86
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangannya, perekonomian dan perdagangan di seluruh dunia tumbuh dengan sangat pesat. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya jasa dan produk-produk yang ditawarkan dengan kualitas yang sangat baik, sehingga memicu persaingan dagang yang luar biasa. Pramelasari (2010) dalam penelitiannya menjelaskan fakta tersebut tidak lepas dari inovasi yang dilakukan serta peran teknologi yang digunakan dalam proses produksi maupun distribusinya. Selanjutnya Pramelasari (2010) mengatakan setiap badan usaha harus mampu mengubah atau berinovatif dari yang semula hanya bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja, dengan bisnis yang berdasarkan pada pengetahuan, menjadi karakteristik badan usahanya menjadi badan usaha berbasis ilmu pengetahuan.

tika ok

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tika ok

Citation preview

Page 1: tika ok

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangannya, perekonomian dan perdagangan di seluruh

dunia tumbuh dengan sangat pesat. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya

jasa dan produk-produk yang ditawarkan dengan kualitas yang sangat baik,

sehingga memicu persaingan dagang yang luar biasa. Pramelasari (2010) dalam

penelitiannya menjelaskan fakta tersebut tidak lepas dari inovasi yang dilakukan

serta peran teknologi yang digunakan dalam proses produksi maupun

distribusinya. Selanjutnya Pramelasari (2010) mengatakan setiap badan usaha

harus mampu mengubah atau berinovatif dari yang semula hanya bisnis yang

didasarkan pada tenaga kerja, dengan bisnis yang berdasarkan pada pengetahuan,

menjadi karakteristik badan usahanya menjadi badan usaha berbasis ilmu

pengetahuan.

Menurut Puspitasari (2011) dalam menilai kinerja suatu badan usaha dapat

dilihat dari laporan keuangannya yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan

perubahan ekuitas dan laporan arus kas. Dimana laporan keuangan memiliki

fungsi sebagai pertanggungjawaban pengelola kepada pemilik, serta memberikan

informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi oleh investor dan kreditor

mensyaratkan sumber daya perusahaan atau badan usaha yang dimilikinya harus

diukur berdasarkan nilainya. Sedangkan dalam penelitiannya Pramelasari (2010)

mengatakan laporan keuangan sering dianggap masih kurang memadai untuk

menilai kinerja perusahaan. Ada beberapa hal yang bisa dijelaskan kepada

Page 2: tika ok

2

pengguna laporan keuangan untuk menilai kinerja perusahaan atau badan usaha

seperti inovasi, penemuan, pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia,

relasi dengan konsumen dan sebagainya yang sering diistilahkan sebagai

Intellectual Capital (IC).

Di Indonesia sendiri, fenomena Intellectual Capital (IC) mulai

berkembang terutama dengan adanya PSAK (Pernyataan Standar Akuntasi)

Nomor 19 (Revisi 2000) tahun 2009 tentang aktiva tidak berwujud. Meskipun

tidak dinyatakan secara eksplisit sebagai Intellectual Capital (IC), namun lebih

kurang Intellectual Capital (IC) telah mendapat perhatian diIndonesia. Menurut

PSAK (Pernyataan Standar Akuntasi) Nomor 19, aktiva tidak berwujud adalah

aktiva nonmoneteryang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik

serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang

atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif (Ikatan

Akuntan Indonesia, 2009).

Menurut Pulic (1998) dalam Dewi (2011) di dalam Intellectual Capital

(IC), untuk mengukur efisiensi dari nilai tambah sebagai hasil dari kemampuan

intelektual perusahaan, yaitu dengan menggunakan Value Added Intellectual

Coefficient (VAIC). Komponen-komponen dari Intellectual Capital (IC) adalah

Human Capital (HC) atau Value Added Human Capital (VAHU) yang merupakan

potensi karyawan dalam memproduksi barang dan jasa serta kemampuannya

untuk dapat berhubungan baik dengan pelanggan, Structural Capital (SC) atau

Structural Capital Value Added (STVA) adalah infrastruktur perusahaan dalam

memenuhi kebutuhan pasar dan Customer Capital (CC) atau Value Added Capital

Page 3: tika ok

3

Assets (VACA) yaitu orang-orang yang berhubungan dengan perusahaan, yang

menerima pelayanan yang diberikan oleh perusahaan tersebut.

Menurut Saryanti (2010) badan usaha yang memiliki tingkat kinerja

Intellectual Capital (IC) yang baik akan mengungkapkan Intellectual Capital (IC)

yang dimiliki oleh perusahaan dengan lebih baik. Semakin tinggi kinerja

Intellectual Capital (IC) perusahaan, maka semakin baik tingkat

pengungkapannya. Sedangkan, semakin rendah kinerja Intellectual Capital (IC)

perusahaan, maka pengungkapannya pun kurang baik. Dengan pengungkapan

mengenai Intellectual Capital (IC) dapat meningkatkan kepercayaan para investor

atau kreditur terhadap perusahaan. Pemanfaatan dan pengelolaan Intellectual

Capital (IC) yang baik, akan berdampak baik pula pada kinerja keuangan

perusahaan atau badan usaha. Ukuran kinerja keuangan badan usaha dalam

penelitian ini ialah menggunakan rasio profitabilitas Return On Asset (ROA),

yang mengukur efektivitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan

total aset yang dimiliki.

Abidin (2003) dalam Dewi (2011) mengatakan bahwa Intellectual

Capital (IC) sendiri masih belum dikenal secara luas di Indonesia. Hal ini

disebabkan karena perusahaan-perusahaan di Indonesia dalam membangun

bisnisnya, perusahaan-perusahaan tersebut belum memberikan perhatian lebih

kepada human capital, structural capital, maupun costumer capital. Apabila

perusahaan-perusahaan tersebut mengikuti perkembangan yang ada, yaitu

menejemen berbasis pengetahuan, maka perusahaan-perusahaan di Indonesia

dapat bersaing secara kompetitif melalui inovasi-inovasi kreatif yang dihasilkan

Page 4: tika ok

4

oleh Intellectual Capital (IC) yang dimiliki perusahaan. Sehingga mendorong

terciptanya produk-produk bagi konsumen khususnya untuk objek badan usaha

menengah kebawah seperti, UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah) dan

koperasi.

Koperasi dapat menjadi media bagi peningkatan kegiatan ekonomi (dalam

hal ini adalah anggota koperasi), maka koperasi sendiri harus berhasil dalam

bidang manajemen. Oleh karena itulah era ini, disebut sebagai era Intellectual

Capital (IC) yang mana nilai aset suatu perusahaan tidak lagi ditentukan oleh

seberapa besar nilai investasinya pada aset-aset wujud semata, tetapi lebih kepada

tak berwujud, sumber daya manusia yang ada dalam organisasi yang bersangkutan

(Ulrich, 1998 dalam Gemina, 2013).

Pada penelitian Sudiarditha (2013) menjelaskan pengembangan koperasi

yang efektif dan optimal akan berdampak pada kemajuan dan keberhasilan suatu

koperasi dalam mencapai tujuannya, yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan

anggotanya secara khusus dan masyarakat secara umum. Keberhasilan suatu

koperasi juga tidak terlepas dari peran serta anggota-anggotanya. Bagi koperasi,

anggota adalah aset atau kekayaan sumber daya manusia yang sangat penting.

Partisipasi anggota dalam berkoperasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara

lain citra koperasi, tingkat pendapatan anggota, motivasi anggota dalam

berkoperasi, pengetahuan anggota tentang koperasi, dan kualitas pelayanan

koperasi.

Lebih lanjut lagi Sudiarditha (2013) mengatakan faktor utama adalah citra

koperasi. Citra koperasi di mata masyarakat luas dinilai memburuk, hal ini

Page 5: tika ok

5

diakibatkan masih banyaknya cerita tidak sedap mengenai pengelolaan koperasi

yang masih jauh dari profesionalsme. Masyarakat luas menilai bahwa para

pengurus dan pengelola dalam koperasi sibuk menyusun strategi untuk

mendapatkan keuntungannya masing-masing dan nyawa koperasi selama ini

hanya bergantung dari dana bantuan yang diberikan oleh pemerintah semata,

pandangan yang seperti inilah yang membuat hilangnya kepercayaan masyarakat

kepada koperasi yang akhirnya membuat citra koperasi menjadi semakin terpuruk.

Citra koperasi yang semakin terpuruk dapat mengakibatkan rendahnya

kepercayaan masyarakat termasuk para anggotanya sendiri untuk terlibat dalam

kegiatan koperasi.

Sedangkan ada beberapa koperasi yang telah sukses di Indonesia dan

bahkan telah masuk dalam skala internasional, salah satunya berdasarkan

penelitian Yuniastuti (2012) yang meneliti pada Koperasi Simpan Pinjam Jasa

Pekalongan (Kospin Jasa Pekalongan). Kospin Jasa saat ini telah memiliki 75

cabang kantor konvensional dan 17 cabang kantor syariah. Koperasi ini terus

berkembang untuk bisa mengejar masuk peringkat 300 Global Cooperative, atau

koperasi 300 besar dunia. Aset koperasi yang didirikan atas kolaborasi tiga etnis

ini, China, Arab, dan Jawa, diperkirakan lebih dari Rp2,4 triliun sehingga menjadi

salah satu koperasi paling diandalkan masuk 300 besar dunia di luar induk

koperasi lain Indonesia dengan menggunakan Intellectual Capital (IC) sebagai

dasar koperasi tersebut dalam meningkatkan nilai badan usahanya. Berdasarkan

fenomena diatas, maka dilakukan penelitian pada Koperasi Serba Usaha (KSU)

yang ada di kota Tarakan.

