Upload
arizenalm
View
31
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
menjelasakan tentang ROA dan ROE
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Kesetabilan perekonomian disuatu negara ditentukan oleh banyak faktor,
salah satunya adalah sektor perbankan. Sektor perbankan merupakan jantung
dalam sisitem perekonomian sebuah negara dan sebagai alat dalam pelaksanaan
kebijaksanaan moneter pemerintah.
Di Indonesia ada salah satu bank nasional yang tertua berdiri semenjak
tahun 1895 sampai dengan sekarang tahun 2012, yaitu PT. Bank Rakyat Indonesia
Tbk yang didirikan pada 16 Desember 1895 oleh Raden Aria Wirjaatmadja, di
Purwokerto, Jawa Tengah.
Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik
Indonesia dan pada tahun 2003 pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual
30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi
PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini
(tahun 2012).
Fenomena saat ini banyak investor yang ingin menanam sahamnya di PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., terlihat dari data statistik yang diperoleh
dari BEI dan Bank Indonesia yang menunjukkan bahwa perkembangan harga
saham PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk sangat bagus dan juga pernah melakukan
Stock Split pada tahun 2011 yang mencerminkan bahwa PT. Bank Rakyat
Indonesia Tbk memiliki kinerja perusahaan yang baik.
2
Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia perode tahun 2012 yang
dibuat oleh Bank Indonesia, ada 10 bank yang memiliki asset paling tinggi, yaitu
sebagai berikut:
Tabel 1.1Statistik Asset Perbankan Indonesia
Periode Tahun 2012
Ranking Bank Aset (Triliun Rupiah)1 Bank Mandiri 375,232 Bank Rakyat Indonesia 318,443 Bank Central Asia 283,184 Bank Negara Indonesia 226,915 Bank CIMB Niaga 106,886 Bank Danamon Indonesia 96,807 Pan Indonesia Bank 76,278 Bank Internasional Indonesia 58,739 Bank Tabungan Negara 58,4810 Bank Permata 56,21Sumber: Bank Indonesia
Berdasarkan data dari Bank Indonesia diatas dapat dilihat perkembangan
PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, menduduki peringkat ke 2 setelah Bank Mandiri,
hal ini menandakan bahwa PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk., merupakan salah
satu Bank Nasional yang memiliki pengaruh terhadap perekonomian negara
Indonesia.
Harga saham PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dari periode tahun 2003
sampai dengan tahun 2012 ada yang mengalami kenaikan dan penurunan secara
bertahap. Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI) harga saham
PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dari periode tahun 2003 sampai dengan 2012
menyatakan bahwa dari tahun 2003 sampai dengan 2010 harga saham PT. Bank
Rakyat Indonesia Tbk mengalami kenaikan dengan paling tinggi adalah harga
3
saham per lembarnya adalah Rp. 10.500 yaitu pada tahun 2010, namun di tahun
2011 dan 2012 mengalami penurunan menjadi Rp. 6.750 dan Rp. 6.950.
Pada tanggal 24 November 2010 telah dilakukan Rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk., untuk
merencanakan memecah nilai nominal saham (stock split) di kisaran 1:2 hingga
1:3. Pada tahun 2010 harga saham PT. Bank Rakyat Indonesia Tbl., telah
mencapai Rp. 10.500. Hal inilah pada tahun 2011 merencanakan akan di Stock
Split diperkirakan menjadi harga saham Rp. 5.000.
Namun pada tanggal 11 Januari 2011 PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk.,
berdasarkan hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) telah
disepakati untuk melakukan Stock Split saham yaitu sebesar Rp. 6.750 dan
diharapkan kedepannya para investor dapat tertarik untuk menanam sahamnya di
PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk.
Saham PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk sudah diperjual belikan di Pasar
modal, maka kehadiran pasar modal memberikan peluang bagi PT. Bank Rakyat
Indonesia Tbk untuk memperoleh dana tambahan serta memberikan banyak
pilihan investasi bagi para investor guna mendapatkan kesempatan memperoleh
imbal hasil.
Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana
lainnya yang dilakukan pada saat ini dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan dimasa yang akan datang. Tujuan investor melakukan investasi adalah
untuk memperoleh keuntungan atau imbal hasil (return). Namun imbal hasil
(return) bukan satu-satunya unsur yang melekat pada setiap investasi.
4
Pada umumnya investasi selalu mengandung resiko (risk) yang harus
dipertimbangkan setiap investor atas dana yang akan diinvestasikannya.
Kedua unsur ini memiliki korelasi yang positif semakin besar imbal hasil
yang akan diperoleh, maka semakin besar resiko yang dimilikinya dan sebaliknya
semakin kecil hasil yang diperoleh, maka semakin kecil pula resiko yang
dihadapi.
Oleh sebab itu, para investor perlu memiliki sejumlah informasi yang
berkaitan dengan dinamika harga saham agar dapat mengambil keputusan tentang
saham perusahaan yang layak dipilih oleh investor. Faktor fundamental
perusahaan memegang peranan penting dalam proses pengambilan keputusan.
Analisis fundamental sebagai salah satu teknik analisis yang bisa
digunakan oleh investor dalam mencari informasi dan mengidentifikasi prospek
perusahaan dengan menganalisis laporan keuangan perusahaan. Selain analisis
fundamental diperlukan juga rasio keuangan (financial ratio) yang sangat penting
dilakukan oleh investor yang mempunyai fungsi untuk melakukan analisa
terhadap kondisi keuangan perusahaan dan memperkirakan potensi resiko yang
akan dihadapi.
Permasalahan utama dalam keputusan investasi adalah bagaimana
menaksir profitabilitas, yaitu menguntungkan atau tidaknya suatu usulan investasi
terutama pada instrumen pasar modal. Oleh sebab itu, investor juga harus
memperhatikan rasio profitabilitas diantaranya Rasio Return On Assets (ROA)
dan Rasio Return On Equity (ROE).
5
Menurut kutipan dari Irham Fahmi (2011 : 137), mengemukakan bahwa
Rasio Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu.
Nilai rasio ROA yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang
dipergunakan untuk beroperasi perusahaan mampu memberikan laba bagi
perusahaan. Sebaliknya apabila ROA yang negatif menunjukkan bahwa dari total
yang dipergunakan, maka perusahaan mendapatkan kerugian.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dan mengkaji lebih dalam tentang pengaruh Return On Asset (ROA)
dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham, penulis melakukan
penelitian pada perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia dimulai dari periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2012.
Oleh karena itu, judul dari penelitian ini adalah “PENGARUH RETURN ON
ASSET (ROA) DAN RETURN ON EQUITY (ROE) TERHADAP HARGA
SAHAM PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA TBK PERIODE
TAHUN 2003 – 2012”.
1.2. Identifikasi Masalah
Sebagaimana dikemukakan didalam latar belakang masalah, ternyata
persoalan-persoalan masih bersifat umum.
Adapun hal yang dapat diidentifikasi sebagai permasalahan yang akan
dibahas lebih lanjut adalah sebagai berikut:
6
1. Bagaimana Perkembangan Return On Asset (ROA) pada PT. Bank Rakyat
Indonesia Tbk periode tahun 2003 – 2012.
2. Bagaimana Perkembangan Return On Equity (ROE) pada PT. Bank Rakyat
Indonesia Tbk periode tahun 2003 – 2012.
3. Bagaimana Perkembangan Harga Saham pada PT. Bank Rakyat Indonesia
Tbk periode tahun 2003 – 2012.
4. Bagaimana pengaruh Return On asset (ROA) dan Return On Equity (ROE)
terhadap Harga Saham pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk periode tahun
2003 – 2012 secara simultan dan parsial.
1.3. Pembatasan Masalah
Dalam menyusun tugas akhir ini penulis membatasi permasalahan yaitu
sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada Return On asset (ROA) dan Return On Equity
(ROE) terhadap Harga Saham pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk.
2. Penelitian dilakukan pada Return On asset (ROA) dan Return On Equity
(ROE) terhadap Harga Saham pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil
tema: “PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA) DAN RETURN ON EQUITY
(ROE) TERHADAP HARGA SAHAM PADA PT. BANK RAKYAT
INDONESIA TBK PERIODE TAHUN 2003 – 2012”.
7
1.4. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penulis dalam melaksanakan penelitian ini adalah untuk
memperoleh data dan informasi yang dapat membantu penulis dalam menyusun
laporan tugas akhir sebagai salah satu syarat dalam kelulusan pada Program Studi
D-III Politeknik LP31 Bandung.
Sedangkan tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana Perkembangan Return On Asset (ROA) pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk periode tahun 2003 – 2012.
2. Untuk mengetahahui bagaimana Perkembangan Return On Equity (ROE) pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk periode tahun 2003 – 2012.
3. Untuk mengetahui bagaimana Perkembangan Harga Saham pada PT. Bank
Rakyat Indonesia Tbk periode tahun 2003 – 2012.
