19
BAB 1 ISI A. Teknik Metode Aseptik Teknik aseptis atau steril adalah suatu sistem cara bekerja atau praktek yang menjaga sterilitas ketika menangani pengkulturan mikroorganisme untuk mencegah kontaminasi terhadap kultur mikroorganisme yang diinginkan. Dasar digunakannya teknik aseptik adalah adanya banyak partikel debu yang mengandung mikroorganisme (bakteri atau spora) yang mungkin dapat masuk ke dalam cawan, mulut erlenmeyer, atau mengendap di area kerja. Pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan ini dapat mempengaruhi atau mengganggu hasil dari suatu percobaan. Mikroorganisme dapat juga ”jatuh” dari tangan operator, sarung tangan atau jas laboratorium karena pergerakan lengan yang relatif cepat. Penggunaan teknik aseptik meminimalisir material yang digunakan terhadap agen pengontaminasi. Pada kenyataanya teknik aspetis tidak dapat melindungi secara sempurna dari bahaya kontaminan. Namun semakin banyak belajar dari pengalaman maka semakin mengurangi resiko yang ditimbulkan. Teknik aseptis seharusnya digunakan saat kita bekerja dengan mikroorganisme hidup dan dengan segala media pertumbuhannya, digunakan ketika kita tidak ingin larutan dari suatu botol tidak berubah sifat akibat aktivitas mikroorganisme, seperti saat membuat buffer meskipun buffer dengan konsentrasi garam 1

Teknik Metode Aseptik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Teknik Metode Aseptik

Citation preview

BAB 1

ISI

A. Teknik Metode Aseptik

Teknik aseptis atau steril adalah suatu sistem cara bekerja atau praktek yang menjaga

sterilitas ketika menangani pengkulturan mikroorganisme untuk mencegah kontaminasi

terhadap kultur mikroorganisme yang diinginkan. Dasar digunakannya teknik aseptik adalah

adanya banyak partikel debu yang mengandung mikroorganisme (bakteri atau spora) yang

mungkin dapat masuk ke dalam cawan, mulut erlenmeyer, atau mengendap di area kerja.

Pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan ini dapat mempengaruhi atau mengganggu hasil

dari suatu percobaan. Mikroorganisme dapat juga ”jatuh” dari tangan operator, sarung tangan

atau jas laboratorium karena pergerakan lengan yang relatif cepat. Penggunaan teknik aseptik

meminimalisir material yang digunakan terhadap agen pengontaminasi. Pada kenyataanya

teknik aspetis tidak dapat melindungi secara sempurna dari bahaya kontaminan. Namun

semakin banyak belajar dari pengalaman maka semakin mengurangi resiko yang ditimbulkan.

Teknik aseptis seharusnya digunakan saat kita bekerja dengan mikroorganisme hidup dan

dengan segala media pertumbuhannya, digunakan ketika kita tidak ingin larutan dari suatu

botol tidak berubah sifat akibat aktivitas mikroorganisme, seperti saat membuat buffer

meskipun buffer dengan konsentrasi garam tinggi atau mengandung deterjen. Selain itu,

tteknik aseptis juga digunakan pada saat kita bekerja menggunakan agen atau senyawa yang

berbahaya seperti bahan kimia beracun atau bahan radioaktif. Tentu saja perlindungan diri

sendiri dari bahaya senyawa ini lebih penting. Teknik aseptik ini dilakukan guna melindungi

dari dari kontaminan. Sumber kontaminan sendiri ada beberapa macam, yaitu eksplan,

mikroba, alat kultur , lingkungan kerja dan kecerobohan pelaksanaan. Teknik aspetik sendiri

ada beberapa macam, yaitu terdiri dari beberapa teknik sterilisasi. Beberapa metode sterilisasi

tersebut, yaitu

1) Panas Basah

Metode ini dengan menggunakan uap air. Misalnya dengan menggunakan autoclave.

Pada metode sterilisasi ini hampir semua mikroba mati pada suhu 121 derajat celcius.

1

Lamanya wktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi tergantung pada volume yang akan

disterilisasikan.

Jenis Waktu Suhu

20-75 ml 15-20 menit 121 C

75-100 ml 20-25 menit 121 C

500-5000 ml 25-35 menit 121 C

Alat gelas atau kertas 30 menit 121 C

2) Panas Kering

Metode sterilisasi ini menggunakan oven. Alat-alat yang dapat disterilisasikan adalah

alat yang tidak mudah terbakar. Lama pemanasannya sendiri adalah 45 menit pada

suhu 160 derajat celcius. Tahapan sterilisasi menggunakan nyala adalah alat terlebih

dahulu dicelupkan ke dalam alkohol 70% kemudian dibakar. Sterilisasi ini digunakan

selama kegiatan inokulasi.