Page 6: tika ok

6

Menurut Saryanti (2010) di Indonesia banyak penelitian serupa yang

mengkaji mengenai Intellectual Capital (IC) dan pengaruhnya terhadap kinerja

perusahaan maupun yang lainnya. Penelitian Saryanti (2010) dengan judul

pengaruh Intellectual Capital (IC) terhadap kinerja keuangan perusahaan

perbankan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Penelitian

Puspitasari (2011) dengan judul pengaruh Intellectual Capital (IC) terhadap

bussinnes performance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI). Penelitian Dewi (2011) dengan judul pengaruh Intellectual

Capital (IC) terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdapat di

BEI (Bursa Efek Indonesia) tahun 2007-2009. Penelitian Pramelasari (2010)

dengan judul pengaruh Intellectual Capital (IC) terhadap nilai pasar dan kinerja

keuangan perusahaan.Penelitian Adeline (2012) dengan judul pengaruh

Intellectual Capital (IC) terhadap pengendalian anggaran dan kinerja organisasi

(studi empiris pada perusahaan manufaktur di Jawa tengah).

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti akan melakukan pengujian

kembali dengan menggunakan variabel yang telah diteliti sebelumnya, yaitu

variable independen Intellectual Capital (IC) yang terdiri dari Value Added

Human Capital (VAHU), Structural Capital Value Added (STVA) dan Value

Added Capital Assets (VACA). Sedangkan variabel dependennya adalah kinerja

keuangan yang diukur dari rasio profitabilitas Return On Asset (ROA). Dengan

mengkaji variabel yang sama belum tentu akan menghasilkan keputusan yang

sama pula. Hal ini disebabkan oleh perbedaan objek penelitian yang digunakan.

Page 7: tika ok

7

Penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Intellectual Capital (IC) Terhadap

Kinerja Keuangan (Studi PadaKoperasi Serba Usaha di Kota Tarakan)”.

1.2 Perumusan Masalah

Menurut Widiyaningrum (2004) Intellectual Capital (IC) memang masih

baru dan belum banyak ditanggapi oleh para pelaku bisnis global, padahal adanya

gap antara nilai buku dengan nilai pasar saham (perbedaan ini mencolok untuk

perusahaan yang berbasis pengetahuan), menunjukkan adanya missing value

berupa Intellectual Capital (IC). Kondisi demikian mengisyaratkan pentingnya

dilakukan penilaian terhadap jenis aktiva tak berwujud tersebut. Namun demikian

sampai saat ini belum ada peraturan khusus yang mengatur mengenai pegukuran

dan pelaporan dari Intellectual Capital (IC). Sistem akuntansi konvensional tidak

mengizinkan perusahaan untuk mengkapitalisasi aktiva tak berwujud dan

melaporkannya seperti aset lain. Selanjutnya Widiyaningrum (2004) mengatakan

dengan demikian laporan keuangan tidak lagi memadai untuk dilakukan penilaian

terhadap kinerja dan nilai potensial perusahaan. Indikator pengukuran

profitabilitas dan kinerja perusahaan seperti ROl dan ROE jadi mengambang,

karena denominatornya tidak mencakup nilai dari aktiva tak berwujud.

Akan tetapi, beberapa penelitian terdahulu menunjukkan

hasil yang berbeda tentang pengaruh Intellectual Capital (IC)

terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan. Secara teoritis,

Intellectual Capital (IC) seharusnya berpengaruh terhadap kinerja

perusahaan, seperti penelitian Saryanti (2010) dengan variabel VAHU, STVA,

VACA menunjukan hasil variabel VAHU, STVA, secara parsial berpengaruh

Page 8: tika ok

8

negatif terhadap ROA sedangkan VACA berpengaruh positif terhadap ROA.

Sedangkan Penelitian Pramelasari (2010) menunjukan hasil bahwa VAHU dan

VACA berpengaruh positif terhadap ROA.

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat disusun pertanyaan

penelitian sebagai berikut:

1. Apakah Value Added Human Capital (VAHU) berpengaruh terhadap Return

On Asset (ROA)?

2. Apakah Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh terhadap Return

On Asset (ROA)?

3. Apakah Value Added Capital Assets (VACA) berpengaruh terhadap Return On

Asset (ROA)?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh Value Added Human Capital (VAHU) terhadap

Return On Asset (ROA).

2. Untuk mengetahui pengaruh Structural Capital Value Added (STVA) terhadap

Return On Asset (ROA).

3. Untuk mengetahui pengaruh Value Added Capital Assets (VACA) terhadap

Return On Asset (ROA).

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:

1. Kegunaan Teoritis

Page 9: tika ok

9

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan pemikiran serta

literature perpustakaan dan peneliti selanjutnya guna sebagai acuan serta

pengembangan teori mengenai pentingnya pengelolaan Intellectual Capital

(IC), karena dapat dijadikan nilai tambah dan keunggulan kompetitif bagi

koperasi atau perusahaan.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai keunggulan

kompetitif dan nilai tambah yang dihasilkan dari Intellectual Capital (IC)

yang dimiliki serta pengaruhnya terhadap profitabilitas dan dapat

diterapkan dikehidupan nyata.

b. Bagi Koperasi

Bagi Koperasi Serba Usaha di kota Tarakan, hasil penelitian

bermanfaat sebagai sumber informasi mengenai pentingnya pengelolaan

Intellectual Capital (IC), karena dapat dijadikan nilai tambah dan

keunggulan kompetitif bagi koperasi guna memperoleh profitabilitas yang

maksimal.

1.5 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam penyusunan dan pembahasan penelitian ini,

maka penulis membaginya atas beberapa bab:

BAB I merupakan bagian pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab, yang

meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, serta sistematika penulisan skripsi.

Page 10: tika ok

10

BAB II berisi kajian pustaka yang terdiri dari beberapa sub bab, yang meliputi

tentang landasan teori, definisi Intellectual Capital (IC), komponen Intellectual

Capital (IC), definisi kinerja keuangan, definisi koperasi, penelitian terdahulu,

kerangka pemikiran dan hipotesis.

BAB III berisi metode penelitian tentang uraian meliputi desain penelitian,

definisi operasional variabel, populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode

pengumpulan data dan metode analisis untuk mencapai tujuan penelitian.

BAB IV berisi tentang deskripsi objek penelitian dan statistik deskriptif variabel

penelitian.

BAB V menjelaskan analisis data tentang interprestasi terhadap hasil pengujian

hipotesis serta pembahasan.

BAB VI menguraikan tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang

diberikan berkaitan dengan penelitian serta keterbatasan penelitian.

Page 11: tika ok

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Stakeholder

Freeman (1984) dalam penelitiannya mengatakan stakeholder pertama

kali di perkenalkan oleh Standford Research Institute (RSI) pada Tahun 1963.

Selanjutnya Freeman (1984) mendefinisikan bahwa stakeholder merupakan

kelompok individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh proses

pencapaian tujuan suatu organisasi. Menurut teori ini, manajemen sebuah

organisasi diharapkan melakukan aktivitas yang dianggap penting oleh para

stakeholder mereka dan kemudian melaporkan kembali aktivitas-aktivitas

tersebut kepada para stakeholder. Kelompok stakeholder inilah yang menjadi

bahan pertimbangan utama bagi manajemen perusahaan dalam mengungkapkan

dan atau tidak mengungkapkan suatu informasi di dalam laporan. Kelompok-

kelompok stakeholder tersebut meliputi pemegang saham, pelanggan, pemasok,

kreditor, pemerintah, dan masyarakat (Ulum, 2008 dalam Pramelasari, 2010).

Tujuan utama dari stakeholder theory adalah untuk membantu

manajemen perusahaan dalam meningkatkan penciptaan nilai sebagai dampak

dari aktivitas-aktivitas yang mereka lakukan dan meminimalkan kerugian yang

mungkin muncul bagi stakeholder mereka (Deegan, 2004, dalam Pramelasari,

2010). Dalam upaya penciptaan nilai bagi perusahaan, manajemen perusahaan

Page 12: tika ok

12

harus dapat mengelola seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan, baik

karyawan, aset fisik maupun infrastruktur perusahaan.

2.1.2 Intellectual Capital (IC)

Menurut Stewart (1997) dalam Suryanti (2010), Intellectual Capital (IC)

dapat dipandang sebagai pengetahuan dalam pembentukan kekayaan intelektual

dan pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan.

Intellectual Capital (IC) mencakup semua pengetahuan karyawan, organisasi

dan kemampuan mereka untuk menciptakan nilai tambah dan menyebabkan

keunggulan kompetitif berkelanjutan. Pulic (2000) dalam pramelasari (2010)

Intellectual Capital (IC) merupakan sumber daya yang unik sehingga tidak

semua perusahaan dapatmenirunya. Hal inilah yang menjadikan Intellectual

Capital (IC) sebagai sumber daya kunci bagi perusahaan untuk menciptakan

Value Added (VA) perusahaan dan nantinya akan tercapai keunggulan

kompetitif perusahaan. Definisi dari masing-masing komponen Intellectual

Capital (IC) yaitu:

a. Human Capital (HC) adalah keahlian dan kompetensi yang dimiliki

karyawan dalam memproduksi barang dan jasa serta kemampuannya untuk

dapat berhubungan baik dengan pelanggan. Termasuk dalam human capital

yaitu pendidikan, pengalaman, keterampilan, kreatifitas dan attitude.

b. Structural Capital (SC) adalah infrastruktur yang dimiliki oleh suatu

perusahaan dalam memenuhi kebutuhan pasar. Termasuk dalam structural

capital yaitu sistem teknologi, sistem operasional perusahaan, paten, merk

dagang dan kursus pelatihan.

Page 13: tika ok

13

c. Customer Capital (CC) adalah orang-orang yang berhubungan dengan

perusahaan, yang menerima pelayanan yang diberikan oleh perusahaan

tersebut.

Menurut Suwarjono (2003) dalam Saryanti (2010), menyatakan bahwa

metode pengukuran Intellectual Capital (IC) dibagi menjadi dua kelompok

yaitu: pengukuran nonmoneter dan pengukuran moneter salah satu metode

pengukuran Intellectual Capital (IC) dengan penilaian nonmoneter yaitu

Balanced Scorecard (BS) oleh Kaplan dan Norton, sedangkan metode

pengukuran Intellectual Capital (IC) dengan penilaian moneter, salah satunya

yaitu model Pulic yang dikenal dengan sebutan Value Added Intellectual

Coefficient (VAIC). Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) digunakan

karena dianggap sebagai indikator yang cocok untuk mengukur Intellectual

Capital (IC) di riset empiris.

