Upload
andy-septiyandi
View
86
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cerminan suatu bangsa terlihat dari kebudayanya. Budaya
tercipta akibat manusia yang tinggal mendiami suatu tempat atau
daerah, dan menaggapi interaksi dari luar dengan berbagai cara
yang berakibat menjadi kebiasaan kebiasaan yang terus secara
turun temurun dilakukan dan menjadi ciri khas daerah tersebut.
Maka terlahirlah di setiap daerah itu berbagai macam cara
menanggapi sesuatu. Seperti cara berkomukasi memaksa
masarakat tersebut membuat bahasa verbal, kepercayaan
melahirkan upacara upacara, iklim mempengaruhi cara berpakaian
setiap daerah dan sebagainya.
Hal ini juga terjadi pada negara kita, Indonesia. Negara yang
berpulau pulau, iklim yang juga ragam, dan campur dengan
kebudayaan asing yang masuk dari luar melahirkan kebudayaan
yang sangat kaya.
Memiliki nilai plus juga memiliki nilai minus. Dengan kekayaan
budaya yang dimiliki Indonesia menjadi salah satu komoditas
pariwisata yang sangat potensial. Namun dibalik itu semua, ada
resiko yang sangat rentan dengan keadaan indonesia yang sangat
banyak memiliki keberagaman yakni Perpecahan.
1
Namun, perpecahan itu dapat kita cegah dengan cara
memahami satu sama lain antar lintas budaya. Dalam hal ini perlu
sebuah wadah yang bisa menjadi bahan edukasi tentang budaya
masing masing daerah.
Di sebuah tempat di kawasan Jakarta ada tempat yang disebut
dengan TMII atau Taman Mini Indonesia Indah menjadi salah satu
wadah pemersatu bangsa untuk saling mengenal kebudayaan satu
sama lain.
Penulis memberi judul ” Taman Mini Indonesia Indah
Sebagai Pemersatu Indonesia ” pada makalah ini.
1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.2.1 Megetahui sejarah berdirinya Taman Mini Indonesia
Indah.
1.2.2 Menjadikan Taman Mini Indonesia Indah menjadi
media pengenalan budaya.
1.2.3 Menambah pengalaman dan wawasan.
1.3 Rumusan Masalah
Penulis mengidentifikasikan beberapa masalah yang akan
dibahas yaitu :
1.3.1 Bagaimana sejarah pendirian TMII ?
2
1.3.2 Bagaimana Menjadikan TMII menjadi pemersatu
bangsa ?
1.3.3 Bagaimana esensi persatuan bangsa saat ini ?
1.4 Metode Penulisan
Penulis menggunakan metode antara lain :
1.4.1 Metode Pustaka adalah membaca dan mengutip dari
buku-buku dan Internet yang dijadikan refferensi.
1.4.2 Metode Observasi adalah mendatangi secara langsung
objek penelitian.
1.4.3 Metode Wawancara adalah mengadakan tanya jawab
dengan para pengunjung dan pekerja di objek
penelitian.
1.5 Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penulisan
1.3 Rumusan Masalah
1.4 Metode Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
3
Bab II Sejarah TMII
Bab III Gagasan dan Sumber Ilham
Bab IV Arti TMII
Bab V Profil TMII
Bab VI TMII Kini
Bab VII Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
BAB II
4
Sejarah TMII
Adalah Siti Hartinah Soeharto—yang akrab dipanggil Ibu Tien
Soeharto—mempunyai gagasan membangun kawasan wisata
Taman Mini “Indonesia Indah”. Prakarsa itu diilhami oleh pidato
Presiden Soeharto tentang keseimbangan pembangunan antara
bidang fisik-ekonomi dan bidang mental-spiritual.
Selaku ketua Yayasan Harapan Kita (YHK), yang berdiri pada
tanggal 28 Agustus 1968, Ibu Tien Soeharto menyampaikan
gagasan pembangunan Miniatur Indonesia pada rapat pengurus
YHK tanggal 13 Maret 1970 di Jl. Cendana No. 8, Jakarta. Bentuk
dan sifat isian proyek berupa bangunan utama bercorak rumah-
rumah adat daerah yang dilengkapi dengan pergelaran kesenian,
kekayaan flora-fauna, dan unsur budaya lain dari masing-masing
daerah yang ada di Indonesia. Gagasan itu dilandasi, antara lain,
semangat untuk membangkitkan kebanggaan dan rasa cinta
terhadap tanah air dan bangsa serta untuk memperkenalkan
Indonesia kepada bangsa-bangsa lain di dunia.
Tanggal 30 Januari 1971, pada penutupan Rapat Kerja
Gubernur, Bupati, dan Walikota seluruh Indonesia di Istana Negara
yang juga dihadiri oleh Presiden, Ibu Tien Soeharto dengan
didampingi Menteri Dalam Negeri Amir Mahmud untuk pertama
kalinya memaparkan maksud dan tujuan pembangunan Miniatur
Indonesia “Indonesia Indah” di depan umum. Berbagai saran,
tanggapan, dan pemikiran dari berbagai kelompok masyarakat pun
muncul, yang sebagian besar mendukung pembangunan proyek
tersebut.