4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Return On asset (ROA) dan Return
On Equity (ROE) terhadap Harga Saham pada PT. Bank Rakyat Indonesia
Tbk periode tahun 2003 – 2012 secara simultan dan parsial.
1.5. Kegunaan Penelitian
Adapun berbagai kegunaan dari hasil penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Yaitu selain sebagai sumber data informasi dalam penyusunan laporan Tugas
Akhir dan juga dapat menambah wawasan mengenai aktivitas Bank Rakyat
Indonesia.
8
2. Bagi Pihak Bank
Yaitu penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau saran berupa
informasi yang bermanfaat.
3. Bagi Masyarakat
Yaitu penulis berharap hasil penelitian ini bisa dapat dijadikan bahan referensi
untuk pengkajian masalah yang mempunyai kaitan dengan penelitian ini.
1.6. Metode dan Teknik Penelitian
1.6.1 Metode Penelitian
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis melakukan penelitian dengan
menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status
sekelompok manusia, suatu objek, suatu system pemikiran ataupun suatu
kelangsungan peristiwa pada masa sekarang, yaitu berdasarkan kutipan menurut
Kasmir (2008 : 65), Malayu S.P. Hasibuan (2008 : 2), Idroes dan Sugiarto (2006 :
3), Abdurrachman (Suyatno et.al, 2006 : 3), Perry Warjiyo (2004 : 248),
(http://nuryazidi.wordpress.com/2008/09/17/apa-yang-anda-ketahui-dengan-bi-
rtgs-2/), Mulyati Tri Subari dan Ascarya (2003 : 45), (http:// www.bi.go.id ) dan
kutipan lainnya.
1.6.2Teknik Penelitian
Sedangkan teknik yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data
adalah sebagai berikut:
9
1. Penelitian lapangan (Field Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung pada objek penelitian.,
penelitian ini bertujuan untuk melihat dan memperoleh data yang benar serta
dapat dipertanggungjawabkan, sehingga dapat diketahui situasi bank yang
bersangkutan dengan menggunakan cara-cara sebagai berikut:
a. Wawancara (Interview)
Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan tanya
jawab dan bertatap muka langsung dengan pihak yang terkait.
b. Studi Dokumentasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan mengadakan penelitian terhadap
dokumen-dokumen yang ada pada objek penelitian.
Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Data Primer
Yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian yaitu dalam
hal ini dari Kantor Bank Indonesia Tasikmalaya.
2) Data Sekunder
Yaitu data-data yang diperoleh dari buku-buku literatur yang
berhubungan dengan penelitian.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari literatur
yang berhubungan dengan pokok bahasan penelitian sehingga dapat dipakai
sebagai dasar analisa.
10
1.7. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian Ini dilakukan di perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk
yang telah go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sumber
data diperoleh dari Pojok Bursa Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi yang
berlokasi di Jl. Siliwangi No 24 Tasikmalaya dan melalui situs internet
www.idx.co.id serta situs internet www.bri.co.id.
Waktu yang diperlukan penulis dalam pencarian data guna penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1Matriks Penelitian
No. UraianJanuari Februari Maret
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41. Persiapan:
a. Penyusunan Rencanab. Survey Pendahuluan
2. Pengumpulan Data
3. Pengolahan Data
4. Konsultasi
5. Seminar
6. Draft Akhir
1.8. Sistem Penulisan
Untuk membantu dalam penyusunan tugas akhir ini, maka penulis
membuat sistematika penulisan yang meliputi 5 bagian, yaitu terdiri dari:
11
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menguraikan latar belakang penelitian, identifikasi masalah,
pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metode yang digunakan
dalam pengumpulan data, lokasi dan waktu penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini membahas landasan-landasan teori yang mendasari dan
menjadi pertimbangan penulis untuk menganalisa pokok permasalahan dalam
penelitian dengan menjelaskan teori-teori yang berasal dari study pustaka yang
mengemukakan dasar-dasar aspek penelitian.
BAB III OBYEK PENELITIAN
Dalam bab ini dibahas mengenai sejarah berdirinya PT. Bank Rakyat
Indonesia, struktur organisasi dan tugas masing-masing divisi serta kegiatan usaha
objek penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini mengemukakan mengenai hasil penelitian dan pembahasan
masalah mengenai tema yang dibahas yaitu tentang pengaruh Return On asset
(ROA) dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham pada PT. Bank
Rakyat Indonesia Tbk periode tahun 2003 – 2012.
BAB V PENUTUP
Bab ini berupa kesimpulan yang diambil dari hasil pembahasan penelitian
yang dirumusan secara singkat dan jelas. Sedangkan saran ditujukan kepada
12
pihak-pihak yang terkait dalam penulisan tugas akhir ini yaitu objek penelitian
yang berisi anjuran atau rekomendasi guna memperbaiki kinerja perusahaan
kearah lebih baik.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
2.1.1 Analisis Rasio Keuangan
Untuk mengevaluasi kinerja dan kondisi keuangan perusahaan, analisis
keuangan dan pemakaian laporan keuangan harus melakukan analisis terhadap
kesehatan perusahaan, alat yang bisa digunakan adalah rasio keuangan.
2.1.1.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan
Definisi analisis rasio keuangan pada dasarnya memiliki pengertian
yang berbeda-beda, namun isinya tidak jauh berbeda satu sama lainnya.
Seperti halnya pengertian analisis rasio keuangan menurut kutipan dari
Irham Fahmi (2012 : 49), yaitu sebagai sebagai berikut:
“Analisis rasio keuangan adalah suatu kajian yang melihat perbandingan antara jumlah-jumlah yang terdapat pada laporan keuangan dengan mempergunakan formula-formula yang dianggap representatif untuk diterapkan”.
Tidak berbeda jauh dengan pengertian analisis rasio keuangan diatas
menurut kutipan Sofyan Syafri Harahap (2004 : 297), yang menyatakan
bahwa: “Analisis rasio keuangan adalah suatu angka yang diperoleh dari
hasil perbandingan satu pos laporan keuangan dengan lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)”.
14
Adapun pendapat lain yang mendukung kedua kutipan diatas yaitu
dari kutipan Harmono (2011 : 106) yang menyatakan bahwa:
“Analisis rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan
perusahaan untuk menilai kinerja suatu perusahaan berdasarkan
perbandingan data keuangan yang terdapat pada pos laporan keuangan
(neraca, laporan laba/ rugi, laporan aliran kas)”.
Pendapat lain Menurut kutipan Munawir (2004 : 37), Analisis rasio
adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu
dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari
kedua laporan tersebut.
Pendapat lain dari kutipan Eddy Soeryanto Soegoto (2011 : 150),
meyatakan bahwa: “Analisis rasio keuangan adalah suatu metoda yang
menyatakan hubungan antara dua elemen dalam laporan keuangan dan
menjadi barometer yang dapat menunjukkan kinerja keuangan suatu
perusahaan”.
Adapun pendapat lain Menurut Harmono (2011 : 104), Analisis rasio
keuangan merupakan alat analisis bagi manajemen keuangan perusahaan
perusahaan yang bersifat menyeluruh, dapat digunakan untuk mendeteksi/
mendiagnosis tingkat kesehatan perusahaan melalui analisis kondisi arus kas
atau kinerja organisasi perusahaan baik yang bersifat parsial maupun kinerja
organisasi secara keseluruhan.
15
Berdasarkan beberapa kutipan diatas, maka penulis sependapat
dengan kutipan dari Harmono (2011 : 104). Dan penulis dapat
menyimpulkan dari kutipan diatas yaitu sebagai berikut: “Analisis rasio
keuangan merupakan bentuk atau cara umum yang digunakan dalam analisis
laporan keuangan dengan kata lain diantara alat-alat analisis yang selalu
digunakan untuk mengukur kekuatan atau kelemahan suatu perusahaan di
bidang keuangan”.
Penulis berpendapat bahwa dengan rasio keuangan, para pemakai
laporan keuangan dapat dengan mudah mengartikan informasi yang
menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya.
Analisa laporan keuangan pada dasarnya dapat dilakukan dengan 2
macam cara pembandingan, yaitu sebagai berikut:
1. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari
waktu yang lalu (history ratio) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan
untuk waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama.
2. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan (rasio perusahaan)
dengan rasio-rasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau
industri sejenis (rasio industri) untuk waktu yang sama.
2.1.1.2 Jenis – Jenis Analisis Rasio Keungan
Adapun beberapa kesimpulan dari kutipan jenis-jenis analisis rasio
keuangan yang digunakan untuk menganalisis kinerja keuangan perusahaan,
yaitu menurut kutipan dari Munawir (2010 : 70) dan menurut Irham Fahmi
(2012 : 120), yaitu sebagai berikut:
16
1. Rasio Likuiditas
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menjamin kewajiban-kewajiban lancarnya.
Rasio ini antara lain Rasio Kas (cash ratio), Rasio Cepat(quick ratio),
Rasio Lancar (current ratio).
