10
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) merupakan kelompok umur yang paling pesat peningkatan populasinya, ditahun 2025 akan terdapat sekitar 1,2 milyar penduduk dunia berusia 60 tahun keatas dan diprediksikan jumlah lansia akan terus meningkat dua kali lipat pada tahun 2050 menjadi 2 milyar jiwa (WHO, 2012). 80% dari total jumlah lansia diantaranya tinggal dinegara-negara berkembang (Wreksoatmodjo, 2013). Populasi lansia Asia Tenggara sendiri mencapai 8% atau sekitar 142 juta jiwa (Kemenkes, 2013). Indonesia yang berpenduduk 231,4 juta jiwa juga akan mengalami peningkatan penduduk lansia. Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2010 diperkirankan 18,5 juta jiwa, sekitar 7% dari jumlah seluruh penduduk. Proporsi lansia tersebut akan terus meningkat mencapai 11,34% di tahun 2020 (Wreksoatmodjo, 2013). Pada tahun 2021 populasi lansia Indonesia merupakan urutan ke 4

teh dan kognitif fungsi pada lansia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bab 1

Citation preview

Page 1: teh dan kognitif fungsi pada lansia

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lanjut usia (lansia) merupakan kelompok umur yang paling pesat

peningkatan populasinya, ditahun 2025 akan terdapat sekitar 1,2 milyar penduduk

dunia berusia 60 tahun keatas dan diprediksikan jumlah lansia akan terus

meningkat dua kali lipat pada tahun 2050 menjadi 2 milyar jiwa (WHO, 2012).

80% dari total jumlah lansia diantaranya tinggal dinegara-negara berkembang

(Wreksoatmodjo, 2013). Populasi lansia Asia Tenggara sendiri mencapai 8% atau

sekitar 142 juta jiwa (Kemenkes, 2013).

Indonesia yang berpenduduk 231,4 juta jiwa juga akan mengalami

peningkatan penduduk lansia. Jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2010

diperkirankan 18,5 juta jiwa, sekitar 7% dari jumlah seluruh penduduk. Proporsi

lansia tersebut akan terus meningkat mencapai 11,34% di tahun 2020

(Wreksoatmodjo, 2013). Pada tahun 2021 populasi lansia Indonesia merupakan

urutan ke 4 terbanyak di dunia, mencapai 30,1 juta jiwa. Menjelang tahun 2050

jumlahnya diperkirakan meningkat menjadi lebih dari 50 juta jiwa (Kemenkes,

2013). Penduduk lansia di provinsi Riau pada tahun 2012 berjumlah 252,3 ribu

jiwa dan 14,1% berada di kota Pekanbaru atau berkisar 36,6 ribu jiwa (BPS,

2014).

Indonesia termasuk kedalam negara berstruktur tua (ageing population)

karena persentase penduduk lansia melebihi 7% dari jumlah penduduk. Hal

tersebut mencerminkan semakin tingginya rata-rata Usia Harapan Hidup (UHH)

Page 2: teh dan kognitif fungsi pada lansia

2

atau Angka Harapan Hidup (AHH) yang merupakan salah satu gambaran

keberhasilan pembangunan nasional, namun peningkatan UHH ini mengakibatkan

terjadinya transisi epidemiologi dalam bidang kesehatan akibat meningkatnya

jumlah angka kesakitan karena penyakit degeneratif. Perubahan struktur

demografi ini diakibatkan oleh meningkatnya populasi lansia itu sendiri dengan

menurunnya angka kematian serta penurunan jumlah kelahiran (Kemenkes, 2013).

Semakin banyaknya jumlah lansia ini artinya akan banyak pula masalah

kesehatan lansia yang akan muncul (WHO, 2012; Kemenkes, 2013). Penyakit

yang mendominasi pada kelompok lansia adalah golongan penyakit tidak

menular, penyakit kronik, dan degeneratif seperti hipertensi, artritis, stroke,

Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK), diabetes militus, kanker, penyakit

jantung koroner, batu ginjal, gagal ginjal, dan gagal jantung (Kemenkes, 2013).

Lansia juga dapat kehilangan kemampuan mereka untuk hidup mandiri karena

berbagai sebab seperti mobilitas yang terbatas, kelemahan, masalah fisik, dan

kesehatan mental (WHO, 2012). Salah satu masalah kesehatan mental pada lansia

dan merupakan termasuk kedalam golongan penyakit degeneratif adalah

gangguan fungsi kognitif (Kuriyama et al., 2006; Kim et al., 2004). Penyakit-

penyakit yang mendominasi pada lansia seperti yang sudah disebutkan diatas juga

merupakan faktor resiko dari terjadinya gangguan fungsi kognititf

(Wreksoadmodjo, 2013). Willekens et al (2010) menyatakan bahwa gangguan

fungsi kognitif pada lansia merupakan penyebab utama ketidakmampuan dalam

melakukan aktifitas normal sehari-hari sehingga lansia tidak dapat mandiri dalam

melakukan kegiatan normalnya.

