Upload
ngobao
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERAN ISTRI
SEBAGAI TKW UNTUK MENUNJANG NAFKAH
KELUARGA DI DESA CIMENTENG KECAMATAN
CAMPAKA KABUPATEN CIANJUR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi
Salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh
Ibnu Hadjar Al-Asqolani
NIM: 208044100018
K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1435 H/2014 M
TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERAN ISTRI
SEBAGAI TKW UNTUK MENUNJANG NAFKAH
KELUARGA DI DESA CIMENTENG KECAMATAN
CAMPAKA KABUPATEN CIANJUR
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi
Salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh
Ibnu Hadjar Al-Asqolani
NIM : 208044100018
Pembimbing
Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, M.A
NIP. 197608072003121001
K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A G A M A
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
J A K A R T A
1435 H/2014 M
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERAN ISTRI
SEBAGAI TKW UNTUK MENUNJANG NAFKAH KELUARGA DI DESA
CIMENTENG KECAMATAN CAMPAKA KABUPATEN CIANJUR, telah
diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 20 September 2012. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
pada Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhsiyyah).
Jakarta, 30 Januari 2014
Mengesahkan
Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, S.H., M.A., M.M
NIP. 195505051982031012
PANITIA UJIAN
1. Ketua : Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H., M.A. (…………………….)
NIP. 195003061976031001
2. Sekretaris : Rosdiana, M.A. (…………………….)
NIP. 196906102003122001
3. Pembimbing : Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie, M.A (.……………..........)
NIP. 197608072003121001
4. Penguji 1 : Drs. H. A. Basiq Djalil, S.H., M.A. (……..…….……….)
NIP. 195003061976031001
5. Penguji 2 : Rosdiana, M.A. (…………………….)
NIP. 196906102003122001
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 30 Januari 2014
Ibnu Hadjar Al-Asqolani
vi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kita haturkan kedapa Allah SWT atas
nikmat tak tergantikan yang diberikan kepada kita. Yaitu Islam sebagai ajaran
yang benar dan Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang mulia. Semoga
dengan mensyukuri segala kenikmatanNya, kita semua senantiasa dalam
lindungan dan hidayahNya. Dan dengan semakin banyak kita bershalawat kepada
RasulNya, semakin besar pula harapan kita mendapat naungan syafaatnya di hari
akhirat kelak. Amin.
Selanjutnya penulis bersyukur atas selesainya penulisan skripsi ini guna
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Syariah pada
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta dengan judul “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERAN ISTRI
SEBAGAI TKW UNTUK MENUNJANG NAFKAH KELUARGA DI DESA
CIMENTENG KECAMATAN CAMPAKA KABUPATEN CIANJUR”.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari betul bahwa masih banyak
kesalahan, kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu besar harapan
penulis ini bukan karya paripurna. Melainkan karya pembuka untuk membuat
karya ilmiah yang lebih sempurna pada tingkat selanjutnya. Tak ada gading yang
vii
tak retak. Tak ada manusia yang sempurna. Karena kesempurnaan hanyalah milik
Allah SWT semata.
Selanjutnya penulis sampaikan, sejak awal masa studi hingga akhir
menyelesaikan skripsi ini tentunya tidak terlepas berkat dukungan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan yang berbahagia ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, M.A., M.M., selaku Dekan Fakultas Syariah
dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. H. A. Mukri Adji., MA selaku Pudek 1 Fakultas Syariah dan Hukum
sekaligus merangkap sebagai Ketua Program Non-Reguler.
3. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, M.A., selaku pembimbing yang dengan berbagai
kesibukannya masih sempat untuk berdiskusi dan memeriksa skripsi penulis
serta memberikan arahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Mufidah, SH.I selaku Asisten Program Non-Reguler Fakultas Syariah dan
Hukum yang telah membantu saya selama penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh staff pengajar (dosen) Prodi Ahwal Al-Syakhshiyyah Fakultas
Syariah dan Hukum yang telah banyak menyumbang ilmu dan memberikan
motivasi sepanjang penulis berada di sini.
6. Perpustakaan Umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan hukum yang telah memberikan
fasilitas referensi buku-buku dalam studi kepustakaan.
7. Seluruh warga Desa Cimentang Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
viii
8. Kedua orang tuaku yang telah berjuang untuk memberikan penulis semuanya
baik moril maupun materilnya.
9. Teman-teman yang telah meluangkan waktunya untuk berbagi ilmu dan
diskusi yang telah membantu penulis menyusun skripsi ini.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini yang
tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan
do’anya.
Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua dan dapat memberikan sumbangan lebih dalam tentang
keharmonisan keluarga.
Jakarta, 30 Januari 2014
Ibnu Hadjar Al-Asqolani
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN PANITIA UJIAN.......................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN………………………………………………… iv
ABSTRAK…………………………………………………………………… v
KATA PENGANTAR……………………………………………………… vi
DAFTAR ISI……………………………………………………………….... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah………………………………. 1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah…………………... 8
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……………………….. 9
D. Kajian Kepustakaan………………………………….... 10
E. Metode Penelitian ……………………………………. 12
F. Sistematika Penulisan ………………………………… 20
BAB II TENAGA KERJA WANITA DAN RELASI SUAMI
ISTRI DALAM KELUARGA
A. Pengertian Tenaga Kerja Wanita …………………..…. 22
B. Bentuk-bentuk Hak dan Kewajiban Suami Istri …........ 25
C. Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Perundang-
x
Undangan …………………………………………….. 31
BAB III GAMBARAN UMUM DESA CIMENTENG
KECAMATAN CAMPAKA KABUPATEN CIANJUR
A. Kondisi Geografis dan Demografis …………………... 38
B. Sarana dan Prasaran ………................................................ 41
C. Potensi Masyarakat Desa Cimentang…………………. 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Profesi Istri ……….. 48
B. Analisis Penulis……………………………………….. 64
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………… 76
B. Saran-Saran…………………………………………… 77
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 79
LAMPIRAN-LAMPIRAN………………………………………………….. 83
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap pasangan suami istri pasti sangat mendambakan, memiliki
keluarga yang harmonis, keluarga yang mampu membuat rasa letih berkurang
bahkan hilang saat berkumpul dengan mereka, keluarga yang menyegarkan
kepenatan dan kejenuhan, keluarga yang menjadi sumber kebahagiaan,
keluarga yang menjadi sumber semangat inspirasi dan menjadikan keindahan
yang paling indah dalam hidup ini. Hal tersebut senada dengan firman Allah
SWT dalam Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6, menjelaskan tentang perintah
untuk menjaga keluarga dari api neraka.1
Untuk mewujudkan keluarga seperti yang di atas, haruslah bersama-
sama antara suami dan istri untuk mengekalkan cinta yang merupakan
anugerah dari Allah SWT, karena tidak dapat dipungkiri bahwa kualitas
hubungan suami dan istri dalam rumah tangga sangat mempengaruhi keluarga
menjadi sakinah mawaddah wa rahmah. 2
Menurut Prof. DR. Quraish Shihab, mengatakan bahwa Mawaddah
adalah “cinta plus” sedangkan “Rahmah” adalah kondisi psikologis yang
muncul di dalam hati akibat menyaksikan ketidakberdayaan. Rahmah
1 Lihat Al-Qur’an surat At-Tahrim ayat 6, tentang perintah untuk menjaga keluarga
dari api neraka. 2 Sholeh Gisymar, Kado Cinta untuk Istri, (Yogyakarta: Arina, 2005), Cet. Ke-1, h.
91.
2
menghasilkan kesabaran, murah hati, tidak cemburu buta, tidak mencari
keuntungan sendiri, tidak menjadi pemarah apalagi pendendam.3 Kualitas
mawaddah wa rahmah di dalam rumah tangga, yang dipupuk oleh suami dan
istri sangat menentukan bagaimana kondisi rumah tangga tersebut, apakah
bahagia atau tidak.
Keluarga dalam istilah ilmu Fiqh disebut “usroh” atau “qirabah”
yang juga telah menjadi bahasa Indonesia, yaitu “kerabat”. Menurut ajaran
Islam pembentukan keluarga itu sifatnya alamiah, bukan buatan. Karena itu
keluarga hanyalah dapat terjadi karena hubungan keturunan (nasab) dan
karena perkawinan.4
Keluarga adalah bangunan agung manusia yang ditegakan di atas dasar
undang-undang, ikatan kemanusiaan dan tabiat alami yang dimilikinya. Oleh
karena itu Islam telah meletakan dasar untuk menegakannya dengan langkah-
langkah persiapan dan struktural yang dimulai dengan bagaimana memilih
jodoh yang sesuai dengan ajaran Islam.
Dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah unit bangunan dan landasan
pembangunan masyarakat, negara dan kehidupan manusia. Manakala sebuah
keluarga telah terbina dengan baik, memiliki bangunan yang kuat dan
hubungan antara anggota keluarga kokoh, maka kondisi masyarakat akan
3 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur.an, (Bandung: Mizan, 2000), Cet. Ke-11, h.
192. 4 Zakiyah Daradjat, Ilmu Fiqh Jilid 2, (Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995) Cet. ke-1,
h. 119.
3
dinaungi kedamaian dan kehidupan umat pun menjadi bersih dan lepas dari
berbagai kejahatan dan penderitaan. Demikian pula sebaliknya, bila bangunan
keluarga berantakan, hubungan antara anggota keluarga putus, maka
tunggulah pasti kekacaubalauan akan datang menimpa, penderitaan dan
kesedihanpun juga akan menghampiri, yang pada hakikatnya manusia akan
kehilangan keharuman rasa cinta dan kasih sayang.5
Islam mengajak manusia untuk hidup dalam naungan keluarga, karena
keluarga seperti gambaran kecil dalam kehidupan stabil yang menjadi
pemenuhan keinginan manusia tanpa menghilangkan kebutuhannya.6
Membina sebuah rumah tangga memang bukan hanya untuk saling
menguasai dan memiliki antara satu pihak dengan pihak yang lain. Karena
pernikahan bukan hanya sebagai sarana pemuas nafsu seksual semata. Di
dalamnya terdapat banyak tugas dan kewajiban yang besar bagi kedua belah
pihak termasuk tanggung jawab ekonomi untuk mencari nafkah.
Nafkah merupakan satu hak yang wajib dipenuhi oleh seorang suami
terhadap istrinya, nafkah ini bermacam-macam, bisa berupa makanan, tempat
tinggal, pelajaran (perhatian), pengobatan, dan juga pakaian meskipun wanita
5 A. Chumaidi Umar, Terjemahan Al-Usroh Al-Muslimah, (Bandung: Mizan, 1990),
Cet ke-1, h. 69-70. 6Ali Yusuf As-Suubki, Fiqh Keluarga; Pedoman Berkeluarga Dalam Islam,
(Jakarta: Amzah), Cet. Ke-1, h. 1.
4
itu kaya.7 Memberikan nafkah itu wajib bagi suami sejak akad nikahnya sudah
istrinya dan ini berarti berlakulah segala konsekwensinya secara spontan. Istri
menjadi tidak bebas lagi setelah dikukuhkannya ikatan perkawinan sah dan
benar, maka sejak itu seorang suami wajib menanggung nafkah.8
Keberadaan nafkah sebagai konsekuensi hubungan keluarga,
melahirkan peranakan hukum yang saling berkaitan. Nafkah tidak sekadar dan
sesederhana bagaimana menghadirkan sesuap nasi, atau membungkus tubuh
dengan sehelai baju, tetapi bagaimana implikasinya dalam tatanan hukum
keluarga yang sarat akan tanggung jawab personal.
Dalam kehidupan sehari-hari, setiap keluarga memiliki kebutuhan
yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier.9 Ada
kalanya seorang suami tidak memiliki cukup kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan tersebutnya. Oleh karenanya, dalam waktu dan kondisi sekarang
berbeda, perempuan telah memiliki peluang yang sama dengan laki-laki untuk
menjadi unggul dalam berbagai bidang kehidupan, bahkan secara ekonomi
tidak lagi tergantung pada laki-laki.
7 Abdul Hamid Kisyik, Bimbingan Islam untuk Mencapai Keluarga sakinah, Al
Bayan Kelompok Penerbit Mizan, terj. Bina’ Al- Usrah Al- Muslimah; Mausu’ah Al- Zuwaj
Al- Islami, (Kairo, Mesir, t.t.), h. 128. 8 Abdul Hamid Kisyik, Bimbingan Islam untuk Mencapai Keluarga sakinah, Al
Bayan Kelompok Penerbit Mizan, terj. Bina’ Al- Usrah Al- Muslimah; Mausu’ah Al- Zuwaj
Al- Islami, h. 134. 9 Kebutuhan primer, sekunder dan tersier adalah kebutuhan pokok yang dibutuhkan
oleh manusia, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain.
5
Banyak fenomena yang muncul pada masyarakat sekarang dijumpai
perempuan berperan sebagai pencari nafkah utama bagi keluarganya. Seperti
halnya di Desa Cimenteng Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur.
Dalam keadaan terhimpit ekonomi banyak dari mereka bekerja di luar
negeri menjadi Tenaga Kerja Wanita (TKW) seperti di Arab Saudi, Malaysia,
Hongkong, Brunai Darussalam dan sebagainya, mereka mengabdikan dirinya
di negeri orang demi terpenuhinya kebutuhan ekonomi keluarga, istri sebagai
pencari nafkah utama keluarga ini sifatnya hanya sementara waktu saja.
Sehingga terpisahnya jarak dan waktu bersama keluarga. Maka istri tidak
dapat lagi melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai istri dalam rumah
tangga untuk sementara waktu. Dengan munculnya fenomena tersebut maka
mengakibatkan adanya dampak bagi kelangsungan hidup rumah tangga.
Menurut Ibnu Ahmad Dahri, motif yang mendasari istri untuk bekerja
di luar rumah adalah:10
(1) Motif Ekonomi. Seorang wanita yang karena penghasilan orang tua atau
suaminya tidak mencukupi dan terpaksa turut bekerja.
(2) Motif sebagai Alternatif. Seorang wanita yang bekerja bukan semata-mata
karena uang, karena penghasilan suaminya sudah cukup untuk
menghidupi keluarganya.
10
Ibnu Ahmad Dahri, Peran Ganda Wanita Modern, (Jakarta: Al-Kausar, 1992), h.
31.
6
Kebanyakan perempuan yang sudah menikah menyatakan bahwa
bekerja akan memberi mereka tambahan pendapatan untuk menutupi
kekurangan ekonominya, namun dalam kebanyakan kasus, tekanan ekonomi
bukanlah alasan yang utama, tetapi untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi atau pun untuk memenuhi kebutuhan sekolah anak-anaknya.
