Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
TRANSAKSI SISTEM DROPSHIPPING
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) pada Program Studi Ahwal Syakhshiyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
NURAFIA NIM : 105260018615
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1441 H/ 2020 M
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR Kantor:Jl. Sultan Alauddin No.259 Gedung Iqra lt. IV telp. (0411) 851914 Makassar 90222
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nurafia
NIM : 105260018615
Fakultas : Agama Islam
Program Studi : Ahwal Syakhsiyah
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis sendiri. Jika kemudian hari hal ini terbukti bahwa skripsi ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat, dibuatkan atau dibantu semua atau sebagian secara langsung oleh orang lain, maka skripsi dan gelar kesarjanaan yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
Makassar,17 Februari 2020 M
Penyusun
NURAFIA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi pencipta alam semesta raya Allah
Subhanahu wata‟ala yang telah memberikan rahmat serta nikmatNya
kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir penyusunan
skripsi yang berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Transaksi Sistem
Dropshipping untuk memperoleh gelar sarjana strata satu di jurusan Ahwal
Sykhshiyah Fakultas Agama Islam di Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Salam dan Shalawat teruntuk Muhammad Shallallahu alaihi
wasallam yang telah memberikan risalah pada umatnya dan berjuang
demi tegaknya agama Allah sehingga mampu mengajak umat manusia
beranjak dari kejahiliyahan menuju umat yang berpendidikan dan
berakhlak.
Berkat Rahmat dan pertolongan Allah, dan dengan segala upaya
dan perjuangan dalam diri penulis, serta ucapan terima kasih kepada
seluruh pihak yang telah memberikan motivasi dan bimbingan dari
berbagai pihak, untuk itu kami haturkan ucapan terimakasih setulusnya
kepada:
1. Kedua orang tua yang saya cintai dan saya banggakan.
Kesuksesan ini tidak bermakna tanpa ridha dan kasih sayang
Ibunda dan Ayahanda.
2. Bapak Prof. DR. H. Abd. Rahman Rahim, SE. MM. selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar.
3. Terima kasih juga kepada Bapak Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.
selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar.
4. Supriadi Yosup Boni, Lc. dan Rosdiana, Lc, M.Pd.I. selaku
pembimbing kami yang tak henti-hentinya memberikan bimbingan
dan masukan kepada kami dengan penuh kesabaran hingga
terselesaikannya penulisan ini.
5. DR. Ilham Muchtar, Lc., MA. Ketua program studi Ahwal
Syakhsiyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar dan Hasan Juhannis, Lc., MS. Sekertaris Jurusan yang
tak henti-hentinya memikirkan perkembangan Prodi dan
Mahasiswanya.
6. Semua dosen-dosen prodi Ahwal Syakhsiyah yang telah
memberikan ilmunya kepada kami tanpa tanda jasa dan seluruh
staf-staf yang senantiasa mendampingi kami di kampus.
7. Suamiku tercinta Haeruddin SE. yang senantiasa mendampingi
serta memberikan dukungan dan semangat untuk belajar.
8. Ketiga kakakku (Abdullah Rusydi, Ahmad Salman, Muh. Faisal, S.
Sos) yang senantiasa memberikan bantuan moril dan finansial
dalam proses belajar kami di kampus.
9. Kedua adikku (Sadaruddin dan Muh. Sabri) yang senantiasa
memberikan semangat. Semoga Allah memudahkan jalan kita
untuk mencapai apa yang kita cita-citakan.
10. Sahabatku Chici Fitriani Savitri dan seluruh teman-teman
seperjuangan terima kasih untuk kebersamaan yang telah kita lalui
selama ini. Tetap semangat teman dan yakinlah bahwa ada potensi
dalam diri kita yang patut untuk kita banggakan.
11. Semua pihak yang tak sempat disebut satu-persatu kami ucapkan
terimakasih sebesar-besarnya atas dukungan dan doanya.
Semoga bantuan, bimbingan dan saran-saran yang telah
disampaikan kepada penyusun dapat menjadi pintu bagi terbukanya
masa depan yang lebih baik.
Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, penulis
khususnya serta segenap pembaca pada umumnya. Aamiin.
Makassar, 27 Dzulqa‟dah 1440 H 30 Juli 2019 M
Penulis,
Nurafia
ABSTRAK Nurafia, 2019. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem Dropshipping” (dibimbing oleh: Hasan Juhannis dan Rosdiana)
Dalam ajaran agama Islam, jual beli harus sesuai dengan syariat
Islam, baik dalam segi syarat maupun rukunnya. Jual beli yang tidak memenuhi syarat dan rukun jual beli akan berakibat tidak sahnya jual beli yang dilakukan. Dropshipping adalah penjualan produk yang memungkinkan dropshipper (reseller) menjual barang ke pelanggan dengan bermodalkan foto dari supplier atau toko (tanpa harus menyetok barang) dan menjual ke pelanggan dengan harga yang ditentukan oleh dropshipper. Setelah pelanggan mentransfer uang kerekening dropshipper, dropshipper membayar kepada supplier sesuai dengan harga beli dropshipper (ditambah dengan ongkos kirim ke pelanggan) serta memberikan data-data pelanggan (nama, alamat, no. ponsel) kepada supplier, karena dengan adanya data ini, maka supplier akan mengirimkan barang kepada konsumen, dengan menggunakan nama dropshiper.
Salah satu syarat jual beli yang harus dipenuhi adalah barang yang akan diperjualbelikan adalah milik sendiri (kecuali ada izin dari pemilik), apabila tidak ada izin dari pemilik maka tidak terpenuhilah syarat jual beli yang sah menurut syariat Islam. Begitu juga dalam jual beli Dropshipping yang dilakukan antara pihak penjual dan pembeli, juga harus memenuhi syarat-syarat seperti yang telah ditetapkan oleh syariat Islam.
Penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan dropshipping. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer yaitu: data dari hukum Islam yang bersumber dari nash Al-quran, hadits, ijma, kitab-kitab fikih, dan kaidah ushul fikih. Sedangkan dari teknologi informasi berupa web, blog, dan situs-situs yang bersangkutan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif, yaitu mendekati masalah yang diteliti dengan melihat dampak manfaat dan madharatnya.
Berdasarkan hasil penelitian, dengan pertimbangan hukum Islam harus mampu berpartisipasi dalam membentuk gerak langkah kehidupan masyarakat, penyusun menyimpulkan bahwa praktik jual beli sistem dropshipping tersebut diperbolehkan atau sah apabila pemilik barang (supplier) dan dropshipper berakad sebelum melakukan penjualan dan barang yang diperjualbelikan adalah barang yang nyata dan bisa dipertanggungjawabkan keberadaannya oleh dropshipper untuk menghindari unsur gharar di dalamnya.
Kata kunci: Jual beli, Hukum Dropshipping
تجريد البحث
وفًقا للشريعة اإلسالمية ، من حيث يف تعاليم اإلسالم ، جيب أن يكون البيع والشراء الذي ال يفي باملتطلبات والبيع والشراء مًعا سيؤدي إىل بيع وشراء غري املصطلحات والوئام. البيع
)بائع التجزئة( ببيع البضائع dropshipperىو بيع منتج يسمح لشاحن Dropshipping صاحلني. إىل ختزين البضائع( وبيعها للعمالء بسعر للعمالء برؤوس أموال من مورد أو متجر )دون احلاجة
، يدفع dropshipper. بعد قيام العميل بتحويل أموال حساب dropshipper حيددهdropshipper املورد وفًقا لسعر شراء دروبشيرب )باإلضافة إىل تكلفة الشحن للعميل( ويوفر بيانات
. dropshipper ، وذلك باستخدام اسم العميللبيع والشراء اليت جيب الوفاء هبا ىي أن البضائع املراد تداوهلا ىي ملك خاص أحد شروط ا
هبا )ما مل يكن ىناك تصريح من املالك( ، إذا مل يكن ىناك إذن من املالك فإن متطلبات البيع والشراء القانونية ال يتم الوفاء هبا وفًقا للشريعة اإلسالمية. وباملثل يف عملية بيع وشراء
dropshipping اليت تتم بني البائع واملشرتي ، جيب أيًضا أن تستويف الشروط احملددة يف الشريعة اإلسالمية.
ىذا البحث وصفي بطبيعتو ، وىذا البحث يهدف إىل مجع املعلومات املتعلقة dropshipping مصادر البيانات املستخدمة ىي مصادر البيانات األولية ، وىي: البيانات من .
سالمية املستمدة من القرآن واحلديث واإلمجاع والكتب الفقهية وقواعد الفقو. يف حني الشريعة اإل، واملواقع املعنية. النهج املستخدم يف ىذه الدراسة web ،blogأن تكنولوجيا املعلومات يف شكل
وعيوهبا.ىو هنج معياري ، وىو التعامل مع املشكلة قيد الدراسة من خالل النظر يف تأثري فوائدىا بناًء على نتائج الدراسة ، مع مراعاة أن الشريعة اإلسالمية جيب أن تكون قادرة على املشاركة يف تشكيل خطوات حياة الناس ، يستنتج املؤلفون أن ممارسة شراء وبيع نظام دروبشيبينغ
راء عملية مسموح أو ساري املفعول إذا مت حتديد مالك البضاعة )املورد( وشاحنة دروبشيرب قبل إجبيع والبضائع اليت يتم تداوهلا كسلع حقيقية وميكن حساب وجودىا من قبل دروبشيرب لتجنب
عنصر الغار يف ذلك.