5
Pada tanggal 11 Agustus 1971, dengan surat YHK, Ibu Tien
Soeharto menugaskan Nusa Consultans untuk membuat rencana
induk dan studi kelayakan. Tugas itu selesai dalam waktu 3,5
bulan.
Lokasi pembangunan proyek awalnya berada di daerah
Cempaka Putih, di atas tanah seluas + 14 hektar. Namun Gubernur
DKI Jakarta Ali Sadikin menyarankan lokasi di daerah sekitar
Pondok Gede, Kecamatan Pasar Rebo, dengan luas tanah ± 100
hektar. Selain lebih luas, lokasi itu juga mengikuti perkembangan
kota Jakarta di kemudian hari. Ibu Tien Soeharto menerima saran
tersebut, karena dengan lahan yang lebih luas memungkinkan
proyek miniatur Indonesia menampilkan rumah-rumah adat daerah
dan bangunan-bangunan lain dalam ukuran yang sebenarnya.
Pada tanggal 30 Juni 1972 pembangunan dimulai tahap demi
tahap secara bersinambung. Rancangan bangunan utama berupa
peta relief Miniatur Indonesia berikut penyediaan airnya, Tugu Api
Pancasila, bangunan Joglo, dan Gedung Pengelolaan disiapkan oleh
Nusa Consultants berikut pembuatan jalan dan penyediaan
kaveling tiap-tiap bangunan. Rancangan bangunan lain, seperti
bangunan khas tiap daerah, dikerjakan oleh berbagai biro arsitek,
sedang Nusa Consultants hanya membantu menjaga keserasian
secara keseluruhan.
Berkat kegotong-royongan semua potensi nasional: masyarakat
di sekitar lokasi, pemerintah pusat dan daerah, swasta, dan
berbagai unsur masyarakat lainnya, dalam kurun waktu tiga tahun
pembangunan TMII tahap pertama dinyatakan selesai.
Pada tanggal 20 April 1975 Taman Mini “Indonesia Indah”
diresmikan pembukaannya oleh Presiden Soeharto.
6
BAB III
Gagasan dan Sumber Ilham
7
Tiada ketenaran tanpa awal gagasan dan karya yang
mewujudkannya. Ketenaran Taman Mini "Indonesia Indah" di
seluruh Nusantara dan di berbagai bagian dunia, tidak dapat
dilepaskan dari pangkal tolaknya yang berupa gagasan yang
terdengarnya sederhana tetapi mengandung nilai yang sangat
tinggi.
Gagasan ini berupa keinginan atau cita-cita untuk
membangkitkan rasa bangga dan tebalnya rasa cinta terhadap
tanah air dan bangsa, Indonesia. Gagasan ini dicetuskan oleh Ibu
Negara, Siti Hartinah, yang lebih dikenal dengan sebutan Ibu Tien
Soeharto. Cita-cita ini diutarakan sebagai gagasan untuk
mendirikan suatu tempat rekreasi yang mampu menggambarlan
kebesaran dan keindahan Indonesia dalam bentuk miniatur.
Gagasan ini tercetus pada suatu pertemuan di Jalan Cendana no.8
Jakarta pada tanggal 13 Maret 1970.
Sebagai pemrakarsa, Ibu Tien Soeharto (Ibu Negara) telah
melihat jauh ke depan akan pentingnya menciptakan suatu
bangunan miniatur yang memuat kelengkapan Indonesia dengan
segala isinya, kekayaan alam, kebudayaan dan kekayaan lainnya.
Bertekad cita-cita ini, dimulailah suatu proyek yang disebut Proyek
Miniatur Indonesia "Indonesia Indah", yang dilaksanakan oleh
Yayasan Harapan Kita Prakarsa Ibu Negara ini bersumber pada
kenyataan bahwa Indonesia dianugerahi kekayaan di berbagai segi
dan sumber. Pulaunya yang berjumlah belasan ribu. kelompok
etnisnya yang memiliki ciri-ciri khas masing-masing, dalam bahasa,
adat istiadat, perilaku tutur kata dan sebagainya, serta sumber
daya alamnya yang sangat kaya ini tidak terlepas dari pengamatan
Ibu Negara untuk melahirkan gagasan yang mulia dan sangat
bermanfaat bila terwujud.
Tentulah ada asas-asas filsafat yang dijadikan landasan
pendirian proyek miniatur ini. Kekokohan hasil proyek ini
8
terbentuk berkat filsafat yang berpangkal pada amanat-amanat
Presiden Republik Indonesia yang pada intinya ialah keseimbangan
usaha pembangunan fisik dan ekonomi dengan pembangunan
mental spiritual. Filsafat inilah yang menjadi batu pijakan
pembangunan dan pengembangan Proyek Miniatur "Indonesia
Indah". Filsafat ini dijadikan pilihan landasan karena Ibu Negara
sadar dan melihat bahwa pada awal pembangunan yang
dilaksanakan pada akhir tahun 1960-an belum mendapatkan
perhatian semestinya. Karena kesadaran dan perhatian beliau
inilah, beliau berprakarsa pelaksanaan pembangunan mental
spiritual.