Dengan bekerjanya istri menjadi TKW di luar negeri maka banyak istri
yang meninggalkan keluarga demi untuk meningkatkan kesejahteraan
keluarga, sehingga secara otomatis semua tugas istri dalam keluarga diambil
alih oleh suami termasuk dalam “Asah, Asih, Asuh” anak yang seharusnya
menjadi tanggung jawab bersama (suami-istri).
Pada dasarnya konsep hubungan suami istri yang ideal menurut Islam
adalah konsep kemitrasejajaran atau hubungan yang setara antara keduanya
namun konsep kesetaraan atau kemitrasejajaran dalam hubungan suami istri
tidak begitu saja mudah diterapkan dalam kenyataan hidup sehari-hari.
Buktinya sering dijumpai banyak berbagai hambatan untuk mewujudkan nilai
yang ideal tadi. Hal ini dipengaruhi oleh keterbatasan-keterbatasan satu sama
lain yang dimiliki oleh manusia, kemampuan antara manusia yang satu
dengan manusia yang lain juga berbeda, oleh karena itu, wajar bila pada suatu
waktu kaum laki-laki yang diunggulkan, karena memang dia berhak
menyandang posisi sebagai pemimpin. Laki-laki yang mempunyai kelebihan
kekayaan dan kemampuan berburu, sehingga memungkinkan bagi kaum laki-
7
laki untuk mencari nafkah. Sementara kaum perempuan dalam kondisi yang
sebaliknya.11
Cimenteng merupakan salah satu desa yang berada di wilayah
Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat dengan luas
wilayah sebesar 1.497,5 Ha, dan terbagi kedalam sembilan perkampungan,
dari ke sembilan perkampungan yang ada di Desa Cimenteng hampir
kebanyakan setiap istri menjadi TKW ke luar negeri, bahkan tak jarang
perempuan yang belum berumah tanggapun pergi merantau ke luar negeri
sebagai TKW karena terbawa kemanisan cerita dari para perempuan yang
sudah pernah bekerja di luar negeri, selain alasan tersebut juga karena
himpitan ekonomi keluarga yang mendorong setiap perempuan di Desa
Cimenteng pergi bekerja di luar negeri untuk menjadi TKW.
Dengan motivasi untuk mengubah nasib maupun adanya daya tarik
upah yang relatif tinggi di luar negeri, mengakibatkan banyak para perempuan
di Desa Cimenteng Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur rela menjadi
TKW di luar negeri, bahkan para wanita yang telah bersuamipun telah banyak
menjadi TKW di luar negeri. Menurut Ignas Bethan, bahwa “sebagian wanita
11
Ratna Batara Munti, Perempuan Sebagai Kepala Rumah Tangga, Diterbitkan atas
Kerja Sama Lembaga Kajian Agama dan Jender, (Jakarta: Solidaritas Perempuan, 1999), h.
56-58.
8
Indonesia bersedia berangkat ke Saudi Arabia untuk menjadi tenaga kerja
wanita karena ingin mengubah nasib”. 12
Dari kenyataan-kenyataan yang sudah dipaparkan diatas, penulis
menganggap bahwa masalah ini merupakan masalah yang sangat penting dan
menarik untuk dikaji, untuk itu melihat fenomena tersebut penulis tertarik
untuk membahasnya dengan mengadakan kajian dalam bentuk skripsi yang
berjudul: “TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERAN ISTRI
SEBAGAI TKW UNTUK MENUNJANG NAFKAH KELUARGA DI DESA
CIMENTENG KECAMATAN CAMPAKA KABUPATEN CIANJUR”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih terarah dan efisien, maka
penulis membatasi pembahasannya seputar:
a) Tinjauan hukum Islam terhadap profesi istri di Desa Cimenteng dalam
menunjang nafkah keluarga sebagai TKW ke luar negeri menurut
pandangan al-Qur’an, as-Sunnah dan Para Ulama.
b) Analisis pentasharrufan gaji istri selama menjadi TKW di luar negeri.
2. Perumusan Masalah
Sejatinya dalam agama Islam mengajarkan bahwa pemberian nafkah
keluarga diwajibkan kepada suami untuk menafkahi semua keluarganya.
12
Ignas Bethan, TKW di Timur Tengah, (Jakarta: Asy-Ayaamil dan Grafika, 1993),
h. 801.
9
Bahkan hukumnya adalah wajib bagi seorang suami untuk menafkahi
semua anggota keluarganya sehingga tidak ada yang kekurangan dan
sesuai dengan kemampuan seorang suami. Tetapi kenyataannya banyak
fenomena yang terjadi pada masyarakat kita khusunya di daerah-daerah
kewajiban pemberian nafkah ini bergeser bahkan beralih kepada seorang
istri yang seharunya mereka tidak perlu mencari nafkah untuk
keluarganya. Oleh karena itu, berdasarkan pernyataan di atas penulis
merumuskan pertanyaan sebagai berikut:
a) Tinjauan hukum Islam terhadap profesi istri di Desa Cimenteng dalam
menunjang nafkah keluarga sebagai TKW ke luar negeri menurut
pandangan al-Qur’an, as-Sunnah dan Para Ulama?
b) Bagaimana mengenai tasharruf gaji istri selama menjadi TKW di luar
negeri?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pandangan hukum Islam terhadap profesi istri di
Desa Cimenteng dalam menunjang nafkah keluarga sebagai TKW ke
luar negeri menurut pandangan al-Qur’an, as-Sunnah dan Para Ulama.
b. Untuk mengetahui pentasharrufan gaji istri selama menjadi TKW di
luar negeri.
2. Manfaat Penelitian
10
Adapun manfaat dari hasil skripsi ini adalah:
a. Dengan penelitian ini diharapkan bagi penulis dapat menambah
wawasan dan pengetahuan mengenai realita kehidupan rumah tangga
TKW di Desa Cimenteng Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur.
b. Untuk menambah perbendaharaan perpusatakaan Fakultas Syariah dan
Hukum serta perpustakaan umum tentang penelitian mengenai peran
istri menjadi TKW untuk memenuhi kebutuhan keluarga di Desa
Cimenteng Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan perubahan yang
lebih dalam pada masyarakat mengenai pentasharrufan gaji istri
selama menjadi TKW ke luar negeri.
d. Memberikan informasi yang berharga dalam menambah
pengetahuannya tentang peran istri menjadi TKW ke luar negeri untuk
memenuhi kebutuhan keluarga di Desa Cimenteng Kecamatan
Campaka Kabupaten Cianjur.
D. Kajian Kepustakaan
Ada beberapa penelitian skripsi yang menyangkut tema mengenai
TKW/TKI, diantaranya adalah:
No Judul Skripsi Penyusun Tahun
1 Perlindungan Tenaga Kerja Wanita Dalam Ikho Rosikhoh 1999
11
Perspektif Hukum Islam (studi kasus pada PT.
Sandratex Ciputat)
2 Tinjauan Hukum Islam Terhadap Hak-Hak
Tenaga Kerja Wanita
Maria Ulfah 2003
3 Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perusahaan
Jasa Tenaga Kerja Indonesia Dalam Upaya
Perlindungan Tenaga Kerja si Duar Negeri
(Studi Kasus di PT. PJTKI)
Muhammad Irfan
2005
Penelitian yang dilakukan saudari Ikho Rosikhoh tahun 1999 Fakultas
Syariah dan Hukum sangat menarik mengenai “Perlindungan Tenaga Kerja
Wanita Dalam Perspektif Hukum Islam (studi kasus pada PT. Sandratex
Ciputat),13
skripsi tersebut menjelaskan mengenai perlindungan TKW dalam
perspektif Islam, dalam skripsinya melakukan studi kasus di PT. Sandratex
Ciputat, tetapi tidak menjelaskan dampak keharmonisan keluarga TKW.
Penelitian yang dilakukan saudari Maria Ulfah Fakultas Syariah dan
Hukum tahun 2003 juga sangat menarik mengenai “Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Hak-Hak Tenaga Kerja Wanita”14
dalam skripsi tersebut
13
Ikho Rosikhoh “Perlindungan Tenaga Kerja Wanita Dalam Perspektif Hukum
Islam (studi kasus pada PT. Sandratex Ciputat)”. (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1999), h. 8.
14 Maria Ulfah, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Hak-Hak Tenaga Kerja Wanita”,
(Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2003), h. 12.
12
menjelaskan bagaimana hak-hak TKW menurut hukum Islam, tetapi dalam
skripsi tersebut tidak menjelaskan mengenai tasharruf gaji TKW tersebut.
Penelitian yang dilakukan saudara Muhammad Irfan Fakultas Syariah
dan Hukum tahun 2005 sangat menarik mengenai “Tinjauan Hukum Islam
Terhadap Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia Dalam Upaya
Perlindungan Tenaga Kerja di Duar Negeri (Studi Kasus di PT. PJTKI)”,15
dalam skripsi tersebut menjelaskan bagaimmana perusahaan PJTKI dalam
melindungi para TKI yang bekerja di luar negeri secara hukum Islam, tetap
dalam skripsi tersebut membahas bagaimana faktor-faktor yang
melatarbelakangi para TKI untuk bekerja di luar negeri.
Dari topik-topik yang diangkat penulis tersebut diatas, sudah jelas ada
perbadaan antara penelitian yang akan penulis lakukan dengan menggunakan
data deskriftif, yakni mengenai peran istri menjadi TKW untuk memenuhi
nafkah utama keluarga di Desa Cimenteng Kecamatan Campaka Kabupaten
Cianjur serta bagaimana tasharruf gajinya.
E. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa penelitian
studi kasus dengan penguraian secara deskritif tentang peran istri menjadi
15
Muhammad Irfan, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perusahaan Jasa Tenaga
Kerja Indonesia Dalam Upaya Perlindungan Tenaga Kerja di Duar Negeri (Studi Kasus di
PT. PJTKI)”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2005), h. 10.
13
TKW untuk menunjang nafkah keluarga di Desa Cimenteng Kecamatan
Campaka Kabupaten Cianjur.
Adapun yang dimaksud dengan penelitian deskriptif menurut Soerjono
Soekanto adalah suatu penelitian yang dimaksud untuk memberikan data
seteliti mungkin tentang manusia, keadaan gejala-gejala lainnya.16
Selain itu penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang
tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial
atau hubungan antara fenomena yang diuji.17
Ciri penelitian yang
mengunakan tipe deskriptif sebagaimana dikemukankan Winarno
Surachmad, maka dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
a) Memusatkan diri pada analisa masalah-masalah yang ada pada
masa sekarang dan pada masalah yang aktual.
b) Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan
kemudian dianalisa.
2. Jenis Data dan Sumber Data
a. Jenis Data
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis data
yaitu:
1) Data Primer
16
Soerjono Soekanto, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), h.
10. 17
Wikipedia, “Penelitian Deskriptif-Wikipedia Bahasa Indionesia”, artikel diakses
pada 19 Januari 2013 dari http://id.m.wikipedia.org/wiki/penelitian_deskriptif.
14
Yaitu data yang diperoleh langsung melalui obyek penelitian,
yakni para istri yang pernah menjadi TKW di luar negeri serta
keluarga TKW termasuk suami dan orang tuanya yang ada kaitannya
dengan materi skripsi ini.
2) Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari laporan-laporan atau data yang
didapat dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku,
dokumen-dokumen, internet dan kepustakaan lain yang berkaitan dan
ada relevansi dengan skripsi ini.
b. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data menurut Suharsini Arikunto
adalah subyek dari mana data diperoleh.18
Dalam penulisan skripsi ini,
penulis menggunakan dua sumber data yaitu:
1) Studi Kepustakaan (Library research)
Yaitu dengan mempelajari dan memanfaatkan beberapa informasi
yang diperlukan melalui buku-buku, maupun laporan studi yang
relevan berkaitan dengan permasalahan, baik catatan maupun laporan
serta instansi lain yang terkait yang hendak diangkat oleh penulis.
2) Studi lapangan (Field research)
18
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Bina Aksara, 1989), h. 10.
15
Yaitu mengadakan penelitian serta pengamatan langsung kepada
objek yang diamati pada tempat penelitian dalam rangkaian
memperoleh data kongkrit tentang masalah yang diselidiki.19
Metode
ini digunakan untuk mendapatkan data tentang TKW serta keadaan
keluarga TKW di Desa Cimenteng Kecamatan Campaka Kabupaten
Cianjur.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan sebagai bahan
penulisan skripsi ini, maka yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Wawancara ( Interview )
Pengumpulan data dalam penelitaan ini cenderung menggunakan
data primer yang berupa wawancara, yaitu melakukan tanya jawab
langsung terhadap objek penelitian untuk memperoleh data-data yang
berhubungan erat dengan masalah yang dibahas. Antara lain kepada
para para istri yang pernah menjadi TKW di luar negeri, para suami,
kepala Desa, serta keluarga TKW yang ada di Desa Cimenteng
Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur yang menjadi responden
dalam skripsi ini.
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terbuka artinya
wawancara yang subjeknya mengetahui bahwa mereka sedang
diwawancarai dan mengetahui maksud dan tujuan wawancara tersebut.
19
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 9.
16
Tipe Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak
berstruktur yaitu wawancara yang dilakukan dengan tidak dibatasi
oleh waktu dan daftar urutan pertanyaan, tetapi tetap berpegang pada
pokok penting permasalahan yang sesuai dengan tujuan wawancara
Pertanyaan dalam wawancara merupakan pertanyaan terbuka,
yaitu pertanyaan yang variasi jawabannya belum ditentukan terlebih
dahulu, sehingga responden mempunyai kebebasan untuk menjawab
dari pertanyaan yang diajukan.20
b. Dokumentasi
Yaitu pengumpulan data dengan cara mencatat dokumen-
dokumen atau catatan-catatan, metode ini digunakan untuk
mendapatkan data tentang keadaan keluarga TKW di Desa Cimenteng
Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur.
4. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Bila kita ingin
memperoleh data yang akurat mengenai kehidupan masyarakat yang
diteliti, maka diupayakan data primer dan sekunder. Sehubungan
dengan itu subjek penelitian dalam skripsi ini adalah para istri yang
20
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, ed., Metode Penelitian Survei, (Jakarta:
LP3SS, 1989), h. 221.