Menurut Pulic (1998) dalam Pramelasari (2010), Value Added Intellectual

Coefficient (VAIC) digunakan untuk menyajikan informasi tentang Value

Creation Efficiency dari aset berwujud dan aset tak berwujud yang dimiliki oleh

perusahaan. Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) merupakan alat untuk

mengukur kinerja Intellectual Capital (IC) perusahaan. Model ini relatif mudah

dan sangat mungkin untuk dilakukan karena dikonstruksikan dari akun-akun

dalam laporan keuangan (neraca dan laporan laba rugi). Perhitungannya dimulai

dengan kemampuan perusahaan untuk menciptakan Value Added (VA). Value

Added (VA) adalah indikator paling obyektif untuk menilai keberhasilan bisnis

Page 14: tika ok

14

dan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menciptakan nilai. Value

Added (VA) didapat dari selisih antara output dan input.

Nilai output (OUT) adalah revenue dan mencakup seluruh produk dan jasa

yang dihasilkan perusahaan untuk dijual, sedangkan input (IN) meliputi seluruh

beban yang digunakan perusahaan untuk memproduksi barang atau jasa dalam

rangka menghasilkan revenue. Namun, yang perlu diingat adalah bahwa beban

karyawan tidak termasuk dalam input (IN). Beban karyawan tidak termasuk

dalam input (IN) karena karyawan berperan penting dalam proses penciptaan

nilai. Proses Value Creation dipengaruhi oleh efisiensi dari Human Capital

(HC), Capital Employed (CE), dan Structural Capital (SC). (Pulic, 1998 dalam

Pramelasari, 2010)

1. Value Added Human Capital (VAHU)

Value Added Human Capital (VAHU) menunjukan berapa banyak VA

dapat dihasilkan dengan dana yang dikeluarkan untuk tenaga kerja. Hubungan

antara VA dengan HC mengindikasikan kemampuan HC untuk menciptakan

nilai di dalam perusahaan. Selain itu, perusahaan harus dapat mengelola sumber

daya yang berkualitas dengan maksimal sehingga dapat menciptakan Value

Added dan keunggulan kompetitif perusahaan yang pada akhirnya dapat

meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.

2. Structural Capital Value Added (STVA)

Structural Capital Value Added (STVA) menunjukkan kontribusi

structural capital (SC) dalam penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC

yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi

Page 15: tika ok

15

bagaimana keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. SC bukanlah ukuran yang

independen sebagaimana HC dalam proses penciptaan nilai. Artinya, semakin

besar kontribusi HC dalam value creation, maka akan semakin kecil kontribusi

SC dalam hal tersebut. Lebih lanjut Pulic menyatakan bahwa SC adalah VA

dikurangi HC.

3. Value Added of Capital Employed (VACA)

Value Added of Capital Employed (VACA) adalah indikator untuk VA

yang diciptakan oleh satu unit dari physical capital. Pulic (1998) dalam

Pramelasari (2010) mengasumsikan bahwa jika 1 unit dari Capital Employed

(CE) menghasilkan return yang lebih besar daripada perusahaan yang lain, maka

berarti perusahaan tersebut lebih baik dalam memanfaatkan CEnya. VACA

merupakan bentuk dari kemampuan perusahaan dalam mengelola sumber

dayanya yang berupa capital asset. Dengan pengelolaan capital asset yang baik,

diyakini peusahaan dapat meningkatkan nilai pasar dan kinerja perusahaannya.

2.1.3 Kinerja Keuangan

Menurut Prawirosentono (1997) dalam Saryanti (2010), kinerja adalah

hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam

suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing,

dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Menurut Nawawi

(2005: 236) kinerja adalah usaha mengidentifikasi, mengukur (menilai) dan

mengelola (manajemen) pekerjaan yang dilaksanakan oleh para pekerja di

lingkungan suatu organisasi. Menurut Sunyoto (2012: 18) kinerja adalah sesuatu

Page 16: tika ok

16

hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan menyelesaikan pekerjaan

yang dibebankan kepadanya.

Kinerja keuangan perusahan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu

yang dapat mengukur keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba.

Menurut Elanvita (2008) dalam Dewi (2011) prestasi perusahaan yang

ditunjukkan oleh laporan keuangannya sebagai suatu tampilan keadaan

perusahaan selama periode tertentu disebut dengan kinerja keuangan

perusahaan. Sedangkan Pranata (2007) dalam Dewi (2011) menyatakan bahwa

kinerja keuangan merupakan salah satu faktor yang menunjukkan efektifitas dan

efisien suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Tujuan perusahaan

akan sulit tercapai bila perusahaan tersebut tidak bekerja secara efisien,

sehingga perusahaan tidak mampu baik langsung maupun tidak langsung

bersaing dengan perusahaan sejenis (Wiyoto dalam Dewi, 2008).

Ukuran kinerja yang umum digunakan yaitu ukuran kinerja keuangan.

Kinerja keuangan perusahaan ditunjukkan oleh laporan keuangannya. Kinerja

perusahaan dapat diukur dari laporan keuangan yang dikeluarkan secara

periodik yang memberikan suatu gambaran tentang posisi keuangan. Untuk

mengukur kinerja keuangan perusahaan digunakan rasio-rasio keuangan yang

terdapat dalam rasio profitabilitas (Purnomo, 1998 dalam Saryanti, 2010).

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang

bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba selama periode tertentu (Riyanto,

2001 :36). Dari pengertian di atas dapat diambil suatu kesimpulan profitabilitas

adalah suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur efisiensi perusahaan

Page 17: tika ok

17

dalam menghasilkan keuntungan selama periode waktu tertentu. Jika sebuah

perusahaan memiliki profitabilitas rendah menunjukkan bahwa perusahaan

tersebut tidak mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik,

sehingga tidak mampu menghasilkan laba tinggi. Sebaliknya, perusahaan

berhasil meningkatkan profitabilitasnya dapat dikatakan bahwa perusahaan

tersebut mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya secara efektif dan

efisien sehingga mampu menghasilkan laba yang tinggi.

Dalam penelitian ini digunakan rasio keuangan yang mencerminkan

efisiensi perusahaan terhadap total aktiva yaitu Return On Asset (ROA). Return

On Asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki perusahaan.

Semakin tinggi nilai ROA, semakin efisien perusahaan dalam menggunakan

asetnya, baik aset fisik maupun aset nonfisik (intellectual capital) akan

menghasilkan laba bagi perusahaan.

2.1.4 Koperasi

Menurut UU No. 25 Tahun 1992. Koperasi adalah badan usaha yang

beranggotakan orang-seorang atau badan hukum. Koperasi dengan melandaskan

kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi

rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Dan menurut UU No. 17 Tahun

2012, koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

atau badan hukum koperasi, untuk dengan pemisah kekayaan para anggotanya

sebagai modal menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan

bersama dibidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip

Page 18: tika ok

18

koperasi. Menurut Yuniastuti (2012) koperasi adalah organisasi bisnis yang

dimiliki dan dioperasikan oleh orang-seorang demi kepentingan bersama.

Koperasi melandaskan kegiatan berdasarkan prinsip gerakan ekonomi rakyat

yang berdasarkan asas kekeluargaan. Jadi koperasi adalah badan usaha yang

terbentuk secara sukarela oleh individu atau orang-orang yang mempunyai

persamaan kepentingan, dan mengurus kepentingan para anggotanya serta

menciptakan keuntungan timbal balik bagi koperasi maupun anggota koperasi

itu sendiri. Menurut Widiyanti (2007:11), koperasi dibedakan menjadi:

a. Koperasi konsumsi

Koperasi yang bergerak di bidang konsumsi yang hanya mengurus serta

menyediakan barang-barang kebutuhan sehari-hari.

b. Koperasi kredit atau simpan pinjam

Koperasi yang menawarkan jasa penyimpanan uang, menyediakan dan

mengusahakan pinjaman.

2.2 Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian Saryanti (2010) dari STIE AUB Surakarta dengan

judul pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan perusahaan

perbankan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009, dengan alat

analisis regresi berganda. Hasil uji t HCEatau Human Capital Efficiency, dan SCE

atau Structural Capital Efficiency berpengaruh negatif dan tidak signifikan

kecuali CEE atau Capital Employed Efficiency berpengaruh positif dan signifikan

terhadap ROA atau Return on Asset. Hasil uji F diketahui bahwavariabel HCE

atau Human Capital Efficiency, SCE atau Structural Capital Efficiency, dan CEE

Page 19: tika ok

19

atau Capital Employed Efficiency berpengaruh signifikan secara bersama-sama

atau simultan terhadap ROA atau Return on Asset.

Menurut penelitian Puspitasari (2011) dari Universitas Diponegoro

Semarang dengan judul pengaruh Intellectual Capital terhadap bussinnes

performance pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI), dengan alat analisis regresi linear. Hasil pengujian menunjukkan bahwa

Intellectual Capital (IC) berpengaruh positif signifikan terhadap market valuation,

profitabilitas, dan produktivitas perusahaan. Ukuran perusahaan sebagai variabel

kontrol tidak mempunyai pengaruh terhadap market valuation dan profitabilitas,

tetapi bepengaruh negatif signifikan terhadap produktivitas perusahaan.

Menurut penelitian Dewi (2011) dari Universitas Diponegoro Semarang

dengan judul pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan perusahaan

manufaktur yang terdapat di BEI tahun 2007-2009, dengan alat analisis regresi

linear sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Intellectual Capital (IC)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, produktivitas,

pertumbuhan, dan market valuation perusahaan. Secara keseluruhan, penelitian ini

menemukan bahwa human capital (VAHU) memberikan kontribusi yang paling

banyak terhadap penciptaan nilai tambah bagi perusahaan.

