26
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri kepala merupakan gejala yang kerap dialami secara umum oleh populasi di dunia. Nyeri kepala merupakan salah satu gejala penyerta pada cedera kepala, peningkatan tekanan intrakranial, tumor otak, sinusitis, stres emosional, alkohol, makanan, dan sebagainya. 1 Terdapat tiga jenis nyeri kepala, berdasarkan klasifikasi Internasional Nyeri Kepala dari IHS (International Headache Society), terdiri atas Migraine, Tension-Type Headache (tension headache), serta Cluster Headache dan nyeri kepala primer lainnya. Sakit kepala sekunder dapat dibagi menjadi sakit kepala yang disebabkan oleh karena trauma pada kepala dan leher, sakit kepala akibat kelainan vaskular kranial dan servikal, sakit kepala yang bukan disebabkan kelainan vaskular intrakranial, sakit kepala akibat adanya zat atau withdrawal, sakit kepala akibat infeksi, sakit kepala akibat gangguan homeostasis, sakit kepala atau nyeri pada wajah akibat kelainan kranium, leher, telinga, hidung, gigi, mulut atau struktur lain di kepala dan wajah, sakit kepala akibat kelainan psikiatri. 2 Tension-type headache (tension headache) merupakan reaksi tubuh terhadap stres emosiaonal, obesitas, intoksikasi, kelelahan dan gangguan organik. Respon yang terjadi terhadap faktor – faktor tersebut adalah sensasi nyeri yang menekan di daerah kepala yang biasanya berhubungan dengan kontraksi otot-otot rangka kepala, leher dan wajah. 3 1

Tension Type Headache Nadya Afiefa Putri 1102011189

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TTH

Citation preview

Page 1: Tension Type Headache Nadya Afiefa Putri 1102011189

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyeri kepala merupakan gejala yang kerap dialami secara umum oleh populasi di

dunia. Nyeri kepala merupakan salah satu gejala penyerta pada cedera kepala, peningkatan

tekanan intrakranial, tumor otak, sinusitis, stres emosional, alkohol, makanan, dan

sebagainya.1

Terdapat tiga jenis nyeri kepala, berdasarkan klasifikasi Internasional Nyeri Kepala

dari IHS (International Headache Society), terdiri atas Migraine, Tension-Type Headache

(tension headache), serta Cluster Headache dan nyeri kepala primer lainnya. Sakit kepala

sekunder dapat dibagi menjadi sakit kepala yang disebabkan oleh karena trauma pada kepala

dan leher, sakit kepala akibat kelainan vaskular kranial dan servikal, sakit kepala yang bukan

disebabkan kelainan vaskular intrakranial, sakit kepala akibat adanya zat atau withdrawal,

sakit kepala akibat infeksi, sakit kepala akibat gangguan homeostasis, sakit kepala atau nyeri

pada wajah akibat kelainan kranium, leher, telinga, hidung, gigi, mulut atau struktur lain di

kepala dan wajah, sakit kepala akibat kelainan psikiatri.2

Tension-type headache (tension headache) merupakan reaksi tubuh terhadap stres

emosiaonal, obesitas, intoksikasi, kelelahan dan gangguan organik. Respon yang terjadi

terhadap faktor – faktor tersebut adalah sensasi nyeri yang menekan di daerah kepala yang

biasanya berhubungan dengan kontraksi otot-otot rangka kepala, leher dan wajah.3

Tension-type headache dapat menyerang segala usia. Usia yang sering mengalaminya

adalah 25-30 tahun. Sekitar 40% penderita tension headache memiliki riwayat keluarga

dengan tension headache. Prevalensi terjadinya tension headache seumur hidup pada

perempuan mencapai 88%, sedangkan pada laki-laki hanya 69%. Perempuan lebih sering

mengalami tension headache jika dibandingkan dengan laki – laki.4

Diagnosa tension headache didasarkan pada anamnesa mengenai keluhan yang timbul

didukung dengan pemeriksaan fisik yang sesuai. Terapi pada tension headache terbagi

menjadi terapi farmakologis dan terapi non farmakologis.3

1

Page 2: Tension Type Headache Nadya Afiefa Putri 1102011189

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.2 NYERI KEPALA

Otak manusia terdiri dari serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem

(batang otak), dan diensefalon. Diensefalon terdiri dari hipotalamus dan talamus. Serebrum

terdiri dari nukleus basal dan korteks serebrum. 5

Masing – masing bagian otak memiliki fungsi tersendiri. Batang otak berfungsi sebagai

berikut:

