13
ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PERTAMBANGAN (Studi Kasus : Pertambangan Kapur dan Tanah Liat PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. di Kecamatan Kayen dan Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah) Oleh : 1 Ajeng Swariyanatar Putri_19310853 2 Diah Tri Budi Lestari_19310869 3 Ginas Septian Nurfakhri_19310883 Sarmag Teknik Sipil Universitas Gunadarma 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kabupaten yang memiliki potensi sumberdaya pertambangan di Jawa Tengah adalah Kabupaten Pati. Beberapa potensi pertambangan yang ada di Kabupaten Pati antara lain adalah bahan galian atau tambang Trass, Phospat, Batugamping, Lempung, Kalsit, Sirtu Batugamping, Batugamping pasiran, Andesit, Sirtu Andesit, Andesit pasir dan Pasir Besi. Besarnya perkiraan cadangan masing-masing potensi tambang tersebut adalah tambang Trass 12.117.600 ton, Phospat 1.878.310 ton, Batukapur 3.975.570.000 ton, Tanah Liat atau Lempung 1.790.768.000 ton, Kalsit 1.620 ton, Sirtu Batugamping 907.000 ton, Batugamping Pasiran 655.820.000 ton, Andesit 10.923.000.000 ton, Sirtu Batuan Beku 4.899.840 ton, Andesit pasir 227.470.000 ton dan Pasir Besi 54.250 ton. Kecamatan Kayen dan Kecamatan Sukolilo di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menyimpan dua jenis barang tambang yang didayagunakan oleh PT. Semen Gresik yaitu tanah liat dan batu kapur. Lokasi Kuasa Pertambangan (KP) itu sendiri terletak di daerah kawasan Pegunungan Kendeng Utara. PT Semen Gresik (Persero) Tbk. merupakan perusahaan yang bergerak di bidang industri semen. Diresmikan di Gresik pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI pertama dengan kapasitas terpasang 250.000 ton semen per tahun. Pad atanggal 8 Juli 1991 Semen Gresik tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya serta merupakan BUMN pertama yang go public dengan menjual 40 juta lembar saham kepada masyarakat. Komposisi pemegang sahamnya adalah Negara RI 73% dan masyarakat 27%. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 54 tahun 1971 tanggal 8 September 1971, Pabrik Semen Tonasa ditetapkan sebagai Badan Usaha Milik Negara

Tgs Kelompok(1) - Amdal Pertambangan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PERTAMBANGAN(Studi Kasus : Pertambangan Kapur dan Tanah Liat PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. di Kecamatan Kayen dan Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah)

Citation preview

Page 1: Tgs Kelompok(1) - Amdal Pertambangan

ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN PERTAMBANGAN

(Studi Kasus : Pertambangan Kapur dan Tanah Liat PT. Semen Gresik (Persero) Tbk. di

Kecamatan Kayen dan Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah)

Oleh :

1 Ajeng Swariyanatar Putri_19310853

2 Diah Tri Budi Lestari_19310869

3 Ginas Septian Nurfakhri_19310883

Sarmag Teknik Sipil Universitas Gunadarma

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu kabupaten yang memiliki

potensi sumberdaya pertambangan di Jawa

Tengah adalah Kabupaten Pati. Beberapa

potensi pertambangan yang ada di Kabupaten

Pati antara lain adalah bahan galian atau

tambang Trass, Phospat, Batugamping,

Lempung, Kalsit, Sirtu Batugamping,

Batugamping pasiran, Andesit, Sirtu Andesit,

Andesit pasir dan Pasir Besi. Besarnya

perkiraan cadangan masing-masing potensi

tambang tersebut adalah tambang Trass

12.117.600 ton, Phospat 1.878.310 ton,

Batukapur 3.975.570.000 ton, Tanah Liat atau

Lempung 1.790.768.000 ton, Kalsit 1.620 ton,

Sirtu Batugamping 907.000 ton,

Batugamping Pasiran 655.820.000 ton,

Andesit 10.923.000.000 ton, Sirtu Batuan

Beku 4.899.840 ton, Andesit pasir

227.470.000 ton dan Pasir Besi 54.250 ton.

