26
The History of Worldview in Secular, Christian, and Islamic Intellectual Discourse Sofian Hadi* Universitas Cordova (UNDOVA) Taliwang Email: sofi[email protected] Hasrul Sani** Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Samawa Rea (IISBUD SAREA) Email: [email protected] Najib R.K. Allaham*** Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor Email: [email protected] Abstract This paper is focused to observe the history of the bustling worldview studied by contemporary academics. There are different definitions and terms of worldview used by the figures who carry the term and are certainly influenced by their respective belief systems. The definition of worldview will be different if it is used in terms of religion, language, science, philosophy, and others. Due to differences in the background, then defining worldview to be diverse. The historical analysis approach is used as a method in writing that departs from different views. With a historical approach used as a method in writing that departs from different views, This paper is presented to clarify the difference in the worldview from the point of view of the figures as an affirmation that the world view is a value-laden concept and is important in contemporary scientific discourse. As a result, the view of the world (worldview) of each of these individuals has an impact on their thoughts, feelings, actions in life activities. Keywords: Worldview, Religion, Language, Contemporary. Vol. 5, No. 1, Februari 2021, hlm. 49-74 Kampus Terpadu Universitas Cordova (UNDOVA) Taliwang. Jl. Pondok Pesantren Al-Ikhlas Taliwang no 122. Sumbawa Barat. NTB Indonesia, Telp/Fax: (0372) 8283093 ∗∗ Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Samawa Rea (IISBUD SAREA), Jl. Olat Maras, Pernek, Moyohulu, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat,Tel/Fax: 0371 2624761 ∗∗∗ Kampus Pusat Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, Jl. Raya Siman Km. 06, Siman, Ponorogo, Jawa Timur, Telp: +62352483762 Fax:+62352488182 Available at: https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tasfiyah DOI: http://dx.doi.org/10.21111/tasfiyah.v5i1.5325

The History of Worldview in Secular, Christian, and

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: The History of Worldview in Secular, Christian, and

The History of Worldview in Secular, Christian, and Islamic Intellectual Discourse

Sofian Hadi*Universitas Cordova (UNDOVA) Taliwang

Email: [email protected]

Hasrul Sani**Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Samawa Rea (IISBUD SAREA)

Email: [email protected]

Najib R.K. Allaham***Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor

Email: [email protected]

AbstractThis paper is focused to observe the history of the bustling worldview studied by

contemporary academics. There are different definitions and terms of worldview used by the figures who carry the term and are certainly influenced by their respective belief systems. The definition of worldview will be different if it is used in terms of religion, language, science, philosophy, and others. Due to differences in the background, then defining worldview to be diverse. The historical analysis approach is used as a method in writing that departs from different views. With a historical approach used as a method in writing that departs from different views, This paper is presented to clarify the difference in the worldview from the point of view of the figures as an affirmation that the world view is a value-laden concept and is important in contemporary scientific discourse. As a result, the view of the world (worldview) of each of these individuals has an impact on their thoughts, feelings, actions in life activities.

Keywords: Worldview, Religion, Language, Contemporary.

Vol. 5, No. 1, Februari 2021, hlm. 49-74

∗ Kampus Terpadu Universitas Cordova (UNDOVA) Taliwang. Jl. Pondok Pesantren Al-Ikhlas Taliwang no 122. Sumbawa Barat. NTB Indonesia, Telp/Fax: (0372) 8283093

∗∗ Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya Samawa Rea (IISBUD SAREA), Jl. Olat Maras, Pernek, Moyohulu, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat,Tel/Fax: 0371 2624761

∗∗∗ Kampus Pusat Universitas Darussalam (UNIDA) Gontor, Jl. Raya Siman Km. 06, Siman, Ponorogo, Jawa Timur, Telp: +62352483762 Fax:+62352488182

Available at: https://ejournal.unida.gontor.ac.id/index.php/tasfiyah DOI: http://dx.doi.org/10.21111/tasfiyah.v5i1.5325

Page 2: The History of Worldview in Secular, Christian, and

TASFIYAH: Jurnal Pemikiran Islam

Sofian Hadi, Hasrul Sani, Najib R.K. Allaham50

AbstrakFokus kajian dalam makalah ini mencoba meneropong sejarah dari

worldview yang ramai dikaji oleh para akademisi kontemporer. Terdapat beberapa perbedaan definisi maupun istilah worldview yang digunakan oleh para tokoh yang mengusung istilah tersebut dan pastinya dipengaruhi oleh sistem kepercayaan masing-masing. Pengertian worldview akan berbeda jika digunakan dalam kacamata agama, bahasa, sains, filsafat dan lainnya. Disebabkan perbedaan latar belakang tersebut, maka pendefinisian worldview menjadi beragam. Dengan pendekatan pada analisah historis digunakan sebagai metode dalam penulisan serta dengan keyakinan yang erangkat dari perbedaan pandangan inilah, makalah ini disajikan dalam rangka memperjelas perbedaan worldview dari sudat pandang para tokoh sebagai penegasan bahwa pandangan dunia merupakan konsep sarat nilai dan penting dalam diskursus keilmuwan kontemporer. Hasilnya, pandangan dunia (worldview) dari setiap individu tersebut memberikan dampak terhadap pikiran, perasaan, perbuatan sarta tindakan dalam aktivitas kehidupan.

Kata Kunci: Worldview, Agama, Bahasa, Kontemporer.

PendahuluanIlmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari worldview

atau pandangan dunia. Cara pandang yang salah terhadap ilmu pengetahuan, akan berdampak buruk bagi ilmuwan tersebut, terlebih bagi lingkungan sekitarnya. Pengaruh cara pandang seorang ilmuwan terhadap disiplin ilmu yang dimiliki akan menentukan value (nilai) yang membangun atau meruntuhkan. Ditambah dengan ilmu-ilmu alam (natural science) yang dipelajari dan diajarkan kepada siswa dan mahasiswa adalah ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh bangsa-bangsa Eropa sejak 500 tahun terakhir. Tidak dapat dipungkiri bahwa ilmu-ilmu tersebut dipengaruhi oleh ‘akidah’ atau Weltanschauung.1

Terkait dengan cara pandang ini, maka seorang ilmuwan harus dapat memposisikan dirinya, apakah pandangan terhadap ilmunya berdasarkan worldview yang tepat atau tidak? Maka

1 Syamsuddin Arif, Islam Dan Diabolisme Intelektual (Jakarta: INSISTS, 2018), 185

Page 3: The History of Worldview in Secular, Christian, and

Vol. 5, No. 1, Februari 2021

51The History of Worldview in Secular, Christian, and Islamic Intellectual...

worldview bagi seorang ilmuwan, harus dapat dipahami sebagai sebuah keniscayaan, bukan hanya sekedar teori semata tapi sebagai konsep mutlak yang harus diterima. Di dalam studi lintas akademik, worldview menjadi sebuah filter untuk menyaring berbagai disiplin ilmu yang notabenenya sudah tersekulerkan.

Adapun penggunaan istilah ‘sejarah’ worldview dalam penulisan makalah ini merujuk kepada analisah periodisasi mengenai kemunculan istilah worldview yang terus berkembang hingga sekarang. Bahkan dalam dekade terakhir istilah worldview marak dijadikan pijakan teori baru oleh pelaku intelektual dalam menganalisah masalah pemikiran terlebih di dunia Barat dan dunia Islam. Dengan berkembangnya kajian mengenai worldview, menjadikan sejarah primordial kata ini berasal terus berlanjut dalam tradisi para intelektual kontemporer.

