27
179 Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014 TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL Khoiro Ummatin Jurusan KPI Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Abstrak Interaksi antara Islam dengan budaya lokal bangsa Arab yang telah mapan dilaksanakan oleh masyarakat, tidak serta merta menghapus dan melarang pelaksanaannya. Dalam interaksi ini sedikitnya ada tiga model Islam dalam menyikapi tradisi dan budaya masyarakat Arab jahiliyah. Pertama, tahmil yaitu Islam menyempurnakan tradisi dan budaya yang sudah dilaksanakan turun temurun oleh masyarakat bangsa Arab. Kedua, taghyir, yaitu merubah atau merekonstruksi tradisi dan budaya yang sudah dilaksanakan dengan tata cara yang sesuai dengan syariat Islam, namun inti pelaksanaan tradisi tersebut tetap dilaksanakan dan tidak dilarang. Ketiga, tahrim yaitu Islam melarang dan mengharamkan tradisi yang sudah mapan pada masyarakat Arab jahiliyah yang tidak sesuai dengan

TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

179Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAHTERHADAP BUDAYA LOKAL

Khoiro UmmatinJurusan KPI Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Abstrak

Interaksi antara Islam dengan budaya lokal bangsa Arab yangtelah mapan dilaksanakan oleh masyarakat, tidak serta mertamenghapus dan melarang pelaksanaannya. Dalam interaksiini sedikitnya ada tiga model Islam dalam menyikapi tradisidan budaya masyarakat Arab jahiliyah. Pertama, tahmil yaituIslam menyempurnakan tradisi dan budaya yang sudahdilaksanakan turun temurun oleh masyarakat bangsa Arab.Kedua, taghyir, yaitu merubah atau merekonstruksi tradisi danbudaya yang sudah dilaksanakan dengan tata cara yang sesuaidengan syariat Islam, namun inti pelaksanaan tradisi tersebuttetap dilaksanakan dan tidak dilarang. Ketiga, tahrim yaituIslam melarang dan mengharamkan tradisi yang sudah mapanpada masyarakat Arab jahiliyah yang tidak sesuai dengan

Page 2: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

180 Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

nilai-nilai ajaran Islam. Tiga model sikap Islam terhadap tradisidan kebudayaan masyarakat Arab jahiliyah, didasarkan padabarometer dari nilai ketauhidan yang yang menjadi porosajaran Islam.

Kata Kunci: Interaksi Dakwah, Model, Tradisi

A. Pendahuluan

Keberhasilan dakwah Rasulullah dalam menata bidangkeagamaan, sosial dan budaya masyarakat, telah dibuktikan dengandua fakta sejarah yang sangat penting dalam kehidupan umatmanusia. Pertama, menyebarnya umat Islam di berbagai negarasebagai wujud adanya sikap penerimaan umat manusia terhadapkebenaran ajaran Islam. Kedua, kokohnya sendi-sendi kebudayaanIslam yang mengangkat harkat dan martabat manusia telah berhasilmenggeser kebudayaan jahiliyah yang membuat manusia teralienasidari kebudayaannya sendiri. Sebagai puncak keberhasilan meng-harmoniskan Islam dan masyarakat, Rasulullah bersama sahabat danmasyarakat membangun negara Madinah untuk menopangkehidupan keagamaan dan kebudayaan masyarakat. Setting ke-sejarahan ini tentu menjadi data yang tidak terbantahan atas ke-berhasilan dakwah Rasulullah yang melampaui dua periode (Makkahdan Madinah) dengan segala karakteristik dan perubahannya baikdalam bidang keagamaan maupun sosial kebudayaan.

Perubahan yang begitu cepat dalam aspek keagamaan dengansistem kepercayaan Islami, yang dilanjutkan dengan penataan padaaspek sosial dan kebudayaan masyarakat, tentu banyak menyitaperhatian dan pertanyaan dalam era kekinian, terutama dalammenanamkan nilai-nilai keagamaan dan sosial kebudayaan masya-rakat lokal, relevansinya dengan gerakan pembaharuan yangdilakukan Rasulullah di tengah-tengah masyarakat Jahiliyah ini.Padahal kita semua tahu, bahwa posisi kebudayaan masyarakat lokalpada waktu itu sudah tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu,langkah strategis Rasulullah dalam tata kelola kebudayaan masya-rakat lokal, harus diteladani dan bukan dikontradiksikan dengan nilai-nilai ke-Islam-an, agar kajian kesejarahan dakwah Rasulullah ini

Page 3: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

181Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

memiliki makna dalam konteks kekinian.Kata kuncinya memang kita harus berpikir bijak, karena

faktanya kebudayaan masyarakat lokal yang pernah dicapai umatmanusia dalam rentang waktu sebelum Islam, ada yang masih eksisdalam era kejayaan Islam dan tidak dipersoalkan oleh Rasulullah.Hal ini menarik untuk ditempatkan sebagai informasi sangat pentingbagi perjalanan umat manusia, sehingga data sejarah tersebut bisaberguna untuk melihat kemajuan dan kemunduran kebudayaan masalalu sebagai sumber inspirasi yang dapat digali kembali dandikembangkan untuk membangun sebuah kebudayaan baru yanglebih maju.

Untuk dapat mengetahui nilai-nilai keberhasilan pem-bangunan kebudayaan Islam yang dilakukan nabi Muhammad, kitaharus berpikir dan dapat menemukan ‘ada dan tidak adanya’perubahan pada kebudayaan itu sendiri. Tatanan kehidupanbermartabat atau paripurna (sebagai proses penyempurnaankebudayaan) haruslah ditempatkan untuk acuan normatif bukansesuatu yang final, sebagaimana dinyatakan pada ayat terakhir dalamsurat Al-Maidah ayat 3, bahwa wahyu Allah tentang kesempurnaanagama Muhammad, nikmat dan kerelaan Islam sebagai agamaterakhir. Turunnya ayat Al-Quran ini menandai berakhirnyapemberian wahyu Allah kepada nabi Muhammad dan sekaligusmerupakan deklarasi pembangunan kebudayaan Islam denganbimbingan wahyu secara langsung dengan menggunakan mekanismeasbabul nuzul telah paripurna.

Ada argumentasi yang bisa dikemukakan dalam melihatkeberhasilan kebudayaan Islam yang dibangun secara kolektif olehNabi SAW bersama sahabat, baik berkaitan dengan misi spiritualitas,sosial politik maupun kebudayaan dan tradisi masyarakat. Pertama,secara normatif agama Islam merupakan agama terakhir dalamproses kenabian. Para ulama sependapat bahwa tidak akan ada nabilagi setelah kerasulan Muhammad, sehingga Islam merupakan agamaparipurna. Tidak saja dari aspek sistem kepercayaan dan universalitasnormatifnya, tapi juga dari aspek kejelian dan ketelitian Islam dalammenata kehidupan yang memperhatikan prinsip keseimbangan, yaitumemperhatikan kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Ajaran

Page 4: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

182 Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

Islam tentang kebaikan di dunia dan di akhirat terdapat dalam SuratAl-Baqarah: 201 “ Dan diantara mereka ada yang berdoa: Ya TuhanKami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat danpeliharalah kami dari api neraka” 1

Kedua, kondisi kebudayaan Arab sebelum Islam dari aspekteologis dan sistem sosial kemanusiaan sudah berada di titik nadir.Toleransi sosial lembaga keluarga terhadap kehadiran anakperempuan mengalami keterpurukan bahkan sampai tingkat relamembunuhnya. Diskriminasi antara anak laki-laki dan perempuanbenar-benar terjadi pada masyarakat Arab sebelum Islam.Kebangkitan sikap individualisme yang mengagung-agungkan materi,kehilangan sensitivitas teologis menjadi kenyataan di masyarakat.Setting sosial masyarakat yang demikian, merupakan bukti sejarahkebudayaan yang otentik bahwa Islam memberi kontribusi besardalam pembangunan kebudayaan manusia.

