication Skills in Medicine. Oxon:
Radcliffe Medical Press
Robinson, TE. White, GL,. Houchins, JC, 2006. Improving Communication With Older Patien: Tips from
Literature. American Academi of Family Physician
PENGGUNAAN SKENARIO UNTUK LATIHAN
Latihan pada keterampilan komunikasi ini bertujuan untuk membina sambung rasa, melakukuan anamnesis
lengkap serta memberikan bimbingan dan konseling pada pasien lanjut usia.
Cara latihan adalah: (1) Latihan terbimbing dengan pasien simulasi (2) Latihan mandiri dengan sesama teman,
diharapkan seorang teman berperan sebagai lanjut usia dengan baik dan benar serta dapat menyampaikan
permasalahan pasien lanjut usia sebaik mungkin (mencontoh kakek/neneknya sendiri).
Skenario 1.
Nama : Mbah Kartini
Umur : 65 tahun
Pendidkan : SPG
Pekerjaan : Pensiunan guru SD
Agama : Islam
Alamat : Jl. Pahlawan (tinggal bersama anak tertua)
Keluarga : Suami sudah meninggal (5 tahun yang lalu), anak 2 orang, sudah berkeluarga
semua, cucu 4 orang, yang terkecil berusia 2 tahun
Keluhan Utama : Sakit pinggang
Riwayat penyakit sekarang :
Keluhan dialami sejak beberapa tahun lalu, sudah sering berobat ke puskesmas, tetapi tidak pernah sembuh
total. Saat minum obat nyeri berkurang, tetapi jika obatnya habis 2-3 hari kemudian sakit lagi.
Keluhan lain :
Penglihatan kabur sejak 1 tahun lalu.
Riwayat penyakit dahulu :
Sakit gula sejak 2 tahun lalu, selalu kontrol gula darah dan rutin berobat ke dokter.
Riwayat penyakit dalam keluarga :
Almarhumah ibu juga punya sakit gula
Tugas : Lakukan anamnesis lengkap dan buat resumenya
Skenario 2
Nama : H. Ahmad
Umur : 70 tahun
Pendidkan : SMA
Pekerjaan : Pensiunan Swasta
Agama : Islam
Alamat : Perumahan Bumi Sempaja (tinggal bersama anak)
Keluarga : Istri sudah meninggal 1 tahun yang lalu, anak 5 orang, sudah berkeluarga semua,
cucu 8 orang
Keluhan Utama : Susah buang air kecil
Riwayat penyakit sekarang :
Keluhan dialami sejak 6 bulan lalu, nyeri tidak terus menerus, tetapi bila datang sangat nyeri sekali. Kadang-
kadang kencing berwarna merah. Saat kencing sedikit-sedikit dan sering terutama setelah habis minum air.
Keluhan lain : Tidak ada
Riwayat penyakit dahulu : Pernah dioperasi di bagian kepala .
Riwayat penyakit dalam keluarga : tidak tahu
Tugas : Lakukan anamnesis lengkap dan buat resumenya
KETERAMPILAN KOMUNIKASI PASIEN LANJUT USIA
NO
ASPEK YANG DINILAI
SKOR
0 1 2
Membina Sambung Rasa dan Mengumpulkan Informasi
1 Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, mempersilahkan duduk
- Berjabat tangan jika dimungkinkan
2 Menunjukkan empati
- Menunjukkan secara verbal bahwa dokter mengerti terhadap apa yang pasien
rasakan
3 Melakukan cross-check
- Melakukan klarifikasi terhadap apa yang dikatakan pasien
4 Menjadipendengar yang baik
- Berkonsentrasi terhadap apa yang diucapkan oleh pasien
- Tidak menyela namun juga mampu mengarahkan pasien kearah pembicaraan
yang relevan
5 Menggunakan bahasa verbal yang dipahami
- Menghindari istilah /jargon medis
6 Menggunakan bahasa non verbal
- Menunjukkan postur, gesture, kontak mata dan eksresi wajah yang sopan dan
ramah
Berbicara dengan timing perlahan, kosa kata jelas, dan intonasi cukup keras
7 Menggali identitas lengkap
- Cukup jelas
8 Mencatat ringkasan wawancara/anamnesis
- Menggali keluhan utama, RPS, PRD, RPK, R.Sosial s/d keluhan sistem tubuh
MenutupWawancara
9 Menggunakan alat peraga (brosur /leaflet /poster /lembarbalik /audiovisual) *
10 Menyampaikan informasi secara urut, mulai dari yang paling penting
11 Meringkas dan mengulang informasi penting
12 Meringkas apa yang dikatakan pasien
13 Memastikan pemahaman pasien terhadap informasi yang diberikan
14 Menanyakan pasien jika ada yang ingin ditambahkan /ditanyakan
15 Menutup dengan mengucapkan salam, terima kasih dan doa
Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan
2 : dilakukan dengan benar