1. Pusat pengaturan kardiovaskuler, respirasi dan pencernaan

2. Asal dari sebagian besar saraf kranialis perifer

3. Pengaturan refleks otot yang terlibat dalam keseimbangan dan postur

4. Pusat tidur

5. Penerimaaan dan integrasi semua masukan sinaps dari korda spinalis; Pengaktifan

korteks serebrum

Serebellum berfungsi untuk memelihara keseimbangan, koordinasi, peningkatan tonus

otot, dan perencanaan aktivitas otot volunter yang terlatih. 5

Hipotalamus berfungsi sebagai berikut:

1. Pengatur fungsi homeostatik, seperti kontrol suhu, rasa haus, pengeluaran urin, dan

asupan makanan

2

Page 3: Tension Type Headache Nadya Afiefa Putri 1102011189

2. Penghubung penting antara sistem saraf dan endokrin

3. Terlibat dalam emosi dan pola perilaku dasar

Talamus berfungsi sebagai pemancar untuk semua masukan sinaps, beberapa tingkat

kesadaran, berperan dalam kontrol motorik. Nukleus basal berfungsi untuk inhibisi tonus otot

dan koordinasi gerakan yang lambat dan menetap. Korteks serebrum berfungsi untuk persepsi

sensorik, kontrol gerakan volunter, bahasa, sifat pribadi, proses mental tinggi seperti berpikir,

mengingat, membuat keputusan, kreativitas dan kesadaran diri.5

Korteks serebrum dapat dibagi menjadi 4 lobus yaitu lobus frontalis, lobus, parietalis,

lobus temporalis, dan lobus oksipitalis. Lobus tersebut ini memiliki fungsi yang berbeda –

beda.5

Rasa nyeri dimulai dengan adanya perangsangan pada reseptor nyeri oleh stimulus

nyeri. Stimulus nyeri dapat dibagi tiga yaitu mekanik, termal, dan kimia. Mekanik, spasme

otot merupakan penyebab nyeri yang umum karena dapat mengakibatkan terhentinya aliran

darah ke jaringan, meningkatkan metabolisme di jaringan dan juga perangsangan langsung ke

reseptor nyeri sensitif mekanik. Termal, rasa nyeri yang ditimbulkan oleh suhu yang tinggi,

berhubungan dengan kecepatan kerusakan jaringan yang timbul. Kimia, ada beberapa zat

kimia yang dapat merangsang nyeri seperti bradikinin, serotonin, histamin, ion kalium, asam,

asetilkolin, dan enzim proteolitik. Dua zat lainnya yang diidentifikasi adalah prostaglandin

dan substansi P yang bekerja dengan meningkatkan sensitivitas dari free nerve endings.1

Semua jenis reseptor nyeri pada manusia merupakan free nerve endings. Reseptor nyeri

banyak tersebar pada lapisan superfisial kulit dan juga pada jaringan internal tertentu, seperti

periosteum, dinding arteri, permukaan sendi, falx, dan tentorium. Sebagian besar jaringan

internal lainnya hanya diinervasi oleh free nerve endings yang letaknya berjauhan sehingga

nyeri pada organ internal umumnya timbul akibat penjumlahan perangsangan berbagai nerve

endings.1

Terdapat 5 tipe nyeri kepala yaitu vascular, myogenic (muscle tension), cervicogenic,

traction, dan inflammatory.

1. Vascular

Nyeri kepala tipe vaskular yang paling sering adalah migraine. Migraine biasanya nyeri hebat

pada satu atau dua sisi kepala, mual dan gangguan penglihatan. Lebih sering terjadi pada

wanita. Perubahan vaskular selama migraine, penyebab nyeri kepala adalah neurologis bukan

vaskular. Setelah migraine, tipe sakit kepala vaskular adalah nyeri kepala “toxic” yang

3

Page 4: Tension Type Headache Nadya Afiefa Putri 1102011189

disebabkan oleh demam. Jenis lain nyeri kepala vaskular termasuk cluster headaches,

menyebabkan epidosik intensitas nyeri berulang dan nyeri kepala yang berasal dari tekanan

darah tinggi (jarang).12

2. Muscular/myogenic

Sakit kepala muscular (atau myogenic) melibatkan tekanan atau spasme pada otot wajah dan

leher; yang menyebar pada dahi. Tension headache merupakan nyeri kepala myogenic yang

paling sering.12

3. Cervicogenic

Sakit kepala cervicogenic berasal dari gangguan leher termasuk struktur anatomi yang

diinervasi cervical roots C1-C3 . Cervical headache sering dicetuskan/dipresipitasi oleh

gerakan leher dan/atau sustained awkward head positioning. Sering disertai restriksi range of

motion cervical, leher ipsilateral, bahu atau arm pain of a rather vague non-radicular nature

or, occasionally, arm pain of a radicular nature.12

4. Traction/inflammatory

Nyeri kepala traksi dan inflamasi merupakan gejala gangguan lain, dari stroke sampai infeksi

sinus.12

Berdasarkan WHO International Classification of Headache Disorders, nyeri kepala dibagi

menjadi:13

Primary 1. Migraine, including:1.1 Migraine without aura1.2 Migraine with aura

2. Tension-type headache, including:2.1 Infrequent episodic tension-type headache2.2 Frequent episodic tension-type headache2.3 Chronic tension-type headache

