Upload
gfillmorems
View
396
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB II
PERATURAN HUKUM GO PRIVATE DALAM HUKUM PASAR MODAL INDONESIA
A. Pengertian Go Private
Tindakan go private merupakan aksi korporasi yang merupakan kebalikan
dari tindakan go public. Pada tindakan go public suatu perusahaan menjual
sahamnya kepada publik sehingga menjadi perusahaan terbuka. Sebaliknya, pada
tindakan go private perusahaan terbuka berubah statusnya menjadi perusahaan
tertutup.
Menurut Black’s Law Dictionary, Go Private adalah “ the process of
changing a public corporation by terminating the corporation’s status with
Security Exchange Commision as a publicly held corporatioan and by having its
outstanding publicly held shares acquiered by a single shareholder or a small
group”.19
Pengertian sebelumnya memberi kesimpulan bahwa go private adalah
perubahan status dari perusahaan yang terbuka menjadi perusahaan tertutup. Go
private artinya perusahaan yang sahamnya semula dimiliki oleh publik
Sedangkan menurut Young Moo Shin, yang dimaksud dengan going
private adalah : “… Any Transaction or series of transactions engaged by an
issuer or its affiliate, which would if successful, permit or its affiliate, which
would if successful, permit the issuer to cease filingreports under the securities
law and return privately held status…”
19 Black’s Law Dictionary, Op.Cit. Hal 69
Universitas Sumatera Utara
(perusahaan tertutup), berubah kembali menjadi perusahaan tertutup yang hanya
dimiliki oleh segelintir pemegang saham saja. 20
Berdasarkan logika, setiap perusahaan berhak juga untuk go public, setelah
memenuhi aturan main dan, berhak juga untuk membeli kembali saham yang
dimiliki masyarakat. Hal ini merupakan prinsip dasar dari sistem ekonomi pasar
yang dianut serta praktik yang lazim berlaku di pasar modal yang telah maju.
Secara nasional kepentingan terhadap berkembangnya budaya keterbukaan
merupakan hal yang sangat mendasar. Keterbukaan dimaksud tidak hanya
menyangkut masalah politik juga terkait dengan aspek lainnya termasuk
keterbukaan di bidang ekonomi. Keterbukaan di bidang ekonomi, khususnya yang
berhubungan dengan masalah keuangan (financial disclosures) merupakan
masalah mendasar dan mau tidak mau, akan menjadi keharusan melaksanakan
keterbukaan ini.
Tanpa disadari bahwa pengembangan pasar modal telah membawa banyak
perubahan baik bagi pelaku bisnis sendiri maupun regulator. Perubahan tersebut
mencakup adanya keberhasilan dalam penerapan financial technology,
pengembangan SDM di bidang keuangan, dan lain-lain. Dibalik kemajuan ini, ada
indikasi mulai munculnya ide untuk melakukan go private bagi beberapa
perusahaan yang telah go public.
21
Dalam UUPT ditegaskan pada pasal 37 ayat (1), disebutkan bahwa
Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan dengan ketentuan
:
20 Young Moo Shin, Securities Regulation in Korea, (Seoul, Korea : National University
Press,1993), Hal 338, dikutip dari artikel hukum bisnis 21 www.hukumonline.com /fenomena go private. Diakses Tanggal 11 Februari 2010.
Universitas Sumatera Utara
a. Pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih
perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditempatkan ditambah
cadangan wajib yang telah disisihkan; dan
b. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroandan
gadai saham atau jaminan fidusia atas saham yang dipegang oleh perseroan
sendiri dan/atau perseroan lain yang sahamnya secara langsung atau tidak
langsung dimiliki oleh perseroan, tidak melebihi 10 % (sepuluh persen) dari
jumlah yang ditempatkan dalam perseroan, kecuali diatur lain dalam peraturan
perundang-undangan di bidang pasar modal.
B. Dasar Hukum Go Private
Sampai saat ini belum adanya peraturan khusus yang mengatur go private.
Peraturan yang selama ini dijadikan acuan dalam melaksanakan go private adalah
peraturan mengenai Benturan Kepentingan dan peraturan mengenai Penawaran
Tender. 22 Kedua aturan ini meliputi peraturan Bapepam dan juga peraturan yang
dikeluarkan oleh Bursa Efek Jakarta. Disamping itu proses go private juga harus
mengacu pada Undang-undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
(UUPT), dan Undang-undag No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal (UUPM). 23
Dalam praktik yang dilakukan oleh beberapa perusahaan yang melakukan
go private, dapat ditemukan adanya berbagai dasar hukum yang menjadi acuan
atau kerangka atau pijakan dalam melaksanakan go private itu sendiri. Secara
umum dasar hukum dan peraturan tersebut dapat disebutkan dan dijelaskan
sebagai berikut :
22 Gunawan Wudjaja dan Wulandari Risnamanitis, Op.Cit. Hal 72. 23 Ibid. Hal. 75.
Universitas Sumatera Utara
1. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Peseroan Terbatas
Ketentuan dalam Undang-undang No 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan
Terbatas (UUPT) yang menjadi sandaran awal dilaksanakannya go private adalah:
a. Pasal 21 Ayat (1) UUPT
“ Perubahan anggaran dasar tertentu harus mendapat persetujuan Menteri”
b. Pasal 21 Ayat (2) UUPT
“Perubahan anggaran dasar tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
1) Nama Perseroan dan /atau tempat kedudukan perseroan
2) Maksud dan Tujuan Perseroan serta kegiatan usaha perseroan;
3) Jangka waktu berdirinya perseroan
4) Besarnya modal dasar
5) Pengurangan modal ditempatkan dan modal disetor; dan/atau
6) Status perseroan yang tertutup menjadi perseroan terbuka atau
sebaliknya”.
Dari ketentuan di atas dapat disimpulkan bahwa pasal 21 Ayat (2) UUPT
itu memberi dasar hak perubahan status bagi perusahaan terbuka menjadi
perusahaan tertutup. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pasal tersebut
merupakan dasar hukum go private yang bersifat umum, karena tidak mengatur
lebih lanjut bagaimana seharusnya prosedur dan tata cara perusahaan publik itu
melakukan go private. 24
24 Pasal 21 Undang-undang No.40 Tahun 2007 Tentang Pereroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
c. Pasal 19 Ayat (1) UUPT
“ Perubahan anggaran dasar ditetapkan oleh RUPS”. Berdasarkan
ketentuan ini perubahan anggaran dasar perusahaan terbuka menjadi perusahaan
tertutup harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari seluruh pemegang saham
utama maupun pemegang saham minoritas. 25
Pembelian kembali saham (stock buy back) merupakan salah satu langkah
yang dapat diambil oleh emiten atau perusahaan publik untuk menaikkan harga
sahamnya yang karam.
