113
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2009) SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Oleh : MADE AYU WIDHYANI NIM : F0307061 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi pada Perusahaan Manufaktur .../Pengaruh...TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi pada Perusahaan Manufaktur

Embed Size (px)

Citation preview

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP MANAJEMEN LABA

(Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2009)

SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk

Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret

Oleh :

MADE AYU WIDHYANI

NIM : F0307061

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi dengan judul:

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP MANAJEMEN LABA

(Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-2009)

Surakarta, 28 Januari 2012

Disetujui dan diterima oleh

Pembimbing

Agus Budiatmanto, Drs, M.Si, Ak.

NIP. 19591216 199003 1 001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI

Telah disetujui dan diterima baik oleh tim penguji Skripsi Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi.

Surakarta, 28 Februari 2012

Tim Penguji Skripsi

1. Dr. Payamta, M.Si., Ak. Ketua (...........................)

NIP 19660925 199203 1 002

2. Drs. Agus Budiatmanto, M.Si., Ak. Pembimbing (..........................)

NIP. 19591216 199003 1 001

3. Anis Widjajanto, SE., MSI., Ak. Anggota (..........................)

NIP. 19710314 199802 1 001

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

v Mama (Almh.) dan Papa

v Almamaterku

v My Lovely Family and All My

Best Friends

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

MOTTO

Kesuksesan berawal dari keyakinan bahwa kita bisa

(Anonim)

Hidup adalah titipan, menjaga hidup adalah menjaga sebuah amanah, menjaga sebuah amanah untuk selalu berusaha dan berdoa

(Anonim)

Dream, Believe, and Make it Happen (Anonim)

Siapa yang menabur pikiran, ia akan menuai perbuatan, siapa yang menabur perbuatan ia akan menuai kebiasaan, dan siapa yang menabur kebiasaan ia akan

menuai karakter

(Anonim)

KATA PENGANTAR

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah

yang telah dilimpahkan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba

(Studi pada Perusahaan Manufaktur Tahun 2005-2009)”, guna memenuhi tugas akhir

dan syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

Penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa bantuan dari berbagai

pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih

kepada semua pihak yang mendukung hingga terselesaikannya skripsi ini, yaitu:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Dr. Wisnu Untoro, M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas

Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Santoso Tri Hananto, M.Si, Ak selaku Ketua Jurusan Akuntansi

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Drs. Agus Budiatmanto, M.Si, Ak selaku pembimbing skripsi yang telah

menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan

arahan sehingga skripsi ini dapat tersusun.

5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas

Maret Surakarta beserta staf dan karyawan yang telah memberikan ilmu,

bimbingan, arahan dan pelayanan kepada penulis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

6. Kedua orang tua dan keluarga besar yang senantiasa selalu mendoakan,

memberi dorongan dan bimbingan kepada penulis.

7. Teman-teman Akuntansi angkatan 2007 Reguler terimakasih atas segala

bantuan dan dukungannya.

8. Asri dan Isna (terima kasih untuk keceriannya setiap hari di Kartini I),

Diana, Eva, Ichey, Rina, Sanda, Maikz, Ery, Ajeng, Sari (terima kasih

udah jadi temen terbaikku pas kuliah ini, i’ll never forget you all...)

9. Danang Pratomo, yang tidak pernah lelah memberi semangat kepadaku

10. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,

khususnya pembaca yang membutuhkan informasi yang berkaitan dengan skripsi ini.

Surakarta, Januari 2012

Penulis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii HALAMAN PENGESAHAN TIM PENGUJI iii HALAMAN PERSEMBAHAN iv HALAMAN MOTTO v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI viii DAFTAR LAMPIRAN x DAFTAR TABEL xi DAFTAR GAMBAR xii ABSTRAK xiii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1 B. Perumusan Masalah 8 C. Tujuan Penelitian 8 D. Manfaat Penelitian 8

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Telaah Pustaka 10

1. Teori Keagenan 10 2. Corporate Governance 13

a. Pengertian Corporate Governance 13 b. Prinsip Dasar Corporate Governance 15 c. Manfaat Corporate Governance 18 d. Indikator Penerapan Corporate Governance 19

3. Komite Audit 26 4. Manajemen Laba 29

a. Definisi dan Motivasi Manajemen Laba 29 b. Faktor-faktor Pendorong Manajemen Laba 30 c. Motivasi Manajemen Laba 32 d. Teknik Manajemen Laba 34 e. Pola Manajemen Laba 35

B. Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis 36 C. Kerangka Teoritis 46

BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 48 B. Jenis Dan Sumber Data 49 C. Definisi dan Operasional Variabel 49

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

D. Metode Analisis Data 54 1. Statistik Deskriptif 54 2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas 54 b. Uji Multikolinearitas 55 c. Uji Heteroskedastisitas 55 d. Uji Autokorelasi 56

3. Uji Hipotesis a. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2) 57 b. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F) 58 c. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) 59

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Data

1. Seleksi Sampel 60 2. Statistik Deskriptif 61 3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas 65 b. Uji Multikolinearitas 66 c. Uji Heteroskedastisitas 67 d. Uji Autokorelasi 68

B. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan 1. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2) 70 2. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F) 71 3. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)

a. Pengujian Hipotesis Pertama 73 b. Pengujian Hipotesis Kedua 74 c. Pengujian Hipotesis Ketiga 76 d. Pengujian Hipotesis Keempat 77 e. Pengujian Hipotesis Kelima 79

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 81 B. Implikasi Hasil Penelitian 82 C. Keterbatasan Penelitian 84 D. Saran 85

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Daftar Perusahaan Sampel 92

Lampiran II Hasil Uji Deskriptif Statistik 94

Lampiran III Hasil Uji Asumsi Klasik 95

Lampiran IV Hasil Uji Statistik F 97

Lampiran V Hasil Uji Determinasi 98

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel IV.1 Kriteria Pengambilan Sampel 61

Tabel IV.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif 62

Tabel IV.3 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov 65

Tabel IV.4 Hasil Uji Multikolinearitas 66

Tabel IV.5 Hasil Uji Glejser 68

Tabel IV.6 Hasil Uji Autokorelasi 69

Tabel IV.7 Hasil Uji Determinasi 71

Tabel IV.8 Hasil Uji Statistik F (ANOVA) 71

Tabel IV.9 Hasil Uji Statistik t 72

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II.1 Kerangka Teoritis 47

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user i

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP MANAJEMEN LABA

(Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-

2009)

MADE AYU WIDHYANI

F0307061

ABSTRAKSI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh mekanisme good corporate governance, yang meliputi; kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan keberadaan komite audit independen terhadap manajemen laba.

Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan sampel dari 50 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dengan menggunakan purposive sampling yang menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2005-2009. Metode analisis dari penelitian ini menggunakan regresi berganda dengan program SPSS 16.0.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kepemilikan institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba, (2) kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba, (3) proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap manajemen laba, (4) ukuran dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba, (5) keberadaan komite audit independen berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba, (6) secara bersama-sama kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan keberadaan komite audit independen berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba Kata Kunci: Mekanisme Corporate Governance, Dewan Komisaris, Komite Audit, Manajemen Laba

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ii

PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP MANAJEMEN LABA

(Studi pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005-

2009)

MADE AYU WIDHYANI

F0307061

ABSTRACT

The objective of this research are to analyze the impact of good corporate governance mechanisms, which include; institutional ownership, managerial ownership, the proportion of independent board, board of commissioners size, and the existence of an independent audit committee to earnings management.

This research uses secondary data which obtained from annual report of 50 manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange, using a purposive sampling of published financial statements of the years 2005-2009. Analysis model in this research is multiple regression using SPSS released 16.0 software.

The results of this research indicate that (1) institutional ownership had negative significant influence to earnings management, (2) managerial ownership had positive significant influence to earnings management, (3) the proportion of independent board had no effect and no significant influence to earnings management, (4) board of commissioners size had positive significant influence to earnings management, (5) the existence of an independent audit committee had negative significant influence to earnings management, (6) simultaneously of institutional ownership, managerial ownership, the proportion of independent board, board of commissioners size, and the existence of an independent audit committee had significant influence to earnings management.

Keywords: Mechanism of Corporate Governance, Board of Commissioners, Audit

Committee, Earnings Management

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Agency Theory mendasarkan hubungan kontrak antar anggota-anggota

dalam perusahaan, prinsipal dan agen sebagai pelaku utama. Prinsipal

merupakan pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas

nama prinsipal, sedangkan agen merupakan pihak yang diberi amanat oleh

prinsipal untuk menjalankan perusahaan. Agen berkewajiban untuk

mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanatkan oleh prinsipal (Aripin,

2005 dalam Emirzon, 2007). Hal tersebut membuat agen yang bertindak

sebagai manajer atau pengelola perusahaan menguasai lebih banyak informasi

internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan

dengan pemilik (pemegang saham). Adanya posisi, fungsi, kepentingan, dan

latar belakang prinsipal dan agen yang berbeda dan saling bertolak belakang,

namun saling membutuhkan, mau tidak mau dalam praktiknya akan

menimbulkan pertentangan, saling tarik menarik kepentingan dan pengaruh

antara satu dengan yang lain. Permasalahan timbul apabila terdapat perbedaan

kepentingan antara agen dan prinsipal karena tidak bertemunya utilitas yang

maksimal antara mereka. Kondisi ini disebut agency problems. Sebagai agen,

manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan

para pemilik (principal), namun disisi yang lain manajer juga mempunyai

1

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

kepentingan memaksimumkan kesejahteraan mereka. Sehingga ada

kemungkinan besar agen tidak selalu bertindak demi kepentingan terbaik

(Ujiyantho, 2007).

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui

informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang

dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola,

manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan

kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan

informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Akan tetapi informasi yang

disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan

sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau

asimetri informasi (information asymetric). Asimetri informasi terjadi karena

manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibanding pihak lain yaitu

pemilik atau pemegang saham (Haris, 2004 dalam Ujiyantho, 2007).

Asimetri informasi dapat mengakibatkan prinsipal kesulitan

memonitor dan melakukan kontrol terhadap tindakan-tindakan agen. Asimetri

antara manajemen (agen) dengan pemilik (principal) memberikan kesempatan

kepada manajer untuk bertindak oportunis, yaitu memperoleh keuntungan

pribadi dengan mengabaikan kepentingan pemilik (pemegang saham). Hal

tersebut dapat meningkatkan risiko atas investasi yang ditanamkan para

kreditor atau stakeholder di perusahaan tersebut, sehingga harapan mereka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

untuk memperoleh pengembalian (return) akan kecil. Dalam hal pelaporan

keuangan, manajer dapat melakukan manajemen laba (earnings management)

untuk menyesatkan pemilik (pemegang saham) mengenai kinerja ekonomi

perusahaan.

Setiawati dan Na’im (2000) menyatakan bahwa manajemen laba

merupakan salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan

keuangan. Manajemen laba menambah bias dalam laporan keuangan yang

mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa

rekayasa. Maka pendeteksian terhadap indikasi manajemen laba pada laporan

keuangan menjadi perlu untuk dilakukan. Manajemen laba sebagai suatu

proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Accepted

Accounting Principles (GAAP) untuk mengarah pada tingkatan laba yang

dilaporkan. Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan

keuangan eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri (Asih

dan Gudono, 2000 dalam Isnanta, 2008).

Manajemen laba dapat diukur dengan menggunakan discretionary

revenue dan discretionary accruals. Menurut Stubben (2010) model

discretionary revenue memberikan ukuran yang lebih tidak bias, lebih spesifik

dan lebih kuat tentang manajemen laba dibandingkan dengan discretionary

accruals. Discretionary revenue didefinisikan sebagai selisih antara piutang

aktual dan prediksi perubahan piutang berdasarkan model. Tinggi atau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

rendahnya piutang yang tidak normal mengindikasikan manajemen

pendapatan (Stubben, 2010).

Dalam penelitian mengenai manajemen laba biasanya digunakan

discretionary accrual sebagai pengukuran manajemen laba, namun dalam

penelitian ini manajemen laba diukur menggunakan discretionary revenue.

Dimana menurut McNichols dan Stubben (2008) penggunaan discretionary

revenue mempunyai beberapa keuntungan yaitu antara lain secara substansial

lebih tidak bias dan tidak rawan kesalahan dibanding discretionary accrual

dan selain itu manipulasi pendapatan merupakan bentuk manajemen laba yang

paling sering dilakukan.

Tindakan earnings management telah memunculkan beberapa kasus

skandal pelaporan akuntansi yang secara luas diketahui. Contoh paling diingat

adalah kasus Enron. Sebelum tahun 2002 Enron adalah perusahaan dengan

pertumbuhan finansial yang pesat. Skandal mulai terungkap ketika pada awal

2002 perhitungan atas total revenue Enron di tahun 2000 yang sebelumnya

berjumlah 100,8 milyar USD menjadi hanya sembilan milyar USD. Skandal

financial "megadolar" yang disebabkan adanya misleading financial statement

membawa dampak yang luar biasa antara lain: Enron pailit, kurangnya

kepercayaan atas informasi keuangan, rusaknya citra profesi akuntan di

Amerika, dan hilangnya ratusan juta dolar uang yang diinvestasikan di Enron

(Arifin, 2005).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Banyaknya penyimpangan yang dilakukan di perusahaan swasta,

publik, maupun BUMN yang terjadi akhir-akhir ini dalam perekonomian

Indonesia maupun dunia dengan salah satu contoh kasus di atas menuntut

diterapkannya sistem dan paradigma baru dalam pengelolaan bisnis yaitu

kegiatan bisnis yang berbasis Prinsip-prinsip Tata Kelola Perusahaan yang

baik yang dikenal dengan istilah Good Corporate Governance (disingkat

GCG). Pelaksanaan GCG sangat diperlukan untuk memenuhi kepercayaan

masyarakat dan dunia internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia

perindustrian untuk berkembang dengan baik dan sehat yang tujuan akhirnya

untuk menciptakan nilai tambah bagi seluruh pemegang kepentingan

(stakeholders). GCG diperlukan untuk menyiapkan sistem dan struktur yang

kuat serta kokoh bagi korporasi perusahaan sektor publik maupun sektor

swasta. Salah satu elemen dalam struktur dan proses GCG adalah pemastian

bahwa penggunaan wewenang (exercise of power) dan hubungan dengan

pemangku kepentingan (stakeholders) berjalan dengan baik untuk

kepentingan perusahaan (Daniri, 2009). Apabila perusahaan sudah

menerapkan GCG dengan baik sesuai dengan prinsip-prinsip GCG itu sendiri,

perusahaan dapat meningkatkan kinerja korporasi secara sustainable yang

nantinya akan meningkatkan nilai dari perusahaan itu sendiri (value of the

firm), peningkatan keyakinan investor terhadap korporasi sehingga menjadi

lebih atraktif sebagai target investasi, memudahkan akses terhadap investasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

domestik dan asing, dan melindungi direksi dan dewan komisaris dari

tuntutan hukum (Taridi, 2009). Terdapat lima prinsip utama yang terkandung

dalam Good Corporate Governance (Daniri, 2006) yaitu; kerterbukaan

(transparancy), akuntabilitas (accountability), pertanggung jawaban

(responsibility), independensi (independency) dan kewajaran (fairness).

