Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
TINJAUANEKONOMI MAKRO
Desember 2019
Ikhtisar Ekonomi Makro Indonesia
Disclaimer: Sudut pandang dan / atau hasil analisis dalam penelitian ini merupakan ikhtisar dari kondisi yang umum. Hasil analisis dari penelitian ini tidak dapat dijadikan semata-mata sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dan tidak mewajibkan untuk menggunakan penelitian ini sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
TINJAUAN EKONOMI MAKRO
EXECUTIVE SUMMARY❑ Pertumbuhan ekonomi dunia melambat, namun ketidakpastian pasar keuangan global menurun. Terdapat
sejumlah perkembangan positif terkait dengan perundingan perang dagang antara AS-Tiongkok serta proses
keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit), meskipun sejumlah risiko geopolitik masih berlanjut.
❑ Trend harga minyak dan emas menguat.
❑ Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Desember 2019 memutuskan untuk
mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar
4,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,75%.
❑ Tingkat inflasi harga konsumen AS bulan Desember 2019 naik menjadi 2,3% (year on year) 2,1% pada bulan
sebelumnya dan sesuai dengan konsensus pasar.
❑ Inflasi Bulan Desember tercatat sebesar 0,34% (m-t-m) atau 2,72% (y-o-y).
❑ Nilai tukar Rupiah di periode ini secara point-to-point melemah 1,58% terhadap Dolar AS dengan bergerak
dari posisi Rp14.105 per USD pada 29 November 2019 menjadi Rp13.882,50 per USD pada 31 Desember
2019.
❑ Neraca perdagangan Indonesia pada November 2019 mengalami defisit.
❑ Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,5 bulan impor atau 7,2 bulan impor dan
pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3
bulan impor.
❑ Pada periode 29 November-27 Desember 2019, bursa saham domestik bergerak menguat.
❑ Indicative yield Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada 29 November -30 Desember 2019 mengalami
kenaikan kecuali pada tenor di atas 20 tahun.
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)Tinjauan Ekonomi Makro – Desember 2019
1. IKHTISAR EKONOMI GLOBAL
Sumber: investing.com, diolah
A. Pertumbuhan ekonomi dunia melambat, namun ketidakpastian pasar keuangan global menurun
Trend harga minyak bergerak menguat sepanjang bulan
Desember, sehubungan dengan peningkatan permintaan minyak di
musim dingin dan pemotongan pasokan oleh negara-negara OPEC
sebesar 500 ribu barel per hari menjadi 1,7 juta barel per hari
(Okezone, 3 Desember 2019).
Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) di
posisi 29 Desember menguat +10,35% dari sebelumnya pada 29
November berada di harga USD55,82 per barel ke harga USD60,88 per
barel. Adapun dari posisi awal tahun yaitu dari posisi 1 Januari 2020,
harga minyak West Texas Intermediate (WTI) telah menguat sebesar
+32,67% yaitu dari sebelumnya USD45,89 perbarel menjadi USD60,88
perbarel. Pergerakan harga minyak mentah di masa mendatang
bergantung pada tingkat kepatuhan negara-negara OPEC+ dan
kebijakan negara-negara maju terkait penggunaan renewable energy,
serta prospek ekonomi global pasca perang dagang.
B. Harga Minyak Dan Emas Menguat
TINJAUAN EKONOMI MAKRO
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)Tinjauan Ekonomi Makro – Desember 2019
Sikap the Fed yang berbalik “dovish”, membuat harga
komoditas metal naik akibat tingginya permintaan atas aset “safe-
haven” . Perang dagang AS-Cina juga menghasilkan ketakutan
terjadinya resesi di dua negara dengan perekonomian terbesar di
dunia tersebut. Pada posisi 29 Desember harga emas diperdagangkan
di level USD1.522,65 per troy ounce atau melemah sebesar +3,39%
dari posisi 29 November dari sebelumnya berada di level USD
1.522,65 per troy ounce. Adapun dari posisi 1 Januari 2019 harga
emas mengalami kenaikan sebesar +18,65% yaitu dari sebelumnya
USD1.283,35 per troy ounce menjadi USD1.522,65 per troy ounce.
