85
TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN TEKNIK KONVENSIONAL, POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) DAN GEOGRAPHICAL INFORMATION SYSTEM (GIS) PADA TERNAK SAPI PERAH DI KABUPATEN ENREKANG THE ANALYSIS OF DISTRIBUTION OF Mycobacterium bovis INFECTION WITH CONVENTIONAL TECHNIQUES, POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR) AND GEOGRAPHICAL INFORMATION SYSTEM (GIS) IN DAIRY COW CATTLE IN ENREKANG REGENCY SARTIKA JUWITA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

TESIS

ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

TEKNIK KONVENSIONAL, POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

DAN GEOGRAPHICAL INFORMATION SYSTEM (GIS) PADA TERNAK

SAPI PERAH DI KABUPATEN ENREKANG

THE ANALYSIS OF DISTRIBUTION OF Mycobacterium bovis

INFECTION WITH CONVENTIONAL TECHNIQUES, POLYMERASE

CHAIN REACTION (PCR) AND GEOGRAPHICAL INFORMATION

SYSTEM (GIS) IN DAIRY COW CATTLE IN ENREKANG REGENCY

SARTIKA JUWITA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 2: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

TEKNIK KONVENSIONAL, POLYMERASE CHAIN REACTION (PCR)

DAN GEOGRAPHICAL INFORMATION SYSTEM (GIS) PADA

TERNAK SAPI PERAH DI KABUPATEN ENREKANG

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi

Biomedik

Disusun dan diajukan oleh

SARTIKA JUWITA

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2013

Page 3: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Sartika Juwita

Nomor Mahasiswa : P1506211006

Program Studi : Biomedik

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini

benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan

pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian

hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis

ini hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas

perbuatan tersebut.

Makassar, Juli 2013

Yang Menyatakan

Sartika Juwita

Page 4: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

Rahmat dan KaruniaNya serta nikmat kesehatan sehingga penyusunan

tesis ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam

menyelesaikan program Magister (S2) pada program studi Biomedik

konsentrasi Mikrobiologi Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar.

Gagasan yang melatari tajuk permasalahan ini timbul dari hasil

studi pustaka penulis terhadap kasus Tuberkulosis (TB) di beberapa

negara yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan

Mycobacterium bovis. Penulis ingin mengetahui teknik pemeriksaan

konvensional dan molekuler dalam mendetekasi Mycobacterium bovis

pada ternak sapi perah di Kabupaten Enrekang dan mengetahui distribusi

infeksi Mycobacterium bovis di lapangan.

Banyak kendala yang dihadapi oleh penulis dalam rangka

penyusunan tesis ini, yang hanya berkat bantuan berbagai pihak, maka

tesis ini selesai pada waktunya. Dalam kesempatan ini penulis dengan

tulus menyampaikan terima kasih kepada Prof. dr. Moch. Hatta, Sp.MK,

Ph.D sebagai ketua komisi penasihat dan Prof. Dr. drh. Lucia Muslimin,

M.Sc sebagai anggota komisi penasihat atas bantuan dan bimbingannya

yang telah diberikan mulai dari pengembangan minat terhadap

permasalahan penelitian ini, pelaksanaan penelitian sampai dengan

penulisan tesis ini. Terima kasih kepada Prof. Ahyar Ahmad, Ph.D, Dr.

Page 5: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Rosana Agus, M.Si sebagai penguji yang banyak memberi masukan dan

membantu dalam penulisan, serta Dr. dr. Ilhamjaya Patellongi, M.Kes

sebagai penguji.

Terima kasih kepada Kepala Badan Penyuluhan dan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian Kementerian Pertanian

Republik Indonesia, Ketua Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP)

Gowa Drs. H. Muh. Arby Hamire, M.Si yang memberikan kesempatan

untuk melanjutkan pendidikan program Magister.

Terima kasih yang tak terhingga kepada Kepala Dinas Peternakan

dan Perikanan Kabupaten Enrekang Ir. H. Yunus Abbas, M.Pd dan

seluruh staf kesehatan hewan drh. Suhartila, drh. Desita Asra, Yusril

S.ST, dan Ridwan S.ST atas bantuan dan kerjasamanya di lapangan.

Terima kasih kepada kepala Stasiun Karantina Pertanian Pare-Pare drh.

Muhlis Natsir M.Kes dan stafnya atas bantuan dan dukungannya.

Terima kasih kepada suamiku tercinta drh. Ahmad Nadif atas

kesabaran, cinta kasihnya, dan dukungannya yang luar biasa. Kepada

kedua orang tuaku, ibu mertuaku, saudara-saudaraku mbak Ratna dan

mas Anton serta seluruh keluarga atas segala doa dan dukungannya.

Teman-teman S2 biomedik mikrobiologi angkatan 2011 kk Nor, kk Syam,

kk Salsa, kk Arni, kk Anita, kk Celing, Uni, Tatia, Nawir, Andini, Waris,

Fardi, Phia atas persahabatan yang luar biasa ini. Staf Laboratorium

Mikrobiologi FK Unhas Pak Romy, Pak Mus, dan Pak Markus atas

bantuan dan dukungannya dalam penyelesaian penelitian. Dosen dan staf

Page 6: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

STPP gowa khususnya drh. Purwanta, M.Kes atas dukunganya dan

seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari

kesempurnaan oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat

diharapkan. Semoga tesis ini bermanfaat bagi yang memerlukan.

Makassar, Juli 2013

Sartika Juwita

Page 7: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

ABSTRAK

SARTIKA JUWITA. Analisis distribusi infeksi Mycobacterium bovis dengan teknik konvensional, Polymerase Chain Reaction (PCR) dan Geographical Information System (GIS) pada ternak sapi perah di Kabupaten Enrekang (Pembimbing Mochammad Hatta dan Lucia Muslimin). Bovine tuberculosis adalah penyakit zoonosis penting yang tersebar di seluruh dunia. Mycobacterium bovis merupakan agen penyebab bovine tuberculosis pada ternak, hewan domestikasi lain dan satwa liar. Mycobacterium bovis berpotensi menyebabkan bahaya kesehatan baik pada hewan maupun manusia.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis kemampuan sejumlah tes untuk mendeteksi Mycobacterium bovis yaitu tes konvensional dengan pewarnaan basil tahan asam (BTA) dan kultur, serta tes molekuler dengan Polymerase Chain Reaction (PCR), (2) melihat distribusi infeksi Mycobacterium bovis di lapangan dengan teknik Geographical Information System (GIS). Penelitian ini adalah penelitian eksploratif untuk menganalisis kemampuan sejumlah tes yang digunakan untuk mendeteksi Mycobacterium bovis dan untuk mengetahui distribusi infeksi Mycobacterium bovis di lapangan. Pengambilan sampel susu ternak sapi perah dilakukan secara acak dari dua kecamatan yang mewakili lokasi penelitian. Data dianalisis dengan menggunakan analisis statistik crosstabulation yang dilanjutkan dengan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 60 sampel susu ternak sapi perah yang dilakukan pewarnaan basil tahan asam (BTA) terhadap dekontaminasi susu terdapat 2 sampel (3,3 %) yang positif Mycobacterium bovis, 60 sampel susu (100%) negatif terhadap kultur bakteri dan 6 sampel (10%) dengan pengujian PCR positif Mycobacterium bovis. Sensitifitas pengujian PCR sebesar 100% dan spesifitas 93,1% dibandingkan dengan uji pewarnaan BTA dekontaminasi susu. Enam sampel positif pengujian PCR selanjutnya dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) maka terlihat 2 sampel yang berkelompok (kluster) sedangkan empat sampel lain terlihat tersebar. Kata Kunci : Mycobacterium bovis, Teknik Konvensional, PCR, Ternak

Sapi Perah

Page 8: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

ABSTRACT SARTIKA JUWITA. The Analysis of distribution of Mycobacterium bovis infection with conventional techniques, Polymerase Chain Reaction (PCR) and Geographical Information System (GIS) in dairy cow cattle in Enrekang regency (Supervisor Mochamman Hatta and Lucia Muslimin).

Bovine tuberculosis is currently an important zoonosis worldwide, Mycobacterium bovis is the etiological agent of bovine tuberculosis has an extraordinarily broad mammalian host range that includes cattle, domestic livestock, and wildlife. Mycobacterium bovis pose a potential health to both animals and humans.

The aims of the research are to (1) analyze the ability of the number

of test to detect Mycobacterium bovis, i.e conventional tests with staining acid-fast bacilli (AFB) and culture, and molecular tests with Polymerase Chain Reaction (PCR), (2) find out the distribution of Mycobacterium bovis infection in the field with Geographical Information System (GIS). The research was an explorative study to analyze a number of tests used to detect Mycobacterium bovis and to find out the distribution of Mycobacterium bovis infection in the field. The sample was the milk of dairy cow cattle taken using random sampling method from two districts representing the research location. The data were analyzed using crosstabulation statistics continued with Chi-square test. The results of the research indicate that of the 60 samples of milk of dairy cow cattle done by staining acid-fast bacilli (AFB) to milk decontamination there are 2 samples (3.3%) which are positive of Mycobacterium bovis, 60 samples (100%) are negative of bacterial culture and 6 samples (10%) with PCR test which are positive of Mycobacterium bovis. The sensitivity of PCR testing is 100% and the specificity is 93.1% compared to staining acid-fast bacilli (AFB) to milk decontamination. The next six samples are positive of PCR testing by using Global Positioning System (GPS), two samples are clustering samples, while the other four ones are spreading samples.

Keywords: Mycobacterium bovis, Conventional technique, PCR, Dairy

Cow Cattle

Page 9: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

DAFTAR ISI

halaman PRAKATA v

ABSTRAK viii

ABSTRACT ix

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN xv

I. PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 4

C. Tujuan Penelitian 5

D. Manfaat Penelitian 5

II. TINJAUAN PUSTAKA 6

A. Bovine tuberculosis (btb) 6

B. Tes laboratorium 23

C. Geographic Information System (GIS) 27

D. Kerangka Teori 28

E. Definisi Operasional 33

III. METODE PENELITIAN 35

A. Desain Penelitian 35

Page 10: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

B. Tempat dan Waktu Penelitian 35

C. Populasi Penelitian 35

D. Sampel dan Cara Pemilihan Sampel 36

E. Perkiraan Besar Sampel 36

F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 36

G. Ijin Subyek Penelitian 36

H. Cara Kerja 37

I. Metode Analisis 44

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 45

A. Hasil 45

B. Pembahasan 54

V. PENUTUP 58

A. Kesimpulan 58

B. Saran 58

DAFTAR PUSTAKA 60

Lampiran 65

Page 11: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

DAFTAR TABEL Nomor halaman 1. Tingkat Kerentanan Berbagai Spesies Hewan Terhadap

Bermacam-macam Tipe Basil Tuberkulosis

9

2. Perbandingan antara jumlah positif dan negatif hasil

pengujian BTA dekontaminasi susu, kultur bakteri

dan PCR

46

3. Sensitifitas dan Spesifitas pengujian molekuler

dibandingkan dengan pewarnaan BTA

dekontaminasi susu

49

Page 12: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

DAFTAR GAMBAR

Nomor halaman 1. Mycobacterium bovis 7

2. Pewarnaan BTA yang memberikan hasil positif 7

3. Hasil biakan yang positif pada medium Lowenstein Jensen 8

4. Penularan Mycobacterium bovis 17

5. Kerangka Teori 31

6. Kerangka Konsep 32

7. Hasil pewarnaan BTA dekontaminasi susu 46

8. Hasil PCR sampel susu no. 1 - 13 47

9. Hasil PCR sampel susu no. 14 - 29 47

10. Hasil PCR sampel susu no. 30 - 45 48

11. Hasil PCR sampel susu no. 46 - 60 48

12. Sampel susu positif PCR 50

13. Kondisi ternak sapi perah di Kabupaten Enrekang 51

14. Peta lokasi hasil PCR Mycobacterium bovis 52

Page 13: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor halaman 1. Daftar hasil pemeriksaan sampel susu ternak sapi

perah

65

2. Daftar lokasi peternak 67

3. Perhitungan statistik 69

4. Rekapitulasi populasi Ternak Kabupaten Enrekang 70

5. Dokumentasi Penelitian 71

Page 14: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

Lambang/ singkatan Arti dan Keterangan

BTB Bovine tuberculosis

BTA Basil Tahan Asam

CDC Centers for Disease Control

DNA Deoxyribonucleic Acid

GIS Geographical Information System

GPS Global Positioning System

LJ Lowenstein Jensen

M. bovis Mycobacterium bovis

NaOH Natrium Hydroksida

OIE Office International des Epizooties

PCR Polymerase Chain Reaction

TB Tuberkulosis

WHO World Health Organization

ZN Ziehl Neelsen

Page 15: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bovine tuberculosis adalah penyakit zoonosis penting yang tersebar di

seluruh dunia. Mycobacterium bovis merupakan agen penyebab bovine

tuberculosis pada ternak, hewan domestikasi lain dan satwa liar.

Mycobacterium bovis termasuk kelompok dari Mycobacterium

tuberculosis complex, dimana anggota kelompok tersebut Mycobacterium

tuberculosis, Mycobacterium africanum, dan Mycobacterium microti (Al-

Saqur et al, 2009; OIE, 2009).

Negara Amerika Serikat sebagian besar kasus Tuberkulosis (TB)

pada manusia disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.