Secara lebih rinci ada lima aspek dan prospek yang dijadikan
baik pijakan pembangunannya maupun pandangan dalam
pengembangannya. Kelimanya ini ialah spiritual, pendidikan dan
kebudayaan, teknologi, ekonomi, dan kesejahteraan. Pegangan
teguh pada aspek dan prospek ini dapat dirasakan dan dilihat pada
pengembangan yang telah berlangsung selama ini.
Aspek dan prospek spiritual serta pendidikan dan kebudayaan
tidak terlepas dari pandangan Presiden Soeharto. Mengenai aspek
dan prospek spiritual beliau menyatakan bahwa setiap usaha
pembangunan ekonomi tidak mungkin dilakukan tanpa
pembangunan mental, spiritual, rohaniah dan sosial . Mengenai
pendidikan dan kebudayaan beliau mengungkapkan bahwa putra-
putri harus menyiapkan diri sejak sekarang. melatih diri dan
mengasah otak belajar berorganisasi dan mulai membaktikan diri
kepada masyarakat, mencintai alam dan bangsanya sendiri. bangga
kepada kebudayaannyan sendiri dan mau belajar hal-hal yang baik
dari luar tanpa kehilangan kepribadian nasionalnya sendiri,
berusaha sendiri dan selalu ingin mengetahui hal-hal baru agar
dapat maju, mencintai kerja dan berusaha mencapai prestasi yang
tinggi .
9
Mengenai aspek dan prospek teknologi, kata-kata Neil
Armstrong, angkasawan Amerika, manusia pertama yang
menjejakkan kaki di bulan, a little step of a man, a giant step of
mankind yang artinya langkah kecil manusia tetapi berupa loncatan
raksasa kemanusiaan, merupakan dambaan dalam membangun dan
mengembangkan Proyek Miniatur "Indonesia Indah" ini. Hanya
dengan teknologi yang ditulang-punggungi ilmu, manusia dapat
melangkah maju dalam mewujudkan keinginan peningkatanke arah
ekonomi dan kesejahteraannya.
Selanjutnya mengenai aspek dan prospek ekonomi, kata-kata
Presiden Soeharto menjadi pegangannya. Dikatakan oleh beliau
bahwa, "Pembangunan ekonomi berarti pengolahan kekuatan
ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil melalui
pananaman modal, penggunaan teknologi, penambahan
kemampuan berorganisasi dan manajemen" . Aspek dan prospek ini
tidak terlepas dari aspek dan prospek berikutnya, yaitu
kesejahteraan. Oleh Presiden Soeharto, dikatakan bahwa "Cita-cita
kita adalah suatu masyarakat Indonesia yang adil dan makmur
berdasarkan Pancasila, kita ingin kehidupan kita lebih baik, makin
maju, bertambah sejahtera dan adil".
Kelima aspek dan prospek tersebut saling berkait. Kaitan
inidalam pembangunan dan pengembangan Proyek Miniatur
"Indonesia Indah terlihat nyata bila kita melihat taman miniatur ini
secara keseluruhannya. Secara keseluruhan di sini melibatkan
penglihatan kita terhadap wujud fisik, yang berupa bangunan, yang
mengandung aspek dan prospek spiritual, pendidikan dan
kebudayaan, teknologi, dan sarana dalam meningkatkan taraf
ekonomi dan kesejahteraan, dan wujud program pergelaran yang
mengandung aspek dan prospek spiritual, pendidikan dan
kebudayaan, teknologi serta ekonomi dan kesejahteraan. Jelaslah
bahwa baik dari pandangan fisik maupun langkah operasional.
10
Proyek Miniatur ini erat berpegang pada aspek dan prospek
pembangunannya.
Dengan filsafat ini sebagai landasan, ada sasaran yang ingin
dijangkau oleh pendiri taman miniatur, yaitu meningkatkan
pengetahuan dan memberikan pengertian kepada bangsa-bangsa
lain tentang Indonesia yang sebenarnya. Ke dalam sendiri,
jangkauan pelaksanaan proyek ini ialah terjadinya proses
pendidikan dan peningkatan pengetahuan bangsa sendiri mengenai
tanah airnya, sehingga terpupuklah rasa cinta kepada tanah airnya.
Inilah sebetulnya misi didirikannya taman miniatur ini.
BAB IV
Arti TMII
Arti Taman Mini “Indonesia Indah” adalah satu proyek untuk
mencitrakan Indonesia yang lengkap dengan segala isinya dalam
bentuk mini, berupa sebuah taman di atas sebidang tanah yang
11
menggambarkan Indonesia yang besar ke dalam penampilan yang
kecil.
Bangunan pokok berupa danau buatan dengan pulau-pulau
yang menggambarkan wilayah Indonesia. Kepulauan buatan
tersebut merupakan bagian terpenting dari proyek ini dan disebut
Miniatur Arsipel Indonesia. Pulau-pulau dibangun secara
geografis di atas laut buatan sesuai dengan skala asli, dalam arti
tinggi rendah daratan, hutan, keadaan gunung-gunung, dan
tumbuh-tumbuhannya terlihat seperti perwujudan sesungguhnya.
