169
KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF ANAK KEPADA ORANG TUANYADI NAGARI UJUNG GADING KECAMATAN LEMBAH MELINTANG KABUPATEN PASAMAN BARAT SKRIPSI untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan AHMAD YAHDI NIM 04525/2008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012

KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

  • Upload
    others

  • View
    23

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK TUTUR DIREKTIF

ANAK KEPADA ORANG TUANYADI NAGARI UJUNG GADING

KECAMATAN LEMBAH MELINTANG

KABUPATEN PASAMAN BARAT

SKRIPSI

untuk memenuhi sebagian persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

AHMAD YAHDI

NIM 04525/2008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DAN DAERAH

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2012

Page 2: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur
Page 3: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur
Page 4: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

ABSTRAK

Ahmad Yahdi, 2012. ”Kesantunan Berbahasa Mandailing dalam Tindak Tutur

Direktif Anak kepada Orang Tuanya di Nagari Ujung Gading

Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat”.

Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas

Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk tindak tutur direktif

anak kepada orang tuanya dalam bahasa Mandailing, mendeskripsikan prinsip

kesantunan berbahasa yang digunakan oleh anak kepada orang tuanya dalam

bahasa Mandailing, dan konteksnya dalam tindak tutur direktif anak kepada orang

tuanya di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten

Pasaman Barat.

Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode

deskriptif. Data penelitian ini adalah peristiwa tutur dalam percakapan antara anak

dengan orang tuanya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik rekam,

observasi, dan catatan lapangan. Data penelitiandiolah berdasarkan langkah-

langkah berikut. Pertama, mengidentifikasikan semua tuturan anak kepada orang

tuanya. Kedua, mengelompokkan tuturan yang termasuk tindak tutur direktif.

Ketiga, mengklasifikasikan prinsip kesantunan dan konteks tuturan. Keempat,

menafsirkan data. Kelima, menyimpulkan data.

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal

berikut. Terdapat lima bentuk tindak tutur direktif yang digunakan oleh anak

kepada orang tuanya dalam bahasa Mandailing yaitu, tindak tutur direktif

menyuruh, menyarankan, memerintah, menantang, dan memohon. Tindak tutur

direktif yang paling dominan digunakan adalah tindak tutur direktif menyarankan

dan yang paling sedikit digunakan adalah tindak tutur direktif memerintah.

Terdapat empat maksim kesantunan yang digunakan oleh anak kepada orang

tuanya dalam bahasa Mandailing, yaitu (a) maksim kedermawanan, (b) maksim

kesepakatan, (c) maksim kearifan, (d) maksim pujian. Maksim yang paling

dominan digunakan yaitu maksim kesepakatan dan yang paling sedikit digunakan

yaitu maksim pujian dan kearifan. Konteks pemakaian maksim adalah sebagai

berikut. Maksim kedermawanan cenderung digunakan untuk tujuan menyuruh.

Topik tindak tutur umumnya pembicaraan sehari-hari, terjadi di rumah dalam

suasana tenang. Maksim kesepakatan cenderung digunakan untuk tujuan

menyarankan dan memohon. Topik tindak tutur umumnya pembicaraan sehari-

hari, terjadi di rumah, halaman rumah dalam suasana tenang. Maksim kearifan

dan pujian cenderung digunakan untuk tujuan menyarankan. Topik tindak tutur

umumnya pembicaraan sehari-hari, terjadi di rumah dalam suasana tenang.

i

Page 5: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Swt karena dengan limpahan

rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

”Kesantunan Berbahasa Mandailing dalam Tindak Tutur Direktif Anak kepada

Orang Tuanya di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten

Pasaman Barat.” Penyusunan skripsi ini bertujuan memenuhi salah satu

persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan Strata Satu (S1).

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan berbagai

pihak, terutama sekali penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Novia Juita,

M.Hum., selaku pembimbing I dan kepada Dr. Ngusman, M.Hum., selaku

pembimbing II sekaligus Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah.

Selanjutnya, terima kasih kepada Dr. Irfani Basri, M.Pd., Dra. Ermawati Arief,

M.Pd., dan Dra. Emidar, M.Pd., selaku dosen penguji skripsi Jurusan Bahasa dan

Sastra Indonesia dan Daerah. Ucapan terima kasih yang tulus juga penulis

ucapkan kepada keluarga penulis serta teman-teman yang telah memotivasi dan

memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat sehingga usaha penulis dan bantuan dari

semua pihak diridhoi oleh Allah Swt. Penulis masih mengharapkan adanya

kritikan dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhir kata,

semoga Allah Swt membalas semuanya dengan pahala yang berlipat ganda, Amin

Ya Robbal ’Alamin.

Padang, April 2012

Penulis

ii

Page 6: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1

B. Fokus Masalah ............................................................................... 3

C. Perumusan Masalah ....................................................................... 4

D. Pertanyaan Penelitian ..................................................................... 4

E. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5

G. Definisi Operasional....................................................................... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori ................................................................................... 7

1. Kesantunan Berbahasa Sebagai Kajian Pragmatik .................. 7

2. Tindak Tutur Direktif ............................................................... 13

3. Peristiwa Tutur ......................................................................... 15

4. Konteks Tuturan ....................................................................... 16

5. Bahasa Mandailing ................................................................... 17

6. Hakikat Anak ........................................................................... 18

7. Hakikat Orang Tua.................................................................. . 19

8. Perkembangan Bahasa Anak .................................................... 20

B. Penelitian yang Relevan ................................................................. 23

C. Kerangka Konseptual ..................................................................... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Jenis dan Metode Penelitian ........................................................... 27

2. Data dan Sumber Data ................................................................... 27

3. Informan/Subjek Penelitian ............................................................ 28

iii

Page 7: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 28

5. Teknik Pengabsahan Data .............................................................. 29

6. Teknik Penganalisisan Data ........................................................... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Temuan Penelitian ......................................................................... 30

1. Bentuk Tindak Tutur Direktif yang digunakan oleh Anak kepada

Orang Tuanya dalam Bahasa Mandailing ................................... 30

2. Prinsip Kesantunan Berbahasa yang digunakan oleh Anak kepada

Orang Tuanya dalam Bahasa Mandailing ................................... 31

3. Konteks Tindak Tutur yang digunakan oleh Anak kepada Orang

Tuanya dalam Bahasa Mandailing .............................................. 32

B. Pembahasan .................................................................................... 33

1. Bentuk Tindak Tutur Direktif yang digunakan oleh Anak kepada

Orang Tuanya dalam Bahasa Mandailing ................................ 34

2. Prinsip Kesantunan Berbahasa yang digunakan oleh Anak kepada

Orang Tuanya dalam Bahasa Mandailing ................................ 66

3. Konteks Tindak Tutur yang digunakan oleh Anak kepada Orang

Tuanya dalam Bahasa Mandailing ........................................... 94

BAB V PENUTUP

A. Simpulan ...................................................................................... 120

B. Implikasi Hasil Penelitian .............................................................. 121

C. Saran .............................................................................................. 121

KEPUSTAKAAN

LAMPIRAN

iv

Page 8: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

DAFTAR LAMPIRAN

Lamnpiran 1 Transkrip Data Kesantunan Berbahasa Mandailing dalam

Tindak Tutur Direktif Anak kepada Orang Tuanya di Nagari

Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten

Pasaman Barat .......................................................................... 124

Lampiran 2 Klasifikasi Bentuk Tindak Tutur Direktif Anak kepada Orang

Tuanya di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah

Melintang Kabupaten Pasaman Barat ..................................... 141

Lampiran 3 Klasifikasi Prinsip Kesantunan yang Digunakan dalam

Tindak Tutur Direktif Anak kepada Orang Tuanya di Nagari

Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten

Pasaman Barat ......................................................................... 144

Lampiran 4 Klasifikasi Konteks Tindak Tutur Anak kepada Orang

Tuanya di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah

Melintang Kabupaten Pasaman Barat ..................................... 147

Lampiran 5 Data Informan .......................................................................... 158

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian ................................................................. 166

v

Page 9: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah objek kajian linguistik atau ilmu bahasa. Ilmu bahasa

terdiri atas beberapa cabang ilmu. Cabang ilmu bahasa yang mengkaji bahasa

berdasarkan konteks adalah pragmatik.Dalam pragmatik makna dikaji dalam

hubungannya dengan situasi-situasi ujar.Peristiwa tutur adalah terjadinya atau

berlangsung interaksi antara dua belah pihak, yaitu penutur dan mitra tutur

dalam bentuk satu ujaran atau lebih pada waktu,tempat dan situasi tertentu

(Chaer dan Agustina, 1995:6). Jadi, tindak tutur yang berlangsung pada

masyarakat Ujung Gading dengan mengunakan bahasa sebagai alat

komunikasi adalah sebuah peristiwa tutur.

Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan penutur

dengan maksud agar lawan tutur mau melakukan tindakan yang disebutkan

dalam ujarannya misalnya menyuruh, memohon, menuntun, menyarankan dan

menantang.Tindak tutur direktif disebut juga tindak tutur imposif, yaitu tindak

tutur yang dilakukan oleh penuturnya dengan maksud agar lawan tuturnya

melakukan tindakan yang disebutkan dalam tuturan tersebut, misalnya

menyuruh, memohon, dan menantang (Gunawan,1994:85).

Proses berbahasa dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, misalnya

di rumah. Rumah merupakan salah satu tempat atau wadah terjadinya

komunikasi baik secara lisan maupun tulis.Dalam kegiatan ini, terjadi

1

Page 10: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

2

komunikasi yang bersifat lisan, artinya tindak tutur yang digunakan langsung

diucapkan oleh anak.

Kesantunan berbahasa anak terhadap orang tua di Mandailing

berdasarkan pada norma-norma umum yang ada dalam masyarakat

Mandailing. Masyarakat Mandailing memiliki adat-istiadat dan agama yang

kuat. Walaupun demikian, anak tidak lagi berbahasa yang santun kepada

orang tuanya.Berdasarkan pengamatan penulis di Nagari Ujung Gading pada

bulan Juni 2011, kesantunan berbahasa anak terhadap orang tua semakin

menurun.Anak tidak lagi mengindahkan tatakrama atau kesantunan dalam

berbahasa dengan orang tuanya. Misalnya, pada peristiwa tutur berikut:

(30) Anak : Mua dpe jakna yah! ke maita.

kenapa lagi yah, pergi kita lagi

„Kenapa lagi yah!Kita pergi lagi.‟

Orang tua :Kinai ma, satongkin nai

nantilah, sebentar lagi

„Nantilah sebentar lagi.‟

Anak :Ipas ma yah! Au dung marjanji buse ke main bola dot

dongan nangkinan.

cepatlah yah saya sudah berjanji pula akan main bola

dengan anak orang tadi

„Cepatlah Yah! Saya sudah berjanji akan bermain bola

dengan teman.‟

Orang tua :Nagigih mada ho, sodang mangua ayah jakna nida ho.

cerewet betul kamu ini sedang mengapa ayah terlihat kamu

„Cerewet sekali kamu, kamu bisa melihat bahwa

Ayahsedang sibuk.‟

Tindak tutur itu dilakukan oleh ayah dan anak di rumah.Anak berada

di halaman sedang membersihkan motor, sedangkan orang tua berada di dalam

rumah sedang mengganti pakaian.Tindak tutur yang terdapat pada konteks

peristiwa tutur di atas merupakan tuturan yang berbentuk direktif, yaitu

memerintah.Anak memerintah orang tua untuk segera berangkat bersama

Page 11: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

3

dirinya.Kata ipas ma yah „CepatlahYah‟ menyimpang dari maksim

kedermawanan.Anak bersedia mengantar orang tua ke pasar, tetapi anak tidak

ingin dirugikan waktunya, dia tidak mau datang terlambat main bola.

Tindak tutur anak yang berada pada konteks peristiwa tutur di atas

dianggap tidak santun karena kata ipas ma yah „Cepatlah Yah‟ yang

dituturkan oleh anak bersifat langsung dengan maksud agar orang tua tidak

lama mengganti pakaian karena anak akan bermain bola dengan temannya.

Sebaiknya seorang anak mengatakan kepada orang tuanya dengan berkata

lambat dope ayah agar terkesan lebih santun.

Berdasarkan pemaparan di atas, penulis perlu untuk meneliti

kesantunan berbahasa Mandailing dalam tindak tutur direktif anak kepada

orang tuanya di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang

Kabupaten Pasaman Barat.Peneliti memilih bahasa Mandailing di Nagari

Ujung Gading karena untuk menambah keanekaragaman penelitian

kesantunan berbahasa.Oleh sebab itu, peneliti ingin mengetahui kesantunan

berbahasa Mandailing dalam tindak tutur direktif anak kepada orang tuanya

yang ada di Nagari Ujung Gading pada saat sekarang.

B. Fokus Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan diteliti adalah

kesantunan berbahasa Mandailing dalam tindak tutur direktif anak kepada

orang tuanya di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang

Kabupaten Pasaman Barat. Agar analisis penelitian ini mendalam, penelitian

Page 12: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

4

ini difokuskan pada tindak tutur direktif, prinsip kesantunan, dan konteks

tuturan anak kepada orang tuanya dalam bahasa Mandailing di Nagari Ujung

Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat.

C. Perumusan Masalah

Bertolak dari fokus masalah itu, masalah penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut: Bagaimanakahkesantunan berbahasa Mandailing

dalamtindak tutur direktif anak kepada orang tuanya di Nagari Ujung Gading

Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut ini.

1. Bentuk tindak tutur direktif apa sajakah yang digunakan oleh anak kepada

orang tuanya dalam kesantunan berbahasa Mandailing di Nagari Ujung

Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat?

2. Apa saja prinsip kesantunan berbahasa yang digunakan oleh anak kepada

orang tuanya dalam bahasa Mandailing di Nagari Ujung Gading

Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat?

3. Bagaimana konteks tindak tutur direktif yang digunakan oleh anak kepada

orang tuanya dalam bahasa Mandailing di Nagari Ujung Gading

Kecamatan Lembah Melintang Kabupten Pasaman Barat?

Page 13: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

5

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut ini.

1. Mendeskripsikan bentuk tindak tutur direktif yang digunakan oleh anak

kepada orang tuanya dalam kesantunan berbahasa Mandailing di Nagari

Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat.

2. Mendeskripsikan prinsip kesantunan berbahasa yang digunakanoleh anak

kepada orang tuanya dalam bahasa Mandailing di Nagari Ujung Gading

Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat.

3. Mendeskripsikan konteks tindak tutur direktif yang digunakan oleh anak

kepada orang tuanya dalam bahasa Mandailing di Nagari Ujung Gading

Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh peneliti, guru, dan

pembaca.Bagi peneliti , dapat mendorong perkembangan linguistik khususnya

di bidang pragmatik. Bagi guru, agar memakai kesantunan berbahasa supaya

komunikasi berjalan dengan efektif. Bagi pembaca menambah khasanah ilmu

pengetahuan tentang kesantunan berbahasa Mandailing dalam tindak tutur

direktif anak kepada orang tuanya serta memberikan sumbangan terhadap

penelitian berikutnya dan dapat dijadikan pemicu bagi peneliti lainnya untuk

bersikap kritis dan kreatif dalam menyikapi perkembangan tindak bahasa.

Page 14: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

6

G. Definisi Operasional

Ada beberapa istilah dalam penelitian ini.Pertama, kesantunan

berbahasa adalah alat yang digunakan untuk menunjukkan kesadaran wujud

pribadi seseorang dalam melakukan suatu interaksi menggunakan bahasa

untuk membuat adanya keyakinan-keyakinan dan pendapat yang tidak sopan

menjadi sekecil mungkin dengan mematuhi prinsip kesantunan berbahasa

yang terdiri atas bidal-bidal atau maksim.Kedua, tindak tutur adalah segala

tindakan yang dilakukan melalui berbicara terkait dengan konteksnya.Ketiga,

penutur adalah orang yang melakukan tuturan, atau orang yang

bartutur.Keempat, petutur adalah orang yang menjadi pendengar penutur atau

mitra bicara tutur.

Page 15: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Penelitian ini membutuhkan landasan berpikir untuk menganalisis

data.Kerangka teori yang disusun bertujuan untuk memecahkan

masalah.Sehubungan dengan itu, dibutuhkan teori-teori yang digunakan untuk

menganalisis data. Teori tersebut akan dijabarkan sebagai berikut ini.

1. Kesantunan Berbahasa sebagai KajianPragmatik

Istilah pragmatik lahir dari seorang filsuf yang bernama Charles

Morris, yang meneliti semiotika (ilmu tanda dan lambang) dan kemudian

semiotika dibagi menjadi tiga cabang, yaitu sintaksis, semantis, dan pragmatik

(Gunarwan, 1994:39). Yule (2006:4-5) menjelaskan perincian itu satu

persatu.Sintaksis mengkaji hubungan antara bentuk-bentuk kebahasaan

dengan mengamati bentuknya seperti kalimat, klausa, frase, dan kata.Semantik

mengkaji hubungan bentuk-bentuk dalam suatu bahasa atau bahasa pada

umumnya dengan objek yang diacunya.Pragmatik membahas makna ujaran

yang dikaji menurut makna yang dikehendaki penutur sesuai dengan

konteksnya.

Morris (dalam Maksan,1994:29) berpendapat pragmatik adalah studi

mengenai hubungan formal antara tanda dengan penafsirannya. Contoh ujaran

berbunyi, sudah hampir pukul 10 diucapkan dalam konteks: (1) di asrama

putri pada malam hari, oleh seorang ibu kos kepada teman lelaki yang masih

berada di situ. Dalam konteks tersebut, bermakna si tamu lelaki itu diminta

7

Page 16: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

8

supaya segera pulang (Chear dan Agustina,2004:222).Menurut Leech (1993:8)

pragmatik adalah studi tentang makna dalam hubungannya dengan situasi-

situasi ujar (speech situations). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa

pragmatik adalah ilmu bahasa yang mengkaji tentang makna yang sesuai

dengan konteksnnya.

Dalam kehidupan bermasyarakat ataupun dalam keluarga, bahasa

merupakan alat komunikasi yang harus disertai dengan norma-norma atau

tatakrama berbahasa yang berlaku dalam budaya masyarakat itu. Sistem

tingkah laku berbahasa menurut norma-norma budaya disebut oleh Geertz

(dalam Chaer dan Agustina 1995:226) sebagai etika berbahasa atau tata cara

berbahasa. Sedangkan yang dimaksud dengan sopan santun berbicara adalah

memberikan suatu penghargaan atau menghormati orang yang diajak bicara

(Keraf, 1990:114). Tata cara sopan santun berbahasa ini merupakan salah satu

dari adat sopan santun dalam hidup bermasyarakat di Mandailing.

Menurut Chaer dan Agustina (1995:226) yang diatur dalam berbahasa

adalah hal-hal sebagai berikut: (a) Apa yang harus dikatakan pada waktu dan

keadaan dengan status sosial dan budaya dalam masyarakat itu. Penggunaan

dalam hal ini maksudnya pembicara harus mengerti keadaan pada saat

berbicara dan ia harus memperhatikan penggunaan kata yang tepat sesuai

dengan status sosialnya. (b) Ragam bahasa apa yang paling wajar digunakan

di dalam situasi sosiolinguistik dan budaya tertentu. Misalnya, seseorang

kakak berbicara dengan adiknya, ragam bahasa apa yang tepat digunakan. (c)

Kapan dan bagaimana menggunakan giliran bicara dan menyela pembicaraan

Page 17: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

9

orang lain. Jika berkumpul dengan anggota keluarga, maka dalam

pembicaraan bagaimana (bercanda, rapat keluarga, dan lain-lain),

mengungkapkan pendapat atau menyela pembicaraan salah seorang anggota

keluarga. Gunakanlah cara yang tepat untuk menyela orang lain. (d) Kapan

harus diam. Mungkin pada saat orang tua sedang berbicara atau memberi

nasihat kepada salah seorang anggota keluarga, maka pada saat itu harus diam,

atau saat orang tua memarahi jangan melawan dengan kata-kata kasar. (e)

Bagaimana kualitas suara dan sikap fisik dalam berbicara. Kualitas suara

maksudnya adalah tinggi rendahnya suara pada saat berbicara dengan lawan

berbicara harus disesuaikan.Misalnya minta tolong kepada adik tidak dengan

kata kasar, tetapi dengan sikap lembut dan menghormati.Sedangkan posisi

fisik di sini maksudnya yaitu posisi tangan badan saat berbicara.

Secara lebih lengkap Brown dan Levinson (dalam Gunarwan 1994:90)

menyatakan bahwa teori kesantunan berbahasa itu berlandaskan pada konsep

muka (face). Teori tersebut menganggap bahwa setiap orang (yang rasional)

mempunyai dua muka, yaitu muka positif dan muka negatif. Muka negatif

mengacu ke citra diri orang yang berkeinginan agar yang dilakukan, yang

dimiliki nilai-nilai, yang diyakininya itu diakui oleh orang lain sebagai suatu

hal yang berharga, yang bernilai baik, yang menyenangkan, dan yang

terhormat. Sebaliknya muka positif mengacu ke citra diri orang yang

berkeinginan agar dihargai dengan jalan orang lain membiarkan orang itu

bebas melakukan tindakan.

Page 18: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

10

Fraser (dalam Gunarwan, 1994:88) mendefinisikan kesantunan

menjadi tiga kelompok. Pertama, properti atau bagian dari ujaran; jadi, bukan

ujaran itu sendiri.Kedua, pendapat pendengarlah yang menentukan apakah

kesantunan itu ada pada ujaran. Mungkin saja sebuah ujaran dimaksudkan

sebagai ujaran yang santun oleh si penutur, tetapi tidak di telinga si pendengar

ujaran itu ternyata tidak terdengar santun. Ketiga, kesantunan itu dikaitkan

dengan hak dan kewajiban penyerta interaksi.Maksudnya, apakah sebuah

ujaran terdengar santun atau tidak.Hal ini dapat diukur berdasarkan (a) apakah

si penutur tidak melampaui hak lawan bicara dan (b) apakah penutur

memenuhi kewajiban kepada lawan bicara.

Kesantunan berbahasa juga memiliki sejumlah maksim dan skala

kesantunan. Berikut akan dibahas lebih lanjut mengenai maksim-maksim

kesantunan dan skala kesantunan.

1) Maksim-Maksim Kesantunan

Kesantunan berbahasa akan melibatkan dua individu atau lebih sebagai

penutur atau mitra tutur. Hubungan penutur dan mitra tutur ini berada dalam

ruang lingkup percakapan atau peristiwa tutur. Dalam percakapan ada dua

prinsip umum yang harus diperhatikan yaitu prinsip kesantunan dan prinsip

kerja sama.

Menurut Leech (1993:206-207), maksim-maksim kesantunan

cenderung berpasangan sebagai berikut: (a) Maksim kearifan (tact maxim).

Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin, buatlah keuntungan orang lain

sebesar mungkin. (b) Maksim kedermawanan (generosity maxim). Buatlah

Page 19: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

11

kerugian diri sendiri sekecil mungkin, buatlah keuntungan diri sendiri sebesar

mungkin. (c) Maksim pujian (approbation maxim). Kecamlah orang lain

sedikit mungkin, pujilah orang lain sebanyak mungkin. (d) Maksim

kerendahan hati (modesty maxim). Pujilah diri sendiri sedikit mungkin,

kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin. (e) Maksim kesepakatan (sympathy

maxim). Usahakan agar ketaksepakatan antara diri dengan orang lain terjadi

sedikit mungkin, usahakan agar kesepakatan antara diri dengan orang lain

terjadi sebanyak mungkin. (f) Maksim simpati. Kurangilah rasa antipasti

antara diri dengan orang lain hingga sekecil mungkin, tingkatkan rasa simpati

sebanyak-banyaknya antara diri dan orang lain.

2) Skala Kesantunan Berdasarkan Parameter Kesantunan

Maksim-maksim kesantunan yang telah diuraikan di atas dapat diukur

tingkat kesantunannya dengan menggunakan skala kesantunan. Menurut

Leech dalam Rahardi (2005:66-68) ada lima skala keantunan berbahasa, yaitu:

(a) Cost-Benefit Scale (skala kerugian keuntungan). Apabila sebuah peruturan

merugikan bagi diri si penuturnya, maka akan dianggap semakin santunlah

tuturan itu. Apabila tuturan tersebut menguntungkan bagi diri penuturnya dan

merugikan orang lain, maka dianggap semakin tidak santunlah tuturan itu.

(b)Optionality Scale (skala pilihan).Apabila pertuturan itu sama sekali tidak

memberikan kemungkinan untuk menentukan pilihan bagi penutur dan mitra

tutur, tuturan tersebut akan akan dianggap sangat tidak santun. Apabila

penuturan itu memberikan kemungkinan untuk menentukan pilihan bagi

penutur dan mitra tutur, tuturan tersebut akan dianggap semakin santun.

Page 20: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

12

(c)Inderectness Scale (skala ketidaklangsungan). Semakin tuturan itu bersifat

langsung,to the point, apa adanya, tidak berbelit-belit, tidak banyak basa basi,

akan cenderung dianggap semakin tidak santunlah tuturannya. Semakin tidak

langsung maksud sebuah tuturan, semakin banyak samita, sanepo, samudana,

dan isyarat yang dikandung di dalamnya, akan dianggap semakin santunlah

tuturan tersebut. (d)Authority Scale (skala kekuasaan). Semakin jauh distansi

atau jarak peringkat sosial (rank rating) antara penutur dan mitra tutur, tuturan

yang digunakan akan cenderung menjadi santun. Semakin dekat jarak

peringkat status sosial penutur dan mitra tutur, akan cenderung berkuranglah

tingkat kesantunan tuturan yang digunakan dalam keseluruhan aktivitas

bertutur. (e)Social Distance Scale (skala jarak sosial). Semakin dekat jarak

peringkat sosial penutur dengan mitra tutur, maka semakin kurang santunlah

tuturan itu dan apabila jarak peringkat sosialnya semakin jauh, maka semakin

santunlah tuturan itu.

Berdasarkan teori para ahli yang telah diuraikan tersebut, dapat

disimpulkan bahwa kesantunan berbahasa adalah suatu cara yang digunakan

dalam berbahasa atau berbicara untuk menghormati atau memberikan

penghargaan terhadap lawan bicara dalam berkomunikasi. Cara berbahasa

yang santun adalah pada saat melakukan komunikasi dengan lawan bicara kita

harus memperhatikan semua etika atau tatacara berbicara yang santun seperti,

cara bicara, kapan kita harus berbicara, dengan siapa kita berbicara dan kapan

kita harus diam. Pada saat ini sebagian besar masyarakat Mandailing kurang

Page 21: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

13

memperhatikan tata aturan atau tatakrama berbicara yang santun dalam

berkomunikasi.

2. Tindak Tutur Direktif

Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya

dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan dalam

ujarannya. Tindak tutur direktif dapat berbentuk menyuruh, memohon,

menuntut, menyarankan, dan menantang. Tindak tutur direktif disebut juga

tindak tutur imposif, yaitu tindak tutur yang dilakukan oleh penuturnya

dengan maksud agar lawan tuturnya melakukan tindakan yang disebutkan

dalam tuturan tersebut, misalnya menyuruh, memohon, dan menantang

(Gunawan,1994:85)

Searle (dalam Gunawan,1994:48) mengemukakan tindak tutur direktif

yaitu tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan maksud agar si

pendengar melakukan tindakan yang disebutkan dalam ujaran itu (misalnya:

menyuruh, memohon, menuntut, menyarankan dan menantang). Senada

dengan itu, Austin (dalam A.R 1992:46) menyebutkan tindak tutur direktif

adalah tuturan yang berfungsi mendorong pendengar untuk melakukan

sesuatu, seperti mengusulkan, memohon, mendesak.

Yule (1996:93) menjelaskan tindak tutur direktif adalah tindak tutur

yang dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu.

Jenis tindak tutur ini meliputi: perintah, pemesanan, permohonan, pemberian

saran dan bentuknya dapat berupa kalimat negatif dan positif.

Page 22: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

14

Menurut Amir danNgusman (2006:11), tindak tutur direktif adalah

tindak tutur yang berpotensi mengancam muka pelaku tutur. Muka atau citra

diri penutur dapat jatuh jika suruhannya atau perintahnya tidak diperhatikan

oleh penutur. Sebaliknya, muka atau citra diri penutur dapat terancam karena

permohonan yang ditujukan kepadanya bersifat membebani, memaksa penutur

atau melecehkan penutur.

Tindak tutur direktif terdiri atas tindak tutur menyuruh, memohon,

menyarankan, menuntut dan menantang.Rahardi (2005:96) menyatakan bahwa

kalimat yang bermakna menyuruh itu, biasanya digunakan bersama penanda

kesatuan coba.

Rahardi (2005:96) menyatakan bahwa kalimat bermakna memohon itu,

biasanya ditandai dengan penanda kesatuan mohon, selain ditandai dengan

penanda kesatunan itu, pertikel lah- juga lazim digunakan untuk memperhalus

kadar tuturan direktif permohonan.

Menurut Rahardi (2005:114-115), kalimat yang bermakna

menyarankan biasanya ditandai dengan penanda kesatuan kata hendaknya dan

sebaliknya. Rinaldi (2005:100) mengemukaan bahwa kalimat dengan makna

menuntut atau desakan mengunakan kata ayo dan mari sebagai pemerkah

makna. Selain itu, kadang-kadang digunaan kata harap dan harus untuk

memberi penekanan maksud tersebut.

Tindak tutur menantang adalah tindak tutur untuk memotivasi

seseorang agar mau mengerjakan apa yang dikatakan penutur. Melalui tuturan

Page 23: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

15

ini, penutur berusaha agar penutur tertantang untuk melakukan apa yang

dituturkan.

Berdasarkan penjelasan tindak tutur direktif di atas disimpulkan bahwa

tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya dengan

maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan dalam

ujarannya. Tindak tutur direktif dapat berbentuk menyuruh, memohon,

menuntut, menyarankan, dan menantang.

3. Peristiwa Tutur

Peristiwa tutur adalah suatu kegiatan yang melibatkan penutur dan

mitra tutur (lawan bicara) dalam berinteraksi dengan satu pokok tuturan dalam

waktu, tempat dan situasi yang berbeda. Menurut Hymes (dalam Sumarno dan

Partana, 2002:320) mengungkapkan,

Peristiwa tutur berwatak komunikatif dan diatur oleh kaidah

untuk penggunaan tutur. Tiap peristiwa tutur terbatas kepada

kegiatan atau aspek kegiatan yang secara langsung diatur oleh

kaidah atau norma bagi pengguna tutur. Peristiwa tutur terjadi

di dalam situasi tutur dan terdiri satu tindak tutur atau lebih.

Menurut Sumarsono dan Partana (2002:320), peristiwa tutur terjadi di

dalam situasi tutur dan terdiri dari satu tindak tutur atau lebih.Konteks situasi

tuturan ada, karena adanya perbedaan pandangan (pengetahuan) penutur

dengan mitra tutur, dan aspek-aspek luar kebahasaan.

Menurut Yule (1996:82), peristiwa tutur merupakan suatu keadaan

dimana penutur berharap maksud komunikatifnya akan dimengerti pendengar

dan biasanya penutur dan pendengar terbantu oleh keadaan di sekitar

lingkungan tutur itu.

Page 24: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

16

Percakapan adalah salah satu contoh peristiwa tutur.Chaer dan

Agustina (1995:61-62) menyatakan sebagai berikut.

Peristiwa tutur (speech event) adalah terjadinya atau

berlangsungnya interaksi linguistik dalam satu bentuk

ujaran atau lebih yang melibatkan dua pihak, yaitu

penutur dan lawan tutur, dengan satu pokok tuturan di

dalam waktu, tempat dan situasi tertentu.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peristiwa tutur

mempunyai maksud untuk memberikan reaksi pendengar dan tuturan juga

dapat mempengaruhi suasana penutur dan mitra tutur lewat partisipasi, topik,

latar, budaya, dan tujuan tuturan.Peristiwa tutur biasanya terjadi di dalam

situasi tutur yang berbeda.Jadi, interaksi interaksi yang berlangsung antara

anak dengan orang tuanya di tempat tertentu dan pada waktu tertentu dengan

menggunakan bahasa sebagai alat komunikasinya adalah sebuah peristiwa

tutur.

4. Konteks Tuturan

Makna sebuah tuturan dapat dipahami secara tepat bila diketahui siapa

pembicara, siapa pendengar, dan situasinya.Oleh karena itu, ahli wacana

menganalisis kalimat dengan menganalisis konteksnya terlebih

dahulu.Konteks adalah suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama

dimiliki oleh penutur dan mitra tutur yang membantu mitra tutur menafsirkan

tuturan.Menurut Hymes (dalam Chaer dan Agustina, 2004:48-49) peristiwa

tutur harus memenuhi delapan komponen yang dirangkaikan menjadi akronim

SPEAKING.Kedelapan komponen tersebut adalah: (a) S (Setting and scene),

setting berkaitan dengan waktu dan tempat tuturan berlangsung, sedangkan

Page 25: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

17

scene mengacu pada situasi, tempat, dan waktu, atau situasi psikologis; (b) P

(Participant) adalah pihak-pihak yang terlibat dalam tuturan, yaitu pembicara

dan pendengar, penyapa dan pesapa, atau pengirim dan penerima (pesan) yang

dapat saling bertukar peran; (c) E (Ends:purpose and goal) merujuk pada

maksud dan tujuan pertuturan; (d)A (Act sequances) mengacu pada bentuk dan

isi ujaran yaitu kata-kata yang digunakan, bagaimana penggunaannya, dan

hubungan antara apa yang dikatakan dengan topik pembicaraan; (e) K (Key)

mengacu pada nada, cara, dan semangat di mana suatu pesan disampaikan; (f)

I (Instrumentalities) mengacu pada jalur bahasa yang digunakan seperti jalur

lisan, tertulis, telegraf, atau telefon; (g) N(Norm of interaction and

interpretation) mengacu pada norma atau aturan dalam berinteraksi dan norma

penafsiran terhadap ujaran lawan bicara; (h) G(Genre)mengacu pada jenis

bentuk penyampaian, seperti narasi, puisi, pepatah, doa, dan sebagainya.

Dari uraian itu, dapat disimpulkan bahwa suatu peristiwa tutur

mempunyai banyak unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Tanpa ada satu

atau beberapa aspek lainnya, maka peristiwa tutur tidak akan terjadi.

5. Bahasa Mandailing

Salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia adalah bahasa

Mandailing. Sebagai bahasa daerah, bahasa Mandailing dipakai sebagai

bahasa pertama oleh masyarakat untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan

mereka.Bahasa Mandailing ini digunakan pada salah satu daerah atau satu

kampung yaitu daerah Ujung Gading. Di daerah ini penduduknya dominan

menggunakan bahasa Mandailing. Bahasa Mandailing di Ujung Gading ini

Page 26: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

18

sangat berbeda dengan bahasa Mandailing di daerah sekitarnya seperti di

daerah Silaping dan Sungai Aur. Karena penyampaian kata-kata yang

digunakan sangat lunak bila dibandingkan dengan bahasa Mandailing di

daerah lainnya.

Sopan santun dalam masyarakat Mandailing berbeda dari masyarakat

Inggris disebabkan perbedaan budaya dan mobilitas masyaratkatnya.

Masyarakat Inggris adalah masyarakat yang bukan saja berinteraksi dengan

sesama anggota masyarakat seasal tetapi banyak juga berinteraksi dengan

masyarakat atau pengunjung dari luar sebab negara Inggris adalah salah satu

negara yang paling banyak dikunjungi oleh pendatang/turis dari luar negeri

sedangkan masyarakat Mandailing lebih banyak berintekraksi dengan sesama

anggota masyarakat dan hampir tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi

dengan masyarakat luar. Dengan demikian tidak ada pola-pola pertuturan yang

telah menjadi baku untuk orang asing dan orang yang telah dikenal.

6. Hakikat Anak

Anak merupakan makhluk sosial sama hal nya dengan orang dewasa.

Anak juga membutuhkan orang lain untuk bisa membantu mengembangkan

kemampuannya, karena pada dasarnya anak lahir dengan segala kelemahan

sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf

kemanusiaan yang normal. Menurut John Locke (dalam Artikel Dunia

Psikologi Anak, 2008:1),anak merupakan pribadi yang masih bersih dan peka

terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Menurut

Agustinus (dalam Artikel Dunia Psikologi Anak, 2008:1), anak tidaklah sama

Page 27: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

19

dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang

dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan

dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar

dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat

memaksa.