Mycobacterium bovis adalah Mikobakterium lain yang dapat

menyebabkan penyakit TB pada manusia (CDC, 2011), selanjutnya vaksin

live-attenuated strain Mycobacterium bovis Bacillus Calmette and Guerin

(BCG) berasal dari isolat Mycobacterium bovis dan vaksin ini tersebar

luas penggunaannya di dunia (Elizabeth et al, 1997). Mycobacterium bovis

telah dilaporkan menyebabkan 6-30% kasus TB pada manusia di USA

pada susu yang belum terpasteurisasi, di USA tahun 1995-2005 sekitar

1,4% kasus TB manusia disebabkan oleh Mycobacterium bovis dan di

San Diego lebih dari 45% hasil kultur mengkonfirmasi kasus TB pada

Page 16: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

manusia pada anak-anak dan 8% dari seluruh kasus TB pada manusia

disebabkan oleh Mycobacterium bovis. Dilaporkan juga di Western Ireland

bahwa Mycobacterium bovis menyebabkan 6.3% kasus TB manusia.

Penelitian yang dilakukan di New Zealand menunjukkan peningkatan

kasus bovine tuberculosis antara 1983 (3.7%) dan 1989 (14.6%).

Disamping itu ternyata dibeberapa daerah di Amerika latin diagnosis TB

manusia yang masih berdasarkan pemeriksaan pewarnaan basil tahan

asam, dilaporkan sekitar 7000 kasus TB manusia baru per tahun adalah

disebabkan infeksi dari Mycobacterium bovis (Juan et al, 1995; Deepti et

al, 2012). Di negara Inggris dilaporkan bahwa kejadian TB manusia yang

disebabkan oleh Mycobacterium bovis mencapai angka kurang dari 1%

dari total kasus TB manusia (Anonimus, 2009). Mycobacterium bovis

bertanggung jawab sekitar 5% kasus TB pada manusia di Brazil dan

dilaporkan prevalensi bovine tuberculosis (btb) pada ternak sapi di Brazil

diperkirakan 1,3% dari tahun 1989-1999 (Cristina et al, 2005). Prevalensi

btb ternak sapi perah di Central Ethiopia sekitar 50% (Firdessa et al,

2012), sedangkan di Southeast Ethiopia prevalensi btb pada ternak sapi

sebesar 2% (Gumi et al, 2012).

Mycobacterium bovis dinyatakan sebagai agen patogen penyebab

bovine tuberculosis yang menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan

pada industri ternak sapi (Rose et al, 1999) dan industri ternak sapi perah

(Tejeda et al, 2006).

Page 17: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Deteksi Mycobacterium bovis dari sampel ternak sapi sangat

penting, susu dan daging adalah sumber utama protein dan nutrisi lain

dapat terkontaminasi oleh agen patogen dan memiliki kemampuan

sebagai penular penyakit TB pada manusia dan infeksi mycocabterium

lain dari hewan kepada manusia. Hewan yang terinfeksi memiliki potensi

besar untuk menginfeksi manusia (zoonosis tuberkulosis). Sehingga

Mycobacterium bovis berpotensi menyebabkan bahaya kesehatan baik

pada hewan maupun manusia (Al-Saqur et al, 2009).

Upaya mencegah penyakit zoonosis diperlukan langkah yang tepat

untuk mengontrol dan membasmi infeksi Mycobacterium bovis pada

ternak sapi. Deteksi lesi tuberkulosis di rumah potong hewan (RPH) harus

diikuti dengan pemeriksaan pada daerah asal ternak sapi tersebut agar

dapat mengindentifikasi kasus lebih lanjut (John et al, 2012).

Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mengidentifikasi

Mycobacterium bovis adalah pemeriksaan makroskopis lesi tuberkulosis di

rumah potong hewan, pemeriksaan mikroskopis melalui pewarnaan basil

tahan asam (BTA), kultur, PCR (Polymerase Chain Reaction) (John et al,

2012), pemeriksaan darah dengan ELISA (OIE, 2009) dan pembuatan

preparat histologi (Chirtophe et al, 2000; Selwyn, 2002).

Data dari Office International des Epizooties (OIE) pada tahun 2010

menyebutkan bahwa di Indonesia termasuk Provinsi Sulawesi Selatan,

secara klinis tidak pernah dilaporkan adanya kasus bovine tuberculosis.

Pada tahun 2013 di Kabupaten Bangli Provinsi Bali dari hasil penelitian

Page 18: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

dilaporkan bahwa seroprevalensi bovine tuberculosis adalah 2,22% (Putu,

2013). Sampai saat ini belum ditemukan laporan atau penelitian studi

kasus penyebaran bovine tuberculosis pada ternak sapi perah di

Kabupaten Enrekang berdasarkan informasi dari Dinas Peternakan dan

Perikanan Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk menganalisis

sejumlah tes yang digunakan untuk mendeteksi Mycobacterium bovis

yaitu pewarnaan basil tahan asam (BTA), kultur, dan PCR pada ternak

sapi perah dan mengetahui distribusi infeksi Mycobacterium bovis di

lapangan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, dapat

dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan sejumlah tes yaitu tes konvensional dengan

pewarnaan basil tahan asam (BTA) dan kultur, serta tes molekuler

melalui PCR dalam mendeteksi Mycobacterium bovis pada ternak sapi

perah?

2. Bagaimana distribusi infeksi Mycobacterium bovis di lapangan dengan

teknik Geographical Information System (GIS)?

Page 19: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Membandingkan tes konvensional dengan pewarnaan basil tahan asam

(BTA), kultur dan tes molekuler dengan cara PCR dalam mendeteksi

Mycobacterium bovis pada ternak sapi perah.

2. Melihat distribusi infeksi Mycobacterium bovis di lapangan dengan

teknik Geographical Information System (GIS).

D. Manfaat Penelitian

1. Dalam mendeteksi Mycobacterium bovis untuk kepentingan

epidemiologis, dapat dipilih tes dengan sensitivitas dan spesifitas yang

cukup tinggi, cepat dan mudah diaplikasikan dimana saja.

2. Dengan melihat hasil analisis sejumlah tes untuk mendeteksi

Mycobacterium bovis dapat diketahui tes yang lebih sensitif dan spesifik

untuk diaplikasikan dalam klinis guna mendiagnosis bovine tuberculosis

dan memonitor terapi.

3. Menambah khazanah informasi ilmiah mengenai tes untuk mendeteksi

Mycobacterium bovis bagi pengembangan ilmu kedokteran hewan

khususnya di bidang laboratorium mikrobiologi.

Page 20: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bovine Tuberculosis (btb)

A.1. Definisi

Bovine tuberculosis (btb) merupakan penyakit bakteri yang

bersifat kronis pada ternak sapi dan kadang-kadang menyerang

spesies mamalia lainnnya. Penyakit ini bersifat zoonosis (C. Allix et

al, 2012) yang bisa menular ke manusia, penularan melalui inhalasi

aerogen atau meminum susu yang tidak terpasteurisasi (Centre for

Food Security and Publik Health, 2009).

Mycobacterium bovis merupakan agen etiologi dari bovine

tuberculosis (btb) (Noel et al, 2007). Bakteri berbentuk batang

langsing, lurus atau membentuk kurva, kadang-kadang berbentuk

filamen atau bercabang membentuk huruf X, Y, atau V. Ukurannya

0,2 – 0,6 x 1,5 – 4,0 mikron. Kuman Mycobacterium bovis

mempunyai granula metakromatik yang disebut granula much, tidak

membentuk spora dan tidak bergerak, dinding selnya berlapis lilin.

Pada pewarnaan Ziehl Neelsen kuman berwarna merah atau bersifat

tahan asam (Hasutji dkk, 2004). Karakteristik koloni Mycobacterium

bovis adalah datar, halus, berwarna putih, tak berwarna, lembab,

koloni bersifat gembur/rapuh dan tumbuh lambat (tampak setelah 4

atau 5 minggu) (Sridhar, 2012; Hassanain et al, 2009).

Page 21: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Gambar 1. Mycobacterium bovis (Sumber : http://microbewiki.kenyon.edu/index.php/M.bovis)

Gambar 2. Pewarnaan BTA yang memberikan hasil positif

(Sumber : http://www.merckvetmanual.com/mvm/index.jsp)

Page 22: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Gambar 3. Hasil biakan yang positif (ada pertumbuhan) pada medium Lowenstein Jensen

(Sumber : www.arc.agric.za)

A.2. Epidemiologi

Spesies mamalia yang paling banyak terserang oleh TB adalah

sapi, babi dan manusia. Dalam suasana alami yang dimiliki, hewan-

hewan liar jarang yang menderita TB. Meskipun demikian apabila

mereka tertangkap oleh manusia, misalnya kera, beberapa telah

menderita tuberkulosis. Diantara sapi-sapi, kejadian yang tertinggi

terdapat pada sapi yang dipelihara secara bersama-sama, seperti

halnya pada sapi perah. Sapi pedaging pun dapat memiliki angka

kejadian yang tinggi bila hewan-hewan tersebut harus berdesak-

desakan karena terbatasnya pakan dan minum yang disediakan.

Kerbau juga sangat rentan terhadap infeksi mikobakterium. Babi

biasanya menderita karena kerentanannya terhadap tipe human dan

bovin. Spesies anjing, kucing dan kuda hanya kadang-kadang saja

ditemukan menderita, sedangkan domba dan kambing sangat jarang

Page 23: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

menderita infeksi kuman ini. Tingkat kerentanan berbagai spesies

terhadap bermacam tipe mikobakterium dapat dilihat pada tabel 1

berikut (Subronto, 2003).

Tabel 1. Tingkat Kerentanan Berbagai Spesies Hewan Terhadap Bermacam-macam Tipe Basil Tuberkulosis.

Spesies Hewan Tipe Basil Tuberkulosis

Bovin Human Avier

Marmot Kelinci Mencit*) Hamster Kera Kuda Anjing Sapi Babi Bangsa Kakaktua Unggas

++++ ++++ ++++

++ ++++

++ ++

++++ +++ +++

0

++++ +

++++ +++

++++ 0 + + +

++ 0

0 ++++

± + 0

++ 0 ±

++++ ++++ ++++

*) galur mencit tertentu saja. Penyebaran penyakit tuberkulosis tergantung pada adanya kasus

terbuka (open case) yang membebaskan basil-basil ke dalam

sekreta dan ekskreta tubuh ke lingkungan sekitarnya. Kuman-kuman

akan tinggal di tempat tersebut yang selanjutnya hewan-hewan sehat

yang lain akan tertular baik melalui mulutnya atau melalui inhalasi.

Meskipun jarang terjadi, namun infeksi secara kongenital dapat pula

terjadi. Penempatan hewan-hewan yang berdesakan dan adanya

stres mempermudah terjadinya penularan penyakit TB. Pada

umumnya perawatan yang kurang baik, yang berlangsung dalam

waktu lama, kurang begitu berpengaruh terhadap infeksi kuman

tuberkulosis secara percobaan. Telah pula dibuktikan bahwa

Page 24: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

kelaparan yang sebentar-sebentar ditimbulkan dapat mengakibatkan

proses kejadian penyakit dipercepat. Kondisi tubuh yang baik terbukti

tidak melindungi terhadap infeksi kuman TB. Faktor-faktor genetik

mungkin mempunyai pengaruh atas kerentanan maupun ketahanan

individu terhadap infeksi kuman (Subronto, 2003).

Beberapa galur kuman TB memiliki virulensi lebih besar daripada

lainnya. Sebelum pengendalian terhadap tuberkulosis ternak biasa

dijalankan, kelompok-kelompok sapi perah yang bereaksi positif

dalam program vaksinasi dapat mencapai 100%, dan banyak dari

mereka yang menunjukkan adanya lesi tersifat dalam pemeriksaan

yang dilakukan di rumah potong. Hal demikian terjadi terutama

karena dimasukkannya sapi perah yang belum pernah mengalami uji

tuberkulinasi ke dalam suatu peternakan. Di Australia bagian utara

yang beriklim tropis, sebelum adanya program pengendalian

tuberkulosis, diketahui bahwa lebih dari 50% sapi-sapi yang berasal

dari beberapa kelompok peternakan memeperlihatkan lesi-lesi

tersifat tuberkulosis waktu diperiksa di rumah potong. Hal yang

demikian terjadi karena sapi-sapi potong terdapat bergerombol di

sekitar tempat-tempat minum pada waktu musim kering, hingga

penularan penyakit menjadi dipermudah karenanya. Di beberapa

daerah diketahui bahwa kerbau-kerbau yang bertindak sebagai

reaktor mencapai 13%. Di Australia Utara kejadian tuberkulosis pada

waktu itu mencapai sekitar 0,2% (Subronto, 2003).

Page 25: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Air susu yang terinfeksi merupakan sumber penularan penyakit

bagi pedet, babi dan manusia. Sekitar 5% dari sapi-sapi yang

menderita infeksi menunjukkan radang ambing TB (Mastitis

tuberkulosis) (Subronto, 2003).

A.3. Patogenesis

Basil TB mencapai selaput lendir melalui saluran pernafasan,

pencernaan atau secara kontak. Kuman akan mengalami fagositosis

oleh makrofag pada tempat kuman tesebut memasuki tubuh. Tempat

masuk kuman yang paling banyak diketahui terdapat didalam paru-

paru. Ditempat ini kuman akan memperbanyak diri hingga terjadi lesi

yang dikenal sebagai fokus primer, yang berukuran kecil dan bersifat

eksudatif (Subronto, 2003).

