28
Teori Fungsionalisme Definisi teori; menurut Gelles dan Levine ( 1995 ) teori adalah suatu ringkasan ilmu pengetahuan yang menyediakan panduan untuk melaksanakan penyelidikan dan menginterpretasi informasi baru. Gelles, RJ.and Levine, A. 1995. Sociology: An Instruduction. Fifth edition.New York: McGraw Hill Definisi fungsi. (hal. 28. Ting Chew Peh, Konsep asas Sosiologi, Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pelajaran Maalaysia. Kuaala Lumpur, 1985) Istilah fungsi merujuk kepada kesan objektif sesuatu fenomena social terhadap fenomena yang lain atau system keseluruhannya. Fenomena social adalah saling berkaitan dan bergantungan. Perubahan dalam satu hal menimbulkan kesan tertentu keatas yang lain. Konsep fungsi juga membawa maksud tujuan. Tiap-tiap fenomena social dianggap mempunyai fungsi untuk memenuhi keperluan atau tujuan tertentu dalam masyarakat. Fungsi sesuatu kegiatan ( fenomena ) dianggap berkait rapat dengan penerusan dan

Teori Fungsionalisme

Embed Size (px)

Citation preview

Teori Fungsionalisme

Definisi teori; menurut Gelles dan Levine ( 1995 ) teori adalah suatu ringkasan ilmu

pengetahuan yang menyediakan panduan untuk melaksanakan penyelidikan dan

menginterpretasi informasi baru.

Gelles, RJ.and Levine, A. 1995. Sociology: An Instruduction. Fifth edition.New York:

McGraw Hill

Definisi fungsi. (hal. 28. Ting Chew Peh, Konsep asas Sosiologi, Dewan Bahasa dan

Pustaka, Kementerian Pelajaran Maalaysia. Kuaala Lumpur, 1985)

Istilah fungsi merujuk kepada kesan objektif sesuatu fenomena social terhadap fenomena

yang lain atau system keseluruhannya. Fenomena social adalah saling berkaitan dan

bergantungan. Perubahan dalam satu hal menimbulkan kesan tertentu keatas yang lain.

Konsep fungsi juga membawa maksud tujuan. Tiap-tiap fenomena social dianggap

mempunyai fungsi untuk memenuhi keperluan atau tujuan tertentu dalam masyarakat.

Fungsi sesuatu kegiatan ( fenomena ) dianggap berkait rapat dengan penerusan dan

pemeliharaan sesuatu system social. Fungsi sesuatu kegiatan mungkin disengajakan dan

diiktiraf ( diakui ) oleh peserta-peserta yang terlibat ( fungsi ketara).

Sesuatu kegiatan mungkin juga mendatangkan kesan yang tidak disengaja dan diiktiraf

( fungsi terpendam/latent)

Tokoh-tokoh teori fungsionalisme, memperkenalkan teori ini dengan pendekatan yang

berbeza: Waters (1994): fungsionalisme,Fatimah Daud (1992 ): srtuktur dan fungsi,

Tokoh-tokoh awal : Comte,Spencer dan Durheim. Merton.

Waters, M. 1994. Modren Sociological Theory. London: Sage Publications.

Faatimah Daud. 1992. Pengenalan Teori-teori Sociologi.Kuala Lumpur FajarBakti.

Tokoh-tokok kemudian: Talcott Parsons dan Robert K. Merton.

Teori Fungsionalisme: Parson, Talcot, The Social System, Routledge &Kegan Paul,

London, 1951

Merton, Robert, “Social Structureand Anomie”, American Sociological Review, 1938, hlm

3

Teori ini mengkaji fungsi perlakuan social atau insitusi dalam pelbagai kegiatan yang

menyumbang kepada penerusan masyarakat.

Masyarakat dianggap sebagai tubuh manusia yang memiliki bahagian dan setiap bahagian

memiliki fungsi-fungsi tersendiri.

Ahli-ahli fungsionalisme selalu menyatakan bahawa setiap bahagian masyarakat

mempunyai tujuan-tujuan dan keperluan-keperluan tertentu.

Teori ini menganalogikan bahwa masyarakat merupakan suatu organism yang mempunyai

bahagian-bahagian dan setiap bahagian masyarakat dikenali sebagai struktur dan

bagaimana struktur masyarakat itu berfungsi.

Fungsi tiap kegiatan ialah untuk mengkekalkan keadaan yang harmoni.

Struktur-struktur social akan menentukan kelancaran perjalanan atau keharmonisan

masyarakat.

Brinkerhoff dan White(1989:9) merumuskan tiga andaian utama ahli fungsionalisme iaitu

stability, harmoni dan evolusi.

Stabiliti : untuk menentukan sejauh mana sesebuah masyarakat dapat dikekalkan.

Harmoni: menunjukkan bagaimana semua struktur dalam masyarakat bekerjasama untuk

mencapai suatu tujuan.

Evolusi: menggambarkan perubahan-perubahan yang berlaku kepada masyarakat melalaui

proses adaptasi struktur social kepada pembaruan. Proses evolusi akan melenyapkan segala

apa yang ada pada struktur yang tidak lagi diperlukan oleh masyarakat. Teori ini

menekankan kesefahaman anggota masyarakat ( konsesus ) untuk mencapai keharmonisan

dan kestabilan masyarakat.

Brinkerhoff, L. and white, L.K. 1989.Essentials of Socio.St: West Publishing Company )

Teori ini akan mengkaji bagaimana system social bergerak atau berfungsi merton (1957)

Merton , Robert, Social Theory and Social Structure. Free New York, 1957

telah membezakan antara apa yang dikenali sebagai fungsi ketara dan fungsi tersembunyi.