2. Rasio Pengungkit/ leverage/ solvabilitas
Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat pengelolaan sumber dana
perusahaan.
Beberapa rasio ini antara lain Rasio Total Hutang terhadap Modal
sendiri, Total Hutang terhadap Total Asset, TIE (Time Interest Earned).
3. Rasio Efesiensi/ Perputaran
Rasio perputaran digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam mengelola asset-assetnya sehingga memberikan aliran kas masuk
bagi perusahaan.
Rasio ini antara lain Rasio Perputaran Persediaan, Perputaran Aktiva
Tetap, dan Total Asset Turnover.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.
Rasio ini antara lain: GPM (Gross Profit Margin), OPM(Operating
Profit Margin), NPM (Net Profit Margin), ROA (Return to Total Asset),
ROE (Return On Equity).
17
5. Rasio Nilai Pasar
Rasio yang mengukur harga pasar relatif terhadap Nilai
Buku perusahaan.
Rasio ini antara lain: PER (Price Earning Ratio), Devidend
Yield, Deviden Payout Ratio, PBV (Price to Book Value)
2.2. Rasio Profitabilitas
Keuntungan merupakan hasil dari kebijaksanaan yang diambil oleh
manajemen. Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur seberapa besar
tingkat keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan. Jumlah keuntungan yang
di dapat satu perusahaan dapat dilihat dari laporan laba rugi tahunan yang
dikeluarkan oleh perusahaan dan setiap perusahaan akan selalu
memaksimalkan laba yang diperolehnya. Banyak pihak yang sangat
berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang
saham akan melihat keuntungan yang benar-benar akan diterima dalam bentuk
dividen.
2.2.1. Pengertian Rasio Profitabilitas
Ada beebrapa kutipan tentang pengertian rasio profitabilitas,
diantaranya menurut kutipan dari Mahmud Hanafi (2004 : 42), yaitu
menyatakan bahwa: “Rasio profitabilitas merupakan suatu rasio untuk
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat
penjualan, Asset dan modal tertentu”.
18
Tidak berbeda dengan kutipan diatas, menurut Irham Fahmi (2011 :
116), menyatakan “Rasio profitabilitas adalah bermanfaat untuk
menunjukan keberhasilan perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan”.
Pendapat lain menurut kutipan dari Harmono (2011 : 109) yaitu
sebagai berikut:
“Rasio profitabilitas adalah suatu gambaran kinerja fundamental perusahaan yang ditinjau dari tingkat efisiensi dan efektifitas operasi perusahaan dalam memperoleh laba”.
Pendapat lain yang mendukung kutipan diatas adalah Sofyan Syafri
Harahap (2004 : 304), yang menyatakan bahwa: “Rasio profitabilitas
merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti
kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan
sebagainya”.
Adapun kutipan menurut Handono Mardiyanto (2009 : 53),
menyatakan bahwa: “Rasio profitabilitas adalah suatu rasio untuk mengukur
kesanggupan perusahaan untuk menghasilkan laba”.
Pendapat lain dari Dewi Praptiwi dan Irawan Senda (2010 : 198),
menyatakan bahwa: “Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan memperoleh tingkat kembalian
investasi”.
19
Sedangkan menurut Farah Margaretha (2010 : 56), menyatakan
bahwa: “Rasio profitabilitas adalah suatu gambaran pada pihak-pihak yang
berkepentingan tentang kemampuan manajemen industri jasa dalam
menghasilkan laba untuk periode tertentu”.
Berdasarkan beberapa kutipan diatas, penulis menyimpulkan bahwa
pengertian Rasio profitabilitas adalah suatu rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan melalui
kegiatan penjualan, harta perusahaan dan modal saham.
2.2.2. Jenis – Jenis Rasio Profitabilitas
Ada beberapa kesimpulan dari kutipan Munawir (2010 : 71),
Harmono (2011 : 110) dan menurut Irham Fahmi (2012 : 80), jenis-jenis
rasio profitabilitas, yaitu sebagai berikut:
1. Gross Profit Margin (GPM)
Gross Profit Margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi
pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan
kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien.
Rumus:
2. Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.
Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.
Rumus:
20
3. Return On Asset (ROA) atau Rentabilitas Ekonomi
Return On Asset merupakan ukuran kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh
perusahaan.
Rumus:
4. Return On Equity (ROE) atau Hasil Atas Ekuitas
Return On Equity adalah ukuran hasil yang diperoleh pemilik
(baik pemegang saham preferen dan saham biasa) atas investasi di
perusahaan.
Rumus:
5. Return On Investment (ROI)
Return On Investment adalah merupakan rasio yang mengukur
kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan
keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam
perusahaan.
Rumus:
6. Earning Per Share (EPS)
Earning Per Share adalah rasio yang menunjukkan berapa besar
kemampuan perlembar saham dalam menghasilkan laba.
Rumus:
21
2.3. Return On Asset (ROA)
Ada bebrapa kutipan tentang pengertian Return On Asset (ROA),
diantaranya Menurut David dan Kurniawan (2010 : 239), yaitu: “Return On
Asset merupakan mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat asset tertentu”.
Adapun pendapat lain dari kutipan Sutrisno (2005 : 238), menyatakan
bahwa: “Return On Asset juga sering disebut rentabilitas ekonomis merupakan
ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva
yang dimiliki oleh perusahaan”.
Tidak berbeda jauh dari pengertian Return On Asset diatas, menurut
kutipan dari Agus (2000 : 130), yaitu: “Return On Asset menunjukan
kemampuan perusahaan laba dari aktiva yang dipergunakan”.
Sedangkan menurut kutipan dari Ridwan dan Inge (2003 : 145),
menyatakan bahwa: “Return On Asset (ROA) merupakan ukuran keseluruhan
keefektifan manajemen dalam menghasilkan laba dengan aktiva yang tersedia”.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka penulis menarik
kesimpulan bahwa Return On Asset (ROA) adalah analisis yang
membandingkan antara laba bersih dengan total aktiva. Rasio ini bertujuan
untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan memanfaatkan aktiva yang tersedia.
Rumus untuk mencari Return On Asset (ROA) berdasarkan kutipan dari
Ridwan dan Inge (2003 : 146) adalah sebagai berikut:
22
2.4. Return On Equity (ROE)
Ada beberapa kutipan tentang pengertian Return On Equity yaitu
diantaranya menurut Ridwan dan Inge (2003 : 146), yaitu menyatakan bahwa:
“Hasil atas Ekuitas atau biasa disebut dengan Return On Equity adalah ukuran
hasil yang diperoleh pemilik (baik pemegang saham preferen dan saham biasa)
atas investasi di perusahaan. Semakin tinggi hasil semakin baik”.
Menurut Bambang (2001 : 44) pengertian Return On Equity atau yang
disebut dengan rentabilitas modal sendiri adalah perbandingan antara jumlah
laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri disatu pihak dengan jumlah
modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Atau dengan kata
lain dapat dikatakan bahwa rentabiltas modal sendiri adalah kemampuan suatu
perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk
menghasilkan keuntungan.
Adapun pendapat lain menurut Irham Fahmi (2012 : 82), menyatakan
bahwa: “Rasio Return On Equity (ROE) disebut juga dengan laba atas equity
dan di beberapa referensi disebut juga dengan rasio total asset turnover atau
perputaran total asset adalah suatu rasio yang mengkaji sejauh mana suatu
perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu
memberikan laba atas ekuitas”.
Sedangkan menurut Sutrisno (2005 : 239) Return On Equity adalah
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal
23
sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini sering disebut sebagai rentabilitas
modal sendiri.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
Return On Equity digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian
perusahaan dan efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan modal yang tersedia.
Rumus untuk mencari nilai Return On Equity berdasarkan kutipan dari
Ridwan dan Inge (2003 : 146) dapat di formulasikan sebagai berikut:
2.5. Saham
Dipergunakannya saham sebagai salah satu alat untuk mencari
tambahan dana menyebabkan kajian dan analisis tentang saham begitu
berkembang baik secara fundamental dan teknikal.
Ada banyak pihak yang terlibat dalam bermain di pasar saham, secara
umum ada tiga yaitu investor, spekulan dan government. Ketiga pihak yang
terlibat ini sama-sama memiliki tujuan dan kepentingannya masing-masing
(Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, 2009 : 67).
2.5.1. Pengertian Saham
Menurut istilah yang ada di masyarakat, definisi saham pun sangat
beragam, salah satunya menurut kutipan dari Irham Fahmi (2011 : 53),
meyatakan bahwa: “Saham yang dimaksud disini adalah saham yang berasal
24
dari perusahaan lain, yang dibeli oleh pihak manajemen perusahaan dan
selanjutnya sewaktu-waktu bisa dijual kembali jika membutuhkan dana.
Pendapat lain menurut Sapto Rahardjo (2006 : 31), meyatakan
bahwa: “Saham adalah surat berharga yang merupakan instrumen bukti
kepemilikan atau penyertaan dari individu atau institusi dalam suatu
perusahaan”.