Untuk memperkuat argumentasi tentang keberhasilandakwah Rasulullah dalam pengembangan kebudayaan Islam, makapembahasan yang mengurai spektrum sistem sosial sebelum masakenabian menjadi penting untuk ditelaah secara arif dan dalam,sebagai acuan melihat perkembangan kebudayaan pada masakenabian. Karena tanpa melihat sejarah kemanusiaan masa sebelumIslam, tidak akan mendapat gambaran obyektif ketika akanmengambil konklusi kontribusi Islam dalam membangun kebudayaanumat manusia.

B. Pranata Sosial Masyarakat Arab

Dalam perspektif sosiologis dan antropologis, perkembangankehidupan manusia dapat berlangsung secara berangsur-angsur(evolusioner), dimulai dari kehidupan terbelakang menuju kehidupansederhana, dari kesederhanaan kemudian berkembang mencapaitaraf kehidupan maju dan modern. Dengan pola pikir evolusionerini, sistem sosial yang dibangun untuk mencapai kemajuankebudayaan umat manusia, tentu saja capaian kemajuan kebudayaan

1 Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: Departemen Agama, 1971), hlm.50.

Page 5: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

183Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

hari ini merupakan hasil rangkaian panjang proses sosial yangberkorelasi dengan capaian kemajuan generasi sebelumnya.

Prinsip evolusioner ini berlaku juga dalam perkembangankebudayaan Islam. Capaian perkembangan kebudayaan Islam dapatdilihat dari periode awal kenabian, dimana kondisi dan sistem sosialumat Islam masih sangat sederhana dengan jumlah umat yang masihsangat sedikit. Dari sistem sosial dan kebudayaan yang sederhanainilah, lambat laun berkembang mencapai kemajuan terutamasetelah Nabi Muhammad SAW bersama pengikutnya hijrah keMadinah. Di negara Madinah kebudayaan Islam berkembang denganpesat baik budaya yang dikembangkan oleh umat Islam sendirimaupun adanya kerja sama dengan orang-orang non muslim yangsecara hukum mendapat perlindungan dari negara.

Perkembangan Islam ini memiliki relevansi dengan digalak-kannya kegiatan dakwah yang dipelopori Nabi Muhammad dan parasahabat. Peningkatan jumlah umat Islam (kuantitatif-kualitatif), yangdiikuti dengan perkembangan Islam secara geografis meluas kebeberapa wilayah jazirah Arab menjadi argumentasi yang tidakterbantahkan. Perkembangan umat Islam ini sangat menguntungkanbagi gerakan dakwah, karena Islam tidak hanya tersentralisir padadua kota yaitu Makkah dan Madinah. Perluasan jangkauan daerahdakwah ini semakin mengokohkan sifat kebudayaan manusiamemiliki bersifat dinamis, satu sisi dapat berkembang, bisa meng-alami kemunduran atau bahkan bisa sampai pada titik kritis‘diambang’ kehancuran.

Dalam konteks pembahasan kebudayaan Islam, kebudayaanmasyarakat Arab sebelum Islam menjadi faktor penting sebagai akartelaah untuk melihat peta perkembangan kebudayaan Islam, apakah‘kebudayaan Islam’ itu merupakan perkembangan dari kebudayaanera sebelumnya atau ‘kebudayaan Islam’ itu lahir dari umat Islamsendiri dengan bimbingan wahyu yang diimplementasikan oleh nabidan para sahabat serta penerusnya dengan menafikan budaya masya-rakat yang berkembang sebelumnya.

Dua pandangan tentang perkembangan kebudayaan Islam ini,sama-sama memberi peluang wacana baru bahwa kebudayaan Islamitu merupakan keterpaduan proses sosial sebagai wujud

Page 6: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

184 Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

kesinambungan kebudayaan (akulturasi kebudayaan) yang dibangundan dikembangkan oleh umat Islam, sehingga kebudayaan Islammemiliki karakteristik tersendiri tanpa harus melupakan akar historis-nya. Dengan pendekatan evolusioner, kisah kemajuan kebudayaanbangsa Arab masa ‘jahiliyah’ tetap memiliki kontribusi bagi per-kembangan kebudayaan Islam. Banyak pelajaran yang bisa diambil daribudaya masyarakat Arab sebelum Islam, baik mengenai kejayaan yangditulis dalam kisah sejarah maupun kamajuan bangsa Arab yang adadalam dokumen Al-Qur’an sebagai proses pembelajaran.

Membahas soal masyarakat Arab sebelum Islam, ada dua erayang biasa dipakai oleh sejarawan, yaitu tatanan kehidupan umatmanusia era Arab Ba’idah (yaitu era yang sangat jauh dengan masakenabian dan ini sudah hancur) dan sudah sulit dikenali. KebudayaanArab pada era ini tinggal sejarah yang terdokumentasi dalam Al-Qur’an. Sedang pada era kedua yaitu Arab Musta’aribah (yaitu kehidu-pan bangsa Arab yang memiliki garis keturunan pada diri nabiMuhammad). Memang jejak kebudayaannya masih bisa dikaji dandikenali, dan dari sisi jaraknya tidak jauh dengan era kenabian2.

Kondisi sejarah kebudayaan bangsa Arab sebelum Islam kalauditarik pada diameter pendek pada era menjelang kerasulanMuhammad, adalah argumentasi William Montgomery Watt danPatricia Crone sejarawan yang melihat perkembangan kebudayaanIslam dari sisi yang berbeda. Keduanya terlibat perdebatan secaraparadigmatik dan keduanya memiliki pandangan yang bertolakbelakang dalam melihat kebudayaan Arab sebelum Islam. Penekananperbedaan pandangan dua sejarawan tentang kebudayaan Arabsebelum Islam tersebut, terletak pada penempatan kota Makkahsebagai kota dagang internasional dan pusat keuangan. Studikomparasi dua pandangan dilakukan oleh Faisal Ismail 3 yang

2 Siti Amanah & Bashori, Sejarah Nabi Muhammad SAW, (Semarang: TohaPutra, 1992), hlm. 11; lihat juga paparan Siti Maryam, dkk, Sejarah PeradabanIslam Dari Masa Klasik Hingga Moderen, (Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab &Lesfi, 2003), hlm. 20.

3 Faisal Ismail, Perdagangan Mekkah dan Kemunculan Islam(Mendiskusikan Tesis Montgomery Watt dan Patricia Crone, (Yogyakarta: JurnalAl-Jami’ah No. 64 tahun 1999), hlm. 43.

Page 7: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

185Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

mengutip pendapat Watt dalam bukunya Muhammad at Meccabahwa sebelum Islam datang, Makkah merupakan kota dagang ber-taraf internasional dan menjadi jalur distribusi strategis dengan kota-kota lain seperti Yaman, Syria dan dari Abyssinia ke Irak. Sebagai kotapusat perdagangan, kemudian Makkah menjadi pusat keuangan.

Argumentasi lain bahwa Makkah sebagai pusat perdagangandan keuangan menurut Watt adalah letak Makkah di tanah harammenambah prestise kota ini untuk dikunjungi banyak orang. Sedangmenurut Patricia Crone, Makkah sebelum Islam bukan kota dagangbertaraf internasional. Dalam bukunya Serjeant and Meccan Tradesebagaimana dikutip Faisal Ismail bahwa perdagangan di Makkahbersifat lokal. Kesimpulan temuan Crone salah satunya didasarkanpada kondisi geografis Makkah yang jauh dari pantai dan letaknya didaerah pedalaman, sehingga tidak mungkin Makkah menjadi kotaperdagangan internasional.4

Dengan mendasarkan temuan dua sejarawan tersebut, makakota Makkah sebagai kota tempat kelahiran Islam, sebelumnya sudahmenorehkan kemajuan kebudayaan. Pengembangan perdagangandan sistem sirkulasi keuangan merupakan capaian kebudayaanbangsa Arab jauh sebelum Islam, seperti kebudayaan yang pernahdihasilkan oleh Kaum ‘Ad dan Tsamud.

Berlangsungnya sistem perdagangan dan menjadikan Makkahsebagai arena sirkulasi keuangan, baik menurut pendapat Wattdengan perdagangan skala internasional maupun pendapat Cronedengan perdagangan skala lokal, semuanya merupakan bukti-buktibangkitnya kebudayaan Arab sebelum Islam. Argumentasi sejarahMakkah sebagai wilayah perdagangan tingkat internasional dan lokal,dan dijadikannya Makkah sebagai daerah perputaran keuangan,keduanya merupakan temuan penting untuk alat analisis terhadapperkembangan kebudayaan Islam.

