10
TEORI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI PADA ARSITEKTUR MASA KINI MK. ARSITEKTUR BALI 3 KELAS A REGULER 1. Febby Arsyi Syakirin 100!0"0#! !. A$arria N%bbe& 110!0"0!3 3. Mi'(ae& K)s)$a 110!0"0!* . Ga$a&ie& San++a B)ana 110!0"01 ". P),) A-i,ya Sa ),ra 110!0"0#! /. S%,iya Ar)$ Se&asi( 110!0"10# )r)san Arsi,ek,)r Fak)&,as Teknik Uni ersi,as U-ayana Ta()n A2aran !013 Te%ri Arsi,ek,)r Tra-isi%na& Ba&i

Teori Arsitektur Tradisional Bali Pada Arsitektur Masa Kini

Embed Size (px)

DESCRIPTION

v

Citation preview

TEORI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI PADA ARSITEKTUR MASA KINIMK. ARSITEKTUR BALI 3

KELAS A REGULER

1. Febby Arsyi Syakirin10042050722. Amarria Nobbel11042050233. Michael Kusuma11042050284. Gamaliel Sangga Buana11042050415. Putu Aditya Saputra11042050726. Sotiya Arum Selasih1104205107

Jurusan ArsitekturFakultas TeknikUniversitas UdayanaTahun Ajaran 2013

Teori Arsitektur Tradisional Bali

1. Tri Hita KaranaMenurut Dwijendra (2008 : 2) Tri Hita Karan berasal dari kata Tri yaitu tiga. Hita yang berarti kemakmuran, baik, gembira, senang, dan lestari. Karana yaitu sebab, sumber, atau penyebab. Jadi Tri Hita Karan berarti tiga unsur penyebab kebaikan yang meliputi :a. Atma (roh atau jiwa).b. Prana (tenaga).c. Angga (jasad atau fisik).Konsepsi Tri Hita Karana dipakai dalam pola ruang dan pola perumahan tradisional bali yang diidentifikasi :a. Parahyangan, dalam arsitektur tradisional bali berupa tempat suci.b. Pawongan, dalam arsitektur tradisional bali berupa manusia.c. Palemahan, dalam arsitektur tradisional bali berupa pekarangan.

2. Tri Angga dan Tri LokaMenurut Dwijendra (2008 : 4) Tri Angga berasal dari kata Tri yang berarti tiga dan Angga yang berarti badan. Tri Angga terbagi menjadi :a. Utama Angga (kepala).b. Madya Angga (badan).c. Nista Angga (kaki).Tri Angga dalam bhuana agung sering disebut dengan tri loka atau tri mandala. Dalam kaitannya dengan arsitektur tradisional bali maka :a. Utama Angga merupakan bagian atap.b. Madya Angga merupakan bagian dinding.c. Nista Angga merupakan bagian bebaturan.

3. OrientasiMenurut Dwijendra (2008 : 6) dalam tata nilai arsitektur tradisional bali untuk mencapai keselarasan antara bhuana agung dan bhuana alit berdasarkan pada tata nilai hulu-teben. Konsep ini memiliki orientasi-orientasi sebagai berikut :a. Orientasi dengan konsep sumbu ritual kangin-kauh.- Kangin (matahari terbit) - luan, nilai utama.- Kauh (matahari terbenam) - teba, nilai nista.b. Orientasi dengan konsep sumbu bumi atau natural kaja-kelod.- Kaja (kearah gunung) - luan, nilai utama.- Kelod (kearah laut) - teba, nilai nista.c. Orientasi dengan konsep akasa-pertiwi, atas-bawah.- Alam atas - Akasa, purusa.-Alam bawah - Pertiwi, pradana.Konsep akasa-pertiwi yang diterapkan dalam pola ruang kosong dalam perumahan atau lingkungan bali dikenal dengan natah.

4. Sanga MandalaKonsep tata ruang sanga mandala juga merupakan konsep yang lahir dari sembilan manifestasi Tuhan yaitu dewata nawa sanga yang menyebar di delapan arah mata angin ditambah satu ditengah untuk menjaga keseimbangan alma semesta.Konsep sanga mandala digunakan sebagai acuan untuk melakukan zonasi kegiatan dan tata letak bangunan tradisional bali.