Di dalam saluran pencernaan juga dapat terbentuk lesi lokal,

mungkin pula basilus diangkut ke dalam kelenjar limfe yang

berdekatan hingga terbentuk lesi pada kelenjar tersebut. Lesi-lesi

lokal yang mengenai kelenjar limfe yang terbentuk setelah terjadinya

infeksi dikenal dengan sebutan kompleks primer. Pada beberapa

spesies penyakit TB mungkin tidak berkembang lebih lanjut. Hal

tersebut tergantung pada tipe kuman penyebab infeksi (Subronto,

2003).

Penyakit TB mungkin saja menunjukkan kesembuhan sempurna.

Pada sapi hal tersebut jarang terjadi, dan reaksi positif pada uji

Page 26: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

tuberkulinasi biasanya menunjukkan adanya infeksi yang

sebenarnya. Lesi penyakit mungkin bersifat statis untuk beberapa

waktu, dan kemudian jadi progresif apabila kondisi jaringan tubuh

bersifat mendukung untuk berkembangnya kuman tuberkulosis

(Subronto, 2003).

Jumlah kuman yang menimbulkan infeksi, atau yang sering

dikenal dengan infecting dose, merupakan hal yang penting dalam

perkembangan penyakit. Jumlah kuman yang sangat kecil mungkin

hanya mengakibatkan infeksi yang sifatnya non-progresif, atau

kuman-kuman tersebut langsung ditampung oleh kelenjar limfe tanpa

terbentuknya fokus primer. Jumlah kuman yang besar dapat

mengakibatkan lesi primer yang luas dan kelenjar limfe regional juga

akan terlibat dalam waktu yang pendek, dalam waktu beberapa

minggu perluasan penyakit ke jaringan-jaringan lain akan terjadi, dan

penderita dapat mengalami kematian, tanpa adanya kesempatan

tubuh untuk menahannya agar proses infeksi dapat berlangsung

lambat (Subronto, 2003).

Setelah infeksi terjadi dengan mantap, penyebaran penyakit

dapat berlangsung dengan berbagai cara. Cara-cara penyebaran

tersebut adalah sebagai berikut (Subronto, 2003) :

a. Penyebaran langsung atas lesi TB

Penyebaran dimulai dari lesi nekrotik sentral dari tuberkel,

yang secara sentrifugal meluas ke jaringan-jaringan di sekitarnya,

Page 27: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

yang selanjutnya akan membentuk tuberkel-tuberkel baru yang

segar. Proses demikian terjadi berulang kali sehingga dari satu

fokus primer dapat terbentuk masa tuberkulosis yang besar.

b. Penyebaran melalui saluran-saluran alami dalam tubuh

Dengan rusaknya dinding-dinding saluran, bahan yang

terdapat di dalam tuberkel yang lunak akan terbebaskan dan

masuk ke dalam saluran pernafasan, hingga penyebaran terjadi

dari satu bagian paru-paru ke bagian yang lain, baik melalui

proses batuk maupun aspirasi. Dahak mungkin dibatukkan untuk

kemudian ditelan lagi, hingga terjadi penyebaran ke saluran

pencernaan makanan. Infeksi terhadap ginjal dapat meluas,

melalui saluran perkencingan, ke dalam kantong kemih.

c. Penyebaran melalui saluran limfe

Tuberkulosis pada awalnya merupakan infeksi jaringan

limfoid. Perluasan basilus TB dihentikan di dalam folikel limfe dari

selaput lendir (tekak, bronchi dan usus) atau di dalam kelenjar

limfe yang terdapat di sekitar alat-alat tersebut. Apabila kuman

tadi berhasil lolos dari jaringan-jaringan di muka, kuman akan

tersebar luas meskipun masih ada di dalam arah aliran cairan

limfe. Dengan melalui ductus thoracicus basil akan masuk ke

dalam vena cava, yang selanjutnya dengan mengikuti aliran akan

sampai di paru-paru. Dalam paru-paru kuman akan berhenti

beredar dan membentuk fokus penyakit, yang kemudian

Page 28: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

menyerang kelenjar bronchial, mungkin juga kuman terbawa lagi

oleh aliran darah dari peredaran kecil (circulation parva) masuk ke

dalam peredaran darah umum, hingga akhirnya mencapai alat-alat

tubuh yang lain.

d. Penyebaran melalui peredaran darah

Bakteriemia atau basilemia tuberkulosis pada umumnya terjadi

selama ada infeksi kuman TB. Pada waktu basil TB sampai di

peredaran darah sistemik, kuman akan dibersihkan dari darah

oleh fagosit dari sistem retikulo-endotelial. Selanjutnya lesi akan

terbentuk di dalam paru-paru, hati, limpa dan alat-alat tubuh

lainnya. Dalam keadaan demikian penyakit dikenal sebagai

tuberkulosis yang meluas (generalized tuberculosis). Apabila

jumlah kuman yang masuk peredaran darah sangat besar, di

dalam berbagai alat tubuh akan segera terbentuk tuberkel-tuberkel

yang berukuran kecil, yang dikenal sebagai TB-milier, dan

biasanya merupakan hasil perkembangan tuberkel di dalam

pembuluh darah. Oleh adanya tuberkel-tuberkel di berbagai alat

tersebut akan terjadi infeksi akut yang dapat mengakibatkan

kematian dalam waktu beberapa minggu. Pada kebanyakan

kejadian tuberkulosis lesi tetap terlokalisasi pada satu alat tubuh

dan tidak ada kuman yang dibebaskan ke dalam darah.

Page 29: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

e. Penyebaran melalui permukaan serosa

Lesi TB yang terdapat di dalam paru-paru atau dinding usus

kadang-kadang meluas dan mengenai dinding luar serosa dari

alat-alat tubuh tersebut. Dengan gerak pernafasan atau gerak

peristaltik usus kuman akan tersebar luas hingga terbentuk folikel-

folikel baru pada membrana serosa.

Pada umumnya TB berkembang secara lambat, namun pada

hewan-hewan muda dan anak-anak dapat berlangsung cepat

serta bersifat fatal.

Lesi TB bersifat granulomatous dengan kecenderungan

terjadinya pengkejuan serta keterlibatan kelenjar limfe. Sifat-sifat

yang khas dalam histopatologi sangat membantu dalam mengenal

jaringan yang menderita TB. Proses perkembangan penyakit

bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti ketahanan intrinsik

yang dimiliki, yang berbeda-beda pada berbagai spesies, maupun

bangsa dan individu masing-masing hewan. Selain itu proses

perkembangan penyakit juga tergantung pada pembentukan cell

mediated immunity dari inang setelah berlangsungnya infeksi.

Meskipun beberapa zat anti, antibodi, juga terbentuk namun hal

tersebut rupanya tidak cukup kuat untuk melindungi tubuh. Dalam

perkembangan selanjutnya adanya antibodi yang terbentuk dapat

digunakan untuk mengenali infeksi kuman TB secara serologik.

Page 30: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Pada stadium awal infeksi basil-basil TB dapat hidup di

dalam makrofag. Dengan makin teraktifkannya sel tersebut oleh

respons kekebalan, basil tidak dapat bertahan dengan baik. Basil-

basil di dalam lesi lebih banyak ditemukan di luar sel. “Cord factor”

yang dimiliki oleh basil virulen memiliki efek sebagai detergen

yang toksik pada membran sel mitokondria sel. Nekrosis yang

seperti keju pada suatu tuberkel yang sudah terbentuk dapat

melindungi basil dari obat-obatan yang diberikan untuk waktu

yang panjang. Metabolisme basil aerob juga terhambat hingga

daya hidupnya yang panjang menjadi terjamin, meskipun

sebenarnya perkembangbiakan sel tersebut tidak besar.

Transmisi melalui aerogen, ingesif dan congenital. Organ

yang terkena adalah paru-paru, hepar, limfoglandula, ginjal, otak

dan mammae.

Kuman masuk ke dalam tubuh melalui aerogen dan akan

menimbuklan lesi primer pada paru-paru berupa tuberkel yang

mengkeju. Selanjutnya tuberkel ini dapat pecah dan eksudatnya

akan dibatukkan keluar dan sebagian dari eksudat tadi ada yang

masuk ke dalam saluran pencernaan. Di dalam saluran

pencernaan kuman tadi akan diserap masuk dalam aliran darah

dan selanjutnya dapat menyebar ke organ yang lain (Hasutji dkk,

2004).

Page 31: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

A.4. Penularan

Gambar 4. Penularan Mycobacterium bovis (Sumber : www.heartlandtbc.org)

Mycobacterium bovis bisa menyebabkan penyakit TB pada

manusia yang dapat menyerang paru-paru, lymph nodes dan bagian

tubuh lainnya. Tidak semua orang yang terinfeksi Mycobacterium

bovis menjadi sakit. Orang yang terinfeksi tetapi tidak sakit disebut

Infeksi TB laten. Orang yang menderita infeksi TB laten tidak merasa

sakit, tidak memiliki gejala apapun dan tidak dapat menyebar TB

kepada orang lain (CDC, 2011).

Manusia paling sering terinfeksi oleh Mycobacterium bovis melalui

makanan atau minuman yang terkontaminasi, produk susu yang tidak

dipasteurisasi, kontak langsung dengan luka, atau dengan menghirup

bakteri di udara yang dihembuskan oleh hewan yang terinfeksi

Mycobacterium bovis. Penularan langsung dari hewan ke manusia

melalui udara jarang terjadi, tetapi Mycobacterium bovis dapat

Page 32: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

menyebar secara langsung dari orang ke orang ketika orang terinfeksi

mengalami batuk atau bersin (CDC, 2011; Good, 2011).

Infeksi Mycobacterium bovis yang menyebar ke ternak terutama

melalui aerosol baik dari batuk atau bersin hewan dengan TB terbuka

atau dari partikel debu yang terinfeksi. Mengingat dominasi penularan

secara aerosol, infeksi bisa menyebar lebih cepat pada peternakan

sapi perah model intensive/dikandangkan. Penularan secara aerosol

efektif hanya pada jarak lebih pendek (1-2 m) dan karenanya

kepadatan ternak merupakan faktor signifikan dalam menentukan

tingkat penularan. Akibatnya, pada peternakan dengan kepadatan

ternak tinggi atau dalam sistem produksi ternak yang dikandangkan

untuk waktu yang lama, tingkat transmisi antara hewan rentan

mungkin sangat tinggi. Dalam kondisi kandang yang terinfeksi,

tetesan dan partikel infektif mungkin terus hadir di udara,

menghadirkan bahaya bagi hewan rentan dan peternak

(Cousins, 2001).

Penyebaran Mycobacterium bovis melalui konsumsi bahan

infeksius juga telah dilaporkan yaitu dengan minum susu yang

terinfeksi (Crofton et al, 2002) atau makan rumput atau melalui pakan

yang terkontaminasi. Cutaneous, infeksi bawaan dan genital telah

dicatat tetapi dianggap langka. Infeksi pencernaan dapat bersifat

primer, seperti yang terjadi pada pedet yang minum susu sapi dengan

mastitis tuberkulosis, atau mungkin sekunder dengan menelan

Page 33: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

mikobakterium sarat eksudat dari paru-paru. Infeksi tonsil dengan

sekunder keterlibatan kelenjar getah bening regional mungkin hasil

dari konsumsi basil dalam makanan (Cousins, 2001).

A.5. Gejala Klinik

Pada sapi tidak ada tanda-tanda klinis pada stadium awal dari

infeksi. Bila penyakit melanjut pada sapi terdapat batuk yang

menetap, tidak ada nafsu makan dan kondisi badan sangat menurun

disertai pembesaran lymphoglandula yang dapat diraba. Pengerasan

pada ambing disebabkan oleh terbentuknya jaringan ikat sering

ditemukan. Pada waktu itu kuman dapat diperlihatkan dalam sekreta

dan eksreta (Hasutji dkk, 2004).

A.6. Kelainan Pasca Mati

Kelainan pasca mati dapat bervariasi mulai dari terbentuknya

tuberkel kecil-kecil tunggal, banyak menyebar atau bergabung, baik

pada lymphoglandula, paru-paru maupun alat-alat tubuh lainnya.

Sifat khas dari tuberkel tersebut berupa sarang-sarang perkejuan

atau perkapuran.

Sarang-sarang bovine tuberculosis pada sapi, terdapat pada

paru-paru dan pleura, hati, limpa, peritoneum, lymphoglandula,

kadang-kadang pada kulit dan tulang (OIE, 2009; Hasutji dkk, 2004).

Page 34: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Tuberkulosis ambing lebih sering diderita oleh sapi daripada

spesies yang lain. Pada waktu kasus-kasus TB masih terdapat luas,

di Eropa dan Amerika diketahui 5% dari sapi-sapi yang menderita

infeksi TB menunjukkan adanya lesi pada ambingnya. Keempat

(kwartir) ambing dapat menderita infeksi meskipun biasanya penyakit

hanya bermula dari salah satu perempatan ambing belakang, pada

bagian atasnya. Infeksi terjadi secara hematogen yang berasal dari

satu fokus TB yang terdapat pada alat lain, atau karena masuknya

kuman TB secara langsung dengan melalui alat-alat pemerahan, ke

dalam ambing. Bentuk penyakit tuberkulosis ambing dapat

bermacam-macam, mungkin berbentuk milier akut dengan

pengkijuan atau berbentuk kronik dengan infiltrasi luas oleh fagosit

mononuklear yang disertai dengan sedikit pengkijuan maupun

pengapuran. Kelenjar limfe supramamer kebanyakan terlibat pada

lesi yang berkiju, atau kadang hanya mengalami kebengkakan ringan

saja. Proses penyakit di dalam ambing berlangsung lambat tanpa

adanya gejala radang kelenjar susu yang akut.

