44
i TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF TEORI KURIKULUM TERHADAP ISI DAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA DI SALATIGA Oleh Dane Dea Kumala NIM 71 2011 009 TUGAS AKHIR Diajukan kepada Progam Studi Teologi, Fakultas Teologi guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains Teologi (S.Si Teol) FAKULTAS TEOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA 2015

Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

  • Upload
    others

  • View
    19

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

i

TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF TEORI KURIKULUM

TERHADAP ISI DAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA

KRISTEN UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA DI SALATIGA

Oleh

Dane Dea Kumala

NIM 71 2011 009

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Progam Studi Teologi, Fakultas Teologi

guna memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Sains

Teologi (S.Si Teol)

FAKULTAS TEOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2015

Page 2: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

ii

Page 3: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan
Page 4: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

iv

Page 5: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan
Page 6: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

vi

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis ungkapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang dari semula terus

menyertai penulis hingga pada akhirnya mampu menghasilkan tulisan ini untuk meraih gelar

Sarjana Teologi. Penulis menyadari bahwa hanya dengan penyertaan Tuhan penulis dapat

menyelesaikan proses pembelajaran di Fakultas Teologi dengan baik. Hingga pada akhirnya

penulis dapat menyelesaikan proses penulisan tugas akhir. Penulis juga menyadari bahwa

keberhasilan ini juga berkat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah dipakai

oleh Tuhan. Maka dari itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih

kepada beberapa orang yang telah berjasa di dalam kehidupan akademik penulis. Penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Pdt. Yusak B. Setyawan, S.Si, MATS, Ph.D yang telah bersedia membimbing

penulis di dalam menyelesaikan tugas akhir. Dengan bimbingan beliau, penulis

dapat secara maksimal mengungkapkan ide-ide dalam sebuah karya tulis.

Penulis mengucap syukur dan berterimakasih karena beliau senantiasa

memberikan kritik, saran, hingga motivasi yang memampukan penulis

menyelesaikan tugas akhir dengan baik.

2. Pdt. Daniel Nuhamara, M.Th yang pada awalnya telah membimbing penulis

dalam penulisan tugas akhir. Beliau juga telah meminjamkan buku-buku dan

menunjukkan sumber-sumber yang dapat membantu penulis berkaitan dengan

PAK. Penulis mengucap syukur dan berterimakasih pada belia karena beliau

terus mendukung walaupun tidak lagi menjadi pembimbing tugas akhir.

3. Pdt. Mariska Lauterboom, MATS yang telah bersedia membimbing penulis

dalam menyelesaikan tugas akhir. Penulis bersyukur karena beliau bersedia

membimbing penulis setelah pergantian pembimbing.

4. Seluruh dosen Fakultas Teologi UKSW termasuk Pak Dani, Pak Totok, Pak

Thobi, Bu Dien, Pak Flip, dan Pak Yesaya yang telah membagikan ilmu

pengetahuan kepada penulis selama empat tahun masa perkuliahan. Penulis

bersyukur karena memiliki kesempatan untuk belajar dari dosen-dosen luar

biasa di Fakultas Teologi UKSW.

5. Orang tua yang senantiasa memberikan dukungan berupa doa dan dana. Penulis

mengucap syukur dan berterimakasih karena orang tua selalu mendukung

penulis untuk menyelesaikan tugas akhir. Lebih dari itu, penulis berterimakasih

Page 7: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

vii

untuk doa yang selalu dipanjatkan untuk penulis beserta seluruh dukungan

Page 8: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

viii

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... viii

1. Pendahuluan ........................................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ 1

1.2. Identifikasi Masalah ........................................................................................................ 3

1.3. Pembatasan Masalah ....................................................................................................... 4

1.4. Pertanyaan Penelitian ...................................................................................................... 4

1.5. Tujuan Penelitian............................................................................................................. 4

1.6. Metode ............................................................................................................................. 4

1.7. Sistematika Penulisan ...................................................................................................... 6

2. Teori Kurikulum PAK Untuk Anak dengan Disabilitas ...................................................... 7

2.1. Kurikulum ....................................................................................................................... 7

2.1.1. Pengertian Kurikulum............................................................................................... 7

2.1.2. Muatan Kurikulum ................................................................................................... 8

2.2. Disabilitas ...................................................................................................................... 11

2.2.1. Orang Dengan Disabilitas (Pengertian, Jenis, dan Kebutuhan) .............................. 11

2.2.2. Orang dengan Disabilitas di Indonesia ................................................................... 13

2.3. Kurikulum PAK untuk Orang dengan Disabilitas ........................................................ 13

3. Hasil Penelitian Kurikulum PAK untuk SMALB di Salatiga .............................................. 16

3.1. Kurikulum PAK yang Digunakan oleh SMALB di Salatiga ........................................ 16

3.2. Visi dan Misi Kurikulum PAK untuk SMALB ............................................................. 17

3.3. Isi Kurikulum PAK untuk SMALB di Salatiga ............................................................ 18

3.4. Proses Pelaksanaan Kurikulum PAK untuk SMALB di Salatiga ................................. 20

3.5. Evaluasi Kurikulum PAK di SMALB ........................................................................... 21

3.6. Kurikulum PAK untuk SMALB di Salatiga ................................................................. 21

Page 9: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

ix

4. Tinjauan Kritis Dari Perspektif Teori Kurikulum Terhadap Isi Dan Pelaksanaan Kurikulum

PAK Di SMALB Salatiga ........................................................................................................ 22

4.1. Isi Kurikulum PAK menurut Teori Kurikulum ............................................................. 22

4.1.1. Tujuan Kurikulum PAK menurut Teori Kurikulum ............................................... 23

4.1.2. Isi Kurikulum menurut Teori Kurikulum ............................................................... 24

4.2. Pelaksanaan Kurikulum PAK menurut Teori Kurikulum ............................................. 27

4.2.1. Proses Pelaksanaan Kurikulum PAK ..................................................................... 27

4.2.2. Evaluasi Kurikulum PAK di SMALB .................................................................... 28

5. Penutup ................................................................................................................................ 29

5.1. Kesimpulan.................................................................................................................... 29

5.2. Saran .............................................................................................................................. 30

5.2.1. Saran Kepada Pemerintah ....................................................................................... 30

5.2.2. Saran Kepada SMALB di Salatiga ......................................................................... 31

5.2.3. Saran Kepada Fakultas Teologi UKSW ................................................................. 31

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 32

Page 10: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF TEORI KURIKULUM

TERHADAP ISI DAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA

KRISTEN UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA DI SALATIGA

Abstrak

Orang dengan disabilitas yang beragama Kristen berhak mendapatkan Pendidikan

Agama Kristen yang menjawab pergumulan dan kebutuhan mereka. Sekolah merupakan

salah satu lembaga yang memiliki kewajiban untuk mendidik nara didik sesuai dengan agama

mereka masing-masing, salah satunya Pendidikan Agama Kristen. Maka dari itu kurikulum

Pendidikan Agama Kristen seharusnya disesuaikan dengan kehidupan nara didik secara utuh.

Kurikulum bukan lagi sekedar mata pelajaran, melainkan segala sesuatu yang telah

direncanakan untuk mengembangkan pemikiran nara didik berdasarkan pengalaman hidup

mereka, kebutuhan, pergumulan, wawasan yang baru, dan interaksi dengan orang lain.

Sayangnya penyusunan kurikulum Pendidikan Anak disabilitas untuk Sekolah Menengah

Atas Luar Biasa belum berkaitan dengan kehidupan nara didik secara utuh. Hal ini

mempengaruhi pelaksanaan kurikulum Pendidikan Agama Kristen di tiga SMALB di Salatiga

yakni SMALB Negeri, SMALB Wantu Wirawan, dan SMALB Bina Putra yang berpatokan

kepada kurikulum yang telah disusun oleh pemerintah. Pelaksanaan kurikulum semakin sulit

oleh karena kurangnya sarana pembelajaran seperti buku pedoman yang bisa digunakan oleh

pendidik maupun nara didik.

Kata Kunci : PAK, kurikulum, SMALB, dan kebutuhan nara didik.

Page 11: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

1

TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF TEORI KURIKULUM

TERHADAP ISI DAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA

KRISTEN UNTUK SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA DI SALATIGA

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Setiap umat Kristen berhak untuk mendapatkan Pendidikan Agama Kristen untuk

menjaga dan menumbuhkan iman Kristen. Pendidikan Agama Kristen bisa dilakukan di

dalam keluarga, gereja, maupun sekolah.1 Istilah Pendidikan Agama Kristen hanya dapat

dipahami dengan terlebih dahulu memahami ketiga unsur yang ada di dalamnya yakni

pendidikan, agama, dan Kristen. Pendidikan memiliki banyak definisi, akan tetapi pada

dasarnya pendidikan selalu menuju proses pembentukan kepribadian secara utuh.2

Pendidikan tidak selalu berpusat pada pengetahuan akademik melainkan pembentukan

karakter, pewarisan nilai sosial dan budaya, memberikan keterampilan, maupun

pengalaman kepada nara didik. Pendidikan harus dilakukan secara sadar, sistematis, dan

berkesinambungan.3 Kata agama juga memiliki berbagai macam definisi, agamaadalah

penghayatan terhadap kehidupan, cara hidup, menyangkut relasi dan perjumpaan kepada

Yang Mahakudus.4Secara umum agama dipahami sebagai pencarian terhadap yang

transenden yang kemudian dibawa ke dalam kesadaran dan diberikan perwujudan.5 Oleh

karena itu aktivitas agama biasanya diekspresikan melalui ritual keagamaan seperti

upacara-upacara.

Hal yang membedakan Pendidikan Agama Kristen dengan Pendidikan Agama atau

pendidikan yang lain adalah nilai Kristen di dalamnya. Kata Kristen menunjukkan bahwa

Pendidikan Agama dilakukan oleh persekutuan iman Kristen sesuai dengan perspektif

agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan Agama Kristen (PAK) dapat diartikan

sebagai usaha yang sadar, sistematis, dan berkesinambungan yang dilakukan oleh

1Daniel Nuhamara, Pembimbing PAK Pendidikan Agama Kristen (Bandung: Jurnal Info Media, 2007), 57.

2 Dien Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif & Menarik (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2006), 5.

3 Nuhamara, Pembimbing PAK Pendidikan Agama Kristen, 25.

4 Drie S. Brotosudarmo, Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi (Yogyakarta: Penerbit Andi,

2008), 29. 5 Nuhamara, Pembimbing PAK Pendidikan Agama Kristen, 20.

6 Nuhamara, Pembimbing PAK Pendidikan Agama Kristen, 23.

Page 12: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

2

persekutuan iman Kristen untuk membentuk kepribadian secara utuh serta mencari yang

transenden sesuai dengan perspektif agama Kristen.7

Sama seperti bidang pendidikan yang lain, PAK juga memiliki kurikulum. Menurut

Wyckoff, kurikulum adalah pengalaman yang dibimbing menuju kepada pemenuhan

tujuan PAK yang meliputi tindakan dan usaha dalam menjalin relasi dengan sesama.8

Oleh karena itu, penyusunan materi dalam kurikulum harus dipertimbangkan secara

matang dan memperhatikan beberapa aspek. Di dalam PAK, penyusunan kurikulum

tidak hanya memperhatikan aspek-aspek filsafat, politik, maupun budaya, melainkan

juga sifat alami manusia.9

Setiap umat Kristen berhak mendapatkan PAK, termasuk umat Kristen dengan

disabilitas. Sayangnya orang dengan disabilitas di Indonesia belum mendapatkan

pelayanan yang maksimal dari gereja. Beberapa aspek dalam gereja di Indonesia masih

belum mempertimbangkan keberadaan orang dengan disabilitas. Misalnya gedung gereja

yang tidak mudah diakses oleh orang dengan disabilitas khususnya yang menggunakan

alat bantu kursi roda. Dalam penyampaian firman pun belum mempertimbangkan orang

dengan tuna rungu. Gereja juga belum mempersiapkan kurikulum PAK bagi orang

dengan disabilitas.