Tidak berbeda jauh dari pengertian saham diatas, menurut Indriyo
dan Basri (2000 : 265), yaitu: “saham merupakan tanda penyertaan modal
pada perseroan terbatas”.
Adapun pendapat lain dari Bambang (2002 : 240), meyatakan
bahwa: “Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam
suatu perseroan terbatas.
Berdasarkan beberapa kutipan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa saham adalah salah satu jenis sekuritas yang diperdagangkan di pasar
modal yang berisi tanda bukti keikutsertaan dalam permodalan perusahaan
dimana pemegang saham mempunyai hak atas kekayaan perusahaan yang
proporsinya disesuaikan dengan jumlah lembar saham yang dimiliki oleh
pemegang saham tersebut.
2.5.2. Jenis – Jenis Saham
Dalam pasar modal ada dua jenis saham yang paling umum dikenal
oleh publik (Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi, 2009 : 68), yaitu sebagai
berikut:
1. Common Stock (Saham Biasa)
25
Adalah suatu surat bergarga yang dijual oleh suatu perusahaan
yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen dan sebagainya)
dimana pemegangnya diberi hak untuk mengikuti RUPS (Rapat Umum
Pemegang Saham) dan RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar
Biasa) serta berhak untuk menentukan membeli right issue (penjualan
saham terbatas) atau tidak, yang selanjutnya diakhir tahun akan
memperoleh keuntungan dalam bentuk deviden.
2. Saham Istimewa (Preferred Stock)
Adalah suatu surat berharga yang dijual oleh suatu perusahaan
yang menjelaskan nilai nominal (rupiah, dolar, yen dan sebagainya)
dimana pemegangnya akan memperoleh pendapatan tetap dalam bentuk
deviden yang akan diterima setiap kuartal (tiga bulanan).
2.6. Pasar Modal (Sekuritas)
Disetiap negara di dunia hampir memiliki pasar modal (capital market)
kecuali bagi negara-negara yang masih berbenah dan belum mampu
melepaskan diri dari persoalan ekonomi dan politil yang begitu parah, maka
keberadaan pasar modal di negara tersebut dianggap belum begitu berjalan
efektif.
Ketidakefektifannya disebabkan oleh berbagai hal termasuk diantaranya
kondisi politik dan keamanan yang belum mencapai tingkat kestabilan dan
sampai saat ini terus terjadi atau berlangsung berlarut-larut tanpa ada
dicapainya titik penyelesaian, contohnya negara palestina, myanmar dan
beberapa negara lainnya.
26
Keberadaan pasar modal disuatu negara bisa menjadi acuan untuk
melihat tentang bagaimana kegairahan atau dinamisnya bisnis negara yang
bersangkutan dalam menggerakkan berbagai kebijakan ekonominya seperti
kebijakan fiskal dan moneter. Selanjutnya dari kebijakan yang diterapkan
tersebut kondisi stimulus dan bahkan suistainabillity bisa diperoleh dengan
efek lebih jauh mampu memberikan kontribusi positif pada penambahan
pendapatan negara terutama dari segi pendapatan pajak (tax income).
2.6.1. Pengertian Pasar Modal
Ada beberapa kutipan tentang pengertian pasar modal, diantaranya
menurut Irham Fahmi dan Yovi Lavianti Hadi (2009 : 41), menyatakan
bahwa: “Pasar Modal adalah tempat dimana berbagai pihak khususnya
perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond) dengan tujuan dari
hasil penjualan tersebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana
atau untuk memperkuat dana perusahaan.
Menurut kutipan dari Eduardus Tandelilin (2010 : 26), menyatakan
bahwa: “Pasar Modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki
kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
memperjualbelikan sekuritas.
Pendapat lain dari R.J. Shook (2002 : 71), pasar modal adalah
sebuah pasar tempat dana-dana modal, seperti ekuitas dan hutang,
diperdagangkan.
27
Ada pendapat lain dari Joel G Siegel dan Jae K Shim (1999 : 68),
pasar modal adalah pusat perdagangan utang jangka panjang dan saham
perusahaan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, penulis dapat menyimpulkan
bahwa pasar modal merupakan tempat atau wadah bagi perusahaan untuk
mendapatkan tambahan dana dengan menjual instrumen pasar modal berupa
surat-surat berharga kepada pemodal (investor) dan bagi pemodal (investor)
dengan keikutsertaannya dalam menanamkan sejumlah dana di perusahaan
diharapkan mendapat sejumlah keuntungan dari nilai investasi yang
berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi.
2.6.2. Jenis – Jenis Pasar Modal
Ada beberapa jenis pasar modal menurut Eduardus Tandelilin
(2010 : 28), diantaranya sebagai berikut:
1. Pasar Perdana (Primary Market)
Pasar perdana adalah penawaran saham dari perusahaan yang
menerbitkan saham (emiten) kepada investor selama waktu yang
ditetapkan oleh pihak yang menerbitkan saham tersebut diperdagangkan
saham-saham atau sekuritas lainnya yang di jual untuk pertama kalinya
(penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatat di bursa.
2. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder didefinisikan sebagai saham setelah melewati
masa penawaran pada pasar perdana. Pasar sekunder merupakan pasar
dimana saham dan sekuritas yang lain diperjual-belikan secara luas
28
melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga dasar di pasar sekunder
ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual.
Besarnya permintaan dan penawaran dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu:
a. Faktor Internal Perusahaan
Merupakan faktor yang berpengaruh dengan kegiatan internal
perusahaan beserta kinerja yang telah dicapai, misalnya pendapatan
per lembar saham, besarnya deviden yang dibagikan, kinerja
manajemen perusahaan, dan prospek perusahaan dimasa yang akan
datang.
b. Faktor Eksternal Perusahaan
Yaitu hal-hal di luar kemampuan perusahaan atau di luar
kemampuan manajemen untuk mengendalikan, misalnya gejolak
poitik suatu negara, perubahan kebijakan moneter, dan laju inflasi
yang tinggi.
3. Pasar Ketiga (Third Market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas
lainnya diluar bursa (over the counter market). Dalam pasar ketiga tidak
memiliki pusat lokasi perdagangan yang dinamakan bursa (floor trading).
Operasi pada pasar ketiga berupa pemusatan informasi yang disebut
“Trading Information”. Informasi yang diberikan pada pasar ini meliputi,
harga-harga saham, jumlah transaksi, dan keterangan lainnya yang
29
mengenai surat berharga yang bersangkutan. Di Indonesia di namakan
bursa paralel.
4. Pasar Keempat (Fourth Market)
Pasar keempat merupakan pasar perdagangan efek antara investor
atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke
pemegang lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. Bentuk
transaksi dalam perdagangan semacam ini dilakukan dalam jumlah besar
(Block Sale).
Menurut Algifari (1999 : 99), dalam menjalankan fungsinya, pasar
modal dibagi menjadi tiga macam:
1. Pasar Perdana
Pasar perdana adalah penjualan perdana efek atau penjualan efek
oleh perusahaan yang menerbitkan efek tersebut dijual di bursa efek.
Pasar perdana, efek dijual dengan emisi, sehingga perusahaan yang
menerbitkan emisi hanya memperoleh dana dari penjualan tersebut.
2. Pasar Sekunder
Pasar sekunder adalah pasar penjualan efek setelah penjualan
pada pasar perdana berakhir. Pada pasar sekunder ini harga efek
ditentukan berdasarkan kurs efek tersebut. Naik turunnya kurs atau efek
ditentukan oleh daya tarik menarik antara permintaan dan penawaran
efek tersebut. Bagi efek yang dapat memenuhi syarat listing dapat dapat
menjual efeknya di dalam bursa efek, sedangkan bagi efek yang tidak
memenuhi listing dapat menjual efeknya diluar bursa efek.
30
3. Bursa Paralel
Bursa paralel merupakan pelengkap bursa efek yang ada. Bagi
perusahaan yang menerbitkan efek yang akan menjual efeknya melalui
bursa dapat dilakukan melalui bursa paralel. Tidak semua efek yang di
terbitkan oleh perusahaan yang go public dapat menjual sahamnya di
bursa efek. Ini di karenakan persyaratan untuk listing di bursa efek
tersebut cukup berat dan sangat ketat. Bursa paralel merupakan alternatif
bagi perusahaan yang go public menjual-belikan efeknya, jika
perusahaan tersebut tidak dapat memenuhi syarat yang ditentukan pada
bursa efek. Di Indonesia terdapat bursa paralel yang pertama-tama
beroperasi adalah di Jakarta (BEJ) dan sekarang bursa paralel tersebut di
ambil alih oleh Bursa Efek oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek
(PPUE).
2.7. Bank
Definisi Bank pada dasarnya memiliki pengertian yang berbeda-beda,
namun tujuan isinya tidak berbeda jauh satu sama lainnya. Seperti halnya
pengertian Bank menurut pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 10
tahun 1998. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut:
“Bahwa sesungguhnya bank merupakan Badan Usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak”.
