4
TINJAUAN PUSTAKA Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer dan sebagainya (Lutfi 2004). Uji aktivitas antimikroba dilakukan dengan berbagai macam metode, yaitu: a. Metode Difusi Cakram Cara yang mudah untuk menetapkan kerentanan organisme terhadap antibiotik adalah dengan menginokulasi pelat agar dengan biakan dan membiarkan antibiotik terdifusi ke media agar. Cakram yang telah mengandung antibiotik diletakkan di permukaan pelat agar yang mengandung organisme yang diuji. Pada jarak tertentu pada masing-masing cakram, antibiotik terdifusi sampai titik antibiotik tersebut tidak lagi menghambat pertumbuhan mikroba. Efektivitas antibiotik ditunjukkan oleh zona hambatan. Zona hambatan terlihat sebagai area jernih atau bersih mengelilingi cakram tempat zat dengan aktivitas antimikroba terdifusi. Diameter zona dapat diukur dengan penggaris. Ukuran zona hambatan dapat dipengaruhi oleh kepadatan media biakan, kecepatan difusi antibiotik, konsentrasi antibiotik pada cakram filter, sensitivitas organisme terhadap antibiotik, dan interaksi

Tinjauan Pustaka Uji Aktivitas Mikroba

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MIKROBIOLOGI TUGAS

Citation preview

Page 1: Tinjauan Pustaka Uji Aktivitas Mikroba

TINJAUAN PUSTAKA

Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau

menghambat aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa

antimikroba terdiri atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau

tujuan penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan

berdasarkan peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer dan

sebagainya (Lutfi 2004).

Uji aktivitas antimikroba dilakukan dengan berbagai macam metode, yaitu:

a. Metode Difusi Cakram

Cara yang mudah untuk menetapkan kerentanan organisme terhadap antibiotik

adalah dengan menginokulasi pelat agar dengan biakan dan membiarkan antibiotik

terdifusi ke media agar. Cakram yang telah mengandung antibiotik diletakkan di

permukaan pelat agar yang mengandung organisme yang diuji. Pada jarak tertentu pada

masing-masing cakram, antibiotik terdifusi sampai titik antibiotik tersebut tidak lagi

menghambat pertumbuhan mikroba. Efektivitas antibiotik ditunjukkan oleh zona

hambatan. Zona hambatan terlihat sebagai area jernih atau bersih mengelilingi cakram

tempat zat dengan aktivitas antimikroba terdifusi. Diameter zona dapat diukur dengan

penggaris. Ukuran zona hambatan dapat dipengaruhi oleh kepadatan media biakan,

kecepatan difusi antibiotik, konsentrasi antibiotik pada cakram filter, sensitivitas

organisme terhadap antibiotik, dan interaksi antibiotik terhadap media.suatu zat yang

mempunyai efek samping signifikan tidak boleh digunakan.

b. Metode Sumuran

Pada metode ini, sumuran dibuat pada agar di cawan petri dengan dibagi tiga

garis yang sama sesuai dengan kebutuhan. Kemudian antibiotik atau zat yang diuji

dimasukkan ke dalamnya. Pada praktikum, ke dalam sumuran dimasukkan minyak

cengkeh, minyak sereh dan aquades steril sebanyak 10 µL.

Bakteri yang digunakan pada saat praktikum adalah bakteri E.coli dan

Staphylococcus aureus.

1. Escherichia coli

E.coli berbentuk batang pendek (cocobasil), Gram negatif, ukuran sel E.coli

memiliki panjang sekitar 0,4 sampai 0,7 m dan lebar 1,4 m, beberapa strain

mempunyai kapsul, motil, anaerob fakultatif (Lucky, dkk, 1993). E.coli tumbuh pada

Page 2: Tinjauan Pustaka Uji Aktivitas Mikroba

suhu antara 10oC sampai 40oC, dengan suhu optimum 37oC. pH optimum untuk

pertumbuhannya adalah 7,0 sampai 7,5; pH minimum pada 4,0 dan maksimum pada pH

9,0 (Supardi dan Sukamto, 1999).

2. Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus bersifat gram positif, umumnya membentuk pigmen

kuning keemasan, memproduksi koagulase, dapat memfermentasi glukosa dan mannitol

dengan memproduksi asam dalam keadaan anaerob, tetapi tumbuh baik pada kondisi

aerob. Selnya berbentuk bulat atau kokus, diameternya berukuran 0,5 sampai 1,5 m,

tidak menghasilkan spora, dan biasanya sel-selnya terdapat dalam kelompok seperti

buah anggur atau membentuk tetrad. Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus

aureus adalah 35oC sampai 37oC, dengan suhu minimum 6,7oC dan suhu maksimum

45,5oC. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0 sampai 9,8 dengan pH optimum sekitar

7,0 sampai 7,5 (Supardi dan Sukamto, 1999).

Antibiotik yang digunakan sebagai pembunuh bakteri E.coli dan Staphylococcus

aureus adalah minyak cengkeh dan minyak sereh.

Daun cengkeh mengandung minyak atsiri yang komponen utamanya yaitu

eugenol. Selain eugenol, juga mengandung berbagai bahan lainnya yang jumlahnya

relatif sedikit, misalnya eugenol asetat, methil amil keton, kariofilen, furfurol, dan

vanillin. Bahan-bahan tersebut hampir semuanya tergolong dalam golongan fenol yang

pada dasarnya mempunyai sifat antibakteri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

minyak cengkeh dengan konsentrasi 1:1, 1:2 dan 1:3 mampu menghambat bakteri Gram

Positif (B.cereus dan S.aureus) dan Gram Negatif (E.coli dan Shigella sp), daya hambat

minyak cengkeh terhadap bakteri semakin besar dengan semakin tingginya konsentrasi.

Minyak Sereh, komponen kimia dalam minyak sereh wangi cukup kompleks,

namun komponen yang terpenting adalah sitronellal dan geraniol. Senyawa-senyawa

tersebut memiliki aktivitas antibakteri.

Pengujian sensitivitas bahan alam seperti minyak dari tumbuhan ini digunakan

hanya untuk menguji potensinya saja. Indu et al. (2006) menyatakan bahwa pada filter

paper method, jika diameter zona hambat kurang dari 12 mm maka senyawa tersebut

tidak memiliki aktivitas antibakteri (resisten) ; jika diameternya 12-16 mm, maka

termasuk intermediet dan jika diameter zona hambatnya lebih dari 16 mm, maka

senyawa tersebut termasuk sensitive.

Page 3: Tinjauan Pustaka Uji Aktivitas Mikroba

.

Lutfi 2004.Kimia Lingkungan. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional

Supardi, I., dan Sukamto, 1999. Mikrobiologi Dalam Pengolahan Dan Keamanan

Pangan, Penerbit Aumni, Bandung.

Fardiaz, S., 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.