Tinjauan Pustaka Kaidah Dasar Bioetik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PBL BLOK 1

Citation preview

KAIDAH DASAR BIOETIKJonathan Albert SoempietNIM : 10.2013.446 (PBL D6)Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna utara No. 6 Jakarta Barat 11510. Tlp. [email protected]

ABSTRAK :Kaidah Dasar Bioetik (KDB) sangat penting bagi para dokter untuk mengetahui pegangan apa yang harus dipakai dalam menangani pasiennya. KDB terbagi atas 4 bagian, dimana masing-masing mempunyai fungsi berbeda. Para dokter akan diajarkan untuk mengerti apa yang akan mereka lakukan dalam menghadapi pasien di masa mendatang dan mengetahui bahwa pasien harus dilayani dengan hormat dan perhatian bukan hanya sekedar pengobatan saja.KATA KUNCI : Kaidah dasar bioetik, KDB.ABSTRACT :Kaidah Dasar Bioetik (KDB) very important to all doctor for knowing what guide/principle used to take care the patient. KDB have 4 kind, which everyone of them have many functional. All doctor will learn to understand what will they do when they have a patient in the future and knowing that patient must be treat with respect and care not just regular treatment.KEYWORD : Kaidah dasar bioetik, KDB.

PENDAHULUANKDB disini merupakan hal baru bagi dokter-dokter, para calon dokter harus diajarkan mengenai bagaimana cara penanganan kasus terhadap pasien. Para dokter akan lebih memahami dengan adanya KDB, serta dapat mengetahui hal-hal yang herus dilakukan terhadap pasien bahwa pasien harus dihormati, bukan hanya diobati saja. Dokter pun akan mengerti pembagian apa saja dari KDB sehingga mengetahui pegangan apa yang harus dipakai dalam menangani pasien di masa mendatang.