Perilaku manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik

kepentingan tersebut dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme

monitoring yang bertujuan untuk menyelaraskan (alignment) berbagai

kepentingan tersebut. Pertama, dengan memperbesar kepemilikan saham

perusahaan oleh manajemen (managerial ownership) sehingga kepentingan

pemilik atau pemegang saham akan dapat disejajarkan dengan kepentingan

manajer (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Ujiyantho, 2007).

Kedua, kepemilikan saham oleh investor institusional. Moh’d et al

(1998) dalam Pranata dan Mas’ud (2003) dalam Ujiyantho (2007)

menyatakan bahwa investor institusional merupakan pihak yang dapat

memonitor agen dengan kepemilkannya yang besar, sehingga motivasi

manajer untuk mengatur laba menjadi berkurang. Ketiga, melalui peran

monitoring oleh dewan komisaris (board of directors) serta memaksimalkan

fungsi komite audit yang ada dalam perusahaan. Dechow et al (1996) dan

Beasley (1996) dalam Ujiyantho (2007) menemukan hubungan yang

signifikan antara peran dewan komisaris dengan pelaporan keuangan. Selain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

itu juga ditemukan bahwa ukuran dan independensi dewan komisaris

mempengaruhi kemampuan mereka dalam memonitor proses pelaporan

keuangan. Laporan keuangan sebagai produk informasi yang dihasilkan

perusahaan, tidak terlepas dari proses penyusunannya. Kebijakan dan

keputusan yang diambil dalam rangka proses penyusunan laporan keuangan

akan mempengaruhi kinerja perusahaan (Ujiyanto, 2007).

Penelitian ini dimotivasi oleh penelitian Cornett et al. (2006) yang

memakai indikator mekanisme corporate governance dengan empat variabel

uji yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan

komisaris independen, dan ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba

dengan penambahan indikator keberadaan komite audit independen sebagai

mekanisme pengawasan terhadap manajemen sesuai penelitian Klein (2002).

Dalam penelitian ini juga tidak memakai discretionary accrual sebagai

pengukuran manajemen laba namun dalam penelitian ini peneliti mencoba

menggunakan discretionary revenue sebagai pengukuran manajemen laba

karena menurut Stubben (2010) model discretionary revenue memberikan

ukuran yang lebih tidak bias, lebih spesifik dan lebih kuat tentang manajemen

laba dibandingkan dengan discretionary accruals. Berdasarkan uraian tersebut

di atas, peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh

Mekanisme Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba”.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan

diteliti dirumuskan sebagai berikut : “Apakah mekanisme good corporate

governance dalam hal kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial,

proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris, dan

keberadaan komite audit independen berpengaruh terhadap manajemen

laba?”.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai

pengaruh mekanisme good corporate governance dalam hal kepemilikan

institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen,

ukuran dewan komisaris, dan keberadaan komite audit independen terhadap

manajemen laba.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak,

khususnya pihak-pihak yang terkait di dalam pasar modal. Pihak-pihak yang

dimaksud adalah :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

1. Bagi investor dan kreditor. Hasil penelitian ini diharapkan dapat

digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam pengambilan

keputusan investasi.

2. Bagi para pemakai laporan keuangan dan praktisi penyelenggara

perusahaan. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dalam memahami

corporate governance serta praktik dari manajemen laba

3. Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya. Penelitian ini diharapkan akan

memberikan bukti empiris mengenai pengaruh mekanisme corporate

governance terhadap manajemen laba yang bisa digunakan sebagai dasar

penelitian-penelitian empiris selanjutnya.

4. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan

pengetahuan mengenai permasalahan yang berkaitan dengan penerapan

corporate governance, dalam hal kepemilikan institusional, kepemilikan

manajerial, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan

komisaris, dan keberadaan komite audit independen, serta pengaruhnya

terhadap manajemen laba.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

BAB II

TELAAH PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

A. TELAAH PUSTAKA

1. Teori Keagenan

Dalam memahami corporate governance ada 2 teori yang dapat

digunakan, yaitu : Stewardship Theory dan Agency Theory (Emirzon, 2007).

Stewardship Theory dibangun atas asumsi filosofis mengenai sifat manusia

bahwa manusia pada hakikatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan

penuh tanggung jawab, memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain.

Kondisi inilah yang dikehendaki oleh para pemegang saham. Dengan kata lain

Stewardship Theory memandang manajemen sebagai pihak yang dapat

dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik

pada umumnya dan stakeholder pada khususnya. Sedangkan Agency Theory

mendasarkan hubungan kontrak antar anggota dalam perusahaan, prinsipal

dan agen sebagai pelaku. Prinsipal merupakan pihak yang memberikan

mandat kepada agen untuk bertindak atas nama prinsipal, sedangkan agen

merupakan pihak yang diberi amanat oleh prinsipal untuk menjalankan

perusahaan dan agen berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan

wewenang yang telah diberikan oleh prinsipal.

Eisenhardt (1989) dalam Ujiyantho (2007) menggunakan tiga asumsi sifat

dasar manusia guna menjelaskan teori agensi yaitu : (1) manusia pada

10

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

umumnya mementingkan diri sendiri (self interest) (2) manusia memiliki daya

pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality) dan

(3) manusia selalu menghindari risiko (risk averse). Berdasarkan asumsi

tersebut Haris (2004) dalam Ujiyantho (2007) berpendapat bahwa manajer

sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan

kepentingan pribadinya.

Adanya posisi, fungsi, kepentingan, dan latar belakang antara prinsipal

dan agen yang berbeda dan saling bertolak belakang, namun saling

membutuhkan mengakibatkan terjadinya pertentangan, saling tarik menarik

kepentingan dan pengaruh antara satu dengan yang lain. Permasalahan timbul

ketika terdapat perbedaan kepentingan antara agen dan prinsipal. Kondisi ini

disebut agency problems yang nantinya akan memicu biaya keagenan (agency

cost).

Salah satu penyebab terjadinya agency problems adalah adanya

asymmetric information. Asymmetric information adalah informasi yang tidak

seimbang yang disebabkan adanya distribusi informasi yang tidak sama antara

prinsipal dan agen yang berakibat menimbulkan dua permasalahan yang

disebabkan adanya kesulitan prinsipal untuk memonitor dan melakukan

kontrol terhadap tindakan-tindakan agen. Manajer (agen) sebagai pengelola

perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek

perusahaan di masa mendatang dibandingkan pemilik (prinsipal). Sinyal yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti

laporan keuangan. Laporan keuangan tersebut penting bagi para pengguna

eksternal terutama sekali karena kelompok ini berada dalam kondisi yang

paling besar ketidakpastiannya (Ali 2002) dalam Ujiyantho (2007). Jansen

dan Meckling (1976), Watts dan Zimmerman (1986) dalam Siallagan (2006)

menyatakan bahwa laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka

akuntansi diharapkan dapat meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang

berkepentingan. Dengan laporan keuangan yang dilaporkan oleh agen sebagai

pertanggungjawaban kinerjanya, prinsipal dapat menilai, mengukur, dan

mengawasi sampai sejauh mana agen tersebut bekerja untuk meningkatkan

kesejahteraannya, serta memberikan kompensasi kepada agen.

Asimetri antara agen dan prinsipal dapat memberikan kesempatan kepada

agen untuk melakukan manajemen laba (earnings management) dalam rangka

menyesatkan prinsipal mengenai kinerja ekonomi perusahaan. Penelitian

Richardson (1998) dalam Ujiyantho (2007) menunjukkkan adanya hubungan

positif antara asimetri informasi dengan manajemen laba.

Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan good corporate governance

sebagai suatu mekanisme pengawasan untuk mengurangi asimetri informasi

antara pihak manajemen dan pemilik perusahaan, meningkatkan pengawasan

terhadap manajemen untuk mendorong pengambilan keputusan yang efektif

dan mencegah tindakan oportunistik yang tidak sejalan dengan kepentingan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

perusahaan, sehingga hal tersebut akan meningkatkan kepercayaan dari

investor atau kreditor terhadap kinerja dari perusahaan dan tujuan perusahaan

yaitu penciptaan nilai kesejahteraan bagi prinsipal, stakeholder dan agen dapat

tercapai. Shleifer dan Vishny (1997) dalam Ujiyanto (2007) mengemukakan

bahwa corporate governance berkaitan dengan bagaimana para investor yakin

bahwa manajer tidak akan mencuri atau menggelapkan atau menginvestasikan

ke dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana

atau capital yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan

bagaimana para investor mengontrol para manajer. Dengan kata lain

corporate governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan biaya

keagenan (agency cost).

2. Corporate Governance

a. Pengertian Corporate Governance

OECD (2004) dan FCGI (2001) dalam Boediono (2005)

mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang

menetapkan hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur,

pemerintah, karyawan, serta peran pemegang intern dan ekstern lainnya

sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain

system yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.

Sheifer dan Vishny (1997) dalam Herawaty (2007) mengungkapkan

bahwa corporate governance merupakan konsep yang didasarkan pada teori

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

keagenan, diharapkan bisa berfungsi sebagai alat untuk memberi keyakinan

kepada investor bahwa mereka akan menerima return atas dana yang mereka

investasikan. Corporate Governance berkaitan dengan bagaimana investor

yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi investor, yakin

bahwa manajer tidak akan mencuri/menggelapkan atau menginvestasikan ke

dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan

dana/kapital yang telah ditanamkan oleh investor dan berkaitan dengan

bagaimana para investor mengendalikan para manajer.

World Bank (2000) mengungkapkan bahwa corporate governance

adalah berkaitan dengan memegang keseimbangan antara ekonomi dan tujuan

sosial serta antara tujuan individu dan komunal. Para kerangka tata kelola

perusahaan yang ada untuk mendorong penggunaan sumber daya yang efisien

dan sama-sama untuk meminta pertanggungjawaban untuk pengelolaan

sumber daya tersebut.

Sedangkan, Forum for Corporate Governance in Indonesia (2001)

mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang

mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola)

perusahaan dan pihak kreditur, atau pemerintah, karyawan serta para

pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya, yang berkaitan dengan

hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

mengendalikan perusahaan dengan tujuan menciptakan nilai tambah bagi

semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).

Meskipun definisi corporate governance berbeda-beda antara yang

satu dengan yang lainnya, pada dasarnya corporate governance merupakan

sistem dan tata kelola perusahaan dengan mengutamakan kepentingan

shareholder yang bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan.

b. Prinsip dasar Corporate Governance

OECD menyusun prinsip-prinsip dasar Good Corporate Governance

dalam lima aspek, yaitu :

1) Transparancy

Didefinisikan sebagai keterbukaan informasi, baik dalam proses

pengambilan keputusan maupun dalam mengungkapkan informasi

material dan relevan mengenai perusahaan. Prinsip ini sangat penting bagi

pemegang saham dan merupakan hak pemegang saham untuk

mendapatkan informasi yang akurat dan tepat pada waktunya mengenai

semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan para

pemegang kepentingan (stakeholders). Prinsip ini diwujudkan antara lain

dengan mengembangkan sistem akuntansi berbasis standar akuntansi dan

best practices yang menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkap

yang berkualitas, kemudian mengembangkan Informaton Technology (IT)

dan Management Information System (MIS) untuk dijadikan pengukuran

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

kinerja yang memadai dan proses pengambilan keputusan yang efektif

oleh Dewan Komisaris dan Direksi. Selanjutnya juga mengembangkan

enterprise risk management yang memastikan bahwa semua risiko

signifikan telah diidentifikasi, diukur dan dapat dikelola pada tingkat

toleransi yang jelas, mengumumkan jabatan kosong secara terbuka.

2) Accountability

Didefinisikan sebagai kejelasan fungsi, struktur, sistem dan

pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan

terlaksana secara efektif. Dengan kata lain prinsip ini menegaskan

bagaimana bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada perusahaan

dan para pemegang saham. Prinsip ini diwujudkan dalam bentuk

penyiapan laporan keuangan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang

cepat dan tepat, mengembangkan Komite Audit dan Manajemen Resiko

dalam rangka mendukung fungsi pengawasan oleh Dewan Komisaris,

mengembangkan peran dan fungsi eksternal audit, penegakan hukum dan

penggunaan eksternal auditor.

3) Responsibility

Didefinisikan sebagai kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan

perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta peraturan

perundangan yang berlaku. Dalam hal ini perusahaan memiliki

tanggungjawab sosial terhadap masyarakat atau stakeholder dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

menghindari penyalahgunaan kekuasaan dan menjunjung etika bisnis,

serta tetap menjaga lingkungan bisnis yang sehat. Oleh karena itu setiap

perusahaan harus menyadari bahwa beroperasinya perusahaan tidak dapat

dengan sendiri tanpa adanya dukungan dan kerjasama aktif dengan pihak-

pihak yang berkepentingan.

4) Independency

Adalah suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional

tanpa benturan kepentingan manapun yang tidak sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang

sehat. Prinsip ini menekankan bahwa pengelolaan perusahaan harus secara

profesional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari

pihak manapun, sehingga dalam pengambilan keputusan tidak ada tekanan

dari pihak manapun dan dapat menghasilkan keputusan yang obyektif.

5) Fairness

Yaitu perlakuan adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak pemegang

stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Prinsip ini menekankan bahwa semua

pihak yaitu baik pemegang saham minoritas maupun asing harus

diperlakukan sama atau setara. Prinsip ini dapat diwujudkan dengan

membuat peraturan perusahaan yang melindungi kepentingan minoritas,

pedoman perilaku perusahaan dan kebijakan-kebijakan yang melindungi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

perusahaan dari perbuatan buruk orang dalam, self-dealing dan konflik

kepentingan, kemudian menetapkan bagaimana peran dan tanggungjawab

organ perusahaan mulai dari dewan komisaris, direksi, komite dan

sebagainya. Dengan adanya aturan main yang jelas, maka pengelolaan

perusahaan dapat dilakukan dengan baik.

c. Manfaat Corporate Governance

Pelaksanaan Good Corporate Governance sangat diperlukan untuk

memenuhi kepercayaan masyarakat dan dunia internasional sebagai syarat

mutlak bagi dunia perindustrian untuk berkembang dengan baik dan sehat

yang tujuan akhirnya untuk menciptakan nilai tambah bagi seluruh pemegang

kepentingan (stakeholders). Good Corporate Governance (GCG) diperlukan

untuk menyiapkan sistem dan struktur yang kuat serta kokoh bagi korporasi

perusahaan sektor publik maupun sektor swasta. Salah satu elemen dalam

struktur dan proses GCG adalah pemastian bahwa penggunaan wewenang

(exercise of power) dan hubungan dengan pemangku kepentingan

(stakeholders) berjalan dengan baik untuk kepentingan perusahaan (Mas

Achmad Daniri dan Dadi Krismatono). Apabila perusahaan sudah

menerapkan GCG dengan baik sesuai dengan prinsip-prinsip GCG itu sendiri,

perusahaan dapat meningkatkan kinerja korporasi secara sustainable yang

nantinya akan meningkatkan nilai dari perusahaan itu sendiri (value of the

firm), peningkatan keyakinan investor terhadap korporasi sehingga menjadi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

lebih atraktif sebagai target investasi, memudahkan akses terhadap investasi

domestik dan asing, dan melindungi direksi dan dewan komisaris dari

tuntutan hukum (Tirmidzi Taridi).

d. Indikator Penerapan Corporate Governance

Penerapan good corporate governance diharapkan dapat

meningkatkan efektivitas sistem pengawasan dan pengendalian. Hal tersebut

sejalan dengan pendapat Bhohraj dan Sengupta (2003) yang menyatakan

bahwa implementasi good corporate governance diharapkan dapat

meningkatkan pengawasan untuk menghasilkan pengendalian terhadap

kekuasaan manajer secara keseluruhan. Adanya sistem pengawasan dan

pengendalian dapat mengurangi masalah keagenan yang terjadi antara

prinsipal dan agen sehingga biaya keagenan (agency cost) dapat ditekan.

