Upload
irhas86
View
198
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 1/62
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah diktat teori belajar dan pembelajaran telah selesai disusun
guna memenuhi kebutuhan belajar mahasiswa S1 Tarbiyah STAIN Malikussaleh
Lhokseumawe. Buku ini disusun dengan silabus mata kuliah teori belajar dan
pembelajaran oleh karena itu, isi buku ini merupakan kumpulan terjemahan, sanduran atau
ikhtisar dari buku-buku teks wajib mata kuliah teori belajar dan pembelajaran.
Ucapan terima kasih tak lupa penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah
membantu baik moril maupun spiritual sehingga terselesaikannya diktat ini, dalam
penulisan diktat ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan, oleh
karena itu, maka penulis minta maaf dan juga mengharap kepada pembaca agar
memberikan sumbangan pikiran demi kesempurnaan diktat ini.
Harapan penulis semoga diktat ini dapat berguna bagi semua mahasiswa umumny
dan bagi penulis khususnya dan akhir kalam hanya kepada Allah tempat kita berserah diri.
Lhokseumawe, 1 Oktober 2009
Penulis
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 2/62
DAFTAR ISI
A. Pengertian Teori Belajar Dan Pembelajaran
B. Fungsi Teori Belajar
C. Kegunaan Teori Belajar
D. Perbedaan Teori Belajar Dan Teori Pembelajaran
E. Teori Belajar Sebelum Dan Sesudah Abad Ke 20
F. Teori Belajar Behavioristik (Tingkah Laku)
- Teori Thorndike (Hukum Pengaruh)
- Teori ivan Pavlov (Classical Conditioning)
- Teori Skinner (Operant Conditioning)
G. Teori Belajar Koginitivisme
- Teori Jean Peaget (Teori Perkembangan/Cognitivisme Developmental)
- Teori jerome Bruner (Teori Belajar Penemuan/Discovery Learning)
- Teori Ausabel (Teori Belajar Bermakna) Dan Teori Belajar Tuntas Carol
H. Toeri Belajar Humanistik
- Teori Combs
- Teori Maslow
I. Teori Pembelajaran
- Teori Elaborasi (Reigeluth And Stein)
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 3/62
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Teori, Belajar Dan Pembelajaran
1. Teori
Kerlinger (1973) mendefinisikan teori sebagai seperangkat kontrak (konsep),
definisi dan proposisi yang memberikan pandangan sistematik mengenai gejala-
gejala dengan jalan menspesifikasikan hubungan-hubungan yang antara variable-
variabel dengan maksud untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Dengan
perkataan lain, teori menghimpun bersama-sama potongan-potongan data yang diperolehsecara empirik ke dalam suatu kerangka konseptual yang terpadu yang memiliki
penerapan yang lebih luas. Di samping itu, teori itu sendiri merupakan suatu sumber
hipotesis, suatu pernyataan yang tidak terungkapkan.
Teori mengidentifikasikan daerah-daerah yang kritis yang perlu diteliti lebih jauh.
Teori menjembatani jurang-jurang dalam pengetahuan kita, yang memungkinkan peneliti
untuk membuat dalil-dalil tentang adanya gejala yang belum diketahui sebelumnya.
Hoover (1984) teori adalah seperangkat proposisi yang dihubungkan untuk
menjelaskan mengapa suatu peristiwa terjadi dalam cara yang dilakukan. Proposisi
membangun suatu teori yang berisi konsep-konsep dan berkaitan atau berhubungan di
antara mereka.
Snelbecker, yang dikutip Dahar (1989), Teori adalah sekumpulan dalil yang mengikuti
aturan-aturan tertentu. Aturan tersebut dapat menghubungkan secara logis dalil satu
dengan yang lain dan pada data yang dinanti serta digunakan untuk memprediksi dan
menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati.
Oleh karena itu bila teori yang dimaksud dalam tulisan ini adalah teori belajar, dalil-
dalilnya berhubungan dengan pembicaraan psikologi dan akan dihubungkan pula dengan
data-data mengenai belajar dan teorinya dipandang dari segi psikologi pula.
Jadi, teori belajar menjelaskan tentang apa dan bagaimana belajar terjadi menurut
tokoh atau pakar tertentu.
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 4/62
2. Belajar
Menurut Teori Behavior belajar adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap
telah belajar sesuatu bila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah lakunya. Manusia
sangat dipengaruhi oleh kejadian-kejadian dalam lingkungan yang akan memberikan
pengalaman kepadanya. Belajar disini merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi
berdasarkan paradigma stimulus-respon (S-R) yang suatu proses memberikan respon
tertentu kepada stimulus yang datang dari luar.
Misalnya, seorang siswa belum bisa membaca, maka betapa pun ia keras belajar,
betapa pun gurunya berusaha sebaik mungkin mengajar atau bahkan ia sudah hafal huruf
A sampai Z diluar kepala namun bila siswa tersebut gagal mendemontrasikan
kemampuannya dalam membaca maka belum bisa dianggap telah belajar. Ia dianggap
telah belajar bila ia telah menunjukkan suatu perubahan dalam tingkah laku (dari tidak
bisa membaca menjadi bisa membaca).
Menurut teori yang terpenting adalah masukan yang berupa stimulus dan keluaran
yang berupa respon, faktor lain yang juga dianggap penting adalah faktor penguatan
(reinforcement) yaitu apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon.
Menurut teori kognitivisme belajar bukan hanya pembentukan tingkah laku yang
diperoleh karena pengulangan hubungan S-R dan adanya reward dan reinforcement
merupakan fungsi pengalaman-pengalaman perceptual dan proses kognitif yang mencakup
ingatan, pengolahan informasi dan sebagainya.
Proses belajar disini termask mengatur stimulus yang diterima dan menyesuaikan
dengan struktur kognitif yang sudah ada atau diperoleh berdasarkan pengalaman-
pengalaman sebelumnya sehingga terjadi perubahan dalam tingkah laku.
Dengan kata lain dapat dikemukakan belajar menurut teori ini adalah perubaan
persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk
perubahan tingkah laku yang diamati.
Menurut teori humanistik , proses belajar harus bermuara pada manusia itu sendiri.
Menurut teori ini tujuan belajar adalah “memanusiakan manusia”. Proses belajar
dianggap berhasil jika siswa telah memahami lingkungan dan dirinya sendiri. Dengan kata
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 5/62
lain siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai
aktualisasi diri, pemahaman diri, serta realisasi diri secara optimal.
3. pembelajaran
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses pemrolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada para peserta didik.
Dengan kata lain pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar
dapat belajar dengan baik.
Pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, walaupun
mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar supaya
peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif
yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek
afektif), serta keterampilan (aspek psikomotorik) seseorang peserta didik. Pengajaran
memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan guru saja, sedangkan
pembelajaran juga menyiratkan adanya interaksi antara guru dengan peserta didik.
B. Fungsi Teori Belajar
Mulyati (2005) mengemukakan ada dua fungsi teori:
Fungsi pertama teori belajar adalah menyistematisasikan penemuan peristiwa-
peristiwa dari pengamatan dan penelitian yang sangat kompleks dan mungkin tampak
berlawanan, melalui perumusan, kompleksitas dapat disederhanakan dan tidak hanya
mengumpulkan fakta-fakta yang kadang berbeda dan berulang. Contohnya suatu teori
menyatakan kebiasaan-kebiasaan yang kompleks merupakan kumpulan sejumlah refleks
bersyarat. Contoh tersebut merupakan penyederhanaan percobaan Pavlov yang
pelaksanaannya, antara lain:
a. Anjing disodori makanan diiringi bunyi lonceng dan reaksinya mengeluarkan air
liur
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 6/62
b. Percobaan dilakukan berkali-kali dan reaksinya sama
c. Pada suatu kali, lonceng dibunyikan tanpa disertai sodoran makanan dan reaksinya
pun sama, mengeluarkan air liur.
Fungsi kedua adalah menjelaskan mengapa proses berakibat demikian, peristiwa satu
mengapa diikuti yang lain dan seterusnya. Jadi teori belajar menjelaskan tentang apa dan
bagaimana belajar terjadi menurut tokoh atau pakar tertentu.
Dahar (1996) mengemukakan ada empat fungsi teori yaitu:
1. Mensistematiskan penemuan-penemuan. Suatu teori data digunakan untuk
mensistematiskan penemuan-penemuan penelitian dan memberi arti pada peristiwa-peristiwa yang kelihatannya saling tidak ada hubungannya.
2. Melahirkan hipotesis-hipotesis suatu teori merupakan suatu generator yang tidak
ternilai dari hipotesis-hipotesis penelitian. Salah satu kegunaan teori adalah untuk
menyampaikan pada para ilmuwan dimana mencari jawaban-jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan.
3. Membuat prediksi
Suatu teori dapat digunakan untuk melakukan prediksi. Suatu teori bukan hanya
membawa ilmuan pada pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan
berguna, melainkan juga teori itu dapat memperlihatkan apa yang dapat
diharapkannya untuk ditemukan, bila ia telah melakukan eksperimen atau
penguatan.
4. Memberikan penjelasan.
Suatu teori dapat digunakan untuk menjelaskan. Fungsi teori dalam hal ini adalah
untuk menjawab pertanyaan “mengapa” terjadi peristiwa-peristiwa tertentu dan
mengapa manipulasi suatu variable menghasilkan perubahan pada variabel yang
lain.
C. Kegunaan Mempelajari Teori Belajar
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 7/62
Hoover (1984) menyebutkan ada empat kegunaan teori dalam ilmu sosial. Yaitu:
1. Teori memberikan pola untuk menginterpretasi data,
2. Teori menghubungkan satu penyelidikan dengan penyelidikan lainnya,
3. Teori memberikan kerangka konsep dan variabel-variabel untuk memperoleh
pengetahuan,
4. Teori mengarahkan kita untuk mengintepretasikan makna yang luas dari
temuan-temuan penelitian.
D. Perbedaan Teori Belajar Dan Teori Pembelajaran
Bruner (1964) telah melakukan landasan dari ilmu pembelajaran dengan membuat
perbedaan antara teori belajar dan teori pembelajaran, ia mengemukakan bahwa teori
belajar adalah deskriptif. Sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif. Artinya teori
belajar mendeskripsikan terjadinya proses belajar, sedangkan teori pembelajaran
menpreskripsikan strategi atau metode pembelajaran yang optimal untuk memudahkan
proses belajar.
Teori belajar menaruh perhatian pada bagaimana seseorang belajar. Sedangkan
pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang lain
agar terjadi proses belajar. Dengan kata lain, teori pembelajaran berurusan dengan upaya
mengontrol variabel-variabel yang dispesifikasikan dalam teori belajar agar dapat
memudahkan belajar.
E. Klasifikasi Teori Belajar
1. Teori belajar sebelum abad ke 20
Sebelum abad ke 20 telah berkembang beberapa teori belajar yaitu:
a. Teori Disiplin Mental
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 8/62
Teori ini menganggap bahwa dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau
dilatih. Misalnya dalam mengajar siswa membaca guru melatih “otot-otot” mental siswa
mulai dari menghafal huruf-huruf, kata-kata, kalimat dan seterusnya hingga mereka bisa
membaca. Pengembang teori ini Plato dan Aristoteles.
b. Teori Perkembangan Alamiyah
Teori ini berlawanan sekali dengan teori disiplin mental, menurut teori
perkembangan alamiyah anak akan berkembang secara alamiyah. Belajar baru
akan terjadi dan mendatangkan hasil bila anak telah benar-benar merasakan
kebutuhan untuk belajar. Saat itu anak akan melakukannya dengan penuh kegembiraan.
Misalnya ia belajar membaca karena membutuhkan untuk mengetahui isi pengetahuan
dalam tulisan ini dan belaja berhitung karena ingin tahu cara memecahkan suatu masalah
secara aritmatis.
Jadi guru-guru lebih mementingkan perkembangan kematangan daripada menanamkan
keterampilan-keterampilan tertentu. Lagi pula mereka menginginkan agar belajar
merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi anak. Pengembang teori ini adalah Jean
Jack Rouseau (1712-1778), Heinrich Pestalozzi (174601827), Frederich Froebel
(1782-185)
c. Teori Apersepsi
Teori ini berlawanan dengan teori disiplin mental dan pengembangan alamiyah.
Menurut teori apersepsi belajar merupakan suat roses terasosiasinya gagasan-
gagasan baru dengan gagasan-gagasan lama yang sudah terbentuk dalam pikiran.
Para pengikut teori ini akan mengajarkan siswa-siswa membaca, misalnya mengajarkan
benda-benda atau makhluk-makhluk hidup yang sudah dikenal siswa misalnya bola,
rumah, kucing, lembua dan lain-lain. Kemudian gru akan menulis di papan tulis l e m b u
dan menerangkan bahwa kata ini melambangkan lembu. Pengembang teori ini adalah
sering dikaitkan dengan Johann Friedrick Herbart (1776-1841).
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 9/62
Ketiga teori belajar tersebut diatas hingga sekarang masih dirasakan pengaruhnya di
sekolah-sekolah, dan teori-teori ini mempunyai ciri-ciri yang sama yaitu dikembangkan
tanpa dilandasi eksperimen. Ini berarti bahwa dasar orientasinya ialah filosofis atau
spekulatif.