Jumlah orang dengan disabilitas adalah 11.580.117 orang.10

Dengan jumlah yang

cukup besar, Indonesia memiliki tanggung jawab yang besar juga untuk memberikan

fasilitas yang bisa diakses oleh orang dengan disabilitas serta mempersiapkan kebijakan

yang tidak mendiskriminasi orang dengan disabilitas. Pemerintah juga memiliki

tanggung jawab untuk menyediakan fasilitas pendidikan dan lapangan pekerjaan bagi

orang dengan disabilitas. Selain pemerintah, gereja juga perlu membantu orang dengan

disabilitas dalam pertumbuhan iman. Walaupun saat ini gereja masih belum maksimal

dalam mempersiapkan fasilitas bagi orang dengan disabilitas.

7 Pendidikan Agama Kristen selanjutnya akan ditulis PAK.

8 D. Campbell Wyckoff, Theory and Design of Christian Education Curriculum (Philadelphia :The

Westminster Press), 27. 9 Robert K. Brown, “Max van Manen and Pedagogical Human Science Research” dalam Understanding

Curriculum as Phenomenological and Deconstructed Text diedit oleh William F. Pinar dan William M.

Reynolds (New York dan London: Teacher College Press, 1992), 46. 10

International Labour Organization, “Inklusi Penyandang Disabilitas di Indonesia”, diunduh dari

http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-

jakarta/documents/publication/wcms_233426.pdf , 29 Agustus 2014 pukul 13.28 WIB, 2.

Page 13: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

3

Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar untuk melaksanakan PAK bagi anak-

anak dengan disabilitas. Di dalam sekolah terdapat para pendidik yang memahami aspek

dalam PAK dan memahami anak-anak dengan disabilitas. Di dalam pelaksanakan PAK

untuk pelajar dengan disabilitas, kurikulum perlu dipersiapkan sesuai dengan

pengalaman dan kebutuhan mereka. Sebagai salah satu contoh, orang dengan disabilitas

memiliki pergumulan sendiri mengenai makna “serupa dan segambar dengan Allah”.

Berdasarkan latar belakang tersebut penulis menuliskan judul: “Tinjauan Kritis dari

Perspektif Teori Kurikulum Terhadap Isi dan Pelaksanaan Kurikulum Pendidikan

Agama Kristen Untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa di Salatiga”.

1.2. Identifikasi Masalah

Sekolah adalah tempat yang paling memungkinkan bagi orang dengan disabilitas

mendapatkan PAK. Keterbatasan gereja dan keluarga dalam menyampaikan PAK

menyebabkan tanggung jawab yang diemban sekolah lebih besar. Orang dengan

disabilitas membutuhkan pendidikan agama di samping keterampilan atau kemampuan

kognitif. PAK dapat memberikan penguatan dan penghiburan bagi orang dengan

disabilitas dalam menghadapi stigma negatif yang sudah terlanjur tertanam kuat di

masyarakat.

Kebanyakan masyarakat Indonesia masih belum mampu menerima orang dengan

disabilitas secara baik. Contohnya dalam beberapa perusahaan milik negara, terdapat tes

kesehatan atau tes fisik sebelum diterima untuk bekerja. Biasanya dalam tes kesehatan

terdapat tes mata, tes dalam bidang olahraga seperti berlari, dan tes kesehatan. Hal

tersebut menunjukkan bahwa orang dengan disabilitas belum dianggap mampu untuk

bekerja di perusahaan milik pemerintah. Sayangnya hal ini tidak hanya terjadi pada

perusahaan milik negara, melainkan juga pada perusahaan swasta bahkan lembaga

keagamaan seperti gereja. Calon pemimpin gereja selalu dituntut sehat jasmani dan

rohani yang menunjukkan bahwa orang dengan disabilitas yang memiliki permasalahan

dalam kesehatan tidak bisa menjadi pemimpin gereja.

Nara didik dengan disabilitas membutuhkan PAK untuk hidup bersama-sama

masyarakat non disabilitas yang telah membangun budaya kenormalan. Persiapan hidup

di tengah masyarakat non disabilitas dari perspektif Kristen sangat dibutuhkan oleh nara

didik dengan disabilitas yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Nara

didik yang lulus dari bangku Sekolah Mengengah Atas Luar Biasa (SMALB) akan

Page 14: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

4

melanjutkan ke jenjang berikutnya yakni perguruan tinggi atau tempat kerja.11

Perguruan

tinggi dan tempat kerja sangat berbeda dengan SMALB karena nara didik akan

berpartisipasi aktif dalam lingkungan sosial yang didominasi oleh orang non disabilitas.

1.3. Pembatasan Masalah

Dari masalah yang telah dipaparkan, peneliti memfokuskan diri kepada masalah PAK

yang didapatkan oleh nara didik dengan disabilitas di sekolah. Peneliti meninjau

kurikulum PAK yang digunakan di sekolah luar biasa, khususnya pada jenjang SMALB

di Salatiga. Jenjang SMA dipilih karena nara didik akan hidup di tengah-tengah

masyarakat yang non disabilitas secara mandiri sebagai orang dewasa setelah lulus dari

bangku SMA. Peneliti juga akan meninjau apakah kurikulum PAK sudah sesuai dengan

kebutuhan dan pengalaman nara didik dengan disabilitas.

1.4. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian yang diajukan adalah:

a. Apa isi kurikulum PAK untuk SMALB di Salatiga ditinjau dari perspektif teori

kurikulum?

b. Bagaimana pelaksanaan kurikulum PAK dalam SMALB di Salatiga ditinjau dari

perspektif teori kurikulum?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian maka tujuan penelitian adalah:

a. Menganalisa isi kurikulum untuk SMALB di Salatiga ditinjau dari perspektif teori

kurikulum.

b. Melakukan tinjauan kritis terhadap pelaksanaan kurikulum PAK dalam SMALB di

Salatiga berdasarkan teori kurikulum.

1.6. Metode

a. Pendekatan

Pendekatan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif.Metode

kualitatif dipilih berdasarkan beberapa alasan. Pertama, pertanyaan penelitian yang

11

Sekolah Menengah Atas Luar Biasa selanjutnya ditulis SMALB.

Page 15: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

5

diajukan menggunakan kata bagaimana yang mencari tahu proses yang terjadi. Untuk

metode kuantitaf, biasanya pertanyaan hanya membutuhkan jawaban ya atau

tidak.Kedua, penelitian kualitatif bersifat fleksibel, tidak terpaku pada konsep awal

yang direncanakan oleh peneliti.Penelitian kualitatif dapat berubah sesuai dengan

keadaan yang terjadi di lapangan.

Ketiga, metode kualitatif memiliki perspektif dinamis, yakni terus

berkembang.Keempat, metode kualitatif dipilih karena topik yang diangkat

memerlukan eksplorasi yang mendalam.12

Teori landasan dan topik tidak secara

mudah diidentifikasikan di dalam lapangan.

Alasan mendasar metode pendekatan kualitatif dipilih karena data kualitatif

memuat penjelasan mengenai proses yang terjadi sehingga kita dapat memahami alur

secara kronologis, menilai sebab-akibat, dan memperoleh banyak penjelasan. Data

kualitatif sangat terbuka terhadap penemuan yang baru.13

b. Jenis Data

Jenis data yang akan digunakan adalah data primer. Data primer adalah data yang

dikumpulkan dari situasi aktual ketika peristiwa terjadi.14

Cara yang dipilih untuk

mendapatkan data primer yakni wawancara.Selain data primer, peneliti juga

mengumpulkan data sekunder.Data sekunder berupa tinjauan pustaka terhadap

kurikulum PAK yang digunakan dalam SMALB di Salatiga.

c. Pengumpulan Data

Peneliti melakukan dua tahap untuk melakukan pengumpulan data.Tahap pertama

adalah melakukan wawancara mendalam.Dalam wawancara mendalam, pertanyaan

yang diajukan bersifat terbuka dan tidak terstruktur.Hal ini tergantung dari jawaban-

jawaban yang diberikan oleh informan. Dengan menggunakan metode wawancara

mendalam, akan ada banyak hal yang bisa didapat dari informan, mungkin lebih dari

yang dibutuhkan. Untuk merekam data, peneliti akan menggunakan catatan kasar dan

rekaman pembicaraan. Pihak yang menjadi informan adalah para pendidik PAK

SMALB di Salatiga.

Tahap kedua adalah analisis kritis terhadap kurikulum, silabus, dan buku panduan

PAK yang telah disusun untuk nara didik dengan disabilitas. Dalam analisis kritis ini

12

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitan Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika,

2010), 25-26. 13

Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial (Bandung: PT Refika Aditama, 2009) mengutip Matthew B Miles

& A. Michael Huberman, Analisis Data Kualitatif terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi (Jakarta: U-I Pres, 1992),

284-285. 14

Silalahi, Metode Penelitian Sosial, 289.

Page 16: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

6

dibutuhkan perbandingan kurikulum dari beberapa sekolah luar biasa serta kurikulum

sekolah untuk nara didik non-disabilitas. Hal ini dilakukan untuk menganalisa isi

perbedaan isi kurikulum yang disusun oleh sekolah dengan nara didik non-disabilitas

dan sekolah dengan nara didik disabilitas.

d. Informan

Informan yang akan diwawancarai untuk pengumpulan data adalah pendidik PAK

di SMALB di Salatiga. Melalui pendidik, peneliti dapat memperoleh informasi

mengenai cara mengajar maupun kurikulum. Pendidik memiliki alasan mengenai

kurikulum yang telah beliau persiapkan bagi nara didik. Selain itu, beliau memiliki

pengetahuan mengenai kebutuhan nara didik dengan disabilitas, terutama di bangku

Sekolah Menengah Atas.

1.7. Sistematika Penulisan

Di dalam proses penulisan, karya tulis dibagi menjadi lima bagian. Bagian pertama

merupakan pendahuluan yang berisi latar belakang penulisan, identifikasi serta rumusan

masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.Pada bagian

pendahuluan inilah dikemukakan alasan-alasan yang mendasari penulisan.

Bagian kedua berisi teori-teori yang relevan dengan karya tulis.Teori-teori yang

digunakan adalah teori mengenai kurikulum PAK dan teori mengenai disabilitas.Teori

tersebut diharapkan mampu menjelaskan mengenai isi dan pelaksanaan kurikulum PAK

bagi orang dengan disabilitas.Selain itu, teori-teori tersebut juga diharapkan mampu

menjelaskan kebutuhan dan pengalaman iman Kristen orang dengan disabilitas.

Bagian ketiga berisi wilayah penelitian. Dalam bagian ini akan dilakukan penelitian

terhadap isi kurikulum PAK dalam SMALB di Salatiga. Penelitian akan dilakukan

dengan wawancara dan pengumpulan data tertulis. Bagian keempat berisi analisa

terhadap hasil penelitian. Setelah dilakukan penelitian, data yang telah dikumpulkan akan

ditinjau secara berdasarkan teori yang sudah ada. Isi dan pelaksanaan kurikulum akan

dianalisa berdasarkan teori kurikulum PAK dan teori disabilitas.

Bagian kelima yang merupakan penutup berisi kesimpulan dari hasil analisa penelitan

yang akan ditinjau secara kritis dari teori-teori dan saran. Saran akan diberikan kepada

SMALB di Salatiga apabila setelah melakukan analisa dari hasil penelitian terdapat

ketidaksesuaian kurikulum PAK yang digunakan dengan teori yang ada serta kebutuhan

iman nara didik dengan disabilitas.