26
Menurut Hasan Zein, mengenai fenomena ramainya emiten atau
perusahaan publik yang melakukan buy back saham mereka di penghujung tahun
1997, kembali menjadi sesuatu yang aktual saat ini.
27
1. Pembelian kembali saham tersebut tidak menyebabkan kekayaan bersih
perseroan menjadi lebih kecil dari jumlah modal yang ditetapkan ditambah
cadangan diwajibkan yang telah disisihkan.
Adapun dasar-dasar
hukum bagi pembelian saham yang telah dikeluarkan oleh perseroan secara umum
adalah Pasal 37, Pasal 38, Pasal 39 UUPT.
d. Pasal 37 Ayat (1) UUPT
“ Perseroan dapat membeli kembali saham yang telah dikeluarkan dengan
ketentuan :
2. Jumlah nilai nominal seluruh saham yang dibeli kembali oleh perseroan
dan gadai saham atau jaminan fidusia atau saham yang dipegang oleh
25 UU No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, Pasal 19. 26 www.hukumonline.com /buy back, Diakses Tanggal 11 Februari 2010. 27 Hasan Zein. Fenomena Stock Buy Back www. hukumonline.com. Diakses Tanggal 12
Februari 2010.
Universitas Sumatera Utara
perseroan tanah ini dan/atau perseroan lain yang sahamnya secara
langsung dimiliki oleh perseroan, tidak melebihi 10% (sepuluh persen)
dari jumlah modal yang ditempatkan dalam perseroan, kecuali diatur lain
dalam peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal.”
e. Pasal 37 Ayat (2) UUPT
“ Perseroan saham, baik secara langsung maupun tidak langsung yang
bertentangan dngan Ayat (1) batal karena hukum”.
f. Pasal 37 Ayat (3) UUPT
“ Direksi secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian yang
diderita pemegang saham yang beritikad baik, yang timbul akibat pembelian
kembali yang batal karena hukum sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2)
g. Pasal 37 Ayat (4)
“ Saham yang dibeli kembali perseroan sebagimana dimaksud pada ayat
(1) hanya boleh dikuasai perseroan paling lama 3 Tahun”.
Pada pasal 37 Ayat (1) UUPT mengingatkan kepada konsep go private
yang merupakan proses pembelian saham publik oleh perseroan dalam rangka
implementasi buy back atau repurchase saham yang wajib memenuhi persyaratan
pokok jumlahnya.28
28 Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis, Go Public dan Go Private di Indonesia,
(Jakarta : Kencana, 2009), Hal. 74.
Selain itu, jumlah nilai nominal seluruh saham yang dimiliki
perseroan bersama dengan yang dimiliiki perseroan bersama dengan yang dimiliki
perseroan bersama dengan yang dimiliki perseroan anak perusahaan dan gadai
saham yang dipegang, tidak melebihi 10% (sepuluh persen) dari jumlah modal
Universitas Sumatera Utara
yang ditempatkan (Pasal 37 Ayat (1) butir b UUPT) dan dana yang digunakan
untuk buy back adalah dana dari laba bersih perseroan.
Selanjutnya ketentuan Pasal 37 Ayat (2) UUPT sudah memberikan
rumusan yang jelas bahwa perolehan saham, baik langsung maupun tidak
langsung yang bertentangan dengan ketentuan Pasal 37 Ayat (1) UUPT adalah
harus dikembalikan ke perseroan. Ketentuan Pasal 37 Ayat (3) UUPT adalah batal
demi hukum dan pembayaran yang telah diterima harus dikembalikan ke
perseroan. Ketentuan Pasal 37 Ayat (3) UUPT menjelaskan tentang tanggung
jawab direksi apabila pemegang saham mengalami kerugian. 29
Inti sari dari Pasal 38 Ayat (1 ) UUPT ini bahwa buy back hanya dapat
dilakukan setelah mendapat persetujuan dari RUPS. Dengan demikian, tanpa
dilakukannya RUPS, maka proses buy back tidak dilakukan dan dengan
h. Pasal 38 Ayat (1) UUPT
“ Pembelian kembali saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 Ayat
(1) atau pengalihannya lebih lanjut hanya dapat dilakukan berdasarkan
persetujuan RUPS, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan
dibidang pasar modal.”
i. Pasal 31 Ayat (2) UUPT
“Keputusan RUPS yang memuat persetujuan sebagai mana dimaksud Ayat
(1) sah apabila dilakukan sesuai dengan ketentuan mengenai panggilan rapat,
quorum, dan persetujuan jumlah suara untuk pembahasan anggaran dasar
sebagaimana diatur dalam undang-undang ini dan/atau anggaran dasar”.
29 Pasal 37 UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.
Universitas Sumatera Utara
sendirinya menjadi batal demi hukum. Di mana keputusan RUPS sebagaimana
dimaksud dalam Ayat (1) akan sah apabila dihadiri sedikit 2/3 (dua pertiga)
bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh
paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dan jumlah suara tersebut atau sebagimana
diatur lain dalam anggaran dasar.
j. Pasal 61 Ayat (1) UUPT
“ Setiap Pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan
ke Pengadilan Negeri apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap
tidak adil dan tanpa wajar sebagai akibat keputusan RUPS, Direksi atau
Komisaris”.
Isi ketentuan Pasal 61 Ayat (1) UUPT ini memberikan hak kepada setiap
pemegang saham untuk mengajukan gugatan terhadap perseroan kepada
Pengadilan Negeri jika ia dirugikan atas tindakan perseroan yang dianggap tidak
adil dan tanpa alasan yang wajar sebagai akibat keputusan RUPS yang
mengagendakan buy back sebagai pembahasnya. 30
30 Ibid
k. Pasal 62 Ayat (1) UUPT
“ Setiap pemegang saham berhak meminta kepada perseroan agar
sahamnya dibeli dengan harga yang wajar, apbila yang bersangkutan tidak
menyetujui tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan,
berupa :
Universitas Sumatera Utara
a. Perubahan anggaran dasar;
b. Pengalihan atau penjaminan, seluruh kekayaan perseroan yang mempunyai
nilai lebih dari 50 % (lima puluh persen) kekayaan bersih perseroan; atau
c. Penggabungan, peleburan, pengambilalihan perseroan atau pemisahan”
l. Pasal 62 Ayat (2) UUPT
“ Dalam hal saham yang diminta untuk dibeli sebagaimana dimaksud
dalam Ayat (1) melebihi batas ketentuan pembelian kembali saham oleh perseroan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 Ayat (1), perseroan wajib mengusahakan
gar sisa saham dibeli oleh pihak lain.”
