27
KELOMPOK 1: Rinaldo Limbong A 141 035 Nina Fitriyana A 141 043 Fifi Nurafiyah A 141 075 Arida Siti Agustin A 141 076 Lika Hanipah A 141 088

Titrasi Asam Basa

Embed Size (px)

DESCRIPTION

titrasi

Citation preview

KELOMPOK 1:Rinaldo Limbong A 141 035Nina Fitriyana A 141 043Fifi Nurafiyah A 141 075Arida Siti Agustin A 141 076Lika Hanipah A 141 088

TujuanMenentukan kadar suatu senyawa

asam atau basa yang terdapat dalam suatu sampel.

PrinsipBerdasarkan reaksi netralisasi antara

asam dengan basa.

Reaksi

1. NaOH + HCl NaCl + H2O2. 2 NaOH + H2C2O4 Na2C2O4 + 2

H2O

Teori

Suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya

TITRASI

Larutan yang akan ditentukan kadarnya disebut sebagai “analit” dan biasanya diletakan di dalam Erlenmeyer, sedangkan larutan yang telah diketahui konsentrasinya disebut sebagai “larutan standart atau titer” dan diletakkan di dalam buret.

Titrasi Asam Basa

Titrasi asam basa adalah suatu metode untuk menentukan suatu zat dengan melibatkan reaksi asam basa.

Penentuan kadar titrasi asam basa ditentukan dengan metode volumetri. Volumetri adalah teknik analisis kimia kualitatif untuk menetapkan kadar sampel dengan pengukuran volume larutan yang terlibat reaksi berdasarkan kesetimbangan.

Titrasi acidimetri: Titrasi yang pengukurannya berdasarkan asam. Jadi, asam sebagai baku sekunder.

Titrasi alkalimetri: Titrasi yang pengukurannya berdasarkan basa. Jadi, basa sebagai baku sekunder.

TBA: Titrasi yang digunakan untuk asam basa yang sangat lemah.

Reaksi yang terjadi pada titrasi asam basa yaitu reaksi netralisasi. Larutan yang konsentrasinya sudah diketahui disebut larutan baku. Larutan baku terdiri dari larutan baku primer dan larutan baku sekunder.

Larutan baku primer: Larutan baku larutan yang disiapkan dengan cara menimbang secara akurat suatu zat yang memiliki kemurnian tinggi dan melarutkannya dengan sejumlah tertentu pelarut dalam labu ukur.

Syarat-syarat larutan baku primer yaitu:Harus 100% murni Zat tersebut harus stabil baik pada suhu kamar ataupun pada waktu dilakukan pemanasan, standart primer biasanya dikeringkan terlebih dahulu sebelum ditimbang. Mudah diperoleh

Biasanya zat standart primer memiliki Masa molar (MR) yang besar hal ini untuk memperkecil kesalahan relative atau eror pada waktu proses penimbangan. Menimbang zat dalam jumlah besar memiliki kesalahan relative yang lebih kecil dibanding dengan menimbang zat dalam jumlah yang kecil.

Zat tersebut juga harus memenuhi persyaratan teknik titrasi

Larutan Baku sekunder: Larutan dengan konsentrasi tertentu yang akan diketahui konsentrasinya dengan cara ditetapkan kadarnya menggunakan larutan baku primer.

Reaksi kimia antar analit dan titrant diketahui dengan pasti dan jelas produk-produk apa yang akan dihasilkan nantinya. Mana reaktan dan produk apa yang akan dihasilkan harus jelas dan pasti

Reaksi harus berjalan dengan cepat

Harus ada sesuatu yang bisa menandakan atau mengindikasikan bahwa reaksi antara analit dengan titrant sudah equivalent secara stoikiometri, baik itu dengan perubahan warna, perubahan arus listrik, perubahan pH, dengan penambahan indicator atau apapun yang bisa digunakan untuk mengamati perubahan tersebut.

Reaksi antara analit dengan titrant harus memiliki kesetimbangan jauh kearah kanan (artinya kesetimbangannya mengarah kearah pembentukan produk) hal ini untuk memastikan secara kuantitatif reaksi bisa dihitung, dan memastikan titik akhir titrasi bisa diamati.

Titik equivalent: Titik dimana titrasi mencapai setara secara stoikiometri

Titik akhir titrasi: Titik dimana proses titrasi diakhiri disebut sebagai, ditandai dengan indikator sehingga mudah dilihat secara manual.

Indikator: senyawa asam lemah atau basa lemah yang dapat berubah warna pada saat analit dan titer habis bereaksi.

Alat dan Bahan

A. Alat1. Neraca analitik2. Labu ukur3. Botol tertutup gabus4. Buret5. Statif dan Klem6. Erlenmeyer7. Pipet volume

B. Bahan1. H2C2O4.5H2O2. Aquadest3. NaOH4. Phenolftalein5. Etanol 95%

Prosedur

a. Pembuatan LarutanPembuatan Larutan Baku PrimerH2C2O4.5H2O 0,1 N

ditimbang dengan teliti bobot yang dibutuhkan

dimasukkan ke dalam labu ukur 100 ml

dilarutkan dengan aquades sampai tepat tanda batas

dikocok sampai homogen

Pembuatan Larutan Baku Sekunder

NaOH 0,1 NSebanyak 25 gram NaOH dilarutkan dalam 25 ml aquades dalam botol tertutup gabus yang dilapisi plastik.Sementara itu, 1 L aquades dididihkan selama 5-10 menit (sejak mendidih).Kemudian didinginkan dan dimasukkan dalam botol yang tertutup plastik.Dengan menggunakan pipet ukur diambil 6,5 ml larutan NaOH tersebut (bagian yang jernih) dan dimasukkan dalam botol berisi aquades yang telah dididihkan tadi.Diberi etiket setelah botol dikocok.Lalu larutan NaOH dibakukan dengan larutan asam.

Pembuatan Indikator Phenolptalein

Phenolptaleinsebanyak 1 gram dilarutkan

dalam 100 ml etanol 70%.

b. Pembakuan larutan NaOH dengan H2CO4.2H2O

Larutan NaOH dimasukkan dalam buret

10 ml asam oksalat dipipet dengan menggunakan pipet volum dan dimasukkan dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 1-2 tetes phenolptalein

Larutan asam oksalat dan NaOH dititrasi sampai terjadi perubahan warna menjadi pink muda.Dicatat volume NaOH yang dikeluarkan.Titrasi dilakukan minimal 2 kali.

c. Penetapan Sampel

1. Penetapan Kadar HClSampel yang mengandung HCl dimasukkan

dalam erlenmeyer, ditambahkan 1-2 tetes phenolptalein

Dititrasi sampel dengan larutan NaOH, sampai terjadi perubahan warna menjadi rose muda dan dicatat volume NaOH yang dikeluarkan.

Dilakukan titrasi minimal 2 kali dan dihitung kadar HCl dari sampel.

2. Penetapan Kadar Asam Salisilat250 mg sampel ditimbang.

Dilarutkan dalam 15 ml etanol 95% netral.

Ditambahkan 20 ml air.

Dititrasi dengan NaOH 0,1 N dengan menggunakan indikator pp, hingga larutan berubah warna menjadi merah muda.