Danau kepulauan ini, berikut bangunan-bangunan khas daerah
di sekitarnya, secara keseluruhan dinamakan Taman Mini
“Indonesia Indah”.
4.1 Visi, Misi dan Tujuan
Visi proyek adalah menjadikan Taman Mini “Indonesia Indah”
sebagai kawasan wisata budaya yang terkemuka.
Dengan visi tersebut, TMII menetapkan misinya sebagai
wahana pelestarian, pengenalan, dan pengembangan budaya
bangsa. Oleh karena itu, sasaran pembangunannya tidak
menitikberatkan pada keuntungan finansial melainkan
pengembangkan kebudayaan nasional.
Maksud dan tujuan pembangunan Taman Mini “Indonesia Indah”:
Membangun dan mempertebal rasa cinta bangsa dan tanah
air.
Memupuk serta membina rasa persatuan dan kesatuan
bangsa.
12
Menghargai serta menjunjung tinggi kebudayaan nasional
Indonesia dengan jalan menggali dan menghidupkan kembali
kebudayaan yang diwariskan oleh nenek moyang.
Memperkenalkan kebudayaan, kekayaan alam, dan warisan
bangsa kepada sesama anak bangsa Indonesia dan bangsa-
bangsa lain di dunia.
Memanfaatkan untuk menarik wisatawan, dengan demikian
meningkatkan kegiatan pariwisata, sarana promosi bagi tiap-
tiap daerah di seluruh tanah air, dan menghidupkan
kerajinan rakyat di seluruh daerah, menampung dan
mengatur pemasarannya.
Ikut aktif membantu pemerintah dalam pelaksanaan
pembangunan dengan mempersembahkan suatu tempat
rekreasi yang bersifat pendidikan kepada masyarakat
Indonesia.
4.2 Uraian mengenal Logo dan Maskot
Dalam rangka meningkatkan citra positif dan menambah daya
tarik masyarakat, pada 26 September 2007 diluncurkan logo baru
“tmii” sebagai brand name.
Logo menggunakan empat warna dasar, yakni merah, biru,
kuning, dan hijau, dengan pencitraan grafis huruf dan warna.
Merah melambangkan semangat, biru mencitrakan geografis
Indonesia sebagai negara kepulauan, kuning lambang kekayaan
dan keragaman budaya, dan hijau mengacu pada kekayaan alam.
Motif logo menggunakan huruf lengkung untuk
menggambarkan kedinamisan, keragaman budaya, dan kekayaan
alam Indonesia. Pewarnaan dari merah ”t” menuju ke kuning “i”
mengandung filosofi pergerakan terbit sampai terbenamnya
13
matahari, warna biru adalah waktu saat beraktivitas dari
kedinamisan, dan warna hijau adalah pencapaian dari sebuah
kemakmuran. Grafis bulatan yang berputar tiada henti di atas
kedua huruf “i” melambangkan kesatuan makna dari kata
“Indonesia” dan kata “Indah”, serta melambangkan TMII sebagai
tujuan terbaik untuk melihat lebih dekat keindahan dan kekayaan
budaya dan alam Indonesia.
Maskot berupa tokoh epos Ramayana, yakni Anjani Putra—
disingkat NITRA—nama lain Sang Hanoman. Tokoh NITRA menjadi
icon TMII dan berperan sebagai sarana pengenal yang mempunyai
makna informatif agar mudah diingat dan lekat di hati. Penggunaan
maskot NITRA diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto bertepatan
dengan ulang tahun ke-16 TMII pada 20 April 1991.
Pemilihan tokoh NITRA didasarkan atas pertimbangan:
NITRA berwujud kera putih yang perkasa, mempunyai
kepribadian menonjol, seperti berjuang membela dan
menegakkan kebenaran tanpa pamrih, mahir berdiplomasi
sehingga dipercaya sebagai duta.
NITRA memiliki berbagai kesaktian, sehingga mampu
membasmi angkara murka dan membela kebenaran.
NITRA merupakan kesayangan dewa yang dikaruniai usia
sangat panjang sebagai pembina generasi selanjutnya.
NITRA mempunyai watak yang dapat diteladani dan dapat
menjadi sumber inspirasi yang menyatu dengan misi TMII
sebagai wahana pelestarian, pengenalan dan pengembangan
budaya, duta seni, serta mewariskan segala sesuatunya untuk
generasi yang akan datang.
NITRA mencerminkan budi luhur, diharapkan menjadi suri
tauladan bagi generasi muda dan menjadi pilihan idola yang
bersumber dari nilai budayanya sendiri.
14
Visualisasi NITRA mengarah pada bentuk fisik yang
disesuaikan agar menarik dan disenangi anak-anak, remaja,
dan dewasa: ramah dan lucu tetapi mempesona.
Sebagai maskot, NITRA dapat berbentuk dua dimensi dan
tiga dimensi, antara lain berwujud boneka, logo, ataupun
produk cetak dan cenderamata sesuai kebutuhan.
BAB V
Profil TMII
Taman Mini “Indonesia Indah” (TMII) merupakan tempat
rekreasi yang sangat populer dan akrab bagi warga kota Jakarta
serta kota-kota lain di Indonesia, bahkan mancanegara. Konsepnya
menyajikan wahana dan fasilitas secara rekreatif, informatif,
edukatif, komunikatif, dan atraktif (RIEKA).