Definisi dan Sejarah Kemunculan Worldview Pada dasarnya, istilah worldview hanya terbatas pada

pengertian ideologis, sekular, kepercayaan animistis, atau seperangkat doktrin teologis dalam kaitannya dengan visi keduniaan. Worldview digunakan untuk memberi gambaran serta membedakan hakikat suatu agama, peradaban, dan kepercayaan. Dan umumnya dipakai sebagai metode pendekatan ilmu perbandingan agama (comparative religious). Masuknya agama dan peradaban dalam diskursus worldview secara otomatis membuat spektrum pandangan lebih luas dari sekedar visi keduniaan.2 Untuk memahami keluasan

2 Hamid Fahmy Zarkasyi, “Worldview Islam dan Kapitalisme Barat,” TSAQAFAH 9, no. 1 (May 31, 2013): 15, https://doi.org/10.21111/tsaqafah.v9i1.36.equality and pluralism are disseminated in diversified area, one might face difficulty to distinguish one civilization from the other. Now capitalism is the most dominant system of economic in the world and even developed into a civilization that has a worldveiw. Capitalism also used to be claimed and accepted as universal system that could be applied to the whole world. In response to this state of mind, it is imperative that capitalism be studied and identified from its very basic concept, i.e worldview perspective, and then compared it with Islam. This paper is a preliminary attempt to identify capitalist worldview and prove that it differs fundamentally from the worldview

Page 4: The History of Worldview in Secular, Christian, and

TASFIYAH: Jurnal Pemikiran Islam

Sofian Hadi, Hasrul Sani, Najib R.K. Allaham52

spektrum worldview, dibawah ini akan dimulai dengan definisi. Secara etimologi, kata worldview berasal dari kata world artinya

dunia dan view artinya pandangan. Jika didefinisikan secara terminologi, maka worldview dapat diartikan sebagai pandangan tentang dunia. Adapun definisi secara umum mengenai worldview dapat ditemukan di dalam The New Oxford American Dictionary.3 Bagian terpenting dari filsafat hidup, atau sebuah bagunan konsepsi tentang dunia. Sedangkan di dalam The Dictionary of the Social Science, worldview merupakan sistem nilai dan kepercayaan yang menjadi ciri budaya atau kelompok tertentu. Sementara, The Cambridge Dictionary of Philosophy4 mendefinisikan worldview sebagai keseluruhan perspektif hidup yang merangkum mengenai apa yang diketahuai tentang dunia. Definisi yang dirangkum dari kamus di atas hanya memberikan definisi secara general. Akan lebih luas jika membaca beberapa definisi worldview dalam pandangan para tokoh atau ilmuwan yang berpengaruh dalam dunia intelektual kontemporer. Oleh karenanya, sebelum merangkum pengertian dalam kaca mata ilmuwan kontemporer, akan lebih baik harus diketahui terlebih dahulu sejarah kemunculan worldview atau pandangan dunia yang marak dikaji dalam dasarwarsa terakhir ini.

Dalam literatur sejarah, kata worldview (pandangan dunia) pertama kali diadopsi dari bahasa Jerman ‘welthanschauung’ yang digunakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) dalam bukunya Critiq

of Islam. The capitalist vision on religion, world, life style, justice, freedom of thought, wealth, economic activities which are influenced by Western worldview is diametrically different from Islamic worldview. Based on this study it must be very clear that Muslim intellectual who intend to borrow certain concept of capitalism for the development of Islamic economic should realize there are fundamental principles of capitalism that are irreconciliable with that of Islamic economic.”,”container-title”:”TSAQAFAH”,”-DOI”:”10.21111/tsaqafah.v9i1.36”,”ISSN”:”2460-0008, 1411-0334”,”issue”:”1”,”-journalAbbreviation”:”TSAQAFAH”,”language”:”id”,”page”:”15”,”source”:”DOI.org (Crossref

3 Gürol Irzik and Robert Nola, “Worldviews and Their Relation to Science,” Science & Education 18, no. 6–7 (June 2009): 729–45, https://doi.org/10.1007/s11191-007-9087-5.

4 Irzik and Nola, 730.

Page 5: The History of Worldview in Secular, Christian, and

Vol. 5, No. 1, Februari 2021

53The History of Worldview in Secular, Christian, and Islamic Intellectual...

of Judgement yang terbit tahun 1790. Dalam buku tersebut, Kant hanya sekali menyetir kata ‘welthanschauung’.5 Kant menggunakan istilah tersebut secara sekilas atau tidak memakai secara berkelanjutan. Beberapa tahun setelah Kant, kata worldview kembali di populerkan oleh Wilhelm Dilthey (1833-1911). Dilthey secara luas menggunakan istilah worldview dalam diskursus-diskursus ilmiah. Mengacu kepada dua tokoh ini, dapat dikatakan beberapa tokoh yang menggunakan istilah worldview tersebut setelah Immanuel Kant kemudian diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1952) dan Francis Schaeffer (1912-1984).

Sejak istilah worldview mulai popular baik di kalangan akademis, para teolog, filsafat, ahli sains dan para pakar ilmiah hingga saat ini, pengertian worldview juga meluas dan beragam. Dari hanya sekedar istilah, konsep, framework serta cara berpikir dan bagaimana cara memandang dunia hingga menjadi sebagai sebuah orientasi masa depan. Sampai sekarang worldview dapat diterima menjadi sebuah konsep dengan definisi; A worldview is the fundamental perspective from one address every issue of life.6 Definisi ini menjadi universal baik itu di dunia filsafat ataupun dari individu. Setelah definisi tentang worldview berkembang dan mendapat respon serius dari para Barat sekular, seperti Wilhelm Dilthey, Nietzsche, Ludwig Wittgenstein dan Michel Foucault (1926-1984), maka timbullah beragam definisi mengenai worldview berdasarkan pijakan pola berpikir masing-masing tokoh.

Dalam pandangan pemikir dan tokoh intelektual Barat sekular, worldview mempunyai definisi yang berbeda-beda. Dari beberapa definisi di bawah ini semuanya datang dari pengertian yang berbeda. Sebagaimana terlihat dalam table penjelasan berikut;

Nama Tokoh Definisi KomentarWilhelm Dil-they

The basic role of worldview is “to present the relation of the human mind to the riddle of the world and life”

Dilthey, mendefinisikan worldview sebagai hubun-gan dari pikiran terhadap teka-teki kehidupan

Page 6: The History of Worldview in Secular, Christian, and

TASFIYAH: Jurnal Pemikiran Islam

Sofian Hadi, Hasrul Sani, Najib R.K. Allaham54

Nama Tokoh Definisi KomentarFriedrich Ni-etzsche

Are cultural entities which people in a given geograph-ical location and historical context are dependent upon, subordinate, and products of. Well-define boundary that structures the thoughts, be-liefs, and behavior of people.

Sementara Nietzsche, melihat worldview sebagai entitas budaya, yang diber-ikan lokasi geografis. Atau batasan sturktur berfikir, kepercayaan dan kelakuan manusia

Ludwig Witt-genstein

A worldview is a way of thinking about reality that reject the notion that one can have “knowledge” of objective reality (that is, know any “truth” about any nonlinguistic reality) and thus limits knowable reality to the language one find useful in getting what one wants.

Worldview menurut Witt-genstein merupakan cara berpikir tentang realitas, pengetahuan yang objec-tive untuk mengetahui tentang sebuah kebenaran, dan apa yang orang ing-inkan.

Michel Fou-cault

The linguistic construction of power elite.

Foulcaut memaknai worl-dview sebagai konstruksi secara bahasa dari sebuah kekuasaan elit. (Lebih condong kepada masalah politik)

Jika ditelaah secara saksama definisi yang diberikan tokoh di atas, memberikan perbedaan pengertian atau terma yang digunakan oleh masing-masing. Akan tetapi secara substansi dapat dipahami bahwa definisi tersebut sangat dipengaruhi oleh pemikiran tokoh yang mengusung. Pandangan yang berbeda tersebut memberikan gambaran bahwa worldview terbentuk dari cara pandang terhadap sesuatu, yang coraknya dipengaruhi oleh latar belakang keilmuwan yang dipahami masing-masing oleh individu.