Kecamatan Kayen dan Kecamatan Sukolilo di

Kabupaten Pati, Jawa Tengah, menyimpan

dua jenis barang tambang yang didayagunakan

oleh PT. Semen Gresik yaitu tanah liat dan

batu kapur. Lokasi Kuasa Pertambangan (KP)

itu sendiri terletak di daerah kawasan

Pegunungan Kendeng Utara.

PT Semen Gresik (Persero) Tbk.

merupakan perusahaan yang bergerak di

bidang industri semen. Diresmikan di Gresik

pada tanggal 7 Agustus 1957 oleh Presiden RI

pertama dengan kapasitas terpasang 250.000

ton semen per tahun. Pad atanggal 8 Juli 1991

Semen Gresik tercatat di Bursa Efek Jakarta

dan Bursa Efek Surabaya serta merupakan

BUMN pertama yang go public dengan

menjual 40 juta lembar saham kepada

masyarakat. Komposisi pemegang sahamnya

adalah Negara RI 73% dan masyarakat 27%.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 54 tahun 1971 tanggal 8

September 1971, Pabrik Semen Tonasa

ditetapkan sebagai Badan Usaha Milik Negara

Page 2: Tgs Kelompok(1) - Amdal Pertambangan

yang berbentuk Perusahaan Umum (Perum).

Kemudian, dengan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia No. 1 tahun 1975 tanggal

9 Januari 1975 bentuk Perum tersebut diubah

menjadi Perusahaan Perseroan (Persero).

Dalam rangka memenuhi kebutuhan

semen yang semakin meningkat, berdasarkan

persetujuan Bappenas No. 032/XC-LC/B.V/76

dan No. 2854/D.1/IX/76 tanggal 2 September

1976 dibangun pabrik Semen Tonasa Unit II.

Pabrik yang merupakan hasil kerjasama

Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah

Kanada ini beroperasi pada 1980 dengan

kapasitas 510.000 ton semen/tahun dan

dioptimalisasi menjadi 590.000 ton

semen/tahun pada 1991.

1.2. Rumusan Masalah

Dampak apa saja yang ditimbulkan dari

pertambangan kapur oleh PT. Semen Gresik

(Persero) Tbk.

Solusi apa saja yang dapat dilakukan

untuk meminimalisir dampak yang terjadi

akibat pertambangan kapur oleh PT. Semen

Gresik (Persero) Tbk.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pertambangan

Pertambangan adalah rangkaian kegiatan

dalam rangka upaya pencarian, penambangan

(penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan

penjualan bahan galian (mineral, batubara,

panas bumi, migas).

Paradigma baru kegiatan industri

pertambangan ialah mengacu pada konsep

Pertambangan yang berwawasan Lingkungan

dan berkelanjutan, yang meliputi :

Penyelidikan Umum (prospecting)

Eksplorasi : eksplorasi pendahuluan,

eksplorasi rinci

Studi kelayakan : teknik, ekonomik,

lingkungan (termasuk studi amdal)

Persiapan produksi (development,

construction)

Penambangan (Pembongkaran,

Pemuatan,Pengangkutan, Penimbunan)

Reklamasi dan Pengelolaan Lingkungan

Pengolahan (mineral dressing)

Pemurnian / metalurgi ekstraksi

Pemasaran

Corporate Social Responsibility (CSR)

Pengakhiran Tambang (Mine Closure)

2.2. Semen

Semen adalah zat yang digunakan untuk

merekat batu, bata, batako, maupun bahan

bangunan lainnya. Sedangkan kata semen

sendiri berasal dari caementum (bahasa

Latin), yang artinya "memotong menjadi

bagian-bagian kecil tak beraturan". Meski

sempat populer di zamannya, nenek moyang

semen made in Napoli ini tak berumur

Page 3: Tgs Kelompok(1) - Amdal Pertambangan

panjang. Menyusul runtuhnya Kerajaan

Romawi, sekitar abad pertengahan (Tahun

1100-1500 M) resep

ramuan pozzuolana sempat menghilang dari

peredaran.

3. DAMPAK YANG TIMBUL

3.1. Dampak Lingkungan

Perusakan yang terjadi adalah berubahnya

fungsi lahan yang semula masih terdapat

variasi tanaman menjadi lahan yang tidak

beraturan akibat bekas penambangan yang

tidak dikembalikan pada posisi sebenarnya

dalam arti menjadi lahan yang produktif.