Ukuran dan konsistensi ambing sedikit demi sedikit meningkat

hingga pada suatu saat ukuran ambing jauh lebih besar dari

normalnya dengan disertai indurasi jaringan yang sangat. Kalau

ditekan, ambing yang menderita tersebut tidak terasa sakit ataupun

menjadi lebih peka. Pada awal proses penyakit, meskipun

mengandung kuman-kuman TB, secara fisik air susu nampak

Page 35: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

normal. Perubahan selanjutnya meliputi perubahan warna, dan

kualitasnya menurun. Air susu menjadi lebih encer dan tidak

mengandung sir susu kelapa (krim). Bila dipusingkan dengan

sentrifuge endapannya mengandung lekosit, dengan jumlah monosit

yang sangat meningkat. Pada tingkat penyakit lebih lanjut air susu

berubah secara nyata dengan adanya gumpalan-gumpalan yang

sifatnya purulen. Basil TB pada akhirnya ditemukan dalam jumlah

besar, mungkin sampai 500.000 sel per mililiter (Subronto, 2003).

A.7. Diagnosis

Diagnosis bovine tuberculosis (btb) dilaksanakan berdasarkan

gejala klinis, isolasi dan identifikasi kuman (kultur dan pewarnaan

basil tahan asam), tuberculin test, pemeriksaan darah {Gamma-

Interferon assay (IFNɣ assay), lymphocyte proliferation assay, dan

Enzyme-Linked Immunosorbent Assay (ELISA)}, serta pemeriksaan

molekuler (PCR). Bahan pemeriksaan yang perlu diambil meliputi

dahak, yang diambil probang, tinja dan atau air susu (OIE, 2009;

Subronto, 2003).

A.8. Aspek Kesehatan Masyarakat Veteriner

Pertimbangan dari segi pemotongan hewan dan pemanfaatan daging

bovine tuberculosis (btb) pada sapi, meliputi :

1. Di daerah pemberantasan btb

Page 36: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Reaktor (+) maka seluruh hewan diafkir (tidak dianjurkan untuk

dipotong).

2. Pada saat akhir dari suatu tindakan pemberantasan

Reaktor (+), tanda-tanda lesi (-) maka diadakan perebusan

terhadap karkas, viscera maupun organ lebih dahulu sebelum

daging dimanfaatkan. Reactor (+), terdapat lesi pada satu organ

maka dilakukan perebusan lebih dahulu terhadap karkas dan

viscera, sedang organ dan bagian karkas yang menyimpang

diafkir. Reactor (+), terdapat lesi pada lebih dari satu organ maka

seluruh hewan diafkir.

3. Permulaan pemberantasan di daerah tertular

Reactor (+), tanpa tanda-tanda lesi diijinkan untuk dijual dengan

daerah distribusi terbatas (lulus bersyarat). Reactor (+) terdapat

lesi pada salah satu organ tanpa adanya lesi millier maka

dilakukan perebusan lebih dahulu terhadap karkas dan viscera.

Btb lokal pada ambing atau paru-paru maka afkir bagian kelenjar

ambing atau paru-paru. Reactor (+), terjadi lesi pada lebih dari

satu organ tetapi tidak ada tada-tanda infeksi umum maka afkir

seluruh hewan atau dilakukan perebusan lebih dahulu terhadap

karkas, sedang paru-paru dan bagian lain yang mengalami lesi

diafkir (Hasutji dkk, 2004).

Page 37: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

B. Tes Laboratorium

B.1. Tes Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan cara pewarnaan

basil tahan asam dengan metode pemanasan (Ziehl Neelsen)

atau metode tanpa pemanasan (Gabbett’s atau Kinyoun’s).

Pemeriksaan minimal 100 lapangan pandang sebelum

menyatakan negatif pada hasil pemeriksaan (Sridhar, 2012).

Hasil pemeriksaan basil tahan asam (BTA) rekomendasi RNTCP

tahun 1998 :

(3+) jika ditemukan lebih dari 10 BTA per lapangan pandang

(2+) jika ditemukan 1-10 BTA per lapangan pandang

(1+) jika ditemukan 10 – 99 BTA per 100 lapangan pandang.

B.2. Kultur (pembiakan)

Teknik kultur yang digunakan di laboratorium kedokteran

hewan berbeda dengan laboratorium kedokteran. Strain

Mycobacterium bovis tumbuh sedikit atau tidak semua tumbuh

pada media Lowenstein Jensen (egg-based media) yang berisi

glycerol yang biasa digunakan sebagai media untuk pertumbuhan

Mycobacterium tuberculosis, tetapi pertumbuhan Mycobacterium

bovis bisa distimulasi dengan sodium pyruvat sebagai pengganti

glycerol. Kultur Mycobacterium bovis juga bisa menggunakan

media Stonebrink (Pyruvate-based medium) (John et al, 2012;

Lisa et al, 2005).

Page 38: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

B.3. Teknik PCR (Polymerase Chain Reaction)

PCR pertama kali ditemukan oleh Kary B. Mullis pada tahun

1985. PCR merupakan metode untuk mengamplifikasi/melipat

gandakan fragmen DNA target secara invitro yang melibatkan

banyak siklus, dimana setiap siklus masing-masing tiga tahap

berulang mencakup denaturasi template, annealing, elongating.

Pada akhir tiap siklus terjadi duplikasi fragmen DNA dengan

menggunakan primer yang tepat (Maidin, 1997).

Di dalam proses PCR, denaturasi awal dilakukan sebelum

enzim Taq polymerase ditambahkan di dalam tabung reaksi. Ini

biasanya berlangsung sekitar 3 menit untuk meyakinkan bahwa

molekul DNA yang ditargetkan ingin dilipatgandakan jumlahnya

benar-benar telah terdenaturasi menjadi DNA untai tunggal. Untuk

denaturasi berikutnya, waktu yang diperlukan hanya 30 detik pada

suhu 950C atau 15 detik pada suhu 970C. Apabila DNA terget

mengandung banyak nukleotida G/C, suhu denaturasi dapat juga

dinaikkan. Denaturasi yang tidak lengkap mengakibatkan DNA

mengalami renaturasi (membentuk DNA untai ganda lagi) secara

cepat, dan ini mengakibatkan gagalnya proses PCR. Adapun

waktu denaturasi yang terlalu lama mungkin dapat mengurangi

aktivitas enzim Taq polymerase. Aktivitas enzim tersebut

mempunyai waktu paruh lebih dari 2 jam, 40 menit, 5 menit

masing-masing pada suhu 92,5; 95; dan 97,50C (Muladno, 2010).

Page 39: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Pada tahap penempelan primer (Annealing), temperatur

yang digunakan biasanya 50C di bawah Tm, dimana formula untuk

menghitung Tm = 4(G+C) + 2(A+T). Semakin panjang ukuran

primer, semakin tinggi temperaturnya. Kisaran temperatur

penempelan yang digunakan antara 360C sampai dengan 720C,

namun suhu yang biasa digunakan antara 50 – 600C (Muladno,

2010).

Selama tahap pemanjangan primer (Extension), taq

polymerase memulai aktivitasnya memperpanjang DNA primer

dari ujung 3’. Kecepatan penyusunan nukleotida oleh enzim

tersebut pada suhu 720C diperkirakan antara 35 sampai 100

nukleotida per detik, bergantung pada bufer, pH, konsentrasi

garam dan molekul DNA target. Dengan demikian, untuk produk

PCR sepanjang 2000 pasang basa, waktu 1 menit sudah lebih

dari cukup untuk tahap pemanjangan primer ini. Biasanya, di akhir

siklus PCR, waktu yang digunakan untuk tahap ini diperpanjang

sampai lima menit, sehingga seluruh produk PCR diharapkan

berbentuk DNA untai ganda (Muladno, 2010).

Ada beberapa macam PCR, berdasarkan jenis dan

kegunaannya yaitu (zulkifli, 2012) :

1. Long Distance PCR merupakan jenis PCR yang berguna

untuk mengamplifikasi dan mendeteksi produk PCR dengan

ukuran 50 kb atau lebih.

Page 40: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

2. AP-PCR Genom merupakan jenis PCR yang dapat digunakan

untuk mendeteksi polimorfisme sehubungan dengan

pemetaan gen, filogenetik dan populasi biologi.

3. AP-PCR RNA merupakan PCR yang digunakan untuk

mendeteksi ekspresi gen yang berbeda dan dapat langsung

diklon dengan mengisolasi produk amplifikasi.

4. RT-PCR (Reverse Transcription-PCR/ Transkripsi Balik)

berguna untuk mendeteksi dan mengamplifikasi RNA.

5. Multiplex PCR adalah PCR yang menggunakan dua atau lebih

urutan DNA target yang spesifik dari spesimen yang sama

dan kemudian diamplifikasi secara simultan. Umumnya

digunakan dua set primer pertama digunakan untuk

mengamplifikasi kontrol internal dan set primer kedua

digunakan untuk mengamplifikasi urutan DNA target.

6. QC-PCR (Quantitative Comparative-PCR), menggunakan

tambahan eksogen internal. Tambaha tersebut terdiri dari

fragmen DNA di mana pada kedua sisinya terdapat urutan

DNA target dan urutan primer spesifik.

7. RAPD-PCR (Random Amplified of polymorphic DNA)

merupakan jenis PCR yang menggunakan primer

oligonukleotida pendek dengan low-strigency PCR untuk

mengamplifikasi fragmen DNA tertentu yang dapat digunakan

sebagai marka molekuler.

Page 41: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

8. RFLP-PCR (Restriction Fragment Length Polymorphism)

merupakan jenis PCR yang mendeteksi mutasi yang terdapat

pada genom DNA. RFLP-PCR ini mampu mengamplifikasi

DNA termasuk urutan yang bermutasi dengan menggunakan

apitan primer dan diikuti enzim restriski terhadap produk PCR.

9. Nested PCR dibutuhkan dua amplifikasi secara terpisah dan

menggunakan dua set primer ampifikasi. Satu set primer

digunakan untuk mengamplifikasi produk amplifikasi dari satu

set primer sebelumnya dan produk amplifkasi kedua lebih

pendek dari produk amplifikasi pertama. Sensitivitas dan

spesifitas nested PCR ini terletak pada primer yang hanya

menempel pada amplikon sesuai dengan urutannya.

C. Geographic Information System (GIS)

Geographic Information System (GIS) merupakan komponen yang

terdiri dari perangkat keras (Hardware), perangkat lunak (Software), data

geografis dan sumber daya manusia yang bekerja bersama secara efektif

untuk memasukkan, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui,

mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisis dan

menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis. Dalam ilmu

kedokteran hewan GIS digunakan untuk pemetaan penyakit, analisis

ekologi, surveilan epidemiologi dan GIS menjadi alat yang sangat

Page 42: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

diperlukan untuk pengolahan, analisis dan visualisasi data spasial

(Renaldi et al, 2006).

Data yang akan diolah pada GIS merupakan data spasial. Ini

adalah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang

memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga

aplikasi GIS dapat menjawab beberapa pertanyaan, seperti lokasi,

kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang

membedakan GIS dari sistem informasi lainnya. Untuk epidemiologi

spasial GIS telah menjadi alat penting untuk merancang sebuah

penelitian, sampel wilayah, dan menggambar peta (Renaldi et al, 2006).

Pemodelan data spasial bertujuan untuk menjelaskan atau

memprediksi terjadinya penyakit. Data ini akan diubah menjadi

pengetahuan dan menyajikan pengetahuan ini dalam berbagai format

untuk tujuan mendukung keputusan (Martin et al. 2012).

D. Kerangka Teori

Beberapa hasil penelitian yang dapat mendukung kerangka teori

penelitian dikemukakan secara berurutan sebagai berikut :

1. Abraham Mekibeb et al. 2012 (Ethiopia), meneliti prevalensi bovine

tuberculosis dan karakterisasi molekuler pada agen penyebab btb di

rumah potong hewan addis ababa municipal ethiopia pusat. Dari 500

sampel yang diperiksa 25 sampel menunjukkan lesi yang mengarah

suspect TB dan hanya 7 sampel yang positif dengan teknik molekuler.

Page 43: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

2. I.M Al-Saqur et al. 2009 (Iraq), mendeteksi Mycobacterium spp pada

susu sapi dengan menggunakan metode konvensional dan PCR.

Hasilnya dari 68 sampel susu ternyata 3 positif melalui pewarnaan

BTA, 7 sampel positif dari kultur dan 7 sampel positif dari PCR.

3. Eduardo Eustaquio desouzaf et al. 2009 (Brazil), mengidentifikasi

isolat Mycobacterium bovis dengan metode multiplex PCR. Hasil dari

34 sampel paru-paru dan limfa node 17 positif kultur dan 15 positif

dengan teknik PCR.