3. Cluster headache and other trigeminal autonomic cephalalgias, including:

3.1 Cluster headache

4. Other primary headaches

Secondary 5. Headache attributed to head and/or neck trauma, including:5.2 Chronic post-traumatic headache

4

Page 5: Tension Type Headache Nadya Afiefa Putri 1102011189

6. Headache attributed to cranial or cervical vascular disorder, including:

6.2.2 Headache attributed to subarachnoid haemorrhage6.4.1 Headache attributed to giant cell arteritis

7. Headache attributed to non-vascular intracranial disorder, including:

7.1.1 Headache attributed to idiopathic intracranial hypertension7.4 Headache attributed to intracranial neoplasm

8. Headache attributed to a substance or its withdrawal, including:8.1.3 Carbon monoxide-induced headache8.1.4 Alcohol-induced headache8.2 Medication-overuse headache8.2.1 Ergotamine-overuse headache8.2.2 Triptan-overuse headache8.2.3 Analgesic-overuse headache

9. Headache attributed to infection, including:9.1 Headache attributed to intracranial infection10. Headache attributed to disorder of homoeostasis11. Headache or facial pain attributed to disorder of cranium, neck, eyes, ears, nose, sinuses, teeth, mouth or other facial or cranial structures, including:

11.2.1 Cervicogenic headache11.3.1 Headache attributed to acute glaucoma

12. Headache attributed to psychiatric disorder

Neuralgias and other headaches

13. Cranial neuralgias, central and primary facial pain and other headaches, including:

13.1 Trigeminal neuralgia14. Other headache, cranial neuralgia, central or primary facial pain

5

Page 6: Tension Type Headache Nadya Afiefa Putri 1102011189

1.3 TENSION-TYPE HEADACHE

1.3.1 DEFINISI

Tension-type Headache (tension headache) adalah nyeri kepala bilateral yang menekan

(pressing/squeezing), mengikat, tidak berdenyut, bersifat ringan hingga sedang, tidak selalu

disertai mual dan atau muntah, serta disertai fotofobia atau fonofobia.4 Tension headache

terjadi pada daerah kepala, kulit kepala atau leher yang biasanya berhubungan dengan

ketegangan otot di daerah tersebut.3

1.3.2 KLASIFIKASI

Tension headache dibedakan menjadi tiga subklasifikasi:

1. Tension headache episodik yang jarang (infrequent episodic): 1 serangan per bulan

atau kurang dari 12 sakit kepala per tahun.

2. Tension headache episodik yang sering (frequent episodic): 1-14 serangan per bulan

atau antara 12 dan 180 hari per tahun.

3. Tension headache menahun (chronic): lebih dari 15 serangan atau sekurangnya 180

hari per tahun.6

1.3.3 EPIDEMIOLOGI

Sekitar 93% laki-laki dan 99% perempuan pernah mengalami nyeri kepala. tension

headache dan nyeri kepala yang paling sering dijumpai. Sekitar 78% orang dewasa pernah

mengalami tension headache setidaknya sekali dalam hidupnya.8 Tension headache episodik

adalah nyeri kepala primer yang paling umum terjadi, dengan prevalensi 1-tahun sekitar 38–

74%. Rata-rata prevalensi tension headache 11-93%. Sekitar 40% penderita tension headache

memiliki riwayat keluarga dengan tension headache, 25% penderita tension headache juga

menderita migren. Rasio perempuan:laki-laki adalah 5:4. Onset usia penderita tension

headache adalah antara 25 hingga 30 tahun.9

1.3.4 ETIOLOGI

Etiologi dari tension headache ini belum diketahui secara pasti, namun diduga

disebabkan oleh beberapa faktor pencetus antara lain adalah cahaya yang menyilaukan, stres

psikososial, kecemasan, perubahan pola tidur, depresi, caffeine withdrawal, marah, terkejut,

serta penggunaaan obat untuk tension headache yang berlebihan.6

6

Page 7: Tension Type Headache Nadya Afiefa Putri 1102011189

1.3.5 PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS

Patofisiologi tension headache masih belum jelas diketahui. Pada beberapa

literatur dan hasil penelitian disebutkan beberapa keadaan yang berhubungan dengan

terjadinya tension headache sebagai berikut :

1. Disfungsi sistem saraf pusat yang lebih berperan daripada sistem saraf perifer dimana

disfungsi sistem saraf perifer lebih mengarah pada episodic tension headache sedangkan

disfungsi sistem saraf pusat mengarah kepada chronic tension headache.