Page 17: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

7

2. Teori Kurikulum PAK Untuk Anak dengan Disabilitas

2.1. Kurikulum

2.1.1. Pengertian Kurikulum

Pendidikan adalah salah satu alat penting yang dibutuhkan manusia untuk mencapai

makna dan pemenuhan hidup.15

Lebih dari itu, pendidikan membantu manusia

memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara.16

Pendidikan dapat diperoleh dari

berbagai institusi, salah satunya adalah sekolah. Kurikulum dan instruksi adalah jantung

dan jiwa dalam bersekolah.17

Dari segi etimologis, kurikulum berasal dari Bahasa Latin

yakni currere yang berarti berlari. Sehingga kurikulum dianggap sebagai latihan untuk

berlari. Dalam institusi pendidikan, kurikulum dimaknai secara berbeda. Kurikulum

dimaknai sebagai mata pelajaran dalam pembelajaran atau pelatihan di sekolah atau

universitas.18

Secara tradisional, dalam Kamus Webster pada tahun 1955 kurikulum

berarti keseluruhan pelajaran yang disajikan di lembaga pendidikan. Menurut UU

Sisdiknas No 20 Tahun 2003, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi, dan bahan pengajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman

penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

Kurikulum tidak hanya dilaksanakan di dalam kegiatan akademik, melainkan juga

melalui kegiatan-kegiatan non akademik seperti pengabdian masyarakat, perkemahan,

kegiatan yang berhubungan dengan keterampilan, dan lain sebagainya.19

Definisi kurikulum sebagai keseluruhan pelajaran belum menggambarkan makna

kurikulum yang sebenarnya. Maka dari itu pemaknaan kurikulum terus berkembang.

Patrick Slattery berpendapat bahwa kurikulum adalah undangan tegas untuk para nara

didik agar berpartisipasi dalam sejarah daripada sekedar mengobservasi sejarah dari

kejauhan.20

Slattery menitikberatkan kepada partisipasi aktif nara didik, bukan sekedar

pelajaran yang disajikan kepada nara didik. Di Indonesia Hilda Taba memperkenalkan

kurikulum sebagai sesuatu yang direncanakan untuk pelajaran anak sebagai anggota yang

15

Elly Macha, “Disability and Public Issues: Health, Poverty, Education, Gender, and Unemployment”,

Doing Theology from Disability Perspective (Manila: ATESEA, 2011), 95. 16

Macha, “Disability and Public Issues: Health, Poverty, Education, Gender, and Unemployment”, hlm 96. 17

Patrick Slattery, Curriculum Development in the Postmodern Era (New York dan London: Garland

Publishing Inc., 1995), xv. 18

Maria Harris, Fashion Me a People Curriculum In The Church (Kentucky: Westminster/John Knox Press,

1989), 55. 19

S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), 9. 20

Slattery, Curriculum Development in the Postmodern Era, xii.

Page 18: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

8

produktif dalam masyarakat.21

Mirip dengan pendapat Slattery, Taba menitikberatkan

nara didik di dalam kurikulum. Kurikulum disusun untuk mempersiapkan nara didik

dengan tujuan tertentu.

Berdasarkan pemikiran Slattery dan Taba dapat disimpulkan bahwa kurikulum

berpusat kepada nara didik. Kurikulum harus disusun untuk memfasilitasi nara didik

dalam kreasi mereka serta kemandirian di dalam kehidupan pribadi mereka. Maka dari

itu kurikulum seharusnya disesuaikan dengan dinamika kehidupan nara didik. Untuk

menunjukkan bahwa nara didik bukanlah objek melainkan subjek, maka kurikulum harus

mampu menyajikan pengalaman bebas bagi nara didik. Pengalaman bebas yakni

memperkenalkan kebebasan dan kemandirian berpikir, kekuasaan sosial dan politik,

menghargai kebebasan orang lain, dan menerima keberagaman pendapat serta

keberagaman individu di dalam masyarakat tanpa memperhatikan golongan, ras, ataupun

keyakinan.22

Penulis beranggapan bahwa kurikulum adalah segala sesuatu yang telah

direncanakan untuk membantu nara didik mengembangkan pemikirannya berdasarkan

pengalaman hidup yang telah dilalui serta wawasan yang baru, belajar berinteraksi

dengan orang lain agar mampu produktif di tengah masyarakat dan menciptakan sejarah

bersama masyarakat. Kurikulum berisi berbagai macam aspek yang menitikberatkan

kepada nara didik, bukan lagi pendidik ataupun sekedar mata pelajaran.

2.1.2. Muatan Kurikulum

Kurikulum dirancang dengan tujuan tertentu, baik tujuan yang ingin dicapai negara

maupun sekolah tertentu. Oleh sebab itu perlu kurikulum perlu disusun terlebih dahulu,

akan tetapi tetap memperhatikan kebutuhan nara didik. A.V. Kelly yang mengacu kepada

Ralph W. Tyler mengajukan empat pertanyaan dasar yang harus dijawab dalam

perancangan kurikulum.23

Keempat pertanyaan tersebut adalah:

a. Apakah visi dan misi pendidikan yang seharusnya dicapai oleh sekolah?

b. Apakah pengalaman pendidikan yang bisa disajikan untuk mencapai tujuan

tersebut?

c. Bagaimana pengalaman pendidikan ini bisa diatur secara efektif?

21 Nasution, Asas-Asas Kurikulum, 7.

22 A. V. Kelly, The Curriculum Theory and Practice (London: SAGE Publications, 2004), 3.

23 Kelly, The Curriculum Theory and Practice, 15.

Page 19: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

9

d. Bagaimana kita menentukan apakah tujuan ini sudah tercapai?

Berdasarkan keempat pertanyaan yang telah diajukan Tyler, sudah jelas tahapan

yang harus dilaksanakan dalam menyusun kurikulum. Sayangnya tahapan yang disusun

oleh Tyler belum melibatkan nara didik secara aktif. Maka dari itu penulis mengkaitkan

keempat dasar dalam perancangan dengan keterlibatan nara didik secara aktif. Langkah

awal dalam menyusun kurikulum adalah menentukan visi dan misi sekolah yang

berkaitan dengan nara didik. Visi dan misi berisi apa yang diharapkan oleh sekolah untuk

dipelajari oleh nara didik. Setelah menentukan visi dan misi maka tahap selanjutnya

adalah menyusun pelajaran yang disesuaikan dengan visi misi sekolah. Dalam menyusun

pelajaran ini perlu dipertimbangkan mengenai pengalaman kehidupan yang sudah

dibawa oleh nara didik. Dengan demikian kurikulum dapat mengembangkan pengalaman

kehidupan nara didik dan memberi pengalaman yang baru.

Setelah menentukan pelajaran yang akan dipelajari oleh nara didik, maka tahap yang

berikutnya adalah menentukan metode. Metode yang dipilih harus kreatif agar nara didik

mendapat pengalaman pendidikan yang baru, bukan sekedar menghafal materi mata

pelajaran. Metode perlu disusun sekreatif dan seinovatif mungkin, bahkan bisa

menggunakan kurikulum tersembunyi. Kurikulum tersembunyi adalah bagian yang tidak

secara sengaja diajarkan, misalnya melalui peraturan untuk menjaga sikap.24

Pada

akhirnya dilakukan evaluasi untuk kurikulum yang telah dilaksanakan untuk mengetahui

apakah sudah sesuai dengan tujuan awal. Evaluasi dilakukan oleh sekolah dan nara didik

juga diminta untuk memberikan penilaian terhadap kurikulum.25

Dengan demikian

kurikulum akan disesuaikan dengan kebutuhan nara didik secara umum.

Menurut S. Nasution, isi kurikulum dapat dijelaskan ke dalam empat asas yakni asas

filosofis, asas psikologis, asas sosiologis, dan asas organisatoris.26

Asas filosofis

berkaitan dengan tujuan pendidikan yang sesuai dengan filsafat negara. Asas filosofis

yang digunakan di Indonesia adalah Pancasila. Maka sekolah mendidik anak agar

menjadi manusia yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Sekolah tidak selalu

mengajarkan hal-hal akademik saja melainkan juga nilai-nilai kehidupan. Penerapan asas

filosofis tidak harus diterjemahkan dalam mata pelajaran, akan tetapi bisa dilakukan

melalui kurikulum tersembunyi. Misalnya kata-kata mutiara yang dipasang di dinding

24 Kelly, The Curriculum Theory and Practice, 6.

25 Kelly, The Curriculum Theory and Practice, 91.

26 Nasution, Asas-Asas Kurikulum, 11.

Page 20: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

10

sekolah yang menarik dan mudah dibaca oleh nara didik sehingga secara tidak langsung

dapat menanamkan nilai Pancasila pada nara didik.

Asas psikologis dalam kurikulum mempertimbangkan faktor anak yakni psikologi

anak (perkembangan anak) dan psikologi belajar (proses belajar anak). Kebutuhan anak

juga harus diperhatikan seperti kebutuhan jasmaniah, kebutuhan pribadi, kebutuhan

sosial, dan beragam kebutuhan lain. Sebagai manusia yang berkembang, anak juga perlu

diperhatikan perkembangannya seperti perkembangan intelektual dan perkembangan

sosial-emosional.

Asas sosiologis meliputi keadaan masyarakat, perkembangan dan perubahannya,

kebudayaan manusia, hasil kerja manusia berupa pengetahuan, dan lain-lain. Masyarakat

bersifat dinamis, terutama dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kecepatan masyarakat dalam berkembang menuntut kurikulum ikut berkembang. Hal ini

disebabkan oleh salah satu fungsi sekolah yakni mewariskan budaya kepada anak. Fungsi

yang lain adalah menghasilkan lulusan yang menjawab kebutuhan masyarakat.

Kurikulum juga harus mampu menggunakan masyarakat sebagai pembelajaran.

Selanjutnya asas organisatoris yang mempertimbangkan bentuk dan organisasi bahan

pelajaran yang disajikan. Beberapa bentuk kurikulum yang ditawarkan adalah subject

curriculum, activity curriculum, experience curriculum, life curriculum, dan core

curriculum. Bahan pelajaran yang sering digunakan di sekolah adalah buku pegangan.

Akan tetapi pendidik dapat menggunakan bahan ajaran lain yang menunjang proses

pendidikan.

Kurikulum bukanlah sekedar silabus atau daftar mata pelajaran akan tetapi seluruh

proses yang terjadi di sekolah yang dimulai dari tujuan hingga evaluasi. Tujuan sekolah

secara umum dapat mengambil nilai-nilai Pancasila. Sekolah perlu menambahkan tujuan

yang disesuaikan dengan kebutuhan nara didik. Kurikulum harus disesuaikan dengan

psikologis anak secara umum dan pendidik wajib memahami psikologis anak secara

individu. Selain memahami kebutuhan anak, sekolah juga harus memahami keadaan

masyarakat di sekitarnya. Dengan demikian kurikulum mampu mempersiapkan nara

didik untuk berpartisipasi aktif di dalam masyarakat. Di sisi lain, kurikulum juga

mempersiapkan nara didik agar mampu bertahan di tengah masyarakat yang dinamis.

Setelah menentukan tujuan, mempertimbangkan kebutuhan nara didik, dan

mempertimbangkan kebutuhan masyarakat maka kurikulum perlu disusun dengan

Page 21: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

11

matang. Penulis memilih core curriculum yang memperhatikan isi mata pelajaran,

mengajak nara didik untuk berpartisipasi aktif, memasukkan pengalaman hidup nara

didik, dan mempertimbangkan keseharian nara didik. Pada akhirnya harus diadakan

evaluasi untuk kurikulum yang telah dilaksanakan. Berbeda dengan pendapat Kelly,

penulis mengusulkan agar pihak yang melakukan evaluasi adalah nara didik yang

ditempatkan dalam subyek kurikulum, pendidik, dan mungkin pihak lain seperti orang

tua.

2.2. Disabilitas

2.2.1. Orang Dengan Disabilitas (Pengertian, Jenis, dan Kebutuhan)

Ada banyak istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan orang dengan

disabilitas.Beberapa di antaranya adalah disabilitas, cacat, difable, impairment, dan

masih banyak lagi.Akan tetapi difable yang kerap digunakan justru dianggap tidak cukup

menggambarkan kondisi orang dengan disabilitas karena hanya menunjuk kepada orang

yang dianggap mempunyai kemampuan atau ability yang berbeda dengan orang-orang

yang dianggap normal.27

Setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda maka

penggunaan kata difable justru tidak bisa mendeskripsikan orang dengan

disabilitas.Sedangkan disabilitas secara sadar mengakui bahwa terdapat anggota tubuh

yang tidak bisa berfungsi secara maksimal atau bahkan tidak bisa berfungsi secara total.