DAFTAR ISI
JUDUL ....................................................................................................... i
PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................................... ii
PESETUJUAN PEMBIMBING................................................................... iii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ............................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................ v
ABSTRAK ................................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. xi
BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8
E. Sistematika Penulisan ................................................................. 9
BAB II: KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 10
A. Gambaran Umum Jual Beli ........................................................ 10
1. Pengertian Jual Beli .............................................................. 10
2. Dasar Hukum Jual Beli ......................................................... 12
3. Rukun dan Syarat Jual Beli ................................................... 15
B. Gambaran Umum Jual Beli Online ............................................. 21
1. Pengertian Jual Jual Beli Online ........................................... 21
2. Dasar Hukum Jual Beli Online .............................................. 22
3. Subjek dan Objek Jual Beli Online ........................................ 24
4. Tempat Jual Beli Online ........................................................ 24
C. Gambaran Umum Sistem Dropshipping ..................................... 26
BAB III: METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian ........................................................................... 36
B. Sumber Data ................................................................................... 37
C. Pendekatan Penelitian .................................................................... 37
D. Tekhnik Pengumpulan Data ............................................................ 37
E. Analisis Data ................................................................................... 38
BAB IV: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI
SISTEM DROPSHIPPING ............................................................. 39
A. Analisis Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Online .............. 39
B. Analisis Hukum Dropshipping Menurut Syariah .............................. 49
C. Pengaruh sistem Dropshipping terhadap Ekonomi
Keluarga Muslim ............................................................................. 58
BAB V: PENUTUP .................................................................................... 64
A. Kesimpulan .................................................................................... 64
B. Saran .............................................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKA
C. Saran……………………………………………………………...…… 65
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang berkodrat hidup
dalam masyarakat. Sebagai makhluk sosial, dalam hidupnya manusia
memerlukan adanya manusia-manusia lain yang bersama-sama hidup
dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat, manusia selalu
berhubungan satu sama lain, disadari atau tidak, untuk mencukupkan
kebutuhan-kebutuhan hidupnya.1
Pemenuhan kebutuhan manusia tidak mungkin lepas dari transaksi
jual beli. Jual beli merupakan proses tukar menukar barang dengan
barang, ataupun barang dengan uang. Di zaman yang modern ini,
mekanisme dan pola jual beli pun semakin berkembang. Ragam
bentuknya bermunculan menyesuaikan kebutuhan masyarakat. Secara
umum jual beli dalam syariat Islam dianjurkan seperti dalam firman Allah
Subhanahu wata‟ala:
َ ٖت َفٱۡذُكُروْا ٱَّللَّ ۡن َعَرَفَٰ ُكۡمۚۡ َفإَِذٓا أََفۡضُتم مِّ بِّ ن رَّ َلۡيَس َعلَۡيُكۡم ُجَناٌح أَن َتۡبَتُغوْا َفۡضٗلا مِّ
آلِّيَن ن َقۡبلِِهۦ َلِمَن ٱلضَّ ُكۡم َوإِن ُكنُتم مِّ ِعنَد ٱۡلَمۡشَعِر ٱۡلَحَراِمِۖ َوٱۡذُكُروهُ َكَما َهَدىَٰ2
1 Ahmad Azhar Basyir, Asas-asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam), (Yogyakarta: UII
Press, 2012), hlm. 11. 2 QS. Al Baqarah/2: 198
Terjemahan:
“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan)
dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy'arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat.”3
Proses jual beli yang ada dalam Islam banyak hal yang harus
diperhatikan supaya jual beli tersebut menjadi sah secara hukum syari‟ah.
Jual beli dalam Islam pada umumnya menjelaskan adanya transaksi yang
bersifat fisik atau pihak yang bertransaksi bertatap muka, dengan
menghadirkan benda ketika terjadi akad atau tanpa menghadirkan benda
yang dipesan. Dengan ketentuan harus dinyatakan sifat dan kriterianya
sampai penyerahannya dalam tempo waktu yang telah ditentukan seperti
dalam transaksi salam.4
Islam sendiri mempunyai peraturan sendiri dalam wilayah ekonomi
seperti muamalah. Muamalah sebagai bidang peraturan yang mengatur
hubungan seseorang dengan orang lain, seperti kegiatan jual beli atau
tukar menukar harta. Maka dari itu muncullah fiqh muamalah sebagai
hukum yang bersifat praktis yang diperoleh dari dalil-dalil yang terperinci
untuk mengatur hubungan keperdataan seseorang dengan orang lain
dalam hal persoalan ekonomi.5
Bidang muamalah merupakan bidang yang sangat luas ruang
lingkupnya, sehingga dalam memecahkan persoalan muamalah
3 Departemen Agama Republik Indonesia. Al- Quran dan terjemahannya, (Jakarta: CV. Kathoda, 2005), hlm. 31. 4 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta:Kencana, 2011), hlm. 120.
5 Zainuddin Ali, Hukum Ekonomi Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), hlm. 118-119.
diperlukan ijtihad. Pelaksanaan ijtihad tentunya harus berdasarkan prinsip
hukum Islam yang dijadikan pedoman dalam melakukan aktivitas
muamalah, salah satunya aktivitas jual beli. Prinsip-prinsip hukum Islam
yang harus dijadikan pedoman dalam melakukan aktivitas muamalah yaitu
pada dasarnya segala bentuk muamalah adalah mubah (boleh) kecuali
yang telah ditentukan lain oleh Al-Qur‟an dan Sunnah Rasul.6
Zaman modern kini telah banyak membawa perubahan dalam hal
jual beli, seperti memanfaatkan media internet sehingga proses
bertransaksi atau jual beli kian mudah dan cepat.7Bagaimana menjual,
mempromosikan, dan beradu harga hanya dengan komunikasi jarak jauh
dengan waktu kapan pun di mana pun dan dengan siapa pun. Tanpa
harus mempertemukan pihak yang bertransaksi secara fisik, inilah yang
disebut transaksi yang mudah dan cepat karena perkembangan
teknologi.8
Perkembangan internet memang sangatlah cepat dan memberi
pengaruh signifikan bagi segala aspek kehidupan manusia. Internet
membantu seseorang untuk dapat berinteraksi, berkomunikasi, bahkan
melakukan transaksi perdagangan dengan orang lain dari segala penjuru
dunia dengan mudah, cepat dan murah. Manfaat internet yang
memudahkan seseorang berinteraksi dengan orang lain di seluruh penjuru
dunia, melahirkan banyaknya bisnis baru yang memanfaatkan internet
6 Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar, (Yogyakarta : Ekonisia, 2003), hlm. 30.
7 Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syari’ah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 198.
8 Jusmaliani, Bisnis, hlm. 199.
sebagai medianya, yang dikenal dengan bisnis online. Bisnis online
adalah segala kegiatan aktivitas bisnis atau jual beli yang menggunakan
internet sebagai media umumnya dalam mencapai tujuannya.
Perkembangan teknologi dalam bidang perdagangan, muncul yang
dinamakan dengan perdagangan elektronik. Dimana para pihak antara
penjual dengan pembeli tidak lagi bertatap muka, melainkan hanya
melalui medium internet. Jual beli atau perdagangan menggunakan media
internet yang disebut electronic commerce (e-commerce) kini sudah tidak
asing lagi dalam dunia bisnis di negara-negara berkembang maupun maju
termasuk di Indonesia.9
Dewasa ini, di Indonesia mulai berkembang sistem jual beli sistem
dropshipping. Jual beli dropshipping ini menjadi salah satu alternatif yang
dipilih oleh masyarakat melakukan jual beli online.
Seiring berjalannya waktu perdagangan elektronik berkembang
termasuk dalam jual beli dropshipping. Tidak bisa dipungkiri bahwa
transaksi e-commers sangat diminati masyarakat dikarenakan proses
yang praktis. Sistem dropshipping memudahkan orang berjualan
walaupun dengan modal kecil atau bahkan tanpa modal.
Dropshipping yang pelakunya sering disebut Dropshipper adalah
salah satu sistem jual beli online yang mana untuk menjalankan bisnis ini
9 Gemala Dewi, Hukum Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta : Prenada Media, 2005), hlm. 201.
tidak memerlukan modal sepeser pun, karena dengan menjalankan sistem
ini, Dropshipper tidak menyediakan atau memiliki stok barang.10
Jual beli dropshipping ini sama dengan jual beli dengan akad salam,
dimana akad salam adalah akad pesanan dengan pembayaran di depan
dan barang diserahkan di kemudian hari.11
Jual beli dengan sistem dropshipping ini mendapat respon dari
masyarakat, baik yang setuju maupun yang tidak setuju. Masing-masing
mempunyai alasan tersendiri, tentang boleh atau tidak bolehnya sistem
jual beli ini.
Beberapa pendapat yang menolak, beralasan karena dimungkinkan
sistem dropshipping mengandung unsur gharar (unsur ketidakpastian).
Dimana barang yang dijadikan objek jual beli bukan milik penuh penjual,
sehingga pada saat akad berlangsung penjual belum dapat memastikan
apakah barang tersebut dapat dikirim kepada pembeli atau tidak.
Selain itu, sebelum melakukan transaksi pembeli hanya melihat
gambar, maka terdapat pula ketidakpastian spesifikasi ataupun kualitas
barang. Sebab, ia belum tentu sama dengan gambar atau foto yang
dipajang di toko online tersebut.
Melakukan jual beli tentu tidak bisa berprinsip asal-asal, harus ada
aturan-aturan yang mengikatnya, apalagi jika jual beli dikaitkan dengan
10
http://rumaysho.com/3035-sistem-Dropshipping-dan-solusinya.html. Diakses pada Tanggal 8 November 2016 Pukul 19.35 WIB. 11 Yazid Afandi, Fiqh Muamalah, (Yogyakarta: Logung Pustaka, 2009), hlm. 159.
agama. Karena dalam melakukan jual beli terdapat dua pihak yang salah
satunya tidak boleh merasa dirugikan. Jika ada yang merasa dirugikan
maka batallah transaksi jual beli tersebut.
Dropshipping kini menjadi perbincangan para pebisnis online,
bahkan saat ini sudah menjadi model bisnis yang diminati pebisnis online
baru dengan modal kecil atau yang tak mempunyai modal sekalipun.
Karena dropshipping (toko online) tidak menyetok dan menyediakan
tempat penyetokan barang melainkan hanya mempromosikan melalui toko
online dengan memasang foto dan kriteria barang dan harga. Barang
didapat dari jalinan kerja sama dengan perusahaan lain yang memiliki
barang yang sesungguhnya, yang disebut Dropshipper.12
Seorang yang melakukan dropshipping atau pemilik toko online tidak
pernah mengetahui, menyimpan, dan menelaah barang yang akan dikirim
ke konsumen karena barang langsung dikirim oleh pihak dropshipper atas
nama dropshipping (toko online). Kemudian konsumen yang membeli dari
Dropshipping (toko online) tidak perlu tahu keberadaan dan siapa
supplier13 sesungguhnya.14
Maraknya dropshipping di kalangan pebisnis online Indonesia terlihat
dari banyaknya toko online yang berperan sebagai dropshipper yang
12 Feri Sulianta, Terobosan Berjualan Online Ala Dropshipping, (Yogyakarta: Penerbit Andi, 2014), hlm. 2. 13 Supplier adalah distributor atau badan yang bertugas mendistribusikan barang dagangan dengan kata lain penyalur. Menurut Philip Kotler, distributor berfungsi mengambil alih hak untuk membantu mengalihkan hak atas barang berpindah dari produsen ke konsumen. Lihat Abdul Aziz, Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), hlm. 87. 14 Sulianta, Terobosan Berjualan Online, hlm. 2.
menyediakan kerja sama dropshipping dengan toko online lainnya yang
bersedia menjadi dropshipping.