31
Tidak berbeda dengan pengertian bank diatas menurut Idroes dan
Sugiarto (2006 : 3), menyatakan “Bank adalah suatu lembaga yang telah
memperoleh izin untuk melakukan kegiatan utama menerima deposito,
memberikan pinjaman, menerima dan menerbitkan cek”.
Pendapat lain yang mendukung kedua kutipan diatas adalah Suyatno
et.al, (2006 : 3), yang menyatakan hal yang sama. Pernyataan tersebut dapat
dilihat pada kutipan berikut:
“Bank adalah suatu sejenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan-perusahaan dan lain-lain”.
Adapun pendapat lain yang mendukung kutipan diatas adalah Malayu
S.P. Hasibuan (2008 : 2), menyatakan bahwa “Bank adalah suatu badan usaha
yang dalam operasinya mengumpulkan dana dan menyalurkan kredit kepada
masyarakat”.
Berdasarkan kutipan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Bank
adalah suatu badan usaha yang kegiatannya menghimpun dan menyalurkan
dana dalam bentuk simpanan (tabungan), pemberian kredit serta memberikan
jasa-jasa bank berupa penyimpanan benda-benda berharga (safe deposit box),
Transfer, Kliring dan berbagai macam jasa lainnya dalam rangka meningkatkan
taraf hidup masyarakat banyak.
32
BAB III
OBJEK PENELITIAN
3.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda
dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh
pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada
beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan
kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia,
dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat
berjalan sebagimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal
pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami
pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan
pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat
dilihat dalam tabel sebagai berikut:
33
Tabel 3.1Perkembangan Pasar Modal Indonesia
Tanggal/ Tahun Keterangan[Desember 1912] Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di
Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda.[1914 – 1918] Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang
Dunia I.[1925 – 1942] Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama
dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya.[Awal tahun 1939] Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup.[1942 – 1952] Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama
Perang Dunia II.[1956] Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa
Efek semakin tidak aktif.[1956 – 1977] Perdagangan di Bursa Efek vakum.[10 Agustus 1977] Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden
Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara.
[1977 – 1987] Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.
[1987] Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
[1988 – 1990] Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat.
[2 Juni 1988] Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.
[Desember 1988] Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
[16 Juni 1989] Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan
34
dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
[13 Juli 1992] Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
[22 Mei 1995] Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
[10 November 1995] Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
[1995] Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
[2000] Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia.
[2002] BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).
[2007] Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
[02 Maret 2009] Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG.
Sumber: www.idx.co.id
3.1.1 Gambaran Umum Perusahaan
Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah
yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI)
didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja
dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden
atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu
lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia
(pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang
kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.
35
3.2 Sejarah PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk
Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik
pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat
Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria
Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der
Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi
Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang
berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16
Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.
Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai
Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Dalam masa perang
mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat
terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah
perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank
Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun
1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang
merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche
Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres)
No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan
nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan.
Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17 tahun
1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara
36
Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani
dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara
Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara
Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim).
Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-
undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968 tentang
Undang-undang Bank Sentral, yang intinya mengembalikan fungsi Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang
Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu
Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya
berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-
tugas pokok BRI sebagai bank umum.
Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7
tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI
berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100%
di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah
Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga
menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini.
3.3 Dewan Komisaris dan Direksi
Sesuai dengan anggaran dasar perseroan, direksi dibawah
pengawasan dewan komisaris, secara besama-sama menentukan
37
kebijaksanaan umum dan bertanggung jawab atas pengurusan perseroan
sehari-hari. Susunan anggota dewan komisaris dan direksi adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.2Susunan Direktur PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk
Nama Direktur Jabatan Direktur
Sofyan Basir Direktur UtamaA. Toni Soetirto DirekturAchmad Baiquni DirekturSarwono Sudarto DirekturAsmawi Syam DirekturGatot Mardiwasisto DirekturSulaiman Arif Arianto DirekturSuprajarto DirekturDjarot Kusumayakti DirekturLenny Sugihat DirekturRandi Anto Direktur
Sumber: www.idx.co.id
Tabel 3.3Susunan Komisaris PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk
Nama Komisaris Jabatan Komisaris Independen
Bunasor Sanim Komisaris Utama YesMustafa Abubakar
Wakil Komisaris Utama No
Ahmad Fuad Komisaris YesAdhyaksa Dault Komisaris YesHermanto Siregar Komisaris NoHeru Lelono Komisaris NoAviliani Komisaris YesVincentius Sonny Loho
Komisaris No
Sumber: www.idx.co.id
38
3.4 Visi dan Misi Perusahaan
PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk memiliki beberapa Visi dan Misi
yaitu sebagai berikut:
1. Visi BRI, yaitu sebagai berikut:
Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan
kepuasan nasabah.
2. Misi BRI, yaitu sebagai berikut:
Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan
mengutamakan pelayanan kepada usaha mikro, kecil dan menengah
untuk menunjang peningkatan ekonomi masyarakat. Memberikan
pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar
luas dan didukung oleh sumber daya manusia yang profesional dengan
melaksanakan praktek good corporate governance.
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 4.1. Perkembangan Return On Asset (ROA) Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk Periode Tahun 2003 – 2012
Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai variabel dari setiap
sampel yang akan diteliti. Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui nilai
dari variabel penelitian Return On Asset (ROA), sehingga dapat diketahui nilai
tertinggi, terendah dan nilai rata-rata variabel Return On Asset (ROA).
Return On Asset (ROA) adalah analisis yang membandingkan antara laba
bersih dengan total aktiva. Rasio ini bertujuan untuk mengukur efektifitas
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang
tersedia. Nilai Return On Asset (ROA) di dapatkan dengan cara membandingkan
antara profit sesudah pajak (earning after tax) dengan total asset yang di miliki
perusahaan, yaitu dapat dihitung sebagai berikut:
Untuk mengetahui perkembangan Return On Asset (ROA) pada
PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk periode tahun 2003-2012 di tunjukan pada
Tabel 4.1, yaitu sebagai berikut:
Tabel 4.1
40
Perkembangan Return On Asset (ROA)PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk
Periode Tahun 2003 – 2012
(dalam Milyar Rupiah, kecuali %)
TahunEarning After Tax Total Asset ROA
A B (a/b) x 100%
2003 3.892.579 94.709.726 4,11 2004 3.633.228 107.040.172 3,39 2005 3.808.587 122.775.579 3,10 2006 4.257.572 154.725.486 2,75 2007 4.838.001 203.734.938 2,37 2008 8.809.552 246.076.896 3,58 2009 11.093.156 316.947.029 3,50 2010 14.877.720 404.285.602 3,68 2011 18.755.880 469.899.284 3,99 2012 23.817.759 551.336.790 4,32
Sumber : www.idx.co.id (data diolah kembali)
Berdasarkan data yang telah diolah pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa
perkembangan Return On Asset (ROA) PT Bank Rakyat Indonesia Tbk selama 10
tahun dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2012 mengalami perkembangan
secara fluktuaif, Perkembangan Return On Asset (ROA) PT Bank Rakyat
Indonesia Tbk selama 10 tahun didapat rata-ratanya sebesar 3,48%.
Return On Asset (ROA) tertinggi terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar
4,32% hal ini disebabkan karena pada tahun 2012., PT. Bank Rakyat Indonesia
Tbk mampu menghasilkan keuntungan yang besar dengan semua laba bersih yang
ada dan total asset yang tersedia serta hal ini disebabkan PT Bank Rakyat
Indonesia Tbk menerapkan sistem yang mengarah pada consumer banking, yang
memberikan manfaat bagi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk serta adanya pemberian
41
kredit kepada konsumennya sehingga asetnya selalu bertambah, hal tersebut
menunjukkan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk pandai dalam memanfaatkan aset
yang ada. Sedangkan Return On Asset (ROA) terendah terjadi pada tahun 2007
yaitu 2,37% hal ini bisa disebabkan karena Bank Rakyat Indonesia Tbk tidak
mampu menghasilkan keuntungan yang besar dengan semua laba bersih yang ada
dan total asset yang tersedia serta penyebabnya bisa pada konflik internal pada
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk sendiri, namun jika dari laporan keuangan dapat
dilihat bahwa asetnya selalu dimanfaatkan tetapi sedikit yang dihasilkan sehingga
penggunaan atas aset ini kurang efektif dan efisien.
4.2 Perkembangan Return On Equity (ROE) Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk Periode Tahun 2003 – 2012
Analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui nilai variabel dari setiap
sampel yang akan diteliti. Analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui nilai
dari variabel penelitian Return On Equity (ROE), sehingga dapat diketahui nilai
tertinggi, terendah dan nilai rata-rata variabel Return On Equity (ROE).
Return On Equity (ROE) digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian
perusahaan dan efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
memanfaatkan modal yang tersedia.