4. Srivastava K et al. 2008 (India), melakukan isolasi Mycobacterium

bovis dan Mycobacterium tuberculosis pada ternak sapi dibeberapa

peternakan didaerah India utara. 54 isolat M. tb complex yang didapat,

40 isolat teridentifikasi sebagai M. bovis dan 14 isolat teridentifikasi

M.tb. Isolasi bakteri yang diambil dari prescapular lymph gland biopsy

(PSLG) tumbuh M.bovis (19/40, 47,5%) dan M. tb (5/14, 35,7%),

Isolasi dari darah tumbuh M. bovis (9/40, 22.5%) dan M.tb (4/14,

28,5%), Isolasi dari sampel susu tumbuh M. bovis (6/40, 15%) dan M.

tb (4/14, 28,5%), Isolasi dari rectal pinch tumbuh M. bovis (3/40,

7,5%), swab pharyngeal (2/40, 5%), sampel feses tumbuh M.bovis

(1/40, 2,5%), sedangkan 1/14 (7,1%) tumbuh M. tb dari swab

pharyngeal.

5. Tejeda Aurora R et al. 2006 (Meksiko), konfirmasi Mycobacterium

bovis dari eksudat hidung dengan menggunakan metode nested PCR

Page 44: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

di peternakan sapi perah. Dari 25 reaktor tuberkulin 22 positif INF-ɣ, 9

positif pewarnaan ZN, dan 6 positif dengan teknik PCR.

6. Shah, D.H et al. 2002 (India). Membedakan Mycobacterium bovis dan

Mycobacterium tuberculosis dengan menggunakan teknik multiplex

PCR. Dengan menggunakan metode ini dapat membedakan dua

bakteri tersebut yang memiliki hubungan dekat dimana M. bovis

terdeteaksi pada panjang amplikon 500 bp dan M. tuberculosis pada

panjang amplikon 185 bp.

7. Rosa E. Romero et al. 1999 (Colombia), mengidentifikasi

Mycobacterium bovis pada sampel klinis ternak sapi dengan metode

PCR-primer spesifik spesies. Hasilnya sampel dari Mucus hidung

dengan teknik bacilloscopy 1 positif, 1 positif dengan kultur dan 16

positif dengan PCR. Sampel Darah 8 positif dengan teknik PCR

sedangkan teknik bacilloscopy dan kultur negatif. Sampel Susu 4

positif dengan teknik PCR sedangkan teknik bacilloscopy dan kultur

negatif.

8. Elizabeth A. Talbot et al. 1997 (Amerika), melakukan identifikasi teknik

PCR untuk mendeteksi Mycobacterium bovis strain BCG dengan

metode multiplex PCR. Hasil RD1 terhapus pada 23 dari 23 strain

BCG, dan RD1 hadir pada 129 dari 129 strain Mycobacterium

tuberculosis complex lainnya.

Page 45: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

9. Juan G Rodriguez et al. 1995 (Colombia), melakukan identifikasi

spesifik-spesies Mycobacterium bovis dengan PCR. Metode yang

dipakai RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA).

Untuk memudahkan pemahaman terhadap kerangka teori penelitian ini,

maka akan diterangkan secara skematik sebagai berikut :

Gambar 5. Kerangka Teori

Mycobacterium bovis

Infeksi Alam

Hewan Terinfeksi (Sapi)

Gejala Klinis Deteksi

(BTA, Kultur, PCR)

Penelusuran Epidemiologi Penyakit

Pengembangan Diagnosa

Pengendalian dan pemberantasan

Page 46: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

Gambar 6. Kerangka Konsep

Umur

Lingkungan

Jenis kelamin

Bovine tuberculosis

Mycobacterium bovis

Gejala Klinis Laboratorium

Susu Tes Tuberkulin

PCR Mikroskopik BTA

Kultur

Pemeriksaan darah

Page 47: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

D. Definisi Operasional

Bovine tuberculosis (btb) merupakan penyakit yang disebabkan

oleh Mycobacterium bovis, bersifat kronis pada ternak sapi dan

kadang-kadang menyerang spesies mamalia lainnya serta bersifat

zoonosis.

Susu (Milk) adalah sekresi dari kelenjar susu pada mamalia yang

merupakan cairan kompleks yang mengandung komponen zat

nutrisi, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah

sesuatu apapun dan belum mendapat perlakukan apapun kecuali

proses pendinginan.

PCR (Polymerase Chain Reaction) adalah suatu metode enzimatis

dengan melipatgandakan fragmen DNA secara eksponensial

dengan cara invitro. Diagnosis btb untuk metode PCR bila terdapat

pita sesuai target (500 bp) yang terlihat pada saat proses

pembacaan gel agarosa hasil elektroforesis.

LJ (Lowenstain Jensen) merupakan media padat mengandung telur

yang digunakan untuk mengisolasi Mycobacteria.

GIS (Geographical Information System) adalah komponen yang

terdiri dari perangkat keras (Hardware), perangkat lunak (Software),

data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama

secara efektif untuk memasukkan, menyimpan, memperbaiki,

memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan,

Page 48: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

menganalisis dan menampilkan data dalam suatu informasi

berbasis geografis.

Page 49: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif untuk menganalisis

kemampuan sejumlah tes yang digunakan untuk mendeteksi

Mycobacterium bovis dan untuk mengetahui distribusi infeksi

Mycobacterium bovis di lapangan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di :

1. Peternakan sapi perah di Kabupaten Enrekang untuk seleksi

sampel.

2. Laboratorium Imunologi dan Biologi Molekuler Fakultas Kedokteran

Unhas untuk pewarnaan basil tahan asam (BTA), tes kultur, PCR,

dan pembuatan peta hasil GPS.

Waktu Penelitian selama 3 bulan (Maret – Mei 2013)

C. Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah ternak sapi perah betina yang berada

di peternakan sapi perah di Kabupaten Enrekang.

Page 50: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

D. Sampel dan Cara Pemilihan Sampel

Sampel adalah semua populasi terjangkau yang memenuhi kriteria

penelitian.

E. Perkiraan Besar Sampel

Jumlah sampel dihitung menggunakan rumus deteksi penyakit dengan

asumsi prevalensi Mycobacterium bovis 5% dan tingkat kepercayaan

95%. Berdasarkan rumus tersebut maka jumlah sampel sebanyak 60 ekor

ternak sapi perah (Budiharta, 2002).

F. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

F.1. Kriteria Inklusi

F.1.1 Ternak sapi perah yang mengalami radang ambing

F.1.2 Ternak sapi perah yang pernah memiliki riwayat penyakit

radang ambing

F.1.3 Ternak sapi perah yang mengalami pneumonia

F.2. Kriteria Eksklusi

Ternak sapi perah produktif

G. Ijin Subyek Penelitian

Permintaan izin (informed concent) ternak sapi perah kepada pemilik

ternak untuk dijadikan sampel penelitian.

Page 51: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

H. Cara Kerja

H.1. Alokasi Subyek

Penelitian dilakukan pada semua ternak yang memenuhi kriteria

inklusi di peternakan sapi perah di Kabupaten Enrekang.

H.2. Cara Penelitian

1. Setiap ternak yang memenuhi kriteria inklusi dicatat identitasnya,

pemberian informasi dan penjelasan secara rinci mengenai apa

yang akan dilakukan selama penelitian kepada peternak.

2. Pengambilan susu menggunakan tabung steril tertutup yang

disimpan di dalam box berpendingin suhu 40C sebagai sampel

untuk pewarnaan basil tahan asam (BTA), susu didekontaminasi

untuk selanjutnya dilakukan pewarnaan basil tahan asam (BTA)

dekontaminasi, tes kultur dan PCR.

3. Pada saat sampel sudah cukup dilakukan tes PCR dibawah

bimbingan supervisor dari Laboratorium Imunologi dan Biologi

Molekuler Fakultas Kedokteran Unhas.

2.1 Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat penelitian

a. Pewarnaan Ziehl Neelsen : Pot plastik, objek gelas, bunsen,

rak, ose, mikroskop.

b. Dekontaminasi : Neraca analitik, tabung reaksi, batang

pengaduk, pipet volume, tabung skrup steril, rak tabung,

vorteks, sentrifuse.

Page 52: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

c. Kultur : Tabung skrup, ose, pipet volume, autoclave,

inkubator, magnetik stirrer steril, neraca analitik, vorteks.

d. PCR : Tabung microcentrifuge, micropipet, thermocycler,

elektroforesis, UV, sentrifuse, autoklaf, vorteks, rotator,

inkubator, bunsen, neraca analitik, clinipet, tips, PCR (Hybaid

Omn-E).

e. GIS : alat GPS, Komputer.

2. Bahan Penelitian

Sampel : susu

a. Pewarnaan Ziehl Neelsen : Carbol fuchsin, HCl alkohol,

methylen blue, imersion oil, xylol.

b. Dekontaminasi : NaCl 7% dan NaOH 4%.

c. Kultur : Media Lowenstein Jensen, aquades steril, sodium

pyruvat, telur ayam kampung.

d. PCR : Primer JB21 (5´-TCGTCCGCTGATGCAAGTGC-3´),

JB22 (5´-CGTCCGCTGACCTCAAGAAAG-3´), ATB-1

(5’-ATGCGGGCGTTGATCATCGTC-3’), ATB-2 (5’-

CGGTGTGCCGGAGAAGCGG-3’) (Shah et al, 2002), Taq

Buffer, dNTPs, Taq DNA polymerase, DNA template, DNA

extract Mycobacterium bovis, agarose gel, Tris borate-EDTA,

buffer, ethidium bromide.

Page 53: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

2.2 Prosedur kerja tes laboratorium

1. Dekontaminasi sampel susu

Dekontaminasi terhadap sampel susu menggunakan metode

HS-SH : 10 ml susu dicampur dengan 5 ml 7% NaCl dan 4%

NaOH campur selama 15 – 20 detik, selanjutnya inkubasi pada

suhu 370C selama 20 menit. Kemudian ditambahkan phosphate

buffer pH 6,8 selanjutnya disentrifuse pada 3000 rpm selama 15

menit. Selanjutnya supernatan dibuang dan sedimen digunakan

untuk persiapan pewarnaan basil tahan asam dan inokulasi kultur

media (Al-saqur, 2009).

2. Pewarnaan basil tahan asam (BTA) dengan metode

pemanasan (Ziehl Neelsen)

susu dioleskan di atas objek gelas yang telah diberi tanda,

dibiarkan sampai kering dan difiksasi dengan jalan melewatkan

di atas nyala api sebanyak tiga kali. Kemudian tempatkan

sediaan pada rak yang tersedia dan genangi zat warna carbol

fuchsin sampai menutupi seluruh sampel. Lalu nyala api

dilewatkan dibawah sediaan sampai zat mengeluarkan uap

(tidak sampai mendidih) sebanyak tiga kali, biarkan selama 5

menit. Kemudian di cuci dengan air mengalir dan ditambahkan

HCl Alkohol biarkan selama 2 menit, kemudian cuci dengan air

mengalir. Terakhir genangi zat warna methilen blue selama 1-2

menit, lalu cuci dengan air mengalir dan biarkan kering.

Page 54: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Pembacaan Hasil

Sediaan dibaca pada mikroskop, dan jika terdapat batang

berwarna merah yang biasa disebut basil tahan asam, berarti

ternak sapi tersebut positif terinfeksi bakteri bovine tuberculosis.

3. Kultur Mycobacterium bovis dengan media Lowenstein

Jensen (LJ)

Pembuatan media Lowenstein Jensen

Media Lowenstein Jensen untuk kultur Mycobacterium bovis

tidak menggunakan glycerol karena glycerol dapat menghambat

pertumbuhan strain Mycobacterium bovis. Oleh karena itu

digunakan sodium pyruvat sebagai pengganti glycerol (John et al,

2012; Lisa et al, 2005).

Timbang sebanyak 37,2 gr medium LJ dan larutkan dalam

600 ml aquades yang bebas mineral, lalu ditambahkan 4 gr

sodium pyruvat, dimasukkan ke dalam autoclave selama 15 menit

pada suhu 1210C, didinginkan sampai 500C. Tambahkan telur

ayam kampung dengan takaran sebanyak 400 ml dan diaduk

secara merata dengan menggunakan magnetic stirrer steril

sampai homogen. Setelah tercampur rata saring dengan

penyaring lapis dua yaitu menggunakan kain kassa steril dan

saringan steril. Masukkan kedalam tabung skrup steril masing-

masing sebanyak 5 ml. Terakhir panaskan dengan suhu 850C

Page 55: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

selama 45 menit, selama 2 hari berturut-turut disimpan dalam

posisi miring dan media siap dipakai.

Cara kultur Mycobacterium bovis

Bahan yang telah didekontaminasi diisap dengan pipet steril

dan diteteskan pada permukaan media, bahan pemeriksaan

diratakan diseluruh permukaan media. Sebelum diinkubasi, media

yang telah diinokulasi diletakkan beberapa saat pada suhu kamar

dan dihindari dari cahaya. Kemudian inkubasi pada suhu

350C-370C, penambahan CO2 5%-10% dalam atmosfir akan

sangat mempercepat pertumbuhan koloni. Agar CO2 dapat masuk

kedalam botol media, maka harus dilonggarkan tutupnya selama

satu minggu.

