Transformasi Teknologi Kapal Selam Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Makalah ini membahas perkembangan teknologi kapal selam dunia, khususnya kapal selam yang pernah dan akan dimiliki Indonesia. Lebih lanjut dibahas dan dianalisa pengaruh perkembangan teknologi persenjataan Indonesia (kapal selam) ke stabilitas sistem internasional, khususnya di kawasan Asia Tenggara.

Citation preview

Tugas Individu Mata Kuliah Revolusi Sistem Persenjataan Departemen Ilmu Hubungan Internasional Oleh Chandra P Putra/0906528890

Transformasi Teknologi Kapal Selam Indonesia

Makalah ini akan membahas perkembangan teknologi persenjataan Indonesia sebagai bagian dari dinamika teknologi persenjataan dunia, khususnya teknologi kapal selam. Indonesia sampai hari ini baru (pernah) memiliki kapal selam Project 613 dari Rusia (kode NATO: Whiskey) dan U-209 dari Jerman selain pesanan terbaru 3 unit Type-209 Changbogo dari Korea Selatan yang direncanakan datang tahun 2015 2016. Struktur penjelasan dalam makalah ini terbagi dalam lima bagian, pertama pendahuluan yang akan memaparkan latar belakang penulisan makalah ini. Selanjutnya bagian kedua, Dinamika Teknologi Persenjataan, akan dijelaskan perkembangan teknologi persenjataan secara umum diseluruh dunia khususnya teknologi kapal selam. Pada bagian ketiga, Evolusi Teknologi Persenjataan Indonesia, akan dijelaskan perkembangan teknologi persenjataan di Indonesia sejak TNI-AL mengoperasikan kapal selam jenis Whiskey dari Rusia tahun 1960-an. Kemudian pada bagian keempat penulis akan menganalisa Pengaruh Perkembangan Teknologi Persenjataan Indonesia ke Stabilitas Sistem Internasional. Terakhir, penulis akan memberikan kesimpulan dari analisa dan penjelasan yang dipaparkan sebelumnya.

I. Pendahuluan Setelah tertunda beberapa tahun, akhirnya Indonesia memutuskan untuk memperkuat armada kapal selamnya dengan membeli 3 unit kapal selam Type-209/1400 dari Daewoo Shipbuiding and Marine Engineering Korea Selatan1. Pembelian ini jelas mengubah peta kekuatan armada laut di wilayah Asia Tenggara, meski kemampuan tempur kapal selam ini tidak terlalu istimewa. Type-209 Changbogo buatan Korea ini tidak dilengkapi teknologi Air Independent Propulsion (AIP) yang membuat kapal selam lebih sulit dideteksi.2 Walaupun begitu, pembelian kapal selam ini dinilai sudah cukup untuk mengimbangi kekuatan tempur1 2

http://www.defenseindustrydaily.com/Submarines-for-Indonesia-07004/ http://www.eurasiareview.com/30012012-indonesia%E2%80%99s-new-submarines-impact-on-regionalnaval-balance-analysis/

1|Universitas Indonesia

armada laut negara negera tetangga seperti kapal selam Scorpene milik Malaysia yang mampu menembakkan rudal anti kapal saat menyelam. Indonesia tidak seperti negara negara lain di Asia seperti China yang memiliki pengalaman mengoperasikan kapal selam dari berbagai tipe. Sejauh ini Indonesia memiliki 2 unit U209/1300 dari Jerman buatan tahun 1981 dan 14 unit3 (sumber lain menyebutkan 12 unit) tipe Project 613 (kode NATO: Whiskey) buatan Soviet/Rusia yang lama pensiun. Pengoperasian kapal selam Type-209 Changbogo yang akan diterima mulai tahun 2015 adalah sebuah kemajuan teknologi bagi Indonesia.

