The Duke s · Isi di luar tanggung jawab Percetakan The Duke's Shotgun Wedding.indd 4 11/8/2017 2:33:42 PM. Untuk cintaku, hatiku, ... sensual, tampan, sedikit berbahaya

The Duke’s Shotgun Wedding

Scandalous House of Calydon

The Duke's Shotgun Wedding.indd 1 11/8/2017 2:33:41 PM

STACY REID

Penerbit Pt elex Media KoMPutindo


The Duke’s Shotgun Weddingby Stacy ReidPublished in 2014 by the Entangled Publishing, LLC. All rights reserved including the right of reproduction in whole or in part in any form.

Copyright © 2014 by Stacy ReidAll rights reserved.

The Duke’s Shotgun WeddingAlih bahasa: Olyvia Sundari PoerwakaHak Cipta Terjemahan IndonesiaPenerbit PT Elex Media KomputindoHak Cipta dilindungi oleh Undang-UndangDiterbitkan pertama kali pada tahun 2017 olehPenerbit PT Elex Media KomputindoKelompok Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta

717031941 ISBN: 978-602-04-4987-6

Dilarang mengutip, memperbanyak, dan menerjemahkan sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, JakartaIsi di luar tanggung jawab Percetakan


Untuk cintaku, hatiku, Dusean Nelson.Tanpa cintamu, dukunganmu, aku tidaklah

sempurna.


Bab Satu

London, November 1882

Tangan Lady Jocelyn Rathbourne tidak gemetar ketika menodongkan pistol ke arah Duke of

Calydon. Sepasang bola mata sebiru musim dingin, lebih dingin daripada angin yang bertiup melalui jendela-jendela yang terbuka, menatap tajam ke arah Lady Jocelyn. Ia menggertakkan giginya dan berharap deng an sangat agar Duke of Calydon tidak mendengar degup jantungnya yang berdetak kencang, atau merasa-kan ketakutan dalam dirinya. Duke of Calydon terkenal sebagai orang yang kejam, dan merupakan salah satu dari orang-orang yang memiliki pemikiran tajam di London. Akan tetapi, ayah Jocelyn selalu memang gil Lady Jocelyn sebagai Napoleon kecilnya.

Jemari panjang nan anggun meraba kartu yang diberikan oleh Lady Jocelyn kepada kepala pelayan Duke of Calydon untuk memper oleh izin masuk, dan kedua mata biru-dingin melirik ke arah catatan kecil yang ditulis oleh Lady Jocelyn. “Aku berkesimpulan bahwa nama keluarga dan nama yang tertera di kartu


The Duke’s Shotgun Wedding2 Stacy Reid

ini sama palsunya dengan situasi mengerikan yang di-isyaratkan pesan dalam kartumu?”

Wajah Jocelyn memerah saat suara parau Duke of Calydon membangkitkan sesuatu dalam dirinya. Daya tarik Duke of Calydon yang penuh dosa mengejutkan Jocelyn.

Ia memicingkan mata, amarah ber kobar dan membara di dalam dirinya. Ia tidak akan terbu-ai oleh pria ini. Tak akan pernah lagi terbuai oleh wajah manis dan dusta-dusta yang jauh lebih manis. Bukan nya ia menganggap Duke of Calydon manis. Pria itu lebih cocok di bilang kasar dan maskulin, dan mungkin cukup tampan—andai saja tidak ada luka tipis akibat torehan pedang di pipi kirinya. Tapi Duke of Calydon sangatlah memikat dengan rambut hitam kelamnya dan sepasang mata yang memesona. Duduk di balik meja kerja kayu ek besar berukirkan naga, penampilannya men cermin kan segala hal yang harus dimiliki seorang duke yang berkuasa—gelap, sensual, tampan, sedikit berbahaya.

Tak terasa, tubuh Jocelyn tiba-tiba gemetar, tapi dengan cepat ia tersadar dan membersut kala bibir Duke of Calydon membentuk seringai begitu melihat reaksi tubuh Jocelyn. Syukurlah pria itu tidak dapat meli hat wajah nya di balik kerudung.