Sesuai model organisasi yang diadopsi oleh Indonesia, yaitu European

Continental, maka struktur governance di Indonesia terdiri dari : RUPS,

Board of Commisioner, Board of Director dan Manajemen. Struktur ini

berfungsi sebagai sistem pengawasan dan pengendalian yang ada pada

perusahaan-perusahaan di Indonesia. Dalam two-tier boards pengaruh

pemegang saham dijalankan melalui dewan komisaris, sehingga tidak akan

mengganggu aktivitas normal manajemen dan memungkinkan pemegang

saham meningkatkan pengaruhnya tanpa menunggu terjadinya

ketidaksepakatan publik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Dalam perkembangan corporate governance selanjutnya kepemilikan

institusional dan kepemilikan manajerial juga berfungsi sebagai sistem

pengawasan (monitoring) dan pengendalian pada perusahaan-perusahaan,

termasuk perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia.

Sehingga perangkat governance , dapat dirumuskan sebagai berikut :

1) Board of Commisioner (Dewan Komisaris)

Dewan Komisaris adalah lembaga yang bertugas mengawasi atau

mengontrol jalannya perusahaan yang dipimpin oleh Dewan Direksi.

Dewan Komisaris mempunyai peranan penting dalam fungsi

monitoring, karena bertindak sebagai wakil dari para pemegang saham

dalam melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada Direksi

dalam rangka menjalankan kepengurusan perusahaan yang baik.

Tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris adalah :

a) Melakukan pengawasan terhadap kebijakan pengurusan Perseroan

yang dilakukan Direksi serta memberikan nasehat kepada Direksi

termasuk mengenai rencana pengembangan Perseroan, pelaksanaan

anggaran Dasar dan Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham dan

Peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b) Memberikan pendapat dan saran kepada Rapat Umum Pemegang

Saham mengenai rencana pengembangan Perseroan, rencana kerja dan

anggaran tahunan perseroan serta perubahan dan tambahannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

c) Mengawasi pelaksanaan rencana kerja dan anggaran Perseroan serta

menyampaikan hasil penilaian serta pendapatannya kepada Rapat

Umum Pemegang Saham.

d) Mengikuti perkembangan kegiatan Perseroan, dalam hal perseroan

menunjukkan gejala kemunduran segera melaporkan kepada RUPS

dengan disertai saran mengenai langkah perbaikan yang harus

ditempuh.

e) Memberikan pendapat dan saran kepada RUPS mengenai setiap

persoalan lainnya yang dianggap penting bagi pengurusan perseoran.

f) Melakukan tugas-tugas pengawasan lainnya yang ditentukan oleh

RUPS.

Komisaris mengadakan rapat sekurang-kurangnya sekali dalam

sebulan dan dalam rapat tersebut Komisaris dapat mengundang Direksi.

Dalam perkembangan terakhir yaitu penerapan prinsip-prinsip Good

Corporate Governance, dikenal Komisaris Independen. Komisaris

Independen dimotivasi oleh keinginan untuk memberikan perlindungan

terhadap pemegang saham minoritas dalam PT terbuka. Dewan Komisaris

dapat membantu kontinuitas dan objektivitas yang diperlukan bagi suatu

perusahaan untuk berkembang dan makmur. Komisaris Independen

membantu merencanakan strategi jangka panjang perusahaan dan secara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

berkala melakukan review atas implementasi tersebut. Dengan demikian

akan memberikan benefit yang tinggi bagi perusahaan.

Di Indonesia, keberadaan Komisaris Independen sudah diatur dalam

Code of Good Corporate Governance (KNKCG). Komisaris menurut

Code tersebut, bertanggungjawab dan mempunyai kewenangan untuk

mengawasi kebijakan, dan kegiatan yang dilakukan direksi dan

memberikan nasehat bilamana diperlukan. Anggota komisaris harus

merupakan orang yang berkarakter baik dan mempunyai pengalaman yang

relevan. Setiap anggota komisaris dan dewan komisaris harus

menjalankan kewajibannya untuk kepentingan perusahaan dan pemegang

saham. Komisaris juga harus memastikan bahwa perusahaannya

menjalankan tanggungjawab sosialnya dan mempertimbangkan

kepentingan berbagai stakeholders.

Sedangkan komposisi komisaris haruslah sedemikian rupa guna

mencapai pengambilan keputusan yang cepat dan efektif. Setidaknya 20%

dari anggota komisaris harus merupakan komisaris independen dalam

rangka meningkatkan efektivitas dan transparansi atas pertimbangan-

pertimbangan komisaris. Komisaris independen harus independen dari

direksi dan pemegang saham pengendali dan tidak mempunyai

kepentingan yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk

menjalankan kewajiban secara adil atas nama perusahaan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Keberadaan komisaris independen juga diatur dalam ketentuan Umum

Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa yang berlaku sejak tanggal 1

Juli 2000. Perusahaan yang tercatat di BEJ wajib memiliki komisaris

independen yang jumlahnya secara proporsional sebanding dengan jumlah

saham yang dimiliki oleh bukan pemegang saham pengendali dengan

ketentuan jumlah komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari

jumlah seluruh anggota dewan komisaris. Adapun persyaratan menjadi

komisaris independen adalah sebagai berikut :

· Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan pemegang saham

pengendali perusahaan tercatat yang bersangkutan.

· Tidak mempunyai hubungan afiliasi dengan direktur dan/atau

komisaris lainnya perusahaan tercatat yang bersangkutan.

· Tidak bekerja rangkap sebagai direktur di perusahaan lain yang

terafiliasi dengan perusahaan tercatat yang bersangkutan.

· Memahami peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal.

· Diusulkan oleh pemegang saham dan dipilih oleh pemegang saham

yang bukan merupakan pemegang saham pengendali dalam Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS).

2) Board of Director (Dewan Direksi)

Board of Director dalam suatu perusahaan memegang fungsi dan peran

sangat penting serta memiliki tanggung jawab terhadap perkembangan dan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

kemajuan perusahaan. Emirzon (2007) menyatakan bahwa tanggungjawab

Board of Director adalah memonitor penerapan strategi jangka panjang,

usaha bisnis perusahaan, seleksi, evaluasi kinerja dan penuntutan sistem

balas jasa manajemen perusahaan secara efektif.

Menurut OECD di atas bahwa Board of Director bertanggungjawab

untuk:

a) Menyusun strategi dan mengarahkan bisnis perusahaan; menyusun

kebijaksanaan operasi bisnis.

b) Memonitor kinerja manajemen senior perusahaan dalam mencapai tujuan

strategis perusahaan.

c) Menghasilkan keuntungan yang optimal bagi para pemegang saham.

d) Menjaga keseimbangan kepentingan semua pihak yang terkait dalam

perusahaan, misalnya keseimbangan kepentingan pemegang saham

mayoritas dan minoritas, kepentingan pemegang saham dan kreditur.

Keefektifan aktivitas pengawasan yang dilakukan oleh dewan direksi,

dipengaruhi oleh ukuran dan komposisi dewan direksi. Hal ini sesuai

dengan penelitian Fama (1980) menyatakan bahwa ukuran dewan direksi

merupakan salah satu mekanisme pengendalian utama dalam menjalankan

fungsi monitoring terhadap manajer.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

3) Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah persentase saham institusi yang

diperoleh dari penjumlahan atas persentase saham perusahaan yang

dimiliki oleh perusahaan lain baik yang berada di dalam maupun di luar

negeri serta saham pemerintah dalam maupun luar negeri. Kepemilikan

institusional mempunyai peran yang sama dengan direksi, yaitu

mengontrol atau memonitor kinerja manajemen.

Ujiyantho dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa kepemilikan

institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak

manajemen melalui proses pengawasan secara efektif. Shleifer dan Vishny

(1986) berpendapat bahwa tingkat kepemilikan institusional dalam

proporsi yang cukup besar akan mempengaruhi nilai perusahaan.

Diharapkan dengan semakin besar tingkat kepemilikan saham oleh

institusi, maka semakin efektif pula mekanisme kontrol terhadap kinerja

manajemen, sehingga risiko yang dihadapi oleh para kreditor dapat

diturunkan.

4) Kepemilikan Manajerial

Jensen (1993) dalam Faisal (2005) menyatakan bahwa kepemilikan

manajerial membantu penyatuan kepentingan antara pemegang saham dan

manajer. Semakin meningkat proporsi kepemilikan saham manajerial,

maka semakin baik kinerja perusahaan, karena mereka juga memiliki

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

perusahaan. Demsetz dan Lehn (1985) dalam Faisal (2005) menyatakan

bahwa konsentrasi kepemilikan dapat menghilangkan masalah keagenan.

Hal yang sama juga dijelaskan oleh Jensen dan Meckling (1976) yang

menyatakan bahwa konflik keagenan tidak akan terjadi pada perusahaan

dengan kepemilikan seratus persen oleh manajemen dapat mengurangi

konflik kepentingan, karena manajemen bertindak sebagai pemilik.

Dengan adanya kepemilikan manajerial, masalah keagenan dapat

diminimalisasi.

3. Komite Audit

Sesuai dengan Kep. 29/PM/2004, komite audit adalah komite yang

dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan tugas pengawasan

pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit sangat penting bagi

pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen baru dalam

sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap sebagai

penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak

manajemen dalam menangani masalah pengendalian.

Berbagai ketentuan dan peraturan mengenai Komite Audit telah

dibuat, di antaranya tercantum pada :

a. Pedoman Good Corporate Governance (Maret 2001) yang menganjurkan

semua perusahaan di Indonesia memiliki Komite Audit.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

b. Surat Edaran BAPEPAM No. SE-03/PM/2000 yang merekomendasikan

semua perusahaan publik memiliki Komite Audit.

c. KEP-339/BEJ/07-2001, yang mengharuskan semua perusahaan yang

listed di Bursa Efek Jakarta memiliki Komite Audit.

d. KEP-117/M-MBU/2002 yang mengharuskan semua BUMN mempunyai

Komite Audit.

e. KEP-103/MBU/2002 yang mengharuskan semua BUMN mempunyai

Komite Audit.

Komite Audit dibentuk oleh Dewan Komisaris, yang berfungsi

sebagai internal control, pemeriksa dan pengawas proses pelaporan keuangan.

Berdasarkan Surat Edaran BEJ, SE-008/BEJ/12-2001, keanggotaan komite

audit terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang termasuk ketua komite audit.

Anggota komite ini yang berasal dari komisaris hanya sebanyak satu orang,

anggota komite yang berasal dari komisaris tersebut merupakan komisaris

independen perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite audit.

Anggota lain yang bukan merupakan komisaris independen harus berasal dari

pihak eksternal yang independen yang menguasai dan mempunyai latar

belakang akuntansi dan keuangan.

Seperti diatur dalam Kep-29/PM/2004 yang merupakan peraturan

yang mewajibkan perusahaan membentuk komite audit, tugas komite audit

antara lain:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

1) Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan dikeluarkan

perusahaan, seperti laporan keuangan, proyeksi dan informasi keuangan

lainnya,

2) Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap peraturan

perundang-undangan di bidang pasar modal dan peraturan perundangan

lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan,

3) Melakukan penelaahan atas pelaksanaan pemeriksaan oleh auditor

internal,

4) Melaporkan kepada komisaris berbagai risiko yang dihadapi perusahaan

dan pelaksanaan manajemen risiko oleh direksi,

5) Melakukan penelaahan dan melaporkan kepada dewan komisaris atas

pengaduan yang berkaitan dengan emiten,

6) Menjaga kerahasiaan dokumen, data, dan rahasia perusahaan.

Price Waterhouse (1980) dalam McMullen (1996) dalam Siallagan (2007)

menyatakan bahwa investor, analis dan regulator menganggap komite audit

memberikan kontribusi dalam kualitas pelaporan keuangan. Komite audit

meningkatkan integritas dan kredibilitas pelaporan keuangan melalui: (1)

pengawasan atas proses pelaporan termasuk sistem pengendalian internal dan

penggunaan prinsip akuntansi berterima umum, dan (2) mengawasi proses

audit secara keseluruhan. Hasilnya mengindikasikan bahwa adanya komite

audit memiliki konsekuensi pada laporan keuangan yaitu: (1) berkurangnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

pengukuran akuntansi yang tidak tepat, (2) berkurangnya pengungkapan

akuntansi yang tidak tepat dan (3) berkurangnya tindakan kecurangan

manajemen dan tindakan ilegal.

Tiga faktor yang mempengaruhi keberhasilan komite audit dalam

menjalankan tugasnya yaitu 1) kewenangan formal dan tertulis, 2) kerjasama

manajemen dan 3) kualitas/kompetensi anggota komite audit. Selain itu

Effendi (2005) juga menambahkan masalah komunikasi dengan komisaris,

direksi, auditor internal dan eksternal serta pihak lain sebagai aspek yang

penting dalam keberhasilan kerja komite audit. Dengan kewenangan,

independensi, kompetensi dan komunikasi melalui pertemuan yang rutin

dengan pihak-pihak yang terkait, diharapkan fungsi dan peran dari komite

audit lebih bisa berjalan dengan efektif sehingga dapat mengidentifikasi

kemungkinan adanya praktik manajemen laba yang oportunistik.

4. Manajemen Laba

a. Definisi Dan Motivasi Manajemen Laba

Scott (2000) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua.

Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk

memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak

utang dan political costs (Oportunistic Earnings Management). Kedua,

dengan memandang manajemen laba dari perspektif efficient contracting

(Efficient Earnings Management), dimana manajemen laba memberi manajer

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dan perusahaan dalam

mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk keuntungan pihak –

pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian, manajer dapat

mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui manajemen laba,

misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan

pertumbuhan laba sepanjang waktu.

b. Faktor-Faktor Pendorong Manajemen Laba

Dalam positif accounting theory terdapat tiga hipotesis yang

melatarbelakangi terjadinya manajemen laba, Watt dan Zimmerman (1986)

dalam Isnanta (2008) yaitu:

1) Bonus Plan Hypothesis

Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan

utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan

bonus besar berdasarkan earnings lebih banyak menggunakan metode

akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan. Dalam suatu

perusahaan yang memiliki rencana pemberian bonus, maka seorang

manajer perusahaan akan melakukan penaikan laba saat ini yakni dengan

memilih metode akuntansi yang mampu menggeser laba dari masa depan

ke masa kini. Tindakan ini dilakukan dikarenakan manajer termotivasi

untuk mendapatkan upah yang lebih tinggi untuk masa kini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Dalam kontrak bonus dikenal dua istilah yaitu bogey (tingkat laba

terendah untuk mendapatkan bonus) dan cap (tingkat laba tertinggi). Jika

laba berada di bawah bogey, maka tidak akan ada bonus yang diperoleh

manajer sedangkan jika laba berada di atas cap, maka manajer juga tidak

akan mendapat bonus tambahan. Jika laba bersih berada di bawah bogey,

manajer cenderung memperkecil laba dengan harapan memperoleh bonus

lebih besar pada periode berikutnya, begitu pula sebaliknya. Jadi manajer

hanya akan menaikkan laba bersih perusahaan hanya jika laba bersih

berada di antara bogey dan cap.

2) Debt Covenant Hypothesis

Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit

cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak

meningkatkan laba (Sweeney, 1994). Hal ini untuk menjaga reputasi

mereka dalam pandangan pihak eksternal.

Dalam suatu perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity cukup

tinggi, maka akan mendorong manajer perusahaan untuk cenderung

menggunakan metode akuntansi yang dapat meningkatkan pendapatan

atau laba. Perusahaan dengan rasio debt to equity yang tinggi akan

berakibat menimbulkan kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari

pihak kreditor dan bahkan perusahaan dapat terancam melanggar

perjanjian utang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

3) Political Cost Hypothesis

Dalam suatu perusahaan besar yang memiliki biaya politik tinggi, akan

mendorong manajer untuk memilih metode akuntansi yang

menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang ke periode

masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan.

Adanya biaya politik dikarenakan profitabilitas perusahaan yang tinggi

dapat menarik perhatian media dan konsumen. Dalam agency theory

terdapat asumsi bahwa setiap individu semata mata termotivasi oleh

kepentingan diri sendiri sehingga akan dapat menimbulkan konflik

kepentingan antara principal dan agent. Sedangkan pemegang saham

sebagai pihak principal tentu akan mengadakan kontrak dengan tujuan

untuk memaksimumkan kesejahteraan dirinya sendiri yakni supaya

profitabilitas yang selalu meningkat.

Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan

perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba.

Hal tersebut dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera

mengambil tindakan, misalnya : mengenakan peraturan antitrust,

menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan lain -lain.

c. Motivasi Manajemen Laba

Scott (2000: 302) mengemukakan adanya beberapa motivasi yang

menyebabkan terjadinya manajemen laba :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

1) Bonus Purposes

Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih perusahaan akan

bertindak secara opportunistic untuk melakukan manajemen laba dengan

memaksimalkan laba saat ini.

2) Political Motivations

Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan pada

perusahaan publik. Perusahaan cenderung mengurangi laba yang

dilaporkan karena adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah

menetapkan peraturan-peraturan yang lebih ketat.

3) Taxation Motivations

Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang

paling nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan

penghematan pajak pendapatan.

4) Pergantian CEO

CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikkan

pendapatan untuk meningkatkan bonus mereka. Dan jika kinerja

perusahaan buruk, mereka akan memaksimalkan pendapatan agar tidak

diberhentikan.

5) Initital Public Offering (IPO)

Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar, dan

menyebabkan manajer perusahaan yang akan go public melakukan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

manajemen laba dalam prospectus mereka dengan harapan dapat

menaikkan harga saham perusahaan.

6) Pentingnya Memberi Informasi Kepada Investor

Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada

investor sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap

menilai bahwa perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.

d. Teknik Manajemen Laba

Teknik dan pola manajemen laba menurut Setiawati dan Na’im (2000)

dalam Isnanta (2008) dapat dilakukan dengan tiga teknik yaitu:

1) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi

Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan)

terhadap estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak

tertagih, estimasi kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi

aktiva tak berwujud, estimasi biaya garansi, dan lain-lain.

2) Mengubah metode akuntansi

Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu

transaksi, contoh : merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode

depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis lurus.

3) Menggeser periode biaya atau pendapatan

Contoh rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain :

mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat/menunda

pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat/menunda

pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aktiva tetap

yang sudah tak dipakai.

e. Pola Manajemen Laba

Pola manajemen laba menurut Scott (2000) dapat dilakukan dengan cara:

1) Taking a Bath

Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru

dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini

diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang.

2) Income Minimization

Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang

tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang diperkirakan turun

drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.

3) Income Maximization

Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization

bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus

yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh perusahaan yang melakukan

pelanggaran perjanjian hutang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

4) Income Smoothing

Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan

sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada

umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.

B. PENELITIAN TERDAHULU DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

1. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan

pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat

mengurangi manajemen laba. Persentase saham tertentu yang dimiliki

oleh institusi dapat mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan

yang tidak menutup kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan

pihak manajemen. Melalui mekanisme kepemilikan institusional,

efektifitas pengelolaan sumber daya perusahaan oleh manajemen dapat

diketahui dari informasi yang dihasilkan melalui reaksi pasar atas

pengumuman laba (Boediono, 2005). Midiastuty dan Machfoedz (2003)

dan Hsu and Koh (2005) dalam Tarjo (2008) menunjukkan bahwa

kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Sedangkan menurut Boediono (2005) dalam penelitiannya menemukan

bahwa kepemilikan institusional secara individual mempunyai pengaruh

yang cukup kuat terhadap manajemen laba. Dari temuan tersebut di atas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

menunjukkan bahwa kepemilikan institusional menjadi mekanisme yang

efektif dalam mengawasi kinerja manajer.

Sedangkan hasil penelitian yang berlawanan dari penelitian diatas

dikemukakan oleh Ujiyantho (2007) yang tidak menemukan hubungan

antara konsentrasi kepemilikan institusional dan manajemen laba.

Konsentrasi kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap tingkat

laba akuntansi.

Berdasarkan penjabaran diatas, maka hipótesis yang dapat dirumuskan

adalah sebagai berikut :

Ha1 : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen

laba.

2. Kepemilikan Manajerial

Dari sudut pandang teori akuntansi, manajemen laba sangat ditentukan

oleh motivasi manajer perusahaan. Motivasi yang berbeda akan

menghasilkan besaran manajemen laba yang berbeda, seperti antara

manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang saham dan manajer yang

tidak sebagai pemegang saham. Dua hal tersebut akan mempengaruhi

manajemen laba, sebab kepemilikan seorang manajer akan ikut

menentukan kebijakan dan pengambilan keputusan terhadap metode

akuntansi yang diterapkan pada perusahaan yang mereka kelola. Secara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

umum dapat dikatakan bahwa persentase tertentu kepemilikan saham oleh

pihak manajemen cenderung mempengaruhi tindakan manajemen laba.

Semakin tinggi kepemilikan saham oleh pihak manajemen, maka laba

semakin berkualitas. Tingginya kepemilikan saham manajerial dapat

memberikan pengaruh terhadap proses penyusunan laporan keuangan

sehingga laporan laba mempunyai kekuatan responsif yang dapat

memberikan reaksi positif bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti

pemegang saham dan pelaku pasar modal pada umumnya (Boediono,

2005).

Penelitian Warfield et al (1995) dalam Ujiyantho (2007) yang menguji

hubungan kepemilikan manajerial dengan discretionary accrual dan

kandungan informasi laba menemukan bukti bahwa kepemilikan

manajerial berhubungan secara negatif dengan discretionary accrual.

Hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa kualitas laba meningkat

ketika kepemilikan manajerial tinggi. Seperti halnya Ujiyantho (2007)

yang dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa kepemilikan manajerial

berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Penelitian yang

berlawanan dikemukakan oleh Gabrielsen et al (2002) dalam Siallagan

(2007) yang menguji hubungan antara kepemilikan manajerial dan

kandungan informasi laba serta discretionary accrual. Dengan

menggunakan data pasar modal Denmark ditemukan adanya hubungan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

yang positif tetapi tidak signifikan antara kepemilikan manajerial dan

discretionary accrual dan hubungan negatif antara kepemilikan manajerial

dan kandungan informasi laba. Hal senada juga dikemukan oleh Boediono

(2005) dalam penelitiannya antara pengaruh kepemilikan manajerial

secara parsial terhadap manajemen laba menunjukkan hasil positif bahwa

semakin tinggi tingkat kepemilikan saham oleh manajemen semakin tinggi

besaran manajemen laba yang dilaporkan.

Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang dapat dirumuskan

adalah :

Ha2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen

laba.

3. Proporsi Dewan Komisaris Independen

Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab

atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan

keuangan. Hal ini penting mengingat adanya kepentingan dari manajemen

untuk melakukan manajemen laba yang berdampak pada berkurangnya

kepercayaan investor. Untuk mengatasinya dewan komisaris

diperbolehkan untuk memiliki akses pada informasi perusahaan. Dewan

komisaris tidak memiliki otoritas dalam perusahaan, maka dewan direksi

bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi terkait dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

perusahaan kepada dewan komisaris (Nasution, 2007). Ujiyantho dan

Pramuka (2007) menyatakan bahwa komisaris independen merupakan

posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi monitoring agar tercipta good

corporate governance.

Pranata dan Mas’ud (2003) dan Xie, Biao, Wallace dan Peter (2003)

dalam Ujiyantho (2007) mereka memberikan kesimpulan dalam

penelitiannya bahwa perusahaan yang memiliki proporsi anggota dewan

komisaris yang berasal dari luar atau outside director dapat

mempengaruhi tindakan manajemen laba. Sehingga, jika anggota dewan

komisaris dari luar meningkatkan tindakan pengawasan, hal ini juga akan

berhubungan dengan makin rendahnya penggunaan discretionary accrual.

Boediono (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa komposisi

dewan komisaris secara parsial memberikan tingkat pengaruh terhadap

manajemen laba yang sangat lemah. Ini mengindikasikan bahwa

komposisi dewan komisaris menjadi mekanisme yang memberikan

kontribusi yang kurang efektif.

Sedangkan hasil penelitian yang berlawanan dikemukakan oleh

Veronica dan Utama (2005). Hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa

proporsi dewan komisaris independen tidak terbukti berpengaruh terhadap

manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan. Sementara Ujiyantho

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

(2007) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris

independen berpengaruh positif terhadap variabel discretionary accruals.

Dari beberapa penelitian tersebut hipotesis yang dapat dirumuskan

adalah sebagai berikut :

Ha3 : Proporsi Dewan Komisaris Independen berpengaruh negatif

terhadap manajemen laba.

4. Ukuran Dewan Komisaris

Penelitian Allen dan Gale (2000) dalam Beiner et al. (2003) dalam

Ujiyantho (2007) menegaskan bahwa dewan komisaris merupakan

mekanisme corporate governance yang penting. Mereka juga

menyarankan bahwa dewan komisaris yang ukurannya besar kurang

efektif daripada dewan yang ukurannya kecil. Hal tersebut dapat

dijelaskan dengan adanya agency problems (masalah keagenan), yaitu

dengan makin banyaknya anggota dewan komisaris maka badan ini akan

mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya, diantaranya kesulitan

dalam berkomunikasi dan mengkoordinir kerja dari masing-masing

anggota dewan itu sendiri, kesulitan dalam mengawasi dan mengendalikan

tindakan dari manajemen, serta kesulitan dalam mengambil keputusan

yang berguna bagi perusahaan Yermack (1996), Jensen (1993) dalam

Nasution (2007). Hal ini dijelaskan oleh penelitian Yermack (1996),

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Eisenberg, Sundgren, dan Wells (1998) dalam Nasution (2007) bahwa

adanya kesulitan dalam perusahaan dengan anggota dewan komisaris yang

banyak ini membuat sulitnya menjalankan tugas pengawasan terhadap

manajemen perusahaan yang nantinya berdampak pula pada kinerja

perusahaan yang semakin menurun.

Terkait manajemen laba, ukuran dewan komisaris dapat memberi efek

yang berkebalikan dengan efek terhadap kinerja. Hal ini bisa dimengerti

karena sesuai dengan pernyataan Scott (2000) bahwa melakukan

manajemen laba dapat dilaksanakan dengan berbagai cara salah satunya

menurunkan laba (income decreasing earnings management). Untuk itu

hubungan yang terjadi antara ukuran dewan komisaris dan manajemen

laba harusnya positif, makin banyak anggota dewan komisaris maka

makin banyak manajemen laba yang terjadi (Nasution, 2007). Hal ini

sejalan dengan penelitian Nasution (2007) yang melakukan penelitian

mekanisme corporate governance pada perusahaan perbankan hasilnya

bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh positif secara signifikan

terhadap tindak manajemen laba yang dilakukan dalam perusahaan

perbankan, artinya perusahaan yang memiliki dewan komisaris dalam

jumlah banyak maka tindak manajemen laba yang dilakukan perusahaan

juga semakin banyak. Penelitian ini sejalan dengan Midiastuty dan

Machfoedz (2003) menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

berpengaruh secara signifikan terhadap indikasi manajemen laba yang

dilakukan oleh pihak manajemen. Pengaruh tersebut ditunjukkan dengan

tanda positif. Hal tersebut berarti makin besar ukuran dewan komisaris

maka makin banyak manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa jumlah komisaris yang lebih sedikit

lebih mampu mengurangi indikasi manajemen laba daripada jumlah

komisaris yang banyak (Nasution, 2007).

Kondisi ini tidak didukung oleh beberapa penelitian diantaranya, Yu

(2006) menemukan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh negatif

secara signifikan terhadap manajemen laba yang diukur dengan

menggunakan model Modified Jones untuk memperoleh nilai akrual

kelolaannya. Hal ini menandakan bahwa makin sedikit dewan komisaris

maka tindak manajemen laba makin banyak karena sedikitnya dewan

komisaris memungkinkan bagi organisasi tersebut untuk didominasi oleh

pihak manajemen dalam menjalankan perannya (Nasution, 2007).

Ujiyantho (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa variabel jumlah

dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap variabel discretionary

accruals. Hal ini dapat dijelaskan bahwa besar kecilnya dewan komisaris

bukanlah menjadi faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan

terhadap manajemen perusahaan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Dari beberapa penelitian diatas maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah:

Ha4 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen

laba.

5. Keberadaan Komite Audit Independen

Komite audit yang bertanggung jawab untuk mengawasi laporan

keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem

pengendalian internal (termasuk audit internal) dapat mengurangi sifat

opportunistic manajemen yang melakukan manajemen laba (earnings

management) dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan

pengawasan pada audit eksternal (Siallagan, 2007).

Xie, Davidson, dan Dadalt (2003) menguji efektifitas komite audit

dalam mengurangi manajemen laba yang dilakukan oleh pihak

manajemen. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini berupa kesimpulan

bahwa komite audit yang berasal dari luar mampu melindungi

kepentingan pemegang saham dari tindakan manajemen laba yang

dilakukan oleh pihak manajemen. Pengaruh terhadap akrual kelolaan

ditunjukkan oleh makin seringnya komite audit bertemu dan pengaruh

tersebut ditunjukkan dengan koefisien negatif yang signifikan. Carcello et

al. (2006) menyelidiki hubungan antara keahlian komite audit di bidang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

keuangan dan manajemen laba. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

keahlian komite audit independen di bidang keuangan terbukti efektif

mengurangi manajemen laba. Klein (2002) dalam Siallagan (2007)

memberikan bukti secara empiris bahwa perusahaan yang membentuk

komite audit independen melaporkan laba dengan kandungan akrual

diskresioner yang lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang tidak

membentuk komite audit independen.