Deborah Creamer menjelaskan bahwa terdapat perbedaan makna antara impairment,

disabilitas, dan handicap.28

Impairment adalah kehilangan bentuk atau fungsi, sedangkan

disabilitas adalah konsekuensi dari impairment, dan handicap adalah kerugian dari

impairment ataupun disabilitas. Dengan demikian orang dengan disabilitas bukan

sekedar kehilangan fungsi bagian tubuhnya tetapi juga merasakan dampak dari

impairmant tersebut seperti stigma negatif masyarakat, kesulitan mendapatkan

pendidikan yang berkualitas, kesulitan dalam menggunakan fasilitas umum yang

diciptakan oleh dan untuk orang non disabilitas, sulitnya mendapatkan pekerjaan, dan

kesulitan mendapatkan kesetaraan dengan orang non disabilitas.

Di Indonesia orang dengan disabilitas lebih sering disebut sebagai penyandang

cacat, bahkan dalam undang-undang pun disebut sebagai penyandang cacat. Dalam UU

27

Yusak B. Setyawan, “Membaca Alkitab dalam Perspektif Disabilitas Menuju Hermeneutik Disabilitas”,

disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Diskursus Difabilitas dalam Pendidikan Teologi di Indonesia,

PERSETIA (Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana, 22-23 Juli 2013), 2. 28

Deborah Beth Creamer, Disability and Christian Theology Embodied Limits and Constructive Possibilities

(New York: Oxford University Press, 2009), 13.

Page 22: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

12

4/1997 penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau

mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk

melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari penyandang cacat fisik, penyandang cacat

mental, serta penyandang cacat fisik dan mental. Definisi mengenai orang dengan

disabilitas ini secara tidak langsung menunjukkan kuatnya budaya kenormalan di tengah

masyarakat Indonesia.Kondisi fisik atau mental orang dengan disabilitas justru dianggap

sebagai kelainan, yang secara tidak langsung menyatakan ketidaknormalan.Keadaan

disabilitas juga disebutkan sebagai gangguan.

Disabilitas memiliki berbagai macam karakteristik.Pertama, disabilitas intelektual

yang ditinjau berdasarkan fungsi kognitif dan kemampuan beradaptasi.Dalam disabilitas

intelektual masih dibagi atas tiga tahap yakni ringan (mild), sedang (moderate), dan berat

(severe).29

Kedua, berbagai sindrom seperti down syndrome, fragile X syndrome, Prader-

Willi syndrome, foetal alcohol spectrum disorde, turner syndrome, dan William

syndrome.30

Ketiga, ketidakteraturan meresap perkembangan seperti autisme, aspeger

syndrome, dan rett syndrome.31

Keempat, disabilitas fisik seperti epilepsi, spina bifida,

hydrocephalus, muscular distrophy, multiple sclerosis, traumatic brain injury, dan masih

banyak lagi.32

Kelima, kelemahan sensor seperti pendengaran dan penglihatan.33

Keenam,

kesulitan dalam berbicara dan disabilitas dalam belajar.34

Ketujuh, kesulitan dalam

mengekspresikan emosi dan berperilaku.35

Orang dengan disabilitas memiliki kebutuhan yang sebenarnya sama dengan orang

non disabilitas. Mereka membutuhkan dan berhak dicintai dan diterima apa adanya,

mendapat pendidikan, bekerja, menikah, memiliki anak, hidup sesuai dengan hukum

negara, diperbolehkan memilih tempat serta bersama siapa ia akan tinggal, memiliki

sahabat dan teman, beribadah, dan bisa mengekspresikan emosi mereka.36

Banyak orang

menjauhkan diri karena merasa takut atau bahkan jijik kepada orang dengan

disabilitas.Bahkan beberapa keluarga memutuskan untuk membuang atau

menyembunyikan anggota keluarga yang mengalami disabilitas. Orang dengan

disabilitas membutuhkan relasi dengan orang lain dan kebebasan.

29

Peter Westwood, Commonsense Children with Special Education Needs (New York: Roudledge, 2011),

15. 30

Westwood, Commonsense Children with Special Education Needs, 22. 31

Westwood, Commonsense Children with Special Education Needs, 24. 32

Westwood, Commonsense Children with Special Education Needs, 31. 33

Westwood, Commonsense Children with Special Education Needs, 39. 34

Westwood, Commonsense Children with Special Education Needs, 53. 35

Westwood, Commonsense Children with Special Education Needs, 67. 36

Tom Tait dan Nicky Genders, Caring for People with Learning Disabilities (London: Arnold, 2002), 16.

Page 23: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

13

2.2.2. Orang dengan Disabilitas di Indonesia

Menurut data dari International Labour Organization (ILO) pada tahun 2010 orang

dengan disabilitas di Indonesia berjumlah sekitar 11.580.117 orang.37

Akan tetapi jumlah

yang cukup besar ini tidak membuat orang dengan disabilitas mendapat perhatian cukup

di Indonesia.Paling tidak empat permasalah yang dialami orang dengan disabilitas di

Indonesia.38

Pertama, stigma negatif budaya terhadap disabilitas.Kedua, marjinalisasi,

penolakan, dan diskriminasi terhadap disabilitas.Ketiga, marjinalisasi orang dengan

disabilitas dalam akses pelayanan publik.Keempat, marjinalisasi, penolakan, dan

diskriminasi orang dengan disabilitas dalam penafsiran teks-teks.

Orang dengan disabilitas di Indonesia mendapat tantangan dari berbagai aspek

kehidupan.Bahkan agama pun seakan-akan menambah kesulitan bagi orang dengan

disabilitas, termasuk agama Kristen Protestan.Demi perkembangan teologi disabilitas,

terdapat beberapa tantangan dalam berteologi disabilitas.39

Pertama, dosa dan disabilitas.

Di Indonesia, disabilitas sering dikaitkan dengan dosa. Maka orang dengan disabilitas

adalah orang berdosa atau anak dari pendosa.Kedua mengenai kesembuhan, keutuhan,

dan disabilitas.Paradigma masyarakat kerap menganggap bahwa mereka yang tidak dapat

disembuhkan berarti memiliki kekurangan dalam iman.Selain itu, keutuhan hanya milik

mereka yang non-disabilitas.

Ketiga, takdir dan disabilitas.Takdir adalah sesuatu yang ditetapkan oleh Tuhan.Hal

ini bisa saja membuat orang dengan disabilitas merasa bahwa Tuhan tidak adil.Keempat,

spiritualitas dan tubuh.Tubuh kerap dikesampingkan sebab roh yang dianggap lebih

penting. Padahal tubuh sama pentingnya dengan roh sehingga penerimaan terhadap

tubuh juga penting. Kelima, rumah untuk semua.Salah satu rumah yang dapat orang

dengan disabilitas merasa aman dan nyaman adalah panti.Di panti mereka berkumpul

dan saling menerima.Tantangan berteologi di Indonesia adalah membuat Indonesia

sebagai rumah bagi semua.Bukan hanya penerimaan, tetapi terwujud juga dalam fasilitas

yang bisa diakses orang dengan disabilitas.

2.3. Kurikulum PAK untuk Orang dengan Disabilitas

Isi kurikulum PAK pada dasarnya sama dengan kurikulum yang lain. Akan tetapi

ada beberapa penekanan yang sesuai dengan perspektif Kristen. Terdapat lima asas yang

37 International Labour Organization, “Inklusi Penyandang Disabilitas di Indonesia” yang diunduh dari

http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-

jakarta/documents/publication/wcms_233426.pdf pada 29 Agustus 2014 pukul 13.28 WIB, 2. 38

Setyawan, “Membaca Alkitab dalam Perspektif Disabilitas Menuju Hermeneutik Disabilitas”, 14. 39

Tabita Kartika Christiani, “Persons with Disabilities in Indonesia”, Doing Theology from Disability

Perspective (Manila: ATESEA, 2011), 8.

Page 24: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

14

bisa menjadi pembimbing dalam melaksanakan PAK.40

Pertama, Alkitab sebagai

pembimbing. Segala sesuatu yang disampaikan dalam PAK harus sesuai dengan Alkitab.

Kedua, memecahkan masalah kehidupan. PAK seharusnya membantu nara didik untuk

memecahkan masalah kehidupan yang mereka hadapi sehari-hari. Isi Alkitab yang

disampaikan seharusnya relevan dengan pergumulan nara didik. Ketiga, memberikan

perhatian kepada nara didik. Kurikulum PAK seharusnya memperhatikan pengalaman

dan kebutuhan nara didik. Keempat, kegiatan pelayanan jemaat dan sesama menjadi

panggilan utama. Nara didik seharusnya terbiasa melakukan pelayananan sejak di

bangku sekolah. Kelima, Injil dan Yesus adalah pusat firman Allah dan alasan

keberadaan gereja. PAK memiliki tugas untuk memperkenalkan Yesus kepada nara

didik.

Dapat disimpulkan bahwa pusat dalam PAK adalah nara didik. Segala sesuatu yang

akan disampaikan kepada nara didik seharusnya sesuai dengan kebutuhan dan

pengalaman mereka. Demikian juga dalam memperkenalkan Yesus Kristus kepada nara

didik harus disesuaikan dengan pengalaman kehidupan mereka. Tanpa memperhatikan

kondisi nara didik maka Yesus, Injil, dan kisah dalam Alkitab hanya akan menjadi

dongeng yang tidak dapat menjadi bagian dari kehidupan mereka.

Berdasarkan teori kurikulum dan disabilitas penulis merumuskan muatan kurikulum

PAK untuk anak dengan disabilitas. Kurikulum PAK ini dikhususkan untuk nara didik

yang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Tujuan utama kurikulum PAK

harus berkaitan dengan beberapa hal. Pertama, tujuan kurikulum PAK harus sesuai

dengan Injil Yesus. Kedua, tujuan kurikulum harus memperhatikan kebutuhan,

pergumulan, dan pengalaman nara didik. Ketiga, tujuan kurikulum berkaitan dengan visi

dan misi yang telah dirumuskan oleh sekolah. Keempat, kurikulum disesuaikan dengan

tujuan negara yang terdapat dalam Pancasila. Kelima, tujuan kurikulum perlu

memperhatikan kondisi orang dengan disabilitas di Indonesia. Tantangan teologis yang

perlu masuk dalam kurikulum yakni mengenai dosa dan takdir, nara didik yang hidup di

tengah budaya dan masyarakat Indonesia memerlukan bekal untuk menghadapi stigma

negatif yang tertanam kuat.41

Nara didik dengan disabilitas harus mampu berkompetisi di

tengah-tengah masyarakat non disabilitas maka dari itu selain keterampilan, karakter

yang kuat juga perlu dipersiapkan.

40

Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif & Menarik, 5. 41

Christiani, “Person with Disabilities in Indonesia”, 8.

Page 25: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

15

Setelah menentukan tujuannya, isi dan metode kurikulum perlu ditentukan. Isi

kurikulum seharusnya sesuai dengan kebutuhan nara didik. Kebutuhan tersebut antara

lain pemahaman mereka Tuhan berdasarkan pengalaman disabilitas mereka, penerimaan

diri, menghadapi stigma masyarakat, bertahan hidup di tengah masyarakat yang non

disabilitas, dan pembentukan karakter Kristiani yang sesuai dengan nilai Kerajaan Allah

seperti kasih, keadilan, serta kedamaian. Perkenalan terhadap Yesus juga harus

disesuaikan dengan pengalaman dan kebutuhan nara didik. Misalnya kedekatan dan

perhatian Yesus kepada orang dengan disabilitas tanpa pernah memandang negatif.

Selain berisi mengenai hal-hal kekristenan, kurikulum PAK seharusnya juga berkaitan

dengan kehidupan nara didik. Pengalaman-pengalaman kehidupan yang telah dibawa

nara didik juga perlu diperhatikan. Misalnya mengenai pengalaman mereka sebagai

orang dengan disabilitas di dalam keluarga atau lingkungan sekitar.