Nilai Return On Equity di dapatkan dengan cara membandingkan antara
profit sesudah pajak (earning after tax) dengan total equity yang di miliki
perusahaan, yaitu dapat dihitung sebagai berikut:
42
Untuk perkembangam nilai Return On Equity (ROE) pada PT Bank
Rakyat Indonesia, Tbk periode tahun 2003-2012 di tunjukan pada Tabel 4.2, yaitu
sebagai berikut:
Tabel 4.2Perkembangan Return On Equity (ROE)
PT Bank Rakyat Indonesia, TbkPeriode Tahun 2003 – 2012
(dalam Milyar Rupiah, kecuali %)
TahunEarning After Tax Total Equity ROE
A B (a/b) x 100%
2003 3.892.579 12.762.554 30,50 2004 3.633.228 12.450.294 29,18 2005 3.808.587 13.352.982 28,52 2006 4.257.572 16.878.808 25,22 2007 4.838.001 19.437.635 24,89 2008 8.809.552 22.325.271 39,46 2009 11.093.156 30.576.477 36,28 2010 14.877.720 36.599.557 40,65 2011 18.755.880 49.816.414 37,65 2012 23.817.759 64.863.178 36,72
Sumber : www.idx.co.id (data diolah kembali)
Berdasarkan data yang telah diolah pada Tabel 4.2 dapat terlihat bahwa
perkembangan Return On Equity (ROE) PT Bank Rakyat Indonesia Tbk selama
10 tahun dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2012 mengalami perkembangan
secara fluktuaif, Perkembangan Return On Equity (ROE) PT Bank Rakyat
Indonesia Tbk selama 10 tahun didapat rata-ratanya sebesar 32,91%.
43
Return On Equity (ROE) tertinggi terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar
40,65% hal ini disebabkan oleh Return On Equity (ROE) PT Bank Rakyat
Indonesia Tbk tahun 2010 bisa mengalami kenaikan yang pesat dikarenakan
perusahaan tersebut bisa memanfaatkan situasi tersebut dan memainkannya pada
sisi keuangannya serta adanya pemegang saham baru dan sistem manajemen yang
mengarah pada shareholder value dimana manajemen perusahaan akan
memberikan gambaran tentang apa saja yang sudah dilakukan dan akan dilakukan
kepada pemegang saham. Sedangkan Return On Equity (ROE) terendah terjadi
pada tahun 2007 yaitu 24,89% Hal ini disebabkan adanya konflik internal pada
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk dan kurang maksimal dalam pemanfaatan fasilitas
yang telah ada.
4.3 Perkembangan Harga Saham Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk Periode Tahun 2003 – 2012
Harga saham secara umum adalah harga yang di bentuk oleh kekuatan
permintaan dan penawaran di mana saham banyak di minati oleh investor, maka
harganya cendrung naik, namun sebaliknya apabila saham kurang diminati oleh
investor, maka harganya cendrung melemah atau turun, harga saham dalam
penelitian ini menggunakan harga saham penutupan (closing price) pada setiap
akhir tahun.
Untuk perkembangan Harga Saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk
periode tahun 2003 – 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.3, yaitu sebagai berikut:
44
Tabel 4.3Perkembangan Harga Saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk
Periode tahun 2003 – 2012
TahunHarga Saham/ lembar
(Closing Price)
2003 Rp. 1.2502004 Rp. 2.8752005 Rp. 3.0252006 Rp. 5.1502007 Rp. 7.4002008 Rp. 5.7002009 Rp. 7.6502010 Rp. 10.5002011 Rp. 6.7502012 Rp. 6.950
Sumber : www.idx.co.id (data diolah kembali)
Berdasarkan pada Tabel 4.3 dengan data yang telah diolah tersebut
menunjukan bahwa harga saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk periode tahun
2003 sampai dengan 2012 selalu mengalami fluktuatif atau mengalami perubahan
setiap tahunnya. Dengan diperoleh rata-rata harga saham dari periode tahun 2003
sampai dengan 2012 yaitu sebesar Rp. 5.725. Berdasarkan data pada Tabel 4.3
tersebut pencapaian harga saham tertinggi PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk terjadi
pada tahun 2010 yaitu diperoleh sebesar Rp. 10.500 dan hal ini disebabkan karena
semakin tingginya minat investor terhadap saham PT. Bank Rakyat Indonesia
Tbk. Sedangkan harga saham terendah PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk terjadi
pada tahun 2003 yaitu sebesar Rp. 1.250 hal ini disebabkan karena perubahan
selera pelaku pasar dan investor masih menganalisis kinerja perusahaan secara
kompleks.
45
Fluktuasi harga saham PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk sangatlah
kompleks karena banyak faktor penyebabnya, misalnya kenaikan laba dan dividen
perusahaan, peningkatan atau penurunan yang diakibatkan oleh perubahan selera
pelaku pasar. Pergerakan harga saham disebabkan oleh perubahan berbagai motif
dari karakter investor, baik motif ekonomi maupun motif psikologis dan akibat
dari pergerakan harga itu menentukan tingkat return investor.
4.4 Pengaruh Return On Asset (ROA) Dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk Periode Tahun 2003 – 2012
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Return On Asset (ROA) dan
Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan PT. Bank
Rakyat Indonesia Tbk Periode Tahun 2003 – 2012., maka perlu dilakukan adanya
penyajian data yang akan dianalisis dalam penelitian ini. Berdasarkan data yang
disajikan pada Tabel 4.4 di bawah ini selanjutnya akan diolah dengan
menggunakan program SPSS versi 16.0 for windows.
Bagaimana pengaruh Return On Asset (ROA) dan Return On Equity
(ROE) terhadap Harga Saham pada p PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk Periode
Tahun 2003 – 2012 dapat dilihat pada Tabel 4.4, yaitu sebagai berikut:
46
Tabel 4.4Perkembangan Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE)
dan Harga Saham Pada PT. Bank Rakyat Indonesia TbkPeriode Tahun 2003 – 2012
TahunReturn On Asset (%)
(X1)Return On Equity (%)
(X2)Harga Saham (Rp)
(Y)2003 4,11 30,50 Rp. 1.2502004 3,39 29,18 Rp. 2.8752005 3,10 28,52 Rp. 3.0252006 2,75 25,22 Rp. 5.1502007 2,37 24,89 Rp. 7.4002008 3,58 39,46 Rp. 5.7002009 3,50 36,28 Rp. 7.6502010 3,68 40,65 Rp. 10.5002011 3,99 37,65 Rp. 6.7502012 4,32 36,72 Rp. 6.950
Sumber : www.idx.co.id (data diolah kembali)
Sebelum regresi berganda digunakan untuk menganalisis dan menguji
hipotesis penelitian, model regresi harus terbebas dari penyimpangan asumsi
klasik. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji asumsi klasik, uji asusmi klasik
bertujuan untuk menguji apakah model regresi berganda yang digunakan dalam
penelitian ini memiliki penyimpangan asusmsi klasik atau tidak. Model regresi
berganda dapat dikatakan baik apabila model tersebut memenuhi syarat asumsi
klasik yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas
dan uji autokorelasi. Berdasarkan data Tabel 4.4 diatas selanjutnya akan diolah
dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 dengan hasil perhitungan sebagai
berikut:
47
1. Uji Normalitas
Uji normalitas di lakukan untuk mengetahui apakah di dalam model
regresi, variabel bebas dan variabel terikat atau keduanya mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model regresi
dengan nilai residual yang berdistribusi normal (asympsig / 2-tailed > α
(0,05) dalam kasus ini menggunakan taraf signifikansi atau α = 5%.
Adapun pengujian di lakukan melalui SPSS Versi 16.0 dengan
menggunakan Uji Kolmogorof – Smirnov Test dan menggunakan grafik
Probability Plot. Hasil pengujian dapat di lihat Uji One-Sample Kolmogorof –
Smirnov Test yang terlampir dengan lengkap dilampiran Uji Normalitas.
Berdasarkan hasil uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
(Lampiran Uji Normalitas) menunjukan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) ROA
sebesar 0,988 ˃ 0,05, ROE sebesar 0,739 ˃ 0,05 dan Harga Saham 0,984 ˃
0,05. Dari ketiga variabel tersebut nilai sig lebih besar dari 0,05 atau nilai
Asymp.Sig (2-tailed) Standardized Residual > 0,05 yaitu sebesar 0,952 > 0,05.
Berdasarkan tampilan grafik Normal P-Plot (terlampir di lampiran Uji
Normalitas), dapat disimpulkan bahwa pola grafik normal terlihat dari titik-
titik yang menyebar disekitar garis diagonal dan penyebarannya mengikuti
arah garis diagonal. Berdasarkan grafik normal plot, menunjukkan bahwa
model regresi layak dipakai dalam penelitian ini karena memenuhi asumsi
normalitas, maka dapat dikatakan data tersebut berdistribusi normal.