Gangguan pada masyarakat hanya terjadi

pada saat pengangkutan bahan galian

kapur tersebut untuk di bawa ke

pengumpul yaitu timbulnya kebisingan

dan pencemaran udara yang diakibatkan

oleh lalu lalangnya kendaraan/armada

pengangkut kapur tersebut.

Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan

pengangkutan bahan tambang kapur antara

lain gangguan pernapasan saluran atas

yang ditimbulkan dari debu atau asap serta

gangguan pendengaran yang ditimbulkan

dari knalpot kendaraan pengangkut.

Mereka kembali mengkhawatirkan

rusaknya lingkungan akibat pendirian

pabrik semen yang mengandalkan bahan

baku dari penambangan batu kapur.

Mereka juga mengkhawatirkan hilangnya

sumber air yang sangat diperlukan untuk

lahan pertanian.

Rusaknya jalan penghubung antar dusun

sepanjang 5 km untuk kepentingan

pertambangan dan memaksa warga

memutar melalui jalan alternatif yang

panjangnya 3 kali lipat dari jalan

sebelumnya.

Masyarakat sekitar menilai, eksploitasi

akan menjadi awal rusaknya lahan.

3.2. Dampak Sosial

Perpindahan tempat tinggal yang berarti

tergusurnya masyarakat lokal dan

digantikan oleh masyarakat pendatang

yang memiliki modal lebih besar.

Hilangnya mata pencaharian sebagian

besar masyarakat wilayah Pati Selatan

yang menggantungkan hidupnya pada

keberadaan lahan pertanian.

Hilangnya semangat kebersamaan

dikarenakan tenaga kerja yang diserap

oleh industri semen jelas tidak akan

menampung seluruh tenaga kerja yang

telah kehilangan lahan pertanian. Kondisi

ini jelas akan memicu persaingan yang

menjurus pada konflik pada masyarakat

sekitar lokasi pabrik semen.

Page 4: Tgs Kelompok(1) - Amdal Pertambangan

Rusaknya tatanan sosial dan budaya

karena proses industrialisasi jelas akan

memunculkan banyaknya tempat-tempat

hiburan yang cenderung menuju ke arah

kemaksiatan.

4. ANALISIS PERMASALAHAN

Operasional penambangan galian C

terutama kapur di Kabupaten Pati tidak

terlepas dari perijinan yang dikeluarkan oleh

pemeritah Kabupaten Pati. Sementara itu, ijin

pertambangan daerah kawasan Pegunungan

Kendeng Utara yang tercatat PT. Semen

Gresik menduduki peringkat terbanyak ijin

penambangan galian C berupa tanah liat dan

batu kapur. Daerah Kuasa Pertambangan

PT.Semen Gresik bukan merupakan daerah

yang subur karena termasuk lahan gersang

karena mempunyai jenis tanah campuran

antara kapur dan phospat.

Pada awal kegiatan penambangan kapur

dilaksanakan, akan terjadi perusakan lahan

yang diakibatkan oleh penggalian bahan

tambang tersebut. Perusakan yang terjadi

adalah berubahnya fungsi lahan yang semula

masih terdapat variasi tanaman menjadi lahan

yang tidak beraturan akibat bekas

penambangan yang tidak dikembalikan pada

posisi sebenarnya dalam arti menjadi lahan

yang produktif.

Sesuai anjuran United Nations

Environmental Programme (UNEP, 1999)

menggolongkan dampak yang timbul dari

kegiatan pertambangan antara lain:

Perlindungan ekosistem/habitat/biodiversity di

sekitar lokasi pertambangan. Untuk itu perlu

perlindungan dengan upaya pengembalian

fungsi lahan dengan memberikan

tanggungjawab kepada pemilik penambangan

baik perusahaan maupun perorangan untuk

tetap memperhatikan lingkungan hidup. Bekas

penambangan perlu dilakukan pengurugan

kembali kemudian dilakukan pemadatan serta

penanaman pohon sehingga nantinya kondisi

pada wilayah tersebut tetap terjaga.

Upaya tersebut di atas harus tetap

dilakukan dengan maksimal agar tidak

menganggu sumber daya lingkungan yang ada

terutama sumber daya air. Sumber daya air

harus tetap dijaga kelestariannya agar tetap

dapat digunakan oleh generasi sekarang

maupun generasi yang akan datang, upaya

seperti ini adalah salah satu upaya dalam

pembangunan berwawasan lingkungan.