Proses go private juga harus memperhatikan penyelesaian terhadap
pemegang saham yang tidak setuju terhadap go private. Hal ini diatur dalam Pasal
62 Ayat (1) UUPT yang menyatakan bahwa setiap pemegang saham berhak
meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar,
apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugian
pemegang saham atau perseroan, berupa : perubahan dasar anggaran dasar,
Perubahan anggaran dasar; Pengalihan atau penjaminan, seluruh kekayaan
perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50 % (lima puluh persen) kekayaan
bersih perseroan; atau Penggabungan, peleburan, pengambilalihan perseroan atau
pemisahan perseroan. 31
Sedangkan pada ketentuan Pasal 62 Ayat (1) dan (2) UUPT ini
mengandung arti bahwa adanya hak setiap pemegang saham untuk meminta
kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar dan apabila hal
31 Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis, Op.cit. Hal. 78.
Universitas Sumatera Utara
ini yang diminta melebihi batas ketentuan pembelian kembali saham, maka
perseroan punya kewajiban untuk mengusahakan agar sisa saham dibeli oleh
pihak lain.
2. Peraturan Bapepam Tentang Benturan Kepentingan
Kegiatan ekonomi pada umumnya tercermin pad aktifitas pasar dan
karenanya orang sering menyebut kegiatan ekonomi tidak berorientasi pada pasar
nerupakan salah satu bentuk penyimpangan yang harus diperbaiki. Untuk
menciptakan sistem ekonomi yang ideal hendaknya perlu ada satu perangkat yang
mampu menjamin berjalannya system mekanisme pasar.
Untuk dapat dipercaya, setiap pasar termasuk financial market, pasar uang
dan pasar modal haruslah memiliki kriteria atau kondisi sebagai berikut : adanya
fairness, tegaknya hukum, lengkapnya infrastruktur, dan adanya profesionalisme
pelaku dan pengawas pasar. Setiap pasar termasuk pasar tradisional biasanya
memiliki pengawas. Tanpa pengawas sulit dicapai adanya pasar efisien dan
teratur. Fungsi pengawas pasar ini sangatlah penting mengingat yang
bersangkutan bertindak tidak hanya sebagai regulator, tetapi juga sebagai
pengawas dan dalam beberapa hal sebagai investigator atau penyidik. 32
Namun, peran dan fungsi pengawas pasar ini perlu diawasi agar
keberadaaannya tidak menjadi halangan atau penghambat. Sebab kekuasaan yang
diberikan kepada pengawas pasar sekaligus menjadi potensi yang dapat
menghambat pasar. Apabila pengawas pasar memiliki kewenangan yang
32 I Putu Gede Ary Suta. Menuju Pasar Modal Modern, (Jakarta: SAD Satria Bakti,
2000), Hal. 166.
Universitas Sumatera Utara
berlebihan dan penyalahgunaan wewenangnya itu sehingga menjadi beban bagi
pasar. 33
Transaksi Berbenturan Kepentingan terjadi apabila dipenuhi unsur-unsur
sebagai berikut
34
a. Adanya transaksi, yaitu suatu aktivitas atau kontrak dalam rangka
memberikan dan/atau mendapatkan pinjaman, memperoleh, melepaskan
atau menggunakan aktiva, jasa atau efek suatu perusahaan atau perusahaan
terkendali, atau mengadakan kontrak sehubungan dengan aktivitas
terseebut
:
b. Adanya benturan kepentingan
c. Benturan kepentingan tersebut adalah antara perusahaan dengan komisaris
atau direktur atau pemegang saham utama
d. Kepentingan yang berbenturan adalah kepentingan ekonomis
Menurut peraturan khusus mengatur mengenai Benturan Kepentingan
transaksi tertentu, yaitu Keputusan Ketua Bapepam No.Kep-12/PM/1997
(Peraturan No.IX. E. 1) maka yang dimaksud dengan benturan kepentingan adalah
perbedaan antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi
kreditur, komisaris atau pemegang saham utama dari perusahaan tersebut.
Dalam peraturan tersebut, maka apabila suatu transaksi di mana seorang
Komisaris, Direktur, atau pemegang saham utama mempunyai benturan
33 Ibid, Hal 170 34 Munir Fuady, Pasar Modal Modern, (Jakarta: Citra Aditya Bakti, 1999), Hal. 190.
Universitas Sumatera Utara
kepentingan, maka transaksi dimaksud harus disetujui oleh para pemegang saham
independen atau wakil mereka yang diberi wewenang secara sah. 35
Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan profesionalisme dan
diikuti semakin banyaknya perusahaan yang menjual dan mencatatkan sahamnya
pada bursa efek di Indonesia, maka fungsi Bapepam kemudian lebih difokuskan
pada pembinaan dan pengawasan kegiatan pasar modal, sedangkan pengelolaan
bursa efek diserahkan sepenuhnya kepada pihak swasta. Melalui Surat Keputusan
Menteri Keuangan No.1548/KMK.013/1990, Bapepam mengalami perubahan
peran dan fungsi. Sejak diberlakukannya keputusan tersebut, Bapepam tidak lagi
menjadi penyelenggara pasar, tetapi hanya memfokuskan peranannya di bidang
pengawasan. Hal ini ditegaskan dalam UU No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar
Modal. Dalam pasal 3 Ayat (1) disebutkan pembinaan, pengaturan dan
pengawasan sehari-hari kegiatan pasar modal dilakukan oleh Bapepam.
Berikutnya pada Pasal 4 ditegaskan peran Bapepam itu bertujuan mewujudkan
Di Indonesia lembaga yang dapat dikategorikan sebagai pengawas pasar
adalah Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) sebagai Pengawas Pasar Modal,
Bank Indonesia (BI) dan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai
Pengawas Industri Perbankan, Departemen Keuangan sebagai Pengawas Industri
Asuransi, Dana Pensiun, dan Modal Ventura, Departemen Perindustrian dan
Perdagangan sebagai Pengawas Pasar Bursa Berjangka. Fungsi yang dilaksanakan
lembaga-lembaga pengawas tersebut di atas memang berbeda satu dengan yang
lain.