Fungsi ketara adalah sesuatu yang diketahui dan dikehendaki dalam aktiviti social tertentu.

Fungsi tersembunyi merupakan sesuatu yang tidak disedari atau yang tidak dijangkakan.

Sekiranya sesuatu hasil struktur adalah merupakan apa yang dikehendaki dan diiktirafkan

dalam system, ia telah menjalankan fungsi ketara. Sebaliknya sekiranya hasilan adalah

sesuatu yang tidak dikehendaki dan tidak diiktirafkan maka jadilah ia fungsi tersembunyi.

Beza antara fungsi dan disfungsi.

Kesan-kesan positif daripada struktur social bermakna sistem itu telah berfungsi , hasilan

yang negative bermaksud struktur telah berdisfungsi. Disfungsi merupakan aspek-aspek

aktiviti social yang cenderung menghasilkan perubahan kerana ia mengancam ikatan

social. Perkara-perkara yang mengkekalkan status quo disebut sebagai fungsi, dan yang

tidak mengkekalkan status quoadalah disfungsi.

Emile Durkheim memperkenalkan pendekatan fungsionalisme yang berupaya menelusuri fungsi berbagai elemen sosial sebagai pengikat sekaligus pemelihara keteraturan sosial

Durkheim , Emile, Suicide: A Study in Sociology, Routledge & Kegan Paul, London 1970.

Herbert Spencer memperkenalkan pendekatan analogi organik, yang memahami

masyarakat seperti tubuh manusia, sebagai suatu organisasi yang terdiri atas bagian-bagian

yang tergantung satu sama lain. Sesuai dengan pendekatan fungsional struktural, lembaga

sekolah diibaratkan masyarakat kecil yang memiliki kekuatan organis untuk mengatur dan

mengelola komponen-komponennya. Bagian-bagian tersebut diatur dan terintegrasi dalam

naungan Pendekatan fungsional struktural melihat lingkungan sekolah pada hakikatnya

merupakan susunan dari peran dan status yang berbeda-beda, dimana masing-masing

bagian tersebut terkonsentrasipada satu kekuatan legal struktural yang menggerakkan daya

orientasi demi mencapai tujuan tertentu. Tentu saja system sosial tersebut bermuara pada

status sekolah sebagai lembaga formal. Keberadaan guru, siswa, kepala sekolah, psikolog

atau konselor sekolah, orang tua, siswa, pengawas, administratur merupakan komponen-

komponen fungsional yang berinteraksi secara aktif dan menentukan segala macam

perkembangan dinamika kehidupan sekolah sebagai organisasi pendidikan formal.

Sehingga di sini fungsional strukural melandasi pandangan kita untuk melihat berbagai

peran dan status formal di sekolah sebagai satu-satunya pedoman mendasar atas segala

aktivitas yang dilakukan oleh warganya. Seluruh warga pengemban kedudukan telah

tersosialisasi norma-norma sekolah sesuai dengan porsi statusnya sehingga menyokong

terbinanya stabilitas sosial dalam sekolah. Manifestasi peran mendasar norma-norma

sekolah telah mengikat warganya dalam nuansa integritas kesadaran yang tinggi. Sekolah,

seperti sistem sosial lainnya dapat dipelajari berdasarkan kedudukan anggota dalam

lingkungannya. Setiap orang di dalam sekolah memiliki persepsi dan ekspektasi sosial

terhadap kedudukan atau status yang melekat pada diri warga sekolah. Di sana kita

memiliki pandangan tentang kedudukan kepala sekolah, guru-guru, staf administrasi,

pesuruh, murid-murid serta asumsiasumsi hubungan ideal antarbermacam kedudukan

tersebut.

Hal ini selaras dengan pendapat Weber ( Weber, Max, The Theory of Social Economic

Organization, FreePress, NewYork, 1947)

(dalam Robinson, 1981) tentang konsep tindakan sosial, dimana setiap orang memiliki

ideal type untuk mengukur dan menentukan parameter mendasar tentangsebuah realitas.

Realitas sosial yang tersebar dalam status sosial menjadi titik tolak kesadaran seorang

individu untuk menentukan sikap, pandangan dan tindakan dalam lingkup social tertentu.

Harapan ideal “kepala sekolah” merupakan kesadaran awal yang mempengaruhi sikap

individu seorang pejabat kepala sekolah. Meskipun pada proses selanjutnya harus

terkombinasi dengan pembawaan individu, prasangka terhadap status lain,hubungan-

hubungan antarstatus serta kaitannya dengan konstruksi total dari susunan status di

sekolah. Hubungan antarindividu atau kelompok dalam jenis status yang sama juga tidak

lepas dari bagian interaksi di sekolah. Para guru selain memiliki persamaan peran sesuai

statusnya juga menggambarkan berbagai perilaku guru yang berbeda-beda. Hal ini sesuai

dengan perbedaan karakter, sikap dan pengalaman

individu dalam melancarkan aktivitas di sekolah. Kita ketahui bersama untuk status siswa

pun juga telah terbentuk aneka ragam karakter dan perilaku individu maupun kelompok

yang berbedabeda Secara tematis ruang lingkup, sosilogi dapat dibedakan menjadi

beberapa subdisiplin sosiologi, seperti: (1) soiologi pedesaan (rural sociology); (2) sosilogi

industry (industrial sociology); (3) sosiologi perkotaan (urban sociology); (4) sosiologi

medis (medical socilogy); (5) sosiologi perempaun (woman sociology); (6) sosiologi

militer (military socilogy); (7) sosiologi keluarga (family socilogy); (8) sosiologi

pendidikan (educational sociology); (9) sosilogi medis (medical sociology), (10) sosiologi

seni (sociologyof art).

