Upload
fairuz-nabihah
View
16
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Makalah Tugas Teknik Penulisan Karya Ilmiah tentang Politik Bebas Aktif Indonesiasistem Politik Luar Negeri IndonesiaKelompok Fairuz NabihahHubungan Internasional Unjani
Citation preview
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang menganut politik luar negeri bebas dan aktif. Ini
terjadi dikarenakan Indonesia tidak memih ak kepada satu pihak saja . Bebas aktif
yang dimaksudkan disini adalah Indonesia bebas memilih dengan siapa akan
bekerjasama walaupun Indonesia tetap tidak akan memihak. Sedangkan d ikatakan
aktif karena Indonesia memiliki keinginan besar atas perdamaian dunia. Politik luar
negeri ini dipilih karena setelah Perang Dunia II terbentuk dua kubu, yaitu Blok Barat
yang dipimpin oleh Amerika Serikat, sedangkan Uni Soviet mempelopori kelompok
blok timu r atau blok sosialis (komunis). Kedua blok ini saling berebut pengaruh,
sehingga menyebabkan ketegangan dunia internasional.
Sebagai negara dunia ke-3, Indonesia mulai melakukan beberapa tindakan
untuk mengimplemtasikan politik luar negerinya. Salah satunya adalah bekerjasama
dengan negara dunia ke-3 lainnya yang memiliki visi dan misi yang sama , terutama
dalam menciptakan perdamaian dunia. Visi misi Indonesia ini pun sebenarnya sudah
tertuangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
1945. Untuk mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif, maka Indonesia dan
beberapa negara Asia Afrika lainnya menyelenggarakan sebuah konferensi yang
disebut Konf erensi Asia Afrika. Sebelum terbentuknya KAA terlebih dahulu
dilaksanakan Konferensi Kolombo (Konferensi Pancanegara 1) di Kolombo ibu kota
Sr ilanka pada 28 April-2 Mei 1954, kemudian dilanjutkan Konferensi Pancanegara 2
di Bogor pada 22 -29 Desember 1954 dan pada Tanggal 18-24 April 1955
diselenggarakannyalah Konferensi Asia Afrika untuk pertama kali di Bandung.
Diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika didukung oleh beberapa faktor.
5
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan politik luar negeri?
1.2.2 Mengapa Indonesia menerapkan bebas aktif pada politik luar negerinya?
1.2.3 Bagaimana implementasi politik luar negeri bebas aktif Indonesia?
1.2.4 Bagaimana perbandingan KAA 1955 dan KAA 2015?
6
BAB 2
GAMBARAN UMUM PERMASALAHAN
Konferensi Asia Afrika (KAA) merupakan salah satu perwujudan politik luar
negeri bebas aktif yang sering digadang-gadangkan oleh Indonesia. Konferensi yang
diadakan pada tanggal 18 sampai dengan 24 April tahun 1955 ini diikuti oleh hampir
seluruh negara yang ber ada di kawasan Asia dan Afrika. Tujuan diselenggarakannya
Konferensi Asia Afrika ini dikarenakan beberapa hal, tetapi yang cukup menonjol
adalah tujuan perdamaian dunia. Dan tujuan ini sangat cocok dengan sifat politik luar
negeri Indonesia yang aktif dalam perdamaian dunia. Selain perdamaian dunia, tujuan
Konferensi Asia Afrika ini juga mengenai aspek ekonomi, sosial, dan budaya bagi
masing-masing negara anggotanya.
Beberapa pekan yang lalu, bangsa Indonesia sudah memperingati 60 tahun
terselenggarakannya Konferensi Asia Afrika. Hampir seluruh kepala negara Asia dan
Afrika hadir diacara peringatan yang dilaksanakan di Gedung Merdeka, Bandung,
Jawa Barat ini. Setelah 60 tahun Konferensi Asia Afrika terselenggara, pada tahun
20 15 ini negara-negara anggota Konferensi Asia Afrika memperin gatinya. Dalam
peringatannya ini, Konferensi Asia Afrika memiliki jiwa yang berbeda ketika
konferensinya pertama kali digelar dahulu. Ada beberapa perbedaan yang mendasari
KAA yang dilaksanakan pada tahun 1955 dan KAA yang dilaksanakan pada tahun
2015.