2. Transmisi nyeri tension headache melalui nukleus trigeminoservikalis pars kaudalis yang

akan mensensitasi second order neuron pada nukleus trigeminal dan kornu dorsalis ( aktivasi

molekul NO) sehingga meningkatkan input nosiseptif pada jaringan perikranial dan miofasial

lalu akan terjadi regulasi mekanisme perifer yang akan meningkatkan aktivitas otot

perikranial. Hal ini akan meningkatkan pelepasan neurotransmitter pada jaringan miofasial,

4. Hiperflesibilitas neuron sentral nosiseptif pada nukleus trigeminal, talamus, dan korteks

serebri yang diikuti hipesensitifitas supraspinal (limbik) terhadap nosiseptif. Nilai ambang

deteksi nyeri ( tekanan, elektrik, dan termal) akan menurun di sefalik dan ekstrasefalik. Selain

itu, terdapat juga penurunan supraspinal decending pain inhibit activity.

5. Terdapat hubungan jalur serotonergik dan monoaminergik pada batang otak dan

hipotalamus dengan terjadinya tension headache. Defisiensi kadar serotonin dan noradrenalin

di otak, dan juga abnormal serotonin platelet, penurunan beta endorfin di CSF dan penekanan

eksteroseptif pada otot temporal dan maseter.

Pada tension headache dijumpai adanya stress yang memicu sakit kepala. Ada beberapa

teori yang menjelaskan hal tersebut yaitu:

1. Adanya stress fisik (kelelahan) akan menyebabkan pernafasan hiperventilasi sehingga

kadar CO2 dalam darah menurun yang akan mengganggu keseimbangan asam basa dalam

darah. Hal ini akan menyebabkan terjadinya alkalosis yang selanjutnya akan mengakibatkan

ion kalsium masuk ke dalam sel dan menimbulkan kontraksi otot yang berlebihan sehingga

terjadilah nyeri kepala.

2. Stress mengaktifasi saraf simpatis sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah otak

selanjutnya akan mengaktifasi nosiseptor lalu aktifasi aferen gamma trigeminus yang akan

menghasilkan neuropeptida (substansi P). Neuropeptida ini akan merangsang ganglion

trigeminus (pons).

3. Stress dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu alarm reaction, stage of resistance, dan stage of

exhausted. Alarm reaction dimana stress menyebabkan vasokontriksi perifer yang akan

mengakibatkan kekurangan asupan oksigen lalu terjadilah metabolisme anaerob.

7

Page 8: Tension Type Headache Nadya Afiefa Putri 1102011189

Metabolisme anaerob akan mengakibatkan penumpukan asam laktat sehingga merangsang

pengeluaran bradikinin dan enzim proteolitik yang selanjutnya akan menstimulasi jaras nyeri.

Stage of resistance dimana sumber energi yang digunakan berasal dari glikogen yang akan

merangsang peningkatan aldosteron, dimana aldosteron akan menjaga simpanan ion kalium.

Stage of exhausted dimana sumber energi yang digunakan berasal dari protein dan aldosteron

pun menurun sehingga terjadi deplesi K+. Deplesi ion ini akan menyebabkan disfungsi

saraf.7,14

1.3.6 MANIFESTASI KLINIS

Gejala-gejala pada tension headache adalah nyeri kepala yang dirasakan seperti

kepala berat seperti diikat tali yang melingkari kepala, kencang dan menekan. Dapat pula

disertai gejala mual, kadang-kadang muntah, lesu, sukar tidur, mimpi buruk, sering terbangun

menjelang pagi dan sulit tidur kembali, hiperventilasi, hilangnya kemauan untuk belajar atau

bekerja, anoreksia dan keluhan depresi lainnya. Nyeri dapat pula dirasakan seperti perasaan

tegang yang menjepit di kepala dan nyeri berlokasi di daerah oksipito servikal.10

Bentuk akut dikaitkan dengan keadaan stres, kegelisahan dan atau kelelahan

temporer yang biasanya berlangsung satu atau 2 hari. Tipe kronis biasanya nyeri bersifat

bilateral, tidak mereda, dapat berlangsung siang maupun malam hari, dan berlangsung sampai

berbulan-bulan atau bertahun-tahun, terasa menekan, tidak berdenyut dan sering dikaitkan

dengan perasaan gelisah, depresi dan perasaan tertekan. Gambaran intensitas nyeri pada nyeri

kepala ini sebagai “seakan-akan kepala akan pecah”.10

Nyeri kepala tension headache bisa berupa suatu aktivitas yang dapat menyebabkan

kepala berada pada 1 posisi dalam jangka waktu lama tanpa bergerak, sehingga menyebabkan

sakit kepala, aktivitas tersebut meliputi pengetikan atau penggunaan computer, pekerjaan