Utama dan Leonardo (2006) memberikan bukti empiris tentang

dampak komposisi komite audit dan kendali dari pengelola perusahaan

pada efektivitas komite audit berdasarkan survey atas komite audit

perusahaan yang listing di BEJ. Mereka menemukan bukti bahwa

komposisi komite audit memiliki dampak positif yang signifikan dalam

efektivitas komite audit. Selain itu penelitian ini juga menunjukkan

beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas komite audit secara

signifikan selain komposisinya, diantaranya kekuatan mengendalikan

perusahaan oleh pemegang saham, makin banyaknya perwakilan

komisaris independen dalam dewan komisaris, pengendalian oleh dewan

komisaris, dan lamanya komite audit menjabat. Seperti penelitian

sebelumnya, Nasution (2007) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa

keberadaan komite audit independen berpengaruh terhadap manajemen

laba.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Penelitian dengan hasil sebaliknya dilakukan oleh Veronica dan

Utama (2005) yang menguji pengaruh keberadaan komite audit dalam

perusahaan terhadap manajemen laba. Penelitian tersebut melaporkan

bahwa variabel keberadaan komite audit tidak berpengaruh terhadap

manajemen laba perusahaan. Artinya keberadaan komite audit tidak

mampu mengurangi manajemen laba yang terjadi di perusahaan.

Dengan berdasar pada penelitian-penelitian di atas maka hipotesis

berikutnya dalam penelitian ini adalah:

Ha5 : Keberadaan komite audit independen berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba.

C. KERANGKA TEORITIS

Mekanisme good corporate governance yang diproksikan dengan

kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris

independen, ukuran dewan komisaris, dan keberadaan komite audit

independen diharapkan dapat meningkatkan proses pengawasan terhadap

manajemen sehingga mencegah perilaku oportunistik manajemen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Gambar II.1

Kerangka Teoritis

Variabel Independen (x)

Mekanisme Good Corporate Governance :

1. Kepemilikan Institusional 2. Kepemilikan Manajerial 3. Proporsi Dewan Komisaris Independen 4. Ukuran Dewan Komisaris 5. Keberadaan komite Audit Independen

Variabel Dependen (y)

Manajemen Laba (earnings

management)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

BAB III

METODE PENELITIAN

A. POPULASI, SAMPEL, DAN TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Populasi adalah keseluruhan individu yang diteliti dan paling sedikit

mempunyai sifat yang sama (Sekaran, 2006). Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh perusahaan manufaktur yang listing di Bursa Efek Indonesia

(BEI).

Sampel merupakan bagian atau anggota populasi yang

karakteristiknya hendak diteliti dan dianggap mewakili (Sekaran, 2006).

Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur yang

terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia tahun 2005-2009. Dengan

mempelajari sampel, peneliti akan mampu menarik kesimpulan yang dapat

digeneralisasikan terhadap populasi penelitian (Sekaran, 2006).

Teknik pengambilan sampel berdasarkan pada sampel yang memenuhi

kriteria tertentu yang ditentukan berdasarkan purposive sampling method

yaitu tipe pemilihan secara acak dengan pertimbangan tertentu (Wulandari,

2010). Kriteria sampel yang diambil dalam penelitian adalah :

1. Telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2009.

2. Menerbitkan laporan keuangan lengkap selama periode penelitian 2005-2009.

3. Periode laporan keuangan berakhir setiap tanggal 31 Desember.

48

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

4. Memiliki data-data yang dibutuhkan mengenai kepemilkan institusional,

kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan

komisaris, dan keberadaan komite audit independen.

B. JENIS DAN SUMBER DATA

Data yang digunakan untuk melakukan pengujian dalam penelitian ini

adalah data yang bersifat kuantitatif dan berupa data sekunder. Data sekunder

mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh sesorang, dan bukan peneliti

yang melakukan studi mutakhir. Data tersebut berupa data internal atau

eksternal organisasi dan di akses melalui internet, penelusuran dokumen, atau

publikasi informasi (Sekaran, 2006). Data diambil dari laporan keuangan

tahunan perusahaan yang didapat dari situs IDX (http:// www.idx.co.id) dan

Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

C. DEFINISI DAN OPERASIONAL VARIABEL

Variabel adalah sesuatu yang dapat membedakan atau membawa variasi

pada nilai. Nilai bisa berbeda pada berbagai waktu untuk objek atau orang yang

sama, atau pada waktu yang sama untuk objek atau orang yang berbeda (Sekaran,

2006).

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel

dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah variabel yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

dipengaruhi oleh variabel independen, sedangkan variabel independen adalah

variabel yang mempengaruhi variabel dependen.

Berdasarkan pada rumusan masalah dan hipotesis yang ada, maka

variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah manajemen laba.

Schipper (1989) dalam Ujiyantho (2007) mengatakan bahwa manajemen

laba merupakan suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses

pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh beberapa

keuntungan pribadi. Menurut Stubben (2010) manajemen laba tersebut

dapat diproxikan dengan menggunakan discretionary revenue. Dengan

menggunakan persamaan berikut ini :

Dimana ∆AR merupakan perubahan dari piutang dagang dalam satu

tahun dibagi total asset, ∆S adalah perubahan pendapatan dari penjualan

dalam satu tahun dibagi total asset. Sedangkan discretionary revenue

adalah nilai residual dari persamaan regresi tersebut.

2. Variabel Independen

Penelitian ini mempunyai 5 variabel independen, yaitu :

∆ARit = α + β∆Sit + εit

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

a. Kepemilikan Institusional (KI)

Kepemilikan Institusional adalah salah satu proksi dalam

pengukuran corporate governance. Adanya kepemilikan institusional

yang cukup besar dalam perusahaan akan menyebabkan keputusan

yang diambil lebih objektif dan tidak hanya fokus pada kepentingan

pihak manajemen. Semakin besar porsi kepemilikan institusional

dalam keseluruhan saham perusahaan maka semakin besar

pengaruhnya dalam sistem monitoring.

Variabel kepemilikan institusional (KI) merupakan persentase

jumlah saham yang dimiliki institusional dalam keseluruhan saham

perusahaan terhadap total saham beredar. Pengukuran variabel

dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut :

KI 궐 JumlahsahamyangdimilikiolehinstitusionalTotalsahamberedar

b. Kepemilikan Manajerial (KM)

Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham

oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang

dikelola (Boediono, 2005). Indikator yang digunakan untuk mengukur

kepemilkan manajerial adalah persentase jumlah saham yang dimiliki

pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang beredar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

KM 궐 JumlahsahamyangdimilikiManajemenTotalsahamyangberedar

c. Proporsi Dewan Komisaris Independen (PDKI)

Dewan Komisaris Independen merupakan salah satu proksi

pengukuran corporate governance. Komisaris Independen adalah

anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen,

anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali,

serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat

mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau

bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Keberadaan

Dewan Komisaris Independen menjadi hal yang sangat penting dalam

komposisi dewan komisaris secara keseluruhan, karena berpengaruh

terhadap pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil oleh dewan

komisaris dapat lebih objektif dan independen apabila terdapat

komisaris independen dalam perusahaan. Proporsi Dewan Komisaris

Independen diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota

dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran

anggota dewan komisaris perusahaan.

Variabel Dewan Komisaris Independen merupakan persentase

jumlah dewan komisaris Independen terhadap jumlah total dewan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

komisaris. Pengukuran Dewan Komisaris dilakukan dengan

perhitungan sebagai berikut:

PDKI 궐 JumlahDewanKomisarisIndependenTotalJumlahDewanKomisaris

d. Ukuran Dewan Komisaris (UDK)

Beiner et al. (2003) dalam Ujiyantho (2007) mengemukakan

bahwa ukuran dewan komisaris merupakan jumlah anggota dewan

komisaris perusahaan. Dewan komisaris bertanggung jawab dan

berwenang mengawasi tindakan manajemen, dan memberikan nasehat

kepada manajemen jika dipandang perlu oleh dewan komisaris

(KNKG, 2004). Ukuran dewan komisaris diukur dengan menggunakan

indikator jumlah total anggota dewan komisaris suatu perusahaan baik

yang berasal dari internal perusahaan maupun eksternal perusahaan

sampel.

e. Keberadaan Komite Audit Independen (KKAI)

Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan direksi

yang bertujuan untuk membantu melaksanakan tugas-tugas yang harus

dilakukan oleh dewan direksi.

Keberadaan Komite Audit mempunyai peranan yang penting

dalam perusahaan sejak tahun 2002 karena BAPEPAM mensyaratkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

pembentukan komite audit dalam perusahaan yang go publik. Variabel

KKAI diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota

komite audit yang berasal dari luar perusahaan terhadap seluruh

anggota komite audit.

KKAI 궐 JumlahAnggotadariluarperusahaanJumlahseluruhanggotaKomiteAudit

D. METODE ANALISIS DATA

1. Statistik Deskriptif

Descriptive statistic memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari penghitungan nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum,

dan minimum.

2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis maka terlebih dahulu melakukan uji

asumsi klasik yang bertujuan untuk memastikan bahwa hasil penelitian adalah

valid, dengan data yang digunakan secara teori adalah tidak bias, konsisten,

dan penaksiran koefisien regresinya efisien (Gujarati, 2003 dalam Ghozali,

2005). Pengujian asumsi klasik terdiri dari :

a. Uji Normalitas Data

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

independen dan dependen memiliki distribusi normal. Pengujian normalitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

data dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov, dengan

membandingkan nilai p value dengan tingkat signifikansi 5%. Jika p value >

5%, maka data berdistribusi normal (Ghozali, 2006).

b. Uji Multikolinearitas

Uji ini dilakukan dengan tujuan apakah model regresi terdapat

korelasi antarvariabel independen (Ghozali, 2006:91). Model regresi yang

baik seharusnya tidak terdapat korelasi di antara variabel independen. Jika

terdapat korelasi antar variabel independen maka dikatakan terjadi

problem multikolinearitas. Tolerance mengukur variabilitas variabel

independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen

lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena

VIF = 1/tolerance). Nilai cut off yang dipakai adalah nilai tolerance < 0.10

atau sama dengan nilai VIF > 10. Jika tidak ada variabel independen yang

memiliki nilai tolerance > 0.10 dan tidak ada variabel independen yang

memiliki nilai VIF < 10, maka tidak terjadi problem multikolinearitas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain.

Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap,

maka terjadi homokedastisitas. Bila variance dari residual satu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

pengamatan ke pengamatan lain berbeda, maka terjadi heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah model regresi yang homokedastisitas

(Gujarati, 2003).

Uji Heteroskedastisitas yang digunakan adalah dengan Uji Glejser

dilakukan dengan meregres nilai absolute residual (AbsUi) sebagai

variabel dependen dengan variabel independen lainnya dengan persamaan

sebagai berikut :

|Ui| = α + βXi + vi

Jika β signifikan secara statistik, maka hal tersebut merupakan indikasi

terdapat heteroskedastisitas dalam model penelitian (Gujarati,2003).

d. Uji Autokorelasi

Menurut Ghozali (2006), uji autokolerasi bertujuan untuk menguji

apakah dalam model regresi linear ada kolerasi antara kesalahan

pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-

1 (sebelumnya). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

autokorelasi.

Untuk mengetahui hal tersebut, dapat digunakan uji Run Test. Run test

merupakan bagian dari statistik nonparametrik yang dapat digunakan

untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika

antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa

residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

apakah data residual terjadi secara random atau sistematis (Ghozali,

2006).

3. Uji Hipotesis

Dari hipotesis yang diajukan, maka model penelitian dapat disusun sebagai

berikut: DRev 궐∝ 十β囊KI 十β挠KM 十β脑PDKI 十β恼UDK 十β闹KKAI 十e

Keterangan :

DRev = Discretionary Revenue.

α = Konstanta.

β = koefisien regresi.

KI = Kepemilikan Institusional.

KM = Kepemilikan Manajerial.

PDKI = Proporsi Dewan Komisaris Independen.

UDK = Ukuran Dewan Komisaris.

KKAI = Keberadaan Komite Audit Independen.

Setelah persamaan regresi terbebas dari asumsi dasar tersebut maka

langkah selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis, meliputi:

a. Uji Koefisien Determinasi (Uji R 2 )

Bertujuan untuk mengetahui tingkat ketepatan perkiraan dalam analisis

regresi. Koefisien Determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

variabel independen mampu menerangkan variabel dependen. Setiap

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli

apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel

dependen. Oleh karena itu, untuk jumlah variabel independen lebih dari dua,

lebih baik menggunakan koefisien determinasi yang telah disesuaikan

(Adjusted R2). Hal ini sesuai dengan pernyataan Ghozali (2006).

b. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)

Digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen secara simultan. Langkah-langkahnya sebagai berikut:

· Menentukan hipotesis

H 0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0

H a : b1 ¹ b2 ¹ b3 ¹ b4 ¹0

· Menentukan F tabel dengan tingkat signifikan 0,05

· Mengitung F hitung dengan komputer dan kemudian membandingkan

dengan F tabel.

Kriteria pengujian:

1) Bila nilai signifikan > 0,05 berarti variabel independen secara bersama-

sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. F hitung < F tabel,

Ho diterima dan Ha ditolak, model regresi tidak signifikan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

2) Bila nilai signifikan < 0,05 maka variabel independen secara bersama-

sama berpengaruh terhadap variabel dependen, Ho ditolak, dan jika Ha

diterima, maka F hitung > F tabel model regresi signifikan.

c. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)

Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara

parsial/bagian mempengaruhi variabel dependen dengan asumsi variabel

independen lainnya konstan.

Kriteria pengujian:

1) Bila nilai signifikan > 0,05 dan t hitung < t tabel, berarti variabel

independen secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel

dependen.

2) Bila nilai signifikan < 0,05 dan t hitung > t tabel, berarti variabel

independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai deskripsi data, pengujian hipotesis, dan

pembahasan hasil pengujian yang telah dilakukan selama penelitian. Model analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda.

A. DESKRIPTIF DATA

Analisis deskriptif data terdiri dari seleksi sampel dan statistik deskriptif.

1. Seleksi Sampel

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa annual report tahun

2005 hingga 2009. Data ini diperoleh dari situs www.idx.co.id dan dari situs

masing – masing perusahaan sampel. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2005-2009.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive

sampling. Perusahaan yang menjadi sampel adalah perusahaan yang

memenuhi beberapa kriteria tertentu yang sudah dijelaskan di Bab III. Dari

populasi perusahaan manufaktur tahun 2005- 2009 yang berjumlah 755, hanya

517 perusahaan yang menyampaikan laporan keuangannya selama lima tahun

berturut-turut. Terdapat 267 perusahaan yang tidak menampilkan data yang

lengkap, sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 250

60

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

perusahaan selama lima tahun atau setara dengan 50 perusahaan selama lima

tahun berturut-turut, nama perusahaan sampel dapat dilihat pada Lampiran I.

