19
Hanifullah Syukri, Miftah Nugroho, Bakdal Ginanjar – Tindak Tutur Memerintah pada Ayat-ayat Alquran Makkah 21 HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (1), 2020 • ISSN Print: 0852-0933 • ISSN Online: 2549-1733 TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN PERIODE MAKKAH Hanifullah Syukri Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia Email: [email protected] Miftah Nugroho Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia Email: [email protected] Bakdal Ginandjar Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia Email: [email protected] Article history: Submitted December 13, 2019 Revised April 24, 2020 Accepted June 1, 2020 Published June 29, 2020 ABSTRACT The holy book is an important thing as an object of research study, especially in the field of linguistics. This study aims to describe the directive speech acts governing the verses of the Qur'an during the Mecca period. This type of research used in this research is descriptive analytical qualitative, which describes in detail and in depth the directive directive speech acts contained in the verses of the Koran of the Mecca period. The object of this research is the embodiment of directive speech acts in the Qur'anic verses of the Makkah period. The data source of this research is Al-Qur'an Karim. This research data is in the form of lingual units contained in the verses of the Koran of the Mecca period in which there are directive directive speech acts. Data collection techniques are done by listening and note taking. Data analysis was carried out by linking the texts of the Qur'anic verses of the Makkah period to the surrounding contexts. The findings of this research are directive directive speech acts contained in the verses of the Koran of the Mecca period found as many as 1043. It shows that directive directive speech acts are directive speech acts that are dominant in the verses of the Qur'anic period of Mecca so that it can be said that directive speech acts rule is the most able to change the state of jahiliyyah society into a better and orderly society. Keywords: commanding speech acts, Makkah verses, speech acts ABSTRAK Kitab suci adalah suatu hal yang penting sebagai objek kajian penelitian, terutama dari bidang kelinguistikan. Penelitian ini bertujuan memerikan tindak tutur direktif memerintah dalam ayat-ayat alquran periode Makkah. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif analitis, yaitu memerikan secara rinci dan mendalam tindak tutur direktif memerintah yang terdapat dalam ayat- ayat alquran periode Makkah. Objek penelitian ini adalah perwujudan tindak tutur direktif memerintah dalam ayat-ayat alquran periode Makkah. Sumber data penelitian

TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN …

Hanifullah Syukri, Miftah Nugroho, Bakdal Ginanjar – Tindak Tutur Memerintah pada Ayat-ayat Alquran Makkah

21

HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (1), 2020 • ISSN Print: 0852-0933 • ISSN Online: 2549-1733

TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN PERIODE MAKKAH

Hanifullah Syukri

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia Email: [email protected]

Miftah Nugroho

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia Email: [email protected]

Bakdal Ginandjar

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia Email: [email protected]

Article history: Submitted December 13, 2019

Revised April 24, 2020 Accepted June 1, 2020

Published June 29, 2020

ABSTRACT

The holy book is an important thing as an object of research study, especially in the field of linguistics. This study aims to describe the directive speech acts governing the verses of the Qur'an during the Mecca period. This type of research used in this research is descriptive analytical qualitative, which describes in detail and in depth the directive directive speech acts contained in the verses of the Koran of the Mecca period. The object of this research is the embodiment of directive speech acts in the Qur'anic verses of the Makkah period. The data source of this research is Al-Qur'an Karim. This research data is in the form of lingual units contained in the verses of the Koran of the Mecca period in which there are directive directive speech acts. Data collection techniques are done by listening and note taking. Data analysis was carried out by linking the texts of the Qur'anic verses of the Makkah period to the surrounding contexts. The findings of this research are directive directive speech acts contained in the verses of the Koran of the Mecca period found as many as 1043. It shows that directive directive speech acts are directive speech acts that are dominant in the verses of the Qur'anic period of Mecca so that it can be said that directive speech acts rule is the most able to change the state of jahiliyyah society into a better and orderly society.

Keywords: commanding speech acts, Makkah verses, speech acts

ABSTRAK Kitab suci adalah suatu hal yang penting sebagai objek kajian penelitian, terutama dari bidang kelinguistikan. Penelitian ini bertujuan memerikan tindak tutur direktif memerintah dalam ayat-ayat alquran periode Makkah. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif analitis, yaitu memerikan secara rinci dan mendalam tindak tutur direktif memerintah yang terdapat dalam ayat-ayat alquran periode Makkah. Objek penelitian ini adalah perwujudan tindak tutur direktif memerintah dalam ayat-ayat alquran periode Makkah. Sumber data penelitian

Page 2: TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN …

Hanifullah Syukri, Miftah Nugroho, Bakdal Ginanjar – Tindak Tutur Memerintah pada Ayat-ayat Alquran Makkah

22

HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (1), 2020 • ISSN Print: 0852-0933 • ISSN Online: 2549-1733

ini adalah alquranul karim. Data penelitian ini berupa satuan lingual-satuan lingual yang terdapat dalam ayat-ayat alquran periode Makkah yang di dalamnya terdapat tindak tutur direktif memerintah. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak dan catat. Analisis data dilakukan dengan cara mengaitkan teks-teks ayat alquran periode Makkah itu dengan konteks-konteks yang melingkunginya. Temuan penelitian ini, yaitu tindak tutur direktif memerintah yang terdapat dalam ayat-ayat alquran periode Makkah ditemukan sebanyak 1043. Hal itu menunjukkan bahwa tindak tutur direktif memerintah adalah tindak tutur direktif yang dominan dalam ayat-ayat alquran periode Makkah sehingga dapat dikatakan bahwa tindak tutur direktif memerintahlah yang paling bisa mengubah keadaan masyarakat jahiliyyah menjadi masyarakat yang lebih baik dan tertata. Kata kunci: tindak tutur memerintah, ayat Makkah, tindak tutur

PENDAHULUAN

Alquran adalah kitab suci yang diturunkan oleh Allah Swt. dan merupakan

sesuatu yang fenomenal. Alquran diyakini oleh umat Islam sebagai firman

Allah Swt., berisi aturan-aturan hidup yang harus ditaati oleh para pemeluk

agama Islam. Aturan-aturan hidup yang dimaksud meliputi seluruh aspek

kehidupan manusia, seperti aturan beribadah kepada Tuhannya,

bermasyarakat, berkeluarga, dan lain-lain. Tidak diragukan lagi bahwa tidak

ada buku lain yang telah menjadi bahan diskusi seluas Alquran. Tidak ada

buku yang sejumlah risalah, komentar, dan tafsir telah ditulis jauh melampaui

apa yang ditulis mengenai buku lain selain alquran (Haryono, 2002: 15).

