5
Pretensioning mengacu pada suatu sistem yang mana kabel di stressing dengan bantuan suatu alat bantu khusus yang mandiri disebut pretensioning bed atau casting bed . Posttensioning Adalah sistem lain dari cara prestreesing yang mana tidak diperlukan casting bead, yang mana untuk itu struktur dicor kemudian jalur kabel diberikan terlebih dahulu duct (pipa alumunium) sehingga menyisakan lobang yang dapat dimasukin kabel. Jadi ketika struktur betonnya sudah mengeras maka kabel bisa dimasukkan di duct tersebut selanjutnya pada ujung-ujung diberikan angkur (angkur mati-angkur hidup, atau angkur hidup-angkur hidup) . Dari angkur hidup tersebut kabel di tarik.

Teori Pasca Tarik Beton Prategang

  • Upload
    cempana

  • View
    200

  • Download
    9

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Teori Pasca Tarik pada Beton Prategang

Citation preview

Page 1: Teori Pasca Tarik Beton Prategang

Pretensioning mengacu pada suatu sistem yang mana kabel di stressing dengan bantuan suatu alat bantu khusus yang mandiri disebut pretensioning bed atau casting bed. 

PosttensioningAdalah sistem lain dari cara prestreesing yang mana tidak diperlukan casting bead,

yang mana untuk itu struktur dicor kemudian jalur kabel diberikan terlebih

dahulu duct (pipa alumunium) sehingga menyisakan lobang yang dapat dimasukin

kabel. Jadi ketika struktur betonnya sudah mengeras maka kabel bisa dimasukkan

di duct tersebut selanjutnya pada ujung-ujung diberikan angkur (angkur mati-

angkur hidup, atau angkur hidup-angkur hidup) . Dari angkur hidup tersebut kabel

di tarik.

Page 2: Teori Pasca Tarik Beton Prategang

Penerapan sistem beton prategang sudah mulai digunakan pada tahun 1886 saat PH. Jackson dari California, Amerika Serikat membuat konstruksi pelat atap. Kemudian pada tahun 1888, CEW Doehring mendapatkan hak paten untuk penegangan pelat beton dengan kawat baja. Tetapi gaya prategang yang diterapkan dalam waktu yang singkat menjadi hilang, karena rendahnya mutu dan kekuatan baja.

Untuk mengatasi hal ini oleh G.R. Steiner pada tahun 1908, diusulkan dilakukannya penegangan kembali (USA). Sedangkan J. Mandl dan M. Koenen dari Jerman, menyelidiki identitas dan besar kehilangan gaya prategang. Pada tahun 1928, Eugene Freyssinet seorang Insinyur dari Perancis berhasil menemukan pentingnya kehilangan gaya prategang dan usaha untuk mengatasinya. Dan ia berhasil memberikan pratekan terhadap struktur beton sehingga dimungkinkan untuk membuat desain dengan penampang yang lebih kecil untuk bentang yang relatif panjang. Kesulitan kemudian timbul dalam perhitungan struktur statis tak tentu, karena pemberian pratekan menimbulkan gaya tambahan yang sulit diperhitungkan. Pada 1951 Yves Guyon berhasil memberikan solusi atas masalah tersebut.Perkembangan beton pratekan berlanjut dengan dikemukakannya Load Balancing Theory oleh Tung Yen Lin pada 1963. Teori tersebut telah mendorong perkembangan penggunaan beton pratekan yang sangat pesat. P.W. Abeles dari Inggris kemudian memperkenalkan penggunaan partial prestressing yang mengijinkan tegangan tarik terbatas pada beton. Bangunan pertama yang dibangun dengan sistem beton prategang adalah jembatan Walnut Lane Bridge di Philadelphia dengan bentang 47 m, pada tahun 1940/1950.Sekarang telah banyak dikembangkan sistem dan teknik prategang. Dan beton prategang sekarang telah diterima dan banyak dipakai, setelah melalui banyak penyempurnaan hampir pada setiap elemen struktur ataupun sistem bangunan. Dengan beton prategang dapat dibuat bentang yang besar tetapi langsing.

Page 3: Teori Pasca Tarik Beton Prategang

TEORI

Metode Penegangan:

Untuk memberikan tegangan pada beton prategang terdapat dua prinsip yang berbeda, yaitu :

1. Pre-tensioned Prestressed Concrete (pratarik), ialah konstruksi dimana tendon ditegangkan dengan pertolongan alat pembantu sebelum beton mengeras dan gaya prategang dipertahankan sampai beton cukup keras.

2. Post-tensioned Prestressed Concrete (pasca tarik), adalah konstruksi dimana setelah betonnya cukup keras, barulah bajanya yang tidak melekat pada beton diberi tegangan.

Pada post-tensioning, beton dicor di sekeliling selongsong (ducts) dan dibiarkan mengeras sebelum diberi gaya prategangan. Posisi selongsong diatur sesuai dengan bidang momen dari struktur. Biasanya baja tendon tetap berada di dalam selongsong selama pengecoran.

Bila kekuatan beton yang diperlukan telah tercapai, maka tendon ditegangkan ujung-ujungnya dan dijangkar. Tendon bisa ditarik di satu sisi dan di sisi yang lain diangkur. Atau tendon ditarik di dua sisi dan diangkur secara bersamaan. Gaya prategang ditransfer ke beton melalui jangkar pada saat baja ditegangkan. Beton menjadi tertekan setelah pengangkuran.

Page 4: Teori Pasca Tarik Beton Prategang

Pada saat penegangan, kontak antara baja dan beton harus dikurangi sebanyak-banyaknya. Baja tegangan dapat berupa kawat (wire) atau strengan (=strand), yaitu kabel yang terdiri dari kawat terpisah atau streng, atau batang campuran yang ditempatkan dalam pipa, saluran, alur terbuka atau tertanam dalam beton, atau sama sekali diluar beton.

Tendon dalam tiap-tiap duct dapat ditegangkan satu persatu secara bergantian, atau semua tendon ditegangkan dalam waktu yang bersamaan. Pada post-tensioning adalah sangat penting untuk memeriksa baik beban/gaya prategangnya maupunextension dari tendonnya.

Pergerakan tendon dalam duct tidak dapat dilihat, hanya extension dari jarak yang dapat dicatat. Gaya yang diterapkan serta extension yang diakibatkan harus diikuti sehingga gaya dan extension yang tidak sebanding atau irregular dapat segera terlihat. Bila tendon macet di satu tempat dalam duct, maka besarnya extension akan berkurang, itu berarti ada kesalahan.

Tindakan pembetulan harus segera dilakukan. Bila gaya prategang yang diinginkan sudah tercapai maka tendon dijangkar.

Bila tendon ditegangkan bergantian, maka tendon yang ditegangkan mula-mula tidak boleh mengganggu pergerakan dari tendon yang ditegangkan belakangan.