Upload
truongkhanh
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Modul ke:
Fakultas
Program Studi
Template StandarBusiness Ethics and Good GovernancePembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan
Cecep Winata
04FEB
Magister Manajemen
The Corporate Culture : Impact and Implications Template ModulPembuatan Template Powerpoint untuk digunakan sebagai template standar modul-modul yang digunakan dalam perkuliahan
Budaya perusahaan menurut Susanto, AB. (1997:3) : “Suatu nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan penyesuaian integrasi
ke dalam perusahaan, sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai yang ada dan bagaimana mereka harus bertindak atau berperilaku.”
Menurut Hofstade, Geerst (1990:32) : Budaya perusahaan didefinisikan sebagai perencanaan bersama dari pola pikir (collective programming mind) yang membedakan anggota-anggota
dari suatu kelompok masyarakat dengan kelompok dari suatu budaya yang lain. Pola pikir ini pada dasarnya hanya ada dalam pikiran individu yang kemudian mengalami kristalisasi dan
memiliki bentuk. Pada gilirannya pola pikir bersama ini akan meningkatkan sikap mental para anggota kelompok tersebut.
A. CORPORATE CULTURE
Budaya perusahaan menurut Schein, H. (1992:12): Budaya perusahaan sebagai suatu perangkat asumsi dasar akan membantu anggota kelompok dalam memecahkan masalah pokok dalam menghadapi kelangsungan hidup, baik dalam lingkungan eksternal maupun internal, sehingga akan membantu anggota kelompok dalam mencegah ketidakpastian situasi. Pemecahan masalah yang telah ditemukan ini kemudian dialihkan pada generasi berikutnya sehingga akan memiliki kesinambungan.
dapat disimpulkan bahwa budaya perusahaan adalah suatu pola asumsi dasar yang dimiliki oleh anggota perusahaan yang berisi nilai-nilai, norma-norma dan kebiasaan yang mempengaruhi pemikiran, pembicaraan, tingkah laku, dan cara kerja karyawan sehari-hari, sehingga akan bermuara pada kualitas kinerja perusahaan. Dengan demikian, budaya perusahaan merupakan solusi yang secara konsisten dapat berjalan dengan baik, bagi sebuah kelompok dalam menghadapi persoalan-persoalan di dalam dan di luar kelompoknya.
• Rasa diri dan ruang• Komunikasi dan bahasa• Pakaian dan penampilan• Makanan dan kebiasaan makan• Waktu dan kesadaran akan waktu• Hubungan (keluarga, orgaisasi, pemerintah, dan
sebagainya)• Nilai dan norma• Kepercayaan dan sikap• Proses mental dan pembelajaran• Kebiasaan kerja dan praktek