Alquran sebagai teks adalah mukjizat dari Allah yang diberikan kepada

Nabi Muhammad saw. Ungkapan “mukjizat” memiliki maksud bahwa alquran

mampu menjadi saksi atas kebenaran dirinya serta bisa dibuktikan

kebenarannya tanpa membutuhkan bukti di luar dirinya seperti halnya yang

terjadi pada mukjizat-mukjizat yang lain.

Sebagai bahan kajian atas penelitian sebelumnya, berikut ini ditampilkan

beberapa penelitian yang terkait yaitu, penelitian oleh Santosa (2017) yang

berjudul "Tindak Tutur Direktif pada 'Ayat-ayat Kisah' dalam alquran". Penelitian

ini mengelompokkan tindak tutur direktif menjadi 6 sub-direktif dari teori Bach

dan Harnis, yakni: question, requirement, prohibitive, permissives, advisories, dan

requestives. Selain itu, penelitian yang berjudul "Instances of Quranic Analysis

Page 3: TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN …

Hanifullah Syukri, Miftah Nugroho, Bakdal Ginanjar – Tindak Tutur Memerintah pada Ayat-ayat Alquran Makkah

23

HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (1), 2020 • ISSN Print: 0852-0933 • ISSN Online: 2549-1733

Using Arabic Linguistic Textual Standards" yang dimuat dalam "Journal of Arts and

Humanities" ditulis oleh Muritala (2013). Penelitian ini menyajikan beberapa

contoh dari Analisis alquran yang mengacu pada standar tekstual linguistik

modern dan membahas perangkat kohesi dalam analisis teks bahasa alquran.

Hal ini menjadikan alquran semakin menarik untuk dicermati dan diteliti,

lebih-lebih dari sisi pragmatik. Sisi pragmatik yang dimaksudkan adalah

pencermatan melalui studi penggunaan bahasa yang melibatkan konteks.

Pencermatan secara pragmatik mengasumsikan bahwa alquran adalah teks

yang dapat ditafsirkan secara dinamis. Huang (2007) menyatakan bahwa

pragmatik adalah disiplin ilmu yang mempelajari penggunaan bahasa dengan

mempertimbangkan konteks secara dinamik.

Levinson sebagaimana dikutip oleh Huang (2007) berpendapat bahwa

pragmatik berkatian dengan deiksis, tindak tutur, implikatur, dan pranggapan.

Dari keempat topik tersebut, penelitian ini hanya akan memusatkan pada

tindak tutur. Alquran sebagai teks kitab suci pada dasarnya adalah tuturan-

tuturan Allah Swt. yang ditujukan kepada manusia. Tuturan-tuturan yang

tersurat pada alquran dapat berupa perintah, larangan, himbauan, sindiran,

dan sebagainya. Berkaitan dengan berbagai tuturan yang terdapat pada

alquran, tindak tutur memerintah menarik untuk dikaji lebih lanjut. Alquran

menarik untuk dikupas mengenai tindak tutur memerintah karena yang

bertutur adalah Tuhan manusia. Ayat alquran yang akan dijadikan objek kajian

adalah ayat-ayat Makkiyah supaya pembahasan yang didapat menjadi

komprehensif. Ayat Makkiyah adalah ayat alquran yang turun di kota Makah.

Karakteristik masyarakat kota Makah berbeda dengan kota Madinah. Oleh

karena itu, tentu menjadi menarik manakalah karakter kota Makah dikaitkan

dengan realisasi tindak tutur memerintah yang terdapat pada ayat-ayat

Makkiyah.

Mengingat tindak tutur (speech acts) menjadi hal penting yang terlibat

dalam kajian pragmatik, maka dalam penelitian ini tindak tutur mendapatkan

perhatian secara khusus. Di dalam pragmatik, tuturan merupakan suatu bentuk

Page 4: TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN …

Hanifullah Syukri, Miftah Nugroho, Bakdal Ginanjar – Tindak Tutur Memerintah pada Ayat-ayat Alquran Makkah

24

HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (1), 2020 • ISSN Print: 0852-0933 • ISSN Online: 2549-1733

tindakan dalam konteks situasi tutur sehingga aktivitasnya disebut tindak

tutur. Sebagai contoh untuk menjelaskan hal itu adalah fenomena yang

terdapat di dalam alquran surat Al-‘Alaq ayat 1 dan surat Al-Isro’ ayat 14,

berikut ini.

Alquran surat Al-‘Alaq ayat 1:

اقرأ باسم ربك الذي خلق

(1)

(1) Iqra’ bismi rabbikal-lażī khalaq(a) (1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,

Adapun surat Al Isro’ (17) ayat 14 adalah sebagai berikut ini.

(14) اليوم عليك حسيبا اقرأ كتابك كفى بنفسك (14) Iqra’ kitābak (a), kafā binafsikal-yauma ‘alaika hasībā(n) (14) "Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu."

Dalam contoh pertama dapat diketahui bahwa setelah kata iqro’ tidak

terdapat objek yang menyertai. Setelah kata iqro’ justru ada kata bismi rabbika

yang bukan merupakan bentuk objek kalimat. Hal ini menunjukkan bahwa

penekanan dalam ayat itu terletak pada cara membaca yang diajukan Allah

Swt. kepada Muhammad saw., dan pembaca alquran lain, bahwa membaca itu

harus diniatkan karena Allah Swt. untuk mengagungkan nama Allah. Berbeda

dengan contoh yang kedua (surat Al-Isro’ ayat 14), bahwa setelah kata iqro’

terdapat objek kalimat yang menyertainya, yaitu kitaabaka. Ini menunjukkan

bahwa penekanan yang terdapat dalam ayat itu adalah membaca kitabnya

(yaitu buku laporan amal di akhirat kelak).

Setiap tindak tutur yang diucapkan penutur mempunyai makna tertentu.

Makna yang muncul sangat tergantung pada teksnya dan juga pada konteks

yang terlibat di dalamnya. Tindak tutur yang akan dikaji dalam penelitian ini

adalah tindak tutur direktif memerintah yang terdapat dalam ayat-ayat periode

Makkah.