Sumber: investing.com, diolah
1
Pertumbuhan ekonomi dunia melambat, namun
ketidakpastian pasar keuangan global menurun. Terdapat
sejumlah perkembangan positif terkait dengan perundingan
perang dagang antara AS-Tiongkok serta proses keluarnya Inggris
dari Uni Eropa (Brexit), meskipun sejumlah risiko geopolitik masih
berlanjut. Pertumbuhan ekonomi dunia diprakirakan 3,0% pada
2019, menurun dari 3,6% pada 2018, dan kemudian pulih
terbatas menjadi 3,1% pada 2020, ditopang pertumbuhan negara
berkembang. PDB AS dan Tiongkok melambat dipengaruhi
terbatasnya stimulus dan dampak pengenaan tarif yang sudah
terjadi. Ekonomi India juga menurun dipengaruhi konsolidasi di
sektor riil dan sektor keuangan, baik bank maupun nonbank.
Perbaikan terlihat pada Eropa dan Jepang, meskipun masih relatif
terbatas, ditopang permintaan domestik yang membaik.
Kemajuan dalam perundingan perdagangan antara AS-Tiongkok
juga berdampak pada menurunnya risiko di pasar keuangan
global serta mendorong berlanjutnya aliran masuk modal asing ke
negara berkembang. Ke depan, prospek ekonomi global
dipengaruhi kemajuan trade deal AS-Tiongkok, pemanfaatan
trade diversion negara berkembang, efektivitas stimulus fiskal dan
pelonggaran kebijakan moneter, serta kondisi geopolitik. Prospek
pemulihan global tersebut menjadi perhatian karena dapat
memengaruhi prospek pertumbuhan ekonomi domestik dan arus
masuk modal asing.
Sumber: bps.go.id, tradingeconomics.com
6.4
0%
3.1
0%
1.1
0%
1.7
0%
6.2
0%
2.3
0%
0.2
0%
2.0
0%
6.0
0%
2.1
0%
0.5
0%
2.0
0%
0.00%
1.00%
2.00%
3.00%
4.00%
5.00%
6.00%
7.00%
Tiongkok Amerika Serikat Singapura Korea Selatan
Pertumbuhan Ekonomi
(y-o-y)
Q3/2018 Q2/2019 Q3/2019
52.75
54.70
56.66
54.18
57.72
55.21 55.17
59.20
61.22
60.88
50.00
52.00
54.00
56.00
58.00
60.00
62.00
64.00
Oct-19 15-Oct-19 29-Oct-19 12-Nov-19 26-Nov-19 10-Dec-19 24-Dec-19
Crude Oil WTI
1,513.80
1,504.40
1,488.70
1,495.80
1,514.80
1,483.70
1,457.10
1,470.20
1,480.20
1,460.80
1,468.00
1,475.00
1,488.70
1,522.65
1,450.00
1,460.00
1,470.00
1,480.00
1,490.00
1,500.00
1,510.00
1,520.00
1,530.00
Harga Emas (COMEX)
TINJAUAN EKONOMI MAKRO
C. Indikator Ekonomi AS
Sumber: tradingeconomics
C.1. Tingkat Inflasi AS
C. 2. Tingkat Pengangguran AS
Sumber: tradingeconomics
D. Pergerakan indeks saham global
Sumber: investing.com
Sumber: investing.com
Perkembangan positif terkait dengan perundingan perang
dagang antara AS-Tiongkok serta proses keluarnya Inggris dari Uni
Eropa (Brexit) mendorong perbaikan risk appetite pelaku pasar
terhadap aset-aset berisiko. Kondisi demikian mendorong bursa-
bursa saham global menguat sepanjang bulan Desember ini.