Miniatur Indonesia secara lengkap, baik bentang darat,
kekayaan alam, aneka warna seni dan budaya daerah, maupun
15
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta berbagai
bentuk seni dan budaya masa kini tersajikan di sini. Paparannya
diwujudkan dalam bentuk Miniatur Arsipel Indonesia yang
merupakan danau buatan dengan tiruan kepulauan Indonesia
berikut penampang daratnya beserta anjungan-anjungan daerah.
Tiap anjungan tersebut menampilkan rumah adat bercorak
arsitektur tradisional berikut penyajian benda-benda budaya,
pentas seni, upacara adat, keragaman kuliner, dan berbagai seluk
beluk yang berkait dengan daerah bersangkutan, yang secara nyata
menunjukkan ke-Bhinneka Tunggal Ika-an Indonesia.
Selain anjungan daerah, berderet museum-museum yang
memamerkan bukan hanya koleksi sejarah, budaya, serta teknologi
masa lalu dan masa kini melainkan juga menciptakan dialog
dengan pengunjung melalui berbagai peragaan yang—pada
gilirannya—menjadi tonggak penciptaan di masa depan.
Penampilan 15 museum, antara lain Museum Indonesia, Museum
Transportasi, Museum Migas, Pusat Peragaan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi, merupakan sumber informasi tiada batas.
Wahana rekreasi berupa 11 unit taman, antara lain Taman
Burung, Taman Akuarium Air Tawar, dan Taman Bunga Keong
Emas; berbagai wahana inovatif, seperti Istana Anak Anak
Indonesia, Teater Imax Keong Emas, Teater 4D’Motion, Kereta
Gantung (skylift), “monorel” Aeromovel; serta Taman Budaya
Tionghoa Indonesia menawarkan nuansa yang menarik.
Berbagai jenis wahana dan fasilitas tersebut semuanya
mempunyai dimensi rekreasi, pendidikan, pelestarian, sekaligus
pemerkayaan cakrawala pengetahuan dan pewarisan nilai-nilai
budaya bangsa Indonesia, khususnya bagi generasi muda.
16
5.1 Letak dan Luas
Taman Mini “Indonesia Indah” terletak di Jakarta, ibukota
Negara Kesatuan Republik Indonesia; berjarak sekitar 2 km dari
terminal Kampung Rambutan, lebih kurang 5 km dari bandara
udara Halim Perdana Kusumah, dan 200 meter dari gerbang tol
Jagorawi. Letak yang strategis ini memudahkan pengunjung untuk
mencapainya dengan berbagai jenis kendaraan.
Luas lahan 150 hektar, berada di dalam daerah administrasi
empat kelurahan dan tiga kecamatan, yaitu Kelurahan Bambu Apus
dan Ceger di Kecamatan Cipayung, Kelurahan Kampung Dukuh di
Kecamatan Kramat Jati, dan Kelurahan Pinang Ranti di Kecamatan
Kampung Makasar, Jakarta Timur. Lahan ini sesungguhnya baru
sebagian dari seluruh lahan peruntukan TMII, karena berdasar
Keputusan Gubernur Jakarta No. 3498 tanggal 9 Oktober 1984
kawasan diperluas menjadi 394,535 hektar. Oleh karena TMII
merupakan “Proyek Tumbuh”, pemanfaatan lahan disesuaikan
dengan perkembangan dan kebutuhan.
5.2 Keadaan Fisik Kawasan
Taman Mini "Indonesia Indah" pada awalnya mencakup
kawasan seluas 145 ha. Lahan ini pada mulanya adalah lahan yang
dimiliki rakyat sebagai ladang dan sawah. Kemudian dengan usaha
dan jerih payah, lahan ini dapat ditransformasi menjadi kawasan
untuk pendirian taman miniatur. Pengubahan lahan dari bentuk
aslinya yang berupa ladang menjadi hamparan yang layak bangun
memerlukan waktu yang tidak terlalu lama dan upaya lain berupa
perataan lahan, pengolahannya menjadi hamparan yang layak
pakai, serta pembagiannya untuk digunakan dalam pembangunan
17
anjungan, museum dan bangunan-bangunan pokok serta bangunan
penunjang.
Kawasan TMII mempunyai topografi bergelombang. Topografi
semacam ini memberikan keuntungan karena dengan bentuk
hamparan seperti ini. TMII dapat dengan leluasa menampilkan
beraneka ragamnya anjungan dan pergelaran lain. Akan tetapi ada
pula kekurangan yang ditimbulkan oleh topografi bergelombang
ini, yaitu diperlukannya upaya perataan lahan untuk tujuan
tertentu, misalnya pembuatan bangunan yang memerlukan lahan
rata.
Dengan lingkungan alami yang ditempatinya, TMII
memperoleh keuntungan karena lingkungan semacam ini,
menunjang untuk pengembangan dari segi fisik dan program.