Untuk mengantisipasi kondisi lingkungan

agar tetap terjaga maka perlu dilakukan

pemantauan lingkungan oleh pihak terkait

secaa konsisten sehingga upaya pengelolaan

tidak berhenti begitu saja. Pemantauan

lingkungan lahan ini dapat dilakukan setiap

enam (6) bulan sekali. Sesuai saran Otto

Page 5: Tgs Kelompok(1) - Amdal Pertambangan

(1991) bahwa apabila hubungan timbal balik

antara manusia dengan komponen-komponen

alam terlaksana tidak seimbang, maka akan

mengakibatkan adanya kerusakan lingkungan

fisik, ekonomi, sosial dan budaya.

Berdasarkan hasil pengukuran (Bappeda,

2008) menunjukkan bahwa kualitas udara

ambien pada kondisi rona awal di tapak

proyek dan sekitarnya secara umum masih

baik dan masih memenuhi nilai ambang batas

baku mutu kualitas udara ambien menurut

Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 8

tahun 2001, Tentang Baku Mutu Udara

Ambien di Jawa Tengah. Berdasarkan hasil

pengukuran kebisingan menunjukkan bahwa

tingkat bising di tapak proyek dan sekitarnya

antara 65.69 dBA – 69,26 dBA. Tingkat

bising ini masih memenuhi baku tingkat

kebisingan menurut Keputusan Menteri

Negara Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun

1996 dengan peruntukan kawasan wisata (70

dBA).

Hal sesuai dengan United Nations

Environmental Programme (UNEP,

1999) menggolongkan dampak yang timbul

dari kegiatan pertambangan antara lain limbah

tambang dan pembuangan tailing yang pada

ujungnya terjadi pencemaran air dan

lingkungan hidup. Hal ini perlu diantisipasi

sesuai dengan pendapat Zein (2005)

bahwa hubungan timbal balik antara manusia

dengan komponen-komponen alam harus

berlangsung dalam batas keseimbangan.

Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan

penambangan phospat diperkirakan tidak

memberikan dampak yang berbahaya karena

letak/lokasi penambangan cukup jauh dari

permukiman warga sehingga dampak yang

ditimbulkan akibat kegiatan penambangan

tidak begitu dirasakan oleh masyarakat.

Gangguan pada masyarakat hanya terjadi pada

saat pengangkutan bahan galian kapur tersebut

untuk di bawa ke pengumpul yaitu timbulnya

kebisingan dan pencemaran udara yang

diakibatkan oleh lalu lalangnya

kendaraan/armada pengangkut kapur tersebut.

Gangguan tersebut akan sangat terasa jika

armada yang lewat cukup banyak setiap

harinya..

Dampak dari aktivitas pengangkutan

tersebut jika tidak ditangani dengan maksimal

maka dapat memberikan dampak negatif pada

masyarakat yang dilalui oleh aktifitas tersebut.

Dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan

pengangkutan bahan tambang kapur antara

lain gangguan pernapasan saluran atas yang

ditimbulkan dari debu atau asap serta

gangguan pendengaran yang ditimbulkan dari

knalpot kendaraan pengangkut. Kondisi

seperti ini jika tidak segera ditangani dengan

baik dan maksimal maka dalam jangka

panjang nantinya dapat merugikan masyarakat

Page 6: Tgs Kelompok(1) - Amdal Pertambangan

sekitar yang dilewati oleh armada tersebut

yaitu menurunnya tingkat kesehatan

masyarakat sehingga dapat berpengaruh

terhadap mata pencaharian sehari-hari. Hal ini

sama dengan pandangan United Nations

Environmental Programme (UNEP, 1999)

menggolongkan dampak yang timbul dari

kegiatan pertambangan, antara lain kesehatan

masyarakat dan pemukiman di sekitar

tambang.

5. SOLUSI

5.1. Usaha yang Dilakukan PT. Semen

Gresik (Persero) Tbk.

Dalam melakukan pengelolaan

lingkungan, PT. Semen Gresik membuat

program CSR (Corporate Social

Responsibility) yang bertujuan menunjang

pembangunan masyarakat yang berkelanjutan

dan berwawasan lingkungan hidup.

PT. Semen Gresik mengambil inisiatif

untuk memadukan berbagai fungsi pelestarian

lingkungan hidup yang terintegrasi ke dalam

kebijaksanaan perusahaan, penataan,

pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan,

pemulihan, dan pengendalian lingkungan

hidup.