Sobur (dalam Artikel Dunia Psikologi Anak, 2008:1) juga

mengartikananak sebagai orang atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap,

perasaan, dan minat berbeda dengan orang dewasa dengan segala

keterbatasan. Menurut Haditono (dalam Artikel Dunia Psikologi Anak,

2008:1), anak adalah mahluk yang membutuhkan kasih sayang, pemeliharaan,

dan tempat bagi perkembangannya. Selain itu, anak merupakan bagian dari

keluarga, dan keluarga memberi kesempatan kepada anak untuk belajar

tingkah laku yang penting untuk perkembangan yang cukup baik dalam

kehidupan bersama.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa,

anak adalah orang atau manusia yang mempunyai pikiran, sikap, perasaan, dan

minat berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan, yang juga

membutuhkan kasih sayang dan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap

rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan serta juga termasuk

makhluk sosial sama dengan orang dewasa.

7. Hakikat Orang Tua

Orang tua adalah ayah dan ibu yang telah melahirkan, membesarkan,

dan mendidik anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Peranan orang tua

Page 28: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

20

dalam adat Mandailing sangat penting terutama untuk menanamkan adat

sopan santun kepada anaknya. Penanaman adat sopan santun pada anak

umumnya melalui sosialisasi sejak bayi sampai dewasa, selama itu mereka

akan diberikan tata tertib bagaimana berbicara yang baik dengan orang tua,

keluarga atau yang lebih muda.Cara berbicara seorang anak sangat banyak

dipengaruhi oleh bagimana cara orang tuanya berbicara kepada si anak. Orang

tua sebaiknya selalu memperhatikan perkembangan tersebut, agar anak sopan

dalam berbicara. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan contoh yang

baik dalam berbicara kepada si anak (http://massofa.wordpress.com).

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa orang tua

adalah ayah dan ibu yang telah melahirkan, membesarkan, dan mendidik

anak-anaknya dengan penuh kasih sayang. Cara berbicara orang tua sangat

mempengaruhi cara berbicara anak.

8. Perkembangan Bahasa Anak

Bahasa adalah segala bentuk komunikasi dimana pikiran dan perasaan

seseorang disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain

(http://massofa.wordpress.com).

Oleh karena itu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama

sampai anak mampu bertutur kata.Penelitian yang dilakukan terhadap

perkembangan bahasa anak tentunya tidak terlepas dari pandangan, hipotesis,

atau teori psikologi yang dianut. Menurut Jean Piaget (dalam

Chaer,2003:223) menyatakan bahwa bahasa itu bukanlah suatu ciri alamiah

Page 29: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

21

yang terpisah, melainkan salah satu diantara beberapa kemampuan yang

berasal dari kematangan kognitif. Bahasa distrukturi oleh nalar, maka

perkembangan bahasa harus berlandas pada perubahan yang lebih mendasar

dan lebih umum di dalam kognisi.Jadi urut-urutan perkembangan kognitif

menentukan urutan perkembangan bahasa.

Bagaimana hubungan antara perkembangan kognitif dan

perkembangan bahasa pada anak dapat kita lihat dari keterangan Piaget

sebagai berikut.

Pertama, tahap sensorimotor (0;0--2;0). Dalam tahap ini

perkembangan panca indra sangat berpengaruh dalam diri anak. Keinginan

(emosi) terbesarnya adalah keinginan untuk menyentuh/memegang, karena

didorong oleh keinginan untuk mengetahui reaksi dari perbuatannya.

Kesukaan anak pada masa ini adalah anak senang dinyanyikan, diceritai,

mendengar radio dan televisi, serta melihat gambar-gambar yang berwarna

cerah seperti merah, kuning, hijau, dan lainnya.

Kedua, tahap praoperasional (2;0--7;0). Pada usia ini anak menjadi

'egosentris', sehingga berkesan 'pelit', karena ia tidak bisa melihat dari sudut

pandang orang lain. Anak tersebut juga memiliki kecenderungan untuk meniru

orang di sekelilingnya. Meskipun pada saat berusia 6-7 tahun mereka sudah

mulai mengerti motivasi, namun mereka tidak mengerti cara berpikir yang

sistematis - rumit. Pikiran anak praoperasional bersifat ireversibel. Anak pada

masa ini senang diceritai dengan disertai alat peraganya. Warna kesukaannya

juga bervariasi.

Page 30: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

22

Ketiga, tahap operasional konkret (7;0--12;0). Saat ini anak mulai

meninggalkan 'egosentris'-nya dan dapat bermain dalam kelompok dengan

aturan kelompok (bekerja sama). Anak sudah dapat dimotivasi dan mengerti

hal-hal yang sistematis. Tingkat ini merupakan permulaan berpikir rasional.

Anak memiliki operasi-operasi logis yang dapat diterapkan pada masalah-

masalah konkret. Anak dalam periode ini dapat menyusun satu seri obyek

dalam urutan. Piaget menyebut operasi ini seriasi. Selama periode ini, anak

kurang egosentris dan lebih sosiosentris. Emosi anak pada masa ini seperti

marah dan cemburu. Kesukaan anak pada masa ini adalah anak suka bermain,

bekerja sama, dan berolahraga dengan teman-temannya.

Keempat, tahap operasional formal (12;0--15;0). Pengajaran pada anak

pra-remaja ini menjadi sedikit lebih mudah, karena mereka sudah mengerti

konsep dan dapat berpikir, baik secara konkrit maupun abstrak, sehingga tidak

perlu menggunakan alat peraga. Emosi anak pada masa ini meninggi seperti

merajuk, ledakan amarah, dan murung jika keinginannya tidak sesuai yang ia

harapkan. Kesukaan anak pada masa ini adalah berkumpulan dengan teman-

teman remaja lainnya dan rekreasi.

Berdasarkan pendapat Piaget tersebut, dapat disimpulkan bahwa anak

dari segi kejiwaan dapat dilihat pada empat tahap, yaitu tahap sensorimotor,

praoperasional, operasi konkret, dan operasional formal. Kejiwaan anak dapat

dilihat mulai dari emosi anak yang rendah sampai tinggi, cara bernalar atau

berpikirnya yang tidak sistematis menjadi kongkrit dan abstrak, sampai

Page 31: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

23

kepada kesukaan anak yang rendah menjadi meningkat dan berkembang

menurut umur dan tahap masing-masing.

B. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan studi kepustakaan yang dilakukan, penelitian yang

relevan dengan penelitian ini dilakukan oleh Mery, Ningsih, dan Maiezra .

Meri (2000) meneliti analisis kesopanan tindak tutur dalam acara dialog opini

berita ranah Minang. Dalam penelitian ini ditemukan tindak tutur berdasarkan

jenisnya terbagi atas: refresentatif, direktif, ekspresif, dan deklaratif. Fungsi

bahasa yang ditemukan adalah menjelaskan, mengemukakan, meminta

keterangan, mengira, dan menetapkan. Tindak tutur dalam bentuk kurang

sopan banyak digunakan oleh pewawancara dibanding nara sumber.

Ningsih (2002) meneliti kesantunan berbahasa pramuniaga dalam

melayani konsumen: studi kasus di Plaza Minang. Hasil penelitian Ningsih

menunjukkan bahwa ada empat tindak tutur yang sering digunakan

pramuniaga plaza minang yang melayani konsumen, yaitu tindak tutur

representatif, direktif, ekspresif, dan deklaratif.

Maiezra (2008) meneliti kesantunan berbahasa Minangkabau pedagang

kaki lima dalam melayani pembeli di pasar tradisional Payakumbuh.

Penelitian ini menemukan lima maksim, yaitu maksim maksim kearifan,

maksim kedermawanan, maksim kerendahan hati, maksim pujian, dan maksim

kesepakatan. Maksim yang dominan digunakan adalah maksim kerendahan

Page 32: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

24

hati dan maksim kearifan. Tindak tutur yang digunakan refresentatif, direktif,

ekspresif, dan deklaratif.

Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian sebelumnya, yaitu

penelitian kesantunan berbahasa yang terdahulu lebih memperhatikan bentuk

tuturan yang dihasilkan dari tindak tutur yang digunakan penutur dan mitra

tutur dalam kesantunan berbahasa.Pada penelitian ini, penulis hanya mengkaji

tentang bentuk-bentuk tindak tutur direktif anak kepada orang tuanya dalam

kesantunan berbahasa Mandailing, prinsip kesantunan yang terdapat dalam

kesantunan berbahasa Mandailing dalam tindak tutur direktif anak kepada

orang tuanya dan konteks tuturan yang terdapat dalam kesantunan berbahasa

Mandailing dalam tindak tutur direktif anak kepada orang tuanya di Nagari

Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat.

C. Kerangka Konseptual

Banyak orang yang berbicara secara bebas tanpa disadari oleh

pertimbangan moral, nilai, maupun agama. Akibatnya, komunikasi penutur

dan mitra tutur tidak berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh kedua

belah pihak. Oleh sebab itu, penutur dan mitra tutur hendaknya memiliki

kesantunan berbahasa di dalam berkomunikasi.

Kesantunan berbahasa adalah berbahasa yang sesuai dengan norma

dan nilai yang dipegang oleh masyarakat pengguna bahasa. Jadi, kesantunan

berbahasa berarti seseorang menggunakan bahasa yang halus dan baik (budi

Page 33: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

25

bahasa, tingkah laku) yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam

suatu masyarakat.

Kesantunan berbahasa dapat diamati dari pilihan kata, nada suara,

intonasi, bahasa badan yang digunakan, dan bercakap mengikuti giliran.

Kesantunan berbahasa juga memiliki sejumlah maksim yakni: maksim

kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, maksim kerendahan hati,

maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Sesuai dengan judul dan fokus

masalah susunan dalam kesantunan berbahasa dapat dilihat pada bagan

kerangka konseptual di sebelah.

Page 34: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

26

Gambar Kerangka Konseptual

Tindak Tutur

Kesantunan Berbahasa

Konteks tuturan

1. Waktu dan Tempat

Tuturan

Berlangsung

2. Pembicara dan

Pendengar

3. Maksud dan Tujuan

Tuturan

4. Situasi / suasana

Prinsip Kesantunan

1. Maksim Kearifan

2. Maksim Kedermawanan

3. Maksim Pujian

4. Maksim Kerendahan Hati

5. Maksim Kesepakatan

6. Maksim simpati

Kesantunan berbahasa Mandailing dalam Tindak tutur

direktif anak kepada orang tuanya di Nagari Ujung

Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten

Pasaman Barat

Pragmatik

Bentuk tindak tutur direktif

1. Menyuruh

2. Menyarankan

3. Memerintah

4. Menantang

5. Memohon

Page 35: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Metode Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan metode

deskriptif. Menurut Moleong (2002:2), penelitian kualitatif dapat diartikan

sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan atau angka-angka.

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok

manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau pun

suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir, 2005:54). Tujuan penelitian

deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara

sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat hubungan

antara fenomena yang diselidiki.

Penelitian kualitatif ini digunakan untuk mendapatkan tuturan anak

kepada orang tuanya dalam bahasa Mandailing.Metode deskriptif pada

penelitian ini digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai kesantunan

berbahasa Mandailing dalam tindak tutur direktif anak kepada orang tuanya

di Nagari Ujung Gading ditinjau dari prinsip kesantunan dan konteks tuturan.

B. Data dan Sumber Data

Penelitian ini dilaksanakan di Nagari Ujung Gading. Nagari ini terletak

di Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat.Data penelitian

ini adalah peristiwa tutur dalam percakapan antara anak dengan orang tua

27

Page 36: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

28

dalam keluarga.Sumber data penelitian ini adalah anak dan orang tuanya yang

merupakan penduduk asli daerah tersebut.

C. Informan/Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah masyarakat di Nagari Ujung Gading

Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat.Informan

penelitian ini adalah anak yang sudah mencapai tahap operasional formal

(12;0--15;0), karena anak sudah berpikir logis seperti halnya dengan orang

dewasa. Informan merupakan anak penduduk asli Nagari Ujung Gading.

Informan penelitian berjumlah 18 orang yang berjenis kelamin laki-laki dan

perempuan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara

bertingkat.Pada tahap pertama, diadakan pengumpulan data tuturan direktif

anak kepada orang tuanya dalam kesantunan berbahasa Mandailing.Untuk itu,

digunakan alat perekam berupa tape recorderdan lembaran format

pengamatan (observasi).Selain itu, juga digunakan catatan lapangan untuk

melengkapi data penggunaan tuturan direktif anak.Pada tahap kedua direkam

tindak tutur direktif anak dengan menggunakan alat perekam (tape

recorder).Selanjutnya, hasil rekaman tersebut, ditranskripkan dan dianalisis

berdasarkan teori yang digunakan mengenai tindak tutur direktif.

Page 37: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

29

E. Teknik Pengabsahan Data

Teknik pengabsahan data dilakukan dengan tambahan jika ada yang

meragukan. Di samping itu, pengabsahan data juga dilakukan dengan

menanyakan kembali kepada anak yang diamati apakah data yang dihasilkan

peneliti sama dengan yang diuraikan atau dilakukan anak. Peneliti terpusat

mengamati pada apa yang diuraikan dan diyakini anak.

F. Teknik Penganalisisan Data

Moleong (2002:103) menjelaskan bahwa teknik analisis data adalah

proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan

satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan

hipotesis kerja seperti disarankan data. Berdasarkan uraian tersebut analisis

data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) mengumpulkan semua

tuturan anak kepada orang tuanya; (2) mengelompokkan tuturan yang

termasuk tindak tutur direktif; (3) mengidentifikasi tuturan berdasarkan

prinsip kesantunan dan konteks tuturan; (4) menginterprestasikan data; (5)

menyimpulkan data.

Page 38: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

30

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Temuan Penelitian

Sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, pada bab ini akan

dijelaskan temuan penelitian sebagai berikut. (1) Bentuk tindak tutur direktif

yang digunakan oleh anak kepada orang tuanya dalam bahasa Mandailing; (2)

Prinsip kesantunan berbahasa yang digunakan oleh anak kepada orang tuanya

dalam bahasa Mandailing; dan (3) Konteks tindak tutur yang digunakan oleh

anak kepada orang tuanya dalam bahasa Mandailing.

1. Bentuk Tindak Tutur Direktif yang Digunakan oleh Anak kepada

Orang Tuanya dalam Bahasa Mandailing

Tindak tutur direktif adalah tindak tutur yang dilakukan penuturnya

dengan maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang disebutkan dalam

ujarannya.Tindak tutur direktif dapat berbentuk menyuruh, menyarankan,

memerintah, menantang dan memohon.

Pada penelitian ini, peneliti mengkaji lima bentuk tindak tutur direktif.

Kelima jenis tindak tutur direktif tersebut adalah tindak tutur direktif

menyuruh, tutur direktif menyarankan, tindak tutur direktif memerintah,

tindak tutur direktif menantang, dan tindak tutur direktif memohon. Dari hasil

penelitian diperoleh 47 tuturan. Bentuk tindak tutur direktif menyuruh terdapat

11 tuturan, menyarankan terdapat 15 tuturan, memerintah terdapat 5 tuturan,

menantang terdapat 7 tuturan, dan memohon terdapat 9 tuturan. Dari lima

bentuk tindak tutur direktif tersebut, yang paling banyak ditemukan pada

30

Page 39: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

31

penelitian ini adalah tindak tutur direktif menyarankan dan yang paling sedikit

ditemukan adalah tindak tutur direktif memerintah.

2. Prinsip Kesantunan Berbahasa yang Digunakan oleh Anak kepada

Orang Tuanya dalam Bahasa Mandailing

Dalam melakukan tindak tutur, penutur umumnya mempertimbangkan

petuturnya kemudian baru menerapkan prinsip kesantunan, diperoleh 47

tindak tutur dan terdapat empat maksim kesantunan yang digunakan dalam

tuturan anak kepada orang tuanya. Keempat maksim itu adalah: (1) maksim

kedermawanan; (2) maksim kesepakatan; (3) maksim kearifan; (4) maksim

pujian.

Dari keempat maksim tersebut yang paling banyak digunakan adalah

maksim kesepakatan. Maksim kesepakatan mengharuskan setiap penutur dan

petutur untuk memaksimalkan kesepakatan dan meminimalkan

ketidaksepakatan. Maksim ini digunakan untuk membentuk kesantunan ujaran

karena cara itu dapat mengarahkan nalar petutur. Dari data penelitian,

ditemukan maksim kesepakatan sebanyak 23 tuturan.

Maksim kedermawanan mengharuskan setiap peserta tutur untuk

memaksimalkan kerugian diri sendiri dan meminimalkan keuntungan diri

sendiri. Maksim ini digunakan untuk membentuk kesantunan ujaran karena

cara itu dapat memberikan kehormatan kepada petuturnya. Petutur akan

merasa dirinya diuntungkan karena tuturan dari penutur yang menanyakan

dengan tuturan yang sopan. Dari data penelitian ini, ditemukan maksim

kedermawanan sebanyak 16 tuturan.

Page 40: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

32

Maksim kearifan mengharuskan setiap peserta tutur meminimalkan

kerugian orang lain atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain. Maksim

ini digunakan untuk membentuk kesantunan ujaran karena semakin

panjangtuturan seseorang semakin besar pula keinginan orang tersebut untuk

bersikap sopan kepada petuturnya. Dari data penelitian ini, ditemukan maksim

kearifan sebanyak 7 tuturan.

Maksim pujian mengharuskan setiap peserta tutur meminimalkan

kecaman bagi orang lain sedikit mungkin dan memaksimalkan pujian bagi

orang lain sebanyak mungkin. Maksim ini digunakan untuk membentuk

kesantunan ujaran karena semakin banyak memuji orang lain maka akan lebih

bersikap sopan kepada penutur. Dari data penelitian ini, ditemukan maksim

pujian sebanyak 1 tuturan.

Dari uraian di atas, tuturan anak kepada orang tuanya dalam bahasa

Mandailing cenderung menggunakan maksim kesepakatan dengan jumlah

tuturan sebanyak 23 tuturan. Hal ini dikarenakan tindak tutur anak kepada

orang tuanya cenderung mengusahakan kesepakatan. Kesantunan berbahasa

dalam tindak tutur kepada orang tua pada umumnya tergolong santun karena

sesuai dengan prinsip kesantunan.

3. Konteks Tindak Tutur yang Digunakan oleh Anak kepada Orang

Tuanya dalam Bahasa Mandailing

Makna sebuah kalimat dapat dipahami secara tepat bila diketahui

siapa pembicara, siapa pendengar, dan situasinya. Konteks adalah suatu

pengetahuan latar belakang yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan petutur

Page 41: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

33

yang membantu petutur menafsirkan tuturan. Pada penelitian ini, konteks

konteks tuturan yang dibahas adalah partisipan meliputi siapa pembicara dan

siapa pendengar, perbedaan umur atau usia, dan tingkat keakraban. Setting

meliputi situasi atau suasana, tempat dan waktu.

Berdasarkan analisis data, konteks pemakaian maksim adalah sebagai

berikut. Maksim kedermawanan cenderung digunakan untuk tujuan

menyuruh.Maksim kesepakatan cenderung digunakan untuk tujuan

menyarankan dan memohon. Maksim kearifan dan pujian cenderung

digunakan untuk tujuan menyarankan. Maksim yang paling dominan

digunakan adalah maksim kesepakatan dengan tujuan menyarankan dan

memohon, dan yang paling sedikit digunakan adalah maksim kearifan dan

pujian dengan tujuan menyarankan.

B. Pembahasan

Berdasarkan temuan penelitian, dilakukan pembahasan sebagai

berikut. (1) Bentuk tindak tutur direktif yang digunakan oleh anak kepada

orang tuanya dalam bahasa Mandailing; (2) Prinsip kesantunan berbahasa

yang digunakan oleh anak kepada orang tuanya dalam bahasa Mandailing; dan

(3) Konteks tindak tutur yang digunakan oleh anak kepada orang tuanya dalam

bahasa Mandailing.

Page 42: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

34

1. Bentuk Tindak Tutur Direktif yang digunakan oleh Anak kepada

Orang Tuanya dalam Bahasa Mandailing

Bentuk tindak tutur direktif yang digunakan oleh anak kepada orang

tuanya adalah tindak tutur direktif menyuruh, tindak tutur direktif

menyarankan, tindak tutur direktif memerintah, tindak tutur direktif

menantang, dan tindak tutur direktif memohon. Bentuk-bentuk tindak tutur

direktif tersebut dirincikan sebagai berikut.

1. Menyuruh

Ditemukan 11 tuturan yang menggunakan tindak tutur direktif

menyuruh. Penggunaan tindak tutur menyuruh dapat dilihat dari contoh

peristiwa tutur berikut.

(1) Isas : Na bahat measar di bagason mak i!

banyak sekali sampahdirumahinibu

„Banyak sampah di rumah ini, Bu!‟

Ibu : Paias ma tongan asari.

Bersihkanlahsampahitu

„Bersihkan sampah itu.‟

Isas : Umak ma paias na, au loja dope lala.

ibuyangbersihkansayamasihcapek

„Ibu yang membersihkan, saya masih capek

sekarang.‟(peristiwa tutur 8)

Tindak tutur menyuruh pada contoh (1) diungkapkan oleh penutur

(Isas) berusia 15 tahun kepada petutur (Gusneli) berusia 46 tahun. Tuturan

menyuruh tersebut terbukti dari tuturan Isas yang mengatakan umak ma

paias na, au loja dope lala „ibu yang bersihkan, saya masih capek‟. Dari

tuturan Isas, terbukti kalau Isas menyuruh ibunya untuk membersihkan

sampah, karena dia masih capek. Tuturan Isas dianggap tidak santun

karena Isas menyuruh ibunya langsung untuk membersihkan sampah tanpa

Page 43: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

35

memikirkan bagaimana perasaaan ibunya. Sebaiknya anak berkata

satongkin nai ma mak u paias „Sebentar lagi bu saya bersihkan‟ agar lebih

terkesan santun.

(2) Tika : Abiskon ma dabo mak, u pamasak sada na i.

habiskanlahbusayamasaksatulagi

„Habiskan bu, saya masak satu lagi.‟

Ibu : Nda mangua jakna?

tidakapa-apa

„Tidak apa-apa?‟

Tika : Nda mangua mak i, au tapi dung mangan mau.

tidakapa-apabu, sayatapisudahmakan

„Tidak apa-apa bu, saya sudah makan.‟ (peristiwa tutur 14)

Tindak tutur menyuruh pada contoh (2) diungkapkan oleh penutur

(Tika) berusia 15 tahun kepada petutur (Ismaniar) berusia 43 tahun. Tuturan

menyuruh tersebut terbukti dari tuturan Tika yang mengatakan abiskon ma

dabo mak, u pamasak sada nai „habiskanlah Bu, saya masak satu lagi‟. Dari

tuturan Tika, terbukti kalau Tika menyuruh ibunya untuk menghabiskan

makanan dengan bahasa yang santun tanpa menyinggung perasaan ibunya.

(3) Putra : Dung tabusi ayah ma lalu tas ki?

sudahjadi ayah belitasuntukku

„Sudah jadi ayah beli tas itu untukku?‟

Ayah : Nda pedo bah.

belumlagi

„Belum lagi.‟

Putra : Tabusion ma dabo yah, dung mangkasibak ma dabo yah

taskon.

belikanlah yah, sudah robek yah tas saya ini

„Belikanlah yah, sudah robek tas saya ini.‟

Ayah : Cogot domai.

besok lagi

„Besok lagi.‟ (peristiwa tutur 10)

Tindak tutur menyuruh pada contoh (3) diungkapkan oleh penutur

(Putra) berusia 15 tahun dan penutur (Sarkoni) berusia 54 tahun. Tuturan

Page 44: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

36

menyuruh tersebut terbukti dari tuturan Putra yang mengatakan dung tabusi

ayah ma lalu tas ki „sudah jadi ayah beli tas untukku‟. Dari tuturan Putra,

terbukti kalau Putra menyuruh ayahnya dengan paksaan untuk membelikan

tas. Tuturan ini dianggap tidak santun karena tuturan Putra langsung

memaksa ayahnya untuk membelikan tas untuknya. Sebaiknya anak berkata

Yah, dung jadi ma laluna tabusion ayahjau tas„Yah, sudahjadi ayah

belikanlah saya tas‟ agar terkesan lebih santun.

(4) Isas : Yah, dokon umak oban indahan tu saba.

yah, kata ibu bawa nasi ke sawah

„Yah, ibu mengatakan untuk membawa nasi ke sawah.‟

Ayah : Dung kema umakmu jakna?

sudah pergi ibumu

„Apakah ibumu sudah pergi?‟

Isas : Olah yah, manyogoti dope.

ya yah, pagi tadi

„Sudah yah, tadi pagi.‟ (peristiwa tutur 29)

Tindak tutur menyuruh pada contoh (4) diungkapkan oleh penutur

(Isas) berusia 15 tahun dan petutur (Dirwan) berusia 49 tahun. Tuturan

menyuruh tersebut terbukti dari tuturan Isas yang mengatakan yah, dokon

umak oban indan tu saba „yah, kata ibu bawa nasi ke sawah‟. Dari tuturan

Isas, terbukti kalau Isas menyuruh ayahnya membawa nasi ke sawah atas

pesan ibunya. Tuturan Isas dianggap santun karena Isas tidak langsung

menyuruh ayahnya, tapi mengatakan pesan dari ibunya, sehingga ayah tidak

tersinggung dengan apa yang disuruh oleh Isas.

(5) Fitrah : Mak, ipas ma tu lopo, au giot ke jalang.

bu, cepatlah datang ke warung, saya mau main

„Bu, cepat datang ke warung, saya mau pergi main.‟

Ibu : Olo, tongkin nai ro ma umak.

ya, sebentar lagi datang ibu

„Ya, sebentar lagi ibu datang.‟

Page 45: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

37

Fitrah : Ipas ma mak, ompak bat alak!

cepatlah bu, sedang banyak orang

„Cepat bu, orang sedang banyak!‟ (peristiwa tutur 34)

Tindak tutur menyuruh pada contoh (5) diungkapkan oleh penutur

(Fitrah) berusia 13 tahun dan petutur (Nipda) berusia 47 tahun. Tuturan

menyuruh tersebut terbukti dari tuturan Fitrah yang mengatakan mak, ipas ma

tu lopo, au giot ke jalang „Bu, cepatlah datang ke warung, saya mau main‟.

Dari tuturan Fitrah, terbukti kalau Fitrah menyuruh ibunya untuk cepat datang

ke warung, karena orang sedang banyak berbelanja. Tuturan Fitrah dianggap

tidak santun karena Fitrah menyuruh ibunya dengan tuturan langsung.

Sebaiknya anak berkata tu lopo ma dabo umak jolo, au giot ke jalang garina

„Ke warung lah ibu dulu, kalau bisa saya mau pergi main‟ agar terkesan lebih

santun.

(6) Tika : Kema dabo ayah tu sikolai, kinai tarlambat buse ayah.

pergilah ayah ke sekolah itu, nanti terlambat pula ayah

„Pergilah Ayah ke sekolah, nanti terlambat ayah.‟

Ayah : Tapi mangoban adikmu dope.

tapi membawa adikmu lagi

„Tapi membawa adikmu lagi.‟

Tika : Ulang yah be, abang ma naon mangoban na.

tidak usah yah, kakak saja yang membawanya

„Jangan lagi yah, kakak saja yang membawanya.‟

(peristiwa tutur 42)

Tindak tutur menyuruh pada contoh (6) diungkapkan oleh penutur

(Tika) berusia 15 tahun dan penutur (Maryulis) berusia 45 tahun. Tuturan

menyuruh tersebut terbukti dari tuturan Tika yang mengatakan kema dabo

ayah tu sikola, kinai tarlambat buse ayah „pergilah ayah ke sekolah itu, nanti

terlambat pula ayah‟. Dari tuturan Tika, terbukti kalau Tika menyuruh

ayahnya agar segera pergi ke sekolah, supaya ayahnya tidak terlambat.

Page 46: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

38

Tuturan Tika dianggap santun karena tidak memberatkan beban kepada

ayahnya untuk membawa adiknya ke sekolah.

(7) Seri : Yah, panaet jolo kompori bo.

yah, nyalakan dulu kompor itu

„Yah, nyalakan kompor itu.

Ayah : Giot mangua ho jakna?

mau apa kamu rupanya

„Mau apa kamu?‟

Seri : Giot pamasak aek milas, tapi abis ma aek untuk diminum

yah.

mau memasak air panas, tapi sudah habis air untuk

diminum yah

„Mau memasak air, air minum sudah habis yah.‟

(peristiwa tutur 37)

Tindak tutur menyuruh pada contoh (7) diungkapkan oleh penutur

(Seri) berusia 15 tahun dan petutur (Kirman) berusia 40 tahun. Tuturan

menyuruh tersebut terbukti dari tuturan Seri yang mengatakan yah, panaet

jolo kompori bo „Yah, nyalakan dulu kompor itu‟. Dari tuturan Seri, terbukti

kalau Seri menyuruh ayahnya untuk menyalakan kompor. Tuturan Seri

tersebut dianggap tidak santun karena Seri langsung menyuruh ayahnya untuk

menyalakan kompor tanpa meminta tolong sedikitpun. Sebaiknya anak

berkata yah, tolong jolo panaet ayah kompori bo „Yah, tolong dulu nyalakan

konpor itu‟ agar terkesan lebih santun.

(8) Pikri : Mak, ajakkon jau PR jolo mak, nda mangerti au.

bu, ajarkan saya PR bu, tidak mengerti saya

„Bu, ajarkan saya PR bu, saya tidak mengerti.‟

Ibu : Tapi dung balajar mo di sikola.

tapi sudah belajar kamu di sekolah

„Tapi kamu sudah belajar di sekolah.‟

Pikri : Olo ma da mak, tapi ana payah na sada on bo

ya lah bu, tapi memang susah yang satu ini

„Ya bu, tapi susah yang satu ini.‟ (peristiwa tutur 3)

Page 47: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

39

Tindak tutur menyuruh pada contoh (8) diungkapkan oleh penutur

(Pikri) berusia 14 tahun kepada petutur (Erlis) berusia 44 tahun. Tuturan

menyuruh tersebut terbukti dari tuturan Pikri yang mengatakan mak, ajakkon

jau PR jolo mak, nda mengerti au „Bu, ajarkan saya PR Bu, tidak mengerti

saya‟. Dari tuturan Pikri, terbukti kalau dia menyuruh ibunya untuk

mengajarkan PR karena dia tidak mengerti. Tuturan Pikri dianggap tidak

santun karena Pikri langsung menyuruh ibunya untuk mengajarkan PR,

padahal dia sudah belajar di sekolah. Sebaiknya anak berkata mak, PRku

adong mon sikola, jadi adong na inda mengerti au, tolong umak ajarkon jolo

jau „Bu, PR saya ada dari sekolah, tetapi ada yang tidak saya mengerti, tolong

ibu ajarkan saya dulu‟ agar terkesan santun.

(9) Fitrah : Ulang asal patibal soni baju ayah i dabo, pasimpu

ma dabo denggan yah.

jangan asal diletakkan baju ayah itu, rapikan dengan

bagus yah

„Jangan sembarangan baju ayah diletakkan, tolong ayah

rapikan dengan benar.‟

Ayah : Loja dope ulala, baru muli marusaho dope ayah.

masih capek lagi, ayah baru pulang berusaha

„Masih capek ayah sekarang, ayah baru pulang

berusaha.‟ (peristiwa tutur 23)

Tindak tutur menyuruh pada contoh (9) diungkapkan oleh penutur

(Fitrah) berusia 13 tahun dan petutur (Ramadhan) berusia 49 tahun. Tuturan

menyuruh tersebut terbukti dari tuturan Fitrah yang mengatakan ulang asal

patibal soni baju ayah i dabo, pasimpu ma da dabo denggan yah „jangan asal

diletakkan baju ayah itu, rapikan dengan bagus Yah‟. Dari tuturan Fitrah,

terbukti kalau Fitrah menyuruh ayahnya untuk merapikan pakaian, jangan

Page 48: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

40

asal diletakkan disembarangan tempat. Tuturan Fitrah dianggap santun karena

Fitrah menggunakan bahasa yang santun.

(10) Ija : Yah, tujia ayah cogot?

yah, kemana ayah besok

„Yah . besok ayah kemana?‟

Ayah : Ayah giot tu Simpang opat, mua jakna?

ayah mau ke Simpang Empat, memangnya kenapa

„Ayah mau ke Simpang Empat, ada apa?‟

Ija : Adong rapat di sikola dabo yah, wali murid harus

hadir, bisa ayah de roi?

ada rapat di sekolah yah, wali murid harus hadir, bisa

ayah dating

„Ada rapat di sekolah yah, wali murid harus hadir, bisa

ayah untuk datang?‟

Ayah : Nda bisa ayah ke do, umakmu ma cogot ke de.

tidak bisa ayah untuk pergi, ibumu saja besok yang

pergi

„Ayah tidak bisa untuk pergi, ibumu saja besok yang

akan pergi.‟

Ija : Jadi ma yah.

ya yah

„Ya yah.‟ (peristiwa tutur 30)

Tindak tutur menyuruh pada contoh (10) diungkapkan oleh penutur

(Ija) berusia 15 tahun dan petutur (Jemal) berusia 50 tahun. Tuturan

menyuruh tersebut terbukti dari tuturan Ija yang mengatakan adong rapat di

sikola dabo yah, wali murid harus hadir, bisa ayah de roi „ada rapat di

sekolah yah, wali murid harus hadir, bisa ayah datang‟. Dari tuturan Ija,

terbukti kalau Ija menyuruh ayahnya untuk hadir di sekolah besok karena ada

rapat wali murid. Tuturan ini dianggap santun karena Ija tidak langsung

mengatakan hal tersebut kepada ayahnya.

(11) Pican : Pala muli umak mon pasar, tabusion jau duku de

mak. kalau pulang ibu dari pasar, belikan saya duku ya bu

„Kalau ibu sudah pulang dari pasar, belikan duku ya

bu.‟

Page 49: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

41

Ibu : Duku ajo tongan giotmu.

duku saja maumu

„Duku saja mau kamu.‟

Pican : Olo ma dabo mak.

ya lah bu

„Ya lah bu.‟ (peristiwa tutur 24)

Tindak tutur menyuruh pada contoh (11) diungkapkan oleh penutur

(Pican) berusia 15 tahun dan petutur (Suraida) berusia 49 tahun. Tuturan

menyuruh tersebut terbukti dari tuturan Pican yang mengatakan pala muli

umak mon pasar, tabusion jau duku de mak„kalau pulang ibu dari pasar,

belikan saya duku ya Bu‟. Dari tuturan Pican, terbukti kalau Pican menyuruh

ibunya untuk membelikan duku. Tuturan ini dianggap kurang santun karena

Pican langsung mengatakan kepada ibunya untuk membelikan duku.

Sebaiknya anak berkata inda manabusi duku umak naon pala muli mon

pasar„tidak membeli duku ibu nanti kalau sudah pulang dari pasar‟ agar

terkesan lebih santun.

2. Menyarankan

Ditemukan 15 tuturan yang menggunakan tindak tutur direktif

menyarankan. Penggunaan tindak tutur direktif menyarankan dapat dilihat dari

contoh peristiwa tutur berikut.

(12) Ibu : Aha doma ken umak dokon t abangmu, anso ra ia

manolong umak tu saba.

apa lagi yang harus ibu katakan pada kakakmu, agar

kakakmu mau membantu ibu ke sawah

„Apa yang harus ibu katakan pada kakakmu, agar mau

membantu ibu ke sawah.‟

Page 50: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

42

Ismi : Ulang poning bage umak be, sabar ajo ma, kinai boto

ia de sonjia nadeges na dabo mak i. jangan pusing lagi bu, sabar sajalah, nanti dia akan tahu

mana yang terbaik bu.

„Jangan pusing bu, sabar saja, nanti dia akan mengetahui

mana yang terbaik bu.‟ (peristiwa tutur 17)

Tindak tutur menyarankan pada contoh (12) diungkapkan oleh penutur

(Ismi) berusia 15 tahun kepada petutur (Hayati) berusia 43 tahun. Tuturan

menyarankan tersebut terbukti dari tuturan Ismi yang mengatakan ulang

poning bage umak be, sabar ajo ma, kinai boto ia de sonjia nadeges na dabo

mak i „jangan pusing lagi Bu, sabar sajalah, nanti dia akan tahu mana yang

terbaik Bu‟. Dari tuturan Ismi, terbukti kalau dia menyarankan agar ibunya

untuk bersabar menghadapi kelakuan kakaknya. Tuturan Ismi dianggap

santun karena dia menyarankan kepada ibunya dengan menggunakan bahasa

yang santun dan ibu pun menuruti saran Ismi tanpa memarahi kakaknya.