17
telah menjadi TKW di luar negeri, suami, dan keluarga TKW yang ada
di Desa Cimenteng Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi terjangkau yang
memiliki sifat yang sama dengan populasi. Menurut Suharsimi
Arikunto, sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang
diteliti.21
Mengingat begitu besar dan luasnya populasi dalam
penelitian ini, maka kurang memungkinkan jika melakukan penelitian
populasi secara keseluruhan, oleh karena itu untuk mendapatkan hasil
yang memuaskan maka penulis menggunakan sampel, yakni
mengambil sebagian dari populasi. Sempel yang diambil adalah 10
perempuan (istri) yang sudah pernah bekerja menjadi TKW di luar
negeri, 10 responden dari suami yang pernah atau masih di tinggal
istrinya ke luar negeri sebagai TKW, 5 responden dari perempuan
belum menikah yang sudah pernah menjadi TKW ke luar negeri dan 5
responden dari masyarakat Desa Cimenteng Kecamatan Campaka
Kabupaten Cianjur dengan jumlah total sebanyak 30 responden.
5. Tehnik Analisa Data
Setelah data primer dan data sekunder diperoleh, lalu diperiksa untuk
mengetahui apakah benar-benar dapat dipercaya secara akurat, maka data
tersebut kemudian dianalisis dan ditafsirkan secara logis atau masuk akal
21
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, h. 234
18
dan sistematis dengan metode induktif dan deduktif. Sistematis maksudnya
adalah setiap analisis saling berkaitan satu sama lain.
Metode induktif22
maksudnya adalah dari data yang khusus ditarik
kesimpulan ke yang umum, setelah dihubungkan dengan studi
kepustakaan mengenai TKW, mencari nafkah menurut hukum Islam serta
hak dan kewajiban suami istri menurut hukum Islam dan undang-undang
pernihakan.
Sedangkan metode deduktif 23
adalah dari data yang umum terlebih
dahulu, untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang khusus
yaitu bagaimana faktor-faktor yang melatarbelakangi istri menjadi TKW
terhadap keharmonisan rumah tangganya, serta uraian dalam studi
kepustakaan dijadikan pedoman untuk diterapkan pada data yang
diperoleh. Selanjutnya data dideskripsikan dan ditafsirkan melalui
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Reduksi Data
Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan ( Library research )
dan Studi lapangan ( Field research ) akan di cek kelengkapannya
dan kemudian dipilah-pilah berdasarkan satuan konsep, kategori,
dan tema mengenai TKW. Dalam hal ini data yang tidak
22
Metode Induktif adalah metode yang digunakan dalam berfikir dengan bertolak
dari hal-hal khusus ke umum.
23 Metode Deduktif adalah metode berfikir yang menerapkan hal-hal yang umum
terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang khusus.
19
diperlukan disisihkan sehingga hanya data yang diperlukan saja
yang akan dipakai.
2) Display Data
Mengingat banyaknya data yang harus dianalisis dan untuk
mengurangi tingkat kesulitan dalam pemaparan dan penegasan
kesimpulan, maka analisis data menggunakan model analisis isi
dan analisis wacana.24
Sehingga keseluruhan data dan bagian-
bagian rinciannya dapat dipaparkan secara jelas.25
3) Kesimpulan
Analisis data secara logis berarti cara berfikir yang digunakan
haruslah urut serta tetap dan tidak berubah, serta tidak ada
pertentangan didalamnya, sehingga kesimpulan yang ditarik bisa di
pertanggung jawabkan secara masuk akal atau logis. Dari
pembahasan dan analisis ini, maka akan diperoleh kesimpulan
yang memberikan jawaban atas permasalahan yang ada.
6. Tehnik Penulisan
Dalam tehnik penulisan dan pedoman yang digunakan oleh penulis
dalam skripsi ini disesuaikan dengan kaidah-kaidah penulisan karya
24
Analisis Isi adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi
suatu informasi tertulis. Sedangkan Analisis Wacana adalah analisis isi yang lebih bersifat
kualitatif dan dapat menjadi salah satu alternatif untuk melengkapi dan menutupi kelemahan
dari isi kuantiatif.
25 Azharuddin Lathif, dkk., “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum”, (Jakarta: 2012), h. 21.
20
ilmiah pada buku “Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan
Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012”.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran secara sistematis agar memudahkan
penulisan skripsi maka disusun sistematika penyusunannya terdiri dari lima
bab, dengan sub-sub bagian termasuk pendahuluan. Adapun perinciannya
sebagai berikut:
Bab satu pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Masalah,
Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Kajian
Kepustakaan, Metode Penelitian dan Sitematika Penyusunan.
Bab dua menjelaskan tentang, Pengertian Tenaga Kerja Wanita,
Nafkah Dalam Prinsip Islam, Profesi Istri sebagai TKW dan Mencari Nafkah
dalam Pandangan Hukum Islam, Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut
Fiqh, meliputi Bentuk-bentuk Hak dan Kewajiban Suami Istri, Kewajiban
Nafkah Suami Menurut Fuqaha, Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut
Perundang-undangan meliputi Hak dan Kewajiban Suami Menurut Undang-
Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, dan Hak dan Kewajiban Suami Istri
Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI)
Bab tiga menjelaskan tentang Gambaran umum Desa Cimenteng
Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur, Data Tenaga Kerja Wanita di Desa
21
Cimenteng Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur, dan Kehidupan
Keluarga TKW di Desa Cimenteng Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur.
Bab empat menjelaskan tentang Faktor-Faktor yang melatar belakangi
seorang istri menjadi TKW di Desa Cimenteng Kecamatan Campaka
Kabupaten Cianjur, Tasharruf Gaji Istri Selama Menjadi TKW di Luar
Negeri, dan Dampak Keharmonisan Rumah Tangga Selama Istri Menjadi
TKW ke Luar Negeri.
Bab lima merupakan penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran-
Saran.
22
BAB II
TENAGA KERJA WANITA
DAN RELASI SUAMI ISTRI DALA KELUARGA
A. Pengertian Tenaga Kerja Wanita
Tenaga kerja Indonesia (TKI) adalah sebutan bagi warga negara
Indonesia yang bekerja keluar negeri seperti, Arab Saudi, Malaysia,
Hongkong, Brunei Darusalam dan negara-negara lainnya. Istilah TKI
seringkali dikonotasikan dengan pekerja kasar, TKI perempuan sering disebut
TKW.
TKW di Indonesia sering disebut sebagai pahlawan devisa negara
karena dalam setahun bisa menghasilkan devisa 60 triliun rupiah (pada tahun
2006). Arus migrasi penduduk dari desa ke kota atau dari satu negara ke
negara lainnya menunjukkan frekuensi yang kian hari kian meningkat.1
Meningkatnya frekuensi itu dalam pengamatan penulis disebabkan
oleh dua faktor, pertama, faktor pendorong dan kedua, faktor penarik. Faktor
pendorong penduduk untuk melakukan migrasi dari satu daerah ke daerah
lainnya adalah kondisi ekonomi daerah asal yang masih tergolong miskin dan
tidak memungkinkan penduduknya untuk hidup layak, sementara beban hidup
1 Ricardo Simatupang, Pengertian TKI, artikel diakes pada 2 April 2013 dari
http://rloen.blogspot.com/2012/10/pengertian-tki.html.
23
makin meningkat. Sedangkan faktor penariknya adalah adanya perbedaan
upah yang sangat mencolok antara daerah asal dan daerah tujuan.2
Dalam kenyataannya sekarang ini keberadaan TKW menjadi ajang
pungli pagi para pejabat dan agen terkait, bahkan di Bandara Soekarno –
Hatta, mereka menyediakan terminal tersendiri (terminal III) yang terpisah
dari terminal penumpang umum.
Pada tanggal 9 maret 2007 kegiatan operasional di bidang Penempatan
dan Perlindungan TKW di luar negeri dialihkan menjadi tanggung jawab
BNP2TKI. Sebelumnya seluruh kegiatan operasional dibidang TKI di luar
negeri dilaksanakan oleh Ditjen Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja
Luar Negeri (PPTKLN).
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia (BNP2TKI) adalah sebuah lembaga Pemerintah non departemen di
Indonesia yang mempunyai fungsi pelaksanaan kebijakan di bidang
penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri secara terkoordinir dan
terintegrasi. Lembaga ini dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 81
Tahun 2006. Adapun tugas pokok dari BNP2TKI adalah sebagai berikut:
1) Melakukan penempatan atas dasar perjanjian secara tertulis antara
Pemerintah dengan pemerintah negara Pengguna TKI atau pengguna
badan hukum di negara tujuan penempatan;
2 Abdul Haris, Memburu Ringgit Membagi Kemiskinan: Fakta di Balik Migrasi
Orang Sasak ke Malaysia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), h. 1.
24
2) Memberikan pelayanan, mengkoordinasi dan melakukan pengawasan
mengenai dokumen calon TKI;
3) Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP);
4) Penyelesaian masalah-masalah yang terjadi pada TKI;
5) Sumber-sumber pembiayaan;
6) Informasi;
7) Pemberangkatan sampai pemulangan TKI;
8) Peningkatan kualitas calon TKI dan kualitas pelaksanaan penempatannya;
9) Peningakatan dan Kesejahteraan TKI dan keluarganya;
Untuk melaksanakan penempatan jasa tenaga kerja dikordinir oleh
Dapertemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi melalui lembaga antar kerja
antar negara. Pelaksanaan pengiriman tenaga kerja dilaksanakan oleh
Perusahaan Pengiriman Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI).3
Undang-Undang yang mengatur perlindungan TKW adalah Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di
luar negeri antara dua lembaga yaitu Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi, Badan Nasional Penempatan Tenaga Kerja Indonesia.
Sejak tahun 2007, BNP2TKI telah melakukan pelayanan TKI yang
dilaksanakan pemerintah, perjalanan sejarah TKW menjadi alasan pembenar
bahkan apa yang biasanya dilakukan di masa lalau itu yang paling benar.
3 Arif Nasution M, Globalisasi dan Migrasi Antar Negara, (Bandung: Alumni,
1999), h. 4.
25
Di era globalisasi seperti sekarang ini, Penempatan dan Perlindungan
TKW paling tidak harus berpedoman kepada dua Undang-Undang yaitu
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 beserta peraturan dan
pelaksanaannya. Apabila kedua Undang-Undang dan Peraturan dan
pelaksanaannya dipahami dengan benar, maka siapapun atau lemabaga
manapun tidak akan terjebak masalah kewenangan. Karena siapapun sebagai
pemangku kewenangan bukan menjadi ukuran utama namun siapa yang
mengambil peran yang paling benar dalam menjamin hak-hak TKI.
B. Bentuk-bentuk Hak dan Kewajiban
Hikmah diciptakan oleh Allah manusia berpasang-pasangan yang
berlainan bentuk dan sifat, adalah agar masing-masing saling membutuhkan,
saling memerlukan, sehingga dapat hidup berkembang selanjutnya.4
Mendambakan pasangan merupakan fitrah sebelum dewasa, dan dorongan
yang sulit dibendung. Oleh karena itu, agama mensyariatkan dijalinnya
pertemuan antara laki-laki dan perempuan, mengarahkan pertemuan itu
sehingga terlaksananya .perkawinan. dan beralihlah kerisauan laki-laki dan
perempuan menjadi ketentraman dan sakinah.5
4 Amir Taat Nasution, Rahasia Perkawinan dalam Islam: Tuntunan Keluarga
Bahagia, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994), Cet. Ke-3, h. 1. 5 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur.an, (Bandung: Mizan, 2000), Cet. Ke-11, h.
192.
26
Perjanjian yang dibuat oleh seorang muslim untuk menjadikan seorang
muslimah sebagai istri, merupakan perjanjian yang dibuat atas nama Allah.
Karena itu hidup sebagai suami istri bukanlah semata-mata sebuah ikatan
yang dibuat berdasarkan perjanjian dengan manusia, yaitu dengan wali dari
pihak perempuan dan dengan keluarga perempuan itu secara keseluruhan,
serta dengan perempuan itu sendiri, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah
membuat perjanjian dengan Allah. Karena itu, pernikahan adalah salah satu di
antara tanda-tanda kekuasaan Allah.6 Allah SWT berfirman dalam surat Ar-
Rum ayat 21:
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-
tanda bagi kaum yang berfikir.
Ayat tersebut menggambarkan jalinan ketentraman, rasa kasih dan rasa
sayang sebagai suatu ketenangan yang dibutuhkan oleh masing-masing
individu. Laki-laki dan perempuan - ketika jauh dari pasangannya. Setiap
suami istri yang menikah, tentu sangat menginginkan kebahagiaan hadir
6 Rusli Amin, Rumahku Surgaku: Sukses Membangun Keluarga Islami, (Jakarta: Al-
Mawardi Prima, 2003), Cet. Ke-11, h. 24.
27
dalam kehidupan rumah tangga mereka, ada ketenangan, ketentraman,
kenyamanan dan kasih sayang.
Rumah tangga yang menjadi surga dunia! tidaklah identik dengan
limpahan materi, kebahagiaan bukanlah sebuah kemustahilan untuk dicapai,
sebab kebahagiaan merupakan pilihan dan buah dari cara berfikir dan
bersikap. Maka dari itu, hanya dengan pasangannyalah ia dapat menikmati
manisnya cinta dan indahnya kasih sayang dan kerinduan.7
Jika aqad nikah sah dan berlaku, maka ia akan menimbulkan akibat
hukum, dan dengan demikian akan menimbulkan pula hak serta kewajiban
selaku suami istri. Hak dan kewajiban itu ada tiga macam yaitu:
a) Hak istri atas suami
Hak istri yang harus dipenuhi oleh suami terdiri dari hak kebendaan dan
hak rohaniah.8
1) Hak kebendaan
a. Mahar
Diantara hak material istri adalah mahar (mas kawin). Pemberian
mahar dari suami kepada istri adalah termasuk keadilan dan keagungan
Hukum Islam. Jika seorang wanita diberi hak miliknya atas mahar tersebut.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat An-Nisa' ayat 4:
7 Lembaga Darut-Tauhid, Kiprah Muslimah dalam Keluarga Islam, Terj. A.
Chumaidi Umar, (Bandung: Mizan, 1990), Cet. Ke-1, h. 82. 8 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid VII, terjemah Fiqh Sunnah, (Bandung: PT. Al
Ma'arif, t.t.), h. 53.
28
Artinya: “berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu
nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka
menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang
hati, Maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang
sedap lagi baik akibatnya”.
b. Belanja
Yang dimaksud dengan belanja (nafkah) di sini yaitu memenuhi
kebutuhan makan, tempat tinggal, pakaian, pengobatan istri dan pembantu
rumah tangga jika ia seorang kaya. Hukum memberi belanja terhadap istri
adalah wajib.9 Firman Allah dalam surat Al-Baqarah: 233 disebutkan:
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban
9 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid VII, terjemah Fiqh Sunnah, h. 77.