Menurut penelitian Pramelasari (2010) dari Universitas Diponegoro

Semarang, dengan judul pengaruh Intellectual Capital terhadap nilai pasar dan

kinerja keuangan perusahaan, dengan alat analisis regresi berganda. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa Intellectual Capital (IC) berupa Value Added

Intellectual Coefficient (VAIC) tidak berpengaruh terhadap nilai pasar (MtBV),

Page 20: tika ok

20

dan kinerja keuangan perusahaan (ROA, ROE, EP dan GR).VACA dan VAHU

yang berpengaruh signifikan positif terhadap nilai pasar perusahaan (MtBV), dan

kinerja keuangan perusahaan (ROAdan ROE). RD hanya berpengaruh terhadap

ROA.

Menurut penelitian Adeline (2012) dari Universitas Diponegoro

Semarang, dengan judul pengaruh Intellectual Capital terhadap pengendalian

anggaran dan kinerja organisasi (studi empiris pada perusahaan manufaktur di

Jawa tengah), dengan alat analisis yang digunakan adalah Partial Least Square

(PLS). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa intellectual dari Human Capital

(HC) berpengaruh positif terhadap pengendalian anggaran dan kinerjaorganisasi.

Intellectual dari komponen Customer Capital (CC) berpengaruh positif terhadap

pengendalian anggaran dan kinerja organisasi. Begitu pula dengan intellectual

dari komponen Structural Capital (SC) yang juga berpengaruh positif terhadap

pengendalian anggaran dan kinerja organisasi.

Page 21: tika ok

21

Tabel 2.1Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Variabel Metode Hasil1 Saryanti

(2010)Variabel Independen: CEE, HCE, SCEVariabel Dependen: ROA

Analisis Regresi Berganda

a. HCE dan SCE berpengaruh negatif terhadap ROA

b. CEE berpengaruh positif terhadap ROA

c. HCE, SCE dan CEE berpengaruh positif secara simultan terhadap ROA

2 Puspitasari (2011)

Variabel Independen: Intellectual Capital (IC)Variabel Dependen: Market Valuation, profitabilitas, dan produktivitas perusahaanVariable Kontrol: Ukuran Perusahaan

Analisis Regresi Linear

a. Intellectual Capital (IC) berpengaruh positif terhadap Market Valuation, profitabilitas, dan produktivitas perusahaan.

b. Ukuran perusahaan tidak mempunyai pengaruh terhadap Market Valuationdan profitabilitas, tetapi berpengaruh negatif signifikan terhadap produktivitas perusahaan.

3 Dewi (2011)

Variable Independen: Intellectual Capital (IC)Variable Independen: Market Valuation, profitabilitas, produktivitas, dan pertumbuhan perusahaan.

Analisis Regresi Linear

Intellectual Capital (IC) berpengaruh positif terhadap Market Valuation, profitabilitas, produktivitas, dan pertumbuhan perusahaan.

Lanjutan…

4 Pramelasari (2010)

Variabel Independen: VAIC, VACA, VAHU dan RD

Analisis Regresi Berganda

a. VAIC tidak berpengaruh terhadap MtBV, ROA, ROE dan GR

b. VACA dan VAHU

Page 22: tika ok

22

Variable Independen: MtBV, ROA, ROE dan GR

berpengaruh positif terhadap MtBV, ROA dan ROE

c. RD berpengaruh terhadap ROA

5 Adeline (2012)

Variabel Independen: HCE, SCE, CEEVariable Independen: pengendalian anggaran dan kinerja organisasi

Partial Least Square (PLS)

a. HCE berpengaruh positif terhadap pengendalian anggaran dan kinerja organisasi

b. SCE berpengaruh positif terhadap pengendalian anggaran dan kinerja organisasi

c. CEE berpengaruh positif terhadap pengendalian anggaran dan kinerja organisasi

6 Penelitian Sekarang (2014)

Variabel Independen: VAHU, STVA dan VACAVariabel Dependen: ROA

Analisis Regresi Berganda

Sumber: Olahan Peneliti 2014

2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan penelitian Adeline (2012) dapat disimpulkan bahwa

Intellectual Capital (IC) yang terdiri dari variabel Value Added Human Capital

(VAHU), Structural Capital Value Added (STVA) dan Value Added Capital

Assets (VACA) cukup berpengaruh positif terhadap kinerja.

Penulis akan mencoba mengkaji variabel yang sama namun dengan objek

yang berbeda untuk mengetahui apakah bidang usaha koperasi Intellectual

Capital (IC) memiliki pengaruh positif terhadap ROA koperasi. Manajemen harus

tepat dalam mengelola potensi atau Intellectual Capital (IC) yang dimiliki oleh

koperasi. Pihak manajemen akan selalu dihadapkan pada keputusan yang akan

Page 23: tika ok

23

mengakibatkan tinggi rendahnya tingkat profitabilitas yang dicapai atas

pengelolaan Intellectual Capital (IC) yang dimiliki. Hal ini perlu diperhatikan

oleh para manajer, khususnya manajer keuangan karena dari adanya rasio

profitabilitas Return On Asset (ROA) dapat diketahui tingkat kemampuan para

manajer tersebut. Oleh sebab itu, pengelolaan elemen-elemen Intellectual Capital

(IC) yang terdiri dari VAHU, STVA dan VACA merupakan hal penting yang

harus diperhatikan oleh pihak manajemen. Jumlah VAHU yang besar

mengakibatkan tingginya tingkat profitabilitas. Jumlah STVA yang sangat kecil

akan berdampak pada rendahnya profitabilitas. Serta tinggi rendahnya nilai

VACA juga akan berdampak pada profitabilitas. Secara sederhana kerangka

pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Penelitian

X1(+)

X2(+)

X3 (+)

2.4 Hipotesis

VAHU

ROA

VACA

STVA

Page 24: tika ok

24

2.4.1 Pengaruh Value Added Human Capital (VAHU) terhadap Return on

Asset (ROA)

Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Puspitasari (2011) dari

Universitas Diponegoro Semarang dengan judul pengaruh Intellectual Capital

(IC) terhadap bussinnes performance pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukan Intellectual Capital (IC)

berpengaruh positif terhadap Market Valuation, profitabilitas, dan produktivitas

perusahaan. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2011)

dari Universitas Diponegoro Semarang dengan judul pengaruh Intellectual

Capital (IC) terhadap kinerja keuangan perusahaan manufaktur yang terdapat di

BEI tahun 2007-2009, menunjukkan bahwa Intellectual Capital (IC)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, produktivitas,

pertumbuhan, dan market valuation perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh

Adeline (2010) dari Universitas Diponegoro Semarang, dengan judul pengaruh

Intellectual Capital (IC) terhadap pengendalian anggaran dan kinerja organisasi

(studi empiris pada perusahaan manufaktur di Jawa tengah), menunjukan

Intellectual Capital (IC) yang terdiri dari variabel Value Added Human Capital

(VAHU) berpengaruh positif terhadap kinerja.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H1: Value Added Human Capital (VAHU) berpengaruh positif terhadap Return

on Asset (ROA).

Page 25: tika ok

25

2.4.2 Pengaruh Structural Capital Value Added (STVA) terhadap Return on

Asset (ROA)

Menurut penelitian Saryanti (2010) dari STIE AUB Surakarta dengan

judul pengaruh Intellectual Capital (IC) terhadap kinerja keuangan perusahaan

perbankan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009.

Menunjukan bahwa Structural Capital Value Added (STVA) atau CEE (Capital

Employed Efficiency) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA).

Begitu juga penelitian Adeline (2010) dari Universitas Diponegoro Semarang,

dengan judul pengaruh Intellectual Capital (IC) terhadap pengendalian

anggaran dan kinerja organisasi (studi empiris pada perusahaan manufaktur di

Jawa tengah), menyatakan SCE atau Structural Capital Value Added (STVA)

berpengaruh positif terhadap pengendalian anggaran dan kinerja organisasi.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H2: Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh positif terhadap

Return on Asset (ROA).

2.4.3 Pengaruh Value Added Capital Assets (VACA) terhadap Return on

Asset (ROA)

Menurut Pramelasari (2010)dari Universitas Diponegoro Semarang,

dengan judul pengaruh Intellectual Capital (IC) terhadap nilai pasar dan kinerja

keuangan perusahaan, menyatakan bahwa VACA dan VAHU yang berpengaruh

signifikan positif terhadap nilai pasar perusahaan (MtBV), dan kinerja keuangan

perusahaan (ROAdan ROE). RD hanya berpengaruh terhadap ROA. Begitu juga

Page 26: tika ok

26

penelitian Saryanti (2010) dari STIE AUB Surakarta dengan judul pengaruh

Intellectual Capital (IC) terhadap kinerja keuangan perusahaan perbankan yang

terdapat di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009, menunjukan VAHU, STVA

dan VACA berpengaruh positif secara simultan terhadap ROA. Selain itu juga

penelitian Adeline (2010) dari Universitas Diponegoro Semarang yang

mendukung penelitian sebelumnya, dengan judul pengaruh Intellectual Capital

(IC) terhadap pengendalian anggaran dan kinerja organisasi (studi empiris pada

perusahaan manufaktur di Jawa tengah), menyatakan bahwa Value Added

Capital Assets (VACA) berpengaruh positif terhadap Return on Asset (ROA).

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H3: Value Added Capital Assets (VACA) berpengaruh positif terhadap Return

on Asset (ROA).

Page 27: tika ok

27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Menurut Sugiyono (2011: 3) Metode penelitian pada dasarnya merupakan

cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan kegunaan dan tujuan tertentu. Metode

penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Metode

kuantitatif adalah metode penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk

angka atau data kualitatif yang diangkakan.

3.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah definisi-definisi yang akan digunakan di dalam

penelitian ini dengan maksud untuk memberikan arah dan batasan dalam

penyelesaian masalah.