Tanpa harus mengabaikan temuan Watt dan Crone ataskehebatan dan kemajuan bangsa Arab sebelum Islam, penelusuranteks Al-Qur’an penting dilakukan tentang kelebihan bangsa Arab,

4 Ibid.

Page 8: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

186 Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

karena memang Allah memuji mereka dan pujian-Nya diabadikandalam Q.S. Al-Ambiya’ ayat 10:5

“Sesungguhnya telah Kami turunkan kepada kamu kitab yangdi dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Makaapakah kamu tidak memahaminya?”Kondisi masyarakat Arab yang dimuliakan Allah tersebut

sangat sosiologis sifatnya, dan memiliki relevansi dengan potensi,kemampuan dan karakter bawaan orang-orang Arab. Secara teologis,tidak ada keunggulan dan kehebatan orang Arab atas bangsa lain.Karena mereka sama-sama memiliki potensi teologis dankebangkrutannya. Dalam konsep Islam, dihadapan Allah semua orangadalah sama. Ketaqwaan merupakan salah satu alat yang dijadikanvariabel untuk membedakan kemuliaan di antara umat manusia.Dalam Q.S. Al-Zukhruf ayat 44:6

“Dan sesungguhnya Al-Qu’ran itu benar-benar adalah suatukemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu, dan kelak kamuakan diminta bertanggung jawab”Paparan ayat ini lagi-lagi menekankan kehebatan orang Arab

bukan pada persoalan teologis. Allah mengingatkan tentangkesamaan derajat manusia di sisi-Nya, yang esensinya menekankankepada aspek ketaqwaan, seperti dijelaskan dalam Q.S. Al-Hujuratayat 13.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dariseorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikankamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamusaling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagiMaha Mengenal”Dengan memperhatikan kandungan beberapa ayat Al-Qur’an

di atas, sekaligus bisa menjadi tolok ukur esensi dari sebuah

5 Al-Qur’an dan Terjemahnya, hlm. 496.6 Ibid., hlm. 800.

Page 9: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

187Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

kebudayaan Islam. Dua gelombang kebudayaan Arab sebelum Islamyang masing-masing menekankan moralitas dan rasionalitas, padafase berikutnya justru menjadi hambatan bagi perkembangan dankemajuan kebudayaan manusia. Moralitas dan rasionalitas tidak bisaberjalan sendiri-sendiri, keduanya harus dibangun menjadi satukesatuan yang utuh, karena pada hakekatnya manusia itu terdiri dariunsur moral dan rasional, sehingga merupakan kemustahilan mem-bangun kebudayaan manusia hanya dari satu sisi dengan mengabai-kan sisi yang lain.

Oleh karena itu, kebudayaan Islam menempatkan keduanya(moralitas dan rasionalitas, material dan immaterial) secara seimbangdalam tata kehidupan manusia. Dari keduanya kebudayaan Islamtumbuh dan berkembang, dan dengan mengabaikan keduanya pulakebudayaan Islam mengalami kehancuran. Pasang surut kebudayaanIslam setelah melampaui masa sahabat besar, merupakan bukti nyatadalam kebudayaan manusia tidak bisa hanya bertumpu pada salahsatu aspek moralitas atau rasionalitas saja, terlebih lagi mengabaikansifat dan martabat nilai kemanusiaan.

Dalam konteks kebudayaan Islam dengan mengacu pada nilaikesejarahan umat terdahulu, sebutan jahiliyah pada bangsa Arabsebelum Islam, bukan berarti kondisi sosial orang-orang Arab praIslam jelek seluruhnya atau bodoh seluruhnya. Masyarakat Arabsudah memiliki kebudayaan terbukti bahwa bangsa Arab sudahmemiliki hukum adat dan tradisi yang sudah mapan. Sebagaimanayang dijelaskan oleh Ali Sodiqin, sedikitnya ada tiga tradisi yang sudahmapan pada bangsa Arab sebelum Islam7 yaitu:

Pertama, tradisi keagamaan yang meliputi tradisi berziarahke Ka’bah dengan ritual memakai pakaian ihram, mengumandangkanpemujaan terhadap Hubal, Latta dan Uzza, thawaf tujuh kali dengantelanjang, menyembelih hewan qurban, sa’i, wukuf dan melempar

7 Ali Sodiqin, “Dasar Teologis Integrasi Islam dan Budaya Lokal” dalam AliSodiqin, dkk., Islam & Budaya Lokal, (Yogyakarta: Pusat Kajian Sejarah dan BudayaIslam (PKSBI) Jurusan SKI UIN Sunan Kalijaga, 2009), hlm. 5-8. Lihat juga tulisanbeliau dalam Antropologi Al-Qur’an, Model Dialektika Wahyu dan Budaya,(Yogyakarta: ar-Ruzz Media Group, 2008), hlm. 116-135.

Page 10: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

188 Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

jumrah; sakralisasi bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram danbulan Rajab; juga mengistimewakan hari jum’at sebagai haripertemuan bangsa Arab.

Kedua, sistem sosial yang meliputi sistem kekerabatanberdasar pada garis keturunan ada pada pihak laki-laki (patriarchalagnatic); poligami dan perbudakan; pengangkatan anak atau adopsidimana anak adopsi ini memiliki hak yang sama dengan anakkandung; dan dalam perkawinan mengenal adanya mahar yangberfungsi sebagai alat pembelian terhadap pihak perempuan daripihak laki-laki, namun bangsa Arab tidak mengenal iddah jikaperkawinan menjadi putus .

Ketiga, sistem hukum, dalam bentuk qishash dan diyat sudahlazim dipraktikkan oleh bangsa Arab sebelum Islam; dalam bidangperdagangan mengenal hukum pinjaman dan bunga; dalam bidangpertanian mengenal kontrak pertanian dan hukum property; dandalam bidang hukum keluarga mengenal hukum waris dengan sistemkekeluargaan yang berlaku yaitu laki-laki memiliki otoritas.

Dari gambaran tradisi masyarakat Arab tersebut, sebutan erajahiliyah merupakan sebutan kondisi sosial yang mengalamikebangkrutan, karena disamping memiliki memiliki label jahiliyah“aspek kehidupan negatif”, ternyata masyarakat Arab sebelum Islammasih menyisakan kehidupan positifnya. Bangsa Arab pra Islammemiliki kebangkrutan dalam bidang spiritual karena merekaterjebak pada sesembahan yang materialistik dengan membuatpatung dijadikan sebagai berhala untuk sesembahan mereka.8

Nourouzzaman Shiddiqie menyebut ada sifat positif dannegatif bagi masyarakat Arab pra Islam:9

1. Sulit bersatu, manusia membutuhkan sumber untuk menunjangkelangsungan hidupnya. Dengan segala keterbatasan sumber

8 Moh. Abu Suhud, “Pra Kondisi Kebangkitan Dakwah di Makkah: Kajianterhadap Kepercayaan Masyarakat Arab Sebelum Islam”, dalam Jurnal PMI, MediaPemikiran dan Pengembangan Masyarakat Vol.VI Nomor 1, (Yogyakarta: FakultasDakwah UIN Sunan Kalijaga, 2008), hlm. 52.

9 Nourouzzaman Shiddiqie, Pengantar Sejarah Muslim, (Yogyakarta: NurCahaya, 1983), hlm. 102-216.

Page 11: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

189Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

yang ada, manusia cenderung ingin menguasai dalam kelompokkecil. Dalam mengakses sumber kehidupan tersebut orang diluarketurunan dan tidak mempunyai hubungan darah diposisikansebagai musuh. Pertalian hubungan manusia atas dasar talihubungan darah (‘ashabiyah) menyebabkan suku bangsa Arabcenderung membentuk kelompok-kelompok kecil dalam satuketurunan dan menganggap kelompok lain sebagai musuh,sehingga mereka sulit untuk bersatu.