2. Teori belajar abad ke 20
Teori-teori yang dikembangkan selama abad ke 20 dikelompokkan menjadi 4 teori
yaitu: pertama teori behavioristik (tingkah laku) yang meliputi: teori thorndike (tingkah
laku), teori ivan Pavlov (hukum pengaruh), dan teori skinner (operan conditioning),
kedua: teori kognitivisme yang meliputi: teori Jean Peaget, teori Jerome Bruber, teori
Ausubel, ketiga. Teori Humanistik yang meliputi: teori Kolb, teori Honey dan Mumford,
teori Habermas, teori Komb Dan Maslow.
BAB II
TEORI BELAJAR BEHAVIORISME
A. Teori Thorndike
1. Biografi Thorndike
Thorndike seorang psikolog Amerika yang hidup antara than 1878-1949. Ia kuliah diWesleyan University, Harvard dan di Columbia. Ia melakukan seluruh karir
profesionalnya di Teacher Colloge, Columbia, kecuali satu tahun di Western Reserve,
yakni tahun 1808-1810.1
2. Teori-Teori Thorndike
1 Mulyati, M.Pd, Psikologi Belajar , (Yogyakarta:Andi, 2005), Hal. 37
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 10/62
Evolusi teori belajar Thorndike dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yakni teori
belajar sebelum 1930 dan sesudah tahun 1930. Sebelum membicarakan perbedaan
pendapat dalam dua kurun waktu, prinsip-prinsip teori belajar Thorndike dapat dijelaskan
terlebih dahulu.2
Thorndike mengemukakan dua kelompok hukum tentang proses belajar, yaitu hukum
primer dan subside.
a. Hukum Primer
• Law of readiness
Masalah pertama hukum law of readiness adalah jika ada kecenderungan orang
bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan merasa puas. Akibatnya takkan pernah
melakukan tindakan lain.
Masalah kedua jika ada kecenderungan bertindak, tetapi ia tidak melakukannya, maka
timbulllah rasa ketidakpasaan, akibatnya ia akan melakukan tindakan lain.
Masalah ketiga adalah bila tidak ada kecenderungan bertindak padahal ia
melakukannya, maka timbullah ketidakpuasan. Akibatnya ia akan melakukan lain untuk mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.
• Law of exercise
Prinsip law of exercise adalah koneksi atau kondisi yang merupakan perangsang dengan
tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan, tetapi akan melemah bia koneksi
antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan.
• Law of effect
Hukum ini menunjukkan pada makin kuatnya atau makin lemahnya koneksi sebagai
hasil perbuatan.
2 Ibid. hal. 40
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 11/62
b. Hukum SubsideR
Ada lima macam hukum subsider yaitu:
• Hukum multirespon atau variasi reaksi
Seseorang dibiarkan membuat reaksi atau respons dan memilih yang lebih baik
dan mempunyai nilai intrinsic atau hadiah sosial.
• Hukum sikap, disposisi, prapenyesuaian diri atau set.
Orang yang belajar mendapatkan fakta secara pribadi dari hasil respons, sikap atau
set yang tidak hanya difikirkan dan dikerjakannya, tetapi juga dienggani.
• Hukum aktifitas parsial suatu situasi
Untuk menentukan respons variasinya terhadap situasi eksternal, pelajar
mengharapkan adanya efek.
• Hukum asimilasi atau respons terhadap analogi
Seseorang mengadakan respons terhadp suatu situasi baru dengan analogi yang
sungguh-sungguh diilustrasikan situasi tersebut.
• Hukum perubahan situasi
Fakta sama yang merupakan respons hasil perlawanan suatu insting atau
kebiasaaan, menghitung asimilasi maupun asosiasinya yang berubah.
Pada mulanya, pendidikan dan pengajaran di Amerika Serikat didominasi oleh
pengaruh dari Thorndike (1874-1949). Teori belajar Thorndike disebut “connectionism”
karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 12/62
respons. Teori ini sering disebut juga “trial and error learning”. 3 Thorndike mendasarkan
teorinya atas hasil-hasil penelitiannya terhadap tingkah laku berbagai binatang antara lain
kucing, tingkah laku anak-anak dan orang dewasa.
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respons.
Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran,
perasaan, atau hal-hal yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respons adalah
reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar yang juga dapat berupa pikiran,
perasaan ata gerakan.4
Menurut Thorndike, perubahan tingkah laku akibat dari kegiatan belajar dapat
berwujud konkrit yaitu yang dapat diamati atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat
diamati. Meskipun aliran behaviarisme sangat mengutamakan pengukuran, namun ia tidak
dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati.. teori
Thorndike ini disebut juga sebagai aliran koneksionisme (Connectionism).5
Menurut seorang pengikut aliran behaviorisme di amerika serikat yang juga
tergolong belajar perilaku (SR), yaitu Edward Lee Thorndike bahwa belajar terjadi melalui
trial and error (mencoba-mencoba dan salah akhirnya betul). Melalui eksperimennya pada
seekor kucing lapar yang ditempatkan dalam sanggar, yang tutupnya bisa terbuka bila
kucingmenyengol salah satu alat.
Mula-mula kucing melompat tetapi terus gagal. Suatu waktu kunci pintu tersenggol
secara kebetulan dan kucing pun bisa keluar dengan rasa senang. Bila diulangi lagi kucing
bisa keluar dengan waktu yang lebih singkat lagi.6
3. Eksperimen Thorndike
a. Pokok-Pokok Pelaksanaan Eksperimen
Thorndike mengadakan eksperimen terhadap seekor kucing muda yang lapar. Jika
kucing menyentuh tombol tertentu, pintu terbuka dan dia dapat lari menuju makanan yang
3 M. Dalyano, Psikologi Pendidikan, (Semarang:Rineka Cipta, 1996), hal. 304 C. Asri Budiningsih, Belajar Dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2004), Hal.215
Ibid. hal.226 Ramly Maha, Psikologi Pendidikan, (Banda Aceh: Ratha, 2002), Hal.27
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 13/62
disediakan. Percobaan berulang kali dilakukan sehingga dapat membuktikan bahwa
semakin lama kucing semakin cepat menyentuh tombol dan dengan segera dapat mencapai
makanan.7
b. Interpretasi Thorndike Atas Percobaannya
• Usaha-usaha binatang pada situasi yang berperangsang untuk keluar dari
kunkungan akan bermacam-macam. Tingkah laku mencoba keluar dari
kunkungan tidak berhubungan dengan tingkah laku yang bertujuan
membebaskan diri.
• Usaha dengan trial and error makin lama makin singkat karena binatang hanya
melakukan gerak-gerak yang berguna dan meninggalkan yang tidak berguna.
Ini berlaku secara mekanis tanpa disadari atau diketahui kucing.
4. Aplikasi Dalam Teori Pokok Belajar
Secara pragmatis teori pokok belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau
kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan berkaitan dengan peristiwa belajar.
Thorndike menggunakan hewan-hewan terutama kucing untuk mengetahui fenomena
belajar.8
Thorndike yang terkenal dengan pandangannya tentang belajar sebagai proses trial and
error itu dimulai dengan adanya beberapa motif yang mendorong keaktifan. Dengan
demikian untuk mengaktifkan anak dalam belajar diperlukan motivasi. Berdasarkan
beberapa eksperimen, Thorndike berkesimpulan bahwa belajar adalah hubungan antara
stimulus dan respons.
7
Mulyati, Psikologi…, hal.388 Muhibbin Syah, M.E.d, Psikologi Belajar , (Jakarta: Raja Grafindo persada, 1999), hal. 92
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 14/62
Kesimpulan
Thorndike adalah seorang psikolog Amerika yang hidup antara tahun 1878-1949. Ia kuliah
di Wesleyan University, Harvard dan Colombia. Thorndike mempunyai tiga bidang
karyanya yang sangat terkenal, yakni:
a. Proses belajar binatang
b. Hal psikologi pendidikan
c. Pengukuran mental dan himpunan kata-kata yang paling sering dalam bahasa Inggris
Thorndike berkeyakinan bahwa prinsip belajar binatang pada dasarnya sama yang berlaku
pada manusia, walaupun hubungan situasi dan perbuatan pada binatang tanpa diperantarai
pengertian.
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 15/62
B. Teori Classical Conditioning (Pembiasaan Klasik)
A. Ivan Pavlov
Ivan Pavlov mempunyai nama lengkap Ivan Petrovitch Pavlov dilahirkan di kota
Rayzan tahun 1849. Ia adalah seorang anak pendeta. Orang tuanya menginginkan supayaanaknya kelak mengikuti jejak langkah sang ayah yaitu menjadi pendeta, Karena itu dalam
pendidikan Pavlov memang disiapkan untuk itu. Tetapi Pavlov sendiri merasa tidak cocok
dengan pekerjaan sebagai pendeta itu, sehingga dia memilih jalannya sendiri yaitu
memilih belajar ilmu Kedokteran, dan mengambil spesialisasi di bidang fisiologi. Dan
pada tahun 1890 dia telah menjadi ahli fisiologi yang kenamaan, pada akhirnya ia menjadi
seorang ilmuwan besar Rusia, yang berhasil meraih nobel pada tahun 1904 (1909).9 Dan ia
meninggal dunia pada tahun 1936.
1. Latar Belakang Teori Pavlov
Latar belakang munculnya teori Ivan Pavlov ini kembali dan bertitik tolak dari
pandangan setiap para ahli, teori belajar yang bersifat eksperimental dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu teori belajar dan teori belajar kognitif. Tapi ada baiknya jika dijadikan
sebagai komplementasi. Dan hal ini semakin jelas kita menyadari bahwa diantara kedua
jenis teori belajar diatas belum ada yang final, artinya sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan.
Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya sangat
terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaaan seseorang dilihat
dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa yang paling sentral dalam
9 Dalam Buku Psikologi Pendidikan Karya Sumardi Suryabrata Tahun 1904, Sedangkan Dalam Buku
Psikologi Belajar Karya Muhibbin Syah Pada Tahun 1909
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 16/62
hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun bicara melainkan tingkah lakunya.
Pikiran mengenai tugas atau rencana baru akan mendapatkan arti yang benar jika ia
berbuat sesuatu (Bakker, 1985)
Bertitik tolak dari asumsinya bahwa dengan menggunakan rangsangan-rangsangan
tertentu, perilaku manusia dapat berubah sesuai dengan apa yang diinginkan, kemudian
Pavlov mengadakan eksperimen dengan menggunakan manusia. Namun demikian dengan
segala kelebihannya, secara hakiki manusia berbeda dengan binatang10. Dan untuk lebih
jelas bagaimana proses penelitian yang dilakukan Pavlov pada seekor anjing akan dibahas
pada sub bahasan berikut ini:
a. Classical Conditioning (Pembiasaan Klasik)
Kata Classical dalam teori Pavlov yang mengawali nama-nama teori semata-mata
dipakai untuk menghargai karya Pavlov yang dianggap paling dhaulu di bidang
Conditioning ( upaya pembiasaan) dan untuk membedakannya dari teori lainnya
(Gleitman, 1986), selanjutnya mungkin karena fungsinya, teori Pavlov ini juga dapat
disebut Respondent Conditioning (pembiasaan yang dituntut).
Adapun percobaan yang dilakukan oleh Pavlov melalui langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Anjing dioperasi kelenjar ludahnya sedemikian rupa sehingga memungkinkan
penyelidik mengukur dengan teliti air ludah yang keluar sebagai respons terhadap
perangsang makanan, yang disodorkan ke mulutnya.
Eksperimen Pavlov diulang beberapa kali hingga akhirnya diketahui bahwa air liur
sudah keluar sebelum makanan sampai ke mulut. Artinya air liur telah keluar saat
anjing melihat piring tempat makanan, melihat orang biasa yang memberi makanan
dan bahkan saat mendengar langkah orang yang biasa memberikan makanan.
Dengan demikian, keluarnya air liur karena ada perangsang makanan merupakan suatu
yang wajar, namun keluarnya air liur karena anjing melihat piring, orang atau bahkan
langkah seseorang merupakan sesuatu yang tidak wajar. Artinya dalam keadaan
10 Mulyati, Psikologi Belajar , Yogyakarta: 2005, Hal. 31
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 17/62
normal, air liur anjing tidak akan keluar hanya karena melihat piring makanan, orang
yang biasa memberi makanan dan mendengar langkah-langkah orang yang bisa
memberi makanan. Piring tempat makanan, orang dan langkah orang yang biasa
memberi makanan merupakan tanda atau signal.
Dalam eksperimennya, tanda atau signal selalu diikuti datangnya makanan. Berkat
latihan-latihan selama ekseperimen, ajing akan mengeluarkan air liurnya bila melihat
atau mendengar signal-signal yang digunakan dalam eksperimen.