SIKAP PERILAKU YANG DIPENGARUHI OLEH BUDAYA
MANFAAT BUDAYA PERUSAHAAN
1. Membatasi peran yang membedakan antara organisasi yang satu dengan
organisasi yang lain
2. Menimbulkan rasa memiliki identitas bagi anggota
3. Mementingkan tujuan bersama daripada mengutamakan kepentingan
individu
4. Menjaga stabilitas organisasi
B. BUDAYA DAN ETIKA ( Culture &Ethics)
1. Setiap kelompok tumbuh dengan budaya yang mengikutinya
2. Jadi Budaya bersifat aktif sesuai perkembangan individu di dalamnya
3. Contoh, ribut soal rencana konser Lady Gaga... Kenapa ribut?
4. Budaya umumnya bertahan atau dipertahankan
5. Kondisi sering memungkinkan adanya penyesuaian tanpa merubah budaya
BUDAYA DALAM ORGANISASI
Organisasi terdiri atas sekumpulan orang
Budaya tumbuh dari sekumpulan orang
Maka budaya pasti ada dalam suatu organisasi
Untuk masuk dalam organisasi pahamilah atau ketahuilah budaya yang ada
Pembentukan Budaya Organisasi/Perusahaan
Dimulai dari Filosofi Pendiri
Proses seleksi anggota Organisasi
Proses Sosialisasi Sistem Nilai
PERAN BUDAYA DALAM ORGANISASI/PERUSAHAAN
1.Menentukan Etika Kerja2.Memberi arah pengembangan Bisnis3.Meningkatkan Produktivitas Kerja4.Mengembangkan Kualitas barang dan jasa5.Memotivasi Pekerja mencapai Prestasi Tinggi
Hubungan Etika dan Budaya Perusahaan
1. Etika dalam implementasinya dipengaruhi oleh agama dan budaya2. Agama dan budaya dianggap sebagai sumber hukum, peraturan dan kode
etik
C.NILAI KEPATUHAN BERBASIS BUDAYA (Compliance and Value-
Based Culture)1. REGULASI DAN KEPATUHAN
berupaya untuk menciptakan keseimbangan yang adil antara kepatuhan yang efektif dan beratnya sanksi. Peraturan yang menciptakan lingkungan pemerintahan yang lebih baik dan biaya yang efisien dalam jangka panjang dapat mengakibatkan kinerja yang berkelanjutan. Peraturan yang mengharuskan pemerintahan lebih efektif
2. PERATURAN NEGARAKorporasi dibuat di bawah undang-undang perusahaan negara, yang mendefinisikan kewajiban dari dewan direktur, menjelaskan hak-hak pemegang saham, dan mengatur ketentuan-ketentuan lainnya, termasuk penjualan aset utama dan merger dan akuisisi. dimaksudkan untuk:• Memberikan perlindungan bagi investor terhadap ancaman dari informasi yang tidakbenar ke pasar yang mempengaruhi harga saham.• Tambahan hak investor yang tidak cukup di bawah hukum negara• Membuat seragam dan kerangka umum untuk pelaporan keuangan dan audit.
3. AKTIVITAS KEPATUHAN Melakukan gap analysis dan dampaknya atas ketentuan baru terhadap operasional
Perusahaan dan penyesuaian atas kebijakan internal yang diperlukan.
Melakukan penilaian risiko kepatuhan dan menyusun laporan.
Melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada karyawan sebagai salah satu upaya dalam
mewujudkan budaya kepatuhan. Sosialisasi dan pelatihan tidak hanya ditujukan kepada
karyawan lama, tetapi juga kepada karyawan baru.
Memberikan persetujuan atas rencana produk aktivitas baru, untuk memastikan bahwa
produk dan
aktivitas baru yang akan dibuat telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Memberikan persetujuan atas rancangan ketentuan internal yang
akan diterbitkan.
Melakukan kajian kepatuhan terhadap pelepasan kredit korporasi.
Menjalankan fungsi konsultatif dengan unit kerja lain terkait dengan
penerapan peraturan yang berlaku.
Memantau pemenuhan kewajiban pelaporan kepada pihak eksternal.
Memastikan kepatuhan Perusahaan terhadap komitmen yang dibuat
nya
Melakukan koordinasi dalam rangka melakukan penilaian terhadap
Tingkat
Kesehatan Perusahaan berbasis Risiko
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO
Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung jawab atas penerapan manajemen risiko dan
sistem pengendalian internal di Perusahaan. Penerapan manajemen risiko dan sistem
internal Perusahaan mencakup:
• Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi.
• Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit.
• Kecukupan proses identifiasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko serta
sistem informasi manajemen risiko.
• Sistem pengendalian internal. Perusahaan menerapkan manajemen risiko dan sistem
pengendalian internal secara efektif yang disesuaikan dengan tujuan dan kebijakan
usaha,
ukuran dan kompleksitas kegiatan usaha.