35 Ibid, Hal. 188.
Universitas Sumatera Utara
terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien serta melindungi
kepentingan pemodal dan masyarakat. 36
a. Memberi izin usaha kepada bursa efek, lembaga kliringa dan penjaminan,
lembaga penyimpanan, dan penyelesaian, reksadana, perusahaan efek,
penasihat investasi, dan biro administrasi efek.
Selanjutnya kewenangan Bapepam diatur lebih rinci dalam Pasal 5 UU
Pasar Modal, yang meliputi :
b. Memberi izin orang perseorangan bagi wakil penjamin emisi efek, wakil
perantara pedagang efek, dan wakil manajer investasi.
c. Memberi persetujuan bagi bank kustodian.
d. Mewajibkan pendaftaran profesi penunjang pasar modal dan wali amanat
e. Menetapkan persyaratan dan tata cara pencalonan dan memberhentikan
untuk sementara waktu komisaris dan atau direktur serta menunjuk
manajemen sementara bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, serta
lembaga penyimpanan dan penyelesaian sampai dengan dipilihnya
komisaris dan direktur yang baru.
f. Menetapkan persyaratan dan tata cara pernyataan pendaftaran serta
menyatakan, menunda, dan membatalkan efektifnya pernyataan
pendaftaran.
g. Mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap pihak dalam hal
terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang-
undang Pasar Modal dan/atau peraturan pelaksanaannya.
36 Ibid, hal 174
Universitas Sumatera Utara
h. Mewajibkan setiap pihak untuk menghentikan atau memperbaiki iklan
atau promosi yang berhubungan dengan kegiatan di pasar modal, dan juga
mengambil langkah-langkah yang timbul akibat dari iklan atau promosi
tersebut.
i. Melakukan pemeriksaan terhadap emiten atau perusahaan publik yang
telah atau diwajibkan menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada
Bapepam.
j. Menunjuk pihak lain untuk melakukan pemeriksaan tertentu dalam rangka
pelaksanaan wewenang Bapepam.
k. Mengumumkan hasil pemeriksaan
l. Membekukan atau membatalkan pencatatan suatu efek pada bursa efek
atau menghentikan transaksi bursa atas efek tertentu untuk jangka waktu
tertentu guna melindungi kepentingan pemodal.
m. Menghentikan kegiatan perdagangan bursa efek untuk jangka waktu
tertentut dalam hal keadaan darurat.
n. Memeriksa keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi
oleh bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, atau lembaga
penyimpanan dan penyelesaian serta memberikan keputusan membatalkan
atau menguatkan pengenaan sanksi yang dimaksud
o. Menetapkan biaya perizinan, persetujuan, pendaftaran, pemeriksaan,
penelitian serta biaya lain dalam rangka kegiatan pasar modal
Universitas Sumatera Utara
p. Melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencegah kerugian
masyarakat sebagai akibat pelanggaran atas ketentuan di bidang pasar
modal.
q. Memberikan penjelasan lebih lanjut yang bersifat teknis atas undang-
undang ini atau peraturan pelaksanaannya
r. Menetapkan instrument lain sebagai efek
s. Melakukan hal-hal lain untuk diberikan berdasarkan Undang-undang ini.
37
Dalam hal ini Bapepam mengeluarkan peraturan yang dapat disebutkan
sebagai salah satu dasar dari pelaksanaan go private. Peraturan Bapepam ini
mengenai Benturan Kepentingan yang mewajibkan suatu transaksi yang
mengandung Benturan Kepentingan mendapat persetujuan dari pemegang saham
independen. Meskipun tindakan go private tidak mengandung benturan
kepentingan, kebijakan Bapepam mewajibkan perusahaan untuk mengacu kepada
peraturan sendiri.
38
Dengan kebijakan ini, meskipun tidak memilki suara mayoritas, pemegang
saham independen yang tidak setuju dengan proses go private dapat menghalangi
proses go private. Sampai Tahun 2005, persetujuan pemegang saham independen
dilakukan dengan mengacu pada Peraturan Bapepam No. IX. E. I Tentang
Kepentingan Transaksi Tertentu. Peraturan tersebut mensyaratkan bahwa go
private hanya dapat dilakukan dengan persetujuan RUPS Pemegang Saham
Independen yang dihadiri oleh lebih dari 50 % (Lima puluh persen) saham yang
37 Ibid, Hal 181 38 Boby W. Hermawan dan I Made B. Tirthayatra, Go Private., Hal. 2
Universitas Sumatera Utara
dimiliki Pemegang Saham Independen, dan disetujui oleh lebih dari 50 % (Lima
puluh persen) saham yang dimiliki oleh pemegang saham independent. 39
Menurut Peraturan Bapepam No. IX. F. 1 Tentang Penawaran Tender,
Penawaran tender adalah penawaran melalui media massa untuk memperoleh efek
bersifat ekuitas dengan cara pembelian atau pertukaran dengan efek lainnya.
Pernyataan Penawaran Tender adalah dokumen yang wajib disampaikan kepada
Bapepam oleh pihak yang melakukan penawaran tender.
3. Peraturan Bapepam Tentang Penawaran Tender (Tender Offer)
Dalam pengertian umum, Tender Offer merupakan penawaran melalui
media massa untuk membeli saham perusahaan publik yang tercatat dibursa
dengan tujuan untuk mengendalikan perusahaan publik yang bersangkutan.
Tender offer pada umumnya menjadi pusat perhatian setiap pengawas pasar modal
dan bursa, mengingat implikasinya terhadap masyarakat.
40
Tender offer dapat berakibat beralihnya pengendalian perusahaan publik
dari satu tangan (group) ke tangan (group) lainnya. Makna yang dapat timbul
seperti adanya perubahan Direksi, Komisaris, atau bahkan kebijakan penting yang
dapat mempengaruhi jalannya perusahaan publik.
41
Untuk perusahaan publik, pengendalian tak lagi diukur dari pemilikan
saham yang melebihi 50 % (lima puluh persen), melainkan jauh lebih luas.