“Namaku sudah pasti tidaklah palsu, Your Grace,” tukas Jocelyn seraya menegakkan postur


The Duke’s Shotgun Wedding Stacy Reid 3

tubuhnya. “Aku adalah Lady Jocelyn, putri dari Earl of Waverham, dan adik laki-lakimu telah melakukan tindakan kejahatan yang paling keji terhadap diriku, dan oleh karenanya harus diadili.”

Duke of Calydon tetap duduk dengan santai di kursi nya seakan-akan ucapan Lady Jocelyn bukan lah ancam an yang serius. Jocelyn menggertakkan gigi dan tidak mengacuhkan keangkuhan yang nam pak di dalam mata Duke of Calydon saat ia menodongkan senjata nya lebih tinggi, sejajar dengan dada sang duke.

“Yah, kalau begitu, silakan duduk.” Sang duke menunjuk ke kursi bersandaran tinggi tepat di sebelah Jocelyn berdiri. Sama sekali tak ada kera gu an di ekspresi wajah pria itu.

Jocelyn tidak berniat untuk memberikan kepua san kepada sang duke dengan mematuhi perintahnya. Tapi kedua lututnya yang gemetar an parah membuatnya berpikir bahwa duduk mungkin adalah pilihan yang terbaik. Ia pun duduk di tepi kursi dengan hati-hati.

“Baiklah. Kejahatan keji apa yang telah di laku-kan oleh Anthony hingga membuatmu menyerbu rumahku dan melakukan kejahatan yang bisa me -mastikan hukuman gantung bagimu?” Suara Duke of Calydon telah ber ubah menjadi datar dan tajam.

Jocelyn mencondongkan tubuhnya dan mem ban-ting lembaran London Gazette di atas meja ek sang duke, permukaan meja yang licin membuat surat kabar



itu meluncur ke seberang meja, hingga me nyenggol tempat tinta. “Bagian dari surat kabar yang mem bahas masyarakat kelas atas melaporkan pertunangan adikmu dengan Miss Phillipa Peppiwell dari Boston Peppiwells.” Bibir Jocelyn berkerut mengejek ketika me nye but kan nama wanita itu di depan sang duke, seolah-olah telah menggunakan salah satu dari peluru yang dimilikinya.

“Dan ini mengganggumu ... karena?”Kedua tangan Jocelyn sedikit bergetar saat sang

duke mencondongkan tubuhnya, menopang dagu-nya dengan kedua tangan, mem pelajari wajah Jocelyn seolah-olah ia adalah seekor serangga yang menakjub-kan.

Jocelyn bangkit berdiri. “Dia meng go daku!”Derak kayu yang terbakar di dalam perapian

seke tika itu juga terdiam seakan-akan menunggu terjadinya ledak an, tapi tangan Jocelyn tak sedikit pun goyah. Tidak juga ketika tirai biru yang anggun dan mewah bergoyang-goyang membentuk gelombang akibat tiup an kuat angin musim dingin.

“Bisa kau ulangi lagi perkataanmu?” Suara Duke of Calydon begitu rendah hingga mem buat Jocelyn tak yakin kalau pria itu mengata kan sesuatu, atau mungkin ia hanya membayang kan suatu respons. Duke of Calydon terus me na tap nya, ekspresi wajahnya tak sedikit pun menunjukkan perubahan reaksi.

Jocelyn menelan ludah. “Dia menggodaku, men-



jan ji kanku pernikahan, dan bahkan mem beri kan ini se ba gai tanda kasih sayangnya. Tanda pertunangan.”

Jocelyn melemparkan liontin loket ke se bera ng meja dan ditahan oleh jari sang duke. Rantai kalung itu meluncur perlahan-lahan di jemarinya. Otot di keningnya berkedut saat melirik ke arah liontin loket emas itu.

“Anthony menghadiahkan ini kepadamu?” Suara sang duke terdengar sopan dan dingin, tapi kedua ma-ta nya berubah dari sedingin musim dingin menjadi se di ngin bongkahan es beku saat dia mengamati setiap tindak tanduk Jocelyn, tanpa melewatkan satu gerakan pun.

“Ya, sebagai bentuk janji dari komitmen nya ke-pa daku,” Jocelyn meyakinkannya. “Tapi sekarang aku membaca kalau ia sudah ber tunang an dan akan menikah kurang dari tiga minggu.” Jocelyn mem be-tul kan posisi duduk nya di kursi bersandaran tinggi itu, berusaha keras mencegah kedua tangannya untuk tidak gemetar sembari masih menodongkan pistol .