1. Variabel Independen (X)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Intellectual Capital (IC).

Menurut Stewart (1997) dalam Saryanti (2010), Intellectual Capital (IC) dapat

dipandang sebagai pengetahuan dalam pembentukan kekayaan intelektual dan

pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan. Di dalam

Intellectual Capital (IC), untuk mengukur efisiensi dari nilai tambah sebagai

hasil dari kemampuan intelektual koperasi yaitu dengan menggunakan Value

Added Intellectual Coefficient (VAIC). Menurut Pulic (1998) dalam Saryanti

(2010), nilai tambah atau Value Added (VA) adalah perbedaan antara total

pendapatan (OUT) dan beban usaha (IN). Rumus untuk menghitung VA atau

Value Added yaitu:

Page 28: tika ok

28

VA = OUT – IN

Keterangan:

OUT = Total Pendapatan

IN = Beban Usaha,Kecuali Gaji dan TunjanganKaryawan

VA = Selisih antara output dan input

Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) memiliki 3 komponen, di

mana ketiga komponen inilah yang akan menjadi variabel-variabel independen

dari Intellectual Capital (IC) itu sendiri yang terdiri dari:

a. Variabel X1 yaitu Human Capital (HC) atau Value Added Human Capital

(VAHU) menunjukan berapa banyak VA dapat dihasilkan dengan dana yang

dikeluarkan untuk tenaga kerja koperasi serba usaha di kota Tarakan.

Hubungan antara VA dengan HC mengindikasikan kemampuan HC untuk

menciptakan nilai di dalam koperasi. Menurut Pulic (1998) dalam Saryanti

(2010), Human Capital (HC) mengacu pada nilai kolektif dari Intellectual

Capital (IC) perusahaan yaitu kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan

yang diukur dengan Human Capital Efficiency (HCE) yang merupakan

indikator efisiensi nilai tambah (Value Added/VA) modal manusia. Rumus

untuk menghitung VAHU

VAHU =

Keterangan :

VAHU = Value Added Human Capital : rasio dari VA terhadap CE.

HC = Gaji dan Tunjangan Karyawan Koperasi Serba Usaha

VA = Value Added (nilai tambah)

VAHC

Page 29: tika ok

29

b. Variabel X2 yaitu Structural Capital (SC) atau Structural Capital Value

Added (STVA) menunjukkan kontribusi Structural Capital (SC) dalam

penciptaan nilai. STVA mengukur jumlah SC yang dibutuhkan untuk

menghasilkan 1 rupiah dari VA dan merupakan indikasi bagaimana

keberhasilan SC dalam penciptaan nilai. Menurut Pulic (1998) dalam

Saryanti (2010), Structural Capital (SC) didefinisikan sebagai Competitive

Intelligence, formula, sistem informasi, hak paten, kebijakan, proses, dan

sebagainya. Hasil dari produk atau sistem koperasi serba usaha di kota

Tarakan yang telah diciptakan dari waktu ke waktu yang diukur dengan

Structural Capital Efficiency (SCE) yang merupakan indikator efisiensi nilai

tambah (Value Added/VA) modal struktural. Rumus untuk menghitung

STVA yaitu:

STVA =

Keterangan :

STVA = Structural Capital Value Added : rasio dari SC terhadap VA

SC = Structural Capital (VA – HC)

VA = Value Added (VA)

c. Variabel X3 yaitu Capital Eployed (CE) atau Value Added Capital Assets

(VACA) adalah indikator untuk VA yang diciptakan oleh satu unit dari

Physical Capital. Pulic (1998) dalam Saryanti (2010) mengasumsikan

bahwa jika 1 unit dari CE (Capital Employed) menghasilkan return yang

lebih besar daripada perusahaan yang lain, maka berarti perusahaan tersebut

lebih baik dalam memanfaatkan CE-nya. Menurut Pulic (1998) dalam

Saryanti (2010), Capital Eployed (CE) didefinisikan sebagai total modal

SCVA

Page 30: tika ok

30

yang dimanfaatkan dalam aset tetap dan lancar suatu perusahaan diukur

dengan Capital Efficiency Employed (CEE) yang merupakan indikator

efisiensi nilai tambah (Value Added/VA) modal yang digunakan. Rumus

untuk menghitung VACA yaitu:

VACA =

Keterangan:

VACA = Value Added Capital Employed : rasio dari VA terhadap CE

CE = Capital Employed : dana yang tersedia (ekuitas, laba bersih)

VA = Value Added

2. Variabel Dependen (Y) yaitu Kinerja Keuangan

Menurut Prawirosentono (1997) dalam Saryanti (2010), kinerja adalah

hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam

suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing,

dalam upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak

melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Profitabilitas di

dalam penelitian ini diukur dari rasio Return On Asset (ROA). Return On Asset

(ROA) digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan koperasi serba

usaha di kota Tarakan dalam menghasilkan laba (sisa hasil usaha) dengan

menggunakan total aset yang dimilikinya. Rumus untuk mengukur ROA yaitu:

ROA = X 100%

Keterangan:

ROA = Return On Asset

Total PendapatanTotal Asset

VACE

Page 31: tika ok

31

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Arikunto (2005:83-99), populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Koperasi Serba Usaha

yang terdaftar di Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi kota Tarakan

(Disperindagkop) tahun 2004-2013. Penelitian ini menggunakan data laporan

keuangan koperasi yang terbaru yang dapat memberikan gambaran terkini

mengenai perkembangan koperasi. Laporan keuangan yang digunakan adalah

laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan tersebut terdiri dari laporan rugi

laba dan neraca tahun 2004-2013.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti atau

diselidiki (Arikunto, 2005:95-99). Sampel yang digunakan adalah koperasi yang

dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang memenuhi ketentuan dari penelitian.

Oleh karena itu metode yang digunakan pengambilan sampel penelitian ini

adalah metode non probability dengan teknik purposive sampling. Kriteria

tersebut yaitu koperasi serba usaha yang telah menerbitkan laporan keuangan

selama 10 tahun berturut-turut dari tahun 2004-2013 yang telah dilaporkan ke

Disperindagkop Tarakan. Berdasarkan kriteria tersebut, maka diperoleh jumlah

sampel dari 6 KSU untuk tahun 2004-2013 yang selanjutnya akan digunakan

dalam penelitian adalah sebanyak 60 sampel.

Page 32: tika ok

32

3.4 Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah data sekunder

yaitu data yang terdaftar di Dinas terkait (Disperindagkop). Data-data dalam

penelitian ini adalah data dari masing-masing komponen variabel, gambaran

umum mengenai koperasi serba usaha, kegiatan usaha koperasi, struktur

organisasi, laporan keuangan serta data tentang jumlah anggota masing-masing

koperasi yang ada di kota Tarakan.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data di dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode dokumentasi. Menurut Arikunto (2005:244) Dokumentasi

adalah penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan

dalam rekaman, baik gambar, suara, tulisan, atau lain-lain. Metode ini dilakukan

dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan,

transkip, buku maupun agenda yang terdapat di Disperindagkop untuk

memperoleh Informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang akan

diteliti.

3.6 Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan

deskripsi atas variabel-variabel penelitian secara statistik.

Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah

nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum, dan standar deviasi.

Page 33: tika ok

33

3.7 Metode Analisis

3.7.1 Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2009: 151), uji normalitas bertujuan untuk

menguji apakah dalam modelregresi antara variabel bebas (independen)

dengan variabel terikat (dependen) mempunyai distribusi normal.

Pengujian normalitas salah satunya dapat dilakukan dengan uji statistik

yaitu uji statistik non-parametrik kolmogorov-smirnov (K-S). Uji K-S

dilakukan apabila nilai asymp, sig> Sig (0.05), maka residual berdistribusi

Normal.

2. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah dalam

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen

(Ghozali, 2009: 95). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi diantara variabel independen. Jika variabel independen saling

berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak ortogonal. Maksud dari

ortogonal disini adalah variabel independen yang nilai korelasi antar

sesama variabel independen sama dengan nol.

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam

model regresi diantaranya adalah dengan melihat dari nilai tolerance dan

Variance Inflation Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap

variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap varibel independen menjadi

Page 34: tika ok

34

variabel dependen dan diregresikan terhadap variabel independen lainnya.

Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang

tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance

yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/tolerance).

Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

multikolinearitas adalah nilai tolerance ≤ 0.10 atau sama dengan nilai VIF

≥ 10. Walaupun nilai multikolonieritas dapat dideteksi dengan tolerance

dan VIF, namun kita masih tetap tidak dapat mengetahui variabel-variabel

independen mana sajakah yang saling berkolerasi.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain. Jika varians dari satu pengamatan ke pengamatan

yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas, dan jika varians berbeda

maka disebut heteroskedastisitas. Pada suatu model regresi yang baik

adalah berkondisi homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

Konsekuensinya adanya heteroskedastisitas dalam model regresi adalah

penaksir (estimator) yang diperoleh tidak efisien, baik dalam sampel kecil

maupun sampel besar. Salah satu cara untuk mendiagnosa adanya

heteroskedastisitas dalam suatu model regresi adalah dengan melihat

grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan

residualnya (SRESID) (Ghozali, 2009:125). Adapun dasar analisis dengan

melihat grafik plot adalah sebagai berikut:

Page 35: tika ok

35

a. Jika terdapat pola tertentu seperti titik-titik yang ada membentuk pola

tertentu yang teratur, maka menunjukkan telah terjadi

heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas seperti titik-titik menyebar diatas dan di

bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidakterjadi heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2009: 106-107), uji autokorelasi bertujuan

menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan

penganggu pada periode t dengan kesalahan penganggu pada periode t-1

(sebelumnya). Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya

autokorelasi yaitu dengan mendeteksi autokorelasi dengan uji Durbin-

watson (DW). Uji Durbin-watson hanya digunakan untuk autokorelasi

tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya

intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lag di

antara variabel independen Hipotesis yang akan diuji adalah:

H0: tidak ada autokorelasi (r sama dengan 0)

Ha: ada autokorelasi (r tidak sama dengan 0)

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi:

1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4 -

du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada

autokorelasi.

Page 36: tika ok

36

2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound

(dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada

autokorelasi positif.

3. Bila nilai DW lebih besar daripada (4 - dl), maka koefisien

autokorelasi lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW terletak di antara batas atas (du) dan batas bawah (dl)

ada DW terletak antara (4 - du) dan (4 - dl), maka hasilnya tidak dapat

disimpulkan.

