Timah Alluvial

  • Upload
    zola1st

  • View
    291

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/23/2019 Timah Alluvial

    1/14

    1

    TIMAH ALLUVIAL

    Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Eksplorasi

    Daftar Kelompok

    Aditya Mahendra 12106013

    Andy Yahya Al Hakim 12106023

    PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

    FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2008

  • 7/23/2019 Timah Alluvial

    2/14

    2

    TIMAH ALLUVIAL

    Genesa pembentukan endapan timah

    Secara umum endapan timah berdasarkan genesanya terdiri dari endapan

    timah primer dan endapan timah sekunder. Timah alluvial merupakan endapan

    sedimenter yang artinya endapan yang terbentuk akibat pengkonsentrasian mineral

    berharga yang telah tertransportasi dari perombakan batuan asalnya. Karakteristik

    utama dari endapan sedimenter alluvial yaitu terjadi akibat pelapukan mekanis dan

    harus memiliki perbedaan berat jenis yang besar antara mineral bijih dengan

    pengotornya, setelah mineral tersebut terlapukkan maka akan tertransportasi ke

    tempat lain menggunakan media fluida, kemudian mineral berharga (bijih) akan

    terkonsentrasi atau mengalami pengkayaan.

    Endapan timah primer terbentuk dari proses hidrothermal dan berhubungan

    erat dengan adanya intrusi granite biotite yaitu terbentuk dari magma cair yang

    disebut juga tin bearing granite .Proses inidiperkirakan terjadi pada masa Triassic

    Atas. Granit cair yang mengandung gas gas, uap air dan unsur -unsur logam

    diantaranya adalah timah (cassiterite). Gas- gas, uap air dan unsur logam tersebut

    selanjutnya melepaskan diri dari granit cair dan masuk ke dalam celah celah pada

    batuan di atasnya. Sebagai host-rock adalah batuan dynamo metamorphic yang

    berumur Permokarbon dan yang berumur Trias Bawah, yang mempunyai komposisi

    batu pasir, kwartsit, shales, fossiliferous limestone, chert, konglomerat, dan diabas.

    Proses mineralisasi yang terjadi pada dasarnya yaitu magma yang bersifat

    asam mengandung gas SnF4, yang melewati proses pneumatolitik hidrotermalmenerobos dan mengisi celah retakan, dimana terbentuk reaksi dasar :

    SnO2, yang dikenal dengan kassiterit adalah senyawa Sn yang utama, dan

    merupakan mineral timah ekonomis. Daerah penyebaran timah primer ada 3 variasi:

  • 7/23/2019 Timah Alluvial

    3/14

    3

    Pada bagian teratas/terluar dari sisi batuan granit, daerah kontak dimana

    akumulasi fluida terjadi. Disini timah ditemukan tersebar dan tersegresi dalam

    batuan yang granitik, metasedimen sampai greisen.

    Pada batuan greisen, timah terdapat dalam kristal kassiterit dari bentuk halus

    hingga kasar

    Pada vein maupun pada bedding plane yang berlangsung proses

    pyrometasomatik. Tipe deposit ini umumnya berada jauh dari sumber

    granitnya dan berproses dalam temperatur rendah.

    Ciri yang mencolok yaitu kehadiran yang dominan dari mineral

    magnetik, dan hadirnya mineral calc silica Proses selanjutnya, di alam yang tropis

    dan lembab, endapan timah primer tersebut selanjutnya mengalami proses

    pelapukan, yang kemudian berlanjut dengan proses erosi, elutriasi dan dilanjutkan

    oleh transportasi lewat sungai-sungai dimana terendapkan kassiterit sebagai mineral

    berat (BD=7), bersama produk rombakan lain yang lebih ringan. Lapisan pasir

    bertimah yang berada di atas bedrock, setempat dikenal dengan nama

    kaksa.

    Jenis endapan sekunder sangat bervarisai, yang dapat dilihat pada

    tabel :

    Sumber timah Indonesia merupakan bagian jalur timah Asia Tenggara, jalur

    timah terkaya di dunia yang membentang dari selatan Cina Thailand Birma

    Malaysia hingga Indonesia. Di Indonesia, jalur timah ini 2/3 bagian tertutup oleh laut,

    sedangkan daratan berupa deretan pulau-pulau yang bertebaran sejak dari arah

    barat laut, Pulau Karimun Kundur, Bangka, hingga Belitung dan jejak granit bertimah

    terakhir terdapat di Pulau Karimata. Pulau-pulau tersebut diperkirakan terbentuk

  • 7/23/2019 Timah Alluvial

    4/14

    4

    dalam proses erosi residual dan merupakan sisa bagian yang resisten dari mountain

    ranges yang berlangsung pada masa-masa terbentuknya Sunda Shelf. Di Bangka,

    Singkep, dan Pulau Karimun Kundur , mineralisasi berlangsung di badan granit,

    dengan demikian deposit ditemukan didaerah kontak. Sedangkan di Belitung,

    mineralisasi terjadi jauh dari badan granite, dimana fluida berada dalam temperatur

    rendah dan mampu mengisi dari celah-celah dari hostrock termasuk bedding plane.