II. Dinamika Teknologi Persenjataan Sejarah kapal selam dimulai sejak tahun 1623 saat Cornelius Drebbel meluncurkan kapal rancangannya di Sungai Thames London. Kapal selam generasi awal ini menggunakan energi manusia untuk menggerakkannya. 4 Sebagaimana jenis senjata lain, kapal selam berevolusi menjadi lebih mematikan. Desainer kapal selam berlomba merancang senjata bawah air yang efektif dengan kekuatan mesin yang lebih besar namun tingkat kesenyapannya tinggi. Kapal selam juga harus mampu bertahan dalam air selama mungkin agar kemungkinan terdeteksi dapat diminimalisir , berlayar sejauh ribuan mil dan membawa sebanyak mungkin persenjataan. Kemunculan kapal selam ini kemudian menjadi pemicu perkembangan teknologi pada sistem persenjataan di kapal kapal perang permukaan. Kapal Destroyer maupun Frigat modern diwajibkan memiliki kemampuan untuk mengendus dan menghancurkan kapal selam, untuk itu diperlukan Sonar (Sound navigation and ranging) yang lebih sensitif terhadap pancaran suara yang dihasilkan dari berbagai elemen kapal selam, seperti bunyi getaran mesin diesel atau bunyi yang dihasilkan dari perputaran baling baling mesin kapal. Kehadiran antisubmarine weapon (ASW), terutama senjata berpandu sonar seperti torpedo membuat perancang kapal selam meningkatkan kesenyapan kapalnya agar tidak mudah terdeteksi sonar kapal permukaan. Body kapal selam juga dibuat sedemikian rupa agar sulit dideteksi oleh Magnetic Anomaly Detector (MAD) yang didesain untuk mengenali benda benda logam dibawah air.

3 4

Paul E Fontenoy, Submarines: an ilustrated history of their impact (California: ABC-CLIO, 2007), hal. 344. Ibid., hal. 1

2|Universitas Indonesia

Depth Charge atau bom laut juga menjadi ancaman bagi kapal selam. Bom laut ini dapat diatur untuk meledak pada kedalaman tertentu, disesuaikan dengan perkiraan posisi kapal selam. Kemajuan teknologi bidang konstruksi kapal memungkinkan kapal selam menyelam lebih dari 300 meter untuk menghindari efek merusak dari depth charge ini.Tantangan lain datang dari fighter jet dan assault helicopter yang mampu meluncurkan air-to surface missile sewaktu kapal selam muncul ke permukaan untuk mengambil oksigen. Pengembang kapal selam lantas menjawabnya dengan teknologi Air Independent Propulsion (AIP) yang memberikan kemampuan bertahan dalam air lebih lama. Penulis berpendapat setidaknya ada tiga hal utama yang diperhatikan dalam evolusi persenjataan kapal selam, pertama endurance atau daya tahan kapal selam untuk melakukan operasi jangka panjang. Daya tahan kapal ditentukan oleh teknologi propulsi, yang harus menemukan komposisi yang pas antara kecepatan, jangkauan operasi dan lama operasi dalam air. Kedua, teknologi peralatan perang elektronik seperti sonar yang super-sensitif untuk mengatasi ancaman dari laut. Peralatan perang elektronik seperti noise making jammer dan decoy sebagai penangkal aktif (aktive countermeasure) menjamin keamanan kapal selam dari serangan torpedo lawan. Ketiga, kemampuan kapal selam untuk membawa persenjataan. Tidak mungkin bagi kapal selam untuk sering sering kembali ke pangkalan hanya untuk memuat persenjataan sebab kapal selam beroperasi secara rahasia dan sebisa mungkin tidak terdeteksi.

Replika kapal selam van Drebbel yang meluncur tahun 1623 di Sungai Thames London. Berpenggerak 12 pendayung

SSN Seawolf class meluncurkan torpedo 660mm. Bertenaga nuklir dengan daya jelajah tak terbatas

Rudal BrahMos diluncurkan dari kapal selam AL India. Berpenggerak DieselElektrik yang minim getaran dan suara

Ketiga unsur tersebut pastinya menjadi pertimbangan dalam mendesain sebuah kapal selam, yang tentu saja juga akan dibuatkan penangkalnya. Semakin kompleks teknologi dalam kapal selam makin mahal pula harganya. Faktor harga pula yang membuat Indonesia akhirnya lebih memilih produk Korea daripada U-214 Jerman atau Project 636 (Improved Kilo) Rusia (harga

3|Universitas Indonesia

per unit Changbogo sekitar 371 juta dolar5, sementara Kilo 636 dan U-214 bisa dua kali lipat lebih mahal). Selain itu, Korea bersedia melakukan transfer teknologi, kapal ketiga rencananya akan dibangun di PT.PAL Surabaya. Walaupun kemampuan U-214 dan Kilo 636 lebih superior dari Changbogo dengan teknologi AIP dan submerged-launch anti-ship cruise missiles , tampaknya pilihan untuk membuat alutsista secara mandiri adalah opsi terbaik.