3) Bahan Kimia

Bahan kimia dipakai untuk sterilisasi permukaan saja, seperti material tanaman,

instrumen, tangan pekerja dan ruang atau kotak transfer. Bahan kimia yang biasana

digunakan adalah alkohol , kalsium hipoklorida, natrium hipoklorida, hidrogen

peroksida, sublimat dan chlorox.

4) Cahaya

Metode ini digunakan pada ruang dan kotak transfer dengan menggunakan sinar

ultraviolet.

Alat atau bagian-bagian yang harus disterilkan adalah

1) Sterilisasi Lingkungan Kerja

- Sterilisasi ruang penabur

Sterilisasi ini menggunakan sinar UV selama 1 sampai 1,5 jam

- Sterilisasi Entkas

Sterilisai ini dengan diberi formalin tablet terlebih dahulu sebelum digunakan,

setelah itu dilakukan penyemprotan dengan formalin 10 % dan alkohol 70%

(perbandingan 1:1) selama 10 menit.

2

- Sterilisasi laminair air flow

Sterilisasi ini dilakukan dengan menyemprot alkohol 70% dan disinari lampu

UV selama setengah sampai satu jam sebelum penggunaan.

2) Sterilisasi Media dan Alat

- Dissecting set and Glass Ware

Sterilisasinya menggunakan autoclave 121 C sekitar 20 sampai 30 menit.

Dissecting set lalu disimpan di oven dengan suhu 106 C selama beberapa

menit.

- Dissecting set (pinset dan gunting)

Sterilisasinya dilakukan dengan cara mencelupkan ke dalam alkohol 96 % lalu

dibakar terlebih dahulu sebelum digunakan.

3) Sterilisasi Eksplan

- Sterilisasi secara Mekanis

Sterilisasi ini digunakan untuk eksplan yang kerras dengan cara membakar di

atas bunsen.

- Sterilisasi dengan Kimiawi

Sterilisasi ini digunakan untuk eksplan yang lunak, misalnya daun, petiole,

node, dan lain-lain.

Ruang lingkup asepsis dapat dibagi menjadi dua, yaitu asepsi medis dan asepsi bedah.

Asepsis medis dimaksudkan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. Contoh tindakan

dari asepsis medis adalah mencuci tangan, mengganti linen, menggunakan cangkir untuk

obat. Ojek dinyatakan terkontaminasi jika mengandung atau diduga mengandung patogen.

Sedangkan asepsis bedah adalah teknik steril yang merupakan prosedur untuk membunuh

mikroorganisme. Sterilisasi membunuh semua mikroorganisme dan spora. Tteknik ini

digunakan untuk tindakan invasif. Objek terkontaminasi jika tersentuh oleh benda tidak steril.

Prinsip- prinsip asepsis bedah adalah sebagai segala alat yang digunakan harus steril, alat

yang steril akan tidak steril bila tersentuh dan alat yang steril harus berada pada area yang

steril. Prinsip-prinsip tindakan asepsis pada umumnya adalah

• Semua benda yang menyentuh kulit yang merekah atau dimasukkan ke dalam kulit

untuk menyuntikkan sesuatu ke dalam tubuh, atau yang dimasukkan ke dalam rongga

badan yang dianggap steril, haruslah steril.  

• Jangan sekali-kali menjauhi atau membelakangi tempat yang steril.

3

• Peganglah objek-objek yang steril, setinggi atas pinggang dengan demikian objek-

objek itu selalu akan terlihat jelas dan ini mencegah terjadinya kontaminasi diluar

pengawasan.

• Hindari berbicara, batuk, bersin atau menjangkau suatu objek yang steril

• Jangan sampai menumpahkan larutan apapun pada kain atau kertas yang sudah steril

• Bukalah bungkusan yang steril sedemikian rupa, sehingga ujung pembungkusnya

tidak mengarah pada si petugas

• Objek yang steril menjadi tercemar, jika bersentuhan dengan objek yang tidak steril