Pengertian worldview menurut framework ilmuwan Barat sekular, mengindikasaikan perbedaan definisi atau istilah secara terminologi. Akan tetapi perbedaan istilah tidak membedakan

Page 7: The History of Worldview in Secular, Christian, and

Vol. 5, No. 1, Februari 2021

55The History of Worldview in Secular, Christian, and Islamic Intellectual...

pandangan Barat sekular secara substansi atau dasar pandangan mereka.7 Jika substansi dari pengertian worldview yang dijelaskan dapat membuka cakrawala para pembaca, maka tak dapat disangsikan bahwa pengertian yang telah dipaparkan di atas, dapat dipahami sebagai sebuah cara pandang yang berasaskan kepada apa yang ada dalam pikiran masing-masing individu.

Sebelum masuk pada pembahasan lanjut mengenai worldview (pandangan dunia) dalam pandangan intelektual sekuer, Krissten dan Islam, akan disinggung terlebih dahulu bagaimana keterkaitan worldview dengan bahasa, sains dan filsafat. Hal ini dipandang perlu, melihat wacana worldview mempunyai berbagai varian terma yang dipakai oleh bahasa berbeda sehingga terjadi beberapa penamaan terhadap istilah worldview yang membuat kemunculannya menarik pembahasan para ilmuwan.

Worldview dan BahasaDi dalam membahas keterkaitan antara bahasa dan worldview,

terdapat dua ilmuwan yang berstatus sebagai guru dan murid, Benjamin Lee Whorf (1897-1941) dan gurunya Edward Sapir (1884-1939) diikuti oleh Franz Boas (1858-1942). Mereka terkenal dengan istilah (Whorf-Sapir hypothesis) yang memberikan pandangan tentang bahasa sebagai sebuah kecerdasan yang berbeda dan bahasa struktur yang sangat efektif bagi pikiran sebuah komunitas.

Whorf terlihat sangat radikal memberikan konsekuensi yang tidak baik terhadap penggunaan istilah worldview dan perdebatan antara kerja Sapir dan Whorf yang disebut dengan bahasa mental (mental linguistics). Dalam hal ini juga Whorf sepertinya memberikan ketidak jelasan terhadap hubungan antara bahasa dan pikiran yang dalam asal-usulnya menggunakan istilah worldview. Orang Jerman

7 Pengertian lain dari wolrdview juga diberikan oleh Thomas F. Wall. Lihar selengkapnya di Thomas F. Wall, Thinking Critically about Philosophycal Problem, A Modern Instructioan (Australia, 2001), 532. Lihat juga di karya Ninian Smart yang juga mencoba memberikan definisi tentang worldview. Lihat di Ninian Smart, Worldview, Crosscultural Explorations of Human Belief (New York: Sribner Son, T.Th), 1–2.

Page 8: The History of Worldview in Secular, Christian, and

TASFIYAH: Jurnal Pemikiran Islam

Sofian Hadi, Hasrul Sani, Najib R.K. Allaham56

asli membuktikan kalau Weltanschauung adalah istilah dari Jerman yang di pakai oleh Whorf dalam bahasa, pikiran dan realitas dan banyak ilmuwan juga mengutip Wilhelm von Hamboldt sebagai pencetus istilah tersebut.

Meskipun demikian, usaha Humboldt jarang dipakai dan di diskusikan sebagai hubungan antara pikiran dan worldview. Ilmuwan Kristen kontemporer dari Amerika David K. Naugle dalam bukunya yang cukup terkenal dia mengeksplorasi istilah worldview (Worldview: The History of a Concept:2002). Naugle mencoba melacak asal-usul Weltanschauung yang diperkenalkan oleh Kant. Dia juga menyebutkan Humboldt juga menggunakan istilah tersebut, akan tetapi Humboldt memakai istilah itu hanya sepintas atau hanya selayag pandang saja. Perlakuan Naugle terhadap Humboldt di anggap gagal sebagai budaya orang yang berbahasa Inggris, dalam memahami dan mengadopsi pikiran yang indah dari filsuf bahasa ini. Padahal, pada pendapat lain Humboldt berharap menggunakan worldview sebagai konsep dan alat untuk memahami dan membedakan klasifikasi bahasa.

Banyak terjadi perselisihan tentang asal-usul worldview yang mana mempunyai keterkaitannya dengan bahasa. Humboldt lebih memilih konsep Weltansicht daripada Weltanschauung yang mana keduanya dikenal pada abad ke-dua puluh. Lantas, seorang filosof Jerman Jurgen Trabant (born in 1942) yang tidak lain sebagai guru Humboldt, membuat semacap perbedaaan yang jelas tentang dua konsep tadi.

Trabant berpendapat, Weltanschauung mempunyai beragam ciri dan makna. Akan tetapi, kadang-kadang digunakan sebagai sebuah istilah yang merujuk kepada pendirian personal atau sikap individu sebaagai sebuah pandangan dunia secara sadar dan mendalam daripada filsafat. Selanjutnya, Trabant mengelaborasikan Weltansicht sebagai hal yang merujuk kepada, sistem bahasa mempertajam perspektif dan konsep dunia kemudian memperluas penajaman bagaimana menunjuki tujuan dalam kehidupan sebagai dasar kita

Page 9: The History of Worldview in Secular, Christian, and

Vol. 5, No. 1, Februari 2021

57The History of Worldview in Secular, Christian, and Islamic Intellectual...

bergaul dengan yang lain. Ini artinya, individu atau personal tidak dapat merefleksi pandangan terhadap Weltansicht. Dan pendapat yang berbeda dengan Humboldt berargumentasi baik secara sadar dan tidak semua orang secara konstan bertindak atas Weltansicht sebagaimana bentuk aturan undang-undang pemikiran bahasa atau merusak bentuk asli dari bentuk ekspresi.8

Thouard, seorang translator kontemporer dari Francis, mengadopsi perbedaan pendapat Trabant dan menyayangkan kedua pendapat tersebut digabung dalam satu konsep yang dalam bahasa Francis disebut (vision du monde). Trouard justru mengklaim bahwa Weltansicht yang di dalam pengertian Humboldt digunakan untuk menunjukkan konsep menurut penutur beragam bahasa. Pada dasarnya, Weltansicht beroperasi dalam tingkat dasar ketika kontak pertama manusia dengan realita dan dunia. Weltansicht sebenarnya bentuk dari Weltanschauung yang bersumber dari kepercayaan yang berbeda. Weltansicht tidak menginterpretasi kata. Itu memungkinkan untuk membentuk konsep kata dengan dilengkapi dengan pemahaman bahasa sebelumnya.9

Para sarjana Czech (Ceko), juga mengadopsi konsep worldview juga melacak hubungan antara bahasa dan worldview. Mereka juga meberikan istilah dalam bahasa Ceko, obraz sveia yang dalam bahasa Inggris berarti gambaran dunia atau gambaran tentang dunia. Akan tetapi, para sarjana Ceko, Francis dan Inggris telah kehilangan daya upaya dalam mendorong Humboldt menyusun konsep Weltansicht sebagai perbedaan dari Weltanschauung. Yang membedakan adalah (1) Cara bahasa membuka jaringan konsep dengan pemahaman dan menafsirkan dunia dan mengaitkan antara pikiran dan perasaan tentang hal tersebut. (2) Kapasitas yang diberikan kepada manusia dengan kemampuan bahasa membebaskan untuk memformulasikan konsep dan sistem keparcayaan tentang dunia sebagai tempat kita tinggal.

8 James Underhill, Humboldt, Worldview and Language (Edinburgh University Press, 2009), https://doi.org/10.3366/edinburgh/9780748638420.001.0001.

9 Underhill, 18.

Page 10: The History of Worldview in Secular, Christian, and

TASFIYAH: Jurnal Pemikiran Islam

Sofian Hadi, Hasrul Sani, Najib R.K. Allaham58

Worldview dan Hubungannya dengan SainsAda kecenderungan dalam literatur pendidikan sains

untuk mengurai pertanyaan “Apakah sains mengandalkan keyakinan worldview?” atau pertanyaan lain seperti “Dapatkah sains menjelaskan bahwa Tuhan itu ada?” atau “Dapatkah sains menjelaskan tentang tujuan diciptakannya alam semesta?” Bentuk pertanyaan tersebut memberi kesan bahwa worldview berada di atas semua agama atau bahwa mereka harus dan terutama melibatkan isu-isu yang ditangani oleh agama-agama. Isu-isu tersebut tidak dapat dihindari bahwa worldview datang dan dijelaskan dalam sudut pandang atau pengertian yang berbeda.