Pada periode 29 November- 27 Desember 2019 indeks utama
di bursa saham AS dan beberapa indeks utama bursa saham di Asia
bergerak menguat. Indeks Dow Jones Industrial Average menguat
+2,12% yaitu dari sebelumnya 28.051,41 pada 29 November
menjadi 28.645,26 pada 27 Desember. Indeks S&P500 bergerak
menguat +3,15% dari sebelumnya 3.140,98 pada 29 November
menjadi 3.240,02 pada 27 Desember. Indeks Nasdaq menguat
+7,17% dari sebelumnya 8.403,68 pada 29 November menjadi
9.006,62 pada 27 Desember. Indeks Hang Seng di bursa saham Hong
Kong menguat +7,13% dari sebelumnya 26.346,49 pada 29
November 2019 menjadi 28.225,42 pada 27 Desember. Bursa
saham Jepang dengan indeks Nikkei menguat +2,33% yaitu dari
sebelumnya 23.293,91 pada 29 November 2019 menjadi 23.837,72
pada 27 Desember 2019.
2
Tingkat inflasi harga konsumen AS bulan Desember 2019 naik
menjadi 2,3% (year on year) dari 2,1% pada bulan sebelumnya dan
sesuai dengan konsensus pasar. Inflasi bulan Desember 2019
merupakan tingkat tertinggi sejak Oktober 2018, didorong oleh
rebound tajam pada biaya energi (3,4% vs -0,6% pada November).
Namun inflasi makanan turun menjadi 1,8% dari 2,0%. Kenaikan harga
tambahan dicatat untuk komoditas perawatan medis, layanan
perawatan medis dan tempat tinggal. Tingkat inflasi inti, yang tidak
termasuk item volatile seperti makanan dan energi, tidak berubah
pada 2,3%, juga sejalan dengan perkiraan pasar. Tingkat Inflasi di
Amerika Serikat rata-rata 3,25% persen dari tahun 1914 hingga 2019,
mencapai rekor tertinggi sepanjang waktu di level 23,70% pada Juni
1920 dan rekor terendah -15,80 % pada Juni 1921.
Tingkat pengangguran AS tetap stabil di 3,50% pada Desember
2019, merupakan level terendah sejak 1969 dan sejalan dengan
ekspektasi pasar. Jumlah orang yang menganggur menurun 58 ribu
jiwa menjadi 5,75 juta jiwa sementara lapangan pekerjaan naik 267
ribu menjadi 158,80 juta. Tingkat partisipasi angkatan kerja tidak
berubah pada angka 63,20%. Tingkat Pengangguran di Amerika
Serikat rata-rata 5,73% dari 1948 hingga 2019, mencapai rekor
tertinggi sepanjang masa di angka 10,80% pada November 1982 dan
rekor terendah 2,50% pada Mei 1953.
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)Tinjauan Ekonomi Makro – Desember 2019
3.90%
4.00%
3.80% 3.80%
3.60%3.60%
3.70%
3.70%
3.70%
3.50%
3.60%
3.50%
3.20%
3.30%
3.40%
3.50%
3.60%
3.70%
3.80%
3.90%
4.00%
4.10%
US Jobless Rate
28,051.41
27,502.81
27,649.78
27,909.60
27,911.30
28,135.38
28,376.9628,462.14
27,400
27,600
27,800
28,000
28,200
28,400
28,600
28,800
29-Nov-19 4-Dec-19 9-Dec-19 14-Dec-19 19-Dec-19 24-Dec-19 29-Dec-19
Dow Jones Industrial Average
Indeks 29-Nov-19 27-Dec-19 Change Change(%)
S&P 500 3,140.98 3,240.02 99.04 3.15%
Nasdaq 100 8,403.68 9,006.62 602.94 7.17%
Dow 30 28,051.41 28,645.26 593.85 2.12%
FTSE100 7,346.53 7,644.90 298.37 4.06%
DAX 13,236.38 13,337.11 100.73 0.76%
Hang Seng 26,346.49 28,225.42 1,878.93 7.13%
Nikkei 225 23,293.91 23,837.72 543.81 2.33%
1.90%
1.60%
1.50%
1.90%
2.00%
1.80%
1.60%
1.80%1.70%
1.70%
1.80%
2.10%
2.30%
1.40%
1.50%
1.60%
1.70%
1.80%
1.90%
2.00%
2.10%
2.20%
2.30%
2.40%
CPI Inflation
TINJAUAN EKONOMI MAKRO
2. EKONOMI MAKRO INDONESIA: SUKU BUNGA TUJUH HARI TETAP 5,00%
A. Suku Bunga BI rate Tetap 5,00%
Sumber: Bank Indonesia, update: 31 Desember 2019
Sumber: Badan Pusat Statistik
3
C. Inflasi Bulan Desember Tercatat Sebesar 0,34% (m-t-m) atau 2,72% (y-o-y)