Page 3: teh dan kognitif fungsi pada lansia

3

Ketika memasuki usia 50 tahun mulai terjadi proses penuan pada jaringan

sehingga jaringan mulai tidak dapat memperbaiki diri sendiri lagi. Kemunduran

fungsi kognitif merupakan bentuk gangguan fungsi kognitif yang paling ringan

dapat berupa seperti mudah lupa (forgetfulness), yang dikeluhkan 39% orang

dengan usia 50-59 tahun, dan meningkat 85% pada usia diatas 80 tahun. Mudah

lupa ini merupakan proses normal pada proses penuan yang dapat berlanjut

menjadi gangguan kognitif ringan (Mild Cognitive impairment-MCI) yang

termasuk kedalam proses transis dari normal menjadi demensia. Kemunduran

fungsi kognitif mulai progresif saat memasuki usia 65 tahun dimana pada usia ini

merupakan insiden munculnya demensia khususnya dementia tipe Alzheimer

yang di keluhkan 0,3%-0,6% lansia berusia 65-69 dan meningkat 5,3%-7,5% pada

usia 85-90 tahun (Basset et al., 2006). Segala bentuk kemunduran fungsi kognitif

ini juga mempengaruhi aktivitas sosial lansia itu sendiri, seperti terganggunya

interaksi mereka dengan anggota keluarga dan lingkungan tempat tinggal

(Wreksoatmodjo, 2013).

Machmud (2006) dalam Bangun (2013) menyatakan Indonesia merupakan

negara penghasil teh terbesar keenam di dunia dengan tingkat konsumsi teh orang

Indonesia mencapai 0,8 kg/kapita/tahun. Teh merupakan minuman yang paling

banyak dikonsumsi setelah air putih didunia (Kim et al., 2004). Hal ini juga

terjadi di Indonesia, orang Indonesia memiliki kebiasaan mengonsumsi teh setiap

hari. Mengonsumsi teh secara teratur memiliki banyak manfaat, selain bermanfaat

sebagai antioksidan pada sistem saraf teh juga dapat bermanfaat bagi kesehatan

lainnya seperti antikanker, penyakit jantung koroner, serta pada kejadian

Page 4: teh dan kognitif fungsi pada lansia

4

osteoporosis. Beberapa penelitian menunjukkan, mengonsumsi teh secara teratur

dapat menurunkan risiko gangguan fungsi kognitif, hal tersebut diperlihatkan dari

penelitian yang dilakukan pada lansia etnis Chinese di Singapura (Ng et al.,

2008). Teh mengandung polifenol yang merupakan salah satu bahan alami yang

memiliki efek antioksidan yang kuat, dan juga bermanfaat sebagai agen

neuroprotektif pada sistem saraf selain itu teh juga mengandung vitamin C,

vitamin E, serta kafein yang juga bermanfaat bagi sistem saraf dalam membantu

mencegah penurunan fungsi kognitif (Ng et al., 2008; Kuriyama et al., 2006).

Sebagian besar lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Khusnul

Khotimah Pekanbaru memiliki riwayat kebiasaan minum teh, tetapi belum pernah

diteliti pengaruh durasi dan frekuensi mengonsumsi teh dengan fungsi kognitif,

maka penelitian ini akan dilakukan.

1.2 Rumusan Masalah

Mengingat pesatnya peningkatan jumlah populasi lansia, akan makin

meningkatkan pula jumlah masalah kesehatan pada lansia. Salah satunya adalah

gangguan fungsi kognitif, serta ada banyak penelitian membuktikan teh dapat

memperlambat kemunduran fungsi kognitif. Maka penelitian tentang hal tersebut

akan dilakukan. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, dapat disusun

rumusan masalah sebagai berikut: Apakah ada hubungan durasi dan frekuensi

mengonsumsi teh dengan fungsi kognitif pada lansia di PSTW Khusnul Khotimah

Pekanbaru?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Page 5: teh dan kognitif fungsi pada lansia

5

Untuk membuktikan pengaruh durasi dan frekuensi mengonsumsi teh dengan

fungsi kognitif pada lansia di kota Pekanbaru.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mendeskribsikan karakteristik responden

2. Untuk mengetahui gambaran durasi mengonsumsi teh pada lansia.

3. Untuk mengetahui gambaran frekuensi mengonsumsi teh pada lansia.

4. Menganalisis hubungan durasi dan frekuensi mengonsumsi teh dengan

fungsi kognitif pada lansia di kota Pekanbaru

1.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi kepada lansia tentang manfaat teh dalam mencegah

kemunduran fungsi kognitif

2. Memberikan informasi kepada dokter dan tenaga kesehatan lainnya

tentang manfaat teh dalam mencegah kemunduran fungsi kognitif

1.5 Orisinalitas Penelitian

Penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini

1. Kuriyama et al (2006) meneliti tentang Green Tea Consumption and

Cognitive Function: A Cross-Sectional Study From the Tsurugaya Project

dengan desain Cross Sectional

2. Ng et al (2008) meneliti tentang Tea Consumption and Cognitive

Impairment and Decline in Older Chinese Adults. 2008 dengan desain

Cohort Prospektive

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan ini dengan peneltian sebelumnya

adalah:

Page 6: teh dan kognitif fungsi pada lansia

6

1. Dalam penelitian ini hanya akan menganalisis hubungan durasi dan

frekuensi mengonsumsi teh dengan fungsi kognitif

2. Berbeda dalam hal tempat dan waktu penelitian, jika penelitian

sebelumnya dilakukan di Jepang dan Singapura pada tahun 2006 dan tahun

2008, sedangkan penelitian ini dilakukan di kota Pekanbaru pada tahun

2015.

3. Penelitian sebelumnya dilakukan dengan desain Cross Sectional dan

Cohort Prospective sedangkan pada penelitian ini dilakukan dengan desain

observational analytic

4. Penelitian sebelumnya dilakukan analisis multivariat sedangkan pada

penelitian ini dilakukan analisis bivariat.

5. Penelitian sebelumnya memiliki sampel 1003 orang Jepang dengan usia

diatas 70 tahun dan 1438 lansia etnis Chinese dengan usia diatas 55 tahun.

Page 7: teh dan kognitif fungsi pada lansia

7