(13) Pikri : Ulang mabahat tu dabo yah mangidupi.

jangan terlalu banyak yah untuk merokok

„Yah, jangan terlalu banyak merokok.‟

Ayah : Nda bisa ayah pala nda mangidup

tidak bisa ayah kalau tidak merokok

„Ayah tidak bisa tanpa merokok.‟

Pikri : Nda soni yah, urangi ajo na mangidupi, nda deges tu

kesehatan nibai. begini saja yah, kurangi saja merokok itu, karena tidak

baik dengan kesehatan

„Begini saja yah, kurangi merokok karena tidak baik

dengan kesehatan ayah.‟ (peristiwa tutur 21)

Tindak tutur menyarankan pada contoh (13) diungkapkan oleh penutur

(Pikri) berusia 14 tahun kepada petutur (Syawal) berusia 45 tahun. Tuturan

menyarankan tersebut terbukti dari tuturan Pikri yang mengatakan nda soni

yah, urangi ajo na mangidupi, nda deges tu kesehatan nibai „begini saja Yah,

Page 51: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

43

kurangi saja merokok itu, karena tidak baik dengan kesehatan‟. Dari tuturan

Pikri, terbukti kalau dia menyarankan agar ayahnya tidak banyak untuk

merokok karena akan merusak kesehatan. Tuturan Pikri dianggap santun

karena Pikri menyarankan ayahnya dengan menggunakan bahasa yang

santun, dan ayahnya tidak merasa keberatan dengan saran yang diberikan.

(14) Ika : Giot ke tusaba doma ayah?

mau pergi ke sawah lagi ayah

„Mau ke sawah lagi yah?‟

Ayah : Olo, mua de?

ya, memangnya kenapa

„Ya, ada apa?‟

Ika : Dokon umak oban lading, giot mambuat soban

umak. kata ibu bawa parang, mau mengambil kayu ibu

„Kata ibu, ayah membawa parang, ibu mau

mengambil kayu.‟(peristiwa tutur 1)

Tindak tutur menyarankan pada contoh (14)diungkapkan oleh penutur

(Ika) berusia 15 tahun kepada petutur (Asbi) berusia 40 tahun. Tuturan

menyarankan tersebut terbukti dari tuturan Ika yang mengatakan dokon umak

oban lading, giot mambuat soban umak „kata ibu bawa parang, mau

mengambil kayu ibu‟. Dari tuturan Ika, terbukti kalau dia menyarankan agar

ayahnya membawa parang karena ibunya mau mengambil kayu. Tuturan Ika

dianggap santun karena Ika menyarankan dengan bahasa yang santun dan

ayahnya merasa tidak terpaksa untuk membawa parang.

(15) Rita : Giot tujia de umak i?

mau kemana ibu itu

„Mau kemana bu?‟

Ibu : Giot tu pasar, mua jakna?

mau ke pasar, memangnya kenapa

„Mau ke pasar, ada apa?‟

Page 52: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

44

Rita : Oh, baju on ma dabo pake umak bo, ulang na ian be,

ana sompik uida. oh, baju ini saja pakai ibu, jangan yang itu lagi, sempit

kelihatan

„Oh, baju ini saja ibu pakai, jangan itu lagi, sempit

kelihatan.‟ (peristiwa tutur 19)

Tindak tutur menyarankan pada contoh (15) diungkapkan oleh penutur

(Rita) berusia 14 tahun kepada petutur (Ripna) berusia 52 tahun. Tuturan

menyarankan tersebut terbukti dari tuturan Rita yang mengatakan oh, baju on

ma dabo pake umak bo, ulang na ian be, ana sompik uida „oh, baju ini saja

pakai ibu, jangan yang itu lagi, sempit kelihatan‟. Dari tuturan Rita, terbukti

kalau dia menyarankan agar ibunya memakai baju yang lain karena baju yang

dipakai ibu kelihatan sempit. Tuturan Rita dianggap santun karena Rita

menyarankan dengan menggunakan bahasa yang santun.

(16) Rio : Adong do lalu alak karejo tu saba yah?

ada jadinya orang kerja ke sawah yah

„Ada orang kerja ke sawah yah?‟

Ayah : Adong, mua jakna?

ada, memangnya kenapa

„Ada, memangnya kenapa?‟

Rio : Nda ke ayah tu saba be, kinai lain-lain ajo soni karejo

nalai. tidak pergi ayah ke sawah lagi, nanti lain-lain saja kerja

mereka

„Tidak pergi ayah ke sawah, nanti lain-lain kerja

mereka.‟ (peristiwa tutur 32)

Tindak tutur menyarankan pada contoh (16) diungkapkan oleh penutur

(Rio)berusia 14 tahun kepada petutur (Sukirman) berusia 40 tahun. Tuturan

menyarankan tersebut terbukti dari tuturan Rio yang mengatakan nda ke ayah

tu saba be, kinai lain-lain ajo soni karejo nalai „tidak pergi ayah ke sawah

lagi, nanti lain-lain saja kerja mereka‟. Dari tuturan Rio, terbukti kalau dia

Page 53: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

45

menyarankan kepada ayahnya untuk pergi ke sawah untuk melihat orang

yang bekerja di sawah, agar mereka tidak main-main untuk bekerja. Tuturan

Rio dianggap santun karena dia menyarankan kepada ayahnya dengan

berbahasa yang santun.

(17) Een : Istirahat ma dabo ayah, loja ma ayah uida na karejoi.

istirahatlah ayah dulu, sudah capek ayah kelihatan karena

kerja itu

„Istirahat ayah dulu, kelihatan ayah sudah capek karena

kerja.‟

Ayah : Ayah harus karejo, nada tontu cogot adong buse karejo

nalain.

ayah harus kerja, mana tau besok ada pula kerja yang

lain

„Ayah harus kerja, mana tau besok ada kerja yang lain.‟

Een : Oh, soni yah.

oh, begitu yah

„Oh, begitu yah.‟ (peristiwa tutur 20)

Tindak tutur menyarankan pada contoh (17) diungkapkan oleh penutur

(Een) berusia 15 tahun kepada petutur (Joli) berusia 40 tahun. Tuturan

menyarankan tersebut terbukti dari tuturan Een yang mengatakan istirahat ma

dabo ayah, loja ma dabo ayah uida na karejoi „istirahatlah ayah dulu, sudah

capek ayah kelihatan karena kerja itu‟. Dari tuturan Een, terbukti kalau dia

menyarankan kepada ayahnya untuk beristirahat karena dia melihat ayahnya

sudah capek karena kerja terus. Tuturan Een dianggap santun karena dia

menggunakan bahasa yang santun dan enak didengar.

(18) Santi : Nda ke ayah marjagal?

tidak pergi ayah jualan

„Tidak pergi ayah jualan?‟

Ayah : Ke, tapi kinai dope, giot marubat dope.

pergi, tapi sebentar lagi, mau berobat lagi

„Pergi, sebentar lagi, mau berobat lagi.‟

Page 54: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

46

Santi : Oh, marubat ma yah tongan jolo, kinai martamba

marun ayahi. oh, berobatlah ayah dulu, nanti bertambah demam ayah

itu

„Oh, berobatlah ayah dulu, nanti bertambah demam

ayah.‟ (peristiwa tutur 46)

Tindak tutur menyarankan pada contoh (18) diungkapkan oleh penutur

(Santi) berusia 15 tahun kepada petutur (Risal) berusia 40 tahun. Tuturan

menyarankan tersebut terbukti dari tuturan Santi yang mengatakan oh,

marubat ma yah tongan jolo, kinai martamba marun ayahi „oh, berobatlah

ayah dulu, nanti bertambah demam ayah itu‟. Dari tuturan Santi, terbukti

kalau dia menyarankan kepada ayahnya untuk berobat agar demam ayahnya

tidak bertambah. Tuturan Santi dianggap santun karena dia menggunakan

bahasa yang santun dan demam ayah pun ada sedikit terobati.

(19) Ibu : Parjolo ma umak ke sikola de.

duluan ibu ke sekolah ya

„Dulian ibu ke sekolah ya.‟

Feri : Tongkin nai ma dabo mak, udan dope na.

bentar lagilah bu, masih hujan lagi

„Sebentar lagi bu, hujan masih turun.‟ (peristiwa tutur

26)

Tindak tutur menyarankan pada contoh (19)diungkapkan oleh penutur

(Feri) berusia 14 tahun kepada petutur (Enda) berusia 40 tahun. Tuturan

menyarankan tersebut terbukti dari tuturan Feri yang mengatakan tongkin

naima dabo mak, udan dope na „bentar lagilah Bu, masih hujan lagi‟. Dari

tuturan Feri, terbukti kalau dia menyarankan ibunya untuk pergi ke sekolah

sebentar lagi karena hari masih hujan. Tuturan Feri dianggap santun karena

dia menggunakan bahasa yang santun.

Page 55: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

47

(20) Nepra : Ulang disi patibal botoli yah be!

jangan disitu letakakn botol itu yah

„Jangan disitu diletakkan botol itu yah!‟

Ayah : Dijia do di patibal?

dimana lagi diletakkan

„Dimana diletakkan?

Nepra : Tu balakang ma oban ayah, pala dison kinai matapor

di baen alak. ke belakang saja bawa ayah, kalau di sini nanti bisa

pecah dibuat orang

„Ke belakang saja ayah bawa, kalau di sini bisa pecah

dibuat orang.‟ (peristiwa tutur 45)

Tindak tutur menyarankan pada contoh (20) diungkapkan oleh penutur

(Nepra) berusia 15 tahun kepada petutur (Sam) berusia 40 tahun. Tuturan

menyarankan tersebut terbukti dari tuturan Nepra yang mengatakan tu

balakang ma oban ayah, pala dison kinai matapor dibaen alak „ke belakang

saja ayah bawa, kalau di sini bisa pecah dibuat orang‟. Dari tuturan Nepra,

terbukti kalau dia menyarankan kepada ayahnya untuk membawa botol ke

belakang karena takut pecah. Tuturan Nepra dianggap santun karena dia

menggunakan bahasa yang santun dan ayahnya tidak terpaksa untuk

melakukannya.

(21) Tika : Jilbab nabontar on ma dabo dipake umak!

jilbab yang putih itu sajalah dipakai ibu

„Jilbab putih itu saja dipakai ibu!‟

Ibu : Nda onak dot baju na umak pake i.

tidak cocok dengan baju yang ibu pakai itu

„Tidak cocok dengan baju yang yang ibu pakai.‟

Tika : Nda mangua bagei, onak do dabo dipake mak.

tidak apa-apa, cocok itu dipakai ibu

„Tidak apa-apa, cocok dipakai ibu.‟ (peristiwa tutur 15)

Tindak tutur menyarankan pada contoh (21) diungkapkan oleh penutur

(Tika) berusia 15 tahun kepada petutur (Ismaniar) berusia 43 tahun. Tuturan

menyarankan tersebut terbukti dari tuturan Tika yang mengatakan jilbab

Page 56: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

48

nabontar on ma dabo dipake umak „jilbab yang putih itu sajalah dipakai ibu‟.

Dari tuturan Tika, terbukti kalau dia menyarankan kepada ibunya agar

memakai jilbab pilihannya. Tuturan Tika dianggap santun karena dia

menyarankan kepada ibunya untuk memakai jilbab dengan bahasa yang

santun dan ibu pun tidak keberatan untuk memakainya.

(22) Azra : Maek dope anduk ayahi di?

basah baru handuk ayah itu

„Basah handuk ayah itu?‟

Ayah : Olo, nada pedo koring, ayah giot ke maridi.

ya, belum lagi kering, ayah mau pergi mandi

„Ya, belum kering, ayah mau mandi.‟

Azra : Andukkon ajo ma ayah pake jolo bo.

handuk saya saja dulu pakai ayah

„Handuk saya dulu pakai ayah.‟ (peristiwa tutur 22)

Tindak tutur menyarankan pada contoh (22) diungkapkan oleh penutur

(Azra) berusia 12 tahun kepada petutur (Afis) berusia 36 tahun. Tuturan

menyarankan tersebut terbukti dari tuturan Azra yang mengatakan andukkon

ajo ma ayah pake jolo bo „handuk saya saja dulu paka ayah‟. Dari tuturan

Azra, terbukti kalau dia menyarankan kepada ayahnya untuk memakai

handuknya karena handuk ayahnya belum kering. Tuturan Azra dianggap

santun karena Azra menyarankan kepada ayahnya dengan bahasa yang

santun.

(23) Ija : Degesan baju nangkinani ditabusi umak pado on.

bagus lagi baju yang tadi dibeli ibu dari pada ini

„Bagus baju yang tadi dibeli ibu dari pada ini.‟

Ibu : Mangua jakna?

kenapa rupanya

„Memangnya kenapa?‟

Ija : Masompik tu uida dipake umak.

terlalu kecil kelihatan kalau dipakai ibu

„Terlalu kecil kelihatan dipakai ibu.‟

Page 57: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

49

Ibu : Patut me, baen nabarui dope nai.

tidak mungkin, lantaran masih baru lagi itu

„Tidak mungkin, lantaran masih baru lagi.‟

Ija : Lo mak.

ya bu

„Ya bu.‟ (peristiwa tutur 9)

Tindak tutur menyarankan pada contoh (23) diungkapkan oleh penutur

(Ija) berusia 15 tahun kepada petutur (Yuhanna) berusia 49 tahun. Tuituran

menyarankan tersebut terbukti dari tuturan Ija yang mengatakan degesan baju

nankinani ditabusi umak padoon „Bagus lagi baju yang tadi dibeli ibu dari

pada ini.‟ Dari tuturan Ija, terbukti kalau dia menyarankan kepada ibunya

untuk membeli baju yang lain karena baju yang dibeli ibunya kelihatan

sempit. Tuturan ini dianggap santun karena Ija menyarankan ibunya dengan

bahasa yang santun.

(24) Isas : Sumbayang ma ayah, au ma manjago emeon jolo.

sholatlah ayah dulu, saya yang menjaga padi ini dulu

„Sholatlah ayah, saya yang menjaga padi ini.‟

Ayah : Olo, sumbayang doma ayah jolo.

ya, sholat lagi ayah dulu

„Ya, sholat lagi ayah.‟ (peristiwa tutur 28)

Tindak tutur menyarankan pada contoh (24) diungkapkan oleh penutur

(Isas) berusia 15 tahun kepada petutur (Dirwan) berusia 49 tahun. Tuturan

menyarankan tersebut terbukti dari tuturan Isas yang mengatakan sumbayang

ma ayah, au ma manjago emeon jolo „sholatlah ayah dulu, saya yang menjaga

padi ini dulu‟. Dari tuturan Isas, terbukti kalau dia menyarankan kepada

ayahnya untuk sholat terlebih dahulu dan dia mau menjaga padi samapai

ayahnya selesai sholat. Tuturan ini dianggap santun karena Isas menyarankan

dengan bahasa yang santun.

Page 58: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

50

(25) Ismi : Sodang mangua umak nari?

sedang mengapa ibu sekarang

„Mengapa ibu sekarang?‟

Ibu : Umak sodang mamasak bubur.

ibu sedang memasak bubur

„Ibu memasak bubur.‟

Ismi : Bubur aha de na di pamasak umak i?

bubur apa itu yang dimasak ibu

„Bubur apa yang ibu masak?‟

Ibu : Bubur asang padi, cubo kinyom kok dung manis ma.

bubur kacang padi, coba cicipi kalau sudah manis

„Bubur kacang padi, coba cicipi kalau sudah manis.‟

Ismi : Olo mak, manis doma, na malo me umak mamasaki,

ajari ma au de mak, anso malo au buse mamasak.

ya mak, manis lagi terasa, pandai sekali ibu memasak

itu, ajarkan pula saya bu, biar pandai pula saya

memasak

„Ya mak, manis rasanya, pandai sekali ibu memasak,

ajarkan saya bu, biar pandai saya memasak.‟

Ibu : Olo, umak ma tongan.

ya, ibulah pula

„Ya, ibulah pula.‟ (peristiwa tutur 35)

Tindak tutur menyarankan pada contoh (25) diungkapkan oleh penutur

(Ismi) berusia 15 tahun kepada petutur (Hayati) berusia 43 tahun. Tuturan

menyarankan tersebut terbukti dari tuturan Ismi yang mengatakan olo mak,

manis doma, na malo me umak mamasaki, ajari ma au de mak, anso malo

buse au mamasak „ya mak, manis lagi terasa, pandai sekali ibu memasak itu,

ajarkan pula saya Bu, biar pandai pula saya memasak‟. Dari tuturan Ismi,

terbukti kalau dia menyarankan kepada ibunya agar dia diajarkan memasak.

Tuturan Ismi dianggap santun karena Ismi menyarankan ibunya dengan

bahasa yang santun.

(26) Andre : Ke tu saba dope umak?

pergi ke sawah ibu lagi

„Pergi ke sawah ibu lagi?‟

Page 59: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

51

Ibu : Olo, mua jakna?

ya, ada apa

„Ya, memangnya kenapa?‟

Andre : Nda dong bah, utaruon ma umak de, lotih umak

namardalani tu sabaan. tidak ada bu, saya antarkanlah ibu, capek ibu jalan kaki

terus ke sawah

„Tidak ada bu, saya antarkan ibu, ibu capek jalan kaki

terus ke sawah.‟ (peristiwa tutur 16)

Tindak tutur menyarankan pada contoh (26) diungkapkan oleh penutur

(Andre) berusia 15 tahun kepada petutur (Deli) berusia 41 tahun. Tuturan

menyarankan tersebut terbukti dari tuturan Andre yang mengatakan nda dong

bah, utaruon ma umak de, lotih umak namardalani tu sabaan „tidak ada Bu,

saya antarkanlah ibu, capek ibu jalan kaki terus ke sawah‟. Dari tuturan Andre

terbukti kalau dia menyarankan kepada ibunya untuk diantarkan ke sawah

agar ibunya tidak capek jalan kaki. Tuturan Andre dianggap sopan karena

Andre menyarankan dengan bahasa yang santun dan ibunya pun sangat

senang.

3. Memerintah

Ditemukan 5 tuturan yang menggunakan tindak tutur direktif

memerintah. Penggunaan tindak tutur memerintah dapat dilihat dari contoh

peristiwa tutur berikut.

(27) Ibu : Karojoon ma na didokon umak i, mua dope jakna!

kerjakanlah yang dikatakan ibu, kenapa lagi

„Kerjakanlah yang ibu katakan tadi, apa lagi!‟

Santi : Nda ra au, uni ma saruon umak mangarojoon na.

tidak mau saya, kakaklah ibu suruh untuk

mengerjakannya

„Saya tidak mau, kakak saja ibu suruh untuk

mengerjakannya.‟

Page 60: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

52

Ibu : Na payah buse ho ken saruononi.

sulit sekali kamu untuk disuruh

„Sulit sekali kamu untuk disuruh.‟ (peristiwa tutur 5)

Tindak tutur memerintah pada contoh (27) diungkapkan oleh penutur

(Santi) berusia 15 tahun kepada petutur (Ani) berusia 38 tahun. Tuturan

memerintah tersebut terbukti dari tuturan Santi yang mengatakan nda ra au,

uni ma saruon umak mangarojoon na „tidak mau saya, kakaklah ibu suruh

untuk mengerjakannya‟. Dari tuturan Santi, terbukti kalau dia memerintah

ibunya untuk lagsung mengatakan kepada kakaknya untuk melakukan

pekerjaan. Tuturan Santi dianggap tidak santun karena seorang anak tidak

sepantasnya mengatakan hal seperti itu kepada orang tuanya. Sebaiknya anak

berkata uni ma dabo mak e mangarojoon na „Kakaklah bu yang

mengerjakannya‟ agar terkesan santun.

(28) Een : Umak ma mambasu piringi de!

ibulah yang mencuci piring itu

„Ibu saja yang mencuci piring itu!‟

Ibu : Umak bat dope karejo, ho ma mambasuna.

ibu masih banyak kerja lagi, kamu saja yang

mencucinya

„Ibu masih banyak kerja, kamu saja yang mencucinya.

Een : Nda ra au, umak jo ma, au mambaen PR bage dope

au mak. tidak mau saya, ibu sajalah, saya membuat PR lagi bu

„Saya tidak mau, ibu saja, saya membuat PR lagi bu.‟

(peristiwa tutur 6)

Tindak tutur memerintah pada contoh (28) diungkapkan oleh penutur

(Een) berusia 15 tahun kepada petutur (Hafni) berusia 38 tahun. Tuturan

memerintah tersebut terbukti dari tuturan Een yang mengatakan umak ma

mambasu piringi de „ibulah yang mencuci piring itu‟. Dari tuturan

Een,terbukti kalau dia memerintah ibunya untuk mencuci piring padahal

Page 61: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

53

ibunya sedang banyak pekerjaan namun dibiarkan saja karena dia juga masih

ada PR untuk diselesaikan. Tuturan Een dianggap tidak santun karena Een

langsung memerintah ibunya untuk mencuci piring tanpa menggunakan

bahasa yang santun. Sebaiknya anak berkata satongkin nai mak, u siapkon

jolo PRkon mak bo „Sebentar lagi bu, saya selesaikan PR ini dulu ya bu‟ agar

terkesan santun.

(29) Ismi : Ulang asal patibal soni tas ayahi!

jangan sembarangan diletakkan tas ayah itu

„Jangan sembarangan diletakkan tas ayah itu!‟

Ayah : Loja dope lala ayah baen baru mon saba.

capek lagi terasa ayah karena baru pulang dari sawah

„Ayah masih merasa capek, karena baru pulang dari

sawah.‟(peristiwa tutur 18)

Tindak tutur memerintah pada contoh (29) diungkapkan oleh penutur

(Ismi) berusia 15 tahun kepada petutur (Anan) berusia 45 tahun. Tuturan

memerintah tersebut terbukti dari tuturan Ismi yang mengatakanulang asal

patibal soni tas ayahi „jangan sembarangan diletakkan tas ayah itu‟. Dari

tuturan Ismi, terbukti kalau dia memerintah agar ayahnya jangan

sembarangan meletakkan tas, padahal dia tahu kalau ayahnya masih capek

karena baru pulang dari sawah. Tuturan Ismi dianggap tidak santun karena

dia langsung saja memerintah ayahnya tanpa menggunakan bahasa yang

santun. Sebaiknya anak berkatason ma dabo patibal tas ayahi bo „Di sini saja

ayah letakkan tas itu‟ agar terkesan lebih santun.

(30) Feri :Mua dpe jakna yah! ke maita.

kenapa lagi yah, pergi kita lagi

„Kenapa lagi yah!Kita pergi lagi.‟

Ayah :Kinai ma, satongkin nai

nantilah, sebentar lagi

„Nantilah sebentar lagi.‟

Page 62: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

54

Feri : Ipas ma yah! Au dung marjanji buse ke main bola dot

dongan nangkinan.

cepatlah yah saya sudah berjanji pula akan main bola

dengan anak orang tadi

„Cepatlah Yah! Saya sudah berjanji akan bermain bola

dengan teman.‟

Ayah : Nagigih mada ho, sodang mangua ayah jakna nida ho.

cerewet betul kamu ini sedang mengapa ayah terlihat kamu

„Cerewet sekali kamu, kamu bisa melihat bahwa ayah

sedang sibuk.‟ (peristiwa tutur 41)

Tindak tutur memerintah pada contoh (30)diungkapkan oleh penutur

(Feri) berusia 14 tahun kepada petutur (Pajri) berusia 42 tahun. Tuturan

memerintah tersebut terbukti dari tuturan Feri yang mengatakanIpas ma yah!

„Cepatlah Yah! Saya sudah berjanji akan bermain bola dengan teman.‟ Dari

tuturan Feri, terbukti kalau dia memerintah ayahnya untuk segera berangkat.

Tuturan Feri dianggap tidak santun karena Feri memerintah ayahnya untuk

segera cepat berangkat dengan bahasa yang yang tidak santun. Sebaiknya

anak berkata lambat dope ayah„lama lagi yah‟ agar terkesan lebih santun.

(31) Ibu : Kema tabusi es ken obanon tu sabai!

pergilah beli es untuk dibawa ke sawah itu

„Pergi beli es untuk dibawa ke sawah.‟

Isas : Jau bage sada de mak!

untukku satu ya bu

„Untuk saya satu ya bu!‟

Ibu : Olo, kema tabusi.

ya, pergilah beli

„Ya, pergi beli.‟ (peristiwa tutur 38)

Tindak tutur memerintah pada contoh (31) diungkapkan oleh penutur

(Isas) berusia 15 tahun kepada petutur (Gusneli) berusia 46 tahun. Tuturan

memerintah tersebut terbukti dari tuturan Isas yang mengatakanjau bage sada

de mak „untukku satu ya bu‟. Dari tuturan Isas, terbukti kalau Isas memerintah

Page 63: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

55

ibunya untuk minta dibelikan juga. Tuturan Isas dianggap tidak santun karena

Isas langsung memerintah ibunya untuk dibelikan tanpa menggunakan bahasa

yang santun. Sebaiknya anak berkata tabusion bage ma jau sada dabo mak e

„belikanlah saya satu bu‟ agar terkesan lebih santun.

4. Menantang

Ditemukan 7 tuturan yang menggunakan tindak tutur direktif

menentang. Penggunaan tindak tutur menentang dapat dilihat dari contoh

peristiwa tutur berikut.

(32) Ibu : Kema sosah abit nakotori dabo!

pergilah cuci kain yang kotor itu

„Pergi cuci kain yang kotor itu!‟

Rita : Olo mak, satongkin nai ma.

ya bu, sebentar lagilah

„Ya bu, sebentar lagi.‟

Ibu : Satongkin nai ajo dokon ko, tapi nda ke ho do.

sebentar lagi saja kamu katakan, tapi kamu tidak pergi

„Sebentar terus kamu katakana, tapi tidak kamu lakukan.‟

Rita : Pala nda ra au, mua jakna mak?

kalau saya tidak mau, memangnya kenapa bu

„Kalau saya tidak mau, memangnya kenapa bu?‟

Ibu : Mambantah ajo karejomu, kema manyosahi!

membantah saja kerjamu, pergilah menyuci itu

„Membantah saja kerjamu, pergilah menyuci!‟

Rita : Lo mak.

ya bu

„Ya bu.‟ (peristiwa tutur 4)

Tindak tutur menantang pada contoh (32) diungkapkan oleh penutur

(Rita) berusia 14 tahun kepada petutur (Ripna) berusia 52 tahun. Tuturan

menantang tersebut terbukti dari tuturan Rita yang mengatakan pala nda ra

au mua jakna mak „kalau saya tidak mau, memangnya kenapa bu‟. Dari

tuturan Rita, terbukti kalau dia mencoba menantang ibunya. Tuturan Rita

Page 64: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

56

dianggap tidak santun karena rita menantang ibunya dengan bahasa yang

tidak santun, walau pada akhirnya Rita menuruti kemauan ibunya. Sebaiknya

anak berkata olo mak, u karojoon kinai „Ya bu, saya kerjakan sebentar lagi‟

agar terkesan lebih santun.

(33) Ibu : Pamate ma TV i Putra!

matikanlah TV itu Putra

„Matikan TV itu Putra!‟

Putra : Lo mak, pala nda ra au mangua mak?

ya bu, kalau saya tidak mau bagaimana bu

„Ya bu, kalau saya tidak mau, bagaimana bu?‟

Ibu : Kema balajar, ho giot ujian!

pergilah belajar, kamu mau ujian

„Pergi belajar, kamu mau ujian!‟

Putra : Lo mak.

ya bu

„Ya bu.‟ (peristiwa tutur 44)

Tindak tutur menantang pada contoh (33) diungkapkan oleh penutur

(Putra) berusia 15 tahun kepada petutur (Ramnah) berusia 52 tahun. Tuturan

menantang tersebut terbukti dari tuturan Putra yang mengatakan lo mak, pala

nda ra au mangua mak „ya bu, kalau saya tidak mau bagaimana Bu‟. Dari

tuturan Putra, terbukti kalau di mencoba menantang ibunya. Tuturan Putra

dianggap kurang santun karena dia menantang kepada ibunya dengan bahasa

yang kurang santun walaupun akhirnya dia menuruti kemauan ibunya.

Sebaiknya anak berkata olo mak, u pamate domana „Ya bu, saya matikan

lagi‟ agar terkesan lebih santun.

(34) Nepra : Mak, jia balanjoku sikola!

bu, mana uang jajan sekolahku

„Bu, mana uang jajan untuk sekolah!‟

Ibu : Na kuat buse me dongan soramui.

keras sekali suara kamu itu

„Keras sekali suara kamu.‟

Page 65: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

57

Nepra : Olo tongan, tarlambat kinai au ke sikolai, ipas ma!

ya pula, terlambat nanti saya pergi sekolah, cepatlah

„Ya pula, terlambat saya nanti pergi sekolah, cepatlah!‟

(peristiwa tutur 47)

Tindak tutur menantang pada contoh (34) diungkapkan oleh penutur

(Nepra) berusia 15 tahun kepada petutur (Lina) berusia 38 tahun. Tuturan

menantang tersebut terbukti dari tuturan Nepra yang mengatakan olo tongan,

tarlambat au kinai ke sikolai, ipas ma „ya pula, terlambat nanti saya pergi

sekolah‟. Dari tuturan Nepra, terbukti kalau dia mencoba menantang ibunya

karena ibunya belum membeikan uang jajan. Tuturan Nepra dianggap tidak

santun karena dia menantang ibunya dengan bahasa yang kasar dan seperti

memaksa. Sebaiknya anak berkata len ma dabo mak, mabiar au tarlambat

kinai sikola „Kasihlah bu, takut saya nanti terlambat ke sekolah‟ agar terkesan

lebih santun.

(35) Azra : Mak, au ke jalang dot dongan de!

bu, saya mau pergi main dengan teman

„Bu, saya mau pergi main bersama teman!

Ibu : Jalang tujia jakna?

main kemana rupanya

„Mau pergi main kemana?‟

Azra : Tu bagas dongan mak.

ke rumah teman bu

„Ke rumah teman bu.‟

Ibu : Sapai jolo ayahmu pala patola ia.

tanya dulu ayahmu kalau dibolehkannya

„Tanya dulu ayahmu kalau dibolehkan.‟

Azra : Anso usapai bage ayah, tapi tu umak do au marsapa

pala tola ke jalang.

kenapa ditanya pula ayah, tapi sama ibu saya bertanya

kalau boleh saya pergi main

„Kenapa ayah yang ditanya, tapi saya bertanya sama

ibu kalau boleh saya pergi main.‟ (peristiwa tutur 13)

Page 66: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

58

Tindak tutur menantang pada contoh (35) diungkapkan oleh penutur

(Azra) berusia 12 tahun kepada petutur (Eni) berusia 35 tahun. Tuturan

menantang tersebut terbukti dari tuturan Azra yang mengatakan anso usapai

bage ayah, tapi tu umak do au marsapa pala tola ke jalang „kenapa ditanya

pula ayah, tapi sama ibu saya bertanya kalau boleh saya pergi main‟. Dari

tuturan Azra, terbukti kalau dia mencoba menantang perintah dari ibunya.

Tuturan Azra dianggap tidak santun karena Azra tidak mau menuruti

kemauan dari ibunya untuk menanyakan kepada ayahnya apakah dia boleh

pergi main bersama temannya. Sebaiknya anak berkata jadi ma mak pala

soni, usapai ma jolo ayah „Ya lah bu, kalau begitu saya Tanya ayah dulu‟

agar terkesan lebih santun.

(36) Isas : Pala umak ajo manyosah abiti mua jakna, au baru

mulisikola dope, loja dope au mak.

kalau ibu saja yang mencuci kain itu kenapa bu, saya

baru pulang lagi dari sekolah, masih capek lagi bu

„Kalau ibu saja yang mencuci kain itu kenapa bu, saya

baru pulang dari sekolah, saya masih capek bu.‟

Ibu : Umak bat dope karejo, giot tusaba bage dope.

ibu banyak lagi pekerjaan, mau ke sawah pula lagi

„Ibu banyak pekerjaan, mau ke sawah lagi.‟ (peristiwa

tutur 43)

Tindak tutur menantang pada contoh (36) diungkapkan oleh penutur

(Isas) berusia 15 tahun kepada petutur (Gusneli) berusia 46 tahun. Tuturan

menantang tersebut terbukti dari tuturan Isas yang mengatakanpala umak ajo

manyosah abiti mua jakna, au baru muli sikola dope, loja dope aumak „kalau

ibu saja yang mencuci kain itu kenapa bu, saya baru pulang lagi dari sekolah,

masih capek lagi bu‟. Dari tuturan Isas, terbukti kalau dia mencoba

menentang ibunya. Tuturan Isas dianggap tidak santun karena Isas menentang

Page 67: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

59

ibunya dengan bahasa yang tidak enak didengar. Sebaiknya anak berkata olo

mak e, kinai ma u sosah, istirahat jolo tongkin „Ya bu, nanti saya cuci,

istirahat dulu sebentar‟ agar terkesan lebih santun.

(37) Ayah : Ulang ke juo maridi tu batang aek de, musim

parudan nari.

jangan pergi juga mandi ke sungai ya, musim hujan

sekarang

„Jangan pergi juga mandi ke sungai, musim hujan

sekarang.

Ika : Mua jakna yah, tagi dabo maridi pala godang

batang aek. kenapa rupanya yah, asyik itu mandi kalau besar

sungai

„Memangnya kenapa yah, asyik mandi kalau sungai

sudah besar.‟

Ayah : Tagi dokon ko, kinai baru mayub ko.

asyik kamu katakan, nanti baru hanyut kamu

„Asyik kamu katakan, nanti baru hanyut.‟ (peristiwa

tutur 2)

Tindak tutur menantang pada contoh (37) diungkapkan oleh penutur

(Ika) berusia 15 tahun kepada petutur (Asbi) berusia 40 tahun. Tuturan

menantang tersebut terbukti dari tuturan Ika yang mengatakan mua jakna yah,

tagi dabo maridi pala godang batang aek „kenapa rupanya yah, asyik itu

mandi kalau besar sungai‟. Dari tuturan Ika, terbukti kalau dia mencoba

menantang keinginan ayahnya karena melarang untuk mandi ke sungai.

Tuturan Ika dianggap tidak santun karena dia membantah ayahnya dengan

bahasa yang tidak santun. Sebaiknya anak berkata olo yah, nda ke au do „Ya

yah, saya tidak akan pergi‟ agar terkesan lebih santun.

(38) Ayah : Pamate ma senio i!

matikanlah senio itu

„Matikan senio itu!

Page 68: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

60

Pican : Tapi nda pedo ponuh yah, tongkin nai.

tapi belum penuh lagi yah, sebentar lagi

„Tapi belum penuh yah, sebentar lagi.‟

Ayah : Nda pedo ponuh dokon ko, dung malimpah ma

emberi. belum penuh kamu katakan, sudah melimpah dari

ember itu

„Belum penuh kamu katakan, sudah melimpah air dari

ember itu.‟ (peristiwa tutur 22)

Tindak tutur menantang pada contoh (38) diungkapkan oleh penutur

(Pican) berusia 15 tahun kepada petutur (Ramlan) berusia 53 tahun. Tuturan

menantang tersebut terbukti dari tuturan Pican yang mengatakan tapi nda pedo

ponuh yah, tongkin nai „tapi belum penuh lagi yah, sebentar lagi‟. Dari tuturan

Pican, terbukti kalau dia menantang ayahnya karena disuruh mematikan senio,

namun dia membantah ayahnya. Tuturan Pican dianggap kurang santun karena

menantang perintah dari ayahnya. Sebaiknya anak berkata olo yah, u pamate

kinai pala dung ponuh „Ya yah, saya matikan kalau sudah penuh‟ agar

terkesan lebih santun.

5. Memohon

Ditemukan 9 tuturan yang menggunakan tindak tutur direktif

memohon. Penggunaan tindak tutur memohon dapat dilihat dari contoh

berikut.

(39) Ibu : Tolongi umak mambangkit eme jolo!

tolong ibu mengangkat padi dulu

„Tolong ibu mengangkat padi!‟

Ika : Olo mak, pataeng satongkin nai.

ya bu, tunggu sebentar lagi

„Ya bu, tunggu sebentar lagi.‟

Ibu : Ipas ma bo, udan giot ro ma bo!

cepatlah, hujan mau turun lagi

„Cepatlah, hujan mau turun!‟

Page 69: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

61

Ika : Lo, mak.

ya bu

„Ya bu.‟ (peristiwa tutur 27)

Tindak tutur memohon pada contoh (39) diungkapkan oleh penutur

(Ika) berusia 15 tahun kepada petutur (Ita) berusia 38 tahun. Tuturan

memohon tersebut terbukti dari tuturan Ika yang mengatakan olo mak,

pataeng satongkin nai „ya bu, tunggu sebentar lagi‟. Dari tuturan Ika, terbukti

kalau dia memohon waktu sebentar kepada ibunya. Tuturan Ika dianggap

santun karena Ika memohon dengan bahasa yang santun tanpa menolak

permintaan dari ibunya.

(40) Rio : Mak, len ma jau dabo epeng giot manabusi buku

garina!

bu, kasihlah saya uang mau membeli buku

„Bu, kasih saya uang untuk membeli buku!‟

Ibu : Tapi dung ditabusi ma potangi.

tapi sudah dibeli kemaren

„Tapi sudah dibeli kemaren.‟

Rio : Urang dope mak, sada mata pelajaran harus dua buku

na!

kurang lagi bu, satu mata pelajaran harus dua bukunya

„Kurang bu, satu mata pelajaran harus dua bukunya!