• Cairan mengalir menurut arah daya tarik bumi, jika forcep dipegang sehingga cairan

desinfektan menyentuh bagian yang steril, maka forcep itu sudah tercemar

B. Pencucian Tangan

Tangan merupakan sumber utama penyebaran penyakit. Pencucian tangan sangat penting

sebagai hygiene pribadi setiap orang dan juga sebagai prosedur pencegahan pertama dalam

perawatan gigi dan kesehatan pada umumnya. Mencuci tangan umumnya dilakukan saat

sebelum makan, sebelum menyiapkan makanan, setelah memegang daging mentah, sebelum

dan setelah menyentuh orang sakit, sesudah menggunakan kamar mandi, setelah batuk atau

bersin atau membuang ingus, setelah mengganti popok atau pembalut, sebelum dan setelah

mengobati luka, setelah membersihkan atau membuang sampah, setelah menyentuh hewan

atau kotoran hewan. Menurut Nursalam dan Ninuk (2007), ada tiga cara cuci tangan yang

dilaksanakan sesuai kebutuhan, yaitu

1) Cuci tangan higienik atau rutin

Cara cuci tangan ini bertujuan mengurangi kotoran dan flora yang ada ditangan dengan

menggunakan sabun atau detergen. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

Basahi tangan dengan air di bawah kran atau air mengalir.

Ambil sabun cair secukupnya untuk seluruh tangan. Akan lebih baik bila sabun

mengandung antiseptik.

Gosokkan kedua telapak tangan.

Gosokkan sampai ke ujung jari.

4

Telapak tangan tangan menggosok punggung tangan kiri (atau sebaliknya) dengan

jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan kiri. Gosok sela-

sela jari tersebut. Lakukan sebaliknya.

Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci.

Usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak kiri dengan gerakan berputar. Lakukan

hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri.

Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan kedepan,

kebelakang dan berputar. Lakukan sebaliknya.

Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan memutar.

Lakukan pula untuk tangan kiri.

Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir.

Keringkan tangan dengan menggunakan tissue dan bila menggunkan kran, tutup kran

dengan tissue.

Mengeringkan dengan tissue lebih baik dibandingkan mengeringkan tangan

menggunakan mesin pengering tangan yang umum ada di mal. Karena mesin pengering

tangan yang dipakai secara umum menampung banyak bakteri yang dapat menularkan ke

orang lain.

Gambar. Langkah-langkah mencuci tangan rutin.

5

2) Cuci tangan aseptik

Cara mencuci tangan ini adalah cuci tangan sebelum tindakan aseptik pada pasien dengan

menggunakan antiseptic. Menurut Tiedjen, dkk (2004), teknik untuk melakukan penggosokan

tangan antiseptik adalah:

a)  Gunakanlah penggosok antiseptik secukupnya untuk melumuri seluruh

permukaan tangan dan jari jemari (kira-kira satu sendok teh).

b)  Gosokanlah larutan tersebut dengan cara menekan pada kedua belah

tangan, khususnya diantara jari jemari dan dibawah kuku hingga kering

Cuci tangan aseptik pada dasarnya sama dengan cuci tangan biasa yaitu dengan

menggunakan air mengalir dan sabun atau deterjen yang mengandung bahan antiseptik

(klorheksidin, iodofor atau triklosan) selain sabun biasa.

3) Cuci tangan bedah

Teknik ini digunakan sebelum melakukan tindakan bedah, teknik ini menggunakan pula cara

aseptik dengan antiseptik dan sikat steril. Langkah-langkah dari cuci tangan bedah adalah

• Buka semua perhiasan dan bersihkan kuku dengan cermat

• Sikat tangan, kuku dan lengan bawah dengan cairan antimikroba untuk

pembedahan dan sikat steril yang lembut atau karet busa steril selama 5-7

menit dengan gosokan dan bilasan lalu ulangi sampai beberapa kali

• Bilas tangan dan lengan dengan air mengalir yang dingin-suam kuku, mulai

dari ujung jari dan dengan mengupayakan tangan tetap lebih tinggi dari

siku.Biarkan air mengalir dari siku bukan dari tangan

• Keringkan tangan, kemudian lengan bawah dengan handuk kertas steril dan

gunakan kertas tersebut untuk mematikan tombol kran

• Gunakan sarung tangan steril dengan memasukkan tangan ke dalam sarung

tangan yang dipegang di sekitar pergelangan oleh asisten yang sudah memakai

sarung tangan steril

• Periksa sarung tangan apakah tidak berlubang dan jangan menyentuh barang

atau permukaan terkontaminasi lainnya sebelum perawatan pasien

6

C. Pemilihan Sarung Tangan

Di dalam kedokteran gigi, ada beberapa macam sarung tangan yng sering digunakan

saat seorang dokter gigi bekerja. Jenis-jenis sarung tangan tersebut adalah sarung tangan

latex , sarung tangan steril dan sarung tangan heavy duty. Sarung tangan latex adalah

sarung tangan disposable yang terbuatdari latex (getah karet) dengan kualitasproduk

standard ISO 9001. Selain ISO 9001, sarung tangan karet medis sudah teregistrasi

DEPKES RI AKE No. 10902700300. Sarung tangan latex sering kali digunakan pada saat

dokter gigi memeriksa mulut pasien atau merawat pasien tanpa kemungkinan terjadinya

perdarahan atau dapat juga digunakan di laboratorium. Untuk di laboraturium, Jenis karet

yang digunakan pada sarung tangan, diantaranya adalah karet butil atau alam, neoprene,

nitril, dan PVC (Polivinil klorida). Semua jenis sarung tangan tersebut dipilih berdasarkan

bahan kimia yang akan ditangani.