III. Evolusi Teknologi Persenjataan Indonesia Sebagimana negara konsumen lain, Indonesia tidak memiliki pengalaman dalam membuat kapal selam sendiri. Evolusi teknologi persenjataan di Indonesia mengikuti tren yang berlaku di luar negeri, umumnya akibat konflik Uni Soviet dengan Eropa dan Amerika Serikat. Pengalaman bertempur melawan armada kapal selam di dua perang dunia membuat banyak pihak sadar bahwa memiliki kapal selam sama saja dengan meningkatkan daya serang suatu negara. Kapal selam umumnya masih mengandalkan torpedo untuk menghancurkan target di permukaan hingga akhirnya diperkenalkan rudal dari berbagai tipe yang bisa ditembakkan saat menyelam. Kapal selam yang muncul sebelum dan sesudah Perang Dunia I biasanya dilengkapi meriam anti-kapal seperti U-19 (1912) dan U-219 (1913) yang merupakan kapal selam bertenaga diesel pertama buatan Jerman.6 Meriam anti-kapal ini pada masa itu berguna untuk menghadapi kapal permukaan, dan lagi mesin diesel MAN masih harus sering muncul ke permukaan untuk mengambil oksigen. Namun munculnya ancaman dari udara disamping berkembangnya sensor kapal kapal permukaan menuntut kapal selam bertahan lebih lama dalam air. Meriam pun ditinggalkan dan perannya kini diganti submerged-launch cruise missiles atau vertical lauch missiles untuk menghajar sasaran di udara dan darat dari kedalaman. Project 613 (1951) hadir setelah Perang Dunia II, sebagai kapal selam medium dengan berat 1055 ton dipermukaan. Pengalaman pertama mengoperasikan kapal selam didapatkan Indonesia saat 12 unit kapal selam Project 613 (Whiskey) bekas Uni Soviet ini datang tahun 1960-1962.7 Kapal selam ini ditujukan untuk menghadapi armada kapal perang Belanda yang ingin mempertahankan Irian Barat pada Operasi Pembebasan Irian Barat tahun 1961-1962. Whiskey class salah satu yang terbaik di masa itu, mampu membawa 12 torpedo 533mm

5

http://www.thejakartapost.com/news/2009/12/07/still-a-long-wait-until-navy-can-operate-moresubmarines.html 6 Paul E Fontenoy, Submarines: an ilustrated history of their impact (California: ABC-CLIO, 2007), hal. 95. 7 SIPRI Arms Transfers Database

4|Universitas Indonesia

disamping meriam 57mm dan 25mm bahkan beberapa variannya memiliki misil jelajah SSN-3 Shaddock. Mampu menjelajah sejauh 8580 nm dengan kecepatan 10 knot saat meluncur dipermukaan dan 353 nm/2 knot dibawah laut menjadi ancaman nyata bagi pergerakan kapal kapal permukaan Belanda. Berikut data teknis Project 6138:General characteristics - Project 613 Displacement (tons): Surfaced: Submerged: Dimensions (m): Length: Beam: Draught: Speed (kts): Surfaced: Submerged: Range: Surfaced: Under snorkel: Submerged: Diving depth (m): Operational: Maximum: Endurance (days): Propulsion: Armament: 170 200 30 2x2000 h.p., diesels 37D, 2x1350 h.p., electric motors PG-101, 2x50 h.p., electric motors PG-103 6 533 mm torpedo tubes (4 bow, 2 stern) - 12 torpedoes 53-38, 53-38U, 5339, 53-39PM, 53-51, 53-56V, 53-57, 53-61, 53-65K, ET-46, SAET-50, SAET50M, SAET-60M, SET-56 or 22 mines AMD-1000 Fire control system L4-2 1x2 57 mm SM-24ZIF (on S-61 - SM-24ZIF1) 250 rounds (removed in 195758) 1x2 25 mm 2M-8 2000 rounds (removed in 1957-58) Radar complex RLK-101 Albatros (from 1958), surface radar Flag, reconnaissance radar Anker (then Nakat), Fakel-MO-1 IFF (then Khrom-K), RPN-47-03 (then radio direction finder ARP-53), sonar Tamir5L (then Plutoniy), noise detection sonar Mars (then MG-10 Kola, then Fenix), sonar MG-200 Arktika (from 1954 on S-154), special sonar MG-15 Sviyaga (from 1957), underwater communication system MG-25 Yakhta (from 1959 on S-345, 378) 55 (9 officers) 8580 nm (10 kts), 2760 nm (18,3 kts) 353 nm (2 kts), 13,1 nm (13,1 kts) 18,3 13,1 76 6,3 4,55 1045 1342