Penelitian yang dilakukan terhadap ayat-ayat Makkiyyah maupun

Madaniyyah mempunyai kemenarikan yang sama dan kedua-duanya layak

untuk diteliti. Ketertarikan penulis untuk meneliti ayat-ayat Makkiyyah

Page 5: TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN …

Hanifullah Syukri, Miftah Nugroho, Bakdal Ginanjar – Tindak Tutur Memerintah pada Ayat-ayat Alquran Makkah

25

HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (1), 2020 • ISSN Print: 0852-0933 • ISSN Online: 2549-1733

disebabkan oleh ayat-ayat Makkiyyah adalah ayat yang lebih awal diturunkan

kepada Nabi Muhammad, dan keadaan masyarakat Arab pada saat itu sering

disebut-sebut sebagai masyarakat “jahiliyyah” (bodoh, dalam arti jauh dari

pengetahuan agama disebabkan masyarakat itu memang tidak mau tahu

dengan kebenaran) sehingga pemilihan kata-kata dalam ayat-ayatnya memiliki

kekhususan pragmatis. Hal ini berarti pemilihan kata dalam ayat-ayat

Makkiyyah cenderung didominasi dengan tindak tutur direktif (perintah), baik

perintah langsung atau pun tidak langsung, yang berbeda tipe dengan

perintah-perintah yang terdapat dalam ayat Madaniyyah.

TEORI DAN METODE PENELITIAN

Berkaitan dengan konotasi syar’i, alquran adalah kalam (firman/ucapan)

Allah Swt., yang memiliki nilai mukjizat yang diturunkan melalui wahyu illahi

kepada Nabi Muhammad Rasulullah saw., yang tertulis dalam mushaf dan

diturunkan secara mutawatir dan bagi siapa saja yang membacanya akan

memperoleh nilai ibadah (Hakim, 2006:3; Abdurrahman, 2004:20).

Alquran merupakan teks yang terdiri dari 114 surat, 6.616 ayat, 77.934 kata,

dan 323.671 huruf. alquran diturunkan di Makkah dan Madinah serta di

lingkungan keduanya, karena itu surat-suratnya berkarakter Makkah atau

Madinah (Al-Faruqi, 2001:136). Adapun mengenai cara bagaimana ayat-ayat

tersebut diketahui sebagai Makkiyyah atau Madaniyyah adalah dengan

merujuk hafalan sahabat dan tabi’in (Abdurrahman, 2004:63-64). Hal seperti itu,

karena klasifikasi ini tidak dinyatakan oleh Nabi Muhammad saw., tetapi pada

kenyataannya para sahabat telah menyaksikan wahyu turun dari sisi tempat,

waktu, dan objek yang menjadi sasarannya.

Secara umum ciri khas masing-masing ayat Makkiyyah atau Madaniyyah

yaitu, surat Makkiyyah didominasi oleh ayat-ayat pendek, sedangkan surat

Madaniyyah ayat-ayatnya panjang, dan surat Makkiyyah didominasi oleh

pembahasan mengenai masalah akidah, penegakan dalil, serta dakwah untuk

membebaskan diri dari penyembahan berhala dan akidah-akidah yang rusak,

Page 6: TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN …

Hanifullah Syukri, Miftah Nugroho, Bakdal Ginanjar – Tindak Tutur Memerintah pada Ayat-ayat Alquran Makkah

26

HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (1), 2020 • ISSN Print: 0852-0933 • ISSN Online: 2549-1733

sementara itu surat Madaniyyah didominasi oleh pembahasan mengenai

masalah legislasi hukum, hukum ibadah, muamalah, sistem sosial, serta jihad

dan derivatnya, seperti hukum tawanan, ghanimah, perdamaian, perjanjian, dan

hukum tentang gencatan senjata.

Kondisi sosial yang dapat dikemukakan sehubungan dengan situasi masa

awal turunnya ayat alquran adalah bahwa (1) masyarakat Arab, yang hidup

pada masa turunnya alquran adalah masyarakat yang tidak mengenal baca

tulis. Karena itu, satu-satunya andalan mereka adalah hafalan. Dalam hal

hafalan, orang Arab (bahkan sampai kini) dikenal sangat kuat, (2) masyarakat

Arab (khususnya pada masa turunnya alquran) dikenal sebagai masyarakat

sederhana dan bersahaja. Kesederhanaan ini, menjadikan mereka memiliki

waktu luang yang cukup, di samping menambah ketajaman pikiran dan

hafalan, (3) Masyarakat Arab sangat gandrung lagi membanggakan

kesusastraan; mereka bahkan melakukan perlombaan-perlombaan dalam

bidang ini pada waktu-waktu tertentu, dan (4) Alquran mencapai tingkat

tertinggi dari segi keindahan bahasanya dan sangat mengagumkan bukan saja

bagi orang-orang mukmin, tetapi juga orang kafir. Berbagai riwayat

menyatakan bahwa tokoh-tokoh kaum musyrik seringkali secara sembunyi-

sembunyi berupaya mendengarkan ayat-ayat alquran yang dibaca oleh kaum

muslim. Kaum muslim, di samping mengagumi keindahan bahasa alquran,

juga mengagumi kandungannya, serta meyakini bahwa ayat-ayat alquran

adalah petunjuk kebahagiaan dunia dan akhirat (Shihab, 2000:23).

Penelitian ini termasuk dalam ranah pragmatik. Pragmatik adalah bidang

yang mengkaji penggunaan bahasa untuk berkomunikasi. Beberapa ahli juga

telah menguatkan pendapatnya bahwa pragmatik adalah bidang linguistik

yang mengkaji tentang penggunaan bahasa untuk berkomunikasi (Levinson,

1983: 5; Leech, 1993: 1).

Berkaitan dengan hal tersebut, Leech (1993: 15) telah menjelaskan bahwa

pragmatik mempunyai dua sisi, yaitu (a) pragmalinguistik dan (b) sosio-

pragmatik. Pragmalinguistik merupakan satu sisi pragmatik yang lebih banyak

Page 7: TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN …

Hanifullah Syukri, Miftah Nugroho, Bakdal Ginanjar – Tindak Tutur Memerintah pada Ayat-ayat Alquran Makkah

27

HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (1), 2020 • ISSN Print: 0852-0933 • ISSN Online: 2549-1733

mengkaji aspek-aspek linguistik. Pragmalinguistik mengkaji sumber-sumber

linguistik tertentu yang disediakan oleh suatu bahasa untuk menyampaikan

ilokusi-ilokusi tertentu. Pragmalinguistik banyak berhubungan dengan tata

bahasa dalam bahasa tertentu. Di sisi lain, sosio-pragmatik merupakan sisi lain

dari pragmatik yang mengkaji aspek-aspek pragmatik yang dikaitkan dengan

atau didasarkan pada kebudayaan tertentu dan masyarakat bahasa tertentu

serta kondisi-kondisi sosial tertentu. Sosio-pragmatik merupakan titik

pertemuan antara sosiologi dan pragmatik.