    Tingkat erosi terhadap deposit primer berlangsung dengan tingkat intensitas

    yang berbeda antara satu pulau timah dengan pulau timah lainnya. Pulau Bangka

    dalam massa tersier dan periode kwarter, berada dalam altitute yang tinggi, oleh

    karena itu erosi nampaknya berjalan sangat intensif, sehingga terbentuk cebakan

    timah sekunder di sungai sungai purba, selain kaya, tetapi juga dalam jumlah besar

    dan dapat ditemukan di banyak tempat, baik daratan maupun lautan. Sedangkan

    deposit timah primer sedikit saja tersisa. Lain halnya dengan belitung, dimana pada

    massa itu kedudukan pulau itu pada latitute yang rendah, yang menyebabkan

    proses pembentukan endapan sekunder tidak seintensif di Bangka, sedangkan

    endapan primer dapat diketemukan indikasinya di banyak tempat.

    Penyebaran konsentrasi lapisan pasir bertimah baik vertikal maupun lateral

    sangat dipengaruhi oleh gejala naik turunnya permukaan laut.

    Gambar 1. Lokasi pulaupulau timah Indonesia

  • 7/23/2019 Timah Alluvial

    5/14

    5

    Kegiatan Eksplorasi

    Karakteristik genesa dari timah alluvial dapat dijadikan sebagai acuan untuk

    metoda kegiatan eksplorasi yang dilakukan. Genesa endapan timah berupa mendala

    metalogenik yang membentang dari selatan Cina Thailand Birma Malaysia

    hingga Indonesia, kontrol pembentukan bijih sehingga terjadi endapan sedimenter

    (placer), dan komposisi mineral, serta gejala geologi yang dapat berupa tatanan

    tektonik regional atau lokal, struktur geologi, susunan stratigrafi, dan jenis batuan.

    Dari peristiwa tersebut akan diketahui tipe dan karakteristik endapan yang berupa

    keadaan umum bentuk, ukuran, dan pola sebaran bijih, proses dan zona

    pengkayaan, sifat fisik dan kimia endapan, karakteristik mineralogi, karakteristik

    batuan induk/samping. Kegiatan eksplorasi akan dibagi kedalam beberapa tahapan :

    pertama akan dilakukan peninjauan lapangan berupa survey geologi dan

    pengambila sampling secara acak, dari langkah ini kita akan mendapat keadaan

    model regional endapan.

    Langkah kedua, dilakukan kegiatan eksplorasi pendahuluan, yaitu survey

    geokimia dan geofisika, dan pemetaan, baik peta topografi maupun peta geologi.

    Survey geofisika, diantaranya dilakukan kegiatan kegiatan sebagai berikut :

    Seismik

    Metoda Geofisika yang cocok dilakukan untuk endapan timah alluvial dalam (50 m

    hingga diatas 100 m) adalah metoda geofisika aktif yaitu seismik. Hal ini dilakukan

    untuk mendeliniasi batas-batas lembah. Kegiatan ini dilakukan oleh PT Tambang

    Timah untuk pengembangan cadangan alluvial darat.

    Survey Mineral Berat

    Menurut Sanny et al. (1997), survei gaya berat digunakan untuk menggambarkan

    bentuk (struktur) geologi bawah permukaan berdasarkan variasi medan gravitasi

    bumi yang ditimbulkan oleh perbedaan densitas (rapat massa) antar batuan.

    Geolistrik

    Survei geolistrik menggunakan konduktivitas mineral dan batuan atau kebalikannya

    (tahanan jenis), untuk memperkuat informasi geologi dekat permukaan. Metode

    tersebut digunakan untuk menyelidiki kondisi bawah permukaan dengan

    mempelajari sifat aliran listrik pada batuan di bawah permukaan bumi. Penyelidikan

  • 7/23/2019 Timah Alluvial

    6/14

    6

    tersebut meliputi pendeteksian besarnya medan listrik yang mengalir di dalam bumi

    baik secara alamiah (metode pasif) maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi

    (metode aktif) dari permukaan.