Electronics:

Crew:

8

http://russian-ships.info/eng/submarines/project_613.htm

5|Universitas Indonesia

Schematics

Soviet Project 613 Submarine - Whiskey Class

Indonesia mendapatkan 12 unit kapal selam bekas, semua pensiun karena minimnya perawatan dan kelangkaan suku cadang. Tjakra S01, then 401, then 511 (till 1959 S-79) decommissioned 1972, Trisula 402 (till 12.1962 S-235) decommissioned 1974, Nagabanda 403 (till 1961 S-218) decommissioned 1976, Nagarangsang 404 (till 1961 S-219) decommissioned 1974, Hendradjala 405 (till 1961 S-223) decommissioned 1974, Alugoro 406, then 512 (till 1961 S-225) decommissioned 1974, Nanggala S02, then 407 (till 1959 S-91) decommissioned 1972, Tjandrasa 408 (till 1962 S391) decommissioned 1974, Widjajadanu 409 (till 12.1962 S-239), Pasopati 410 (till 15.12.1962 S-290) decommissioned 25.01.1990, from 1994 as museum-ship in Surabaya, Tjundamani 411 (till 12.1962 S-292) decommissioned 1974, Bramasta 412 (till 12.1962 S236) decommissioned 1981 Setelah kapal selam kelas Whiskey terakhir dipensiunkan, Indonesia mengoperasikan 2 unit U-209/1300 buatan Howaldtswerke Deutsche Werft (HDW) Jerman. Terhitung sejak tahun 1981 kapal ini beroperasi hingga sekarang, dengan beberapa kali perbaikan ringan dan overhaul di galangan kapal Daewoo Korea. U-209 merupakan kapal selam paling populer, digunakan 13 negara dan beberapa diantaranya membuat sendiri dengan lisensi HDW termasuk 3 unit Type-209/1400 Changbogo yang akan dibuat Daewoo Korea untuk TNI-AL.

6|Universitas Indonesia

Berikut spesifikasi umum HDW U-209/1200:9U-209/1200 class Entered service Crew Diving depth (operational) Diving depth (maximum) Dimensions and displacement Length Beam Draught Surfaced displacement Submerged displacement Propulsion and speed Surfaced speed Submerged speed Diesel engines Electric motors 11 knots 21.5 knots 2 x 5 000 hp 1 x 3 600 hp Armament 8 x 533-mm bow tubes for 14 anti-ship and anti-submarine torpedoes 56 m 6.2 m 5.5 m 1 185 tons 1 290 tons 1967 31-35 men 300 m 500 m

Torpedoes

HDW membuat beberapa varian, mulai 1100, 1200, 1300, 1400 dan 1500. Angka ini merujuk pada berat kapal selam. KRI Cakra dan Nenggala adalah U-209/1300.

Evolusi U-209 beserta variannya.9

http://www.military-today.com/navy/u_209_class.htm

7|Universitas Indonesia

Pembelian kapal selam terakhir oleh Indonesia adalah Type-209/1400 buatan Daewoo Shipbuilding and Marine Engineering (DSME) Korea Selatan. 3 unit dipesan dan akan datang mulai tahun 2015. Bukan kapal selam dengan teknologi yang akan memicu kecurigaan negara tetangga, Type-209 Changbogo bahkan tidak lagi diproduksi untuk Angkatan Laut Korea Selatan yang sudah memiliki U-214 AIP kelas Son Won-Il sejak 2006.

Berikut adalah spesifikasi standar Type-209/1400 Changbogo:10Entered service Crew Diving depth (operational) Diving depth (maximum) Sea endurance Dimensions and displacement Length Beam Draught Surfaced displacement Submerged displacement Propulsion and speed Surfaced speed Submerged speed Diesel engines Electric motors Armament Torpedoes Other 8 x 533-mm bow tubes for 14 torpedoes 28 mines in place of the torpedoes 11 knots 22 knots 4 x 3 810 hp 1 x 4 595 hp 56 m 6.2 m 5.5 m 1 100 tons 1 285 tons 1993 33 men 250 m ? ?