Salah satu kekuatan utama pendekatan structural-fungsional dalam pendidikan ialah

dalam menentukan kukuhnya pertalian diantara institusi pendidikan dengan struktur social

yang lebih luas ( Olive bankst terjemh Robiah Sidin& Zaitun Sidin, SosiologiPendidikan.

Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian pelajaran Malaysia.KualaLumpur 1987 )

Pendidikan adalah penentuan utama bagi pembangunan ekonomi.

System stratifikasi social menghubungkan institusi-instusi pendidikan dengan ekonomi,

karena dalam masyarakat sekarang terdapat pertalian diantara kelulusan dengan hierarki

pekerjaan .

Kegunaan system pendidikan sebagai suatu cara untuk meninggikan status sosialdan

ekonomi

Beberapa pemerhati menghujahkan bahawa pertalian antara pencapaian dalam pendidikan

dengan pekerjaan akan menjadi lebih rapat mengikut masa

Di open university juga, pelajar-pelajar menjawat pekerjaan kelas menengah merupakan

kumpulan majority dan guru-guru memperoleh tempat yang terbanyak.Tambahan lagi,

dengan dengan adanya system pengecualian maka mereka yang telah pun mempunyai

kelayakan pendidikan, terutama sekali guru-guru, akaan memperolehijazah dengan lebih

cepat. (Pratt. J.’Open University’, Higher Education Review, jilid 3,1971

( Pendidikan dan Mobility social hal55, olive banks, terjemahan.

Terdapat beberapa bukti bahawa perkembangan baru diperingkat pendidikan tinggi

menimbulian semakinbanyak halanganbagi seorang pelajardari kelas pekerja

Di Amerika Sarikat banyak kajian telah menunjukan bahawasemasa di sekolah, pelajar

wanita lebih cenderung mendapat markahyang lebih tinggi dari pelajar lelaki

Diantara tahun 1960 hingga 1971, jumlah pendaftar pelajar wanita mengikuti kursus

ijazah meningkat , ini merangkumi semua bentuk pendidikan tinggi termasuklah

pendidikan guru . (Opportunity for women in Higher Education, Laporan 13 Jawatan

kuasa Carnegie, NewYork:McGraw-Hill, 1974)

Pelajardari segi status sosioekonomi rendah lebih mungkin tercicirdari kolej dan lebih

berkurangan meneruskan pengajian ke peringkat siswazah atau pendidikan professional (

Sewell, W.H. ‘Inequality of Opportunity for Higher Education’, American Sociological

Review , Jilid XXXVI, 1971

Richard Grathoff (ed.) The Correspondence between Alfred Schutz and Talcott

Parsons: The Theory of Social Action. Bloomington and London: Indiana University Press,

1978. Page 67-87 ( 10, talcott person)

Peran Guru dalam Pembelajaran

Berdasarkan Kajian Pullias dan Young (1988), Manan(1990), serta Yelon dan

Weinstein(1997) dapat diidentifikasi 19 peran guru, yakni guru sebagai pendidik, pengajar,

pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu, model dan teladan, peribadi, peneliti

pendorong kreativiti, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa

cerita, actor, emancipator, evaluator,pengawet dan sebagai kulminaTOR

( E. Mulyasa, Menjadi guru professional , menciptakan pembelajaran kreatif dan

menyenangkan, 2006, PT Remaja Rosdakarya, Bandung ISBN 979-692-375-0

Guru sebagai Pendidik

Sebagai pendidik guru mesti mempunyai standart kualiti peribadi tertentu yang mencakup

tanggung jawab, wibawa, mandiridan disiplin. Berkaitan dengan tanaggung jawab ; guru

harus mengetahui serta memahami nilai, norma moral, dan social, serta berusaha

berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut.Berkenaan dengan wibawa;

guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosional, moral,

social dan intelektual dalam peribadinya, serta memiliki kelebihan dalam pemaahaman

ilmu pengetahuan, teknologi dan seni sesuai dengan bidang yang dikembangkan.

Guru harus mampu bertindak dan mengambil keputusan secara cepat, tepat waktu,

tepat sasaran, terutama berkaitan dengan masalah pembelajaran dan pelajar, tidak

menunggu pihak atasan

Disiplin ; dimaksud bahwa guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertib

secara konsisten, atas kesadaran professional, karena mereka bertugas untuk

mendisiplinkan para pelajar disekolah, terutama dalam pembelajaran, oleh itu penanaman

disiplin dimulai dari guru itu sendiri.

Guru sebagai Pengajar

Guru membantu pelajar yang sedang berkembang untuk mempelajari sasuatu

yang belum diketahuinya, mempentuk kecekapan, dan memahami materi standart yang

dipelajari. Sebagai pengajar, guru harus memiliki matlamat yang jelas membuaat

keputusan yang rasional agar pelajar memahami keterampilan yang dituntut oleh

pembelajaran

Guru sebagai Pembimbing

Sebagai pembimbing, guru harus merumus matlamat secara jelas, memetapkan

waktu bimbingan, menetapkan hal-hal yang akan ditempuh, menggunakan petunjuk

bimbingan serta menilai kelancaran sesuai dengan keperluan dan kebolehan pelajar.