Berkaitan dengan hal itu, Wijana (1996:2) menjelaskan bahwa pragmatik

adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal,

yaitu bagaimana bahasa dipakai dalam komunikasi sehari-hari. Jadi, makna

yang dikaji pragmatik adalah makna yang terikat dengan konteks. Inilah nilai

baru yang dibawa oleh pragmatik dalam dunia linguistik yang tidak pernah

dikaji sebelumnya oleh bidang-bidang lain dalam linguistik.

Lebih lanjut, Nadar (2009:6) menyatakan bahwa konteks menjadi sangat

penting dalam kajian pragmatik karena latar belakang pemahaman yang

dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur dapat membuat interpretasi

mengenai apa yang dimaksud oleh penutur pada waktu membuat tuturan. Jadi

dalam hal ini jelas pragmatik memerlukan konteks-konteks untuk dapat

menafsirkan tuturan yang diujarkan dan dapat membantu lawan tutur

menafsirkan makna tuturan.

Memerintah dalam KBBI berarti ‘memberi perintah; menyuruh melakukan

sesuatu’ (Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, 2002: 859). Contoh tindak tutur

direktif memerintah ini terdapat dalam contoh ayat-ayat berikut ini.

Dalam alquran surat Al An’am ayat 11 Allah Swt. berfirman: بين كي انظروافي الرض ثم سيرواقل (11) ف كان عاقبة المكذ

(11) Qul sīrū fil-arḍi ṡummanẓurū kaifa kāna ‘āqibatul-mukażżibīn(a)

قل سيروا في الرض muka bumi di berjalanlah

kalian Katakanlah

Page 8: TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN …

Hanifullah Syukri, Miftah Nugroho, Bakdal Ginanjar – Tindak Tutur Memerintah pada Ayat-ayat Alquran Makkah

28

HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (1), 2020 • ISSN Print: 0852-0933 • ISSN Online: 2549-1733

ثم انظروا كيف كان adalah bagaimana Perhatikanlah Kemudian

بين عاقبة المكذorang-orang yang mendustakan akibat/ kesudahan

(11) Katakanlah: "Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah

bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu".

Dalam ayat tersebut terdapat tiga tindak tutur direktif memerintah yaitu

kata katakanlah, berjalanlah, dan perhatikanlah. Penanda lingual direktifnya

tampak pada penggunaan bentuk perintah dalam ketiga kata tersebut, yang

dalam bahasa Arab dinamakan fi’il amr (kata kerja perintah).

Dalam ayat tersebut terdapat tindak tutur direktif memerintah, yaitu

adanya perintah Allah (sebagai penutur) kepada manusia (sebagai mitra tutur)

untuk melakukan perbuatan ‘berjalan’ di atas bumi dan ‘memperhatikan’

akibat orang-orang yang mendustakan agama.

Contoh-contoh tindak tutur direktif memerintah ini cukup banyak dan

paling dominan terdapat dalam ayat-ayat Makiyyah, yang seluruhnya

berjumlah 1043 tindak tutur direktif memerintah (61,86 persen). Ini

menunjukkan bahwa dalam masa-masa awal kenabian Nabi Muhammad saw.

bentuk-bentuk direktif memerintah sangat penting digunakan untuk upaya

pembenahan keislaman para pengikut.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2011: 4)

penelitian ini dikatakan penelitian kualitatif karena “prosedur penelitian yang

dihasilkan berwujud data deskripsif berupa kata-kata tertulis atau lisan yang

berasal dari orang-orang dan perliku yang diamati”. Selain itu, penelitian ini

juga tergolong penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif dikarenakan tujuan

penelitian ini adalah memaparkan dan memerikan secara detail dan mendalam

perihal penggunaan bahasa pada dakwah dialogis. Hal ini sejalan dengan

pendapat Sudaryanto (1988: 62) bahwa “istilah deskriptif itu menyarankan

penelitian yang dilakukan semata-mata berdasarkan fakta yang ada atau

fenomena yang memang secara empiris hidup pada penutur-penuturnya

Page 9: TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN …

Hanifullah Syukri, Miftah Nugroho, Bakdal Ginanjar – Tindak Tutur Memerintah pada Ayat-ayat Alquran Makkah

29

HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (1), 2020 • ISSN Print: 0852-0933 • ISSN Online: 2549-1733

sehingga yang dihasilkan atau yang dicatat berupa perian bahasa yang biasa

dapat disebut seperti potret atau paparan apa adanya”.

Objek penelitian disertasi ini adalah tindak tutur direktif, sedangkan data

penelitiannya adalah ayat-ayat alquran periode Makkah yang mengandung

tindak tutur memerintah. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan

adalah pendekatan pragmatik. Pragmatik sebagaimana yang dinyatakan Yule

(1996) adalah kajian yang menelaah maksud penutur, makna konteks,

bagaimana yang dituturkan lebih banyak daripada yang dikomunikasin, dan

jarak. Salah satu yang dibahas penelitian ini adalah tindak tutur. Tindak tutur

adalah tindakan yang disampaikan melalui kata-kata (Yule 1996). Tindak tutur

sendiri terbagi atas lima jenis, yaitu tindak tutur asertif, tindak tutur direktif,

tindak tutur komisif, tindak tutur ekspresif, dan tindak tutur deklarasi.

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan teknik

simak dan catat. Teknik simak dan catat menurut Subroto (2007:32) adalah

mengadakan penyimakan terhadap pemakaian bahasa lisan yang bersifat

spontan dan mengadakan pencatatan terhadap data relevan yang sesuai

dengan sasaran dan tujuan penelitian.

Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode metode

kontekstual, yaitu cara analisis data yang didasarkan dan dikaitkan dengan

konteks tuturan (Rahardi, 2002: 16). Metode ini digunakan untuk menentukan

daya ilokusi sebuah tuturan. Selain metode kontekstual, metode analisis data

lain yang digunakan pada penelitian ini adalah metode cara dan tujuan.

