9
Jurnal Seni Budaya 182 Volume 15 Nomor 2, Desember 2017 TARI TOPENG IRENG BANDUNGREJO, NGABLAK, MAGELANG Budi Setyastuti Program Pascasarjana Institut Seni Indonesia Surakarta Jl. Ki Hadjar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta, 57126 ABSTRAK Penelitian bertujuan menggali bentuk dan fungsi sosial seni dalam adat budaya Bandungrejo. Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Teknik analisis data menggunakan deskriptif interpretatif. Penarikan simpulan melalui verifikasi, yang aktifitas terdiri dari reduksi data, sajian data dan laporan hasil penelitian. Hasil yang dicapai Topeng Ireng memiliki makna penting bagi kehidupan masyarakat Bandungrejo. Banyak fungsi yang berperan aktif kesenian rakyat Topeng Ireng bagi masyarakat di antaranya fungsi estetis, hiburan, perlambang, pengesahan lembaga sosial dan ritus kehidupan, pengintegrasian masyarakat, ritual, dan pendidikan. Faktor-faktor pendukung dan penghambat baik secara intern dan ekstern meliputi kondisi dan situasi masyarakat setempat dan kehadiran masyarakat desa sekitar. Kata kunci: topeng ireng, upacara adat, fungsi, faktor pendukung dan penghambat. ABSTRACT The research aims to explore the form and function of social arts in Bandungrejo cultural customs. The Research uses qualitative approaches that are descriptive. The method of collecting data used includes observations, interviews, documentation and literature review. The data analysis uses descriptive and interpre- tive. Conclusion withdrawal through verification, the activity consists of data reduction, data presentation and research report results. The results achieved by Topeng Ireng have an important meaning for the life of Bandungrejo. Many functions that play an active role in the folk art of Topeng Ireng are among others aesthetic functions, entertainment, symbolism, ratification of social institutions and rites of life, integration of society, rituals, and education. Supporting and inhibiting factors both internally and externally include the conditions and situation of the local community and the presence of the surrounding village community. Keywords: ireng mask, traditional ceremony, function, supporting and inhibiting factors. A. Pengantar Upacara adat bersih desa merupakan budaya masyarakat Jawa Tengah pada umumnya. Di dalam upacara adat bersih desa, sebagian besar masyarakat percaya akan mendatangkan keselamatan, kedamaian, kebahagiaan dan keberhasilan dalam pertanian. Berbagai bentuk seni ditampilkan yang seluruh paraganya berasal dari masyarakat setempat. Kehadiran penonton dari desa lain yang masih kerabat dan masyarakat umum menambah gairah terselenggaranya bersih desa. Topeng Ireng merupakan salah satu tari yang digunakan untuk pelengkap upacara adat bersih desa. Bentuk Tari Topeng Ireng diilhami oleh tari prajuritan. Formasi penari berbentuk barisan, penari berjalan sepanjang jalan. Topeng Ireng berjenis tari kelompok yang didukung oleh 18 (delapan belas) orang penari laki-laki. Dalam perkembangannya di Bandungrejo Topeng Ireng juga ditarikan oleh dua orang penari wanita. Para penari mengenakan tata rias dan tata busana yang hampir sama, perbedaan terletak pada penggunaan warna pada aksen-aksen tertentu. Topeng Ireng tidak bertema ceritera, durasi pementasan menurut situasi dan keperluannya. Bagi masyarakat Bandungrejo upacara bersih desa merupakan adat budaya yang telah dilakukan secara turun-temurun sejak dahulu kala. Dalam upacara selalu disertai dengan kegiatan gotong-royong membersihkan lingkungan, gotong-royong selamatan, dan pentas seni. Berbagai sesaji, doa menurut ajaran Jawa dan Islam dipanjatkan agar terkabul seluruh cita- cita warga desa. Semua potensi seni dan kemampuan warga desa disumbangkan secara suka rela pada waktu bersih desa. Beberapa faktor pendukung dan penghambat terselenggaranya upacara bersih desa dengan pesta seni selalu muncul, merupakan dinamika kehidupan masyarakat desa. Upacara adat

TARI TOPENG IRENG BANDUNGREJO, NGABLAK, MAGELANG

  • Upload
    others

  • View
    15

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TARI TOPENG IRENG BANDUNGREJO, NGABLAK, MAGELANG

Jurnal Seni Budaya

182 Volume 15 Nomor 2, Desember 2017

TARI TOPENG IRENG BANDUNGREJO, NGABLAK, MAGELANG

Budi SetyastutiProgram Pascasarjana

Institut Seni Indonesia SurakartaJl. Ki Hadjar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta, 57126

ABSTRAK

Penelitian bertujuan menggali bentuk dan fungsi sosial seni dalam adat budaya Bandungrejo. Penelitianmenggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputiobservasi, wawancara, dokumentasi dan studi pustaka. Teknik analisis data menggunakan deskriptif interpretatif.Penarikan simpulan melalui verifikasi, yang aktifitas terdiri dari reduksi data, sajian data dan laporan hasilpenelitian. Hasil yang dicapai Topeng Ireng memiliki makna penting bagi kehidupan masyarakat Bandungrejo.Banyak fungsi yang berperan aktif kesenian rakyat Topeng Ireng bagi masyarakat di antaranya fungsi estetis,hiburan, perlambang, pengesahan lembaga sosial dan ritus kehidupan, pengintegrasian masyarakat, ritual,dan pendidikan. Faktor-faktor pendukung dan penghambat baik secara intern dan ekstern meliputi kondisi dansituasi masyarakat setempat dan kehadiran masyarakat desa sekitar.