Tabel IV.1

Kriteria Pengambilan Sampel

Jumlah perusahaan maufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2005-2009 755 Jumlah perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan lengkap selama 5 tahun berturut-turut

(238)

517 Jumlah perusahaan dengan data tidak lengkap (267) Jumlah perusahaan yang menjadi sampel selama 5 tahun 250

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik

2. Statistik Deskriptif

Pada tabel IV.2 di bawah ini dijelaskan statistik deskriptif dari variabel

dependen penelitian. Informasi mengenai statistik deskriptif tersebut meliputi:

nilai minimum, maksimum, rerata (mean), dan standar deviasi yang dihitung

dengan menggunakan alat bantu statistik SPSS release 16. Hasil dari

perhitungan tersebut ditampilkan pada tabel IV.2 berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Tabel IV.2

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Keterangan : DREV = nilai discretionary revenue, KI = Kepemilikan institusional, KM= Kepemilkan manajerial, PDKI = Proporsi dewan komisaris independen, UDK = Ukuran dewan komisaris, KKAI = Keberadaan komite audit independen Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik

Tabel diatas menunjukkan bahwa Discretionary Revenue (DREV)

memiliki nilai minimum sebesar -0,2018 yang diperoleh dari PT Astra

internasional yang berarti perusahaan tersebut hampir tidak melakukan

manajemen laba, dan nilai maksimum sebesar 0,2328 yang diperoleh dari PT

Jaya Pari Steel, nilai tersebut menunjukkan tingkat manajemen laba yang

dilakukan perusahaan tersebut sangat tinggi.

Kepemilikan Institusional (KI) memiliki nilai minimum 0,00 dan

memiliki nilai maksimum 0,9898. Nilai rata-rata hitung KI adalah sebesar

0,658424 dan standar deviasinya adalah 0,2541381. Nilai minimum KI

sebesar 0,00 tersebut mengindikasikan bahwa ada perusahaan manufaktur di

Variabel Min Max Mean

Std. Deviasi

DREV -0,2018 0,2328 0,010992 0,0751463 KI 0,000 0,9898 0,658424 0,2541381 KM 0,000 0,8 0,020957 0,0706344 PDKI 0,2 1 0,393244 0,1299612 UDK 2 10 4,26 1,986 KKAI 0,5 0,75 0,663667 0,0375941

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Indonesia yang sahamnya tidak dimiliki oleh institusi tertentu, tetapi dimiliki

oleh manajemen dan publik.

Sedangkan nilai maksimum KI sebesar 0,9898 tersebut menandakan

bahwa ada perusahaan manufaktur di Indonesia yang 98,98% sahamnya

dimiliki oleh satu atau lebih institusi. Sedangkan nilai rata-rata hitung KI yang

sebesar 0,658424 menandakan bahwa lebih dari 50% perusahaan manufaktur

di Indonesia sahamnya dimiliki oleh institusi tertentu.

Kepemilikan Manajerial (KM) memiliki nilai minimum sebesar 0,00

dan nilai maksimum sebesar 0,8. Nilai minimum KM tersebut menunjukkan

bahwa ada perusahaan manufaktur di Indonesia yang manajemennya tidak

memiliki saham di perusahaan tersebut. Sedangkan nilai maksimum KM

sebesar 0,8 mengindikasikan bahwa ada juga perusahaan manufaktur di

Indonesia yang memiliki lebih dari 50% saham di perusahaan tersebut,

sedangkan saham lainnya dimiliki oleh institusi atau publik. Nilai rata-rata

hitung sebesar 0,020957 mengindikasikan bahwa kepemilikan saham oleh

manajemen perusahaan manufaktur di Indonesia sangat kecil.

Proporsi Dewan Komisaris Independen (PDKI) memiliki nilai

minimum 0,2. Sedangkan nilai maksimum PDKI adalah sebesar 1. Hal

tersebut mendeskripsikan bahwa ada perusahaan manufaktur yang memiliki

dewan komisaris yang seluruhnya bersifat independen. Namun secara umum,

perusahaan manufaktur sudah menerapkan tata kelola perusahaan yang baik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

dengan membentuk komisaris independen sekurang-kurangnya 30% dari total

jumlah dewan komisaris, sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh

Bursa Efek Jakarta (mulai 1 Desember 2007 menjadi Bursa Efek Indonesia).

Hal tersebut terlihat dari nilai rata-rata komisaris independen sebesar

0,393244.

Ukuran Dewan Komisaris (UDK) memiliki nilai minimum 2 dan nilai

maksimum sebesar 10. Hal tersebut mendeskripsikan bahwa perusahaan

manufaktur di Indonesia memiliki jumlah dewan komisaris paling sedikit 2

orang dan paling banyak sejumlah 10 orang dengan rata-rata jumlah dewan

komisaris sebanyak 4,26 atau ± sekitar 4 orang.

Keberadaan Komite Audit Independen (KKAI) memiliki nilai

minimum sebesar 0,5 dan nilai maksimum sebesar 0,75 dengan rata-rata

sebesar 0,663667 yang berarti jumlah anggota komite audit yang merangkap

menjadi komisaris independen (anggota dari luar perusahaan) cukup besar

yaitu sebesar 66,37% dari total seluruh anggota komite audit. Dengan

masuknya sebagian anggota komite audit dalam dewan komisaris independen,

akan membantu dalam mengontrol manajemen untuk melakukan tindakan

manajemen laba.

Setelah melakukan pengujian statistik deskriptif, peneliti melakukan

pengujian asumsi klasik. Berikut ini hasil pengujian asumsi klasik:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal. Pengujian

normalitas dalam penelitian ini menggunakan alat uji Kolmogorov-Smirnov

yang didasarkan pada nilai unstandardized residual. Unstandardized residual

dikatakan berdistribusi normal jika ρ value > 0,05. Jika ρ value < 0,05 maka

unstandardized residual berdistribusi tidak normal.

Tabel IV.3

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

Unstandardized Residual

N 250

Normal Parametersa Mean 0,0000000

Std. Deviation 0,06998662

Most Extreme Differences

Absolute 0,083

Positive 0,055

Negative -0,083

Kolmogorov-Smirnov Z 1,308

Asymp. Sig. (2-tailed) 0,065

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik

Nilai Kolmogorov-Smirnov sebesar 1,308 dan signifikan pada 0,065.

Karena ρ value = 0,065 > 0,05 maka hasil tersebut menunjukkan H0 diterima,

yang mengatakan residual terdistribusi secara normal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antar variabel

independen. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi korelasi

antara variabel independen.

Pengujian ini juga bertujuan untuk mengetahui ada atau tidak adanya

multikolinearitas dalam penelitian ini dengan melihat nilai tolerance dan

variance inflation factor (VIF). Menurut Ghozali (2009:28), Tolerance

mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan

oleh variabel independen lainnya. Sedangkan nilai VIF = 1/tolerance. Nilai

cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas

adalah tolerance < 0,10 atau sama dengan VIF > 10. Dengan kata lain agar

tidak terjadi multikolinearitas maka tolerance tidak boleh ada yang kurang

dari 0,10 dan VIF tidak ada yang melebihi 10.

Tabel IV.4

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Tolerance VIF Keterangan

KI 0,897 1,114 Tidak terjadi multikolinearitas KM 0,915 1,092 Tidak terjadi multikolnearitas PDKI 0,980 1,021 Tidak terjadi multikolinearitas UDK 0,967 1,034 Tidak terjadi multikolinearitas KKAI 0,968 1,033 Tidak terjadi multikolinearitas

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai Tolerance dari masing-

masing variabel (KI, KM, PDKI, UDK, KKAI) adalah 0,897; 0,915; 0,980;

0,967; dan 0,968 sedangkan untuk nilai VIF (Variance Inflation Factor) untuk

tiap variabel tersebut adalah 1,114; 1,092; 1,021; 1,034; dan 1,033.

Berdasarkan hasil diatas, perhitungan nilai tolerance menunjukkan seluruh

variabel memiliki nilai tolerance tidak kurang dari 0,10 dan nilai VIF tidak

melebihi 10. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat

multikolinearitas pada seluruh variabel dalam model regresi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain.

Adanya kesamaan variance residual dari satu pengamatan ke

pengamatan lainnya disebut dengan homokedastisitas dan jika berbeda disebut

dengan heteroskedastisitas.

Model penelitian yang baik adalah model penelitian yang

homokedastisitas atau tidak terdapat heteroskedastisitas. Uji ini dilakukan

dengan menggunakan Uji Glejser, yaitu meregres nilai absolute residual

(AbsUi) terhadap variabel independen lainnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Tabel IV.5

Hasil Uji Glejser

Variabel t Sig. Keterangan

KI 2,184 0,032 Tidak terjadi heteroskedastisitas KM -1,221 0,223 Tidak terjadi heteroskedastisitas PDKI 0,858 0,392 Tidak terjadi heteroskedastisitas UDK -0,316 0,752 Tidak terjadi heteroskedastisitas KKAI -1,000 0,318 Tidak terjadi heteroskedastisitas

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik

Berdasarkan nilai tabel di atas, hasil uji Glejser menghasilkan nilai

signifikansi semua variabel > 0,01. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pada

model penelitian tersebut tidak terdapat heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Penelitian ini menggunakan Run Test untuk menguji apakah antar

residual terdapat korelasi atau tidak. Run test digunakan untuk melihat apakah

data residual terjadi secara acak atau tidak (sistematis). Jika antar residual

tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak

atau random. Berikut hasil uji autikorelasi menggunakan Run test :

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Tabel IV.6

Hasil Uji Autokorelasi

Unstandardized Residual

Test Valuea 0,00993 Cases < Test Value 125 Cases >= Test Value 125 Total Cases 250 Number of Runs 140 Z 1,774 Asymp. Sig. (2-tailed) 0,076

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik

Tabel diatas merupakan hasil output SPSS yang menunjukkan bahwa

nilai test adalah 0,00993 dengan probabilitas 0,076 signifikan pada 0,05.

Karena 0,076 > 0,05 maka H0 diterima yang mengatakan residual random

yang berarti bahwa residual terjadi secara acak atau tidak terjadi autokorelasi

antar nilai residual.

Berdasarkan uji asumsi klasik diatas secara keseluruhan dapat

disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini telah memenuhi asumsi

normalitas dan bebas dari multikolinearitas, heterokedastisitas dan

autokorelasi. Oleh karena itu model regresi ini dapat digunakan sebagai dasar

analisis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

B. PENGUJIAN HIPOTESIS DAN PEMBAHASAN

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat analisis

regresi berganda. Regresi berganda dalam penelitian ini digunakan untuk

menjawab rumusan masalah yaitu menguji apakah mekanisme Good

Corporate Governance berpengaruh terhadap manajemen laba suatu

perusahaan. Pengujian regresi berganda ini dilakukan dengan metode enter.

Metode enter adalah salah satu metode pengolahan data dengan cara

memasukan semua variabel independen secara keseluruhan dimana seluruh

variabel independennya digunakan untuk memprediksi. Berdasarkan hasil

pengujian regresi berganda terkait pengaruh mekanisme Good Corporate

Governance terhadap manajemen laba diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variabel independen. Berdasarkan

tabel nilai adjusted R2 sebesar 0,115 atau 11,5% artinya variabel-variabel

independen dapat menjelaskan nilai variabel DREV (Discretionary

Revenue) sebesar 11,5%. Perubahan variabel DREV (Discretionary

Revenue) dipengaruhi oleh variabel-variabel independen sebesar 11,5 %,

sedangkan 88,5% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar

penelitian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Tabel IV.7

Hasil Uji Determinasi

Model R R2 Adjusted R2 Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 0,364a 0,133 0,115 0,0707001 2,246

Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik

2. Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)

Uji statistik F digunakan untuk mengetahui apakah variabel

independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama atau simultan

terhadap variabel dependen. Berikut ini adalah hasil uji pengaruh

simultan:

Tabel IV.8

Hasil Uji Statistik F (ANOVA)

Sum of Squares Df

Mean Square F Sig.

Regression 1,186 5 0,037 7,461 0,000a Residual 1,220 244 0,005 Total 1,406 249

a. Predictors: (Constant), KKAI, KM, PDKI, UDK, KI b. Dependent Variabel: DREV Keterangan : DREV = nilai discretionary revenue, KI = Kepemilikan institusional, KM= Kepemilkan manajerial, PDKI = Proporsi dewan komisaris independen, UDK = Ukuran dewan komisaris, KKAI = Keberadaan komite audit independen Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Dari hasil regresi nilai F hitung sebesar 7,461 dimana nilai F hitung >

F tabel sebesar 2,251 serta signifikansi level sebesar 0,000 < 0,05, yang

berarti variabel-variabel independen berpengaruh terhadap variabel

dependen secara simultan (bersama-sama).

3. Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)

Tabel IV.9

Hasil Uji Statistik t

Dependent Variable: DRev Keterangan: DREV = nilai discretionary revenue, KI = Kepemilikan Institusional, KM=Kepemilikan Manajerial, PDKI=Proporsi Dewan Komisaris Independen, UDK=Ukuran Dewan Komisaris, KKAI = Keberadaan Komite Audit Independen Sumber: Hasil Pengolahan Data Statistik

Variabel Coefficient Std. Error t-Statistic Sig.

(Constant) 0,177 0,082 2,162 0,032 KI -0,059 0,019 -3,176 0,002

KM 0,196 0,066 2,955 0,003

PDKI 0,017 0,035 0,487 0,627 UDK 0,006 0,002 2,442 0,015 KKAI -0,244 0,121 -2,013 0,045

R-squared 0,133 Adjusted R-squared 0,115 F-statistic 7,461 Sig.F-statistic 0,000

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

a. Pengujian hipotesis pertama

Formulasi hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut :

Ha1 : Kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen

laba.

Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t,

dengan kriteria sebagai berikut : jika statistik t > t hitung atau p < α, maka

Ho1 ditolak dan Ha1 diterima, tetapi jika statistik t ≤ t hitung atau p ≥ α, maka

Ho1 diterima Ha1 ditolak.

Berdasarkan hasil analisis linear berganda, tampak bahwa besarnya

nilai p = 0,002 dan t = -3,176. Jika dalam pengujian hipotesis ini digunakan

tingkat signifikansi sebesar α = 5% atau 0,05, maka nilai p (0,002) < α (0,05)

dan nilai -t hitung sebesar -3,176 < -t tabel sebesar -1,969 sehingga Ha1

diterima.

Hasil hipotesis penelitian ini sejalan dengan penelitian Tarjo (2007)

yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif

terhadap manajemen laba.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan Boediono (2005), Cornett et

al. (2006) serta Ujiyantho dan Pramuka (2007) yang tidak menemukan

pengaruh antara kepemilikan institusional dengan manajemen laba. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jensen and

Meckling (1976), La Porta et al. (1999) Warfield et al. (1995), Herawaty

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

(2008) serta Pranata dan Mas’ud (2003) yang menyatakan bahwa kepemilikan

institusional berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

Tarjo (2008) menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan institusional

menjadi mekanisme yang efektif dalam mengawasi manajer. Para peneliti

sebelumnya menyatakan bahwa pemilik institusional memiliki cara yang

canggih dan umumnya mereka membayar orang yang ahli untuk mengelola

investasinya.