Ibu : Epeng balanjomu ma manabusi na jolo, kinai umak

ganti.

uang belanjamu dulu untuk membelinya, nanti ibu ganti

„Uang belanjamu dulu membelinya,. nanti ibu ganti.‟

(peristiwa tutur 11)

Tindak tutur memohon pada contoh (40) diungkapkan oleh penutur

(Rio) berusia 14 tahun kepada petutur (Ana) berusia 39 tahun. Tuturan

memohon tersebut terbukti dari tuturan Rio yang mengatakanmak, len ma jau

dabo epeng giot manabusi bukugarina„bu, kasih saya uang mau membeli

buku‟. Dari tuturan Rio, terbukti kalau dia memohon agar ibunya bisa

Page 70: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

62

memberikan dia uang. Tuturan Rio dianggap santun karena Rio memohon

kepada ibunya dengan bahasa yang santun.

(41) Rita : Yah, pala cogoton dung tomat au sikola, au giot

kuliah de yah.

yah, kalau besok ini saya sudah tamat sekolah, saya

mau kuliah yah

„Yah, kalau besok saya sudah tamat sekolah, saya mau

kuliah yah.‟

Ayah : Olo, usahoon ma nilaimu deges dungi ulang lupa

sumbayang ko anso di lehen Allah jita rosoki.

ya, usahakan saja nilaimu bagus sudah itu jangan lupa

sholat kamu, agar dikasih Allah rezeki sama kita

„Ya, usahakan nilaimu bagus sudah itu jangan lupa

sholat agar dikasih Allah rezeki sama kita.‟

Rita : Olo yah.

ya yah

„Ya yah.‟ (peristiwa tutur 21)

Tindak tutur memohon pada contoh (41) diungkapkan oleh penutur

(Rita) berusia 14 tahun kepada petutur (Syamsul) berusia 54 tahun. Tuturan

memohon tersebut terbukti dari tuturan Rita yang mengatakan yah, pala

cogoton dung tomat au sikola, au giot kuliah de yah „Yah, kalau besok ini

saya sudah tamat sekolah, saya mau kuliah yah‟. Dari tuturan Rita, terbukti

kalau dia memohon kepada ayahnya untuk menyekolahkannya ke jenjang

yang lebih tinggi kalau dia sudah tamat sekolah. Tuturan Rita dianggap

santun karena dia memohon kepada ayahnya dengan bahasa yang santun.

(42) Seri : Yah, tamba ma jolo epengkon!

yah, tambahlah dulu uangku ini

„Yah, tambah dulu uangku!‟

Ayah : Urang dope jakna?

kurang lagi rupanya

„Kurang memangnya?‟

Page 71: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

63

Seri : Olo yah, harga bukui pitu ribu, epeng dilehen umak

lima ribu mia, urang dua ribu nai yah.

ya yah, harga buku itu Rp.7000, uang dikasih ibu Cuma

Rp.5000, jadi kurang Rp.2000 lagi yah.

„Ya yah, harga buku Rp.7000, uang dikasih ibu Rp.5000,

jadi kurang Rp.2000 lagi yah.‟(peristiwa tutur 40)

Tindak tutur memohon pada contoh (42) diungkapkan oleh penutur

(Seri) berusia 15 tahun kepada petutur (Kirman) berusia 40 tahun. Tuturan

memohon tersebut terbukti dari tuturan Seri yang mengatakan yah, tamba ma

jolo epengkon „Yah, tambah dulu uangku ini‟. Dari tuturan Seri, terbukti

kalau dia memohon kepada ayahnya untuk meminta uang agar cukup

membeli buku karena harga buku Rp.7000 sedangkan uang yang diberi

ibunya Rp.5000 sehingga kurang Rp.2000 lagi. Tuturan Seri dianggap santun

karena dia memohon kepada ayahnya dengan menggunakan bahasa yang

santun.

(43) Ibu : Buat jolo tas umak di biliki!

ambil dulu tas ibu di kamar

„Ambil tas ibu di kamar!‟

Tika : Olo mak, satongkin nai, marabit dope au.

ya bu, sebentar lagi, berpakaian saya lagi

„Ya bu, sebentar lagi, saya sedang berpakaian.‟

Ibu : Ipas ma, tarlambat buse kinai umak!

cepatlah, nanti terlambat pula ibu

„Cepatlah, nanti ibu terlambat!‟ (peristiwa tutur 7)

Tindak tutur memohon pada contoh (43)diungkapkan oleh penutur

(Tika) berusia 15 tahun kepada petutur (Ismaniar) berusia 43 tahun. Tuturan

memohon tersebut terbukti dari tuturan Tika yang mengatakan olo mak,

satongkin nai, marabit dope au „ya bu, sebentar lagi, berpakaian saya lagi‟.

Dari tuturan Tika, terbukti kalau dia memohon waktu sebentar kepada ibunya

Page 72: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

64

karena dia sedang berpakaian. Tuturan Tika dianggap santun karena dia tidak

menolak apa yang dikatakan ibunya dengan bahasa yang santun.

(44) Andre : Au nda dot tu saba nari yah do, cogot ma au dot de

yah! saya tidak ikut ke sawah sekarang yah, besok sajalah

saya ikut yah

„Saya tidak ikut ke sawah sekarang yah, besok saja

saya ikut yah!‟

Ayah : Anso, tapi libur do nari sikola.

kenapa, tapi libur sekarang sekolah

„Kenapa, tapi libur sekolah sekarang.‟

Andre : Olo yah, au tu bagas dongan dope giot mambaen

PRku.

ya yah, saya pergi ke rumah teman lagi mau membuat

PR saya

„Ya yah, saya pergi ke rumah teman mau membuat

PR.‟ (peristiwa tutur 33)

Tindak tutur memohon pada contoh (44) diungkapkan oleh penutur

(Andre) berusia 15 tahun kepada petutur (Nasa) berusia 47 tahun. Tuturan

memohon tersebut terbukti dari tuturan Andre yang mengatakan au nda dot tu

saba nari yah do, cogot ma au dot de yah „saya tidak ikut ke sawah sekarang

yah, besok sajalah saya ikut yah‟. Dari tuturan Andre, terbukti kalau dia

memohon kepada ayahnya agar dia tidak pergi ke sawah karena dia mau

membuat PR ke rumah temannya. Tuturan Andre dianggap santun karena dia

memohon kepada ayahnya dengan bahasa yang baik dan santun.

(45) Isas : Mak, pala dung manggotol ta, tabusion jau baju de

mak! bu, kalau sudah menuai kita, belikan saya baju ya bu

„Bu, kalau kita suda menuai, belikan saya baju ya bu!‟

Ibu : Tengok jolo de, eme pe mura do nari.

lihat dulu ya, padi murah sekarang

„Lihat dulu, padi murah sekarang.‟

Isas : Oh, jadi ma mak.

oh, ya lah bu

„Oh, ya bu.‟ (peristiwa tutur 39)

Page 73: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

65

Tindak tutur memohon pada contoh (45)diungkapkan oleh penutur

(Isas) berusia 15 tahun kepada petutur (Gusneli) berusia 46 tahun. Tuturan

memohon tersebut terbukti dari tuturan Isas yang mengatakan mak, pala dung

manggotol ta, tabusion jau baju de mak „bu, kalau sudah menuai kita, belikan

saya baju ya Bu‟. Dari tuturan Isas, tebukti kalau dia memohon kepada

ibunya untuk dibelikan baju kalau sudah menuai padi. Tuturan Isas dianggap

santun karena memohon kepada ibunya dengan bahasa yang santun dan tidak

memaksa.

(46) Seri : Mak, len jau epeng, nda dong epengku, len ma dabo

mak! bu, kasih saya uang, tidak ada uangku, kasihlah bu

„Bu, kasih saya uang, uang saya tidak ada, kasihlah bu!‟

Ibu : Epeng ajo giotmu, tapi dung umak lehen ma, sajia ajo

tongan umak len abis sudena dibaen ko.

uang saja maumu, tapi sudah ibu kasihlah, berapa saja

ibu kasih habis semuanya dibuat kamu

„Uang saja mau kamu, tapi sudahibu kasih, berapa saja

ibu kasih habis semuanya.‟ (peristiwa tutur 31)

Tindak tutur memohon pada contoh (46) diungkapkan oleh penutur

(Seri) berusia 15 tahun kepada petutur (Rodiana) berusia 39 tahun. Tuturan

memohon tersebut terbukti dari tuturan Seri yang mengatakanmak, len jau

epeng, nda dong epengku, len ma dabo mak „Bu, kasih saya uang, tidak ada

uangku, kasihlah Bu‟. Dari tuturan Seri, terbukti kalau dia memohon kepada

ibunya untuk meminta uang karena uangnya tidak ada. Tuturan Seri dianggap

santun karena dia memohon kepada ibunya dengan bahasa yang santun.

(47) Pikri : Pala ke umak tu pasar, tabusion jau tas de mak, pala

adong do epeng umak bah! kalau pergi ibu ke pasar, belikan saya tas kalau ada uang

ibu.

„Kalau ibu pergi ke pasar, belikan tas kalau ada uang ibu!‟

Page 74: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

66

Ibu : Tas potangon deges dope na.

tas kemaren mahih bagus lagi

„Tas kemaren masih bagus.‟

Pikri : Nda mak, dung masibak ma.

tidak bu, sudah robek bu

„Tidak bu, sudah robek.‟ (peristiwa tutur 36)

Tindak tutur memohon pada contoh (47)diungkapkan oleh penutur

(Pikri) berusia 14 tahun kepada petutur (Erlis) berusia 44 tahun. Tuturan

memohon tersebut terbukti dari tuturan Pikri yang mengatakanpala ke umak

tu pasar, tabusion jau tas de mak,pala adong do epeng umak bah„kalau pergi

ibu ke pasar, belikan tas kalau ada uang ibu‟. Dari tuturan Pikri, terbukti

kalau dia memohon kepada ibunya untuk dibelikan tas karena tasnya sudah

robek. Tuturan Pikri dianggap santun karena dia memohon kepada ibunya

dengan bahasa yang santun.

2. Prinsip Kesantunan Berbahasa yang digunakan olehAnak kepada

Orang Tuanya dalam Bahasa Mandailing

a. Maksim Kedermawanan

Dari hasil analisis data, maksim kedermawanan digunakan dalam 16

tuturan. Penggunaan maksim kedermawanan dalam tindak tutur direktif anak

kepada orang tuanya dalam bahasa Mandailing dapat dilihat dari contoh

berikut.

(48) Isas : Na bahat me asar di bagason mak i!

banyak sekali sampah di rumah ini bu

„Banyak sampah di rumah ini Bu!‟

Ibu : Paias ma tongan asari.

bersihkan lah sampah itu

„Bersihkan sampah itu.‟

Page 75: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

67

Isas : Umak ma paias na, au loja dope lala.

ibu yang bersihkan, saya masih capek

„Ibu yang membersihkan, saya masih capek sekarang.‟

(peristiwa tutur 8)

Contoh (48) merupakan maksim yang menyimpang dari maksim

kedermawanan. Kataumak ma paias na, au loja dope lala ‘ibu yang

bersihkan, saya masih capek‟ menyimpang dari maksim kedermawanan. Isas

tidak mau membersihkan sampah karena masih merasa capek dan dia tdak

ingin dirugikan waktu istirahatnya. Dari tuturan tersebut dianggap kurang

santun karena Isas memaksimalkan keuntungan diri sendiri dengan menyuruh

ibunya untuk membersihkan sampah. Sebaiknya anak berkata satongkin nai

ma mak u paias „Sebentar lagi bu saya bersihkan‟ agar lebih terkesan santun.

(49) Tika : Abiskon ma dabo mak, u pamasak sada nai.

habiskanlah bu, saya masak satu lagi

„Habiskan bu, saya masak satu lagi.‟

Ibu : Nda mangua jakna?

tidak apa-apa

„Tidak apa-apa?‟

Tika : Nda mangua mak i, au tapi dung mangan mau.

tidak apa-apa bu, saya tapi sudah makan

„Tidak apa-apa bu, saya sudah makan.‟ (peristiwa tutur

14)

Contoh (49) merupakan maksim kedermawanan. Kata abiskon ma

dabo mak, upamasak sada nai „habiskanlah Bu, saya masak satu lagi‟

dianggap santun karena Tika menyuruh ibunya untuk menghabiskan

makanan. Merupakan maksim kedermawanan karena Tika memaksimalkan

keuntungan ibunya dan meminimalkan keuntungan diri sendiri dengan cara

menyuruh ibunya menghabiskan makanan.

Page 76: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

68

(50) Isas : Yah, dokon umak oban indahan tu saba.

yah, kata ibu bawa nasi ke sawah

„Yah, ibu mengatakan untuk membawa nasi ke sawah.

Ayah : Dung kema umakmu jakna?

sudah pergi ibumu

„Apakah ibumu sudah pergi?‟

Isas : Olah yah, manyogoti dope.

ya yah, pagi tadi

„Sudah yah, tadi pagi.‟ (peristiwa tutur 29)

Contoh(50) merupakan maksim kedermawanan. Kataolah yah,

manyogti dope „ya yah, pagi tadi‟ dianggap santun karena Isas

memberitahukan kepada ayahnya dengan bahasa yang santun. Merupakan

maksim kedermawanan karena Isas memaksimalkan keuntungan ayahnya dan

meminimalkan keuntungan diri sendiri.

(51) Fitrah : Mak, ipas ma tu lopo, au giot ke jalang!

bu, cepatlah datang ke warung, saya mau main

„Bu, cepat datang ke warung, saya mau pergi main!‟

Ibu : Olo, tongkin nai ro ma umak.

ya, sebentar lagi datang ibu

„Ya, sebentar lagi ibu datang.‟

Fitrah : Ipas ma mak, ompak bat alak!

cepatlah bu, sedang banyak orang

„Cepat bu, orang sedang banyak!‟ (peristiwa tutur 34)

Contoh (51) merupakan maksim yang menyimpang dari maksim

kedermawanan. Katamak, ipas ma tu lopo, au giot ke jalang „Bu, cepatlah

datang ke warung, saya mau main‟ menyimpang dari maksim kedermawanan.

Fitrah bersedia menjaga warung, tetapi dia tidak ingin dirugikan waktunya.

Dari tuturan tersebut dianggap kurang santun karena Fitrah memaksimalkan

keuntungan diri sendiri dengan menyuruh ibunya segera datang. Sebaiknya

anak berkata tu lopo ma dabo umak jolo, au giot ke jalang garina „Ke warung

lah ibu dulu, kalau bisa saya mau pergi main‟ agar terkesan lebih santun.

Page 77: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

69

(52) Tika : Kema dabo ayah tu sikolai, kinai tarlambat buse ayah.

pergilah ayah ke sekolah itu, nanti terlambat pula ayah

„Pergilah ayah ke sekolah, nanti terlambat ayah.‟

Ayah : Tapi mangoban adikmu dope.

tapi membawa adikmu lagi

„Tapi membawa adikmu lagi.‟

Tika : Ulang yah be, abang ma naon mangoban na.

tidak usah yah, kakak saja yang membawanya

„Jangan lagi yah, kakak saja yang membawanya.‟

(peristiwa tutur 42)

Contoh (52) merupakan maksim kedermawanan. Kata ulang yah be,

abang ma naon mangoban na „tidak usah yah, kakak saja yang

membawanya‟ tuturan Tika dianggap santun karena menyuruh ayahnya cepat

pergi agar tidak terlambat ke sekolah. Merupakan maksim kedermawanan

karena Tika memaksimalkan keuntungan ayahnya dan meminimalkan

keuntungan diri sendiri.

(53) Seri : Yah, panaet jolo kompori bo.

yah, nyalakan dulu kompor itu

„Yah, nyalakan kompor itu.‟

Ayah : Giot mangua ho jakna?

mau apa kamu rupanya

„Mau apa kamu?‟

Seri : Giot pamasak aek milas, tapi abis ma aek untuk

diminum yah. mau memasak air panas, tapi sudah habis air untuk

diminum yah

„Mau memasak air, air minum sudah habis yah.‟

(peristiwa tutur 37)

Contoh (53) merupakan maksim kedermawanan. Kata giot pamasak

aek milas, tapi abis ma aek untuk diminum yah ‘mau memasak air panas, tapi

sudah habis air untuk diminum yah‟ tuturan Seri dianggap santun karena dia

tidak merasa dipaksa untuk memasak air. Merupakan maksim kedermawanan

Page 78: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

70

karena Seri memaksimalkan keuntungan ayahnya dan meminimalkan

keuntungan diri sendiri.

(54) Rio : Adong do lalu alak karejo tu saba yah?

ada jadinya orang kerja ke sawah yah

„Ada orang kerja ke sawah yah?

Ayah : Adong, mua jakna?

ada, memangnya kenapa

„Ada, memangnya kenapa?‟

Rio : Nda ke ayah tu saba be, kinai lain-lain ajo soni karejo

nalai. tidak pergi ayah ke sawah lagi, nanti lain-lain saja kerja

mereka

„Tidak pergi ayah ke sawah, nanti lain-lain kerja

mereka.‟ (peristiwa tutur 32)

Contoh (54) merupakan maksim kedermawanan. Kata nda ke ayah tu

saba be, kinai lain-lain ajo soni karejo nalai ‘tidak pergi ayah ke sawah lagi,

nanti lain-lain saja kerja mereka‟ dianggap santun karena Rio menyuruh

ayahnya untuk pergi ke sawah agar orang yang bekerja di sawah tidak asal

bekerja. Merupakan maksim kedermawanan karena Rio meminimalkan

keuntungan diri sendiri dan memaksimalkan keuntungan ayahnya.

(55) Ibu : Parjolo ma umak ke sikola de.

duluan ibu ke sekolah ya

„Dulian ibu ke sekolah ya.‟

Feri : Tongkin nai ma dabo mak, udan dope na.

bentar lagilah bu, masih hujan lagi

„Sebentar lagi bu, hujan masih turun.‟(peristiwa tutur 26)

Contoh (55) merupakan maksim kedermawanan. Kata tongkin nai ma

dabo mak, udan dope na ‘bentar lagilah Bu, masih hujan lagi‟ dianggap

santun karena Feri menyuruh ibunya jangan dulu berangkat ke sekolah karena

masih hujan. Merupakan maksim kedermawanan karen Feri memaksimalkan

keuntungan ibunya dan meminimalkan keuntungan diri sendiri.

Page 79: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

71

(56) Andre : Ke tu saba dope umak?

pergi ke sawah ibu lagi

„Pergi ke sawah ibu lagi?‟

Ibu : Olo, mua jakna?

ya, ada apa

„Ya, memangnya kenapa?‟

Andre : Nda dong bah, utaruon ma umak de, lotih umak

namardalani tu sabaan. tidak ada bu, saya antarkanlah ibu, capek ibu jalan kaki

terus ke sawah

„Tidak ada bu, saya antarkan ibu, ibu capek jalan kaki

terus ke sawah.‟ (peristiwa tutur 16)

Contoh(56) merupakan maksim kedermawanan. Kata nda dong bah,

utaruon ma umak de, lotih umak namardalani tu sabaan „tidak ada bu, saya

antarkanlah ibu, capek ibu jalan kaki terus ke sawah‟ dianggap santun karena

Andre tidak tega melihat ibunya berjalan ke sawah. Merupakan maksim

kedermawanan karena Andre meminimalkan keuntungan diri sendiri dan

memaksimalkan keuntungan ibunya.

(57) Ibu : Karojoon ma na didokon umak i, mua dope jakna!

kerjakanlah yang dikatakan ibu, kenapa lagi

„Kerjakanlah yang ibu katakan tadi, apa lagi!‟

Santi : Nda ra au, uni ma saruon umak mangarojoon na.

tidak mau saya, kakaklah ibu suruh untuk

mengerjakannya

„Saya tidak mau, kakak saja ibu suruh untuk

mengerjakannya.‟

Ibu : Na payah buse ho ken saruononi.

sulit sekali kamu untuk disuruh

„Sulit sekali kamu untuk disuruh.‟ (peristiwa tutur 5)

Contoh (57) merupakan maksim yang menyimpang dari maksim

kedermawanan. Kata nda ra au, uni ma saruon umak mangarojoon na ‘tidak

mau saya, kakaklah ibu suruh untuk mengerjakannya‟ menyimpang dari

maksim kedermawanan karena tidak mau disuruh oleh ibunya. Dari tuturan

tersebut dianggap tidak santun karena Santi memaksimalkan keuntungan diri

Page 80: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

72

sendiri dengan menyuruh orang lain untuk mengerjakannya. Sebaiknya anak

berkata uni ma dabo mak e mangarojoon na „Kakaklah bu yang

mengerjakannya‟ agar terkesan lebih santun.

(58) Een : Umak ma mambasu piringi de!

ibulah yang mencuci piring itu

„Ibu saja yang mencuci piring itu!‟

Ibu : Umak bat dope karejo, ho ma mambasuna.

ibu masih banyak kerja lagi, kamu saja yang

mencucinya

„Ibu masih banyak kerja, kamu saja yang mencucinya.‟

Een : Nda ra au, umak jo ma, au mambaen PR bage dope

au mak. tidak mau saya, ibu sajalah, saya membuat PR lagi bu

„Saya tidak mau, ibu saja, saya membuat PR lagi

bu.‟(peristiwa tutur 6)

Contoh(58) merupakan maksim yang menyimpang dari maksim

kedermawanan. Kata nda ra au, umak jo ma, au mambaen PR bage dope au

mak ‘tidak mau saya, ibu sajalah, saya membuat PR lagi Bu‟ menyimpang

dari maksim kedermawanan. Een tidak mau mencuci piring karena mau

mengerjakan PR. Dari tuturan tersebut dianggap tidak santun karena Een

memaksimalkan keuntungan diri sendiri dengan menyuruh ibunya untuk

mencuci piring. Sebaiknya anak berkata satongkin nai mak, u siapkon jolo

PRkon mak bo „Sebentar lagi bu, saya selesaikan PR ini dulu ya bu‟ agar

terkesan lebih santun.

(59) Nepra : Mak, jia balanjoku sikola!

bu, mana uang jajan sekolahku

„Bu, mana uang jajan untuk sekolah!‟

Ibu : Na kuat buse me dongan soramui.

keras sekali suara kamu itu

„Keras sekali suara kamu.‟

Page 81: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

73

Nepra : Olo tongan, tarlambat kinai au ke sikolai, ipas ma!

ya pula, terlambat nanti saya pergi sekolah, cepatlah

„Ya pula, terlambat saya nanti pergi sekolah,

cepatlah!‟ (peristiwa tutur 47)

Contoh (59) merupakan maksim yang menyimpang dari maksim

kedermawanan. Kata olo tongan, tarlambat kinai au ke sikolai, ipas ma! „ya

pula, terlambat nanti saya pergi sekolah, cepatlah‟ menyimpang dari maksim

kedermawanan. Nepra meminta uang kepada ibunya dengan suara yang keras.

Dari tuturan tersebut dianggap tidak santun karena memaksimalkan

keuntungan diri sendiri untuk meminta uang kepada ibunya dengan suara

yang keras. Sebaiknya anak berkata len ma dabo mak, mabiar au tarlambat

kinai sikola „Kasihlah bu, takut saya nanti terlambat ke sekolah‟ agar terkesan

lebih santun.

(60) Ayah : Pamate ma senio i!

matikanlah senio itu

„Matikan senio itu!‟

Pican : Tapi nda pedo ponuh yah, tongkin nai.

tapi belum penuh lagi yah, sebentar lagi

„Tapi belum penuh yah, sebentar lagi.‟

Ayah : Nda pedo ponuh dokon ko, dung malimpah ma

emberi.

belum penuh kamu katakan, sudah melimpah dari

ember itu

„Belum penuh kamu katakan, sudah melimpah air dari

ember itu.‟ (peristiwa tutur 22)

Contoh (60) merupakan maksim yang menyimpang dari maksim

kedermawanan. Kata tapi nda pedo ponuh yah, tongkin nai „tapi belum

penuh lagi yah, sebentar lagi‟ menyimpang dari maksim kedermawanan. Dari

tuturan tersebut dianggap tidak santun karena Pican memaksimalkan

keuntungan diri sendiri dengan tidak langsung menuruti kata

Page 82: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

74

ayahnya.Sebaiknya anak berkata olo yah, u pamate kinai pala dung ponuh

„Ya yah, saya matikan kalau sudah penuh‟ agar terkesan lebih santun.

(61) Ibu : Buat jolo tas umak di biliki!

ambil dulu tas ibu di kamar

„Ambil tas ibu di kamar!‟

Tika : Olo mak, satongkin nai, marabit dope au.

ya bu, sebentar lagi, berpakaian saya lagi

„Ya bu, sebentar lagi, saya sedang berpakaian.‟

Ibu : Ipas ma, tarlambat buse kinai umak!

cepatlah, nanti terlambat pula ibu

„Cepatlah, nanti ibu terlambat!‟ (peristiwa tutur 7)

Contoh(61) merupakan maksim kedermawanan. Kataolo mak,

satongkin nai, marabit dope au „ya bu, sebentar lagi, berpakaian saya lagi‟

tuturan Tika dianggap santun karena mau disuruh ibunya untuk

mengambilkan di kamar. Merupakam maksim kedermawanan karena Tika

meminimalkan keuntungan diri sendiri dan memaksimalkan keuntungan

ibunya.

(62) Azra : Mak, len jau epeng, nda dong epengku, len ma dabo

mak! bu, kasih saya uang, tidak ada uangku, kasihlah bu

„Bu, kasih saya uang, uang saya tidak ada, kasihlah

bu!‟

Ibu : Epeng ajo giotmu, tapi dung umak lehen ma, sajia ajo

tongan umak len abis sudena dibaen ko.

uang saja maumu, tapi sudah ibu kasihlah, berapa saja

ibu kasih habis semuanya dibuat kamu

„Uang saja mau kamu, tapi sudahibu kasih, berapa

saja ibu kasih habis semuanya.‟ (peristiwa tutur 31)

Contoh (62) merupakan maksim kedermawanan. Kata mak, len jau

epeng, nda dong epengku, len ma dabo mak! „Bu, kasih saya uang, tidak ada

uangku, kasihlah Bu‟ ttuturan Azra dianggap santun karena dia memohon

kepada ibunya dengan bahasa yang santun.Merupakam maksim

Page 83: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

75

kedermawanan karena Tika meminimalkan keuntungan diri sendiri dan

memaksimalkan keuntungan ibunya.

(63) Pikri : Pala ke umak tu pasar, tabusion jau tas de mak!

kalau pergi ibu ke pasar, belikan saya tas ya bu

„Kalau ibu pergi ke pasar, belikan tas ya bu!‟

Ibu : Tas potangon deges dope na.

tas kemaren mahih bagus lagi

„Tas kemaren masih bagus.‟

Pikri : Nda mak, dung masibak ma.

tidak bu, sudah robek bu

„Tidak bu, sudah robek.‟ ?(peristiwa tutur 36)

Contoh (63) merupakan maksim kedermawanan. Kata pala ke umak tu

pasar, tabusion jau tas de mak! „kalau pergi ibu ke pasar, belikan saya tas ya

Bu‟ tuturan Pikri dianggap santun karena dia minta dibelikan tas dengan

bahasa yang santun dan dia juga tidak memaksakan ibunya untuk

membelikan tas. Merupakan maksim kederamawanan karena Pikri

memaksimalkan keuntungan ibunya dan meminimalkan keuntungan diri

sendiri.

b. Maksim kesepakatan

Dari hasil analisis data, maksim kesepakatan digunakan dalam 23

tuturan. Penggunaan maksim kesepakatan dalam tindak tutur direktif anak

kepada orang tuanya dalam bahasa Mandailing dapat dilihat dari contoh

berikut.

(64) Putra : Dung tabusi ayah ma lalu tas ki?

sudah jadi ayah beli tas untukku

„Sudah jadi ayah beli tas itu untukku?‟

Ayah : Nda pedo bah.

belum lagi

„Belum lagi.‟

Page 84: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

76

Putra : Tabusion ma dabo yah, dung mangkasibak ma dabo

yah taskon.

belikanlah yah, sudah robek yah tas saya ini

„Belikanlah yah, sudah robek tas saya ini.‟

Ayah : Cogot domai.

besok lagi

„Besok lagi.‟ (peristiwa tutur 10)

Contoh (64) merupakan maksim kesepakatan. Kata cogot domai

„besok lagi‟ merupakan kesepakatan bahwa ayah sepakat untuk membelikan

tas besok kepada Putra. Tuturan Putra dianggap santun karena ayahnya mau

membelikan tas kepada Putra besok. Merupakan maksim kesepakatan karena

memaksimalkan kesepakatan antara Putra dan ayahnya.

(65) Pikri : Mak, ajakkon jau PR jolo mak, nda mangerti au.

bu, ajarkan saya PR bu, tidak mengerti saya

„Bu, ajarkan saya PR bu, saya tidak mengerti.‟

Ibu : Tapi dung balajar mo di sikola.

tapi sudah belajar kamu di sekolah

„Tapi kamu sudah belajar di sekolah.‟

Pikri : Olo ma da mak, tapi ana payah na sada on bo.

ya lah bu, tapi memang susah yang satu ini

„Ya bu, tapi susah yang satu ini.‟ (peristiwa tutur 3)

Contoh (65) merupakan maksim yang menyimpang dari maksim

kesepakatan. Kata olo ma da mak, tapi ana payah na sada on bo„ya lah Bu,

tapi memang susah yang satu ini‟ menyimpang dari maksim kesepakatan

karena Pikri memaksakan ibunya untuk mengajarkan PRnya. Tuturan Pikri

dianggap tidak santun karena tidak memaksimalkan kesepakatan antara Pikri

dan ibunya. Sebaiknya anak berkata tolong ma dabo mak ajarkon au, ana

payah na sada on bo „tolonglah ajarkan saya bu, sulit sekali yang satu ini‟

agar terkesan santun.

Page 85: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

77

(66) Ija : Yah, tujia ayah cogot?

yah, kemana ayah besok

„Yah . besok ayah kemana?‟

Ayah : Ayah giot tu Simpang opat, mua jakna?

ayah mau ke Simpang empat, memangnya kenapa

„Ayah mau ke Simpang empat, ada apa?‟

Ija : Adong rapat di sikola dabo yah, wali murid harus

hadir, bisa ayah de roi?

ada rapat di sekolah yah, wali murid harus hadir, bisa

ayah datang

„Ada rapat di sekolah yah, wali murid harus hadir,

bisa ayah untuk datang?‟

Ayah : Nda bisa ayah ke do, umakmu ma cogot ke de.

tidak bisa ayah untuk pergi, ibumu saja besok yang

pergi

„Ayah tidak bisa untuk pergi, ibumu saja besok yang

akan pergi.‟

Ija : Jadi ma yah.

ya yah

„Ya yah.‟ (peristiwa tutur 30)

Contoh (66) merupakan maksim kesepakatan. Kata jadi ma yah „ya

yah‟ merupakan kesepakatan bahwa ayahnya tidak bisa datang ke sekolah dan

Ija mau digantikan oleh ibunya untuk datang ke sekolah. Tuturan Ija dianggap

santun karena ija setuju dengan apa yang dikatakan ayahnya. Merupakan

maksim kesepakatan karena memaksimalkan kesepakatan antara Ija dengan

ayahnya.

(67) Pican : Pala muli umak mon pasar, tabusion jau duku de

mak.

kalau pulang ibu dari pasar, belikan saya duku ya bu

„Kalau ibu sudah pulang dari pasar, belikan duku ya

bu.‟

Ibu : Duku ajo tongan giotmu.

duku saja maumu

„Duku saja mau kamu.‟

Pican : Olo ma dabo mak.

ya lah bu

„Ya lah bu.‟ (peristiwa tutur 24)

Page 86: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

78

Contoh (67) merupakan maksim yang menyimpang dari maksim

kesepakatan. Kata olo ma dabo mak „ya lah Bu‟ menyimpang dari maksim

kesepakatan karena Pican minta dibelikan duku kepada ibunya tapi dengan

cara memaksa. Tuturan Pican dianggap tidak santun karena tidak

memaksimalkan kesepakatan antara Pican dan ibunya. Sebaiknya anak

berkata pala adong epeng umak, tabusion ma jau duku de mak „kalau ada

uang ibu, belikanlah saya duku ya bu‟ agar terkesan lebih santun.

(68) Ika : Giot ke tusaba doma ayah?

mau pergi ke sawah lagi ayah

„Mau ke sawah lagi yah?‟

Ayah : Olo, mua de?

ya, memangnya kenapa

„Ya, ada apa?‟

Ika : Dokon umak oban lading, giot mambuat soban

umak. kata ibu bawa parang, mau mengambil kayu ibu

„Kata ibu, ayah membawa parang, ibu mau

mengambil kayu.‟ (peristiwa tutur 21)

Contoh (68) merupakan maksim kesepakatan. Katadokon umak oban

lading, giot mambuat soban umak „kata ibu bawa parang, mau mengambil

kayu ibu‟ tuturan Ika dianggap santun karena dia menyuruh ayahnya

membawa parang atas pesan dari ibunya dan ayahnya pun tidak merasa

terpakasa. Merupakan maksim kesepakatan karena memaksimalkan

kesepakatan antara Ika dan ayahnya.

(69) Rita : Giot tujia de umak i?

mau kemana ibu itu

„Mau kemana bu?‟

Ibu : Giot tu pasar, mua jakna?

mau ke pasar, memangnya kenapa

„Mau ke pasar, ada apa?‟

Page 87: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

79

Rita : Oh, baju on ma dabo pake umak bo, ulang na ian be,

ana sompik uida. oh, baju ini saja pakai ibu, jangan yang itu lagi, sempit

kelihatan

„Oh, baju ini saja ibu pakai, jangan itu lagi, sempit

kelihatan.‟ (peristiwa tutur 19)

Contoh (69) merupakan maksim kesepakatan. Kata oh, baju on ma

dabo pake umak bo, ulang na ian be, ana sompik uida „Oh, baju ini saja pakai

ibu, jangan yang itu lagi, sempit kelihatan‟ tuturan Rita dianggap santun

karena ibunya bisa menerima atas saran yang dikatakan Rita. Merupakan

maksim kesepakatan karena telah memaksimalkan kesepakatan antara Rita

dan ibunya.

(70) Een : Istirahat ma dabo ayah, loja ma ayah uida na karejoi.

istirahatlah ayah dulu, sudah capek ayah kelihatan

karena kerja itu

„Istirahat ayah dulu, kelihatan ayah sudah capek

karena kerja.‟

Ayah : Ayah harus karejo, nada tontu cogot adong buse

karejo nalain.

ayah harus kerja, mana tau besok ada pula kerja yang

lain

„Ayah harus kerja, mana tau besok ada kerja yang

lain.‟

Een : Oh, soni yah.

oh, begitu yah

„Oh, begitu yah.‟ (peristiwa tutur 20)

Contoh (70) merupakan maksim kesepakatan. Kata oh, soni yah „oh,

begitu yah‟ merupakan kesepakatan bahwa Een setuju dengan apa yang

dikatakan oleh ayahnya karena pekerjaan itu tidak akan pernah habis dan

terus selalu ada. Tuturan Een dianggap santun karena telah memaksimalkan

kesepakatan antara Een dan ayahnya.

Page 88: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

80

(71) Nepra : Ulang disi patibal botoli yah be!

jangan disitu letakakn botol itu yah

„Jangan disitu diletakkan botol itu yah!‟

Ayah : Dijia do di patibal?

dimana lagi diletakkan

„Dimana diletakkan?‟

Nepra : Tu balakang ma oban ayah, pala dison kinai

matapor di baen alak. ke belakang saja bawa ayah, kalau di sini nanti bisa

pecah dibuat orang

„Ke belakang saja ayah bawa, kalau di sini bisa

pecah dibuat orang.‟ (peristiwa tutur 45)

Contoh(71) merupakan maksim kesepakatan. Kata tu balakang ma

oban ayah, pala dison kinai matapor di baen alak „ke belakang saja bawa

ayah, kalau di sini nanti bisa pecah dibuat orang‟ merupakan kesepakatan

bahwa ayahnya mau meletakkan botol ke belakang karena takut pecah dibuat

orang. Tuturan Nepra dianggap santun karena telah memaksimalkan

kesepakatan antara Nepra dan ayahnya.