8

Page 9: Tension Type Headache Nadya Afiefa Putri 1102011189

halus dengan tangan dan penggunaan mikroskop. Tidur di dalam suatu ruangan yang dingin

atau tidur dengan posisi leher yang salah dapat mencetuskan sakit kepala jenis ini.11

1.3.7 DIAGNOSIS

Anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan pemeriksaan neurologis komprehensif adalah

kunci evaluasi klinis tension headache dan dapat menyediakan petunjuk potensial terhadap

penyebab penyakit yang mendasar terjadinya tension headache. Pada palpasi manual gerakan

memutar kecil dan tekanan kuat dengan jari ke dua dan ke tiga di daerah frontal, temporal,

masseter, pterygoid, sternocleidomastoid, splenius, dan otot-otot trapezius, dijumpai

pericranial muscle tenderness. Tenderness dinilai dengan empat poin (0,1,2, dan 3) di tiap

lokasi. Nilai dari kedua sisi kiri dan kanan dijumlah menjadi skor tenderness total

(maksimum 48 poin). Penderita tension headache diklasifi kasikan sebagai terkait (≥8 poin)

atau tidak terkait (≤ 8 poin) dengan pericranial tenderness.4

Pada tension headache juga dijumpai variasi TrPs, yaitu titik pencetus nyeri otot

(muscle trigger points). Baik TrPs aktif maupun laten dijumpai di otot-otot leher dan bahu

penderita tension headache. TrPs berlokasi di otot-otot splenius capitis, splenius cervicis,

semispinalis cervicis, semispinalis capitis, levator scapulae, upper trapezius, atau

suboccipital. TrPs di otot-otot superior oblique, upper trapezius, temporalis, sub occipital,

dan sternocleidomastoid secara klinis relevan untuk diagnosis tension headache episodik dan

kronis.4

Diagnostik penunjang tension headache adalah pencitraan (neuroimaging) otak atau

cervical spine, dan analisis CSF. Neuroimaging terutama direkomendasikan untuk: nyeri

kepala dengan pola atipikal, riwayat kejang, dijumpai tanda/gejala neurologis, penyakit

simtomatis seperti: AIDS (acquired immunodefi ciency syndrome) dan tumor. Pemeriksaan

funduskopi untuk papilloedema atau abnormalitas lainnya penting untuk evaluasi nyeri

kepala sekunder.4

1.3.8 DIAGNOSIS BANDING

Sebagian besar nyeri kepala dalam konteks gangguan medis, antara lain:

hipotiroidisme, gangguan tidur, dan krisis hipertensif memiliki potret klinis yang tumpang-

tindih dengan tension headache. Tension headache primer sulit dibedakan dari nyeri kepala

servikogenik sekunder jika hanya didasarkan pada kriteria klinis. Selain itu, penderita

cervical spine discogenic dan gangguan spondilotik juga sering disertai tension headache.

Pada kondisi tertentu, koneksi mekanistik tension headache juga perlu dibedakan dari

9

Page 10: Tension Type Headache Nadya Afiefa Putri 1102011189

disfungsi sendi temporomandibular atau cervical spine disease. Beberapa penyakit/kondisi

yang mirip tension headache: cervical spondylosis, nyeri kepala akibat overuse obat, nyeri

kepala pascacedera yang kronis. Juga nyeri kepala yang berkaitan dengan: penyakit

mata/rongga sinus di hidung, gangguan sendi temporomandibular, kondisi kejiwaan, tumor

otak.4

1.3.9 TATALAKSANA

Terapi non farmakologi:

1. Terapi psikofisiologis

Terapi ini dapat berupa terapi relaksasi, program untuk mengatasi stres. Dengan

modalitas terapi tersebut, frekuensi tension headache serta beratnya penyakit dapat

berkurang. Strategi pengelolaan stress mungkin sangat menolong pada tension headache.

Perubahan cara hidup mungkin diperlukan untuk nyeri kepala chronic tension headache. Cara

tersebut meliputi istirahat yang cukup dan latihan, perubahan dalam pekerjaan atau kebiasaan

relaksasi ataupun perubahan yang lain.4

2. Fisioterapi

Terapi ini berupa latihan pengendoran otot-otot, misalnya latihan relaksasi, yoga,

semedi, diatermi, kompres hangat, ataupun terapi akupuntur. Terapi fisik dan teknik relaksasi

ini dapat memberikan keuntungan pada kasus-kasus khusus.4

Farmakoterapi

Obata-obatan yang dapat digunakan pada pengobatan tension headache yaitu :

a. NSAIDs

Pada dewasa, obat golongan anti-infl amasi non steroid efektif untuk terapi tension headache

episodik. Hindari obat analgesik golongan opiat (misal: butorphanol). Pemakaian analgesik

berulang tanpa pengawasan dokter, terutama yang mengandung kafein atau butalbital, dapat

memicu rebound headaches. Beberapa obat yang terbukti efektif: ibuprofen (400 mg),

parasetamol (1000 mg), ketoprofen (25 mg). Ibuprofen lebih efektif daripada parasetamol.

