34
TEKNIK PEMBELAJARAN MENULIS Di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Bahasa Indonesia MI Dosen Pengampu: Suyadi, M.Pd.I Oleh : Ika Nur Harini (13480071) Annisa Aryani (13480072) Titi Pambudi (13480074) Yunita Ariyastuti (13480075) Nur Hady Wara Utami (13480077) Suryaningsih (13480079) Dewi Nur Oktaviyanti (13480089) Iswatun Khoiriah (13480090) Febriasti Dina S (13480091)

Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

materi kuliah pembelajaran bahasa indonesia

Citation preview

Page 1: Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

TEKNIK PEMBELAJARAN MENULISDi susun guna memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran

Bahasa Indonesia MIDosen Pengampu: Suyadi, M.Pd.I

Oleh :Ika Nur Harini (13480071)Annisa Aryani (13480072)Titi Pambudi (13480074)Yunita Ariyastuti (13480075)Nur Hady Wara Utami (13480077)Suryaningsih (13480079)Dewi Nur Oktaviyanti (13480089)Iswatun Khoiriah (13480090)Febriasti Dina S (13480091)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAHFAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA

2015

Page 2: Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

TEKNIK PEMBELAJARAN BAHASA MENULIS

A. PENDAHULUAN

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, selain menyimak, berbicara,

dan membaca juga ada teknik pembelajaran menulis. Budaya menulis di

Indonesia saat ini sangatlah rendah. Hal ini dapat dibuktikan dari terbitan

judul buku di Indonesia yang hanya sekitar 4.000 sampai 5.000 buku

pertahun. Angka tersebut terbilang kecil jika dibandingkan dengan negara

tetangga, yaitu Malaysia yang jumlah penduduknya lebih sedikit dari

Indonesia. Malaysia pertahun dapat menerbitkan 6.000 sampai 7.000 buku.

Padahal jumlah penduduk Indonesia sekitar 10 kali lipat jumlah penduduk

Malaysia. Idealnya, setiap tahun Indonesia menerbitkan 10 kali lipat terbitan

Malaysia, yaitu 60.000 sampai 70.000 judul buku.

Rendahnya kemampuan menulis yang dimaksud adalah menulis

sesuatu yang bermutu, positif, dan bermanfaat. Untuk menghasilkan tulisan

yang bermutu diperlukan keterampilan menulis. Tentunya terampil tidak

datang dengan sendirinya. Untuk dapat terampil menulis dan menghasilkan

karya tulis yang bagus diperlukan latihan terus menerus. Bagaimanakah

menyusun tulisan dan karangan yang baik, bermutu dan sesuai dengan

kaidah?. Pertanyaan tersebut menjadi hal menarik yang akan dibahas di

makalah ini.

B. PEMBAHASAN

1. Keterampilan dasar menulis

a. Menjiplak

Menjiplak adalah menggambar atau menulis garis-garis

gambaran atau tulisan yang telah tersedia (dengan menempelkan

kertas kosong pada gambar atau tulisan yang akan ditiru) (KBBI,

2008:586). Kegiatan menjiplak gambar merupakan kegiatan awal dari

kegiatan menulis. Berikan gambar-gambar yang mudah ditiru dan

dalam ukuran yang lebih besar dari biasanya.1

1 Kegiatan Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan Sekolah Dasar Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan

1

Page 3: Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

Setelah menjiplak gambar, siswa mulai diarahkan pada

menjiplak huruf. Siswa hanya mengikuti bentuk-bentuk huruf yang

telah tersedia. Sebelum memulai menjiplak, siswa diberi penjelasan

dari arah mana harus mulai. Hal ini penting untuk diketahui karena

akan menentukan kualitas tulisan. Perhatikan cara penulisan huruf di

bawah ini. Setiap huruf diberi tanda (dengan nomor) untuk

menunjukkan pada siswa di mana siswa mulai menulis dan

seterusnya.2

b. Menyalin Kalimat

Menyalin merupakan kegiatan menulis dengan cara meniru

tulisan yang terdapat dalam buku pelajaran atau tulisan guru di papan

tulis. Kegiatan ini biasanya dimulai dari ingkatan kata, kalimat sampai

pada wacana.

Untuk kegiatan menyalin dapat dilakukan dengan mencontoh

huruf, kata, atau kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan

benar, menyalin puisi anak sederhana dengan huruf lepas atau tegak

bersambung dan lain sebagainya.3

Pembelajaran menyalin di kelas dapat dilakukan dengan

alternatif berikut:

a. Menjiplak (menyalin tulisan di papan tulis ke dalam buku latihan

sesuai dengan bunyi bacan tersebut).

Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, Panduan untuk Guru Membaca dan Menulis Permulaan untuk Sekolah Dasar Kelas 1,2,3 (Jakarta , 2009) , hlm 18.