CONTOH KASUSDr. BagusDokter Bagus telah lama bertugas di suatu desa terpencil yang sangat jauh dari kota. Sehari-harinya ia bertugas di sebuah Puskesmas yang hanya ditemani oleh seorang mantra, hal ini merupakan pekerjaan yang cukup melelahkan karena setiap harinya banyak warga desa yang datang berobat karena Puskesmas tersebut merupakan satu-satunya sarana kesehatan yang ada. Dokter Bagus bertugas dari pagi hari sampai sore hari tetapi tidak menutup kemungkinan ia harus mengobati pasien dimalam hari bila ada warga desa yang membutuhkan pertolongannya.Pada suatu pagi hari, ketika ia datang ke Puskesmas sudah ada 5 orang pasien yang sedang mengantri. Dokter Bagus memeriksa pasien sesuai nomor urut pendaftaran, hal ini dilakukannya agar pemeriksaan pasien berjalan tertib dan teratur. Pasien pertama adalah seorang ibu, datang dengan keluhan demam 2 hari yang lalu disertai batuk dan pilek. Setelah memeriksa pasien tersebut dr. Bagus memberikan beberapa macam obat dan vitamin serta nasehat agar istirahat yang cukupPasien kedua adalah seorang anak balita tampak lemah digendong oleh ibunya. Ibunya mengatakan bahwa anak tersebut sudah 2 hari buang air besar. Setelah memeriksakan anak tersebut, dr. Bagus menyarankan agar anak tersebut dirawat di rumah sakit yang berada di kota. Namun ibu tersebut menolak karena tidak mempunyai uang untuk berobat. bailah kalau begitu saya akan member ibu obat dan ORALIT untuk anak ibu, nanti ibu berikan obat tersebut sesuai dengan aturan dan usahakan anak ibu minum oralit sesering mungkin, nanti sore setelah selesai tugas saya akan mampir kerumah ibu untuk melihat kondisi keadaan anak ibu kata dr. Bagus. pak mantri tolong bikinkan puyer untuk anak ibu ini dan setelah itu tolong jelaskan cara membuat air oralit pada ibu ini kata dr. Bagus kepada pak mantri.Pasien ketiga adalah seorang anak laki-laki. Pasien tersebut menderita keganasan stadium lanjut. Sebelumnya pasien tersebut pernah dilakukan pembedahan di rumah sakit. Namun keluarga pasien mengehntikan pengobatannya lebih lanjut. Orangtua pasien bukanlah orang kaya sehingga mereka tak mampu membeli obat-obatan kemoterapeutik yang mahal. Tetapi orangtua pasien ingin anaknya mendapat pengobatan lebih lanjut. Dokter Bagus menjelaskan kepada orangtuanya bahwa kondisi anaknya tidak dapat ditingkatkan dan sangat sulit bagi mereka untuk membeli obat-obatan mahal tersebut. Dokter Bagus ragu apakah ia harus mengatakan pada mereka untuk tidak usah membeli obat itu. Karena berdasarkan pengetahuannya pada penyakit ini, beberapa pasien meninggal walaupun telah diterapi dengan kemoterapi penuh. Pada pemeriksaan fisik pada pasien ini telah timbul asites dan pasien tampak sesak. Dokter Bagus menjelaskan kepada orangtua pasien bahwa kondisi anaknya kurang baik dan kemungkinan untuk sembuh sangat kecil walaupun diberikan obat-obat kemoterapeutik. pak, yang hanya saya dapat lakukan adalah member obat-obatan penunjang agar anak bapak tidak terlalu mederita kata dr. Bagus sambil menyerahkan obat kepada orangtua pasien.Saat mempersilahkan pasien ke empatnya masuk ke ruang periksa, dr. Bagus terkejut karena serombongan orang memaksa masuk sambil menggotong seorang pemuda yang tidak sadarkan diri. Dokter Bagus meminta kesediaan pasien keempat untuk menunggu diluar karena ia akan terlebih dahulu member pertolongan pada pemuda tersebut. Ketika yang lain sibuk membaringkan pemuda yang tidak sadarkan diri tersebut, salah satu orang mengatakan bahwa pemuda tersebut telapak tangan sebelah kanannya masuk ke dalam mesin penggilingan padi dan setelah 15 menit kemudian telapak tangan pemuda tersebut baru dapat dikeluarkan dari mesin penggilingan padi. Pada pemeriksaan, dr. Bagus mendapatkan telapak tangan pemuda tersebut tampak bengkak dan pada pemeriksaan lebih lanjut ternyata tulang-tulang di telapak tangan tersebut hancur. Dokter Bagus bertanya kepada orang-orang yang mengantar pemuda tadi apakah diantara mereka ada keluarga dari pemuda tersebut. Dari serombongan orang tadi keluar seorang perempuan, ia mengatakan bahwa ia adalah istri dari pemuda tersebut. Dokter Bagus menjelaskan keadaan telapak tangan kanan suaminya dan tindakan yang harus dilakukan adalah amputasi. Walau dengan berat hati, istri pemuda tersebut menyetujui tindakan yang akan dilakukan dokter Bagus. Sambil bersimbah peluh, dokter Bagus akhirnya menyelesaikan tindakan amputasi telapk tangan pemuda yang mengalami kecelakaan tersebut. Melihat kondisi yang baik dan stabil, akhirnya pasien diperbolehkan pulang dengan diberi beberapa macam obat dan anjuran agar besok datang kembali untuk control.Pasien keempat adalah seorang bapak berusia 55 tahun diantar oleh anak laki-lakinya datang dengan keluhan nyeri pada ulu hati dan terasa berat pada dada serta punggungnya. Dari hasil pemeriksaan tekanan darah 150/90 dan nadi cepat tidak teratur. Dokter Bagus curiga pasien tersebut menderita penyakit jantung sehingga ia membuat surat rujukan ke rumah sakit yang berada di kota. Setelah menerima penjelasan tentang kemungkinan penyakit yang dideritanya, pasien pulang dengan membawa surat rujukan tersebut.Waktu telah memasuki siang hari, pasien kelima adalah seorang ibu muda yang sangat cerewet, karena begitu masuk ibu tadi sudah mengeluh berbagai macam keluhan. Dokter Bagus tidak menanggapi keluhan si ibu muda tadi dan segera membuat surat rujukan untuk ibu tersebut ke LAB KLINIK Cepat tepat langganannya yang berada di kota, jauh dari puskesmas. Dari Lab Klinik ini Dr. Bagus mendapat sejumlah uang, ternyata sejajar jumlahnya dengan pasien yang ia kirim ke situ. Pernah dua bulan lalu dengan 20 pasien yang ia kirim, ia memeperoleh Rp. 300.000,-Setelah pasien kelima, dokter Bagus melihat keluar ruangan, tampak pasien yang masih banyak. pak mantri tolong umumkan ke pasien, saya akan istirahat makan sejenak kata dr. Bagus. Demikianlah kegiatan sehari-hari dr. Bagus dan tanpa terasa sudah 25 tahun dokter Bagus mengabdi di desa itu.