UtamaningNista(III)

UtamaningMadya(II)

Utamaning utama(I)

Madyaning nista(VI)

Madyaning madya(V)

MadyaningUtama(IV)

NistaningNista(IX)

Nistaning madya(VIII)

NistaningUtama(VII)

I : mrajan, sumurII : mrajan, sumur, metenIII : mrajan, sumur, penunggun karangIV : bale danginV : natah, pengijengVI : bale dauh, penunggung karangVII : kebunVIII : bale delod, dapur, jinengIX : bada, dapur, jineng, sumur

5. Teori Ragam HiasMenurut Dwijendra (2008 : 165) Ragam hias pada arsitektur tradisional bali merupakan benda-benda alam yang diterjemahkan dalam bentuk ragam hias, tumbuh-tumbuhan, binatang, unsur alam, nilai-nilai agama dan kepercayaan disarikan ke dalam suatu perwujudan keindahan yang harmonis.Bentuk, tata warna, cara membuat dan penempatannya mengandung arti dan maksud-maksud tertentu. Estetika, etika dan logika adalah dasar-dasar pertimbangan dalam mencari, mengolah dan menempatkan ragam hias yang mengambil dikehidupan dibumi, manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Dalam bentuk -bentuk hiasan manusia umumnya ditampilkan dalam bentuk hasil pemikiran tentang agama, adat dan kepercayaan.Dalam ragam hias arsitektur tradisional bali dibagi menjadi :a. Pepatran (flora)Berbagai macam flora yang ditampilkan dalam bentuk simbolis dipolakan dalam bentuk-bentuk pepatran dengan ungkapan masing-masing. Arti dan maksud dari pepatran :1. Ragam hias untuk keindahan2. Ragam hias untuk ungkapan simbolis.3. Ragam hias sebagai alat komunikasi.b. Kekarangan (fauna)Ragam hias dari jenis-jenis fauna ditampilkan sebagai materi hiasan dalam berbagai macam bentuk dengan namanya masing-masing. Arti dan maksud dari kekarangan :1. Ragam hias untuk keindahan2. Ragam hias sebagai simbol ritual.3. Ragam hias sebagai media edukasi.4. Ragam hias sebagai alat komunikasi.c. AlamRagam hias yang mengungkapkan alam dan menampilkan unsur-unsur alam sebagai materi hiasan. Alam sebagai ragam hias dalam pengertian alam sebagai materi hiasan menampilkan jenis fauna dan flora sebagaimana adanya di alam raya.

Teori Arsitektur Masa Kini

1. Teori FungsionalisBangunan terbentuk dari bagian-bagiannya berupa dinding, jendela, atap, pintu, struktur dan lain-lain yang tersusun dalam komposisi dari unsur-unsur yang semuanya mempunyai fungsi. Keindahan yang timbul dari bangunan tersebut berasal dari adanya fungsi dari elemen-elemen bangunan tersebut. Jadi bangunan yang fungsionalis merupakan bangunan yang setiap elemennya memiliki fungsinya tersendiri dan tidak ada bagian yang tidak memiliki fungsi. (http://raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/16043/BAGIAN+4.pdf)2. Teori KubismeTeori kubisme terlahir dari konsep pada teori fungsionalis yang kemudian dimodofikasi menjadi bangunan yang bersih, murni, tanpa hiasan, sederhana berupa komposisi bidang, kotak, balok, dan kubus. (http://raziq_hasan.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/16043/BAGIAN+4.pdf )

Teori yang Mengkaitkan ATB dan AMK

1. Teori AnalogiMenurut dinas tata kota dan bangunan kota Denpasar (2008 : 19) teori ini akan dipakai dalam pembahasan atau kajian atas segala hal ikhwal kesamaan prinsip-prinsip dasar dari nilai-nilai wujud fisik/rupa ATB dan AMK yang telah teridentifikasi untuk dapat dipadukan atau disetarakan atau diadaptasikan, memilah nilai-nilai yang tidak setara dan nilai lebih yang dimiliki ATB dan AMK. Teori ini dapat dilihat penerapannya pada hukum yang ada berdasarkan pada peraturan daerah provinsi bali nomor 5 tahun 2005 bab III pasal 13 yang berbunyi.Pasal 13(1) Arsitektur bangunan gedung non tradisional Bali harus dapat menampilkan gaya arsitektur tradisioal Bali dengan menetapkan prinsip-prinsip arsitektur tradisional Bali yang selaras, seimbang dan terpadu dengan lingkungan setempat.(2) Prinsip-prinsip arsitektur tradisional Bali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum pada Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.(3) Pembangunan bangunan gedung dengan fungsi khusus yang karena kekhususannya tidak mungkin menerapkan prinsip-prinsip arsitektur tradisional Bali, dapat menampilkan gaya arsitektur lain dengan persetujuan Gubernur setelah mendapat rekomendasi DPRD.

Berdasarkan penerapan teori ini akan memberikan cara untuk mengadopsi teori filosofi arsitektur tradisional bali yang telah digunakan pada masa lalu, filosofi arsitektur tradisional bali dapat digunakan sebagai acuan utama dalam pelaksanaan pembangunan pada arsitektur masa kini yang kemudian dapat dilakukan pemngembangan dan modifikasi namun tetap memiliki prinsip utama yang berdasarkan pada filosofi arsitektur tradisional bali.