2Ibid hlm 20 3 ?file.upi.edu/Direktori/Dual-modes/Membaca_dan_Menulis_di_SD/BBM_7.pdf, hlm 179

2

Page 4: Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

b. Menyalin dari tulisan cetak (lepas) ke tulisan sambung atau

sebaliknya

c. Menyalin dari huruf kacil menjadi huruf besar pada huruf pertama

kata awal kalimat.

d. Menyalin dengan cara melengkapi, yakni dengan cara (a)

melengkapi dengan tanda baca dan (b) melengkapi dengan kata.4

c. Memperluas Kalimat

1) Kalimat sederhana dan kalimat luas.

Telah dikemukakan bahwa kalimat berklausa ada yang

terdiri dari satu klausa, dan ada yang terdiri dari dua klausa atau

lebih. Kalimat yang terdiri dari satu klausa disebut dengan kalimat

sederhana, sedangkan kalimat yang terdiri dari dua klausa lebih

disebut kalimat luas.

Beberapa contoh kalimat sederhana, misalnya:

181. Pada kesempatan itu angkatan muda kita mengambil alih

kantor tersebut dari tangan Jepang.

182. Mulanya ia hanya akan menghindari kemarahan Dullah.

183. Kisah ini sungguh-sungguh terjadi.

184. Pengusaha itu berusia 61 tahun.

185. Dia mengeluarkan amplop dari saku bajunya.

Beberapa contoh kalimat luas, misalnya:

186. Ia mengakui bahwa ia jatuh cinta kepadaku.

187. Ia mengunci sepedanya, lalu masuk ke sebuah toko.

188. Sungguhpun beliau mendapat bantuan yang besar sekali dari

Belanda, namun beliau tetap juga tidak senang terhadap

VOC.

189. Rumah itu bagus, akan tetapi pekarangannya tidak terpelihara.

Kalimat-kalimat 181-185 merupakan kalimat sederhana

karena masing-masing terdiri dari satu klausa, sedangkan kalimat-

kalimat 186-189 merupakan kalimat luas karena terdiri dari dua

klausa. Kalimat 186 terdiri dari klausa (1) ia mengakui dan (2) ia

4Ibid., hlm 182

3

Page 5: Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

jatuh cinta kepadaku; kalimat 187 terdiri dari klausa (1) ia

mengunci sepedanya dan klausa (2) (ia) masuk ke sebuah yang

besar sekali di Belanda dan (2) beliau tetap juga tidak senang

dengan VOC; dan kalimat 189 terdiri dari klausa (1) rumah itu

bagus dan (2) pekarangannya tidak terpelihara.

Hubungan Gramatik antara Klausa yang Satu dengan

Klausa yang Lain dalam Kalimat Luas. Kita perhatikan kalimat

190 dan 191 di bawah ini:

190. Ia mengaku bahwa ia jatuh cinta kepadaku.

191. Ia mengunci sepedanya, lalu masuk ke sebuah toko.

Kalimat 190 terdiri dari dua klausa yaitu (1) ia mengakui

dan (2) ia jatuh cinta kepadaku. Klausa kedua sebenarnya

merupakanbagian dari klausa ke 1, yaitu merupakan O klausa 1Hal

itu kelihatan jelas apabila klausa 2 disubtitusi dengan hal itu

hingga kalimat 190 itu menjadi:

192. Ia mengakui hal itu.

Kalimat 191 berbeda dengan kalimat 190. Dalam kalimat

191 masing-masing klausa berdiri sendiri; klausa yang satu tidak

merupakan bagian dari klausa yang lain. Contoh lain, misalnya kita

bandingkan kalimat 193 dengan kalimat 194 di bawah ini:

193. Rumah itu bagus, tetapi pekarangannya tidak terpelihara.

194. Ketika pergi ke Surabaya, ia bertemu dengan teman lamanya.

Kalimat 193 terdiri dari dua klausa, yaitu (1) rumah itu

bagus, dan (2) pekarangannya tidak terpelihara. Kedua klausa itu

masing-masing berdiri sendiri-sendiri, klausa yang satu tidak

merupakan bagian dari klausa lainnya. Kalimat 194 juga terdiri

dari dua klausa yaitu (1) ia pergi ke Surabaya, dan (2) ia bertemu

dengan teman lamanya. Klausa ke 1 sebenarnya merupakan bagian

klausa ke 2, yaitu merupakan KET klausa 2. Hal itu akan jelas

apabila klausa pertama disubstitusi dengan kemarin hingga kalimat

194 itu menjadi:

195. Kemarin ia bertemu dengan teman lamanya.

4

Page 6: Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

Berdasarkan uraian di atas, maka kalimat luas berdasarkan

hubungan gramatik antara klausa yang satu dengan klausa yang

lain yang menjadi unsurnya, dapat dibedakan menjadi dua

golongan, yaitu:

a) Kalimat luas yang setara

b) Kalimat luas yang tidak setara.

2) Kalimat luas yang setara

Dalam kalimat luas yang setara klausa yang satu tidak

merupakan bagian dari klausa lainnya; masing-masing berdiri

sendiri sebagai klausa yang setara, yaitu sebagai klausa inti semua.