Sebagai pembimbing, guru memiliki hakdan tanggung jawaab dalam setiap bimbingan

yang direncanakan dan dilaksanakan.

Guru sebagai Pelatih

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan , bail

intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru bertindak sebagai pelatih yang

melatih pelajar dalam pembentukan kemahiran dasar sesuai dengan kebolehannya. Dalam

melatih para pelajar guru mesti memperhatikan perbezaan individu pelajar dan lingkungan.

Oleh karena itu seorang guru harus banyak tahu pelbagai hal

Guru sebagai Penasehat

Guru merupakan penasehat para pelajarnya, juga bagi ibu bapa. Pelajar

senantiasa berhadapan dalam keperluan membuat keputusan oleh itu guru perlu

membantu pelajar yang mempunyai masalah dan membantu menyelesaikan dengan salah

satu cara memberi nasehat secara mendalam sehingga pelajar dapat membuat keputusan

sendiri

Guru sebagai Pembaharuan

Menurut Theodorson, dalam Raho, B. (2007), pengertian fungsionalisme s t r u k t u r a l a d a l a h ‘s a l a h s a t u p a h a m a t a u p e r s p e k t i f d i d a l a m s o s i o l o g i y a n g   memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan bagian yang satu tidak dapat berfungsi  tanpa ada hubungan dengan bagian yang lain

K e m u d i a n a s u m s i d a s a r t e o r i f u n g s i o n a l struktural adalah ‘bahwa semua elemen atau unsur kehidupan sosial-budaya dalammasyarakat harus berfungsi (fungsional) sehingga masyarakat secara keseluruhanbisa menjalankan fungsi dengan baik ’

Skema AGIL dalam fungsional struktural ParsonsKonsep skema Adaptation, Goal attainment, Integration, dan Latensi (AGIL).Menurut Parsons ada empat fungsi penting yang diperlukan dalam menganalisissemua sistem ‘tindakan’ manusia untuk pemeliharaan pola di masyarakat, yaitu:adaptation (A), goal attainment (G), integration (I), dan latensi (L). Setiap kehidupankelompok agar tetap bertahan (survive) , m a k a s i s t e m s o s i a l d a l a m k e l o m p o k i t u harus memiliki empat fungsi yang saling berhubungan secara timbal balik, yaitu:a. Adaptation

(menyesuaikan diri dengan lingkungan). Sebuah sistem (dalam suatukelompok) harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harusmenyesuaikan diri kondisi lingkungan, dan dengan kebutuhan lingkungannya.Kemudian aspek‘Organisme perilaku’ adalah merupakan sistem tindakan yangm e l a k s a n a k a n f u n g s i a d a p t a s i ( m e n y e s u a i k a n d a n m e n g u b a h l i n g k u n g a n eksternal) dalam sistem. Sedangkan bidang kehidupan yaitu‘Sistem ekonomi’adalah merupakan subsistem yang melaksanakan fungsi masyarakat dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan melalui: tenaga kerja, produksi, dan alokasi.b. Goal attainment (Pencapaian tujuan). Sebuah sistem (dalam suatu kelompok)harus mendefinisikan tujuan dan upaya mencapai tujuan utamanya. Kemudianaspek‘Sistem kepribadian’,adalah melaksanakan fungsi pencapaian tujuan yangtelah ditetapkan dalam sistem, dan memobilisasi sumber daya yang ada untuk m e n c a p a i t u j u a n u t a m a n y a . S e d a n g k a n b i d a n g k e h i d u p a n , y a i t u Sistem pemerintahan’ (sistem politik), adalah melaksanakan fungsi pencapain tujuandengan mengejar tujuan kemasyarakatan dan memobilisasi aktor (sumber dayamanusia) untuk mencapai tujuan utama yang telah dirumuskan.c.Integration(Integrasi). Sebuah sistem (dalam suatu kelompok) harus mengatur  hubungan antar bagian dalam sistem. Sistem juga harus mengelola hubungank e t i g a f u n g s i l a i n n y a (adaptation; goal attainment; latency ) . K e m u d i a n a s p k ‘ Sistem sosial’,adalah menanggulangi fungsi integrasi dengan mengendalikanbagian-bagian dalam sistem. Sedangkan bidang kehidupan, yaitu ‘Komunitas kemasyarakatan’ (contoh, hukum, Undang-Undang atau seperangkat aturan),adalah akan menjalankan fungsi terbentuknya integrasi, atau mengkoordinasiberagam komponen masyarakat menuju terwujudnya integrasi sosial-budaya.d.Latency ( p e m e l i h a r a a n p o l a ) . S e b u a h s i s t e m ( d a l a m s u a t u k e l o m p o k ) h a r u s memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, serta mendorong (memotivasi)individu atau pola kultural dalam kelompok untuk bertindak sesuai dengan nilai-norma (seperangkat aturan) yang berlaku. Kemudian aspek ‘ Sistem kultural’, adalah melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan aktor  seperangkat norma dan nilai yang mendorong individu bertindak sesuai dengann i l a i - n o r m a . S e d a n g k a n b i d a n g ‘ sistem fiduciari’ (contoh lembaga keluarga,sekolah, dan lembaga keagamaan), adalah menangani fungsi pemeliharaan pola( n i l a i - n o r m a y a n g s u d a h m e n j a d i e t o s / p o l a h i s u p d a l a m k e l o m p o k ) d e n g a n m e n y e b a r k a n n i l a i , n o r m a p a d a a k t o r ( i n d i v i d u ) u n t u k disosialisasikan, diinternalisasikan dan dienkulturasikan’ pada dirinya.S e t i a p p e n e l i t i d a l a m m e l a k u k a n a n a l i s i s f e n o m e n a s o s i a l - b u d a y a d i masyarakat, apabila menggunakan teori fungsionalisme struktural versi Parsons,seharusnya menggunakan skema AGIL sebagaimana yang tergambarkan padagambar 2.1 pada halaman berikut, yang keempat aspeknya mempunyai keterkaitansatu dengan yang lain secara fungsional.