Kemampuan Type-209 Changbogo kemungkinan kuat akan ditingkatkan, antara lain peningkatan kecepatan saat menyelam hingga 25 knot dan peralatan elektronik yang sama10

http://www.military-today.com/navy/chang_bogo_class.htm

8|Universitas Indonesia

dengan U-214. Air-Independent Propulsion tidak termasuk dalam modernisasi ini, namun diperkirakan Changbogo akan dilengkapi dengan rudal peluncur vertikal buatan Korea HaeSung yang setara Sub-Harpoon Amerika.

Rudal Harpoon yang diluncurkan dari kapal selam

IV. Pengaruh Perkembangan Teknologi Persenjataan Indonesia ke Stabilitas Sistem Internasional Peningkatan kekuatan tempur suatu negara cenderung akan memicu negara tetangganya untuk melakukan hal serupa demi keseimbangan kekuatan. Sebelumnya, hanya Indonesia yang mampu mengoperasikan armada kapal selam dengan kelas Whiskey-nya, namun kini Singapura, Malaysia, menyusul kemudian Vietnam dan Thailand ikut memiliki armada kapal selam. Australia bisa jadi juga khawatir dengan peningkatan kemampuan armada kapal selam negara negara ASEAN, karena itu Australia tengah mencari pengganti Collins class miliknya. Perkembangan teknologi persenjataan Indonesia secara umum turut mempengaruhi dan dipengaruhi negara negara lain di kawasan ASEAN. Ancaman utama yang dihadapi Indonesia adalah potensi konflik perbatasan yang bisa muncul setiap saat seperti kasus klaim perairan Ambalat oleh Malaysia. Sejauh ini Indonesia tidak memiliki potensi bentrokan dengan kekuatan raksasa baru Asia, China yang berebut klaim dengan beberapa negara ASEAN atas kepulauan Spratly. Namun konflik tersebut bisa berubah menjadi perang terbuka dan mengancam keselamatan kapal kapal sipil yang melintas di Selat Malaka. Disinilah Indonesia harus berperan dalam mengawasi manuver kapal kapal militer termasuk kapal selam yang sangat sulit dideteksi pergerakkannya. Tanpa perang terbuka sekalipun Indonesia dan negara negara ASEAN sudah terjebak dalam perlombaan senjata mini. Beberapa negara disekitar Indonesia yang sudah mampu mengoperasikan kapal selam

9|Universitas Indonesia

menjadi ancaman nyata bagi pertahanan bawah laut Indonesia. Seperti Singapura dengan 4 unit kelas Challenger (Sjoormen class) dan 2 unit kelas Archer (Vastergotland class) keduanya dari Swedia menjadikan Singapura operator kapal selam terbesar di Asia Tenggara 11 . Kelas Archer merupakan kapal selam bekas Swedia Vastergotland yang diperbaiki agar mampu beroperasi di lautan tropis dan ditingkatkan kemampuan silumannya dengan Stirling-AIP. Kapal selam kelas Archer diluncurkan dari Karlskrona, Swedia pada tanggal 16 Juni 2009.

Ruang tempur RSS Archer

RSS Archer dan RSS Swordsman sudah beroperasi penuh, dengan teknologi AIP-nya memantik kecurigaan sebab dengan AIP kapal selam lebih sulit dideteksi dan tidak ada jaminan kapal selam ini tidak akan berlayar ke perairan negara tetangga tanpa diketahui.