Klausa-klausa itu dihubungkan dengan penghubung yang di sini

disebut sebagai penghubung yang setara. Penghubung yang setara

itu ialah: dan, dan lagi, lagi pula, serta, lalu, kemudian, atau,

tetapi, tapi, akan tetapi, sedang, sedangkan, namun, melainkan,

sebaliknya, bahkan, malah dan malahan. Penghubung lantas dan

tapi pada umumnya digunakan dalam bahasa Indonesia ragam

santai. Beberapa contoh, misalnya:

196. Badannya kurus, dan mukanya sangat pucat.

197. Orang itu miskin, lagi pula sangat malas.

198. Tiba-tiba bus berbelok ke kiri, kemudian menikung tajam ke

kanan.

199. Mereka sedang belajar, atau mungkin mereka sedang

mengobrol.

200. Pahlawan Diponegoro berulang-ulang kali menempuh jalan

damai, namun segala usaha damainya tidak juga berhasil.

Terdapat juga kalimat luas yang setara yang tidak

menggunakan kata penghubung. Antara klausa yang satu dengan

klausa yang lainnya pada umumnya dibatasi oleh adanya jeda

sedang. Misalnya:

204. Ia membuka lemarinya, mengambil sehelai baju baru.

205. Mereka duduk, memperhatikan orang yang lalu lalang di

muka rumahnya.

5

Page 7: Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

206. Orang itu sangat ramah, adiknya sangat pendiam.

3) Kalimat luas yang tidak setara.

Dalam kalimat luas yang tidak setara klausa yang satu

merupakan bagian dari kluasa yang lainnya. Klausa yang

merupakan bagian dari klausa yang lainnya itu disebut klausa

bawahan, sedangkan klausa lainnya disebut klausa inti. Jadi

kalimat luas yang tidak tidak setara terdiri dari klausa inti dan

klausa bawahan, sedangkan kalimat luas yang setara terdiri dari

klausa inti semua.

Klausa bawahan terkadang merupakan O bagi klausa inti.

Misalnya kalimat:

207. Ia mengakui bahwa ia jatuh cinta kepadaku.

Kalimat 207 itu terdiri dari dua klausa, yaitu klausa ia

mengakui sebagai klausa inti dan klausa ia jatuh cinta kepadaku

sebagai klausa bawahan. Kata bahwa dalam kalimat itu berfungsi

sebagai penghubung klausa. Dalam hubungan dengan klausa ini,

klausa bawahan itu menduduki fungsi O. Hal itu akan menjadi

jelas apabila klausa bawahan itu disubstitusi dengan hal itu

sehingga kalimat 207 di atas menjadi:

208. Ia mengakui hal itu.5

d. Membuat Kalimat

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan

maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam

wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras

lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud

tulisan kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan

tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!).6

Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi baik lisan

maupun tertulis, harus mempunyai subjek (S) dan predikat (P). Kalau

5M. Ramlan Karyono, Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis (Yogyakarta: CV. Karyono, 1985), Hlm. 49-54.

6Zaenal Arifin dan S. Amran, Cermat Berbahasa Indonesia (Jakarta: Akademika Pressindo), hlm. 66.

6

Page 8: Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

tidak memiliki unsur subjek dan predikat pernyataan itu bukanlah

kalimat.7 Contoh:

Contoh kalimat di atas sudah lengkap dan jelas. Jadi, unsur

subjeknya adalah penanaman modal asing dan unsur predikatnya

berkembang. Kalimat itu tidak perlu dilengkapi lagi. Andaikata

dibelakang kata berkembang ditambah dengan kata maka unsur

tambahan itu bukan objek, melainkan keterangan. Misalnya:

Tabel contoh kalimat.

FungsiTipe

Subjek Predikat Objek Peleng-kap

Keterang-an

S-POrang itu sedang tidur - - -Saya mahasiswa - - -

S-P-OAyahnya membeli mobil

baru- -

Rani mendapat hadiah

S-P-Pel

Beliau menjadi - ketua koperasi

-

Pancasila merupakan - dasar negara kita

S-P-KetKami tinggal - - di JakartaKecelaka-an itu

terjadi - - minggu lalu

S-P-O-Pel

Dia mengirimi ibunya uang -Dian mengambilkan adiknya air minum -

S-P-O-Ket

Pak Raden memasukkan uang - ke bankBeliau memperlakukan kami - dengan

baik

Berikut ini, beberapa contoh keterangan yang sering digunakan

dalam kalimat.8

Jenis keterangan

Preposisi/ penghubung Contoh

Tempat DiKeDari(di) dalam

Di kamar, di kotaKe Medan, ke rumahnyaDari Manado, dari sawah(di) dalam rumah, dalam lemari

7Ibid.8Hasan Alwi dkk, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga (Jakarta: Balai

Pustaka, 2003), hlm. 331-332.