Apabila dikaji secara mendalam menurut psikologi, refleks bersyarat merupakan reaksi
hasil belajar atau latihan. Namun sebagai seorang ahli fisiologi, Pavlov tidak tertarik
pada masalah tersebut karena lebih tertarik pada masalah fungsi otak. Dengan
mendapatkan refleks bersyarat. Pavlov berkeyakinan bahwa ia telah menemukan
sesuatu yang baru di bidang fisiologi. Ia ingin mengetahui proses terbentuknya refleks
bersyarat melalui penyelidikan mengenai fungsi otak secara tidak langsung.
2. Dalam usahanya memahami fungsi otak. Pavlov mengulangi eksperimen seperti diatas
dengan berbagai variasi. Adapun langkah-langkah ekseperimennya adalah:11
a. Anjing dibiarkan lapar
b. Pavlov membunyikan metronome dan anjing mendengarkannya dengan sungguh-
sungguh. Variasi lain dilakukan dengan menyalakan lampu dan anjing
memperhatikan lampu yang menyala.
c. Setelah metronome berbunyi atau lampu menyala selama 30 detik, makanan
diberikan dan terjadilah refleks pengeluaran air liur.
d. Percobaan tersebut, baik dengan membunyikan metronome maupun menyalakan
lampu, diulang berkali-kali dengan jarak waktu 15 detik.
e. Setelah diulang 32kali, bunyi metronome ata nyala lampu selama 30 detik dapat
menyebabkan keluarnya air liur dan semakin bertambah terus jika makanan
diberikan.
Dalam eksperimen kedua, ada hal-hal sebagai berikut:
11 Ibid. hal. 30
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 18/62
1) Bunyi metronome atau nyala lampu merupakn conditioning stimulus (CS) dan
makanan merupakan unconditioning stimulus (US).
2) Keluarnya air liur karena bunyi metronome atau nyala lampu merupakan
conditioning refleks (CR)
3) Makanan yang diberikan setelah air liur keluar disebut reinf orer (pengaruh) karena
memperkuat refleks bersyarat dan memberikan respon lebih kuat dibandingkan
dengan refleks bersyarat.
Bentuk bagan berikut menggambarkan hasil eksperimen Pavlov:
CS1 + US1 R1 (=UR)
CS2 + US2 R2 (=UR)
CSn + USn Rn (=CR+UR)
CS32 + R32(=CR)
3. Eksperimen-eksperimen Pavlov berikutnya bertujuan mengetahui apakah refleks
bersyarat yang telah terbentuk dapat hilang atau dihilangkan
Melalui semua eksperimennya, Pavlov menyimpulkan bahwa refleks bersyarat yang
telah terbentuk dapat hilang atau dihilangkan.
Melalui semua eksperimennya, Pavlov menyimpulkan bahwa refleks bersyarat yang
telah terbentuk dapat hilang atau dihilangkan dengan jalan:
a. Refleks bersyarat yang telah terbentuk dapat hilang jika perangsang ata signal yang
membentuknya telah hilang. Hal ini dapat disebabkan perangsang atau signal yang
selama ini dikenal telah dilupakan atau tidak pernah digunakan kembali.
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 19/62
b. Refleks bersyarat dapat dihilangkan dengan melakukan persyaratan kembali
(reconditioning). Caranya seperti pada eksperimen kedua misalnya, bunyi
metronome yang digunakan sebagai signal telah berhasil membentuk refleks
bersyarat. Kemudian, bunyi metronome tidak digunakan kembali dan diganti
dengan nyala lampur. Dalam waktu yang cukup lama, jika metronome dibunyikan
kembali, tidak akan mengakibatkan refleks bersyarat karena sekarang refleks
bersyarat muncul jika ada nyala lampu kenyataan menunjukkan bahwa hewan
m……….emiliki daya ingat terbatas, seperti halnya manusia.
4. Eksperimen lain dari Pavlov bertujuan mengetahui kemampuan binatang dalam
membedakan bermacam-macam perangsang agar menolong kemajuan studi ilmiah
tentang belajar. Namun demikian, penemuan-penemuan Pavlov tidak banyak
diterapkan pada belajar di sekolah (Dahar, 1989).
b. Teori Classical Conditioning Pavlov Dalam Konteks Belajar
Seperti yang telah diketahui, apa yang dilakukan Pavlov bukan untuk mengembangkan
teori belajar. Setelah banyak orang mengakui teori Pavlov bermanfaat di dunia psikologi,
banyak ahli pendidikan baru mulai memanfaatkan teorinya untuk mengembangkan atau
memberikan kontribusi pada psikologi pendidikan pada umumnya dan teori belajar
khususnya.
Menyadari latar belakang di atas, kita sebagai pendidikan harus menempatkan teori
Pavlov secara tepat. Sebaiknya, kita menggunakan teori conditioning sebagai referensi
belajar secara fleksibel karena eksperimen Pavlov adalah perilaku binatang. Padahal
subyek belajar adalah manusia. Ada perbedaan hakiki antara binatang dan manusia, yaitu
manusia memiliki pikiran dan perasaan yang tentu berbeda dengan binatang.
Oleh karena itu, teori responden hanya digunakan untuk menjelaskan proses
belajar secara umum, yaitu pengaruh kondisi tertentu terhadap sikap, perasaan dan
pikiran subyek didik dalam belajar. Namun, kita tetap memperhitungkan
pengecualian-pengecualian sebagaimana dalam menggunakan generalitas, tidak
menegas partikularitas dengan sendirinya.
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 20/62
Salah satu konsep yang berkaitan dengan eksperimen Pavlov adalah pemberian tanda,
stimulus dan respons yang tidak dikondisikan sebagai hasil proses instingtual ( Gage dan
Berliner, 1957), sedangkan hubungan S-R yang dikondisikan disebabkan latihan. Latihan
menyebabkan perubahan tingkah laku, terutama perubahan neuron atau sel-sel syaraf.
Oleh karena itu, wajar jika Pavlov disebut Neurobehaviorisi karena menyatakan bahwa
interaksi antara stimulus dan respons terjadi melalui proses neural. Sementara itu, dalam
belajar yang dilakukan manusia, yang ada bukan hanya tanda, tetapi juga symbol.
Demikian pula dalam hal belajar manusia yang tidak hanya mengenal latihan, tetapi juga
belajar (dengan konsep lain). Konsep simbol dalam belajar pada diri manusia
menyebabkan perbedaan antara manusia dengan hewan. Manusia memiliki pikiran dan
perasaan, bukan hanya insting seperti yang dimiliki binatang.
Dengan akal pikiran dan perasaan, manusia mampu membedakan tanda dari simbol.
Tanda adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari apa yang ditandakan (Bakker,
1985).
Kita menyadari bahwa manusia maupun binatang mengenal tanda. Akan tetapi,
berkaitan dengan pikiran dan perasaan yang dimiliki, manusia tidak mau berhenti hanya
pada tanda, melainkan akan melangkah pada simbol. Manusia tidak puas dengan apa yangada pada benda, melainkan memiliki kecenderungan mengetahui apa yang ada dibalik
benda dan yang terkait dengannya. Ruang tanda diperluas sehingga mempunyai arti dan
menjadi lebih intens (Bakker, 1985). Kalau tanda menunjuk pada suatu objek, maka
simbol lebih menunjuk pada suatu konsep (Toety HN, 1984)
Pengembangan dari tanda menjadi simbol menyebabkan perbedaan menyolok antara
perilaku manusia dengan binatang. Lebih jauh, kita dapat menyebabkan bahwa binatang
dapat melakukan perubahan tingkah laku karena proses instingtual dan latihan, sedangkan
proses perubahan tingkah laku pada manusia disebabkan belajar, di samping karena
instingtual dan latihan pula. Apabila binatang tidak mampu mengembangkan apa yang
telah diajarkan atau dilahirkan, maka sebaliknya, manusia selalu berusaha
mengembangkannya. Dengan demikian, sangat tepat apa yang dikatakan Immanuel Freire
(1984).
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 21/62
Perasaan dan akal pikiran yang potensial pada manusia menyebabkan stimulus yang
sama tidak selalu menimbulkan respons sama dan sebaliknya, respons sama tidak selalu
disebabkan stimulus yang sama. Namun demikian, ada baiknya bila kita dapat
menggunakan kerangka teori Pavlov untuk membantu menjelaskan proses secara fleksibel.
Contohnya sikap ramah seorang guru memiliki kecenderungan menimbulkan respons
positif pada subyek didik, meskipun ada kemungkinan timbulnya respons negative pada
subyek didik maja. Demikian pula, latar belakang ekonomi rendah dapat menimbulkan
respons berubah semangat belajar tinggi dan sebaliknya. Pada awal pelajaran, konsep-
konsep yang sulit dapat menimbulkan shock symbol pada sebagian subyek didik, tetapi
justru dapat pula merangsang subyek didik belaja gigih agar memahaminya.
c. Pengaruh Teori Pavlov
Eksperimen-eksperimen Pavlov awalnya tidak bertujuan menemukan teori belajar,
meskipun sangat dipengaruhi oleh psikologi behaviorisme, sesuai dengan kedudukannya
sebagai ahli fisiologi, eksperimen Pavlov lebih bertujuan memahami fungsi otak.
Hasil-hasil eksperimen Pavlov ternyata sangat berguna bagi pengembangan teori
belajar. Oleh karena itu, tidak berlebihan apabila banyak ahli pendidikan mengadopsi
hasil-hasil eksperimen Pavlov untuk mengembangkan teori belajar. Namun demikian, apa
yang diperoleh Pavlov bukan suatu yang final sehingga kita sebaiknya fleksibel
menggunakannya.
Pengaruh Pavlov kepada para ahli fisiologi malah begitu besar, pengaruhnya yang
besar justru dalam lapangan psikologi. Pada dewasa ini psikologi di Uni Soviet (Rusia
Sekarang) dikata adalah seluruhnya Pavlovian. Pendapat-pendapat Pavlov dijadikan
landasan bagi psikologi di Uni Soviet (Rusia) hal tersebut serasi dengan filsafat serta
doktrin historis-materialisme.
Salah seorang ahli berjasa dalam menyebarkan pengaruh Pavlov itu dalam lapangan
psikologi adalah Von Bechterev. Kecuali Uni Soviet sendiri, di Amerika Serikat pengaruh
aliran psikologi ini besar sekali. Ketika J.b Watson membaca karya Pavlov itu, dia merasa
mendapatkan model yang cocok dengan pendiriannya, untuk menjelaskan tingkah laku
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 22/62
manusia, jadi Pavlovianisme ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan
Behaviorisme di Amerika Serikat.
Kesimpulan
Dari pemaparan makalah diatas, dapat disimpulkan bahwa teori Ivan Pavlov ialah
peletak batu pertama dari teori-teori perilaku yang ada pada zamannya. Akan tetapi teori
yang ada belumlah mencapai final akan tetapi masih terus berkembang sesuai dengan
kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Teori Ivan Pavlov ini menunjukkan bahwa
perilaku belajar manusia membutuhkan sebuah rangsangan yang dapat menimbulkan
proses belajar pada diri seorang peserta didik. Dalam teori Ivan Pavlov mengambil contoh
anjing untuk dijadikan eksperimennya kare na manusia menurutnya mempunyai kesamaan
dengan hwan, akan tetapi hakikatnya deng an segala kelebihan manusia tidak sama
dengan binatang.
Saran
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran di Negara kita
perlu mempelajari teori-teori yang dihasilkan oleh para ahli di luar Negara kita, karena
siapa tahu teori tersebut cocok dengan perilaku dan kemampuan yang dimiliki oleh
masyarakat kita.
B. Belajar Menurut Teori Skinner
1. Biografi Skinner
Burrhus Frederic Skinner lahir pada tahun 1904. Burrhus Frederic Skinner adalah
seorang penganut behaviorisme yang dianggap kontroversial yang menerangkan tingkah
laku. Pada tahun 1938 B.F Skinner menerbitkan bukunya yang berjudul “The Behavior Of
Organism”. Dan pada tahun 1974, B.F Skinner menerbitkan bukunya yang terakhir yang
berjudul “ About Behaviorsm”.12
12 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar , (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002), hal. 98
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 23/62
2. Teori Skinner
Teori pembiasaan perilaku respons ini merupakan teori belajar yang berusia paling
muda dan masih sangat berpengaruh dikalangan para ahli psikologi belajar masa kini.
Tema pokok yang mewarnai karya-karyanya adalah tingkah laku itu terbentuk oleh
konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh tingkah laku itu sendiri. Menurut
Skinner, perilaku tidak hanya dapat dirubah melalui pengaturan stimulus asli saja, tetapi
berasal dari perilku yang operant, yaitu langsung muncul setiap individu beroperasi dalam
lingkungannya. 13
Skinner menganggap “ Reward” atau “ Reinforcement” sebagai faktor terpenting
dalam proses belajar. Dia berpendapat bahwa tujuan psikoloi adalah meramal dan
mengontrol tingkah laku. Konsep-konsep yang dikemukakan oleh Skinner tentang belajar
mampu mengungguli konsep lain yang dikemukakan oleh tokoh sebelumnya.