2. Gemar berperang, perebutan pengaruh dan kekuasaan lahanuntuk hidup dari waktu ke waktu memerlukan perjuangan keras,karena masing-masing anggota kelompok terus bertambahjumlahnya, akses ekonomi tentu harus diperluas dan tentumereka membutuhkan areal yang lebih luas. Untuk memenuhikebutuhan dan mempertahankan hidup, mereka menempuhjalan perang. Perang dilakukan jika terpaksa demi mempertahan-kan hidup akibat sistem kesukuan yang dianut dan desakankebutuhan ekonomi.

3. Kejam, disamping senang berperang, watak orang Arab jugagemar membunuh bayi perempuan dengan alasan: (a) Perempu-an dan anak-anak kecil tidak bisa bergerak cepat di gurun pasirsehingga merepotkan orang tua saja. (b) Perempuan bagaimana-pun butuh makan, ini mengurangi persediaan bahan makanan.(c) Dengan adanya perempuan mau tidak mau anggota kelompokakan terus bertambah (d) Perempuan bila ditawan musuh akanmenjatuhkan martabat kelompok yang bersangkutan.

4. Pembalas dendam, karena tali pengikat antar anggota adalahdarah (ashabiyah), darah mempunyai kedudukan yang tinggi danmulia, sehingga menjadi kehormatan dan kewajiban bagi seluruhanggota untuk membalas setetes darah yang ditumpahkan olehanggota kelompoknya. Adalah menjadi kewajiban dan kehormat-an bagi seluruh anggota suku untuk menuntut balas atas ter-tumpahnya darah salah seorang saudaranya.

5. Angkuh dan sombong yang disebabkan merasa menjadikelompok yang “paling” diantara kelompok lain, sehingga selalumenganggap remeh dan rendah kelompok lain ini kemudianmenjadi penyebab permusuhan antara orang Arab Utara dan

Page 12: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

190 Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

Arab Selatan. Pembalas dendam merupakan wujud keangkuhandan kesombongan orang Arab sebelum Islam.

6. Pemabuk dan penjudi, merupakan pelampiasan kesombongandan ingin menunjukkan bahwa kelompok itu “punya” dan jugasebagai pelarian dari persoalan hidup yang sulit. Selain itu,mabuk dan judi sekaligus untuk menunjukkan status sosialkelompok , karena minuman keras bagi orang Arab adalah barangmewah.

Kecuali situasi sosial negatif masyarakat Arab sebelum Islamsebagai representasi sebutan masyarakat jahiliyah, masyarakat Arabternyata memiliki sifat-sifat positif sebagai berikut:1. Kedermawanan, sifat kedermawanan ini sebenarnya tumbuh

karena ingin dipuji, bagi mereka suka memberi orang lainmempunyai kedudukan yang tinggi di lingkungan suku Arab. Sikapkedermawanan orang Arab sebelum Islam sangat berbedadengan sikap dermawan masa Islam yang tidak memperbolehkansikap pamrih atas kedermawanannya.

2. Keberanian dan kepahlawanan, dua sifat masyarakat Arab initumbuh karena mengingat kehidupan masyarakat Arab bersuku-suku hidup di lingkungan alam keras padang pasir yang tandus.Kehidupan sulit alam padang pasir memberi kontribusi pem-bentukan watak keberanian, karena untuk mempertahankankehidupan dan menjaga eksistensi kesukuan mereka, diperlukansifat keberanian dan kepahlawanan, mengingat diantara suku-suku yang ada selalu mengembangkan pengaruhnya kepada sukuyang lain. Sifat-sifat menonjolkan kesukuan seperti ini bisa dilacaksampai masa Islam baik dalam penentuan pengganti ke-pemimpinan pasca kenabian maupun pasca khulafaurrasidin.

3. Kesabaran, pemupukan sikap keberanian di lingkunganmasyarakat Arab sebelum Islam dibarengi pula sikap sabar. Sikapsabar ini muncul ketika mereka mengalami perjuangan yang sulituntuk melangsungkan hidupnya, sehingga mau tidak maumereka dituntut untuk bersikap gigih dan berlaku sabar.

4. Kesetiaan dan kejujuran, sikap mulia orang Arab dalam menjagakesetiaan dan kejujuran benar-benar ditanamkan melalui sistem

Page 13: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

191Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

kesukuan, sehingga sikap mulia tersebut menjadi watak kolektiforang Arab, dan itu sangat menonjol terutama dilakukan padakelompoknya sendiri.

5. Ketulusan dan berkata benar, adalah merupakan salah satu sifatdari orang-orang Arab Jahiliyah.

Dengan mengetahui akar historis sosial masyarakat Arabsebelum Islam baik yang positif maupun yang negatif, maka sebutanjahiliyah tidak selamanya berkonotasi pada kebodohan, kejahatandan keterbelakangan, karena di luar itu, masyarakat Arab sebelumIslam pernah mencapai kemajuan kebudayaan dan masih ada sisilain kehidupan positif yang dalam perkembangan Islam olehRasulullah bukan dihancurkan tetapi tetap diberi tempat untuk terusberkembang dan dipertahankan menjadi bagian dari kebudayaanIslam.

Untuk menjaga kesinambungan sebuah tatanan kehidupanIslam yang mengalami perkembangan dan kemajuan, ada prinsipyang harus dipegangi dalam menegakkan kebudayaan Islam.Menurut Wahbah Az-Zuhaili, bahwa beban dan tanggung jawabnyaada di tangan umat Islam untuk mewujudkan kebutuhan dasarseperti kemaslahatan umat manusia, menegakkan fitrah manusiadan memajukannya dengan menempatkan kekuasaannya denganbaik untuk dijadikan tauladan. Potensi akal fikiran dan inisiatifmanusia mempunyai kemerdekaan berkreasi dan menyalurkanpotensi yang dimiliki untuk menciptakan suatu karya cipta yangmonumental dan prestisius didasari ikhlas dalam beramal, jujurdalam berkata, teguh, serius, optimis, disiplin dermawan, cinta kasih,saling tolong-menolong, dan itu semua sebagai fondasi bagi setiapkebudayaan.10

C. Kebudayaan Bangsa Arab Pra Islam

Sebelum Islam datang dengan tampilnya Muhammad sebagaipembawa risalah, di lingkungan masyarakat Arab pernah berdiri dua

10 Wahbah Az-Zuhaili, Al-Qur’an dan Paradigma Peradaban, (Yogyakarta:Dinamika, 1996), hlm. 140-150.

Page 14: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

192 Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

kerajaan besar sebagai simbol kejayaan kebudayaan mereka padawaktu itu yaitu kerajaan Saba’ dan Himyar.11 Mereka sudah mengenalbercocok tanam dan berhasil membangun sistem irigasi denganbendungan raksasa yaitu bendungan Ma’arib.

Rujukan lain untuk melihat adanya kebudayaan masyarakatArab sebelum Islam, yaitu ahli sejarah mencatat ada bangunanbersejarah (Ka’bah) sebuah bangunan berbentuk persegi tanpa atapyang dikelilingi 360 patung berhala yang sekaligus sebagai tempatberziarah. Bangunan ini menjadi rumah suci yang hingga saat inimasih menjadi simbol keagamaan dan tempat melaksanakan ibadah.Suku Quraisy adalah suku yang mendapat penghormatan untukmenjaga rumah suci tersebut. Setiap tahunnya dikunjungi umat Islamuntuk melaksanakan ibadah haji.12

Sisi lain dalam melihat kebudayaan masyarakat Arab sampaimenjelang kelahiran Islam sudah dikenal dengan perniagaannya.Bahkan Muhammad sebelum diangkat menjadi Rasulullah jugamenjalankan perniagaan. Kisah sukses perniagaan Muhammadtermasuk dalam menjalankan perniagaan milik Khadijah yangkemudian dalam perkembangan selanjutnya menjadi istri nabiMuhammad, adalah menjadi bukti kemajuan kebudayaan di bidangperniagaan waktu itu. Muhammad tidak saja menawarkan tata nilaibaru dalam berdagang, tapi sikap dan tutur katanya (etika dagang)benar-benar diterapkan, sehingga menarik dan mampu mendatang-kan minat calon pembeli dan barang yang ditawarkan laku keras.Kehebatan Muhammad dalam menjalankan bisnis ini terdengarKhadijah, sehingga Muhammad dipinang menjadi suaminya.13

Paparan kebudayaan manusia sebelum lahirnya Islam ini,memberikan informasi yang kuat bahwa kebudayaan manusia sudahmulai berkembang sebelum lslam mengembangkan kebudayaannya.