Konsep fungsional struktural Parsons

Untuk memahami skema AGIL tersebut, perlu dipahami beberapa pemikirankunci dari Parsons tentang ‘fungsionalisme struktural’ secara integral. Sedangkanbeberapa konsep kunci tentang teori fungsionalisme struktural Parsons antara lain:a.Sistem kultural , merupakan kekuatan utama yang mengikat berbagai sistemt i n d a k a n i n d i v i d u d a l a m k e l o m p o k . K u l t u r m e n g a t u r i n t e r a k s i a n t a r a k t o r   (individu), menginteraksikan kepribadian dan menyatukan sistem sosial. b. Kultur , dipandang sebagai: (1) sistem simbol yang terpola (ajek/ sebagai etos),t e r a t u r y a n g m e n j a d i s a s a r a n o r i e n t a s i p a r a a k t o r ; d a n ( 2 ) a s p e k -a s p e k kepribadian yang sudah terinternalisasi dan pola-pola yang sudah terlembagakandi dalam sistem sosial. Jadi, kultur akan menjadi faktor eksternal untuk menekanpola tindakan individu dalam kelompok agar sesuai dengan nilai-norma sosial-budaya. Individu tidak merdeka dalam bertindak, karena semua tindakan individusudah ditentukan oleh kultur (budaya) (Surbakti, R., 1997a; Bachtiar, W., 2008).c. Kultur , dapat dipindahkan dari satu sistem ke sistem lain melalui penyebaran (difusi) dan dipindahkan dari kepribadian satu ke sistem kepribadian lain melaluiproses ‘pembelajaran budaya’, yaitu: proses internalisasi; proses sosialisasi; dan proses enkulturasi (Koentjaraningrat, 1989; Ritzer dan Goodman, 2004).

Proses internalisasi a d a l a h ‘ p r o s e s m e l a t i h d i r i s e j a k d i n i s a m p a i

m e n i n g g a l u n t u k m e m b e n t u k p r i b a d i ( a k h l a k ) y a n g b a i k s e s u a i k u l t u r

y a n g b e r l a k u ’ . P r o s e s sosialisasi a d a l a h ‘ p r o s e s m e l a t i h d i r i s e j a k d i n i

s a m p a i m e n i n g g a l u n t u k berinteraksi sosial, berkomunikasi atau bergaul

dalam kelompok dengan baiksesuai kultur yang berlaku’. Proses enkulturasi 

adalah ‘proses melatih diri sejakdini sampai meninggal untuk tanggap pada sistem kontrol, disiplin pada aturand e n g a n b a i k s e s u a i k u l t u r y a n g b e r l a k u ’ . P a d a h a k i k a t n y a s e t i a p m a n u s i a sepanjang hidupnya selalu dalam proses pembelajaran budaya (internalisasi,sosialisasi  dan enkulturasi ) , d a n p r o s e s p e m b e l a j a r a n b u d a y a t e r s e b u t ditentukan oleh kultur yang berlaku, bukan ditentukan oleh jiwa dan pikirani n d i v i d u . J a d i , k u l t u r ( eksternal  ) m e n e n t u k a n p i k i r a n d a n j i w a ( internal )seseorang.

d.Sistem sosial , yaitu terdiri dari sejumlah aktor individual yang saling berinteraksi(hubungan timbal balik) dalam situasi yang mempunyai aspek lingkungan (fisik).Aktor (individu) mempunyai motivasi untuk ‘mengoptimalkan kepuasan’, yangberhubungan dengan situasi lingkungan mereka, yang didifinisikan dan dimediasidalam term sistem simbol yang terstruktur secara kultural.

e.Konsep kunci ‘ sistem sosial’ menurut Parsons adalah: (a)aktor; (b) interaksi; (c)lingkungan; (c) optimalisasi; (d) kepuasan; dan (e) kultur.

Meski Parsons melihats i s t e m s o s i a l s e b a g a i i n t e r a k s i ( h u b u n g a n t i m b a l b a l i k ) , t e t a p i d i a t i d a k menggunakan interaksi sebagai unit fundamental dalam studi tentang sistemsosial. Dia menggunakan status  peran’ sebagai unit dasar dari sistem sosial.Status a d a l a h m e n y a n g k u t p o s i s i s t r u k t u r a l i n d i v i d u d a l a m s i s t e m s o s i a l (kelompok), sedangkan peran (role ) adalah apa yang harus dilakukan individudalam posisinya. ‘Aktor’ dalam pandangan Parsons, bukan dilihat dari sudutp i k i r a n , i d e , k e y a k i n a n d a n t i n d a k a n s e h a r i - h a r i i n d i v i d u ( s e p e r t i d a l a m t e o r i berparadigma definisi sosial, yaitu teori intraksionisme simbolik), tetapi ‘aktor’ dilihat sebagai ‘ k u m p u l a n d a r i b e b e r a p a s t a t u s d a n p e r a n y a n g t e r p o l a o l e h struktur dalam sistem sosial-budaya’.J a d i i n d i v i d u t e r - d e t e r m i n a s i o l e h a k t o r   eksternal, atau individu ditentukan oleh struktur sosial-budaya (Rossides, 1978.