29
ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf.
seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila
keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya
dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu
ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu
apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah
kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu
kerjakan”.
2) Hak bukan kebendaan (rohaniyah)
Diantara hak istri sebagaimana yang telah disebutkan yang berupa
kebendaan itu ada dua macam yaitu mahar dan nafkah. Sedangkan hak istri
yang lainnya adalah berwujud bukan kebendaan adapun hak tersebut yaitu:
a. Mendapat pergaulan secara baik dan patut.10
b. Mendapatkan perlindungan dari segala sesuatu yang mungkin
melibatkannya pada suatu perbuatan dosa dan maksiat atau ditimpa
oleh suatu kesulitan dan mara bahaya. Mendapatkan rasa tenang,
kasih sayang, dan rasa cinta dari suami.11
c. Pembatasan kelahiran
Dalam Islam disebutkan menyukai banyak anak karena hal ini
sebagai tanda dari adanya kekuatan daya pertahanan terhadap
umat-umat dan bangsa lain. Sebagaimana dikatakan bahwa
10
Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan di Indonesia Antara Fikih Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan, (Jakarta: Kencana, 2006), edisi. I, Cet I, h. 160. 11
Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan di Indonesia Antara Fikih Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan, h. 161.
30
kebesaran adalah terletak pada keturunan yang banyak, karena itu
Islam mensyari'atkan kawin.12
Namun dalam keadaan istimewa Islam tidak menghalangi
pembatasan kelahiran dengan cara pengobatan guna mencegah
kehamilan atau cara-cara lain. Pembatasan kelahiran ini dibolehkan
bagi laki-laki yang sudah banyak anaknya dan tidak sanggup lagi
memikul beban pendidikan anaknya dengan sebaik-baiknya begitu
pula kalau istri keadaannya lemah atau mudah hamil atau suami
dalam keadaan miskin.
b) Hak Suami atas Istri
Hak-hak suami yang wajib dipenuhi istri adalah hak-hak yang sifatnya
bukan benda, mengapa demikian? Sebab menurut ketentuan Hukum Islam
istri tidak dibebani kewajiban kebendaan yang diperlukan untuk
mencukupkan kebutuhan hidup keluarga. Bahkan lebih diutamakan istri
tidak bekerja mencari nafkah, jika suami memang mampu memenuhi
kewajiban nafkah keluarga dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar istri
dapat mencurahkan perhatiannya untuk melaksanakan serta membina
keluarga. Kewajiban ini cukup berat bagi istri yang memang benar-benar
akan melaksanakannya dengan baik. Sesuatu yang menjadi hak suami
merupakan kewajiban bagi istri untuk melaksanakannya adapun kewajiban
istri terhadap suaminya yaitu:
12
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid VII, terjemah Fiqh Sunnah, h. 121.
31
1. Menggauli suaminya secara layak sesuai dengan kodratnya;
2. Memberikan rasa tenang dalam rumah tangga untuk suaminya, dan
memberikan rasa cinta dan kasih sayang kepada suaminya dalam
batas-batas yang berada dalam kemampuannya.
3. Taat dan patuh pada suami selama suaminya tidak menyuruhnya
untuk melakukan perbuatan maksiat.
4. Menjaga dirinya dan menjaga harta suaminya bila suaminya
sedang tidak berada di rumah.
5. Menjauhkan dirinya dari segala sesuatu perbuatan yang tidak
disenangi oleh suaminya.
6. Menjauhkan dirinya dari memperlihatkan muka yang tidak enak
dipandang dan suara yang tidak enak didengar.
c) Hak Bersama-sama
1. Halal saling bergaul dan bersenang-senang diantara keduanya;
2. Haram melakukan perkawinan
Setelah akad nikah di sini terjadi hubungan suami dengan keluarga
istrinya dan sebaliknya hubungan istri dengan keluarga suaminya,
akibatnya istri haram dinikahi oleh ayah suaminya, datuknya, anaknya,
cucunya begitu juga ibu istrinya, anak perempuannya dan seluruh
cucunya haram dinikahi oleh suaminya.
3. Hak untuk saling mendapat warisan;
32
4. Akibat dari ikatan perkawinan yang sah adalah bila salah seorang
meninggal dunia sesudah sempurnanya ikatan perkawinan maka akan
mendapatkan warisan. Selain hak bersama antara suami istri, dalam
fiqh juga disebutkan mengenai tanggung jawab diantara keduanya
secara bersama-sama setelah terjadinya perkawinan. Kewajiban itu
ialah:
(a) Memelihara dan mendidik anak keturunan yang lahir dari
perkawinan tersebut.
(b) Memelihara kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah dan
rohmah.13
C. Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Perundang-Undangan
1. Hak dan Kewajiban Suami Menurut Undang-Undang Perkawinan
No. 1 Tahun 1974
Hak dan Kewajiban Suami Istri Dalam Rumah Tangga telah diatur
menurut undang-undang perkawinan No. 1 Tahun 1974. Pembahasan hak
dan kewajiban suami istri diatur dalam BAB VI Pasal 30 sampai Pasal 34.
Pasal 30 berbunyi suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk
menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan
masyarakat.
Pasal 31 UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan menyatakan:
13
Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan di Indonesia Antara Fikih Munakahat dan
Undang-Undang Perkawinan, h. 163-164.
33
1) Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan
kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan
hidup bersama dalam masyarakat.
2) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
3) Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga.
Selanjutnya pasal 32 UU perkawinan menegaskan, bahwa:
1) Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap;
2) Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
ditentukan oleh suami istri bersama.
Dalam pasal 33 UU perkawinan menegaskan, "suami istri wajib saling
mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin
yang satu kepada yang lain."
Pasal 34 UU Perkawinan disebutkan:
1) Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
2) Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
3) Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya masing-masing
dapat mengajukan gugatan kepada pengadilan.14
2. Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Kompilasi Hukum Islam
Selain definisi diatas hhak dan kewajiban suami istri juga dijelaskan
dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), sebagai berikut:
14
Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, Arkola, Surabaya, 15-16.
34
Pasal 77 menyatakab bahwa:
1) Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan
rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah yang menjadi
sendi dasar dan susunan masyarakat.
2) Sumi istri wajib saling mencintai, hormat menghormati, setia dan
membari bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.
3) Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara
anakanak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani
maupun kecerdasannya dan pendidikan agamanya.
4) Suami istri wajib memelihara kehormatannya.
5) Jika suami isteri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat
mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama.
Pasal 78 menjelaskan bahwa:
1) Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap.
2) Rumah kediaman yang dimaksud ayat (1), ditentukan oleh suami
istri.
Sedangkan kedudukan suami istri dijelaskan dalam Pasal 79, bahwa:
1) Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga;
2) Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan
kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan
hidup bersama dalam masyarakat;
3) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
35
Kemudian kewajiban suami dijelaskan dalam Pasal 80, sebagai
berikut:
1) Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya,
akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangga, yang penting-
penting diputuskan oleh suami istri bersama.
2) Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuat
keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
3) Suami wajib memberikan pendidikan agama kepada istrinya, dan
memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna, dan
bermanfaat bagi agama dan bangsa.
4) Sesuai dengan penghasilan suami menanggung; a. Nafkah, kiswah
dan tempat kediaman bagi istri; b. Biaya rumah tangga biaya
perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak; c. Biaya
pendidikan bagi anak
5) Kewajiban suami terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4)
huruf a dan b di atas mulai berlaku sesudah ada tamkin sempurna
dari istrinya.
6) Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap dirinya
sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.
7) Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (2) gugur apabila
istrinya nusyuz.
36
Kemudian tempat kediaman dijelaskan dalam Pasal 81, sebagai
berikut:
1) Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan anak-
anaknya, atau bekas istri yang masih dalam iddah.
2) Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri
selama dalam ikatan perkawinan, atau dalam iddah talak atau
iddah wakaf.
3) Tempat kediaman disediakan untuk melindungi istri dan anak-
anaknya dari gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman
dan tenteram. Tempat kediaman juga berfungsi sebagai tempat
penyimpan harta kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur
alat-alat rumah tangga.
4) Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan
kemampuannya, serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan
tempat tinggalnya, baik berupa alat perlengkapan rumah tangga
maupun sarana penunjang lainnya.
Adapun kewajiban seorang istri kepada suaminya dijelaskan dalam
Pasal 83 dan 84, sebagai berikut:
1) Kewajiban utama bagi seorang istri ialah berbakti lahir batin
kepada suami di dalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum
Islam.
2) Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga
sehari-hari dengan sebaik-baiknya.
37
Pasal 84:
1) Istri dapat dianggap nusyuz15
jika ia tidak mau melaksanakan
kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (1) kecuali
dengan alasan yang sah.
2) Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istrinya
tersebut pada pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali
hal-hal untuk kepentingan anaknya.
3) Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) di atas berlaku kembali
sesudah istri tidak nusyuz.
4) Ketentuan ada atau tidak adanya dari istri harus didasarkan atas
bukti yang sah. 16
15
Nusyuz adalah pembangkangan suami atau istri terhadap pasangan karena suami
atau istri telah melanggar hak-hak pasangan.
16 Kompilasi Hukum Islam (KHI).
38
BAB III
GAMBARAN UMUM DESA CIMENTENG
KECAMATAN CAMPAKAN KABUPATEN CIANJUR
A. Kondisi Geografis dan Demografis
Cimenteng merupakan salah satu desa yang berada di wilayah
Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat dengan luas
wilayah sebesar 1.497,5 Ha, dari keseluruhan luas daerah yang ada di Desa
Cimenteng, megenai penggunaan lahannya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel. 3.1
Penggunaan Lahan Desa Cimenteng1
Penggunaan lahan Luas lahan
Lahan Sawah 170 Ha
Lahan Darat/kering 900 Ha
Lahan Kerhutanan 50 Ha
Lahan Pemukiman 325 Ha
Lahan Industri 52,5 Ha
Secara geografis Desa Cimenteng terdiri dari pegunungan, yang
masyarakatnya mayoritas bertani. Kondisi umum semua tanah di wilayah
Desa Cimenteng adalah wilayah subur untuk pertanian dan aman dari erosi.2
Desa Cimenteng sudah sangat terbuka dengan dunia luar walaupun alat
1 Data Statistik Desa Cimenteng.
2 Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan akibat transoptasi angin, air atau es
karakteristik hujan, creep pada tanah dan material lain dibawah pengaruh gravitasi atau oleh
mahluk hidup semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi.
39
transportasi dan kondisi jalan yang kurang baik. Desa Cimenteng meliputi
beberapa perkampungan diantaranya:
Tabel. 3.2
Penggunaan Lahan Desa Cimenteng
No Nama Perkampungan
1 Kp. Sukamukti
2 Kp. Cimenteng
3 Kp. Rawa Gede
4 Kp. Cibanteng
5 Kp. Bantar Panjang
6 Kp. Cilubang
7 Kp. Cibelenok
8 Kp. Lampegan
9 Kp. Cikereti
Adapun yang menjadi batas wilayah Desa Cimenteng dengan desa
lainnya, yaitu:
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Desa. Karyamukti – Cianjur
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Desa. Caringin – Sukabumi
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Desa. Gegerbitung – Sukabumi
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Desa. Bencoy – Sukabumi
Orbitasi atau jarak tempuh dari Desa Cimenteng ke Kecamatan adalah
kurang lebih 31 Km, jarak tempuk ke Kabupaten adalah 41 Km, sedangkan
jarak tempuh dari Desa Cimentang ke Provinsi Jawa Barat kurang lebih 99
Km dan jarak ke ibu kota Negara/Jakarta yakni 120 Km.
40
Menurut kepala Desa Cimenteng yang dikutif dari buku laporan
tahunan Desa, jumlah penduduk Desa Cimenteng berdasarkan data hasil
laporan bulanan penduduk sampai akhir tahun 2012 tercatat sebanyak 6.614
jiwa, terdiri dari Laki-laki sebanyak 3.290 Jiwa, dan penduduk perempuan
sebanyak 3.324 Jiwa, dengan jumlah keseluruhan yaitu 6.614 jiwa. Sedangkan
jumlah Kepala Keluarga (KK) yang terdapat di Desa Cimenteng berjumlah
1.997 KK. Dari data tersebut berikut ini digambarkan dalam tabel mengenai
jumlah penduduk berdasarkan RW.
Tabel. 3.3
Jumlah Penduduk Setiap RW
No. Wilayah RW Jumlah Penduduk
1. Kp. Sukamukti 1.015 Jiwa
2. Kp. Cimenteng 846 Jiwa
3. Kp. Rawa Gede 828 Jiwa
4. Kp. Cibanteng 932 Jiwa
5. Kp. Bantar Panjang 743 Jiwa
6. Kp. Cilubang 617 Jiwa
7. Kp. Cibelenok 844 Jiwa
8. Kp. Lampegan 436 Jiwa
9. Kp. Cikereti 353 Jiwa
Penduduk Desa Cimenteng menurut kepercayaan agama semuanya
menganut agama Islam (100%), dengan jumlah total seimbang dengan jumlah
penduduk yang ada di Desa Cimenteng yaitu 6.614 orang. Sedangkan data
penduduk berdasarkan mata pencaharian bisa di lihat pada tabel berikut ini :
41
Tabel. 3.4
Keadaan Penduduk Desa Cimenteng Berdasarkan Mata Pencaharian
No. Jenis Mata Pencaharian Laki-Laki Perempuan
1. Petani dan buruh tani 1.135 461
2. Buruh Migrant 54 27
3. Pedagang keliling 32 6
4. Pegawai Negrei Sipil 8 2
5. Pengrajin Industri RT 5 1
6. Peternak 5 -
7. Montir 9 -
8. Bidan Swasta - 2
9. Pembantu Rumah Tangga 55 520
10. ABRI/POLRI 1 -
11. Pensiunan/purnawirawan 6 1
12. Pengusaha 65 12
13. Karyawan swasta 75 119
14. Pengrajin - -
15. Tukang 11 -
16. Ojek 29 -
17. Pengemudi angkot 5 -
18. Seniman -
19. Dukun beranak - 7
20. Tukang cukur - -
21. Buruh jasa - -
22. Petambang mas 60 32
23. Lainnya 1.735 2.134
B. Sarana dan Prasarana
Keadaan sarana pendidikan di Desa Cimenteng berdasarkan hasil
penelitian penulis di Desa Cimenteng bahwa sarana Pendidikan Anak Usia
Dini (PAUD) ada sebanyak 3 Unit, Sekolah Dasar (SD) 4 Unit, dan sarana
42
pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 Unit yaitu SMP 5 Campaka
Kabupaten Cianjur yang berlokasi di Kp. Cimenteng.