Keadaan semula yang berupa lahan bergelombang, dengan
vegetasinya yang terpencar di sana-sini dari berbagai jenis
tumbuhan, serta lahan basah yang berupa telaga. TMII mempunyai
keleluasaan untuk mengembangkan denah yang beranekaragam.
Dengan adanya lahan basah, maka pola penataan lingkungan
menjadi lebih alami dan dalam berbagai hal, lingkungan basah ini
memberikan kemudahan dalam pengembangan pergelaran
kawasan perairan. Kenyataan ini telah dinikmati oleh
pengembangan: Taman Angsa Arsipel Indonesia dan Taman
Akuarium Air Tawar.
18
BAB VI
TMII Kini
Proyek Miniatur "Taman Mini "Indonesia Indah" yang
kemudian terkenal dengan sebutan Taman Mini "Indonesia Indah".
kini sudah jauh berkembang dari keadaan pada awalnya. Dengan
pegangan aspek dan prospek sebagai landasan filsafatinya, Taman
Miniatur "Indonesia Indah" telah memiliki 22 bangunan pokok dan
pendukung, 33 anjungan daerah, 24 museum dan taman, 6 rumah
ibadah, 5 sarana rekreasi, beserta sarana penunjangnya, seperti
akomodasi, transportasi, rumah makan, dan bangunan-bangunan
lain yang ikut melengkapi penampilan Taman Mini "Indonesia
Indah".
19
Dibandingkan dengan pada waktu awal dibangunnya, yang
hanya memiliki 26 anjungan, boleh dikatakan bahwa selama 21
tahun usianya, taman ini telah berkembang 220 % dalam wujud
bangunan. Begitu pula dalam kawasan yang berupa lahan.
Kenyataan seperti ini memang membanggakan karena
menunjukkan kemajuan dalam perkembangannya. Namun, keadaan
seperti, ini tidak luput dari kekerasan upaya untuk
mempertahankannya, apa lagi lebih mengembangkannya.
Untuk mempertahankan Taman Mini "Indonesia Indah" seperti
keadaannya kini, diperlukan kesiapan dalam berbagai bidang. Dana
dan sumber daya manusia untuk mengelolanya harus selalu
tersedia dengan taraf yang cukup tinggi. Pengelolaan ini bukan
sekedar menampilkan keberadaan fisiknya saja, tetapi yang lebih
penting ialah mewujudkan penampilan yang memenuhi landasan
filsafati yang telah dijadikan pijakannya. Anjungan tidak sekedar
menggelar pameran benda-benda peninggalan kebudayaan masa
lalu atau menggelar pertunjukan tarian saja, tetapi harus dapat
mengajak masyarakat menemukan cara dan jalan dalam menuju
cita-cita yang dinyatakan dalam uraian aspek dan prospek
pembangunan Proyek Miniatur "Indonesia Indah". Mewujudkan
tugas ini tidak mudah dan tidak ringan. Untuk melaksanakannya
dituntut ketangguhan sumber daya manusia yang mampu
mengejawantahkan cita-cita bangsa dalam bentuk yang relatif
sangat terbatas, dan dana penyelenggaraan yang harus tersedia
untuk tidak membatasi gerak.
Penyediaan sumber daya manusia dan dana seperti itu
memerlukan strategi yang tepat. Oleh karena itu dalam
pengembangan kegiatan Taman Mini "Indonesia Indah" kebutuhan
dalam bidang sumber daya manusia dan dana menjadi bagian tak
terpisahkan dalam pengembangan programnya. Pengembangan
program semacam ini harus dilakukan apabila Taman Mini
"Indonesia Indah" akan mampu menjangkau masa depan.
20
Apa sebetulnya yang ingin dijangkau Taman Mini "Indonesia
Indah" di masa depan? Landasan filsafat seperti yang telah
diuraikan di depan tidak dapat ditinggalkan. Dengan landasan
tersebut untuk menjangkau masa depan, telah dirancang pola
pengelolaan dan penyusunan program untuk mencapai tujuan
seperti yang diemban dalam misinya. Pengelolaan Proyek Miniatur
"Indonesia Indah" tidak begitu saja dilaksanakan, tetapi diatur
dalam surat-surat keputusan yang menjadi pedoman dalam
pelaksanaannya. Organisasi pengelolaannya ini selalu ditinjau
untuk penyempurnaannya, baik dalam sistemnya maupun dalam
personalianya.
Untuk menjangkau tujuan dalam misi Taman Mini "Indonesia
Indah", adanya anjungan, museum dan taman, serta unit-unit lain
yang menunjang merupakan sarana pencapaiannya. Program dan
penampilan masing-masing unit tersebut merupakan proses yang
berlangsung untuk menuju jangkauan Taman Mini "Indonesia
Indah". Selain pengembangan program ke dalam masing-masing
anjungan dan unit-unit lain, pengembangan yang dilaksanakan
Taman Mini "Indonesia Indah" ialah dalam melengkapi unit-unit
dan komponen-komponennya sehingga landasan filsafati yang telah
dijadikan pegangan dan pedoman dalam mengemban misi dapat
dipenuhi.