7

Page 9: Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

Pada Pada saya, pada permukaan

Waktu

-Pada Dalam Se-Sebelum Sesudah SelamaSepanjang

Sekarang, kemarinPada pukul 5, pada hari iniDalam minggu ini, dalam dua hari iniSetiba di rumah, setiba di kantorSebelum pukul 12, sebelum pergi Sesudah pukul 10, sesudah makanSelam dua minggu, selama bekerjaSepanjang tahun, sepanjang hari

AlatDengan Dengan (memakai) gunting,

dengan mobil

Tujuan

Agar/ supayaUntukBagiDemi

Agar/ supaya kamu pintarUntuk kemerdekaanBagi masa depanmuDemi kekasihnya

Cara

Dengan SecaraDengan caraDengan jalan

Dengan diam-diamSecara hati-hatiDengan cara damaiDengan jalan berunding

PenyertaDengan BersamaBeserta

Dengan adiknyaBersama orang tuanyaBeserta saudaranya

Perbandingan/ kemiripan

SepertiBagaikanLaksana

Seperti anginBagaikan seorang dewiLaksana bintang di langit

SebabKarena Sebab

Karena perempuan ituSebab kecerobohannya

Kesalingan- Saling (mencintai), satu sama

lain

Syarat

Jika(lau)KalauAsal(kan)(Apa)bilaBilamana

Jika Anda mau mendengarkannya, saya tentu senang sekali menceritakannya.

Pengandaian

Seandainya AndaikataAndaikanSekiranyaJangan-janganKalau-kalau

Seandainya para anggota kelompok menerima norma itu, selesailah suluruh permasalahan.

Konsensif

Walau(pun)Meski(pun)Sekali(pun)Biar(pun)Kendati(pun)Sungguh(pun)

Dia akan pergi sekalipun kami mencoba menahannya.

8

Page 10: Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

HasilSehingga Sampai(-sampai)Maka

Kami tidak setuju, maka kami pun protes.

Aspek

AkanSedangSudah Telah

Sekolah akan mengadakan upacara bendera.

2. Keterampilan menulis

a. Menulis cerita berdasar gambar berseri

Penulisan cerita yang menggunakan media gambar berseri

yaitu penulisan cerita atau menjelaskan setiap gambar dengan lebih

rinci dan jelas, dimana terdapat beberapa gambar yang berurutan

yang nantinya akan dikembangkan menjadi sebuah cerita.

Langkah penulisan cerita berdasar gambar berseri:

1) Menentukan pokok pikiran yang mungkin akan menjadi kerangka

karangan.

2) Guru memancing atau mengeksplor pendapat anak terlebih dahulu.

3) Guru mengarahkan pemikiran yang belum cocok dengan gambar

agar tidak menyimpang dari gambar.

4) Guru meminta kepada anak untuk mengamati kembali gambar

dengan lebih teliti.

5) Menuliskan atau menjabarkan gambar berdasar urutan gambar.9

b. Menulis berdasarkan foto atau gambar

Menulis berdasarkan foto atau gambar dapat diartikan sebagai

mendeskripsikan gambar atau foto kedalam tulisan. Gambar juga

dapat mempermudah guru dalam mengajar dan siswa dalam

mengingat apa yang dilihat, mengembangkan kreativitas, daya

imajinasi, serta mempermudah siswa dalam menuangkan ide-ide

kreatif mereka.10 Menulis berdasar foto atau gambar dapat dimulai di

kelas I.

Menulis gambar berdasar foto atau gambar dapat dimulai

dengan menggambar bebas kemudian anak menuliskan beberapa

9M. Ngalim Purwanto dan Djeniah Alim, Metodelogi pengajaran bahasa Indonesia : di sekolah dasar. (Jakarta: PT. Rosda Jayaputra, 1997), hlm.64

10Azhar Arsyad. Media Pembelajaran (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hlm. 15.

9

Page 11: Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

kalimat tentang gambarnya. Untuk kelas I, karangan yang

menceritakan gambar sudah sangat baik untuk permulaan. Selanjutnya

anak ditujukan sebuah benda yang sangat disukainya. Misalnya bola.

Anak menuliskan beberapa kalimat tentang bola. Kalimat yang

disiusun mungkin belum runtut, namun anak dapat diminta untuk

membaca kembali agar kalimatnya menjadi lebih sempurna.11

c. Menulis catatan harian

Catatan harian ialah tulisan dalam bentuk catatan yang

merekam kegiatan sehari-hari seseorang. Sifat tulisan ini kebanyakan

sangat personal dan merupakan potret diri si-penulisnya. Tulisan ini

bercerita tentang pengalaman hidup si penulis catatan harian. Ciri

tulisan yang ada di sebuah catatan harian menggunakan kata ganti

orang pertama (“aku” atau “saya”). Sifat tulisan catatan harian

memang sangat personal.12

Kadang, apabila kita membaca buku yang diangkat dari

catatan harian, kita akan menjumpai sosok “keegoisan” sebuah buku.