Hal ini akan menimbulkan perdebatan dalam hukum Islam mengenai
halal dan haramnya model transaksi tersebut. Karena dalam dropshipping
bisa saja pihak yang berakad adalah seorang muslim yang secara
sistematis harus mematuhi peraturan jual beli dalam ekonomi syari‟ah.
Kemudian akad yang digunakan dalam dropshipping adalah akad
pesanan, dimana konsumen akan membayar terlebih dahulu kepada
Dropshipping kemudian Dropshipping menyerahkan barang dalam
beberapa hari ke depan.
Dalam Islam transaksi pesanan disebut dengan transaksi salam.15
Untuk menjawab hal tersebut penulis menjadikannya sebagai objek
penelitian untuk karya ilmiah yang disusun dalam skripsi dengan judul
“Tinjauan Hukum Islam Terhadap Transaksi Sistem Dropshipping”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas,
maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap jual beli online?
2. Bagaimana hukum dropshipping menurut syariah?
3. Apa pengaruh sistem dropshipping terhadap ekonomi keluarga
muslim?
15 Mardani, Fiqh. 121.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap jual beli online.
2. Untuk mengetahui hukum dropshipping dalam jual beli online
menurut syariah.
3. Untuk mengetahui pengaruh sistem dropshipping terhadap
ekonomi keluarga muslim.
D. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian maka
diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak
antara lain:
1. Secara Teoritis
a. Dapat menambah khazanah keilmuan tentang hukum Sistem
Dropshipping dalam jual beli Online.
b. Dapat dijadikan bahan bacaan dan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
2. Secara Aplikatif
a. Diharapkan penelitian ini menjadi panduan hukum bagi
masyarakat dan peneliti.
b. Diharapkan penelitian ini bisa memberikan kontribusi yang
positif dalam pengembangan Fakultas Agama Islam Jurusan
Ahwal Syakhsiyah selanjutnya.
E. Sistematika Penulisan
Untuk dapat memberikan gambaran dan penjelasan secara
menyeluruh dan sistematis dalam penulisan penelitian ini, penyusun
menulis sitematika penulisan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, pada bab ini yang terdiri dari latar belakang
masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
sistematika penulisan.
Bab II Gambaran Umum Tentang Konsep Jual Beli, yang
membahas mengenai transaksi jual beli pada umumnya, gambaran umum
jual beli online, serta mekanisme dropshipping.
Bab III Metodologi Penelitian, membahas jenis penelitian, sumber
data, pendekatan penelitian, tekhnik pengumpulan data, dan analisis data.
Bab IV Pembahasan Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sistem
Dropshipping, membahas analisis tinjauan hukum islam terhadap jual
beli online, analisis hukum dropshipping menurut syariah,dan
pengaruhsistem dropshipping terhadap ekonomi keluarga syariah.
Bab V Penutup, membahas kesimpulan dan saran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Gambaran Umum Jual Beli
1. Pengertian Jual Beli
Jual beli atau perdagangan dalam bahasa Arab, disebut al-bay‟ yang
berarti menjual, mengganti, dan menukar (sesuatu dengan sesuatu yang
lain). Kata al-bay‟ dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk
pengertian lawannya, yakni kata asy-syira‟ (beli). Dengan demikian, maka
kata al-bay‟ berarti “jual”, tetapi sekaligus juga berarti “beli”. Persoalan jual
beli dalam fikih Islam dibahas secara luas oleh ulama fikih. Faktanya,
dalam berbagai literatur ditemukan pembahasan dengan topik kitab al-
bay‟ (kitab jual beli).
Definisi jual-beli yang disepakati para ulama yaitu tukar – menukar
harta dengan harta dengan cara – cara tertentu yang bertujuan untuk
memindahkan kepemilikan.16
Hendi Suhendi mengatakan perdagangan atau jual beli menurut
bahasa berarti al-Bai‟, al-Tijarah dan al-Mubadalah, sebagaimana Allah
subhanahu wata‟ala berfirman:
ا َوَعَٗلِنَيةا ُهۡم ِسّرا ا َرَزۡقَنَٰ َة َوأَنَفقُوْا ِممَّ لَوَٰ ِ َوأََقاُموْا ٱلصَّ َب ٱَّللَّ إِنَّ ٱلَِّذيَن َيۡتلُوَن ِكَتَٰ
16
Abdul Azis Dahlan, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 3 (Cet. I; Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), hlm. 827.
َرةا لَّن َتُبورَ 17َيۡرُجوَن ِتَجَٰ
Terjemahan:
“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”18
Abdul Aziz Dahlan mengatakan bahwa jual beli menurut ulama-
ulama dari mazhab Maliki, Syafi‟i, dan Hanbali adalah saling menukar
harta dengan harta dalam bentuk pemindahan milik dan pemilikan. Dalam
hal ini mereka melakukan penekanan pada kata “milik dan pemilikan,”
karena ada juga tukar-menukar harta tersebut yang sifatnya bukan
pemilikan, seperti sewa-menyewa (ijarah).19
Dari beberapa definisi dapat dipahami bahwa inti jual beli adalah
suatu perjanjian tukar-menukar benda yang bernilai secara sukarela
diantara kedua belah pihak yang satu menerima benda dan pihak lain
menerimanya mengikuti ketentuan yang telah dibenarkan dan disepakati
oleh hukum syariah.
Tentang al-mal (harta), terdapat perbedaan pengertian antara ulama
mazhab Hanafi dan jumhur ulama. Akibat dari perbedaan ini, maka
muncul pula hukum yang berkaitan dengan jual beli itu sendiri. Menurut
jumhur ulama, yang dimaksud al-mal adalah materi dan manfaat. Oleh
sebab itu, manfaat dari suatu benda menurut mereka dapat dijualbelikan.
17
QS. Fathir/35: 29. 18
18
Departemen Agama Republik Indonesia. Al- Quran dan terjemahannya, hlm. 437. 19 Abdul Azis Dahlan, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 3, hlm. 827.
Ulama mazhab Hanafi mengartikan al-mal adalah suatu materi yang
punya nilai. Oleh sebab itu, manfaat dan hak-hak menurut mereka, tidak
bisa dijadikan objek jual beli.20
Pada masyarakat primitif, jual beli dilangsungkan dengan cara saling
menukarkan benda dengan benda, tidak dengan uang sebagaimana
berlaku di zaman ini. Karena masyarakat primitif belum mengenal adanya
alat tukar seperti uang. Cara penentuan apakah antara barang yang saling
ditukar itu memiliki nilai yang sebanding tergantung kepada kebiasaan
masyarakat tersebut.
2. Dasar Hukum Jual Beli
Islam mengatur perilaku manusia dalam memenuhi kebutuhannya,
salah satunya melalui kegiatan bisnis yang membawa kemaslahatan.
Berdasarkan hal itu, Islam telah menawarkan beberapa aturan dasar
dalam transaksi, perjanjian, atau mencari kekayaan sebagai berikut:
A. Landasan Al-Quran
Adapun dalil dari Al-Qur‟an yang menjadi landasan kebolehan jual
beli adalah firman SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 275.
ََ ْا َبوَٰ َم ٱلرِّ ُ ٱۡلَبۡيَع َوَحرَّ َوأََحلَّ ٱَّللَّ21
Terjemahan:
“Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” 22 20
Abdul Azis Dahlan, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 3, hlm. 827. 21 QS. Albaqarah/2: 275.
Dalam ayat lain Allah berfirman:
َرًة َعن َترَ ٓ أَن َتُكوَن ِتَجَٰ ِطِل إَِلَّ لَُكم َبۡيَنُكم بِٱۡلَبَٰ َها ٱلَِّذيَن َءاَمُنوْا ََل َتۡأُكلُٓوْا أَۡمَوَٰ أَيُّ ٓ اٖض َيَٰ
نُكۡمۚۡ 23مِّ
Terjemahan:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.”24
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah telah mengharamkan memakan harta orang lain dengan cara yang batil. Batil menurut ijma ulama yaitu tanpa ganti dan hibah atau semua jenis akad yang rusak yang tidak boleh secara syariat baik karna unsur riba jahalah (tidak diketahui). Di sisi lain Allah telah menghalalkan kita melakukan perdagangan.25
B. Landasan Al-Hadist
Dalil sunah yang menunjukan hukum jual beli di antaranya adalah
hadist yang diriwayatkan oleh Rifa‟ah bin Rafi‟ dari Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam, ketika di tanya tentang usaha apa yang paling utama,
Beliau bersabda:
ه أن النبً صلى هللا علٌه وسلم سئل أي الكسب أطٌب؟ عن رفاعة بن رافع رضً هللا عن
قال: ٌا قال :
26،رواه البزار وصححه الحاكم ))عمل الرجل بٌده وكل بٌع مبرور((
22 Departemen Agama Republik Indonesia. Al- Quran dan terjemahannya, hlm. 47. 23 QS. An-Nisa/4: 29. 24 Departemen Agama Republik Indonesia. Al- Quran dan terjemahannya, hlm. 83. 25 Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat, terj. Nadirsyah Hawari, (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 27. 26
Al-Hafidh Imam Ibnu Hajar Al-Asqalany, Bulughul Maram Min Adillatil Ahkaam, terj. Dani Hidayat, CD Program Versi 2.0 “Bulughul Maram”, (Tasikmalaya: Pustaka Al-Hidayah, 2008).
Artinya: Dari Rifa'ah Ibnu Rafi' bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah ditanya: Pekerjaan apakah yang paling baik?. Beliau bersabda: "Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap jual-beli yang mabrur (bersih). (Hadits riwayat al-Bazzar dan dishahihkan oleh al-Hakim rahimahumallah).