Dikatakannya bahwa respon yang diberikan seorang guru/siswa tidaklah sederhana. Sebab
pada dasarnya stimulus yang diberikan kepada seseorang akan saling berinteraksi antara
stimulus-stimulus tersebut. Untuk memahami tingkah laku seseorang dengan benar, perlu
terlebih dahulu memahami hubungan antara stimulus satu dengan lainnya. Skinner
membagi dua jenis respon dalam proses belajar yakni:
Respondens : respon terjadi karena stimulus khusus
Operants : respon yang terjadi karena situasi random.
Dalam percobaannya dengan tikus-tikus dalam sangkar, digunakan suatu
“diskriminatif stimulus” (tanda untuk memperkuat respon) misalnya tombol, lampu,
pemindah makanan. Dalam pengajaran, operants conditioning menjamin respon terhadap
stimulus.14
Jenis-jenis stimulus”
a. Positive reinforcement: penyajian stimulus yang meningkatkan probabilitas suatu
respon.
13
Ramli Maha, Psikologi Pendidikan, (Banda Aceh: Ratha, 2002), hal. 2914 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Rineka Cipta, 1996), hal. 33
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 24/62
b. Negative reinforcement: pembatasan stimulus yang tidak menyenangkan, yang jika
dihentikan akan mengakibatkan probabilitas respon.
c. Hukuman : pemberian stimulus yang tidak menyenangkan.
Selanjutnya Skinner berpendapat bahwa proses belaar yang berlangsung dalam
eksperimen Pavlov itu tunduk terhadap dua macam hukum yang berbeda, yakni : law of
respondent conditioning dan law of respondent extinction. Secara harfiah, law of
respondent conditioning berarti hukum pembiasaan yang dituntut, sedangkan law of
respondent extinction adalah hukum pemusnahan yang dituntut.
3. Ekseperiman Skinner
Dalam salah satu eksperimennya, Skinner menggunakan seekor tikus yang
ditempatkan dalam sebuah peti yang kemudian dikenal dengan nama “Skinner Box”. Peti
sangkar ini mempunyai dua macam komponen, antara lain: manipulandum dan alat
pemberi reinforcement yang berupa wadah makanan. Manipulandum adalah komponen
yang dapat dimanipulasi dan gerakannya berhubungan dengan reinforcement.15
Dalam eksperimen tadi mula-mula tikus mengeksplorasi peti sangkar dengan cara lari
kesana kemari menciu benda-benda yang ada disekitarnya, mencakar dinding dan
sebagainya. Aksi-aksi seperti ini disebut “emitted behavior” (tingkah laku yang terpancar),
yakni tingkah laku yang terpencar dari organism tanpa memperdulikan stimulus tertentu.
Kemudian pada gilirannya secara kebetulan salah satu emitted behavior tersebut dapat
menekan pengungkit. Tekanan pengungkit ini mengakibatkan munculnya butir-butir
makanan ke dalam wadahnya.
Butir-butir makanan yang muncul merupakan reinforce bagi penekan pengungkit.
Penekan pengungkit inilah yang disebut tingkah laku operant yang akan terus meningkat
apabila diiringi butir-butir makanan yang muncul pada wadah makanan. Jelas sekali
bahwa eksperimen Skinner diatas mirip sekali dengan “trial and error” yang ditemukan
oleh Thorndike.16
15
Ibid. hal. 9916 Muhibbin Syah, …, Hal. 98
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 25/62
Percobaan Skinner dengan tikus menghasilkan sekumpulan prinsip yang melandasi
teori-teori behavioristik, antara lain:17
1. Konsekuensi-konsekuensi
Perilaku berubah yang menyenangkan akan memperkuat perilaku, sedangkah
konsekuensi yang tidak menyenangkan akan melemahkan perilaku,
2. Kesegaran (immediary) konsekuensi-konsekuensi yang segera mengikuti perilaku
lebih mempengaruhi daripada konsekuensi-konsekuensi yang datangnya lambat.
3. Jika guru membimbing siswa untuk mencapai tujuannya dengan memberikan
reinforcement pada langkah-langkah yang menuju keberhasilan, maka iamenggunakan teknik yang dibuat dengan shaping. Shapping ada dua macam yaitu:
a. External shaping, bila tekanan konstan terhadap tingkah laku datangnya dari luar.
b. Internal shaping, nilai tekanan konstan terhadap tingkah laku dari dalam organisme
bukan dari lingkungan fisik.
4. Aplikasi Dalam Proses Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar mempengaruhi arah pengembangan teori
dan praktik pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. 2) Aliran
ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak. Teori behavioristik dengan
model hubungan stimulus-responnya mendudukkan orang yang belajar sebagai individu
yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dapat dibentuk karena dikondisi dengan cara
tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan sem/ata-mata.18
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal
seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik siswa, dan fasilitas
pembelajaran yang ada. Pembelajaran yang dirancang dan dilaksanakan berpijak pada
teori yang memandang bahwa pengetahuan adalah objektif, pasti, tetap, tidak berubah.
Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan,
sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan ke orang yang belajar atau siswa.
17
Mulyati, Psikologi Belajar, (Yogyakarta: Andi, 2005), Hal. 4718 C. Asri Budiningsih, Belajar Dan pembelajaran, (Yogyakarta: Rineka Cipta, 2004), Hal. 27
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 26/62
Tujuan pembelajaran menurut teori ini ditekankan pada penambahan pengetahuan,
sedangkan belajar aktivitas yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali
pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, quis atau tes. Penyajian isi atau
materi pelajaran menekankan pada keterampilan yang terisolasi atau akumulasi fakta
mengikuti uratan dari bagian keseluruhan.19
Kesimpulan
Skinner adalah seorang tokoh psikolog yang sangat terkenal sekitar tahun 1938.
Dia tidak hanya terkenal dengan teorinya saja, tetapi juga terkenal dengan alat-alat
eksperimen yang diciptakannya. Salah satu teori Skinner yang sangat terkenal adalah
operant conditioning. Skinner berpendapat bahwa setiap perilaku mewakili sebahagian
kecil dari seluruh perilaku.
Studi Skinner terpusat dengan hubungan antara perilaku-perilaku dan konsekuensi-
konsekuensinya. Untuk melakukan sebuah percobaan dia menggunakan seekor tikus yang
bisa menghasilkan sekumpulan prinsip yang melandasi beberapa teori.
C. Teori Jean Peaget
1. Biografi Jean Peaget
Jean Peaget dilahirkan di Neuchatel pada tahun 1896. Dan meninggal Geneva dalam
usia 84 tahun. Jean Peaget sangat tertarik kepada ilmu bilogi dan ia pernah menulis paper
tentang albino sparrow (burung gereja albino) yang semakin ia tertarik pada memperdalam
ilmu dalam.
Selama masa jabatan sebagai professor psikologi anak, Piaget juga banyak melakukan
penelitian pada ilmu pengetahuan tentang genetic, keterikatan Piaget untuk menyelidiki
peran genetik dan perkembangan anak, akhirnya Piaget menghasilkan suatu maha karya
yang dikenal dengan nama (teory of cognitive development) teori perkembangan kognitif.
Dalam teori perkembangan kognitif, Piaget menggunakan tahap-tahap yang harus
dilalui oleh seorang anak dalam mencapai tingkatan perkembangan proses berpikir secara
19 Ibid. hal. 28-29
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 27/62
formal. Teori ini tidak hanya diterima secara luas dalam bidang psikologi akan tetapi juga
sangat pengaruhnya di dalam bidang pendidikan.
2. Teori Perkembangan Piaget
Perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik yaitu suatu proses yang
didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem saraf. Dengan demikian makin
bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel sarafnya dan makin
meningkat pula kemampuannya.
Ketika individu berkembang menuju kedewasaan tentunya akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya, dan akan menyebabkan adanya perubahan-perubahan
kualitatif di dalam struktur kognitifnya.
Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi secara stimulus, yaitu:
1. Asimulasi adalah : suatu proses perubahan apa yang dipahami sesuai dengan
struktur kognitif yang ada sekarang.
2. Akomodasi adalah : suatu proses perubahan struktur kognitif sehingga dapat
dipahami.
Dengan kata lain, apabila individu menerima informasi atau pengalaman baru, maka
informasi tersebut akan dimodifikasi sehingga cocok dengan struktur kognitif asimulasi.
Dan apabila struktur kognitif yang sudah demikiannya yang harus disesuaikan dengan
informasi yang diterima maka disebut akomodasi.
Dalam beberapa Teori Piaget memandang bahwa proses berfikir sebagai aktivitas
Gradual dari fungsi intelektual dari konkrit menuju abstrak. Menurut Piaget pertumbuhan
kapasitas mental memberikan kemampuan-kemampuan mental baru yang sebelumnya
tidak ada, pertumbuhan intelektual adalah kognitif melainkan kualitatif.
Piaget menyelidiki masalah yang sama dari segi penyesuaian adaptasi manusia serta
meneliti perkembangan intelektual terbentuk didalam individu akibat interaksi dengan
lingkungan.
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 28/62
Di dalam melakukan penelitian Jean Piaget menggunakan istilah “Scheme” secara
“ Interchangbly” dengan istilah struktur. Scheme adalah pola tingkah laku yang dapat
diulang. Scheme sangat berhubungan dengan:
- Refleksi-refleksi perubahan contohnya bernafas, makan dan minum
- Scheme mental pola tingkah laku yang masih sukar diamati seperti sikap
Menurut Piaget intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek yaitu:
a. Struktur disebut juga dengan “ sheme”
b. Isi disebut juga “content” yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu
menghadapi suatu masalah
c. Fungsi disebut juga “ function” yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai
kemajuan intelektual.
Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam yaitu:
a. Fungsi Organisasi adalah: berupa kecakapan seseorang/organism dalam menyusun
proses fisik dan psikis dalam bentuk sistem-sistem yang koheran.
b. Fungsi Adaptasi adalah : adaptasi individu terhadap lingkungannya.
3. Tahapan-Tahapan Perkembangan
a. Tahap sonsorimotor (umur 0-2 tahun)
Bayi lahir dengan refleks bawaan, skema dimodifikasi dan digabungkan untuk membentuk tingkah laku yang lebih kompleks. Cirri pokok perkembangan ini berdasarkan
tindakan dan dilakukan langkah demi langkah:
Kemampuan yang dimiliki antara lain:
1. Melihat diri sendiri, sebagai makhluk yang berbeda dengan objek sekitarnya
2. Mencari rangsangan melalui sinar lampu
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 29/62
3. Suka memperlihatkan sesuatu lebih lama
4. Mendefinisikan sesuatu dengan manipulasi
5. Memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin berubah tempatnya.
1. Tahapan Preoperasional (2-7)
Dalam tahapan ini anak mulai tumbuh kognitifnya, tetapi masih terbatas pada hal-
hal yang dapat untuk dijumpai dalam lingkungannya saja, baru pada menjelang akhir
tahun kedua anak mulai mengenal simbol nama, dan anak juga telah mampu menggunakan
bahasa dalam mengembangkan konsepnya walaupun masih sangat sederhana.
2. Tahapan OperasIONAL Konkrit (7-11)
Dalam tahapan ini anak telah mengetahui simbol-simbol matematis akan tetapi
belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak
3. Tahapan Operasional Formal (11)
Anak telah mempunyai pemikiran yang abstrak, pada bentuk-bentuk lebih kompleks.
a. Pada pemikiran anak remaja adalah:
Hypothetico deduktif, ia telah dapat membuat hipotesis-hipotesis dari sesuatu
problema dan membuat keputusan terhadap problem itu secara tepat, tetapi anak
kecil belum dapat menyimpulkan apakah hipotesis ditolak atau diterima.
b. Periode Propositional Thinking
Remaja telah dapat memberikan statemen atau proporsi berdasarkan pada data
yang konkrit.
c. Periode Combinatioral thinking
Bila remaja itu mempertimbangkan tentang pemecahan problem. Ia telah dapat
memisahkan faktor-faktor yang menyangkut darinya dan mengombinasi faktor-
faktor itu.
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 30/62
BAB III
TEORI BELAJAR KOGNITIVISME
A. Teori-Teori Belajar Penemuan J. Bruner
1. Latar Belakang Masalah
Sebagaimana yang kita ketahui dewasa ini, banyak Ilmuwan Barat yang berlomba
mencetuskan bermacam teori yang berkenaan dengan belajar. Mereka ini saling
mempertahankan teori masing-masing dimana teori-teori tersebut telah diadakan berbagai
macam uji coba.
Tiap-tiap ahli psikologi mendasarkan teorinya ada hasil eksperimennya, namun tidak
seluruh eksperimen menentukan teorinya, sebab ahli sebelumnya pun telah
mengemukakan pendapatnya dan demikian pula dengan Bruner.
Belajar merupakan suatu kegiatan disengaja yang bertujuan mencapai suatu
kecakapan, kepandaian atau kemahiran baru yang dapat digunakan dalam kehidupan, tidak
seorang pun membantah bahwa sepanjang hidupnya manusia tidak akan pernah berhenti
belajar, setiap menghadapi situasi baru, ia selalu mempelajarinya “agar dapat bereaksi
secara baik” terhadap kondisi yang sedang dihadapinya. Pernyataan tersebut tentu
merupakan penafsiran yang sangat umum tentang belajar.