Metode cara-tujuan adalah strategi menyelesaikan masalah yang dilakukan

penutur (Leech, 1983). Analisis ini menunjukkan bagaimana sebuah tuturan

dapat dipahami oleh petutur.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa tindak tutur direktif

memerintah dalam ayat-ayat alquran periode Makkah berjumlah 1043 buah

Page 10: TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN …

Hanifullah Syukri, Miftah Nugroho, Bakdal Ginanjar – Tindak Tutur Memerintah pada Ayat-ayat Alquran Makkah

30

HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (1), 2020 • ISSN Print: 0852-0933 • ISSN Online: 2549-1733

(61,86 persen). Dalam analisis tindak tutur direktif memerintah ini ditampilkan

beberapa ayat periode Makkah yang dipaparkan sebagai berikut ini.

Pertama, diambilkan dari surat An Nahl (16) ayat 125. Deskripsi teksnya

adalah sebagai berikut.

أحسن إن ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيله وهو إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي ادع

أعلم بالمهتدين (125)

(125) Ud’u ilā sabīli rabbika bil-ḥikmati wal-mau’iẓatil-ḥasanati wa jādilhum bil-latī hiya aḥsan(u), inna rabbaka huwa a’lamu biman ḍalla’an sabīlihī wa huwa a’lamu bil-muhtadīn(a)

ادع إلى سبيل ربك Tuhan kamu Jalan kepada Serulah

بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم dan bantahlah mereka

yang baik dan pelajaran dengan hikmah

بالتي هي أحسن إن sesungguhnya lebih baik ia dengan yang

ربك هو أعلم بمن pada siapa yang lebih mengetahui Dia Tuhan kamu

ضل عن سبيله وهو dan Dia jalan-Nya dari Tersesat

أعلم بالمهتدين dengan orang-orang yang mendapat petunjuk lebih mengetahui

(125) Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk

Teks alquran yang terdapat dalam surat An Nahl ayat 125 dapat diketahui

bahwa terdapat tindak tutur direktif memerintah, yang ditandai dengan bentuk

perintah (fi’il amr) ادع “ud’u”, yang berarti: “serulah”. Kata ادع “ud’u” yang

berarti serulah ini ditujukan kepada orang kedua, tunggal, yaitu kamu. Maksud

‘kamu’ dalam ungkapan ini adalah kembali kepada Nabi Muhammad saw.

sebagai penerima wahyu atau ditujukan kepada siapa pun yang membaca teks

tersebut (orang islam yang membaca alquran). Dengan keterangan ini

diperoleh simpulan bahwa setiap orang islam, sebenarnya mempunyai

kewajiban untuk menyeru (mendakwahkan) islam kepada orang lain, baik itu

melalui lisan atau tulisan, atau melalui media yang lain. Ungkapan ini

Page 11: TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN …

Hanifullah Syukri, Miftah Nugroho, Bakdal Ginanjar – Tindak Tutur Memerintah pada Ayat-ayat Alquran Makkah

31

HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (1), 2020 • ISSN Print: 0852-0933 • ISSN Online: 2549-1733

menunjukkan bahwa menyerukan islam kepada orang lain adalah perintah

Allah Swt.

Kata ادع "ud'u" memiliki bentuk dasar دعا "da'a" yang berarti: dia, laki-laki,

berjumlah satu (tunggal), telah menyeru. Dari bentuk dasar دعا "da'a" ini

muncul bentuk يد ع "yad'u" (sebagai penunjuk bentuk sekarang) dan muncul

pula ادع sebagai bentuk perintahnya.

دعا يد ع ادع

ud'u yad'u da'a

Penanda lingual direktif yang terdapat dalam bentuk ادع "ud'u" adalah

ditunjukkan dengan pemarkah "dhommah" ( "u") yang terdapat pada huruf

akhir bentuk tersebut yaitu ع " 'u ", sehingga bentukan دع ا "ud'u" berarti:

"serulah" untuk orang kedua, laki-laki tunggal. Penanda lingual direktif dalam

bentuk ادع "ud'u" ini termasuk penanda lingual direktif gramatikal.

Dari ayat ini pula diperoleh ketegasan bahwa setiap muslim, siapa pun

orangnya, di mana pun tempat tinggalnya, dan kapan pun masa hidupnya,

harus menyerukan islam kepada manusia sebagai bentuk pemenuhan

kewajiban berdakwah. Apabila ada orang islam yang tidak atau tidak mau

melakukan aktivitas dakwah tersebut, berarti dia belum sepenuhnya

melaksanakan perintah islam. Di samping itu dapat dimengerti pula bahwa

berdakwah dalam islam itu harus menggunakan tiga cara yang harus

dilakukan secara simultan, yaitu (1) dengan cara hikmah, (2) dengan

memberikan nasihat yang baik (mau’idhoh hasanah), dan (3) melakukan debat

dengan cara yang baik, apabila memang diperlukan.

Perintah untuk berdakwah bagi setiap muslim, berarti akan membuat

agama islam semakin dimengerti oleh umat manusia. Harapan dari tersebarnya

ajaran islam adalah bahwa masyarakat bisa merasakan betapa islam adalah

rahmatan lil ‘alamin. Sebaliknya apabila umat islam tidak mau untuk

mendakwahkan islam, maka islam tidak akan dimengerti secara luas oleh umat

manusia, sehingga rahmatan lil ‘alaminnya tidak banyak bisa dirasakan.

Page 12: TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN …

Hanifullah Syukri, Miftah Nugroho, Bakdal Ginanjar – Tindak Tutur Memerintah pada Ayat-ayat Alquran Makkah

32

HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (1), 2020 • ISSN Print: 0852-0933 • ISSN Online: 2549-1733

Allah Swt. memerintahkan kepada Rasul-Nya (Nabi Muhammad saw.)

agar menyeru manusia untuk menyembah Allah dengan cara yang bijaksana.

Katsir (2011:86) mengatakan bahwa yang diserukan kepada manusia ialah

wahyu yang diturunkan kepadanya berupa alquran, sunah, dan pelajaran yang

baik; yakni semua yang terkandung di dalamnya berupa larangan-larangan

dan kejadian-kejadian yang menimpa manusia (di masa lalu). Pelajaran yang

baik itu agar dijadikan peringatan buat mereka akan pembalasan Allah Swt.

(terhadap mereka yang durhaka). Firman Allah Swt.

وجادلهم بالتي هي أحسن

dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (An-Nahl: 125)

Yakin terhadap orang-orang yang dalam rangka menyeru mereka diperlukan

perdebatan dan bantahan-bantahan. Maka hendaklah hal ini dilakukan dengan

cara yang baik, yaitu dengan lemah lembut, tutur kata yang baik, serta cara

yang bijak (Katsir, 2006: 292).