3.7.2 Analisis Regresi Berganda

Untuk menunjukkan hubungan antara variabel terikat (Y) dengan variabel

bebas (X). Dari penjelasan Algifari (2000: 65), persamaan regresi berganda

adalah sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3+e

Keterangan :

Y = ROA

a = Konstanta

X1 = VAHU (Value Added Human Capital)

X2 = STVA (Structural Capital Value Added)

X3 = VACA (Value Added Capital Assets)

b1, b2, b3= Koefisien Regresi Dari Tiap Variabel

e = standar error

3.7.3 Uji Koefisien

Persamaan regresi yang diperoleh dalam suatu proses perhitungan tidak

selalu baik untuk mengestimasi nilai variabel terikat (dependen), sehingga

Page 37: tika ok

37

diperlukan perhitungan koefisien determinasi. Koefisien determinasi merupakan

persentase pengaruh semua variabel bebas terhadap nilai veriabel

terikat.Besarnya koefisien determinasi adalah 0 sampai dengan 1. Semakin

mendekati 0, maka semakin kecil pula pengaruh semua variabel independen

terhadap nilai variabel dependen. Sedangkan semakin mendekati 1, maka dapat

dikatakan semakin kuat model tersebut dalam menerangkan variasi variabel

independen terhadap variabel dependen. Angka dari Adjusted R2 diperoleh dari

hasil output SPSS yang bisa dilihat pada tabel model summary kolom Adjusted

square (Ghozali, 2009: 87).

3.7.4 Uji Hipotesis

3.7.4.1 Uji t atau Uji Parsial

Menurut Ghozali (2009: 88-89), uji t digunakan untuk menentukan

apakah variabel independen (X) berpengaruh secara parsial atau sendiri-

sendiri terhadap variabel dependen (Y). Rumus yang digunakan adalah:

ttabel = α/2 dan df (n-k)

Keterangan :

α = Signifikansi

n = Jumlah Sampel

k = Jumlah Variabel Independen

Pengujian ini dilakukan berdasarkan perbandingan nilai thitung masing-

masing koefisien regresi dengan nilai ttabel (nilai kritis) sesuai dengan tingkat

signifikansi yang digunakan.Dimana thitung diperoleh dari hasil output SPSS

sedangkan ttabel diperoleh dari tabel t statistik.

Page 38: tika ok

38

1. Jika thitung> ttabel, maka menolak hipotesis nol (H0) dan menerima hipotesis

alternatif (Ha), yang artinya variabel VAHU, STVA dan VACA secara

parsial berpengaruh positif terhadap nilai variabel profitabilitas ROA.

2. Jika thitung< ttabel, maka menerima hipotesis nol (H0), artinya variabel

VAHU, STVA dan VACA tersebut secara parsial tidak berpengaruh

positif atau berpengaruh negatif terhadap nilai variabel profitabilitas ROA.

Menurut Suliyanto (2009) agar suatu hipotesis bisa diuji secara

statistik harus dirumuskan menjadi hipotesis Nol (H0) dan Hipotesis

Alternatif (Ha). Hipotesis yang diajukan sebagai berikut:

a. Hipotesis 1

Ho : Tidak terdapat pengaruh positif VAHU terhadap ROA.

Ha : Terdapat pengaruh positif VAHU terhadap ROA.

Kriteria pengujian

Ho diterima jika :

thitung< ttabel

sig. > 0.05

Ha diterima jika :

thitung> ttabel

sig. < 0.05 dan arah koefisien positif

b. Hipotesis 2

Ho : Tidak terdapat pengaruh positif STVA terhadap ROA.

Ha : Terdapat pengaruh positif STVA terhadap ROA

Kriteria pengujian

Page 39: tika ok

39

Ho diterima jika :

thitung< ttabel

sig. > 0,05

Ha diterima jika :

thitung> ttabel

sig. < 0,05 dan arah koefisien positif

c. Hipotesis 3

Ho : Tidak terdapat pengaruh positif VACA terhadap ROA.

Ha : Terdapat pengaruh positif VACA terhadap ROA.

Kriteria pengujian

Ho tidak dapat ditolak jika :

thitung> ttabel

sig. < 0,05

Ha diterima jika :

thitung<ttabel

sig. > 0,05 dan arah koefisien positif

Page 40: tika ok

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Koperasi Serba Usaha Kota Tarakan

4.1.1 Gambaran Umum Koperasi Serba Usaha Kota Tarakan

Koperasi syariah BMT Al-Fath didirikan pada tanggal 30 April 2001.

ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) cabang Tarakan merupakan

pelopor pendirian koperasi syariah sebagai sebuah lembaga keuangan syariah di

kota Tarakan. Belum terdapatnya lembaga sejenis menjadikan sebuah peluang

bagi pengembangan bisnis di kota Tarakan. Selain itu adanya harapan bagi umat

islam yang ada di kota Tarakan untuk dapat bertransaksi pada lembaga keuangan

yang berbasis syariah.

Dengan SK Menteri Kehakiman RI nomor: C-135.HT.03.01.Th.1996

pada tanggal 18 Juni 2001 dengan modal awal Rp. 100.000.000,-. Karyawan

sebanyak 5 orang, BMT Al-Fath mulai beroperasi.Pada saat pendirian masih

berbentuk KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) dengan menggunakan badan

hukum yayasan yaitu di bawah naungan yayasan pembaharuan beralamat di

jalan KH.Agus Salim RT. 05 No. 21 kelurahan Selumit Tarakan Kalimantan

Timur. BMT Al-Fath ditahap awal melakukan penetrasi pembiayaan pada

pedagang-pedagang kecil di pasar-pasar induk yang ada di kota Tarakan,

meliputi pasar Tenguyun, pasar Gusher dan pasar Beringin.

Pada tanggal 10 September 2001, BMT Al-Fath Tarakan masuk menjadi

anggota Inkopsyah (Induk Koperasi Syariah) PNM Jakarta dengan menyetor

uang simpanan pokok Rp 2.000.000,- dan mengikuti Rapat Anggota Tahunan

Page 41: tika ok

41

(RAT) di Jakarta. Inkopsyah PNM merupakan lembaga yang memberikan

pembiayaan dan pengembangan IT bagi bisnis mikro syariah di Indonesia. Pada

tanggal 17 Januari 2002 badan hukum BMT Al-Fath dilengkapi dengan badan

hukum koperasi serba usaha syariah dengan izin usaha No.

14/BH/DPPK/I/2002. Dengan berubahnya badan hukum dari KSM menjadi

koperasi serba usaha syariah, operasional BMT Al-Fath menjadi lebih solid

terutama memperoleh akses permodalan. Beberapa lembaga keuangan yang

menjadi mitra dan membantu dalam akses permodalan selain dari Pemerintah

melalui Dinas Peridustrian Perdagangan dan Koperasi, antara lain: bank

Muamalat cabang Samarinda, bank Kaltim syariah Samarinda dan bank

Tabungan Negara syariah Balikpapan.

Koperasi Serba Usaha Eka Sari beralamat di Jl. Jend.Sudirman No. 03

Kecamatan Tarakan Barat. Dan berbadan hukum dengan Nomor

24/PAD/DPPK/VII/2004 pada tanggal 15 juli 2004. Primer Koperasi Serba

Usaha Angkatan Darat Batalyon Infanteri 613/RJA didirikan pada tanggal 28

Januari 1979 dengan badan hukum Nomor 494/BH/PAD/KWK,17/II/1979 pada

tanggal 24 Februari 1979 dan mengalami perubahan badan hukum Nomor

46/BH/PAD/DPPKUM/VIII/2011 pada tanggal 12 Agustus 2011. Koperasi

Serba Usaha Srikandi didirikan pada tanggal 02 November 2000. Dengan badan

hukum pada tanggal 07 November 2000 dengan Nomor

164/BH/KDK.17.3/XI/2000 dan mengalami perubahan hukum pada tanggal 04

Maret dengan Nomor 04/PAD/DPPK/III/2002. Koperasi Serba Usaha Srikandi

Page 42: tika ok

42

ini beralamat di Jl. Mulawarman/ Jl. Rukun Rt. 29 No. 17 Kelurahan Karang

Anyar Pantai. Tarakan Barat.

Koperasi Serba Usaha Tunas Mekar berdiri pada tahun 2004 dan

beralamat di Jl. Imam Bonjol Rt. 22 Gang 4, Pamusian Kecamatan Tarakan

Tengah. Pada pada tanggal 17 Mei 2004 dengan badan hukum Nomor

55/BH/DPPK/V/2004. Koperasi Serba Usaha Cahaya Baru beralamat di Jl.

Cahaya Baru Rt. 04 No. 17 Kr. Harapan Tarakan Barat. Dengan badan hukum

Nomor 08 A/PAD/DPPK/VII/2002.

4.1.2 Visi Misi Dan Tujuan Koperasi

Visi Koperasi BMT Al-Fath Tarakan adalah membantu dan

memberdayakan pengusaha mikro dengan kualitas pelayanan yang cepat, aman

dan sesuai syariah.

Sedangkan misi koperasi BMT Al-Fath Tarakan adalah:

a. Membangun dan memberdayakan ekonomi rakyat.

b. Mensejahterakan anggota, manajemen, karyawan dan stakeholder lainnya

yang menjadi keluarga besar BMT Al-Fath Tarakan.

c. Berperan serta dalam merubah sistem ekonomi ribawi menjadi system

ekonomi syariah.