    Dari langkah langkah ini akan didapat sifat fisik dan sifat kimia dari endapan,

    tatanantektonik, model genetic dan sebagainya. Langkah ketiga yang dilakukan

    adalah Eksplorasi lanjut sampai Eksplorasi detail. Kegiatan yang dilakukan yaitu

    pemboran, sampai pemboran detail.

    Pemboran memberikan penentuan akhir, dan sebagai pelengkap data

    geologi. Pemboran yang dilakukan di Pertambangan Timah Bangka dilakukan

    menggunakan Bor Bangka. Ditemukan dan dibuat oleh seorang Insinyur Belanda

    yang bekerja di Pertambangan TImah Bangka pada tahun 1859. Bor Bangka terdiri

    dari pipa, dan didalamnya ada pompa, untuk mengambil contoh dan dioperasikan

    secara manual. Pemboran dilakukan dalam pola melintang pada poros lembah (20

    meter satu sama lain) dan dalam jarak antara 20-40 m antara satu lintang dengan

    lintang lainnya. Data yang didapat dari pemboran adalah kadar, batas cebakan,

    geometri endapan, sebaran kadar. Dari data-data tersebut dapat dilakukan

    pemodelan endapan. Dengan berdasar kepada keadaan ekonomi dan keadaan

    teknologi pada saat ini serta perkiraan biaya produksi, dapat ditentukan cut of

    grade, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah perhitungan cadangan.

    Kemudian akan dilakukan studi kelayakan apakah tambang ini bernilai ekonomis

    atau tidak, jika dilakukan penambangan.

  • 7/23/2019 Timah Alluvial

    7/14

    7

    Penambangan Timah di Indonesia

    Pertambangan timah di Indonesia yang dilakukan oleh PT Tambang Timah,

    pada pulau-pulau yang kaya akan endapan timah, pada umumnya adalah berupa

    endapan alluvial, hamper sama dengan penambangan yang dilakukan oleh PT Koba

    Tin yang beroperasi didearah Koba Bangka yang juga merupakan endapan alluvial.

    Sedangkan tambang primer bawah tanah yang hanya berskala kecil seperti yang

    ada di Kelapa Kampit, diusahakan oleh PT Gunung Kikara Mining.

    Pada umumnya, penambangan timah dimulai dengan cara sederhana,

    dimulai dengan menggali pasir bertimah dengan pacul atau sekop yang dilakukan

    oleh penduduk setempat, lalu mencucinya dengan dulang didalam lobang (tambang)dan kemudian diangkut dengan dipikul ketempat pencucian yang terdiri dari palong

    (wasgot-sluice). Pada abad yang lalu, sebuah tambang yang kegiatannya demikian

    memerlukan tenaga kerja ratusan orang, dan dengan seiring menaiknya produksi,

    tenaga kerja tambang terpaksa didatangkan dari Cina Selatan dengan sistem

    kontrak. Sistem tambang dan kontrak seperti ini hampir sama cara dan waktunya

    dengan tambang emas yang ada di California.

    Pada umumnya bijih timah yang ditambang sejak dahulu kala adalah jenisendapan timah alluvial yang kadang kala disebut juga dengan endapan timah

    sekunder atau timah placer, yaitu bijih timah yang sudah terlepas dari induk

    endapannya semula (endapan primer) oleh proses hidrotermal, kemudian oleh

    transportasi air diendapkan kembali di tempat lain pada tempat-tempat yang lebih

    rendah. Di Indonesia, seperti juga dinegara-negara lain, penambangan timah alluvial

    telah membaku dalam tiga sistem penambangan, yaitu :

    Tambang semprot (hydraulic mining) dengan mempergunakan tenaga air

  • 7/23/2019 Timah Alluvial

    8/14

    8

    semprot untuk proses penggalian, kemudian diangkut dengan pompa ketempat

    pencucian dan selanjutnya diolah dalam keadaan berair, dengan mempergunakan

    prinsip-prinsip pengendapan dan konsentrasi oleh perbedaan berat jenis.

    Pengupasan tanah atas (overburden) atau pelepasan cebakan menurut keperluan

    dan efisiensi dibantu dengan alat-alat berat terutama dengan menggunakan

    bulldozer.