Pada Desember 2019 terjadi inflasi sebesar 0,34%
(m-t-m) atau sebesar 2,72% (y-o-y). Inflasi terjadi karena
adanya kenaikan harga pada kelompok bahan makanan
sebesar 0,78%; kelompok makanan jadi, minuman,
rokok, dan tembakau sebesar 0,29%; kelompok
perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar
0,09%; kelompok sandang sebesar 0,05%; kelompok
kesehatan sebesar 0,29%; dan kelompok transpor,
komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,58%.
Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami
deflasi adalah kelompok pendidikan, rekreasi, dan
olahraga sebesar 0,05%.
Komponen inti pada Desember 2019 mengalami
inflasi sebesar 0,11%. Tingkat inflasi komponen inti
tahun kalender (Januari–Desember) 2019 dan tingkat
inflasi komponen inti tahun ke tahun (Oktober 2019
terhadap Oktober 2018) sebesar 3,02%.
Dengan tingkat inflasi yang masih rendah target
Bank Indonesia untuk inflasi sebesar
3,5±1% diperkirakan masih dapat tercapai.
Tahun Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des
2017 3.49% 3.83% 3.61% 4.17% 4.33% 4.37% 3.88% 3.82% 3.72% 3.58% 3.30% 3.61%
2018 3.25% 3.18% 3.40% 3.41% 3.23% 3.12% 3.18% 3.20% 2.88% 3.16% 3.23% 3.13%
2019 2.82% 2.57% 2.48% 2.83% 3.32% 3.28% 3.32% 3.49% 3.39% 3.13% 3.00% 2.72%
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19
Desember 2019 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day
Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,00%, suku bunga Deposit
Facility sebesar 4,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar
5,75%. Kebijakan moneter tetap akomodatif dan konsisten
dengan prakiraan inflasi yang terkendali dalam kisaran sasaran,
stabilitas eksternal yang terjaga, serta upaya untuk menjaga
momentum pertumbuhan ekonomi domestik di tengah
perekonomian global yang melambat. Strategi operasi moneter
terus ditujukan untuk menjaga kecukupan likuiditas, khususnya
di pergantian tahun, dan mendukung transmisi bauran kebijakan
yang akomodatif.
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)Tinjauan Ekonomi Makro – Desember 2019
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga ditopang konsumsi rumah tangga, ekspansi fiskal, dan perbaikan ekspor.
Perkembangan terkini menunjukkan keyakinan konsumen meningkat bersamaan dengan pola musiman jelang akhir tahun sehingga dapat
menopang konsumsi rumah tangga tetap baik. Perkembangan positif ini diperkuat ekspansi fiskal sejalan dengan pola musiman akhir tahun
sehingga semakin mendorong pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2019. Perbaikan ekspor antara lain dipengaruhi naiknya ekspor pulp,
waste paper dan serat tekstil ke Tiongkok, masih kuatnya ekspor besi baja ke Tiongkok dan ASEAN, serta berlanjutnya ekspor kendaraan
bermotor ke ASEAN dan Arab Saudi. Investasi mulai tercatat meningkat di beberapa daerah seperti di Sulawesi terkait hilirisasi nikel, dan
diperkirakan akan terus meningkat dengan sejumlah kebijakan transformasi ekonomi yang ditempuh Pemerintah dan mulai meningkatnya
keyakinan dunia usaha. Investasi bangunan juga terus membaik didorong peningkatan kegiatan konstruksi. Dengan perkembangan tersebut,
pertumbuhan ekonomi triwulan IV-2019 diprakirakan membaik sehingga secara keseluruhan tahun 2019 dapat mencapai sekitar 5,1% dan
meningkat dalam kisaran 5,1-5,5% pada tahun 2020.
B. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
5.25
6.00 6.13
6.24 6.38
6.50 6.54
5.00
5.75 5.80 5.83 5.87
6.22 6.20 6.26
4.75
5.50 5.55 5.58
5.66
5.89 5.94 6.00
4.50
5.25 5.28 5.30 5.33
5.68 5.69 5.75
4.25
5.00 5.02 5.04 5.06 5.06 5.13 5.19
4.00
4.50
5.00
5.50
6.00
6.50
7.00
Overnight 1 Minggu 2 Minggu 1 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan
Term Structure Bank Indonesia
Term Structure BI24 Juni 2019
Term Structure BI25 Juli 2019
Term Structure BI23 Agustus 2019
Term Structure BI23 September 2019
2.82%
2.57%2.48%
2.83%
3.32% 3.28% 3.32%
3.49%3.39%
3.13%3.00%
2.72%
2.00%
2.50%
3.00%
3.50%
4.00%
4.50%
5.00%
Inflasi
2016 2017 2018 2019
TINJAUAN EKONOMI MAKRO
D. Dolar AS Bergerak Melemah Terhadap Mayoritas Mata Uang Dunia
4
Sumber: investing.com, disesuaikan dengan USD sebagai reference currency Sumber: investing.com
E. Neraca Perdagangan Indonesia Tercatat Defisit
Sumber: Badan Pusat Statistik (dalam juta USD)
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)Tinjauan Ekonomi Makro – Desember 2019
Nilai tukar Rupiah di periode ini secara point-to-point menguat 1,58% terhadap Dolar AS dengan bergerak dari posisi Rp14.105 per USD pada
29 November 2019 menjadi Rp13.882,50 per USD pada 31 Desember 2019. Menurut perhitungan rerata, rerata nilai tukar Rupiah di bulan
November adalah Rp14.061 perUSD dan rerata periode akhir Desember 2019 adalah 14.002,48 perUSD atau mengalami apresiasi sebesar 0,42%.
Penguatan Rupiah didukung oleh pasokan valas dari para eksportir dan aliran masuk modal asing yang tetap berlanjut sejalan prospek ekonomi
Indonesia yang tetap terjaga, daya tarik pasar keuangan domestik yang tetap besar, serta ketidakpastian pasar keuangan global yang mereda.
Pada periode akhir November hingga 31 Desember 2019, mata uang Dolar AS (USD) melemah terhadap mayoritas mata uang dunia.
Depresiasi mata uang USD tersebut dipengaruhi beberapa faktor diantaranya perkembangan ketidakpastian global yang menurun tersebut menjadi
sentimen positif penguatan mata uang emerging market (EM), termasuk Rupiah. Selain itu, sentimen positif bagi mata uang EM juga berasal dari
berkurangnya ketidakpastian Brexit setelah hasil pemilihan umum di Inggris dimenangkan oleh Partai Konservatif pendukung PM Inggris saat ini,
Boris Johnson, dengan suara mayoritas. Ketidakpastian global juga turun di bulan Desember 2019 didorong oleh tercapainya trade deal AS-Tiongkok
Fase I pada pertengahan Desember 2019 dan batalnya pengenaan tarif baru oleh AS atas barang impor dari Tiongkok.