Selain sarana pendidikan umum di Desa Cimenteng juga terdapat
sarana pendidikan Islam, seperti Madrasah Ibtidaiyah (MI) 1 Unit, Madrasah
Diniyah (MD) 5 Unit, Pondok pesantren 2 Unit dan Majelis Taklim sebanyak
35 Unit. Selain sarana dan prasarana pendidikan juga terdapat sarana dan
prasarana pemerintahan dan medis.
Untuk mengetahui sarana dan prasarana secara lengkap, berikut
disajikan dalam bentuk tabel di bawah ini :
Tabel. 3.5
Sarana dan Prasarana di Desa Cimenteng
No. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah
Pemerintahan
1. Kantor Desa 1 Unit
2. Ruang Kepala Desa 1 buah
3. Ruang Sekretaris Desa 1 buah
4. Ruang Staf/Kaur 1 buah
5. Aula Desa 1 buah
6. Sekretariat BPD 1 buah
7. Sekretariat PKK 1 buah
8. Ruang LPM 1 buah
Pendidikan Umum
1 PAUD 3 buah
2 SD 4 buah
3 SMP 1 buah
Pendidikan Islam
1 Madrasah Ibtidaiyah 1 buah
2 Madrasah Diniyah 5 buah
3 Pondok Pesantren 2 buah
43
4 Majelis Taklim 35 buah
Keamanan
1 Pos Kamling/tersebar 33 Buah
Situasi dan kondisi sarana dan prasarana kesehatan di Desa Cimenteng
terdapat 7 buah terdiri dari 2 gedung posyandu yang telah dibangun. Kegiatan
posyandu, Posbindu dan lainnya masih numpang dirumah-rumah penduduk.
Selain itu sarana yang telah ada diantaranya timbangan sebanyak 7 buah, meja
2 buah dan bangku bangku 2 buah, menurut pendapat ibu rumah tangga yang
penulis temuikan di tempat penelitian bahwa tingkat kehadiran/kunjungan
balita dan ibu-ibu hamil ke posyandu dilakukan setiap tanggal 10 setiap
bulannya.
Mengenai jumlah tenaga medis yang terdapat di Desa Cimenteng dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel. 3.5
Tenaga Medis di Desa Cimenteng
No. Jenis Tenaga Medis Jumlah
1. Bidan Desa 1 Orang
2. Dukun Beranak/Paraji Terlatih 5 Orang
3. Dukun Baranak/Paraji Tidak Terlatih 2 Orang
4. Dokter/Bidan Praktek 2 Orang
5. Kader Posyandu 35 Orang
Secara umum keadaan sosial politik, ketentraman dan ketertiban
diwilayah Desa Cimenteng cukup baik, tertib dan aman. Meskipun demikian
masih diperlukan peningkatan kinerja agar keadaanya lebih baik lagi.
44
C. Potensi Masyarakat Desa Cimenteng
Selama melaksanakan penelitian di Desa Cimenteng Kecamatan
Campaka Kabupaten Cianjur. Identifikasi potensi masyarakat di Desa
Cimenteng bermacam-macam, baik dalam bidang sosial keagamaan, Sumber
Daya Alam, sosial, ekonomi maupun budaya lokal masyarakat Desa
Cimenteng.
1. Keagamaan
Desa Cimenteng memiliki potensi yang lebih dibidang agama. Hal
tersebut dapat dilihat dari banyaknya kegiatan yang bersifat keagamaan
seperti, adanya pengajian tiap minggu bagi para ibu-ibu dan para bapak-
bapak serta para remaja, hanya waktu pelaksanananya yang berbeda.
Disamping itu ada juga acara Yasinan tiap malam jum’at oleh para bapak
yang tempatnya di rumah warga secara bergiliran. Dalam bidang
keagamaan, para remaja sangat banyak perannya terlihat adanya
kelompok Qosidahan, sebagai panitia pelaksana peringatan hari besar
Nasional dan Islam, dan pada bulan Ramadhan para remaja dipercaya
oleh pemuka agama (Ustad) untuk mengisi kultum (Kuliah tujuh menit)
setelah shalat Tarawih, serta memimpin tadarus Al-Quran. Hal ini
dimaksudkan sebagai ajang latihan bagi para remaja untuk berkreasi.
Potensi dalam bidang keagamaan juga terlihat dari adanya sekolah
keagamaan seperti Madrasah Ibtidaiyah (MI) Cibanteng, Madrasah
Ibtidaiyah (MD) di Kp. Cimenteng dan Taman Pendidikan Al-Quran
45
(TPA) Al-Hidayah di Kp. Sukamukti dengan jumlah santri yang cukup
banyak.
2. Sumber Daya Alam
Banyak Sumber Daya Alam yang dapat dimanfaatkan di Desa
Cimenteng sebagai mata pencarian utama masyarakat adalah bertani dan
berdagang. Contoh pemanfaatan sumber daya alam di bidang pertanian,
para petani banyak menanan padi, ubi, singkong, jahe, jagung, buah-
buahan (seperti pisang, kolang-kaling dan alpukat) serta gula aren.
Kolang-kaling biasanya dipanen saat menjelang Ramadhan. Masyarakat
banyak memanfaatkan singkong dan ubi untuk pembuatan makanan
cemilan seperti opak dan “enye-enye”.
Contoh pemanfaatan dalam bidang peternakan dapat dilihat dari
banyaknya rumah yang mempunyai hewan ternak (seperti kerbau, sapi,
kambing dan ayam). Kotoran hewan yang paling banyak digunakan untuk
pupuk adalah kotoran kambing, karena mayoritas warga Desa Cimenteng
beternak kambing. Warga di Desa Cimenteng juga ada yang
memanfaatkan sampah daur ulang untuk dijadikan pupuk, baik dari
sampah organik dan dari kotoran hewan. Sedangkan pupuk dari sampah
organik biasanya berasal dari sampah sisa-sisa sayuran, atau sampah yang
dapat diuraikan dalam tanah. Masyarakat Desa Cimenteng sangat pandai
dalam memanfaatkan sumber daya alam yang ada, baik untuk kepentingan
sendiri maupun untuk kepentingan masyarakatnya salah satunya ada
46
perusahaan tambang batu dan pasir PT. Sabadan yang berada di Kp. Rawa
Gede dengan adanya pertambangan batu tersebut dibukanya lapangan
pekerjaan dan warung-warung makan yang memberikan incom perkapita
keluarga.
3. Budaya Lokal
Budaya lokal masyarakat kurang terlihat disini. Selama penulis
melakukan penelitian di Desa Cimenteng, mengidentifikasi potensi
budaya lokal hanya sedikit yang terlihat. Seperti masih adanya kegiatan
“Ruwahan” untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadhan dan
biasanya pada saat menjelang Ramdhan masyarakat Desa Cimenteng
banyak yang mengadakan acara mengunjungi tempat rekreasi yang
disebut dengan “Papajar”.
4. Bidang Sosial
Kehidupan masyarakat dipandang dari segi sosial terlihat rasa
kebersamaan dan rasa peduli terhadap sesama. Hal ini terlihat ketika
sedang melaksanakan kegiatan yang sifatnya umum seperti hajatan,
pengajian mingguan, atau membersihkan lingkungan (Kerja Bakti).
Rasa kebersamaan terlihat pada saat membersihkan lingkungan,
dengan adanya pembagian tugas antara para bapak, ibu, dan remaja. Para
bapak mendapatkan bagian membersihkan jalan, para remaja
membersihkan lingkungan sekitar dan para ibu menyiapkan makanan
bersama untuk para bapak dan para remajanya. Dengan adanya
47
pembagian tugas tersebut, kegiatan dapat berjalan dengan lancar dan
cepat selesai.
Kepedulian terhadap sesama, ketika ada warga yang punya hajat
(seperti nikahan, sunatan, dll) masyarakat terutama para ibu, ikut
membantu memasak dan menyumbang hasil pertaniannya seperti kelapa,
buah-buahan atau sayuran untuk keperluan warga yang punya hajat
sehingga warga tersebut merasa diringankan.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Tinjaun Hukum Terhadap Profesi Istri
Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan di Desa Cimenteng
Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur, berikut ini akan penulis jelaskan
mengenai peran istri di Desa Cimenteng menjadi TKW keluar negeri untuk
memenuhi nafkah keluarga menurut pandangan al-Qur’an, as-Sunnah dan
para Fuqoha.
1. Pandangan Al-Quran
Al-Qur’an mengakui perbedaan anatomi antara pria dan wanita, al-
Qur’an juga mengakui bahwa anggota dari masing-masing gender
berfungsi dengan cara merefleksikan perbedaan yang telah dirumuskan
dengan baik yang telah dipertahankan oleh budaya mereka.1 Al-Qur’an
tidak berusaha untuk meniadakan perbedaan antara pria dan wanita atau
menghapuskan hal fungsional dari perbedaan gender yang membantu
agar setiap masyarakat dapat berjalan dengan lancar dan dapat memnuhi
kebutuhanya.
Jika dipahami secara benar, tidak ada satupun ayat-ayat Al-Qur’an
yang menginformasikan bahwa wanita adalah bawahan pria. Di dalam Al-
Qur’an jelas dinyataan bahwa dihadapan Allah SWT semua manusia
1 Amin Wadud, Qur’an Menurut Wanita, (t.p: t.t, t.t.h.), h. 43.
49
adalah sama baik pria maupun wanita mempunyai kedudukan yang
sertara yang membedakan hanyalah ketakwaan, sebagaimana firman
Allah SWT Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 13 berikut ini:
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Selain itu dalam surat At-Taubah ayat 1 juga tersirat bahwa prinsip
hubungan kemitraan antara pria dan wanita demikian jelas dan nyata,
kesetaraan tersebut juga tidak berlaku bagi kaum pria dan wanita sebagai
individu, tetapi juga dalam konteks kehidupan berkeluarga antara suami
dan istri terutama dalam hal mencari nafkah.
Bila kita lihat Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 34, yang menjelaskan
bahwa wanita mempunyai struktur kemandirian dan individualitas sendiri
dan tidak diperlakukan sebagai pelengkap bagi siapapun.
50
Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh
karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu Maka wanita yang
saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya
tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nusyuznya, Maka nasehatilah mereka dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka.
kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu mencari-cari
jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi
Maha besar”.
Lafadz qowwamun pada ayat di atas pada mufaasir ditafsirkan bahwa
suami adalah pelindung, pemimpin, penanggung jawan dan pengatur
konteks keluarga, kadang ayat tersebut dijadikan sebuah landasan
pegharaman bagi perempuan untuk di wilayah publik (lingkungan kerja)
padahal menurut Amin Wadud, Azizah Al-Hibri dan Riffat Hasan yang
dijelaskan dalam buku Sayyid Sabiq menyatakan bahwa qowwamun
mempunyai arti pencari nafkah atau orang-orang yang menyediakan
sarana pendukung atau sarana kehidupan. Dengan demikian, perempuan
juga tidak ada larangan untuk bekerja, karena pria hanya jadi pemimpin
atas semua perkara.
51
Bila kita perhatikan bentuk-bentuk hak dan kewajiban suami istri
menurut Kompilasi Hukum Islam jika aqad nikah telah sah dan berlaku,
maka ia akan menimbulkan akibat hukum, dengan demikian akan
menimbulkan pula hak serta kewajiban selaku suami istri. Salah satu hak
istri yang harus dipenuhi oleh suami adalah hak kebendaan, yaitu belanja
(nafkah).2
Yang dimaksud dengan belanja (nafkah) di sini yaitu memenuhi
kebutuhan makan, tempat tinggal, pakaian, pengobatan istri dan pembantu
rumah tangga jika ia seorang kaya. Hukum memberi belanja terhadap istri
adalah wajib.3 Firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 233 disebutkan:
Artinya: “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua
tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan
kewajiban ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan
2 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid VII, terjemah Fiqhusunnah, (Bandung: PT. Al
Ma'arif, 2003), h. 53. 3 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid VII, terjemah Fiqhusunnah, h. 77.
52
cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban
demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan
kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas
keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka
tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah
Maha melihat apa yang kamu kerjakan”.
Mengenai kadar nafkah pada dasarnya adalah dapat mencukupi
keperluan secara wajar, tetapi dalam beberapa kasus seperti hal nya di
Desa Cimenteng Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur ditemukan
besarnya nafkah yang diberikan suami kepada istri tidak mencukupi
kebutuahan, sehingga banyak dari para istri yang memutuskan untuk
bekerja keluar negeri untuk menjadi TKW demi merubah hidup
keluarganya secara ekonomi.
2. Pandangan As-Sunnah
Secara harfiah nafkah artinya belanja. Adapun pengertian nafkah ialah
uang atau harta yang dikeluarkan untuk suatu keperluan atau untuk
membayar suatu kebutuhan yang dinikmati seseorang. Yang dimaksud
nafkah di sini adalah semua macam belanja yang dikeluarkan oleh
seseorang untuk memenuhi keperluan hidup suami, istri, dan anak-
anaknya.4
4 Muhammad Thalib, Ketentuan Nafkah Istri dan Anak, (Bandung: Irsyad Baitus
Salam, 2000), Cet. I, h. 19.
53
Kewajiban suami menafkahi istri bukanlah didasarkan pada tradisi,
budaya, adat istiadat masyarakat, atau warisan kebudayaan. Islam
menetapkan kewajiban memberi nafkah kepada istri sebagai suatu
perintah illahiah. Yaitu perintah yang dikeluarkan sendiri oleh Allah SWT
kepada hamba-Nya. Oleh karena itu, seorang suami yang tidak
menunaikan kewajiban memberi nafkah kepada istrinya telah berdosa
kepada istri dan berdosa kepada Allah SWT.
Kondisi ekonomi melilit seseorang sering kali mengurangi rasa
kekhawatiran yang seharusnya ada pada diri masing-masing orang.
Sebaliknya justru akan menyisihkan segala kekhawatiran dan perasaan
pada resiko yang akan mengancam dirinya sekalipun. Mereka adalah
orang-orang lemah, yang tidak memiliki kuasa di hadapan tawaran-
tawaran yang palimg membahayakan sekalipun. Ini adalah tugas orang-
orang yang kuat dan memiliki kuasa dalam masyarakat. Yaitu, negara
yang seharusnya memberikan jaminan perlindungan terhadap mereka
orang-orang yang lemah dalam hal ekonomi.