RUMUSAN MASALAH

Yang dibahas disini adalah mengenai Kaidah Dasar Bioetik.

DEFENISI

Bioetik merupakan cabang dari etika yang membahas mengenai masalah yang timbul di bidang kedokteran. Menurut F. Abel boetik merupakan studi interdisipliner tentang problem yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran, pada skala mikro maupun makro, termasuk dampaknya terhadapa masyarakat luas serta system nilainya, kini dan masa mendatang.1Norma bioetika saat ini banyak yang tumpang tindih dengan/setidaknya dipengaruhi norma hokum dan yang melatar-belakanginya. Bioetika merupakan pandangan lebih luas dari etika kedoteran karena begitu saling mempengaruhi antara manusia dan lingkungan hidup. Bioetika merupakan genus, sedangkan etika kedokteran merupakan spesies.1Etika merupakan bagian ilmu filsafat yang meliputi hidup baik, menjadi orang baik, berbuat baik dan menginginkan hal-hal baik dalam hidup. Kaidah dasar (KDB) adalah prinsip yang memberikan pembenaran moral dalam melakukan tindakan.

PRINSIP DASAR KDB1, 2

1. Beneficence2. Non Malificence3. Autonomy4. Justice

ASAS PRIMA FACIE

Merupakan pemilihan 1 KDB terabash sesuai konteks (data) yang ada pada kasus. Dalam penanganan pasien di klinik, setelah indikasi medic, pengelolaan juga ditentukan oleh seni berbasis KDB. Asas prima facie mengisyaratkan KDB yang lama akan ditinggalkan, diganti dengan KDB yang baru yang lebih abash (ceteris paribus)1

BENEFICENCE

Digunakan ketika pasien merupakan kondisi yang wajar dan berlaku pada banyak pasien lainnya, sehingga dokter akan melakukan yang terbaik untuk kepentingan pasien. Dokter telah melakukan kalkulasi dimana kebaikan yang akan dialami pasiennya akan lebih banyak dibandingkan dengan kerugiannya. Prinsip prima facienya adalah sesuatu yang berubah menjadi atau dalam keadaan yang umum.1Prinsip Beneficence :11. Prinsip positive beneficence Prevent evil or harm Remove evil or harm Do or promote good2. Prinsip balancing of utility/proportionality Balancing of benefit and harmBeneficence pun terbagi atas 2 bagian :11. General beneficence : Melindungi dan mempertahankan hak yang lain Mencegah terjadinya kerugian pada yang lain Menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain2. Spesific beneficence : Menolong orang cacat Menyelamatkan orang dari bahaya

NON MALIFICENCE

Dalam konteks prima facienya adalah ketika pasien (berubah menjadi atau dalam keadaan) gawat darurat dimana diperlukan suatu intervensi medic dalam ranka penyelamatan nyawanya. Atau konteks ketika menghadapi pasien yang renta, mudah dimarjinalisasikan dan berasal dari kelompok anak-anak atau orang uzur ataupun juga kelompok perempuan (dalam konteks isu gender).1Prinsip Non Maleficence :11. Primum non nocere (Utamakan kebaikan)2. Above all do no harm3. Satu continuum dengan beneficence : Not to inflict evil or harm Prevent evil or harm Remove evil or harm Do or promote good4. Prinsip double effect Tindakan yang merugikan tidak selalu dianggap tindakan yang buruk Tindakan tersebut secara intrinsic tidak salah (setidaknya netral) Niatnya memperoleh akibat baik tak boleh dari sebab buruk (akibat buruk tak boleh foreseen dan tolerated jadi sarana) Akibat buruk bukan cara untuk mecapai tujuan pokok/akibat baik Perimbangan yang layak (tak ada cara lain > tepat) : akibat baik masih > akibat buruk