Malaysia, mengoperasikan 2 unit kapal selam jenis Scorpene buatan DCNS Prancis pada 2009 membuat kemampuan angkatan lautnya meningkat tajam. Scorpene dilengkapi MESMA-AIP yang mampu menambah daya tahan dalam air selama 21 hari tanpa muncul ke permukaan. Misil Exocet yang bisa diluncurkan dari dalam air menambah daya gempur Scorpene.11

http://www.mindef.gov.sg/imindef/news_and_events/nr/2009/jun/16jun09_nr.html

10 | U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Berikut spesifikasi umum Scorpene12:Length Surface displacement 66 -76 m 1550 1850 metric tons

Submerged displacement 1790 2010 metric tons Speed when submerged Submerged endurance Depth of immersion Length of missions Crew > 20 knots > 3 weeks > 350 m > 50 days 31 member

Dapat dilengkapi SM.39 Exocet yang setara dengan Sub-Harpoon missile. Vietnam, yang akan dilengkapi 6 unit kapal selam jenis Project 636 (Improved Kilo) pada 2020 jelas mengancam stabilitas keamanan kawasan. Tidak hanya dilengkapi AIP, Kilo 636 juga dapat meluncurkan Club-S missile dari kedalaman laut. Vietnam memang perlu meningkatkan kekuatan armada lautnya ditengah konfliknya dengan China terkait klaim perbatasan.

12

http://en.dcnsgroup.com/naval/products/scorpene/

11 | U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Berikut spesifikasi umum Kilo 63613:General characteristics - Project 636 Displacement (tons): Surfaced: Submerged: Dimensions (m): Length: Beam: Draught: Speed (kts): Surfaced: Submerged: Range: Surfaced: Under snorkel: Submerged: Diving depth (m): Operational: Maximum: Endurance (days): Propulsion: Armament: 240 300 45 1x5800 h.p., electric motor PG-141M, 1x150 h.p., electric motor PG-142, 2 diesel-generators 4DL-42M x1500 kW 81 launchers SAM system 9K310 Igla-1 (missiles 9M313) 6 533 mm bow torpedo tubes - 18 torpedoes 53-65K, 53-56B, 53-56BA, SET-53M, TEST-71M, USET-80 (Project 636M torpedoes 53-65KE, TEST71ME, Missile complex Club-S (anti-ship missiles 3M-54E), Proj ct 06363 missile complex Kalibr-PL) or 24 mines DM-1 Radar complex MRK-50 Kaskad, ESM Radar system MRP-25, KhromM IFF, sonar complex MGK-400 Rubikon 01339-01344 MGK-400V1 Rubikon), mine detection sonar MG-519 Arfa, self-cav tation measurement sonar MG-512 Vint, noise detection sonar MG-53, MG-553 Shkert, combat information control system MVU-110EM Uzel, navigation complex Andoga 60 (16 officers) 7500 nm (7 kts) 400 nm (3 kts) 12 19,8 73,8 9,9 6,6 2350 3100

Electronics:

Crew:

13

http://russian-ships.info/eng/submarines/project_877.htm

12 | U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Large submarine - Project 877/636

Dengan kemampuan jelajah Kilo 636 hingga 7500nm, Vietnam akan mampu menyatakan kehadirannya di wilayah sengketa untuk mengimbangi kapal - kapal selam China.

13 | U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Thailand, dibanding negara ASEAN lainnya masih tertinggal dalam hal pengoperasian kapal selam. Thailand baru memesan 2 unit kapal selam U-206a bekas Jerman pada Maret 201114. Meningkatnya kapabilitas angkatan laut Malaysia, Singapura, Vietnam dan Indonesia membuat Thailand merasa perlu memiliki pertahanan bawah laut. U-206a bukan jenis kapal selam yang akan membuat perbedaan besar di kawasan, namun bagi angkatan laut Thailand U-206a cukuplah untuk menjaga lapangan gas lepas pantai miliknya. Berikut spesifikasi umum HDW U-206a15:U-206A class Entered service Crew Diving depth (operational) Diving depth (maximum) Sea endurance Dimensions and displacement Length Beam Draught Surfaced displacement Submerged displacement Propulsion and speed Surfaced speed Submerged speed Diesel engines Electric motors Armament Torpedoes Other 8 x 533-mm tubes 24 mines carried externally 10 knots 17 knots 2 x 600 hp 1 x 1 430 hp (approx) 48.6 m 4.6 m 4.5 m 450 tons 498 tons 1973 23 men 100 m ? ?

Type-206A tidak setara dengan Kilo 636 ataupun Scorpene, kapal selam ini beroperasi diperairan dangkal sekadar untuk menjaga garis pantai. Thailand berusaha meyakinkan tetangganya bahwa pembelian kapal selam ini tidak akan memicu perlombaan senjata sesama negara ASEAN.