Pembacaan Hasil

Dinyatakan negatif apabila setelah 8 minggu tidak ada

pertumbuhan dan dinyatakan positif Mycobacterium bovis dengan

pertumbuhan koloni datar, halus, berwarna putih, tak berwarna,

lembab, dan tumbuh lambat (tampak setelah 4 atau 5 minggu).

4. Ekstraksi DNA Mycobacterium bovis dengan Metode Wizard-

Genome DNA Purification KIT (Promega ®)

Sampel susu, 1,5 ml sampel susu disentrifuse dengan

kecepatan 16000 rpm selama 15 menit, kemudian supernatan

dibuang. Selanjutnya tambah 600 µl nuclei lysis solution, campur

Page 56: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

dengan cara dibolak balik. Kemudian inkubasi pada suhu 800C

selama 5 menit, lalu dinginkan di suhu ruangan.

Tambahkan 3µl RNase Solution, campur dengan bolak-balik

sebanyak 2-5 kali. Lalu inkubasi pada suhu 370C selama 60 menit,

kemudian dinginkan di suhu ruangan. Tambahkan 200 µl protein

precipitation solution, campur dengan menggunakan vortek

selama 20 detik. Kemudian inkubasi sampel tersebut didalam es

selama 5 menit. Selanjutnya sentrifuse 13000 rpm selama 3

menit.

Pindahkan supernatan yang berisi DNA ke tabung eppendorf

1,5 ml yang sebelumnya telah diisi dengan 600 µl isopropanol,

campur dengan cara bolak balik. Kemudian Sentrifus 16000 rpm

selama 2 menit. Buang supernatan dengan hati-hati, selanjutnya

tambahkan 600 µl ethanol 70%, campur dengan cara membolak-

balik. Langkah selanjutnya sentrifuse 16000 rpm selama 2 menit,

dengan hati-hati buang ethanol. Lalu keringkan tabung (angin-

anginkan selama 10 – 15 menit). Terakhir tambahkan 100 µl DNA

Rehydration Solution lalu inkubasi pada suhu 40C semalam.

5. Amplifikasi DNA Mycobacterium bovis dengan teknik

Multiplex PCR

Masukkan dalam tabung eppendorf gobead yaitu bahan yang

siap digunakan, terdiri dari : (10x PCR buffer sebanyak 2,5 µl,

dNTPs 0,1 µl, Taq DNA Polymerase (1 µ) sebanyak 0,1 µl,

Page 57: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

diencerkan dengan Water PCR grade sebanyak 19,3 µl lalu

masukkan masing-masing 0,1 µl primer JB 21 dan JB 22,

masukkan masing-masing 0,15 µl primer ATB1 dan ATB2.

Kemudian masukkan lagi 2,5 µl DNA template (sampel hasil

ekstraksi DNA). Masukkan pada tabung eppendorf 25 µl destilate

water untuk kontrol negatif, kemudian untuk kontrol positif

menggunakan 2,5 µl ekstrak DNA dari Mycobacterium bovis.

Amplifikasi dilakukan pada mesin PCR Hybaid Omne.

Amplifikasi pertama pada suhu 950C selama 10 menit, dan

selanjutnya amplifikasi dilakukan sebanyak 30 siklus, dan setiap

siklus terdiri dari denaturasi pada suhu 940C selama 1 menit,

annealing pada suhu 670C selama 1 menit, extension 720C

selama 1 menit dan proses pemanjangan akhir pada suhu 720C

selama 10 menit.

6. Elektroforesis

Pembuatan agarose 2% dengan cara menimbang 2 gr

agarose dan dilarutkan dalam 100 ml TBE 1x lalu dipanaskan

sampai mendidih. Tunggu agak dingin lalu tambahkan ethidium

bromide 15 µl, selanjutnya larutkan agarose dan tuang ke dalam

cetakan dan tunggu hingga beku. Gel yang telah beku

dimasukkan ke dalam alat elektroforesis dan direndam dalam

larutan TBE 1x.

Page 58: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Produk amplifikasi (hasil PCR) diambil sebanyak 10 µl dan

dicampur dengan `1 µl Blue juice loading buffer (tanpa marker),

dicampur kemudian dimasukkan ke dalam sumur gel agarose

yang sudah jadi, yang sebelumnya pada sumur pertama

dimasukkan 13 µl marker, kemudian dialiri arus listrik dari muatan

negatif (Katode) ke muatan positif (Anode) pada 100 A selama 60

menit.

Pembacaan hasil PCR

Hasil produk amplifikasi yang dilewatkan pada gel

elektroforesis akan dibaca dengan bantuan sinar ultra violet

dalam ruangan gelap, dan jika tampak pita (band) pada panjang

amplikon 500 bp di gel tersebut berarti sampel positif, dan

sebaliknya bila tidak tampak, berarti sampel negatif.

I. Metode Analisis

Analisis data dengan menggunakan SPSS versi 15.0 untuk

mengukur keakuratan (sensitifitas dan spesifitas) teknik PCR terhadap

pewarnaan BTA dekontaminasi susu dalam mendeteksi Mycobacterium

bovis.

Page 59: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Hasil pemeriksaan sampel susu dengan tes konvensional dan

molekuler

Enam puluh sampel susu dari ternak sapi perah yang diambil dari

beberapa peternak di Kecamatan Cendana dan Kecamatan Enrekang

Kabupaten Enrekang kemudian dilakukan pengujian konvensional dengan

teknik pewarnaan basil tahan asam (BTA) terhadap dekontaminasi susu

dan kultur, serta pengujian molekuler dengan teknik multiplex PCR

dengan menggunakan dua macam primer yaitu JB21 dan JB22 untuk

mendeteksi Mycobacterium bovis dan primer ATB1 dan ATB2 untuk

mendeteksi Mycobacterium tuberculosis. Hasil pengujian pewarnaan basil

tahan asam (BTA) terhadap dekontaminasi susu, kultur dan PCR dari 60

sampel susu ternak sapi perah di laboratorium ditunjukkan pada tabel 2 :

Page 60: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Tabel 2. Perbandingan antara jumlah positif dan negatif hasil pengujian BTA dekontaminasi susu, kultur bakteri dan PCR

Hasil Pengujian

BTA dekontaminasi susu

Kultur Bakteri PCR susu

Positif 2 (3,3%) 0 (0%) 6 (10%)

Negatif 58 (96,7%) 60 (100%) 54 (90%)

Jumlah 60 60 60

Dari tabel 2 menunjukkan bahwa dari 60 sampel susu ternak sapi

perah yang dilakukan pewarnaan basil tahan asam (BTA) terhadap

dekontaminasi susu terdapat 2 sampel (3,3%) yang positif Mycobacterium

bovis, sebanyak 60 sampel susu (100%) negatif terhadap kultur bakteri,

dan 6 sampel (10%) positif terhadap pengujian PCR untuk mendeteksi

Mycobacterium bovis.

Gambar 7. Hasil pewarnaan BTA dekontaminasi susu

Page 61: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

PCR dapat mendeteksi Mycobacterium bovis dari sampel susu

ternak sapi perah dengan menggunakan primer spesifik yang

menghasilkan panjang amplikon 500 bp (Juan et al, 1999).

Gambar 8. Hasil PCR sampel susu no. 1- 13 pada target amplifikasi 500 bp

Gambar 9. Hasil PCR sampel susu no. 14-29 pada target amplifikasi 500 bp

Keterangan :

M : Ladder 1 kb P : Positif Kontrol N : Negatif Kontrol LJ : Sampel no.23

pada Media LJ gliserol

Page 62: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Gambar 10. Hasil PCR sampel susu no. 30 – 45 pada target amplifikasi 500 bp

Gambar 11. Hasil PCR sampel susu no. 46-60 pada target amplifikasi

500 bp

Sensitifitas dan spesifitas pengujian molekuler dibandingkan

dengan pengujian pewarnaan BTA dekontaminasi susu (Konvensional) di

tunjukkan pada Tabel 3 :

Keterangan :

M : Ladder 1 kb

P : Positif Kontrol

Page 63: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Tabel 3. Sensitifitas dan Spesifitas pengujian molekuler dibandingkan dengan pewarnaan BTA dekontaminasi susu

Hasil Uji Pewarnaan BTA Jumlah

Positif Negatif

Hasil Uji

PCR

Positif 2 4 6

Negatif 0 54 54

Jumlah 2 58 60

Sensitifitas 100% , spesifitas 93,1%

Hasil pengujian menunjukkan 2 sampel positif pewarnaan BTA

dekontaminasi susu dan positif PCR, 4 sampel positif PCR tetapi negatif

pewarnaan BTA dekontaminasi susu dan 54 sampel yang negatif

Pewarnaan BTA dekontaminasi susu dan PCR. Sensitifitas pengujian

PCR untuk mendeteksi Mycobacterium bovis pada sampel susu

dibandingkan dengan pengujian pewarnaan BTA dekontaminasi susu

mencapai 100% sedangkan spesifitasnya mencapai 93,1%. Hasil

pengujian menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antara hasil

pengujian PCR dengan pewarnaan BTA dekontaminasi susu (p < 0,05).

Page 64: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Gambar 12. sampel susu yang positif PCR

Enam sampel susu positif PCR ditunjukkan dengan gambaran fisik

susu yang yang tampak normal (Kode sampel : Sun3, Nas 1, L2,

Nar 2), dan gambaran fisik susu yang abnormal tampak pada kode

sampel Sun1 dan Ali 1. Menurut Subronto (2003) menyatakan bahwa

pada awal proses penyakit bovine tuberculosis meskipun mengandung

kuman Mycobacterium bovis secara fisik air susu nampak normal.

Perubahan selanjutnya meliputi perubahan warna dan kualitasnya

menurun dimana susu menjadi lebih encer dan tidak mengandung

susu kelapa (krim). Pada tingkat penyakit lebih lanjut air susu berubah

nyata dengan adanya gumpalan-gumpalan yang sifatnya purulen.

KODE SAMPEL Sun1 Sun3 Nas 1 L2 Ali 1 Nar2

Page 65: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Gambar 13. Kondisi ternak sapi perah di Kabupaten Enrekang

Enam puluh sampel susu diambil dari ternak sapi perah tidak

menunjukkan gejala klinis bovine tuberculosis yang jelas (lihat gambar

13), lokasi kandang berdampingan dengan rumah peternak dengan

jarak ± 3 meter, dan populasi ternak sapi perah padat disetiap

kandang. Menurut Hasutji dkk (2004) pada stadium awal infeksi ternak

sapi tidak menunjukkan tanda-tanda klinis dan menurut Good (2011)

bovine tuberculosis hampir tidak menunjukkan tanda-tanda klinis yang

jelas pada sapi. Faktor yang mendukung terjadinya infeksi pada ternak

sapi adalah frekuensi kontak dengan manusia sangat tinggi, jarak

kandang dengan pemukiman penduduk sangat dekat, kondisi

lingkungan yang buruk seperti kelembaban yang tinggi, ventilasi

kandang yang buruk dan kondisi pakan yang buruk.

2. Analisis cluster dari positif Mycobacterium bovis

Enam puluh sampel susu ternak sapi perah yang diperiksa dengan

teknik PCR ditemukan enam sampel positif Mycobacterium bovis dan

Page 66: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

dengan menggunakan alat GPS (Global Positioning System) maka

ditemukan ada dua sampel dari enam sampel yang terlihat

berkelompok/cluster. Dimana cluster tersebut terdapat pada posisi S

03.56316 dan E 119. 76555, sedangkan empat sampel lain terlihat

tersebar.

Gambar 14. Peta lokasi hasil PCR Mycobacterium bovis

Page 67: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Hasil penelitian tersebut menunjukkan kemungkinan kedua sampel

yang positif dalam satu cluster tersebut mempunyai hubungan yang erat

dalam penularan Mycobacterium bovis, maka diperlukan untuk melakukan

genotyping dari kedua sampel dan menentukan sumber dari infeksi

Mycobacterium bovis. Selanjutnya empat sampel positif Mycobacterium

bovis yang tersebar juga perlu dilakukan pelacakan sumber infeksi.

Page 68: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

B. Pembahasan

Hasil pemeriksaan sampel susu dengan tes konvensional dan

molekuler

Dalam penelitian ini mengkaji 60 sampel susu ternak sapi perah dari

beberapa peternak di Kecamatan Cendana dan Kecamatan Enrekang

Kabupaten Enrekang. Susu merupakan salah satu media penting dalam

penularan bovine tuberculosis (btb) (Srivastava et al, 2008). Manusia bisa

terinfeksi oleh Mycobacterium bovis bila meminum susu mentah atau susu

yang tidak terpasteurisasi dari ternak sapi yang terinfeksi btb. Diperkirakan

dibeberapa negara lebih dari 10% TB manusia berhubungan dengan

bovine tuberculosis (btb) (OIE, 2009).

Penelitian ini menunjukkan bahwa dari 60 sampel susu yang

didekontaminasi kemudian dilakukan pewarnaan Ziehl-Neelsen dan

diperiksa di bawah mikroskop pada perbesaran 10x100 terdapat 2 sampel

(3,3%) positif Mycobacterium bovis. 60 sampel (100%) negatif terhadap

Mycobacterium bovis. 6 sampel (10%) positif terhadap pengujian PCR.