    Tambang alluvial besar yang menggunakan alat-alat besar untuk penggalian

    dan untuk mengangkut dari front penambangan ketempat pengolahan, sering

    dikombinasikan dengan cara penyemprotan. Sistem ini biasa dilakukan untuk

    endapan yang mempunyai kedalaman yang dalam (15 m) dan skala penambangan

    lebih besar. Karena itulah PT Tambang Timah yang menggunakan bantuan alat

    besar disebut dengan tambang besar. Tambang-tambang dengan endapan yang

    lebih dangkal seperti elluvial dan kulit, dengan penggalian dan pengangkutan yang

    berskala lebih kecil, dengan alat-alat besar, yaitu dengan menggunakan shovel

    loader dan truk disebut dengan tambang kering.

    Sistem penambangan dengan mesin gali mangkok (MGM) atau yang biasa

    disebut dengan kapal keruk, alat penggalian dan pengolahan primer ditempatkan

    diatas panton (kapal), di Indonesia seluruhnya menggunakan tipe ember dengan

    kapasitas 7 ft3-24cu3. Pada waktu lalu, ada juga kapal keruk tipe pisau (cutter),

    yang seiring dengan perkembangan waktu dan teknologi, dinilai tidak sesuai lagi

    dipakai untuk proses penambangan timah, karena recovery dari cebakan tidak baik.

    Kapal keruk dioperasikan di lembah-lembah darat dengan system

    pengontrolan air, sedangkan kapal-kapal keruk di lautan, desainnya dibuat untuk

    dapat bekerja dengan keadaan gelombang laut yang tinggi. Penambangan timah

    alluvial seperti juga mineral alluvial atau mineral sekunder lainnya dilaksanakan

    dengan volume yang relatif besar, yang ditandai dengan proses pemindahan volume

    tanah penutup yang sangat besar sedangkan nilai/kadar logam timah dalam satuan

    volume tanah tersebut relatif kecil. Pada saat ini, nilai kadar timah yang digali

    terletak antara 110 gr/m3 tanah 350 gr/m3 tanah, sedang kapasitas gali

    penambangan adalah :

    Tambang semprot : 30-40 m3/jam

    Tambang alat-alat besar : 50-100 m3/jam

    MGM 9 ft3 : 150.000 m3/jam

  • 7/23/2019 Timah Alluvial

    9/14

    9

    MGM 14 ft3 : 250.000 m3/jam

    MGM 24 ft3 : 400.000500.000 m3/jam

    PT Timah beroperasi di tiga pulau dengan jumlah tambang pada tahun 1990 :

    Tambang semprot 66, ditambah dengan 207 tambang kontrak,

    Tambang besar 7 unit produksi, dan

    MGM sebanyak 28 unit produksi

    Sedangkan PT Koba Tin mengoperasikan sebuah MGM 24 ft3 dan 12 tambang

    besar. Untuk penambangan primer, PT Tambang Timah mengoperasikan tambang

    terbuka Pemali dengan menggunakan alat-alat besar dalam proses penggaliannya,

    dan juga mengunakan ban berjalan (belt conveyor) dalam proses pengankutannya

    yang juga dikombinasikan dengan menggunakan truk.

    Berikut ini akan diuraikan secara ringkas, operasi tambang-tambang alluvial

    yang meliputi PT Tambang Timah dan PT Koba Tin.

    Tambang Semprot Timah

    Penambangan dengan cara tambang semprot (hydraulic mining) untuk

    endapan timah di Indonesia pada waktu yang lalu telah menjadi tulang punggung

    dari operasi PT Tambang Timah sebelum beralih menjadi sistem kapal keruk pada

    saat ini.

    Pada gambar 2 dapat dilihat bagaimana skema dari proses penambangan

    dengan menggunakan tambang semprot. Untuk persiapan pembukaan tambang,

    salah satu faktor terpenting adalah pengairan. Sistem pengairan diatur dengan

    pembuatan dam, Bandar, sedemikian agar terdapat cukup air bagi para pekerja.

    Pompa-pompa yang digunakan adalah pompa putar (centrifugal pump). Kebutuhan

    air untuk pompa semprot dan untuk pencucian sedapat mungkin menggunakan air

    yang bersih. Pada saat musim kering, waduk tailing dipergunakan sebagai waduk

    pengendapan (desliming). Untuk pembuatan dam, dapat dibuat dengan alat besar

    seperti dragline atau buldozer. Proses pencucian pada dewasa ini telah

    menggunakan standar jig dengan tiga tingkatan.