Metode yang digunakan pun harus beragam, misalnya setiap nara didik

menceritakan pengalaman mereka tentang Tuhan. Nara didik juga diberi kesempatan

untuk menceritakan mengenai pengalaman disabilitas yang menyentuh banyak aspek di

dalam kehidupan mereka. Metode ini diharapkan dapat membantu nara didik untuk

saling menguatkan satu sama lain. Metode ceramah perlu dikurangi agar nara didik

terbiasa mandiri bahkan menolong orang lain tanpa menitikberatkan keadaan mereka

yang disabilitas. Nara didik harus terbiasa mengungkapkan perasaan dan pengalaman

mereka. Nara didik juga perlu dibangun kepercayaan dirinya. Dengan demikian PAK

membantu nara didik untuk hidup mandiri di tengah masyarakat dan bahkan berperan

aktif di dalamnya. Pendidik juga perlu menerapkan metode bermain peran yang bisa

meningkatkan kreativitas nara didik. Pada saat tertentu perlu melakukan metode refleksi,

pendidik bisa memberikan ruang bagi nara didik untuk merasakan keberadaan Yesus di

dalam kehidupan mereka secara pribadi.

Perlu dilakukan evaluasi secara bertahap untuk memahami pencapaian tujuan

kurikulum. Evaluasi harus dilakukan dua kali, yakni di tengah tahun pelajaran dan di

akhir. Evaluasi tengah menjadi solusi untuk memperbaiki metode kurikulum dan juga

mengetahui mengenai kebutuhan atau pergumulan nara didik yang perlu didiskusikan.

Dengan demikian titik berat dalam kurikulum bukan pendidik atau materi melainkan

kebutuhan nara didik. Evaluasi ini juga membantu nara didik yang mengalami

permasalahan khusus agar dapat berkonsultasi dengan pendidik.

Page 26: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

16

Selain melalui mata pelajaran di dalam kelas, PAK juga bisa dilaksanakan melalui

kegiatan-kegiatan non akademik. Kegiatan non akademik mampu meningkatkan

partisipasi nara didik dalam pelaksanaan PAK. Di sisi lain beragam kegiatan non

akademik juga dapat membantu nara didik untuk mengembangkan kecerdasan di

berbagai bidang seperti kecerdasan ruang, kecerdasan bodi kinestik, kecerdasan musik,

kecerdasan naturalis, dan kecerdasan antar pribadi.42

Terdapat beragam kegiatan non

akademik yang perlu dilakukan untuk melaksanakan PAK. Ibadah bersama adalah

kegiatan yang seharusnya rutin dilakukan. Baik ibadah bersama seluruh pendidik dan

nara didik Kristen ataupun ibadah bersama pihak lain seperti orang tua di panti jompo.

Melalui ibadah nara didik dapat mengembangkan kecerdasan yang lain misalnya dalam

bidang musik atau puisi. Nara didik yang memiliki kecerdasan ruang dapat

meningkatkan kemampuannya untuk mengatur dan mendekorasi ruangan yang

digunakan untuk ibadah bersama. Nara didik dapat berinteraksi dengan orang lain setelah

melakukan ibadah bersama. Interaksi yang baik dengan orang lain dapat membantu

untuk meningkatkan kepercayaan diri nara didik. Ibadah pun perlu dilaksanakan secara

bervariasi agar nara didik juga dapat berkreasi sesuai dengan kebutuhan dan kreativitas

yang mereka miliki.

3. Hasil Penelitian Kurikulum PAK untuk SMALB di Salatiga

3.1. Kurikulum PAK yang Digunakan oleh SMALB di Salatiga

Terdapat tiga SMALB di Salatiga. Ketiga sekolah tersebut adalah SMALB Negeri

Salatiga, SMALB Bina Putra, dan SMALB Wantu Wirawan. Dalam setiap SMALB

terdapat tiga golongan disabilitas yakni tuna netra, tuna rungu, dan tuna grahita.

Walaupun sudah dibedakan sesuai dengan disabilitas masing-masing, nara didik masih

dibagi ke dalam tiga golongan yakni ringan, sedang, dan berat.

Kurikulum yang digunakan di SMALB sangat berbeda dengan yang digunakan di

SMALB umum. Kurikulum yang saat ini digunakan di SMALB adalah kurikulum

terbaru yakni kurikulum 2013. Sayangnya, kurikulum 2013 belum meliputi PAK untuk

SMALB. Maka dari itu pendidik di SMALB menggunakan kurikulum yang sebelumnya

yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang sudah digunakan sejak tahun

2006.

42

Sumiyatiningsih, Mengajar dengan Kreatif & Menarik, 141-148.

Page 27: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

17

3.2. Visi dan Misi Kurikulum PAK untuk SMALB

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan cara wawancara dan penelitian

kepustakaan, tujuan kurikulum PAK di SMALB disesuaikan dengan tujuan yang

dirancang oleh Badan Standar Nasional Pendidikan.43

Para pendidik di tiga SMALB di

Salatiga menjadikan tujuan yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan sebagai

patokan. Dengan demikian tujuan yang diharapkan untuk dicapai oleh peserta didik

belum benar-benar disesuaikan dengan visi sekolah dan kebutuhan nara didik.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) merumuskan tiga tujuan yang ingin

dicapai melalui mata pelajaran PAK.44

Pertama, memperkenalkan Allah Bapa, Anak, dan

Roh Kudus dan karya-karya-Nya agar bertumbuh iman percayanya dan meneladani

Allah Tritunggal dalam hidupnya. Kedua, menanamkan pemahaman tentang Allah dan

karya-Nya kepada peserta didik sehingga mampu memahami dan menghayati karya

Allah dalam hidup manusia. Ketiga, menghasilkan manusia Indonesia yang berakhlak

mulia dan mampu menghayati imannya secara bertanggungjawab di tengah masyarakat

yang pluralistik. Ruang lingkup dalam PAK meliputi Allah Tritunggal dan nilai-nilai

Kristiani. Nara didik diharapkan mampu mewartakam berita perdamaian dan menjadi

pembawa damai sejahtera dalam kehidupan pribadi, dalam kehidupan komunitas,

keluarga, gereja, masyarakat, dan bangsa.45

Tujuan yang telah dirumuskan oleh BSNP sama untuk seluruh nara didik di SMALB

tanpa membedakan golongan dan tingkat disabilitas. Selain itu, tujuan yang diharapkan

untuk dicapai di SMALB sama dengan tujuan yang dirumuskan untuk nara didik di

SMA. Tujuan yang telah dirumuskan sangat sulit untuk dicapai oleh anak didik dalam

kondisi tertentu.46

Salah satu kesulitan yang dialami adalah menerjemahkan Allah yang

Tritunggal kepada nara didik dengan tuna grahita sedang. Sebagian dari nara didik

dengan tuna grahita sedang hanya mampu berpikir secara konkret, mereka kesulitan

berpikir secara abstrak. Menerjemahkan Tuhan yang tidak terlihat saja bukan hal yang

mudah, terlebih menjelaskan mengenai Allah yang Tritunggal.

43

Berdasarkan wawancara terhadap pendidik PAK di SMALB Negeri Salatiga, SMALB Wantu Wirawan,

dan SMALB Bina Putra pada tanggal 15, 18, dan 25 September 2015. 44

Badan Standar Nasional Pendidikan selanjutnya akan ditulis BSNP. 45

Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas

Luar Biasa, 2006, 16. 46

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada pendidik SMALB Negeri Salatiga pada tanggal 15

September 2015 pukul 10.00 WIB.

Page 28: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

18

3.3. Isi Kurikulum PAK untuk SMALB di Salatiga

Tujuan yang ingin dicapai dalam kurikulum PAK dijabarkan dalam Standar

Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).47

SK dan KD untuk SMALB mengacu

kepada SK dan KD SMA. Akan tetapi untuk nara didik dengan tunagrahita sedang bisa

disesuaikan dengan keadaan nara didik.48

SK yang ditetapkan untuk nara didik SMALB

sama dengan SMA. Sedangkan KD untuk SMALB disusun berbeda dari SMA umum.

BSNP telah merumuskan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar berdasarkan

peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006 tentang

Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.49

SK dan KD yang telah

dirumuskan yaitu:

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Kelas X, Semester 1

1. Mewujudkan nilai-nilai Kristiani dalam

pergaulan antar pribadi dan kehidupan

sosial dengan menunjukkan bahwa

remaja Kristen bertumbuh sebagai

pribadi dewasa yang tidak kehilangan

identitas.

1.1 Mengalami proses pertumbuhan sebagai

pribadi yang dewasa dan memiliki

karakter yang kokoh

1.2 Mengidentifikasi berbagai pergumulan

dalam keluarga dalam kaitannya dengan

pengaruh modernisasi.

Kelas X, Semester 2

2. Mewujudkan nilai-nilai Kristiani dalam

pergaulan antar pribadi dan kehidupan

sosial dengan menunjukkan bahwa

remaja Kristen bertumbuh sebagai

pribadi dewasa yang tidak kehilangan

identitas.

2.1 Mengidentifikasi berbagai pergumulan

dalam keluarga serta kaitannya dengan

pengaruh modernisasi.

2.2 Mewujudkan nilai-nilai Kristiani dalam

pergaulan antar pribadi dan sosial

Kelas XI, Semester 1

3. Merespon nilai-nilai Kristiani yang 3.1 Mengidentifikasikan nilai-nilai Kristiani.

47

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar selanjutnya akan ditulis SK dan KD. 48

Badan Standar Nasional Pendidikan, “Standar Isi PAK SMALB”, diunduh dari http://bsnp-

indonesia.org/id/wp-content/uploads/isi/Standar_Isi.pdf, 26 September 2015, 22. 49

Badan Standar Nasional Pendidikan, Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah Menengah Atas

Luar Biasa, 2006, 17-19.

Page 29: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

19

diperhadapkan dengan gaya hidup

modern serta perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dan

mewujudkannya dalam kehidupan

sehari-hari.

3.2 Mewujudkan nilai-nilai Kristiani dalam

pergaulan antar pribadi dan sosial.

Kelas XI, Semester 2

4. Merespon nilai-nilai Kristiani yang

diperhadapkan dengan gaya hidup

modern serta perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi dan

mewujudkannya dalam kehidupan

sehari-hari.

4.1 Mewujudkan nilai-nilai Kristiani di

dalam menghadapi gaya hidup modern.

4.2 Menunjukkan sikap yang tepat terhadap

perkembangan budaya serta ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Kelas XII, Semester 1

5. Bertanggungjawab sebagai orang Kristen

dalam perannya sebagai warga gereja

dalam mewujudkan nilai-nilai demokrasi

dan HAM

5.1 Menjelaskan gereja dan perannya

sebagai institusi sosial dan sebagai

persekutuan orang percaya.

5.2 Menunjukkan sikap yang tepat terhadap

peran agama dalam masyarakat.

Kelas XII, Semester 2

6. Bertanggungjawab sebagai orang Kristen

dalam perannya sebagai warga gereja

dalam mewujudkan nilai-nilai demokrasi

dan HAM

6.1 Menunjukkan nilai-nilai demokrasi

dalam hidupnya.

6.2 Menunjukkan nilai-nilai HAM dalam

hidupnya.

Pendidik PAK di SMALB Negeri, SMALB Wantu Wirawan, dan SMALB Bina

Darma menggunakan SK dan KD yang telah dirumuskan oleh BNSP. Berdasarkan

wawancara yang telah dilakukan kepada pendidik PAK yang mengajar di ketiga SMALB

di Salatiga, tidak ada buku pedoman yang disediakan bagi pendidik. Padahal khusus

untuk nara didik tuna grahita sedang, pengajaran dilakukan dengan pendekatan tematik

sesuai dengan kondisi nara didik.50

Maka dari itu pendidik harus menyusun sendiri

rencana pelaksanaan pelajaran sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar,

50

Badan Standar Nasional Pendidikan, “Standar Isi PAK SMALB”, diunduh dari http://bsnp-

indonesia.org/id/wp-content/uploads/isi/Standar_Isi.pdf , 26 September 2015, 22.

Page 30: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

20

standar proses, dan standar penelitian. Pendidik juga harus mencari buku-buku pegangan

sendiri seperti buku tentang psikologi anak ataupun buku PAK. Penyampaian materi pun

disesuaikan dengan kemampuan nara didik. Pendidik harus menyederhanakan materi

secara khusus untuk nara didik tuna grahita.

Buku pegangan bagi nara didik Kristen SMALB pun tidak disediakan oleh

pemerintah. Maka dari itu para pendidik menggunakan buku-buku yang digunakan oleh

SMA. Khusus untuk tuna grahita sedang, para pendidik menggunakan buku pegangan

untuk SMP atau mencari buku yang lain. Para pendidik juga harus mampu

menyederhanakan materi pembahasan agar mampu dimengerti oleh nara didik.