Dalam hal ini, terdapat tanggapan di sebuah artikel dalam rangka menjawab masalah dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan sains. Adalah Hugh Gauch (berkaitan dengan masalah ini) menanggapi pertanyaan apakah sains dapat mencapai kesimpulan dengan mendalam tentang worldview? Gauch berpendapat bahwa walaupun sains dapat dan sering kali memengaruhi dan mengubah keyakinan worldview dengan memberikan bukti yang relevan, namun, Gauch sendiri tidak memiliki definisi worldview dalam posisi dan penalarannya. Karenanya, konten penjabaran dalam artikel Gauch ada yang tidak sependapat, namun artikel tersebut banyak memberikan inspirasi bagi pembacanya. Jika kita ingin memahami hubungan antara sains dan worldview, kita harus memberi banyak perhatian pada gagasan worldview seperti yang dilakukan terhadap ilmu pengetahuan.

Dengan demikian, pada bagian selanjutnya kami (Gurol Irzik & Robert Nola) memberikan definisi operasional tentang worldview dan beberapa contoh. Hal ini memungkinkan untuk melihat bahwa ada worldview ilmiah, filosofis, religius, budaya dan politik. Perlu diketahuai, bahwa penting juga untuk membedakan antara proyek pembangunan sebuah dunia ilmiah dan pertanyaan apakah sains itu sendiri memiliki konten worldview? Pertanyaan ini mengulang

Page 11: The History of Worldview in Secular, Christian, and

Vol. 5, No. 1, Februari 2021

59The History of Worldview in Secular, Christian, and Islamic Intellectual...

kembali ke posisi Gauch dan tujuh10 pilarnya yang menjadi ciri sains. Walaupun penjelasan dari Gauch kadang tidak jelas dan tidak mendasar. Gauch tidak memberikan pengertian terang antara relasi sains dan worldview. Sampai pada pendapatnya yang lain ia mengatakan sains tidak memiliki worldview.11 Berbeda dengan pendapat pertama, pada penjelasan lain, Gauch berpendapat bahwa sains adalah worldview-independen dalam praduga dan metodenya. Nampaknya, Gauch masih kebingungan menghubungkan relasi antara sains dan pandangan dunia.

Selain Hugh Gauch, tokoh klasik lain Stephen Pepper mencoba membahas pertanyaan seputar worldview. Hal terpenting yang dilakukan Pepper adalah hipotesis tentang sumber akar teory hipotesis tersebut seperti yang dipakai Thomas Kuhn. Selanjutnya, Pepper tetap menggunakan istilah hipotesis dia tidak mau mencampur hal yang satu dan yang lain. Pepper juga menegaskan bahwa hipotesis dunia seharusnya menjadi otonom dan mengusulkan sejumlah metodologi untuk mengetahui nilai ini. Salah satu konsekuensi penting dari prinsip ini adalah bahwa hipotesis dunia bukan merupakan tiruan mistik eklektik satu sama lain; Masing-masing harus berdiri dalam kontras yang kuat dengan yang lain, akan tetapi pada akhirnya Pepper tidak menjelaskan dengan detail antara worldview dan sains. Ia hanya menggunakan sebuah hipotesa yang berdasarkan pandangannya sendiri. Pada kesimpulannya, sebuah pendidikan sains yang tidak mengakui worldview tentang sains dan interaksi antara sains dan worldview akan menjadi hal yang miskin.

Worldview dan Filsafat Dalam membahas relasi worldview dan filsafat, makalah

ini merujuk kepada Mario Bunge, yang memposisikan hubungan

10 Gauch’s seven pillars of science. 1, realism. 2, presupposition. 3, evidence. 4, logis. 5, limits. 6, universality. 7, worldview.

11 Irzik and Nola, “Worldviews and Their Relation to Science.”…… 730

Page 12: The History of Worldview in Secular, Christian, and

TASFIYAH: Jurnal Pemikiran Islam

Sofian Hadi, Hasrul Sani, Najib R.K. Allaham60

antara wordview dan filsafat menjadi bab awal yang dibahas oleh Bunge dengan tajuk Philosophy as Worldview memandang hubungan filsafat dan worldview hingga saat ini menjadi wacana ilmiah dikalangan ilmuwan. Dalam pemaparan sebelumnya, telah di jelaskan tentang worldview dari sudut pandang bahasa dan sains. Sementara kaitannya dengan filsafat, Mario Bunge dalam bukunya Matter and Mind a Philosophical Inquiry mengatakan;

“A worldview is a comprehensive conception of all there is, whereas a philosophy is a scholarly discipline divided into special fields, every one of which is usually cultivated independently of the others” 12

Worldview merupakan konsep yang komprehensif dari keseluruhan cara pandang tentang dunia. Sementara, dalam pembahasan tentang filsafat worldview di definisikan sebagai disiplin ilmiah yang terbagi dalam beberapa bidang khusus, setiap bagiannya biasanya berkembang secara mandiri antara satu dan lainnya.

Dalam pembahasan yang berkaintan dengan worldview, dunia filsafat menurut Bunge dianggap sebagai disiplin ilmu yang meragukan (self-doubting discipline) sebab belum ada orang yang mampu menjelaskan definisi filsafat (no well-defined subject) dan masih kurang dapat dipahami secara mendalam oleh beberapa ilmuwan. Bunge mengharapkan kepada para filosof agar dapat menjelaskan sesuatu yang sangat menarik tentang dunia, sebagaimana jelasnya menerangkan tentang masalah pengetahuan bagaimana dan dimana posisi kita dalam memahaminya.

Ilmu filsafat yang tepat adalah jika mencakup ontologi dan metafisika, teori perubahan dan ketetapan, sebab dan peluang, ruang dan waktu, tubuh dan pikiran, individu dan masyarakat dan sebagainya. Filsafat tanpa ontologi adalah lemah, filsafat akan membingungkan jika tanpa logika dan semantik, seperti kepala tanpa

12 Mario Bunge, Matter and Mind, vol. 287, Boston Studies in the Philosophy of Science (Dordrecht: Springer Netherlands, 2010), https://doi.org/10.1007/978-90-481-9225-0.

Page 13: The History of Worldview in Secular, Christian, and

Vol. 5, No. 1, Februari 2021

61The History of Worldview in Secular, Christian, and Islamic Intellectual...

sebuah epistemologi, atau seperi sebuah tubuh yang hilang kelima inderanya dan tanpa kaki (tidak bisa melangkah) tanpa filsafat praktis.

“That is, a philosophy proper is organized around an ontology or metaphysic; a theory of chance and invariance, space and time, cause and chance, body and mind, person and society, and so on. I submit that philosophy without ontology is spineless, just as it is confused without logic and semantics, headless without epistemology, and limbless without a practical philosophy”13

Berdasarkan pernyataan ini, Mario Bunge, memasukkan unsur ontology dan metafisis kedalam ilmu filsafat. Karena, pada dasarnya ontologi itu adalah bagian terpenting dari sejarah filsafat. Berbicara ontologi, artinya sama dengan interaksi dengan litaratur sejarah asal muasal filsafat. Adapun metafisik yang dimakasud Bunge dapat diinterpretasikan sebagai logika dan akal fikiran, jika tidak mengunakan akal maka terjadi kepincangan dalam manafsirkan sejarah filsafat. Maka dunia filsafat tidak dapat dipisahkna dari worldview yang mempunyai keterkaitan satu dengan lainnya.