Berikut merupakan beberapa usaha

yang dilakukan PT. Semen Gresik, yaitu:

1. Penghijauan

Mendukung program penghijauan yang

dicanangkan pemerintah, PT. Semen Gresik

dengan menggunakan dana TJSL telah

mengeluarkan dana sebesar Rp. 2,7 milyar

yang berupa pemberian bibit pepohonan jenis

Mahoni, Trembesi, Sengon, Matoa, dan Jambu

Mente yang diperuntukkan bagi penghijauan

dibeberapa wilayah kabupaten di Jawa Timur,

Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati –

Jawa Tengah.

Gambar 3.1 Pabrik PT. Semen Gresik di

Kabupaten Pati Sumber: http://csrsemengresik.com, 2011

2. Program Green Belt

Peningkatan Greenhouse Gases (GHG)

emissions atau emisi Gas Rumah Kaca (GRK)

akibat pertumbuhan ekonomi dan penduduk

selama dua abad terakhir telah memperburuk

dampak dari pemanasan global, yang dapat

mengarah pada perubahan iklim yang tidak

dapat dipulihkan.

Page 7: Tgs Kelompok(1) - Amdal Pertambangan

Sabuk Hijau (Green Belt), merupakan

upaya untuk menjaga kualitas lingkungan,

salah satu syarat dalam Clean Development

Mechanism (CDM). Clean Development

Mechanism (CDM) project atau Proyek

Mekanisme Pembangunan Bersih merupakan

suatu upaya/usaha dalam rangka mengurangi

dampak dari pemanasan global. Salah satu

penyebab dari pemanasan global adalah

adanya emisi CO2 yang dihasilkan dari

berbagai proses dalam industri.

Indonesia meratifikasi Perubahan Iklim

melalui UU No. 6 Tahun 1994. Sedangkan

ratifikasi Protokol Kyoto disetujui oleh DPR

tanggal 28 Juni 2004. Di Indonesia Komisi

Nasional Mekanisme Pembangunan Bersih

(KOMNAS MPB) merupakan lembaga yang

memiliki otoritas memberikan persetujuan

proyek CDM. Ada beberapa program di SGG

dalam upaya mengurangi dampak dari

pemanasan global (Global Warming) yaitu:

1. Pemakaian bahan bakar alternatif, yaitu

biomass (sekam padi) yang berbasis nabati

2. Efisiensi energy, semakin kecil listrik

yang dibangkitkan maka semakin kecil

pula pemakaian bahan bakar, sehingga

mampu mereduksi emisi CO2.

3. CDMÂ (Clean Development Mechanism)

Gambar 3.2 Hasil Uji Rata-rata Konsentrasi di

Cerobong Pabrik Tahun 2010 Sumber: http://csrsemengresik.com, 2011

Area green belt yang menempati sekeliling

area terluar selebar 50 meter di area sepanjang

penambangan ini ditanami dengan beberapa

jenis pepohonan, yaitu pohon mangga,

nangka, dan mahoni.

Tanaman tersebut dipilih, selain karena

manfaatnya juga karena pertimbangan

kesesuaian dengan kondisi tanahnya.

Pepohonan itu tak hanya menciptakan

lingkungan menjadi lebih sejuk sehingga

tanah yang dahulu kering dan gersang kini

berubah menjadi tempat yang nyaman untuk

hunian, dan sekaligus menjaga keseimbangan

alam, menahan debu akibat penambangan,

sebagai pengamanan area, serta menimbulkan

nilai ekonomis bagi masyarakat disekitar

pabrik.

Page 8: Tgs Kelompok(1) - Amdal Pertambangan

Sementara itu, tanah bekas penambangan,

baik di Gresik maupun Tuban, dimanfaatkan

sebagai telaga buatan seperti di daerah Ngipik

Gresik, yang dapat dimanfaatkan untuk tempat

wisata. Sedangkan dibekas penambangan

tanah liat di Tuban juga dimanfaatkan untuk

pembudidayaan ikan air tawar sistem jala

apung ataupun keramba.