Selanjutnya, surat An Nahl (16) ayat 127 dengan deskripsi teks sebagai berikut.

ول تحزن واصبر ا يمكرون وما صبرك إل بالل (127) عليهم ول تك في ضيق مم (127) Waṣbir wa mā ṣabruka illā billāhi wa lā taḥzan’alaihim wa lā taku fī ḍaiqim mimmā yamkurūn(a)

واصبر وما صبرك إل melainkan kesabaran kamu dan tidaklah dan bersabarlah

ول تحزن ليهم ع باللatas mereka kamu bersedih

hati dan jangan dengan Allah

ول تك في ضيق kesempitan dalam kamu dan jangan

ا يمكرون ممmereka tipu dayakan dari/ terhadap

apa yang

(127) Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan.

Ayat alquran surat An-Nahl (16) ayat 127 tersebut terdapat contoh tindak

tutur direktif memerintah, yaitu kata: واصبر “Wa shbir”. Kata واصبر “wa shbir”

adalah kata yang tersusun dari dua kata, yaitu و “wa” (yang berarti ‘dan’) dan

kata اصبر “ishbir” (yang berarti ‘bersabarlah’). Tanda tindak tutur direktif dalam

Page 13: TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN …

Hanifullah Syukri, Miftah Nugroho, Bakdal Ginanjar – Tindak Tutur Memerintah pada Ayat-ayat Alquran Makkah

33

HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (1), 2020 • ISSN Print: 0852-0933 • ISSN Online: 2549-1733

kata itu ditunjukkan dengan bentuk perintah (fi’il amr). Kata tersebut berposisi

sebagai pemberi perintah adalah Allah Swt. (Tuhan), dan yang menerima

perintah adalah Nabi Muhammad saw. Makna yang diperoleh dalam ayat

tersebut adalah bahwa Nabi Muhammad saw. diperintah untuk bersabar

(melakukan aktivitas sabar) dalam menghadapi kekafiran orang-orang Quraisy

yang menentangnya. Nabi Muhammad saw. (harus) menjalankan perintah

Allah karena dalam ayat tersebut terdapat perintah, yaitu harus melakukan

aktivitas sabar dalam menghadapi kekafiran orang-orang Quraisy.

Penanda lingual direktif dalam bentukan اصبر "ishbir" dapat dijelaskan

bahwa bentuk dasar اصبر "ishbir" adalah صبر "shabara". Jadi kata صبر "shabara"

bermakna: dia, laki-laki, tunggal, telah melakukan aktivitas sabar. Dari bentuk

dasar صبر "shabara" ini muncul bentuk-bentuk yang lain berikut ini.

صبر يصبر اصبر ishbir yushbir Shabara

ishbir" adalah" اصبر yushbir" adalah bentuk "sedang berlangsung", dan" يصبر

bentuk perintahnya. Penanda lingual direktif yang terdapat dalam bentukan

) "ishbir" itu ditunjukkan dengan pemarkah "sukun" اصبر ) pada akhir bentukan

tersebut, yaitu ر "r", sehingga اصبر "ishbir" berarti: "sabarlah" untuk orang

kedua, berjenis kelamin laki-laki, tunggal. Penanda lingual direktif dalam

bentukan اصبر "ishbir" ini termasuk penanda lingual direktif gramatikal.

Apabila ayat ini dianalogikan bagi orang-orang islam yang hidup pada

masa sekarang, maka orang-orang islam harus meniru Nabi Muhammad saw.

dalam “bersabar” menghadapi kekafiran yang ada pada masa sekarang, dan

diperintahkan pula kepada mereka untuk tetap mendakwahkan islam. Selain

itu, mereka harus sabar dalam menghadapi sikap orang kafir dalam merespon

syariat islam serta memenuhi kewajiban mereka sendiri atas syariat islam,

misalnya tetap menjaga sholat fardu, sholat-sholat sunah, membayar zakat bagi

yang sudah berkemampuan, dan lain-lain. Sabar terhadap apa saja yang

ditimpakan orang kafir adalah sikap yang tepat dan baik bagi setiap muslim

dalam menjalankan syariat agamanya. Hal ini mengukuhkan perintah bersabar,

sekaligus sebagai pemberitaan bahwa kesabaran itu tidak dapat diraih

Page 14: TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN …

Hanifullah Syukri, Miftah Nugroho, Bakdal Ginanjar – Tindak Tutur Memerintah pada Ayat-ayat Alquran Makkah

34

HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (1), 2020 • ISSN Print: 0852-0933 • ISSN Online: 2549-1733

melainkan berkat kehendak Allah dan pertolongan-Nya, serta upaya dan

kekuatan-Nya (Katsir, 2006: 299).

Selain itu, tindak tutur direktif memerintah bisa diambil dari surat Al-Isro’

(17) ayat 21 sebagai berikut.

لنا بعضهم على بعض وللخرة أكبر درجات وأكبر تفضيل انظر (21) كيف فض (21) Unẓur kaifa faḍḍalnā ba’ḍahum’alā ba’ḍ(in), wa lal-ākhiratu akbaru darajātiw wa akbaru tafḍīlā(n)

لنا بعضهم ر انظ كيف فضsebagian mereka Kami melebihkan bagaimana Perhatikanlah

على بعض وللخرة أكبر lebih besar/ tinggi

dan sungguh kehidupan akhirat

sebagian yang lain

Atas

درجات وأكبر تفضيل keutamaan/ kelebihan dan lebih besar derajat/

tingkatan

(21) Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatnya dan lebih besar keutamaannya

Contoh tindak tutur direktif memerintah dalam ayat di atas adalah kata انظر

“undzur” yang berarti ‘perhatikanlah’. Tanda sebagai tindak tutur memerintah

ditunjukkan dengan bentuk perintah (fi’il amr) dalam kata itu. Dalam kata انظر

“undzur” terkandung pengertian bahwa Allah Swt. berposisi sebagai pemberi

perintah, sedangkan Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya atau orang-

orang islam yang membaca alquran adalah yang berposisi sebagai pihak

penerima perintah.

Penanda lingual perintah dalam kata انظر "undzur" ditunjukkan secara

gramatikal dengan adanya "sukun" ( ) yang ada di akhir kata perintah tersebut.