    Didalam perencanaan dan pelaksanaan penempatan tailing dan pengairan air

    kolong ke sistem air umum, seperti sungai harus memperhitungkan aspek

    lingkungan, yaitu agar air yang dialirkan kesungai-sungai merupakan air yang tidak

    beracun, sedangkan bekas bekas tailing diusahakan agar secara alami atau dengan

  • 7/23/2019 Timah Alluvial

    10/14

    10

    rehabilitasi dapat dipergunakan lagi, sesuai dengan fungsi tanah didaerah

    penambangan tersebut dilakukan.

    Sistem usaha tambang semprot dari dahulu dikembangkan dengan dua cara,

    yaitu seluruh pengurusan dan personil diambil langsung oleh perusahaan,

    sedangkan untuk sistem control, dimana penyediaan tenaga dan operasi sehari-hari

    dilakukan oleh kontraktor, sedang pengendalian, pengawasan dan pengurusan

    lainnya dilaksanakan oleh PT Tambang Timah. Tambang tersebut lazim disebut

    dengan Tambang Karya. Sistem tambang semprot, masih dinggap intensif tenaga

    kerja, dan sistem teknologi menengah. Karena itu terdapat keunggulan bila tambang

    sedemikian diolah oleh kontraktor penyediaan tenaga kerja.Efisiensi dari tambang semprot tergantung pada efektivitas monitor, daya

    semprot, dan daya membelah (shearing) lapisan-lapisan, dan juga sangat

    tergantung pada sifat-sifat lapisan. Lapisan clay utuh dank eras (tough clay), lapisan

    sementasi berbesi, konglomerat dan batu-batu besar sulit dipecah oleh semprot

    (monitor) dan dingkut dengan pompa tanah. Secara umum, produktivitas tambang

    semprot relatif rendah, dan dengan demikian kadar timah yang ekonomis ditambang

    dengan tambang semprot harus lebih tinggi.

    Tambang Alluvial Besar

    Untuk penambangan endapan alluvial dalam, umumnya lebih dari 15 m

    dalamnya, jika menggunakan pompa, maka pompa tanah harus dipasang dengan

    cara seri dan efisiensi pemompaan berkurang. Karena itu, untuk endapan seperti ini

    biasa ditambang dengan bantuan alat-alat besar seperti yang dilakukan oleh PT

    Koba Tin.

  • 7/23/2019 Timah Alluvial

    11/14

    11

    Skala penambangan lebih besar bila dibandingkan dengan tambang semprot.

    Biasanya terdapat lapisan overburden yang cukup tebal. Karena itu perlu digali

    dengan menggunakan shovel kemudian diangkut dengan truk ketempat

    pembuangan. Sebagai contoh (model) dari tambang alluvial besar dibawah ini

    diuraikan secara singkat operasi sebuah tambang besar PT Koba Tin. Pada gambar

    3 dapat dilihat diagram kolong dengan aliran air dan limbah, dengan tahapan

    pengisian kolong dari tahap pertama sampai pada tahap yang berikutnya. Pada

    gambar 4 dapat dilihat diagram tahap penambangannya. Dalam operasi

    penambangannya, tanah penutup ditambang dengan menggunakan alat-alat besar

    dan dibuang dikolong (tambang) lama, sedangkan pasir bertimah ditambang secara

    semprot dan dipompa ketempat pencucian. Instalasi pencucian sama dengan

    tambang semprot, yang terdiri dari jig dalam dua atau tiga tingkat yang nantinya

    akan menghasilkan konsentrat berkisar antara 20-30% Sn. Untuk kebutuhan air

    semprot, dan sebagai usaha dalam mengurangi polusi, air limbah dialirkan terlebih

    dahulu ke kolam pengendap baru dialirkan kesungai. Tanah bekas penggalian

    langsung direhabilitasi dan ditanami untuk penghijauan.

    Pada daerah PT Tambang Timah terdapat juga endapan tipis dan keras,

    biasanya merupakan endapan elluvial tersementasi, bila cukup kaya, ditambang

    dengan buldozer dan kemudian diangkut dengan menggunakan truk.

    Gambar 5. Diagram air limbah padat dan limbah cair dan sirkulasi air tertutup

  • 7/23/2019 Timah Alluvial

    12/14

    12

    Gambar 6.Diagarm tahapan penambangan

    Kapal Keruk atau Mesin Gali Mangkok (MGM)

    Penggunaan teknologi kapal keruk merupakan suatu bentuk peningkatan dan

    pengembangan, dibandingkan dengan tambang semprot, dimana alat-alat

    penggalian dan pengolahan primer dibangun diatas sebuah kapal (pontoon) yang

    mobilitasnya untuk operasi dan perpindahan sudah dimekanisasi.