11 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja GrafindoPersada,1997), hlm. 12.

12 Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta:Kota Kembang, 1989), hlm. 19.

13 Hamid Ahmad Ath-Thahir, Sejarah Hidup Nabi Muhammad, (Bandung:Irsyad Baitus Salam, 2006), hlm. 49-50.

Page 15: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

193Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

Dengan demikian, temuan-temuan sejarawan berkaitan denganperkembangan kebudayaan manusia ini, akan sangat bermanfaatuntuk pembahasan kebudayaan Islam pada masa-masa berikutnya.

D. Kebudayaan Islam Masa Nabi

Dalam memaknai kebudayaan Islam, perlu kiranya melihatkebudayaan Islam yang memiliki beberapa ciri khusus yang mem-bedakan antara kebudayaan Islam dan kebudayaan diluar Islam. Cirikhusus kebudayaan Islam ini dapat memberikan informasi yangmeliputi:14

1. Kebudayaan yang dihasilkan bernafaskan tauhid. Hasilmanifestasi dari akal budi manusia atau moralitas dan rasionalitasyang menjelma menjadi sebuah kenyataan tatanan sosial, baikyang materiil maupun immaterial tidak akan keluar dari nilai-nilai tauhid. Prinsip ini penting dijadikan landasan ketika maumelihat sebuah kebudayaan yang sudah dihasilkan umatmanusia, sehingga ada ketegasan apakah hasil usaha manusiaitu masuk dalam kategori kebudayaan Islam atau kebudayaandiluar Islam.

2. Hasil buah pikir dan pengolahannya bertujuan untuk kemaslahat-an dan kesejahteraan umat manusia (rahmatan lil ‘alamin).Kebudayaan Islam tidak sejalan dengan kebudayaan yang ber-implikasi pada sebuah kerusakan (fasad) dan segala bentukeksploitasi alam dan manusia. Rumusan ini bisa dilacak daripernyataan Allah yang menjelaskan kepada manusia bahwakerusakan yang ada di bumi bukan lain karena akibat dari tanganmanusia. Dengan mendasarkan hal tersebut, maka kebudayaanyang lahir sesudah era ke-Islam-an belum tentu itu menjadibagian dari sebuah kebudayaan Islam. Karena yang menjadiukuran adalah kontribusi atau kemanfaatan produk kebudayaanbagi umat manusia.

14 Nourouzzaman Shiddiqi, Tamaddun Muslim: Bunga Rampai KebudayaanMuslim, (Jakarta: Bulan Bintang, 1986), hlm. 4.

Page 16: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

194 Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

3. Kebudayaan Islam tidak bertentangan dengan nilai-nilai Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, mulai dari proses perumusan danpengembangan kebudayaan. Setiap kebudayaan yang lahir harussesuai dengan ajaran keduanya, sebab dua dasar hukum dalamIslam tersebut merupakan sumber inspirasi dan rujukan bagikebudayaan Islam. Ciri ini sangat penting untuk standarisasisebuah kebudayaan, kalau ada pengembangan kebudayaanbertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, makakebudayaan yang bersangkutan tidak dapat dikategorikansebagai kebudayaan Islam, kapan pun kebudayaan itu lahir, siapapun pencetus dan pengembangnya.

4. Kebudayaan Islam tidak bertentangan dengan fitrah manusiayang harus menjangkau dua kehidupan, yaitu kehidupan duniadan akhirat.

Ciri ini menempatkan manusia sebagai faktor yang sangatpenting dalam pengembangan kebudayaan Islam, sehingga tidakdapat dikatakan sebagai kebudayaan Islam meski dikembangkan olehorang Islam sendiri, kalau pada kenyataannya hanya menekankansatu aspek kehidupan saja, sehingga nantinya justru sangat merugi-kan manusia. Dengan mendasarkan pada uraian pada pembahasankebudayaan Islam ini, maka gelombang kebudayaan Islam pada masaNabi ini bisa dikategorikan menjadi dua, yaitu kebudayaan IslamMakkah dan kebudayaan Islam Madinah. Sebelum nabi hijrah keMadinah, Islam diletakkan sebagai kerangka ideologis, sehingga masaini merupakan era penanaman nilai-nilai Islam pada lubuk hatimanusia, mulai dari tingkat individu, keluarga dan lingkungan ataukomunitas-komunitas.

Perjuangan Rasulullah menyampaikan ajaran Islam di Makkahdimulai dari turunnya Al-Qur’an pertama kali pada tanggal 17Ramadlan bertepatan dengan 6 Agustus 611 M saat bertafakur digoa Hira, malaikat Jibril datang menyampaikan wahyu. Gerakandakwah Nabi dimulai dari strategi diam-diam atau sembunyi-sembunyi (dakwah terbatas) dan pada akhirnya dilaksanakan secaraterbuka. Kepungan kebencian dan permusuhan orang-orang kafirMakkah memang menjadi hambatan dan keterbatasan bagipengembangan Islam. Madinah memberi harapan baru dengan

Page 17: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

195Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

sistem sosial masyarakat yang terbuka dengan suka cita menerimakedatangan Nabi. Kondisi masyarakat yang semula mengalamiperpecahan dan permusuhan menjadi terselamatkan dan pendudukMadinah menjalani hidup dengan rukun dan bersatu padu di atasjalan kepemimpinan Islam pertama yang memiliki kekuatan karenamemang dibangun di atas pondasi persaudaraan dengan keridlaanAllah dan Rasulnya.15

Dalam menjalankan misi kenabian ini, meski sudah adaperjanjian damai namun kenyataannya tekanan kafir Quraisyterhadap umat Islam terus menerus dilancarkan. Pertumbuhan umatIslam dari hari ke hari, tidak meredakan permusuhan bahkancenderung terus meningkat permusuhan yang dilancarkan kafirQuraisy. Melihat situasi demikian, Rasulullah akhirnya bersamasahabat dan umat Islam melakukan hijrah ke Madinah yangsebelumnya sudah melakukan penjajagan terlebih dulu kepadamasyarakat Madinah. Peluang penerimaan dan antusiasmemasyarakat Madinah kepada Nabi dan para sahabat cukup tinggi,bahkan ada permintaan kepada Nabi untuk menjadi hakim atasperpecahan yang terjadi di Madinah.16

Sebelum Nabi Muhammad meletakkan sendi-sendi kebudaya-an Islam di Madinah, tata nilai kebudayaan Islam sudah dirintisdengan sekelompok orang-orang Madinah tentang pentingnyakehidupan yang membedah tata kehidupan manusia yang semulaterhadang dengan sekat kesukuan menjadi ruang lebih luas sebagainegara bangsa. Sifat tolong menolong dan suka melindungi “yangitu sudah menjadi ciri masyarakat Arab” berangkat dari lingkup kecildiperluas dengan dasar nilai kemanusiaan, persamaan dan

15 Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an, (Jakarta:Gema Insani, 2006), hlm. 249-250. Lihat juga Hesham A. Hassaballa & KabirHelminski, Sejarah Islam, (Jogjakarta: Diglossia, 2007), hlm. 72. Dijelaskan pulaoleh A.Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994),hlm. 282-283.

16 John L Esposito, Islam Kekuasaan Pemerintahan, Doktrin Iman danRealitas Sosial, (Jakarta, Inisiasi Press, 2004), hlm. 15. Lihat juga Khalil IbrahimMulla Khathir, Mukjizat Kota Madinah, (Yogyakarta: Pustaka Marwa, 2007), hlm.18.