Worldview dalam Pandangan Kristen Dalam dunia Kristen, terdapat beberapa definisi worldview

yang menjadi latar belakang konsep bagaimana umat Kristen manggunakan cara pandangnya terhadap pandangan dunia. James Orr (1844-1913) misalnya, mendefinisikan worldview sebagai berikut;

“The widest view which the mind can take of things in an effort to grasp them together as a whole from the standpoint of some particular philosophy or theology”14

Orr, menggambarkan worldview sebagai keluasan pandangan mencakup pikiran dalam upaya untuk memahami keseluruhan dari

13 Bunge, 287:3.14 James Orr, Christian View of God and the World (Grand Rapids: Eerdmans,

1954), 4–5. Lihat juga di James W. Sire, Naming the Elephant: Worldview as the Concept Second Edition (United States: InterVarsity Press, 2015), 34–35.

Page 14: The History of Worldview in Secular, Christian, and

TASFIYAH: Jurnal Pemikiran Islam

Sofian Hadi, Hasrul Sani, Najib R.K. Allaham62

sudut pandang beberapa hal tentang filsafat atau teologi tertentu. Definisi worldview yang diusung Orr tentu sangat dipengaruhi oleh pandangan filsafat dan berangkat dari masalah teologi. Hal ini berdasarkan pemaparan materi yang di sampaikan pada salah satu universitas di Edinburgh yang berjudul, The Christian view of God and the World. Dalam penyampaian seminarnya Orr sangat terpengaruh dengan konsep dari ilmuwan Jerman dan menirukan konsep tersebut dalam pandangannya sendiri, dalam membela kepentingan Kristen. Tujuan Orr sangat jelas mengusung dan mempertahankan pengaruh Kristen yang menentang para ilmuwan dan tantangan budaya seperti sekarang ini.

Masih dalam pandangan Orr, bahwa worldview mempunyai sumbernya sendiri “Struktur yang terdapat dalam perasaan alami manusia” antara kecerdasan dan tindak-tanduk suatu perbuatan. Orr melanjutkan, bahwa karakter worldview Kristen sangat terkontaminasi dengan masalah ketuhanan. Misalnya, tentang Tuhan, manusia, dosa, penebusan dosa dan tujuan hidup manusia, kemudian terfokus dengan reinkarnasi (kebangkitan) Tuhan dalam diri Kristus). James Orr mempunyai sebuah konsep yang telah membantu memperjelas gagasan agama Kristen tentang pandangan dunia/worldview.

Adapun Abraham Kuyper, (1837-1920) tokoh yang dianggap penting dalam dunia pemikiran worldview Kristen. Kuyper merupakan tokoh yang satu zaman dengan Orr. Pada tahun 1889 di kediamannya Stone Foundation ia memberikan kuliah di Universitas Prineton tentang aliran Calvinist15 dalam dunia Kristen yang mempunyai pandangan yang mencakup semua aspek tentang worldview. Dalam terminology Kuyper, semua saling bersama dalam “sistem kehidupan.” Worldview atau pandangan dunia yang dibicarakan Kuyper mengadung tiga unsur dalam hubungan mendasar tentang keberadaan manusia.

15 Calvinisme adalah sebuah sistem teologis dan pendekatan kepada kehidupan Kristen yang menekankan kedaulatan pemerintahan Tuhan atas segala sesuatu.

https://id.wikipedia.org/wiki/Calvinisme (Diakses, 9 April 2018, 17:12)

Page 15: The History of Worldview in Secular, Christian, and

Vol. 5, No. 1, Februari 2021

63The History of Worldview in Secular, Christian, and Islamic Intellectual...

“Three fundamental relations of all human existence, our relation to God, to man and to the world”16

Dalam hal relasi dengan Tuhan, haruslah terjadi sebuah persekutuan langsung antara manusia dengan Tuhan, yang secara independen terlepas dari pengatuh pendeta atau gereja. Selanjurnya, hubungan manusia dengan manusia menurut Kuyper adalah pengakuan pada setiap orang atas nilai manusia tersebut, yang berdasarkan pada ciptaannya. Dan untuk hubungan terhadap dunia, pengakuan bahwa di seluruh dunia jenis hal yang terkutuk dikendalikan oleh rahmat Tuhan, bahwa kehidupan dunia harus dihormati dalam kemandiriannya.

Kuyper menjelaskan lebih jauh tentang pandangan dunia Kristen yang mempunyai kaitan dengan illuminasi (pencerahan) dan mendorong budaya menjadi sesuatu yang paling tinggi dalam agama, politik, sains dan seni. Lebih lanjut, Kuyper mempunyai konsep yang dianggap penting bahwa gagasannya tentang worldview mempunyai konsep tunggal bagaimana worldview itu diarahkan.

Di sisi lain, Herman Dooyeweerd, (1894-1977) seorang tokoh yang juga berpengaruh dalam aliran filsafat. Dooyeweerd, dianggap berpengaruh daripada pemikir Kristen lain. Dia bersikeras berpendapat tentang basis pemikiran tidak datang dari worldview seseorang. Lebih dari itu, pandangan dunia dapat digambarkan oleh Dooyeweed lebih mengutamakan ide yang terletak dalam agama atau orientasi dari spiritual keimanan dari dalam hati. Bagi Dooyeweerd worldview merupakan;

“All human endeavor stems not from worldview, but from the spiritual commitment of the heart”

Baginya, hanya ada dua basis komitment, yang membawa pada dua dasar keadaan “Manusia beringkarnasi menjadi Tuhan” dan “manusia menghindar dari Tuhan.” Dooyeweed juga

16 Abraham Kuyper, Lectures on Calvinism (United States-Michigan: Grand Rapids, 1931), 31.

Page 16: The History of Worldview in Secular, Christian, and

TASFIYAH: Jurnal Pemikiran Islam

Sofian Hadi, Hasrul Sani, Najib R.K. Allaham64

mengidentifikasi ada dua motif yang menghubungkan dengan agama, yang memberikan akses utama dari seluruh sikap hidup dan pikiran.

“The first is the dynamis of the holy Ghost. [This] brings man into the relationship of sonship to the Devine father. Its religious ground motive is that of the Devine Word-Revelation, which the key to understanding of the Holy Scripture; the motive of creation, fall and redemption by Jesus Christ in the communion of the Holy Ghost. The second central mainspring is that of the spirit of apostasy from the true God”17

Adapun kedua motif tesebut, yang pertama adalah kedinamisan roh kudus dalam hal ini adalah Yesus. Hal ini bagi Dooyeweed, mampu membawa manusia dalam hubungannya sebagai anak tuhan dengan Yesus. Motif dasar dari agama adalah dari wahyu-sabda-Tuhan, yang merupakan kunci untuk memahami kitab suci, motif dari penciptaan, kejatuhan dan penebusan dosa oleh Yesus dalam persekutuan roh kudus. Adapun motif kedua adalah jiwa kemurtadan dari Tuhan yang benar.

Walaupun Dooyeweerd sebagai penganut filsafat, namun ia memberikan pengertian tentang worldview bukan sebagai sistem filsafat, ia lebih cenderung kepada pre-teori komitmen yang mempunyai hubungan yang tidak selaras antara ‘pikiran’ dan ‘hati’ ditambah dengan sebuah pengalaman hidup dan kehidupan. Pengalaman hidup antara penganut Kristen dan non Kristen. Dengan demikian Dooyeweed menyimpulkan, apapun kesepakatan atau ketidaksepakatan antara Kristen dan non Kristen dalam hal struktural (sains, sejarah, ekonomi, dll.) pandangan dunia non Kristen akhirnya tidak dapat memberikan penjelasan yang akurat tentang dunia dan manusia di dalamnya. Dalam hal ini Dooyeweed menuduh secara sepihak bahwa kaum yang bukan dari kalangan Kristen tidak mampu memberikan penjelasan gamblang tentang pandangan dunia dan manusia.

17 Herman Dooyeweerd, A New Critique of Theoretical Though, Terj. David H Freeman and William S. Young (United States: Presbyterian & Reformed, 1969), 61. Lihat juga di Sire, Naming the Elephant: Worldview as the Concept Second Edition, 35–36.