Pemilikan 25 % (dua puluh lima persen) suara sudah dianggap mengendalikan,
kecuali terdapat pembuktian sebaliknya. Pelaksanaan Tender Offer dapat
mempengaruhi masyarakat pemodal untuk menjual atau tak menjual efek atau
39 Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis. Op.Cit Hal 78 40 Peraturan Bapepam No. IX. F. I Tentang Penawaran Tender 41 I Putu Gede Ary Suta, Op.Cit. hal 323
Universitas Sumatera Utara
saham yang dimiliki. Disinilah peran pengawas pasar modal dan bursa untuk
memastikan bahwa kesepakatan mengenai penawaran sahan tersebut jujur dan
transparan. Pemodal harus memperoleh informasi lengkap dan terlindungi dari
praktik tak jujur.
Masyarakat pemodal adalah pihak yang harus selalu dilindungi. Sebab
mereka selalu di pihak yang lemah, terutama dalam perolehan informasi yang
penting dan relevan. Beda dengan pengelola perusahaan publik yang memiliki
posisi lebih menguntungkan. Penawaran tender adalah tindakan yang terbalik jika
dibandingkan dengan penawaran saham perdana (Initial Public Offering - IPO).
Dalam IPO, yang ada adalah penawaran jual, berarti yang diambil pemodal adalah
keputusan untuk membeli efek. Jumlah pemegang saham akan meningkat sejalan
dengan bertambahnya modal perusahaan. Sedangkan dalam Tender Offer, yang
dilakukan merupakan penawaran beli dan yang diambil pemodal adalah keputusan
untuk menjual.
Salah satu hal yang terpenting dalam Tender Offer adalah adanya
kemungkinan perusahaan yang bersangkutan tidak lagi memenuhi persyaratan
sebagi perusahaan publik, dalam arti bahwa perusahaan tersebut telah go private.
Konsekuensinya adalah terhentinya pencatatan di bursa, tertutupnya mekanisme
jual beli saham perusahaan yang bersangkutan, yang berarti berakhirnya
likuiditas. 42
Karena luasnya dampak tender offer bagi pemodal, aturan main tentang
hal ini harus memberi jaminan bahwa pelaku tender offer memberi informasi yang
42 I Putu Gede Ary Suta. Op.Cit. Hal 325.
Universitas Sumatera Utara
benar dan tidak menyesatkan. Harus memberikan informasi atau fakta materil
yang seharusnya diketahui pemodal, tidak menggunakan informasi orang dalam
(insider informasi), dan informasi yang diberikan harus tepat waktu dan merata.
Untuk mengantisipasi hal itu, Bapepam selaku pengawas pasar modal
mengambil langkah dengan menerbitkan Peraturan Penawaran Tender pada tahun
1995. Peraturan itu untuk mencapai sasaran penting, antara lain memberikan
perlindungan kepada masyarakat pemodal dari praktik pengambilalihan
perusahaan publik secara tidak transparan, menciptakan harga penawaran yang
wajar serta tidak merugikan kepentingan masyarakat pemodal, terutama dari
praktik manipulasi harga, dan memberikan waktu dan informasi cukup bagi
masyarakat pemodal sebelum mengambil keputusan untul menjual atau tidak
menjual efek yang dimaksud.
Untuk mencapai sasaran diatas, peraturan Bapepam memuat hal penting
yang wajib diikuti oleh pihak yang akan melakukan Tender Offer, antara lain
meliputi pembelian saham di bursa, sehingga pemilikan mencapai 20 % (dua
puluh persen) atau lebih dengan tujuan pengendalian harus dilakukan penawaran
tender, offeror harus mengumumkan transaksi tersebut dalam dua surat kabar.
Lalu offeror wajib menyampaikan pernyataan penawaran tender kepada Bapepam,
harga penawaran tender pun harus lebih tinggi dari harga selama enam bulan
terakhir.43
Di Indonesia, secara umum pengambilalihan perseroan diatur dalam Bab
VIII UUPT , Pasal 125 UUPT mengatur cara pihak-pihak yang dapat melakukan
43 Gunawan Widjaja dan Risnamanitis. Op.Cit. Hal 71.
Universitas Sumatera Utara
pengambilalihan dan prosedur pengambilan. Pasal 126 mengatur tentang
mengenai perbuatan hukum pengambilalihan di mana harus memperhatikan
kepentingan perseroan , pemegang saham minoritas, karyawan perseroan dan
kepentingan masyarakat serta persaingan sehat dalam melakukan pihak yang
melakukan usaha dan dalam Pasal 83 UU Pasar Modal ditentukan bahwa setiap
pihak yang melakukan Penawaran Tender wajib mengikuti ketentuan mengenai
keterbukaan, kewajaran dan pelaporan yang ditegaskan oleh Bapepam. 44
Selanjutnya mengenai pengambilalihan bagi emiten atau perusahaan
publik diatur dalam Pasal 84 UUPM. Apabila rencana go private telah disetujui
oleh para pemegang saham independen, maka harus dilakukan penawaran tender
oleh pemegang saham perusahaan untuk membeli saham yang dimiliki pemegang
saham publik.
45
a. Identitas dari pihak yang melakukan tender offer
Adapun pihak yang dapat melakukan penawaran tender wajib
mengumumkan di surat kabar, yang mengenai rencana penawaran tender, yang
memuat :
b. Persyaratan dan kondisi khusus dari penawaran tender yang direncanakan
c. Jumlah efek bersifat ekuitas dari perusahaan sasaran yang dimiliki oleh
pihak yang melakukan penawaran tender.
d. Pernyataan akuntan, bank, atau penjamin emisi efek yang menerangkan
bahwa pihak yang melakukan penawaran tender telah mempunyai dana
yang mencukupi untuk membiayai penawaran tender yang dimaksud.
44 Ibid. 45 Ibid, hal 79
Universitas Sumatera Utara
Tata cara dan prosedur penawaran tender diatur dalam Peraturan Bapepam
No. IX. F. I Tentang Penawaran Tender. Peraturan ini mensyaratkan harga
penawaran tender harus lebih tinggi dari dua harga berikut :
a. Harga penawaran tender tertinggi yang diajukan sebelumnya oleh pihak
yang sama dalam jangka waktu 180 (Seratus delapan puluh) hari sebelum
pengumuman.
b. Harga pasar tertinggi atas efek dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh)
hari terakhir sebelum pengumuman. 46
Bagi pasar modal Indonesia, aspek penting lainnya yang perlu
memperoleh perhatian adalah kesiapan masyarakat menerima go private, yang
pada dasarnya merupakan proses kebalikan dari go public. Di tengah usaha
memasyarakatkan pemilikan saham perusahaan besar, dapat terjadi penciutan
pemilikan saham publik. Hal demikian haruslah diantisipasi dan telah merupakan
bagian dari kehidupan pasar modal yang bersifat global. Dari sisi ini, pengelola
perusahaan publik harus paham bahwa sekali perusahaan masuk bursa, dia sudah
memasuki arena yang setiap saat dapat menjadikannya perusahaan sasaran sudah
diakuisisi.