f. Ada tujuh  persyaratan fungsional  dari ‘sistem sosial’ menurut Parsons, yaitu: (1)sistem sosial harus terstruktur (ditata) sedemikian rupa sehingga bisa beroperasidalam hubungan yang harmonis dengan sistem lainnya (antar sub sistem); (2)untuk menjaga kelangsungan hidupnya, sistem sosial harus mendapat dukunganyang diperlukan dari sistem yang lain; (3) sistem sosial harus mampu memenuhikebutuhan para aktornya dalam proporsi yang signifikan; (4) sistem sosial harusmampu melahirkan partisipasi yang memadai dari para anggotanya; (5) sistemsosial harus mampu mengendalikan perilaku yang berpotensi mengganggu; (6)apabila dalam sistem terjadi konflik hal itu akan menimbulkan kekacauan, olehkarena itu harus dikendalikan; dan (7) untuk kelangsungan hidupnya, sistem

Ada tujuh asumsi dasar Parsons tentang‘fungsionalisme struktural’ , yaitu: (1)sistem memiliki properti keteraturan dan bagian-bagian yang saling tergantung;(2) sistem cenderung bergerak ke arah mempertahankan keteraturan diri ataukeseimbangan; (3) sistem mungkin statis atau bergerak dalam proses perubahanyang teratur; (4) sifat dasar bagian suatu sistem berpengaruh terhadap bentukbagian-bagian lain; (5) sistem memelihara batas-batas dengan lingkungannya;(6) alokasi dan integrasi merupakan dua proses fundamental yang diperlukanuntuk memelihara keseimbangan sistem; dan (7) sistem cenderung menuju kearah pemeliharaan keseimbangan diri yang meliputi pemeliharaan batas danpemeliharaan hubungan antara bagian-bagian dengan keseluruhan sistem,m e n g e n d a l i k a n l i n g k u n g a n y a n g b e r b e d a - b e d a d a n m e n g e n d a l i k a n kecenderungan untuk merubah sistem dari dalam (Ritzer dan Goodman, 2004).K e t u j u h a s u m s i i n i l a h y a n g m e n e m p a t k a n a n a l i s i s s t r u k t u r k e t e r a t u r a n masyarakat sebagai prioritas utama teori fungsionalisme struktural Parsons

Rober K. MeRtOn

TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL

Teori fungsionalisme struktural mengutarakan bahwa masyarakat adalah suatu sistem sosial yang terdiri dari bagian dan struktur-struktur yang saling berkaitan dan saling membutuhkan keseimbangan, fungsionalisme struktural lebih mengacu pada keseimbangan

Teori ini menilai bahwa semua sistem yang ada di dalam masyarakat pada hakikatnya

mempunyai fungsi tersendiri. Suatu struiktur akan berfungsi dan berpengaruh terhadap

struktur yang alin. Maka dalam hal ini, semua peristiwa pada tingkat tertentu seperti

peperangan, bentrok, bahkan sampai kemiskinan pun mempunyai fungsi tersendiri, dan

pada dasarnya dibutuhkan dalam masyarakat .

Penganut teori fungsional ini memandang bahwa segala pranata sosial yang ada dalam

masyarakat itu bersifat fungsional dalam artian positif dan negatif. Sebagai contoh:

lembaga pendidikan, ini berfungsi dan sangat penting dalam masyarakat, terutama untuk

memajukan kualitas pendidikan di negeri ini. Lembaga pendidikan memberikan pengajaran

dan ilmu-lmu pengetahuan untuk para generasi muda penerus bangsa. Dalam hal ini,

lembaga pendidikan bersifat fungsional, dan manjurus pada artian yang positif

a. Adaptation ( penyesuaian diri dengan lingkungan )

‘ Perilaku organisme ’ adalah merupakan sistem tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi iaitu menyesuaikan dan mengubah lingkungan) dalam sistem. Sedangkan bidang kehidupan yaitu ‘Sistem ekonomi’adalah merupakan subsistem yang melaksanakan fungsi masyarakat dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan melalui: tenaga kerja, produksi dan alokasi

b. Goal attainment  ( mencapaian matlamat )Sebuah system dalam suatu kelompok harus mendefinisikan matlamat dan upaya mencapai destinasi utamanya. Kemudian aspek ‘Sistem kepribadian’, adalah melaksanakan fungsi pencapaian matlamat yang telah ditetapkan dalam sistem, dan memobilisasi sumber daya yang ada untuk destinasi. Sistem pemerintahan’ (sistem politik), melaksanakan fungsi pencapain matlamat dengan mengejar tujuan kemasyarakatan dan memobilisasi aktor (sumber manusia) untuk mencapai tujuan utama yang telah dirumuskan.

c.Integration Sebuah sistem harus mengatur hubungan antar bahagian dalam sistem. Sistem juga harus mengelola hubungan ketiga fungsi lainnya ( adaptation; goal attainment; latency ) seterusnya ‘ Sistem sosial’, adalah menanggulangi fungsi integrasi dengan mengendalikan bahagian-bahagian dalam sistem. Sedangkan bidang kehidupan, yaitu ‘Komunitas kemasyarakatan’ (contoh, hukum, Undang-Undang atau seperangkat

aturan),adalah akan menjalankan fungsi terbentuknya integrasi, atau mengkoordinasiberagam komponen masyarakat menuju terwujudnya integrasi sosial-budaya.

d. Latency  ( pemeliharaan pola )