Jual beli yang mabrur adalah setiap jual beli yang tidak ada dusta
dan khianat, sedangkan dusta itu adalah penyamaran dalam barang yang
dijual, dan penyamaran itu adalah penyembunyian aib barang dari
penglihatan pembeli. Adapun khianat, selain menyamarkan bentuk barang
yang dijual, sifat, atau hal-hal luar ia juga menyifatkan dengan sifat yang
tidak benar atau memberi harga dusta.27
C. Landasan Ijma
Ulama telah sepakat bahwa jual-beli diperbolehkan dengan alasan
bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa
bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang milik orang
lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang
sesuai.28
Sudah sangat jelas bahwa jual beli adalah kebutuhan semua manusia,
sehingga Allah menghalalkannya, namun ada sebagian jual beli yang
dilarang yaitu jual beli yang tidak sesuai dengan tujuan dan jiwa syariat
Islam.29
3. Rukun Jual Beli
27 Azzam, Fiqh Muamalat, hlm. 27. 28 Rahmat Syafei, Fiqh Muamalah, (Cet. X: Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), hlm. 75. 29
Muhammad Qasim Kamil, Halal-Haram dalam Islam, (Depok: Mutiara Allamah Utama, 2014), hlm. 269.
Rukun berarti sisinya yang paling kuat, sedangkan arkan berarti hal-
hal yang harus ada untuk terwujudnya satu akad.30 Rukun jual beli ada
tiga, yaitu:
1. Kedua belah pihak yang berakad (aqidain)
Aqidain adalah pihak-pihak yang melakukan aqad, yaitu
mereka yang membuat ijab dan qabul, dalam jual beli yaitu
penjual dan pembeli.31
2. Objek akad (ma‟qud alaih)
Ma‟qud „Alaihi, yaitu harta yang akan dipindahkan dari
tangan salah seorang yang berakad kepada pihak lain, baik
harga atau barang berharga.32
3. Ijab kabul (sighat)
Shighat adalah ijab dan qabul. Ijab diambil dari kata aujaba
yang artinya meletakkan, dari pihak penjual yaitu pemberian hak
milik, dan qabul yaitu orang yang menerima hak milik. Jika
penjual berkata “bi‟tuka” (saya jual kepadamu) buku ini dengan ini
dan ini, maka ini adalah ijab, dan ketika pihak lain berkata
“qobiltu” (saya terima) maka inilah qabul.
Jika pembeli berkata “juallah kepadaku kitab ini dengan
harga begini” lalu penjual berkata “saya jual kepadamu”, maka
yang pertama adalah qabul dan yang kedua adalah ijab. Jadi 30
Azzam, Fiqh Muamalat, hlm. 28. 31
Juhaya S Pradja, Ekonomi Syariah, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm. 111. 32 Azzam, Fiqh Muamalat, hlm. 47.
dalam akad jual beli penjual selalu menjadi yang melafalkan ijab
dan pembeli menjadi penerima baik diawalkan atau diakhirkan
akadnya.33
Akad (ijab qabul) adalah ikatan kata antara penjual dan
pembeli. Jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab dan qabul
dilakukan, sebab ijab I menunjukan kerelaan (keridhaan). Pada
dasarnya ijab dan qabul dilakukan dengan lisan,34 akan tetapi
masalah ijab kabul ini para ulama fiqh berbeda pendapat,
diantaranya berikut ini:
Pertama, menurut Imam Syafi‟i, jual beli bisa terjadi, baik
dengan kata-kata (lafadz) yang jelas maupun dengan kinayah
(kiasan).35 Akad yang dilakukan dengan tulisan dinyatakan sah
sebagaimana akad yang dilakukan dengan perkataan, dengan
syarat kedua orang yang berakad saling berjauhan atau orang
yang berakad dengan tulisan adalah orang bisu yang tidak bisa
bicara.
Selanjutnya, akad juga dapat dilakukan dengan cara
mengirim utusan, akad ini juga sah dilakukan dengan syarat
orang yang menerima utusan harus mengucapkan qabul setelah
pesan disampaikan. Jual beli juga sah dilakukan dengan isyarat
yang dikenal dari orang bisu karena isyaratnya mengungkapkan
33 Azzam, Fiqh Muamalat, hlm. 29. 34
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 70. 35
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid, terj. Abdurrahman dan Haris Abdullah, (Semarang: Asy-Syifa‟, 1990), hlm. 95.
apa yang ada dalam hatinya, yang memiliki makna sama dengan
perkataan melalui lidah.36
Pendapat selanjutnya ialah penyampaian akad dengan
perbuatan atau disebut juga dengan akad bil-mu‟athah yaitu
mengambil dan memberikan dengan tanpa perkataan (ijab
qabul), sebagaimana seseorang membeli sesuatu yang telah
diketahui harganya, kemudian ia mengambilnya dari penjual dan
memberikan uangnya sebagai pembayaran. Bentuk ini juga
disebut mubadalah karena yang diutamakan pertukarannya.37
4. Syarat Jual Beli
Syarat secara bahasa berarti tanda yang dapat membedakan dari
yang lain. Dalam transaksi muamalah, para fuqaha mengartikan syarat
dengan “semua hal yang mengikut yang lain, baik ada maupun tidak di
luar isi pokoknya”. Dengan demikian, syarat merupakan sesuatu yang
harus ada sebelum dan ketika akad berlangsung. posisi syarat berada di
luar esensi akad, karena yang menjadi esensi akad adalah rukun. Akan
tetapi, adanya rukun tanpa dibarengi terpenuhinya syarat-syarat
menjadikan akad tidak sah.38
Adapun syarat jual beli adalah sebagai berikut:
36 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid 5, terj. Abdurrahim dan Masrukin, (Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009), hlm.161. 37
Suhendi, Fiqh Muamalah, hlm. 74. 38 Juhaya S Pradja, Ekonomi Syariah, hlm.111.
1. Syarat Sah Penjual Dan Pembeli (Aqidain)
a) Berakal,
b) Kehendak sendiri,
c) Baligh .
2. Syarat Sah Objek Akad (Ma‟qud Alaih).
a) Barang yang diperjual-belikan harus suci,
b) Memberi manfaat menurut syariat,
c) Barang itu dapat diserahkan,
d) Milik sendiri, (kecuali ada izin dari pemilik),
e) Barang tersebut diketahui oleh penjual dan pembeli.39
3. Syarat sah Akad
Syarat ini terbagi atas dua bagian, yaitu syarat umum dan
syarat khusus :
a) Syarat umum
Adalah syarat-syarat yang berhubungan dengan
semua bentuk jual beli yang telah ditetapkan oleh syariah
Islam. Di antaranya adalah harus terhindar dari kecacatan
jual beli, yaitu ketidak jelasan, keterpaksaan, pembatasan
dengan waktu, penipuan (garar), kemadharotan, dan
persyaratan yang lainnya.
b) Syarat Khusus
Adalah syarat-syarat yang hanya ada pada barang-
39
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid 12, terj. Kamaluddin A Marzuki, (Bandung: Alma’arif, 1987), hlm. 128.
barang tertentu. Jual beli ini harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut :
a. Barang yang diperjualbelikan harus dapat dipegang yaitu
pada jual beli benda yang harus dipegang sebab apabila
dilepaskan akan rusak atau hilang.
b. Harga awal harus diketahui, yaitu pada jual beli amanat.
c. Serah terima benda dilakukan sebelum berpisah, yaitu
pada jual beli yang bendanya ada di tempat.
d. Terpenuhi syarat penerimaan.
e. Harus seimbang dalam ukuran timbangan, yaitu dalam
jual beli yang memakai ukuran atau timbangan.
f. Barang yang diperjualbelikan sudah menjadi tanggung
jawabnya. Oleh karena itu, tidak boleh menjual barang
yang masih berada di tangan penjual.
4. Jenis-Jenis Akad
a) Salam dan istisna‟
As-salam atau salaf adalah jual beli barang secara tangguh
dengan harga yang dibayarkan di muka. Sedangkan al-istisna‟
adalah akad dengan pihak perjanjian atau pekerja untuk
mengerjakan suatu produk barang (pesanan) tertentu dimana
materi dan biaya produksi menjadi tanggung jawab pihak
pengrajin, “jika meterinya berasal dari pihak pemesan berlaku
sebagai akad ijarah”.
Pada prinsipnya akad istisna‟ menyerupai akad salam di
mana keduanya tergolong bai‟ al-ma‟dum (yakni jual beli tidak
wujud). Namun antara keduanya terdapat beberapa perbedaan
sebagai berikut :
1. Obyek salam bersifat al-dain (tanggungan), sedangkan
obyek istishna‟ bersifat al-ain (benda).
2. Dalam akad salam dibatasi dengan tempo (waktu) yang
pasti.
3. Akad salam bersifat luzum, sedang akad istiṣna‟ tidak
bersifat luzum.
4. Ra‟s al-mal (harga pokok) dalam akad salam harus
dibayarkan secara kontan dalam majelis akad.40
b) Samsarah (Makelar)
Samsarah adalah kosa kata bahasa Persia yang telah
diadopsi menjadi bahasa Arab yang berarti sebuah profesi
dalam menengahi dua kepentingan atau pihak yang berbeda
dengan kompensasi, baik berupa upah (ujroh) atau bonus,
komisi (ji‟alah) dalam menyelesaikan suatu transaksi. Adapun
simsar adalah sebuatan untuk orang yang bekerja untuk orang
lain sebagai penjual maupun membeli.41
40 Rahmat Syafei, Fiqh Muamalah. Hlm. 143. 41 http://ocessss.wordpress.com/2009/07/07/brokerpemakelaran-samsaroh-dalam-islam/ (diakses tanggal 23 november 2012)
http://ocessss.wordpress.com/2009/07/07/brokerpemakelaran-samsaroh-dalam-
B. Gambaran Umum Jual Beli Online
1. Pengertian Jual Beli Online
Kegiatan jual beli online saat ini semakin marak, apalagi situs yang
digunakan untuk melakukan transaksi jual beli online ini semakin baik dan
beragam. Namun, seperti yang kita ketahui bahwa dalam sistem jual beli
online produk yang ditawarkan hanya berupa penjelasan spesifikasi
barang dan gambar yang tidak bisa dijamin kebenarannya. Untuk itu
sebagai pembeli, sangat penting untuk mencari tahu kebenaran apakah
barang yang ingin dibeli itu sudah sesuai atau tidak.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, jual beli adalah
persetujuan saling mengikat antara penjual, yakni pihak yang
menyerahkan barang, dan pembeli sebagai pihak yang membayar harga
barang yang dijual.42Menurut Rahmat Syafe‟i, secara bahasa jual beli
adalah pertukaran sesuatu dengan sesuatu yang lain. 43
Kata Online terdiri dari dua kata, yaitu On (Inggris) yang berarti hidup
atau didalam, dan Line (Inggris) yang berarti garis, lintasan, saluran atau
jaringan.44Secara bahasa online bisa diartikan “di dalam jaringan” atau
dalam koneksi. Online adalah keadaan terkoneksi dengan jaringan
internet. Dalam keadaan online, kita dapat melakukan kegiatan secara
aktif sehingga dapat menjalin komunikasi, baik komunikasi satu arah
42 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Edisi IV (Cet. I; Jakarta: PT Gramedia Pustaka, 2008). hlm. 589. 43
Rahmat Syafei, Fiqh Muamalah (Cet. X; Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001). hlm. 73 44
“Sederet.com”, Online Indonesian English Dictionary. http://mobile.sederet.com/ (5 Februari 2015).
seperti membaca berita dan artikel dalam website maupun komunikasi
dua arah seperti chatting dan saling berkirim email. Online bisa diartikan
sebagai keadaan dimana satu perangkat dengan perangkat lainnya saling
terhubung sehingga dapat saling berkomunikasi.