14 15

http://www.defenseindustrydaily.com/Thailands-New-Second-Hand-Submarines-06817/ http://www.military-today.com/navy/u_206_class.htm

14 | U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Australia telah lama mengoperasikan 6 unit kapal selam kelas Collins, buatan Australian Submarine Corporation hasil kolaborasi dengan Kockums-Swedia. Mulai beroperasi tahun 1996, Collins-class adalah kapal selam besar yang mampu memuat 23 torpedo atau SubHarpoon missiles. Meskipun tidak dilengkapi AIP, namun Australia berencana melengkapi armada Collins-nya dengan rudal penjelajah Tomahawk16. Spesifikasi umum Collins-class:

Entered service Crew

1996 42 men

Diving depth (operational) 300 m Dimensions and displacement Length 77.8 m Beam 7.8 m Draught 7m Surfaced displacement 3 051 tons Submerged displacement 3 353 tons Propulsion and speed Surfaced speed 10 knots Submerged speed 20 knots Diesel engines 3 x 6 035 hp Electric motors 1 x 7 345 hp Armament 6 x 533-mm tubes for a total of Missiles and torpedoes 22 Sub-Harpoon missiles or torpedoes Other or up to 44 mines

16

Paul E Fontenoy, Submarines: an ilustrated history of their impact (California: ABC-CLIO, 2007), hal. 368.

15 | U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Sementara Indonesia, sampai hari ini hanya dikawal 2 unit HDW U-209/1300 buatan Jerman. Memulai tugas tahun 1981, kapal selam KRI Cakra-401 mendapat perbaikan menyeluruh (overhaul and retrofit) di Daewoo Korea tahun 2004 dan KRI Nenggala-402 tahun 2009.Perbaikanya meliputi perbaikan mesin diesel dan struktur kapal, batterai, sensor, fire control system, sistem komunikasi dan navigasi serta combat management system (CMS). Sebelum dimodernisasi, keduanya memakai sistem manajemen tempur dari Sinbad (signals submarine integrated battle and data system) buatan Belanda. Diganti dengan CMS MSI-90U Mk-2 buatan Kongsberg Defence & Aerospace (KDA) Nowegia. Dengan piranti baru tersebut Cakra dan Nenggala bisa menembakkan empat torpedo sekaligus keempat sasaran yang berbeda. Sonar Compact Sonar for U-Boat (CSU) 3-2 lama buatan ATLAS Elektronik diganti dengan sonar LOPAS 8300 buatan L-3 Nautik, Jerman. Kelebihannya ada pada jangkauan deteksinya yang lebih jauh.

Sistem Manajemen Tempur (CMS) MSI-90U Mk-2 dan ruang tempur baru KRI-401 Cakra

16 | U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

DSME Type-209 Changbogo tidak terlalu banyak perbedaan karena body-nya memang masih menggunakan HDW U-209/1400. Perubahan terjadi pada sensor, sonar yang lebih sensitif dan peluncur rudal bawah air, bisa menggunakan Sub-Harpoon atau Exocet SM 39. Sementara itu pembangunan pangkalan kapal selam di Teluk Palu, Sulawesi Tengah sudah dimulai sejak tahun 201117. Terletak ditengah Alur Laut Kepuluan Indonesia (ALKI) III Laut Banda pangkalan ini dinilai sangat strategis. Ketiga kapal selam terbaru TNI-AL bisa jadi ditempatkan disini sebagai antisipasi pergerakan Scorpene Malayasia.