نظر ينظر انظر

undzur yandzuru Nadzara

nadzara" adalah bentuk lampau yang berarti: dia, laki-laki, tunggal, telah" نظر

melihat/ memperhatikan. ينظر "yandzuru" adalah bentuk "sekarang"nya,

sehingga ينظر "yandzuru" berarti: dia, laki-laki, tunggal sedang melihat/

memperhatikan. Kata انظر "undzur" adalah bentuk perintah dari bentuk dasar

-undzur" berarti: lihatlah/ perhatikanlah untuk laki" انظر nadzara" itu. Jadi" نظر

Page 15: TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN …

Hanifullah Syukri, Miftah Nugroho, Bakdal Ginanjar – Tindak Tutur Memerintah pada Ayat-ayat Alquran Makkah

35

HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (1), 2020 • ISSN Print: 0852-0933 • ISSN Online: 2549-1733

laki, tunggal. Ayat ini mengandung pengertian bahwa Nabi Muhammad saw.

atau siapa pun yang menerima ayat itu diperintah agar memperhatikan

bagaimana Allah Swt. memberi kelebihan kepada sebagian makhluk ciptaan-

Nya (manusia) atas sebagian makhluk ciptaan-Nya yang lain (non-manusia).

Hal itu dimaksudkan agar manusia tadi bisa mensyukuri segala yang telah

diberikan kepada mereka, dan mereka juga (seharusnya) beribadah dengan taat

kepada Allah Swt. sebagaimana telah diperintahkan kepada mereka. Perintah

dalam ayat ini memakai kata ganti objek tunggal (kamu/engkau) sehingga

memiliki makna keumuman, bahwa bagi muslim siapa saja yang membaca ayat

tersebut mempunyai kewajiban untuk memperhatikan kelebihan-kelebihan

yang telah diberikan Allah kepada manusia di atas makhluk-makhluk ciptaan-

Nya yang lain. Kelebihan-kelebihan yang diberikan Allah Swt. kepada manusia

itu diharapkan manusia semakin sadar bahwa dia memiliki kewajiban yang

lebih dalam beribadah kepada-Nya. Kelebihan yang diberikan Allah Swt.

kepada manusia dan tidak diberikan kepada makhluk lainnya adalah adanya

akal yang dimiliki oleh manusia. Akal mengantarkannya sebagai makhluk yang

beradab dan berkedudukan tinggi, yang membedakan mereka dengan

makhluk lainnya tersebut. Sebagaimana telah dipahami bahwa kemampuan

akal mengantarkan manusia kepada derajat yang lebih tinggi daripada

makhluk-makhluk Allah Swt. yang lain yang ada di muka bumi ini.

Maksud dari "Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas

sebagian (yang lain)” (Al-Isra:21) adalah bahwa antara manusia ada yang kaya

dan ada yang miskin serta ada yang berada di antara keduanya. Ada yang

tampan, ada yang buruk rupa, serta ada yang berada di antara keduanya.

Selain itu, di antara mereka ada yang mati dalam usia muda, ada yang diberi

usia panjang sehingga berusia lanjut, serta ada pula yang ada di antara usia

keduanya (Katsir, 2006: 170).

Tindak tutur direktif memerintah adalah tindak tutur direktif yang paling

dominan dalam ayat-ayat alquran periode Makkah. Semua tindak tutur direktif

memerintah berjumlah 1043 (61,86 persen) dari jumlah keseluruhan tindak

Page 16: TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN …

Hanifullah Syukri, Miftah Nugroho, Bakdal Ginanjar – Tindak Tutur Memerintah pada Ayat-ayat Alquran Makkah

36

HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (1), 2020 • ISSN Print: 0852-0933 • ISSN Online: 2549-1733

tutur direktif yang berjumlah 1686 buah. Hal tersebut menunjukkan bahwa

orang-orang yang bertipe jahiliyyah (tidak mau menerima kebenaran) harus

diperintah secara tegas untuk melakukan kebaikan-kebaikan seperti yang

ditunjukkan dalam aturan-aturan alquran. Tindak tutur direktif memerintah

adalah tindak tutur direktif yang sangat penting untuk diterapkan dalam

kondisi sosio-kultural yang terdapat dalam masyarakat Arab ketika alquran

ayat-ayat Makkiyyah diturunkan yaitu kondisi keras dan jahiliyyah.

Hal ini pula yang semakin menguatkan asumsi bahwa dalam kondisi sosio-

kultural sebagaimana terdapat dalam masyarakat penerima ayat-ayat alquran

periode awal yang berkarakter jahiliyyah (bodoh dalam arti tidak mau untuk

menerima kebenaran-kebenaran alquran) harus diberlakukan perintah-perintah

yang bersifat tegas, jelas, tidak bermakna ganda.

PEMBAHASAN

Ayat-ayat alquran periode Makkah menggunakan tindak tutur direktif

memerintah dalam peranannya bagi “pembenahan-pembenahan akhlaq” bagi

masyarakat Makkah tersebut. Dengan pengamatan terhadap pergantian akhlak

yang diperlihatkan oleh masyarakat Makkah (dari jahiliyyah menuju akhlak

karimah) semakin terbukti bahwa peran tindak tutur direktif bagi pembenahan

akhlak cukup signifikan. Hal ini menyempurnakan penelitian Santosa (2017)

yang menyatakan bahwa bentuk direktif requirement ditemukan paling banyak

dalam ayat-ayat alquran periode Makkah.

Berdasarkan deskripsi yang telah dipaparkan sebelumnya diketahui

bahwa tindak tutur direktif memerintah adalah tindak tutur direktif yang

dominan dalam ayat-ayat alquran periode Makkah tersebut. Hal itu

menunjukkan bahwa, secara umum, tindak tutur direktif memerintah adalah

tindak tutur direktif yang paling diperlukan untuk “mengantarkan”

masyarakat jahiliyyah menuju mayarakat yang “tidak jahiliyyah” (yaitu

masyarakat yang taat dan mau menerima kebenaran).

Page 17: TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN …

Hanifullah Syukri, Miftah Nugroho, Bakdal Ginanjar – Tindak Tutur Memerintah pada Ayat-ayat Alquran Makkah

37

HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (1), 2020 • ISSN Print: 0852-0933 • ISSN Online: 2549-1733

Hasil penelitian ini menyempurnakan penelitian Shekarbigi (2012) yang

menyatakan salah satu cara yang digunakan Allah Swt. untuk menyampaikan

pesan kepada manusia adalah melalui kisah. Kisah memuat tuturan yang

nyata, bukan fiktif dan bertujuan untuk menghibur dan mengandung banyak

pelajaran dan petunjuk bagi manusia. Namun dalam penelitian ini dapat

ditunjukkan bahwa melalui ayat-ayat alquran periode Makkah Allah Swt.

menyampaikan pesan kepada manusia untuk ‘memrintah’ secara tegas dalam

melakukan kebaikan-kebaikan seperti yang ditunjukkan dalam aturan-aturan

alquran.