Page 17: The History of Worldview in Secular, Christian, and

Vol. 5, No. 1, Februari 2021

65The History of Worldview in Secular, Christian, and Islamic Intellectual...

Sepintas kita tinggalkan pandangan Kristen tentang worldview. Selanjutnya, penulis sedikit menyinggung bagaimana worlview dalam pandangan agama Hindu. Penulis Jessica Frazier mencoba meneliti tentang pandangan agama Hindu dalam bukunya Hindu Worldviews: Theories of self, Ritual and Reality, 2017. Buku ini memiliki dua tujuan penting; pertama untuk memberi penejasan beberapa pandangan dunia yang ada dalam konteks Hindu dengan menyoroti konsepsi yang mendasari beberapa alasan seperti, kepribadian, ritual, tindakan dan kenyataan. Kedua, untuk memperluas konsepsi tersebut ke dalam wawasan yang lebih holistik, mampu berbicara dengan teori kontemporer dalam ilmu sosial dan manusia, sebab inilah tujuan utamanya untuk mengungkapkan kerangka kerja yang berbeda untuk berpikir tentang dunia.

Dalam kajiannya, Frazier mencoba menelaah bagaimana sebuah teori tentang unsur padangan dunia tersebut dapan diposisikan secara objektif. Ia ingin berpendapat bahwa budaya, hal mistis atau ritual sebuah peradaban mestinya harus diakui sebagai unsur terpenting dari worldview. Bukan hanya sekedar unsur sistem kepercayaan atau pikiran saja yang menjadi tolak ukur pandangan dunia, melainkan, unsur seperti keperibadian, ritual, wujud dari pengalaman juga perlu dipertimbangkan. Frazier memakai istilah seorang ontropologis Clifford Geertz, (1973) dengan mengatakan “the term worldview as a way to approach culture and religions.”18 Apa yang didefiniskan oleh Geertz tentang worldview merupakan hasil dari penelitiannya dalam scripture (naskah) tentang Hindu, Buddhist dan budaya Islam di Jawa Indonesia.

Berdasarkan hal ini, Frazier mencoba meletakkan pandangan dunia Hindu sebagai budaya yang hidup (melekat dalam kehidupan), Hindu worldviews as lived culture. Hingga pada kesimpulan Frazier merangkum pengertian worldview sebagai berikut;

18 Jessica Frazier, Hindu Worldviews Theories of Self, Ritual and Reality, (London: Bloomsbury Publishing, 2017), 31.

Page 18: The History of Worldview in Secular, Christian, and

TASFIYAH: Jurnal Pemikiran Islam

Sofian Hadi, Hasrul Sani, Najib R.K. Allaham66

“Worldview then, in its original meaning, transcends the often artificial divide between intellectual and embodied culture and encompasses within itself the genoelogy of lived belief in reasoned reflection”19

Pandangan dunia dalam arti aslinya, melampaui kesenjangan yang sering kali dibuat-buat antara budaya intelektual dan budaya yang diwujudkan dan mencakup di dalam dirinya sendiri genoelogi keyakinan yang hidup dalam refleksi yang beralasan. Menelaah dari apa yang diusung Frazier di atas, secara tidak langsung menginginkan agar terbentuknya suatu pandangan dunia tidak sekedar beramgkat dari unsur intelektual saja, hal-hal lain seperti ritual kepercayaan kebuadayaan mestinya juga dimasukkan sebagai elemen-elemen dasar dari pandangan dunia (wolrview).

Worldview Menurut Pandangan Penginjil Kontemporer Dalam beberapa dekade setelah Kuyper, konsep pandangan

dunia atau worldview tidak terlalau diminati dan didiskusikan lagi oleh teolog Kristen dan para filosof dalam komunitas pembaharu yang bermarkas di perguruan tinggi Calvin di Michigan. Akan tetapi, mereka tetap menjaga gagasan tersebut agar tetap hidup. Dalam sebuah hasil kesepakataan diantara Penginjil, yang menulis tentang worldview seperti Orr, Kuyper, Dooyeweed telah mempengaruhi pemahaman mereka.

James Olthuis, mendefinisikan worldview (atau visi kehidupan) sebagai sebuah framework atau kepercayaan dasar bagaimana memandang dunia atau melihat masa depan dalam kepercayaan itu. Olthuis juga berpandangan bagaimana hubungan worldview antara pribadi sesorang dan komunitasnya.

Albert M. Wolters seorang teolog Kristen berkebangsaan Kanada seperti tokoh lain juga mendefinisikan worldview lebih sederhana;

“A worldview is a matter of the shared everyday experience of humankind, an inescapable component of human knowing, and as such

19 “Hindu Worldviews Theories of Self, Ritual and Reality ( PDFDrive ).Pdf,” 31.

Page 19: The History of Worldview in Secular, Christian, and

Vol. 5, No. 1, Februari 2021

67The History of Worldview in Secular, Christian, and Islamic Intellectual...

it is nonscientific, or rather (since scientific knowing is always dependent on the intuitive knowing of our everyday experience) prescientific in nature.” 20

Worldview sebagai sebuah framework kepercayaan dasar, atau pertukaran pangalaman dalam kehidupan manusia, komponen yang tidak terelakkan dari pengetahuan, seperti hal yang tidak ilmiah yang tergantung pada naluri pengetahuan yang bersadarkan pada pengalaman.

Adapun Ronald Nash lebih jauh memberikan definisi sebagai berikut;

“In its simplest term, a worldview is a set of beliefs about the most important issues of life. [It] a conceptual scheme by which we consciously or unconsciously place or fit everything we believe and by which we interpret and judge reality”21

Maksud dari pernyataan Nash di atas dapat dipahami bahwa istilah worldview merupakan seperangkat kepercayaan tentang isu terpenting dari kehidupan. Worldview merupakan skema sebuah konsep, baik itu secara sadar dan tidak sadar meletakkan sesuatu yang dipercaya dengan interpretasi atau realitas. Jika ditelaah, Nash menghubungkan worldview yang berangkat dari sistim kepercayaan dalam keadaan sadar atau tidak yang mana dari perangkat kepercayaan tersebut seseorang mampu menafsirkan dan menilai apa yang disebut sebagai realitas. John H. Kok, seorang filosof menyatakan;

“Worldview defined as one’s comprehensive framework of basic belief about things.”22

Kok, memberikan pengertian lebih sederhana bahwa worldview sebagai kepercayaan dasar yang memyeluruh terhadap

20 Albert M Wolters, Creation Regained: Biblical Basics for a Reformational Worldview (Grand Rapids: Eerdmans, 1985).

21 Ronald Nash, Worldview in Conflict (Grand Rapids. Mich: Zondenan, 1992).22 John H. Kok, Learning Teach from Within a Christian Perspective (Pro Rege,

2003), 12.

Page 20: The History of Worldview in Secular, Christian, and

TASFIYAH: Jurnal Pemikiran Islam

Sofian Hadi, Hasrul Sani, Najib R.K. Allaham68

sesuatu. Jika dilihat pengertian ini ada kesamaan dengan penegertian James Olthuis bahwa worldview merupakan konsep atau framework yang berdasarkan kepercayaan dasar terhadap hal yang terjadi dimasa depan. Walaupun, di sisi lain Kok juga mendefinisikan worldview sebagai sebuah kumpulan konsep-konsep tentang suatu makna terhadap tuhan, dunia, kehidupan, manusia, tetangga dan diri sendiri.23

Worldview dalam Pandangan IslamSetelah membahas ragam definisi worldview dari sudaut

pandang ilmuwan Kristen dan beberapa tokoh Kristen kontemporer, pada sub ini akan diterangkan pengertian worldview dari sudut pandangan Islam. Pada bab sebelumnya juga telah dijelaskan tentang pandangan alam dalam perspektif tokoh sekular yang berbeda-beda dan semuanya memberikan pandapat berdasarkan pemahaman tokoh tersebut masing-masing dan tidak sedikit tokoh yang berargumentasi atas ideology agama dan budaya, serta ada juga tokoh yang mendukung pendapat tokoh lain. Hal ini dapat dipahami karena ilmuwan tersebut mempunyai latar belakang yang berbeda. Akan tetapi, dapat diterka bahwa konsep dan gagasan yang mereka sampaikan tidak keluar dari definisi umum worldview sebagai sebuah cara pandang atau cara memandang dunia dengan berdasarkan konsep yang dibagun di atas asumsi dasar (basic assumption). Oleh katena itu, dibutuhkan penjelasan lebih luas lagi tentang wolrview dari sudut pandang Islam atau tokoh Muslim pada abab 21.