Duke of Calydon menelengkan kepal seraya me-mikirkan ucapan Jocelyn, membuat Jocelyn sangat berharap dapat mengetahui sedikit saja gambaran ten-tang apa yang sedang berkeca muk di dalam pikiran sang duke.

“Mungkinkah ini hanya sekadar langkah putus asa



yang dilakukan Earl of Waverham yang miskin itu?”Jocelyn tersentak mendengar pertanyaan halus itu,

tapi tetap memaksakan diri untuk bersikap tenang mes kipun kedua mata sang duke yang memancarkan ke cerdasan mempe lajarinya dengan saksama. Sekali lagi, Jocelyn bersyukur dengan adanya kerudung yang menutupi kedua matanya. Rambutnya juga ter sem bu nyi dengan rapi di dalam topi tinggi yang dikenakan nya, membantunya untuk me ra hasiakan sebagian dari identitas nya, mes ki pun sia-sia karena Jocelyn telah mem beritahukan namanya. Ia berjuang untuk tetap tegar menghadapi tatapan tajam sang duke. “Ayahku mung kin miskin, Your Grace, tapi ia tidak merencanakan apa pun, ataupun putus asa,” tukas Jocelyn, menaikkan pistol di tangan nya untuk mendapatkan sasaran yang lebih baik. “Apakah ini cara putus asamu, dengan menya lahkan ayahku atas tingkah laku adikmu yang me muakkan?”

Kedua alis Duke of Calydon bergerak-gerak.“Meskipun senjataku terlihat rapuh, Your Grace,

tapi tidak mudah untuk menodongkan pistol selama ini. Tanganku lelah … aku bisa saja tanpa sengaja me-na rik pelatuknya.”

“Ah, jadi kau tidak berniat menembakku, Miss Rathbourne?”

Jocelyn mengabaikan sepasang mata yang men je-



lajahi tubuhnya. “Yang benar adalah Lady Rathbourne. Dan yakinlah bahwa aku me mang berniat untuk me-nem bakmu jika aku tidak mendapatkan keadilan. Aku tidak ingin menembak mu dengan tidak sengaja. Ketika aku memilih untuk menembak, maka itu kulakukan dengan penuh kesadaran.”

Sang duke mengangkat dagu dari kedua tangan yang menopangnya dan bersandar. Dia mengetuk-ngetukkan jemari di atas meja, membuat suara klik klak, dengan harapan dapat membuat Jocelyn menjadi gelisah sembari terus mempelajari tamunya. Jocelyn harus mengakui, dirinya sedikit ter in timidasi oleh tatapan tajam sang duke.

Meskipun ia adalah putri seorang Earl, tapi dikare na kan kondisi keuangan mereka yang mem-prihatinkan, Jocelyn tidak mendapatkan kesem-patan untuk tampil di season1, untuk terjun ke dalam masyarakat. Hari ini adalah pertama kalinya Jocelyn melihat sang duke yang hebat, sebelumnya ia hanya mengenal sang duke dari reputasi pria itu dan cerita Anthony.

“Apakah kau sedang mengandung?” tanya Duke of Calydon dengan nada datar.

Tubuh Jocelyn bergetar, gelombang panas menjalari seluruh tubuhnya mendengar per tanya an yang tak 1. TheSocialSeason:Periodetahunanbagikalanganelitekhususuntukmengadakan acarapestadansadebutan,pestajamuanmakanmalamdanacara-acaraamal.



disangka-sangka itu. Merasa terhina, Jocelyn menatap wajah tanpa ekspresi sang duke, tak yakin bagaimana harus men jawab pertanyaan itu.

“Suatu godaan tidak harus berakhir dengan se-orang anak, Your Grace.” Melihat sang duke meng-angkat kedua alisnya perlahan-lahan, Jocelyn meng-am bil risiko dengan menebak bahwa apa yang dicerita-kan oleh Anthony kepadanya adalah benar. “Kau pria yang ber pengalaman, aku yakin kau pasti tahu jika kehadiran seorang anak dapat dicegah?” Setelah Jocelyn melontarkan pertanyaan itu, kedua bibirnya ter katup rapat dan menunggu jawaban sang duke deng an jantung yang ber degup kencang.

