8
KETERAMPILAN KOMUNIKASI DASAR KOMUNIKASI DENGAN PASIEN LANJUT USIA I. PENGANTAR Latihan keterampilan komunikasi dasar ini merupakan kelanjutan dari latihan komunikasi pada semester lalu dengan perbedaan berupa penekanan pada kemampuan melakukan komunikasi pada pasien lanjut usia. Aspek komunikasi disini meliputi petunjuk anamnesis yang dilakukan untuk menggali permasalahan/penyakit yang diderita pasien dan komunikasi yang berkaitan dengan aspek terapi pada pasien lanjut usia. Pencapaian hasil dari keterampilan komunikasi dasar ini akan ditinjau dari 2 aspek, yaitu : aspek medis dan aspek keterampilan komunikasi. Aspek medis adalah kemampuan menggali informasi untuk melakukan diagnosis dan kemampuan memberikan informasi terkait dengan terapi terhadap pasien. Aspek keterampilan komunikasi adalah keterampilan yang harus dikuasai dalam rangka menggali informasi/ dalam memberikan informasi terapi sehingga tercipta hubungan pasien dokter yang sewajarnya. Standar kompetensi keterampilan komunikasi dasar pada blok ini adalah: Setelah mengikuti latihan keterampilan komunikasi dasar ini, mahasiswa mampu : 1. Membina sambung rasa, memiliki penampilan pewawancara yang baik seperti layaknya dokter dan pasien yang baik, serta membina hubungan dokter-pasien secara wajar. 2. Menggali informasi untuk melakukan diagnosis dan memberikan informasi terapi secara efektif pada pasien lanjut usia. Kompetensi dasar keterampilan komunikasi dasar pada blok ini adalah: Setelah mengikuti latihan keterampilan komunikasi dasar ini, mahasiswa mampu : 1. Membina sambung rasa, memiliki penampilan pewawancara yang baik seperti layaknya dokter dan pasien yang baik, serta membina hubungan dokter-pasien secara wajar. a. membina sambung rasa, ramah, memperlihatkan sikap menerima; b. menjaga suasana serius tapi tetap santai; c. berbicara dengan lafal yang jelas; d. mempersilahkan duduk; e. mengetahui bahasa non verbal; 2. Menggali dan memberikan informasi medis yang efektif pada pasien lanjut usia a. meluangkan lebih banyak waktu untuk pasien lansia b. meminimalisir adanya gangguan visual dan pendengaran c. duduk berhadap-hadapan dengan pasien d. menjadi pendengar yang baik dengan tidak menyela pembicaraannya e. berbicara perlahan, jelas dan cukup keras f. menggunakan kata-kata dan kalimat yang pendek dan sederhana g. menulis secara urut dan sederhana instruksi medis yang diberikan h. memberikan informasi dengan kartu, model atau gambar i. sering mengulang bagian-bagian yang penting j. memberikan kesempatan kesempatan bertanya II.1 PENDAHULUAN Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari usia harapan hidup penduduknya. Demikian juga dengan Bangsa Indonesia sebagai suatu negara berkembang dengan perkembangannya yang cukup baik, maka harapan hidup penduduknya diproyeksikan makin tinggi yaitu dapat mencapai lebih dari 70

Trapmed Komunikasi Lansia Blok 11

Embed Size (px)

DESCRIPTION

n

Citation preview

  • KETERAMPILAN KOMUNIKASI DASAR

    KOMUNIKASI DENGAN PASIEN LANJUT USIA

    I. PENGANTAR

    Latihan keterampilan komunikasi dasar ini merupakan kelanjutan dari latihan komunikasi pada semester

    lalu dengan perbedaan berupa penekanan pada kemampuan melakukan komunikasi pada pasien lanjut usia.

    Aspek komunikasi disini meliputi petunjuk anamnesis yang dilakukan untuk menggali permasalahan/penyakit

    yang diderita pasien dan komunikasi yang berkaitan dengan aspek terapi pada pasien lanjut usia.