KESIMPULAN
D. Ethical Leardership and Corporate Culture(KEPEMIMPINAN ETIS DAN BUDAYA PERUSAHAAN)
Greenleaf (1977) berpendapat bahwa kepemimpinan diberikan kepada seseorang yang secara alami adalah seorang pelayan. Kenyataannya, cara seseorang muncul sebagai seorang pemimpin pertama kali adalah dengan menjadi seorang pelayan. Pemimpin yang melayani berfokus pada kebutuhan pengikutnya dan membantunya menjadi lebih berpengetahuan, bebas, lebih otonom dan dalam melayani dirinya sendiri. Jadi, seorang pemimpin akan dapat memberdayakan orang
lain dengan kehadirannya.
Ciulla (1995) yakin bahwa pertanyaan tentang etika adalah jantung bagi definisitentang kepemimpinan.. Dalam pandangannya, ketika seseorang bertanya “apa itu
kepemimpinan”, mereka sebenarnya secara implisit bertanya “apa itu pemimpin yang baik” atau “apa itu pemimpin yang beretika”. Karena itu perlu ada penekanan pada dimensi etis dalam
kepemimpinan. Untuk menjadi ‘‘good leadership’’, penting bagi pemimpin untuk tidak hanya kompeten tetapi juga etis dalam tingkah laku mereka.
Boatman (2005) meyakinkan bahwa kepemimpinan yang etis adalah gabungan daripengambilan keputusan dan perilaku etis, baik sebagai individu maupun sebagai bagiandari organisasi. Boatman melihat bahwa tanggung jawab utama dari seorang pemimpinadalah membuat keputusan dan berperilaku secara etis, serta memperhatikan bahwaorganisasi memahami dan menjalankan aturan-aturan etis yang berlaku dalam organisasi.
Para pemimpin harus memimpin dari landasan moralitas yang tinggi dandisiplin menjalankan etika sepanjang waktu di dalam organisasinya. Mereka harus secarapribadi bertindak berdasarkan nilai-nilai dan keyakinan yang produktif danmengajarkannya kepada anggota organisasi hal yang sama. Mereka harus membangun danmengembangkan budaya tersebut.
Schein (2004) merekomendasikan lima mekanisme atau cara yang dapat digunakan
oleh pemimpin sebagai alat untuk mengajari organisasi bagaimana memandang,
memikirkan, merasakan dan berperilaku, yang didasarkan pada keyakinannya sendiri.
1. Apa yang secara teratur para pemimpin perhatikan, ukur dan kontrol.
Salah satu cara paling baik pemimpin dan pendiri organisasi mengkomunikasikan nilai-
nilai, keyakinan-keyakinan dan prioritas-prioritas adalah pada apa dan dimana mereka
menempatkan perhatian mereka. Apa yang pemimpin usahakan dan perhatikan setiap
waktu dapat memberi pengaruh yang besar pada budaya organisasi.
2.Bagaimana pemimpin bereaksi terhadap kejadian kritis dan krisis organisasi.
Reaksi seorang pemimpin terhadap suatu situasi krisis, mencerminkan nilai-nilai, norma dan budaya. Situasi
krisis cenderung membuat organisasi menampakkan nila-inilai intinya.
3.Bagaimana pemimpin mengalokasikan sumber daya, penghargaan dan status.
Anggaran organisasi merupakan alat dasar bagi pengalokasian sumber daya organisasi. Cara pemimpin
mengalokasikan sumber daya melalui anggaran organisasi, juga memperlihatkan asumsi-asumsi dan
keyakinan-keyakinan pemimpin.
Alokasi yang seimbang sumber daya akan meningkatkan efisiensi operasional, nilai-nilai perusahaan dan
menciptakan kepuasan pelanggan. Schein (2004) menegaskan bahwa keyakinan pemimpin tentang seberapa
kuat dukungan finansial bagi organisasi akan mempengaruhi pilihan mereka akan tujuan-tujuan, bagaimana
cara mencapainya dan menentukan proses pengelolaan yang akan digunakan.
4.Menjadi role model, mengajari dan melatih.