Walaupun isi kurikulum PAK untuk SMALB sangat mirip dengan kurikulum SMA,

pendidik merasa bahwa kurikulum sebenarnya sudah menjawab kebutuhan peserta

didik.51

Akan tetapi masih ada hal-hal yang belum dikaji lebih dalam karena kurangnya

buku pegangan bagi pendidik dan nara didik. Hal-hal yang disampaikan kepada nara

didik masih terlalu umum sehingga pendidik harus memahami kebutuhan nara didik dan

mampu menyesuaikan materi yang akan diberikan. Di sisi lain masih ada kebutuhan dan

pergumulan nara didik yang tidak tersentuh oleh kurikulum, misalnya pelecehan seksual

yang kerap dialami oleh orang dengan disabilitas dan bagaimana pandangan Tuhan

mengenai disabilitas. Serta adanya hal-hal yang sebenarnya tidak terlalu penting untuk

nara didik dengan disabilitas, khususnya tuna grahita sedang. Salah satu contohnya

adalah pemahaman mengenai Allah Tritunggal.52

3.4. Proses Pelaksanaan Kurikulum PAK untuk SMALB di Salatiga

BSNP menetapkan PAK untuk SMALB dilakukan selama dua jam pelajaran dalam

satu minggu. Metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar pun beragam. Akan

tetapi metode yang paling sering digunakan adalah ceramah. Pendidik masih

mendominasi proses pembelajaran. Selain ceramah, pendidik juga mencoba melakukan

pendekatan antar individu karena semua individu sangat unik. Pendidik berusaha

menjalin relasi dengan nara didik sekaligus membangun kepercayaan dengan nara didik.

Dengan pendekatan tersebut, pendidik bisa mengetahui keadaan psikologis nara didik

dan memahami tingkat kecerdasan mereka. Nara didik dengan tuna grahita sebenarnya

51

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada pendidik di SMALB Wantu Wirawan dan SMALB Bina

Putra pada tanggal 18 dan 25 September 2015. 52

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada pendidik SMALB Negeri Salatiga pada tanggal 15

September 2015 pukul 10.00 WIB.

Page 31: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

21

sangat mudah menerima sugesti dari pihak lain. Akan tetapi nara didik tersebut harus

merasa aman dan nyaman dengan pendidik terlebih dahulu. Apabila kepercayaan tidak

berhasil didapatkan maka nara didik tidak akan mendengarkan perkataan pendidik.

Pendidik juga melakukan metode diskusi. Pendidik akan meminta nara didik untuk

bercerita mengenai pengalaman mereka.53

Ternyata metode ini sangat menarik perhatian

nara didik, akan tetapi perlu disesuaikan dengan kondisi emosi mereka sebelum

melakukan proses diskusi. Diskusi dilakukan untuk melatih kemampuan nara didik

dalam berkomunikasi dengan orang lain dan mengungkapkan pemikiran atau

pengalamannya. Diskusi dilakukan tidak hanya saat proses belajar mengajar

berlangsung, melainkan juga dalam berbagai kesempatan.

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, pendidik juga melakukan kegiatan di luar

jam pelajaran. Biasanya diadakan ibadah bersama, tetapi hal ini juga dipengaruhi oleh

jumlah nara didik yang beragama Kristen. Nara didik juga Bahkan di SLB Negeri

Salatiga, nara didik diajak beribadah di panti asuhan dan belajar untuk berbagi. Dengan

demikian nara didik tidak terus merasa rendah diri atau mengasihani diri mereka sendiri.

3.5. Evaluasi Kurikulum PAK di SMALB

Evaluasi dilakukan dua kali dalam satu semester. Evaluasi yang pertama dilakukan

pada tengah semester dan yang kedua dilakukan pada akhir semester. Proses evaluasi

yang dilakukan melalui tes tertulis. Menurut pendidik, evaluasi berupa tes sering tidak

menunjukkan kemampuan nara didik yang sebenarnya.54

Hal ini semakin dipersulit

dengan tidak adanya buku pegangan khusus bagi nara didik. Pendidik menggunakan

buku pegangan SMA umum yang belum tentu bisa dimanfaatkan oleh nara didik.

Sebagai contoh, nara didik tuna netra tidak bisa membaca tulisan yang tercantum pada

buku pegangan SMA.

3.6. Kurikulum PAK untuk SMALB di Salatiga

Departemen Pendidikan Indonesia belum menyusun kurikulum PAK terbaru untuk

SMALB. Maka dari itu pendidik memutuskan untuk menggunakan kurikulum KTSP.

Akan tetapi masalah utamanya ialah tidak adanya buku pedoman atau buku ajar yang

53

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada pendidik di SMALB Negeri Salatiga dan SMALB Wantu

Wirawan pada tanggal 15 dan 18 September 2015. 54

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada pendidik di SMALB Negeri Salatiga pada tanggal 15

September 2015 pukul 10.00 WIB.

Page 32: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

22

bisa digunakan oleh pendidik dan nara didik. Hal ini menyebabkan para pendidik

menggunakan buku ajar PAK SMA atau SMP. Tentu saja buku ajar yang digunakan

tidak terlalu relevan untuk nara didik di SMALB baik untuk tuna netra maupun tuna

grahita.

Ketiadaan buku pedoman juga menyebabkan kurangnya variasi dalam metode

mengajar. Pendidik yang kekurangan alat peraga dan fasilitas lainnya pada akhirnya

hanya menggunakan metode ceramah. Evaluasi yang dilakukan juga hanya satu arah

yakni pendidik kepada nara didik. Nara didik tidak diberikan kesempatan untuk

memberikan evaluasi mengenai proses kurikulum. Evaluasi yang dilakukan pun kurang

relevan karena hanya tes tertulis. Secara keseluruhan, kurikulum PAK untuk SMALB

masih kurang dalam memperhatikan kebutuhan, pergumulan, maupun pengalaman nara

didik. Nara didik kurang diberikan tempat untuk berpartisipasi aktif dalam kurikulum

PAK di SMALB. Kurangnya partisipasi termasuk dalam menyusun tujuan, isi, proses

pelaksanaan, maupun evaluasi.

4. Tinjauan Kritis Dari Perspektif Teori Kurikulum Terhadap Isi Dan Pelaksanaan

Kurikulum PAK Di SMALB Salatiga

PAK perlu diajarkan di sekolah agar nara didik tidak hanya pintar dan terampil di

dalam bidang akademik tetapi juga berbudi pekerti. BSNP menetapkan bahwa kelompok

mata pelajaran agama dan akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk nara didik

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

berakhlak mulia. Akhlak mulia meliputi etika, budi pekerti, atau moral sebagai

perwujudan dari pendidikan agama.55

Dengan demikian terdapat dua bagian yang akan

dianalisa yakni isi kurikulum PAK yang dikaji berdasarkan teori kurikulum dan

pelaksanaan kurikulum berdasarkan teori kurikulum.

4.1. Isi Kurikulum PAK menurut Teori Kurikulum

Muatan isi yang terkandung kurikulum PAK di SMALB dapat dikaji melalui dua

pertanyaan yakni mengenai tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah dan pengalaman

pendidikan yang akan disajikan kepada nara didik.56

Tujuan yang ingin dikaji adalah

tujuan kurikulum PAK yang digunakan oleh SMALB di Salatiga. Muatan isi yang akan

55

Badan Standar Nasional Pendidikan, “Standar Isi PAK SMALB”, diunduh dari http://bsnp-

indonesia.org/id/wp-content/uploads/isi/Standar_Isi.pdf, 26 September 2015, 22. 56

Kelly, The Curriculum Theory and Practice, 15.

Page 33: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

23

dikaji adalah SK dan KD PAK yang digunakan oleh tiga SMALB di Salatiga. Isi dan

tujuan kurikulum juga akan dianalisa berdasarkan teori kurikulum PAK untuk nara didik

dengan disabilitas.

4.1.1. Tujuan Kurikulum PAK menurut Teori Kurikulum

Tujuan PAK di ketiga SMALB di Salatiga sesuai dengan yang telah dirumuskan

oleh BSNP. Tujuan yang pertama adalah memperkenalkan Allah Bapa, Anak, dan Roh

Kudus dan karya-karya-Nya agar bertumbuh iman percayanya dan meneladani Allah

Tritunggal dalam hidupnya. Apabila ditinjau dari asas filosofis,tujuan ini sudah sesuai

dengan dasar negara yakni Pancasila.57

Pembahasan mengenai Allah Tritunggal sesuai

dengan sila pertama Pancasila yakni Ketuhanan yang Maha Esa.

Tujuan yang meliputi memperkenalkan Allah yang Tritunggal beserta karya dan

keteladanan sebenarnya bukan hal utama yang dibutuhkan oleh nara didik dengan

disabilitas di Indonesia. Hal-hal yang lebih dibutuhkan oleh orang dengan disabilitas

adalah pemahaman mengenai dosa.58

Di Indonesia, keadaan disabilitas tidak hanya

diterima sebagai keadaan medis tetapi juga berdampak dalam berbagai aspek kehidupan

seperti aspek sosial. Kebanyakan masyarakat masih memiliki stigma negatif yang

berkaitan dengan dosa terhadap orang dengan disabilitas. Maka dari itu pemahaman

mengenai Tuhan tidak harus terus menerus membahas mengenai Allah yang Tritunggal

tetapi Allah yang mengasihi orang dengan disabilitas. Mengimani dan meneladani Allah

yang Tritunggal di dalam kehidupan sehari-hari akan sangat sulit untuk dijelaskan

kepada nara didik dengan disabilitas. Menjelaskan tiga wujud Allah tetapi satu tentu

bukan hal yang mudah, terutama untuk nara didik tuna grahita.

Tujuan yang kedua adalah menanamkan pemahaman tentang Allah dan karya-Nya

kepada nara didik sehingga mampu memahami dan menghayati karya Allah dalam hidup

manusia. Tujuan ini sebenarnya sangat penting bagi nara didik jika dapat disalurkan

secara maksimal. Salah satu materi yang perlu dimasukkan ke dalam tujuan ini ialah

mengenai takdir.59

Keberadaan mereka yang disabilitas harus mampu diterima oleh diri

sendiri maupun keluarga. Bahkan disabilitas juga harus dipahami sebagai karya Allah

yang memiliki tujuan, bukan sekedar takdir.

57

Nasution, Asas-Asas Kurikulum, 11. 58

Christiani, “Person with Disabilities in Indonesia”, 8. 59

Christiani, “Person with Disabilities in Indonesia”, 8.

Page 34: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

24

Tujuan kedua ini apabila mampu dijabarkan secara maksimal sebenarnya mampu

menyentuh kebutuhan nara didik dengan disabilitas yakni kepercayaan diri dan

kesetaraan dengan orang non disabilitas. Sebenarnya orang dengan disabilitas memiliki

kebutuhan yang sama seperti orang non disabilitas seperti keinginan untuk dicintai dan

diterima apa adanya. Akan tetapi sebelum masyarakat mampu menerima mereka sebagai

manusia yang utuh, orang-orang dengan disabilitas harus mampu menerima kondisi

mereka sebagai karya Allah.

Tujuan yang ketiga adalah menghasilkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia

dan mampu menghayati imannya secara bertanggungjawab di tengah masyarakat yang

pluralistik. Tujuan ketiga sangat sesuai dengan asas filosofis kurikulum maupun dengan

kebutuhan nara didik dengan disabilitas. Setelah lulus dari SMALB, nara didik akan

hidup di tengah-tengah masyarakat. Mereka akan bekerja dan menjadi manusia mandiri

yang juga berelasi dengan masyarakat. Akan tetapi tujuan ini hanya menuntut nara didik

untuk mampu menjadi manusia yang bermoral. Salah satu hal yang seharusnya juga

ditekankan adalah penguatan kepada nara didik dengan disabilitas yang akan hidup

secara mandiri di tengah masyarakat non disabilitas yang mendominasi segala aspek

kehidupan.