    Pencapaian hasil dari keterampilan komunikasi dasar ini akan ditinjau dari 2 aspek, yaitu : aspek medis

    dan aspek keterampilan komunikasi. Aspek medis adalah kemampuan menggali informasi untuk melakukan

    diagnosis dan kemampuan memberikan informasi terkait dengan terapi terhadap pasien. Aspek keterampilan

    komunikasi adalah keterampilan yang harus dikuasai dalam rangka menggali informasi/ dalam memberikan

    informasi terapi sehingga tercipta hubungan pasien dokter yang sewajarnya.

    Standar kompetensi keterampilan komunikasi dasar pada blok ini adalah:

    Setelah mengikuti latihan keterampilan komunikasi dasar ini, mahasiswa mampu :

    1. Membina sambung rasa, memiliki penampilan pewawancara yang baik seperti layaknya dokter dan pasien

    yang baik, serta membina hubungan dokter-pasien secara wajar.

    2. Menggali informasi untuk melakukan diagnosis dan memberikan informasi

    terapi secara efektif pada pasien lanjut usia.

    Kompetensi dasar keterampilan komunikasi dasar pada blok ini adalah:

    Setelah mengikuti latihan keterampilan komunikasi dasar ini, mahasiswa mampu :

    1. Membina sambung rasa, memiliki penampilan pewawancara yang baik seperti layaknya dokter dan pasien

    yang baik, serta membina hubungan dokter-pasien secara wajar.

    a. membina sambung rasa, ramah, memperlihatkan sikap menerima;

    b. menjaga suasana serius tapi tetap santai;

    c. berbicara dengan lafal yang jelas;

    d. mempersilahkan duduk;

    e. mengetahui bahasa non verbal;

    2. Menggali dan memberikan informasi medis yang efektif pada pasien lanjut usia

    a. meluangkan lebih banyak waktu untuk pasien lansia

    b. meminimalisir adanya gangguan visual dan pendengaran

    c. duduk berhadap-hadapan dengan pasien

    d. menjadi pendengar yang baik dengan tidak menyela pembicaraannya

    e. berbicara perlahan, jelas dan cukup keras

    f. menggunakan kata-kata dan kalimat yang pendek dan sederhana

    g. menulis secara urut dan sederhana instruksi medis yang diberikan

    h. memberikan informasi dengan kartu, model atau gambar

    i. sering mengulang bagian-bagian yang penting

    j. memberikan kesempatan kesempatan bertanya

    II.1 PENDAHULUAN

    Salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa seringkali dilihat dari usia harapan hidup penduduknya.

    Demikian juga dengan Bangsa Indonesia sebagai suatu negara berkembang dengan perkembangannya yang

    cukup baik, maka harapan hidup penduduknya diproyeksikan makin tinggi yaitu dapat mencapai lebih dari 70

  • tahun pada tahun 2000. Sebagai perbandingan buat kita, yaitu Jepang dengan usia harapan hidup penduduknya

    yang tertinggi di dunia, dimana pria dapat mencapai 76 tahun dan wanita 82 tahun. Namun sebaliknya sebagian

    masyarakat menganggap bahwa orang-orang lansia identik dengan banyaknya keluhan. Lansia acapkali juga

    diidentikkan dengan berbagai macam hendaya dan morbiditas yang timbul sejalan dengan proses penuaan.

    Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat menjadi rapuh disertai

    dengan menurunnya cadangan hampir semua sistim fisiologis dan disertai pula dengan meningkatnya

    kerentanan terhadap penyakit dan kematian.1

    Pendapat lain mengatakan bahwa menua merupakan suatu proses

    menghilangnya secara perlahanlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri /mengganti diri serta

    mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi)

    dan kemampuan untuk memperbaiki kerusakan yang diderita. Dengan demikian manusia secara progresif akan

    kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan makin banyaknya distorsi metabolik dan struktural yang disebut

    sebagai Penyakit Degeneratif , yang mana ini nantinya akan menyebabkan kita menghadapi akhir hidup

    dengan episode terminal yang dramatik seperti stroke, infark miokard, koma asidotik, metastase kanker, dan

    sebagainya. Ada pula yang menganalogikan menuanya manusia seperti ausnya suku cadang suatu mesin yang

    bekerjanya sangat kompleks, dimana bagianbagiannya saling mempengaruhi secara fisik/somatik.2