(72) Tika : Jilbab nabontar on ma dabo dipake umak!

jilbab yang putih itu sajalah dipakai ibu

„Jilbab putih itu saja dipakai ibu!‟

Ibu : Nda onak dot baju na umak pake i.

tidak cocok dengan baju yang ibu pakai itu

„Tidak cocok dengan baju yang yang ibu pakai.‟

Tika : Nda mangua bagei, onak do dabo dipake mak.

tidak apa-apa, cocok itu dipakai ibu

„Tidak apa-apa, cocok dipakai ibu.‟ (peristiwa tutur 15)

Contoh(72) merupakan maksim kesepakatan. Kata nda mangua bagei,

onak do dabo dipake mak „tidak apa-apa, cocok itu dipakai ibu‟ merupakan

kesepakatan bahwa Tika memilihkan jilbab yang cocok untuk ibunya dan

ibunya menuruti pilihan dari Tika. Merupakan maksim kesepakatan karena

memaksimalkan kesepakatan antara Tika dengan ibunya.

Page 89: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

81

(73) Ija : Degesan baju nangkinani ditabusi umak pado on.

bagus lagi baju yang tadi dibeli ibu dari pada ini

„Bagus baju yang tadi dibeli ibu dari pada ini.‟

Ibu : Mangua jakna?

kenapa rupanya

„Memangnya kenapa.‟

Ija : Masompik tu uida dipake umak.

terlalu kecil kelihatan kalau dipakai ibu

„Terlalu kecil kelihatan dipaki ibu.‟

Ibu : Patut me, baen nabarui dope nai.

tidak mungkin, lantaran masih baru lagi itu

„Tidak mungkin, lantaran masih baru lagi.‟

Ija : Lo, mak.

ya bu

„Ya bu.‟ (peristiwa tutur 9)

Contoh (73) merupakan maksim kesepakatan. Kata lo mak „ya bu‟

merupakan kesepakatan bahwa ija sepakat dengan baju yang ibu beli. Tuturan

Ija dianggap santun karena setuju dengan apa yang dibeli ibunya. Merupakan

maksim kesepakatan karena memaksimalkan kesepakatan antara Ija dengan

ibunya.

(74) Feri : Mua dpe jakna yah! ke maita.

kenapa lagi yah, pergi kita lagi

„Kenapa lagi yah!Kita pergi lagi.‟

Ayah :Kinai ma, satongkin nai

nantilah, sebentar lagi

„Nantilah sebentar lagi.‟

Feri : Ipas ma yah! Au dung marjanji buse ke main bola dot

dongan nangkinan.

cepatlah yah saya sudah berjanji pula akan main bola

dengan anak orang tadi

„Cepatlah Yah! Saya sudah berjanji akan bermain bola

dengan teman.‟

Ayah : Nagigih mada ho, sodang mangua ayah jakna nida ho.

cerewet betul kamu ini sedang mengapa ayah terlihat kamu

„Cerewet sekali kamu, kamu bisa melihat bahwa ayah

sedang sibuk.‟ (peristiwa tutur 41)

Contoh(74) merupakan maksim kesepakatan. Kata Ipas ma yah! Au

dung marjanji buse ke main bola dot dongan nangkinan. „Cepatlah Yah! Saya

Page 90: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

82

sudah berjanji akan bermain bola dengan teman‟menyimpang dari maksim

ksesepakatan karena Feri memerintah ayahnya untuk segera berangkat.

Tuturan Feri dianggap tidak santun karena tidak memaksimalkan kesepakatan

antara Feri dan ayahnya. Sebaiknya anak berkatalambat dope ayah, au garina

giot ke buse main bola „lama lagi yah, saya rencana mau pergi main bola‟

agar terkesan lebih santun.

(75) Ibu : Kema tabusi es ken obanon tu sabai!

pergilah beli es untuk dibawa ke sawah itu

„Pergi beli es untuk dibawa ke sawah.‟

Isas : Jau bage sada de mak!

untukku satu ya bu

„Untuk saya satu ya bu!‟

Ibu : Olo, kema tabusi.

ya, pergilah beli

„Ya, pergi beli.‟ (peristiwa tutur 38)

Contoh (75) merupakan maksim kesepakatan. Kata olo, kema tabusi

„ya, pergilah beli‟merupakan kesepakatan bahwa Ibu mau membelikan es

kepada Isas. Tuturan Isas dianggap santun karena dia tidak menolak apa yang

disuruh oleh ibunya. Merupakan maksim kesepakatan karena telah

memaksimalkan kesepakatan antara Isas dan ibunya.

(76) Ibu : Kema sosah abit nakotori dabo!

pergilah cuci kain yang kotor itu

„Pergi cuci kain yang kotor itu!‟

Rita : Olo mak, satongkin nai ma.

ya bu, sebentar lagilah

„Ya bu, sebentar lagi.‟

Ibu : Satongkin nai ajo dokon ko, tapi nda ke ho do!

sebentar lagi saja kamu katakan, tapi kamu tidak pergi

„Sebentar terus kamu katakana, tapi tidak kamu

lakukan!‟

Rita : Pala nda ra au, mua jakna mak?

kalau saya tidak mau, memangnya kenapa bu

„Kalau saya tidak mau, memangnya kenapa bu?‟

Page 91: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

83

Ibu : Mambantah ajo karejomu, kema manyosahi!

membantah saja kerjamu, pergilah menyuci itu

„Membantah saja kerjamu, pergilah menyuci!‟

Rita : Lo mak.

ya bu

„Ya bu.‟ (peristiwa tutur 4)

Contoh (76) merupakan maksim kesepakatan. Kata lo mak „ya bu‟

merupakan kesepakatan bahwa Rita mau mencuci kain kotor yang disuruh

oleh ibunya. Merupakan maksim kesepakatan karena tuturan Rita kepada

ibunya telah memaksimalkan kesepakatan antara Rita dengan ibunya.

(77) Ibu : Pamate ma TV i Putra!

matikanlah TV itu Putra

„Matikan TV itu Putra!‟

Putra : Lo mak, pala nda ra au mangua mak?

ya bu, kalau saya tidak mau bagaimana bu

„Ya bu, kalau saya tidak mau, bagaimana bu?‟

Ibu : Kema balajar, ho giot ujian!

pergilah belajar, kamu mau ujian

„Pergi belajar, kamu mau ujian!‟

Putra : Lo mak.

ya bu

„Ya bu.‟ (peristiwa tutur 44)

Contoh (77) merupakan maksim kesepakatan. Kata lo mak „ya bu‟

merupakan kesepakatan bahwa Putra mau mematikan TV karena disuruh

ibunya untuk belajar. Tuturan Ija dianggap santun karena Putra setuju dengan

apa yang dikatakan ibunya. Merupakan maksim kesepakatan karena

memaksimalkan kesepakatan antara Putra dengan ibunya.

(78) Azra : Mak, au ke jalang dot dongan de!

bu, saya mau pergi main dengan teman

„Bu, saya mau pergi main bersama teman!‟

Ibu : Jalang tujia jakna?

main kemana rupanya

„Mau pergi main kemana?‟

Page 92: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

84

Azra : Tu bagas dongan mak.

ke rumah teman bu

„Ke rumah teman bu.‟

Ibu : Sapai jolo ayahmu pala patola ia.

Tanya dulu ayahmu kalau dibolehkannya

„Tanya dulu ayahmu kalau dibolehkan.‟

Azra : Anso usapai bage ayah, tapi tu umak do au

marsapa pala tola ke jalang. kenapa ditanya pula ayah, tapi sama ibu saya bertanya

kalau boleh saya pergi main

„Kenapa ayah yang ditanya, tapi saya bertanya sama

ibu kalau boleh saya pergi main.‟ (peristiwa tutur 13)

Contoh (78) merupakan maksim yang maenyimpang dari maksim

kesepakatan. Kata anso usapai bage ayah, tapi tu umak do au marsapa pala

tola ke jalang „kenapa ditanya pula ayah, tapi sama ibu saya bertanya kalau

boleh saya pergi main‟ menyimpang dari maksim kesepakatan karena

membantah apa yang disuruh oleh ibunya. Tuturan Azra dianggap tidak

santun karena tidak memaksimalkan kesepakatan antara Azra dan

ibunya.Sebaiknya anak berkata jadi ma mak pala soni, usapai ma jolo ayah

„Ya lah bu, kalau begitu saya Tanya ayah dulu‟ agar terkesan lebih santun.

(79) Isas : Pala umak ajo manyosah abiti mua jakna, au baru

muli sikola dope, loja dope au mak. kalau ibu saja yang mencuci kain itu kenapa bu, saya

baru pulang lagi dari sekolah, masih capek lagi bu

„Kalau ibu saja yang mencuci kain itu kenapa bu, saya

baru pulang dari sekolah, saya masih capek bu.‟

Ibu : Umak bat dope karejo, giot tusaba bage dope.

ibu banyak lagi pekerjaan, mau ke sawah pula lagi

„Ibu banyak pekerjaan, mau ke sawah lagi.‟ (peristiwa

tutur 43)

Contoh (79) merupakan maksim yang menyimpang dari maksim

kesepakatan. Kata pala umak ajo manyosah abiti mua jakna, au baru muli

sikola dope, loja dope au mak„kalau ibu saja yang mencuci kain itu kenapa

Page 93: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

85

bu, saya baru pulang lagi dari sekolah, masih capek lagi bu‟ menyimpang dari

maksim kesepakatan karena menyuruh kembali ibunya padahal ibunya

menyuruh dia untuk mencuci kain. Tuturan tersebut dianggap tidak santun

karena tidak memaksimalkan kesepakatan antara Isas dan ibunya. Sebaiknya

anak berkata olo mak e, kinai ma u sosah, istirahat jolo tongkin „Ya bu, nanti

saya cuci, istirahat dulu sebentar‟ agar terkesan lebih santun.

(80) Ayah : Ulang ke juo maridi tu batang aek de, musim parudan

nari.

jangan pergi juga mandi ke sungai ya, musim hujan

sekarang

„Jangan pergi juga mandi ke sungai, musim hujan

sekarang.

Ika : Mua jakna yah, tagi dabo maridi pala godang

batang aek. kenapa rupanya yah, asyik itu mandi kalau besar

sungai

„Memangnya kenapa yah, asyik mandi kalau sungai

sudah besar.‟

Ayah : Tagi dokon ko, kinai baru mayub ko.

asyik kamu katakan, nanti baru hanyut kamu

„Asyik kamu katakan, nanti baru hanyut.‟ (peristiwa

tutur 2)

Peristiwa tutur (80) merupakan maksim yang menyimpang dari

maksim kesepakatan. Kata mua jakna yah, tagi dabo maridi pala godang

batang aek „kenapa rupanya yah, asyik itu mandi kalau besar sungai‟

menyimpang dari maksim kesepakatan karena Ika tidak mau mendengarkan

apa yang dikatakan oleh ayahnya. Tuturan Ika dianggap tidak santun karena

tidak memaksimalkan kesepakatan antara Ika dan ayahnya. Sebaiknya anak

berkata olo yah, nda ke au do „Ya yah, saya tidak akan pergi‟ agar terkesan

lebih santun.

Page 94: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

86

(81) Ibu : Tolongi umak mambangkit eme jolo!

tolong ibu mengangkat padi dulu

„Tolong ibu mengangkat padi!

Ika : Olo mak, pataeng satongkin nai.

ya bu, tunggu sebentar lagi

„Ya bu, tunggu sebentar lagi.‟

Ibu : Ipas ma bo, udan giot ro ma bo!

cepatlah, hujan mau turun lagi

„Cepatlah, hujan mau turun!‟

Ika : Lo mak.

ya bu

„Ya bu.‟ (peristiwa tutur 27)

Contoh (81) merupakan maksim kesepakatan. Kata lo mak „ya bu‟

merupakan kesepakatan bahwa Ika mau membantu ibunya untuk mengangkat

padi karena hujan sudah mayu turun. Tuturan Ika dianggap santun karena Ika

setuju dengan apa yang dikatakan ibunya. Merupakan maksim kesepakatan

karena memaksimalkan kesepakatan antara Ika dengan ibunya.

(82) Rio : Mak, len jau epeng giot manabusi buku!

bu, kasih saya uang mau membeli buku

„Bu, kasih saya uang untuk membeli buku!‟

Ibu : Tapi dung ditabusi ma potangi.

tapi sudah dibeli kemaren

„Tapi sudah dibeli kemaren.‟

Rio : Urang dope mak, sada mata pelajaran harus dua buku

na!

kurang lagi bu, satu mata pelajaran harus dua bukunya

„Kurang bu, satu mata pelajaran harus dua bukunya!

Ibu : Epeng balanjomu ma manabusi na jolo, kinai umak

ganti. uang belanjamu dulu untuk membelinya, nanti ibu

ganti

„Uang belanjamu dulu membelinya,. nanti ibu

ganti.‟(peristiwa tutur 11)

Contoh (82) merupakan maksim kesepakatan. Kataepeng balanjomu

ma manabusi na jolo, kinai umak ganti „uang belanjamu dulu untuk

membelinya, nanti ibu ganti‟ merupakatan kesepakatan bahwa Rio mau

Page 95: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

87

membelikan buku dengan uang belanja yang ibu berikan. Tuturan Rio

dianggap santun karena telah memaksimalkan kesepakatan antara Rio dan

ibunya.

(83) Rita : Yah, pala cogoton dung tomat au sikola, au giot kuliah

de yah.

yah, kalau besok ini saya sudah tamat sekolah, saya

mau kuliah yah

„Yah, kalau besok saya sudah tamat sekolah, saya mau

kuliah yah.‟

Ayah : Olo, usahoon ma nilaimu deges dungki ulang lupa

sumbayang ko anso di lehen Allah jita rosoki.

ya, usahakan saja nilaimu bagus sudah itu jangan lupa

sholat kamu, agar dikasih Allah rezeki sama kita

„Ya, usahakan nilaimu bagus sudah itu jangan lupa

sholat agar dikasih Allah rezeki sama kita.‟

Rita : Olo yah.

ya yah

„Ya yah.‟ (peristiwa tutur 25)

Contoh (83) merupakan maksim kesepakatan. Kata olo yah „ya yah‟

merupakan kesepakatan bahwa Rita berusaha untuk mendapatkan nilai yang

bagus seperti yang dikatakan ibunya. Tuturan Rita dianggap santun karena

ibu senang dengan yang dikatakannya. Merupakan maksim kesepakatan

karena memaksimalkan kesepakatan antara Rita dengan ibunya.

(84) Seri : Yah, tamba jolo epengkon!

yah, tambah dulu uangku ini

„Yah, tambah dulu uangku!‟

Ayah : Urang dope jakna?

kurang lagi rupanya

„Kurang memangnya?

Seri : Olo yah, harga bukui pitu ribu, epeng dilehen umak

lima ribu mia, urang dua ribu nai yah. ya yah, harga buku itu Rp.7000, uang dikasih ibu Cuma

Rp.5000, jadi kurang Rp.2000 lagi yah.

„Ya yah, harga buku Rp.7000, uang dikasih ibu

Rp.5000, jadi kurang Rp.2000 lagi yah.‟ (peristiwa

tutur 40)

Page 96: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

88

Contoh (84) merupakan maksim kesepakatan. Kata olo yah, harga

bukui pitu ribu, epeng dilehen umak lima ribu mia, urang dua ribu nai yah

„ya yah, harga buku itu Rp.7000, uang dikasih ibu Cuma Rp.5000, jadi

kurang Rp.2000 lagi yah‟ merupakan kesepakatan bahwa Seri menjelaskan

untuk apa dia meminta uang dan ayahnya pun tidak keberatan untuk

menambahnya. Tuturan Seri dianggap santun karena telah memaksimalkan

kesepakatan antara Seri dan ayahnya.

(85) Andre : Au nda dot tu saba nari yah do, cogot ma au dot de

yah! saya tidak ikut ke sawah sekarang yah, besok sajalah

saya ikut yah

„Saya tidak ikut ke sawah sekarang yah, besok saja

saya ikut yah!‟

Ayah : Anso, tapi libur do nari sikola.

kenapa, tapi libur sekarang sekolah

„Kenapa, tapi libur sekolah sekarang.‟

Andre : Olo yah, au tu bagas dongan dope giot mambaen

PRku.

ya yah, saya pergi ke rumah teman lagi mau membuat

PR saya

„Ya yah, saya pergi ke rumah teman mau membuat

PR.‟ (peristiwa tutur 33)

Contoh (85) merupakan maksim kesepakatan. Kata au nda dot tu

saba nari yah do, cogot ma au dot de yah! „saya tidak ikut ke sawah sekarang

yah, besok sajalah saya ikut yah‟ merupakan kesepakatan bahwa Andre tidak

bisa ke sawah sekarang tapi besok dia bisa ke sawah. Tuturan Andre dianggap

santun karena telah memaksimalkan kesepakatan antara Andre dan ayahnya.

(86) Isas : Mak, pala dung manggotol ta, tabusion jau baju de

mak!

bu, kalau sudah menuai kita, belikan saya baju ya bu

„Bu, kalau kita suda menuai, belikan saya baju ya bu!‟

Page 97: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

89

Ibu : Tengok jolo de, eme pe mura do nari.

lihat dulu ya, padi murah sekarang

„Lihat dulu, padi murah sekarang.‟

Isas : Oh, jadi ma mak.

oh, ya lah bu

„Oh, ya bu.‟ (peristiwa tutur 39)

Contoh (86) merupakan maksim kesepakatan. Kata oh, jadi ma mak

„oh ya lah bu‟ merupakan kesepakatan bahwa Ibu akan membelikan baju

kepada Isas kalau sudah panen padi. Tuturan Isas dianggap santun karena

tidak membantah apa yang dikatakan ibunya. Merupakan maksim

kesepakatan karena memaksimalkan kesepakatan antara Isas dengan ibunya.

c. Maksim Kearifan

Dari hasil analisis data, maksim kearifan digunakan dalam 7 tuturan.

Penggunaan maksim kearifan dalam tindak tutur direktif anak kepada orang

tuanya dalam bahasa Mandailing dapat dilihat dari contoh berikut.

(87) Fitrah : Ulang asal patibal soni baju ayah i dabo, pasimpu

ma dabo denggan yah. jangan asal diletakkan baju ayah itu, rapikan dengan

bagus yah

„Jangan sembarangan baju ayah diletakkan, tolong

ayah rapikan dengan benar.‟

Ayah : Loja dope ulala, baru muli marusaho dope ayah.

masih capek lagi, ayah baru pulang berusaha

„Masih capek ayah sekarang, ayah baru pulang

berusaha.‟ (peristiwa tutur 23)

Contoh (87) merupakan maksim kearifan. Kata ulang asal patibal

soni baju ayah i dabo, pasimpu ma dabo denggan yah „jangan asal

diletakkan baju ayah itu, rapikan dengan bagus yah‟ tuturan Fitrah dianggap

santun karena dia menyuruh ayahnya untuk tidak sembarangan meletakkan

Page 98: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

90

baju karena rumah sudah dibersihkan. Merupakan maksim kearifan karena

Fitrah meminimalkan kerugian dan memaksimalkan keuntungan ayahnya.

(88) Ibu : Aha doma ken umak dokon t abangmu, anso ra ia

manolong umak tu saba.

apa lagi yang harus ibu katakan pada kakakmu, agar

kakakmu mau membantu ibu ke sawah

„Apa yang harus ibu katakan pada kakakmu, agar mau

membantu ibu ke sawah.‟

Ismi : Ulang poning bage umak be, sabar ajo ma, kinai boto

ia de sonjia nadeges na dabo mak i. jangan pusing lagi bu, sabar sajalah, nanti dia akan tahu

mana yang terbaik bu.

„Jangan pusing bu, sabar saja, nanti dia akan mengetahui

mana yang terbaik bu.‟ (peristiwa tutur 17)

Contoh (88) merupakan maksim kearifan. Kata ulang poning bage

umak be, sabar ajo ma, kinai boto ia de sonjia nadeges na dabo mak i

‘jangan pusing lagi bu, sabar sajalah, nanti dia akan tahu mana yang terbaik

bu‟ tuturan Ismi dianggap santun karena dia menyarankan ibunya untuk

bersabar atas tingkah laku kakaknya. Merupakan maksim kearifan karena

Ismi memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan kerugian ibunya.

(89) Pikri : Ulang mabahat tu dabo yah mangidupi.

jangan terlalu banyak yah untuk merokok

„Yah, jangan terlalu banyak merokok.‟

Ayah : Nda bisa ayah pala nda mangidup

tidak bisa ayah kalau tidak merokok

„Ayah tidak bisa tanpa merokok.‟

Pikri : Nda soni yah, urangi ajo na mangidupi, nda deges

tu kesehatan nibai. begini saja yah, kurangi saja merokok itu, karena

tidak baik dengan kesehatan

„Begini saja yah, kurangi merokok karena tidak baik

dengan kesehatan ayah.‟ (peristiwa tutur 21)

Contoh (89) merupakan maksim kearifan. Kata nda soni yah, urangi

ajo na mangidupi, nda deges tu kesehatan nibai „begini saja yah, kurangi saja

Page 99: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

91

merokok itu, karena tidak baik dengan kesehatan‟ tutuan Pikri dianggap

santun karena dia menasehati ayahnya untuk mengurangi merokok.

Merupakan maksim kearifan karena Pikri meminimalkan kerugian dan

memaksimalkan keuntungan ayahnya.

(90) Santi : Nda ke ayah marjagal?

tidak pergi ayah jualan

„Tidak pergi ayah jualan?‟

Ayah : Ke, tapi kinai dope, giot marubat dope.

pergi, tapi sebentar lagi, mau berobat lagi

„Pergi, sebentar lagi, mau berobat lagi.‟

Santi : Oh, marubat ma yah tongan jolo, kinai martamba

marun ayahi. oh, berobatlah ayah dulu, nanti bertambah demam

ayah itu

„Oh, berobatlah ayah dulu, nanti bertambah demam

ayah.‟ (peristiwa tutur 46)

Contoh (90) merupakan maksim kearifan. Kata oh, marubat ma yah

tongan jolo, kinai martamba marun ayahi„oh, berobatlah ayah dulu, nanti

bertambah demam ayah itu‟ tuturan Santi dianggap santun karena dia

menyuruh ayahnya untuk berobat agar agar demamnya tidak bertambah.

Merupakan maksim kearifan karena Santi meminimalkan kerugian dan

memaksimalkan keuntungan ayahnya.

(91) Azra : Maek dope anduk ayahi di?

basah baru handuk ayah itu

„Basah handuk ayah itu?‟

Ayah : Olo, nada pedo koring, ayah giot ke maridi.

ya, belum lagi kering, ayah mau pergi mandi

„Ya, belum kering, ayah mau mandi.‟

Azra : Andukkon ajo ma ayah pake jolo bo.

handuk saya saja dulu pakai ayah

„Handuk saya dulu pakai ayah.‟ (peristiwa tutur 12)

Contoh (91) merupakan maksim kearifan. Kata andukkon ajo ma ayah

pake jolo bo „handuk saya saja dulu pakai ayah‟ tuturan Azra dianggap santun

Page 100: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

92

karena mau memberikan handuk kepada ayahnya. Merupakan maksim

kearifan karena Azra meminimalkan kerugian dan memaksimalkan

keuntungan ayahnya. Azra menawarkan handuknya untuk dipakai oleh ayah

sebelum ayah memintanya.

(92) Isas : Sumbayang ma ayah, au ma manjago emeon jolo.

sholatlah ayah dulu, saya yang menjaga padi ini dulu

„Sholatlah ayah, saya yang menjaga padi ini.‟

Ayah : Olo, sumbayang doma ayah jolo.

ya, sholat lagi ayah dulu

„Ya, sholat lagi ayah.‟ (peristiwa tutur 28)

Contoh (92) merupakan maksim kearifan. Kata sumbayang ma ayah,

au ma manjago emeon jolo „sholatlah ayah dulu, saya yang menjaga padi ini

dulu‟ tuturan isas dianggap santun karena mau menjaga padi. Merupakan

maksim kearifan karena dengan tuturan tersebut Isas memperkecil kerugian

ibunya dan meningkatkan keuntungan ibunya.

(93) Ismi : Ulang asal patibal soni tas ayahi!

jangan sembarangan diletakkan tas ayah itu

„Jangan sembarangan diletakkan tas ayah itu!‟

Ayah : Loja dope lala ayah baen baru mon saba.

capek lagi terasa ayah karena baru pulang dari

sawah

„Ayah masih merasa capek, karena baru pulang dari

sawah.‟ (peristiwa tutur 18)

Contoh (93) merupakan maksim kearifan. Kata ulang asal patibal

soni tas ayahi! „jangan sembarangan diletakkan tas ayah itu‟ tuturan Ismi

dianggap santun karena dia mengatakan kepada ayahnya untuk tidak

sembarangan meletakkan tas agar rumah kelihatan rapi. Merupakan maksim

keafifan karena Ismi meminimalkan kerugian dan memaksimalkan

keuntungan ayahnya.

Page 101: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

93

d. Maksim Pujian

Dari hasil analisis data, maksim pujian digunakan dalam 1 tuturan.

Penggunaan maksim pujian dalam tindak tutur direktif anak kepada orang

tuanya dalam bahasa Mandailing dapat dilihat dari contoh berikut.

(94) Ismi : Sodang mangua umak nari?

sedang mengapa ibu sekarang

„Mengapa ibu sekarang?

Ibu : Umak sodang mamasak bubur.

ibu sedang memasak bubur

„Ibu memasak bubur.‟

Ismi : Bubur aha de na di pamasak umak i?

bubur apa itu yang dimasak ibu

„Bubur apa yang ibu masak?‟

Ibu : Bubur asang padi, cubo kinyom kok dung manis ma!

bubur kacang padi, coba cicipi kalau sudah manis

„Bubur kacang padi, coba cicipi kalau sudah manis!‟

Ismi : Olo mak, manis doma, na malo me umak mamasaki,

ajari ma au de mak, anso malo au buse mamasak. ya mak, manis lagi terasa, pandai sekali ibu memasak

itu, ajarkan pula saya bu, biar pandai pula saya

memasak.

„Ya mak, manis rasanya, pandai sekali ibu memasak,

ajarkan saya bu, biar pandai saya memasak.‟

Ibu : Olo, umak ma tongan.

ya, ibulah pula

„Ya, ibulah pula.‟ (peristiwa tutur 35)

Contoh (94) merupakan maksim puijian. Kata olo mak, manis doma,

na malo me umak mamasaki, ajari ma au de mak, anso malo buse au

mamasak „ya mak, manis lagi terasa, pandai sekali ibu memasak itu, ajarkan

pula saya bu, biar pandai pula saya memasak‟ merupakan maksim pujian

karena Ismi mencoba bubur yang dimasak ibu dan terasa memang manis.

Merupakan maksim pujian karena Ismi memaksimalkan pujian pada ibunya.

Page 102: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

94

3. Konteks Tindak Tutur yang digunakan oleh Anak kepada Orang

Tuanya dalam Bahasa Mandailing

a. Maksim Kedermawanan

Penggunaan konteks tutur pada maksim kedermawanan dalam tindak

tutur direktif anak kepada orang tuanya dapat diuraikan dari contoh berikut.

(95) Isas : Na bahat me asar di bagason mak i!

banyak sekali sampah di rumah ini bu

„Banyak sampah di rumah ini Bu!‟

Ibu : Paias ma tongan asari.

bersihkan lah sampah itu

„Bersihkan sampah itu.‟

Isas : Umak ma paias na, au loja dope lala.

ibu yang bersihkan, saya masih capek

„Ibu yang membersihkan, saya masih capek

sekarang.‟ (peristiwa tutur 8)

Contoh (95) terjadi di dalam rumah pada siang hari pukul 13.30 antara

Isas dan ibunya. Isas sebagai penutur berusia 15 tahun dan ibunya sebagai

petutur berusia 46 tahun. Isas sedang duduk di rumah baru pulang dari

sekolah, sedangkan ibunya baru pulang dari sawah. Tujuan tuturan di atas

agar sampah di dalam rumah di bersihkan.

(96) Tika : Abiskon ma dabo mak, u pamasak sada nai.

habiskanlah bu, saya masak satu lagi

„Habiskan bu, saya masak satu lagi.‟

Ibu : Nda mangua jakna?

tidak apa-apa

„Tidak apa-apa?‟

Tika : Nda mangua mak i, au tapi dung mangan mau.

tidak apa-apa bu, saya tapi sudah makan

„Tidak apa-apa bu, saya sudah makan.‟ (peristiwa

tutur 14)

Contoh (96) terjadi di dapur pada sore hari pukul 16.00 antara Tika

dan ibunya. Tika sebagai penutur berusia 15 tahun dan ibunya berusia 43

tahun. Tika sedang duduk di ruang tamu sambil menonton televisi, sedangkan

Page 103: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

95

ibunya sedang makan di dapur. Tujuan tutruran tersebut adalah Tika

menyuruh ibunya untuk menghabiskan makanan karena Tika sudah makan

sebelumnya.

(97) Isas : Yah, dokon umak oban indahan tu saba.

yah, kata ibu bawa nasi ke sawah

„Yah, ibu mengatakan untuk membawa nasi ke

sawah.

Ayah : Dung kema umakmu jakna?

sudah pergi ibumu

„Apakah ibumu sudah pergi?‟

Isas : Olah yah, manyogoti dope.

ya yah, pagi tadi

„Sudah yah, tadi pagi.‟ (peristiwa tutur29)

Contoh (97) terjadi di dalam rumah pada siang hari pukul 13.00 antara

Isas dan ayahnya. Isas sebagai penutur berusia 15 tahun dan ayahnya sebagai

petutur berusia 49 tahun. Isas sedang makan di ruang tamu, sementara ayah

baru pulangdari masjid. Tujuan tuturan ini agar ayah membawa nasi ke sawah

karena disuruh oleh ibunya.

(98) Fitrah : Mak, ipas ma tu lopo, au giot ke jalang!

bu, cepatlah datang ke warung, saya mau main

„Bu, cepat datang ke warung, saya mau pergi main!‟

Ibu : Olo, tongkin nai ro ma umak.

ya, sebentar lagi datang ibu

„Ya, sebentar lagi ibu datang.‟

Fitrah : Ipas ma mak, ompak bat alak!

cepatlah bu, sedang banyak orang

„Cepat bu, orang sedang banyak!‟ (peristiwa tutur

34)

Contoh(98) terjadi di dalam rumah pada sore hari pukul 16.30 antara

Fitrah dan ibunya. Fitrah sebagai penutur berusia 13 tahun dan ibunya sebagai

petutur berusia 43 tahun. Fitrah sedang berada di warung, sedangkan ibunya

Page 104: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

96

sedang memasak di dapur. Tujuan tuturan di atas menyuruh ibunya cepat

datang ke warung karena orang sedang ramai.

(99) Tika : Kema dabo ayah tu sikolai, kinai tarlambat buse

ayah.

pergilah ayah ke sekolah itu, nanti terlambat pula

ayah

„Pergilah ayah ke sekolah, nanti terlambat ayah.‟

Ayah : Tapi mangoban adikmu dope.

tapi membawa adikmu lagi

„Tapi membawa adikmu lagi.‟

Tika : Ulang yah be, abang ma naon mangoban na.

tidak usah yah, kakak saja yang membawanya

„Jangan lagi yah, kakak saja yang membawanya.‟

(peristiwa tutur 42)

Contoh (99) terjadi di ruang tamu rumah pada pukul 07.20 antara Tika

dengan ayahnya. Tika sebagai penutur berusia 15 tahun dan ayahnya sebagai

petutur berusia 45 tahun. Tika sedang siap-siap di dalam kamar mau

berangkat sekolah, sementara ayah sedang menunggu adik untuk diantar ke

sekolah. Tujuan tuturan tersebut Tika menyuruh ayahnya agar segera

berangkat ke sekolah dia takut ayahnya terlambat ke sekolah, untuk

mengantarkan adik ke sekolah biar kakak saja yang mengantarkannya.

(100) Seri : Yah, panaet jolo kompori bo.

yah, nyalakan dulu kompor itu

„Yah, nyalakan kompor itu.‟

Ayah : Giot mangua ho jakna?

mau apa kamu rupanya

„Mau apa kamu?‟

Seri : Giot pamasak aek milas, tapi abis ma aek untuk

diminum yah.

mau memasak air panas, tapi sudah habis air untuk

diminum yah

„Mau memasak air, air minum sudah habis yah.‟

(peristiwa tutur 37)

Page 105: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

97

Contoh (100) terjadi di dapur pada sore hari pukul 16.00 antara Seri

dan ayahnya. Seri sebagai penutur berusia 15 tahun dan ayahnya sebagai

petutur berusia 40 tahun. Seri sedang di dapur mau memasak air dan ayahnya

sedang duduk di kursi makan. Tujuan tuturan di atas menyuruh ayah untuk

menyalakan kompor.

(101) Rio : Adong do lalu alak karejo tu saba yah?

ada jadinya orang kerja ke sawah yah

„Ada orang kerja ke sawah yah?‟

Ayah : Adong, mua jakna?

ada, memangnya kenapa

„Ada, memangnya kenapa?‟

Rio : Nda ke ayah tu saba be, kinai lain-lain ajo soni karejo

nalai.

tidak pergi ayah ke sawah lagi, nanti lain-lain saja

kerja mereka

„Tidak pergi ayah ke sawah, nanti lain-lain kerja

mereka.‟ (peristiwa tutur 32)

Contoh (101) terjadi di dalam rumah pada siang hari pukul 14.00

antara Rio dan ayahnya. Rio sebagai penutur berusia 14 tahun dan ayahnya

sebagai petutur berusia 40 tahun. Rio dengan ayahnya sedang duduk baru siap

makan. Tujuan tuturan ini agar ayahnya segera pergi ke sawah untuk melihat

orang yang bekerja di sawah.

(102) Ibu : Parjolo ma umak ke sikola de.

duluan ibu ke sekolah ya

„Duluan ibu ke sekolah ya.‟

Feri : Tongkin nai ma dabo mak, udan dope na.

bentar lagilah bu, masih hujan lagi

„Sebentar lagi bu, hujan masih turun.‟ (peristiwa tutur

26)

Contoh (102) terjadi di dalam rumah pada pagi hari pukul 07.15 antara

Feri dan ibunya. Feri sebagai penutur berusia 14 tahun dan ibunya sebagai

petutur berusia 40 tahun. Feri sedang bersisir di depan kaca, sementara ibunya

Page 106: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

98

mau berangkat ke sekolah. Tujuan tuturan di atas agar ibunya jangan dulu

berangkat karena masih hujan.

(103) Andre : Ke tu saba dope umak?

pergi ke sawah ibu lagi

„Pergi ke sawah ibu lagi?‟

Ibu : Olo, mua jakna?

ya, ada apa

„Ya, memangnya kenapa?‟

Andre : Nda dong bah, utaruon ma umak de, lotih umak

namardalani tu sabaan.

tidak ada bu, saya antarkanlah ibu, capek ibu jalan

kaki terus ke sawah

„Tidak ada bu, saya antarkan ibu, ibu capek jalan

kaki terus ke sawah.‟ (peristiwa tutur 16)

Contoh (103) terjadi di dalam rumah pada pagi hari pukul 08.20 antara

Andre dan ibunya. Andre sebagai penutur berusia 15 tahun dan ibunya

sebagai petutur berusia 41 tahun. Andre sedang menonton televisi dan ibunya

mau berangkat ke sawah. Tujuan tuturan di atas adalah untuk mengantarkan

ibu ke sawah karena ibu kelihatan capek berjalan kaki.

(104) Ibu : Karojoon ma na didokon umak i, mua dope jakna!

kerjakanlah yang dikatakan ibu, kenapa lagi

„Kerjakanlah yang ibu katakan tadi, apa lagi!‟

Santi : Nda ra au, uni ma saruon umak mangarojoon na.

tidak mau saya, kakaklah ibu suruh untuk

mengerjakannya

„Saya tidak mau, kakak saja ibu suruh untuk

mengerjakannya.‟

Ibu : Na payah buse ho ken saruononi.

sulit sekali kamu untuk disuruh

„Sulit sekali kamu untuk disuruh.‟ (peristiwa tutur

5)

Contoh (104) terjadi di dalam rumah pada sore hari pukul 16.00 antara

Santi dan ibunya. Santi sebagai penutur berusia 15 tahun dan ibunya sebagai

petutur berusia 38 tahun. Santi baru siap membersihkan rumah sedangkan

Page 107: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

99

ibunya baru pulang dari pasar. Tujuan tuturan di atas agar ibu menyuruh

kakaknya untuk mengerjakannya karena dia baru siap membersihkan rumah.

(105) Een : Umak ma mambasu piringi de!

ibulah yang mencuci piring itu

„Ibu saja yang mencuci piring itu!‟

Ibu : Umak bat dope karejo, ho ma mambasuna.

ibu masih banyak kerja lagi, kamu saja yang

mencucinya

„Ibu masih banyak kerja, kamu saja yang

mencucinya.‟

Een : Nda ra au, umak jo ma, au mambaen PR bage

dope au mak.

tidak mau saya, ibu sajalah, saya membuat PR lagi

bu

„Saya tidak mau, ibu saja, saya membuat PR lagi

bu.‟ (peristiwa tutur 6)

Contoh (105) terjadi di dapur pada sore hari pukul 16.45 antara Een

dan ibunya. Een sebagai penutur berusia 15 tahun dan ibunya sebagai petutur

berusia 38 tahun. Een sedang duduk sambil melihat buku sedangkan ibunya

sedang memasak di dapur. Tujuan tuturan di atas menyuruh ibunya untuk

mencuci piring karena dia mau membuat PR.