Kata kunci: topeng ireng, upacara adat, fungsi, faktor pendukung dan penghambat.

ABSTRACT

The research aims to explore the form and function of social arts in Bandungrejo cultural customs. TheResearch uses qualitative approaches that are descriptive. The method of collecting data used includesobservations, interviews, documentation and literature review. The data analysis uses descriptive and interpre-tive. Conclusion withdrawal through verification, the activity consists of data reduction, data presentation andresearch report results. The results achieved by Topeng Ireng have an important meaning for the life ofBandungrejo. Many functions that play an active role in the folk art of Topeng Ireng are among others aestheticfunctions, entertainment, symbolism, ratification of social institutions and rites of life, integration of society,rituals, and education. Supporting and inhibiting factors both internally and externally include the conditionsand situation of the local community and the presence of the surrounding village community.

Keywords: ireng mask, traditional ceremony, function, supporting and inhibiting factors.

A. Pengantar

Upacara adat bersih desa merupakan budayamasyarakat Jawa Tengah pada umumnya. Di dalamupacara adat bersih desa, sebagian besar masyarakatpercaya akan mendatangkan keselamatan,kedamaian, kebahagiaan dan keberhasilan dalampertanian. Berbagai bentuk seni ditampilkan yangseluruh paraganya berasal dari masyarakat setempat.Kehadiran penonton dari desa lain yang masih kerabatdan masyarakat umum menambah gairahterselenggaranya bersih desa. Topeng Irengmerupakan salah satu tari yang digunakan untukpelengkap upacara adat bersih desa.

Bentuk Tari Topeng Ireng diilhami oleh tariprajuritan. Formasi penari berbentuk barisan, penariberjalan sepanjang jalan. Topeng Ireng berjenis tarikelompok yang didukung oleh 18 (delapan belas)orang penari laki-laki. Dalam perkembangannya di

Bandungrejo Topeng Ireng juga ditarikan oleh duaorang penari wanita. Para penari mengenakan tata riasdan tata busana yang hampir sama, perbedaan terletakpada penggunaan warna pada aksen-aksen tertentu.Topeng Ireng t idak bertema ceritera, durasipementasan menurut situasi dan keperluannya.

Bagi masyarakat Bandungrejo upacara bersihdesa merupakan adat budaya yang telah dilakukansecara turun-temurun sejak dahulu kala. Dalamupacara selalu disertai dengan kegiatan gotong-royongmembersihkan lingkungan, gotong-royong selamatan,dan pentas seni. Berbagai sesaji, doa menurut ajaranJawa dan Islam dipanjatkan agar terkabul seluruh cita-cita warga desa. Semua potensi seni dan kemampuanwarga desa disumbangkan secara suka rela padawaktu bersih desa. Beberapa faktor pendukung danpenghambat terselenggaranya upacara bersih desadengan pesta seni selalu muncul, merupakandinamika kehidupan masyarakat desa. Upacara adat

Page 2: TARI TOPENG IRENG BANDUNGREJO, NGABLAK, MAGELANG

Budi Setyastuti: Tari Topeng Ireng Bandungrejo, Ngablak, Magelang

Volume 15 Nomor 2, Desember 2017 183

bersih desa dengan Topeng Ireng sebagai saranaupacara telah terselenggara sejak satu dasawarsaterakhir. Diperlukan penelitian yang seksama untukmengetahui fungsi Topeng Ireng yang berkaitandengan upacara adat bersih desa Bandungrejo.Permasalahan yang diangkat adalah bentuk dan fungsitari Topeng Ireng sebagai sarana upacara adat bersihdesa Bandungrejo, Kecamatan Ngablak, KabupatenMagelang serta faktor pendukung dan penghambat tariTopeng Ireng yang digunakan sebagai upacara adatbersih desa

Penelitian ini termasuk jenis penelitiankualitatif dengan sumber data yang bersifat naratif.Teknik analisis data menggunakan metode deskriptifinterpretatif. Data diperoleh dari observasi, wawancara,dan dokumentasi terhadap informan yang sudahterseleksi. Informan dipilih secara berantai untuk lebihmemperdalam data. Pendekatan yang digunakanadalah antropologi sosial seni dengan melibatkansemua komponen masyarakat, tindakan bersifat kreatifdan inovatif.

Pengambilan data diperoleh melalui: observasiatau pengamatan terhadap obyek penelitian.Observasi dilakukan dengan dua cara yaitu observasilangsung dan tidak langsung. Observasi langsungpeneliti mengamati obyek berupa pertunjukan TopengIreng yang sedang dipentaskan dalam rangka upacaraadat bersih desa. Berbagai aspek yang menjadisasaran misalnya aspek hiburan, estetis, perlambang,pengesahan lembaga sosial, ritus kehidupan,pengintegrasian masyarakat, dan ritual. Observasitidak langsung dilakukan melalui hasil rekaman padasaat penelitian maupun yang sudah direkam padawaktu yang lalu, tersimpan sebagai koleksi pustakadi Dinas Pariwisata Magelang.

Wawancara, dilakukan dengan dua cara yaituwawancara bebas dan terprogram. Wawancara bebasdilakukan terhadap beberapa informan dan narasumber untuk memperoleh data yang sifatnya umummeliputi riwayat pertunjukan, kondisi masyarakat,upacara adat desa.