2. Teori Ornamen dan Dekorasi sebagai ragam hias arsitekturMenurut dinas tata kota dan bangunan kota Denpasar (2008 : 19) Ornamen dan dekorasi sebagai ragam hias arsitektur menjadi isu yang sangat penting dalam arsitektur modern khususnya aliran fungsionalisme dan rasionalisme sebagai bagian arsitektur kontemporer, sedangkan dalam ATB sangat sarat dengan ornamen dan dekorasi sebagai ungkapan makna/ simbol dan jati diri. Berbagai hal ikhwal kehadiran dan pandangan yang oposisi biner terhadap kehadiran ornamen dan dekorasi ini perlu diketahui untuk menentukan suatu formulasi yang berimbang antara rasionalitas dan rasa dalam melakukan reformasi. Termasuk didalmanya membahas bagaimana menyikapi dan memperlakukann ornamen dan dekorasi secar aproporsinal, sehingga makna atau simbol dan jati diri ATB masih tetap tampil didalam era kesejagatan. Teori ini dapat dilihat penerapannya pada hukum yang ada berdasarkan pada peraturan daerah provinsi bali nomor 5 tahun 2005 bab III pasal 7 ayat 1 dan ayat 2 yang berbunyi.(1) Arsitektur bangunan gedung harus memenuhi persyaratan :a. penampilan luar dan penampilan ruang dalam;b. keseimbangan, keselarana, dan keterpaduan bangunan gedung dengan lingkungan dan ;c. nilai-nilai luhur dan identitas budaya setempat.(2)Persyaratan penampilan bangunan gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menerapkan norma-norma pembangunan tradisional Bali dan/atau memperhatikan bentuk dan karakteristik Arsitektur Tradisional Bali yang berlaku umum atau arsitektur dan lingkungan setempat yang khas dimasing-masing kabupaten/Kota

Adanya teori ini akan memberikan pengaruh kepada arsitektur masa kini untuk tetap menggunakan dekorasi berupa ragam hias pada bangunan-bangunan arsitektur masa kini dengan tujuan untuk tetap melestarikan budaya yang telah ada dan tetap menunjukkan jati diri, keberadaan teori ini akan memberikan kelangsungan kepada kebudayaan arsitektur tradisional bali.

Teori Arsitektur yang Dapat Digunakan Untuk Menerapkan ATB

1. Teori regionalismeMenurut pemerintah kota Denpasar (2010) metode merancang dengan menggunakan beberapa elemen arsitektur masa lalu kepada arsitektur masa kini. Pendekatan regionalisme secara garis besar memiliki beberapa pilihan yaitu :a. Menyatukan elemen arsitektur masa lalu pada arsitektur masa kini sehingga mampu menghasilkan bentukan yang menyatu dan harmonis.b. Menempelkan elemen-elemen arsitektur masa lalu pada arsitektur masa kini.c. Menerapkan konsep arsitektur masa lalu pada arsitektur masa kini.

2. Teori Neo vernakulerMenurut pemerintah kota Denpasar (2010) memadukan arsitektur vernakular pada arsitektur modern. Pendekatan kedua ini mirip dengan regionalisme namun memiliki kontek yang berbeda. Pada pendekatan Neo vernakuler arsitektur masa lalu dibawa arsitekur modern dengan melakukan beberapa modifikasi seperti penyederhanan bentuk, menggunakan material modern, dan merubah dimensi dan skala.

Penerapan teori diatas bisa dilakukan pada arsitektur tradisional bali, sesuai dengan teori tersebut bahwa kita dapat mengadopsi prinsip dan ragam hias sebagai elemen pembentuk arsitektur masa kini yang berasal dari arsitektur tradisional bali. Hasil adopsi tersebut masih dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan arsitektur masa kini seperti pada penggunaan bahan-bahan yang bisa digantikan dengan bahan temuan baru, pengaplikasian elemen-elemen ragam hias pada bangunan sebagai pengindah dan lain-lain. Sekalipun terdapat beberapa modifikasi dari arsitektur tradisional bali yang digunakan pada arsitektur masa kini namun modifikasi tersebut tidak diperkenankan untuk melenceng dari prinsip utama yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

Dwijendra, Ngakan Ketut Acwin. 2008. Arsitektur Rumah Tradisional Bali. Udayana University Press. Bali.

Hasan, Raziq. Arsitektur Modern.. 22 Maret 2013.

Dinas Tata Kota dan Bangunan Kota Denpasar. 2008. Bunga Rampai Semiloka Denpasar Budaya dan Arsitektur. Dinas Tata Kota dan Bangunan Kota Denpasar. Bali

Pemerintah Kota Denpasar. Buku Panduan Semiloka Arsitektur Gedung di Kota Denapasar. Pemerintah Kota Denpasar. Bali