Sebagai salah satu perwujudan dari politik luar negeri bebas aktif, KAA tidak
boleh mengarah pada manapun tapi tetap aktif dalam kegiatan dunia internasional
terutama mengenai kemanusiaan dan perdamaian. Selama 60 tahun Konferensi Asia
Afrika ini berjalan, pasti terdapat perbedaan-perbedaa n yang terjadi diantara seluruh
kegiatan KAA, terlebih lagi tokoh-tokoh dari negara anggota KAA tidak akan pernah
7
sama. Namun, akankah perbedaan-perbedaan itu tetap pada tujuan terselenggaranya
KAA saat pertama kali? Apakah hal itu dapat mengubah esensi atau menggeser nilai
politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif?
Masalah yang dihadapi adalah bagaimana Konferensi Asia Afrika tetap pada
jalur atau porsi yang telah ditentukan oleh para tokoh KAA saat pertama kali.
Terlebih lagi dengan melihat situasi dan kondisi yang sangat jauh berbeda ketika
KAA pertama kali diselenggarakan, peringatan 60 tahun KAA ini pasti memiliki jiwa
yang berbeda. Tetapi bagaimana caranya agar KAA tetap berjalan pada jalurnya
namun tidak menghilangkan esensi atau nilai yang terkandung di dalamnya.
8
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Politik Luar Negeri
Po litik luar negeri ( foreign policy ) merupakan suatu perangkat formula nilai,
sikap, arah serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan, dan memajukan
kepentingan nasional di salam percaturan dunia internasional.
Ditinjau dari sifatnya, tujuan politik luar negeri dapat bersifat konkret dan
abstrak. Sedangkan diliat dari segi waktunya, dapat bertahan lama dalam suatu
periode waktu tertentu dan dapat pula sementara. K.J. Holsti memberikan tiga kriteria
untuk mengklasifikasikan tujuan-tujuan politik luar negeri suatu negara, yaitu:
3.1.1 Nilai (values) yang menjadi tujuan dari para pembuat keputusan.
3.1.2 Jangka waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan. Dengan kata lain ada tujuan jangka pendek ( short-
term), jangka menengah ( middle-term), dan jangka panjang
(long-term).
3.1.3 Tipe tuntutan yang diajukan suatu negara kepada negara lain.
3.2 Alasan Politik Luar Negeri Indonesia Bebas Aktif
Politik luar negeri Indonesia adalah bebas aktif. Bebas, artinya bangsa
Indonesia tidak memihak pada salah satu blok yang ada di dunia. jadi bangsa
Indonesia berhak bersahabat ngsa dengan negara mana pun asal tanpa ada unsur
ikatan tertentu. Bebas juga berarti bahwa bangsa Indonesia pada salah satu blok yang
ada di dunia. Jadi, bangsa Indonesia berhak bershabat dengan negara manapun asal
tanpa ada unsur ikatan tertentu. Bebas juga berarti bahwa bangsa Indonesia
mempunyai cara sendiri dalam menanggapi masalah Internasional. Aktif berarti
9
bahwa bangsa Indonesia aktif dalam menjalankan perdamaian dunia yang sesuai
dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
Pada fase awal kemerdekaan, selain masalah internal, Indonesia juga
dihadapkan dengan berbagai masalah dari eksternal. Pemaknaan situasi yang
mengacu pada kondisi masa-masa setelah Perang Dunia II berakhir yang memasuki
fase “Cold War” , dimana pada saat itu dunia terpolarisasi menjadi blok Barat dan
Blok Timur. Hal tersebut ditanggapi oleh Indonesia dengan membuat konsep jangka
panjang dan jangka pendek. Jangka pendeknya yaitu berkaitan dengan hal yang
didasarkan atas kegunaan dan keuntungan bagi kepentingan rakyat Indonesia serta
kepentingan umat manusia, namun tetap berlandaskan pada pancasila sebagai moral
bangsa. Sedangkan jangka panjangnya yaitu bertindak nyata dalam pemikiran dan
memberikan perhatian pada perubahan dunia internasional. Hal ini disebabkan karena
pada saat itu Indonesia dihadapkan pada perang ideologi antara American Bloc dan
Soviet Bloc.
Kondisi sistem internasional pada masa “ColdWar” yang mengharuskan
Indonesia untuk memutuskan untuk beraliansi pada salah satu blok , ditanggapi oleh
Mohammad Hatta dalam pidatonya didepan KNIP pada tanggal 2 September 1948.
Dikemukakan oleh Drs. Moh. Hatta ia mengatakan bahwa tujuan politik luar
negeri indonesia adalah sebagai berikut:
3.2.1 Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan
negara.
3.2.2 Memperoleh barang-barang dari luar untuk memperbesar kemakmuran
rakyat, apabila barang-barang itu tidak atau belum dapat dihasilkan
sendiri.