Agar usaha menghadapi hal baru ini dapat dikatakan suatu kegiatan belajar, maka hal
baru harus mengandung masalah meskipun kecil. Sehingga dalam mengatasi atau
memecahkan masalah usaha belajar akan berperan. Disinilah manusia sebenarnya
menemukan sesuatu yakni kecakapan baru yang dapat digunakan untuk menghadapi
kondisi saat itu dan yang mirip dengannya.
2. Arti Discovery Dalam Belajar Penemuan
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 31/62
Banyak ahli psikologi dengan segala aliran dari masa ke masa selalu merumuskan
konsep-konsep tentang belajar. Kemudian tiap aliran atau pandangan mempunyai definisi
model dan konsep belajar yang berbeda.
Teori seorang tokoh dari aliran kognitif dalam psikologi belajar akan dibahas, yakni
Jerome Burner. Namun sebelum sampai pada pemahaman tentang teorinya, yaitu belajar
penemuan (discovery learning), kita perlu menelusuri arti penemuan (discovery).
Walaupun orang dapat mengatakan bahwa balajar berarti menghasilkan suatu
penemuan, kita akan memperoleh arti khusus belajar dari konsep yang diajukan Bruner.
Namun sebenarnya sebelum konsep itu terbit, ahli lain sudah mendahuluinya.
Ahli psikologi kognitif lain seperti Piaget menyarankan bahwa anak-anak sebaiknya
diberi peran aktivitas kognitif di kelas agar dapat menyokong belajarnya dalam
memperoleh “penemuan” (Dembo, 1981)
Banyak ahli menganggap Dewey (1933) seorang pelopor aliran behavioristik
mempunyai banyak andil dalam menegakkan konsep discovery learning. Dengan
“learning by boing”nya, Dewey mempraktikkan analisisnya tentang “the complete art of
reflective” sebab ia membuat garis besar model berfikir mulai dari hal yang
membingungkan sampai pemecahannya.
Mengenal discovery learning, Johnson (1979) membedakan dengan inquiry learning.
Dalam discovery learning, ada pengalaman yang disebut AHA experience yang mungkin
dapat diartikan seperti “Nah, ini dia”. Sebaliknya inquiry tidak selalu sampai pada proses
tersebut. Mengapa demikian? Hal ini karena akhir proses discovery learning adalah
penemuan, sedangkan bagi inquiry learning akhirnya terletak pada kepuasaan berkegiatan
meneliti.
Meskipun Bruner bukan konseptor pertama tentang discovery learning, tetapi
pengembangan serta penerapannya dalam praktik pengajaran (instruksional) patut
dipahami.
3. Belajar Sebagai Proses Kognitif
Teori kognitif merupakan teori yang umumnya dikaitkan dengan proses belajar.
Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental berupa mengamati, melihat, menyangka,
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 32/62
memperhatikan, memberikan, membayangkan, berfikir, mempertimbangkan, menduga dan
menilai. Dengan kata lain, kognisi menunjuk pada konsep tentang pengenalan. Teori
kognitif menyatakan bahwa proses belajar terjadi karena ada variable penghalang pada
aspek-aspek kognisi seseorang (Hilgard, 1956 dan Chaplin 1989).
Belajar melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan, yaitu memperoleh
informasi baru, transformasi dan menguji relevansi dan ketetapan pengetahuan
(Dahar:1989). Informasi baru merupakan penghalusan informasi sebelumnya kemudian
ditransformasikan. Pada tahap transformasi seseorang memperlakukan pengetahuan agar
cocok dengan tugas baru. Mungkin melalui cara ekstrapolsi dan bentuk lainnya pada
proses terakhir ini ada pengujian cara memperlakukan pengetahuan apakah sesuai dengan
tugas?.
Sebagai psikolog Bruner lebih memperhatikan perkembangan kemampuan mental.
Berkaitan masalah pengajaran, ia mengemukakan dalil tentang intruksi. Ada dua sifat
dalam teori intruksi yaitu preskriptif dan normative. Preskriptif berhubungan dengan
mekanisme penguasaan pengetahuan, keterampilan dan tekhnik pengukuran atau evaluasi
hasil. Sedangkan normative berhubungan dengan penguasaan penentuan dan kondisi
tujuan (Bower dan Hilgard:1981).
Teori instruksi dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Kecenderungan belajar yaitu adanya pengalaman dan konteks yang mendorong
seseorang untuk belajar.
2. Struktur pengetahuan yaitu tubuh pengetahuan terstruktur sehingga memudahkan
kesiapan meraihnya.
3. Rangkaian keteraturan yaitu keberadaan materi belajar yang bergerak dari
eksterinsik menuju intrinsic
Melalui teori intruksi, setiap subjek dapat belajar efektif melalui bentuk-bentuk
kognitif sederhana pada tiap perkembangan anak dan hal itu disebut aphorism.
Dalam suatu dekade, teori intruksi Bruner mulai dikembangkan oleh para hali
psikologi dengan berbagai pendekatan. Walter (1978) memaparkan Sembilan langkah
dalam model pendekatan sistem instruksional yaitu:
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 33/62
1. Mengidentifikasi tujuan instruksional
2. Menganalisa instruksional
3. Mengidentifikasi karakteristik dan perilaku peserta
4. Menuliskan tujuan perbuatan tertentu
5. Mengembangkan kriterian-referenced-test
6. Mengembangkan strategi instruksional
7. Mengembangkan dan mengadakan seleksi instruksional
8. Membuat desain dan melaksanakan evaluasi formative
9. Merevisi instruksional
Belajar merupakan proses kognitif yang akan menjadi optimal jika ada kebutuhan
yaitu kebutuhan kognitif. Kebutuhan berdasarkan kepada organisasi perceptual
pengalaman masa lampau yang berkaitan dengan pengalaman masa kini serta pengharapan
masa mendatang. Manusia pada hakikatnya memiliki skema kognitif yang didalamnya
tersirat struktur.
Kemudian struktur kognitif akan menentukan proses belajar seseorang. Struktur sangat
penting dalam proses belajar sebab melalui struktur belajar akan menghasilkan sesuatu
yang baru dan dapat mengembangkan kelayakan manipulasi tubuh ilmu (Ausubel: 1978)
Bahasa pun mempengaruhi pengembangan kognisi. Manusia mempunyai
kecenderungan mengkomunikasikan kognisi dan komunikasi hanya dapat dilakukan
melalui bahasa. Hasil komunikasi atau dialog akan memberikan berbagai pengenalan.Susanne (1955) berpendapat bahwa bahasa merupakan produk budi manusia yang penuh
misteri dan paling penting.
Menurut pendapat Vygotsky yang dikutip Nung Muhajir (1987) ada hubungan erat
antara bahasa dan kognisi. Hubungan ditandai oleh dua fase yaitu perkembangan kognisi
dan diikuti fase bahasa yaitu fase sinkretik dan komplektif.
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 34/62
Dalam fase sinkretik bahasa dan berfikir berdiri sendiri dan berfungsi
mengekspresikan perasaan dan fungsi sosial serta memecahkan masalah secara naïf. Lebih
lanjut dalam fase komplekstif ada internalisasi arti tanda atau simbol dan berguna untuk
mengoperasikan arti lebih lanjut yaitu representasi dan sistem abstrak kehidupan manusia.
Makna representasi dapat diasumsi sebagai kemampuan identifikasi terhadap persaaan
dan perbedaan. Kemampuan identifikasi menunjukkan adanya perkembangan kognisi
yang ekuivalen menjadi satu kelas dan kelas menunjukkan kategori. Masuk tidaknya proes
identifikasi pada suatu kategori disebut koding. Bruner menyebut penataan pengodean
sebagai representasi.
Ada tiga modus perkembangan dalam penyajian yaitu enaktif, ekonik, simbolik.
Ketiga modus representasi menunjukkan sifat belajar sebagai proses kognitif berlandaskan
kemampuan ekspresi bahasa. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya konsep waktu
internal dimana setiap jenjang pendidikan baik SD, SMP, SMA maupun PT mempunyai
perbedaan karena bahasanya, setiap jenjang pendidikan mempunyai perbedaan dalam
mengekspresikan bahasa.
4. Dinamika Belajar Penemuan
Berdasarkan pemikiran Bruner tentang pembentukan konsep teori belajar kognitif,
penting struktur kesejajaran perkembangan kognitif dan bahasa dan teori intruksi, belajar
penemuan menunjukkan pada suatu kreativitas manusia terhadap pengalaman dan tatanan
secara epistimologis, kreativitas merupakan konsep percaya diri.
Belajar penemuan akan memberikan keleluasaan siswa dalam memecahkan masalah di
bidangnya. Membiarkan siswa memecahkan masalah dan menentukan makna
memungkinkan mereka belajar konsep dengan bahasa yang diketahui dan melalui modus
representasi yang dimiliki keuntungan belajar penemuan menurut Bruner adalah:
1. Ada nilai tambah dalam potensi intelektual
2. Tekanan terletak pada hadiah instrinsik
3. Siswa belajar menemukan sesuatu
4. Memungkinkan siswa mengingat informasi
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 35/62
Contoh gambaran belajar penemuan misalnya di bidang bahasa ilmu bumi. Di bidang
bahasa belajar penemuan bertujuan mereduksi bahasa ke dalam tipe-tipe dan tatanan
sedangkan dibidang ilmu bumi bertujuan meniadakan hafalan fakta. Di bawah ini contoh
belajar penemuan di bidang bahasa:
The man ate his lunch
A boy stole a bike
The dog chased my cat
My father skidded the car
A wind blew his hat
Pembacaan contoh-contoh secara horizontal merupakan hal biasa, namun bila
pembacaan dilakukan secara zig zag prosesnya merupakan belajar penemuan misalnya a
man stole my hat.
Bruner menyadari bahwa belajar penemuan yang murni memerlukan waktu. Karena
itu, dalam bukunya the relevance of education (1971) ia menyarankan agar penggunaan
belajar penemuan ini hanya ditrapkan sampai batas-batas tertentu, yaitu dengan
mengarahkan pada struktur bidang studi.
Struktur suatu bidang studi terutama diberikan oleh konsep-konsep dasar dan prinsip-
prinsip dari bidang studi. Bila seorang siswa telah menguasasi struktur atas dasar maka
tidak sulit baginya untuk mempelajari bahan-bahan pelajaran lain dalam bidang studi yang
sama, dan ia akan lebih mudah ingat akan bahan baru itu, hal ini disebabkan karena ia
telah memperoleh kerangka pengetahuan yang esensial dalam bidang studi ini dan dengan
demikian dapat memahami hal-hal yang mendetail.
Menurut Bruner mengerti struktur suatu bidang studi ialah memahami bidang studi itu
sedemikian rupa sehingga dapat menghubungkan hal-hal lain pada struktur itu secara
bermakna. Secara singkat dapat dikatakan bahwa mempelajari struktur adalah mempelajari
bagaimana hal-hal dihubungkan.
5. Teori Intruksi Bruner
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 36/62
Dalam bagian terdahulu kita ketahui bahwa beberapa prinsip belajar menurut Bruner.
Dalam bagian ini akan kita bahas bagaimana pengajaran atau interuksi dilaksanakan sesuai
dengan teori yang telah dikemukakan tentang belajar.
Menurut Bruner suatu teori intruksi (Bruner: 1966) hendaknya meliputi:
1. Pengalaman-pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar
2. Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal
3. Perincian urutan-urutan penyajian materi pelajaran secara optimal
4. Bentuk dan pemberian reinforcement
6. Menerapkan Mengajar Penemuan
Salah satu dari model-model instruksional kognitif yang paling berpengaruh ialah
model belajar penemuan Jerome Bruner (1966). Dalam bagian ini akan dibahas bagaimana
menerapkan belajar penemuan para siswa ditinjau dari segi metode tujuan serta peranan
guru.
a. Metode dan tujuan
Dalam belajar penemuan, metode dan tujuan tidak sepenuhnya seiring. Tujuan belajar
bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan saja. Tujuan belajar sebenarnya ialah untuk
memperoleh pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan-kemampuan
intelektual para siswa, dan merangsang keingintahuan mereka dan memotivasi
kemampuan mereka. Inilah yang dimaksud dengan memperoleh pengetahuan melalu
belajar penemuan. Dalam bukunya Toward a theory instruction Bruner mengemukakan:
We teach a subject not to produce little living liberies on that subject, but rather to get
a student to think mathematically for himself. To consider matter as an histories does to
take part Indonesia the process of knowledge-getting knowing is a process not a product.
Jadi kalau kita mengajarkan sains misalnya kita bukan hanya akan menghasilkan
perpustakaan-perpustakaan hidup kecil tentang sains, melainkan kita ingin membuat anak-
anak kita berfikir secara matematis bagi dirinya sendiri, berperan serta dalam proses
perolehan pengetahuan, mengetahui itu adalah suatu proses bukan suatu produk.
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 37/62
Apakah implikasi ungkapan Bruner itu? Tujuan-tujuan mengajar hanya dapat
diuraikan secara garis besar dan dapat dicapai dengan cara-cara yang tidak perlu sama oleh
siswa yang mengikuti pelajaran yang sama itu.