Gambar. Sarung tangan latex

Sarung tangan steril digunakan pada saat melakukan tindakan bedah atau mengantisipasi

kemungkinan terjadinya perdarahan pada perawatan. Sarung tangan steril digunakan untuk

mencegah penularan kuman dari tangan kita ke obyek atau orang yang kita kerjakan.

7

Gambar. Sarung tangan steril

Sarung tangan heavy duty dipakai saat harus membersihkan alat, permukaan kerja atau

bila menggunakan bahan kimia .

Gambar. Sarung tangan heavy duty

D. Jenis-jenis Sarung Tangan

Ada beberapa macam jenis sarung tangan. Setiap jenis sarung tangan memiliki

perbedaannya masing-masing. Jenis sarung tangan ada tiga, yaitu sarung tangan bedah,

sarung tangan pemeriksaan, dan sarung tangan rumah tangga. Sarung tangan bedah dipakai

saat melakukan tindakan invasif atau pembedahan. Untuk sarung tangan bedah, ukuran dapat

disesuaikan agar gerakan tangan salam prosedur bedah tidak terhalang atau terhambat

(bebas). Namun, harga dari sarung tangan ini lebih mahal. Sarung tangan pemeriksaan

dipakai saat melakukan pemeriksaan atau pekerjaan rutin. Harga sarung tangan pemeriksaan

lebih murah sampai 25-33%. Untuk sarung tangan pemeriksaan biasanya terdapat ukuran

S,M,L.

Sarung tangan rumah tangga dipakai sewaktu memroses peralatan, menangani bahan-

bahan terkontaminasi, dan sewaktu membersihkan permukaan yang terkontaminasi. Sarung

tangan pemeriksaan ini harganya murah, dapat dicuci dan dipakai berulang. Permukaan tebal

dari sarung tangan pemeriksaan digunakan untuk melindungi petugas kebersihan.

8

Prosedur pemakaian sarung tangan bedah atau steril ada beberapa tahapan, yaitu

• Pertama-tama kita mencuci tangan terlebih dahulu

• Siapkan area yang cukup luas, bersih dan kering untuk membuka paket

sarung tangan

• Buka pembungkus sarung tangan

• Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang pada sisi sebelah dalam

lipatannya

• Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan menggantung ke lantai

• Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-jari tangan yang

sudah memakai sarung tangan ke bagian lipatannya

Gambar. Tahapan memakai sarung tangan bedah

Setelah prosedur tindakan telah selesai, sarung tangan harus dilepas dan dibuang.

Tidak dibenarkan untuk menggunakan kembali sarung tangan yang telah dipakai. Beberapa

cara melepas sarung tangan , yaitu

• Pegang bagian luar dari satu manset dengan tangan yang bersarung tangan,

hindari menyentuh pergelangan tangan

9

• Lepaskan sarung tangan, balikan menjadi bagian dalam keluar. Buang ke

pembuangan

• Dengan jari yang telah lepas tersebut ambil bagian dalam dari sarung tangan

yang masih dikenakan lepaskan sarung tangan bagian dalam keluar. Buang ke

tempat pembuangan

E. Asepsis dan Teknik Aseptik

Istilah ini adalah istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan upaya kombinasi

untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam area tubuh manapun yang sering

menyebabkan infeksi . Tujuan asepsis adalah membasmi jumlah mikroorganisme pada

permukaan hidup (kulit dan jaringan) dan obyek mati (alat-alat bedah dan barang-barang

yang lain). Sedangkan arti dari antisepsis adalah proses menurunkan jumlah mikroorganisme

pada kulit, selaput lendir atau jaringan tubuh lainnya dengan menggunakan bahan

antimikrobial (antiseptik).

Beberapa kriteria yang diterapkan dalam pemilihan antiseptik adalah aksi yang luas

(menghambat mikroorganisme secara luas gram positif. Negatif, Tb, fungi, endospora),

efektivitas , kecepatan aktivitas awal , efek residu (aksi yang lama setelah pemakaian untuk

meredam pertumbuhan ), tidak mengakibatkan iritasi kulit , tidak menyebabkan alergi ,

efektif sekali pakai, dan tidak perlu diulang.