Bemula dari Maulana al-Maudûdî, mempunyai istilah Islām Nazariyāt (Islamic vision). Bagi al-Maudûdî, berarti “Pandangan hidup yang dimulai dari konsep keesan Tuhan (syahādah) yang berimplikasi pada keseluruhan kagiatan hidup manusia di dunia. Syahādah adalah pernyataan moral yang mendorong manusia untuk

23 Kok, 13.

Page 21: The History of Worldview in Secular, Christian, and

Vol. 5, No. 1, Februari 2021

69The History of Worldview in Secular, Christian, and Islamic Intellectual...

melaksanakannya dalam kehidupannya secara menyeluruh.”24 Al-Maudûdî juga mengartikan visi Islam atau worldview sebagai sebuah proses dimana syahadat atau keimanan pada keesaan Allah yang merupakan pintu masuk atau langkah awal menuju kesempurnaan iman. Dalam kaitannya dengan keberislaman seseorang, syahadat merupakan langkah pertama seseorang dalam berislam. Maka maka dari itu visi Islam yang dimaksud oleh Maudûdî adalah keimanan pada keesann Allah.25

Dalam istilah Syekh Atif al-Zayn worldview adalah al-Mabda’ al-Islāmīy yang cenderung lebih merujuk kepada kesatuan iman dan akal yang bermakna mabda’ sebagai ‘aqīdah fikriyyah sebuah kepercayaan yang berdasarkan pada akal.26 Bagi Atif al-Zayn iman bermula dari akal, yang mana dalam Islam akal merupakan penopang keimanan. Namun demikian, Atif al-Zayn juga menggunakan kata-kata mabda’ untuk ideologi non-Muslim dalam artian, tidak selamanya berarti aqidah fikriyyah.27

Adapun Syayyid Qutb, mendefinisikan worldview dari sudut pandang toelogis dan metafisis dengan menggunaka isltilah al-Tasawwur al-Islamīy yang bermakna “akumulasi dari keyakinan asasi yang terbentuk dalam fikiran dan hati setiap Muslim, yang memberi gambaran khusus tentang wujûd dan segala yang terdapat di balik itu.”28 Sayyid Qutb juga melihat bahwa pandangan hidup Islam itu menyeluruh dan tidak mempunyai elemen. Ia adalah keseluruhan sisi dan sempurna karena kesempurnaan sisi-sisinya. Bahkan pandangan hidup Islam bukan ciptaan manusia, akal manusia tidak

24 Maulana Al-Maudûdî, The Proccess of Islamic Revolution (Lahore, 1967).25 Hamid Fahmy Zyarkasyi, Worldview Islam, Framework Berfikir dalam Islam.

Buku teks mata kuliah studi Islam, Universitas Darussalam Gontor 2018. 26 Lihat selengkapnya di Syekh ‘Atif al-Zayn, Al-Islâm Wa Idyulujiyyat al-Insân

(Beirut: Dar al-Kitab al-Lubnani, 1989).27 Hamid Fahmy Zarkasyi, Peradaban Islam, Makna Dan Strategi Pembangunannya

(Ponorogo: CIOS, 2015).28 Sayyid Qutb, Muqawwimât At-Tasawwûr al-Islâmî, (Beirut: Dâr as-Ssyurûq,

n.d.).

Page 22: The History of Worldview in Secular, Christian, and

TASFIYAH: Jurnal Pemikiran Islam

Sofian Hadi, Hasrul Sani, Najib R.K. Allaham70

dapat menciptakannya, karena ia berasal dari Allah.29

Syed Muhammad Naquib al-Attas, mengartikan worldview sebagai pandangan Islam tentang realitas dan kebenaran yang nampak oleh mata hati kita serta yang mejalaskan hakikat wujud; karena apa yang dipancarkan oleh Islam adalah wujud yang total. Oleh karenanya, al-Attas menngunakan istilah (ru’yat al-Islāmīy lil-wujûd) atau pandangan Islam tentang wujud.30

“What is meant by ‘worldview’ according to the perspective of Islam, is the vision of reality and truth that appears before our mind’s eye reveling what existence is all about; for it is the world of existence it its totally that Islam is projecting. Thus by ‘worldview’ we must meant ru’yat al-Islamî lil-wujûd.”31

Bagi al-Attas, makna worldview dalam pandangan Islam adalah tentang realitas dan kebenaran yang nampak oleh mata hati kita dan yang menjelaskan tentang hakekat wujud; dan oleh karena apa yang dipancarkan oleh Islam adalah wujud total maka worldview Islam berarti pandangan tentang wujud (ru’yat wujūd).

Penting untuk diingat, bahwa al-Attas menyebut istilah pandangan dunia Islam dengan the worldview of Islam yang beliau terjemahkan seperti definisi di atas ru’yat al-Islāmīy lil-wujūd, atau pandangan dunia Islam tentang wujud, atau pandangan Islam terhadap wujud. Meski al-Attas menggunakan istilah konseptual worldview, al-Attas menjelaskan dengan rinci perbedaan tegas antara worldview Islam dan worldview Barat. Pemilihan artikel ‘the’ pada istilah yang digunakan ‘the worldview of Islam’ daripada Islamic worldview, menyiratkan sesuatu yang pasti (definite) dan tetap. Sifat pasti dan tetap tersebut bersumber dari metafisika Islam yang tetap,

29 Mohd Zaidil Ismail and Wan Suhaimi Wan Abdullah, Adab Dan Peradaban: Karya Pengi’tirafan Untuk Syed Muhammad Naquib al-Attas (Selangor, Malaysia: MPH Group Publishing, 2012).

30 Syamsuddin Arif and dkk, Islamic Science, Paradigma Fakta Dan Agenda, (Jakarta: INSISTS, 2016).

31 Syed Muhammad Naquib Al-Attas, Prolegomena to The Metaphysics of Islam: An Exposition of the Fundamental Element of the Worldview of Islam (Kuala Lumpur: ISTAC, 2014).

Page 23: The History of Worldview in Secular, Christian, and

Vol. 5, No. 1, Februari 2021

71The History of Worldview in Secular, Christian, and Islamic Intellectual...

mencakup hakekat dan kebenaran.32

Selanjutnya, terkait dengan pandangan dunia Islam worldview Islam, al-Attas memberikan sedikit perbedaan dari definisi sebelumnya, di sini al-Attas meletakkan Islam sebagai subyek dan realitas atau wujud dalam pengertian yang luas sebagai obyek. Al-Attas lebih cenderung kepada makna metafisis dan epistemologis. Sedangkan Syekh ‘Atif al-Zayn dan Sayyid Qutb lebih condong memahaminya sebagai doktrin kepercayaan yang rasional yang implikasinya adalah ideologi, walaupun Sayyid Qutb juga menambahkan katagori metafisis.