Koperasi Serba Usaha Kota Tarakan yang lain memiliki visi dan misi yang

sama yakni visi Koperasi Serba Usaha Kota Tarakan adalah Mewujudkan

anggota koperasi yang sejahtera dan mandiri dan misi Koperasi Serba Usaha

Kota Tarakan adalah meningkatkan peran serta anggota dalam ekonomi

Page 43: tika ok

43

kerakyatan, menciptakan lapangan kerja bagi anggota dan masyarakat sekitar,

serta meningkatkan pemerataan pendapatan dan hasil-hasil pembangunan

4.2 Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

Analisis Deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi

atas variabel-variabel penelitian. Statistik deskriptif yang digunakan dalam

penelitian ini adalah nilai rata-rata (mean), maksimum, minimum, dan standar

deviasi. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan program SPSS diperoleh

hasil statistik deskriptif yang ditampilkan pada tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1Hasil Olahan Data Deskriptif SPSS

Sumber : Olahan Peneliti 2014

Berdasarkan tabel 4.1 tersebut menunjukkan bahwa nilai Return On

Asset (ROA) memiliki nilai terendah sebesar 1,92 dengan nilai tertinggi

sebesar 190,88 dan rata-rata (mean) sebesar 41,743 sedangkan standar deviasinya

sebesar 48,802. Tingginya nilai standar deviasi dibandingkan dengan nilai rata-

rata (mean) ROA mengindikasikan hasil yang kurang baik, hal tersebut

dikarenakan standar deviasi adalah pencerminan penyimpangan yang sangat

tinggi.

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

VAHU 60 1.32 508.01 42.441 97.015

STVA 60 0.24 1.00 0.8011 0.20263

VACA 60 1.02 82.86 5.0527 11.608

ROA 60 1.92 190.88 41.743 48.802

Valid N (listwise) 60

Page 44: tika ok

44

Value Added Human Capital (VAHU) memiliki nilai terendah sebesar

1,32 dengan nilai tertinggi sebesar 508,01 dan rata-rata (mean) sebesar 42,44

sedangkan standar deviasinya sebesar 97,015. Hal tersebut menunjukkan bahwa

data yang digunakan dalam variabel VAHU mempunyai sebaran besar karena

standar deviasi lebih besar dari nilai rata ratanya (mean), sehingga simpangan data

pada variabel VAHU ini dapat dikatakan kurang baik.

Structural Capital Value Added (STVA) memiliki nilai terendah sebesar

0,24 dengan nilai tertinggi sebesar 1,00 dan rata-rata (mean) sebesar 0,8011.

Sedangkan standar deviasinya sebesar 0,20263. Hal tersebut menunjukkan bahwa

data yang digunakan dalam variabel STVA mempunyai sebaran kecil karena

standar deviasi lebih kecil dari nilai rata ratanya (mean), sehingga penyebaran

data merata maka simpangan data pada variabel STVA ini dapat dikatakan baik.

Value Added Capital Assets (VACA) memiliki nilai terendah sebesar 1,02

dengan nilai tertinggi sebesar 82,86 dan rata-rata (mean) sebesar 5,0527

sedangkan standar deviasinya sebesar 11,608. Hal tersebut menunjukkan bahwa

data yang digunakan dalam variabel VACA mempunyai sebaran besar karena

standar deviasi lebih besar dari nilai rata ratanya (mean), sehingga simpangan data

pada variabel VACA ini dapat dikatakan kurang baik.

Page 45: tika ok

45

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Data

Penelitian ini menggunakan analisis statistik regresi linier

berganda, yang sebelumnya dilakukan uji asumsi klasik untuk

menguji kelayakan regresi yang dihasilkan. Berdasarkan

pehitungan komputer dengan program SPSS (Statistical Product

and Service Solutions) for windows realase 16 diperoleh hasil

sebagai berikut:

Tabel 5.1Hasil Analisis Data Dari Program SPSS

Uraian NilaiNilai Tolerance  

VAHU 0,848 STVA 0,839 VACA 0,970

Nilai Variance Inflation Factor (VIF)   VAHU 1.179 STVA 1.192 VACA 1.031

Kolmogorov-Smirnov Test Asymp. Sig. (2-tailed) 0.470Durbin WatsonTest 2.040Konstanta -18.062

VAHU -0.172 STVA 87.594 VACA -0.605

RSquare 0.209Adjusted R Square 0.195T hitung  

VAHU -2.591

Page 46: tika ok

46

STVA 2.735 VACA -1.163

Sumber: Olahan Peneliti 2014

5.1.1 Hasil Uji Asumsi Klasik

5.1.1.1 Hasil Uji Normalitas

Dari hasil perhitungan program SPSS pada tabel 5.1,

hasil uji kolmogorov-smirnov z menunjukkan bahwa nilai

asymp.sig adalah sebesar 0,470. Nilai ini jauh lebih besar di

atas probabilitas 5% (0,470 > 0,05), sehingga dapat

disimpulkan residual berdistribusi normal, serta berdasarkan

hasil uji diketahui bahwa model tidak terkena masalah

normalitas.

5.1.1.2 Hasil Uji Multikolinearitas

Berdasarkan hasil perhitungan program SPSS pada tabel 5.1, diperoleh

nilai tolerance menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki

nilai tolerance ≤ 0,10, yaitu VAHU sebesar 0,848, STVA sebesar 0,839 serta

VACA sebesar 0,970. Hal ini menunjukkan tidak ada korelasi antar variabel

independen yang nilainya lebih dari 80%.

Hasil perhitungan nilai Variance Inflation Factor (VIF) juga

menunjukkan hal yang sama, yaitu tidak ada satu variabel independen yang

memiliki nilai VIF ≥ 10, yaitu VAHU sebesar 1,179, STVA sebesar 1,192

serta VACA sebesar 1,031. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada

multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.

Page 47: tika ok

47

5.1.1.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Gambar 5.1

Uji Heteroskedastisitas

Dari gambar 5.1 di atas dapat diketahui bahwa titik-titik tidak

membentuk pola yang jelas dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah

heteroskedastisitas dalam model regresi.

5.1.1.4 Hasil Uji Autokorelasi

Page 48: tika ok

48

Berdasarkan tabel 5.1, yang merupakan ringkasan hasil output SPSS,

diperoleh hasil uji Durbin-Watson menunjukkan bahwa nilai DW 2,040, nilai

ini akan kita bandingkan dengan nilai tabel signifikansi 5% (α= 0,05), jumlah

sampel 60 (n= 60) dan jumlah variabel independen sebanyak 3 (K= 3) maka

diperolehnilai du= 1,689. Nilai DW 2,040 lebih besar dari batas atas (du)

yakni 1,689 dan kurang dari (4-du) 4-1,689= 2,311 sehingga menjadi 1,689

<2,040 < 2,311 dan dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi

dalam model regresi.

5.1.2 Hasil Analisis Regresi Berganda

Berdasarkan hasil analisis data dari tabel 5.1, diperoleh persamaan

regresi sebagai berikut:

Y = -18.062 - 0,172 X1 + 87,594 X2 - 0,605 X3 + e

Adapun Interpretasi dari persamaan tersebut adalah:

a. Konstanta sebesar -18,062 menyatakan bahwa, jika variabel bebas yaitu

VAHU, STVA, dan VACA dianggap konstan atau nol, maka tingkat

profitabilitas ROA turun sebesar 18,062 %.

b. Koefisien regresi VAHU sebesar -0,172 menyatakan bahwa, apabila

VAHU meningkat sebesar 1 kali dan variabel STVA serta VACA

dianggap tetap atau nol, maka tingkat profitabilitas ROA akan turun

sebesar 0,172 %.

c. Koefisien regresi STVA sebesar 87,594 menyatakan bahwa, apabila

STVA meningkat sebesar 1 kali dan variabel VAHU serta VACA

Page 49: tika ok

49

dianggap tetap atau nol, maka tingkat profitabilitas ROA akan bertambah

sebesar 87,594%.

d. Koefisien regresi VACA sebesar -0,605 menyatakan bahwa,

apabilaVACA meningkat sebesar 1 kali dan variabel VAHU serta STVA

dianggap tetap atau nol, maka profitabilitas ROA akan turun sebesar

0,605%.

5.1.3 Hasil Uji Koefisien

Dari hasil analisis dapat diketahui Adjusted R square adalah koefesien

determinasi. Dari tabel 5.1, diperoleh hasil Adjusted R square senilai 0,195.

Artinya 19,5% variasi yang terjadi terhadap tinggi rendahnya profitabilitas ROA

disebabkan oleh variasi Intellectual Capital (IC) yaitu VAHU, STVA serta

VACA dan sisanya 80,5 % disebabkan oleh variabel diluar penelitian ini.

5.1.4 Hasil Uji Hipotesis

5.1.4.1 Hasil Uji t atau Uji Parsial

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel

independen terhadap variabel dependen. Pengambilan keputusan dilakukan

dengan membandingkan nilai t hitung masing-masing koefisien regresi dengan

nilai t tabel pada taraf signifikan 5%. Signifikansi pengaruh dari masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebagai

berikut:

a. Pengaruh Value Added Human Capital (VAHU) terhadap Return On Asset

(ROA)

Page 50: tika ok

50

Berdasarkan hasil uji statistik t dari tabel 5.1, diperoleh tingkat

signifikansi Value Added Human Capital (VAHU) sebesar 0,012 serta t

hitung = -2,591 dan t tabel = 2,002 yang diperoleh dari tabel dengan

membandingkan α/2 (df). Di mana (df) n-k = 60-3 = 57 dengan taraf

kepercayaan 95 % (α/2 = 0,05/2 = 0,025), maka t hitung < t tabel (2,591

<2,002), sehingga dapat disimpulkan menerima hipotesis alternatif (Ha)

dan menolak hipotesis nol (H0), artinya variabel Value Added Human

Capital (VAHU) secara parsial berpengaruh negatif terhadap nilai Return

On Asset (ROA). Apabila tingkat Value Added Human Capital (VAHU)

mengalami peningkatan, maka Return On Asset (ROA) akan mengalami

penurunan.

b. Pengaruh Structural Capital Value Added (STVA) terhadap Return On

Asset (ROA)

Berdasarkan hasil uji statistik t dari tabel 5.1, diperoleh tingkat

signifikansi Structural Capital Value Added (STVA) sebesar 0,008 serta t

hitung = 2,735 dan t tabel = 2,002 yang diperoleh dari tabel dengan

membandingkan α/2 (df). Di mana (df) n-k = 60 - 3= 57 dengan taraf

kepercayaan 95 % (α/2 = 0,05/2 = 0,025), maka t hitung > t tabel

(2,735>2,002), sehingga dapat disimpulkan menerima hipotesis alternatif

(Ha) dan menolak hipotesis nol (H0), artinya variabel Structural Capital

Value Added (STVA) secara parsial berpengaruh positif terhadap

perubahan nilai Return On Asset (ROA). Jika tingkat Structural Capital

Value Added (STVA) dalam memenuhi kebutuhan pasar tidak mengalami

Page 51: tika ok

51

keterlambatan dalam artian hasil produksi koperasi dalam memenuhi

kebutuhan pasar berjalan secara maksimal dan menunjukkan

perkembangan perputarannya disetiap periode, maka nilai Return On Asset

(ROA) yang diperolehpun akan semakin tinggi.