3.2.3 Meningkatkan perdamaian internasional ka rena hanya dalam keadaan
damai I ndonesia dapat membangun syarat-syarat yang diperlukan
untuk memperbesar kemakmuran rakyat.
10
3.2.4 Meningkatkan persaudaraan segala bangsa sebagai cita-cita yang
tersimpul dalam pancasila, dasar dan falsafah negara indonesia .
politik yang bebas aktif.
Pilihan sikap politik luar negeri Indonesia telah selaras dengan yang dicita-
citakan dan tujuan negara (kepentingan nasional) dalam pembukaan UUD.melalui
politik bebas aktif, Indonesia memiliki peranan penting dalam menghapus segala
bentuk imperialism baik berupa penjajahan fisik nega atas negara lain, atau wujud
penjajahan lain dalam kemasan baru di muka bumi.
Kelemahan politik luar negeri Indonesia setelah lengsernya Bung Karno
berubah berdasarkan pengertian rezim yang berkuasa. Politik luar negeri Indonesia
membutuhkan dukungan stabilitas politik dalam negeri. Sedangkan implementasi
bervariasi dan berjalan dinamis. Presiden Soekarno yang anti barat menganggap
kebijakannya itu politik bebas aktif. Sedangkan Presiden Soeharto yang memutuskan
hubungan dengan china malah menjalin hubungan yang baik dengan barat. Memang
sulit menemukan rumusan yang ideal dalam melaksanakan politik luar negeri bebas
aktif , karena pada tataran praktisnya tetap saja berbenturan dengan kepentingan
pemimpin negara.
Dalam pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif tidak memiliki tuntunan
secara konstitusional, sehingga acap kali ditafsirkan berdasarkan keinginan kelompok
dan rezim yang sedang berkuasa. Oleh karena itu bebas aktif dimaknai dalam koridor
terminologi yang berbeda. Sehingga timbulnya pergeseran makna menjadi kebijakan
elit yang sedang berkuasa.
Jadi, politik bebas aktif merupakan sikap politik negara. Bukanlah kebijakan
elit yang sedang berkuasa. Sehingga pemaknaan bebas aktif tidak bisa dilakukan
semuanya. Oleh karena itu butuh adanya rujukan dan tuntunan.
11
3.3 Implementasi Politik Luar Negeri Bebas Aktif Indonesia
P olitik bebas aktif dicetuskan oleh Bung Hatta pada tahun 1948 diantara
kisruh antara dua kekuatan yaitu Blok Timur oleh Uni Soviet dan Blok Barat oleh
Amerika Serikat dalam perang dingin (1947-1991). Yang dimaksudkan pada politik
bebas aktif disini bahwa Indonesia memiliki sikap dan tidak mau memihak salah satu
blok . Sehingga pada tahun 1955, diselenggarakanlah Konferensi Asia Afrika di
Bandung, Indonesia dengan tujuan:
3.3.1 Memajukan kerjasama bangsa-bangsa di Asia dan Afrika dalam
bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
3.3.2 Memberantas diskriminasi ras dan kolonialisme.
3.3.3 Memperbesar peranan bangsa Asia dan Afrika di dunia dan ikut serta
mengusahakan perdamaian dunia dan kerjasama internasional.
3.3.4 Membicarakan masalah-masalah khusus yang menyangkut
kepentingan bersama seperti kedaulatan negara, nasionalisme, dan
kolonialisme.
Selain menetapkan tujuan tersebut, konferensi juga mengajak setiap bangsa di
dunia untuk menjalankan beberapa prinsip bersama, seperti:
3.3.1 Menghormati hak-hak dasar manusia, tujuan, serta asas yang termuat
dalam Piagam PBB.
3.3.2 Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
3.3.3 Mengakui persamaan ras dan persamaan semua bangsa, baik bangsa
besar maupun bangsa kecil.
3.3.4 Tidak m elakukan intervensi atau ikut campur tangan dalam persoalan
dalam negeri negara lain.
3.3.5 Menghormati hak-hak tiap bangsa untuk mempertahankan diri, baik
secara sendirian maupun secara kolektif sesuai dengan Piagam PBB.
12
3.3.6 T idak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif
untuk bertindak bagi kepentingan khus us salah satu negara besar dan
tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
3.3.7 Menyelesaikan segala perselisihan internasional secara damai sesuai
dengan Piagam PBB.
3.3.8 Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama internasional.
3.3.9 Menghormati hukum dan kewajiban internasional lainnya.
Kesepuuh prinsip ini dikenal dengan nama Dasasila Bandung atau Bandung
Declaration.