6.1 Hasil Yang Dicapai
Sebagai sebuah kawasan wisata, kehadiran TMII tak cuma
diakui oleh masyarakat luas yang ditandai oleh padatnya
pengunjung di hari-hari libur, tetapi pengakuan berupa sejumlah
penghargaan dari berbagai kalangan resmi.
Dalam usianya yang baru setahun, pada tahun 1976. TMII
21
telah menerima penghargaan di bidang kepariwisataan dari
pemerintah DKI Jakarta. Kemudian berturut-turut pada tahun 1977
dan 1978 memperoleh penghargaan kepariwisataan dari
pemerintah DKI berupa "Palm Perunggu" dan "Palm Perak". Pada
tahun 1981 masih dari pemerintah DKI. TMII memperoleh
penghargaan kepariwisataan berupa "Palm Emas".
Pada tahun 1987, TMII memperoleh penghargaan pelestarian
kebudayaan Golden Award dari Pacific Asian Travel Association
(PATA). Di bidang pembinaan industri kecil, hasil-hasil yang telah
dicapai oleh TMII membuahkan penghargaan dari Pemerintah
republik Indonesia berupa Upakarti Kepeloporan pada tahun 1990.
Penghargaan kepariwisataan dari pemerintah DKI Jakarta,
berupa "Adikarya Wisata" diperoleh pada tahun 1991. 1992 dan
1993. Selanjutnya pada tahun 1994. TMtl memperoleh plakat
"Adikaryottama Wisata" juga dari pemerintah DKI Jakarta atas
prestasinya mempertahankan "Adikarya Wisata", selama empat
tahun berturut-turut. Adapun pada tahun 1995, TMII berhasil
memperoleh penghargaan berupa piagam "Adikaryottama Wisata
1995". Adikaryottama berasal dari bahasa sansekerta, yang berarti
Adi Karya yang Utama.
Pada tahun 1995 pula TMII memperoleh Penghargaan
Penghijauan Lingkungan dari Pemerintah DKI Jakarta. TMII
merupakan hasil karya putra-putri Indonesia dalam upaya
melestarikan, membina dan mengembangkan serta
menyebarluaskan ragam aspek budaya Indonesia. Nilai-nilai tradisi
warisan leluhur turun temurun, tata nilai yang berlaku saat ini
serta harapan-harapan bangsa Indonesia di masa datang tercermin
dari berbagi bentuk peragaan statis maupun dinamis di seluruh
areal TMII.
22
TMII tercatat sebagai kawasan wisata Indonesia yang paling
banyak menggelar produk-produk kesenian daerah. Di tiap
Anjungan. maupun di tiap sudut bagiannya. setiap hari ada saja
pesona budaya daerah yang bisa disaksikan pengunjung. Atraksi-
atraksi menarik yang pada akhirnya akan mendorong pengunjung
untuk datang ke daerah tersebut manakala ada kesempatan.
Kesempatan yang dibuka luas oleh TMII di bidang seni budaya
membawa dampak dalam menggairahkan semangat berkesenian di
daerah-daerah. Suasana kompetisi untuk menampilkan yang
terbaik merangsang kreativitas dan daya inovasi para seniman
daerah untuk menghasilkan karya-karya seni budaya berkualitas.
Untuk menentukan kelompok kesenian yang akan tampil di TMII,
tidak jarang didahului oleh serangkaian seleksi maupun festival
tingkat daerah sehingga terpilihlah kelompok-kelompok terbaik
yang menjadi duta seni daerahnya ke TMII. Sebaliknya. kelompok-
kelompok yang mampu tampil terbaik dan telah menunjukkan
prestasi di TMIl, sesampainya kembali di daerah akan menjadi
motivasi bagi kelompok-kelompok lainnya untuk berkarya dan
berpretasi lebih baik lagi.
Dalam upaya mempersiapkan generasi penerus untuk terus
mencintai, menghayati dan mendalami seni budaya bangsanya,
TMII melalui sanggar-sanggar pendidikan seninya secara aktif
menggugah minat dan apresiasi generasi muda, mulai dari anak-
anak hingga dewasa. Upaya pendidikan dan pembinaan ini telah
menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan. Melalui sasana
krida maupun sanggar-sanggar tari dan musik di lingkungan TMII,
masyarakat dari berbagai generasipun dapat bersama-sama
mengenal, mempelajari, melestarikan dan mengembangkan
beragam aspek seni budaya Indonesia.
TMII sendiri, melalui tim kesenian andalannya, yaitu "Pelangi
23
Nusantara TMII" telah berhasil membantu upaya pemerintah dalam
memperkenalkan kekayaan seni budaya Indonesia ke seluruh
penjuru dunia. Sejak tahun 1978 sampai sekarang, tim ini secara
teratur mengisi acara kesenian kenegaraan di Istana Kepresidenan
Republik Indonesia. Selain itu, "Pelangi Nusantara" secara aktif
mengikuti berbagai pergelaran ke daerah-daerah dalam rangka
meningkatkan apresiasi masyarakat Indonesia terhadap kekayaan
seni budaya bangsanya. Dalam setahun Tim ini rata-rata melakukan
sekitar 50 kali pentas untuk memenuhi permintaan berbagai pihak,
di berbagai kesempatan. Sementara itu, dalam kiprahnya ke
mancanegara, ke berbagai kota dan negara di Asia, Eropa,
Amerika, dan Australia, telah lebih dari 22 misi kesenian berhasil
diemban dengan baik.