Peraturan penawaran tender (Tender offer) ini harus diarahkan kepada
perlindungan kepada pemegang saham publik. Inti dari Tender Offer ini adalah
kewajaran (fairness), transparansi dan perlindungan kepada masyarakat.47
46 Ibid, hal 80 47 I Putu Gede Ary Suta, Op.Cit, Hal 441
Universitas Sumatera Utara
4. Peraturan BEJ No. 1. 1 Tentang Penghapusan Pencatatan (Delisting) Dan
Pencatatan Kembali (Relisting) Saham Di Bursa
Saham yang telah tercatat di bursa (listed) dapat mengalami yang disebut
delisting, yaitu penghapusan pencatatan dari daftar saham di bursa yang
dikarenakan tidak memenuhi ketentuan-ketentuan di bursa tersebut. Pada saat
perusahaan melakukan go private, hal tersebut pada umumnya diikuti dengan
tindakan delisting oleh bursa. Pada saat perusahaan yang berstatus terbuka
mengubah statusnya menjadi perusahaan tertutup.48
Delisting adalah perpindahan perusahaan-perusahaan yang sudah terdaftar
di bursa efek karena perusahaan tersebut tidak mematuhi aturan-aturan yang
berlaku atau keadaan keuangannya jauh dibawah standar yang berlaku secara
umum.
49
Sedangkan menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, yang
dimaksud dengan delisting adalah penghapusan efek dari daftar efek yang tercatat
pada bursa.
50
Menurut Black law dictionary, delisting adalah “ The suspension of having
a security listed on an exchange, delisting result from failing to meet the
exchange’s listing requierements, as by not compliying with the minimum net
asset requirement”.
51
Menurut kamus istilah Pasar Modal, Akuntansi, Keuangan dan Perbankan,
delisting adalah pengeluaran pencatatan suatu efek dari daftar efek yang tercatat di
48 Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis, Op.Cit, Hal 43 49 Victor Purba, Kamus Umum Pasar Modal. (Jakarta: UI Press, 2000), Hal 44 50 Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin, Pasar Modal di Indonesia, Pendekatan,
Tanya Jawab, (Jakarta : Salemba Empat, 2006) , Hal 70. 51 Black’s Law Dictionary, Op.Cit, Hal 428
Universitas Sumatera Utara
bursa efek. Hal ini biasanya dilakukan untuk saham-saham emiten yang tidak
diperdagangkan dalam rentang waktu tertentu atau emiten saham tersebut merugi
terus menerus selama tiga tahun dan atau beberpa kondisi lainnya. Saham-saham
yang telah di delist tetap dapat diperdagangkan di luar bursa, dan status emiten
tersebut tetap sebagai perusahaan publik.52
Pencatatan kembali (Relisting) merupakan pencantuman kembali suatu
efek dalam daftar efek yang tercatat di Bursa, setelah efek tersebut dihapuskan
pencatatannya di Bursa.
53
a. Permohonan penghapusan pencatatan saham yang diajukan oleh
perusahaan tercatat sendiri, yang biasanya disebut voluntary delisting;
Delisting pada dasarnya merupakan akibat dari wanprestasinya emiten
atau tidak dipenuhinya isi, syarat-syarat dan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian
atau kontrak yang dibuat dan diwajibkan oleh bursa efek. Delisting merupakan
tindakan yang membawa akibat hukum pada tidak memperbolehkan efek emiten
yang bersangkutan diperdagangkan lagi di bursa. Hukuman dalam bentuk
delisting tersebut, yang dijatuhkan oleh otoritas bursa hanya akan diambil oleh
bursa efek , setelah memerhatikan dan mempertimbangkan ketidakmampuan dari
emiten sebagai perseroan untuk memenuhi kriteria yang dapat menyebabkan
terjadinya delisting.
Penghapusan pencatatan saham perusahaan tercatat dari daftar efek yang
tercatac di bursa dapat terjadi karena :
52 Johar Arifin dan M. Fakhruddin, Kamus Istilah Pasar Modal, Akuntansi, Keuangan
dan Perbankan, (Jakarta : Elex Media Computindo, 1999), Hal 116 53 Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakrta No. Kep-308/BEJ/07-2004 Tentang Peraturan
No.I-1 Tentang Penghapusan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa
Universitas Sumatera Utara
b. Dihapus pencatatannya oleh bursa sesuai dengan ketentuan bursa karena
tidak lagi memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh bursa, yang
biasanya disebut dengan forced delisting.
Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya delisting pada perusahaan di
bursa dapat berbeda-beda antara satu bursa dengan bursa yang lain, meskipun
suatu pedoman umum dapat juga dikemukakan.
Penyebab delisting antara lain : Harga di bawah minimum, Nilai
kapitalisasi pasar di bawah minimum, dimana nilai kapitalisasi merupakan total
nilai dari harga pasar saham dikali seluruh jumlah saham yang beredar, kemudian
Nett income di bawah minimum serta kepailitan perusahaan.54
a. Harus memenuhi persyaratan minimum distribusi saham
Syarat-syarat delisting tidak ada ketentuan umum di dalam
pelaksanaannya pada pasar modal, namun setidaknya harus memiliki syarat-syarat
berikut :
b. Bursa akan mempertimbangkan untuk mendelisting perusahaan apabila
perusahaan gagal memenuhi persyaratan nilai kapitalisasi pasar tertentu.
c. Bursa akan mendelisting sebuah perusahaan apabila rata-rata harga
penutupan saham kurang selama 30 (tiga puluh) hari perdagangan
berturut-turut.
d. Bursa akan memberikan waktu selama enam bulan kepada perusahaan
untuk tetap pada standar delisting.