Page 18: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

196 Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

kemasyarakatan. Budaya baru sebagai cikal bakal pembentukannegara bangsa yang dirintis Nabi dengan mengadakan hijrah keHabasyah, perjanjian aqabah 1 dan aqabah 2. Pertemuan yang diikutiikrar kesetiaan dan persaudaraan dengan orang-orang Madinah inimerupakan langkah positif dan strategis untuk memuluskan jalanhijrah ke Madinah, karena masyarakat Madinah dan kaum Muhajirinsudah diikat persaudaraan dengan kerangka yang lebih luas, diberikebebasan menjalankan agamanya, saling menolong dan membantujika ada serangan musuh, memosisikan nabi sebagai hakim jika adaperselisihan. Dan yang lebih esensial lagi adalah kedua belah pihaksepakat mengharamkan pertumpahan darah, pembunuhan dantindak kekerasan.17

Pada periode Madinah ini kekuatan Islam terus bertambahdan kondisi sosial politik lebih kondusif, sehingga sangat mendukunguntuk pengembangan kebudayaan dan menjalankan tugas dakwahRasulullah. Pengembangan dakwah Islam di Makkah mendapattantangan keras, sehingga perkembangan Islam tidak bisa maksimal.Oleh karena itu, periodesasi pengembangan Islam ini menurutpendapat A. Hasjmy dapat dikategorikan bahwa periode Makkahmerupakan tahap pembinaan Kerajaan Allah dalam hati manusia,sedang periode Madinah merupakan pembinaan Kerajaan Allahdalam masyarakat manusia.18 Dengan demikian, bertemunya periodeMakkah dan Madinah semakin menyempurnakan gerakan dakwahdalam pengembangan kebudayaan Islam.

Prinsip persamaan hak antara bangsawan dan hamba sahaya,larangan taklid pada nenek moyang, pembuatan patung yangdijadikan sesembahan benar-benar menjadi prioritas dakwahRasulullah sebagai jalan pembuka menyelamatkan manusia darikebatilan. Gerakan dakwah Nabi yang mengerangkai bangunanmasyarakat yang tidak didasarkan pada kesukuan. Persaudaraan

17 Muhammad Abdullah Al-Khatib, Makna Hijrah dulu dan Sekarang,(Jakarta: Gema Insani Press, 1995), hlm. 21-22. Lihat juga tulisan Kadziq, “DakwahIslam Masa Rasulullah: Upaya Menuju Terwujudnya Masyarakat Islam”, dalam JurnalDakwah, Media Komunikasi dan Dakwah, Nomor 03 Th.II, (Yogyakarta: FakultasDakwah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2001), hlm. 84.

18 A. Hasjmy, 1994, hlm. 280-281.

Page 19: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

197Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

kaum Anshar dan Muhajirin dan jaminan keselamatan semuapenduduk Madinah merupakan langkah strategis Rasulullah dalammembangun kebudayaan Islam.

Setelah Negara Madinah terbentuk dan tatanan sosialmasyarakat berkembang dengan baik (bersatunya Muhajirin danAnshar), maka sebagai kepala pemerintahan nabi Muhammadkemudian membangun dokumen tertulis yang menjadi sandaranhukumnya yang kemudian dikenal dengan Piagam Madinah. Piagamyang terdiri 47 pasal19 merupakan konstitusi tertulis yang pertamayang disusun oleh Nabi Muhammad yang berisi tentang penjanjianantara umat Islam dengan masyarakat Madinah. Tujuan dari PiagamMadinah ini yang paling utama adalah untuk menyatukan masyarakatMadinah yang terdiri dari berbagai suku dan agama.20 Menurut A.J.Wensinck yang dikutip oleh Nourouzzaman Shiddiqi bahwa dalampiagam itu setidaknya memuat 7 asas21 yang meliputi asas kebebasanmenjalankan perintah agama, asas persatuan dan kebersamaan, asaspermusyawaratan, asas penegakan hukum, asas keadilan, asasmenghormati hak orang lain dan asas perdamaian yang tidakmengorbankan kebenaran & keadilan.

Nabi Muhammad sebagai penyelenggara Negara (pelaksanaPiagam Madinah) selain memimpin kesatuan masyarakat politik, jugasebagai utusan Allah. Piagam ini diperuntukkan bagi semua masya-rakat yang bergabung dalam Negara Madinah. Bahkan bangsa Yahudimerupakan satu umat bersama kaum mukmin, sebagai pelaksanaanide persatuan di antara semua orang yang mendukung kesatuanhidup bersama atas dasar ketentuan Piagam Madinah. Namundemikian, Islam memberikan perbedaan yang tegas berkait denganteologis antara muslim dan non muslim.

19 Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945 KajianPerbandingan Tentang Dasar Hidup Bersama Dalam Masyarakat Majemuk, (Jakarta:UI Press, 1996), hlm. 45. Lihat juga paparan Saiful Mujani, dkk., Benturan Peradaban:Sikap dan Perilaku Islamis Indonesia terhadap Amerika Serikat, (Jakarta: PPIM-UINJakarta bekerjasama dengan Freedom Institue dan Penerbit Nalar, 2005), hlm. 56.

20 M. Nur Kholis Setiawan, dkk., Merajut Perbedaan, MembangunKebersamaan, (Yogyakarta: Dialogue Centre Press, 2011), hlm. 46-47.

21 Nourouzzaman Shiddiqi, 1986, hlm. 6.

Page 20: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

198 Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

Kebebasan menjalankan agama pada dataran empiris inibenar-benar dijaga, dan kafir Quraisy diberi tempat untuk mendapatperlindungan dari kaum muslimin. Tatanan sosial baru tidak sajamengatur relasi antar agama, antar suku dan politik masyarakat Arab.Piagam Madinah sampai menjangkau pada ranah persatuan yangmeliputi multi etnis, bahkan tidak saja untuk umat Islam tapi jugauntuk orang-orang non muslim.

Pada Piagam Madinah terdapat dua prinsip pokok yaitu,pertama, semua pemeluk agama Islam yang berada di Madinahmerupakan satu umat, meski terdapat beragam suku, bangsa dankebudayaan. Kedua, hubungan antara umat Islam dengan umat nonIslam didasarkan pada prinsip-prinsip saling tolong-menolong,toleransi, bahu-membahu, membela pada masyarakat lemah,nasehat-menasehati dalam koridor kebersamaan dan menyeleng-garakan kebebasan pilihan beragama, namun tetap bersatu memper-tahankan dan membela Madinah jika terancam bahaya.22 Nilai toleranyang dijunjung oleh Muhammad sebagai Rasulullah sekaligus sebagaikepala pemerintahan, menunjukkan bahwa Rasul menggunakanpendekatan kompromis bahkan cenderung terintegrasi denganmenekankan pesan Islam guna menciptakan tatanan masyarakatyang kuat dibawah misi kenabian23.

Dengan begitu dalam dan lengkapnya nilai-nilai PiagamMadinah sebagai konstitusi, maka tidak berlebihan kalau kebudayaanIslam kemudian banyak mengambil inspirasi dari dokumen ini.Munculnya kesadaran baru yang mengikis egoisme, fanatisme sukudan tradisi jahiliyah merupakan konsekuensi logis dari penerapanPiagam Madinah. Nabi Muhammad dengan ajaran Islam mampumelakukan perubahan besar yaitu bersatunya suku dan kabilah men-

22 Jamal Ghofir, “Toleransi dan Dakwah Rasulullah: Upaya MenciptakanMasyarakat Humanis dan Toleran” dalam Jurnal Dakwah Media Komunikasi danDakwah, Vol. VII No. 1, (Yogyakarta: Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, 2006),hlm. 36. Baca juga Ahmad Zainal A. Piagam Nabi Muhammad SAW, (Jakarta: BulanBintang, 1973), hlm. 98.

23 Khoiro Ummatin, “Dakwah masa Rosulullah: Telaah Pesan AyatMakkiyah dan Madaniyah” dalam Jurnal Dakwah, Media Komunikasi dan Dakwah,Nonor 07 TH. IV, (Yogyakarta: Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, 2003), hlm. 42.

Page 21: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

199Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

jadi satu ikatan Negara Madinah yang sebelumnya belum pernahterjadi.