Mycobacterium bovis dari sampel susu dapat dideteksi dengan

menggunakan primer spesifik yaitu JB21 dan JB22 yang memiliki panjang

amplikon 500 bp yang merupakan daerah penanda spesifik dari

Mycobacterium bovis dan mampu mendeteksi 20 pg DNA murni (sama

dengan 4000 genome) (Shah et al, 2002). Penelitian yang dilakukan oleh

Juan et al (1995) primer JB21 dan JB22 mampu mendeteksi

Mycobacterium bovis sampai 10 fg DNA. Juan et al (1995) juga

Page 69: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

berpendapat bahwa komponen yang berada di dalam susu tidak akan

menghambat reaksi PCR. Penelitian yang dilakukan oleh Al-Saqur et al

(2009) dari 68 sampel susu sapi perah hasil menunjukkan 3 sampel positif

dengan pewarnaan BTA, 7 sampel positif kultur dan 7 sampel positif

dengan teknik PCR.

Penelitian ini menunjukkan terdapat 2 sampel positif pewarnaan

BTA dekontaminasi susu dan positif PCR, 4 sampel positif PCR tetapi

negatif pewarnaan BTA dekontaminasi susu. Menurut Al-Saqur et al

(2009) Pewarnaan BTA dari susu memiliki sensitifitas yang rendah, bukan

berarti pewarnaan BTA negatif tidak menunjukkan terjadinya infeksi. Jadi

pewarnaan BTA susu dibatasi hanya dilakukan untuk deteksi ternak sapi

yang memang positif terinfeksi btb.

Pada pengujian dengan kultur semua sampel menunjukkan negatif

Mycobacterium bovis. Hal ini disebabkan karena jumlah bakteri terlalu

sedikit untuk bisa di kultur pada media LJ. Menurut Sjahrurachman (2008)

hasil positif untuk kultur diperlukan 1000 kuman/ml, dan pada

pemeriksaan mikroskopis langsung, hasil positif pada mayoritas kasus

baru terjadi jika jumlah kuman per milliliter minimal 5000 kuman. Bila

ditemukan BTA positif disediaan mikroskopis dan tidak terdapat

pertumbuhan di kultur, hal ini mungkin disebabkan karena kuman yang

nonviable. Faktor yang menentukan keberhasilan kultur adalah tingkat

pertumbuhan dan adanya asosiasi mikroorganisme yang akan

menghambat isolasi pertumbuhan yang lambat, ketidakmampuan isolat

Page 70: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

potensial untuk beradaptasi dalam kondisi kultur in vitro, terutama dalam

situasi di mana jumlah bakteri sedikit, yang dapat mengakibatkan false

negative, kultur memiliki variabilitas membosankan dalam proses

identifikasi dimana dilaporkan menjadi masalah dan komposisi media

yang digunakan untuk isolasi primer Mycobacterium bovis dari isolat klinis

(Al-Saqur, 2009). Media stonebrink’s dan media Lowenstein Jensen

dengan sodium pyruvat direkomendasikan oleh WHO untuk digunakan

sebagai media isolasi Mycobacterium bovis (John et al, 2012). Komposisi

media LJ yang digunakan dalam penelitian ini berbeda dengan komposisi

media LJ yang direkomendasikan oleh WHO.

Berdasarkan hasil yang diperoleh dengan elektroforesis terlihat pita

DNA yang terbentuk pada sumur nomor 1, 3, 15, 17, 35, dan 50

sedangkan kontrol negatif tidak terbentuk pita DNA. Pita DNA yang

terbentuk menunjukkan bahwa dalam sampel susu dari ternak sapi perah

tersangka bovine tuberculosis positif memang menderita bovine

tuberculosis. Menurut Hatta dkk (2004) Pita DNA yang terbentuk

memperlihatkan ketebalan yang berbeda-beda yang tergantung pada

besar kecil dan banyaknya DNA yang akan diamplifikasi. Semakin banyak

DNA yang diamplifikasi maka semakin tebal pita DNA yang terbentuk. Pita

DNA yang terbentuk pada kontrol positif terlihat tipis hal ini dikarenakan

koloni bakteri yang diambil dari isolat kultur media LJ yang disimpan

dalam jangka waktu lama dan tidak dikultur ulang akan menyebabkan

degradasi DNA bakteri tersebut. Teknik PCR memiliki sensitifitas dan

Page 71: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

spesifitas tinggi untuk mendeteksi Mycobacteria spp. Teknik PCR lebih

akurat dan cepat daripada menggunakan metode konvensional dalam

mendiagnosa Mycobacterium bovis (Al-Saqur, 2009; Shah et al, 2002;

Juan et al, 1995).

Page 72: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Tes molekuler melalui PCR memiliki sensitifitas 100% dan

spesifitas 93,1% dibandingkan dengan tes konvensional dengan

pewarnaan basil tahan asam (BTA) terhadap dekontaminasi susu.

2. Distribusi infeksi Mycobacterium bovis dilapangan dengan

menggunakan teknik Geographical Information System (GIS)

terlihat berkelompok/cluster dari dua sampel positif dalam satu

kandang sedangkan empat sampel positif terlihat pola yang

tersebar.

B. SARAN

1. Perlu dilakukan genotyping Mycobacterium bovis di laboratorium

terutama dalam penelusuran epidemiologi penyakit dengan sampel

positif Mycobacterium bovis.

2. Perlu diperhatikan pemilihan media LJ dengan komposisi yang

tepat untuk pertumbuhan Mycobacterium bovis.

3. Perlu penelitian lebih lanjut tentang tingkat keterpaparan

Mycobacterium bovis pada manusia di Provinsi Sulawesi Selatan

terutama peternak sapi perah di Kabupaten Enrekang.

Page 73: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

4. Perlu dilakukan uji tuberkulinasi di peternakan sapi perah di

Kabupaten Enrekang dalam rangka pencegahan penularan

Mycobacterium bovis.

Page 74: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

DAFTAR PUSTAKA Anonimus. 2009. Reducing the Risk of Human M.bovis Infection :

Information for farmers. National public health; Health Protection Agency; Health Protection Scotland; Animal Health.

Abraham Mekibeb, Tadele Tolosa F, Rebuma Firdessa, Elena Hailu.

2012. Prevalence Study on Bovine Tuberculosis and Molecular Characterization of its causative agents in Cattle Slaughtered at Addis Ababa Municipal Abattoir, Central Ethiopia. Trop Anim Health Prod. DOI 10.1007/s11250-012-0287-x.

Al-Saqur I.M, A.N Al-Thwani, I.M Al-Attar. 2009. Detection of

Mycobacterium spp in cows milk using conventional methods and PCR. Iraqi Journal of Veterinary Science, vol 23, supplement II (259-262). (http://www.vetmedmosul.org/ijvs).

Budiharta, S. 2002. Kapita Selekta Epidemiologi Veteriner. Bagian

Kesehatan Masyarakat Veteriner. FKH UGM. Yogyakarta. C. Allix-Beguec, M. Fauville-Dufaux, K.Stoffeis, D. Ommeslag, K.

Walravens, C. Saegerman and P. Supply. 2012. Importance of Identifying Mycobacterium bovis as a causative agents of human tuberculosis. European Respiratory Journal Vol 35 Number 3. DOI : 10.1183/ 09031936.00137309.

CDC. 2011. Mycobacterium bovis (Bovine tuberculosis) in Humans.

Division of Tuberculosis Elimination. (http://www.cdc.gov/tb) diakses pada tanggal 18 Mei 2013.

Centre for Food Security and Publik Health. 2009. Bovine Tuberculosis.

(http://www.cfsph.iastate.edu/Factsheets/bovine_tuberculosis.pdf) diakses pada tanggal 10 Februari 2013.

Cousins, D.V. 2001. Mycobacterium bovis infection and control in

domestic livestock.Rev.sci.tech.off.int.Epiz. 20(1), 71-85. Cristina P de A, Clarice Q.F.L, Karina A de P, Klaudia dos S.G.J, Ana

Luiza A.R.O. 2005. Mycobacterium bovis Identification by a molecular method from post-mortem Inspected Cattle Obtained in abbattoirs of Mato Brosso do Sul Brazil. Mem Inst Oswaldo Cruz, Rio de Janeiro. Vol 100 (7) : 749-752.

Cristophe Coetsier, Pascal V, Nathalie B, Jean-Francois D, Carlo C, Jean-

Luc G. 2000. Duplex PCR for Differential Identification of

Page 75: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Mycobacterium bovis, M.avium and M. Avium subsp. Paratuberculosis in Formalin-fixed Parrafin-Embedded Tissue from cattle. J. Clin Microbiol 38(8) : 3048. (http://jcm.asm.org/) diakses pada tanggal 27 Juni 2012.

Crofton John, Norman Horne, and Fred Miller. 2002. Tuberkulosis Klinis

Edisi 2. Widya Medika. Jakarta. Hal. 8. Deepti Joshi, N.Beth Harris, ray Waters, Barun Mathema, Barry K, and

Srinand S. 2012. Single Nucleotida Polymorphisms in Mycobacterium bovis Genome Resolve Phylogenetic Relationship. J. Clin Microbiol 50(12) : 3853. DOI : 10.1128/JCM.D1499.12. (http://jcm_asm.org) diakses pada tanggal 6 Desember 2012.

Eduardo Eustáquio de Souza Figueiredo, Flávia Galindo Silvestre, Wilma

Neres Campos, Leone Vinícius Furlanetto, Luciana Medeiros, Walter Lilenbaum, Leila Sousa Fonseca, Joab Trajano Silva, Vânia Margaret Flosi Paschoalin. 2009. Identification of Mycobacterium bovis isolates by a Multiplex PCR. Brazilian Journal of Microbiology 40: 231 – 233. ISSN 1517 – 8382.

Elizabeth A. Talbot, Diana L Williams, and Richard Frothingham. 1997.

PCR Identification of Mycobacterium bovis BCG. Journal of Clinical Microbiology Vol. 35 No. 3 p 566-569.

Firdessa, R et al. 2012. High Prevalence of Bovine Tuberculosis in Dairy

Cattle in Central Ethiopia : Implications for the Dairy Industry and Public Health. Plos One 7(12) : e52851. DOI : 10.1371/journal. pone.0052851.

Good, Margaret and Anthony Duignan. 2011. Review Article : Perspective

on the History of Bovine TB and the Role of Tuberculin in Bovine TB Eradication. Veterinary Medicine International volume 2011. DOI : 10.4061/2011/410470.

Gumi, B, Esther S, Rebuma F, Girume E, Demelash B, Abraham A, Rea

T, Lawrence Y, Douglas Y, Jakob Z. 2012. Low Prevalence of bovine tuberculosis in Somali pastoral livestock, Southeast Ethiopia. Trop Anim Health Prod 44: 1445 – 1450. DOI : 10.1007/s11250-012-0085-5.

Hassanain, N.A, Mohey A. Hassanain, Y.A. Soliman, Alaa A. Ghazy,

Yasser A.G. 2009. Bovine tuberculosis in a dairy cattle farm as a threat to public health. African Journal of Microbiology Research vol 3(8) pp. 446 – 450.

Page 76: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Hasutji E.N, Didik H, Susilohadi, Suryani, Ratih R, Erni R, Sri C, Wiwik T, Midian N. 2004. Ilmu Penyakit Infeksius I. Laboratorium Bakteriologi dan Mikologi. FKH Universitas Airlangga. Surabaya.

Hatta, Moch, Eka W, Zaraswati D, Rosana A, M. Sabir, Yadi, Masyhudi.

2004. Pengaruh dekontaminasi dalam identifikasi Mycobacterium tuberculosis dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen dan Polymerase Chain Reaction. Jurnal Kedokteran Yarsi 12(3) : 17-24.

Juan G Rodriguez, Gloria A Mejia, Patricia Del Portillo, Manuel E.

Patarroyo, Luis A Murillo, 1995. Species-specifik identification of Mycobacterium bovis by PCR. Microbiology 141 (2131-2138). Instituto de inmunologia, Hospital San Juan de Dios, Universidad Nacional de Colombia. Bogota Colombia.

Juan German R, Juan Calos F, Patricia Del P, Manuel Elkin P, Maria

Isabel R and Angel Cataldi. 1999. Amplification of a 500 Base Pair Fragment from Cultured Isolates of Mycobacterium bovis. Journal of Clinical Microbiology Vol 37 No. 7.

John M.G, Malcolm D. Yates, Isabel N.de Kantor. 2012. Guidelines for

speciation within the Mycobacterium tuberculosis complex. Second edition. World Health Organization. Emerging and other Communicable Diseases, Surveillance and Control. (http://www.who.int/emc).

Lisa A.K, Paul R.W, Huma Mansoor, Jacqueline K.I, James Dale, R. Glyn.

H, Stephen V.G. 2005. The Pyruvate requirement of some members of the Mycobacterium tuberculosis complex is due to an inactive pyruvate kinase : implications for in vivo growth. Molecular Microbiology 56 (1), 163-174. Doi : 10.1111/j.1365-2958.2005.04524.x.

Maidin, M.A. 1997. Studi DNA molekuler Mycobacterium tuberculosis

Complex dengan menggunakan Teknik Reaksi Rantai Polimerase dan Kaitannya terhadap Tes Kepekaan Obat. Ujung Pandang : Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin.

MartinJ.B, T Vasantha K, R. Joseph. 2012. Using Geographic Information

System (GIS) for Spatial Planning and Enviromental Management in India : Critical Consideration. International Journal of Applied Science and Technology Vol. 2 No. 2 February 2012. (www.ijastnet.com/journals/vol_2_no_2/pdf) diakses pada tanggal 9 Mei 2013.