Buku itu hanya menceritakan diri sang penulis, mengabaikan hiruk

pikuk dunia luar. Catatan harian dimanfaatkan benar oleh si penulis

untuk menjelajah inner-space. Lewat catatan harian, pengalaman

distrukturkan, dikristalkan dan diberi sentuhan karakter si menulis

catatan harian. Inilah bahan tulisan yang mahal harganya apabila dapat

dipublikasikan dalam bentuk yang beragam.

Beberapa hal yang dapat dipetik dari buku harian:

1) Mencurahkan perasaan, mencurahkan perasaan ke dalam buku

harian dapat membantu melampaui masa-masa sulit dalam

kehidupan penulis.

2) Menuliskan rasa marah, harapan, ketakutan, kecemburuan. Dapat

mencegah dari menguburkan emosi dalam-dalam, yang

menyebabkan emosi itu sulit diraih kembali.

11M. Ngalim Purwanto, Metodelogi pengajaran,... hlm. 6012Hernowo, Quantum writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang

Munculnya Potensi Menulis (bandung: Mizan, 2006), hlm. 208.

10

Page 12: Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

3) Buku harian layaknya suatu ruangan yang dapat didatangi apabila

ingin menggali keanehan diri si penulis dan menyendiri tanpa

harus diawasi dan disensor.

4) Buku harian dapat menjadi tempat aman untuk menyimpan

khayalan yang dapat membantu penulis memimpikan berbagai

cara untuk meraih cita-cita yang bisa dicapai.

5) Dapat menjadi laboratorium bagi penulis yang memiliki

kecerdasan di bidang bahasa yang mungkin dapat dikembangkan

menjadi novel, sepen, sajak, atau buk riwayat hidup.13

d. Meringkas tulisan

Meringkas ialah menyatakan inti dari suatu bacaan atau

pengalaman dengan menggunakan sesedikit mungkin kata-kata atau

dengan cara yang baru tetapi efisien. Sedangkan ringkasan merupakan

penyajian singkat dari karangan asli tetapi tetap mempertahankan

urutan isi dan sudut pandang pengarang asli, sedangkan perbandingan

bagian atau bab dari karangan asli secara proporsional tetap

dipertahankan dalam bentuknya yang singkat.14

Meringkas tidak hanya bisa dilakukan dengan tulisan namun

dapat juga dilakukan dengan lisan dengan drama, artistik, visual,

gerakan fisik, musik dalam kelompok atau individu. Meringkas dapat

memberikan peningkatan yang besar dalam pengertian dan dalam

ingatan jangka panjang dari suatu informasi.15

Tujuan membuat ringkasan yaitu untuk mengembangkan

ekspresi serta penghematan kata, juga dapat mempertajam daya kreasi

dan konsentrasi penulis ringkasan tersebut. Penulis ringkasan dapat

memahami dan mengetahui dengan mudah isi karangan aslinya, baik

dalam penyusunan karangan, cara penyampaian gagasannya dalam

bahasa dan susunan yang baik, cara memecahkan masalah.16

13Ibid., hlm. 207.14 Gorys Keraf, Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa (Ende: Nusa Indah,

1973), hlm. 262.15  Rick Wormeli, Meringkas Mata Pelajaran: 50 Teknik untuk Meningkatkan

Pembelajaran Siswa (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm. 2.16 Femi Olivia, Teknik Meringkas: Pandai Memangkas Tumpukan Buku Pelajaran

Selangkah demi Selangkah dengan Rumus 4P Supaya Belajar Jadi Ringan (Jakarta: Gramedia,

11

Page 13: Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

Beberapa pegangan yang dipergunakan untuk membuat

ringkasan yang baik dan teratur, adalah sebagai berikut:

1) Membaca naskah asli

Membaca naskah asli dapat dilakukan berulang-ulang

hingga beberapa kali untuk mengetahui kesan umum tentang

karangan itu secara menyeluruh. Penulis perlu juga mengetahui

maksud pengarang dan sudut pandang pengarang.

2) Mencatat gagasan utama

Pencatatan dilakukan untuk dua tujuan, pertama untuk

tujuan pengamanan agar memudahkan penulis pada waktu

meneliti kembali apakah pokok-pokok yang dicatat itu penting

atau tidak. Kedua, catatan ini juga akan menjadi dasar bagi

pengolahan selanjutnya. Tujuan terpenting dari pencatatan ini

adalah agar tanpa ikatan teks asli, penulis mulai menulis kembali

untuk menyusun sebuah ringkasan dengan mempergunakan

pokok-pokok yang telah dicatat itu.

3) Membuat reproduksi

Penulis ringkasan menyusun kembali suatu karangan

singkat (ringkasan) berdasarkan gagasan-gagasan utama

sebagaimana yang dicatat dalam langkah sebelumnya.

4) Ketentuan tambahan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar ringkasan

diterima sebagai suatu tulisan yang baik:

a) Sebaiknya dalam menyusun ringkasan dipergunakan kalimat

tunggal daripada kalimat majemuk. Kalimat majemuk

menunjukkan bahwa ada dua gagasan atau lebih yang bersifat

paralel.

b) Bila mungkin ringkaslah kalimat menjadi frase, frase menjadi

kata. Begitu pula rangkaian gagasan yang panjang hendaknya

diganti dengan suatu gagasan sentral saja.