S e b u a h s i s t e m h a r u s memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, serta memotivasi individu atau pola budaya dalam kelompok untuk bertindak sesuai dengan nilai-aturan yang berlaku. Kemudian aspek ‘ Sistem kultural’, adalah melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan aktor  seperangkat norma dan nilai yang mendorong individu bertindak sesuai dengann n i l a i - n o r m a . S e d a n g k a n b i d a n g ‘ sistem fiduciari’ ,contoh lembaga keluarga,sekolah, dan lembaga keagamaan, berperan menangani fungsi pemeliharaan pola h i d u p d a l a m k e l o m p o k d e n g a n m e n y e b a r k a n n i l a i , n o r m a p a d a a k t o r ( i n d i v i d u ) u n t u k disosialisasikan, diinternalisasikan dan dienkulturasikan’ pada dirinya.. S e t i a p p e n e l i t i d a l a m m e l a k u k a n a n a l i s i s f e n o m e n a s o s i a l -b u d a y a d i masyarakat, apabila menggunakan teori fungsionalisme struktural versi Parsons,seharusnya menggunakan skema AGIL Ada tujuh asumsi dasar Parsons tentang‘fungsionalisme struktural’ , yaitu: (1)sistem memiliki properti keteraturan dan bagian-bagian yang saling tergantung;(2) sistem cenderung bergerak ke arah mempertahankan keteraturan diri ataukeseimbangan; (3) sistem mungkin statis atau bergerak dalam proses perubahanyang teratur; (4) sifat dasar bagian suatu sistem berpengaruh terhadap bentukbagian-bagian lain; (5) sistem memelihara batas-batas dengan lingkungannya;(6) alokasi dan integrasi merupakan dua proses fundamental yang diperlukanuntuk memelihara keseimbangan sistem; dan (7) sistem cenderung menuju kearah pemeliharaan keseimbangan diri yang meliputi pemeliharaan batas danpemeliharaan hubungan antara bagian-bagian dengan keseluruhan sistem,m e n g e n d a l i k a n l i n g k u n g a n y a n g b e r b e d a - b e d a d a n m e n g e n d a l i k a n kecenderungan untuk merubah sistem dari dalam (Ritzer dan Goodman, 2004).K e t u j u h a s u m s i i n i l a h y a n g m e n e m p a t k a n a n a l i s i s s t r u k t u r k e t e r a t u r a n masyarakat sebagai prioritas utama teori fungsionalisme struktural Parsons

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (2002) oleh

Majelis Permusyawaratan Rakyat

(setelah Perubahan I s.d. IV)

Dalam undang – undang dasar 1945 mengenai hak dan kebebasan yang berkaitan dengan adanya persamaan derajat dan hak juga tercantum dalam pasal – pasalnya secara jelas.Hukum dibuat dimaksudkan untuk melindungi dan mengatur masyarakat secara umum tanpa adanya perbedaan.Ketentuan – ketentuan tentang hak – hak asasi itu yakni pasal 27, 28, 29, dan 31. Empat pokok dari pasal hak – hak asasi dalam UUD 1945, sebagai berikut :

· Pokok Kesatu ( pasal 27 ayat 1 , 27 ayat 2 )kesamaan kedudukan dan kewajiban warga Negara di dalam hukum dan di muka pemerintahan.

· Pokok Kedua ( pasal 28 )kemerdekaan berserikan dan berkumpul.

· Pokok Ketiga ( pasal 29 ayat 2 )kebebasan asasi untuk memeluk agama bagi penduduk yang dijamin oleh Negara.

· Pokok Keempat ( pasal 31 )mengatur hak asasi mengenai pengajaran.

Pasal 27(1) Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.(2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.(3) Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. 2)

Pasal 28D(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. 2)

(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. 2)

(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. 2)

(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. 2)

Pasal 28I(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun. 2)

(2) Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. 2)

(3) Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.

BAB XIIIPENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 4)

Pasal 31

(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan. 4)

WANITA DAN PEMBANGUNAN MENERUSI PENDIDIKAN

KAJIAN KES “ GURU SANDARAN SEKOLAH DASAR DI KAWASAN

LUAR BANDAR WILAYAH KEPULAUAN RIAU INDONESIA”

Pernyataan Masalah

Guru mempunyai peranan penting di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Setiap

aktifiti masyarakat tidak terlepas dari peranan seorang guru. Sehingga guru di

masyarakat sangat diperlukan dalam memberikan pencerahan dan kemajuan corak hidup

manusia.

Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat tertentu yang boleh membantu

pendidikan kejayaan. Menurut Undang-undang pendidikan Republik Indonesia nombor

14 tahun 2005 bab IV seksyen 8. Guru-guru dikehendaki untuk mempunyai kelayakan

akademik, kecekapan, sijil pendidikan, fizikal dan mental yang sihat, dan mempunyai

keupayaan untuk mencapai matlamat pendidikan negara.

Kelayakan akademik yang diperolehi melalui ijazah pengajian tinggi atau

program diploma empat. Kecekapan guru merangkumi kecekapan pedagogi, kecekapan

personaliti, kecekapan sosial dan kecekapan profesional yang diperolehi menerusi

pendidikan profesion. Pensijilan pendidik diadakan oleh sebuah kolej yang mempunyai

program perolehan yang ditauliahkan kakitangan pendidikan dan ditetapkan oleh

Kerajaan.