Dengan mengajar seperti yang dimaksud oleh Bruner ini, bagaimana peranan guru
dalam proses belajar mengajar? Dalam belajar penemuan siswa mendapat kebebasan
sampai batas-batas tertentu untuk menyelidiki secara perseorangan atau dalam suatu
Tanya jawab dengan guru, atau oleh guru dan siswa-siswa bersama-sama.
Dengan demikian jelas, bahwa peran guru lain sekali bila dibandingkan dengan
peranan guru yang mengajar secara klasikal dengan metode ceramah. Dalam belajar
penemuan ini guru tidak mengendalikan proses belajar mengajar.
b. Peranan Guru
Dalam belajar penemuan, peranan guru dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Merencanakan pelajaran sedemikian rupa sehingga pelajaran itu terpusat pada
masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa.
2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk
memecahkan masalah. Sudah seharusnya materi pelajaran itu dapat mengarah pada
pemecahan-pemecahan masalah yang aktif dalam penemuan.
3. Selain hal-hal yang tersebut di atas, guru juga harus memperhatikan tiga cara
penyajian yang telah dibahas terdahulu yaitu “enaktif, ikonik dan cara simbolik”.
Untuk menjamin keberhasilan belajar, guru hendaknya jangan menggunakan cara
penyajian yang tidak sesuai dengan tingkat kognitif siswa.
4. Bila siswa memecahkan masalah dilaboratorium atau secara teoritis guru
hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor, guru hendaknya
mengungkapkan terlebih dahulu prinsip atau aturan yang akan dipelajari tetapi
hendaknya memberikan saran-saran bilamana diperlukan, sebagai seorang tutor
guru sebaliknya memberikan umpan balik pada waktu yang tepat.
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 38/62
Umpan balik sebagai perbaikan hendaknya diberikan dengan secara sedemikian
rupa sehingga siswa tidak tetap tergantung pada pertolongan guru, akhirnya siswa
harus melakukan sendiri tutor itu.
5. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan. Seperti
kita ketahui tujuan-tujuan tidak dapat dirumuskan secara mendetail dan tujuan-
tujuan itu tidak diminta sama untuk berbagai siswa. Lagi pula tjuan dan proses
tidak selalu seiring, secara garis besar tujuan belajar penemuan ialah mempelajari
generalisasi-generalisasi itu. Di lapangan penilaian hal belajar penemuan meliputi
pemahaman tentang prinsip-prinsip dasar mengenai suatu bidang studi dan
kemampuan siswa untuk menerapkan prinsip-prinsip dasar mengenai suatu bidang
studi dan kemampuan siswa untuk menerapkan prinsip-prinsip itu pada situasi
baru. Untuk maksud ini bentuk tes dapat berupa tes objektif atau tes essai.
Rangkuman
Dalam usaha meningkatkan pendidikan pada umumnya pendidikan sains pada
khsususnya. Bruner mengemukakan empat tema yaitu struktur, kesiapan, instuisi dan
motivasi.
Bruner menganggap bahwa belajar itu meliputi tiga proses kognitif yaitu:
1. Memperoleh informasi baru
2. Transformasi pengetahan dan
3. Menguji relevansi dan ketepatan pengetahuan
Pandangannya terhadap belajar yang disebutnya sebagai konseptualisme instrumental
itu didasarkan pada dua prinsip yaitu:
1. Pengetahuan orang tentang alam didasarkan pada model-model mengenai
kenyataan yang dibangunnya
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 39/62
2. Model-model itu mula-mula diadopsi dari kebudayaan seseorang dan kemudian
model-model itu diadaptasikan pada kegunaan bagi orang itu.
Pematangan intelektual atau pertumbuhan kognitif seseorang ditunjukkan oleh
bertambahnya ketidaktergantungan respon dari sifat stimulus. Pertumbuhan ini tergantung
pada bagaimana seseorang menginternalisasi persitiwa-peristiwa menjadi suatu “system
simpanan” yang sesuai dengan lingkungan. Pertumbuhan itu menyangkut peningkatan
kemampuan seseorang untuk mengemukakan pada dirinya sendiri atau pada orang lain
tentang apa yang telah atau akan dilakukannya.
Penyajian kemampuan dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu:
1. Cara enaktif, cara ekonik dan cara simbolik
Menurut Bruner belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan.
Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan bertahan lama, dan mempunyai
efek transfer yang lebih baik, belajar penemuan meningkatkan penalaran dan
kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif
untuk menemukan dan memecahkan masalah.
Teori intruksi menurut Bruner hendaknya mencakup:
- Pengalaman-pengalaman optimal bagi siswa untuk mau dan dapat belajar ditinjau
dari segi aktivitas pemeliharaan dan pengarahan.
- Penstrukturan pengetahuan untuk pemahaman optimal ditinjau dari segi cara
penyajian ekonomi dan kuasa.
- Perincina urutan-urutan penyajian materi pelajaran secara optimal dengan
memperhatikan faktor-faktor belajar sebelumnya, tingkat perkembangan anak sifat
materi pelajaran dan perbedaan individu
- Bentuk dan pemberian reinforcement
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 40/62
Dalam menerapkan belajar penemuan belajar penemuan tujuan-tujuan mengajar
hanya dapat dirumuskan secara garis besar dan cara-cara yang digunakan para
siswa untuk mencapai tujuan tidak perlu sama.
Dalam belajar penemuan, guru tidak begitu mengendalikan proses belajar
mengajar. Guru hendaknya mengarahkan pelajaran pada penemuan dan pemecahan
masalah. Selain itu guru diminta pula untuk memperhatikan tiga cara enaktif,
ikonik, dan simbolik.
Penilaian hasil belajar penemuan meliputi pemahaman tentang prinsip-prinsip
dasar mengenai suatu bidang studi dan aplikasi prinsip-prinsip itu pada situasi
baru.
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 41/62
B. Teori Belajar Bermakna
1. Latar belakang masalah
Dasar-dasar geologi belajar bermakna menyangkut perubahan-perubahan dalam jumlah
atau cirri-ciri neuron yang berpartisipasi dalam belajar bersama. Selama belajar bermakna
berlangsung informasi terkait pada konsep-konsep dalam struktur kognitif.
Untuk menekankan pada fenomena pengaitan, Ausabel menggunakan istilah subsume.
Susbsumer memegang peranan dalam proses memperoleh informasi baru. Dalam belajar,
subsume mempunyai peranan interaktif yaitu memperlancar gerakan informasi relevan
melalui informasi yang baru diterima dan pengetahuan yang sudah dimiliki.
2. Teori ausubel (belajar bermakna)
a. Inti teori
Menurut Ausubel banyak pendidik menyamakan belajar penemuan dengan belajar
hafalan, sebab mereka berpendapat belajar bermakna hanya terjadi bila peserta didik
menemukan sendiri pengetahuan. Namun belajar penemuan menjadi bermakna bila dapat
menjelaskan hubungan antar konsep.
Inti teori Ausubel tentang belajar bermakna adalah suatu proses mengaitkan
informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
seseorang.
Menurut Ausubel dan Novak (1978), ada 3 kebaikan belajar bermakna yaitu:
1. Informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama diingat
2. Informasi yang telah ditersusumsi meningkatkan diferensial sub sumer-subsumer
sehingga memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang
mirip.
3. Informasi yang dilupakan sesudah subsumsi obliteratif meningkatkan efek esidual
(sisa) pada sub sumer sehingga mempermudah belajar hal-hal yang mirip
walaupun telah terjadi lupa.
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 42/62
b. Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna
-Struktur kognitif
- Stabilitas, dan
- Kejelasan pengetahuan disatu bidang studi tertentudan pada waktu tertentu.
c. Prasyarat belajar bermakna
Belajar bermakna mempunyai dua prasyarat yaitu:
1. Materi yang dipelajari bermakna secara potensial
2. Anak yang akan belajar harus bertujuan melaksanakan belajar bermakna
sehingga mempunyai kesiapan dan niat belajar bermakna.
Kebermaknaan materi pelajaran secara potensial tergantung pada dua faktor
yaitu:
a) Materi harus memiliki kebermaknaan logis
b) Gagasan-gagasan yang relevan harus ada dalam struktur kognitif siswa.20
d. Penerapan teori dalam pengajaran
Ausubel memberikan contoh penerapan teori belajar bermakna melalui beberapa langkah
yaitu:
- Pengaturan awal
- Diferensiasi progresif
- Belajar superordinat
- Penyesuaian integratif
20 Mulyati, Psikologi Belajar , (Yogyakarta: Andi, 2005), hal. 78-81
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 43/62
C. BELAJAR TUNTAS
1. Konsep Dasar Belajar Tuntas
Praktik pengajaran di sekolah sampai sekarang pada dasarnya terlalu banyak
membuang waktu, tenaga dan uang karena tidak bertujuan meningkatkan penguasaan
pelajaran seluruh siswa.
Dengan kata lain, pandangan, anggapan dan praktik pengajaran terbatas terhadap
pengabdian guru pada penyelesaian bahan-bahan pelajaran tanpa memperdulikan apakah
seluruh siswa sudah menguasasi atau belum seluruh pelajaran yang diajarkan.
Adanya kenyataan tersebut dan perkembangan terakhir dalam dunia pendidikan
memaksa kita mempertimbangkan suatu pandangan yang berlandaskan anggapan dasar
bahwa semua atau hampir semua siswa dapat menguasai apa yang diajarkan. Pandangan
tersebut berbeda dengan pandangan lama yang berdasarkan pada anggapan bahwa “tingkat
keberhasilan anak didik di sekolah ditentukan tingkat kecerdasan bawaan “nya”, dengan
kata lain siswa ber-IQ tinggi akan mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi pula.
2. Landasan dasar teoretis dan beberapa prinsip belajar tuntas
- Pandangan tentang belajar tuntas bersmber dari penemuan (Carrol, 1963)
berdasarkan observasinya Carrol menemukan dan merumuskan modal belajar yang
mengatakan bahwa “bakat untuk bidang studi tertentu oleh tingkat belajar siswa
seperti yang disediakan atau waktu yang diperlukan siswa untuk mempelajari
bidang studi pada tingkat tertentu. Selanjutnya
- Ia mengemukakan bahwa bila setiap siswa disediakan waktu yang diperlukan
dalam mencapai suatu tingkat penguasaan dan bila ia menghabiskannya, maka
kemungkinan besar akan diperoleh tingkat penguasaan yang diperlukan.
Jadi, apabila suatu strategi disusun, dimana waktu yang diperlukan dapat dipersingkat
dan waktu secara riil digunakan dapat diperpanjang untuk setiap siswa maka belajar tuntas
sangat mungkin terjadi.
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 44/62
Dalam hal ini ada 3 faktor yang menentukan waktu yang diperlukan dalam belajar
yaitu:
a. Waktu yang tersedia atau kesempatan belajar.
b. Waktu yang diinginkan untuk mempelajari pelajaran atau dalam hal ini dinamakan
ketekunan dalam usaha.
3. Beberapa Implikasi Dalam Rangka Menyusun Strategi Umum Belajar
Mengajar.
Bloom (1968) yang mengembangkan lebih lanjut model belajar Carol menyarankan
suatu rumusan strategi untuk belajar tuntas sebagai berikut:
a. Dalam kondisi optimal sebagian besar siswa seperti menguasai apa yang diajarkan
b. Tugas guru mencari cara dan alat yang memungkinkan siswa menguasai suatu
bidang studi yang diajarkan
c. Siswa, individu yang masing-masing berbeda bakatnya sehubungan dengan jumlah
waktu yang mereka perlukan untuk menguasai suatu pelajaran
d. Bila waktu cukup untuk belajar tersedua, hampir seluruh suswa dapat menguasai
pelajaran
e. Siswa seharusnya mengerti hakikat tugas yang akan dipelajari
f. Beberapa media pelajaran dan kesempatan belajar bila disediakan akan sangat
bermanfaat
g. Guru harus mencari berbagai cara untuk mengbah waktu yang diperlukan untuk belajar.
4. Strategi Belajar Tuntas
Pokok strateginya adalah bila siswa diberi cukup waktu yang diperlakukan secara
tepat, mereka dapat sesuai tujuan yang diharapkan.
Strategi yang dikemukan Bloom (1968) sebagai berikut:
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 45/62
a. Pandangan tentang cara dan penguasaan pelajaran sudah berubah dan diubah
dengan pandangan tentang belajar tuntas
b. Sebelum guru mengajar, ada hal yang perlu diselesaikan terlebih dahlu
c. Pelaksanaan tahap kegiatan belajar mengajar didahului orientasi siswa terhadap
apa yang akan dipelajari dan bagaimana ia mempelajarinya.
d. Pada tahap ini, guru perlu senantiasa menyadari bahwa yang mereka hadapi adalah
siswa yang berbeda bakat.
5. Penerapan di Indonesia
a. Di sekolah pada umumnya
Sebagian kecil konsep dan prosedur belajar tuntas bisa diterapkan karena klg
merupakan group based intsuction, diman seorang guru memberi pelajaran relative sama
kepada lebih kurang 40 murid dalam waktu yang relative sama pula.