    Dari

    pengamatan selama ini, terlihat bahwa penyakit kronik pada 50 tahun terakhir ini dianggap sebagai penyebab

    nomor satu terjadinya morbiditas dan mortalitas, serta menghabiskan tiga per empat dari total biaya perawatan

    kesehatan.3

    Untuk orangorang lanjut usia (lansia) memang prevalensi dan akumulasi penyakit kronik meningkat.

    Hal ini mungkin disebabkan oleh menurunnya atau berubahnya respons terhadap stres, termasuk stres terhadap

    penyakit. Demikian juga dengan intensitas gejala dan persepsi terhadap penyakit juga berkurang.

    Berbagai

    penyakit kronik yang dialami pasien lansia seringkali menyebabkan masalah yang muncul ke permukaan berbeda

    dibandingkan dengan masalah pada pasien usia muda. Awitan (onset) mungkin tidak jelas, manifestasi klinis juga

    tidak khas. Banyak gejala dan tanda tidak disebabkan oleh penyakitnya sendiri melainkan oleh respons tubuh

    terhadap penyakitpenyakit tersebut.

    Sifat penyakit pada orang-orang lansia perlu sekali untuk dikenali supaya kita tidak salah ataupun

    terlambat menegakkan diagnosis, sehingga terapi dan tindakan lain yang mengikutinya dengan segera dapat

    dilaksanakan. Sebab penyakit pada orangorang lansia umumnya lebih bersifat endogen daripada eksogen. Hal

    ini kemungkinan disebabkan karena menurunnya fungsi berbagai alat tubuh karena proses menjadi tua. Selain itu

    produksi zatzat untuk daya tahan tubuh akan mengalami kemunduran. Oleh karena itu faktor penyebab eksogen

    (infeksi) akan lebih mudah hinggap. Seringkali juga terjadi penyebab penyakit pada lansia tersembunyi (occult),

    sehingga perlu dicari secara sadar dan aktif. Keluhan-keluhan pasien lansia sering tidak khas, tidak jelas, atipik

    dan asimptomatik. Oleh karena sifatsifat atipik, asimptomatik atau tidak khas tadi, akan mengakibatkan variasi

    individual munculnya gejala dan tanda-tanda penyakit meskipun macam penyakitnya sama.

    Membuat diagnosis penyakit pada lansia pada umumnya lebih sukar dibandingkan pasien usia

    remaja/dewasa. Oleh karena itu untuk menegakkan diagnosis pasien lansia kita perlu melakukan komunikasi

    dengan tepat, observasi penderita agak lebih lama, sambil mengamati dengan cermat tanda-tanda dan gejala-

    gejala penyakitnya yang juga seringkali tidak nyata. Ketepatan diagnosis penyakit pada lansia harus diikuti

    dengan terapi yang tepat. Pada pasien lansia kepatuhan dalam mengikuti aturan terapi lebih rendah

    dibandingkan pasien usia remaja/dewasa. Komunikasi yang efektif dengan pasien lansia sangat diperlukan

    sehingga mereka mengerti informasi yang kita berikan dan mengikuti instruksi-instruksi yang kita sampaikan yang

    berkaitan dengan terapi.

    II.2 KOMUNIKASI

    Secara umum, definisi komunikasi adalah Sebuah proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi dari

    seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain tersebut mengerti betul apa yang

  • dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau informasi. (Komaruddin, 1994; Schermerhorn, Hunt & Osborn,

    1994; Koontz & Weihrich, 1988)

    Aplikasi definisi komunikasi dalam interaksi antara dokter dan pasien di tempat praktik diartikan tercapainya

    pengertian dan kesepakatan yang dibangun dokter bersama pasien pada setiap langkah penyelesaian masalah

    pasien. Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk mengarahkan proses

    penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih memberikan dukungan pada pasien, dengan

    demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya (Kurtz, 1998).

    Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang digunakan:

    - Disease centered communication style atau doctor centered communication style. Komunikasi berdasarkan

    kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik

    mengenai tanda dan gejala-gejala.

  • - Illness centered communication style atau patient centered communication style. Komunikasi berdasarkan

    apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini

    termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa

    yang dipikirkannya.

    Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan, kecemasan, serta kebutuhan pasien, patient

    centered communication style sebenarnya tidak memerlukan waktu lebih lama dari pada doctor centered

    communication style.

    Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan

    bagi kedua belah pihak yang akan mempengaruhi secara keseluruhan keberhasilan terapi dan menciptakan satu

    kata tambahan bagi pasien yaitu empati.

    II.3. KOMUNIKASI DENGAN PASIEN LANJUT USIA

    Proses komunikasi pada umumnya adalah kompleks dan jauh lebih rumit karena faktor usia. Salah satu dari

    problem besar dokter adalah ketika berhubungan dengan pasien lanjut usia, dimana mereka lebih heterogen

    dibanding orang-orang yang lebih muda. Luasnya pengalaman hidup dan latar belakang budaya sering

    mempengaruhi persepsi mereka tentang penyakitnya, kepatuhan untuk mengikuti aturan-aturan medis dan

    kemampuan untuk berkomunikasi efektif dengan penyedia layanan kesehatan. Komunikasi dapat

    terganggu/terhambat karena proses penuan normal dan komunikasi yang tidak jelas dapat menyebabkan

    keseluruhan pengobatan menjadi gagal sehingga komunikasi yang efektif dengan pasien lanjut usia sangat

    diperlukan. Komunikasi yang efektif dapat terjadi jika sebelumnya kita mengetahui latar belakang dan kondisi

    pasien lansia tersebut.

    Kondisi dan latar belakang yang perlu diketahui pada pasien Lansia:

    Perubahan Fisik

    Beberapa perubahan fisik pada lansia dapat mempengaruhi komunikasi diantaranya hilangnya

    pendengaran, berkurangnya ketajaman penglihatan dan perubahan kemampuan bicara dan artikulasi.

    Perubahan kemampuan bicara ini dapat diamati dari perubahan suara menjadi bergetar, lemah, parau dan

    sulit untuk dimengerti.

    Perubahan Psikologis

    Perubahan psikologis mayor yang berpengaruh terhadap komunikasi meliputi kemunduran/hilangnya

    memori dan daya tangkap terhadap informasi lebih lambat. Hilangnya memori yang paling sering adalah

    memori jangka pendek yang mengakibatkan pasien lansia ini kesulitan untuk mengingat kejadian yang

    baru terjadi. Kedua hal tersebut menyebabkan lambatnya proses komunikasi dan mengecilkan hati orang

    muda untuk berbicara dengan orang lansia.

    Perubahan Status dan Peran Sosial

    perubahan sosial seperti pensiun dari pekerjaan yang mengakibatkan hilangnya pendapatan dan

    perubahan status dapat mempengaruhi kondisi psikis terutama harga diri orang lanjut usia, Khusus untuk

    kelompok yang berorientasi pada kerja kekuasaan akan hilang karena tua, tidak produktif dan tidak

    kompeten. Hal-hal tersebut diatas dapat mempengaruhi kemauan dan keengganan untuk berkomunikasi.

    Rasa kehilangan, duka cita dan terpisahkan dari keluarga dan teman-temannya dapat mengakibatkan

    kegelisahan, depresi, irritabilitas dan agitasi yang mempengaruhi kemampuan untuk berkomunikasi

    Latar Belakang

    Kondisi politik dan social ekonomi pada zaman mereka dengan kita berbeda. Beberapa diantaranya pernah

    mengalami kekurangan atau kerugian dan memperoleh pendidikan formal yang rendah. Kondisi tersebut

    akan menyebabkan ideologi dan pandangan mereka mungkin tidak dapat kita pahami dan terima. Hal

    tersebut akan berpengaruh terhadap komunikasi.