    Sejarah kapal keruk untuk penambangan timah di Indonesia dimulai pada

    permulaan abad 20, dan menurut catatan, kapal keruk sederhana pertama

    diintroduksikan di Singkep pada tahun 1927. Pengembangan kapal keruk timah di

    Indonesia, terutama kapal keruk untuk laut merupakan pionir dengan teknologi yang

    sebagian besar berasal dari Belanda dan Negara Eropa lainnya.

    Kapal keruk adalah istilah penamaan untuk semua tipe kapal keruk, sedang

    mesin gali mangkok (MGM) adalah istilah kapal keruk dengan tipe ember (bucket

    dredge), yang pada awalnya adalah tipe utama yang beroperasi di pertambangan

    timah di Indonesia. Pada waktu yang lalu ada tipe kapal keruk isap (cutter dredge)

    yang saat ini banyak digunakan untuk pengerokan pasir pada pelabuhan, sedang

    kapal keruk tipe roda mangkok (bucket wheel) dipergunakan tambang emas.Penggalian dilakukan dengan rantai ember yang berjalan dari ujung bawah ember,

    menggali dengan tekanan dan bergerak diatur oleh kawat depan dan kawat

    samping, sedangkan gerakan ujung tangga ember vertical terjadi dengan kawat

    tangga.

    Penggalian dan pengisian mangkok terjadi pada ujung bawah dan ujung

    depan dan tingkat pengisian mangkok dapat dimaksimumkan dengan alat-alat

    pengontrol kawat depan, samping dan kawat tangga (ladder hoist). Untuk tanah

    alluvial yang bersifat clay coefficient isi mangkok dapat mencapai 150%. Rantai

    mangkok berjalan yang berisi tanah timah, diangkat (dibawa) ke atas roda putar atas

    (top tumbler) dan dibuang ke chute dan kemudian jatuh kesaringan putar dan

    seterusnya mengikuti flow sheet pencucian. Bila ada tanah atas yang tidak perlu

    dicuci, maka didalam saring putar dipasang talang tailing (overburdenchute) yang

    mengalirkan tanah langsung kebelakang MGM.

  • 7/23/2019 Timah Alluvial

    13/14

    13

    Efisiensi sebuah kapal keruk, merupakan gabungan efisiensi mekanis, atau

    jam jalan yang diakibatkan oleh efisiensi motor-motor dan alat-alat mekanis, efisiensi

    pengisian mangkok rendement alat pencucian (treatment recovery) dan efisiensi

    penggalian, atau bersih tidaknya lapisan dasar digali tamah bertimahnya. Untuk

    efisiensi mekanis, diadakan bantuan bengkel dan reperasi bulanan dan mingguan.

    Kebersihan penggalian biasanya tergantung dari lapisan dasar bertimah dan lapisan

    bedrock. Di beberapa tempat seperti terlihat di tambang-tambang semprot terdapat

    lapisan pasir timah yang menjadi konglomerat atau tersemen oleh mineral-mineral

    besi (limonitic), juga lapisan bedrock yang belum melapuk merupakan penyebab

    kesulitan-kesulian pembersihan lapisan tanah bertimah.

    Tenaga-tenaga dan keahlian untuk operasi dan pengurusan kapal keruk

    untuk pertimahan Indonesia merupakan spesialisasi dan pembibitan yang harus

    dilakukan sendiri oleh perusahaan, dan tergantung kepada pengurusan tenaga kerja

    terampil untuk peningkatan efisiensi.

    Gambar 7. MGM/ Kapal keruk Singkep1

    Gambar 8. Gambar dredging ship

  • 7/23/2019 Timah Alluvial

    14/14

    14

    DAFTAR PUSTAKA

    Simatupang, Marangin dan Soetaryo, Sigit. Pengantar Pertambangan

    Indonesia. Asosiasi Pertambangan Indonesia. Jakarta. 1991

    Macdonal, Eoin H.Alluvial Mining The Geology, Technology, and

    Economic of Placers. Chapman and Hall 733 third Avenue. New York. 1983.

    Sulistianto, Budi. SistemPenambangan. Departemen Teknik

    Pertambangan. Fakultas Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral-ITB.2005

    Anthony M. evans. Ore geology and Industrial Mineral.1994

    Guilberg,J.M. and Park,C.F.Jr. The Geology of Ore Deposits. W. H.

    Freeman. 1986