Berdasarkan kepada perkara-perkara ini untuk menjadi guru di Indonesia, seorang

guru mestilah mempunyai diploma, sehingga menguasai bahan subjek yang

diperuntukkan dan mendalami pengetahuan tentang hal itu, mesti faham ciri-ciri

keperibadian pelajar, menguasai ilmu pengajaran (didaktik) dan kaedah pengajaran

(metodologi), sehingga boleh menyampaikan bahan dan mengajarkan pengajaran yang

baik berasaskan kepada aktiviti utama untuk menghantar bahan pembelajaran. Dengan

pemahaman ilmu pengajaran, guru boleh faham strategi penyampaikan bahan-bahan

pembelajaran sehingga pelajar akan berminat mempelajari, menguasai dan menggunakan

bahan-bahan yang diajar kepadanya.

Namun guru sandaran di sekolah rendah tidak memiliki persyaratan yang

dimaksud karena mereka hanya tamat sekolah menengah atas, dan untuk memenuhi

persyaratan tersebut, mereka diharuskan belajar separuh masa.

Dari data yang diperoleh dari bagian pendidikan dan pengajaran, bahawa yang

banyak menjadi guru sandaran adalah dari kaum wanita.

Sehubungan dengan itu, kajian ini ingin mengkaji fungsi guru sandaran wanita di

sekolah rendah di kawasan luar bandar Wilayah Kepulauan Riau Indonesia.

Kes ini sangat unik menjadikannya minat untuk di selidik dan belum dikaji di Indonesia,

khususnya di Wilayah Kepulauan Riau.

Objektif Penyelidikan

Penyelidikan ini adalah bertujuan untuk:

(i) Mengenalpasti peranan guru sandaran wanita di kawasan Luar Bandar

wilayah Kepulauaan Riau Indonesia.

(ii) Mengenalpasti masalah guru sandaran wanita semasa bertugas sebagai

guru di kawasan Luar Bandar wilayah Kepulauan Riau Indonesia

(iii) Mengenalpasti masalah guru sandaran wanita semasa belajar separuh

waktu .

(iv) Mengenalpasti perbezaan kecekapan yang dimiliki guru sandaran

wanita dan guru kerajaan di kawasan Luar Bandar wilayah Kepulauan

Riau Indonesia

Persoalan Kajian

Untuk memudahkan proses pengumpulan dan analisis data untuk

mencapai objektif-objektif yang dinyatakan, maka kajian ini cuba menjawab

soalan-soalan berikut:

(i) Apakah peranan guru sandaran wanita di kawasan luar

bandar wilayah Kepulauan Riau Indonesia ?

(ii) Apakah masalah guru sandaran wanita di kawasan Luar

Bandar wilayah Kepulauan Riau Indonesia?

(iii) Apakah masalah guru sandaran wanita semasa belajar separuh waktu?

(iv) Adakah perbezaan kecekapan pedagogi guru sandaran wanita dan

guru kerajaan di kawasan Luar Bandar wilayah Kepulauan Riau

Indonesia?

(v) Adakah perbezaan kecekapan profesional guru sandaran wanita dan guru

kerajaan di kawasan Luar Bandar wilayah Kepulauan Riau Indonesia?

(vi) Adakah perbezaan kecekapan sosial guru sandaran wanita dan guru

kerajaan di kawasan Luar Bandar wilayah Kepulauan Riau Indonesia?

(vii) Adakah perbezaan kecekapan personaliti guru sandaran wanita dan guru

kerajaan di kawasan Luar Bandar wilayah Kepulauan Riau Indonesia?

Hipotesis Kajian

Untuk menjawab persoalan kajian iv, v,vi dan vii hipotesis Ho1.1, Ho2.1, Ho3.1

dan Ho4.1 Hipotesis dibina. Hipotesis ini juga diperincikan kepada 12 hipotesis

terbitan, iaitu:

Ho 1.1: Terdapat perbezaan yang signifikan kecakapan pedagogi antara guru

sandaran dan guru kerajaan berdasarkan masa kerja

Ho 1.2: Terdapat perbezaan yang signifikan kecakapan pedagogi antara guru

Sandaran dan guru kerajaan berdasarkan status usia.

Ho 1.3: Terdapat perpedaan yang signifikan kecakapan pedagogi antara guru

sandaran dan guru kerajaan berdasarkan status perkahwinan

Ho 2.1: Terdapat perbezaan yang signifikan kecakapan profesional antara guru

sandaran dan guru kerajaan berdasarkan masa kerja

Ho 2.2: Terdapat perbezaan yang signifikan kecakapan profesional antara guru

Sandaran dan guru kerajaan berdasarkan usia.

Ho 2.3: Terdapat perpedaan yang signifikan kecakapan profesional antara guru

sandaran dan guru kerajaan berdasarkan status perkhawinan

Ho 3.1: Terdapat perbezaan yang signifikan kecakapan social antara guru

sandaran dan guru kerajaan berdasarkan masa kerja

Ho 3.2: Terdapat perbezaan yang signifikan kecakapan social antara guru

Sandaran dan guru kerajaan berdasarkan usia.

Ho 3.3: Terdapat perbezaaan yang signifikan kecakapan social antara guru

sandaran dan guru kerajaan berdasarkan status perkahwinan

Ho 4.1: Terdapat perbezaan yang signifikan kecakapan personaliti antara guru

sandaran dan guru kerajaan berdasarkan masa kerja

Ho 4.2: Terdapat perbezaan yang signifikan kecakapan personali antra guru

Sandaran dan guru kerajaan berdasarkan usia.

Ho 4.3: Terdapat perpedaan yang signifikan kecakapan personaliti antara guru

sandaran dan guru kerajaan berdasarkan status perkhawinan