Kafein dapat meningkatkan efek analgesik. Analgesik sederhana, nonsteroidal anti-infl

ammatory drugs (NSAIDs), dan agen kombinasi adalah yang paling umum

direkomendasikan.4

b. Hipnotik-sedatif/antiansietas

10

Page 11: Tension Type Headache Nadya Afiefa Putri 1102011189

Kerjanya terutama merupakan potensiasi inhibisi neuron dengan asam gamma-aminobutirat

(GABA) sebagai mediator. Efek sampingnya berupa inkoordinasi motorik, ataksia, gangguan

fungsi mental dan psikomotor, gangguan koordinator berpikir, bingung, disartria, mulut

kering dan rasa pahit. Obat-obat yang dapat digunakan yaitu :

i. Klordiazepoksid 5 mg tablet dengan dosis 15-30 mg/hr

ii. Klobazam 10 mg tablet dengan dosis 20-30 mg/hr

iii. Lorazepam 1-2 mg tablet dengan dosis 3-6 mg/hr

iv. Diazepam 2-5 mg tablet dengan dosis 2-10 mg/hr

c. Antidepresan.

Cara kerjanya dengan memblokade pengambilan kembali noradrenalin dan memblokade

aktivitas kolinergik, adrenergik, dan reseptor histamin. Efek sampingnya adalah mengantuk,

mulut kering, mata kabur dan sukar berak. Obat-obatan yang dapat digunakan misalnya :

i. Amitriptilin 10/25 mg tablet dengan dosis 150-300mg/hr

ii. Maprotiline 25/50/75 mg tablet dengan dosis 25-75 mg/hr

iii. Amineptine 100 mg tablet dengan dosis 200 mg/hr

d. Antagonis serotonin

Golongan obat ini bekerja dengan cara meningkatkan kadar neurotransmitter serotonin di

otak. Obat yang digunakan yaitu :

i. Metysergid 2 mg tablet dengan dosis 4-6 mg/hr

ii. Sumatriptan 100 mg tablet dengan dosis 300 mg/hr

iii. Fluoksetin 10 mg tablet dengan dosis maksimal 60 mg/hr

e. Agonis selektif reseptor α2

Obat yang digunakan yaitu tizanidin. Cara kerjanya adalah dengan mencegah mengecilnya

dan melebarnya pembuluh darah secara abnormal. Bekerja pada rangsangan sentral neuron-

neuron penghambat.10

Serangan akut berespon terhadap aspirin dan obat AINS lainnya seperti asam

asetilsalisilat, metampiron maupun asam mefenamat. Untuk tindakan profilaksis diberikan

pengobatan amitriptilin, atau pemberian kembali inhibitor selektif serotonin dan tizanidin

sangat berguna dalam beberapa kasus.10

11

Page 12: Tension Type Headache Nadya Afiefa Putri 1102011189

No Kelompok/Jenis Obat

Khasiat Efek samping obat Kontraindikasi obat

1 NSAIDsAsam mefenamat

Meredakan pegal pada otot dan persendian, sakit kepala, sakit gigi, nyeri haid dan pasca bedah

Gangguan dan perdarahan GI, ulkus peptik, sakit kepala, mengantuk, pusing, cemas, gangguan penglihatan, ruam kulit, diskrasia darah, nefropati

Perdarahan/tukak saluran cerna, gangguan hati dan ginjal

Ibuprofen Analgetik-antipiretik, antiinflamasi

Mual, muntah, diare,konstipasi, nyeri dan rasa panas di epigastrium

Riwayat tukak lambung, hpersensitifitas terhadap ibuprofen atau aspirin dan non streoid antiinflamasi lain

Metampiron

Sakit kepala karena tegang dan terlalu capai, neuralgia serta sakit yang berhubungan dengan infuenza

Reaksi hipersensitif, agranulositosis, denyut nadi cepat

Hipersensitivitas

Asam asetil salisilat, asetosal, aspirin

Meringankan sakit kepala, pusing, sakit gigi, nyeri otot, menurunkan demam

Iritasi lambung, mual, muntah, ulkus peptik, gangguan GI, peningkatan waktu perdarahan, hipoprotrombinemia, pusing, tinitus

Tukak lambung, gangguan perdarahan, asma

2 Hipnotik-sedatif/antiansietasKlobazam Anti konvulsi,

ansiolitik, sedatif, relaksasi otot.