Saat ini pemerintah Indonesia belum memiliki kebijakan terkait
dengan penguatan dan perlindungan pekerja domestik atau Pekerja
Rumah Tangga (PRT). Mereka masih dianggap sebagai pembantu, bukan
pekerja. sehingga, ia tidak memiliki hak-hak sebagai pekerja. Pemerintah
belum mengeluarkan kebijakan yang jelas dan tegas dengan
menempatkan mereka sebagai pekerja, sama seperti pekerja-pekerja di
54
sektor publik. Para pekerja domestik sampai saat ini belum memiliki hak
upah minimum, hak untuk istirahat, cuti atau lembur. Mereka
dipekerjakan sesuai keinginan dan kebaikan majikan.
Kondisi seperti ini menempatkan para PRT berada pada posisi rentan
terhadap segala bentuk kekerasan, dan tanpa perlindungan hukum yang
jelas dari pemerintah.5
Berdasarkan pada kaidah fiqh bawah ini :
أخفهما أعظمهماضررابارتكاب روعي مفسدتان إذاتعارض
Artinya: "Apabila bertentangan dua kebaikan, maka perhatikan mana
yang lebih besar madlaratnya dengan dikerjakan yang lebih ringan
kepada madlaratnya".
Dalam kaidah ini menyebutkan apabila suatu ketika datang secara
bersamaan dua mafsadat atau lebih, maka harus dipilih atau diseleksi,
manakah mafsadat itu yang lebih kecil atau lebih ringan. Setelah ini
diketahui, maka yang madlaratnya lebih besar atau berat harus
ditinggalkan dan dikerjakan yang lebih ringan madlaratnya.6
Berdasarkan kaidah fiqh tersebut maka profesi sebagai TKW untuk
para istri di Desa Cimenteng Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur
diperbolehkan. Karena ketika istri menekuni profesi sebagai TKW di luar
negeri manfaat yang didapat jauh lebih banyak dari pada madlaratnya..
5Muhammad Thalib, Ketentuan Nafkah Istri dan Anak, h. 201-204.
6 Asjmuni A. Rahman, Qaidah-qaidah Fiqh (Qawaidul Fiqhiyah), Cet I, (Jakarta:
Bulan Bintang, 1976), h. 30.
55
3. Pandangan Fuqoha
Semua fuqaha mendukung penuh bagi para wanita (istri) untuk tetap
tinggal dirumah dan bekerja untuk anak dan suaminya. Mereka
berpendapat bahwa istri yang bekerja diluar akan banyak mendatangkan
fitnah sehingga mereka melarangnya kecuali dalam keadaan terpaksa.
Ibnu Abbas, pakar tafsir yang terkenal di kalangan sahabat.
menafsirkan bahwa laki-laki (suami) adalah pihak yang mempunyai
kekuasaan dan wewenang untuk mendidik perempuan (istri). Kemudian
Az-Zamaksyari menjelaskan bahwa laki-laki berkewajiban melaksanakan
amar makruf nahi mungkar kepada perempuan, sebagaimana penguasa
terhadap raknyatnya. Al-Alusi menyatakan hal yang senada bahwa tugas
laki-laki adalah memimpin perempuan, sebagaimana pemimpin
memimpin raknyatnya dalam bentuk perintah, larangan dan semacamnya.
Jalaluddin as-Suyuthi memaknainya dengan laki-laki sebagai penguasa
(musallithun) atas perempuan, sedangkan Ibnu Katsir memaknainya
dengan. laki-laki adalah pemimpin yang dituakan dan pengambil
kebijakan bagi perempuan.7
Keempat Imam madzhab yaitu Maliki, Hanafi, Shafi'i, dan Hambali
sepakat bahawa memberikan nafkah itu hukumnya wajib setelah adanya
ikatan dalam sebuah perkawinan. Akan tetapi keempat imam madzhab
7 Sri Mulyati, Relasi Suami dalam Islam, (Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW), UIN
Syarif Hidayatullah, 2004), h. 42
56
memiliki perbedaan mengenai kondisi, waktu dan tempat, perbedaan
tersebut terletak pada waktu, ukuran, siapa yang wajib mengeluarkan
nafkah dan kepada siapa saja nafkah itu wajib dberikan. Keempat imam
madzhab sepakat bahawa nafkah meliputi sandang, pangan dan tempat
tinggal.8
Adapun pendapat dari masing-masing fuqaha sebagai berikut:
a. Mazhab Maliki
Menurut Imam Malik mencukupi nafkah keluarga merupakan
kewajiban ketiga dari seorang suami setelah membayar mahar dan
berlaku adil kepada istri. Kalau terjadi perpisahan antara suami dan
istri, baik karena cerai atau meninggal dunia maka harta asli istri
tetap menjadi milik istri dan harta asli milik suami tetap menjadi
milik suami, menurut madzhab Maliki waktu berlakunya pemberian
nafkah wajib apabila suami sudah mengumpuli istrinya. Jadi nafkah
itu tidak wajib bagi suami sebelum ia berkumpul dengan istri.9
Sedangkan mengenai ukuran atau banyaknya nafkah yang
harus dikeluarkan adalah disesuaikan dengan kemampuan suami.
Nafkah ini wajib diberikan kepada istri yang tidak nusuz. Jika suami
8 Abdur Rohman Al Jaziri, Kitab Fiqh al-madzahib al-Arba'ah, Juz 4, Al Maktabah
Al Tijariyyah Al Kubro, Mesir, 1969), h. 553.
9 Imam Qodzi Abu Walid Muhammad bin Ahmad, Bidayatul Mujtahid, (Mesir: Dar
Al-Fikr, t.t.), Juz 3, h. 41.
57
ada atau masih hidup tetapi dia tidak ada ditempat atau sedang
bepergian suami tetap wajib mengeluarkan nafkah untuk istrinya.10
b. Mazhab Hanafi
Menurut Imam Hanafi mencukupi nafkah istri merupakan
kewajiban kedua dari suami setelah membayar mahar dalam sebuah
pernikahan. Nafkah diwajibkan bagi suami selama istri sudah baligh.
Mengenai jumlah nafkah yang wajib dipenuhi oleh suami terhadap
istri disesuaikan dengan tempat kondisi dan masa. Hal ini
dikarenakan kemampuan antar satu orang dengan orang yang lain
berbeda. Pembedaan jumlah nafkah itu berdasarkan pada pekerjaan
suami, jadi kadar atau jumlah nafkah bisa berbeda-beda antara
keluarga yang satu dengan yang lain. Pendapat Imam Hanafi
menyebutkan bahwa nafkah wajib diberikan kepada istri yang tidak
nusuz. Tetapi jika suami masih hidup dia tidak berada ditempat maka
suami tidak wajib memberikan nafkah kepada istri
c. Mazhab Syafi’i
Menurut Imam Syafi'i hak istri sebagai kewajiban suami
kepada istrinya adalah membayar nafkah. Nafkah tersebut meliputi,
sandang, pangan, dan tempat tinggal. Nafkah wajib diberikan kepada
istrinya yang sudah baligh. Sedangkan mengenai ukuran nafkah yang
wajib diberikan kepada istri berdasarkan kemampuan masing-masing.
10
Imam Qodzi Abu Walid Muhammad bin Ahmad, Bidayatul Mujtahid, juz 3, h. 42
58
Nafkah tersebut wajib diberikan kepada istri yang tidak nusuz selama
suami ada dan merdeka.
d. Mazhab Hambali
Menurut Hambali suami wajib membayar atau memenuhi
nafkah terhadap istrinya jika istri tersebut sudah dewasa dan sudah
dikumpuli oleh suami, kedua, istri (wanita) menyerahkan diri
sepenuhnya kepada suaminya.11
Nafkah yang wajib dipenuhi oleh
suami meliputi makanan, pakaian, dan tepat tinggal. Memberikan
makanan ini wajib, setiap harinya yaitu dimulai sejak terbitnya
matahari.12
Sedangkan mengenai nafkah yang berwujud pakaian itu
disesuaikan dengan kondisi perekonomian suami. Bila istri memakai
pakaian yang kasar maka diwajibkan bagi suami memberi kain yang
kasar juga untuk tempat tinggal kewajiban disesuaikan menurut
kondisi suami.
Dalam kehidupan sehari-hari, sebuah keluarga memiliki kebutuhan
yang harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier.13
Salah
satu fungsi dalam keluarga yang harus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan
tersebut adalah fungsi ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan seluruh anggota
keluarganya.
11
Abdur Rohman Al Jaziri, Kitab Fiqh al-madzahib al-Arba'ah, Juz 4, h. 553.
12 Abdur Rohman Al Jaziri, Kitab Fiqh al-madzahib al-Arba'ah, Juz 4, h. 561.
13 Kebutuhan primer, sekunder dan tersier adalah kebutuhan pokok yang dibutuhkan
oleh manusia, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain.
59
Keluarga yang memiliki pendapatan rendah akan mencari pekerjaan
lain disaming pekerjaan utamanya, bahkan tidak jarang melibatkan anggota
keluarga lainnya termasuk istri untuk meningkatkan pendapatan (family
generating income) yang salah satunya adalah dengan menjadi Tenaga Kerja
Wanita (TKW) ke luar negeri, alasan utama seorang istri di Desa Cimenteng
bekerja ke luar negeri yaitu untuk memberikan kontribusi ekonomi secara
langsung terhadap pendapatan keluarga. Hal ini dikarenakan pendapatan akan
mempengaruhi aktivitas pengeluaran keluarga dalam memenuhi
kebutuhannya, baik kebutuhan pangan maupun kebutuhan non pangan, karena
sebuah keluarga akan dikatakan sejahtera apabila kebutuhan setiap
anggotanya dapat terpenuhi.
Fakta yang terjadi di Desa Cimenteng menunjukkan bahwa kodrat
perempuan sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga mengalami perubahan,
sebelumnya kebanyakan mereka hanya berada di rumah untuk mengurusi
urusan keluarganya. Aktifitasnya sehari-hari hanya melaksanakan pekerjaan
domestik saja. Namun saat ini seiring berkembangnya zaman situasi dan
kondisi yang berbeda banyak dari mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan
nafkah keluarga ketika kehidupan rumah tangganya mengalami persoalan
dalam hal ekonomi. Minimnya keahlian yang di miliki sebagian besar dari
mereka akhirnya memilih pekerjaan sebagai TKW ke luar negeri.
Menurut penuturan Ibu. Rinda yang merupakan salah satu warga Desa
Cimenteng yang pernah bekerja ke Arab Saudi, menjadi TKW merupakan
60
satu pilihan yang tepat walaupun dibalik dari pilihan itu terdapat berbagai
macam resiko yang harus dihadapi salah satunya adalah mendapatkan majikan
yang kurang baik.14
Profesi sebagai TKW mengakibatkan istri jauh dari bagian anggota
keluarga yaitu suami dan anak-anak. Keadaan ini membuat istri tidak dapat
menjalankan kewajibannya walaupun untuk sementara waktu. Padahal
kebahagiaan dalam keluarga itu dapat tumbuh jika istri dapat melaksanakan
kewajiban terhadap suami dan anak-anaknya. Kewajiban ini sangat suci dan
mulia karena dengan memberikan perhatian penuh kepada anak-anaknya dan
mendidik dengan baik akan memunculkan generasi penerus yang baik pula.15
Resiko lain yang akan dihadapi adalah berkaitan dengan keamanan
terhadap diri perempuan itu sendiri. Banyak dijumpai, didengar, juga dilihat
dalam surat kabar, siaran televisi mengenai penganiayaan, pelecehan seksual,
pembunuhan, sampai kasus traficking. Korban dari kejadian itu tidaklah
sedikit, oleh karena itu sudah pasti pekerjaan ini sangat beresiko bagi
perempuan-perempuan Indonesia yang bekerja di luar negeri.
Dengan munculnya berbagai kasus seperti tersebut di atas, Fatwa MUI
menyebutkan perempuan yang meninggalkan keluarga untuk bekerja keluar
kota atau keluar negeri, pada prinsipnya boleh sepanjang disertai mahrom
14
Wawancara pribadi dengan Ibu. Rinda, eks TKW asal Desa Cimenteng Kecamatan
Campaka Kabupaten Cianjur, pada 2 April 2013.
15 Ukasyah Athibi, Wanita Mengapa Merosot Akhlaknya, (Jakarta: Gema Insani,
1998), h. 27- 28.
61
keluarga atau lembaga atau kelompok perempuan yang terpercaya. Jika tidak
disertai mahrom (keluarga) hukumnya haram kecuali tidak dalam keadaan
darurat yang benar-benar bisa dipertanggung jawabkan secara syar'i serta
dapat menjamin keamanan dan kehormatan tenaga kerja wanita. Kewajiban
tentang penjaminan keamanan ini diwajibkan kepada pemerintah, lembaga
dan pihak lain dalam pengiriman TKW untuk melindunginya.16
Berbicara mengenai mahrom dalam fiqh memang disebutkan bahwa
perempuan yang akan bepergian selama tiga hari harus ditemani kerabat atau
mahromnya, bahkan ada pandangan yang mengatakan, bepergian satu haripun
harus ditemani mahromnya adapula yang berpendapat bukan batasan hari
yang menentukan perlu tidaknya mahrom, melainkan jarak tempuhnya.
Dalam fiqh madzhab Syafi'i dan pembahasan mengenai pengganti
mahrom bagi perempuan yang akan pergi haji, misalnya perempuan bisa
berpergian dalam rombongan perempuan, sekalipun tidak ditemani keluarga
laki-laki sebagai mahromnya, bahkan bisa juga perempuan berhaji sendirian,
jika jalan yang di lalui benar-benar aman.17
Pada intinya persoalan mengenai mahrom adalah untuk memberikan
jaminan keamanan dan perlindungan diri bagi perempuan bukan larangan bagi
perempuan untuk bepergian. Oleh karena itu, pada kondisi masyarakat
16
Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Bagian Proyek sarana dan
Prasyarana Produk Halal, Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Depertemen Agama RI, 2003, h. 281. 17
Faqihudin Abdul Kodir, dkk, h. 219.
62
sekarang ini dimana jaminan rasa aman relatif terpenuhi, maka konsep
mahrom pun harus ditafsirkan ulang. Jika mahrom merupakan sebagai sarana
pemberian keamanan sebagaimana dirumuskan pada awalnya telah terpenuhi
oleh sarana yang lebih efektif pada era yang serba maju seperti sekarang ini,
maka kehadiran mahrom dalam bentuk fisik bukan bagi keharusan. Pelayanan
keamanan oleh negara, baik berupa hadirnya aparat dan undang-undang
ataupun kultur masyarakat yang ramah terhadap perempuan dengan sendirinya
akan menjadi mahrom perempuan kemanapun dan kapanpun mereka akan
pergi termasuk menjadi TKW kelua negeri.