(106) Nepra : Mak, jia balanjoku sikola!

bu, mana uang jajan sekolahku

„Bu, mana uang jajan untuk sekolah!‟

Ibu : Na kuat buse me dongan soramui.

keras sekali suara kamu itu

„Keras sekali suara kamu.‟

Nepra : Olo tongan, tarlambat kinai au ke sikolai, ipas ma!

ya pula, terlambat nanti saya pergi sekolah,

cepatlah

„Ya pula, terlambat saya nanti pergi sekolah,

cepatlah!‟ (peristiwa tutur 47)

Contoh (106) terjadi di dalam rumah pada pagi hari pukul 07.20 antara

Nepra dan ibunya. Nepra sebagai penutur berusia 15 tahun dan ibunya

sebagai petutur berusia 38 tahun. Nepra sedang siap-siap untuk pergi sekolah

Page 108: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

100

sementara ibu sedang memakaikan baju untuk adiknya. Tujuan tuturan di atas

untuk meminta uang jajan karena mau berangkat ke sekolah.

(107) Ayah : Pamate ma senio i!

matikanlah senio itu

„Matikan senio itu!‟

Pican : Tapi nda pedo ponuh yah, tongkin nai.

tapi belum penuh lagi yah, sebentar lagi

„Tapi belum penuh yah, sebentar lagi.‟

Ayah : Nda pedo ponuh dokon ko, dung malimpah ma

emberi.

belum penuh kamu katakan, sudah melimpah dari

ember itu

„Belum penuh kamu katakan, sudah melimpah air

dari ember itu.‟ (peristiwa tutur 22)

Contoh (107) terjadi di dalam rumah pada waktu malam hari pukul

19.30 antara Pican dan ayahnya. Pican sebagai penutur berusia 15 tahun dan

ayahnya sebagai petutur berusia 53 tahun. Pican sedang makan sambil

menonton sedangkan ayahnya sedang duduk baru selesai makan. Tujuan

tuturan di atas untuk mematikan mesin senior karena air dalam ember sudah

melimpah.

(108) Ibu : Buat jolo tas umak di biliki!

ambil dulu tas ibu di kamar

„Ambil tas ibu di kamar!‟

Tika : Olo mak, satongkin nai, marabit dope au.

ya bu, sebentar lagi, berpakaian saya lagi

„Ya bu, sebentar lagi, saya sedang berpakaian.‟

Ibu : Ipas ma, tarlambat buse kinai umak!

cepatlah, nanti terlambat pula ibu

„Cepatlah, nanti ibu terlambat!‟ (peristiwa tutur 7)

Contoh(108) terjadi di dalam rumah pada pagi hari pukul 07.00 antara

Tika dengan ibunya. Tika sebagai penutur berusia 15 tahun daan ibunya

sebagai petutur berusia 43 tahun. Tika di dalam kamarnya sedang berpakaian,

sementara ibunya sudah mau berangkat ke sekolah dan menyuruh Tika

Page 109: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

101

mengambil tas ibunya di kamar. Tujuan tuturan di atas ibu menyuruh Tika

mengambilkan tas.

(109) Azra : Mak, len jau epeng, nda dong epengku, len ma dabo

mak!

bu, kasih saya uang, tidak ada uangku, kasihlah bu

„Bu, kasih saya uang, uang saya tidak ada, kasihlah

bu!‟

Ibu : Epeng ajo giotmu, tapi dung umak lehen ma, sajia

ajo tongan umak len abis sudena dibaen ko.

uang saja maumu, tapi sudah ibu kasihlah, berapa

saja ibu kasih habis semuanya dibuat kamu

„Uang saja mau kamu, tapi sudahibu kasih, berapa

saja ibu kasih habis semuanya.‟ (peristiwa tutur 31)

Contoh (109) terjadi di dalam rumah pada sore hari pukul 16.30 antara

Azra dan ibunya. Azra sebagai penutur berusia 14 tahun dan ibunya sebagai

petutur berusia 35 tahun. Azra sedang duduk di kursi tamu sedangkan ibunya

sedang membersihkan rumah. Tujuan tuturan di atas untuk pergi bermain ke

rumah temannya.

(110) Pikri : Pala ke umak tu pasar, tabusion jau tas de mak!

kalau pergi ibu ke pasar, belikan saya tas ya bu

„Kalau ibu pergi ke pasar, belikan tas ya bu!‟

Ibu : Tas potangon deges dope na.

tas kemaren mahih bagus lagi

„Tas kemaren masih bagus.‟

Pikri : Nda mak, dung masibak ma.

tidak bu, sudah robek bu

„Tidak bu, sudah robek.‟ (peristiwa tutur 36)

Contoh (110) terjadi di dalam rumah pada siang hari pukul 14.00

antara Pikri dan ibunya. Pikri sebagai penutur berusia 14 tahun dan ibunya

sebagai petutur berusia 44 tahun. Pikri sedang makan di ruang tamu

sedangkan ibunya sedang bersiap-siap untuk pergi ke pasar. Tujuan tuturan di

atas minta untuk dibelikan tas karena tasnya sudah robek.

Page 110: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

102

b. Maksim kesepakatan

Penggunaan konteks tutur pada maksim kesepakatan dalam tindak

tutur direktif anak kepada orang tuanya dapat diuraikandari contoh berikut.

(111) Putra : Dung tabusi ayah ma lalu tas ki?

sudah jadi ayah beli tas untukku

„Sudah jadi ayah beli tas itu untukku?‟

Ayah : Nda pedo bah.

belum lagi

„Belum lagi.‟

Putra : Tabusion ma dabo yah, dung mangkasibak ma

dabo yah taskon.

belikanlah yah, sudah robek yah tas saya ini

„Belikanlah yah, sudah robek tas saya ini.‟

Ayah : Cogot domai.

besok lagi

„Besok lagi.‟ (peristiwa tutur 10)

Contoh (111) terjadi di dalam rumah pada malam hari pukul 20.00

antara Putra dan ayahnya. Putra sebagai penutur berusia 15 tahun dan

ayahnya sebagai petutur berusia 54 tahun. Putra sedang melihat buku

pelajaran sedangkan ayahnya sedang duduk baru siap makan. Tujuan tuturan

di atas menyuruh ayahnya untuk membelikan task arena tasnya sudah robek.

(112) Pikri : Mak, ajakkon jau PR jolo mak, nda mangerti au.

bu, ajarkan saya PR bu, tidak mengerti saya

„Bu, ajarkan saya PR bu, saya tidak mengerti.‟

Ibu : Tapi dung balajar mo di sikola.

tapi sudah belajar kamu di sekolah

„Tapi kamu sudah belajar di sekolah.‟

Pikri : Olo ma da mak, tapi ana payah na sada on bo

ya lah bu, tapi memang susah yang satu ini

„Ya bu, tapi susah yang satu ini.‟ (peristiwa tutur 3)

Contoh (112) terjadi di dalam rumah pada sore hari pukul 17.00 antara

pikri dan ibunya. Pikri sebagai penutur berusia 14 tahun dan ibunya sebagai

petutur berusia 44 tahun. Pikri sedang melihat buku pelajarannya sedangkan

Page 111: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

103

ibunya sedang bersih-bersih di dapur. Tujuan tuturan di atas untuk diajarkan

PR karena dia tidak mengerti dengan PR sekolahnya.

(113) Ija : Yah, tujia ayah cogot?

yah, kemana ayah besok

„Yah . besok ayah kemana?‟

Ayah : Ayah giot tu Simpang opat, mua jakna?

ayah mau ke Simpang empat, memangnya kenapa

„Ayah mau ke Simpang empat, ada apa?‟

Ija : Adong rapat di sikola dabo yah, wali murid harus

hadir, bisa ayah de roi?

ada rapat di sekolah yah, wali murid harus hadir,

bisa ayah datang

„Ada rapat di sekolah yah, wali murid harus hadir,

bisa ayah untuk datang?‟

Ayah : Nda bisa ayah ke do, umakmu ma cogot ke de.

tidak bisa ayah untuk pergi, ibumu saja besok yang

pergi

„Ayah tidak bisa untuk pergi, ibumu saja besok

yang akan pergi.‟

Ija : Jadi ma yah.

ya yah

„Ya yah.‟ (peristiwa tutur 30)

Contoh (113) terjadi di dalam rumah pada sore hari pukul 17.00 antara

Ija dengan ayahnya. Ija sebagai penutur berusia 15 tahun dan ayahnya sebagai

petutur berusia 50 tahun. Ija sedang duduk di lantai di depan televisi,

sementara ayahnya sedang duduk di kursi tamu. Tujuan tuturan di atas Ija

menyuruh ayahnya agar datang ke sekolah karena besok ada rapat wali murid.

(114) Pican : Pala muli umak mon pasar, tabusion jau duku de

mak.

kalau pulang ibu dari pasar, belikan saya duku ya

bu

„Kalau ibu sudah pulang dari pasar, belikan duku

ya bu.‟

Ibu : Duku ajo tongan giotmu.

duku saja maumu

„Duku saja mau kamu.‟

Page 112: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

104

Pican : Olo ma dabo mak.

ya lah bu

„Ya lah bu.‟ (peristiwa tutur 24)

Contoh(114) terjadi di dalam rumah pada sore hari pukul 16.00 antara

Pican dan ibunya. Pican sebagai penutur berusia 15 tahun dan ibunya sebagai

petutur berusia 49 tahun. Pican sedang duduk di ruang tamu dan ibunya mau

berangkat ke pasar. Tujuan tuturan di atas menyuruh ibunya untuk

membelikan duku.

(115) Ika : Giot ke tusaba doma ayah?

mau pergi ke sawah lagi ayah

„Mau ke sawah lagi yah?‟

Ayah : Olo, mua de?

ya, memangnya kenapa

„Ya, ada apa?‟

Ika : Dokon umak oban lading, giot mambuat soban

umak.

kata ibu bawa parang, mau mengambil kayu ibu

„Kata ibu, ayah membawa parang, ibu mau

mengambil kayu.‟ (peristiwa tutur 1)

Contoh (115) terjadi di dalam rumah pada siang hari pukul 14.00

antara Ika dengan ayahnya. Ika sebagai penutur berusia 15 tahun dan ayahnya

sebagai petutur berusia 40 tahun. Ika sedang tidur-tiduran di lantai sedangkan

ayahnya sedang duduk di kursi. Tujuan tuturan di atas menyuruh ayahnya

membawa parang ke sawah karena pesan dari ibunya.

(116) Rita : Giot tujia de umak i?

mau kemana ibu itu

„Mau kemana bu?‟

Ibu : Giot tu pasar, mua jakna?

mau ke pasar, memangnya kenapa

„Mau ke pasar, ada apa?‟

Page 113: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

105

Rita : Oh, baju on ma dabo pake umak bo, ulang na ian

be, ana sompik uida.

oh, baju ini saja pakai ibu, jangan yang itu lagi,

sempit kelihatan

„Oh, baju ini saja ibu pakai, jangan itu lagi, sempit

kelihatan.‟ (peristiwa tutur 19)

Contoh (116) terjadi di dalam kamar pada siang hari pukul 13.00

antara Rita dengan ibunya. Rita sebagai penutur berusia 14 tahun dan ibunya

sebagai petutur berusia 52 tahun. Rita sedang tidur-tiduran di kamar ibunya

sedangkan ibunya sedang memakai baju untuk berangkat ke pasar. Tujuan

tuturan di atas menyarankan ibunya untuk memakai baju yang lain karena

baju yang dipakai ibu kelihatan sempit.

(117) Een : Istirahat ma dabo ayah, loja ma ayah uida na karejoi.

istirahatlah ayah dulu, sudah capek ayah kelihatan

karena kerja itu

„Istirahat ayah dulu, kelihatan ayah sudah capek

karena kerja.‟

Ayah : Ayah harus karejo, nada tontu cogot adong buse

karejo nalain.

ayah harus kerja, mana tau besok ada pula kerja yang

lain

„Ayah harus kerja, mana tau besok ada kerja yang

lain.‟

Een : Oh, soni yah.

oh, begitu yah

„Oh, begitu yah.‟ (peristiwa tutur 20)

Contoh (117) terjadi di dalam rumah pada malam hari pukul 20.30

antara Een dengan ayahnya. Een sebagai penutur berusia 15 tahun dan

ayahnya sebagai petutur berusia 40 tahun. Een sedang membaca buku

pelajarannya sedangkan ayahnya sibuk dengan kerjaan kantor. Tujuan tuturan

di atas menyarankan kepada ayahnya agar beristirahat karena sudah kelihatan

capek.

Page 114: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

106

(118) Nepra : Ulang disi patibal botoli yah be!

jangan disitu letakakn botol itu yah

„Jangan disitu diletakkan botol itu yah!‟

Ayah : Dijia do di patibal?

dimana lagi diletakkan

„Dimana diletakkan?‟

Nepra : Tu balakang ma oban ayah, pala dison kinai

matapor di baen alak.

ke belakang saja bawa ayah, kalau di sini nanti

bisa pecah dibuat orang

„Ke belakang saja ayah bawa, kalau di sini bisa

pecah dibuat orang.‟(peristiwa tutur 45)

Contoh (118) terjadi di teras rumah pada sore hari pukul 16.30 antara

Nepra dengan ayahnya. Nepra sebagai penutur berusia 15 tahun dan ayahnya

sebagai petutur berusia 40 tahun. Nepra sedang duduk di teras rumah

sedangkan ayahnya sedang mengangkat botol. Tujuan tuturan di atas

menyarankan ayahnya agar botol diletakkan ke belakang supaya tidak pecah

dibuat orang.

(119) Tika : Jilbab nabontar on ma dabo dipake umak!

jilbab yang putih itu sajalah dipakai ibu

„Jilbab putih itu saja dipakai ibu!‟

Ibu : Nda onak dot baju na umak pake i.

tidak cocok dengan baju yang ibu pakai itu

„Tidak cocok dengan baju yang yang ibu pakai.‟

Tika : Nda mangua bagei, onak do dabo dipake mak.

tidak apa-apa, cocok itu dipakai ibu

„Tidak apa-apa, cocok dipakai ibu.‟ (peristiwa

tutur 15 )

Contoh (119) terjadi di kamar ibunya pada siang hari pukul 13.30

antara Tika dengan ibunya. Tika sebagai penutur berusia 15 tahun dan ibunya

sebagai petutur berusia 43 tahun. Ibu sedang di kamar memilih jilbab yang

akan dipakainya, sementara Tika sedang duduk di tempat tidur ibunya.

Tujuan tuturan di atas Tika menyarankan kepada ibunya untuk memakai

Page 115: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

107

jilbab yang lain karena dia melihat tidak cocok dengan baju yang dipakai

ibunya.

(120) Ija : Degesan baju nangkinani ditabusi umak pado on.

bagus lagi baju yang tadi dibeli ibu dari pada ini

„Bagus baju yang tadi dibeli ibu dari pada ini.‟

Ibu : Mangua jakna?

kenapa rupanya

„Memangnya kenapa.‟

Ija : Masompik tu uida dipake umak.

terlalu kecil kelihatan kalau dipakai ibu

„Terlalu kecil kelihatan dipaki ibu.‟

Ibu : Patut me, baen nabarui dope nai.

tidak mungkin, lantaran masih baru lagi itu

„Tidak mungkin, lantaran masih baru lagi.‟

Ija : Lo mak.

ya bu

„Ya bu.‟ (peristiwa tutur 9)

Contoh (120) terjadi di ruang tamu pada pagi hari pukul 09.00 antara

Ija dengan ibunya. Ija sebagai penutur berusia 15 tahun dan ibu sebagai

petutur berusia 49 tahun. Ibu sedang melipat kain yang baru dibeli, sedangkan

Ija sedang duduk di kursi sambil melihat baju yang dibeli ibunya. Tujuan

tuturan di atas Ija menyarankan ibunya agar membeli baju yang lain karena

Ija melihat baju yang dipakai ibu terlalu sempit.

(121) Feri :Mua dpe jakna yah! ke maita.

kenapa lagi yah, pergi kita lagi

„Kenapa lagi yah!Kita pergi lagi.‟

Ayah :Kinai ma, satongkin nai

nantilah, sebentar lagi

„Nantilah sebentar lagi.‟

Feri :Ipas ma yah!Au dung marjanji buse ke main bola dot

dongan nangkinan.

cepatlah yah saya sudah berjanji pula akan main bola

dengan anak orang tadi

„Cepatlah Yah! Saya sudah berjanji akan bermain bola

dengan teman.‟

Page 116: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

108

Ayah:Nagigih mada ho, sodang mangua ayah jakna nida ho.

cerewet betul kamu ini sedang mengapa ayah terlihat kamu

„Cerewet sekali kamu, kamu bisa melihat bahwa ayah

sedang sibuk.‟(peristiwa tutur 41)

Contoh (121)terjadi di dalam rumah pada sore hari hari pukul 16.30

antara Feri dengan ayahnya. Feri sebagai penutur berusia 14 tahun dan

ayahnya sebagai petutur berusia berusia 42 tahun. Feri sedang membersihkan

motor sedangkan ayahnya di rumah mengganti pakaian. Tujuan tuturan di

atas agar ayahnya cepat mengganti pakaian karena dia mau pergi main bola

dengan temannya.

(122) Ibu : Kema tabusi es ken obanon tu sabai!

pergilah beli es untuk dibawa ke sawah itu

„Pergi beli es untuk dibawa ke sawah.‟

Isas : Jau bage sada de mak!

untukku satu ya bu

„Untuk saya satu ya bu!‟

Ibu : Olo, kema tabusi.

ya, pergilah beli

„Ya, pergi beli.‟ (peristiwa tutur 38)

Contoh (122) terjadi di teras rumah pada siang hari pukul 13.00 antara

Isas dengan ibunya. Isas sebagai penutur berusia 15 tahun dan ibunya sebagai

petutur berusia 46 tahun. Isas sedang duduk di teras rumah sedangkan ibunya

mau berangkat ke sawah. Tujuan tuturan di atas untuk minta dibelikan es

karena ibunya menyuruh membelikan es untuk dibawa ke sawah.

(123) Ibu : Kema sosah abit nakotori dabo!

pergilah cuci kain yang kotor itu

„Pergi cuci kain yang kotor itu!‟

Rita : Olo mak, satongkin nai ma.

ya bu, sebentar lagilah

„Ya bu, sebentar lagi.‟

Ibu : Satongkin nai ajo dokon ko, tapi nda ke ho do!

Page 117: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

109

sebentar lagi saja kamu katakan, tapi kamu tidak

pergi

„Sebentar terus kamu katakana, tapi tidak kamu

lakukan!‟

Rita : Pala nda ra au, mua jakna mak?

kalau saya tidak mau, memangnya kenapa bu

„Kalau saya tidak mau, memangnya kenapa bu?‟

Ibu : Mambantah ajo karejomu, kema manyosahi!

membantah saja kerjamu, pergilah menyuci itu

„Membantah saja kerjamu, pergilah menyuci!‟

Rita : Lo mak.

ya bu

„Ya bu.‟ (peristiwa tutur 4)

Contoh (123) terjadi di dalam rumah pada sore hari pukul 16.30 antara

Rita dan ibunya. Rita berusia 14 tahun dan ibunya sbagai petutur berusia 52

tahun. Rita sedang tidur-tiduran di kamar, sedangkan ibunya baru pulang dari

pasar. Tujuan tuturan tersebut agar Rita mau pergi mencuci kain karena

ibunya baru saja pulang dari pasar. Rita membantah apa yang disuruh ibunya

walaupun jadi dikerjakannya.

(124) Ibu : Pamate ma TV i Putra!

matikanlah TV itu Putra

„Matikan TV itu Putra!‟

Putra : Lo mak, pala nda ra au mangua mak?

ya bu, kalau saya tidak mau bagaimana bu

„Ya bu, kalau saya tidak mau, bagaimana bu?‟

Ibu : Kema balajar, ho giot ujian!

pergilah belajar, kamu mau ujian

„Pergi belajar, kamu mau ujian!‟

Putra : Lo mak.

ya bu

„Ya bu.‟ (peristiwa tutur 44)

Contoh (124) terjadi di rumah pada malam hari pukul 20.00 antara

Putra dengan ibunya. Putra sebagai penutur berusia 15 tahun dan ibunya

sebagai petutur berusia 52. Putra sedang asyik menonton televisi, sementara

Page 118: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

110

ibunya sedang menyetrika pakaian. Tujuan tuturan di atas menyuruh agar

Putra mematikan televisi dan segera belajar karena besok dia akan ujian.

(125) Azra : Mak, au ke jalang dot dongan de!

bu, saya mau pergi main dengan teman

„Bu, saya mau pergi main bersama teman!‟

Ibu : Jalang tujia jakna?

main kemana rupanya

„Mau pergi main kemana?‟

Azra : Tu bagas dongan mak.

ke rumah teman bu

„Ke rumah teman bu.‟

Ibu : Sapai jolo ayahmu pala patola ia.

tanya dulu ayahmu kalau dibolehkannya

„Tanya dulu ayahmu kalau dibolehkan.‟

Azra : Anso usapai bage ayah, tapi tu umak do au

marsapa pala tola ke jalang.

kenapa ditanya pula ayah, tapi sama ibu saya

bertanya kalau boleh saya pergi main

„Kenapa ayah yang ditanya, tapi saya bertanya

sama ibu kalau boleh saya pergi main.‟ (peristiwa

tutur 13)

Contoh (125) terjadi di dalam rumah pada sore hari pukul pukul 17.00

antara Azra dengan ibunya. Azra sebagai penutur berusia 14 tahun dan ibunya

sebagai petutur berusia 35 tahun. Azra sedang siap-siap mau pergi main ke

rumah temannya sedangkan ibunya sedang duduk baru siap memasak. Tujuan

tuturan di atas pergi main ke rumah temannya.

(126) Isas : Pala umak ajo manyosah abiti mua jakna, au baru

muli sikola dope, loja dope au mak.

kalau ibu saja yang mencuci kain itu kenapa bu,

saya baru pulang lagi dari sekolah, masih capek

lagi bu

„Kalau ibu saja yang mencuci kain itu kenapa bu,

saya baru pulang dari sekolah, saya masih capek

bu.‟

Ibu : Umak bat dope karejo, giot tusaba bage dope.

ibu banyak lagi pekerjaan, mau ke sawah pula lagi

„Ibu banyak pekerjaan, mau ke sawah lagi.‟

(peristiwa tutur 43)

Page 119: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

111

Contoh (126) terjadi di dalam rumah pada siang hari pukul 14.00

antara Isas dengan ibunya. Isas sebagai penutur berusia 15 tahun dan ibunya

sebagai petutur berusia 46 tahun. Isas sedang tidur-tiduran karena capek

pulang dari sekolah sedangkan ibunya sedang melipat kain. Tujuan tuturan di

atas menyuruh ibunya untuk mencuci kain karena dia masih capek.

(127) Ayah : Ulang ke juo maridi tu batang aek de, musim

parudan nari.

jangan pergi juga mandi ke sungai ya, musim hujan

sekarang

„Jangan pergi juga mandi ke sungai, musim hujan

sekarang.

Ika : Mua jakna yah, tagi dabo maridi pala godang

batang aek.

kenapa rupanya yah, asyik itu mandi kalau besar

sungai

„Memangnya kenapa yah, asyik mandi kalau

sungai sudah besar.‟

Ayah : Tagi dokon ko, kinai baru mayub ko.

asyik kamu katakan, nanti baru hanyut kamu

„Asyik kamu katakan, nanti baru hanyut.‟

(peristiwa tutur 2)

Contoh (127) terjadi di dalam rumah pada sore hari pukul 17.00 antara

Ika dengan ayahnya. Ika sebagai penutur berusia 15 tahun dan ayahnya

sebagai petutur berusia 40 tahun. Ika dengan teman-temannya mau pergi ke

sungai sedangkan ayanya sedang duduk baru pulang dari sawah. Tujuan

tuturan di atas agar tidak pergi mandi ke sungai karena musim hujan.

(128) Ibu : Tolongi umak mambangkit eme jolo!

tolong ibu mengangkat padi dulu

„Tolong ibu mengangkat padi!

Ika : Olo mak, pataeng satongkin nai.

ya bu, tunggu sebentar lagi

„Ya bu, tunggu sebentar lagi.‟

Ibu : Ipas ma bo, udan giot ro ma bo!

cepatlah, hujan mau turun lagi

„Cepatlah, hujan mau turun!‟

Page 120: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

112

Ika : Lo mak.

ya bu

„Ya bu.‟ (peristiwa tutur 37)

Contoh (128) terjadi di halaman rumah pada sore hari pukul 15.00

antara Ika dan ibunya. Ika sebagai penutur berusia 15 tahun dan ibunya

sebagai petutur berusia 38 tahun. Ika sedang di dalam rumah asyik menonton

televisi, sementara ibunya sedang di halaman rumah mau mengangkat padi

karena hujan sudah mulai turun. Tujuan tuturan di atas membantu ibunya

untuk mengangkat padi.

(129) Rio : Mak, len jau epeng giot manabusi buku!

bu, kasih saya uang mau membeli buku

„Bu, kasih saya uang untuk membeli buku!‟

Ibu : Tapi dung ditabusi ma potangi.

tapi sudah dibeli kemaren

„Tapi sudah dibeli kemaren.‟

Rio : Urang dope mak, sada mata pelajaran harus dua

buku na!

kurang lagi bu, satu mata pelajaran harus dua

bukunya

„Kurang bu, satu mata pelajaran harus dua bukunya!

Ibu : Epeng balanjomu ma manabusi na jolo, kinai umak

ganti.

uang belanjamu dulu untuk membelinya, nanti ibu

ganti

„Uang belanjamu dulu membelinya,. nanti ibu ganti.‟

(peristiwa tutur 11)

Contoh (129) terjadi di dalam rumah pada pagi hari pukul 07.10 antara

Rio dan ibunya. Rio sebagai penutur berusia 14 tahun dan ibunya sebagai

petutur berusia 39 tahun. Rio mau berangkat ke sekolah sedangkan ibunya

sedang duduk di kursi melihat anaknya pergi sekolah . tujuan tuturan di atas

meminta uang kepada ibunya untuk membeli buku.

Page 121: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

113

(130) Rita : Yah, pala cogoton dung tomat au sikola, au giot

kuliah de yah.

yah, kalau besok ini saya sudah tamat sekolah, saya

mau kuliah yah

„Yah, kalau besok saya sudah tamat sekolah, saya

mau kuliah yah.‟

Ayah : Olo, usahoon ma nilaimu deges dungki ulang lupa

sumbayang ko anso di lehen Allah jita rosoki.

ya, usahakan saja nilaimu bagus sudah itu jangan

lupa sholat kamu, agar dikasih Allah rezeki sama

kita

„Ya, usahakan nilaimu bagus sudah itu jangan lupa

sholat agar dikasih Allah rezeki sama kita.‟

Rita : Olo yah.

ya yah

„Ya yah.‟ (peristiwa tutur 25)

Contoh (130) terjadi di dalam rumah pada malam hari pukul 19.30

antara Rita dengan ayahnya. Rita sebagai penutur berusia 14 tahun dan

ayahnya sebaga petutur berusia 54 tahun. Ayah sedang duduk di atas kursi ,

sementara Rita sedang belajar di dalam kamarnya. Tujuan tuturan di atas Rita

memohon kepada ayahnya agar mau menyekolahkannya ke jenjang yang

lebih tinggi kalau dia sudah tamat sekolah.

(131) Seri : Yah, tamba jolo epengkon!

yah, tambah dulu uangku ini

„Yah, tambah dulu uangku!‟

Ayah : Urang dope jakna?

kurang lagi rupanya

„Kurang memangnya?

Seri : Olo yah, harga bukui pitu ribu, epeng dilehen

umak lima ribu mia, urang dua ribu nai yah.

ya yah, harga buku itu Rp.7000, uang dikasih ibu

Cuma Rp.5000, jadi kurang Rp.2000 lagi yah.

„Ya yah, harga buku Rp.7000, uang dikasih ibu

Rp.5000, jadi kurang Rp.2000 lagi yah.‟ (peristiwa

tutur 40)

Contoh (131) terjadi di dalam rumah pada pagi hari pukul 07.00 antara

Seri dengan ayahnya. Seri sebagai penutur berusia 15 tahun dan ayahnya

Page 122: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

114

sebagai petutur berusia 40 tahun. Seri sudah siap-siap untuk berangkat

sekolah sedangkan ayahnya mau berangkat ke sawah. Tujuan tuturan di atas

meminta ditambah uang untuk membeli buku.

(132) Andre : Au nda dot tu saba nari yah do, cogot ma au dot

de yah!

saya tidak ikut ke sawah sekarang yah, besok

sajalah saya ikut yah

„Saya tidak ikut ke sawah sekarang yah, besok saja

saya ikut yah!‟

Ayah : Anso, tapi libur do nari sikola.

kenapa, tapi libur sekarang sekolah

„Kenapa, tapi libur sekolah sekarang.‟

Andre : Olo yah, au tu bagas dongan dope giot mambaen

PRku.

ya yah, saya pergi ke rumah teman lagi mau

membuat PR saya

„Ya yah, saya pergi ke rumah teman mau membuat

PR.‟ (peristiwa tutur 33)

Contoh (132) terjadi di dalam rumah pada pagi hari pukul 08.00 antara

Andre dan ayahnya. Andre sebagai penutur berusia 15 tahun dan ayahnya

sebagai petutur berusia 47 tahun. Andre mau berangkat ke rumah temannya

untuk membuat PR sedangkan ayahnya mau berangkat ke sawah. Tujuan

tuturan di atas dia tidak pergi ke sawah karena mau membuat PR.

(133) Isas : Mak, pala dung manggotol ta, tabusion jau baju de

mak!

bu, kalau sudah menuai kita, belikan saya baju ya bu

„Bu, kalau kita suda menuai, belikan saya baju ya

bu!‟

Ibu : Tengok jolo de, eme pe mura do nari.

lihat dulu ya, padi murah sekarang

„Lihat dulu, padi murah sekarang.‟

Isas : Oh, jadi ma mak.

oh, ya lah bu

„Oh, ya bu.‟ (peristiwa tutur 39)

Page 123: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

115

Contoh (133) terjadi di dalam rumah pada sore hari pukul 17.30 antara

Isas dengan ibunya. Isas sebagai penutur berusia 15 tahun dan ibunya sebagai

petutur berusia 46 tahun. Isas sedang duduk di ruang tamu, sementara ibunya

sedang memasak di dapur. Tujuan tuturan di atas Isas memohon kepada

ibunya untuk dibelikan baju kalau sudah menuai padi.

c. Maksim Kearifan

Penggunaan konteks tutur pada maksim kearifan dalam tindak tutur

direktif anak kepada orang tuanya dapat diuraikan dari contoh berikut.

(134) Fitrah : Ulang asal patibal soni baju ayah i dabo,

pasimpu ma dabo denggan yah.

jangan asal diletakkan baju ayah itu, rapikan

dengan bagus yah

„Jangan sembarangan baju ayah diletakkan, tolong

ayah rapikan dengan benar.‟

Ayah : Loja dope ulala, baru muli marusaho dope ayah.

masih capek lagi, ayah baru pulang berusaha

„Masih capek ayah sekarang, ayah baru pulang

berusaha.‟ (peristiwa tutur 23)

Contoh (134) terjadi di dalam rumah pada sore hari pukul 17.00 antara

Fitrah dengan ayahnya. Fitrah sebagai penutur berusia 13 tahun dan ayahnya

sebagai petutur berusia 49 tahun. Fitrah baru selesai membersihkan rumah

sedangkan ayahnya baru pulang berdagang. Tujuan tuturan di atas agar

ayahnya jangan sembarangan meletakkan pakaian karena rumah baru

dibersihkan.

(135) Ibu : Aha doma ken umak dokon t abangmu, anso ra ia

manolong umak tu saba.

apa lagi yang harus ibu katakan pada kakakmu, agar

kakakmu mau membantu ibu ke sawah

„Apa yang harus ibu katakan pada kakakmu, agar

mau membantu ibu ke sawah.‟

Page 124: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

116

Ismi : Ulang poning bage umak be, sabar ajo ma, kinai

boto ia de sonjia nadeges na dabo mak i.

jangan pusing lagi bu, sabar sajalah, nanti dia akan

tahu mana yang terbaik bu.

„Jangan pusing bu, sabar saja, nanti dia akan

mengetahui mana yang terbaik bu.‟ (peristiwa tutur

17)

Contoh (135) terjadi di dalam rumah pada malam hari pukul 20.00

antara Ismi dengan ibunya. Ismi sebagai penutur berusia 15 tahun dan ibunya

sebagai petutur berusia 43 tahun. Ismi duduk dilantai sambil melihat buku

sedangkan ibunya sedang duduk di kursi sambil beristirahat. Tujuan tuturan

di atas agar mau membantu ibunya ke sawah.

(136) Pikri : Ulang mabahat tu dabo yah mangidupi.

jangan terlalu banyak yah untuk merokok

„Yah, jangan terlalu banyak merokok.‟

Ayah : Nda bisa ayah pala nda mangidup

tidak bisa ayah kalau tidak merokok

„Ayah tidak bisa tanpa merokok.‟

Pikri : Nda soni yah, urangi ajo na mangidupi, nda deges

tu kesehatan nibai.

begini saja yah, kurangi saja merokok itu, karena

tidak baik dengan kesehatan

„Begini saja yah, kurangi merokok karena tidak baik

dengan kesehatan ayah.‟ (peristiwa tutur 21)

Contoh (136) terjadi di dalam rumah pada malam hari pukul 19.20

antara Pikri dengan ayahnya. Pikri sebagai penutur berusia 14 tahun dan

ayahnya sebagai petutur berusia 45 tahun. Pikri baru selesai makan sedangkan

ayahnya asyik merokok karena siap makan. Tujuan tuturan di atas agar

ayahnya mengurangi merokok karena tidak baik dengan kesehatan.

(137) Santi : Nda ke ayah marjagal?

Tidak pergi ayah jualan

„Tidak pergi ayah jualan?‟

Page 125: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

117

Ayah : Ke, tapi kinai dope, giot marubat dope.

pergi, tapi sebentar lagi, mau berobat lagi

„Pergi, sebentar lagi, mau berobat lagi.‟

Santi : Oh, marubat ma yah tongan jolo, kinai martamba

marun ayahi.

oh, berobatlah ayah dulu, nanti bertambah demam

ayah itu

„Oh, berobatlah ayah dulu, nanti bertambah demam

ayah.‟ (peristiwa tutur 46)

Contoh (137) terjadi di dalam rumah pada pagi hari pukul 07.00 antara

Santi dengan ayahnya. Santi sebagai penutur berusia 15 tahun dan ayahnya

sebagai petutur berusia 40 tahun. Santi mau berangkat sekolah sedangkan

ayahnya ma pergi jualan tapi dia ingin berobat terlebih dahulu karena demam.

Tujuan tuturan di atas menyuruh ayahnya agar berobat .

(138) Azra : Maek dope anduk ayahi di?

basah baru handuk ayah itu

„Basah handuk ayah itu?‟

Ayah : Olo, nada pedo koring, ayah giot ke maridi.

ya, belum lagi kering, ayah mau pergi mandi

„Ya, belum kering, ayah mau mandi.‟

Azra : Andukkon ajo ma ayah pake jolo bo.

handuk saya saja dulu pakai ayah

„Handuk saya dulu pakai ayah.‟ (peristiwa tutur 12)

Contoh (138) terjadi di dapur pada sore hari pukul 17.15 antara Azra

dengan ayahnya. Azra sebagai penutur berusia 14 tahun dan ayahnya sebagai

petutur berusia 36 tahun. Azra sedang duduk melihat ibunya memasak,

sementara ayahnya mau mandi dan dia melihat handuk ayahnya masih basah.

Tujuan tuturan di atas Azra menyarankan kepada ayahnya untuk memakai

handuknya karena handuk ayahnya belum kering.

(139) Isas : Sumbayang ma ayah, au ma manjago emeon jolo.

sholatlah ayah dulu, saya yang menjaga padi ini dulu

„Sholatlah ayah, saya yang menjaga padi ini.‟

Page 126: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

118

Ayah : Olo, sumbayang doma ayah jolo.

ya, sholat lagi ayah dulu

„Ya, sholat lagi ayah.‟ (peristiwa tutur 28)

Contoh (139) terjadi di teras rumah pada siang hari pukul 13.00 antara

Isas dengan ayahnnya. Isas sebagai penutur berusia 15 tahun dan ayahnya

sebagai petutur berusia 49 tahun. Isas sedang membersihkan rumah,

sedangkan ayahnya sedang duduk di teras rumah sambil menjaga padi.