54 Jonathan Macey, Down and Out In Stock Market : The Law and Finance of The
Delisting Process, (Jhonson Graduated School of Management, Cornell University, 2003), Hal 7
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa kriteria-kriteria lainnya yang dapat dikeluarkan oleh bursa
dari waktu ke waktu, khususnya yang terkait dengan kebijakan untuk
mendelisting perusahaan, yaitu apabila asset operasional perusahaan menurun
drastis dalm nilainya dengan alasan apa pun, atau jika perusahaan tersebut
mengajukan permohonan pailit atau mengumumkan tujuan dari permohonan
kepailitannya berdasarkan Undang-undang Kepailitan. Hal-hal tersebut dapat
menjadi dasar bagi bursa untuk mempertimbangkan proses delisting. 55
a. Harga nominal
Peraturan ini mensyaratkan harga penawaran tender sekurang-kurangnya
harus sama dengan harga tertinggi dari harga berikut :
b. Harga perdagangan tertinggi di pasar regular selama dua tahun terakhir
sebelum pemberitahuan RUPS setelah memperhitungkan faktor
penyesuaian akibat perubahan nilai nominal sejak dua tahun terakhir
hingga RUPS yang menyetujui delisting, ditambah premi berupa tingkat
pengembalian investasi selama dua tahun yang diperhitungkan sebesar
harga perdana saham dikali rata-rata tingkat bunga SBI satu bulan dalam
periode tiga bulan atau tingkat bunga obligasi pemerintah lain yang setara
yang berlaku saat ditetapkannya putusan RUPS mengenai delisting;
c. Nilai wajar berdasarkan penilaian penilai independen. 56
55 Ibid, Hal 8 56 Gunawan Widjaja dan Wulandari Risnamanitis, Op.Cit, Hal 80
Universitas Sumatera Utara
Secara umum dapat dikatakan bahwa bursa akan melakukan delisting
apabila terjadi hal-hal berikut :
a. Bursa menerima pendapat dari pihak yang berwenang bahwa saham
tersebut tidak lagi bernilai
b. Registrasi saham tersebut tidak lagi berlaku
c. Para pemegang saham tidak lagi diundang dalam rapat pemegang saham
d. Perusahaan tersebut melanggar ketentuan-ketentuan listing
e. Pada semua klasifikasi, pengeluaran atau serangkaian saham tidak
berlaku lagi karena pembayaran atau penarikan kembali
f. Perusahaan tersebut terlibat dalam kegiatan operasional yang menurut
bursa itu melanggar kepentingan publik.
Selain hal- hal tersebut diatas, bursa juga melakukan delisting apabila
kondisi-kondisi berikut terjadi pada perusahaan, yakni jumlah saham yang
diselenggarakan oleh publik kurang dari 1000 (seribu) saham, jumlah pemegang
saham kurang dari 100 (seratus) pemegang saham, dan akumulasi nilai pasar
tersebut kurang dari 1.000.000 (satu juta). 57
57 Ibid, Hal 46
Terakhir bursa berhak untuk
memberikan persetujuan dan memutuskan berdasarkan pertimbangannya sepihak
untuk melanjutkan listing berdasarkan fakta-fakta jika sebuah saham gagal
memnuhi beberapa kriteria tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Adapun persyaratan umum Relisting sebagai berikut : 58
58 Lihat Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakrta No. Kep-308/BEJ/07-2004 Tentang
Peraturan No.I-1 Tentang Penghapusan Pencatatan Kembali (Relisting) Saham di Bursa
a. Perusahaan tercatat yang sahamnya dihapuskan dari daftar efek yang tercatat di
bursa, dapat mengajukan relisting sahamnya kepada bursa paling cepat 6 (enam)
bulan sejak dilakukan delisting oleh bursa;
b. Pernyataan pendaftaran yang disampaikan ke Bapepam masih tetap menjadi
efektif
c. Telah memperbaiki kondisi yang menyebabkan dilakukannya delisting oleh
bursa atau merealisaikan hal-hal yang mendasari permohonan delisting saham saat
menjadi perusahaan tercatat sebelumnya.
d. Adanya pernyataan Direksi dan Komisaris yang menyatakan bahwa calon
perusahaan tercatat tidak sedang dalam sengketa hukum atau sedang menghadapi
suatu masalah yang secara material diperkirakan dapat mempengaruhi
kelangsungan usaha perusahaan;
e. Calon perusahaan tercatat boleh merupakan anak perusahaan atau induk
perusahaan dari perusahaan tercatat.
f. memiliki Komisaris Independen sekurang-kurangnya 30% (tiga puluh persen)
dari jajaran anggota Dewan Komisaris.
g. Memiliki Direktur tidak terafiliasi sekurang-kurangnya 1 (satu) orang dari
jajaran anggota jajaran;
h. Memiliki Komite Audit
i. Memiliki Sekretaris Perusahaan
Universitas Sumatera Utara
j. harga saham dan nominal saham calon perusahaan tercatat sekurang-kurangnya
Rp.100 (seratus rupiah).
k. Direksi dan Komisaris calon perusahaan tercatat harus memiliki reputasi yang
baik.
Calon perusahaan tercatat akan mencatatkan kembali sahamnya di bursa,
haruslah memenuhi prosedur yang telah ditetapkan, setelah seluruh prosedur
pencatatan kembali, maka Bursa akan mengumumkan adanya pencatatan dan
perdagangan saham calon perusahaan tercatat.
C. Peranan Penilai (Appraisal) dalam Pelaksanaan go private
Perusahaan penilai (Appraisal Company) atau Usaha Jasa Penilai, di
Indonesia merupakan bentuk usaha yang relatif masih baru, sehingga badan usaha
ini belum diatur secara khusus. Disamping itu juga, badan usaha ini belum begitu
banyak dikenal masyarakat, kecuali masyarakat pengusaha, ini pun terbatas pada
pengusaha golongan tertentu saja. Sehingga banyak kalangan yang belum
mengerti apa yang di maksud dengan Usaha Jasa Penilai.
Secara umum, kata penilaian berasal dari kata nilai (price, value, yaitu
harga, dalam arti taksiran harga). Penilai (appraiser) yaitu orang yang melakukan
penilaian atau yang disebut juga juru taksir. Kemudian kata penilaian, yang dalam
bahasa Inggris “Appraisal”, mempunyai arti penilaian, penaksiran, pengharapan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penilaian diartikan sebagai proses, cara,
perbuatan menilai, pemberian biji (biji, kadar, mutu, harga), penelaahan. 59
59 Joni Emirzon. Aspek-aspek Hukum Perusahaan Jasa Penilai (Jakarta : Gramedia,
2000), hal 8
Universitas Sumatera Utara
Menurut Black’s Law Dictionary kata Appraisal berarti : A valuation or an
estimation of value of property by disinterested persons or suitable qualification.