  • Ketika dokter berkomunikasi dengan pasien lansia, latar belakang, perubahan hidup dan fisiologis tersebut

    membuat lebih sulit. Dokter harus memberikan perhatian lebih pada aspek-aspek tersebut karena komunikasi

    yang tidak jelas dapat menyebabkan keseluruhan pengobatan menjadi gagal.

    Sebelum kita berkomunikasi dengan pasien lansia, buatlah kontak baik secara fisik maupun emosi dengan

    mereka. Jika kita sudah bisa melakukan kontak dengannya maka selanjutnya kita dapat berkomunikasi tentang

    beberapa informasi yang kita diperlukan dan sampaikan serta instruksi-intruksi yang kita berikan. Untuk

    memperoleh hal tersebut ada beberapa hal yang harus kita perhatikan dan kita lakukan yaitu:

    1. Alokasikan waktu lebih untuk pasien lanjut usia

    Penelitian menunjukkan bahwa pasien tua kurang menangkap informasi dibandingkan dengan pasien

    yang lebih muda yang kemungkinan karena gugup atau berkurangnya fokus. Hal ini mengakibatkan

    perlunya tambahan waktu untuk pasien tua. Jika dokter kelihatan sibuk dan kurang interest, meraka akan

    merasakannya sehingga komunikasi menjadi tidak efektif.

    2. Hindari gangguan

    Pasien ingin merasakan bahwa dokter meluangkan waktu baginya dan mereka dianggap penting.

    Penelitian menunjukkan bahwa jika dokter memberikan perhatian utuh tanpa terbagi selama 60 menit

    akan memberikan kesan betapa berartinya waktu bersama mereka. Kita harus memberi perhatian penuh

    terhadap pasien selama mereka datang berkunjung dan jika mungkin kurangi gangguan-gangguan visual

    dan pendengaran seperti adanya orang lain atau suasana yang bising/gaduh.

    3. Duduk berhadap-hadapan

    Beberapa pasien lanjut usia mempunyai gangguan pendengaran dan penglihatan dan membaca gerakan

    bibir dokter merupakan hal yang penting agar dapat menerima informasi secara benar. Duduk

    didepannya mungkin dapat mengurangi adanya gangguan. Tindakan ini memberikan kesan bahwa apa

    yang akan dokter sampaikan ke mereka dan apa yang mereka sampaikan ke dokter adalah sesuatu yang

    penting. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan pasien terhadap pengobatan meningkat

    setelah dokter memberikan informasi tentang penyakitnya dengan bertatap muka langsung dengan

    pasien.

    4. Menjaga kontak mata

    Kontak mata adalah salah satu bentuk komunikasi nonverbal yang langsung dan penting. Kontak mata

    menunjukkan kepada pasien bahwa anda perhatian terhadapnya dan mereka dapat mempercayai anda.

    Menjaga kontak mata memberikan suasana yang nyaman dan positif yang dapat membuat pasien

    membuka diri dan bersedia terhadap informasi tambahan.

    5. Mendengarkan

    Keluhan pasien yang paling sering mengenai dokternya adalah bahwa mereka tidak mendengarkannya.

    Komunikasi yang baik tergantung pada kesadaran kita untuk benar-benar mendengar apa yang pasien

    katakan pada kita tanpa menyela. Beberapa problem yang berkaitan dengan ketidakpatuhan dapat

    dikurangi dengan cara sederhana yaitu dengan menyediakan waktu untuk mendengar apa yang pasien

    katakan.

    6. Berbicara dengan perlahan, jelas dan cukup keras

    Kecepatan bicara yang dapat dicerna pasien lanjut usia lebih lambat dibanding dengan orang muda.