Aktivitas yang dilakukan dalam

mewujudkan hal itu melalui kegiatan

penghijauan / green belt, bantuan penyediaan

air bersih / sumur, pembuatan wisata air dan

pembuatan real estate bekas daerah tambang

dan juga penggunaan teknologi ramah

lingkungan antara lain electrostatic

precipitator (EP), pengelolaan air bersih

(water treatment) dan penampungan air hujan

berupa waduk yang dapat dipergunakan untuk

berbagai keperluan.

3. Efisiensi Pemakaian Air

Beberapa dekade silam, proses produksi

semen hanya mengenal teknologi berbasis

proses basah yang semua bahan bakunya

dicampur dengan air, untuk kemudian

dihancurkan dan diuapkan, lalu dibakar

hingga menghasilkan semen. Proses basah

tentu saja menyisakan persoalan pelik yang

berdampak langsung pada kelestarian

lingkungan, karena memanfaatkan air dalam

jumlah besar.

Gambar 3.3 Kolam Penampungan Air Hujan

Sumber: http://csrsemengresik.com, 2011

Seiring pengembangan teknologi yang

dilakukan para pelaku industri semen, kini

dikenal teknologi proses kering. Dengan

teknologi ini maka tidak lagi diperlukan

penggunaan air karena semua material

diproses menggunakan teknik penggilingan

dan blending, kemudian dibakar hingga

menghasilkan semen. Proses kering

mengandung keunggulan terutama terkait

pelestarian lingkungan, karena tidak lagi

menggunakan air dalam proses produksi

semen.

Namun, PT. Semen Gresik mengakui,

secara terbatas masih memanfaatkan air yang

bersumber dari air permukaan dan air tanah,

yang digunakan terutama untuk pendinginan

serta kebutuhan domestik. Air tanah yang

digunakan berasal dari sumur artesis dengan

memanfaatkan keberadaan pompa. Sedangkan

air permukaan yang digunakan PT Semen

Gresik (Persero) Tbk berasal dari telaga atau

temandang dalam bahasa daerah setempat,

yang merupakan tampungan air tadah hujan.

Selain itu temandang juga menampung air dari

Page 9: Tgs Kelompok(1) - Amdal Pertambangan

proses pendinginan yang telah diolah lebih

dulu.

Untuk meminimalisasi dampak yang dapat

ditimbulkan akibat pemanfaatan air, maka

diupayakan memanfaatkan kembali air yang

telah digunakan dalam proses pendinginan

dengan menerapkan sistem sirkulasi tertutup.

Secara keseluruhan jumlah air yang digunakan

dalam proses pendinginan dialirkan ke dalam

kolam penampungan untuk penurunan

temperatur dan pengendapan suspensi. Setelah

temmperatur air normal barulah dialirkan ke

waduk atau temandang sehingga bisa

digunakan kembali untuk proses pendinginan.

Gambar 3.4 Jumlah Air Tanah dan Jumlah Air

Permukaan yang Digunakan oleh PT. Semen

Gresik pada Tahun 2010 Sumber: http://csrsemengresik.com, 2011

4. Penggunaan Bahan Daur Ulang

Upaya optimalisasi penggunaan material

dilaksanakan dengan mendaur ulang atau

menggunakan kembali beberapa material

bahan pembantu di dalam proses produksi.

Material yang didaur ulang dalam proses

produksi semen di PT Semen Gresik (Persero)

Tbk adalah copper slug, gypsum, fly ash,

valley ash, dan return dust. Jumlah material

daur ulang tersebut mencapai 827.960 ton atau

6,25% dari seluruh material yang digunakan

selama tahun 2010.

Material cooper slag merupakan bahan

limbah dari pengolahan tembaga PT Freeport

Indonesia di Timika, Provinsi Papua,

sedangkan gipsum didapat dari bahan daur

ulang limbah industri PT Petrokimia di

Gresik, dan fly ash diperoleh dari limbah

pembakaran batubara.

Page 10: Tgs Kelompok(1) - Amdal Pertambangan

Gambar 3.4 Material Digunakan dan Material

Didaur Ulang di Tahun 2010 Sumber:http//csrsemengresik.com, 2011

5. Pengendalian Emisi

Selama periode pelaporan, PT. Semen

Gresik telah melakukan perhitungan total

emisi karbon dalam bentuk CO2 sekitar

7.043.500 ton (gross absoulut CO2 emission),

yang secara berpotensi menimbulkan efek

rumah kaca pemicu pemanasan global dan

perubahan iklim. Sebagian besar CO2

dihasilkan dari proses penggunaan bahan

bakar fosil dalam proses produksi maupun

kegiatan pendukung lainnya.