Contoh personal dari seorang pemimpin dalam mengirimkan pesan yang
sangat penting dan kuat kepada seluruh anggota organisasi, berupa
perilaku yang etis dan konsisten. Orang-orang di dalam organisasi tidak
hanya mendengarkan pemimpinnya, tetapi juga memperhatikan apa yang
diperbuatnya. Para pengikut yang menganggap perilaku pemimpinnya
adalah benar, akan cenderung untuk mengikutinya.
5. Bagaimana pemimpin menarik, menyeleksi, mempromosikan dan
mengucilkan .
Salah satu cara dimana pemimpin dapat mengubah budaya organisasi dan
menanamkan asumsi-asumsi mereka adalah melalui proses seleksi, mempertahankan
dan mempromosikan orang-orang dalam organisasi. Dalam banyak organisasi, proses
penanaman ini berlangsung halus, karena dijalankan secara tidak sadar (Schein, 2004).
E. Efective leadership and Ethical, Efective Leadership(KEPEMIMPINAN EFEKTIF DAN ETIS)
Banyak pemikiran melatarbelakangi teori kepemimpinan, bahkan teori ini masih
terus berkembang sampai sekarang, berikut adalah perkembangannya mulai dari Great Man
Theoriessampai dengan kepemimpinan transformasional menurut Bolden et al. (2003) :
1. Great Man Theories; berdasarkan pemikiran bahwa pemimpin adalah orang-orang yang luar
biasa, lahir dengan kualitas kepemimpinan, ditakdirkan untuk menjadi pemimpin.
2. Trait Theories; teori ini membuat daftar kata-kata sifat yang menggambarkan kualitas seorang
pemimpin dan kata-kata tersebut terus bertambah, semua bersifat atribut positif.
3. Behaviourist Theories; teori ini lebih fokus pada apa yang dilakukan oleh seorang pemimpin
daripada kualitasnya. Beberapa pola perilaku berbeda diobservasi dan dikategorikan sebagai ‘tipe
kepemimpinan’. Teori ini mendapatkan perhatian yang sangat besar dari para manajer.
4. Situational Leadership; pendekatan teori ini melihat kepemimpinan sebagai sesuatu yang
spesifik terhadap suatu situasi yang sedang dihadapi. Misalnya ada situasi yang membutuhkan tipe
kepemimpinan otokratik dan ada yang membutuhkan pendekatan partisipatif. Teori ini juga
menyatakan bahwa ada beberapa tipe kepemimpinan yang berbeda yang dibutuhkan dari setiap
level di suatu organisasi yang sama .
KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF
Pengembangan lebih lanjut dari teori kepemimpinan transformasional adalah oleh Hooper dan
Potter (1997) yang mengidentifikasi inti dari ‘transcendent leaders”; yaitu pemimpin yang mampu
mengikat dukungan emosi dari para pengikutnya dan mampu dengan efektif melakukan perubahan
yang transenden
(Bolden et al., 2003) : Menentukan tujuan, Memberikan contoh, Komunikasi, Melakukan
harmonisasi, Mengeluarkan kemampuan terbaik dari pengikutnya, Menjadi agen perubahan,
Memberikan keputusan di saat kritis dan kebingungan.
CIRI-CIRI KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF
Hamlin (2002) dalam Bolden et al,. 2003 mengajukan model generik untuk manajer dan kepemimpinan yang
efektif berdasarkan analisa meta dari perilaku kepemimpinan dan manajemen di 4 organisasi sector publik di
UK; yang dibedakan menjadi indikator-indikator positif dan negatif:
Indikator Positif:
-Kemampuan berorganisasi yang efektif dan manajemen perencanaan/proaktif
-Kepemimpinan yang partisipatif dan supportif, kepemimpinan tim yang proaktif
-Empowerment dan delegasi
-Memperhatikan keadaan anggotanya dan kebutuhan serta perkembangan stafnya
-Manajemen pendekatan terbuka dan personal/ pengambilan keputusan bersama.