2009), hlm. 29.

12

Page 14: Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

c) Jumlah alinea tergantung dari besarnya ringkasan dan jumlah

topik utama yang akan dimasukkan dalam ringkasan.

d) Bila mungkin semua keterangan atau kata sifat dibuang,

kadang-kadang sebuah kata sifat atau keterangan masih

dipertahankan untuk menjelaskan gagasan umum yang tersirat

dalam rangkaian keterangan, atau rangkaian kata sifat yang

terdapat dalam naskah.

e) Pertahankan susunan gagasan asli, serta ringkaskanlah

gagasan-gagasan itu dalam urutan seperti urutan naskah asli.

f) Untuk membedakan ringkasan atas sebuah tulisan biasa

(bahasa tak langsung) dan sebuah pidato atau ceramah (bahasa

langsung) yang mempergunakan sudut pandang orang pertama

tunggal atau jamak, maka ringkasan pidato atau ceramah itu

harus ditulis dengan sudut pandang orang ketiga.17

3. Mengarang

a. Pengertian mengarang

Istilah mengarang digunakan pada penulisan karya fiksi atau

nonilmiah, sedangkan istilah menulis digunakan pada penulisan karya

ilmiah atau non fiksi. Pada dasarnya, arti kata mengarang adalah

menyusun, mengatur, misalnya menagrang bunga, menyusun bunga-

bunga menjadi kesatuan. Mengarang pada hakikatnya adalah

mengungkapkan atau menyampaikan gagasan dengan menggunakan

bahasa tulis. Mengarang merupakan proses pengungkapan gagasan,

ide, angan-angan, dan perasaan yang disampaikan melalui unsur-unsur

bahasa (kata, kelompok kata, kalimat, paragraf, dan wacana yang utuh)

dalam bentuk tulisan.18

b. Unsur Mengarang

Mengarang sebagai kegiatan mengungkapkan gagasan melalui

bahsa tulis meliputi 4 unsur, yaitu :

1) Gagasan, berupa pendapat, pengalaman, atau pengetahuan yang ada

dalam pikiran seseorang.

17 Keraf, Komposisi..., hlm. 263-268.18Dalman, Keterampilan Menulis (Jakarta: Rajawali Press, 2014), hlm.85-86.

13

Page 15: Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

2) Tuturan, merupakan bentuk pengungkapam gagasan sehingga dapat

dipahami pembaca. Empat bentuk teknik mengarang yaitu:

a) Penceritaan yaitu pengungkapan yang menyampaikan suatu

peristiwa dalam kerangka urutan waktu dengan maksud untuk

meninggalkan kesan.

b) Pelukisan yaitu pengungkapan yang menggambarkan berbagai

cerapan pengarang dengan segenap inderanya dengan maksud

menimbulkan citra yang sama dalam diri pembaca.

c) Pemaparan yaitu pengungkapan yang menyajikan fakta-fakta

secara teratur, logis, dan terpadu dengan maksud memberi

penjelasan kepada pembaca mengenai sesuatu ide.

d) Perbincangan yaitu pengungkapan dengan makdud

menyakinkan pembaca agar mengubah pikirannya sesuai yang

diharapkan oleh pengarang.

3) Tatanan ialah pengaturan dan penyusunan gagasan dengan

mengindahkan berbagai asas, aturan, dan tehnik sampai

merencanakan rangka dan langkah.

4) Wahana sarana penghantar gagasan berupa bahasa tulis yang

terutama menyangkut kosa kata, gramatika, dan retorika.19

c. Langkah-Langkah Mengarang

1) Menyusun Tema, Topik, dan Judul

Tema adalah pokok persoalan yang mendasari suatu

karangan, sedangkan topik adalah pokok persoalan yang

dikembangkan atau dibahas dalam karangan. Judul adalah kepala

karangan atau nama sebuah karangan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih tema:

a) Jangan mengambil tema yang bahasanya terlalu luas.

b) Memilih tema yang disukai dan diyakini dapat dikembangkan.

c) Memilih tema yang sumber atau bahan-bahannya mudah

diperoleh.

2) Mengumpulkan Bahan

19The Liang Gie, Terampil Mengarang (Yogyakarta: Andi, 2002), hlm.4-5.

14

Page 16: Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

Setelah mengumpulkan tema, perlu mencari bahan yang

menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi tulisan.

3) Menyeleksi Bahan

Perlu menentukan bahan-bahan yang sesuai dengan tema

pembahasan. Petunjuk-petunjuk dalam menyeleksi bahan, yaitu:

a) Catatan hal penting semampunya.

b) Membaca dijadikan sebagai kebutuhan.

c) Sering diskusi dan mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah.

d. Membuat Kerangka Karangan

Kerangka merupakan catatan kecil yang sewaktu-waktu dapat

berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang sempurna. Tahap

dalam menyusun kerangka karangan adalah:

1) Mencatat gagasan.