Tujuan tuturan di atas Isas menyarankan kepada ayahnya untuk sholat dan dia

mau menjaga padi saat ayahnya sholat.

(140) Ismi : Ulang asal patibal soni tas ayahi!

jangan sembarangan diletakkan tas ayah itu

„Jangan sembarangan diletakkan tas ayah itu!‟

Ayah : Loja dope lala ayah baen baru mon saba.

capek lagi terasa ayah karena baru pulang dari

sawah

„Ayah masih merasa capek, karena baru pulang dari

sawah.‟ (peristiwa tutur 18)

Contoh (140) terjadi di dalam rumah pada sore hari pukul 17.00 antara

Ismi dengan ayahnya. Ismi sebagai penutur berusia 15 tahun dan ayahnya

sebagai petutur berusia 45 tahun. Ismi baru selesai membersihkan rumah

sedangkan ayahnya baru pulang dari sawah. Tujuan tuturan di atas

menyarankan kepada ayahnya agar tidak sembarangan meletakkan tas.

d. Maksim Pujian

Penggunaan konteks tutur pada maksim pujian dalam tindak tutur

direktif anak kepada orang tuanya dapat diuraikan dari contoh berikut.

(141) Ismi : Sodang mangua umak nari?

sedang mengapa ibu sekarang

„Mengapa ibu sekarang?

Page 127: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

119

Ibu : Umak sodang mamasak bubur.

ibu sedang memasak bubur

„Ibu memasak bubur.‟

Ismi : Bubur aha de na di pamasak umak i?

bubur apa itu yang dimasak ibu

„Bubur apa yang ibu masak?

Ibu : Bubur asang padi, cubo kinyom kok dung manis ma!

bubur kacang padi, coba cicipi kalau sudah manis

„Bubur kacang padi, coba cicipi kalau sudah manis!‟

Ismi : Olo mak, manis doma, na malo me umak mamasaki,

ajari ma au de mak, anso malo au buse mamasak.

ya mak, manis lagi terasa, pandai sekali ibu

memasak itu, ajarkan pula saya bu, biar pandai pula

saya memasak

„Ya mak, manis rasanya, pandai sekali ibu

memasak, ajarkan saya bu, biar pandai saya

memasak.‟

Ibu : Olo, umak ma tongan.

ya, ibulah pula

„Ya, ibulah pula.‟ (peristiwa tutur 35)

Contoh (141) terjadi di dapur pada pagi hari pukul 08.30 antara Ismi

dengan ibunya. Ismi sebagai penutur berusia 15 tahun dan ibunya sebagai

petutur berusia 43 tahun. Ismi sedang duduk di dapur sambil melihat ibunya

memasak bubur, sementara ibunya sedang memasak bubur. Tujuan tuturan di

atas memuji ibunya karena pandai memasak dan ingin diajarkan untuk

memasak.

Page 128: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

120

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk-bentuk tindak tutur

direktif yang digunakan oleh anak kepada orang tuanya di Nagari Ujung

Gading Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat dalam

berkomunikasi ada lima bentuk, yakni tindak tutur direktif menyuruh,

menyarankan, memerintah,menantang, dan memohon. Tindak tutur direktif

yangpaling dominan ditemukan adalah Tindak tutur direktif menyarankan dan

yang paling sedikit ditemukan adalah tindak tutur direktif memerintah.

Berdasarkan prinsip kesantunan yang digunakan oleh anak kepada

orang tuanya di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintng

Kabupaten Pasaman Barat dalam berkomunikasi ada empat maksim, yakni

maksim kedermawanan, kesepakatan, kearifan, dan pujian. Maksim yang

paling dominan digunakan adalah maksim kesepakatan dan maksim yang

paling sedikit digunakan adalah maksim pujian dan kearifan.

Konteks pemakaian maksim adalah sebagai berikut. Maksim

kedermawanan cenderung digunakan untuk tujuan menyuruh. Topik tindak

tutur umumnya pembicaraan sehari-hari, terjadi di rumah dalam suasana

tenang. Maksim kesepakatan cenderung digunakan untuk tujuan menyarankan

dan memohon. Topik tindak tutur umumnya pembicaraan sehari-hari, terjadi

di rumah, halaman rumah dalam suasana tenang. Maksim kearifan dan pujian

cenderung digunakan untuk tujuan menyarankan. Topik tindak tutur umumnya

pembicaraan sehari-hari, terjadi di rumah dalam suasana tenang.

120

Page 129: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

121

B. Implikasi Hasil Penelitian dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

Sehubungan dengan adanya penelitian ini, dilihat dari bentuk tindak

tutur direktif, prinsip kesantunan, dan konteks tuturan dapat diimplikasikan

pada pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah. Pembelajaran bahasa bukan

mengajarkan tentang bahasa, tetapi bagaimana bahasa yang sesungguhnya itu

digunakan untuk berkomunikasi yang baikdengan orang lain.Dikaitkan dengan

penelitian ini pada pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah terdapat pada

Standar Kompetensi (SK) mengemukakan pikiran, perasaan, dan informasi

melalui kegiatan diskusi dan protokoler, dengan Kompetensi Dasar(KD)

membawakan acara dengan bahasa yang baik dan benar serta santun.

C. Saran

Melalui penelitian ini, penulis memberikan saran kepada pihak-pihak

berikut. Pertama, anak di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah

Melintang Kabupaten Pasaman Barat dalam berkomunikasi kepada orang tua

hendaknya mengutamakan kesantunan berbahasa dalam bertindak tutur.

Kedua, orang tua supaya lebih mengarahkan atau membimbing anak dalam

bertindak tutur yang santun kepada siapa pun. Ketiga, Guru sebagai pendidik

hendaknya memberikan contoh bagaimana cara berbicara yang santun agar

komunikasi dengan siswa berjalan dengan efektif. Keempat, peneliti yang

tertarik untuk meneliti kesantunan berbahasa, disarankan melakukan

penelitian pada aspek-aspek yang lain dalam kesantunan berbahasa.

Page 130: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

122

KEPUSTAKAAN

Chaer Abdul dan Leonie Agustina.2004.Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta:

Rineka Cipta.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.

Gunarwan, Asim. 1994. “Pragmatik: Panduan Mata Burung”. Di dalam Soenjono

Dardjowi Djojo (editor). Mengiring Rekan Sejati: Festschrift Buat Pak

Ton. Jakarta: Universitas Katolik Atmajaya.

Maksan, Marjusman. 1994. Ilmu Bahasa . Padang: UNP Padang Press.

Keraf, Gorys. 1990. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Leech, Geoffey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia

Press.

Moleong, Lexy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nababan, P.W.J. 1987. Ilmu Pragmatik (Teori dan Penerapan). Jakarta:

Depdikbud. Dirjen Dikti.

Nasir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Mahsun. 2006. Metodologi Penelitian Bahasa. Jakarta : PT. Raja Grapindo

Persada.

Ningsih Wirda. (2002).”Kesantunan Berbahasa Pramuniaga dalam Melayani

Konsumen: Studi Kasus di Plaza Minang”.(Skripsi). Padang: Jurusan

Bahasa dan Sastra Indonesia FBSS UNP.

Rahardi R, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.

Jakarta: Erlangga.

Maiezra, (2008).”Kesantunan Berbahasa Minangkabau Pedagang Kaki Lima

dalam Melayani Pembeli di Pasar Tradisional Payakumbuh”. Padang:

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBSS UNP.

122

Page 131: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

123

Sofa (dikutip tanggal 19 Juni 2011). Perkembangan Bahasa Anak.

http://massofa.Wordpress.com.

Sumarsono dan Partana.2002.Sosiolinguistik. Yogyakarta: Andi Offset.

Susanti Yesi Meri. (2000).” Analisis Kesopanan Tindak Tutur dalam Acara

Dialog Opini Berita Ranah Minang”.(Skripsi). Padang: Jurusan Bahasa dan

Sastra Indonesia FBSS UNP.

Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Pragmatik. Yogyakarta:Kanisius.

Yule, George.1996. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Piaget, John. Sekolah Minggu.http://www.Pemuda kristen.com/artikel/

sekolahminggu.php. diunduh 16 Oktober 2011.

Lock, Jhon. 2008. “Pengertian Anak”. http:// duniapsikologi. dagdigdug.com/

2008/11/19/pengertian-anak-tinjauan-secara-kronologis-dan-psikologis/

Page 132: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

124

Lampiran 1

Transkrip Data Kesantunan Berbahasa Mandailing

dalam Tindak Tutur Direktif Anak kepada Orang Tuanya

di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang

Kabupaten Pasaman Barat

Peristiwa tutur (1)

Ika : Giot ke tusaba doma ayah?

mau pergi ke sawah lagi ayah

„Mau ke sawah lagi yah?‟

Ayah : Olo, mua de?

ya, memangnya kenapa

„Ya, ada apa?‟

Ika : Dokon umak oban lading, giot mambuat soban umak.

kata ibu bawa parang, mau mengambil kayu ibu

„Kata ibu, ayah membawa parang, ibu mau mengambil

kayu.‟

Peristiwa tutur (2)

Ayah : Ulang ke juo maridi tu batang aek de, musim parudan

nari.

jangan pergi juga mandi ke sungai ya, musim hujan

sekarang

„Jangan pergi juga mandi ke sungai, musim hujan

sekarang.

Ika : Mua jakna yah, tagi dabo maridi pala godang batang

aek.

kenapa rupanya yah, asyik itu mandi kalau besar sungai

„Memangnya kenapa yah, asyik mandi kalau sungai

sudah besar.‟

Ayah : Tagi dokon ko, kinai baru mayub ko.

asyik kamu katakan, nanti baru hanyut kamu

„Asyik kamu katakan, nanti baru hanyut.‟

Peristiwa tutur (3)

Pikri : Mak, ajakkon jau PR jolo mak, nda mangerti au.

bu, ajarkan saya PR bu, tidak mengerti saya

„Bu, ajarkan saya PR bu, saya tidak mengerti.‟

Ibu : Tapi dung balajar mo di sikola.

tapi sudah belajar kamu di sekolah

„Tapi kamu sudah belajar di sekolah.‟

Page 133: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

125

Pikri : Olo ma da mak, tapi ana payah na sada on bo

ya lah bu, tapi memang susah yang satu ini

„Ya bu, tapi susah yang satu ini.‟

Peristiwa tutur (4)

Ibu : Kema sosah abit nakotori dabo!

pergilah cuci kain yang kotor itu

„Pergi cuci kain yang kotor itu!‟

Rita : Olo mak, satongkin nai ma.

ya bu, sebentar lagilah

„Ya bu, sebentar lagi.‟

Ibu : Satongkin nai ajo dokon ko, tapi nda ke ho do.

sebentar lagi saja kamu katakan, tapi kamu tidak pergi

„Sebentar terus kamu katakana, tapi tidak kamu lakukan.‟

Rita : Pala nda ra au, mua jakna mak?

kalau saya tidak mau, memangnya kenapa bu

„Kalau saya tidak mau, memangnya kenapa bu?‟

Ibu : Mambantah ajo karejomu, kema manyosahi!

membantah saja kerjamu, pergilah menyuci itu

„Membantah saja kerjamu, pergilah menyuci!‟

Rita : Lo mak.

ya bu

„Ya bu.‟

Peristiwa tutur (5)

Ibu : Karojoon ma na didokon umak i, mua dope jakna!

kerjakanlah yang dikatakan ibu, kenapa lagi

„Kerjakanlah yang ibu katakan tadi, apa lagi!‟

Santi : Nda ra au, uni ma saruon umak mangarojoon na.

tidak mau saya, kakaklah ibu suruh untuk

mengerjakannya

„Saya tidak mau, kakak saja ibu suruh untuk

mengerjakannya.‟

Ibu : Na payah buse ho ken saruononi.

sulit sekali kamu untuk disuruh

„Sulit sekali kamu untuk disuruh.‟

Page 134: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

126

Peristiwa tutur (6)

Een : Umak ma mambasu piringi de!

ibulah yang mencuci piring itu

„Ibu saja yang mencuci piring itu!‟

Ibu : Umak bat dope karejo, ho ma mambasuna.

ibu masih banyak kerja lagi, kamu saja yang mencucinya

„Ibu masih banyak kerja, kamu saja yang mencucinya.‟

Een : Nda ra au, umak jo ma, au mambaen PR bage dope au

mak.

tidak mau saya, ibu sajalah, saya membuat PR lagi bu

„Saya tidak mau, ibu saja, saya membuat PR lagi bu.‟

Peristiwa tutur (7)

Ibu : Buat jolo tas umak di biliki!

ambil dulu tas ibu di kamar

„Ambil tas ibu di kamar!‟

Tika : Olo mak, satongkin nai, marabit dope au.

ya bu, sebentar lagi, berpakaian saya lagi

„Ya bu, sebentar lagi, saya sedang berpakaian.‟

Ibu : Ipas ma, tarlambat buse kinai umak!

cepatlah, nanti terlambat pula ibu

„Cepatlah, nanti ibu terlambat!‟

Peristiwa tutur (8)

Isas : Na bahat me asar di bagason mak i!

banyak sekali sampah di rumah ini bu

„Banyak sampah di rumah ini Bu!‟

Ibu : Paias ma tongan asari.

bersihkan lah sampah itu

„Bersihkan sampah itu.‟

Isas : Umak ma paias na, au loja dope lala.

ibu yang bersihkan, saya masih capek

„Ibu yang membersihkan, saya masih capek sekarang.‟

Peristiwa tutur (9)

Ija : Degesan baju nangkinani ditabusi umak pado on.

bagus lagi baju yang tadi dibeli ibu dari pada ini

„Bagus baju yang tadi dibeli ibu dari pada ini.‟

Page 135: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

127

Ibu : Mangua jakna?

kenapa rupanya

„Memangnya kenapa?‟

Ija : Masompik tu uida dipake umak.

terlalu kecil kelihatan kalau dipakai ibu

Terlalu kecil kelihatan dipakai ibu.‟

Ibu : Patut me, baen nabarui dope nai.

tidak mungkin, lantaran masih baru lagi itu

„Tidak mungkin, lantaran masih baru lagi.‟

Ija : Lo mak.

ya bu

„Ya bu.‟

Peristiwa tutur (10)

Putra : Dung tabusi ayah ma lalu tas ki?

sudah jadi ayah beli tas untukku

„Sudah jadi ayah beli tas itu untukku?‟

Ayah : Nda pedo bah.

belum lagi

„Belum lagi.‟

Putra : Tabusion ma dabo yah, dung mangkasibak ma dabo yah

taskon.

belikanlah yah, sudah robek yah tas saya ini

„Belikanlah yah, sudah robek tas saya ini.‟

Ayah : Cogot domain.

besok lagi

„Besok lagi.‟

Peristiwa tutur (11)

Rio : Mak, len jau epeng giot manabusi buku!

bu, kasih saya uang mau membeli buku

„Bu, kasih saya uang untuk membeli buku!‟

Ibu : Tapi dung ditabusi ma potangi.

tapi sudah dibeli kemaren

„Tapi sudah dibeli kemaren.‟

Rio : Urang dope mak, sada mata pelajaran harus dua buku

na!

kurang lagi bu, satu mata pelajaran harus dua bukunya

„Kurang bu, satu mata pelajaran harus dua bukunya!

Page 136: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

128

Ibu : Epeng balanjomu ma manabusi na jolo, kinai umak

ganti.

uang belanjamu dulu untuk membelinya, nanti ibu ganti

„Uang belanjamu dulu membelinya,.nanti ibu ganti.

Peristiwa tutur (12)

Azra : Maek dope anduk ayahi di?

basah baru handuk ayah itu

„Basah handuk ayah itu?‟

Ayah : Olo, nada pedo koring, ayah giot ke maridi.

ya, belum lagi kering, ayah mau pergi mandi

„Ya, belum kering, ayah mau mandi.‟

Azra : Andukkon ajo ma ayah pake jolo bo.

handuk saya saja dulu pakai ayah

„Handuk saya dulu pakai ayah.‟

Peristiwa tutur (13)

Azra : Mak, au ke jalang dot dongan de!

bu, saya mau pergi main dengan teman

„Bu, saya mau pergi main bersama teman!‟

Ibu : Jalang tujia jakna?

main kemana rupanya

„Mau pergi main kemana?‟

Azra : Tu bagas dongan mak.

ke rumah teman bu

„Ke rumah teman bu.‟

Ibu : Sapai jolo ayahmu pala patola ia.

tanya dulu ayahmu kalau dibolehkannya

„Tanya dulu ayahmu kalau dibolehkan.‟

Azra : Anso usapai bage ayah, tapi tu umak do au marsapa

pala tola ke jalang.

kenapa ditanya pula ayah, tapi sama ibu saya bertanya

kalau boleh saya pergi main

„Kenapa ayah yang ditanya, tapi saya bertanya sama ibu

kalau boleh saya pergi main.‟

Peristiwa tutur (14)

Tika : Abiskon ma dabo mak, u pamasak sada na i.

habiskanlah bu, saya masak satu lagi

„Habiskan bu, saya masak satu lagi.‟

Page 137: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

129

Ibu : Nda mangua jakna?

tidak apa-apa

„Tidak apa-apa?‟

Tika : Nda mangua mak i, au tapi dung mangan mau.

tidak apa-apa bu, saya tapi sudah makan

„Tidak apa-apa bu, saya sudah makan.‟

Peristiwa tutur (15)

Tika : Jilbab nabontar on ma dabo dipake umak!

jilbab yang putih itu sajalah dipakai ibu

„Jilbab putih itu saja dipakai ibu!‟

Ibu : Nda onak dot baju na umak pake i.

tidak cocok dengan baju yang ibu pakai itu

„Tidak cocok dengan baju yang yang ibu pakai.‟

Tika : Nda mangua bagei, onak do dabo dipake mak.

tidak apa-apa, cocok itu dipakai ibu

„Tidak apa-apa, cocok dipakai ibu.‟

Peristiwa tutur (16)

Andre : Ke tu saba dope umak?

pergi ke sawah ibu lagi

„Pergi ke sawah ibu lagi?‟

Ibu : Olo, mua jakna?

ya, ada apa

„Ya, memangnya kenapa?‟

Andre : Nda dong bah, utaruon ma umak de, lotih umak

namardalani tu sabaan.

tidak ada bu, saya antarkanlah ibu, capek ibu jalan kaki

terus ke sawah

„Tidak ada bu, saya antarkan ibu, ibu capek jalan kaki

terus ke sawah.‟

Peristiwa tutur (17)

Ibu : Aha doma ken umak dokon t abangmu, anso ra ia

manolong umak tu saba.

apa lagi yang harus ibu katakan pada kakakmu, agar

kakakmu mau membantu ibu ke sawah

„Apa yang harus ibu katakan pada kakakmu, agar mau

membantu ibu ke sawah.‟

Page 138: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

130

Ismi : Ulang poning bage umak be, sabar ajo ma, kinai boto ia

de sonjia nadeges na dabo mak i.

jangan pusing lagi bu, sabar sajalah, nanti dia akan tahu

mana yang terbaik bu.

„Jangan pusing bu, sabar saja, nanti dia akan mengetahui

mana yang terbaik bu.‟

Peristiwa tutur (18)

Ismi : Ulang asal patibal soni tas ayahi!

jangan sembarangan diletakkan tas ayah itu

„Jangan sembarangan diletakkan tas ayah itu!‟

Ayah : Loja dope lala ayah baen baru mon saba.

capek lagi terasa ayah karena baru pulang dari sawah

„Ayah masih merasa capek, karena baru pulang dari

sawah.‟

Peristiwa tutur (19)

Rita : Giot tujia de umak i?

mau kemana ibu itu

„Mau kemana bu?‟

Ibu : Giot tu pasar, mua jakna?

mau ke pasar, memangnya kenapa

„Mau ke pasar, ada apa?‟

Rita : Oh, baju on ma dabo pake umak bo, ulang na ian be, ana

sompik uida.

oh, baju ini saja pakai ibu, jangan yang itu lagi, sempit

kelihatan

„Oh, baju ini saja ibu pakai, jangan itu lagi, sempit

kelihatan.‟

Peristiwa tutur (20)

Een : Istirahat ma dabo ayah, loja ma ayah uida na karejoi.

istirahatlah ayah dulu, sudah capek ayah kelihatan karena

kerja itu

„Istirahat ayah dulu, kelihatan ayah sudah capek karena

kerja.‟

Ayah : Ayah harus karejo, nada tontu cogot adong buse karejo

nalain.

ayah harus kerja,mana tau besok ada pula kerja yang lain

„Ayah harus kerja, mana tau besok ada kerja yang lain.‟

Page 139: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

131

Een : Oh, soni yah.

oh, begitu yah

„Oh, begitu yah.‟

Peristiwa tutur (21)

Pikri : Ulang mabahat tu dabo yah mangidupi.

jangan terlalu banyak yah untuk merokok

„Yah, jangan terlalu banyak merokok.‟

Ayah : Nda bisa ayah pala nda mangidup

tidak bisa ayah kalau tidak merokok

„Ayah tidak bisa tanpa merokok.‟

Pikri : Nda soni yah, urangi ajo na mangidupi, nda deges tu

kesehatan nibai.

begini saja yah, kurangi saja merokok itu, karena tidak

baik dengan kesehatan

„Begini saja yah, kurangi merokok karena tidak baik

dengan kesehatan ayah.‟

Peristiwa tutur (22)

Ayah : Pamate ma senio i!

matikanlah senio itu

„Matikan senio itu!‟

Pican : Tapi nda pedo ponuh yah, tongkin nai.

tapi belum penuh lagi yah, sebentar lagi

„Tapi belum penuh yah, sebentar lagi.‟

Ayah : Nda pedo ponuh dokon ko, dung malimpah ma emberi.

belum penuh kamu katakan, sudah melimpah dari ember

itu

„Belum penuh kamu katakan, sudah melimpah air dari

ember itu.‟

Peristiwa tutur (23)

Fitrah : Ulang asal patibal soni baju ayah i dabo, pasimpu ma

dabo denggan yah.

jangan asal diletakkan baju ayah itu, rapikan dengan

bagus yah

„Jangan sembarangan baju ayah diletakkan, tolong ayah

rapikan dengan benar.‟

Page 140: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

132

Ayah : Loja dope ulala, baru muli marusaho dope ayah.

masih capek lagi, ayah baru pulang berusaha

„Masih capek ayah sekarang, ayah baru pulang

berusaha.‟

Peristiwa tutur (24)

Pican : Pala muli umak mon pasar, tabusion jau duku de mak.

kalau pulang ibu dari pasar, belikan saya duku ya bu

„Kalau ibu sudah pulang dari pasar, belikan duku ya bu.‟

Ibu : Duku ajo tongan giotmu.

duku saja maumu

„Duku saja mau kamu.‟

Pican : Olo ma dabo mak.

ya lah bu

„Ya lah bu.‟

Peristiwa tutur (25)

Rita : Yah, pala cogoton dung tomat au sikola, au giot kuliah

de yah.

yah, kalau besok ini saya sudah tamat sekolah, saya mau

kuliah yah

„Yah, kalau besok saya sudah tamat sekolah, saya mau

kuliah yah.‟

Ayah : Olo, usahoon ma nilaimu deges dungi ulang lupa

sumbayang ko anso di lehen Allah jita rosoki.

ya, usahakan saja nilaimu bagus sudah itu jangan lupa

sholat kamu, agar dikasih Allah rezeki sama kita

„Ya, usahakan nilaimu bagus sudah itu jangan lupa sholat

agar dikasih Allah rezeki sama kita.‟

Rita : Olo yah.

ya yah

„Ya yah.

Peristiwa tutur (26)

Ibu : Parjolo ma umak ke sikola de.

duluan ibu ke sekolah ya

„Duluan ibu ke sekolah ya.‟

Feri : Tongkin nai ma dabo mak, udan dope na.

bentar lagilah bu, masih hujan lagi

„Sebentar lagi bu, hujan masih turun.‟

Page 141: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

133

Peristiwa tutur (27)

Ibu : Tolongi umak mambangkit eme jolo!

tolong ibu mengangkat padi dulu

„Tolong ibu mengangkat padi!‟

Ika : Olo mak, pataeng satongkin nai.

ya bu, tunggu sebentar lagi

„Ya bu, tunggu sebentar lagi.‟

Ibu : Ipas ma bo, udan giot ro ma bo!

cepatlah, hujan mau turun lagi

„Cepatlah, hujan mau turun!‟

Ika : Lo mak.

ya bu

„Ya bu.‟

Peristiwa tutur (28)

Isas : Sumbayang ma ayah, au ma manjago emeon jolo.

sholatlah ayah dulu, saya yang menjaga padi ini dulu

„Sholatlah ayah, saya yang menjaga padi ini.‟

Ayah : Olo, sumbayang doma ayah jolo.

ya, sholat lagi ayah dulu

„Ya, sholat lagi ayah.‟

Peristiwa tutur (29)

Isas : Yah, dokon umak oban indahan tu saba.

yah, kata ibu bawa nasi ke sawah

„Yah, ibu mengatakan untuk membawa nasi ke sawah.

Ayah : Dung kema umakmu jakna?

sudah pergi ibumu

„Apakah ibumu sudah pergi?‟

Isas : Olah yah, manyogoti dope.

ya yah, pagi tadi

„Sudah yah, tadi pagi.‟

Peristiwa tutur (30)

Ija : Yah, tujia ayah cogot?

yah, kemana ayah besok

„Yah .besok ayah kemana?‟

Ayah : Ayah giot tu Simpang opat, mua jakna?

ayah mau ke Simpang Empat, memangnya kenapa

„Ayah mau ke Simpang Empat, ada apa?‟

Page 142: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

134

Ija : Adong rapat di sikola dabo yah, wali murid harus hadir,

bias ayah de roi?

ada rapat di sekolah yah, wali murid harus hadir, bisa

ayah datang

„Ada rapat di sekolah yah, wali murid harus hadir, bisa

ayahuntuk datang?‟

Ayah : Nda bisa ayah ke do, umakmu ma cogot ke de.

tidak bisa ayah untuk pergi, ibumu saja besok yang pergi

„Ayah tidak bisa untuk pergi, ibumu saja besok yang

akan pergi.‟

Ija : Jadi ma yah.

ya yah

„Ya yah.‟

Peristiwa tutur (31)

Azra : Mak, len jau epeng, nda dong epengku, len ma dabo

mak!

bu, kasih saya uang, tidak ada uangku, kasihlah bu

„Bu, kasih saya uang, uang saya tidak ada, kasihlah bu!‟

Ibu : Epeng ajo giotmu, tapi dung umak lehen ma, sajia ajo

tongan umak len abis sudena dibaen ko.

uang saja maumu, tapi sudah ibu kasihlah, berapa saja

ibu kasih habis semuanya dibuat kamu

„Uang saja mau kamu, tapi sudahibu kasih, berapa saja

ibu kasih habis semuanya.‟

Peristiwa tutur (32)

Rio : Adong do lalu alak karejo tu saba yah?

ada jadinya orang kerja ke sawah yah

„Ada orang kerja ke sawah yah?‟

Ayah : Adong, mua jakna?

ada, memangnya kenapa

„Ada, memangnya kenapa?‟

Rio : Nda ke ayah tu saba be, kinai lain-lain ajo soni karejo

nalai.

tidak pergi ayah ke sawah lagi, nanti lain-lain saja kerja

mereka

„Tidak pergi ayah ke sawah, nanti lain-lain kerja

mereka.‟

Page 143: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

135

Peristiwa tutur (33)

Andre : Au nda dot tu saba nari yah do, cogot ma au dot de yah!

saya tidak ikut ke sawah sekarang yah, besok sajalah

saya ikut yah

„Saya tidak ikut ke sawah sekarang yah, besok saja saya

ikut yah!‟

Ayah : Anso, tapi libur do nari sikola.

kenapa, tapi libur sekarang sekolah

„Kenapa, tapi libur sekolah sekarang.‟

Andre : Olo yah, au tu bagas dongan dope giot mambaen PRku.

ya yah, saya pergi ke rumah teman lagi mau membuat

PR saya

„Ya yah, saya pergi ke rumah teman mau membuat PR.‟

Peristiwa tutur (34)

Fitrah : Mak, ipas ma tu lopo, au giot ke jalang.

bu, cepatlah datang ke warung, saya mau main

„Bu, cepat datang ke warung, saya mau pergi main.‟

Ibu : Olo, tongkin nai ro ma umak.

ya, sebentar lagi datang ibu

„Ya, sebentar lagi ibu datang.‟

Fitrah : Ipas ma mak, ompak bat alak!

cepatlah bu, sedang banyak orang

„Cepat bu, orang sedang banyak!‟

Peristiwa tutur (35)

Ismi : Sodang mangua umak nari?

sedang mengapa ibu sekarang

„Mengapa ibu sekarang?‟

Ibu : Umak sodang mamasak bubur.

ibu sedang memasak bubur

„Ibu memasak bubur.‟

Ismi : Bubur aha de na di pamasak umak i?

bubur apa itu yang dimasak ibu

„Bubur apa yang ibu masak?‟

Ibu : Bubur asang padi, cubo kinyom kok dung manis ma.

bubur kacang padi, coba cicipi kalau sudah manis

„Bubur kacang padi, coba cicipi kalau sudah manis.‟

Page 144: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

136

Ismi : Olo mak, manis doma, na malo me umak mamasaki,

ajari ma au de mak, anso malo au buse mamasak.

ya mak, manis lagi terasa, pandai sekali ibu memasak itu,

ajarkan pula saya bu, biar pandai pula saya memasak

„Ya mak, manis rasanya, pandai sekali ibu memasak,

ajarkan saya bu, biar pandai saya memasak.‟

Ibu : Olo, umak ma tongan.

ya, ibulah pula

„Ya, ibulah pula.‟

Peristiwa tutur (36)

Pikri : Pala ke umak tu pasar, tabusion jau tas de mak!

kalau pergi ibu ke pasar, belikan saya tas ya bu

„Kalau ibu pergi ke pasar, belikan tas ya bu!‟

Ibu : Tas potangon deges dope na.

tas kemaren mahih bagus lagi

„Tas kemaren masih bagus.‟

Pikri : Nda mak, dung masibak ma.

tidak bu, sudah robek bu

„Tidak bu, sudah robek.‟

Peristiwa tutur (37)

Seri : Yah, panaet jolo kompori bo.

yah, nyalakan dulu kompor itu

„Yah, nyalakan kompor itu.‟

Ayah : Giot mangua ho jakna?

mau apa kamu rupanya

„Mau apa kamu?‟

Seri : Giot pamasak aek milas, tapi abis ma aek untuk diminum

yah.

mau memasak air panas, tapi sudah habis air untuk

diminum yah

„Mau memasak air, air minum sudah habis yah.‟

Peristiwa tutur (38)

Ibu : Kema tabusi es ken obanon tu sabai!

pergilah beli es untuk dibawa ke sawah itu

„Pergi beli es untuk dibawa ke sawah.‟

Page 145: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

137

Isas : Jau bage sada de mak!

untukku satu ya bu

„Untuk saya satu ya bu!‟

Ibu : Olo, kema tabusi.

ya, pergilah beli

„Ya, pergi beli.‟

Peristiwa tutur (39)

Isas : Mak, pala dung manggotol ta, tabusion jau baju de mak!

bu, kalau sudah menuai kita, belikan saya baju ya bu

„Bu, kalau kita suda menuai, belikan saya baju ya bu!‟

Ibu : Tengok jolo de, eme pe mura do nari.

lihat dulu ya, padi murah sekarang

„Lihat dulu, padi murah sekarang.‟

Isas : Oh, jadi ma mak.

oh, ya lah bu

„Oh, ya bu.‟

Peristiwa tutur (40)

Seri : Yah, tamba jolo epengkon!

yah, tambah dulu uangku ini

„Yah, tambah dulu uangku!‟

Ayah : Urang dope jakna?

kurang lagi rupanya

„Kurang memangnya?

Seri : Olo yah, harga bukui pitu ribu, epeng dilehen umak lima

ribu mia, urang dua ribu nai yah.

ya yah, harga buku itu Rp.7000, uang dikasih ibu Cuma

Rp.5000, jadi kurang Rp.2000 lagi yah.

„Ya yah, harga buku Rp.7000, uang dikasih ibu Rp.5000,

jadi kurang Rp.2000 lagi yah.‟

Peristiwa tutur (41)

Feri :Mua dpe jakna yah! ke maita.

kenapa lagi yah, pergi kita lagi

„Kenapa lagi yah!Kita pergi lagi.‟

Ayah :Kinai ma, satongkin nai

nantilah, sebentar lagi

„Nantilah sebentar lagi.‟

Page 146: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

138

Feri : Ipas ma yah!Au dung marjanji buse ke main bola dot

dongan nangkinan.

cepatlah yah saya sudah berjanji pula akan main bola

dengan anak orang tadi

„Cepatlah Yah! Saya sudah berjanji akan bermain bola

dengan teman.‟

Ayah : Nagigih mada ho, sodang mangua ayah jakna nida ho.

cerewet betul kamu ini sedang mengapa ayah terlihat kamu

„Cerewet sekali kamu, kamu bisa melihat bahwa ayah

sedang sibuk.‟

Peristiwa tutur (42)

Tika : Kema dabo ayah tu sikolai, kinai tarlambat buse ayah.

pergilah ayah ke sekolah itu, nanti terlambat pula ayah

„Pergilah Ayah ke sekolah, nanti terlambat ayah.‟

Ayah : Tapi mangoban adikmu dope.

tapi membawa adikmu lagi

„Tapi membawa adikmu lagi.‟

Tika : Ulang yah be, abang ma naon mangoban na.

tidak usah yah, kakak saja yang membawanya

„Jangan lagi yah, kakak saja yang membawanya.‟

Peristiwa tutur (43)

Isas : Pala umak ajo manyosah abiti mua jakna, au baru muli

sikola dope, loja dope au mak.

kalau ibu saja yang mencuci kain itu kenapa bu, saya

baru pulang lagi dari sekolah, masih capek lagi bu

„Kalau ibu saja yang mencuci kain itu kenapa bu, saya

baru pulang dari sekolah, saya masih capek bu.‟

Ibu : Umak bat dope karejo, giot tusaba bage dope.

ibu banyak lagi pekerjaan, mau ke sawah pula lagi

„Ibu banyak pekerjaan, mau ke sawah lagi.‟

Peristiwa tutur (44)

Ibu : Pamate ma TV i Putra!

matikanlah TV itu Putra

„Matikan TV itu Putra!‟

Putra : Lo mak, pala nda ra au mangua mak?

ya bu, kalau saya tidak mau bagaimana bu

„Ya bu, kalau saya tidak mau, bagaimana bu?‟

Page 147: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

139

Ibu : Kema balajar, ho giot ujian!

pergilah belajar, kamu mau ujian

„Pergi belajar, kamu mau ujian!‟

Putra : Lo mak.

ya bu

„Ya bu.‟

Peristiwa tutur (45)

Nepra : Ulang disi patibal botoli yah be!

jangan disitu letakakn botol itu yah

„Jangan disitu diletakkan botol itu yah!‟

Ayah : Dijia do di patibal?

dimana lagi diletakkan

„Dimana diletakkan?‟

Nepra : Tu balakang ma oban ayah, pala dison kinai matapor di

baen alak.

ke belakang saja bawa ayah, kalau di sini nanti bisa

pecah dibuat orang

„Ke belakang saja ayah bawa, kalau di sini bisa pecah

dibuat orang.‟

Peristiwa tutur (46)

Santi : Nda ke ayah marjagal?

tidak pergi ayah jualan

„Tidak pergi ayah jualan?‟

Ayah : Ke, tapi kinai dope, giot marubat dope.

pergi, tapi sebentar lagi, mau berobat lagi

„Pergi, sebentar lagi, mau berobat lagi.‟

Santi : Oh, marubat ma yah tongan jolo, kinai martamba marun

ayahi.

oh, berobatlah ayah dulu, nanti bertambah demam ayah

itu

„Oh, berobatlah ayah dulu, nanti bertambah demam

ayah.‟

Peristiwa tutur (47)

Nepra : Mak, jia balanjoku sikola!

bu, mana uang jajan sekolahku

„Bu, mana uang jajan untuk sekolah!‟

Page 148: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

140

Ibu : Na kuat buse me dongan soramui.

keras sekali suara kamu itu

„Keras sekali suara kamu.‟

Nepra : Olo tongan, tarlambat kinai au ke sikolai, ipas ma!

ya pula, terlambat nanti saya pergi sekolah, cepatlah

„Ya pula, terlambat saya nanti pergi sekolah, cepatlah!‟

Page 149: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

141

Lampiran 2

Tabel. Klasifikasi Bentuk Tindak Tutur Direktif Anak

kepada Orang Tuanya di Nagari Ujung Gading

Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten Pasaman Barat

No Tuturan Bentuk Tindak Tutur Direktif

MY MYN MR MT MH

1. Umak ma paias na, au loja dope lala!

2. Abiskon ma dabo mak, u pamasak sada

nai.