Dari pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
jual beli online adalah persetujuan saling mengikat melalui internet antara
penjual sebagai pihak yang menjual barang dan pembeli sebagai pihak
yang membayar harga barang yang dijual.
Jual beli secara online adalah aktivitas jual beli yang dilakukan di
internet. Tidak ada kontak secara langsung antara penjual dan pembeli.
Jual beli dilakukan melalui suatu jaringan yang terkoneksi dengan
menggunakan handphone, komputer, tablet, dan lain-lain.
2. Dasar Hukum Jual Beli Online
Selain jual beli yang diatur dalam hukum islam, dasar hukum
transaksi elektronik juga diatur dalam hukum positif, yaitu:
a) Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU RI No. 11
Tahun 2008 tentang Iinformasi dan Transaksi Elektronik)
Menurut pasal 1 ayat 2 UU ITE, disebutkan: Transaksi Elektronik
adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan komputer,
jaringan komputer, dan/atau media elekronik lainnya.
Dalam pasal 3 UU ITE disebutkan juga bahwa: Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dilaksanakan berdasarkan
asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, iktikad baik, dan
kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi.
Pada pasal 4 UU ITE tujuan pemanfaatan teknologi dan informasi
elektronik, yaitu: Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi
Elektronik dilaksanakan dengan tujuan untuk:
a. Mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai bagian dari masyarakat
informasi dunia;
b. Mengembangkan perdagangan dan perekonomian nasional dalam
rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
b) Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata)
Jual beli adalah perjanjian, sebagaimana dimaksud dalam pasal
1313 KUH Perdata, yaitu: Suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
3. Subjek dan Objek Jual Beli Online
Dalam transaksi jual beli online, penjual dan pembeli tidak bertemu
langsung dalam satu tempat melainkan melalui dunia maya. Adapun yang
menjadi subjek jual beli online tidak berbeda dengan jual beli secara
konvensional, yaitu pelaku usaha selaku penjual yang menjual barangnya
dan pembeli sebagai konsumen yang membayar harga barang. Penjualan
dan pembelian online terkadang hanya dilandasi oleh kepercayaan,
akhirnya pelaku jual beli online kadang tidak jelas sehingga rentan
terjadinya penipuan.
Adapun yang menjadi objek jual beli online, yaitu barang atau jasa
yang dibeli oleh konsumen, namun fisik barang atau jasa tidak dilihat
langsung oleh pembeli selaku subjek jual beli online. Sangat berbeda
dengan jual beli secara konvensional dimana penjual dan pembeli dapat
bertemu dan melihat objek jual beli secara langsung, sehingga
memungkinkan pembeli mendapatkan kepastian terkait dengan kualitas
barang yang ingin dibelinya, sehingga sangat minim terjadi tindakan
penipuan.45
4. Tempat Jual Beli Online
Ada beberapa tempat yang biasa ditempati oleh pelaku usaha untuk
berjualan online, yaitu:46
a. Marketplace
E- marketplace merupakan media online berbasis internet (web
based) tempat melakukan kegiatan bisnis dan transaksi antara pembeli
dan penjual. Pembeli dapat mencari supplier sebanyak mungkin dengan
kriteria yang diinginkan sehingga memperoleh sesuai harga pasar.
Sedangkan bagi supplier penjual dapat mengetahui perusahaan-
perusahaan yang membutuhkan produk/jasa.
45 Disa Nusia Nisrina, Skripsi S1:” TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI ONLINE” (Makassar: UIN Alauddin, 2015), hlm. 50. 46
Marketing. “Lima Tempat Jualan Online”. Blog Marketing. http//Marketing.blogspot.com/ 2013/04/22/ lima-tempat-jualan-online.html (1 Mei 2015)
Pelaku usaha menjajakan produk yang dijual dengan mengunggah
foto produk dan deskripsi produk yang dijual di marketplace. Marketplace
tersebut telah menyediakan sistem yang tertata sehingga pelaku usaha
hanya perlu menunggu notifikasi jika ada konsumen yang melakukan
pembelian. Contoh dari marketplace adalah Tokopedia, Shopee dan
sebagainya.
b. Website
Seorang pelaku usaha online dapat membuat situs yang ditujukan
khusus untuk berbisnis online. Situs tersebut memiliki alamat atau nama
domain yang sesuai dengan nama toko offlinenya.
Untuk membuat situs dengan nama yang sesuai seperti itu, pelaku
usaha harus membayar biaya hosting. Beberapa penyedia web
menawarkan paket-paket situs dengan harga yang berbeda-beda. Ada
yang termasuk template atau desain dari situs tersebut, atau ada pula
yang terpisah. Ini tergantung paket apa yang dipilih oleh seorang pelaku
usaha. Contohnya ialah, True Linkswear, Bukupedia, Babyzania dan
sebagainya.
c. Webblog
Pelaku usaha yang memiliki budget yang terbatas bisa
mengandalkan weblog gratis seperti blogspot atau wordpress. Dengan
format blog, pelaku usaha dapat mengatur desain atau foto-foto produk
yang ia jual. Contohnya ialah: www.bajumuslimtermurah.blogspot.com,
http://morinabusana.blogspot.com
http://www.bajumuslimtermurah.blogspot.com/
d. Forum
Salah satu tempat berjualan secara online yang paling banyak
digunakan adalah forum online yang digunakan sebagai tempat jual beli.
Biasanya, forum ini disediakan oleh situs-situs yang berbasis komunitas
atau masyarakat. Dari forum ini, seseorang dapat menemukan apa yang
ia cari dan apa yang sebaiknya ia jual. Untuk mengakses dan membuat
posting di sebuah forum, pelaku usaha diharuskan untuk sign up terlebih
dahulu untuk menjadi member dari situs tersebut. Contohnya ialah,
Kaskus.co.id, Paseban.com
e. Media Sosial
Salah satu sarana yang cukup efektif untuk berbisnis online, adalah
media yang menyentuh masyarakat secara personal, yaitu media sosial.
Contohnya ialah, Facebook, Twitter, Instagram, dan lain-lain.
C. Gambaran Umum Sistem Dropshipping
Berbisnis online memungkinkan adanya transaksi antara penjual dan
pembeli, meski tanpa bertatap muka secara langsung. Yang dibutuhkan
pembeli saat bertransaksi online adalah informasi produk dan adanya
kepastian bahwa pesanannya akan diterima sesuai permintaan. Pembeli
tidak butuh informasi mengenai siapa penjual dan dari mana produk yang
dipesannya berasal.
Fenomena keanoniman penjual online ini kemudian berkembang
menjadi sebuah trend bisnis yang dikenal dengan nama dropshipping.
Secara istilah dropshipping adalah metode jual beli secara online.
Dropshipping adalah istilah bagi toko online, dan dropshipper adalah
perusahaan yang menawarkan barang dagangan untuk dijual yang akan
mengirim barang langsung kepada konsumen setelah toko online
membayar harga barang dan biaya pengiriman.47
Dropshipping mirip dengan metode penjualan eceran. Uniknya, si
pengecer tidak perlu menyimpan atau memiliki produk secara fisik.
Pengecer menjalin kerjasama bisnis dengan perorangan atau perusahaan
grosir (wholesaler/supplier), yang merupakan pemasok dari produk yang
dijual oleh si pengecer. Seluruh permintaan produk yang didapat dari
pembeli diteruskan kepada perusahaan grosir. Pihak perusahaan grosir
inilah yang nantinya akan mengirimkan pesanan kepada pembeli.
Hal menarik dari trend dropshipping ini adalah ketidaktahuan calon
pembeli bahwa ia sedang bertransaksi online dengan pengecer yang
sebenarnya tidak memegang produk secara fisik. Transaksi semacam ini
hanya mungkin terjadi di bisnis dunia maya.
Seorang dropshipper alias pelaku bisnis dropshipping hanyalah
menyebarluaskan informasi produk kepada sebanyak-banyaknya orang.
Ketika dropshipper mendapatkan pembeli, ia akan meneruskan pesanan
kepada wholesaler/supplier. Dropshipper hanya menawarkan produk
kepada pembeli, tanpa perlu perlu menyetok produk sama sekali.48
47 Sulianta, Terobosan Berjualan Online, hlm. 3. 48 Mauren Anindya, “Pahami Untung-Rugi Menjalankan Bisnis Dropship”, artikel diakses pada 29 Oktober 2014 dari http://netpreneur.co.id/pahami-untung-rugi-menjalankan-bisnis-dropship/#.VFB65iKUeQ4
http://netpreneur.co.id/pahami-untung-rugi-menjalankan-bisnis-dropship/#.VFB65iKUeQ4
1. Kelebihan dan kekurangan sistem dropshipping
Jual beli sistem dropshipping memiliki kelebihan dan
kekurangan yang didapatkan, berikut beberapa kelebihan dan
kekurangan jika menerapkan sistem ini, khususnya bagi
dropshipper:49
a. Kelebihan Dropshipping
1) Menjadi dropshipper tidak direpotkan dengan stok barang.
2) Menjadi dropshipper tidak direpotkan waktu, sehingga jika
anda bekerja maka jual beli sistem dropshipping menjadi bisnis
sampingan.
3) Menjadi dropshipper tidak dipusingkan dengan komplain
produk oleh costumer.
4) Menjadi dropshipper tidak direpotkan dengan kenaikan dan
penurunan harga.
5) Menjadi dropshipper tidak direpotkan biaya produksi.
6) Menjadi dropshipper tidak direpotkan proses pembuatan
produk.
7) Menjadi dropshipper tidak direpotkan pengemasan dan
pengiriman barang, karena dilakukan oleh supplier.
b. Kekurangan Dropshipping
1) Harga produk tidak bisa dibuat oleh dropshipper.