2) Mengatur urutan gagasan.

3) Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab.

4) Membuat kerangka karangan,

e. Mengembangkan Kerangka Karangan

Proses pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada

penguasaan materi yang hendak ditulis. Sebagaimana yang

diungkapkan Finoza dalam buku Ketrampilan Menulis karya Dalman

bahwa kerangka karangan mengandung rencana kerja dalam

menyusun karangan. Kerangka akan mengarahkan penulis menggarap

karangan secara teratur, dalam hal ini penyusunan kerangka karangan

merupakan kegiatan penulisan draf karangan. Penulisan draf

merupakan aktivitas yang dimulai dengan menata butir-butir gagasan

dilakukan secara hierarkis untuk menempatkan sifat hubungan antar

komponen tulisan. Penulisan draf juga merupakan aktivitas menyusun

kerangka secara utuh. Langkah-langkah penulisan draf karangan

yaitu:

1) Membaca kartu catatan.

2) Mempertimbangkan semua materi yang sudah dipersiapkan.

3) Mempertahankan kerangka tulisan.

15

Page 17: Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

4) Mengelompokkan bahan-bahan dan catatan bahan tulis berdasarkan

topik dan menempatkan kelompok-kelompok bahan tulisan itu

dalam kerangka tulisan.

5) Menuliskan draf kasar tulisan.20

f. Asas-asas Mengarang yang Efektif

Asas adalah suatu dalil yang dinyatakan dengan istilah umum

tanpa menyarankan sesuatu cara tertentu yang dapat diterapkan pada

suatu kegiatan untuk menjadi pedoman bagi pelaksanaan kegiatan.

Ada 3 asas utama dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah 3C,

yaitu:

1) Clarity (kejelasan)

Kejelasan merupakan ciri tunggal yang terpenting dari

penulisan yang baik, hal ini dapat membantu dalam penyampaian

pikiran dari penulis dan pembicara kepada pembaca dan

pendengar.

2) Conciseness (Keringkasan)

Keringkasan berarti bahwa sesuatu karangan tidak

menghamburkan kata-kata secara semena-mena, tidak mengulang-

ulang butir ide yang dikemukakan dan tidak berputar-putar dalam

menyampaikan sesuatu gagasan dengan berbagai kalimat yang

berkepanjangan.

3) Corretness (Ketepatan)

Asas ketepatan mengandung ketentuan bahwa sesuatu

penulisan harus dapat menyampaikan buitr-butir gagasan kepada

pembaca dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksud

oleh penulisnya.21

g. Penulisan Karangan yang Jelas

Setiap karangan pada dasarnya adalah serangkaian ide

seseorang yang telah ditata dan dituangkan menjadi sebuah garis besar,

sehingga menjadi alinea-alinea yang dapat dibedakan menjadi 3

kelompok: (1) Alinea awal (merupakan pembukaan karangan).(2)

20Dalman, Keterampilan,.... hlm.86-8921The Liang Gie, Terampil,..... hlm.33-36

16

Page 18: Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

Alinea tengah (bisa lebih daripada satu alinea bilaman pokok-pokok

pikiran yang akan diuraikan cukup luas). (3)Alinea akhir (bagian

penutup karangan).

Suatu karangan yang jelas sekurang-kurangnya mempunyai 4

ciri yaitu:

1) Mudah, karangan yang jelas ialah yang mudah dimengerti oleh

pembaca.

2) Sederhana, karangan yang jelas tidak berlebih-lebihan dengan

kalimat-kalimat dan kata-kata.

3) Langsung, karangan yang jelas ialah yang tidak berbelit-belit

ketika menyampaikan pokok soalnya.

4) Tepat, karangan yang jelas ialah yang dapat melukiskan secara

betul ide-ide yang terdapat dalam pikiran penulis.22

Dalam menyusun kalimat, penulis harus memperhatikan hal-

hal berikut:

1) Kalimat-kalimat pendek.

2) Bahasa biasa yang mudah dipahami orang.

3) Bahasa sederhana dan jernih pengutarannya.

4) Bahasa tanpa kalimat majemuk.

5) Bahasa dengan kalimat aktif, bukan pasif.

6) Bahasa padat dan kuat.

7) Bahasa positif, bukan negatif.23

h. Penggolongan Karangan

Karangan berdasarkan bentuk dapt digolongkan menjadi:

1) Cerita (narasi)

Sebagaimana yang disampaikan Finosa dalam buku

Keterampilan Menulis karya Dalman bahwa Karangan narasi

adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan,

mengisahkan, dan merangkaikan tindak-tanduk perbuatan

manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau

berlangsung dalam suatu kesatuan waktu. Contoh karangan

22Ibid., hlm.79-8423Dalman, Keterampilan,.....hlm.90

17

Page 19: Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

Narasi yakni Roman, Novel, Naskah Drama dan lain-lain.