48
Dengan demikian, model regresi ini dapat di gunakan untuk penelitian dan
menguji hipotesis.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau tidak, maka untuk
mendeteksi ada tidaknya multikolinieritas didalam model regresi dilihat dari
hubungan antar variabel bebas yang di tunjukan oleh angka variance inflation
factor (VIF) < 10, maka hal tersebut menunjukan tidak terjadi
Multikolinieritas. Berikut adalah Hasil Uji Multikoliniereitas Collinearity
Statistics yang terlampir di Lampiran Uji Multikolinieritas.
Berdasarkan hasil pengolahan data (terlampir di Lampiran Uji
Multikolinieritas) tersebut terdapat nilai variance inlation factor (VIF)
masing-masing ROA dan ROE sebesar 2,0. Uji multikolinieritas dikatakan
tidak terjadi adanya multikolinieritas apabila nilai VIF < 10 maka diperoleh
nilai 2,0 < 10. Hal ini menunjukan bahwa model dapat diartikan tidak terjadi
multikolinieritas dan dengan tidak terjadinya multikolinieritas, maka model
regresi ini adalah baik.
3. Uji Heterokedastisitas
Untuk mendeteksi gejala heterokedastisitas ada atau tidaknya pola
terjadi pada nilai residu pada model, model yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan metode Park Gleyser, gejala heterokedastisitas akan
49
ditunjukan oleh koefisien regresi dari masing-masing variabel independent
terhadap nilai absolute residunya, jika nilai propabilitasnya lebih besar dari
nilai alphanya (0,05), maka dapat dipastikan model tidak mengandung unsur
heterokedastisitas. Dikatakan tidak terjadi heterokedastisitas apabila: t-hitung
< t-tabel atau Sig.-t > α. Untuk lebih jelasnya Coefficientsa terlampir di
Lampiran Uji Heterokedastisitas.
Berdasarkan hasil pengujian (Lampiran Uji Heterokedastisitas)
diperoleh hasil bahwa nilai Sig.-t ROA sebesar 0,687 dan hasil nilai Sig.-t
ROE sebesar 0,509 dengan nilai alphanya (α) adalah sebesar 0,05, jadi dalam
penelitian ini hasil Sig.-t kedua variabel (ROA dan ROE) lebih besar dari
nilai α atau 0,687 > 0,05 dan 0,509 > 0,05., maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heterokedastisitas dalam penelitian ini.
4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi adalah korelasi antara anggota serangkaian observasi
yang diurutkan menurut waktu (seperti dalam data deretan waktu) atau ruang
(seperti dalam data cross-sectional). Masalah ini timbul karena residual tidak
bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Pada uji autokorelasi
menggunakan uji Durbin Waston (DW), ada tidaknya autokorelasi dengan
ketentuan sebagai berikut:
1,65 > DW <2,35 (tidak autokorelasi)
1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 (tidak dapat disimpulkan)
DW < 1,21 atau DW > 2,79 (terjadi autokorelasi)
50
Untuk mengetahui hasil nilai dari perhitungan data durbin waston
dapat dilihat pada Model Hasil Uji Autokorelasi Summaryb yang terlampir di
Lampiran Uji Autokorelasi.
Berdasarkan data yang telah diolah (Lampiran Uji Autokorelasi)
diperoleh nilai Durbin Waston adalah sebesar 1,790. Nilai ini berarti 1,65 >
1,790 < 2,35, maksudnya adalah nilai durbin Waston sebesar 1,790 berada
antara 1,65 sampai 2,35., maka model tersebut dinyatakan tidak ada
autokorelasi.
4.4.1 Persamaan Regresi Linear Berganda
Untuk mengetahui ada dan tidaknya pengaruh Return On Asset (ROA)
dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham pada PT. Bank Rakyat
Indonesia Tbk Periode Tahun 2003 – 2012 digunakan analisis perhitungan
dengan memperhatikan perkembangan atas perubahan yang terjadi pada Return
On Asset (ROA), Return On Equity (ROE) dan Harga Saham pada PT. Bank
Rakyat Indonesia Tbk Periode Tahun 2003 – 2012.
Hasil perhitungan persamaan regresi liniear berganda dapat dilihat pada
Hasil Uji Regresi Berganda Coefficientsa yang ada pada lampiran Hasil Uji
Regresi Berganda. Berdasarkan hasil perhitungan (Lampiran Hasil Uji Regresi
Berganda), maka diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:
51
Y = 1.570,062 – 3.650,147 X1 + 512,165 X2
Dimana:
Y = Harga Saham
1.570,062 = Konstanta
X1 = Return On Asset (ROA)
X2 = Return On Equity (ROE)
– 3.650,147 = Koefisien regresi Return On Asset (ROA)
512,165 = Koefisien regresi Return On Equity (ROE)
Dari persamaan regresi tersebut diatas berikut Interpretasi dari
masing-masing variabel, yaitu sebagai berikut:
Nilai Konstanta sebesar 1.570,062; artinya menunjukkan bahwa
apabila Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) sama
dengan nol (X = 0), maka Harga Saham yang terjadi yaitu sebesar
Rp. 1.570,062.
Nilai Koefisien regresi Return On Asset (ROA) atau nilai b1 =
– 3.650,147; artinya jika nilai Return On Asset (ROA) naik sebesar
1% sedangkan nilai Return On Equity (ROE) tetap, maka nilai Y
(Harga Saham) akan turun sebesar Rp. 3.650,147. Dalam hal ini,
Return On Asset (ROA) mempunyai korelasi negatif terhadap Harga
Saham.
Nilai Koefisien regresi Return On Equity (ROE) atau nilai b2 =
512,165; artinya jika nilai Return On Equity (ROE) naik sebesar 1%
52
sedangkan nilai Return On Asset (ROA) tetap, maka nilai Y (Harga
Saham) akan naik sebesar Rp. 512,165.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa tinggi rendahnya Harga
Saham ditentukan oleh Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE)
pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk.
4.4.2 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi berfungsi untuk menentukan besarnya pengaruh
suatu variabel bebas terhadap variabel terikat. Nilai koefisien determinasi
terletak diantara 0 dan 1 atau antara 0% sampai dengan 100%, untuk
mengetahui seberapa besar presentasinya dapat dilihat dari nilai R square. Pada
perhitungan koefisien determinasi dapat diketahui terlebih dahulu nilai korelasi
(R) yang digunakan sebelum mencari nilai koefisien determinasi. Berikut ini
dapat dilihat hasil perhitungan Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) Model
Summary yang terlampir pada Lampiran Koefisien Determinasi (R2).
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel Model Summary {Lampiran
Uji Koefisien Determinasi (R2)} dapat diketahui bahwa R Koefisien korelasi
sebesar 0,779. Dan untuk hasil koefisien determinasi untuk R Square (R2) yaitu
sebesar 0,607 atau sebesar 60,07%. Hal ini menunjukan bahwa pengaruh antara
variabel Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) secara bersama-
sama terhadap Harga Saham sebesar 60,07% dan sisanya sebesar 39,93%
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain selain Return On Asset (ROA) dan Return
On Equity (ROE).
53
4.4.3 Uji Hipotesis
Bedasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan, dapat di simpulkan
bahwa variabel Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) bisa
menjelaskan atau ada kaitannya dengan Harga Saham. Hal ini terbukti dengan
Asumsi Uji klasik (meliputi: Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji
Heteroskedastis dan Uji Autokorelasi) yang kesmipulan keseluruhan
menyatakan bahwa penelitian ini bisa dilakukan pengujian hipotesis.
4.4.3.1 Pengaruh Secara Parsial Return On Asset (ROA) Dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk Periode Tahun 2003 – 2012
Uji parsial atau Uji-t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-
masing variabel bebas terhadap variabel terikat, yaitu antara Return On
Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) terhadap Harga Saham pada
perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk periode tahun 2003 – 2012.
Uji-t dapat dicari dengan membandingkan hasil dari probabilitas value
dengan tingkat signifikansi α sebesar 0,05.
Dengan kriteria jika probabilitas > 0,05; maka terima H0 dan Ha
ditolak dan jika probabilitas < 0,05; maka tolak H0 dan Ha diterima. Hasil
Uji parsial dapat dilihat pada Hasil Uji Parsial Coefficientsa yang terlampir
pada Lampiran Uji Parsial.
54
Berdasarkan hasil perhitungan Uji Parsial (Lampiran Uji Parsial)
dapat diketahui bahwa pada Return On Asset (ROA) diperoleh nilai
probabilitas sebesar 0,047 dengan taraf kesalahan 0,05 sehingga P value < α
atau 0,047 < 0,05; maka dengan demikian Ha di terima dan H0 ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa secara parsial Return On Asset (ROA)
berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham pada perusahaan PT. Bank
Rakyat Indonesia Tbk Periode Tahun 2003 – 2012. Hasil penelitian ini
sejalan atau sependapat dengan beberapa penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Ucok Saut Timbul dan Widyo Nugroho (2008), Ina Rianti
(2008) dan Dedi san Friska (2008); yang menyatakan bahwa secara parsial
Return On Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
Return On Asset (ROA) mencerminkan tingkat efektifitas
perusahaan dalam memperoleh laba dengan memanfaatkan aktiva. Variasi
nilai Return On Asset (ROA) juga dipengaruhi oleh keputusan dan bentuk
investasi yang dipilih oleh perusahaan, serta perbedaan aktivitas perusahaan
yang bergerak pada masing-masing sektor sehingga jenis asset yang
digunakan berbeda-beda pula. Hasil penelitian menunjukan bahwa Return
On Asset (ROA) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham pada
perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk Periode Tahun 2003 – 2012.