Kebijakan politik Muhammad Saw selain yang dituangkanmenjadi naskah Piagam Madinah, maka langkah untuk membangunkebudayaan Islam Nabi mengambil tiga langkah strategis. Pertama,membangun masjid (masjid Quba’) sebagai tempat ibadah dansekaligus sebagai tempat pertemuan umat Islam. Kedua, memper-saudarakan antara Muhajirin dan Anshar dan ini sudah dirintissebelum adanya Piagam Madinah. Ketiga, meletakkan dasar-dasartatanan masyarakat baru yang mengikutsertakan penduduk Madinahyang terdiri berbagai kelompok.24

Sistem pemerintahan yang didasarkan pada Piagam Madinahadalah diterapkannya pengelolaan negara secara moderen.Masyarakat dikenalkan devisi-devisi dalam pemerintahan termasukangkatan perang, yang menempatkan Rasulullah sebagai panglimatertinggi, sehingga orang-orang yang akan ikut perang harus seijinNabi. Tentu saja, paparan kebudayaan yang sudah dihasilkan umatIslam bersama Rasulullah ini belum semua dituangkan pada tulisanini dan masih banyak kebudayaan lainnya yang masih bisa digali. Kitabisa melakukan pelacakan lebih lanjut, sehingga bisa menemukankebudayaan Islam yang lebih banyak lagi yang bisa dijadikan kerangkauntuk mengembangkan kebudayaan Islam ke depan.

Kebudayaan Islam paling monumental dan mendapat peng-akuan banyak pihak, seperti dipaparkan Suharsono bahwa dalamkehidupan sosial politik ada prestasi mengagumkan yang patut dicatatadalah bersatunya masyarakat Madinah dan Arab pada umumnya dibawah kepemimpinan Rasulullah dan dideklarasikannya negaraMadinah. Kualitas perkembangan manusia diukur dengan transformasieksistensi manusia baik secara individual maupun kolektif.25

Pranata sosial dan politik yang terjadi di kawasan Arab benar-benar memasuki era baru di bawah kepemimpinan Rasulullah

24 Ahmad Sukardja, 1995, hlm. 99. Lihat juga Nouruzzaman Shiddiqi, 1986,hlm. 7.

25 Suharsono, Islam dan Transformasi Sosial, (Jakarta: Insani Press, 2004)hlm.144.

Page 22: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

200 Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

26 Hassan Ibrahim Hassan, 1989, hlm. 26.27 Al-Qur’an dan Terjemahnya, 1971, hlm. 847.

Muhammad SAW. Perjuangannya telah membawa pengaruhmendalam tentang persaudaraan baik sesama muslim maupunpersaudaraan dengan non muslim yang telah tinggal di Madinahsebelum kedatangan Nabi dan para sahabat. Selain membangunpersaudaraan yang tidak diskriminatif, kepeloporan Nabi dalampersamaan dan kesetaraan merupakan budaya baru dalamkehidupan masyarakat Arab, sehingga semua orang Arab sejajarkedudukannya, bahkan perbedaan ras yang sering menjadi sebabterjadinya perpecahan dan permusuhan dilenyapkan26.

Kebudayaan baru dalam kehidupan masyarakat Arab yangdibangun Nabi Muhammad ini sesuai dengan firman Allah dalamQ.S. Al-Hujurat ayat 63:27

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dariseorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikankamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamusaling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling muliadiantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwadiantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagimaha mengenal”Ayat ini yang kemudian menjadi akar pijakan tentang

demokratisasi dalam Islam. Esensi diantara perbedaan manusia baikdalam skala kecil seperti perbedaan suku, ras maupun skala besardalam hal berbangsa-bangsa yang menguat pernah menguatkemudian ditenggelamkan dengan prinsip kesetaraan. Golongan atausuku ditekankan Nabi bukan menjadi ukuran kehebatan seseorang,melainkan diukur dari sisi ketaqwaan seseorang. Prinsip ajaran Islamini jelas melampaui dari sisi-sisi budaya masyarakat Arab pada waktuitu, sehingga keberadaan Islam pada masa kenabian ini telah melahir-kan banyak kebudayaan baru yang belum pernah terjadi sebelumnya.

E. Tiga Model Interaksi Islam Terhadap Budaya Lokal Bangsa Arab

Paparan beberapa fakta sosiologis yang dikerangkai olehsistem keagamaan yang dibangun nabi Muhammad dalam kehidupan

Page 23: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

201Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

sosial masyarakat menjadi penting untuk dipahami, sebagai saranakajian untuk mengkontekstualisasikan metodologi dakwah Rasuldalam membela budaya lokal masyarakat Arab. Memosisikan gerakandakwah Rasul dalam perubahan sosial masyarakat ini, tentu memilikimakna penting pada era sekarang, agar gerakan dakwah yangdilakukan tidak tercerabut dari akar historisnya.

Secara sosiologis, kehadiran Islam dengan Al-Qur’an sebagaikitab sucinya yang berkembang di tengah-tengah masyarakatjahiliyah, paling tidak ada tiga konsep dalam merespon sosio-kulturalmasyarakat. Pada saat Islam diturunkan melalui Nabi MuhammadSAW, bangsa Arab telah memiliki kebiasaan, tradisi maupunkebudayaan yang sudah berlangsung secara turun temurun dansudah mapan. Namun demikian Islam sebagai agama rahmatan lil‘alamin, tidak langsung menolak dan mengharamkan seluruh tradisidan kebudayaan bangsa Arab. Menurut Ali Sodikin, sedikitnya adatiga model interaksi antara Islam dengan budaya bangsa Arab:28

Pertama, Islam hadir sebagai tahmil yaitu menerima,menyempurnakan dan melanjutkan dari apa-apa yang sudah ada dimasyarakat, seperti penghormatan terhadap bulan-bulan yangdiharamkan terjadi peperangan dan pertumpahan darah antar suku(blan Dzulqo’dah, bulan Dzulhijjah dll)

Kedua, Islam hadir sebagai taghyir (menerima danmerekontruksi) dari tata nilai masyarakat yang sudah ada denganlabel jahiliyah kepada arah yang lebih sesuai dengan ajaran Islam.Dalam pelaksanaannya tradisi dan kebudayaan bangsa Arab tetapdilanjutkan tapi pelaksanaannya direkonstruksi sehingga tidakbertentangan dengan prinsip tauhid. Model interaksi ini misalnyapelaksanaan haji yang dengan tetap melaksanakan thawaf, sai,namun tujuan ibadah tidak lagi dipersembahkan kepada Latta danUzza tapi ditujukan kepada Allah SWT dengan melantunkan kalimatthoyyibah. Selain ibadah haji, tradisi mahar dalam perkawinan jugamengalami rekonstruksi dengan merubah tradisi yang pada kebiasaanbangsa Arab dengan merubah jumlah mahar yang sedikit.

28 Ali Sodiqin, 2008, hlm. 116-135.

Page 24: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

202 Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

Ketiga, Islam hadir sebagai tahrim (menghapus) dari tata nilaiyang jelas-jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Tradisi yangbertentangan dengan ajaran Islam, dilarang untuk tetapdilaksanakan. Dalam pelarangan ini ada yang serta merta, namunada yang sifatnya secara bertahap. Tradisi dan kebiasaan bangsa Arabyang dilarang ini misalnya judi, minum khamar, riba dan perbudakan.

Respon agama Islam terhadap sistem sosial budaya yangsudah berkembang di masyarakat tersebut menjadi menarik jikadihubungkan dengan ajaran tentang Islam sebagai dakwah yang didalamnya mewajibkan kepada semua umatnya untuk menyampaikanajaran-ajarannya kepada orang lain. Dengan dakwah proses interaksiantara Islam dan budaya masyarakat terjadi, sehingga tidak menutupkemungkinan adanya akulturasi dan asimilasi dalam Islam. Potretposisi Islam dengan kenabian Muhammad di Kota Makkah denganlokalitasnya mampu berinteraksi dalam sekala lebih luas, karena Islambisa diterima masyarakat yang akhirnya menjadi kekuatan yangkemudian menjadi kebenaran universal.