-1,996.00
-1,031.70
-1,063.50
329.90
670.80
-2,501.19
207.60 196.00
-63.50
85.10
-160.50
161.30
-1,329.90
-3000
-2500
-2000
-1500
-1000
-500
0
500
1000
Nov-18 Dec-18 Jan-19 Feb-19 Mar-19 Apr-19 May-19 Jun-19 Jul-19 Aug-19 Sep-19 Oct-19 Nov-19
Neraca Nilai Perdagangan Indonesia, Nov 2018 - Nov 2019
Oct-192 Nov-19 Selisih %
Ekspor Non Migas 14,007.70 12,904.90 (1,102.80) -7.87%
Ekspor Migas 926.10 1,105.40 179.30 19.36%
Impor Non Migas 13,017.20 13,205.80 188.60 1.45%
Impor Migas 1,755.30 2,134.40 379.10 21.60%
-1.58%
-1.46%
-1.62%-2.06%
-0.04%
-2.09%
-0.41%
-5.12%
-3.63%
-0.93%
-2.31%
-0.58%
3.44%
-1.81%
-1.84%
-3.61%
-4.80%
-3.26%
-6% -4% -2% 0% 2% 4%
USD/IDR
USD/THB
USD/SGD
USD/MYR
USD/VND
USD/MMK
USD/PHP
USD/BRL
USD/RUB
USD/JPY
USD/KRW
USD/INR
USD/TRY
EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
NZD/USD
USD/CHF
Nilai Tukar 29 November - 31 Desember 2019
14,498
14,165
14,029
14,204
14,137
14,376
14,251
14,031
14,232
14,100 14,113
14,061
14,002
Rerata USD/IDR
Neraca perdagangan Indonesia pada
November 2019 mengalami defisit sebesar
USD1,33 miliar. Apabila dibandingkan dengan
bulan Oktober 2019, ekspor non-migas
Indonesia mengalami penurunan sebesar -7,87%
yaitu dari sebelumnya USD14,01 miliar pada
Oktober 2019 menjadi USD12,90 miliar pada
November 2019. Adapun impor non-Migas
mengalami kenaikan sebesar +1,45% yaitu dari
sebelumnya USD13,02 miliar pada Oktober 2019
menjadi USD13,20 miliar pada November 2019.
Ekspor migas Indonesia mengalami
kenaikan sebesar +19,36% yaitu dari sebelumnya
USD0,93 miliar pada Oktober 2019 menjadi
USD1,10 miliar pada November 2019. Adapun
impor migas mengalami kenaikan sebesar
+21,60% yaitu dari sebelumnya USD1,76 miliar
menjadi USD2,13 miliar.
TINJAUAN EKONOMI MAKRO 5
F. Cadangan Devisa : Posisi Cadangan Devisa Indonesia Cukup Untuk 7,5 Bulan Impor
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2019 sebesar
USD129,18 miliar, naik dibandingkan dengan posisi akhir November 2019
yang sebesar USD126,63 miliar. Perkembangan tersebut terutama
dipengaruhi oleh penerimaan devisa migas, penerimaan valas lainnya, dan
pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Posisi
cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,5 bulan impor atau
7,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah, serta
berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Cadangan devisa tersebut dianggap memadai dengan didukung stabilitas
dan prospek ekonomi yang tetap baik, serta mampu mendukung ketahanan
sektor eksternal dan menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem
keuangan.
Sumber: Bank Indonesia, dalam miliar USD
G. Kinerja Pasar Saham Domestik: IHSG Menguat di Bulan Desember
Pada periode 29 November - 27 Desember 2019, bursa saham
domestik bergerak menguat. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat
sebesar +5,28% yaitu naik dari level 6.011,83 pada 29 November 2019
menjadi 6.329,31 pada 27 Desember 2019. Kondisi tersebut juga diikuti oleh
indeks domestik lainnya yaitu indeks LQ45 yang menguat sebesar +6,89%
yaitu dari level 956,82 pada 29 November 2019 ke level 1.022,72 pada 27
Desember 2019 dan indeks Syariah JII menguat sebesar +5,58% yaitu dari
level 667,44 pada 29 November ke level 704,70 pada 27 Desember 2019.