3. Dung tabusi ayah ma lalu tas ki!

4. Yah, dokom umak oban indahan tu saba!

5. Mak, ipas ma tu lopo, au giot ke jalang!

6. Kema ayah dabo tu sikolai, kinai

tarlambat buse ayah.

7. Yah, panaet jolo kompori bo!

8. Mak, ajarkon jau PR jolo mak, nda

mangerti au!

9 Ulang asal patibal soni baju ayahi dabo,

pasimpu ma dabo denggan yah.

10. Adong rapat di sikola dabo yah, wali

murid harus hadir, bisa ayah de roi?

11. Pala muli umak mon pasar, tabusion jau

duku de mak!

12. Ulang poning bage umak be, sabar ajo

ma kinai boto ia de sonjia nadeges na

dabo mak i.

13. Nda soni yah, urangi ajo na mangidupi,

nda deges tu kesehatan nibai.

14. Dokon umak oban lading, giot mambuat

soban umak.

15. Oh, baju on ma dabo pake umak bo.

16. Nda ke ayah tu sabai be, kinai lain-lain

ajo soni karejo nalai.

17. Istirahat ma dabo ayah, loja ma ayah

uida na karejoi.

18. Oh, marubat ma tongan ayah jolo, kinai

martamba buse marun ayahi.

19. Tongkin nai ma dabo mak, udan dope na.

Page 150: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

142

20. Tu balakang oban ayah, pala dison kinai

matapor di baen alak.

21. Jilbab nabontar on ma dabo dipake umak

22. Andukkon ajo ma jolo dipake ayah bo.

23. Degesan baju nangkinan ditabusi umak

pado on.

24. Sumboyang ma ayah, au ma manjago

emeon jolo.

25. Olo mak, manis doma, na malo me umak

mamasaki, ajari ma au de mak, anso

malo au buse mamasak

26. Nda dong bah, utaruon ma umak de,

lotih umak namardalani tu sabaan.

27 Nda ra au, uni ma saruon umak

mangarojoon na

28. Umak ma mambasu piringi de.

29. Ulang asal patibal soni tas ayahi.

30. Ipas ma yah

31. Jau bage sada de mak.

32. Pala nda ra au mua jakna mak!

33. Lo mak, pala nda rau mangua mak!

34. Olo tongan tarlambat au kinai ke sikola,

ipas ma!

35. Anso u sapai bage ayah, tapi tu umak do

u sapai pala tola ke jalang

36. Pala umak ajo manyosah abiti mua

jakna, au baru muli sikola dope, loja

dope au mak.

37. Mua jakna yah, tagi dabo maridi pala

godang batang aek.

38. Tapi nda pedo ponuh yah, tongkin nai.

39. Olo mak, pataeng satongkin nai

40. Mak, len jau epeng giot manabusi buku!

41. Yah, pala cogoton dung tomat au sikola,

au giot kuliah de yah.

42. Yah, tamba jolo epengkon.

43. Olo mak, satongkin nai, marabit dope au.

44. Au nda dot tu saba nari yah do, cogot ma

au dot de yah.

Page 151: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

143

45. Mak, pala dung manggotol ta, tabusion

jau baju de mak.

46. Mak, len jau epeng, nda dong epengku,

len ma dabo mak.

47. Pala ke umak tu pasar, tabusion tas jau

de mak.

Keterangan :

MY = Menyuruh

MYN = Menyarankan

MR = Memerintah

MT = Menantang

MH = Memohon

Page 152: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

144

Lampiran 3

Tabel. Klasifikasi Prinsip Kesantunan yang Digunakan

dalam Tindak Tutur Direktif Anak kepada Orang Tuanya

di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang

Kabupaten Pasaman Barat

No Tuturan Prinsip Kesantunan

Der Sep Ari Puj

1. Umak ma paias na, au loja dope lala

2. Abiskon ma dabo mak, upamasak sada nai.

3. Olah yah manyogoti dope.

4. Mak, ipas ma tu lopo, au giot ke jalang.

5. Ulang yah be, abang ma naon mangoban na.

6. Giot pamasak aek milas, abis ma aek untuk

diminum yah.

7. Nda ke ayah tu saba be, kinai lain-lain ajo soni

karejo nalai.

8. Tokin nai ma dabo mak, udan dope na.

9. Nda dong bah, lotih umak namardalani tu

sabaan

10. Nda ra au, uni ma saruon umak mangarojoon

na.

11. Nda ra au, umak jo ma, au mambaen PR bage

dope au mak.

12. Olo tongan, tarlambat kinai au ke sikolai, ipas

ma!

13. Tapi nda pedo ponuh yah, tongkin nai.

14. Olo mak, satongkin nai ma, marabit dope au

15. Mak, len jau epeng, nda dong epengku, len ma

dabo mak!

16. Pala ke umak tu pasar, tabusion jau tas de mak!

Page 153: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

145

17. Cogot domain

18. Olo ma da mak, tapi ana payah na sada on bo.

19. Jadi ma yah.

20. Olo ma dabo mak

21. Dokon umak oban lading, giot mambuat soban

umak.

22. Oh, baju on ma dabo pake umak bo, ulang na

ian be, ana sompik uida.

23. Oh, soni yah.

24. Tu balakang ma oban ayah, pala dison kinai

matapor di baen alak.

25. Nda mangua bagei, onak do dabo dipake mak.

26. Lo mak.

27. Ipas ma yah! Au dung marjanji buse ke main

bola dotdongan nangkinan.

28. Olo, kema tabusi.

29. Lo mak.

30. Lo mak.

31. Anso usapai bage ayah, tapi tu umak do au

marsapa pala tola ke jalang.

32. Pala umak ajo manyosah abiti mua jakna, au

baru muli sikola dope, loja dope au mak.

33. Mua jakna yah, tagi dabo maridi pala godang

batang aek.

34. Lo mak.

35. Epeng balanjomu ma manabusi na jolo, kinai

umak ganti.

36. Olo yah.

37. Olo yah, harga bukui pitu ribu, epeng dilehen

umak lima ribu mia, urang dua ribu nai yah.

Page 154: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

146

38. Au nda dot tu saba nari yah do, cogot ma au dot

de yah!

39. Oh, jadi ma mak.

40. Ulang asal patibal soni baju ayah i dabo,

pasimpu ma dabo denggan yah.

41. Ulang poning bage umak be, sabar ajo ma, kinai

boto ia de sonjia nadeges na dabo mak i.

42. Nda soni yah, urangi ajo na mangidupi, nda

deges tu kesehatan nibai.

43. Oh, marubat ma yah tongan jolo, kinai

martamba marun ayah i.

44. Andukkon ajo ma pake ayah jolo bo.

45. Sumboyang ma ayah, au ma manjago emeon

jolo.

46. Ulang asal patibal soni tas ayahi.

47. Olo mak, manis doma, na malo me umak

mamasaki, ajari ma au de mak, anso malo buse

au mamasak.

Keterangan :

Der = Maksim Kedermawanan

Sep = Maksim Kesepakatan

Ari = Maksim Kearifan

Puj = Maksim Pujian

Page 155: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

147

Lampiran 4

Tabel. Klasifikasi Konteks Tindak Tutur Anak kepada Orang Tuanya

di Nagari Ujung Gading Kecamatan Lembah Melintang

Kabupaten Pasaman Barat

No Tuturan Konteks Tindak Tutur

1. Isas :Na bahat me asar di bagason mak i!

„Banyak sampah di rumah ini Bu!‟

Ibu :Paias ma tongan asari.

„Bersihkan sampah itu.‟

Isas :Umak ma paias na, au loja dope lala.

„Ibu yang membersihkan, saya masih capek

sekarang.‟

Tujuan menyuruh

membersihkan sampah

Topik rumah kurang

bersih

Tempat di dalam rumah

Waktu siang hari

Situasi kesal

2. Tika:Abiskon ma dabo mak, u pamasak sada na

i.

„Habiskan bu, saya masak satu lagi.‟

Ibu :Nda mangua jakna?

„Tidak apa-apa?‟

Tika :Nda mangua mak i, au tapi dung mangan

mau.

„Tidak apa-apa bu, saya sudah makan.‟

Tujuan menyuruh

menghabiskan makanan

Topik memasak supermi

Tempat di dapur

Waktu sore hari

Situasi tenang

3. Putra : Dung tabusi ayah ma lalu tas ki?

„Sudah jadi ayah beli tas itu untukku?‟

Ayah :Nda pedo bah.

„Belum lagi.‟

Putra : Tabusion ma dabo yah, dung

mangkasibak ma dabo yah taskon.

„Belikanlah yah, sudah robek tas saya

ini.‟

Ayah :Cogot domai.

„Besok lagi.‟

Tujuan menyuruh

membelikan tas

Topik membeli tas

Tempat di dalam rumah

Waktu malam hari

Situasi kesal

4. Isas :Yah, dokon umak oban indahan tu saba.

„Yah, ibu mengatakan untuk

membawanasi ke sawah.

Ayah :Dung kema umakmu jakna?

„Apakah ibumu sudah pergi?‟

Isas :Olah yah, manyogoti dope.

„Sudah yah, tadi pagi.‟

Tujuan menyuruh

membawa nasi

Topik pergi ke sawah

Tempat di dalam rumah

Waktu siang hari

Situasi tenang

5. Fitrah:Mak, ipas ma tu lopo, au giot ke jalang.

„Bu, cepat datang ke warung, saya mau

pergi main.‟

Ibu :Olo, tongkin nai ro ma umak.

„Ya, sebentar lagi ibu datang.‟

Fitrah:Ipas ma mak, ompak bat alak!

„Cepat bu, orang sedang banyak!‟

Tujuan menyuruh datang

ke warung

Topik pergi main

Tempat di dalam rumah

Waktu sore hari

Situasi kesal

Page 156: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

148

6. Tika :Kema dabo ayah tu sikolai, kinai

tarlambat buse ayah.

„Pergilah Ayah ke sekolah, nanti

terlambat ayah.‟

Ayah :Tapi mangoban adikmu dope.

„Tapi membawa adikmu lagi.‟

Tika :Ulang yah be, abang ma naon mangoban

na.

„Jangan lagi yah, kakak saja yang

membawanya.‟

Tujuan menyuruh

ayahnya untuk berangkat

Topik pergi sekolah

Tempat di ruang tamu

Waktu pagi hari

Situasi tenang

7. Seri:Yah, panaet jolo kompori bo.

„Yah, nyalakan kompor itu.‟

Ayah :Giot mangua ho jakna?

„Mau apa kamu?‟

Seri :Giot pamasak aek milas, tapi abis ma aek

untuk diminum yah.

„Mau memasak air, air minum sudah

habis yah.‟

Tujuan untuk

menyalakan kompor

Topik memasak air

Tempat di dapur

Waktu sore hari

Situasi tenang

8. Pikri :Mak, ajakkon jau PR jolo mak, nda

mangerti au.

„Bu, ajarkan saya PR bu, saya tidak

mengerti.‟

Ibu :Tapi dung balajar mo di sikola.

„Tapi kamu sudah belajar di sekolah.‟

Pikri :Olo ma da mak, tapi ana payah na sada

on bo

„Ya bu, tapi susah yang satu ini.‟.

Tujuan untuk diajarkan

PR

Topik PR sekolah

Tempat di dalam rumah

Waktu sore hari

Situasi tenang

9. Fitrah:Ulang asal patibal soni baju ayah i

dabo, pasimpu ma dabo denggan yah.„

Jangan sembarangan baju ayah

diletakkan, tolong ayah rapikan dengan

benar.‟

Ayah :Loja dope ulala, baru muli marusaho

dope ayah.

„Masih capek ayah sekarang, ayah baru

pulang berusaha.‟

Tujuan untuk merapikan

pakaian

Topik pakaian

Tempat di dalam rumah

Waktu sore hari

Situasi tenang

10. Ija :Yah, tujia ayah cogot?

„Yah .besok ayah kemana?‟

Ayah: Ayah giot tu Simpang opat, mua jakna?

„Ayah mau ke Simpang Empat, ada

apa?‟

Ija :Adong rapat di sikola dabo yah, wali murid

harus hadir, bisa ayah de roi?

„Ada rapat di sekolah yah, wali murid

harus hadir, bisa ayahuntuk datang?‟

Tujuan untuk datang ke

sekolah

Topik rapat wali murid

Tempat di dalam rumah

Waktu sore hari

Situasi tenang

Page 157: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

149

Ayah :Nda bisa ayah ke do, umakmu ma cogot

ke de.

„Ayah tidak bisa untuk pergi, ibumu saja

besok yang akan pergi.‟

Ija :Jadi ma yah.

„Ya yah.‟

11 Pican:Pala muli umak mon pasar, tabusion jau

duku de mak.

„Kalau ibu sudah pulang dari pasar,

belikan duku ya bu.‟

Ibu :Duku ajo tongan giotmu.

„Duku saja mau kamu.‟

Pican : Olo ma dabo ma.

„Ya lah bu.‟

Tujuan untuk

membelikan duku

Topik minta dibelikan

duku

Tempat di dalam rumah

Waktu sore hari

Situasi tenang

12. Ibu :Aha doma ken umak dokon t abangmu,

anso ra ia manolong umak tu saba.

„Apa yang harus ibu katakan pada

kakakmu, agar mau membantu ibu ke

sawah.‟

Ismi : Ulang poning bage umak be, sabar ajo

ma, kinai boto ia de sonjia nadeges na

dabo mak i.

„Jangan pusing bu, sabar saja, nanti dia

akan mengetahui mana yang terbaik bu.‟

Tujuan agar mau

membantu ibu

Topik membantu ibu

Tempat di dalam rumah

Waktu malam hari

Situasi tenang

13. Pikri :Ulang mabahat tu dabo yah mangidupi.

„Yah, jangan terlalu banyak merokok.‟

Ayah :Nda bisa ayah pala nda mangidup

„Ayah tidak bisa tanpa merokok.‟

Pikri :Nda soni yah, urangi ajo na mangidupi,

nda deges tu kesehatan nibai.

„Begini saja yah, kurangi merokok

karena tidak baik dengan kesehatan

ayah.‟

Tujuan agar ayah

mengurangi merokok

Topik banyak merokok

Tempat di dalam rumah

Waktu malam hari

Situasi tenang

14 Ika :Giot ke tusaba doma ayah?

„Mau ke sawah lagi yah?‟

Ayah :Olo, mua de?

„Ya, ada apa?‟

Ika :Dokon umak oban lading, giot mambuat

soban umak.

„Kata ibu, ayah membawa parang, ibu

mau mengambil kayu.‟

Tujuan agar ayah

membawa parang

Topik pergi ke sawah

Tempat di dalam rumah

Waktu siang hari

Situasi tenang

15. Rita :Giot tujia de umak i?

„Mau kemana bu?‟

Ibu :Giot tu pasar, mua jakna?

„Mau ke pasar, ada apa?‟

Tujuan agar ibu memakai

baju pilihannya

Topik pakaian

Tempat di dalam kamar

Waktu siang hari

Page 158: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

150

Rita :Oh, baju on ma dabo pake umak bo, ulang

na ian be, ana sompik uida.

„Oh, baju ini saja ibu pakai, jangan itu

lagi, sempit kelihatan.‟

Situasi tenang

16. Rio :Adong do lalu alak karejo tu saba yah?

„Ada orang kerja ke sawah yah?‟

Ayah :Adong, mua jakna?

„Ada, memangnya kenapa?‟

Rio :Nda ke ayah tu saba be, kinai lain-lain ajo

soni karejo nalai.

„Tidak pergi ayah ke sawah, nanti lain-

lain kerja mereka.‟

Tujuan untuk melihat

orang yang bekerja

Topik pergi ke sawah

Tempat di dalam rumah

Waktu siang hari

Situasi tenang

17. Een :Istirahat ma dabo ayah, loja ma ayah uida

na karejoi.

„Istirahat ayah dulu, kelihatan ayah

sudah capek karena kerja.‟

Ayah : Ayah harus karejo, nada tontu cogot

adong buse karejo nalain.

„Ayah harus kerja, mana tau besok ada

kerja yang lain.‟

Een :Oh, soni yah.

„Oh, begitu yah.‟

Tujuan agar ayah

beristirahat

Topik capek bekerja

Tempat di dalam rumah

Waktu malam hari

Situasi tenang

18. Santi :Nda ke ayah marjagal?

„Tidak pergi ayah jualan?‟

Ayah :Ke, tapi kinai dope, giot marubat dope.

„Pergi, sebentar lagi, mau berobat lagi.‟

Santi :Oh, marubat ma yah tongan jolo, kinai

martamba marun ayahi.

„Oh, berobatlah ayah dulu, nanti

bertambah demam ayah.‟

Tujuan agar berobat

Topik sakit

Tempat di dalam rumah

Waktu pagi hari

Situasi tenang

19. Ibu :Parjolo ma umak ke sikola de.

„Duluan ibu ke sekolah ya.‟

Feri:Tongkin nai ma dabo mak, udan dope na.

„Sebentar lagi bu, hujan masih turun.‟

Tujuan jangan berangkat

karena masih hujan

Topik pergi sekolah

Tempat di dalam rumah

Waktu pagi hari

Situasi terburu-buru

20. Nepra:Ulang disi patibal botoli yah be!

„Jangan disitu diletakkan botol itu yah!‟

Ayah :Dijia do di patibal?

„Dimana diletakkan?‟

Nepra:Tu balakang ma oban ayah, pala dison

kinai matapor di baen alak.

„Ke belakang saja ayah bawa, kalau di

sini bisa pecah dibuat orang.‟

Tujuan agar botol tidak

pecah

Topik meletakkan botol

Tempat di teras rumah

Waktu sore hari

Situasi tenang

Page 159: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

151

21. Tika :Jilbab nabontar on ma dabo dipake umak!

„Jilbab putih itu saja dipakai ibu!‟

Ibu :Nda onak dot baju na umak pake i.

„Tidak cocok dengan baju yang yang ibu

pakai.‟

Tika :Nda mangua bagei, onak do dabo dipake

mak.

„Tidak apa-apa, cocok dipakai ibu.‟

Tujuan menyarankan

untuk memakai jilbab

pilihannya

Topik jilbab

Tempat di dalam kamar

Waktu siang hari

Situasi tenang

22. Azra :Maek dope anduk ayahi di?

„Basah handuk ayah itu?‟

Ayah :Olo, nada pedo koring, ayah giot ke

maridi.

„Ya, belum kering, ayah mau mandi.‟

Azra :Andukkon ajo ma ayah pake jolo bo.

„Handuk saya dulu pakai ayah.‟

Tujuan menyarankan

untuk memakai

handuknya

Topik handuk masih

basah

Tempat di dapur

Waktu sore hari

Situasi tenang

23. Ija :Degesan baju nangkinani ditabusi umak

pado on.

„Bagus baju yang tadi dibeli ibu dari

pada ini.‟

Ibu :Mangua jakna?

„Memangnya kenapa?‟

Ija :Masompik tu uida dipake umak.

„Terlalu kecil kelihatan dipakai ibu.‟

Ibu:Patut me, baen nabarui dope nai.

„Tidak mungkin, lantaran masih baru

lagi.‟

Ija :Lo mak.

„Ya bu.‟

Tujuan menyarankan

ibunya untuk membeli

baju yang lain

Topik baju yang dibeli

Tempat di ruang tamu

Waktu pagi hari

Situasi tenang

24. Isas :Sumbayang ma ayah, au ma manjago

emeon jolo.

„Sholatlah ayah, saya yang menjaga padi

ini.‟

Ayah :Olo, sumbayang doma ayah jolo.

„Ya, sholat lagi ayah.‟

Tujuan menyarankan

agar ayahnya sholat

Topik sholat

Tempat di teras rumah

Waktu siang hari

Situasi tenang

25. Ismi :Sodang mangua umak nari?

„Mengapa ibu sekarang?‟

Ibu :Umak sodang mamasak bubur.

„Ibu memasak bubur.‟

Ismi :Bubur aha de na di pamasak umak i?

„Bubur apa yang ibu masak?‟

Ibu :Bubur asang padi, cubo kinyom kok dung

manis ma.

„Bubur kacang padi, coba cicipi kalau

sudah manis.‟

Ismi :Olo mak, manis doma, na malo me umak

Tujuan ingin pandai

memasak bubur

Topik memasak bubur

Tempat di dapur

Waktu pagi hari

Situasi tenang

Page 160: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

152

mamasaki, ajari ma au de mak, anso

malo au buse mamasak.

„Ya mak, manis rasanya, pandai sekali

ibu memasak, ajarkan saya bu, biar

pandai saya memasak.‟

Ibu :Olo, umak ma tongan.

„Ya, ibulah pula.‟

26. Andre:Ke tu saba dope umak?

„Pergi ke sawah ibu lagi?‟

Ibu:Olo, mua jakna?

„Ya, memangnya kenapa?‟

Andre:Nda dong bah, utaruon ma umak de,

lotih umak namardalani tu sabaan.

„Tidak ada bu, saya antarkan ibu, ibu

capek jalan kaki terus ke sawah.‟

Tujuan untuk

mengantarkan ibu ke

sawah

Topik pergi ke sawah

Tempat di dalam rumah

Waktu pagi hari

Situasi tenang

27. Ibu :Karojoon ma na didokon umak i, mua dope

jakna!

„Kerjakanlah yang ibu katakan tadi, apa

lagi!‟

Santi :Nda ra au, uni ma saruon umak

mangarojoon na.

„Saya tidak mau, kakak saja ibu suruh

untuk mengerjakannya.‟

Ibu :Na payah buse ho ken saruononi.

„Sulit sekali kamu untuk disuruh.‟

Tujuan menyuruh

kakaknya yang bekerja

Topik bekerja

Tempat di dalam rumah

Waktu sore hari

Situasi kesal

28. Een :Umak ma mambasu piringi de!

„Ibu saja yang mencuci piring itu!‟

Ibu:Umak bat dope karejo, ho ma mambasuna.

„Ibu masih banyak kerja, kamu saja yang

mencucinya.‟

Een:Nda ra au, umak jo ma, au mambaen PR

bage dope au mak.

„Saya tidak mau, ibu saja, saya membuat

PR lagi bu.‟

Tujuan menyuruh ibunya

mencuci piring

Topik mencuci piring

Tempat di dapur

Waktu sore hari

Situasi kesal

29. Ismi :Ulang asal patibal soni tas ayahi!

„Jangan sembarangan diletakkan tas

ayah itu!‟

Ayah :Loja dope lala ayah baen baru mon saba.

„Ayah masih merasa capek, karena baru

pulang dari sawah.‟

Tujuan jangan

sembarangan meletakkan

tas

Topik tas asal diletakkan

Tempat di dalam rumah

Waktu sore hari

Situasi kesal

30. Feri : Mua dpe jakna yah! ke maita.

„Kenapa lagi yah!Kita pergi lagi.‟

Ayah :Kinai ma, satongkin nai

„Nantilah sebentar lagi.‟

Tujuan agar segera cepat

berangkat

Topik main bola

Tempat di dalam rumah

Waktu sore hari

Page 161: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

153

Feri :Ipas ma yah!Au dung marjanji buse ke

main bola dot

„Cepatlah Yah! Saya sudah berjanji akan

bermain bola dengan teman.‟

Ayah :Nagigih mada ho, sodang mangua ayah

jakna nida ho.

„Cerewet sekali kamu, kamu bisa melihat bahwa

ayah sedang sibuk.‟

Situasi kesal

31. Ibu :Kema tabusi es ken obanon tu sabai!

„Pergi beli es untuk dibawa ke sawah.‟

Isas :Jau bage sada de mak!

„Untuk saya satu ya bu!‟

Ibu : Olo, kema tabusi.

„Ya, pergi beli.‟

Tujuan minta dibelikan es

Topik membeli es

Tempat di teras rumah

Waktu siang hari

Situasi tenang

32. Ibu :Kema sosah abit nakotori dabo!

„Pergi cuci kain yang kotor itu!‟

Rita :Olo mak, satongkin nai ma.

„Ya bu, sebentar lagi.‟

Ibu : Satongkin nai ajo dokon ko, tapi nda ke ho

do.

„Sebentar terus kamu katakana, tapi

tidak kamu lakukan.‟

Rita :Pala nda ra au, mua jakna mak?

„Kalau saya tidak mau, memangnya

kenapa bu?‟

Ibu :Mambantah ajo karejomu, kema

manyosahi!

„Membantah saja kerjamu, pergilah

menyuci!‟

Rita : Lo mak.

„Ya bu.‟

Tujuan agar mau mencuci

kain

Topik kain kotor

Tempat di dalam rumah

Waktu siang hari

Situasi kesal

33. Ibu :Pamate ma TV i Putra!

„Matikan TV itu Putra!‟

Putra :Lo mak, pala nda ra au mangua mak?

„Ya bu, kalau saya tidak mau,

bagaimana bu?‟

Ibu :Kema balajar, ho giot ujian!

„Pergi belajar, kamu mau ujian!‟

Putra : Lo mak.

„Ya bu.‟

Tujuan untuk mematikan

televisi

Topik sedang menonton

Tempat di dalam rumah

Waktu malam hari

Situasi tenang

34. Nepra:Mak, jia balanjoku sikola!

„Bu, mana uang jajan untuk sekolah!‟

Ibu :Na kuat buse me dongan soramui.

„Keras sekali suara kamu.‟

Nepra:Olo tongan, tarlambat kinai au ke

sikolai, ipas ma!

Tujuan meminta uang

jajan sekolah

Topik pergi sekolah

Tempat di dalam rumah

Waktu pagi hari

Situasi terburu-buru

Page 162: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

154

„Ya pula, terlambat saya nanti pergi

sekolah, cepatlah!‟

35. Azra :Mak, au ke jalang dot dongan de!

„Bu, saya mau pergi main bersama

teman!‟

Ibu :Jalang tujia jakna?

„Mau pergi main kemana?‟

Azra : Tu bagas dongan mak.

„Ke rumah teman bu.‟

Ibu :Sapai jolo ayahmu pala patola ia.

„Tanya dulu ayahmu kalau dibolehkan.‟

Azra :Anso usapai bage ayah, tapi tu umak do

au marsapa pala tola ke jalang.

„Kenapa ayah yang ditanya, tapi saya

bertanya sama ibu kalau boleh saya

pergi main.‟

Tujuan pergi main ke

rumah temannya

Topik pergi main

Tempat di dalam rumah

Waktu sore hari

Situasi tenang

36. Isas :Pala umak ajo manyosah abiti mua jakna,

au baru muli sikola dope, loja dope au

mak.

„Kalau ibu saja yang mencuci kain itu

kenapa bu, saya baru pulang dari

sekolah, saya masih capek bu.‟

Ibu :Umak bat dope karejo, giot tusaba bage

dope.

„Ibu banyak pekerjaan, mau ke sawah

lagi.‟

Tujuan menyuruh ibu

untuk mencuci pakaian

Topik mencuci pakaian

Tempat di dalam rumah

Waktu siang hari

Situasi kesal

37. Ayah :Ulang ke juo maridi tu batang aek de,

musim parudan nari.

„Jangan pergi juga mandi ke sungai,

musim hujan sekarang.

Ika :Mua jakna yah, tagi dabo maridi pala

godang batang aek.

„Memangnya kenapa yah, asyik mandi

kalau sungai sudah besar.‟

Ayah :Tagi dokon ko, kinai baru mayub ko

„Asyik kamu katakan, nanti baru

hanyut.‟

Tujuan agar jangan

mandi ke sungai

Topik mandi ke sungai

Tempat di dalam rumah

Waktu sore hari

Situasi tenang

38. Ayah :Pamate ma senio i!

„Matikan senio itu!‟

Pican :Tapi nda pedo ponuh yah, tongkin nai.

„Tapi belum penuh yah, sebentar lagi.‟

Ayah :Nda pedo ponuh dokon ko, dung

malimpah ma emberi.

Tujuan untuk mematikan

mesin senio

Topik air melimpah

Tempat di dalam rumah

Waktu malam hari

Situasi tenang

Page 163: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

155

„Belum penuh kamu katakan, sudah

melimpah air dari ember itu.‟

39. Ibu :Tolongi umak mambangkit eme jolo!

„Tolong ibu mengangkat padi!‟

Ika :Olo mak, pataeng satongkin nai.

„Ya bu, tunggu sebentar lagi.‟

Ibu :Ipas ma bo, udan giot ro ma bo!

„Cepatlah, hujan mau turun!‟

Ika :Lo mak.

„Ya bu.‟

Tujuan membantu ibu

untuk mengangkat padi

Topik mengangkat padi

Tempat di halaman

rumah

Waktu sore hari

Situasi terburu-buru

40. Rio :Mak, len jau epeng giot manabusi buku!

„Bu, kasih saya uang untuk membeli

buku!‟

Ibu :Tapi dung ditabusi ma potangi.

„Tapi sudah dibeli kemaren.‟

Rio :Urang dope mak, sada mata pelajaran

harus dua buku na!

„Kurang bu, satu mata pelajaran harus

dua bukunya!

Ibu :Epeng balanjomu ma manabusi na jolo,

kinai umak ganti.

„Uang belanjamu dulu

membelinya,.nanti ibu ganti.‟

Tujuan meminta uang

unuk membeli buku

Topik membeli buku

Tempat di dalam rumah

Waktu pagi hari

Situasi tenang

41. Rita :Yah, pala cogoton dung tamat au sikola,

au giot kuliah de yah.

„Yah, kalau besok saya sudah tamat

sekolah, saya mau kuliah yah.‟

Ayah : Olo, usahoon ma nilaimu deges dungi

ulang lupa sumbayang ko anso di lehen

Allah jita rosoki.

„Ya, usahakan nilaimu bagus sudah itu

jangan lupa sholat agar dikasih Allah

rezeki sama kita.‟

Rita :Olo yah.

„Ya yah.

Tujuan ingin kuliah kalau

sudah tamat sekolah

Topik rajin belajar

Tempat di dalam rumah

Waktu sore hari

Situasi tenang

42. Seri :Yah, tamba jolo epengkon!

„Yah, tambah dulu uangku!‟

Ayah :Urang dope jakna?

„Kurang memangnya?

Seri :Olo yah, harga bukui pitu ribu, epeng

dilehen umak lima ribu mia, urang dua

Tujuan minta ditambah

uang untuk membeli

buku

Topik membeli buku

Tempat di dalam rumah

Waktu pagi hari

Situasi tenang

Page 164: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

156

ribu nai yah.

„Ya yah, harga buku Rp.7000,

uangdikasihibuRp.5000, jadi kurang

Rp.2000 lagiyah.‟

43. Ibu :Buat jolo tas umak di biliki!

„Ambil tas ibu di kamar!‟

Tika: Olo mak, satongkin nai, marabit dope au.

„Ya bu, sebentar lagi, saya sedang

berpakaian.‟

Ibu : Ipas ma, tarlambat buse kinai umak!

„Cepatlah, nanti ibu terlambat!‟

Tujuan untuk

mengambilkan tas

Topik pergi sekolah

Tempat di dalam rumah

Waktu pagi hari

Situasi kesal

44. Andre:Au nda dot tu saba nari yah do, cogot

ma au dot de yah!

„Saya tidak ikut ke sawah sekarang yah,

besok saja saya ikut yah!‟

Ayah : Anso, tapi libur do nari sikola.

„Kenapa, tapi libur sekolah sekarang.‟

Andre:Olo yah, au tu bagas dongan dope giot

mambaen PRku.

„Ya yah, saya pergi ke rumah teman

mau membuat PR.‟

Tujuan agar tidak pergi

ke sawah

Topik pergi ke sawah

Tempat di dalam rumah

Waktu pagi hari

Situasi tenang

45. Isas :Mak, pala dung manggotol ta, tabusion jau

baju de mak!

„Bu, kalau kita suda menuai, belikan

saya baju ya bu!‟

Ibu :Tengok jolo de, eme pe mura do nar.i

„Lihat dulu, padi murah sekarang.‟

Isas :Oh, jadi ma mak.

„Oh, ya bu.‟

Tujuan minta untuk

dibelikan baju

Topik membeli baju

Tempat di dalam rumah

Waktu sore hari

Situasi tenang

46. Azra :Mak, len jau epeng, nda dong epengku,

len ma dabo mak!

„Bu, kasih saya uang, uang saya tidak

ada, kasihlah bu!‟

Ibu :Epeng ajo giotmu, tapi dung umak lehen

ma, sajia ajo tongan umak len abis

sudena dibaen ko.

„Uang saja mau kamu, tapi sudahibu

kasih, berapa saja ibu kasih habis

semuanya.‟

Tujuan meminta uang

karena uangnya habis

Topik meminta uang

Tempat di dalam rumah

Waktu siang hari

Situasi kesal

47. Pikri :Pala ke umak tu pasar, tabusion jau tas

de mak!

„Kalau ibu pergi ke pasar, belikan tas ya

bu!‟

Ibu : Tas potangon deges dope na.

„Tas kemaren masih bagus.‟

Pikri :Nda mak, dung masibak ma.

Tujuan minta untuk

dibelikan tas

Topik membeli tas

Tempat di dalam rumah

Waktu siang hari

Situasi tenang

Page 165: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

157

„Tidak bu, sudah robek.‟

Page 166: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

158

Lampiran 5

Data Informan

No Nama Anggota

Keluarga

Jenis Kelamin Umur

(tahun)

Pekerjaan

LK PR

1. Ayah : Dirwan

Ibu : Gusneli

Anak : Isas

49 tahun

46 tahun

15 tahun

Petani

Ibu rumah tangga

Pelajar

2. Ayah : Sarkoni

Ibu : Ramnah

Anak : Putra

54 tahun

52 tahun

15 tahun

Pegawai

Ibu rumah tangga

pelajar

3. Ayah : Pajri

Ibu : Enda

Anak : Feri

42 tahun

40 tahun

14 tahun

Wiraswasta

Pegawai

Pelajar

4. Ayah : Sam

Ibu : Lina

Anak : Nepra

40 tahun

38 tahun

15 tahun

Pedagang

Ibu rumah tangga

Pelajar

5. Ayah : Afis

Ibu : Eni

Anak : Azra

36 tahun

35 tahun

14 tahun

Pedagang

Ibu rumah tangga

Pelajar

6. Ayah : Kirman

Ibu : Rodiana

Anak : Seri

40 tahun

39 tahun

15 tahun

Petani

Ibu rumah tangga

Pelajar

7. Ayah : Maryulis

Ibu : Ismaniar

Anak : Tika

45 tahun

43 tahun

15 tahun

Pegawai

Pegawai

Pelajar

8. Ayah : Nasa

Ibu : Deli

Anak : Andre

47 tahun

41 tahun

15 tahun

Petani

Ibu rumah tangga

Pelajar

9. Ayah : Sukirman

Ibu : Ana

40 tahun

39 tahun

Petani

Ibu rumah tangga

Page 167: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur

159

Anak : Rio 14 tahun Pelajar

10. Ayah : Syamsul

Ibu : Ripna

Anak : Rita

54 tahun

52 tahun

14 tahun

Pedagang

Ibu rumah tangga

Pelajar

11. Ayah : Anan

Ibu : Hayati

Anak : Ismi

45 tahun

43 tahun

15 tahun

Petani

Ibu rumah tangga

Pelajar

12. Ayah : Syawal

Ibu : Erlis

Anak : Pikri

45 tahun

44 tahun

14 tahun

Wiraswasta

Pegawai

Pelajar

13. Ayah : Jemal

Ibu : Yuhanna

Anak : Ija

5o tahun

49 tahun

15 tahun

Pegawai

Pegawai

Pelajar

14. Ayah : Ramlan

Ibu : Suraida

Anak : Pican

53 tahun

49 tahun

15 tahun

Wiraswasta

Pedagang

Pelajar

15. Ayah : Ramadhan

Ibu : Nipda

Anak : Fitrah

49 tahun

43 tahun

13 tahun

Wiraswasta

Pedagang

Pelajar

16. Ayah : Asbi

Ibu : Ita

Anak : Ika

40 tahun

38 tahun

15 tahun

Petani

Ibu rumah tangga

Pelajar

17. Ayah : Risal

Ibu : Ani

Anak : Santi

40 tahun

38 tahun

15 tahun

Pedagang

Ibu rumah tangga

Pelajar

18. Ayah : Joli

Ibu : Hafni

Anak : Een

40 tahun

38 tahun

15 tahun

Pegawai

Ibu rumah tangga

Pelajar

Page 168: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur
Page 169: KESANTUNAN BERBAHASA MANDAILING DALAM TINDAK …pustaka.unp.ac.id/file/abstrak_kki/abstrak_TESIS/1_AHMAD_YAHDI_04525_3972_2012.pdfkomunikasi adalah sebuah peristiwa tutur. Tindak tutur