    Sehingga kecepatan bicara saat menyampaikan informasi dapat memberikan efek yang besar pada

    seberapa banyak informasi yang dapat diambil, dicerna dan diingat oleh pasien lanjut usia. Jangan

    mendesak pasien terus menerus dengan instruksi-intruksi. Berbicara secara jelas dan cukup keras untuk

    didengar tetapi jangan berteriak.

    7. Gunakan kata-kata dan kalimat yang singkat dan sederhana

    Menyederhanakan informasi dan cara berbicara sehingga lebih mudah dimengerti adalah salah satu cara

    terbaik untuk memastikan bahwa pasien akan mengikuti instruksi kita. Jangan menggunakan istilah-

    istilah medis atau teknis yang susah untuk dimengerti. Jangan berasumsi bahwa pasien mengerti pada

    istilah-istilah medis dasar. Yakinkanlah bahwa kita menggunakan kata-kata yang familiar pada pasien.

    8. Fokuskan satu topik pada satu pertemuan

  • Informasi yang berlebihan akan membingungkan pasien. Untuk menghindarinya, berilah penjelasan yang

    lama dan detail pada pasien. Cobalah memberikan informasi dalam bentuk outline, yang dapat

    mengarahkan kita untuk menerangkan informasi penting dalam tahapan-tahapan. Misalnya pertama

    bicara tentang jantung, kedua bicara tentang tekanan darah, ketiga bicara tentang pengobatan tekana

    darah.

    9. Menyederhanakan instruksi-instruksi dan menuliskan secara urut

    Ketika memberikan instruksi pada pasien, hindari yang rumit dan membingungkan. Oleh karena itu tulis

    urut instruksi yang mendasar dan mudah untuk diikuti.

    10. Gunakan kartu, model atau gambar

    Bantuan visual akan membantu pasien untuk mengetahui lebih baik tentang kondisinya dan pengobatan.

    11. Sering meringkas dan mengulang informasi pada bagian yang paling penting

    Ketika kita membicarakan poin-poin paling penting dengan pasien, mintalah padanya untuk mengulang

    pernyataan atau instruksi kita. Jika setelah mendengar apa yang pasien katakan dokter berkesimpulan

    bahwa dia belum mengerti terhadap pernyataan dan instruksi kita, pengulangan sederhana dapat

    dilakukan karena pengulangan akan menambah ingatan.

    12. Berikan pasien satu kesempatan untuk bertanya

    Saat doker menerangkan tentang pengobatan dan memberikan semua informasi yang diperlukan,

    berikan kesempatan untuk bertanya. Hal ini akan mengarahkannya untuk mengungkapkan beberapa

    pemahaman yang mereka miliki dan lewat pertanyaannya dokter dapat menentukan apakah mereka

    memahami secara komplet instruksi dan informasi yang diberikan dokter.

    Daftar Pustaka

    Kurtz, S., Silverman, J. & Drapper, J. (1998). Teaching and Learning Communication Skills in Medicine. Oxon:

    Radcliffe Medical Press

    Robinson, TE. White, GL,. Houchins, JC, 2006. Improving Communication With Older Patien: Tips from

    Literature. American Academi of Family Physician

  • PENGGUNAAN SKENARIO UNTUK LATIHAN

    Latihan pada keterampilan komunikasi ini bertujuan untuk membina sambung rasa, melakukuan anamnesis

    lengkap serta memberikan bimbingan dan konseling pada pasien lanjut usia.

    Cara latihan adalah: (1) Latihan terbimbing dengan pasien simulasi (2) Latihan mandiri dengan sesama teman,

    diharapkan seorang teman berperan sebagai lanjut usia dengan baik dan benar serta dapat menyampaikan

    permasalahan pasien lanjut usia sebaik mungkin (mencontoh kakek/neneknya sendiri).

    Skenario 1.