The process of ascertaining a value of an asset or liability that involves expert
opinion rather than explicit market transsection.
Dan pengertian dari Appraiser : to fix or set a price or value upon; to fix
and state the true value of a thing, and usually in writing. To value property at
what it is worth. Dari beberapa defenisi tersebut, dapat disebutkan bahwa
Penilaian adalah proses pekerjaan seorang penilai dalam memberikan suatu
estimasi dan pendapat atas nilai analisis suatu harta, baik yang berwujud maupun
yang tidak berwujud, berdasarkan fakta-fakta yang objektif dan relevan dengan
menggunakan metode-metode dan prinsip-prinsip penilaian yang berlaku.60
a. Metode Perbandingan Data Pakar
Penilai adalah seorang yang telah terdaftar untuk dapat melakukan
kegiatan penilaian berdasarkan aturan profesi dan etika penilai serta ketentuan-
ketentuan lain yang ditetapkan. Sedangkan nilai adalah hasil penilaian dari
seorang penilai mengenai arti ekonomis suatu harta pada tanggal tertentu yang
dinyatakan dengan satuan mata uang.
Metode penilaian yang dihunakan untuk melakukan penilaian antara lain
dengan :
b. Metode Kalkulasi Biaya
c. Metode Kapitalisasi Pendapatan
60 Ibid. Hal 10.
Universitas Sumatera Utara
Secara umum, dalam menentukan penilaian, dapat menggunakan satu atau
lebih metode penilaian yang spesifik,61
a. Income Approach (Pendekatan Pendapatan)
yakni :
Penilaian bisnis atau usaha saham, yang didasarkan pada pendapatan
merupakan inti dari teori penilaian. Penilaian yang didasarkan pada pendekatan
pendapatan berlandaskan pada teori-teori ekonomi dan keuangan yang juga
merupakan landasan dan orientasi dari pemilikan dan pengelolaan suatu bisnis.
b. Market Approach (Pendekatan Pasar)
Pendekatan penilaian berdasarkan data pasar adalah cara umum untuk
menentukan indikasi nilai dengan berpedoman pada data transaksi yang pernah
terjadi ssebelumnya atau suatu business interest dari perusahaa yang sepadan dan
sebanding. Metode penilaian ini pada dasarnya dilakukan dengan cara mencari
dan membandingkan perusahaan yang dinilai dengan perusahaan yang
diperkirakan sepadan dan sebanding, dari bidang yang sama yang sudah ada harga
pasarnya. Data transaksi yang terjadi pada perusahaan yang sepadan dan
sebanding ini kemudian dijadikan sebagai pedoman dalam penentuan nilai.
Indikasi nilai saham perusahaan yang dinilai diperoleh dari harga saham
perusahaan pedoman secara proprosional.
c. Asset Based Approach (Pendekatan Aktiva)
Pendekatan ini adalah suatu cara umum untuk menggunakan indikasi nilai
saham dengan menggunakan satu atau lebih metode yang didasarkan langsung
pada nilai-nilai aktiva dan kewajiban yang dimiliki perusahaan. Pendekatan ini
61 Saiful M Ruky. Menilai Penyertaan dalam Perusahaan, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1999), Hal. 89
Universitas Sumatera Utara
didasrkan pada premis dasar bahwa, hanya pada situasi yang amat jarang sekali
terjadi, nilai buku dapat mencerminkan suatu indikator yang tepat untuk nilai
pasar. Aktiva tak berwujud yang sering terdapat dalam neraca harus dapat
diiddentifikasi dan dinilai. 62
1. UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
Usaha Jasa penilaian adalah perusahaan yang berbentuk badan hokum
Perseroan Terbatas yang memberikan jasa penilaian atas suatu property, baik yang
berwujud maupun yang tidak berwujud atas permintaan pemberi amanat dengan
menerima imbalan. Usaha jasa penilai diharuskan memiliki keahlian khusus,
integritas, kejujuran dan objektivitas dalam memberikan pendapat menegnai
penilaian asset.
Kegiatan perusahaan jasa penilai tidak saja meliputi kegiatan keperdataan
seperti mengadakan perjanjian penilaian, tetapi juga kegiatan administrasi yang
harus dipenuhi untuk keabsahan kegiatan penilaian. Dasar hukum untuk mengatur
dan membina usaha jasa penilai di Indonesia tersebar pada berbagai peraturan
yang terkait dengan badan usaha lainnya, seperti
2. UU No.8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
3. Keputusan Menteri Perdagangan No.161/Kp/VI/77 Tentang Ketentuan
Perizinan Usaha Penilai
4. Keputusan Menteri Keuangan No. 57/KMK.017/1996 Tentang Jasa
Penilai
62 Ibid, Hal. 113
Universitas Sumatera Utara
Untuk bentuk badan usaha penilai ini dapat berupa perusahaan yang
berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT), dan juga dapat berbentuk usaha
sendiri, usaha kerja sama. 63
Sebagaimana ditentukan dalam Pasal 7 Surat Keputusan Menteri
Keuangan No. 57/KMK.017/1996 bahwa Usaha Jasa Penilai mempunyai kegiatan
pokok penilaian yang sesuai dengan kode etik dan standar penilaian. Untuk
melakukan kegiatan penilaian, seorang penilai harus melakui beberapa tahap,
yaitu :
64
1. Identifikasi semua unsur yang berkaitan dengan kegiatan penilaian, yaitu
meliputi : identifikasi Aktiva/barang, identifikasi hak/status, nilai per
tanggal, tujuan penilaian
2. Melakukan survey pendahuluan dan rencana penilaian, yang meliputi :
mencari data yang dibutuhkan, mencari sumber data, kebutuhan tenaga
kerja, melakukan penjadwalan, membuat bagan arus penyelesaian, dll
3. Tahap pengumpulan data, setelah melakukan survey pendahuluan dan
penyusunan rencana kerja penilaian, si penilai melakukan pengumpulan
data ke lapangan dan menganalisisnya.
4. Tahap Melakukan penerapan tiga pendekatan, yaitu pendekatan biaya,
pendekatan data pasar, pendekatan pendapatan.
5. Melakukan pemanduan indikasi nilai
6. Melakukan penaksiran akhir atau nilai aktiva yang bersangkutan.
63 Joni Emirzon, Op.cit, Hal 18 64 Lihat SK Menteri Keuangan No. 57/KMK.017/1996
Universitas Sumatera Utara