Secara keseluruhan sebenarnya tiga tujuan yang telah dirumuskan untuk kurikulum

PAK di SMALB sudah sesuai dengan teori kurikulum. Akan tetapi dalam penyusunan

tujuan belum dilakukan pemetaan terhadap kebutuhan nara didik. Tujuan yang telah

dirumuskan lebih banyak menuntut nara didik untuk memahami, meneladani,

mengimani, maupun mengerti. Di sisi lain nara didik membutuhkan kesiapan untuk

hidup di tengah-tengah masyarakat yang non disabilitas. Mereka membutuhkan

penerimaan yang belum tentu mereka dapatkan akibat stigma negatif yang sudah

terlanjur tertanam di masyarakat.

4.1.2. Isi Kurikulum menurut Teori Kurikulum

Pengalaman pendidikan PAK yang ingin disajikan kepada nara didik selama belajar

di SMALB dirangkum dalam tiga SK yang kemudian dijabarkan dalam KD. SK yang

pertama adalah mewujudkan nilai-nilai Kristiani dalam pergaulan antar pribadi dan

kehidupan sosial dengan menunjukkan bahwa remaja Kristen bertumbuh sebagai pribadi

dewasa yang tidak kehilangan identitas. SK ini dijabarkan ke dalam tiga KD yakni

bertumbuh sebagai pribadi dewasa yang berkarakter kokoh, mengidentifikasi

Page 35: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

25

pergumulan keluarga serta kaitannya dengan pengaruh modernisasi, dan kebersamaan

dengan orang lain tanpa kehilangan identitas.

SK dan KD yang pertama ini sudah sesuai dengan asas sosiologis. Bagian ini

membahas mengenai kehidupan dengan masyarakat dan juga perkembangan masyarakat

akibat modernisasi. Di sisi lain isi kurikulum ini mempersiapkan pribadi nara didik untuk

hidup di tengah masyarakat. Karakter yang kokoh sangat dibutuhkan oleh nara didik

karena mereka akan hidup di tengah-tengah masyarakat yang masih memiliki stigma

negatif terhadap orang dengan disabilitas. Pergumulan keluarga juga menjadi hal yang

penting untuk dibahas karena penerimaan keluarga dan kondisi keluarga sangat

berpengaruh terhadap perkembangan nara didik dengan disabilitas. Sebagai umat

Kristen, nara didik juga dipersiapkan untuk berbaur dengan orang lain dengan beragam

agama dan kondisi tetapi tetap menjaga nilai-nilai Kristen yang dimilikinya.

SK yang kedua adalah merespon nilai-nilai Kristiani yang diperhadapkan dengan

gaya hidup modern serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan

mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. SK ini dibagi atas empat KD yakni

mengidentifikasi nilai-nilai Kristen, mewujudkannya dalam pergaulan, mewujudkan nilai

Kristen dalam menghadapi gaya hidup modern, dan menunjukkan sikap yang tepat

terhadap perkembangan budaya serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sama seperti isi yang sebelumnya, isi kurikulum yang kedua pun sudah sesuai

dengan asas sosiologis. Akan tetapi urutan isi kurikulum pertama dan kedua tidak efektif.

Pada bagian pertama nara didik diharapkan menjaga identitas Kristennya tetapi bagian

kedua baru menjelaskan mengenai nilai-nilai Kristen. Bagian pertama dan kedua isi

kurikulum sebenarnya tidak jauh berbeda, masih seputar relasi dengan orang lain serta

modernisasi.

SK yang ketiga agak berbeda dengan yang lainnya yakni bertanggung jawab sebagai

orang Kristen dalam perannya sebagai warga gereja dalam mewujudkan nilai-nilai

demokrasi dan HAM. Untuk menjabarkan SK ini terdapat empat KD yakni menjelaskan

gereja dan perannya sebagai institusi sosial dan sebagai persekutuan orang percaya,

menunjukkan sikap yang tepat terhadap peran agama dalam masyarakat, menunjukkan

nilai demokrasi dalam hidupnya, dan menunjukkan nilai HAM dalam hidupnya.

Page 36: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

26

Isi kurikulum yang ketiga ini sudah tentu sesuai dengan asas sosiologis tetapi kurang

menunjukkan kebutuhan nara didik dengan disabilitas. Orang-orang dengan disabilitas

sering kehilangan hak demokrasi dan HAM. Masih ada orang-orang dengan disabilitas

dianiaya, dilecehkan, dipasung, hingga dibunuh. Bahkan para gadis muda dengan

disabilitas khususnya tuna grahita kerap dinikahi oleh lelaki dewasa untuk menjadi istri

muda atau dalam beberapa kasus dihamili terlebih dahulu.60

Di dalam kurikulum

seharusnya tidak hanya mengharapkan nara didik menunjukkan nilai HAM dan

demokrasi melainkan menunjukkan hak-hak mereka serta mengajak mereka

mempertahankan atau memperjuangkan hak mereka.

Isi kurikulum yang telah dirumuskan dalam SK dan KD sebenarnya sudah sesuai

dengan asas sosiologi dan dalam beberapa hal cukup memenuhi kebutuhan nara didik.

Akan tetapi keadaan nara didik yang disabilitas belum dilihat secara utuh. Isi kurikulum

PAK untuk SMALB adalah bentuk penyederhanaan dari isi kurikulum PAK untuk SMA.

Penyederhanan ini dimaksudkan agar nara didik mampu memahami materi yang

diberikan. Tetapi keberadaan mereka sebagai orang dengan disabilitas yang beragama

Kristen dan hidup di Indonesia masih belum diperhatikan secara utuh. Selain itu,

berdasarkan core curriculum, isi kurikulum seharusnya juga memuat pengalaman hidup

nara didik dan mempertimbangkan keseharian mereka. Misalnya, kurikulum

mempertimbangkan sikap yang bisa ditunjukkan nara didik ketika banyak orang

menatapnya karena mereka berbeda.

Semua aspek yang dikandung dalam kurikulum seharusnya saling berkaitan mulai

dari tujuan, isi, proses pelaksanaan, hingga evaluasi. Akan tetapi dalam kurikulum ini

tidak menunjukkan adanya keterkaitan antara tujuan dengan isi kurikulum. Dua hal yang

dirumuskan dalam tujuan kurikulum tetapi tidak dijabarkan dalam isi kurikulum adalah

Allah Tritunggal dan karya Allah. Sisi Allah yang Tritunggal tidak dibahas sedikit pun

dalam isi, begitu juga karya Allah.

Pemahaman karya Allah sebenarnya adalah hal yang penting untuk dibahas. Nara

didik seharusnya diberikan pemahaman bahwa apa yang terjadi pada dirinya bukan

akibat dari dosa ataupun sekedar takdir. Dengan demikian nara didik tidak perlu merasa

rendah diri dengan keberadaan mereka. Mereka juga bisa memiliki pengalaman

60

Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada pendidik di SMALB Negeri Salatiga pada tanggal 15

September 2015 pukul 10.00 WIB.

Page 37: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

27

mengenai kasih Allah tanpa terus mempersalahkan keadaan disabilitasnya. Di sisi lain

pemahaman mengenai Allah Tritunggal yang sulit dijabarkan perlu diganti dengan sisi

Allah yang lain seperti Allah yang mengasihi, segambar dan serupa dengan Allah, atau

Allah yang bisa dijangkau.

4.2. Pelaksanaan Kurikulum PAK menurut Teori Kurikulum

Pelaksanaan kurikulum PAK menjawab dua pertanyaan untuk merancang

kurikulum yakni proses pengalaman pendidikan yang diatur secara efektif dan

menentukan cara untuk mengetahui apakah tujuan sudah tercapai. Proses pengalaman

pendidikan bisa ditinjau dari metode yang dilakukan, bahan ajar, dan seluruh aspek

dalam proses belajar mengajar. Sedangkan untuk mengetahui pencapaian harus

dilakukan evaluasi. Pelaksanaan dan evaluasi kurikulum juga akan dianalisa berdasarkan

teori kurikulum PAK untuk nara didik dengan disabilitas.

4.2.1. Proses Pelaksanaan Kurikulum PAK

Pelaksanaan satu standar kompetensi dilakukan selama satu tahun pelajaran. PAK

dilakukan satu kali seminggu selama dua jam pelajaran. Proses PAK dilakukan dengan

dua kegiatan yakni kegiatan akademik dan non akademik. Kegiatan akademik dilakukan

di dalam kelas bersama pendidik serta nara didik dengan agama dan tingkat yang sama.

Kegiatan non akademik biasanya berupa ibadah bersama.

Materi yang disajikan oleh pendidik berdasarkan kepada tujuan, SK dan KD

kurikulum. Sayangnya dalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran PAK,

pendidik tidak memiliki buku pedoman. Hal tersebut membuat rencana pelaksanaan

pembelajaran PAK di tiga SMALB di Salatiga berbeda-beda. Para pendidik dan nara

didik juga tidak memiliki buku pegangan pelajaran. Maka dari itu mereka menggunakan

buku PAK untuk SMA atau untuk SMP khusus bagi anak tuna grahita sedang. Para

pendidik juga mencari buku yang lain yang bisa digunakan sebagai referensi PAK

maupun psikologi anak. Dengan demikian di dalam kurikulum PAK untuk SMALB

belum memenuhi secara utuh asas organisatoris. Asas organisatoris seharusnya

mempertimbangkan bahan ajaran. Namun pemerintah belum pernah menerbitkan buku

pegangan PAK untuk pendidik dan nara didik di SMALB.

Metode yang dilakukan di dalam kelas masih didominasi dengan ceramah. Selain itu

pendidik juga melakukan diskusi dengan nara didik baik bersama-sama di dalam kelas

Page 38: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

28

maupun pendekatan individu. Nara didik sebenarnya menyukai metode diskusi karena

mereka bisa berbagi pengalaman dan keseharian mereka. Namun untuk melakukan

metode ini sangat sulit. Pendidik harus mengetahui keadaan psikologi anak. Ada kalanya

nara didik sama sekali tidak mau berkomunikasi di dalam kelas. Pendidik juga tidak bisa

memaksakan hal tersebut. Proses ini sudah sesuai dengan asas psikologis yang

mempertimbangkan kebutuhan anak dalam bersosialisasi dengan orang lain.

Pendekatan yang dilakukan kepada setiap individu memungkinkan para pendidik

untuk memahami kondisi psikologi dan fisik dari nara didik dengan disabilitas. Hal ini

juga membantu pendidik dalam memahami pergumulan yang sedang dihadapi nara didik.

Metode diskusi dan pendekatan sesuai dengan core curriculum yankin mengajak nara

didik untuk berpartisipasi aktif dan memasukkan pengalaman hidup nara didik, serta

memperhatikan keseharian mereka.

Kegiatan non akademik yang dilakukan di luar jam pelajaran adalah ibadah bersama.

Ibadah rutin yang dilakukan adalah natal dan paskah bersama. Akan tetapi di SMALB

Negeri Salatiga diadakan ibadah setiap satu minggu sekali. Ibadah tersebut memberikan

kesempatan kepada nara didik untuk bersaksi tentang kehidupan mereka. Selain itu

pendidik juga mengajak mereka beribadah di gereja yang dekat dengan gedung sekolah.

Hal ini membantu nara didik untuk mengenal gereja dan terbiasa datang ke gereja.

Beberapa nara didik di SMALB tidak secara mandiri datang ke gereja. Mereka datang

apabila orang tua mereka pergi ke gereja. Tetapi ada juga beberapa nara didik yang aktif

dalam kegiatan pemuda di gereja.

Kegiatan non akademik tetaplah menjadi bagian dari kurikulum karena masih

berhubungan dengan isi kurikulum. Kurikulum bukan sekedar apa yang akan diajarkan

kepada nara didik melainkan mampu menyediakan pengalaman yang bebas.61

Beribadah

bersama di gereja juga memberikan kebebasan para nara didik untuk mengekspresikan

ibadah mereka.

4.2.2. Evaluasi Kurikulum PAK di SMALB

Evaluasi adalah aspek dalam kurikulum yang sering dianggap remeh. Akan tetapi

dalam pertanyaan dasar yang diajukan oleh Tyler dalam mengembangkan kurikulum,

Tyler mengusulkan untuk menentukan hasil pencapaian. Dengan demikian evaluasi

61

Kelly, The Curriculum Theory and Practice, 3.