Wawancara terprogram dilakukan untukmenggali data yang benar-benar diperlukan dalampenelitian. Untuk wawancara terprogram peneliti telahmenyiapkan sejumlah daftar pertanyaan yang meliputistruktur dramatik pementasan, fungsi upacara adat bagimasyarakat, fungsi seni bagi masyarakat, faktorpendorong dan penghambat, lembaga penyelenggara,berbagai hambatan dan cara melakukan penyelesaian.Pada saat wawancara berlangsung juga dilakukanpencatatan serta rekaman audio visual. Maksud rekamanagar setelah wawancara tidak ada data yang terlewatkan.

Studi pustaka, pengumpulan data lewatpenelaahan kepustakaan merupakan studi awal gunamendapatkan informasi secara tertulis denganmelakukan pengumpulan dan mempelajari beberapareferensi. Referensi diperoleh dari data-data tertulisdan tercetak berupa buku, foto, artikel, manuskrip,majalah, dan surat kabar yang berhubungan langsungdan tidak langsung dengan objek penelitian.

Untuk menjaga validitas data penelitian yangdikumpulkan digunakan teknik triangulasi sumber,triangulasi teori, triangulasi metode. Triangulasi sumberdata artinya, pengumpulan data melalui narasumberdari tiap pertunjukan Topeng Ireng yang hidup diwilayah penelit ian. Triangulasi teori, artinyamengumpulkan data sejenis dengan menggunakanteori yang berbeda dalam teori tentang seni dan ritual.Triangulasi metode, artinya mengumpulkan datamelalui berbagai metode seperti metode wawancara,observasi, analisis bentuk pertunjukan, dansebagainya.

Penelitian menggunakan teknik analisisdeskrriptif interpretatif seperti lazim yang digunakanpada kajian budaya ilmu-ilmu sosial humaniora, terdiriatas tiga komponen analisis, yaitu reduksi data, sajiandata, dan penarikan simpulan atau verifikasi, yangaktifitas ketiganya dilakukan dalam bentuk interaktifdengan proses pengumpulan data sebagai prosessiklus. Dalam model peneliti tetap bergerak di antaraketiga komponen selama proses pengumpulan datapenelitian dilakukan.

B. Tata Cara Upacara Adat Bersih DesaBandungrejo, Ngablak, Magelang.

1. Upacara Adat Bersih Desa BandungrejoUpacara adat bersih desa yang berlangsung

di Bandungrejo merupakan tradisi masyarakat yangdilaksanakan setiap tahun jatuh pada bulan Sapardalam penanggalan Jawa. Upacara adat dilaksanakanoleh warga masyarakat, didukung oleh masyarakatdesa lain baik berupa dana maupun kegiatan. Upacaraadat bersih desa bagi masyarakat Bandungrejomerupakan kegiatan yang dianggap penting demikelangsungan hidup bermasyarakat. Sistem kehidupanmasyarakat sehari-hari dilandasi oleh ajaran agamadan unsur kepercayaan yang merupakan adatkebiasaan lama.

Pelaksanaan upacara adat bersih desaBandungrejo adalah salah satu wahana untukmendekatkan diri kepada Tuhan Pencipta Alam.Perilaku manusia dapat dilihat secara tindakansimbolis, seperti adanya ujub yang diamini oleh warga

Page 3: TARI TOPENG IRENG BANDUNGREJO, NGABLAK, MAGELANG

Jurnal Seni Budaya

184 Volume 15 Nomor 2, Desember 2017

doa maupun sesaji. Ujub adalah ucapan rois desatentang maksud dan tujuan diselenggarakannyaselamatan. Doa merupakan ungkapan melalui kata-kata yang berisikan tentang permohonan dan ucapansyukur pada Tuhan. Sesaji berupa makanan maupunbahan mentah diperuntukkan dewa atau dhanyangleluhur serta Dewi Sri. Antara kepercayaan terhadapsang pencipta, dhanyang leluhur desa, Dewi Sri dankekuatan alam menjadi sistem kepercayaan yangmembaur menjadi satu dipercaya dan dijadikantuntunan hidup masyarakat Bandungrejo sebagailangkah untuk mencapai suatu kesejahteraan hidupserta keselamatan jiwa.

Menurut Taryono pelaksanaan bersih desaseperti sekarang merupakan warisan leluhur apa yangtelah dilakukan oleh orang-orang tua terdahulu(Taryono, wawancara 8 Nopember 2014). Upacarabersih desa sebagai upacara adat kebiasaan diBandungrejo tidak diketahui secara pasti kapanpertama kali terselenggara. Penyelenggaraan upacaraadat memiliki maksud sebagai ungkapan rasa syukurkepada sang pencipta atas berkah yang diberikandengan melimpah melalui hasil bumi (Wargo,wawancara 8 Nopember 2014).

Masyarakat Desa Bandungrejo merasakehidupan dijaga dan dilindungi oleh roh-roh paraleluhur dari berbagai marabahaya. Oleh sebab itu wargamerasa pada waktu tertentu perlu memperhatikanmakhluk halus dengan memberikan sajen. Masyarakatmenyajikannya dengan mengadakan upacara bersihdesa (merti desa) yang dilaksanakan pada bulanSapar, waktu pelaksanaan mencari hari yangdianggap baik oleh masyarakat contoh salah satunyaRebu Kliwon. Pada hari-hari tertentu masyarakat jugamasih membuat sajen kecil untuk roh para leluhurnya,seperti pada malam Jum’at Kliwon, dan Selasa Kliwon.