Beberapa macam larutan antiseptik yang ada di pasaran adalah

• Alkohol (60%- 90%)

Digunakan secara luas di kedokteran gigi sebagai antiseptic untuk kanulasi, injeksi,

dan untuk menggosok tangan. Alcohol menghasilkan aktivitas antimicrobial spectrum

luas terhadap bakteri vegetative (termasuk Mycobacteria), virus, dan fungi, namun

tidak bersifat sporicidal melainkan bersifat sporostatic menghambat sporulasi dan

germinasi spora. Banyak produk alcohol divampurkan dengan low level biocide lain

seperti Chlorhexidine atau aldehyde dan digunakan sebagai desinfektan. Selain

sifatnya yang tidak sporicidal, kekurangan dari agen antiseptic ini juga adalah mudah

10

terbakar, dan cepat menguap. Namun dibalik itu semua, keuntungan dari alkohol

sehingga bahan ini masih tetap digunakan adalah murah, mudah didapat, dan dapat

larut oleh air.

• Setrimid/klorheksidin Glukonat (2-4%) , contohnya Hibiscrub, Hibitane

• Heksaklorofen (3%), contohnya pHisoHex

• Kloroksilenol (Para-kloro-metaksilenol atau PCMX), contohnya Dettol. Namun

larutan ini tidak bisa digunakan untuk antisepsis vagina karena dapat membuat iritasi

pada selaput lendir yang akan mempercepat pertumbuhan mikroorganisme dan tidak

boleh digunakan pada bayi baru lahir.

• Iodofor (7,5-10%), contohnya Betadine

• Larutan yang berbahan dasar alkohol (tingtur) seperti iodine, contohnya Yodium

tinktur

• Golongan Bisphenol : Triclosan

Triclosan bersifat aktif terhadap bakteri Gram (+) dan harus dicampur dengan EDTA

untuk meningkatkan keaktifannya terhadap bakteri Gram (-). Agen ini berefek utama

pada membrane sitoplasmik bakteri dengan menghambat penyaluran bahan makanan

berakibat pada kematian sel.

• Golongan Anilides : Triclocarban / TCC

Agen antiseptic ini sudah jarang digunakan. TCC dapat ditemukan sebagai bahan aktif

dalam sabun dan deodorant. TCC aktif terhadap bakteri Gram (+) namun kurang aktif

terhadap bakteri Gram (-) dan fungi. TCC diserap oleh bakteri dan menghancurkan

membrane sitoplasmik yang berujung pada kematian sel.

• Golongan Biguanides : Chlorhexidine

Digunakan di kedokteran gigi sebagai agen antiseptic dan agen antiplak. 0,4%

Chlorhexidine solution pada detergen digunakan untuk surgical scrub (Hibiscrub).

0,2% Chlorhexidine Gluconate pada aqueous solution digunakan sebagai agen

11

antiplak. Agen ini aktif terhadap bakteri Gram (+) dan Gram (-), dan fungi (Candida),

namun tidak aktif terhadap Mycobacterium. Agen ini tidak bersifat sopricidal.

Substantivitasnya pada rongga mulut dikarenakan adanya absorpsiagen ini ke lapisan

hydroxiapatite dan mucus salivarius.

• Golongan Diamidines : Propamidine

Menurut Hugo dan Russell, golongan diamidine digunakan sebagai terapi topical pada

luka

• Golongan Halogen Releasing Agents : Chlorine Compounds

• Golongan Halophenol : Chloroxylenol (PCMX)

Chloroxylenol merupakan golongan halophenol yang tidak meingiritasi, memiliki

aktivitas yang lemah terhadap banyak bakteri dan digunakan untuk antiseptic

domestic yang terbatas. Contoh agen ini adalah Dettol.

• Golongan Heavy Metal Derivates : Silver Compounds

• Golongan Quaternary Ammonium Compounds / QAC

Surface active agents / surfactants memiliki 2 regio pada struktur molekularnya, yaitu

hidrofobik dan hydrofilik. Berdasarkan derajat ionisasi pada region hidrofilik,

surfaktsan diklasifikasikan menjadi 4 komponen, yaitu kationik, anionic, nonionic,

dan ampholitik. Dari keempat ini, agen kationik, yaitu QAC paling banyak digunakan

sebagai agen antiseptic dan desinfektan. Agen ini bersifat aktif pada membrane

sitoplasmik sel bakteri dan menyebabkan lisis sel bakteri. Agen ini bersifat

sporostatic, mybocteriostatic, dan berefek pada virus berenvelop (HIV dan HBV).

12

Daftar Pustaka

13