3.4 Perbandingan KAA 1955 dan 2015
Dalam Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 dibicarakan hal-hal yang
menyangkut kepentingan bersama negara-negara yang terdapat di Benua Asia dan
Afrika terutama masalah kerja sama ekonomi, kebudayaan, kolonialisme serta
perdamaian dunia. Pencapaian terbesar dari konferensi ini adalah lahirnya Gerakan
Non-Blok yaitu suatu gerakan dari negara-negara yang menganggap dirinya tidak
beraliansi dengan atau terhadap blok kekuatan besar apapun.
Konferensi Asia Afrika ini merupakan implementasi dari politik luar negeri
Indonesia yang bebas aktif. Melalui konferensi ini Indonesia dapat mewujudkan cita-
citanya untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan dan
perdamaian abadi sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia. Dengan hadirnya konferensi ini, disusul dengan merdekanya negara-
negara di kawasan Asia dan Afrika pada saat itu membuat konferensi ini tidak
dipandang sebelah mata oleh kaca mta dunia internasional.
Setelah 60 tahun hadirnya konferensi ini, pada tahun 2015 KAA diperingati
dengan mengadakan pertemuan kepala negara Asia dan Afrika di Bandung.
13
Pertemuan ini pun diadakan selain untuk memperingati 60 tahunnya KAA juga untuk
menjalin kerjasama dibidang ekonomi, sosial, dan budaya di kawasan Asia dan
Afrika. Kondisi dan situasi dalam memperingati KAA yang berbeda dengan pertama
kalinya KAA diselenggarakan membuat isi dari KAA tahun 2015 ini berbeda.
Walaupun isu perdamaian dunia tetap diperbincangkan, yaitu dengan mendukungnya
negara-negara Asia Afrika dalam kemerdekaan Palestina seperti pidato Presiden Joko
Widodo saat peringatan KAA tanggal 24 April 2015.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.1.1 Politik luar negeri ( foreign policy ) merupakan suatu perangkat formula nilai,
sikap, arah serta sasaran untuk mempertahankan, mengamankan, dan memajukan
kepentingan nasional di salam percaturan dunia internasional.
4.1.2 Politik luar negeri bebas aktif artinya b ebas berarti bahwa bangsa Indonesia
mempunyai cara sendiri dalam menanggapi masalah Internasional. Aktif berarti
14
bahwa bangsa Indonesia aktif dalam menjalankan perdamaian dunia yang sesuai
dengan Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.
4.1.3 Implementasi politik luar negeri bebas aktif Indonesia antara lain dengan
terselenggaranya Konferensi Asia Afrika sebagai gerbang untuk menciptakan
perdamaian dunia yang telah dicita-citakan oleh seluruh masyarakat dunia.
4.1.4 Perbedaan KAA pada tahun 1955 dan 2015 terlihat dari situasi dan kondisi
yang jelas berbeda. Dengan lebih kondusifnya KAA 2015, diharapkan konferensi
ini akan menjadi batu loncatan bagi negara-negara Asia dan Afrika, terutama
Indonesia dalam menumbuhkembangkan negaranya masing-masing.
4.2 Saran
Konferensi Asia Afrika yang diperingati oleh seluruh masyarakat Asia Afrika
harus dijadikan batu loncatan untuk semakin maju dan berkembang. Peringatan KAA
tidak hanya dijadikan sebagai ajang budaya saja, namun bisa dijadikan untuk
mempererat tali persaudaraan diantara sesame negara yang pernah dijajah. Tidak
hanya itu, semangat nasionalisme dan patriotisme KAA pada tahun 1955 harus tetap
dijaga dan dilestarikan oleh seluruh masyarakat Asia dan Afrika sehingga tercipta
kerjasama yang saling menguntungkan bagi sesama negara.
DAFTAR PUSTAKA
Bruce Russet dan Harvey Starr. 1988. World Politics: The Menu for Choise. New
York: W.H. The Free Press.
Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu
Hubungan Internasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
15
www.gurusejarah.com/2013/06/konferensi-asia-afrika (diakses pada tanggal 21 April
2015)
https://www.academia.edu/5553629/Bab_I_Peranan_Mohammad_Hatta_dalam_Pelet
akan_Politik_Luar_Negeri_Indonesia_Bebas_Aktif (diakses pada tanggal 21
April 2015)
http://id.wikipedia.org/wiki/Dasasila_Bandung (diakses pada tanggal 21 April 2015)
https://www.academia.edu/5553629/Bab_I_Peranan_Mohammad_Hatta_dalam_Pelet
akan_Politik_Luar_Negeri_Indonesia_Bebas_Aktif (diakses pada tanggal 21
April 2015)