c. Pengaruh Value Added Capital Assets (VACA) terhadap Return On Asset

(ROA)

Berdasarkan hasil uji statistik t dari tabel 5.1, diperoleh tingkat

signifikansi Value Added Capital Assets (VACA) sebesar 0,250 serta t

hitung = -1,163 dan t tabel = 2,002 yang diperoleh dari tabel dengan

membandingkan α/2 (df). Di mana (df) n-k = 60-3 = 57 dengan taraf

kepercayaan 95 % (α/2 = 0,05/2 = 0,025), maka t hitung < t tabel

(1,163<2,002), sehingga dapat disimpulkan menerima hipotesis nol (H0)

dan menolak hipotesis alternatif (Ha), artinya variabel Value Added

Capital Assets (VACA) secara parsial tidak berpengaruh terhadap

perubahan nilai Return On Asset (ROA). Apabila tingkat Value Added

Capital Assets (VACA) mengalami peningkatan, maka Return On Asset

(ROA) tidak mengalami peningkatan.

5.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil uji Analisis Regresi Linear Berganda dengan

menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service

Solutions) secara statistik dari ketiga hipotesis yang diajukan dua yang tidak

Page 52: tika ok

52

terdukung dan satu yang didukung. Berikut ini pembahasan hasil pengujian

hipotesis-hipotesis penelitian.

1. Hubungan Value Added Human Capital (VAHU) dan Return On Asset

(ROA)

Berdasarkan hasil uji t terhadap hipotesis 1 yang menyatakan bahwa

Value Added Human Capital (VAHU) berpengaruh positif terhadap Return

On Asset (ROA) tidak dapat diterima (tidak didukung). Sehingga dapat

dijelaskan bahwa perubahan terhadap Value Added Human Capital (VAHU)

berpengaruh negatif terhadap nilai Return On Asset (ROA) pada Koperasi

Serba Usaha Kota Tarakan. Hal ini ditunjukkan dengan koperasi yang

menganggarkan beban karyawan tinggi berharap akan mendapatkan Value

Added (VA) yang tinggi dari karyawannya. Akan tetapi, penelitian ini tidak

dapat membuktikan hubungan antara VAHU dengan kinerja keuangan

koperasi (ROA). Anggaran beban gaji karyawan koperasi yang tinggi jika

tidak diimbangi dengan pelatihan dan training justru akan menurunkan

produktivitas karyawan koperasi. Hal ini berarti bahwa karyawan tidak

dapat menciptakan Value Added (VA) bagi koperasi. Karyawan yang tidak

produktif dan beban karyawan yang tinggi akan menurunkan laba bersih

sehingga akan menurunkan kinerja keuangan koperasi (ROA). Hasil uji ini

tidak sesuai dengan teori yang telah ada sebelumnya yaitu yang menyatakan

bahwa VAHU berpengaruh positif terhadap ROA. Hasil penelitian ini sesuai

dengan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saryanti (2010).

Page 53: tika ok

53

2. Hubungan Structural Capital Value Added (STVA) dan Return On Asset

(ROA)

Berdasarkan hasil uji t terhadap hipotesis 2 yang menyatakan bahwa

Structural Capital Value Added (STVA) berpengaruh positif pada

profitabilitas Return On Asset (ROA) dapat diterima (didukung). Sehingga

dapat dijelaskan perubahan terhadap Structural Capital Value Added

(STVA) akan mempengaruhi nilai Return On Asset (ROA). Hal ini

menunjukkan bahwa Koperasi Serba Usaha Kota Tarakan dalam penelitian

ini telah berhasil mengelola structural capitalnya seperti meningkatkan

sistem operasional koperasi, menjaga budaya koperasi dan mengolah

kekayaan intelektual secara efektif. Jika hal tersebut diabaikan maka

menghilangkan ciri khas badan usaha tersebut yang menjadi nilai tambah

koperasi, sehingga berkurangnya nilai tambah akan mempengaruhi

pendapatan dan profit koperasi yaitu Return On Asset (ROA). Hasil uji ini

sesuai dengan teori yang telah ada sebelumnya yaitu yang menyatakan

bahwa STVA berpengaruh positif terhadap ROA. Hasil penelitian ini

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Adeline (2012).

3. Hubungan Value Added Capital Assets (VACA) dan Return On Asset

(ROA)

Berdasarkan hasil uji t terhadap hipotesis 1 yang menyatakan bahwa

Value Added Capital Assets (VACA) berpengaruh positif terhadap ROA tidak

dapat diterima (tidak terdukung). Sehingga dapat dijelaskan bahwa

perubahan terhadap Value Added Capital Assets (VACA) tidak akan

Page 54: tika ok

54

mempengaruhi nilai Return On Asset (ROA). Hal ini menjelaskan bahwa

kemampuan Koperasi Serba Usaha Kota Tarakan dalam mengelola sumber

dayanya tidak cukup baik hal ini diyakini dengan tidak meningkatnya nilai

pasar atau kinerja koperasi. Hasil uji ini tidak sesuai dengan teori yang telah

ada sebelumnya yaitu yang menyatakan bahwa VACA berpengaruh positif

terhadap ROA. Hasil penelitian ini sesuai dengan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Saryanti (2010).

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya,

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: .

1. Berdasarkan hasil uji statistik secara parsial VAHU berpengaruh negatif

terhadap kinerja keuangan (ROA).

2. Berdasarkan hasil uji statistik secara parsial STVA berpengaruh positif

terhadap kinerja keuangan (ROA).

3. Berdasarkan hasil uji statistik secara parsial VACA tidak berpengaruh

terhadap (ROA).

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan serta kesimpulan di atas, maka

saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Koperasi Serba Usaha kota Tarakan

Page 55: tika ok

55

a. Kinerja ketiga variabel Intellectual Capital (IC) koperasi yaitu VAHU,

STVA, serta VACA harus lebih dioptimalkan.

b. Manajemen harus lebih efektif dalam menetapkan kebijakan serta

ketepatan dalam mengelola aset yang dimiliki koperasi.

c. Kebijakan kesepakatan simpan pinjam guna mempercepat pengembalian

dana pinjaman serta bagi hasil yang diperoleh perlu diperhatikan guna

lebih memaksimalkan perputaran piutang dan laba yang diperoleh

koperasi.

d. Manajemen harus mampu membaca situasi terkait tingkat perputaran

persediaannya, karena koperasi selama ini hanya bergerak dalam bentuk

pembiayaan saja. Tidak menutup kemungkinan, apabila jenis usaha mini

market lebih dioptimalkan, justru akan lebih meningkatkan profitabilitas

atau kinerja keuangan koperasi.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Diperlukan penelitian sejenis untuk mengembangkan penelitian ini lebih

lanjut dengan memberikan penambahan jumlah objek serta mengungkap

faktor-faktor lain yang diduga mampu mempengaruhi tingkat kinerja

keuangan yaitu profitabilitas (ROA). Karena dari ketiga variabel VAHU,

STVA serta VACA hanya STVA yang berpengaruh positif, dan VAHU dan

VACA tidak berpengaruh positif.

Page 56: tika ok

56

DAFTAR PUSTAKA

Adeline, Amanda, Friscia. 2012. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Pengendalian Anggaran dan Kinerja Organisasi (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufacture di Jawa Tengah). Skripsi Universitas Diponegoro Semarang

Algifari. 2000. Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Solusi. BPFE: Yogyakarta

Arikunto, Suharsimi. 2005. Manajemen penelitian. Jakarta : PT. RinekaCipta

Dewi, Citra, Puspita. 2011. Pengaruh Intellectual Capital terhadap kinerja keuangan perusahaan manufacture yang terdapat di BEI tahun 2007-2009. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang

Gemina, Dwi. 2013. Keunggulan Bersaing Koperasi Berkaitan Dengan Penerapan Intellectual Capital, Manajemen Keanggotaan, Dan Partisipasi Anggota. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Djuanda Bogor

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. BPUD: Semarang

Husnan, Suad. 1998. Manajemen Keuangan Teori Dan Penerapan. BPFE: Yogyakarta

Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat : Jakarta.

Nawawi, H. Hadari. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Gadja Mada University Press

Page 57: tika ok

57

Pramelasari, Yosi, Metta. 2010. Pengaruh Intellectual Capital terhadap nilai pasar dan kinerja keuangan perusahaan. Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang

Puspitasari, Maritza, Ellanyindra. 2011. Pengaruh Intellectual Capital terhadap bussinnes performance pada perusahaan manufacture yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Skripsi. Universitas Diponegoro Semarang

Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. BPFE: Yogyakarta

Sudiarditha, Sudiarditha, Dr. I Ketut R. 2013.Pengaruh Pengetahuan Anggota Tentang Koperasi danKualitas Pelayanan Terhadap Partisipasi Anggota Pada Koperasi Serba Usaha (KSU) Warga Sejahtera, Kelurahan Cipinang, Jakarta Timur. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta Bandung: Bandung

Sundjaja, Ridwan, S dan Barlian, Inge. 2002. Manajemen Keuangan. PT Prenhallindo: Jakarta

Sunyonto, Danang. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: CAPS.

Suryanti, Endang. 2010. Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007-2009. Skripsi. STIE AUB Surakarta

Widiyaningrum, Ambar. 2004. Modal Intelektual. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Departemen Akuntansi FEUI

Widiyanti, Ninik. 2007. Manajemen Koperasi. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya

W, Yuniastuti. 2012. Peluang dan Tantangan Pengelolaan Keuangan MikroMenuju Indonesia Sejahtera. Kospin Jasa. Institut Pertanian Bogor