Pengamanan dan perlindungan sosial adalah kewajiban negara melalui
sistem politik dan hukumnya untuk memberikan jaminan keamanan dan
perlindungan bagi setiap warganya, baik laki-laki maupun perempuan. Negara
dituntut untuk mewujudkan pengamanan sosial agar masyarakat secara
individual maupun kolektif dapat menjalankan aktifitasnya sehari-hari dengan
aman dan tenang, negara tidak berhak melarang warganya untuk melakukan
aktifitas warga apalagi mengangkat kepentingn yang paling mendasar baik
ekonomi, sosial, politik, maupun pendidikan.18
Seorang istri boleh menjadi TKW dengan ketentuan ia dapat
menghindari dari bahaya yang bisa diakibatkan dari kondisi pekerjaan-pekerja
domestik yang ditawarkan. Dalam surat Al-Baqarah ayat 195 disebutkan
bahwa Islam menganjurkan dengan tegas agar setiap orang menjaga diri dan
18
Ibid., h. 225
63
tidak menceburkan pada suatu hal yamg bisa membahayakan dirinya,
termasuk untuk dirinya sendiri.
Artinya: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah
kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah,
karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.
Dalam pembahasan kaidah-kaidah relasi kemanusiaan, sudah
dijelaskan bagaimana Islam memberikan apresiasi tinggi terhadap aktifitas
kerja dan orang-orang yang bekerja. Apresiasi dan anjurkan bekerja itu tidak
hanya ditujukan kepada laki-laki tetapi juga kepada perempuan, oleh karena
itu, pelarangan bekerja terhadap siapapun adalah suatu pelanggaran terhadap
prinsip dasar ajaran Islam.19
Islam memang tidak melarang perempuan untuk bekerja, bahkan
dalam agama Islam membenarkannya dengan menganjurkan perempuan untuk
bekerja jika dalam keadaan darurat. Ketika keadaan darurat perempuan sangat
membutuhkan pekerjaan untuk membiayai kebutuhan hidup keluarganya.
Dari keterangan di atas sangat tepat bila sebuah keluarga, tidak ada
yang menanggung kebutuhan hidup, maka perempuan (istri) bekerja untuk
mencukupinya. Maka ketika suami tidak mampu memenuhi kebutuhan nafkah
keluarga, berarti istri mempunyai peranan penting dalam hal urusan ekonomi
19
Faqihuddin Abdul Kodir ............... h. 208.
64
keluarga. Dari sepuluh responden yang bekerja menjadi TKW, sangat jelas
bahwa peranan perempuan dalam rumah tangga sangatlah penting. Dengan
bekerja menjadi TKW kebutuhan rumah tangga dapat terpenuhi. Padahal
dapat diketahui dengan melihat pekerjaan tersebut, keadaan tidak
memungkinkan istri untuk dapat melaksanakan kewajibannya sebagai seorang
istri sekaligus ibu bagi anak-anaknya, walaupun sifatnya hanya sementara
waktu.
B. Analisis Penulis
Bila kita perhatikan, masyarakat yang berada dalam kawasan pedesaan
khususnya di Desa Cimenteng, dalam mempertahankan hidupnya, mempunyai
dua cara pandang dalam masalah sumber pencarian. Yaitu ada yang
memamandang bahwa menjadi TKW adalah suatu gaya hidup dan sebagai
suatu cara hidup, cara pandang yang pertama faktor ekonomi berbaur dengan
faktor-faktor kekeluargaan, agama, sosial dan budaya, maka menjadi TKW ke
luar negeri bukanlah segala-galanya, artinya bukan hal yang utama untuk
mempertahankan hidupnya, kendati kebutuhan ekonomi itu perlu dan penting
mengingat kawasan daerahnya adalah kawasan yang banyak bekerja ke luar
negeri. Sedangkan pada cara pandang yang kedua bertani merupakan suatu hal
yang diutamakan, sedangkan hal lain bersifat sementara.
Dalam kehidupan bermasyarakat, keluarga menjalankan berbagai
fungsi agar dapat bertahan di lingkungan masyarakat. Pada dasarnya, suami
65
adalah pemberi nafkah bagi keluarganya. Namun karena desakan ekonomi,
banyak istri yang rela berpisah dengan suami demi meningkatkan
kesejahteraan keluarga dalam segi materi. Lapangan kerja yang sempit dan
pendidikan yang rendah mengakibatkan istri memutuskan untuk bekerja
sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di luar negeri.
Secara umum, pada masyarakat Desa Cimenteng memandang bahwa
menjadi TKW ke luar negeri adalah cara hidup dimana istri dalam
mempertahankan kehidupannya dengan menjadi pembantu rumah tangga, atau
menjadi pembantu rumah tangga adalah mata pencarian yang utama bahkan
mata percarian tunggal, bagi istri yang memandang bahwa menjadi TKW
adalah gaya hidup, berarti menjadi TKW adalah mata pencarian sampingan
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kondisi sekarang pada masyarakat Desa Cimenteng dalam suatu
keluarga sudah mengalami peningkatan, dimana sebelumnya para masyarakat
bahwa menjadi TKW hanya dengan beralatkan alat-alat tradisional dan dari
pengetahuan yang turun menurun. Kondisi sekarang para masyarakat dalam
hal pekerjaan khususnya menjadi TKW ke luar negeri sudah mengoptimalkan
pemakaian teknologi dan menggabungkan dengan sistem-sistem yang lain
yang dirasakan lebih menguntungkan dan meringankan dalam akses
mkomunikasi bagi dirinya.
Untuk melihat kehidupan keluarga TKW di Desa Cimenteng
Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur dapat dilihat dari mata pencaharian
66
keluarga ataupun dari pekerjaan suami. Karena dari sini dapat dilihat bahwa
istri sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa jenis pekerjaan tersebut
dapat dilihat pekerjaan suami adalah sebagai buruh bangunan, sales, guru dan
petani, Selain itu ada beberapa di antara mereka yang tidak memiliki
pekerjaan, tidak memiliki suami (janda), bahkan ada yang ditinggal oleh
suami. Berikut ini adalah pentasarufan gaji istri selama menjadi TKW keluar
negeri di tiga keluarga di Desa Cimenteng Kecamatan Campaka Cianjur.
Pertama, Keluarga Ibu Rinda dan suaminya (Bpk. Wahyu), mereka
adalah orang Cianjur asli, mereka tinggal di desa yang masyarakatnya cukup
heterogen terutama jika dilihat dari tingkat pendidikan dan ekonominya.
Keluarga ini telah mempunyai dua orang anak, satu berumur 17 tahun, dan
satu lagi berumur 8 tahun, Ibu Rinda adalah lulusan Madrasah Aliyah lulusan
Pondok Pesantren Tarbiyatull Falah Cicurug Sukabumi, sementara suaminya
Bpk. Wahyu adalah lulusan Madrasah Tsanawiyah (Mts) Al-Musthofa
Sukaraja Sukabumi. Setelah menikah Ibu. Rinda dan suminya, secara
ekonomi tergolong keluarga pas-pasan.
Suami Ibu. Rinda adalah seorang pedagang martabak telor di daerah
Sukabumi. Kondisi keluarga yang pas-pasan itulah kemudian yang
mendorong Ibu. Rinda bekerja di luar negeri sebagai TKW, selama menjadi
TKW di Arab Saudi selama 3 tahun, Ibu. Rinda membeli tanah sawah seluas
2000 m2. Di samping membeli sawah, hasil kerja tersebut juga digunakan
67
untuk membeli tanah seluas 100 m2. Rencananya di atas tanah tersebut akan di
bangun rumah tempat tinggal mereka.
Setelah pulangnya Ibu. Rinda dari Arab Saudi ke tempat kelahirannya,
selama 6 bulan Ibu. Rinda merasa perlu untuk pergi lagi ke luar negeri sebagai
TKW untuk mencapai impiannya membuat rumah.
Kondisi ekonomi keluarga yang belum mapan secara ekonomi itu
mendorong Ibu. Rinda untuk untuk berangkat lagi ke Abu Dhabi melalui
bantuan temannya yang sudah lebih dahulu disana dengan menggunakan jalur
Calling Visa (Calon majikan sudah menyediakan tiket pesawat dan Visa kerja
untuk calon pembantu mereka). Keberangkatan Ibu. Rinda kedua kalinya
sebagai TKW selama dua tahun, setelah pulang, uang hasil menjadi TKW
digunakan untuk membangun rumah, kemudian Ibu. Rinda berangkat lagi
menjadi TKW ke Abu Dhabi kembali melalui jalur Calling Visa dari majikan
saudaranya, akan tetapi Ibu. Rinda hanya bertahan satu tahun di sana.
Setelah itu Ibu. Rinda tidak berangkat lagi karena diketahui kabar
bahwa suaminya telah menikah lagi, hal tersebut menjadi pukulan berat bagi
Ibu. Rinda. sekarang Ibu. Rinda telah menikah lagi dengan laki-laki yang
diketahui sahabat dekat dari suaminya dan menjadi Ibu rumah tangga dan
merawat 1 anaknya, dikarenakan yang 1 sudah bekerja dan hidup merantau di
luar kota.
Selanjutnya keluarga Ibu. Aya, keluarga ini di pemukiman masyarakat
yang agamis, dekat pondok pesantren. Ibu. Aya mempunyai dua orang anak.
68
Anak pertama laki-laki berumur 12 tahun, anak kedua perempuan berumur 4
tahun. Suami Ibu. Aya bekerja sebagai guru SD di daerahnya. Ibu. Aya dan
suaminya Bpk. Asep menikah 14 tahun yang lalu, setelah menikah, mereka
tinggal bersama orang tua Bpk. Asep. Bpk. Asep adalah anak ke dua dari 4
bersaudara. Dua tahun setelah pernikahan mereka dikaruniai momongan,
setelah anak mereka berumur 1.5 tahun Ibu. Aya bekerja sebagai TKW di
Arab Saudi. Setelah dua tahun, Ibu. Aya pulang ke Desa Cimenteng dan
membangun rumah dari hasil kerjanya tersebut di atas tanah pemberian orang
tua Ibu. Aya seluas 150 m2. Begitu rumah sudah didirikan Ibu. Aya berangkat
lagi ke Arab Saudi, dua tahun pulang lagi gaji selama Ibu. Aya menjadi TKW
di Arab Saudi di gunakan untuk memperbaiki rumah hingga sekarang rumah
yang mereka tempati sudah layak, berpagar tembok, berkeramik, memiliki 2
kamar tidur, satu ruang tamu, satu ruang keluarga, satu ruang makan dan
dapur.20
Mulai awal menikah hingga sekarang Ibu. Aya sudah 4 kali menjadi
TKW (4 x 2 tahun = 8 tahun), terakhir dia berangkat di tahun 2005 saat anak
kedua berumur satu tahun. Hasil yang diperoleh Ibu. Aya dari luar negeri
selain untuk membuat dan memperbaiki rumah, juga digunakan untuk
membeli tanah sawah seluas 1.000 m2 di samping untuk membeli sepeda
motor baru bermerek Fit X.
20
Wawancara pribadi dengan Ibu. Aya, eks TKW asal Desa Cimenteng Kecamatan
Campaka Kabupaten Cianjur, pada 2 April 2013.
69
Latar belakang pendidikan Ibu. Aya adalah lulus Madrasah Aliyah
sedangkan suaminya adalah Diploma 3 di salah satu kampus di daerah
Sukabumi, setelah lulus Madrasah Aliyah Ibu. Aya pernah menimba ilmu di
salah satu Pondok Pesantren di Sukabumi selama 3 tahun. Ibu. Aya dan
suaminya sekarang hidup berkecukupan dengan penghasilan Bpk. Asep
sebagai Gurus Sekolah Dasar dan memiliki warung kecil-kecilan di
rumahnya. Mereka memiliki rumah bagus yang sekelilingnya diberi pagar
tembok. Dilihat dari kacamata religius, rumah tersebut sejatinya sangat dekat
dengan acara keagamaan karena di samping rumah yang mereka tempati itu
terdapat terdapat mesjid jami yang sering di gunakan masyarakat sekitar untuk
sholat jum’at dan acara keagamaan lainnya. Suami Ibu. Aya selain mengajar
di sekolah ia juga seorang ketua RT di kampungnya.
Menurut penuturan Ibu. Aya, sekarang dia belum ingin menjadi TKW
lagi, karena dia ingin melihat perkembangan anak keduanya, menemani
sekolah tahun ajaran baru ini dan menemaninya belajar.
Berikutnya adalah keluarga Ibu. Enyin dan suaminya (Bpk. Ujang),
keluarga ini hidup di lingkungan masyarakat yang agamis di dekat rumah
mereka terdapat pondok salafiah tahfidh al-Qur’an tepatnya di Kampung
Cimenteng (Pasir Santri), mereka dikaruniai satu orang anak laki-laki berumur
10 tahun (kelas 5 Madrasah Ibtidaiyah), mereka tinggal berdampingan dengan
70
rumah saudara laki-laki Bpk. Ujang, tanah yang digunakan untuk membuat
rumah adalah tanah warisan dari keluarga Bpk. Ujang seluas 80 m2.21
Kini, keseharian Ibu. Enyin adalah bekerja sebagai Penjual Pulsa dan
sebagai tukang kredit pakaian. Usaha itu dibangun berdasarkan dana yang
didapat dari bekerja di luar negeri sebagai TKW. Meskipun tempat usaha itu
bukan milik mereka tapi milik orang lain yang mereka sewa untuk
mengembangkan usaha. Menurut penulis cerita keluarga ini cukup unik,
karena keduanya pernah bekerja ke luar negeri. Sebelum menikah Bpk. Asep
bekerja di bengkel motor di dekat rumahnya, setelah dua tahun menikah, Ibu.
Enyin pergi bekerja ke luar negeri selama 2 tahun sebagai TKW. Hasil kerja
dua tahun itu mereka gunakan untuk membangun rumah, tapi karena dana
yang tersedia tidak mencukupi maka rumah yang mereka bangun belum
sempurna karena belum di keramik dan di cat meskipun sudah bias ditempati.