Masyarakat Bandungrejo mempunyaikepercayaan dhanyang adalah roh atau makhluk halusmenempati alam semesta di sekeliling tempat tinggalkediamannya, misalnya di dalam sumber mata airatau sendhang, di perempatan dan ditempat-tempatyang dianggap angker. Bagi masyarakat membuatrasa senang para dhanyang, agar tidak marahsehingga tidak mengganggu, sebaliknya akanmembantu keinginan masyarakat. Sebagianmasyarakat Bandungrejo setiap tahunnya memberiimbalan yaitu dengan mengadakan selamatan desayang disertai adanya sesajen untuk roh danmenampilkan pertunjukan kesenian. Geertz dhanyangadalah nama lain dari demit atau sebagai roh tokoh-tokoh sejarah yang sudah meninggal, pendiri desatempat mereka tinggal/orang pertama yang membabat

hutan dan pundhen adalah sebagai tempat tinggalmenetap dhanyang. Dhanyang dianggap menerimapermohonan orang untuk minta tolong dan sebagaiimbalannya menerima persembahan selamatan.Dhanyang tidak menyakiti masyarakat melainkanmembantu maksud warga masyarakat sertamelindungi (1981:32).

2. Tatacara Bersih Desaa. Persiapan Upacara

Upacara adat bersih desa pada bulan Saparatau dikenal dengan Saparan merupakan kegiatanbersama yang didukung oleh semua wargamasyarakat. Dalam pelaksanaannya sebagaipersiapan disusun kepanitiaan. Panitia penyelenggaramengadakan musyawarah untuk menentukan hari dantanggal pelaksanaan yaitu jatuh pada hari RabuKliwon, tempat pelaksanaan upacara adat bersih desadan penentuan dana yang diperlukan. Oleh karenaupacara adat bersih desa merupakan peristiwa yangmelibatkan semua masyarakat Bandungrejo, makatempat yang dipilih untuk upacara adalah di tempatsalah satu warga yang memiliki halaman rumah yanglebar (Sugianto Wawancara, 7 Juli 2014).

Pada pelaksanaan upacara adat disediakansesaji atau sajen yang lebih di kenal dengan SesajiDewa Rimba. Sajen yang ditata rapi dipersembahkankepada dhanyang desa. Sajen dimantrai dari sesepuhagar menimbulkan kepuasan warga desa maupundhanyang desa. Kekurangan sesaji diharapkandianggap cukup sehingga dhanyang tidak berbuat ulah,sebaliknya diharapkan dhanyang tidak mengganggubahkan membatu pelaksanaan pentas.

Pelaksanaan Upacara Adat Bersih Desa1. Tahap Pertama

Upacara adat bersih desa diawali dengan kerjabakti yang dilaksanakan satu Minggu menjelang hariupacara. Kerja bakti merupakan salah satu kegiatanyang sifatnya gotong royong dan diikuti oleh seluruhwarga masyarakat tanpa kecuali karena merupakankepentingan bersama. Lingkungan yang dibersihkanmeliputi jalan desa, jalan desa menuju sumbersendang, pundhen dan makam leluhur.2. Tahap Kedua

Bagian kedua merupakan tahap pokokpelaksanaan upacara adat bersih desa. BudionoHerusatoto berpendapat tentang upacara sebagaiberikut: Upacara dapat bersifat harian, musimankadangkala terdiri dari berbagai unsur upacara sepertimisal berdoa, bersujud, bersaji, berprosesi, makanbersama, menari dan menyanyi (Budiono Herusatoto,1934:27-28).

Page 4: TARI TOPENG IRENG BANDUNGREJO, NGABLAK, MAGELANG

Budi Setyastuti: Tari Topeng Ireng Bandungrejo, Ngablak, Magelang

Volume 15 Nomor 2, Desember 2017 185

Upacara adat diawali dengan dibunyikannyakentongan, sebagai tanda bahwa prosesi upacara adatbersih desa akan segera dimulai. Warga masyarakatDesa Bandungrejo mulai berdatangan di rumah KepalaDusun Taryono, tempat upacara selamatandilaksanakan. Setelah semua warga masyarakatberkumpul, upacara dimulai. Doa-doa dan mantradiucapkan oleh sesepuh desa.

Doa-doa intinya berisi tentang permohonandoa restu perlindungan kepada para dhanyang/arwahleluhur agar semua warga masyarakat Bandungrejoselalu mendapatkan keselamatan dan terhindar darisegala marabahaya. Setelah selesai membacakandoa-doa, kemudian perlengkapan sesaji selamatanBandungrejo dimakan bersama-sama oleh semuawarga yang hadir.3. Bagian Ketiga

Tahap ketiga merupakan inti dalam rangkaiankegiatan upacara adat bersih desa yaitu pesta berupapertunjukan Tari Topeng Ireng. Pentunjukan dalamupacara dilaksanakan setelah selamatan upacara adatbersih desa, bertujuan untuk menghadirkan kekuatan-kekuatan leluhur yang diundang. Melalui doa ataupunmantra yang dibacakan oleh sesepuh yang merupakanpemimpin dalam pentas seni berlangsung.