Mulut dan tenggorokan kering, gangguan saluran cerna, kegagalan pernapasan, urtikaria

Depresi ssp, penderita psikosis dan gangguan mental, myastenia gravis, gangguan pernapasan

Lorazepam Hipnotik dan antiansietas, status epileptikus, katatonia akibat neuroleptik

Sedasi, pusing, lesu, ataksia Penderita gagal ginjal dan pasien geriatri

Diazepam Relaksan otot pada semua bagian tubuh, termasuk trauma otot lokal, pengurangan terhadap ansietas sedang atau berat,

Mengantuk, lemas, halusinasi, bradikardi, urtikaria, konstipasi, mual, neutropenia, depresi pernapasan, ikterik

Glaukoma, psikosis, syok, koma, intotoksikasi alkohol akut

12

Page 13: Tension Type Headache Nadya Afiefa Putri 1102011189

Klordiazepoksid

Pengobatan manifestasi organik dari ansietas

Mulut kering, konstipasi, gangguan miksi

Glaukoma

3 AntidepresanAmitriptilin Antidepresi, terutama

bila diperlukakan sedasi. Nocturnal enuresis pada anak

Mulut kering, sedasi, pandangan kabur, konstipasi, mual, sulit BAK, efek pada kardiovaskular (aritmia, hipotensi postural, takikardi, sinkop, terutama pada dosis tinggi) barkeringat, tremor, ruam, gangguan perilaku (terutama anak), hippomania, binggung (terutama usia lanjut), gangguan fungsi sensual, perubahan gula darah, nafsu makan bertambah, Lebih jarang terjadi lidah hitam, ileus paralitik, kejang, agranulositosis, leukopenia, eosinofilia, purpura, trombositipenia, hiponatremia, sakit kuning.

Infark miokardinal yang baru, aritmia, mania, penyakit berat

Maprotilin Depresi, terutama bila diperlukan sedasi

Sama dengan amitriptilin, efek antimuskarinik lebih jarang, sering terjadi ruam pada kulit, pada dosis tinggi resiko kejang meningkat.

Sama dengan : amitriptilin, riwayat epilepsy

4 Antagonis serotoninMetysergid Menghambat efek

vasokontriksi dan pressor serotonin pada otot polos vaskuler, profilaksi tension headache

Gangguan saluran cerna, insomnia, nervositas, halusinasi, bingung, klemahan badan, nafsu makan menurun

Serangan migren akut

Sumatriptan

Sering digunakan untuk pengobatan nyeri kepala. Sangat berkhasiat untuk mengatasi mual, muntah, dan fotophobia

Efek samping ringan dan sepintas berhubungan dengan cara pemberian dan gangguan rasa setelah pemberiaan per oral, gangguan sensasi berupa kesemutan, rasa panas, rasa tidak enak pada dada

Penyakit jantung koroner, ischemic, angina

Amineptin Depresi Reaksi kulit, sakit kuning, Huntington’s

13

Page 14: Tension Type Headache Nadya Afiefa Putri 1102011189

mudah tersinggung, gugup, insomnia, hipotensi, konstipasi, mulut kering

chorea, riwayat hepatitis karena amineptin

Fluoksetin Antidepresi, bulimia nervosa, gangguan obsesif konfulsif

Saluran cerna, reaksi hipersensitifvitas, mulut kering, gugup, cemas, nyeri kepala, insomnia, palpitasi, tremor, binggung, hipotensi, hippomania/mania, mengantuk, asthenia, kejang, demam, disfungsi seksual, berkeringat, gangguan gerak, & diskinesia, sindrom, neuroleptik maligna, hiponatremia, gangguan fungsi hati, anemia aplastik, GPDO, ekimosis, pneumonia eosinofilik, hiperprolaktinemia, anemia hemolitik, pankreatitis, pansitopenia, kecenderungan bunuh diri, trombositopenia, purpura trombositopenik, pendarahan vagina pada pemutusan obat, perilaku kekerasan, rambut rontok

Anak tidak dianjurkan, penyakit jantung, epilepsi yang sulit dikendalikan, bersama dengan terapi elektrosyok, riwayat mania, gangguan hati dan ginjal, hamil dan menyusui, hindari pemutusan mendadak.

5. Agonis selektif reseptor ∞2

Tizanidin Mengobati gangguan spasme otot, profilaksis tension headache kronik

Rasa kantuk, hipotensi, mulut kering, astenia

-

1.3.10 KOMPLIKASI

Komplikasi tension headache adalah rebound headache yaitu nyeri kepala yang

disebabkan oleh penggunaan obat – obatan analgesia seperti aspirin, asetaminofen yang

berlebihan.10

1.3.11 PROGNOSIS

Konsumsi analgesic akan mengurangi nyeri dan terapi penegahan cukup efektif bila

pencetusnya diketahui dan dihindari. Hal yang harus diperhatikan adalah penggunaan obat

14

Page 15: Tension Type Headache Nadya Afiefa Putri 1102011189

analgesic berlebihan dpaat menimbulkan efek damping. Secara umum, episodic tension-type

headache prognpsisnya lebih baik karena akan membaik dengan seiring bejalannya waktu.