Prinsip-prinsip dasar narasi yaitu:

a) Alur (plot), merupakan rangkaian pola tindak-tanduk yang

berusaha memecahkan konflik dalam narasi.

b) Penokohan, salah satu ciri khas narasi adalah menceritakan

tokoh cerita bergerak dalam suatu rangkaian peristiwa dan

kejadian.

c) Latar, ialah tempat dan waktu terjadinya perbuatan tokoh atau

peristiwa yang dialami tokoh.

d) Titik Pandang, ialah siapa yang menceritakan kisah atau

cerita.24

2) Lukisan (Deskripsi)

Menurut Finosa deskripsi adalah bentuk tulisan yang

bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca

dengan jalan melukiskan hakekat objek yang sebenarnya.

Karangan deskripsi dibagi menjadi dua macam yakni deskripsi

tempat (seperti : candi borobudur, menara Eiffel, pantai

Parangtritis dan sebagainya). Kedua deskripsi orang ( seperti:

Soekarno, Meriam Bellina dan sebagainya). 25

3) Paparan (Eksposisi)

Menurut Akadiah dalam buku Keterampilan Menulis

karya Dalman mengungkapkan bahwa karangan eksposisi adalah

suatu corak karangan yang menerangkan atau menginformasikan

sesuatu hal yang memperluas pandangan, wawasan atau

pengetahuan pembaca. Contoh karangan eksposisi seperti resep

pembuatan makanan, identitas suatu hal.26

4) Bincangan (Argumentasi)

Karangan argumentasi disebut karangan alasan.

Sebagaimana yang diungkapkan Kosasih dalam buku Dalman

bahwa karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan

24Ibid., hlm.105-10825Ibid., hlm. 93-9626Dalman, Keterampilan,.....hlm. 119

18

Page 20: Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

untuk membuktikan suatu kebenaran sehingga pembaca meyakini

kebenaran itu. Contoh karangan Argumentasi adalah opini.27

5) Persuasi

Sebagaimana yang disampaikan oleh Finosa dalam buku

Dalman bahwa karangan persuasi adalah karangan yang bertujuan

membuat pembaca percaya, yakin dan terbujuk akan hal-hal yang

dikomunikasikan yang berupa fakta pendapat atau gagasan

ataupun perasaan seseorang. Contoh paragraf persuasi tentang

ajakan untuk hidup sehat, pencegahan narkoba dan sebagainya. 28

C. PENUTUP

1. Kesimpulan

Dalam teknik keterampilan bahasa dalam konteks menulis terdapat

bermacam pembahasan, antara lain :

a. Keterampilan dasar menulis yang terdiri dari menjipak, menyalin

kalimat, Memperluas kalimat dan Membuat kalimat.

b. menulis cerita berdasar gambar berseri, menulis berdasarkan foto,

menulis catatan harian dan meringkas tulisan.

c. Mengarang atau disebut menyampaikan gagasan dengan

menggunakan bahasa tulis.

Dengan adanya keterampilan menulis diatas, dapat menjadi

pedoman dalam pembelajaran menulis di tingkat sekolah dasar. Dimana

keterampilan menulis dapat ditumbuhkan melalui hal-hal kecil terlebih

dahulu.

2. Saran

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar, hendaknya

lebih ditekankan untuk menumbuhkan minat menulis melalui hal-hal kecil

telebih dahulu. Seperti membiasakan untuk menulis catatan harian,

menulis cerita berdasar gambar dan mengarang.

27Ibid., hlm.13728Ibid., hlm.145

19

Page 21: Teknik Pembelajaran Bahasa Menulis

DAFTAR PUSTAKA

Azhar Arsyad. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Dalman. 2014. Keterampilan Menulis. Jakarta: Rajawali Press.

Zaenal Arifin dan S. Amran. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo

Femi Olivia. 2009. Teknik Meringkas: Pandai Memangkas Tumpukan Buku Pelajaran Selangkah demi Selangkah dengan Rumus 4P Supaya Belajar Jadi Ringan. Jakarta: Gramedia.

file.upi.edu/Direktori/Dual-modes/Membaca dan Menulis di SD/BBM7.pdf

Gorys Keraf. 1973. Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende: Nusa Indah.

Hasan Alwi dkk,. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Hernowo. 2006. Quantum writing: Cara Cepat nan Bermanfaat untuk Merangsang Munculnya Potensi Menulis. Bandung: Mizan.

Kegiatan Pengembangan Sistem dan Standar Pengelolaan Sekolah Dasar Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional, Panduan untuk Guru Membaca dan Menulis Permulaan untuk Sekolah Dasar Kelas 1,2,3 (Jakarta , 2009) , hlm 18.

M. Ngalim Purwanto dan Djeniah Alim. 1997. Metodelogi pengajaran bahasa Indonesia : di sekolah dasar. Jakarta: PT. Rosda Jayaputra.

M. Ramlan Karyono. 1985. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta: CV. Karyono.

Rick Wormeli. 2011. Meringkas Mata Pelajaran: 50 Teknik untuk Meningkatkan Pembelajaran Siswa. Jakarta: Erlangga.

The Liang Gie. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.