Apabila diamati penyajian Tari Topeng Irengdalam upacara adat terbagi menjadi tiga bagian yaitubagian pra pentas atau awal, pentas atau tengah danakhir atau penutup. Lebih jelasnya dari pementasanTari Topeng Ireng dalam upacara adat diuraikansebagai berikut.

b. Bagian Pra PentasUpacara diawali dengan pembacaan mantra

yang dipimpin oleh sesepuh, pada saat pembacaando’a selalu disertai pembakaran kemenyan dan disertaiatau dilengkapi dengan sesaji yang diperuntukanbagi arwah leluhur. Dengan melalui persembahansesaji yang telah ditempatkan di atas meja secarakhusus serta pembacaan mantra atau do’amasyarakat dapat mengadakan komunikasi denganarwah dari orang yang telah meninggal. Beberapasesaji yang digunakan dalam pentas pertunjukan TariTopeng Ireng, yaitu seperti berikut: jenang abangputih, tumpeng cilik, endok dadar, endok Jawa, segogolong, pisang raja, rokok jeruk kretek, tukon pasar,kembang telon dan kenango, godong dadap serep,bumbu cemplung bawang merah/lombok abang, jadahbakar, tempe bakar, wedang teh, kopi, jahe, dankemenyan madu+lilin (Taryono, wawancara, 8Nopember 2014).

c. Bagian PentasPertunjukan Tari Topeng Ireng yang digunakan

sebagai pelengkap untuk merayakan upacara adatbersih desa dilakukan dua kali yaitu siang dan malam.Pada waktu siang dimulai setelah jam 16.00 sore.Pada malam hari berlangsung mulai jam 21.00 - 23.00WIB.

3. Tata Urutan SajianDalam penyajiannya Tari Topeng Ireng dapat

dibagi menjadi tiga bagian.

4. Fungsi Tari Topeng Ireng Dalam UpacaraBersih Desa

Berdasarkan pengamatan pertunjukan TariTopeng Ireng pada upacara adat bersih desa memilikibeberapa fungsi di antaranya

a. Fungsi EstetisDalam sajian Tari Topeng Ireng sebagai sarana

bersih desa, memiliki nilai estetis melalui penampilangerak dan iringan. Alunan iringan yang berirama kerasmenunjukan semangat para pengrawit dan ditunjangdengan gerak tari yang rampak sehingga penarimerasakan gerak yang mantap. Penonton yang hadirdan melihat tanpa disadari mereka menikmatinyadengan menggeleng-gelengkan kepala, kadang-kadang dengan menggerakan tangannya. PendapatKant dalam Dick Hartoko menyatakan bahwapengalaman estetik itu bersifat “sepi ing pamrih” (DickHartoko, 1984:12). Terdapat sambung rasa antaradalam bentuk karya seni dengan penghayatannya.

No. Bagian ke-1 Ragam gerak Suasana

1. Bagian pertama

penari masuk arena pentas dengan gerakan onclang dilanjutkan, jalan step melingkar, jalan mendhak putar ke samping serong, jalan cepat, langkah step, langkah ayun kaki membalik, goyang kanan kaki mendhak miring, lenggang tangan kanan kiri jengkeng, lenggang miring, laku telu bolak-balik, dan langkah bolak-balik ke samping jeblos.

tintrim, gemuruh,riang,

2. Bagian ke dua Setelah posisi jengkeng para penari bergerak dengan menggunakan sekaran a. Jalan mendhak putar ke samping serong,

Jalan cepat; b. Sekaran Langkah step, langkah ayun kaki

mbalik; sekaran; c. Ayun kanan kaki mendhak miring,

Lenggang tangan kanan kiri jengkeng; sekaran;

d. Lenggang miring, kemudian berhadapan; e. Sekaran laku telu bolak-balik, Langkah

bolak-balik kesamping jeblos; f. Sekaran Pola gerak pencak silat diselingi

gerak atraktif yaitu salah satu penari diangkat dan berdiri dipundak dua orang penari, penari yang lain gerak salto dan jengkeng.

riang, gagah, sereng, enerjik, kuat, yang didominasi oleh gerak kaki, dan diselingi dengan gerak-gerak atraktif,

3. Bagian ke tiga Para penari menggunakan sekaran langkah sepak kanan kiri tangan lembehan kanan-kiri, atraktif semua penari membentuk posisi empat berpasangan dua penari berdiri di atas pundak, kemudian seorang penari di atas dua kelompok pasangan berdiri standent diteruskan turun bergerak membentuk formasi dua kelompok menghadap ke depan sambil memberikan horamat dengan berjalan di tempat tanagn kanan diayunkan ke atas sambal membungkuk dilanjutkan berjalan urut kacang sambil menari masuk meninggalkan arena pentas, dengan gerakan onclang ke luar.

gemuruh, riang, gembira

Page 5: TARI TOPENG IRENG BANDUNGREJO, NGABLAK, MAGELANG

Jurnal Seni Budaya

186 Volume 15 Nomor 2, Desember 2017

Pertunjukan Tari Topeng Ireng dapat memberikanpengalaman estetis, memperkaya pengalaman jiwa,dan memperluas persepsi karena dengan melihat,merasakan dan menikmati bentuk sajian secara utuhmaka dapat meningkatkan daya apresiasi seni, yangpada gilirannya akan memperkaya pengalaman jiwa.

b. Fungsi HiburanTari Topeng Ireng dipentaskan selain sebagai

rangkaian upacara bersih desa dalam acara inti jugaberfungsi sebagai hiburan yaitu baik bagi penarimaupun warga masyarakat yang hadir. Tari TopengIreng sebagai sarana upacara adat bersih desa jugasebagai hiburan bagi diri penari karena dianggapsebagai pelepas kejenuhan dari kegiatannya sehari-hari. Warga masyarakat biasanya melakukan kegiatanyang dapat mengungkapkan perasaan dan pikiransecara bebas. Kegiatan kesenian merupakan salahsatu sarana yang dapat diikuti oleh banyak orang tanpamenimbulkan rasa perlawanan, karena disajikansecara indah sehingga dapat memberikan kenikmatandan kepuasan jiwa. Sebagai hiburan karya seni dapatmelepaskan ketegangan jiwa sehingga menjadi terapikejiwaan (Budhi Santoso, 1994; dalam Suharji,2017:2).