49
Ahmad Syafii, Step by Step Bisnis Dropshipping dan Reseller, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2013), hlm. 5-6
2) Semua produk tidak bisa dimodifikasi/diganti oleh
dropshipper .
3) Produk bukan milik dropshipper sepenuhnya karena
dropshipper hanya sebatas menjual atau mempromosikan
saja.
4) Kesulitan memantau stok barang, karena barang yang dijual
tidak bersifat ready stock, tentu harus bolak-balik
menghubungi supplier untuk memastikan bahwa stok barang
ada dan mungkin hal ini akan memberikan kesulitan
tersendiri.
5) Kesulitan menjawab komplain dari konsumen, mengingat
barang yang dijual tidak secara langsung dikirim sendiri oleh
dropshipper, maka bisa saja saat konsumen atau pembeli
melakukan komplain (misal karena ada cacat atau
kerusakan barang yang diterima pembeli) dropshipper akan
mengalami kesulitan tersendiri. Tentu dropshipper tidak bisa
mengelak dari tanggung jawab kepada pembeli karena
mereka beranggapan dropshipper adalah penjual langsung.
6) Tidak bisa Cash On Delivery (COD) biasanya lebih dikenal
dengan membayar di tempat (pada saat diantarkan), jika
konsumen ingin COD maka sebagai dropshipper akan sulit
untuk menjelaskan karena barang tidak ada di tangan
2. Resiko Jual Beli Dengan Sistem Dropshipping
Dalam hal ini bisa terhadap penjual dan pembeli, yaitu:50
a. Risiko Penjual:
1. Pembatalan pesanan ketika barang sudah diproduksi.
2. Jaringan trouble (akses terputus).
3. Pengembalian barang yang tidak sesuai pesanan pembeli.
4. Penipuan, ketika barang sudah dikirim tetapi uang belum
ditransfer.
5. Foto-foto diduplikasi oleh penjual lain
b. Resiko Pembeli
1. Barang datang terlambat tidak sesuai dengan
kesepakatan.
2. Barang tidak sesuai dengan yang diinginkan (tidak sesuai
dengan spesifikasi iklan.
3. Kualitas dan harga tidak sebanding.
4. Penipuan, uang sudah ditransfer tetapi barang tak kunjung
datang.
5. Kurangnya transparasi produk yang dijual.
Berikut daftar dropshipper yang ada di Indonesia menurut G.M.
Susanto, yang merupakan praktisi bisnis online:51
50 http://en.wikipedia.org/wiki/dropshipping.html. Diakses pada 05 Maret 2016, 10:37 WIB 51
G. M. Susanto, “Daftar Toko Online yang Menerima Reseller dan Dropshipping Untuk Market Indonesia.” Lihat situs resmi http: //gmsusantotutorial.com/daftarreseller-toko-online.pdf. (diakses 5 Desember 2014).
No.
Daftar Dropshipper
Website Produk
1 www.jualbajubatikpekalongan.com Baju batik pekalongan
2 www.grosirfashionkoreamurah.com Kaos import Korea dan
Jepang
3 www.pusatbikinkaosjaket.com Kaos dan jaket
4 www.omahcantik.com Baju anak branded
5 www.kiosgabag.com Cooler bag merek gabag
6 www.belanjaonlinebaju.com Kaos distro branded
7 www.lasiennewebstore.com Baju fashion wanita
8 www.batiktradisijawa.blogspot.com Berbagai jenis batik Jawa
9 www.GeraiKalea.tk Pakaian wanita dan
muslimah
10 www.grosirbusanagamis.com Gamis muslim
11 www.GrosirAksesorisJilbab.net Aksesoris Muslimah
12 www.grosirfashionmuslim.com Perlengkapan muslim
13 www.kiosbajumuslimah.com Baju Muslimah
14 www.anakmamashop.com Baju anak karakter kartun
http://www.jualbajubatikpekalongan.com/http://www.grosirfashionkoreamurah.com/http://www.pusatbikinkaosjaket.com/http://www.omahcantik.com/http://www.kiosgabag.com/http://www.belanjaonlinebaju.com/http://www.lasiennewebstore.com/http://www.geraikalea.tk/http://www.grosirbusanagamis.com/http://www.grosiraksesorisjilbab.net/http://www.grosirfashionmuslim.com/http://www.kiosbajumuslimah.com/http://www.anakmamashop.com/
15 http://glamourgallery.tk Baju, sandal, mukena, jam
tangan
Tabel 1.1: Daftar alamat situs Dropshipping
Dropshipping jika dilihat dari strategi dan mekanismenya terbagi
menjadi dua, yaitu strategi dropshipping murni (umum) dan strategi
dropshipping campuran.
Strategi dropshipping murni (umum) adalah strategi yang dilakukan
oleh Dropshipping dengan menjual satu jenis barang dan rekanan
Dropshipping yang terbatas, sedangkan strategi Dropshipping campuran
adalah strategi yang diterapkan oleh dropshipping dengan menjual
berbagai macam produk, rekanan dropshipping yang memadai, dan
membangun brand produk sendiri.52
No Daftar Toko Online (Dropshipping) Murni Website Jenis
1 https://www.facebook.com/fashion.azzura Facebook
2 https://www.facebook.com/Juni.Busana/27213883
2975971
3 https://www.facebook.com/uluttupperware?fref=ts Facebook
4 https://www.facebook.com/azuy.shop Facebook
5 https://www.facebook.com/Syafa.Online?fref=ts Facebook
52 Sulianta, Terobosan Berjualan Online, 102.
http://glamourgallery.tk/https://www.facebook.com/fashion.azzurahttps://www.facebook.com/Juni.Busana/272138832975971https://www.facebook.com/Juni.Busana/272138832975971
6 https://www.facebook.com/tas.Batam Facebook
7 https://www.facebook.com/penjual.Jeans?fref=ts Facebook
8 www.sheshacollactionbatam.blogspot.com Blog
9 www.outletbusanamuslim.com Website
10 www.utamadata.com Website
11 https://www.facebook.com/christofel.moderno Facebook
12 https://www.facebook.com/batam.889 Facebook
13 http://opick_cell_27.tokobagus.com/ Online Mall
14 http://onespyshop1.tokobagus.com/ Online Mall
15 https://www.facebook.com/tokosoftlens Facebook
16 https://www.facebook.com/toko.sepatu.902?fref=ts Facebook
17 https://www.facebook.com/tokobaju.remaja?fref=ts Facebook
18 https://www.facebook.com/Nellaawaty?fref=ts Facebook
19 https://www.facebook.com/toko.hijabers?fref=ts Facebook
20 https://www.facebook.com/jilbab.hijabers?fref=ts Facebook
21 https://www.facebook.com/tokoreplika.sport?fref=ts Facebook
Tabel 1.2 Daftar alamat situs Dropshipping murni.
http://www.outletbusanamuslim.com/http://www.utamadata.com/https://www.facebook.com/tokosoftlens
No Daftar Toko Online (Dropshipping) Campuran Website
Jenis
1 www.fashionbranded.com/pionbreak Website
2 www.pusathargamurah.net Website
3 www.toko5.com Website
4 http://www.istanabmarket.toko.pro/ Website
5 www.rumahbacazahra.com Website
6 https://www.facebook.com/toko.fesyen?fref=ts Facebook
7 https://www.facebook.com/tokohjnurjana.fesyen?fr
ef=ts
8 https://www.facebook.com/toko.victorybags?fref=ts Facebook
9 https://www.facebook.com/miko.ismanto2?fref=ts Facebook
10 https://www.facebook.com/tglo.sport?fref=ts Facebook
11 https://www.facebook.com/tokointan.cirebon?fref=t
s
12 https://www.facebook.com/toko.colection?fref=ts Facebook
13 https://www.facebook.com/toko.bajudanhijab?fref=t
s
http://www.fashionbranded.com/pionbreakhttp://www.pusathargamurah.net/http://www.toko5.com/http://www.rumahbacazahra.com/https://www.facebook.com/tokohjnurjana.fesyen?fref=tshttps://www.facebook.com/tokohjnurjana.fesyen?fref=tshttps://www.facebook.com/tokointan.cirebon?fref=tshttps://www.facebook.com/tokointan.cirebon?fref=tshttps://www.facebook.com/toko.bajudanhijab?fref=tshttps://www.facebook.com/toko.bajudanhijab?fref=ts
14 https://www.facebook.com/toko.aksesoris.585?fref
=ts
15 https://www.facebook.com/ayobelanjaa?fref=ufi&p
nref
16 https://www.facebook.com/bajumartprofile?pnref=s
tory
17 https://www.facebook.com/outfitfun?pnref=story Facebook
Tabel 1.3 Daftar alamat situs Dropshipping campuran.
Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa transaksi
dropshipping memang sedang marak dilakukan oleh pelaku bisnis online
tidak terkecuali pebisnis online muslim. Padahal transaksi dropshipping
belum jelas keabsahan status hukumnya secara syari‟ah.
https://www.facebook.com/toko.aksesoris.585?fref=tshttps://www.facebook.com/toko.aksesoris.585?fref=tshttps://www.facebook.com/ayobelanjaa?fref=ufi&pnrefhttps://www.facebook.com/ayobelanjaa?fref=ufi&pnrefhttps://www.facebook.com/bajumartprofile?pnref=storyhttps://www.facebook.com/bajumartprofile?pnref=story
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah jenis penelitian
kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu penelitian yang
dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang
ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian
dilakukan.53
Penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif bertujuan
menggali atau membangun satu proporsi atau menjelaskan makna dibalik
realita. Peneliti berpijak dari realita atau peristiwa yang berlangsung
dilapangan.54 Penelitian metode kualitatif dapat diartikan sebagai
penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif, mengenai kata-kata
lisan maupun tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-
orang yang diteliti.55
Penelitian kualitatif juga merupakan penelitian yang menghasilkan
deskripsi berupa kata-kata atau lisan dari fenomena yang diteliti atau dari
orang-orang yang berkompeten dibidangnya.
53 Suharsimi Arikunto, Management Penelitian, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2005), hlm.234. 54 Burhan Bungin, Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.82. 55 Bagong Suyanto, Metode Penelitian Sosial, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), hlm. 166.
B. Sumber Data
Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif
adalah kata- kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain.56
a. Data Primer
Data primer diambil dari kaidah dan ayat-ayat Al-Qur‟an serta Al-
Hadits yang berkaitan dengan judul, dan juga Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
b. Data Sekunder
Data sekunder diambil dari berbagai buku atau kitab, jurnal, dan
bacaan lainnya dari media massa baik cetak maupun elektronik yang
berhubungan serta mendukung penelitian ini.
C. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
normatif, yaitu mendekati masalah yang diteliti dengan melihat bagaimana
pelaksanaan transaksi dropshipping dalam dunia bisnis.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan cara book
survey, dengan menggali data-data yang dibutuhkan dalam
penyusunan penelitian ini. Penyusunan merujuk pada buku atau kitab,
56
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.157.
jurnal, dan bacaan lainnya dari media massa baik cetak maupun
elektronik.
E. Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah kegiatan yang dilakukan oleh peneliti
setelah pengumpulan data dari lapangan, seperti informasi yang diperoleh
dari observasi yang merujuk pada buku atau kitab, jurnal, data-data dari
media massa baik cetak maupun elektronik, media internet dan media
lainnya. Data-data yang diperoleh tersebut kemudian dipilah menjadi satu
yang dapat dikelola, menemukan pola yang kemudian dapat membantu
peneliti untuk menentukan data mana yang penting atau tidak penting
untuk dipelajari.
BAB IV
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP
TRANSAKSI SISTEM DROPSHIPPING
A. Analisis Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli Online
Untuk mengetahui apakah jual beli online bertentangan atau tidak
ditinjau dari hukum Islam, maka perlu diselaraskan dengan syarat dan
rukun jual beli, yaitu:
1. Orang yang Berakad
Secara umum al-„aqid (pelaku) jual beli disyaratkan harus cakap
hukum dan memiliki kemampuan untuk melakukan transaksi atau mampu
menjadi pengganti orang lain jika ia menjadi wakil. Pihak-pihak yang
berakad harus sudah mencapai tingkatan mumayyiz. Menurut ulama
Malikiyah dan Hanafiyah yang dikatakan mumayyiz mulai sejak usia
minimal 7 tahun.
Oleh karena itu, dipandang tidak sah suatu akad yang dilakukan oleh
anak kecil yang belum mumayyiz, orang gila, dan lain-lain. Sedangkan
menurut ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah mensyaratkan „aqid harus baligh,
berakal, mampu memelihara agama dan hartanya.57
Dalam transaksi jual beli online, masing-masing pihak yang terlibat
transaksi telah memenuhi kriteria tamyiz karena telah mampu
57
H. Suhartono, “Transaksi E-Commerce Syariah (Suatu Kajian terhadap Perniagaan Online dalam Perspektif Hukum Perikatan Islam)”, Mimbar Hukum dan Peradilan, no. 72 (2010): hlm. 143.
mengoperasikan komputer dan tentunya telah memenuhi ketentuan
memiliki kecakapan yang sempurna dan mempunyai wewenang untuk
melakukan transaksi dan hal ini tidak mungkin dilakukan oleh orang yang
tidak memiliki kecakapan yang sempurna, seperti dilakukan oleh anak
kecil yang belum berakal atau orang gila.
Adapun keberadaan penjual dan pembeli, meskipun dalam transaksi
jual beli online tidak bertemu langsung, akan tetapi telah terjadi saling
tawar- menawar atau interaksi jual beli antara penjual dan pembeli.
Dengan demikian syarat orang yang berakad dalam jual beli telah
terpenuhi.
2. Sighat (Lafal Ijab dan Kabul)
`Sighat akad (ijab dan kabul) adalah sesuatu yang disandarkan dari
dua pihak yang berakad yang menunjukkan atas apa yang ada dihati
keduanya tentang terjadinya suatu akad. Wahbah al-Zuhaili berpendapat
bahwa definisi akad dengan makna pertemuan ijab dan kabul yang
dibenarkan oleh syariat yang menimbulkan akibat hukum terhadap
objeknya.58 Ijab dan kabul merupakan unsur terpenting dari suatu akad
karena dengan adanya ijab dan kabul, maka terbentuklah suatu akad
(contract).59
Dalam hukum Islam, pernyataan ijab dan kabul dapat dilakukan
dengan lisan, tulisan atau surat-menyurat, atau isyarat yang memberi
58
Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Jilid 4 (Beirut: Dar al-Fikr, 1989), hlm. 81. 59 Ala’ Eddin Kharofa, Transactions in Islamic Law, (Malaysia: A.S. Noordeen, 1997), hlm. 10.
pengertian dengan jelas tentang adanya ijab dan kabul dan dapat juga
berupa perbuatan yang telah menjadi kebiasaan dalam ijab dan kabul. Ijab
dan kabul dalam jual beli perantara, baik melalui orang yang diutus,
maupun melalui media tertentu, seperti surat-menyurat, telepon. Ulama
fikih telah sepakat menyatakan bahwa jual beli melalui perantara, baik
dengan utusan atau melalui media tertentu adalah sah, apabila antara ijab
dan kabul sejalan.60
Sayyid Sabiq mengatakan:
َجابِ ٌْ ُع ِبااألِ ٌْ ْنَعقُِد اْلَب ٌَ ْنَعقُِد ِبا آََما ٌَ ُكوَن آلِّ ِمَن ِكَتاَبِة ِبَشرْ لَو اْلَقُبْو ل ٌَ ٍط أَْن
ًدا َعِن اآلَخِر، أَو اْلُمَتَعا ٌْ ِن َبِع ٌْ ُكوَن اْلَعاقُِد ِباْلِكَتاَبِة أَْخرَ قَِد ُع اْلَكالَمِ ٌَ ٌْ ْسَتِط ٌَ 61 َس الَ
Artinya: “Sebagaimana transaksi jual beli biasanya dinyatakan sah dengan ijab kabul, maka demikian pula sah dengan tulisan apabila kedua orang yang berakad itu berjauhan tempatnya atau orang yang berakad itu bisu”.
Tujuan yang terkandung dalam pernyataan ijab dan kabul harus jelas
dan dapat dipahami oleh masing-masing dari kedua belah pihak yang
melakukan transaksi jual beli. Selain itu, pelaksanaan ijab dan kabul juga
harus berhubungan langsung dalam suatu majelis. Adapun ijab dan kabul
dibolehkan ditempat yang berbeda selama antara penjual dan pembeli
sudah memahami satu sama lain.
Mengenai satu majelis ini, Wahbah al-Zuhaili menyatakan bahwa
maksud satu majelis bukanlah bermakna kedua belah pihak yang
melakukan akad itu harus berada di tempat yang sama. Sebab boleh jadi 60
Abdul Azis Dahlan, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid 3, hlm. 830. 61 Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, juz 3, (Beirut: Dar Al-Fath lil i’lam al-‘Arobi: t.th.), h. 148.
seseorang duduk di tempat yang lain dan seorang lagi berada di tempat
lain. Tetapi keduanya dapat melakukan kontak hubungan bisnis dengan
misalnya via telepon atau surat. Dengan demikian, yang dimaksud dengan
satu majelis adalah ketika terjadi transaksi, kedua belah pihak (penjual
dan pembeli) berada dalam satu masa atau waktu.62
Jumhur ulama berpendapat bahwa jual beli seperti ini dibolehkan
apabila hal tersebut sudah merupakan kebiasaan suatu masyarakat,
asalkan telah terpenuhi unsur kerelaan antara kedua belah pihak.
Mengenai hal ini, Imam Asy-Syaukani berpendapat:
وقد قال هللا تعالى "تجارة عن تراض"63
فدل ذلك على أن مجرد التراضى ھو
بلفظ أو إشارة أو كناٌة بأى لفظ وقع و أى االمناط وال بد من الداللة علٌھ
صفة كان, وبأى إشارة مفٌدة حصل 64
Artinya: “Allah telah berfirman: “jual beli di atas prinsip sukarela”. Hal ini menegaskan bahwa prinsip yang paling mendasar dalam jual beli adalah suka sama suka antara penjual dan pembeli. Seseorang dapat mengungkapkan persetujuannya dengan berbagai cara, seperti dengan isyarat, tulisan, perantara, berita dan sebagainya, yang terpenting maksudnya tersampaikan”.
Oleh Karena itu, Imam Asy-Syaukani menolak pendapat jumhur
ulama yang memandang sahnya jual beli hanya dengan ijab kabul secara
lisan dan dengan ungkapan tertentu.
62 Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Jilid 4, hlm. 108-109. 63
QS. An-Nisa/4: 29. 64
Muhammad bin Ali al-Syaukani, Al-Darari al-Mudhi’ah Syarah al-Durar al-Bahiyyah, (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1307 H/ 1987 M), hlm. 250.
Penolakannya didasarkan pada lafal amm (umum) dan tijarah
(perniagaan) yang mengandung makna “segala bentuk jual beli”, yang
wajib dilakukan atas dasar suka sama suka. Perasaan suka sama suka
tidak mutlak hanya terucap dengan ucapan lisan, tetapi dapat juga
dilakukan dengan cara-cara lain, asal dapat dimengerti oleh kedua belah
pihak.65
Menurut Imam Malik dan Ahmad Ibnu Hanbal, jika seorang pembeli
mengambil suatu barang dagangan dan memberikan harganya, tanpa
mengucapkan suatu ucapan atau tanpa isyarat kepada penjual, jual
belinya sah, karena perbuatan tukar-menukar demikian sudah merupakan
bukti suka sama suka. Sebab, kalau salah satu pihak tidak suka, tentu ia
tidak akan memberikan miliknya kepada pihak yang lain.66
Dalam transaksi jual beli online, penjual dan pembeli bertemu dalam
satu majelis, yaitu yang dinamakan majelis maya. Penjual dan pembeli
tidak berada dalam satu tempat tertentu dalam arti secara fisik karena bisa
saja transaksi dilakukan dari berbagai negara yang berbeda.
Pada dasarnya, pernyataan kesepakatan pada transaksi jual beli
online sama dengan pernyataan kesepakatan sebagaimana transaksi
dalam hukum Islam. Pernyataan itu dapat dilakukan dengan berbagai cara
dan melalui berbagai media, selama dapat dipahami maksudnya oleh
penjual dan pembeli dan tentunya atas dasar kerelaan antara kedua pihak
yang melakukan transaksi.
65
Imam al-Syaukani, Al-Darari al-Mudhi’ah Syarah al-Durar al-Bahiyyah, h. 250. 66 Wahbah al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Jilid IV, h. 99.
3. Objek Transaksi Jual Beli
Dalam perikatan (akad) jual beli dipandang sah apabila telah
terpenuhinya rukun dan syarat jual beli.67 Dalam Islam, keabsahan
material yang diperjualbelikan diantaranya:
1. Barang yang diperjualbelikan harus ada. Jumhur ulama telah
sepakat bahwa tidak boleh menjual barang yang ghaib, yaitu
barang yang tidak dilihat oleh kedua orang yang berakad atau
salah satunya.68 Oleh karena itu, tidak sah jual beli yang barangnya
tidak ada atau dikhawatirkan tidak ada.