Chronic tension-type headache memiliki prognosis yang kurang baik karena adanya faktor

komorbiditas lain seperti gangguan psikiatrik.10

BAB III

KESIMPULAN

Tension-type Headache (TTH) adalah nyeri kepala yang bersifat menekan, tegang,

tidak berdenyut, tidak selalu disertai mual dan atau muntah, serta disertai fotofobia atau

fonofobia. TTH sangat berhubungan erat dengan kontraksi otot pada daerah tersebut.

Penyebab TTH belum dapat dijelaskan secara pasti, namum cahaya yang menyilaukan, stres

15

Page 16: Tension Type Headache Nadya Afiefa Putri 1102011189

psikososial, marah, terkejut, serta penggunaan analgesik yang berlebihan telah diketahui

sebagai pencetus terjadinya TTH. TTH dibedakan menjadi tiga subklasifikasi, yaitu TTH

episodic jarang, TTH episodic sering, dan TTH kronik.

Gejala-gejala pada tension headache adalah nyeri kepala tegang yang kencang dan

menekan. Gejala penyerta dari TTH dapat berupa mual, lesu, sukar tidur, mimpi buruk, sering

terbangun menjelang pagi dan sulit tidur kembali, dan hiperventilasi. Nyeri juga dapat

dirasakan seperti perasaan tegang yang menjepit di kepala dan nyeri berlokasi di daerah

oksipito servikal.

Anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis adalah kunci evaluasi klinis

TTH. Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah palpasi manual gerakan memutar

kecil dan tekanan kuat dengan jari ke dua dan ke tiga di daerah frontal, temporal, masseter,

pterygoid, sternocleidomastoid, splenius, dan otot-otot trapezius, dijumpai pericranial muscle

tenderness. Pada TTH juga dijumpai variasi TrPs, yaitu titik pencetus nyeri otot (muscle

trigger points). TrPs di otot-otot superior oblique, upper trapezius, temporalis, sub occipital,

dan sternocleidomastoid secara klinis relevan untuk diagnosis TTH episodik dan kronis.

Diagnostik penunjang TTH yang dapat dilakukan adalah pencitraan (neuroimaging) otak atau

cervical spine, dan analisis CSF.

Penatalaksanaan untuk TTH terbagi menjadi penatalaksanaan non farmakologi dan

penatalaksanaan farmakologi. Penatalaksanaan non farmakologi meliputi terapi

psikofisiologis dan fisioterapi. Sedangkan penatalaksanaan farmakologi yang paling sering

diberikan adalaha NSAIDs.

Prognosis episodic tension-type headache lebih baik karena akan membaik dengan

seiring bejalannya waktu. Chronic tension-type headache memiliki prognosis yang kurang

baik karena adanya faktor komorbiditas lain seperti gangguan psikiatrik

DAFTAR PUSTAKA

1. Price S, Wilson L. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

2. The International Headache Society. 2004. Classification ICHD-II. Dikutip tanggal: 8

Mei 2015. Tersedia pada http://ihs-classification.org/en/02_klassifikation/

3. George Dewanto et.al. 2009. Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit

Saraf. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

16

Page 17: Tension Type Headache Nadya Afiefa Putri 1102011189

4. Dito Anugroho. 2014. Tension Type Headache. CDK-214 Vol.41, 186-191.

5. Duus, Peter. 2006. Diagnosis Topik Neurologi Anatomi, Fisiologi, Tanda, Gejala.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

6. Kaniecki RG. 2012. Tension-Type Headache. Continuum Lifelong Learning

Neurologi;18(4):823–834.

7. Bendtsen L. 2000. Central Sensitization in Tension type Headache-Possible

Pathophysiological Mechanisms. Cephalalgia;20:486-508.

8. Ravishankar K, et.al. 2011. Guidelines on the diagnosis and the current management of

headache and related disorders. Ann Indian Acad Neurol. 2011 July;14(Suppl1):S40–

S59.

9. Crystal SC, Robbins MS. Epidemiology of tension-type headache. Curr Pain Headache

Rep. 2010;14:449–54.

10. Mansjoer A et.al. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius.

11. Campellone JV. 2013. Tension Headache. Dikutip tanggal: 8 Mei 2015. Tersedia pada

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000797.htm

12. Morris Levin, Steven M. Baskin, Marcelo E. Bigal (2008). Comprehensive Review of

Headache Medicine. Oxford University Press US. p. 60

13. Headache disorders. World Health Organization. 2004. Dikutip tanggal: 9 Mei 2015.

Tersedia pada http://www.who.int

14. Singh, Manish K. Muscle Contraction Tension Headache. Dikutip tanggal: 9 Mei 2015. Tersedia pada http://emedicine.com//

17