    Nama : Mbah Kartini

    Umur : 65 tahun

    Pendidkan : SPG

    Pekerjaan : Pensiunan guru SD

    Agama : Islam

    Alamat : Jl. Pahlawan (tinggal bersama anak tertua)

    Keluarga : Suami sudah meninggal (5 tahun yang lalu), anak 2 orang, sudah berkeluarga

    semua, cucu 4 orang, yang terkecil berusia 2 tahun

    Keluhan Utama : Sakit pinggang

    Riwayat penyakit sekarang :

    Keluhan dialami sejak beberapa tahun lalu, sudah sering berobat ke puskesmas, tetapi tidak pernah sembuh

    total. Saat minum obat nyeri berkurang, tetapi jika obatnya habis 2-3 hari kemudian sakit lagi.

    Keluhan lain :

    Penglihatan kabur sejak 1 tahun lalu.

    Riwayat penyakit dahulu :

    Sakit gula sejak 2 tahun lalu, selalu kontrol gula darah dan rutin berobat ke dokter.

    Riwayat penyakit dalam keluarga :

    Almarhumah ibu juga punya sakit gula

    Tugas : Lakukan anamnesis lengkap dan buat resumenya

    Skenario 2

    Nama : H. Ahmad

    Umur : 70 tahun

    Pendidkan : SMA

    Pekerjaan : Pensiunan Swasta

    Agama : Islam

    Alamat : Perumahan Bumi Sempaja (tinggal bersama anak)

    Keluarga : Istri sudah meninggal 1 tahun yang lalu, anak 5 orang, sudah berkeluarga semua,

    cucu 8 orang

    Keluhan Utama : Susah buang air kecil

    Riwayat penyakit sekarang :

    Keluhan dialami sejak 6 bulan lalu, nyeri tidak terus menerus, tetapi bila datang sangat nyeri sekali. Kadang-

    kadang kencing berwarna merah. Saat kencing sedikit-sedikit dan sering terutama setelah habis minum air.

    Keluhan lain : Tidak ada

    Riwayat penyakit dahulu : Pernah dioperasi di bagian kepala .

    Riwayat penyakit dalam keluarga : tidak tahu

    Tugas : Lakukan anamnesis lengkap dan buat resumenya

  • KETERAMPILAN KOMUNIKASI PASIEN LANJUT USIA

    NO

    ASPEK YANG DINILAI

    SKOR

    0 1 2

    Membina Sambung Rasa dan Mengumpulkan Informasi

    1 Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, mempersilahkan duduk

    - Berjabat tangan jika dimungkinkan

    2 Menunjukkan empati

    - Menunjukkan secara verbal bahwa dokter mengerti terhadap apa yang pasien

    rasakan

    3 Melakukan cross-check

    - Melakukan klarifikasi terhadap apa yang dikatakan pasien

    4 Menjadipendengar yang baik

    - Berkonsentrasi terhadap apa yang diucapkan oleh pasien

    - Tidak menyela namun juga mampu mengarahkan pasien kearah pembicaraan

    yang relevan

    5 Menggunakan bahasa verbal yang dipahami

    - Menghindari istilah /jargon medis

    6 Menggunakan bahasa non verbal

    - Menunjukkan postur, gesture, kontak mata dan eksresi wajah yang sopan dan

    ramah

    Berbicara dengan timing perlahan, kosa kata jelas, dan intonasi cukup keras

    7 Menggali identitas lengkap

    - Cukup jelas

    8 Mencatat ringkasan wawancara/anamnesis

    - Menggali keluhan utama, RPS, PRD, RPK, R.Sosial s/d keluhan sistem tubuh

    MenutupWawancara

    9 Menggunakan alat peraga (brosur /leaflet /poster /lembarbalik /audiovisual) *

    10 Menyampaikan informasi secara urut, mulai dari yang paling penting

    11 Meringkas dan mengulang informasi penting

    12 Meringkas apa yang dikatakan pasien

    13 Memastikan pemahaman pasien terhadap informasi yang diberikan

    14 Menanyakan pasien jika ada yang ingin ditambahkan /ditanyakan

    15 Menutup dengan mengucapkan salam, terima kasih dan doa

    Keterangan :

    0 : tidak dilakukan

    1 : dilakukan

    2 : dilakukan dengan benar