Menyadari besarnya dampak yang

diakibatkan emisi gas rumah kaca, maka

dilakukan beberapa inisiatif yang ditujukan

untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Di

antaranya dengan konservasi energi untuk

menggantikan pemakaian bahan bakar fosil

termasuk batubara, dengan pemakaian sekam

padi yang lebih ramah lingkungan karena

mengeluarkan CO2 lebih sedikit. Selain itu

kami juga memastikan setiap kendaraan

bermotor, baik untuk keperluan penambangan

maupun pengangkutan produk, selalu

menjalani uji emisi yang dilakukan berkala

setiap enam bulan, bekerjasama dengan Dinas

Perhubungan setempat.

Secara terbatas PT. Semen Gresik telah

melakukan pendataan peralatan berbasis

penggunaan gas chloroflourocarbon (CFC),

penyebab utama penipisan dan rusaknya

lapisan ozon di atmosfer karena radikal

bebasnya mampu menguraikan ikatan O3 di

udara. Secara bertahap dan berkesinambungan

masing-masing Perseroan telah memulai

penggantian peralatan berbasis penggunaan

CFC dengan teknologi yang ramah

lingkungan, sehingga pelepasan CFC ke udara

bisa diminimalkan bahkan ditiadakan.

Secara ringkas, aktivitas yang terkait

langsung dengan upaya mengurangi efek

pemanasan global (global warming) adalah :

Page 11: Tgs Kelompok(1) - Amdal Pertambangan

a) Implementasi CDM (Clean Development

Mechanism)

b) Melakukan peningkatan dan rekondisi

peralatan pabrik serta pengendalian

operasi pabrik dalam rangka penghematan

energi.

c) Meningkatkan kapasitas produksi sehingga

indeks kebutuhan bahan bakar/produk

menjadi lebih kecil.

d) Meningkatkan produksi blended cement

dan optimalisasi penggunaan substitusi

terak.

e) Pemasangan filter harmoni untuk efisiensi

penerimaan listrik dari PLN.

f) Pemanfaatan bahan bakar alternatif.

g) Penggantian halon atau BCF sebagai

bahan pengisi APAR (alat pemadam api

ringan) dengan AF11, AF11e dan dry

powder.

h) Penggantian secara bertahap freon AC

kantor dan kendaraan dari R11, R12, R22

menjadi hidrokarbon R134.

6. Biodiversitas

Pengaruh paling besar adalah perubahan

kontur tanah permukaan yang diikuti

hilangnya vegetasi di atas tanah beserta

ekosistem yang menyertainya. Guna

meminimalisasi dampak signifikan akibat

kegiatan penambangan terhadap

keanekaragaman hayati, maka PT. Semen

Gresik menetapkan luasan tertentu sebagai

zona penyangga (buffer zone). Untuk

perlindungan kawasan di sekitar daerah

pertambangan, area ini disebut sebagai sabuk

hijau (green belt) yang mencakup kawasan

sekeliling daerah terluar kegiatan

penambangan dengan luas 50 hektar. Pada

zona ini dinyatakan tidak boleh ada kegiatan

produksi, sehingga menjadi semacam kawasan

terlindungi. Dengan demikian, habitat yang

ada di lokasi tempat kegiatan penambangan

dilaksanakan, tetap dapat dijaga keasliannya

dan keanekaragaman hayati di dalamnya ikut

terlindungi.

Gambar 3.5 Zona Green Belt di Lokasi KP

Kecamatan Sukolilo Sumber:http//csrsemengresik.com, 2011

PT. Semen Gresik mensyaratkan adanya

pendataan terhadap berbagai habitat di dalam

wilayah KP pada masing-masing Perseroan,

guna memetakan keanekaragaman hayati yang

ada sekaligus mengidentifikasi keberadaan

spesies flora maupun fauna yang dilindungi.

Selanjutnya data pemetaan yang ada

dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan

Page 12: Tgs Kelompok(1) - Amdal Pertambangan

reklamasi atau pemulihan lahan pascatambang

melalui penanaman kembali, sehingga

keanekaragaman hayati yang ada bisa

mendekati kondisi semula. Sementara bila

ditemukan spesies flora maupun fauna yang

dilindungi, selanjutnya dilakukan relokasi ke

tempat lain yang bukan menjadi kawasan

kegiatan penambangan.