Hasil penelitian Jiambavo dkk (1996) dalam Herawaty (2008)

menemukan bahwa nilai absolut diskresioner berhubungan negatif dengan

kepemilikan institusional. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa ada

efek feedback dari kepemilikan instusional yang dapat mengurangi

pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan. Jika pengelolaan laba tersebut

efisien maka kepemilikan institusional yang tinggi akan meningkatkan

pengelolaan laba tetapi jika pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan

bersifat oportunis maka kepemilikan institusional yang tinggi akan

mengurangi earnings management.

b. Pengujian hipotesis kedua

Formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut :

Ha2 = Kepemilkan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t, dengan

kriteria sebagai berikut : jika statistik t > t hitung atau p < α, maka Ho2

ditolak dan Ha2 diterima, tetapi jika statistik t ≤ t hitung atau p ≥ α, maka Ho2

diterima Ha2 ditolak.

Berdasarkan hasil analisis linear berganda, tampak bahwa besarnya

nilai p = 0,003 dan t = 2,955. Jika dalam pengujian hipotesis ini digunakan

tingkat signifikansi sebesar α = 5% atau 0,05, maka nilai p (0,003) < α (0,05)

dan nilai t hitung sebesar 2,955 > t tabel sebesar 1,969 sehingga Ha2 ditolak.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan

manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap variabel discretionary

revenue. Hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilkan manajerial

berpengaruh negatif terhadap manajemen laba ditolak. Hasil penelitian ini

tidak mendukung penelitian yang dilakukan Jensen and Meckling (1976),

Pranata dan Mas’ud (2003), Cornett et al (2006) serta Ujiyantho dan Pramuka

(2007) yang mengatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif

terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Boediono (2005) yang juga menemukan adanya pengaruh positif signifikan

terhadap manajemen laba. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi

kepemilikan saham oleh manajemen maka semakin tinggi besaran manajemen

laba pada laporan. Gumanti (2009) dalam Widiatmaja (2010) mengatakan

seorang manajer yang juga mempunyai saham mempunyai kepentingan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

pribadi yaitu adanya return yang diperoleh dari kepemilikan sahamnya pada

perusahaan tersebut. Dengan demikian, manajer mempunyai kesempatan

dalam melakukan manipulasi laba baik dalam bentuk menaikkan laba maupun

dengan menurunkan laba demi kepentingannya tersebut. Hal ini akibat adanya

ketimpangan informasi (information asymmetry) yaitu kondisi dimana satu

pihak memiliki kelebihan informasi dibandingkan dengan pihak lain.

Sehingga semakin tinggi kepemilikan saham oleh manajerial maka semakin

tinggi pula kemungkinan dalam melakukan manajemen laba.

c. Pengujian hipotesis ketiga

Formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut :

Ha3 = Proporsi dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba.

Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t, dengan

kriteria sebagai berikut : jika statistik t > t hitung atau p < α, maka Ho3

ditolak dan Ha3 diterima, tetapi jika statistik t ≤ t hitung atau p ≥ α, maka Ho3

diterima Ha3 ditolak.

Berdasarkan hasil analisis linear berganda, tampak bahwa besarnya

nilai p = 0,627 dan t = 0,487. Jika dalam pengujian hipotesis ini digunakan

tingkat signifikansi sebesar α = 5% atau 0,05, maka nilai p (0,627) > α (0,05)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

dan nilai t hitung sebesar 0,487 < t tabel sebesar 1,969 yang menyatakan

bahwa Ha3 ditolak.

Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris

independen terbukti tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Dengan

demikian hipotesis yang menyatakan bahwa proporsi dewan komisaris

independen secara negatif berpengaruh terhadap manajemen laba ditolak.

Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan oleh Cornett

et al (2006), Nasution (2007), Xie et al (2003) dan Klein (2002) yang

menemukan adanya pengaruh negatif signifikan. Hal ini dapat dijelaskan

bahwa pengangkatan dewan komisaris independen oleh perusahaan mungkin

hanya dilakukan untuk pemenuhan regulasi saja tapi tidak dimaksudkan untuk

menegakkan Good Corporate Governance (GCG) di dalam perusahaan.

Selain itu mungkin ketentuan minimum dewan komisaris independen sebesar

30% mungkin belum cukup tinggi untuk membuat para komisaris independen

mendominasi kebijakan yang diambil oleh dewan komisaris (Veronica dan

Utama, 2005). Boediono (2005) juga menyatakan bahwa penempatan atau

penambahan anggota dewan komisaris independen mungkin hanya sekedar

untuk memenuhi ketentuan formal, sementara kuatnya pendiri dan pemegang

saham mayoritas yang masih memegang peranan penting dapat menjadikan

dewan komisaris tidak independen lagi. Fungsi pengawasan yang seharusnya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

menjadi tanggung jawab anggota dewan menjadi tidak efektif dan bahkan

kinerja dewan mungkin tidak bisa meningkat dan bahkan cenderung turun.

d. Pengujian hipotesis keempat

Formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut :

Ha4 =Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t, dengan

kriteria sebagai berikut : jika statistik t > t hitung atau p < α, maka Ho4

ditolak dan Ha4 diterima, tetapi jika statistik t ≤ t hitung atau p ≥ α, maka Ho4

diterima Ha4 ditolak.

Berdasarkan hasil analisis linear berganda, tampak bahwa besarnya

nilai p = 0,015 dan t = 2,442. Jika dalam pengujian hipotesis ini digunakan

tingkat signifikansi sebesar α = 5% atau 0,05, maka nilai p (0,015) < α (0,05)

dan nilai t hitung sebesar 2,442 > t tabel sebesar 1,969 sehingga Ha4 diterima.

Ukuran dewan komisaris berpengaruh postif signifikan terhadap

manajemen laba artinya perusahaan yang memiliki dewan komisaris dalam

jumlah banyak, tindak manajemen laba yang dilakukan pun akan semakin

banyak. Dalam arti lain dewan komisaris yang berukuran lebih kecil akan

lebih efektif dalam melakukan tindak pengawasan dibandingkan dewan

komisaris yang berukuran besar. Hal ini disebabkan sulitnya komunikasi serta

koordinasi antar anggota dewan tersebut dan tentunya akan menghambat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

proses pengawasan dan pembuatan keputusan yang seharusnya menjadi

tanggung jawab komisaris. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

Jensen (1993), Yermack (1996) Beiner (2003), Midiastuty dan Machfoedz

(2003) dan Nasution (2007). Penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian

Xie et al (2006), Chtorou et al (2001) yang menemukan pengaruh negatif

dalam hubungan ukuran dewan komisaris dengan manajemen laba. Lain

halnya dengan Ujiyantho dan Pramuka yang tidak menemukan pengaruh

antara ukuran dewan komisaris dengan manajemen laba.

e. Pengujian hipotesis kelima

Formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut :

Ha5 = Keberadaan komite audit independen berpengaruh negatif terhadap

manajemen laba.

Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji t, dengan

kriteria sebagai berikut : jika statistik t > t hitung atau p < α, maka Ho5

ditolak dan Ha5 diterima, tetapi jika statistik t ≤ t hitung atau p ≥ α, maka Ho5

diterima Ha5 ditolak.

Berdasarkan hasil analisis linear berganda, tampak bahwa besarnya

nilai p = 0,045 dan t = -2,013. Jika dalam pengujian hipotesis ini digunakan

tingkat signifikansi sebesar α = 5% atau 0,05, maka nilai p (0,045) < α (0,05)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

dan nilai -t hitung sebesar -2,013 < -t tabel sebesar -1,969 sehingga dapat

disimpulkan Ha5 diterima.

Hal ini menandakan bahwa keberadaan komite audit independen yang

ada di perusahaan manufaktur di Indonesia sebagai salah satu mekanisme

corporate governance sudah mampu mengatasi tindak manajemen laba yang

terjadi di perusahaan. Dengan kata lain proses pelaporan keuangan perusahaan

sudah termonitor dengan baik oleh anggota komite audit. Komite audit juga

sudah melakukan pengawasan pada perusahaan dalam menerapkan prinsip-

prinsip akuntansi yang nantinya akan menghasilkan informasi keuangan

perusahaan yang akurat dan berkualitas sehingga tindak manipulasi laba yang

dilakukan oleh manajemen dapat berkurang.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang sudah dilakukan

sebelumnya antara lain Xie, Davidson, Dadalt (2003), Nasution (2007),

Carcello (2006), dan Klein (2002), yang kesemuanya menyatakan bahwa

keberadaan komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Lain

halnya dengan penelitian Siallagan (2007) yang memberikan hasil bahwa

keberadaan komite audit berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen

laba. Penelitian ini memiliki hasil yang berlawanan dengan penelitian

Veronica dan Utama (2005) yang tidak menemukan pengaruh antara

keberadaan komite audit dengan manajemen laba suatu perusahaan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

BAB V

PENUTUP

Setelah dilakukan analisis hasil pembahasan pada bab IV, maka pada bab ini

akan dibahas mengenai kesimpulan hasil penelitian, implikasi, keterbatasan, dan

rekomendasi untuk peneliti selanjutnya.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis pengujian hipotesis regresi linear berganda

pengaruh mekanisme penerapan good corporate governance terhadap

manajemen laba pada perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia,

diperoleh kesimpulan bahwa :

1. Hasil analisis regresi linear berganda mendukung hipotesis pertama bahwa

kepemilikan institusional memiliki pengaruh signifikan secara negatif

terhadap manajemen laba. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar

kepemilikan institusional dalam struktur kepemilikan saham suatu

perusahaan, maka manajemen laba yang dilakukan oleh suatu perusahaan

akan semakin kecil.

2. Hasil analisis regresi linear berganda mengungkapkan bahwa kepemilikan

manajerial memiliki pengaruh signifikan secara positif terhadap manajemen

laba. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi kepemilikan manajerial

dalam struktur kepemilikan saham suatu perusahaan, maka semakin tinggi

pula besaran manajemen laba yang dilaporkan.

81

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

3. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa proporsi dewan

komisaris independen tidak mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba.

Hal ini membuktikan bahwa proporsi dewan komisaris independen yang ada

di perusahaan manufaktur di Indonesia tidak dapat menurunkan manajemen

laba yang dilakukan perusahaan.

4. Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan bahwa ukuran dewan

komisaris suatu perusahaan berpengaruh signifikan secara positif terhadap

manajemen laba. Hal ini berarti bahwa semakin banyak ukuran dewan

komisaris suatu perusahaan maka tindak manajemen laba yang dilakukan oleh

manajemen juga akan semakin besar.

5. Hasil analisis regresi atas variabel yang terakhir mengungkapkan bahwa

keberadaan komite audit independen memiliki pengaruh signifikan secara

negatif terhadap manajemen laba. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin

banyak anggota komite audit yang independen dalam suatu perusahaan, maka

akan memperkecil manajemen laba yang dilakukan perusahaan tersebut.

B. IMPLIKASI HASIL PENELITIAN

1. Implikasi Teoritis

Diharapkan dari kesimpulan terhadap hasil penelitian ini dapat

memberikan wawasan baru dalam mekanisme corporate governance dengan

hubungannya terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

terdaftar di BEI tahun 2005-2009. Penelitian ini dapat menjadi inspirasi bagi

peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih lanjut tentang pengaruh mekanisme

corporate governance terhadap manajemen laba.

2. Implikasi Praktik

Bagi akademisi, hasil penelitian ini dapat memberikan bukti empiris

mengenai pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen

laba. Selain itu penelitian ini juga dapat memberikan wawasan dan menjadi

inspirasi bagi penelitian selanjutnya tentang pengaruh mekanisme corporate

governance terhadap manajemen laba.

Bagi Investor, diharapkan penelitian ini dapat memberikan

pengetahuan baru dan dapat digunakan sebagai pertimbangan mengenai

pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba dalam

berinvestasi di perusahaan manufaktur.

Bagi kreditur disarankan untuk lebih berhati-hati dalam memahami

laba yang dilaporkan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan.

Mengingat laba yang dilaporkan belum tentu merupakan laba yang

sebenarnya. Hal ini dikarenakan laba dalam laporan keuangan dapat

dinaikkan atau diturunkan dengan memanfaatkan fleksibilitas dari Standar

Akuntansi Keuangan (SAK). Sedangkan, bagi manajemen perusahaan,

hendaknya menyikapi secara hati-hati dalam menyampaikan laporan

keuangan perusahaan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

3. Implikasi Kebijakan

Bagi BAPEPAM, dalam penelitian ini keberadaan komite audit

independen berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Hal ini berarti

bahwa keputusan Direksi BEJ Kep 339/BEJ/07-2001 tentang kewajiban

perusahaan terdaftar di BEJ untuk memiliki komite audit sudah efektif yang

mengindikasikan bahwa komite audit sudah dapat menjalankan fungsinya

dengan baik. Selanjutnya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam menerapkan peraturan mengenai pelaporan keuangan

perusahaan sehingga dapat mengurangi tingkat manajemen laba yang

dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI. Sehingga

informasi yang disajikan dalam laporan keuangan perusahaan dapat lebih

dipercaya dan handal sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan

keputusan selain itu juga untuk mendukung terlaksananya upaya penerapan

prinsip good corporate governance di Indonesia.

C. KETERBATASAN PENELITIAN

Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain :

1. Sampel penelitian ini hanya perusahaan manufaktur yang listing di BEI tahun

2004-2009 sehingga tidak mencakup semua hasil temuan untuk seluruh

perusahaan publik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

2. Penelitian ini tidak mempertimbangkan kejadian-kejadian lain yang memiliki

konsekuensi ekonomi.

3. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini hanya

menggunakan lima komponen yaitu kepemilikan institusional, kepemilikan

manajerial, proporsi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris

dan keberadaan komite audit independen sehingga variabel independen ini

hanya dapat menjelaskan variabel dependen sebesar 11,5% dan sisanya

sebesar 88,5% dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar penelitian.

D. SARAN

Berikut ini adalah rekomendasi untuk penelitian selanjutnya yang dapat

diberikan untuk melengkapi keterbatasan dalam penelitian ini :

1. Sampel yang digunakan sebaiknya tidak hanya dari perusahaan manufaktur

saja tetapi juga dari jenis industri lainnya yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia. Hal ini dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih akurat dan

menunjukkan apakah penelitian dengan menggunakan seluruh perusahaan

dapat memberikan hasil yang berbeda atau sama.

2. Mengingat nilai adjusted R2 yang sangat kecil diharapkan untuk penelitian

selanjutnya dapat menambah variabel independen di luar model penelitian ini

atau memberikan spesifikasi dari variabel-variabel independen yang sudah

ada agar dapat diketahui faktor-faktor utama apa saja dari mekanisme

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

corporate governance yang dapat mempengaruhi manajemen laba. Seperti

lama komite audit dan dewan komisaris menjabat, background serta

pengalaman komite audit dan dewan komisaris itu sendiri, dan frekuensi

pertemuan dan tingkat kehadiran anggota tersebut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

DAFTAR PUSTAKA

Arifin. 2005. Semarang : dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar FE UNDIP “Peranan Akuntan dalam Menegakkan Prinsip GCG (Tinjauan Perspektif Agency Theory)”.