1) Pelajaran diberikan dalam unit-unit yang merupakan kesatuan materi dan
disebut satuan bahasan.
2) Orientasi pengajaran adalah pencapaian tujuan, intruksional khusus (TIK)
3) Untuk mencapai unit lain, murid harus mencapai 75%
b. Di Sekolah Pembangunan (PPSP)
Dalam meratakan pendidikan dasar, khususnya di daerah terpencil dan berekonomi
rendah, sehingga SD biasa tidak dapat beroperasi normal, kini telah dikembangkan SD
Pamong (pendidikan anak oleh masyarakat orang tua dan guru). Di sini konsep belajar
tuntas dapat dilaksanakan sebagai berikut:
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 46/62
1) Bahan belajar pokok adalah modul yang dapat dipelajari sendiri
2) Anak belajar dalam kelompok kecil (+ orang) yang dipimpin seorang pembimbing
dan kemajuannya sesuai dengan kemampuan masing-masing anak.
3) Agar dapat mempelajari modul berikutnya
4) Modul memuat tugas atau pertanyaan yang membuat anak berpartisipasi dan
“kunci jawaban” agar anak mudah membetulkan jawaban salah.
c. Sekolah Menengah Terbuka
Dalam meratakan pendidikan di skeolah menengah kini sedang dicoba perluasan
sekolah menengah dengan mempergunakan modul dan media lainnya.21
Kesimpulan
1. Dalam makalah ini jelaskan tentang belajar bermakna dan belajar tuntas yang
menyangkut tentang perubahan dalam jumlah atau cirri-ciri neuron yang
berpartisipasi dalam belajar bersama. Di dalam belajar bermakna juga
menyangkut tentang perubahan tingkah laku/ sikap melalui interaksi
Di dalam belajar bermakna juga disebutkan mengenai:
a. Inti teori yang merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-
konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
b. Faktor yang mempengaruhi belajar bermakna
c. Persyaratan belajar bermakna
d. Penerapan teori dalam pengajaran
2. Belajar tuntas merupakan suatu cara atau taktik yang digunakan dalam proses
belajar mengajar bahwa bakat untuk bidang studi tertentu ditentukan oleh
tingkat belajar siswa yang disediakan atau waktu yang diperlukan siswa dalam
mempelajari bidang studi pada tingkat tertentu.
Dalam belajar tuntas terdapat:
21 Mulyati, psikologi belajar, (Yogyakarta: andi, 2005), hal. 82-91
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 47/62
1. Landasan dasar teoritis dan beberapa prinsip belajar tuntas
2. Beberapa implikasi dalam rangka menyusun strategi umum belajar mengajar
3. Strategi belajar tuntas
3. Penerapan
- Di sekolah pada umumnya
- Di PPSP
- SD Pamong
- Sekolah menengah terbuka
BAB IV
TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Menurut teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia.
Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya
sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu
mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami
perilaku belajar dari sudut dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya,
yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri
mereka. Para ahli humanistic melihat adanya dua bagian pada proses belajar adalah:
1. Proses pemrolehan informasi baru,
2. Personalia informasi ini pada individu
Tokoh penting dalam teori belajar humanistic secara teoritik antara lain adalah: Arthur
W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Roger.
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 48/62
a. Arthur Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian
pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering
digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa
memaksanakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.
Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka
enggapn dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus
mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tidak lain hanyalah dari ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia
persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha
merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan
seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan
dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pembelajarannya disusun dan
disajikan sebagaimana mestinya. Padahal artinya tidaklah menyatu pada materi pelajaran
itu, sehingga yang penting adalah bagaimana si siswa memperoleh arti bagi pribadinya
dari matri pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran
(besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari
persepsi diri dan lingkungan besar, (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-
peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya, jadi
hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri makin mudah hal itu terlupakan.
b. Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
1. Suatu usaha positif untuk berkembang
2. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 49/62
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat hirarkis.
Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut
untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut
membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain orang juga
memiliki dorongan untuk lebih makju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah
berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan
pada saat itu juga ia menerima diri sendiri (Self).
Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh hirarki, bila
seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan fisiologis, barulah
ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak diatasnya ialah kebutuhan manusia
menurut Maslow ini mempunyai implikasi penting yang harus diperhatikan oleh guru pada
waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi belajar ini
mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.
Implikasi Teori Humanistik
a. Guru sebagai fasilitator
Psikologi humanistic memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator yang berikut ini
adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator.
Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa guidenes (petunjuk):
1. Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi
kelompok atau pengalaman kelas.
2. Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan
perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum
3. Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melakanakan
tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya sebagai kekuatan pendorong yang
tersembunyi dalam belajar yang bermakna tadi.
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 50/62
4. Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang
paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan
mereka.
5. Dia mendapatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat
dimanfaatkan oleh kelompok.
6. Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan
menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba
untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik individual ataupun bagi
kelompok.
7. Bilamana cuaca penerima kelas telah I mantap, fasilitator berangsur-angsur dapat
berperan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota
kelompok dan turut menyatakan pandangannya sebagai seorang individu, seperti
siswa yang lain
8. Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya juga
pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu
andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa.
9. Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya
perasaan yang daam dan kuat selama belajar.
10. Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk
mengenali dan menerima keterbatasan-keterbatasan sendiri.
Aplikasi Teori Humanistik Terhadap Pembelajaran Siswa
Aplikasi humanistic lebih menunjukkan pada ruh atau spirit selama proses
pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan. Peran guru dalam
pembelajaran humanistic adalah fasilitator bagi siswa sedangkan guru memberikan
motivasi, kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan siswa, guru memfasilitasi
pengalaman pelajar kepada siswa dan mendampingi siswa untuk memperoleh tujuan
pembelajaran.
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 51/62
Siswa berperan sebagai perilaku utama (student center) yang memaknai proses
pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri,
mengembangkan potensi dirinya positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat
negative.
Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun
proses yang umumnya dilalui adalah:
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas,
jujur dan bersifat positif.
3. Mendorong siswa untuk mengmbangkan kesanggupan siswa belajar atas inisiatif
sendiri.
4. Mendorong siswa untuk peka berfikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara
mandiri.
5. Siswa didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri,
melakukan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang
ditunjukkan.
6. Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak
menilai siswa secara normative tetapi mendorong siswa untuk bertanggung jawab
atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7. Memberikan kesempatan kepada murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya
8. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi siswa.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistic ini cocok untuk diterapkan pada materi-
materi pembelajaran bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap dan
analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa
merasa senang, bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir,
perilaku dan sikap atas kemauan sendiri, siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas,
berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 52/62
bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma,
disiplin atau etika yang berlaku.
Kesimpulan
Menurut teori humanistic, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia, proses
belajar dianggap berhasil jika di pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan dirinya,
yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai
manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri
mereka. Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua
lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu lingkaran, lingkaran kecil (1)
adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Teori
Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal:
1. Suatu usaha positif untuk berkembang
2. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembang itu.
Saran-saran
Saya sangat mengharapkan bantuan saudara dan saudari seperjuangan dalam
menyukseskan/menyempurnakan makalah ini oleh karena itu saya mengharapkan
partisipasi, kritikan dan saran yang bersifat membangun demi kelancaran perkuliahan kita
semua.
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 53/62
BAB V
TEORI PEMBELAJARAN
A. Teori Elaborasi (Reigeluthand Stein)
Teori elaborasi mempreskripsikan cara pengorganisasian pembelajaran dengan
mengikuti urutan umum kerinci, seperti teori-teori sebelumnya, urutan umum kerinci ini
dimulai dengan menampilkan epitome (struktur isi bidang studi yang dipelajari).Kemudian mengelaborasi bagian-bagian yang ada dalam opitem secara lebih rinci.
Konteks selalu ditunjukkan dengan selalu menampilkan sintesis secara bertahap. Tiap-tiap
komponen strategi yang diintegrasi ke dalam model elaborasi dapat ditelusuri dari teori-
teori pembelajaran yang telah dikembangkan sebelumnya.
Pembelajaran elaborasi adalah pembelajaran yang menambahkan ide tambahan
berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya (Ormrod, 2006). Elaborasi
adalah mengasosiasikan item agar dapat diingat dengan seseuatu yang lain seperti frase,
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 54/62
adegan, pemandangan, tempat atau cerita (Papalia, 2004). Pembelajaran ini efektif
digunakan apabila ide yang ditambahkan sesuai dengan penyimpulan. Implikasi dari
strategi belajar ini adalah mendorong siswa untuk menyelami informasi itu sendiri,
misalnya untuk menarik kesimpulan dan berspekulasi tentang implikasi yang mungkin.
Anak-anak menggunakan prior knowledge-nya sehingga ide baru dapat meluas, dengan
demikian dapat menyimpan informasi lebih banyak daripada yang disajikan sebenarnya.
Elaborasi jelas membantu siswa belajar dan mengingat materi dalam kelas lebih efektif
daripada jika tidak anak-anak mulai mengelaborasi pengalamannya sejak awal masa
preschool (Fivush. Haden & Adam, 1995 dalam Ormord, 2006).22 Teori elaborasi secara
ekslusif membicarakan mengenai macro level yang menggambarkan metode yang
berkaitan dengan hubungan beberapa ide seperti bagaimana merangkaikan ide-ide
tersebut. Pada halaman ini akan digambarkan tiga macam metode pembelajaran:
organisasional, delivery, dan management. Teori elaborasi tidak berhubungan dengan
strategic delivery dan management, walaupun itu merupakan variabel penting yang
dibutuhkan untuk digabungkan ke dalam beberapa teori dan model pembelajaran. Jika
akan digunakan secara optimal dan menyeluruh untuk pengembangan pembelajaran dan
perencanaan.
Teori elaborasi hanya berkaitan dengan strategi organisasional pada macro level. Teori
ini memulai pengajaran dengan memberikan penjelasan yang bersifat umum, sederhana,
mendasar tetapi tidak abstrak. Teori ini juga menggambarkan penggunaan rangkaian
prepequisit dari bagian yang sederhana menuju rangkaian yang lebih kompleks dan
memberikan tinjauan serta kesimpulan dengan cara sistematis. Bagian penting yang
berhubungan dengan materi subyek adalah learning prepequisit. Konsep dari meliputi
fakta pengetahuan yang harus diperoleh sebelum pengetahuan lain diperoleh. Sekumpulan
learning preperequit dinamakan learninghierachy.
Untuk memahami pembelajaran berdasarkan teori elaborasi dapat dianalogikan dengan
menggunakan suatu lensa zom kamera. Studying a subject matter “thraught” the
elaboration model is similar in many respect to studying a picture through a zoom lens on
a movie camera (Reigeluth And Stein, 1983).23 Seseorang biasanya akan mulai dengan
pandangan yang menyeluruh yang menunjukkan bagian-bagian utama dari suatu gambar
22
Internet Com. Google (Pembelajaran Elaborasi)23 Abdul Hamid, Teori Belajar Dan Pembelaran, Cet. I, (Pasca Sarjana Unimed: 2007), Hal. 88
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 55/62
itu (misalnya komposisi atau keseimbangan gambar itu) tanpa memberikan perhatian
khusus pada ha-hal yang rinci. Setelah gambar menyeluruh diperoleh baru kemudian
mengarahkan perhatian kepada suatu bagian dan terus ke bagian-bagian utama lainnya.
Memberikan perhatian kepada suatu bagian akan memungkinkan seseorang melihat sub
bagian utama dari bagian itu dan sekaligus hubungan-hubungan yang ada diantara sub-
suib bagian.
Dengan cara yang sama, model elaborasi sebagai cara untuk mengorganisasi
pembelajaran mulai dengan memberikan kerangka isi (epitome) dari bidang studi yang
diajarkan, kemudian model elaborasi memilah isi bidang studi menjadi bagian-bagian
mengelaborasi tiap-tiap bagian, memilah tiap-tiap bagian menjadi sub-sub bagian,
mengelaborasi tiap-tiap sub bagian dan demikian seterusnya sampai pembelajaran
mencapai tingkat keterincian tertentu seperti yang dispesifikasikan oleh tujuan, dengan
cara seperti ini, pembelajaran akan selalu mengaitkan tiap-tiap sub bagian ke bagian dan
tiap-tiap sub bagian ke konteks yang lebih luas (epitome).