7. Pengelolaan dan Pengolahan Limbah

Untuk limbah yang tergolong B3 yang

umumnya berbentuk pelumas bekas,

dilakukan prosedur penanganan dan

pengelolaan yang ketat. Sebagian besar

pelumas bekas dikelola dengan pemanfaatan

kembali untuk pelumasan peralatan pabrik,

yang tidak memerlukan minyak pelumas

berkualitas bagus dalam prosedur

perawatan/pemeliharaan. Sedangkan pelumas

bekas yang tidak dapat digunakan kembali dan

grease atau minyak gemuk bekas pakai, akan

dicampur dengan oil sludge untuk dibakar dan

digunakan sebagai alternatif bahan bakar.

5.2. Saran

Untuk mengatasi upaya pencemaran udara

dan kebisingan yang diakibatkan oleh

kegiatan pengangkutan tersebut sebaiknya

truk pembawa bahan galian kapur dan

tanah liat tersebut perlu ditutup dengan

terpal yang cukup kuat, mengingat kondisi

lahan yang naik turun dikhawatirkan akan

terdapat ceceran kapur sepanjang jalan

sehingga dapat menimbulkan pencemaran

udara dilingkungan sekitar.

Melakukan pemantauan lingkungan secara

konsisten sehingga upaya pengelolaan

tidak berhenti.

Menaati peraturan hukum yang berlaku

termasuk perijinan dalam menambang dan

memperhatikan lingkungan sekitar.

Menggunakan alat yang sesuai dengan

standart , dan jangan menambang dengan

sistem tradisional yaitu dengan cara

”ngerong”, karena cara ini membahayakan

dan mengakibatkan kerusakan lingkungan

sekitar.

5.3. Kesimpulan

Setiap kegiatan pastilah menghasilkan

suatu akibat, begitu juga dengan kegiatan

eksploitasi bahan tambang, pastilah

membawa dampak yang jelas terhadap

lingkungan dan juga kehidupan di

sekitarnya, dampak tersebut dapat bersifat

negatif ataupun positif, namun pada setiap

kegiatan eksploitasi pastilah terdapat

dampak negatifnya, hal tersebut dapat

diminimalisir apabila pihak yang

bersangkutan bertanggung jawab terhadap

pengolahan sumber daya alamnya dan juga

memanfaatkannya secara bijaksana.

Page 13: Tgs Kelompok(1) - Amdal Pertambangan

6. Referensi

Bappeda Pati. 2008. Studi Kelayakan

Peluang Investasi Sumber Daya Pertambangan

Kab. Pati. Pati.

De Genevraye ,P. , Samuel , Luki . 1972.

Geology of the Kendeng Zone (Central and

East Java). Indonesian Petroleum

Association. Harsono, Pringgroprawiro. 1983.

Stratigrafi daerah Mandala Rembang dan

sekitarnya. Jakarta

Peraturan Daerah Kabupaten Pati Nomor 10

Tahun 2002 Tentang Usaha Pertambangan

Daerah Bahan Galian C.

Rahardjo, Wartono. 2004. Buku Panduan

Ekskursi Geologi Regional Pegunungan

Selatan dan Zona Kendeng. Jurusan Teknik

Geologi. Fakultas Teknik Universitas Gadjah

Mada

Subagyo, P. Joko. 2002. Hukum

Lingkungan Masalah dan

Penanggulangannya. Rineka Cipta. Jakarta.

Sumarwoto, Otto. 1989. Mengenal Hukum

Lingkungan Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta.

Undang-Undang No.11 Tahun 1967 Tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan

Zein, M.T. Editor. 1985. Menuju

Kelestarian Lingkungan Hidup.

http://csrsemengresik.com, 2011

http://csrsemengresik.com, 2012

http://csrsemengresik.com, 2013

http://gresikkab.go.id, 2013

http://id.wikipedia.org/wiki/Pertambangan

http://id.wikipedia.org/wiki/Semen, 2013

http://id.wikipedia.org/wiki/Semen_Indonesia

http://ptbudie.wordpress.com, 2013

http://www.esdm.go.id, 2013

http://www.semengresik.com, 2011

http://www.semengresik.com, 2013