Badan Pengawas Pasar Modal. 2004. Kep-29/PM/2004. Pembentukan dan Pedoman Kerja Komite Audit.

Beasley, Mark S. 1996. An Empirical Analysis of The Relation Between the Board of Director Composition and Financial Statement Fraud. The Accounting Review, Vol.17. No.4, Oktober: 443-465.

Beiner. S., W. Drobetz, F.Scmid dan H. Zimmerman. 2003. Is Board Size An Independent Corporate Governance Mechanism?. http://www.wwz.unibaz.ch/cofi/publications/papers/2003/06.03.pdf.

Bhojraj Sanjeev., dan Sengupta Partha. 2003. Effect of Corporate Governance on Bond Ratings and Yields: The Role of Institutional Investors and Outside Directors. http://www.ssrn.com.

Boediono, Gideon SB. 2005. Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur. Simposium Nasional Akuntansi VIII. IAI, 2005.

Bursa Efek Jakarta. 2001. Kep-339/BEJ/07-2001. Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa.

________. 2001. Kep-315/BEJ/07/2001. Ketentuan Umum Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas di Bursa.

________. 2001. SE-008/BEJ/12-2001. Tata Cara Pemilihan Komisaris Independen.

________. 2001. SE-008/BEJ/12-2001. Keanggotaan Komite Audit.

Carcello, Joseph V., Carl W. Hollingsworth. April Klein, and Terry L. Neal. 2006. Audit Committee Financial Expertise, Competing Corporate Governance Mechanism, and Earnings Management. http://www.ssrn.com.

Cornett M. M, J. Marcuss, Saunders dan Tehranian H. 2006. Earnings Management, Corporate Governance and True Financial Performance. http://www.ssrn.com.

Daniri, Mas Achmad. 2006. Good Corporate Governance, Konsep dan Penerapannya dalam Konteks Indonesia.Jakarta: PT Ray Indonesia.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Daniri, Mas Ahmad dan Dadi Krismatono. Peran Corporate Secretary sebagai Penjaga Gawang Good Corporate Governance. http:// www.governance-indonesia.com / diakses pada tanggal 1 Maret 2010.

Dechow, Patricia M., R.G. Sloan and A.P. Sweeney. 1995. Detecting Earnings Management. The Accounting Review 70; 193-255.

Dechow, Patricia M., R.G. Sloan, and A.P. Sweeney. 1996. Causes and Consequences of Earnings Manipulation: An Analysis of Firms Subject to Enforcement Actions by the SEC. Contemporary Accounting Research 13: 1-36.

Eisenberg, T., Sundgren, S., Wells, M.T., 1998. Larger Board size and Decreasing Firm Value in Small Firms. Journal of Financial Economics 48: 35-54.

Eisendhardt, Kathleem. M. 1989. Agency Theory: An Assesment and Review. Academy of Management Review, 14: 57-74.

Emirzon, Joni. 2007. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Genta Press. Yogyakarta.

Faisal. 2005. Analisis Agency Cost, Struktur Kepemilikan dan Mekanisme Corporate Governance. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol.8, No.2: 175-190.

Fama.E.F. 1980. Agency Problems and The Theory of The Firm, Journal of Economy, 88: 288-307.

Fama. E.F and M.C. Jensen. 1983. Separation of Ownership and Control. Journal of Law and Economics, Vol.26: 301-325.

Gabrielsen G., Jeffrey D. Gramlich , and Thomas Plenborg. 2002. Managerial Ownership, Information Content of Earnings, and Discretionary Accruals in a Non-US Setting. Journal of Business Finance and Accounting. 29(7) & (8), Sept./Oct. 2002: 967-988.

Ghozali. Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Ketiga. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2006. Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS. Semarang: Badan penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, Damodar. 2003. Basic Econometrics. Mc Graw-Hill Inc. Jakarta: Erlangga.

Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating Variabel dari Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi XI, IAI, 2008.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Hsu, Grace C.M., and Ping Sheng Koh. 2005. Does the Presence of Institusional Investors Influence Accruals Management? Evidence from Australia. Corporate Governance: An International Review, Vol.13, Issue 6, November: 809-823.

Irfan, Ali. 2002. Pelaporan Keuangan dan Asimetri Informasi dalam Hubungan Agensi. Lintasan Ekonomi Vol. XIX. No.2. Juli 2002.

Isnanta, Rudi. 2008. Pengaruh Corporate Governance dan Struktur Kepemilkan terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan. Skripsi. Tidak diterbitkan.

Jensen, Michael C. and W.H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3: 305-360.

Jensen, M.C. 1993. The Modern Industrial Revolution, Exit, and the Failure of Internal Control System. Journal of Finance, Vol.48: 831-880.

Klein, April. 2002. Audit Committee, Board of Director Characteristics and Earnings Management. Journal of Accounting and Economic, Vol.33(3): 375-400.

Komite Nasional Kebijakan Governance. 2004. Pedoman tentang Komisaris Independen. http://www.governance-indonesia.or.id/main.htm.

Mc. Mullen, D.A., 1996. Audit Committee Performance: An Investigation of the Consequences Associated with Audit Committees. Auditing : a Journal of Practice and Theory, Vol.15 No.1: 88-103.

Midiastuty, Pratana Puspa dan Mas’ud Mahfoedz. 2003. Analisis Hubungan Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba. Simposium Nasional Akuntansi VI. IAI, 2003.

Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. 2007. Pengaruh Corporate Governance terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi X, IAI, 2007.

Richardson, Vernon J. 1998. Information Asymmetry an Earnings Management: Some Evidence. Working Paper.

Sari, Paramita Rika. 2008. Hubungan Komite Audit terhadap Kinerja Keuangan melalui Good Corporate Governance sebagai Variabel Intervening. Skripsi. Tidak diterbitkan.

Schipper, Katherine. 1989. Comentary Katherine on Earnings Management. Accounting Horizon.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

Scott, R. William. 2000. Financial Accounting Theory 2nd Edition. Prentice-Hall, New Jersey.

Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Setiawati, Lilis dan Ainun Na’im. 2001. Bank Health Evaluation by Bank Indonesia and Earnings Management in Banking Industry. Gadjah Mada International Journal of Business Vol.3 No.2 May:159-176.

Shleifer, A. and R.W. Vishny. 1997. A survey of Corporate Governance. Journal of Finance, Vol.52 No.2: 737-783.

Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. 2006. Mekanisme Corporate Governance, Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi IX, IAI, 2006.

Stubben, Stephen R.. 2010. Discretionary Revenues as a Measure of Earnings Management. The Accounting Review 85 (2):695 – 717.

Stubben, Stephen R. 2006. Do Firms Use Discretionary Revenues to Meet Earnings and Revenue Targets?. Doctoral dissertation, Standford University.

Susanti, Angraheni Niken, Rahmawati, dan Y. Anni Aryani. 2010. Analisis Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap Nilai Perusahaan dengan Kualitas Laba sebagai Variabel Intervening pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2004-2007. Simposium Nasional Keuangan I. Penguatan Good Governance Dalam Akselerasi Pertumbuhan Perekonomian Pasca Krisis, 2010.

Taridi,Tirmidzi. 2009. Perkembangan GCG di Indonesia. Yogyakarta: dalam Seminar Nasional “Rejuvenating Our Teaching Research in Financial Accounting and Modelling GCG in Indonesia”.

Tarjo. 2008. Pengaruh Konsentrasi Kepemilkan Institusional dan Leverage terhadap Manajemen Laba, Nilai Pemegang Saham serta Cost of Equity Capital. Simposium Nasional Akuntansi XI, IAI, 2008.

Ujiyantho, Muh.Arief dan Bambang Agus Pramuka. 2007. Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi pada Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur). Simposium Nasional Akuntansi X. IAI, 2007.

Utama, Sidharta dan F.Leonardo Z. 2006. Audit Committee Composition, Control of Majority Shareholders and Their Impact on Audit Committee Effectiveness: Indonesia Evidence. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol.9 No. 1 Januari: 21-34.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

Veronica, Sylvia, dan Siddharta Utama. 2005. Pengaruh Struktur Kepemilkan, Ukuran Perusahaan dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management). Simposium Nasional Akuntansi VIII, IAI, 2005.

Warfield, Terry D., J.J. Wild, and K.L. Wild. 1995. Managerial Ownership, Accounting Choices, and Informativeness of Earnings. Journal of Accounting and Economics 20: 61-91.

Wibisono, Haris. 2004. Pengaruh Earnings Managemen terhadap Kinerja di Seputar SEO. Tesis S2. Tidak diterbitkan.

Widiatmaja, Bayu Fatma. 2010. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Konsekuensi Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan. Skripsi. Tidak diterbitkan.

Wulandari, Dwi Ratna. 2010. Analisis Pengaruh Manajemen Laba terhadap Kinerja Keuangan pada Perusahaan yang Melakukan SEO (Studi pada Perusahaan Manufaktur di BEJ 2000-2006). Skripsi. Tidak diterbitkan.

Xie, Biao., Wallace N. Davidson and Peter J. Dadalt. 2003. Earning Management and Corporate Governance: The Roles of The board and The Audit Committee. Journal of Corporate Finance, Vol.9: 295-316.

Yermack, D., 1996. Higher Market Valuation of Companies with a Small Board of Directors. Journal of Financial Economics 40: 185-211.

Yu, Frank. 2006. Corporate Governance and Earnings Management. Working Paper.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

LAMPIRAN I

DAFTAR PERUSAHAAN SAMPEL

No. Nama Perusahaan Manufaktur 1. PT AKR CORPORINDO Tbk 2. PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY, Tbk 3. PT ARWANA CITRAMULIA Tbk 4. PT ASTRA GRAPHIA, Tbk 5. PT ASTRA INTERNATIONAL, Tbk 6. PT BARITO PACIFIC TIMBER, Tbk 7. PT BENTOEL INTERNASIONAL INVESTAMA, Tbk 8. PT BERLINA, Tbk 9. PT BETONJAYA MANUNGGAL, Tbk 10. PT CAHAYA KALBAR, Tbk 11. PT CITRA TUBINDO, Tbk 12. PT DUTA PERTIWI,Tbk 13. PT DYNAPLAST, Tbk 14. PT EKADHARMA INTERNATIONAL, Tbk 15. PT EVER SHINE TEX, Tbk 16. PT FAJAR SURYA WISESA, Tbk 17. PT FASTFOOD INDONESIA, Tbk 18. PT FORTUNE INDONESIA, Tbk 19. PT GAJAH TUNGGAL, Tbk 20. PT GOODYEAR INDONESIA, Tbk 21. PT INDAL ALUMINIUM, Tbk 22. PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR, Tbk 23. PT INDO-RAMA SYNTHETICS, Tbk 24. PT INTERDELTA, Tbk 25. PT INTRACO PENTA, Tbk 26. PT JAKARTA KYOEI STEEL WORKS, Tbk 27. PT JAYA PARI STEEL, Tbk 28. PT KABELINDO MURNI, Tbk 29. PT KIMIA FARMA, Tbk 30. PT LAUTAN LUAS, Tbk 31. PT MANDOM INDONESIA, Tbk 32. PT MAYORA INDAH, Tbk 33. PT METRODATA ELECTRONICS. Tbk 34. PT MULTIPRIMA SEJAHTERA, Tbk 35. PT PAN BROTHERS, Tbk 36. PT PELANGI INDAH CANINDO, Tbk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

No. Nama Perusahaan Manufaktur 37. PT PERDANA BANGUN PUSAKA, Tbk 38. PT PIONEERINDO GOURMET INTERNATIONAL, Tbk 39. PT PRASIDHA ANEKA NIAGA, Tbk 40. PT PYRIDAM FARMA, Tbk 41. PT SEPATU BATA, Tbk 42. PT SIANTAR TOP, Tbk 43. PT SIERAD PRODUCE, Tbk 44. PT SUGI SAMAPERSADA, Tbk 45. PT TEIJIN INDONESIA FIBER, Tbk 46. PT TIGA PILAR SEJAHTERA FOOD, Tbk 47. PT TIRA AUSTENITE, Tbk 48. PT TRIAS SENTOSA, Tbk 49. PT TUNAS RIDEAN, Tbk 50. PT UNITED TRACTORS, Tbk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

LAMPIRAN II

HASIL UJI DESKRIPTIF STATISTIK

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Drev 250 -.2018 .2328 .010992 .0751463

KI 250 .0000 .9898 .658424 .2541381

KM 250 .0000 .8000 .020957 .0706344

PDKI 250 .2000 1.0000 .393244 .1299612

UDK 250 2 10 4.26 1.986

KKAI 250 .5000 .7500 .663667 .0375941

Valid N (listwise) 250

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

LAMPIRAN III

HASIL UJI ASUMSI KLASIK

UJI NORMALITAS

UJI HETEROSKEDASTISITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .024 .036 .662 .510

KI .012 .006 .264 2.184 .032

KM -.042 .035 -.067 -1.221 .223

PDKI .016 .018 .045 .858 .392

UDK .000 .001 -.017 -.316 .752

KKAI -.063 .063 -.053 -1.000 .318

a. Dependent Variable: AbsUi

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

250

.0000000.06998662

.083

.055

-.0831.308

.065

N

Mean

Std. Deviation

Normal Parameters a,b

AbsolutePositive

Negative

Most ExtremeDifferences

Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized Residual

Test distribution is Normal.a.

Calculated from data.b.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

UJI MULTIKOLINEARITAS

UJI AUTOKORELASI

Coefficientsa

.177 .082 2.162 .032

-.059 .019 -.200 -3.176 .002 .897 1.114

.196 .066 .184 2.955 .003 .915 1.092

.017 .035 .029 .487 .627 .980 1.021

.006 .002 .148 2.442 .015 .967 1.034

-.244 .121 -.122 -2.013 .045 .968 1.033

(Constant)

KI

KM

PDKI

UDK

KKAI

Model1

B Std. Error

UnstandardizedCoefficients

Beta

StandardizedCoefficients

t Sig. Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: Dreva.

Runs Test

.00993

125

125

250

140

1.774

.076

Test Value a

Cases < Test Value

Cases >= Test Value

Total Cases

Number of Runs

Z

Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized Residual

Mediana.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

LAMPIRAN IV

HASIL UJI STATISTIK F

ANOVAb

.186 5 .037 7.461 .000a

1.220 244 .005

1.406 249

Regression

Residual

Total

Model1

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), KKAI, KM, PDKI, UDK, KIa.

Dependent Variable: Drevb.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

98

LAMPIRAN V

HASIL UJI DETERMINASI

Model Summaryb

.364a .133 .115 .0707001 2.246Model1

R R SquareAdjustedR Square

Std. Error ofthe Estimate

Durbin-Watson

Predictors: (Constant), KKAI, KM, PDKI, UDK, KIa.

Dependent Variable: Drevb.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

99