“Kau bisa menurunkan pistolmu, Miss Rathbourne. Dan jangan kira aku akan mengakui ge larmu, sebab seorang lady tidak akan menerjang ma suk ke dalam rumahku sambil berpura-pura dan me nodongkan pistol kepadaku.” Jemari sang duke ber henti mengetuk-ngetuk meja. “Yang pasti, aku tidak yakin dengan apa yang kau butuhkan dariku.”

Mata Jocelyn menyipit mendengar hinaan yang dilontarkan sang duke dengan menyebut dirinya Miss. Jawaban sinis sudah hampir terlontar dari bibirnya, tapi Jocelyn harus mengingatkan dirinya sendiri akan tujuan awalnya. Sejenak ia merasa ragu, tapi kemudian perlahan-lahan ia menurunkan kedua lengannya, dan menaruh pistol di pang kuan, sambil



tetap mengarahkannya kepada sang duke. Untuk beberapa alasan yang tak terduga, Jocelyn menyukai kedutan kecil di ujung bibir sang duke saat tatapan matanya yang dingin mencair. Sang duke bergeser di tempat duduknya, jaket yang menutupi pundak lebarnya tertarik mengikuti gerakannya. Rompi biru yang dikenakan sang duke adalah rompi terbaik yang pernah dilihat Jocelyn.

“Aku sama sekali tidak berpura-pura, Your Grace, dan semua yang kusampaikan dalam catatanku adalah benar adanya.”

Sang duke terlihat menyangsikannya. “Ca tat-an mu menggambarkan situasi mengeri kan tentang malapetaka yang menandakan ancaman akan ter-jadinya skandal dan kematian dalam keluargaku—khususnya adikku yang nakal, Anthony Williamson Thornton.”

“Tidak seperti yang dipercayai oleh masyara-kat, rayuan tidak hanya memiliki satu pelaku, Miss Rathbourne. Baiklah, mari kita bicara bis nis sekarang. Apa yang kau inginkan? Uang? Rumah?”

Merasa terhina mendengar hal itu, Jocelyn meng-angkat pistolnya dengan begitu cepat, membu at sang duke berhenti membuka laci atas meja nya.

“Berani-beraninya kau!” Ia menarik napas dalam-dalam untuk meredam amarah yang ber kobar dalam diri nya. “Apa kau tidak punya saudara perempuan



yang menikmati season pertamanya? Jika seorang pria kurang ajar memperdayainya, memikatnya dengan janji-janji tentang cinta dan pernikahan, lalu men-cam pak kannya, balasan apa yang akan kau tuntut? Uang? Rumah? Duel? Atau pernikahan?”

“Hanya kematian yang akan mencukupi.”Jocelyn tersentak mendengar respons sang duke

yang kukuh, pistol dalam genggamannya sedikit goyah. “Aku tidak menginginkan kematian Anthony.” Perutnya langsung ber gejolak memi kirkan hal itu. “Mem bicara kan kematian adikmu dengan begitu mu-dah mem buat mu menjadi sese orang yang rendah.”

Sekali lagi, mulut sensual Duke of Calydon menye-ringai geli, membuat Jocelyn merasa geram.

“Aku membicarakan tentang kematian pria kurang ajar rekaanmu yang telah menggoda dan meninggal-kan adik perempuanku. Bukan adik laki-lakiku, Miss Rathbourne.”

“Tapi adikmulah yang menggoda dan me ning gal-kanku. Aku menuntut pernikahan!” tegas Jocelyn, sam-bil berusaha menjaga suara nya agar tidak gemetar.

“Permintaan ditolak.”Jocelyn bisa merasakan tulang punggungnya men-

dadak menjadi kaku dan tubuhnya tergoncang oleh amarah. “Apa kau bilang?”

Duke of Calydon mengangkat sebelah tangan-nya. “Aku bukannya dengan sengaja memanas-ma nasi


Documents

The Duke s · Isi di luar tanggung jawab Percetakan The Duke's Shotgun Wedding.indd 4 11/8/2017 2:33:42 PM. Untuk cintaku, hatiku, ... sensual, tampan, sedikit berbahaya