Page 39: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

29

sudah seharusnya dilakukan. Tiga SMALB di Salatiga melakukan evaluasi kurikulum

PAK dengan cara tes tertulis.62

Tes tertulis hanya mengukur pemahaman nara didik mengenai materi yang sudah

diajarkan atau disampaikan oleh pendidik. Dengan demikian nara didik hanya dijadikan

sebagai objek. Kalau hasil tes baik berarti pendidik sudah menyampaikan materi dengan

baik dan nara didik berhasil menghafal atau memahami materi. Akan tetapi lebih dari itu,

evaluasi seharusnya menjadikan nara didik sebagai subjek.

Pusat dari kurikulum adalah mengajarkan nara didik mengenai kebebasan, salah

satunya kebebasan dan kemandirian berpikir.63

Maka dari itu nara didik juga harus

diberikan hak untuk mengevaluasi kurikulum yang sudah disampaikan kepada mereka

mulai tujuan sampai proses pelaksanaan. Dengan demikian kurikulum bisa terus

berkembang dan mulai memperhatikan kebutuhan orang dengan disabilitas. Jika

memungkinkan, kebutuhan nara didik yang belum masuk dalam kurikulum bisa

dipertimbangkan untuk menjadi pokok pembahasan pada tingkat berikutnya.

5. Penutup

5.1. Kesimpulan

Setelah melalui proses penelitian dan analisa berdasarkan teori kurikulum dapat

disimpulkan bahwa isi dan pelaksanaan kurikulum PAK di SMALB belum sepenuhnya

sesuai dengan teori kurikulum dan belum memenuhi kebutuhan nara didik dengan

disabilitas. Beberapa alasan yang mendasar yakni yang pertama, tujuan kurikulum PAK

mengenai Allah Tritunggal kurang mempertimbangkan kondisi nara didik dengan

disabilitas terkhusus tuna grahita sedang. Terlebih lagi pemahaman mengenai Allah

Tritunggal bukanlah hal utama yang perlu dipahami oleh nara didik. Dengan demikian

pembahasan mengenai Allah Tritunggal perlu digantikan dengan sisi Allah yang lain.

Alasan kedua adalah ketidaksinkronan antara tujuan kurikulum dengan isi

kurikulum. Tujuan kurikulum mengenai Allah Tritunggal dan pembahasan mengenai

karya Allah belum sepenuhnya dijabarkan dalam isi kurikulum. Alasan ketiga, isi

kurikulum belum sepenuhnya menjawab kebutuhan dan pergumulan utama nara didik.

Misalnya mengenai keberadaan disabilitas mereka dipandang dari kekristenan,

62

Berdasarkan wawancara terhadap pendidik PAK di SMALB Negeri Salatiga, SMALB Wantu Wirawan,

dan SMALB Bina Putra pada tanggal 15, 18, dan 25 September 2015. 63

Kelly, The Curriculum Theory and Practice, 3.

Page 40: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

30

menunjukkan nilai Kristen di tengah masyarakat non disabilitas yang masih memiliki

stigma negatif. Beberapa isi kurikulum PAK juga memiliki konten yang baik tetapi

kurang tepat sasaran. Misalnya seperti materi tentang HAM dan demokrasi yang kurang

sesuai dengan kondisi nara didik dengan disabilitas. Mereka sebaiknya tidak hanya

dituntut untuk menunjukkan nilai HAM dan demokrasi tetapi memahami, menjalankan,

dan memperjuangkan.

Alasan keempat yakni tidak adanya bahan ajar yang bisa digunakan para pendidik

untuk mengajar dan nara didik untuk belajar. Pendidik mungkin bisa menggunakan buku

pegangan PAK untuk pendidik SMA, tetapi nara didik belum tentu bisa

menggunakannya. Alasan kelima yakni evaluasi yang dilakukan belum menjadikan nara

didik sebagai pusat. Nara didik belum bisa menyampaikan aspirasi mereka mengenai

kurikulum PAK yang diberikan kepada mereka.

5.2. Saran

Pada akhirnya setelah proses penelitian dan analisa selesai, penulis memberikan

saran kepada pemerintah terkhusus Departemen Pendidikan, SMALB di Salatiga,

sekaligus Fakultas Teologi Universitas Kristen Satya Wacana. Semoga saran yang

diberikan dapat dipertimbangkan demi perkembangan kurikulum PAK untuk SMALB di

Salatiga.

5.2.1. Saran Kepada Pemerintah

Kepada pemerintah terkhusus Departemen Pendidikan, penulis mengusulkan dua

saran. Pertama, sebaiknya kurikulum PAK untuk SMALB dikembangkan lagi sesuai

dengan kondisi dan kebutuhan nara didik dengan disabilitas. Kedua, sebaiknya

pemerintah menyediakan buku pegangan yang bisa digunakan untuk pendidik dan bisa

juga digunakan untuk nara didik dengan tunanetra, tunarungu, maupun tunagrahita.

Page 41: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

31

5.2.2. Saran Kepada SMALB di Salatiga

Kepada SMALB di Salatiga penulis mengusulkan dua saran. Pertama, dalam

menentukan tujuan kurikulum harus dilakukan pemetaan terhadap kebutuhan nara didik.

Dengan demikian kegiatan dan materi pembelajaran pun sesuai dengan kebutuhan serta

kehidupan nara didik. Kedua, dalam pelaksanaan kurikulum PAK, metode yang

digunakan harap dikembangkan. Nara didik harap lebih dilibatkan di dalam proses

belajar mengajar. Selain itu ruang kelas juga perlu diatur sedemikian rupa agar nyaman

bagi nara didik. Saran ketiga, di dalam evaluasi harap melibatkan nara didik dengan

demikian pendidik bisa mengembangkan isi kurikulum yang ditetapkan oleh Badan

Standar Nasional Pendidikan.

Keempat, sekolah harap mengembangkan kegiatan non akademik secara rutin seperti

kegiatan ibadah. Kegiatan ibadahnya pun diharapkan inovatif agar mampu

mengembangkan kecerdasan ganda nara didik. Ibadah bisa dilakukan dalam bentuk seni

peran, penyembahan pujian, dan ibadah padang. Selain itu ibadah perlu dilakukan

bersama berbagai pihak seperti nara didik dari sekolah yang berbeda atau ibadah bersama

di gereja.

5.2.3. Saran Kepada Fakultas Teologi UKSW

Kepada Fakultas Teologi UKSW penulis mengusulkan dua saran. Pertama, mata

kuliah teologi disabiltas harap lebih memberikan distribusi di dalam perkembangan

kurikulum PAK untuk anak disabilitas. Kedua, diharapkan agar Fakultas Teologi UKSW

menjalin kerjasama dengan SLB yang ada di Salatiga.

Page 42: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

32

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standar Nasional Pendidikan. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Sekolah

Menengah Atas. 2006.

Boehlke, Robert Richard. Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama

Kristen dari Yohanes Amos Comenius sampai Perkembangan Pendidikan Agama Kristen

di Indonesia. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.

Brotosudarmo, Drie S. Pendidikan Agama Kristen untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta:

Penerbit Andi, 2008.

Brown, Robert K. “Max van Manen and Pedagogical Human Science Research”. Dalam

Understanding Curriculum as Phenomenological and Deconstructed Text. Diedit oleh

William F. Pinar dan William M. Reynolds. New York dan London: Teacher College

Press, 1992.

Christiani, Tabita Kartika. “Persons with Disabilities in Indonesia”. Dalam Doing Theology

from Disability Perspective. Manila: ATESEA, 2011.

Creamer, Deborah Beth. Disability and Christian Theology Embodied Limits and

Constructive Possibilities. New York: Oxford University Press, 2009.

Farrell, Michael. Educating Special Children. New York: Routledge, 2008.

Griggs, Donald L. Teaching Teachers To Teach A Basic Manual for Church Teachers.

Nashville: Griggs Educational Resource, 1974.

Groome, Thomas H. Christian Religious Education Pendidikan Agama Kristen Berbagi

Cerita & Visi Kita. Diterjemahkan oleh Daniel Stefanus. Jakarta: Gunung Mulia, 2010.

Harris, Maria. Fashion Me a People Curriculum in the Church. Kentucky: Westminster/John

Knox Press, 1989.

Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitan Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta:

Salemba Humanika, 2010.

Kelly, A. V. The Curriculum Theory and Practice. London: SAGE Publications, 2004.

Kristianto, Paulus Eko. “Pengembangan Kesadaran Teologi Difabilitas dalam Kurikulum

Pendidikan Agama Kristen bagi Perjuangan Keberadaan Difabel di Indonesia”.

Page 43: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

33

Disampaikan dalam Pertemuan Asosiasi Teolog Indonesia 2014 Fakultas Teologi

UKDW Yogyakarta, 2014.

Macha, Macha. “Disability and Public Issues: Health, Poverty, Education, Gender, and

Unemployment”. Dalam Doing Theology from Disability Perspective. Manila:

ATESEA, 2011.

Mulyasa, E. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004.

Nasution, S. Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008.

Nuhamara, Daniel. Pembimbing PAK Pendidikan Agama Kristen. Bandung: Jurnal Info

Media, 2007.

_______. PAK (Pendidikan Agama Kristen) Remaja. Jawa Barat: Jurnal Info Media, 2010.

Ormrod, Jeanne Ellis. Psikologi Pendidikan Membantu Nara didik Tumbuh dan Berkembang.

Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008.

Porter, Louise. Educating Young Children with Additional Needs. Australia: National

Library, 2002.

Setyawan, Yusak B. “Membaca Alkitab Dalam Perspektif Disabilitas”. Disampaikan dalam

Seminar dan Lokakarya Diskursus dalam Pendidikan Teologi di Indonesia. Salatiga:

Universitas Kristen Satya Wacana, 2013.

Sidjabat, B. Samuel. Strategi Pendidikan Kristen Suatu Tinjauan Teologis-Filosofis.

Yogyakarta: Penerbit Andi, 1994.

Silalahi, Ulber. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama, 2009.

Slattery, Patrick. Curriculum Development in the Postmodern Era. New York dan London:

Garland Publishing Inc., 1995.

Stanley, William B. Curriculum For Utopia Social Reconstructionism and Critical Pedagogy

in the Postmodern Era. Albany: State University of New York Press, 1992.

Sumiyatiningsih, Dien. Mengajar dengan Kreatif & Menarik. Yogyakarta: Penerbit Andi,

2006.

Tait, Tom dan Nicky Genders, Caring for People with Learning Disabilities. London:

Arnold, 2002.

Page 44: Tinjauan Kritis dari Perspektif Teori Kurikulum terhadap ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/10484/2/T1_712011009_Full text.pdf · agama Kristen.6 Dengan demikian Pendidikan

34

Westwood, Peter. Commonsense Children with Special Education Needs. New York:

Roudledge, 2011.

Williams, Val. Disability and Discourse Analysing Inclusive Conversation with People with

Intellectual Disabilities. UK: Willey-Blacwell, 2011.

Wyckoff, D. Campbell. Theory and Design of Christian Education Curriculum. Philadelphia:

The Westminster Press, 1960.

Wawancara yang dilakukan kepada pendidik PAK di SMALB Negeri Salatiga pada tanggal

15 September 2015 pukul 10.00 WIB

Wawancara yang dilakukan kepada pendidik PAK di SMALB Wantu Wirawan Salatiga pada

tanggal 18 September 2015 pukul 09.00 WIB

Wawancara yang dilakukan kepada pendidik PAK di SMALB Bina Putra Salatiga pada

tanggal 25 September 2015 pukul 09.00 WIB

Badan Standar Nasional. “Standar Isi” diunduh dari http://bsnp-indonesia.org/id/wp-

content/uploads/isi/Standar_Isi.pdf pada 26 September 2015 pukul 11.35 WIB.

International Labour Organization, “Inklusi Penyandang Disabilitas di Indonesia” yang

diunduh dari http://www.ilo.org/wcmsp5/groups/public/---asia/---ro-bangkok/---ilo-

jakarta/documents/publication/wcms_233426.pdf pada 29 Agustus 2014 pukul 13.28

WIB.