Kerangka dasar Islam (tahmil, taghyir, dan tahrim) dalamrespon sosio-kultural masyarakat oleh Nabi SAW dengan bimbinganwahyu benar-benar diaplikasikan dalam gerakan dakwah, karenafaktanya tidak semua tatanan sosial budaya masyarakat sebelumIslam ditiadakan pada masa kenabian Muhammad. Bahkan Islamsebagai agama baru menunjukkan sangat apresiatif terhadap tradisi-tradisi yang masih bisa dikategorikan ke wilayah tahmil dan tagyir,sehingga sosio-cultural masyarakat tidak perlu dilarangkeberadaannya, kecuali memang jelas-jelas masuk dalam kategoritahrim seperti perjudian dan minum khamer sebagai tradisimasyarakat.

F. Penutup

Paparan keberadaan Islam dalam merespon sosio-kulturalmasyarakat sebagai gerakan dakwah Rasulullah yang dalam kurunwaktu 23 tahun telah berhasil membuka cakrawala agama baru ditengah masyarakat jahiliyah, tentu mengingatkan kita kepada strategidakwah yang digambarkan dalam surat An-Nahl 125 khususnya

Page 25: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

203Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

tentang strategi dakwah dengan penedekatan bil hikmah, mauidhahhasanah dan mujadalah ihsan. Dengan demikian, kehadiran Islam ditengah-tengah masyarakat bukan saja menempatkan fungsi sebagaipenghapus tradisi masyarakat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam,akan tetapi Nabi Muhammad mendakwahkan Islam denganmenempatkan diri sebagai pembela dan pembaharu terhadap sosio-kultural masyarakat.

Sejarah dakwah Rasulullah terhadap budaya lokal bangsa Arabdalam tiga model tersebut, yaitu tahmil, taghyir dan tahrimmerupakan bentuk kearifan Islam atas tradisi masyarakat yang sudahberlaku turun-temurun. Dialektika Islam melalui Al-Qur’an denganbudaya bangsa Arab bukan sekedar mengadaptasi tradisi yang adadan menyesuaikan dengan ajaran al-Qur’an, tapi juga membentukmodel baru sebagai hasil interaksi dengan budaya masyarakat,sehingga ada respon yang berbeda-beda. Tidak semua tradisi ditolakatau diterima oleh Islam, tapi ada tradisi yang diolah kembali sehinggamenjadi tradisi yang tidak bertentangan dengan prinsip ajaran Islam.

Dalam proses interaksi antara Islam dan budaya lokal,penghormatan terhadap budaya lokal benar-benar diwujudkan. Islamtidak saja menonjolkan dari aspek tahrim ketika berhadapan denganbudaya masyarakat. Di luar tahrim, dengan model tahmil dan tagyirketika Islam juga dilakukan Islam terhadap budaya lokal, sehinggahasil interaksi model ini tidak sulit ditemukan oleh umat Islam.

Dengan menerapkan model interaksi Islam dalam bentuktahmil, taghyir dan tahrim ketika bersinggungan dengan budaya dantradisi masyarakat, ini menunjukkan bahwa Islam tidak membatasidiri dan menjaga jarak dengan budaya, sehingga Islam tidakmengalami keterputusan dengan masa lalu. Tradisi-tradisi yang sudahberlaku di masyarakat hendaknya dilihat secara cermat dan hati-hati.Selama dalam tradisi tidak ada yang bertentangan dengan ajaranIslam dan pelaksanaannya tidak menimbulkan penyimpangan dalamkeyakinan dan tauhid, maka tidak salah kalau dilakukan prosesinteraksi, sampai menemukan titik temu dan bisa berjalan tanpaadanya pelanggaran secara tauhid, sosial dan kebudayaan.

Page 26: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

204 Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

DAFTAR PUSTAKA

Al-Khatib, Muhammad Abdullah, Makna Hijrah dulu dan Sekarang,Jakarta: Gema Insani Press, 1995.

Amanah, Siti & Bashori, Sejarah Nabi Muhammad SAW, Semarang:Toha Putra, 1992.

Ath-Thahir, Hamid Ahmad, Sejarah Hidup Nabi Muhammad,Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2006.

Az-Zuhaili, Wahbah, Al-Qur’an dan Paradigma Peradaban ,Yogyakarta: Dinamika, 1996.

Depag, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta: Departemen Agama,1971.

Esposito, John L, Islam Kekuasaan Pemerintahan, Doktrin Iman danRealitas Sosial, Jakarta, Inisiasi Press, 2004.

Ghofir, Jamal, “Toleransi dan Dakwah Rasulullah: Upaya MenciptakanMasyarakat Humanis dan Toleran” dalam Jurnal DakwahMedia Komunikasi dan Dakwah, Vol. VII No. 1, Yogyakarta:Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga, 2006.

Hassan, Hassan Ibrahim , Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta:Kota Kembang, 1989.

Hasjmy, A., Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an, Jakarta: BulanBintang, 1994.

Hassaballa, Hesham A., & Kabir Helminski, Sejarah Islam, Jogjakarta:Diglossia, 2007.

Ismail, Faisal, Perdagangan Mekkah dan Kemunculan Islam(Mendiskusikan Tesis Montgomery Watt dan Patricia Crone,Yogyakarta: Jurnal Al-Jami’ah No 64 tahun 1999.

Kadziq, “Dakwah Islam Masa Rasulullah: Upaya Menuju TerwujudnyaMasyarakat Islam”, dalam Jurnal Dakwah, Media Komunikasidan Dakwah, Nomor 03 Th.II, Yogyakarta: Fakultas DakwahUIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2001.

Khathir, Khalil Ibrahim Mulla, Mukjizat Kota Madinah, Yogyakarta:Pustaka Marwa, 2007.

Page 27: TIGA MODEL INTERAKSI DAKWAH RASULULLAH TERHADAP BUDAYA LOKAL

205Jurnal Dakwah, Vol. XV, No. 1 Tahun 2014

Khoiro Ummatin, Tiga Model Interaksi Dakwah Rasulullah...

Maryam, Siti dkk, Sejarah Peradaban Islam Dari Masa Kalasik HinggaModeren, Yogyakarta: Jurusan SPI Fakultas Adab & Lesfi, 2003.

Mujani, Saiful, dkk., Benturan Peradaban: Sikap dan Perilaku IslamisIndonesia terhadap Amerika Serikat, Jakarta: PPIM-UIN Jakartabekerjasama dengan Freedom Institue dan Penerbit Nalar,2005.

Setiawan, M. Nur Kholis, dkk., Merajut Perbedaan, MembangunKebersamaan, Yogyakarta: Dialogue Centre Press, 2011.

Shiddiqi, Nourouzzaman, Tamaddun Muslim: Bunga RampaiKebudayaan Muslim, Jakarta: Bulan Bintang,1986., Pengantar Sejarah Muslim, Yogyakarta: Nur Cahaya, 1983.

Sodiqin, Ali, “Dasar Teologis Integrasi Islam dan Budaya Lokal” dalamAli Sodiqin, dkk., Islam & Budaya Lokal, Yogyakarta: PusatKajian Sejarah dan Budaya Islam (PKSBI) Jurusan SKI UIN SunanKalijaga, 2009., Antropologi Al-Qur’an, Model Dialektika Wahyu dan Budaya,

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Group, 2008.Sukardja, Ahmad, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945

Kajian Perbandingan Tentang Dasar Hidup Bersama DalamMasyarakat Majemuk, Jakarta, UI Press, 1996.

Suharsono, Islam dan Transformasi Sosial, Jakarta, Insani Press, 2004.Suhud, Moh. Abu, “Pra Kondisi Kebangkitan Dakwah di Makkah:

Kajian terhadap Kepercayaan Masyarakat Arab Sebelum Is-lam, dalam Jurnal PMI, Media Pemikiran dan PengembanganMasyarakat Vol.VI Nomor 1, Yogyakarta: Fakultas Dakwah UINSunan Kalijaga, 2008.

Ummatin, Khoiro, “Dakwah masa Rosulullah: Telaah Pesan AyatMakkiyah dan Madaniyah” dalam Jurnal Dakwah, MediaKomunikasi dan Dakwah, Nonor 07 TH. IV, Yogyakarta: FakultasDakwah UIN Sunan Kalijaga, 2003.

Yatim, Badri Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raja GrafindoPersada,1997.

Zainal A., Ahmad, Piagam Nabi Muhammad SAW, Jakarta: BulanBintang, 1973.