Autonomy

Dalam konteks autonomy, prima facie disini muncul (berubah menjadi atau dalam keadaan) pada sosok pasien yang dewasa dan berkepribadian matang untuk menentukan nasibnya sendiri.1Pembagian Autonomy :1 Kant : Otonomi kehendak = otonomi moral Kebebasan bertindak, memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri kesadaran terbaik bagi dirinya. Tanpa hambatan, paksaan atau campur-tangan pihak luar (heteronomy) Motivasi berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari manusia. Mill : otonomi tindakan / pemikiran = otonomi individu Kemampuan lakukan pemikiran dan tindakan (realisasi keputusan dan kemampuan melaksanakannya) Hak penetuan diri dari sisi pandang pribadiPrinsip Autonomy :1 Prinsip autonomy adalah dasar dari doktrin informed consent : Tindakan medis terhadap pasien harus mendapat persetujuam (otorisasi) dari pasien tersebut, setelah ia diberi informasi dan memahaminyaInformed Consent :1,3,4,51. Threshold element Competence : Kapasitas membuat keputusan Lebih kearah syarat dapat memberikan consent daripada sekedar daripada sekedar element Kompetensi adalah suatu continuum : Dari kompeten penuh hingga tidak kompeten sama sekali Ada 1 titik yang sesuai khusus untuk kompetensi ini, yaitu bila bias membuat keputusan yang reasonable berdasarkan alasan yang reasonable2. Information elements Disclosure of information / penyampaian : Ada kuat atau tidaknya ditentukan : Tradisi praktek professional Kebutuhan informasi pada individu pasien tersebut Kebutuhan informasi bagi reasonable person Tak perlu disclosure : Gawat darurat, tak kompeten, waiver (melepaskan haknya) Understanding of information : Dipengaruhi oleh : Illness, irrationally, immaturity Masalah : Nonacceptance : menolak informasi sebagai suatu kebenaran False belief : keyakinan yang salah atau irrasional Bahasa atau istilah waiver3. Consent elements Voluntariness : Bebas dari tipuan dan paksaan Bebas dari ancaman untuk dibiarkan Persuasi masih dibolehkan Authorization

JUSTICE

Prima facienya pada (berubah menjadi atau dalam keadaan) konteks membahas hak orang lain selain diri pasien itu sendiri. Hak orang lain ini khususnya mereka yang sama atau setara dalam mengalami gangguan kesehatan di luar diri pasien, serta membahas hak-hak social masyarakat atau komunitas sekitar pasien.1Prinsip Justice :11. Justice : Fairness (orang perorangan)Seseorang menerima yang selayaknya dia terima2. Distributive Justice (masyarakat)Distribusi sumber daya alam masyarakatTujuan :1Menjamin nilai tak berhingga dari setiap mahluk (pasien) yang berakal budi (aspek social).

KAIDAH TURUNAN6

Kejujuran (veracity) Kesetiaan (fidelity) Privacy Konfidensialitas Menghormati kontrak (perjanjian) Ketulusan (honesty) Menghindari membunuh

KESIMPULAN :

KDB merupakan hal yang penting sebagai seorang dokter dalam menangani kasus-kasus yang ada di Indonesia pada pasien. Dimana KDB dapat membantu para dokter memutuskan apa yang harus dilakukan sekaligus mengingatkan para dokter bahwa ada hal-hal yang harus dilakukan pada pasien sebelum bertindak dan jika hal yang itu tak kita lakukan maka akan berakibat fatal bagi dokter itu sendiri. Dan kita juga para calon dokter dididik tentang hal ini agar dapat mengerti bahwa dokter bukan hanya mengobati tapi juga menghormati pasien kita.

DAFTAR PUSTAKA :

1. Dr. Budiman Hartono, M.Pd.Ked. Bahan kuliah blok I modul I who am i? bioetika, humaniora, dan profesionalisme dalam profesi dokter. 2013/2014. Jakarta : Universitas Kristen Krida Wacana. Bagian 2, 4-7.2. K. Bertens. Etika biomedis. 2011. Kanisius.3. J. Guwandi S.H. Hukum dan dokter. 2008. Sagung Seto.4. Prof. dr. M. Jusuf Hanafiah, sp. OG (K), Prof. dr. AMri Amir, sp. F(K), SH. Etika kedokteran dan hokum kesehatan. 2009. EGC.5. dr. Sagiman, M. Kes. Panduan etika medis. 2006. PSKIFK UMP.6. Ratna Suprapti Samil. Etika kedokteran Indonesia. 2001. Tridasa Printer.Jonathan Albert Soempiet (10.2013.446)1