Pelangi Nusantara pada dasarnya merupakan tim operasional
kesenian yang berfungsi sebagai unit percontohan. Tim ini telah
diakui oleh masyarakat luas sebagai salah satu pelopor
pengembangan sistem pergelaran sesuai situasi dan kondisi
masyarakat yang berkembang secara dinamis. Salah satu
keunggulan yang dimiliki oleh tim ini adalah keserasian tata
busana atau kostum yang digunakan. waktu tampil yang dapat
disesuaikan dengan kebutuhan, serta fleksibilitas setiap penarinya
yang mampu membawakan, berbagai jenis tarian berbeda.
Melalui museum-museumnya. TMII dihargai oleh masyarakat
karena kepeloporannya secara terus menerus membangkitkan
minat masyarakat untuk mencintai dan mengunjungi museum.
Dengan tampilan museum-museumnya yang menarik, TMII
senantiasa berupaya menepis kesan suram dan "kuno" yang selama
ini masih menjadi citra museum-museum kita di masyarakat.
Kehadiran beragam museum dalam satu kawasan sangat
bermanfaat bagi masyarakat untuk menambah pengetahuan serta
memenuhi keingintahuan mengenai berbagai hal tentang
24
Indonesia. Keseluruhannya akan membawa dampak positif bagi
penyiapan dan pengembangan sumber daya manusia
pembangunan.
Bentuk-bentuk bangunan di tiap Anjungan Daerah merupakan
hasil upaya TMII di bidang pelestarian ragam bentuk bangunan
arsitektur tradisional. Bentuk dan bangun arsitektur yang sangat
aspiratif dan sekaligus inspiratif ini diupayakan untuk terus
dipertahankan dan dikembangkan ke masa depan.
Di sisi lain, secara spesifik, bentuk-bentuk bangunan di TMII
banyak di antaranya merupakan karya dan prestasi putra-putri
bangsa Indonesia di bidang arsitektur Indonesia modern, yang
diharapkan dapat memberi sumbangan berarti bagi dinamika
perkembangan dunia arsitektur di masa mendatang. Hampir
seluruh bangunan modern yang terdapat di TMII, mengacu ke era
masa depan namun tetap mengakar pada tradisi dan filosofi
Indonesia.
Di bidang industri kecil, para pengrajin benda-benda seni dari
berbagai daerah secara terus menerus dan berkesinambungan
diberi kesempatan dan dibina untuk tampil dan berkarya, sekaligus
untuk memasarkan hasil karyanya. Demikian pula pembinaan
terhadap para penyandang cacat tubuh juga dilakukan. TMII
bahkan juga membina ratusan penjual jamu gendong. Masyarakat
kecil yang memiliki andil besar dalam pelestarian dan
pengembangan budaya bangsa Indonesia yang bemilai tinggi.
Dalam peranannya sebagi "Wajah Indonesia" yang mewakili
citra bangsa dan negara Indonesia, TMII kerap dikunjungi oleh
Kepala Negara maupun Kepala Pemerintahan dari negara-negara
sahabat di seluruh dunia. Hampir di setiap kedatangan tamu-tamu
kehormatan tersebut, diacarakan penanaman pohon beringin
25
persahabatan di salah satu lokasi TMII. Kini setidaknya telah ada
129 pohon beringin yang ditanam oleh para tamu negara, yang
beberapa di antaranya adalah tokoh-tokoh dunia. Jumlah ini
diperkaya dengan 108 pohon dari berbagai jenis, yang dikenal di
negara asalnya dan dapat tumbuh di alam Indonesia. Pohon-pohon
Ini di tanam oleh para pimpinan negara-negara Non-Blok pada saat
KTT Non X Blok tahun 1992 di Jakarta.
BAB VII
Penutup
7.1 Kesimpulan
Penulis menyimpulkan bahwa keberagaman adalah anugreh,
ibarat untuk membangun sebuah gedung, kita tak hanya
membutuhkan pasir saja, atau hanya semen saja. Kita butuh papan,
paku, batu dan lain sebagainya yang notabenya berbeda beda jenis.
Tapi jika dipersatukan akan membuat sebuah bangunan yang
kokoh dan bagus.
TMII hanya sebuah media kecil yang bisa menjadi media
pengenalan berbagai bangsa yang ada din indonesia. Tapi bisa
berefek besar pada persatuan jika digunakan sebaik mungkin.
Maka, hindari dan jauhkan diri kita dari serangan hasut
menghasut yang bermaksud memecah belah negara kita ini.
26
7.2 Saran
Setelah kita mengetahui dan mempelajari budaya budaya yang
terangkum di TMII, maka tumbuh rasa cinta akan tanah air kita
dan saling memahami antar daerah kita sendiri karena kita berada
di rumah yang sama.
Daftar Pustaka
WWW.TMII.CO.ID
WWW.WIKIPEDIA.COM
WWW.BING.COM
WWW.BELAJARINDONESIA.COM
27