Setelah dicermati, bentuk-bentuk perintah dalam ayat-ayat alquran periode

Makkah ini juga ada yang menggunakan bentuk kisahan (narasi). Jadi, dalam

ayat tersebut terdapat narasi-narasi yang sebenarnya adalah bentuk perintah

yang diberikan kepada siapa yang membaca teks ayat alquran itu (terutama

adalah orang-orang islam sebagai pengikut Nabi Muhammad saw.). Ada kisah

kaum Nabi Luth, kisah Nabi Khidir, kisah raja Fir’aun, dan lain-lain. Kisah-

kisah itu memuat perintah-perintah tertentu yang berupa ‘ibroh

(pelajaran/hikmah) yang harus dilaksanakan oleh para muslim tersebut.

Di samping bentuk-bentuk perintah yang telah dikemukakan, ada perintah

yang menggunakan bentuk-bentuk yang sulit untuk dicerna, yaitu bentuk

perintah yang bersifat tidak langsung dan tidak literal. Bentuk-bentuk perintah

tipe seperti ini membutuhkan pencermatan khusus agar dapat dimengerti

pesan atau perintah yang dikandungnya. Bentuk perintah tidak langsung

sering menggunakan fi’il mudhori’ sebagai medianya. Di samping itu media

sindiran atau kiasan juga sering dipakai dalam bentuk perintah tidak langsung

ini. Faktor ketidak-literalan perintah juga berpengaruh pada cepat lambatnya

pemahaman yang diperoleh atas perintah yang dikemukakan. Semakin literal

maka perintah-perintah dapat dimengerti secara lebih cepat dan mudah. Jadi

tindak tutur direktif tidak langsung-tidak literal adalah tindak tutur direktif

yang paling sulit untuk dicerna dan dipahami.

Page 18: TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN …

Hanifullah Syukri, Miftah Nugroho, Bakdal Ginanjar – Tindak Tutur Memerintah pada Ayat-ayat Alquran Makkah

38

HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (1), 2020 • ISSN Print: 0852-0933 • ISSN Online: 2549-1733

Secara ringkas, bentuk-bentuk perintah atau penanda lingual tindak tutur

direktif dalam ayat-ayat Alquran periode Makkah ditunjukkan dengan (1)

bentuk perintah langsung, dengan menggunakan fi’il amr, (2) bentuk perintah

yang menggunakan fi’il mudhori’, yang digunakan untuk menunjukkan

perintah-perintah tidak langsung, (3) bentuk larangan, yang ditunjukkan

dengan penggunaan “Laa An Nahiyah”, dan (4) bentuk kisahan atau ‘ibroh,

yang menggunakan bentk-bentuk fi’il mudhori’.

SIMPULAN

Tindak tutur memerintah pada ayat-ayat Makkah cenderung menggunakan

tindak tutur langsung. Dengan kata lain, strategi yang digunakan adalah

strategi bertutur langsung. Strategi dapat diketahui dari penanda lingual yang

terdapat pada tindak tutur memerintah, yaitu menggunakan modus imperatif

atau memerintah. Dalam bahasa Arab, modus ini disampaikan dengan fi’il

amar.

Penelitian ini baru mengkaji tindak tutur memerintah. Padahal di dalam

alquran masih terdapat tindak tutur direktif lain yang menarik untuk dikaji,

seperti tindak tutur melarang, tindak tutur menyarankan dan sebagainya. Oleh

karena itu, penelitian ini perlu dilanjutkan guna mendapat gambaran yang

komprehensif perihal tindak tutur direktif yang terdapat pada aya-ayat

Makkiyyah.

REFERENSI

Alfaruqi, I.R. & Lois Lamya Alfaruqi. (2001). Atlas Budaya Islam (terjemahan oleh: Ilyas Hasan). Bandung: Mizan.

Hafidz, A. (2004). Ulumul Quran Praktis Metode Memahami Alquran. Bogor: CV IDeA Pustaka Utama.

Haryono, Y.R. & May, R. (editor). (2002). Alquran Buku yang Menyesatkan dan Buku yang Mencerahkan. Bekasi: Gugus Press.

Huang, Y. (2007). Pragmatics. New York: Oxford University Press.

Page 19: TINDAK TUTUR MEMERINTAH PADA AYAT-AYAT ALQURAN …

Hanifullah Syukri, Miftah Nugroho, Bakdal Ginanjar – Tindak Tutur Memerintah pada Ayat-ayat Alquran Makkah

39

HALUAN SASTRA BUDAYA Vol 4 (1), 2020 • ISSN Print: 0852-0933 • ISSN Online: 2549-1733

Katsir, I.. (2006). Tafsir Ibnu Katsir Juz 13 (terjemahan oleh Bahrun Abu Bakar). Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Katsir, I.. (2011). Tafsir Ibnu Katsir Juz 12 (terjemahan oleh Bahrun Abu Bakar). Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Leech, G. (1983). The Principles of Pragmatics. New York: Longman Group Limited.

Levinson, S.C. (1983). Pragmatics. Inggris: Cambridge University Press. Moleong, Lexy J. (2011). Metode Penelitian Kualitatif (edisi revisi). Bandung: Rosda.

Muritala, Y.T. (2013). Instances of Quranic Analysis Using Arabic Lingiistic Textual Standards. Journal of Arts and Humanities (JAH), Vol. 2, No. 6, Juli, 2013.

Nadar, FX. (2009). Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rahardi, K. (2002). Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Santosa, R. B. (2017). Tindak Tutur Direktif pada "Ayat-ayat Kisah" dalam Alquran. Disertasi: Universitas Sebelas Maret.

Shekarbigi, N. (2012). Review the Dialogue in the Holy Quran Stories. Journal of Basic anda Applied Scientific Research. Vol. 2, No. 9, hlm. 8640-8644, .

Shihab, M. Q.. (2000). Membumikan Alquran, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan.

Subroto, Edi, H. D. (2007). Pengantar Metode Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: UNS Press.

Sudaryanto. (1988). Metode Linguistik Bagian Pertama ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Wijana, I D.P. (1996). Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi Offset.

Yule, G. (1996). Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.