B. Komponen Strategi Teori Elaborasi
Ada 7 komponen strategi yang diintegrasikan dalam teori elaborasi yaitu:
1. Urutan elaborative
2. Urutan prasyarat belajar.
3. Rangkuman
4. Sintesis
5. Analogi
6. Pengaktif strategi kognitif
7. Control belajar
a. Urutan elaboratif (an elaborative sequence)
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 56/62
Urutan elaboratif adalah urutan dari sederhana ke kompleks atau dari umum ke rinci
yang memiliki karakteristik khusus. Dikatakan memiliki karakteristik khusus karena
mempreskripsikan cara yang amat berbeda dengan cara-cara yang umum dipakai untuk
menata urutan pembelajaran dari umum ke rinci. Umpamanya dalam mengajar sejarah,
seseorang dapat saja mulai dengan memberikan rangkuman mengenai peristiwa-peristiwa
penting dalam sejarah kemudian menjelaskan rincian peristiwa-peristiwa penting dalam
sejarah, kemudian menjelaskan rincian peristiwa-peristiwa penting itu. Semua peristiwa
penting itu dirinci dalam satu tahap sampai mencapai tingkat keterincian yang sudah
dispesifikasi oleh tujuan.
b. Urutan prasyarat belajar ( A learning-prerequisite sequence)
Urutan prasyarat belajar yang dimakdus di sini sepadan dengan struktur belajar atau
hirarki belajar dari Gagne sebagai komponen stategi elaborasi, didefinisikan sebagai
struktur yang menunjukkan konsep-konsep atau prosedur-prosedur atau prinsip-prinsip
mana yang harus dipelajari sebelum konsep-konsep atau prosedur-prosedur atau prinsip-
prinsip lain biasa dipelajari. Oleh karena itu ia menampilkan hubungan prasyarat belajar
untuk suatu konsep, prosedur atau prinsip.
c. Rangkuman (summarizer)
Tinjauan kembali (review) terhadap apa yang sudah dipelajari penting sekali
dilakukan untuk mempertahankan retensi. Sebagai kompoen strategi teori elaborasi,
rangkuman berfungsi untuk memberikan pernyataan singkat mengenai bidang studi yang
telah dipelajari dan contoh-contoh acuan yang mudah diingat untuk setiap konsep prosedur
atau prinsip yang diajarkan.
d. Pensistesis (synherizer)
Pensistesis adalah komponen strategi teori elaborasi yang berfungsi untuk
menunjukkan kaitan-kaitan antara konsep-konsep, prosedur atau prinsip-prinsip yang
diajarkan. Komponen strategi ini penting sekali karena ia akan memberikan sejumlah
pengetahuan tentang kaitan diantara konsep-konsep, prosedur-prosedur dan prinsip-
prinsip.
e. Analogi (analogy)
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 57/62
Analogi merupakan komponen strategi elaborasi yang sangat penting karena ia
memudahkan pemahaman terhadap pengetahuan yang baru dengan cara
membandingkannya dengan pengetahuan yang sudah dikenal pebelajar. Analogi
menggambarkan persamaan antara ilmu pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang
lain yang berada di luar cakupan pengetahuan yang sukar dipelajari pebelajar. Makin dekat
persamaan antara pengetahuan baru yang dijadikan pengetahuan analogi, makin efektif
analogi itu. Analogi adalah komponen penting dalam pembelajaran karena mempermudah
pemahaman dengan cara membandingkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan
yang sudah dikenal mahasiswa (Reigeluth dan Stein, 1983).24
f. Pengaktif strategi kognitif (cognitif strategy activator)
Pembelajaran akan menjadi lebih efektif apabila ia mampu mendorong pebelajar, baik
secara sadar ataupun tidak untuk menggunakan strategi kognitif yang sesuai. Yang
dimaksud strategi kognitif dalam konteks ini adalah keterampilan-keterampilan yang
diperlukan pebelajar untuk mengatur proses-proses internalnya ketika ia belajar,
mengingat dan berfikir. Strategi kognitif hendaknya diaktifkan selama pembelajaran
berlangsung. (Rigney: 1978) mengemukakan ada 2 cara mengaktifkan strategi kognitif
yaitu:
1. Dengan merancang pembelajaran sedemikian rupa sehingga pebelajar dipaksa
untuk menggunakannya.
2. Dengan menyuruh pebelajar menggunakannya. Cara ini disebut dengan detached
strategy. Ia tepat dipakai bila pebelajar sudah pernah belajar bagaimana
menggunakan strategi kognitif ini.
g. kontrol belajar (learning control)
Menurut Merril (1979) konsep mengenai kontrol belajar mengacu kepada kebebasan
pebelajar dalam melakukan pilihan dan pengurutan terhadap isi yang dipelajari (konteks
kontrol), kecepatan belajar, komponen strategi pembelajaran yang digunakan dan strategi
kognitif yang ingin digunakannya (conscious cognition control) sebagai komponen strategi
yang diintegrasikan ke dalam teori elaborasi kontrol pebelajar terhadapo keempat hal di
atas amat dimungkinkan pada tingkatan tertentu.
24 Internet Com. Teori elaborasi.
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 58/62
C. Prinsip-Prinsip Model Elaborasi
Ada 7 prinsip yang mendasari model elaborasi yaitu sebagai berikut:
1. Penyajian kerangka isi (epitome). Prinsip pertama berkaitan dengan kapan
kerangka isi (epitome) sebaiknya disajikan. Teori elaborasi menempatkannya pada
frase yang paling awal dari keseluruhan peristiwa pembelajaran. Menampilkan
kerangka isi, apakah itu berupa struktur konseptual, procedural atau teoritik. Pada
fase pertama pembelajaran berfungsi menyediakan ideational scaffolding
(Ausabel:1968) atau anchoring knowledge (Reigeluth and Stein: 1983) bagi isi
yang lebih rinci yang dipelajari kemudian, kalau berpijak pada teori skema,
kerangka isi yang disajikan kepada awal pembelajaran akan dapat berfungsi
sebagai schemata bagi asimilasi konsep-konsep atau informasi baru.
2. Elaborasi secara bertahap. Prinsip yang kedua ini berkaitan dengan tahapan dalam
melakukan elaborasi isi pembelajaran. Elaborasi tahap pertama akan
mengelaborasi bagian-bagian yang tercakup dalam kerangka isi. Elaborasi tahap
kedua akan mengelaborasi bagian-bagian yang tercakup dalam elaborasi tahap
pertama dan begitu seterusnya. Dengan demikian urutan pembelajaran bergerak
dari umum ke rinci atau dari sederhana ke kompleks (urutan elaboratif).
3. Bagian terpenting disajikan pertama kali, prinsip yang berkaitan dengan
pertanyaan, bagaimana dari semua bagian yang tercakup dalam kerangka isi, atau
dalam elaborasi tahap pertama, kedua dan seterusnya yang harus disajikan pertama
kali. Teori elaborasi menemukan bahwa bagian yang terpenting yang harus
disajikan pertama kali. Penting tidaknya suatu bagian ditentukan oleh
sumbangannya untuk memahami keseluruhan isi bidang studi.
4. Cakapan optimal. Prinsip keempat berkaitan dengan tingkat kedalaman dan
keluaran elaborasi. Setiap elaborasi hendaknya dilakukan cukup singkat agar
konstruk (fakta, konsep, prinsip atau prosedur) dapat diterima dengan baik oleh
pebelajar dan sekaligus mudah dalam membuat sintesis, namun juga perlu cukup
panjang agar tingkat ke dalam dan keluasan elaborasi memadai.
5. Penyajian pensistesis secara bertahap. Prinsip kelima berkaitan dengan kapan
sebaiknya pensistesis disajikan, penampilan pensistesis secara bertahap yaitu
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 59/62
setelah setiap kali melakukan elaborasi, secara khusus dimaksudkan untuk
menunjukkan hubungan diantara konstruk-konstruks yang lebih rinci yang baru
diajarkan dan untuk menunjukkan konteks elaborasi dalam epotime. Dengan cara
seperti ini pemahaman suatu konsep atau prosedur atau prinsip menjadi lebih
dalam karena semuanya dipelajari dalam konteksnya.
6. Penyajian jenis pensistesis. Pensintesis yang fungsinya sebagai pengait satuan-
satuan konsep, prinsip atau prosedur hendaknya disesuaikan dengan tipe isi bidang
studi. Tipe isi bidang studi dimaksud di sini bisa konsep, prosedur atau prinsip.
Sedangkan jenis pensistesis bisa berupa struktur konseptual, procedural atau
teoretik. Dalam hal ini, prinsip keenam menghendaki agar struktur konseptual
digunakan untuk konsep, struktur prosedur dan struktur teoritik untuk prinsip.
7. Tahap pemberian rangkuman. Rangkuman dimaksudkan untuk mengadakan
tinjauan kembali mengenai isi bidang studi yang sudah dipelajari, hendaknya
diberikan sebelum penyajian pensistesis. Lebih lengkap lagi, sebelum tiap kali
menyajikan pensistesis. Secara logis ini dilakukan agar memudahkan proses
pembuatan dan sekaligus pemahaman pensistesis, kaitan-kaitan yang ada diantara
konsep-konsep, prosedur-prosedur dan prinsip-prinsip akan lebih mudahditunjukkan apabila satuan konsep, prosedur atau prinsip ini telah dipahami dengan
baik.
D. Langkah-Langkah Pembelajaran Yang Diorganisasi Dengan Model Elaborasi
Langkah-langkah pengorganisasian dengan menggunakan model elaborasi yang
berpijak ada analogi “zoom lens” adalah sebagai berikut:
1. Penyajian kerangka isi. Pembelajaran dimulai dengan menyajikan kerangka isi
struktur yang memuat bagian-bagian yang penting dari bidang studi
2. Elaborasi tahap pertama. Elaborasi tahap pertama adalah mengelaborasi tiap-tiap
bagian yang ada dalam kerangka isi, mulai dari bagian yang terpenting. Elaborasi
tiap-tiap bagian yang diakhiri dengan rangkuman dan pensintesis yang hanya
mencakup konstruk-konstruk yang baru saja diajarkan (pensintesis internal).
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 60/62
3. Pemberian rangkuman dan sistensis eksternal. Pada akhir elaborasi tahap pertama
diberikan rangkuman dan diikuti dengan pensintesis eksternal rangkuman berisi
pengertian-pengertian singkat mengenai konstruk-konstruk yang diajarkan dalam
elaborasi.
4. Elaborasi tahap kedua. Setelah elaborasi tahap pertama berakhir dan diintgrasikan
dengan kerangka isi, pembelajaran diteruskan ke elaborasi tahap kedua yang
mengelaborasi bagian pada elaborasi tahap pertama dengan maksud membawa
pebelajar pada tingkat kedalaman sebagaimana ditetapkan dalam tujuan
pembelajaran.
5. Pemberian rangkuman dan sintesis eksternal. Pada akhir tahap kedua, diberikan
rangkuman dan sintesis eksternal seperti pada elaborasi tahap pertama.
6. Setelah semua elaborasi tahap kedua disajikan, disintesiskan dan diintergrasikan ke
dalam kerangka isi, pola seperti ini akan berulang kembali untuk elaborasi tahap
ketiga dan seterusnya sesuai dengan kedalaman yang ditetapkan oleh tujuan
pembelajaran.
7. Pada tahap akhir pembelajaran disajikan kembali kerangka isi untuk
mensintesiskan keseluruhan isi bidang studi yang telah diajarkan.
E. Kesimpulan
Teori elaborasi adalah teori pembelajaran yang mengikuti urutan umum ke rinci,
seperti teori-teori sebelumnya. Pembelajaran elaborasi adalah pembelajaran yang
menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya.
Elaborasi adalah mengasosiasikan item agar dapat diingat dengan sesuatu yang lain,
seperti frase, adegan, pemandangan, tempat, atau cerita. Pembelajaran ini efektif
digunakan apabila ide yang ditambahkan sesuai dengan penyimpulan. Implikasi dari
strategi belajar ini adalah mendorong siswa untuk menyelami informasi itu sendiri,
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 61/62
misalnya untuk menarik kesimpulan dan berspekulasi tentang implikasi yang mungkin.
Anak-anak menggunakan prior knowledge-nya sehingga ide baru dapat meluas, dengan
demikian dapat menyimpan informasi lebih banyak daripada yang disajikan sebenarnya.
Elaborasi jelas membantu siswa belajar dan mengingat materi dalam kelas lebih efektif
daripada jika tidak. Anak-anak mulai mengelaborasi pengalamannya sejak awal masa
preschool.
Ada 7 komponen strategi yang dintegrasikan dalam teori elaborasi yaitu:
Urutan elaboratif, urutan prasyarat belajar, rangkuman, sinstesis, analogi, pengaktifan
strategi kognitif, kontrol belajar.
Ada 7 prinsip yang mendasari model elaborasi yaitu sebagai berikut:
Penyajian kerangka isi (epitome), elaborasi secara bertahap bagian terpenting disajikan
pertama kali, cakupan optimal, penyajian pensintesis secara bertahap, penyajian jenis
pensintesis, tahap pemberian rangkuman.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hamid, Teori Belajar Dan Perkembangan, Pasca Sarjana Unimed, 2007
Mulyati, Psikologi Belajar , Yogyakarta, Andi, 2005
Bloom, Benjamin. Taxsonomy Of Educational Objectivitifives, New York: David Mc
Kay Company Inc. 964
7/16/2019 teori belajar
http://slidepdf.com/reader/full/teori-belajar-5634fa1fa68e1 62/62
M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007
Surya M, Psikologi Pendidikan, Bandung, 1982
Asri Budiningsih, Belajar Dan Pembelajaran, Yogyakarta: Rineka Cipta, 2004
Muhibbinsyah, Psikologi Belajar, Bandung : Raja Grafindo Persada, 2002
Ramli Maha, Banda Aceh: Ratha, 2002
Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar
Udin s. Winataputra, Dkk, Teori Belajar Dan Pembelajaran