Lebih lanjut, dari kumpulan pengertian worldview yang diterangkan, lebih khusus ilmuwan Turki Alparslan Acikgence mencoba memperjelas konsep yang di tawarkan al-Attas yang menyatakan tentang pandangan dunia Islam (worldview of Islam), “pandangan tentang realitas dan kebenaran yang terdiri dari beberpa konsep yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain, atau himpunan konsep-konsep yang saling berkaitan secara arsitektonik. Kumpulan konsep inilah yang berperan sebagai sebuah asas yang tida nampak (non observable) bagi semua perilaku manusia. termasuk aktivitas ilmuah dan teknologi.”33

Semua definisi worldview yang dipaparkan oleh para ilmuwan Muslim diramu dan dikumpulkan menjadi utuh oleh Hamid Fahmy Zarkasyi. Karenanya, worldview Islam adalah dimulai dari kesaksian (syahādah) akan keesaan Tuhan (Tauhīd). Dari tauhid tersebut terbentuklah satu gugusan keyakinan asasi yang lenih kompleks di dalam mata hati, pikiran dan perasaan seorang Muslim. Kemudian, dari keyakinan asasi ditopang oleh akal dan rasional serta menjadi gugusan yang bersifat arsitektonik. Akal dan rasional menjadi cara pandang (visi) menyangkut realitas dan kebenaran. yang puncaknya dalah keyakinan menjadi sistem tata aturan yang diterapkan dalam

32 Lihat selengkapnya di Armas and Dkk, Konsep-Konsep Kunci Worldview Islam, ISLAMIA, Jurnal Pemikiran Dan Peradaban Islam, 3–4.

33 Alparslan Acikgence, Islamic Science: Towards a Definition (Kuala Lumpur: ISTAC, 1996).

Page 24: The History of Worldview in Secular, Christian, and

TASFIYAH: Jurnal Pemikiran Islam

Sofian Hadi, Hasrul Sani, Najib R.K. Allaham72

seluruh aspek kehidupan.34 Di dalam Islam basis worlview adalah keimanan. Keimanan

artinya kepercayaan yang dilandaskan kepada ilmu. Beriman tanpa ilmu akan mendatangkan kerusakan di dalam amal. Sebaliknya amal yang dikerjakan tanpa ilmu juga membuka jalan kepada kebodohan. Hal inilah yang menjadi spektrum worldview Islam merangkum iman, ilmu, dan amal agar inheren tidak terpisahkan, saling menguatkan dan merekat satu dengan yang lain.

Penutup Dari akar konsep worldview yang telah dibahas dalam tradisi

intelektual sekular, teolog Kristen dan Islam dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa worldview sebagai sebuah konsep yang terbentuk dari seperangkat pikiran. Pikiran-pikiran tersebut menjadi sebuah konsep yang kemudian digunakan sebagai cara pandang terhadap dunia. Perubahan cara pandang (worldview) tidak disangsikan lagi akan bergantung kepada siapa yang mendefinisikannya. Jika para teolog Kristen, akan menggunakan cara pandang dunia dengan mengaitkan dengan masalah keyakinan teologis mereka. Adapun para saintis, akan mengaitkan worldview sebagai sebuah konsep yang menggunakan pendekatan secara ilmiah. Sementara kaitannya dengan bahasa ilmuwan harus mencari keseragaman bahasa yang sepadan dengan worldview. Seorang filosof dan saintis yang menggunakan worldview tersebut secara otomatis berdasarkan cara pandangnya dalam keilmuwan filsafat dan sains. Begitupun, worldview jika digunakan oleh seorang Muslim akan membentuk cara pandang Islami, berdasarkan pada keyakinan dan kepercayaan.

Tentunya, pengaruh sejarah, kebudayaan, bahasa, filsafat maupun sains dalam pandangan dunia, semakin memberikan corak beragam yang membangun pengertian berbeda dalam pendefinisian worldview, namun bermuara pada satu destinasi atau

34 M. Kholid Muslih, Worldview Islam: Pembahasan Konsep-Konsep Penting Di Dalam Islam (Ponorogo: Pusat Islamisasi Ilmu (PII), Unida Gontor Press, 2018).

Page 25: The History of Worldview in Secular, Christian, and

Vol. 5, No. 1, Februari 2021

73The History of Worldview in Secular, Christian, and Islamic Intellectual...

tujuannya. Dengan demikian, worldview dapat dikatakan sebagai sebuah akumulasi konsep-konsep yang berangkat dari dasar yang membentuk framework berpikir dan cara pandang seseorang terhadap dunia.[]

Daftar PustakaAcikgence, Alparslan. Islamic Science: Towards a Definition. Kuala Lumpur:

ISTAC, 1996.Al-Attas, Sted Muhammad Naquib. Prolegomena to The Metaphysics of Islam:

An Exposition of the Fundamental Element of the Worldview of Islam. Kuala Lumpur: ISTAC, 2014.

Al-Maudûdî, Maulana. The Proccess of Islamic Revolution. Lahore, 1967.Arif, Syamsuddin. Islam Dan Diabolisme Intelektual. Jakarta: INSISTS, 2018.Arif, Syamsuddin, and dkk. Islamic Science, Paradigma Fakta Dan Agenda,.

Jakarta: INSISTS, 2016.Armas, Adnin, and Dkk. Konsep-Konsep Kunci Worldview Islam, ISLAMIA,

Jurnal Pemikiran Dan Peradaban Islam. Jakarta: INSISTS, 2018.Bunge, Mario. Matter and Mind. Vol. 287. Boston Studies in the Philosophy

of Science. Dordrecht: Springer Netherlands, 2010. https://doi.org/10.1007/978-90-481-9225-0.

Dooyeweerd, Herman. A New Critique of Theoretical Though. Terj. David H Freeman and William S. Young. United States: Presbyterian & Reformed, 1969.

“Hindu Worldviews Theories of Self, Ritual and Reality ( PDFDrive ).Pdf,” n.d.

Irzik, Gürol, and Robert Nola. “Worldviews and Their Relation to Science.” Science & Education 18, no. 6–7 (June 2009): 729–45. https://doi.org/10.1007/s11191-007-9087-5.

Ismail, Mohd Zaidil, and Wan Suhaimi Wan Abdullah. Adab Dan Peradaban: Karya Pengi’tirafan Untuk Syed Muhammad Naquib al-Attas. Selangor, Malaysia: MPH Group Publishing, 2012.

Kok, John H. Learning Teach from Within a Christian Perspective. Pro Rege, 2003.

Page 26: The History of Worldview in Secular, Christian, and

TASFIYAH: Jurnal Pemikiran Islam

Sofian Hadi, Hasrul Sani, Najib R.K. Allaham74

Kuyper, Abraham. Lectures on Calvinism. United States-Michigan: Grand Rapids, 1931.

Muslih, M. Kholid. Worldview Islam: Pembahasan Konsep-Konsep Penting Di Dalam Islam. Ponorogo: Pusat Islamisasi Ilmu (PII), Unida Gontor Press, 2018.

Nash, Ronald. Worldview in Conflict. Grand Rapids. Mich: Zondenan, 1992.Orr, James. Christian View of God and the World. Grand Rapids: Eerdmans,

1954.Qutb, Sayyid. Muqawwimât At-Tasawwûr al-Islâmî,. Beirut: Dâr as-Ssyurûq,

n.d.Sire, James W. Naming the Elephant: Worldview as the Concept Second Edition.

United States: InterVarsity Press, 2015.Smart, Ninian. Worldview, Crosscultural Explorations of Human Belief. New

York: Sribner Son, T.Th.Underhill, James. Humboldt, Worldview and Language. Edinburgh

Univers i t y Press, 2009 . h t tps ://do i .o rg/10 .3366/edinburgh/9780748638420.001.0001.

Wall, Thomas F. Thinking Critically about Philosophycal Problem, A Modern Instructioan. Australia, 2001.

Wolters, Albert M. Creation Regained: Biblical Basics for a Reformational Worldview. Grand Rapids: Eerdmans, 1985.

Zarkasyi, Hamid Fahmy. Peradaban Islam, Makna Dan Strategi Pembangunannya. Ponorogo: CIOS, 2015.

———. “Worldview Islam dan Kapitalisme Barat.” TSAQAFAH 9, no. 1 (May 31, 2013): 15. https://doi.org/10.21111/tsaqafah.v9i1.36.

Zayn, Syekh ‘Atif al-. Al-Islâm Wa Idyulujiyyat al-Insân. Beirut: Dar al-Kitab al-Lubnani, 1989.