Hal ini disebabkan karena para investor melihat pertumbuhan dan nilai
Return On Asset (ROA) pada periode tertentu, hal ini menyebabkan para
investor memandang rasio Return On Asset (ROA) merupakan rasio penting
55
sebagai mengukur atau menilai tingkat kesehatan perusahaan PT. Bank
Rakyat Indonesia Tbk.
Sedangkan berdasarkan hasil perhitungan uji parsial (Lampiran Uji
Parsial) pada Return On Equity (ROE) diperoleh nilai probabilitas sebesar
0,013 dengan taraf kesalahan 0,05 sehingga P value < α atau 0,013 < 0,05;
maka dengan demikian Ha di terima dan H0 ditolak, sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara parsial Return On Equity (ROE) berpengaruh
signifikan terhadap Harga Saham pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk
Periode Tahun 2003 – 2012. Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hartono dan Raymundus Parulian
Sitohang (2007) dan Dedi dan Friska (2008); yang menyatakan bahwa
secara parsial Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap Harga Saham.
Return On Equity (ROE) pada perusahaan PT. Bank Rakyat
Indonesia Tbk periode tahun 2003 – 2012 mempunyai nilai yang bervariasi.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan jumlah modal yang ditanamkan oleh
investor ke dalam perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, serta saldo
laba atau laba ditahan (retained earning) yang dimiliki perusahaan, selain
itu Return On Equity (ROE) dipengaruhi oleh keputusan perusahaan dalam
mengalokasikan dana dalam mengembangkan kegiatan perusahaan PT.
Bank Rakyat Indonesia Tbk
56
Hasil penelitian menunjukan bahwa Return On Equity (ROE)
berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Hal ini disebabkan karena
Return On Equity (ROE) memberikan indikasi tentang kemampuan sebuah
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan menggunakan dana
yang ditanam oleh investor dan memprediksi berapa jumlah keuntungan
yang tersedia bagi investor, sehingga Return On Equity (ROE) dapat
dikatakan rasio profitabilitas dari sudut pandang investor.
4.4.3.2 Pengaruh Secara Simultan Return On Asset (ROA) Dan Return On Equity (ROE) Terhadap Harga Saham Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk Periode Tahun 2003 – 2012
Uji simultan dilakukan untuk mengetahui apakah secara simultan
(bersama-sama) Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE)
mempunyai pengaruh atau tidak terhadap Harga Saham.
Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara simultan (bersama-
sama) tersebut dapat dilakukan Uji F atau Uji Anova. Jika Sig.F < Sig. α,
maka tolak H0 dan terima Ha. Sedangkan jika Sig. F > Sig. Α, maka tolak Ha
dan terima H0. Berikut adalah hasil Uji Simultan yang dapat dilihat pada
Lampiran Uji Simultan.
Berdasarkan hasil perhitungan Uji Simultan (Lampiran Uji
Simultan), nilai Sig.F sebesar 0,038 < 0,05, karena Sig. F < Sig α yang
berarti bahwa tolak H0 dan Ha diterima, maka dapat disimpulkan bahwa
secara simultan (bersama-sama) variabel Return On Asset (ROA) dan
57
Return On Equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham
pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk periode tahun 2003-2012.
Implementasinya adalah jika Return On Asset (ROA) dan Return On
Equity (ROE) meningkat, maka nilai Harga Saham meningkat (nilai
perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk meningkat), begitu sebaliknya
jika Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) menurun, maka
maka nilai Harga Saham menurun (nilai perusahaan PT. Bank Rakyat
Indonesia Tbk menurun). Untuk mengetahui berapa besar kontribusi yang
diberikan Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE) terhadap
Harga Saham dapat diukur dari koefisien determinasi, yaitu yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Adjusted R Square {Lampiran Hasil Uji
Koefisien Determinasi (R2)}.
Berdasarkan nilai Adjusted R Square diperoleh nilai 0,495 atau
49,5% dari Harga Saham dipengaruhi oleh Return On Asset (ROA) dan
Return On Equity (ROE) sedangkan 50,5% dipengaruhi oleh faktor-faktor
lain yang tidak disebutkan dalam penelitian ini.
Penelitian ini sependapat dengan hasil penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Dedi dan Friska (2008), Ucok Saut Timbul dan Widyo
Nugroho (2008), Ina Rianti (2008) dan Annisa Suryani Nadeak (2011); yang
menyatakan bahwa rasio profitabilitas Return On Asset (ROA) dan Return
On Equity (ROE) berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.
58
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan
diatas mengenai Pengaruh Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE)
Terhadap Harga Saham Pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk periode tahun 2003
– 2012, maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Return On Asset (ROA) pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk periode tahun
2003 – 2012 mempunyai perkembangan nilai yang bervariasi atau terjadi
perubahan secara fluktuasi tiap tahunnya. Return On Asset (ROA) tertinggi
terjadi pada tahun 2012 dan terjadi penurunan terbesar pada tahun 2007.
Hal ini disebabkan oleh tingkat efektifitas perusahaan dalam memperoleh
laba dengan memanfaatkan aktiva, keputusan dan bentuk investasi yang
dipilih oleh perusahaan.
2. Return On Equity (ROE) pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk periode tahun
2003 – 2012 mempunyai perkembangan nilai yang bervariasi atau terjadi
perubahan secara fluktuasi tiap tahunnya. Return On Equity (ROE) tertinggi
terjadi pada tahun 2010 dan terjadi penurunan terbesar pada tahun 2007.
Hal ini disebabkan oleh perbedaan jumlah modal yang ditanamkan dari
investor, serta saldo laba atau laba ditahan (retained earning) yang dimiliki
perusahaan. Selain itu, Return On Equity (ROE) dipengaruhi oleh keputusan
perusahaan dalam mengalokasikan dana dalam mengembangkan kegiatan
59
perusahaan. Return On Equity (ROE) memberikan indikasi tentang
kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan
menggunakan dana yang ditanamkan investor dan memprediksi berupa
jumlah keuntungan yang tersedia bagi investor, sehingga Return On Equity
(ROE) dapat dikatakan rasio profitabilitas dari sudut pandang investor.
3. Harga Saham pada PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk periode tahun 2003 –
2012 mempunyai perkembangan nilai yang bervariasi atau terjadi perubahan
secara fluktuasi tiap tahunnya. Harga Saham tertinggi terjadi pada tahun 2010
dan Harga Saham terkecil terjadi pada tahun 2003. Hal ini disebabkan oleh
permintaan dan penawaran akan saham dari pelaku pasar modal.
4. Berdasrkan hasil penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa secara
simultan (bersama-sama) Return On Asset (ROA) dan Return On Equity
(ROE) mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham Pada
PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk periode tahun 2003 – 2012 dan secara parsial
(masing-masing) Return On Asset (ROA) dan Return On Equity (ROE)
mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham Pada PT. Bank
Rakyat Indonesia Tbk periode tahun 2003 – 2012
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian yang telah dikemukakan diatas,
maka penulis mencoba memberikan beberapa saran yang diharapkan dapat
memberikan manfaat, yaitu sebagai berikut:
60
1. Bagi perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dilihat dari hasil penelitian
bahwa para investor telah memberikan kepercayaan penuh dengan
meningkatnya permintaan dan penawaran saham perusahaan dilihat dari
fluktuasi Harga Saham PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk dalam periode 10
tahun yaitu dari tahun 2003 – 2012. Hal ini mencerminkan bahwa PT. Bank
Rakyat Indonesia Tbk harus dapat mempertahankan dan meningkatkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba untuk menarik para
investor.
2. Bagi perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk agar mempertahankan para
investor harus memperhatikan harga jual per lembar saham PT. Bank Rakyat
Indonesia Tbk jangan terlalu tinggi dan jangan terlalu rendah, intinya harga
saham tersebut bisa terjangkau oleh investor.
3. Bagi perusahaan PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk juga harus memperhatikan
kinerja perusahaan diantaranya seperti meningkatkan Return On Asset (ROA)
dan Return On Equity (ROE) dimana jika ROA dan ROE meningkat, maka
perusahaan akan mendapatkan keuntungan sehingga akan berpengaruh
terhadap harga saham, jika harga saham meningkat, berarti banyaknya
permintaan akan harga saham PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk, serta apabila
perusahaan mendapatkan keuntungan yang besar atau profit yang besar maka
otomatis para deviden PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk akan mendapatkan
pembagian profit yang besar pula.