Pementasan Topeng Ireng merupakan hiburanbagi masyarakat atau penonton yang hadir, baik yangberasal dari Bandungrejo maupun desa lainya.Masyarakat berbondong-bondong datang keBandungrejo untuk menyaksikan secara langsungpertunjukan Tari Topeng Ireng yang dipentaskan.Pertunjukan tari dapat memberi hiburan yang segarbagi masyarakat di samping dapat merasakankegembiraan dalam suasana pertunjukan. Tari TopengIreng sebagai hiburan karena menyegarkan batin danmenambah khasanah budaya.

c. Fungsi Simbolis atau PerlambangUpacara adat bersih desa Bandungrejo

merupakan kegiatan ritual untuk menghormati paraleluhurnya. Melalui upacara ritual yang didukung olehTari Topeng Ireng merupakan perlambang bagimasyarakat Bandungrejo masih memegang teguh adatkebiasaan, naluri terhadap tradisi yang diwarisi secaraturun menurun dari leluhurnya.

Hasil karya seni merupakan simbolisme untukmencapai maksud tertentu. Melalui simbol-simbol seniseniman mengungkapkan dan menyatakan perasaandan pemikiran secara terselubung. Dengan karya seniseseorang dapat mempengaruhi kekuatan gaib untukmemberikan bantuannya. Beberapa karya seni yangmemenuhi standard of excellent mampu

membangkitkan perasaan suka, benci, marah, sedih,sesuai dengan pesan-pesan terselubung yangdisampaikan melalui karya-karya seni. (BudhiSantoso, 1994; dalam Suharji, 2017:7).

Tari Topeng Ireng sebagai simbol taripersembahan yang dihaturkan kepada dhanyangleluhur yang menguasai wilayah desa dan Dewi Sriyang telah memberikan kelimpahan panen.Masyarakat Bandungrejo percaya bahwa pertunjukanTari Topeng Ireng dalam upacara adat bersih desamengandung kekuatan magis, sehingga dapatdipergunakan sebagai sarana untuk mencapaikeselamatan.

Upacara adat bersih desa dengan pertunjukanTari Topeng Ireng merupakan lambang dari komunikasidua arah yaitu secara vertikal memberi penghormatanatau ucapan terima kasih terhadap Tuhan, sertadhanyang pelindung dukuh bahwa diberi panen yangmelimpah sebagai lambang kesuburan. Secara hori-zontal yaitu terhadap sesama seperti memeliharakerukunan memperkuat gotong royong ataukebersamaan masyarakat dalam membina dukuhnya.

d. Fungsi Pengesahan Lembaga Sosial danRitus KehidupanTari Topeng Ireng yang mengiringi upacara

bersih desa merupakan salah satu tradisi atau adatistiadat dalam kehidupan yang berlaku gunamemenuhi kebutuhan akan keselamatan danketentraman bagi masyarakat Bandungrejo. Adatistiadat desa sudah menjadi aturan yang melekat padajiwa masyarakat untuk keperluan berhubungan denganTuhan maupun alam gaib sehingga kebutuhanmasyarakat dapat terpenuhi. Pada upacara adatbersih desa dan pementasan Topeng Ireng diadakandoa dan sesaji agar tidak ada gangguan apapun baikmenyangkut penari serta warga masyarakatBandungrejo.

Wujud karya seni sebagai pernyataan danpenjilmaan pemikiran seniman, dapat merangsangkepekaan empati masyarakat. Karya seni yangbermutu menimbulkan tanggapan emosional yangdapat menumbuhkan rasa kebersamaan yangmenyangkut di antara pengagumnya. Seni merupakansarana pengesahan lembaga sosial masyarakat(Budhi Santoso, 1994; dalam Suharji, 2017:4).

Masyarakat patuh pada aturan dan adat tradisiyang berlaku maka upacara adat bersih desa secararutin selalu dilaksanakan setiap tahun. Bagimasyarakat Bandungrejo terdapat tabu untukmelanggar, takut akan terjadi musibah yang tidakdiinginkan. Masyarakat Bandungrejo yang mayoritas

Page 6: TARI TOPENG IRENG BANDUNGREJO, NGABLAK, MAGELANG

Budi Setyastuti: Tari Topeng Ireng Bandungrejo, Ngablak, Magelang

Volume 15 Nomor 2, Desember 2017 187

beragama Islam, memiliki toleransi yang tinggiterhadap kepercayaan lama sehingga tidakmempengaruhi ketaatannya dalam beribadah tetapimerupakan kewajiban yang dijalankan bersama.