Page 77: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Noel P Harrington, OM P. Surujballi, W. Ray Waters and John F. Prescott. 2007. Development and Evaluation of a Real-Time Reverse Transcription-PCR Assay for Quantification of Gamma Interferon mRNA to Diagnose Tuberculosis in Multiple Animal Species. Clinical and Vaccine Immunology vol 14 No 12 p 1563-1571. DOI 10.1128/CVI.00263-07.

OIE. 2009. Bovine Tuberculosis. OIE Terrestrial Manual.

www.oie.int/disease_cards/Bovine_TB_EN.pdf. Diakses pada tanggal 9 Mei 2013.

Putu Gede W.P, Nengah Kerta B, Hapsari Mahatmi. 2013. Deteksi

Antibodi Mycobacterium tuberculosa bovis pada Sapi di Wilayah Kabupaten Bulelang, Bangli, dan Karangasem Provinsi Bali. Jurnal Ilmu dan Kesehatan Hewan vol. 1, No. 1 : 1 – 6.

Ratmawati M, 2010. Pengantar Teknologi Susu. Masagena Press.

Makassar. Rosa E.R, Daniel D.G, Gloria A.M, William M, Manuel E.P, Luis A.M.

1999. Identification of Mycobacterium bovis in Bovine Clinical Samples by PCR species-specific Primers. Jurnal Vet Res 63 (101-106).

Rinaldi L, Vincenzo M, Annibale B, Giuseppe C. 2006. New insights into

the application of geographical information system and remote sensing in veterinary parasitology. Geospatial health 1, pp 33-47.

Sandjaja, B. 1992. Isolasi dan Identifikasi Mikobakteria. Penerbit Widya

Medika. Jakarta. Selwyn A. Headley. 2002. Systemic bovine tuberculosis : a case report.

Semina : Ciencias Agrarias, Londrina, v 23, n 1, p. 75-79. Shah, D.H, Rishendra Verma, C.S. Bakshi, R.K. Singh. 2002. A Multiplex-

PCR for the differentiation of Mycobacterium bovis and Mycobacterium tuberculosis. FEMS Microbiology Letters 214 (2002) 39-43.

Sjahrurachman, A. 2008. Kultur dan Uji kepekaan M. tuberculosis

Terhadap Obat Anti Tuberkulosis Lini Pertama. Departemen Kesehatan R.I.

Sridhar Rao P.N. 2012. Mycobacterium. Dept of Microbiology JJM

Medical College davangere. (www.microrao.com) diakses pada tanggal 27 Juni 2012.

Page 78: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Srivastava, K, D.S. Chauhan, P. Gupta, H.B. Singh, V.D. Sharma, V.S. Yadav, Sreekumaran, S.S. Thakral, J.S. Dharamdheeran, P.Nigam, H.K. Prasad, V.M. Katoch. 2008. Isolation of Mycobacterium bovis & M. tuberculosis from cattle of some farms in north India – Possible relevance in human health. Indian J Med Res 128, pp 26-31.

Subronto. 2003. Ilmu Penyakit Ternak (Mamalia) I. Gadjah Mada

University Press. Yogyakarta. Tejeda, A.R, Camila A.D, Jesus G.V, Jose Alfredo G.S, Ruben A.T.L, Ciro

E.C. 2006. Confirmation of Mycobacterium bovis excretion in nasal exudates using nested PCR in a dairy cattle herd. Vet mex 37(1).

Zulkifli, A. 2012. Analisis Polimorfisme Gen Glutamate-Cysteine Ligase

Catalytic (GCLC) Sebagai Pendeteksi Kerentanan Penderita Tuberculosis Terhadap Stres Oksidatif Akibat Infeksi Mycobacterium tuberculosis. Makassar : Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin.

Page 79: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Lampiran 1. Daftar hasil pemeriksaan sampel susu ternak sapi perah

NO KODE

SAMPEL

BTA DEKONTAMINASI

SUSU

KULTUR PCR

SUSU

PCR Media

LJ LJ

pyruvat LJ gliserol

1 Sun 1 + - - +

2 Sun 2 - - - -

3 Sun 3 - - kontaminasi +

4 Sun 4 - - - -

5 Sun 5 - - - -

6 Sun 6 - - - -

7 Sun 7 - - - -

8 Sil 1 - - kontaminasi -

9 Sil 2 - - - -

10 R1 - - - -

11 R 2 - - - -

12 R 3 - - - -

13 R 4 - - kontaminasi -

14 Saha 1 - - kontaminasi -

15 Nas 1 + - - +

16 L1 - - kontaminasi -

17 L2 - - - +

18 L3 - - - -

19 L4 - - - -

20 L5 - - - -

21 L6 - - - -

22 Bas1 - - kontaminasi -

23 Bas2 + kontaminasi + BTA +

- -

24 H1 - - Kontaminasi -

25 H2 - - - -

26 Ab1 - - - -

27 Ab2 - - - -

28 Awl1 - - - -

29 Awl2 - - - -

30 Awl3 - - - -

31 Awl4 - - - -

32 Sat1 - - - -

33 Sat2 - - - -

34 Sat3 - - - -

35 Ali 1 - - - +

36 Ali 2 - - - -

37 Ali 3 - - - -

38 Ali 4 - - - -

39 Sal 1 - - - -

Page 80: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

40 Sal 2 - - - -

41 Kah 1 - - - -

42 Kah 2 - - - -

43 Mah 1 - - - -

44 Mah 2 - - - -

45 Mah 3 - - - -

46 Mah 4 - - - -

47 Mah 5 - - - -

48 Mah 6 - - - -

49 Nar 1 - - - -

50 Nar 2 - - - +

51 Nar 3 - - - -

52 Nar 4 - - - -

53 Nar 5 - - - -

53 Nar 6 - - - -

55 Nar 7 - - - -

56 Hat 1 - - - -

57 Hat 2 - - - -

58 Hat 3 - - - -

59 Nurh 1 - - - -

60 Hild 1 - - - -

Keterangan : BTA : Basil Tahan Asam,

- : negatif

+ ; positif

Page 81: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Lampiran 2. Daftar lokasi peternak

No Kode Sampel Desa/ Dusun Kecamatan

1 Sun 1 Talaga Enrekang

2 Sun 2 Talaga Enrekang

3 Sun 3 Talaga Enrekang

4 Sun 4 Talaga Enrekang

5 Sun 5 Talaga Enrekang

6 Sun 6 Talaga Enrekang

7 Sun 7 Talaga Enrekang

8 Sil 1 P. Malua/Pinang Cendana

9 Sil 2 P. Malua/Pinang Cendana

10 R1 P. Malua/Pinang Cendana

11 R 2 P. Malua/Pinang Cendana

12 R 3 P. Malua/Pinang Cendana

13 R 4 P. Malua/Pinang Cendana

14 Saha 1 P. Malua/Pinang Cendana

15 Nas 1 P. Malua/Pinang Cendana

16 L1 P. Malua/Pinang Cendana

17 L2 P. Malua/Pinang Cendana

18 L3 P. Malua/Pinang Cendana

19 L4 P. Malua/Pinang Cendana

20 L5 P. Malua/Pinang Cendana

21 L6 P. Malua/Pinang Cendana

22 Bas1 P. Malua/Pinang Cendana

23 Bas2 P. Malua/Pinang Cendana

24 H1 P. Malua/Pinang Cendana

25 H2 P. Malua/Pinang Cendana

26 Ab1 Panette/Lebang Cendana

27 Ab2 Panette/Lebang Cendana

28 Awl1 Panette/Lebang Cendana

29 Awl2 Panette/Lebang Cendana

30 Awl3 Panette/Lebang Cendana

31 Awl4 Panette/Lebang Cendana

32 Sat1 Panette/Lebang Cendana

33 Sat2 Panette/Lebang Cendana

34 Sat3 Panette/Lebang Cendana

35 Ali 1 Panette/Lebang Cendana

36 Ali 2 Panette/Lebang Cendana

37 Ali 3 Panette/Lebang Cendana

38 Ali 4 Panette/Lebang Cendana

39 Sal 1 Panette/Lebang Cendana

40 Sal 2 Panette/Lebang Cendana

Page 82: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

41 Kah 1 Panette/Lebang Cendana

42 Kah 2 Panette/Lebang Cendana

43 Mah 1 Panette/Lebang Cendana

44 Mah 2 Panette/Lebang Cendana

45 Mah 3 Panette/Lebang Cendana

46 Mah 4 Panette/Lebang Cendana

47 Mah 5 Panette/Lebang Cendana

48 Mah 6 Panette/Lebang Cendana

49 Nar 1 Panette/Lebang Cendana

50 Nar 2 Panette/Lebang Cendana

51 Nar 3 Panette/Lebang Cendana

52 Nar 4 Panette/Lebang Cendana

53 Nar 5 Panette/Lebang Cendana

53 Nar 6 Panette/Lebang Cendana

55 Nar 7 Panette/Lebang Cendana

56 Hat 1 Baba Selatan Cendana

57 Hat 2 Baba Selatan Cendana

58 Hat 3 Baba Selatan Cendana

59 Nurh 1 Baba Selatan Cendana

60 Hild 1 Baba Selatan Cendana

Page 83: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Lampiran 3. Perhitungan Statistik

CROSSTABS

/TABLES=PCRSusu BY BTAdekontaminasisusu

/FORMAT= AVALUE TABLES

/STATISTIC=CHISQ

/CELLS= COUNT ROW COLUMN

/COUNT ROUND CELL .

Crosstabs [DataSet0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PCRSusu * BTAdekontaminasisusu 60 100.0% 0 .0% 60 100.0%

PCRSusu * BTAdekontaminasisusu Crosstabulation

BTAdekontaminasisusu Total

positif negatif positif

PCRSusu Positif Count 2 4 6

% within PCRSusu 33.3% 66.7% 100.0%

% within BTAdekontaminasisusu 100.0% 6.9% 10.0%

negatif Count 0 54 54

% within PCRSusu .0% 100.0% 100.0%

% within BTAdekontaminasisusu .0% 93.1% 90.0%

Total Count 2 58 60

% within PCRSusu 3.3% 96.7% 100.0%

% within BTAdekontaminasisusu 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig.

(2-sided) Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 18.621(b) 1 .000

Continuity Correction(a)

9.713 1 .002

Likelihood Ratio 9.899 1 .002

Fisher's Exact Test .008 .008

Linear-by-Linear Association 18.310 1 .000

N of Valid Cases 60

a Computed only for a 2x2 table b 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .20.

Page 84: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN

Lampiran 5. Rekapitulasi Populasi Ternak Kabupaten Enrekang Bulan Juli 2012

NO KECAMATAN JENIS TERNAK LUAS LAHAN (Ha)

KET SAPI PEDAGING SAPI PERAH KERBAU KUDA KAMBING AYAM BURAS AYAM RAS Kebun Padang

JT BT JML JT BT JML JT BT JML JT BT JML JT BT JML JT BT JML JT BT JML Rumput

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

1 Anggeraja 1.866 2.804 4.67 49 178 227 20 20 40 124 15 139 1.161 2.274 3.455 5.611 8.358 13.969 500 7.257 7.757 414 643

2 Aila 477 717 1.194 44 111 155 14 45 59 1 1 2.207 4.111 6.318 4.116 5.898 10.014 5000 8090 13090 459 87

3 Baraka 1.645 1.884 3.529 15 48 63 270 478 748 92 82 174 1.909 3.094 5.003 7.919 12.576 20.495 500 88

4 Baroko 346 364 710 13 7 20 27 46 73 2 1 3 949 2.063 3.012 503 1.044 1.547 43 1

5 Masalle 495 431 926 27 7 34 9 15 24 48 8 56 606 1.742 2.548 1.943 2.127 4070 85 17

6 Buntu Batu 882 882 12 12 47 47 79 79 2.374 2.374 9.496 9.496 439

7 Curio 734 1.474 2.208 4 13 17 246 508 754 9 2 11 1.608 3.328 5.136 6.854 9.824 16.678 353 264

8 Bungin 1.105 2.064 3.169 1 2 3 25 25 14 30 44 5.288 7.098 12.386 441 41

9 Malua 546 1.302 1.848 8 8 59 180 239 2 2 1.134 3.422 4.556 4.049 11.295 15.344 223 52

10 Cendana 881 2.117 2.998 144 512 656 11 8 19 10 6 16 105 266 371 3.318 6.721 10.039 800 33200 34000 175 84

11 Maiwa 2.337 7.337 9.674 5 12 17 266 966 1.232 3 7 10 87 253 340 6.739 10.614 17.353 52800 629700 682500 402 1.251

12 Enrekang 4.712 8.553 13.265 79 167 246 1 1 2 64 62 126 592 1.581 2.173 8.079 14.197 23.194 7500 7500 1.075 409

JUMLAH 16.026 29.047 45.073 392 1.063 1.155 971 2.269 3240 459 183 642 13.166 22.164 35330 64.833 89.752 154.585 59100 685.717 744.847 4.607 2.937

JUMLAH 45.073 1.455 3240 642 35330 154.585 744.847 7.544

Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Enrekang

Page 85: TESIS ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis ...digilib.unhas.ac.id/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/... · ANALISIS DISTRIBUSI INFEKSI Mycobacterium bovis DENGAN