2. Barang yang dijual harus mal muqawwam yaitu setiap barang yang
memiliki nilah manfaat dan dapat dimiliki secara langsung .
3. Barang yang dijual harus bisa diserahkan pada saat dilakukannya
akad jual beli.
Menurut Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) Pasal 76,
menegaskan syarat objek yang diperjualbelikan meliputi:69
1. Barang yang dijualbelikan harus ada.
2. Barang yang dijualbelikan harus dapat diserahkan.
3. Barang yang dijualbelikan harus berupa barang yang memiliki
nilai/harga tertentu.
67 Ahmad Mujahidin, Prosedur Penyelesaian Sengketa Ekonomi Syariah di Indonesia (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 161. 68
Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqh Muamalat Sistem Transaksi dalam Fiqh Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hlm. 60. 69 Anggota IKAPI, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (Bandung: FOKUSMEDIA, 2010), hlm. 30.
4. Barang yang dijualbelikan harus halal.
5. Barang yang dijualbelikan harus diketahui oleh pembeli.
6. Kekhususan barang yang dijualbelikan harus diketahui.
7. Penunjukan barang dianggap memenuhi syarat kekhususan
barang yang dijualbelikan jika barang itu ada di tempat jual beli.
8. Sifat barang yang dapat diketahui secara langsung oleh pembeli
tidak memerlukan penjelasan lebih lanjut.
9. Barang yang dijual harus ditentukan secara pasti pada waktu
akad.
Objek transaksi jual beli harus ada atau tampak pada saat akad
terjadi. Terhadap objek yang tidak tampak, ulama Syafi‟iyah dan
Hanafiyah melarang secara mutlak, kecuali dalam beberapa hal seperti
jasa. Namun demikian, ulama fikih sepakat bahwa barang yang dijadikan
akad harus sesuai dengan ketentuan syariat, seperti objek yang halal,
dapat diberikan pada waktu akad, diketahui oleh kedua belah pihak, dan
harus suci.70
Bentuk objek akad dapat berupa benda berwujud dan benda yang
tidak berwujud. Mengenai komoditi atau barang yang dijadikan objek
transaksi jual beli online tergantung pada penawaran pihak penjual dan
pemesanan dari pembeli mengenai jenis barang apa dan bagaimana yang
akan dibeli.
70
Suhartono. “Transaksi E-Commerce Syariah (Suatu Kajian terhadap Perniagaan Online dalam Perspektif Hukum Perikatan Islam)”. Mimbar Hukum dan Peradilan, no. 72 (2010): hlm. 145.
Dalam transaksi jual beli online, komoditi yang diperdagangkan
dapat berupa komoditi digital dan non digital. Komoditi digital seperti surat
kabar elektronik, majalah online, digital library, ebook, domain, dan lain-
lain, dapat langsung diserahkan kepada pembeli melalui media internet.
Sedangkan komoditi non digital, tidak dapat diserahkan langsung melalui
media internet, namun dikirim melalui jasa kurir sesuai dengan
kesepakatan spesifikasi komoditi atau barang dan tempat penyerahan.
Dapat disimpulkan bahwa belum adanya komoditi pada saat akad,
bukan berarti akadnya tidak sah ataupun dikategorikan gharar, karena
objek dalam transaksi jual beli online, meski belum ada pada saat akad,
tetap dipastikan ada kemudian hari. Kendatipun Pembeli tidak dapat
melihat langsung objek dalam transaksi jual beli online, karena yang
ditampilkan di internet adalah berupa foto benda tersebut, sehingga
pembeli sulit memastikan apakah barang itu ada atau tidak. Tetapi,
barang yang ditransaksikan dalam jual beli online ini sebenarnya telah ada
dan siap dikirim atau bersifat pemesanan. Mengenai jual beli barang yang
tidak ada ditempat akad jual beli, dapat dilakukan asalkan kriteria atau
syarat barang yang dijanjikan sesuai dengan informasi, maka jual beli
tersebut sah.71
Pada dasarnya, objek yang dijadikan komoditi dalam transaksi jual
beli online, tidak berbeda dengan transaksi yang ada dalam hukum Islam,
selama objek transaksi tersebut halal, bermanfaat, dan memliki kejelasan
71 Misbahuddin, E-Commerce dan Hukum Islam, h. 264.
baik bentuk, fungsi dan keadaannya serta dapat diserahterimakan pada
waktu dan tempat yang telah disepakati oleh penjual dan pembeli. Apabila
objek jual beli online terdapat ketidaksesuaian antara apa yang
ditampilkan di internet pada layar komputer atau ponsel dengan barang
yang telah diterima oleh pembeli, maka pembeli berhak khiyar, apakah
ingin mengambil barang itu atau mengembalikannya kepada penjual.
4. Ada Nilai Tukar Pengganti
Para ulama telah sepakat bahwa nilai tukar pengganti barang dalam
transaksi harus dapat ditentukan dan diketahui oleh pihak-pihak yang
terlibat dalam transaksi. Hal ini dimaksudkan untuk menghilangkan
ketidakjelasan yang dapat menimbulkan perselisihan di kemudian hari,
misalnya pembayaran dilakukan dengan uang, harus dijelaskan jumlah
mata uang yang digunakan atau apabila dengan barang, maka harus
dijelaskan jenis, kualitas, sifat barang tersebut.72
Dalam transaksi jual beli online, sebelum proses pembayaran
dilakukan, masing-masing pihak penjual dan pembeli telah menyepakati
mengenai jumlah dan jenis mata uang yang digunakan sebagai
pembayaran serta metode pembayaran yang digunakan, misalnya dengan
kartu kredit. Pada saat penjual dan pembeli telah mencapai kesepakatan,
kemudian melakukan pembayaran melalui bank, dan setelah pembayaran
telah diterima oleh penjual dan pembeli telah mengirimkan bukti
72
H. Suhartono, “Transaksi E-Commerce Syariah (Suatu Kajian terhadap Perniagaan Online dalam Perspektif Hukum Perikatan Islam)”, hlm. 146.
pembayaran atau kuitansi pembelian, maka penjual mengirim barang
sesuai spesifikasi yang diinginkan pembeli.
Pembayaran harga dalam transaksi jual beli online pada prinsipnya
telah memenuhi ketentuan-ketentuan yang ada dalam sistem perikatan
Islam. Pembayaran atau harga dalam transaksi jual beli online merupakan
sesuatu yang bernilai dan bermanfaat. Uang yang digunakan sebagai alat
pembayaran pengganti barang dapat ditentukan dan diketahui oleh pihak-
pihak yang terlibat dalam transaksi dan dibayarkan sesuai kesepakatan
penjual dan pembeli.
Pada dasarnya, jual beli termasuk muamalah yang hukumnya
dibolehkan, kecuali ada dalil yang mengharamkannya. Setelah mengkaji
rukun dan syarat jual beli dalam hukum Islam, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa transaksi jual beli online ini tidak bertentangan dengan
hukum Islam, baik dari segi orang yang berakad, sighat (lafal ijab dan
kabul), objek transaksi, dan nilai tukar barang, selama dalam transaksi itu
tidak ada unsur haram, seperti riba, gharar (penipuan), ketidakjelasan,
dan merugikan hak orang lain, pemaksaan, dan tentunya barang atau jasa
yang jadi objek transaksi adalah halal, bukan yang bertentangan dengan
al-Qur‟an dan Hadits, seperti narkoba, bangkai, babi, dan lain-lain
sebagainya.
Jual beli online, jika dilihat dari aspek maqashid syariah, terdapat
kemaslahatan, berupa kemudahan transaksi, dan efisiensi waktu. Karena
memang syari‟at Islam itu ditetapkan untuk kemaslahatan manusia baik di
dunia maupun di akhirat. Jual beli dalam hukum Islam juga tidak melihat
dari segi jenis atau model sarana yang digunakan, tetapi lebih ditekankan
pada prinsip moral seperti kejujuran dan prinsip kerelaan antara kedua
belah pihak. Karena menjual barang yang cacat tanpa memberitahukan
kepada pembeli tentu tercela dalam Islam.
B. Analisis Hukum Dropshipping Menurut Syariah
Berdasarkan data yang telah dirangkum mengenai sistem jual beli
dropshipping, adapun cara penjualan dalam sistem dropshipping , sebagai
berikut:
a. Dropshipper mengiklankan produk supplier ke berbagai media
sosial atau toko online yang telah dibuat. Gambar-gambar dan keterangan
yang berkaitan dengan produk yang diiklankan didapat dari pihak supplier.
b. Pembeli (konsumen) kemudian melihat iklan penjualan barang
dari dropshipper di berbagai media sosial.
c. Konsumen yang tertarik untuk membeli kemudian melakukan
order (pesan) ke pihak dropshipper. Setelah melakukan pemesanan
barang pihak dropshipper menanyakan ketersediaaan barang yang
dipesan konsumen kepasa supplier. Setelah pihak konsumen dan
dropshipper sepakat melakukan transaksi kemudian konsumen
mentransfer sejumlah uang yang telah disepakati kepada dropshipper.
d. Setelah menerima pembayaran dari pihak konsumen,
dropshipper kemudian meneruskan pesanan barang ke pihak supplier dan
mentrasfer sejumlah harga barang yang telah dipesan konsumen
ditambah dengan harga pengiriman barang.
e. Setelah supplier menerima pembayaran dan pesanan barang
dari pihak dropshipper, maka pihak supplier memproses pesanan tersebut
dengan melakukan pengepakan dan mengirimkan barang tersebut ke
alamat konsumen menggunakan jasa pengiriman. Di dalam paket
pengiriman barang tersebut ditulis keterangan pengirim adalah pihak
dropshipper dan penerima adalah pihak konsumen.73
Dilihat dari prosedur-prosedur di atas, dropshipper dapat melakukan
penjualan dengan tanpa menyetok barang karena barang diperoleh dari
supplier dan tanpa modal uang sama sekali karena droshipper baru akan
mentransfer uang kepada supplier setelah menerima transferan uang dari
konsumen.
Oleh karena sistem dropshipping berpotensi mengandung unsur
gharar , maka bahasan peneliti lebih terfokus padanya. Di dalam Islam
sudah diatur tata cara jual beli yang baik dan benar yang tidak akan
merugikan pihak manapun