e. Fungsi Pengintegrasian MasyarakatPertunjukan Tari Topeng Ireng dalam upacara

adat bersih desa merupakan wujud kerukunan hidupmasyarakat Bandungrejo. Upacara adat bersih desadengan pertunjukan Tari Topeng Ireng menumbuhkankesadaran untuk saling mengenal, menghormati,menghayati, serta menumbuhkan identitas sebagaiikon desa. Pertemuan yang tidak disengaja denganadanya pementasan Tari Topeng Ireng dapat salingbertemu, berkenalan, serta menjalin keakraban. Dalamkegiatan bersih desa tercermin sikap gotong royong,saling membantu yang diungkapkan melalui kerjabakti, penataan persiapan upacara dan sebagainya.Melalui gotong-royong seluruh warga masyarakatdengan tidak memandang derajat, sehingga dapatmenumbuhkan semangat persatuan di antara wargamasyarakat. Radcliffe Brown yang dikutip oleh Ihromimenyatakan bahwa aspek perilaku sosial bukanlahberkembang untuk memuaskan kebutuhan individualtetapi justru timbul untuk mempertahankan struktursosial masyarakat (Ihromi, 1986:61). Denganpertunjukan Topeng Ireng dalam upacara adat bersihdesa dapat menjadikan kerukunan hidup masyarakatmenjadikan kesatuan, kebersamaan, kerukunan,kebahagiaan dan harmoni masyarakat.

f. Fungsi RitualFungsi ritual berhubungan dengan kesuburan.

Ritus kehidupan manusia bagi kehidupan masyarakatadalah tercapainya kebahagiaan. Bagi petani rituskesuburan berhubungan dengan pertanian, karenamasyarakat Bandungrejo dalam kehidupan sehari-harinya mayoritas sebagai petani. Dalam pertaniankesuburan tanah, panen melimpah, dijauhkan darimarabahaya menjadi salah satu tujuan dalam setiapperistiwa ritual. Melalui upacara adat ritual yangberlangsung secara khidmat diharapkanmendatangkan keberhasilan dalam hidup. MasyarakatBandungrejo selalu melaksanakan upacara adat ritualdengan disertai pertunjukan seni yang telahmentradisi. Tradisi yang dimaksud yaitu upacara bersihdesa yang biasa diadakan setelah panen. Setiappelaksanaan upacara adat bersih desa selalumenampilkan Topeng Ireng yang telah menjadi warisanturun temurun.

Edi Sedyawati menjelaskan bahwa melaluiupacara yang digunakan untuk kekuatan magis salah

satunya bertujuan untuk mendatangkan kesuburantanah. Selanjutnya masyarakat melakukan upacarasebagai ucapan syukur kepada Tuhan, Nabi, dhanyangdan Dewi Sri atas keberhasilan panen dengan harapanpanen yang akan datan bisa melimpah dan tidakterserang hama. Dengan demikian dalam fungsikesuburan berkaitan dengan lambang kesuburan tanah(1981:65).

g. Fungsi PendidikanTari Topeng Ireng mengandung fungsi

pendidikan dalam arti harus melibatkan proses kreatifdan apresiatif yang dapat memacu kerja sama antarapikiran, perasaan dan tindakan. Pendidikan tari rakyatsenantiasa diarahkan kepada aspek kreasi, bisamelalui pengalaman praktis maupun teoritis. Aspekkreasi menyangkut aktivitas kreatif guna menemukanarti dan bentuk baru terhadap nilai-nilai kehidupan(Jazuli,2011:38-39).

Nilai pendidikan sebagai contohnya dapatdiketemukan pada gerak-gerak lembut-kasar, aturan-aturan tertentu, tema-tema yang digunakan, sikap-sikap gerak yang terdapat di dalamnya. Temakepahlawanan Tari Topeng Ireng terdapat di dalamgerak tari, sering digambarkan gerakan-gerakan yangpenuh enerjik baik halus dan kasar. Penanaman nilaipendidikan menumbuhkan sikap percaya diri, disiplin,dan keteguhan jiwa seseorang.

C. Faktor Pendukung Dan Penghambat PentasTari Topeng Ireng Dalam Rangka UpacaraBersih Desa

1. Faktor internala. Dalam pertunjukan Tari Topeng Ireng untuk

mengiringi upacara adat bersih desa Bandungrejomelibatkan banyak warga masyarakat untukmengambil bagian dan berperan serta. Sedikitnya20 orang warga menjadi penari, 8 orang sebagaipengrawit, 2 orang vokalis, 6 pembantu pengrawit.Beberapa orang warga menyiapkan pentas danmempersiapkan peralatan pertunjukan sepertimisalnya mengusung kursi, kajang dari kantor desamenuju tempat pentas, warga yang lainmempersiapkan sesaji, hidangan, dan menurutkeperluan lainya. Warga masyarakat akan merasapuas jika dapat ikut serta dalam upacara ritualyang dilengkapi dengan pertunjukan Tari TopengIreng. Merupakan kepuasan tersendiri jikabeberapa orang warga menjadi pelaku. Para wargamasyarakat menjadi terhibur sehingga dapatmenambah semangat untuk lebih giat bekerja di

Page 7: TARI TOPENG IRENG BANDUNGREJO, NGABLAK, MAGELANG

Jurnal Seni Budaya

188 Volume 15 Nomor 2, Desember 2017

ladang, setelah melaksanakan ritual bersih desa.Untuk lebih mempertebal keyakinan, pentas senijuga dirangkai dengan kesenian lain seperticontohnya Kuda Lumping, Soreng, dan Srien yangbetemakan keprajuritan, dilatih oleh pemimpinpaguyuban Wargo Setuju yang menciptakan tarianTopeng Ireng.