Setelah setahun berlalu, gilaran suaminya (Bpk. Asep) yang merantau ke
Malaysia selama dua tahun. Setelah itu Bpk. Asep kembali dan tiga bulan
setelahnya Ibu. Enyin berangkat lagi ke Abbu Dhabi. Hasil kerja di luar negeri
mereka gunakan untuk menyempurnakan rumah seperti mengecat dan
memasang keramik. Kini rumah mereka sudah bagus, bercat hijau,
berkeramik hijau terdiri dari satu kamar tamu, 3 kamar tidur, satu ruang
makan dan dapur. Di samping untuk membangun rumah, hasil kerja mereka
21
Wawancara pribadi dengan Ibu. Enyin, eks TKW asal Desa Cimenteng Kecamatan
Campaka Kabupaten Cianjur, pada 2 April 2013.
71
sebagai TKW dan TKI, mereka gunakan untuk membeli sepeda motor,
membiayai sekolah anak, dan seperti telah disebutkan untuk menyewa toko
sebagai tempat usaha, Counter Handphone dan modal kredit pakaian.
Ibu. Enyin merupakan anak ke 3 dari 4 bersaudara, bapak ibunya
sudah meninggal sejak 11 tahun yang lalu. Sedangkan Bpk. Ujang merupakan
anak pertama dari tiga bersaudara, oleh karena itu dia cenderung mandiri
dalam mencukupi kebutuhan istri dan anaknya, karena harta orang tuanya
digunakan untuk mencukupi kebutuhan adik-adiknya yang masih sekolah.
Tabel. 4.1
Pengelolaan Uang Kiriman Terhadap Keluarga
No Nama Responden Pengelola
1 Cucun Suami
2 Cucum Suami
3 Neni Orang Tua
4 Aya Suami
5 Rinda Suami
6 Eha Suami
7 Warsih Suami
8 Wati Suami
9 Emul Suami
10 Elim Suami
11 Kokoy Suami
12 Enyin Suami
13 Minar Orang Tua
14 Santi Orang Tua
15 Yuli Orang Tua
16 Nyai Suami
17 Iis Suami
18 Elis Suami
72
19 Acih Orang Tua
20 Eva Suami
21 Cici Suami
22 Sri Suami
23 Imas Suami
24 Herti Orang Tua
25 Dewi Suami
26 Rani Orang Tua
Sumber : Hasil wawancara dengan responden
Dari tabel di atas dapat dilihat secara jelas tentang upaya pemenuhan
kebutuhan nafkah keluarga TKW. Sebagian besar dari responden
menunjukkan bahwa upaya pemenuhan kebutuhan tersebut diserahkan
sepenuhnya kepada suami. Dari 26 responden yang memilih suami sebagai
pengelola uang kiriman mempunyai akibat yang beragam. Ibu. Rinda
misalnya dengan menyerahkan pengelolaan uang kiriman kepada suami,
membuat keharmonisan rumah tangga hilang. Ia bercerai dengan suami dan
biaya pendidikan untuk anaknya tidak tersalurkan sepenuhnya.
Berbeda dengan keluarga Imas, Wati, Warsih dan Emul ketika
pengelolaan uang kiriman diserahkan kepada suami keharmonisan rumah
tangga tetap terbangun, dan uang tersebut digunakan sebagaimana mestinya.
Jadi ketika sang istri pulang tidak mengecewakan. Ketika pengelolaan uang
kiriman melalui orang yang diberi kepercayaan hal ini juga memunculkan
persoalan. Sebagaimana yang terjadi di keluarga Minar dan Santi. Memang
uang hasil kerja selama menjadi TKW sampai ketangan keluarga untuk
73
memenuhi kebutuhan, tetapi sebagian dari uang tersebut dimanfaatkan oleh
orang tua tiri mereka, uang tersebut digunakan untuk menutup kebutuhan-
kebutuhan pribadinya. Dengan menyerahkan pengelolaan uang kepada orang
tua tiri.
Tabel. 4.2
Tabel Pengunaan Uang Kiriman
No Nama Responden Tasaruf Gaji
1 Cucun - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Pendidikan anak
- Membangun rumah
2 Cucum - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Pendidikan anak
- Membangun rumah
3 Neni - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Pendidikan anak
- Membangun rumah
4 Aya - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Pendidikan anak
- Merenovasi rumah
5 Rinda - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Pendidikan anak
- Membangun rumah
6 Eha - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
7 Warsih - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Pendidikan anak
- Membayar hutang
8 Wati - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Pendidikan anak
9 Emul - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Membangun rumah
10 Elim - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Pendidikan anak
- Membangun rumah
11 Kokoy - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Pendidikan anak
- Membangun rumah
12 Enyin - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
74
- Pendidikan anak
- Membeli peralatan rumah
13 Minar - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Membangun rumah
14 Santi - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Membangun rumah
15 Yuli - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Membayar hutang
16 Nyai - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Pendidikan anak
- Membangun rumah
17 Iis - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Pendidikan anak
18 Elis - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Pendidikan anak dan adik-adiknya
19 Acih - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Pendidikan anak
- Membangun rumah
20 Eva - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Membeli peralatan rumah
21 Cici - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
22 Sri - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
23 Imas - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Pendidikan anak
- Renovasi rumah
24 Herti - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
25 Dewi - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Pendidikan anak
- Membangun rumah
26 Rani - Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
- Membangun rumah
Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat tentang tasyaruf gaji istri
sebagai TKW untuk keluarganya dari 26 responden meyebutkan bahwa uang
hasil kerja menjadi TKW digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,
membiayai pendidikan anak, membangun rumah, merenovasi rumah, atau ada
pula yang digunakan untuk membayar hutang.
75
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden dapat dilihat bahwa
istri memiliki peran penting dalam keluarga. Dengan menekuni profesi
sebagai TKW kebutuhan hidup sehari-hari, pendidikan anak, serta tempat
tinggal dapat terpenuhi.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian dan analisis penulis terhadap hasil penelitian
yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Profesi sebagai TKW banyak di sandang oleh perempuan di Desa
Cimenteng Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur, hal ini didorong
oleh faktor ekonomi masyarakat yang lemah. Profesi sebagai TKW tidak
memungkinkan bagi perempuan di Desa Cimenteng untuk bertemu
dengan keluarganya karena profesi ini mengakibatkan terpisahnya jarak,
waktu dan tempat tinggal dengan anak dan suami walaupun sifatnya
hanya sementara. Dalam pandangan hukum Islam profesi sebagai TKW
merupakan sebuah pekerjaan yang diperbolehkan. Kebolehan ini ada
beberapa ketentuan yang mengaturnya yaitu pertama, apabila ada jaminan
keamanan dari negara bagi diri TKW. Hal ini untuk mengantisipasi jika
seorang perempuan bekerja tanpa ditemani mahrom. Kedua, dengan
mempertimbangkan manfaat dan madlaratnya ketika perempuan memilih
profesi sebagai TKW. Berdasarkan hal tersebut maka profesi sebagai
TKW bagi perempuan (istri) di Desa Cimenteng Kecamatan Campaka
Kabupaten Cianjur diperbolehkan.
77
2. Sebagian besar dari mereka untuk mentasyarufkan gaji hasil kerjanya
melalui suami dan orang tua yang diberi kepercayaan penuh untuk
mengatur segala kebutuhan ekonomi keluarga yang ditinggalkannya.
Tasyaruf gaji istri sebagai TKW di luar negri pada masyarakat Desa
Cimenteng Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur digunakan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, membiayai pendidikan anak,
membayar hutang dan memenuhi tempat tinggal bagi keluarganya.
Pilihan jalan keluar untuk merubah nasib menjadi TKW para istri di Desa
Cimenteng Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur tidak semua
mencapai tujuan yang diimpikan. Hal ini dapat dilihat dari akibat yang
muncul setelah istri menekuni profesi sebagai TKW. Persoalan itu
muncul karena kesalahan mengenai cara mentasyarufkan gaji dari hasil
kerjanya. Upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga
melalui suami atau orang tua, yang dipercaya memiliki dampak tersendiri.
Bahkan sampai mengurangi bahkan merusak keharmonisan rumah
tangga.
B. Saran-saran
1. Pemerintah sebagai penyelenggara pengamanan dan perlindungan sosial
merupakan kewajiban negara melalui sistem politik dan hukumnya, maka
dari itu jaminan untuk memberikn keamanan dan perlindungan bagi
warganya baik laki-laki maupun perempuan harus benar-benar di
78
tegakkan. Hal ini untuk menghindari berbagai kemungkinan yang akan
terjadi bagi warganya yang menjadi TKI (TKW), karena sampai saat ini
tidaklah sedikit yang menjadi korban keegoisan majikan ketika bekerja di
negara lain.
2. Kepada suami yang ditinggal istri menjadi TKW, sebaiknya memahami
relasi suami istri dalam rumah tangga. Ketika suami tidak mampu
memberi nafkah bagi keluarga sementara istri bekerja menjadi TKW
sudah menjadi kenyataan yang harus diterima jika untuk sementara waktu
pekerjaan dalam rumah tangga menjadi tanggung jawab yang harus
dilaksanakan khususnya merawat dan mendidik anak. Karena anak
merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga oleh kedua orang tuanya.
Maka dari itu jika istri tidak berada di rumah karena menjadi TKW di luar
negeri tidak menjadi sebuah kesalahan jika suami memberikan
pengawasan atau perhatian kepada anak-anaknya.
80
DAFTAR PUSTAKA
Al Jaziri, Abdur Rohman. Kitab Fiqh al-madzahib al-Arba'ah. Al Maktabah
Al Tijariyyah Al Kubro, Mesir, 1969, Juz 4.
Amin, Rusli. Rumahku Surgaku: Sukses Membangun Keluarga Islami.
Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2003, Cet. Ke-11.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Bina Aksara, 1989.
As-Suubki, Ali Yusuf. Fiqh Keluarga; Pedoman Berkeluarga Dalam Islam.
Jakarta: Amzah, Cet. Ke-1.
Athibi, Ukasyah., Wanita Mengapa Merosot Akhlaknya. Jakarta: Gema Insani,
1998.
Bethan, Ignas. TKW di Timur Tengah. Jakarta: Asy-Ayaamil dan Grafika,
1993.
Dahri, Ibnu Ahmad. Peran Ganda Wanita Modern, Jakarta: Al-Kausar, 1992.
Daradjat, Zakiyah. Ilmu Fiqh Jilid 2. Jakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995, Cet.
ke-1.
Gisymar, Sholeh. Kado Cinta untuk Istri. Yogyakarta: Arina, 2005, Cet. Ke-1.
Haris, Abdul. Memburu Ringgit Membagi Kemiskinan: Fakta di Balik Migrasi
Orang Sasak ke Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002.
Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Bagian Proyek sarana dan
Prasyarana Produk Halal. Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat
Islam dan Penyelenggaraan Haji Depertemen Agama RI, 2003.
Ibn Ahmad, Imam Qodzi Abu Walid Muhammad. Bidayatul Mujtahid. Mesir:
Dar Al-Fikr, t.t. Juz 3.
Irfan, Muhammad. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perusahaan Jasa
Tenaga Kerja Indonesia Dalam Upaya Perlindungan Tenaga Kerja di
Duar Negeri (Studi Kasus di PT. PJTKI)”. Skripsi S1 Fakultas Syariah
81
dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
2005.
Kisyik, Abdul Hamid. Bimbingan Islam untuk Mencapai Keluarga sakinah.
Al Bayan Kelompok Penerbit Mizan, terj. Bina’ Al- Usrah Al-
Muslimah; Mausu’ah Al- Zuwaj Al- Islami. Kairo, Mesir, t.t..
Lathif, Azharuddin. dkk., “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan
Hukum”, Jakarta: FSH, 2012.
Lembaga Darut-Tauhid. Kiprah Muslimah dalam Keluarga Islam. Terj. A.
Chumaidi Umar, Bandung: Mizan, 1990, Cet. Ke-1.
M., Arif Nasution. Globalisasi dan Migrasi Antar Negara. Bandung: Alumni,
1999.
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, ed., Metode Penelitian Survei.
Jakarta: LP3SS, 1989.
Mulyati, Sri. Relasi Suami dalam Islam. Jakarta: Pusat Studi Wanita (PSW),
UIN Syarif Hidayatullah, 2004.
Munti, Ratna Batara. Perempuan Sebagai Kepala Rumah Tangga. Diterbitkan
atas Kerja Sama Lembaga Kajian Agama dan Jender, Jakarta:
Solidaritas Perempuan, 1999.
Nasution, Amir Taat. Rahasia Perkawinan dalam Islam: Tuntunan Keluarga
Bahagia. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1994, Cet. Ke-3.
Rahman, Asjmuni A. Qaidah-qaidah Fiqh (Qawaidul Fiqhiyah). Jakarta:
Bulan Bintang, 1976, Cet I.
Rosikhoh Ikho. “Perlindungan Tenaga Kerja Wanita Dalam Perspektif
Hukum Islam (studi kasus pada PT. Sandratex Ciputat)”. Skripsi S1
Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 1999.
Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah Jilid VII. Terjemah Fiqh Sunnah, Bandung: PT.
Al Ma'arif, t.t..
Shihab, M. Quraish. Wawasan Al-Qur.an. Bandung: Mizan, 2000, Cet. Ke-11.
82
Simatupang, Ricardo. Pengertian TKI, artikel diakes pada 2 April 2013 dari
http://rloen.blogspot.com/2012/10/pengertian-tki.html.
Soekanto, Soerjono. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, 1986.
Syarifudin, Amir. Hukum Perkawinan di Indonesia Antara Fikih Munakahat
dan Undang-Undang Perkawinan. Jakarta: Kencana, 2006, edisi. I,
Cet I.
Thalib, Muhammad. Ketentuan Nafkah Istri dan Anak. Bandung: Irsyad
Baitus Salam, 2000, Cet. I.
Ulfah, Maria. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Hak-Hak Tenaga Kerja
Wanita”. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2003.
Umar, A. Chumaidi. Terjemahan Al-Usroh Al-Muslimah. Bandung: Mizan,
1990, Cet ke-1.
Wadud, Amin. Qur’an Menurut Wanita. t.p: t.t, t.t.
Wawancara pribadi dengan Ibu. Aya, eks TKW asal Desa Cimenteng
Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur, pada 2 April 2013.
Wawancara pribadi dengan Ibu. Enyin, eks TKW asal Desa Cimenteng
Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur, pada 2 April 2013.
Wawancara pribadi dengan Ibu. Rinda, eks TKW asal Desa Cimenteng
Kecamatan Campaka Kabupaten Cianjur, pada 2 April 2013.
Wikipedia, “Penelitian Deskriptif-Wikipedia Bahasa Indionesia”, artikel
diakses pada 19 Januari 2013 dari
http://id.m.wikipedia.org/wiki/penelitian_deskriptif.