Pada periode yang sama investor asing tercatat melakukan net buy
dan capital inflow tercatat sebesar Rp7,98 triliun. Pengaruh January Effect
dan optimisme terhadap kinerja emiten-emiten saham sepanjang tahun
2019 menjadi katalis penguatan saham di periode ini.
Sumber: investing.com, Bursa Efek Indonesia
H. Kinerja Surat Berharga Syariah Negara (SBSN): Yield Naik Kecuali Tenor di atas 20 tahun
Sumber: Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI)
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)Tinjauan Ekonomi Makro – Desember 2019
Hingga 30 Desember 2019 posisi kepemilikan asing pada surat
berharga negara (total SBN dan SBSN) tercatat sebesar Rp1.063,87 T. Pada
periode 29 November - 27 Desember porsi kepemilikan investor asing
berkurang sebesar Rp 3,94 triliun.
Pada periode 29 November- 30 Desember 2019, tenor 5 tahun
mengalami kenaikan yield sebesar +9bps ke level 6,90%; tenor 10 tahun
mengalami kenaikan yield sebesar +18bps menjadi 7,54%; tenor 15 tahun
yield naik sebesar +9bps menjadi 7,77%,tenor 20 tahun mengalami
kenaikan yield sebesar +2bps menjadi 7,89% dan tenor 30 tahun mengalami
penurunan yield sebesar -7bps menjadi 8,01%.
Hingga lelang terakhir tanggal 26 November 2019, pemerintah telah
menyerap dana lelang sebesar Rp135,74 triliun atau +33,77% lebih tinggi
dari target indikatif lelang Q4-2019 sebesar Rp101,47 triliun dan tidak ada
lelang lagi sepanjang Desember 2019.
Indicative yield Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) pada 29
November -30 Desember 2019 mengalami kenaikan kecuali pada tenor di
atas 20 tahun. Total penawaran masuk pada lelang sukuk terakhir tanggal
26 November 2019 mencatatkan oversubscribed 2,79 kali atau senilai
Rp19,51 triliun dari target indikatif Rp7 triliun. Tenor 28 tahun (PBS0015)
tercatat sebagai seri yang paling banyak diminati dengan total penawaran
masuk sebesar Rp3,74 triliun.
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
9.00
0.1 3 6 9 12 15 18 21 24 27 30
Indonesia Government Sukuk Yield Curve
28-Dec-18 29-Nov-19 30-Dec-19
6,023.04
5,953.06
6,133.90
6,152.12
6,193.79
6,139.406,249.93
6305.916329.31
5,900
6,100
6,300
6,500
Indek Harga Saham Gabungan
Indeks 29-Nov-19 27-Dec-19 Change Change(%)
IHSG 6,011.83 6,329.31 317.48 5.28%
LQ45 956.82 1,022.72 65.90 6.89%
JII 667.44 704.70 37.26 5.58%
120.65
124.54
120.35
125.90 126.69
129.18
110.00
115.00
120.00
125.00
130.00
135.00
Cadangan Devisa Indonesia (miliar USD)
Indicative
Yield SBSN28-Dec-18 29-Nov-18 30-Dec-19
Perubahan
(m-t-m)
Perubahan
(y-t-d)
5 8.20 6.80 6.90 0.09 (1.30)
10 8.41 7.36 7.54 0.18 (0.87)
15 8.66 7.68 7.77 0.09 (0.88)
20 8.84 7.87 7.89 0.02 (0.95)
30 9.07 8.08 8.01 (0.07) (1.06)
TINJAUAN EKONOMI MAKRO 6
3. REFERENSI
❑www.bi.go.id
❑www.tradingeconomics.com
❑www.bloomberg.com
❑www.bps.go.id
❑www.ibpa.co.id
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)Tinjauan Ekonomi Makro – Desember 2019