V. Kesimpulan Peningkatan kemampuan tempur Indonesia akan selalu berusaha diimbangi oleh negara tetangga dan berlaku sebaliknya. Dominasi kekuatan laut yang dulu dipegang Indonesia sampair akhir 1970-an berakhir setelah Singapura dan Australia mengembangkan armada kapal selamnya. Perkembangan teknologi kapal selam Indonesia diwakili kelas Whiskey dan HDW U-209/1300. Tabel dibawah akan menjelaskan perkembangann teknologi dua kapal selam beda generasi tersebut. Tipe KS 1. Propulsi - Mesin - Daya Tahan - Kecepatan - Daya jelajah Project 613 Whiskey Mesin Diesel 37D 2x2000 hp Mesin Elektrik PG-101 2x 1350 hp Mesin elektrik cadangan PG103 2x50 hp 30 hari Surfaced 18.3 knots Surmerged 13,1 knots 8580nm/10 knot 535 nm/2knot 6 x533 mm torpedo tubes (4 bow, 2 stern) - 12 torpedoes 53-38, 53-38U, 53-39, 5339PM, 53-51, 53-56V, 53-57, 53-61, 53-65K, ET-46, SAET-50, SAET-50M, SAET-60M, SET-56 or 22 mines AMD-1000 Fire control system L4-2 1x2 57 mm SM-24ZIF (on S61 - SM-24ZIF1) 250 rounds (removed in 1957-58) 1x2 25 mm 2M-8 2000 rounds (removed in 1957-58) Radar complex RLK-101 HDW U-209/1300 Mesin Diesel MAN 2x5000hp Mesin Elektrik 1x3600hp 50 hari Surfaced 11 knots Submerged 21.5 knots Surfaced 11,000 nm (20,000 km) at 10 knots Submerged 400 nm (700 km) at 4 knots 8 x 533-mm bow tubes for 14 anti-ship and anti-submarine torpedoes UGM-84 Harpoon

2. Armament

3. Peralatan Elektronika17

STN Atlas-Elektronik CSU

http://www.gatra.com/nasional-cp/1-nasional/6868-tni-al-bangun-pangkalan-kapal-selam-di-teluk-palu

17 | U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a

Albatros (from 1958), surface radar Flag, reconnaissance radar Anker (then Nakat), Fakel-MO-1 IFF (then Khrom-K), RPN-47-03 (then radio direction finder ARP-53), sonar Tamir-5L (then Plutoniy), noise detection sonar Mars (then MG-10 Kola, then Fenix), sonar MG-200 Arktika (from 1954 on S154), special sonar MG-15 Sviyaga (from 1957), underwater communication system MG-25 Yakhta (from 1959 on S-345, 378)

3-2 sonar suite were replaced with L-3 ELAC Nautik's LOPAS 8300 passive sonar system and Kongsberg MSI90U MK2 CMS

Berdasarkan data teknis ini maka dapat disimpulkan teknologi kapal selam Indonesia mengalami kemajuan. Project 613 hanya mampu bertahan selama 30 hari sedangkan U209/1300 50 hari. Daya jelajah juga meningkat dari 8580nm (Whiskey) menjadi 11,000nm (U-209/1300) dengan kecepatan yang sama. Selain peningkatan kapasitas mesin, propulsi kapal selam modern juga menuntut tingkat kebisingan yang rendah untuk menghindari deteksi sonar kapal lawan. Dalam hal pendeteksian U-209 lebih unggul dengan sonar pasif MSI-90U MK2 yang lebih jauh jangkauannya. Perubahan paling mencolok adalah kemampuan U-209/1300 menggotong persenjataan. U-209 dirancang mampu menembakkan rudal dari bawah air Sub-Harpoon atau Exocet. Namun lompatan teknologi yang lebih maju tidak diperoleh dari pemesanan terbaru Type209 Changbogo yang desainnya mengambil dari U-209/1400 HDW. Perubahan hanya terdapat pada peralatan elektronika dan persenjataan. Propulsi AIP yang lebih modern tidak termasuk dalam program pembelian ini. Kuat dugaan, selain lebih mementingkan klausul transfer teknologi, Indonesia tidak ingin membangkitkan kecurigaan adanya usaha ofensif dengan mengoperasikan kapal selam berteknologi AIP yang sulit dideteksi. Walaupun begitu, penulis berharap Changbogo ini setidaknya dapat memberikan efek penggetar dan tidak dianggap kapal selam level anjing kampung oleh negara jiran. Semoga.

Sumber:Paul E Fontenoy, Submarines: an ilustrated history of their impact (California: ABC-CLIO, 2007) http://www.defenseindustrydaily.com/Submarines-for-Indonesia-07004/ http://www.eurasiareview.com/30012012-indonesia%E2%80%99s-new-submarines-impact-on-regional-naval-balance-analysis/ http://www.thejakartapost.com/news/2009/12/07/still-a-long-wait-until-navy-can-operate-more-submarines.html SIPRI Arms Transfers Database http://www.military-today.com/navy/u_209_class.htm http://www.military-today.com/navy/chang_bogo_class.htm http://www.mindef.gov.sg/imindef/news_and_events/nr/2009/jun/16jun09_nr.html

18 | U n i v e r s i t a s I n d o n e s i a