-Berkomunikasi dan berkonsultasi dengan semua pihak / selalu menginformasikan keadaan ke segala pihak
Indikator Negatif:Tidak memperhatikan pendapat sekitar / gaya manajemen otokratik yang tidak efektif
Tidak memperhatikan orang lain, tidak melayani, berperilaku mengintimidasi
Mentolerir kinerja yang buruk dan standar yang rendah / mengacuhkan dan menghindari
Menyerahkan peran dan tanggungjawabnya ke orang lain
Menolak ide-ide baru
Hamlin (2007) mendapatkan hasil yang mirip untuk kepemimpinan yang efektif; berdasarkan
risetnya di Inggris terhadap manajer-manajer di 4 organisasi sektor publik.
F. Building a Value-Based Corporate Culture (MEMBANGUN BUDAYA PERUSAHAAN BERBASIS PADA NILAI)
Konsep tentang budaya organisasi telah dijabarkan dari berbagai perspektif dalam literatur-
literatur. Akibatnya, tidak ada definisi tunggal dari budaya organisasi. Bahasan tentang budaya
organisasi telah dikaji dari berbagai sudut pandang dan disiplin ilmu, seperti antropologi, sosiologi,
perilaku organisasi dan kepemimpinan organisasi, untuk menyebut sedikit di antaranya.
Deal (1999) mendefinisikan budaya organisasi sebagai nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan
perilaku-perilaku yang membedakan antara organisasi satu dengan yang lain.
Schein (1999) menguraikan manifestasi suatu budaya sebagai “the way we do things around here”,
“the rite and rituals of our company”, “the company climate”, “the reward system”, “our basic
values”, dan sebagainya organisasi.
Cara praktis untuk mendefiniskan budaya organisasi adalah di dalam lingkungan
dimana kita bekerja, di dalam lingkungan ini perilaku, sikap, keyakinan, ketrampilan,
pandangan.
Budaya organisasi menetapkan batasan-batasan dan memberikan standar
perilaku yang pantas dan sesuai bagi anggota organisasi. Budaya organisasi juga
menyediakan mekanisme kontrol yang dapat membimbing dan membentuk sikap dan
perilaku anggota suatu organisasi. Dimensi etis yang mencerminkan etika dalam organisasi
didefinisikan sebagai budaya etis dalam organisasi (Trevino, 1990).
.
G. Mandating and Enforcing Culture : The Federal Centencing Guidelines For Organization (MANDAT DAN PENEGAKAN BUDAYA PERUSAHAAN
: The Federal Centencing Guidelines For Organization)
Pada tanggal 1 November 1991, Komisi Hukuman Amerika Serikat (USSC) diberlakukan
hukuman Pedoman Federal untuk Organisasi (FSGO). Di bawah FSGO, organisasi dengan
etika dan program kepatuhan memenuhi standar yang ditetapkan memperoleh kredit terhadap
hukuman dikurangi jika karyawan terlibat dalam kesalahan - tetapi organisasi dengan program
standar menerima hukuman yang jauh lebih berat
Program kepatuhan ini harus memenuhi standar yang telah ditentukan. Perusahaan sering perlu khawatir tentang hukuman menderita sebagai akibat dari
karyawan mereka terlibat dalam perbuatan.
Ketentuan untuk hukuman Pedoman Federal untuk Organisasi telah dilakukan untuk mengurangi hukuman untuk organisasi yang efektif melakukan upaya untuk mencegah kesalahan dengan membentuk program kepatuhan etika yang efektif. Di sisi lain, hukuman berat mungkin diderita oleh perusahaan yang
belum melakukan upaya yang efektif yang sama. .
Tujuan utama dari FSGO adalah untuk mendorong perusahaan dengan imbalan untuk secara efektif mengambil tindakan untuk mencegah kesalahan, tidak hanya mengambil pendekatan reaktif hukum untuk pelanggaran. Perusahaan harus
mengembangkan nilai-nilai perusahaan, menegakkan kode etik, dan melakukan upaya yang efektif untuk mencegah pelanggaran.
Terima KasihCecep Winata