b. Pertunjukan Tari Topeng Ireng menyenangkan danmenarik hati, menjadikan daya tarik warga desalain untuk melihatnya. Pentas Tari Topeng Irengyang dipil ih menyesuaikan dengan seleramasyarakat sehingga dapat menampung seleramasyarakat dalam mendapatkan hiburan. Dalamseni yang penting paraganya yang senang dankemudian masyarakat yang menikmatinya jugamerasa terhibur, merasa puas. Masyarakat merasaingin memiliki sehingga pertunjukan akan tetapdilestarikan.

c. Seniman pengrawit, penari masih muda, gagah dandikenal banyak pengalaman serta memiliki angsar/petuah yang baik. Semua penari dan pengrawit daridesa setempat sehinggga dapat menghematbeaya, menghemat waktu dan tenaga, pertunjukanakan selalu didukung oleh warga setempat olehkarena sebagai kebanggaan. Warga desa memilikikekayaan budaya yang tidak dimiliki warga yanglain. Meskipun telah banyak hiburan dari kesenianyang lain, oleh karena pertunjukan Tari TopengIreng berkaitan dengan acara ritual adat, sehinggabanyak warga yang merasa yakin bahwa denganberkesenian sendiri akan lebih mewakili dirinyauntuk berhubungan dengan kekuatan luar yangdiharapkan akan mendatangkan ketenteraman,keselamatan dan kebahagiaan.

d. Penonton tidak terbatas pada warga setempat baiklaki-laki maupun perempuan dewasa, tua, dananak-anak. Penonton juga banyak dari warga desayang lain, sebagian warga lain memangmemerlukan untuk ikut ritual dan juga menikmatipementasan tari. Jika memiliki angsar yang baikmaka akan dipentaskan setiap tahunya sebagaihiburan yang segar dan sesuai dengan adat desasetempat.

2. Faktor Eksternal. a. Pengaruh Cuaca di lingkungan Bandungrejo.

Masyarakat Bandungrejo merasa lebihmantap jika tradisi bersih desa diselenggarakan padahari Rabu Kliwon, bulan Sapar pada penanggalanJawa, kebetulan tahun 2014 jatuh pada musimpenghujan, meskipun demikian hampir semua petanitelah selesai menanam jagung dan palawija, sebagian

besar warga relatif banyak istirahat, banyak waktuluang, sehingga hampir semua warga masyarakatmelestarikan tradisi silaturahim.

Pada upacara adat selalu diselenggarakanpertunjukan tari hasil karya kreatifitas warganyasendiri. Warga puas jika dapat berpartisipasi dalamrangka upacara ritual oleh karena merasa memilikisumbangan yang berharga bagi kepentingan desanya.Akan tetapi oleh karena selalu mengikuti arus musimyang kadang-kadang jatuh pada musim penghujansehingga mengganggu jalannya upacara ritual, untukitu upacara ritual dilakukan pada siang hari setelahAshar hingga sore hari. Jika belum puas dilanjutkanpada malam harinya, sedang tempat telah dipilih dihalaman yang luas milik warga. Cara yang ditempuhmerupakan kebijaksanaan yang tepat oleh karenaterpengaruh cuaca, sehingga perubahan waktuupacara merupakan pilihan yang relatif baik. Pengaruhcuaca pada lereng pegunungan sangat cepat berubahsehingga memerlukan perhitungan yang tepat. b. Pengaruh dari dinas pariwisata.

Setelah debut Tari Topeng Irengmendapatkan kesan yang baik, banyak wargamasyarakat yang lain menyaksikan dan ikut menjadipenari (Taryono, wawancara 8 Nopember 2014).Beberapa tokoh masyarakat saling merasa kagumkarena dengan pertunjukan Topeng Ireng dapatmempersatukan warga masyarakat disampingmelestarikan kesenian rakyat. Anggauta kelompokmenjadi semakin banyak dan giat bersemangat dalammenari. Sekalipun bentuknya relatif sederhana, bagimasyarakat merupakan salah satu syarat untukkegiatan ritual sehingga pertunjukan Tari Topeng Irengtetap dipertahankan. Beberapa pejabat dinaspariwisata merasa terpanggil untuk mengangkatUpacara adat ritual sebagai salah satu daya tarikobyek wisata yang berupa peninggalan budaya denganujud atraksi seni. Untuk menunjang kehadiran wisata,maka diperlukan prasarana yang memadahi dan jugapembenaan obyek wisata. Sebagaimana diketahuibahwa untuk mengundang wisatawan diperlukanpenanganan yang seksama. Obyek wisata yangmenarik meliputi keindahan alam seperti misalnya adatdan kegiatan ritual masyarakat, gugusan pegunungandengan udara yang indah ditunjang denganpeninggalan kebudayaan. Dalam hal kebudayaandiperlukan pengurusan tentang peninggalan budayaataupun atraksi budaya. c. Pengaruh dari perkembangan hasil tekhnologi.

Bandungrejo telah banyak dimiliki pesawattelevisi yang dapat menangkap siaran langsung baikberupa berita maupun hiburan. Kehadiran hiburan yang

Page 8: TARI TOPENG IRENG BANDUNGREJO, NGABLAK, MAGELANG

Budi Setyastuti: Tari Topeng Ireng Bandungrejo, Ngablak, Magelang

Volume 15 Nomor 2, Desember 2017 189

ditayangkan televisi menambah apresiasi masyarakat,namun demikian jangkauan harta kekayaanmasyarakat tidak sanggup untuk mengundang hiburanyang ditayangkan oleh televisi. Dalam upacara adatritual masyarakat lebih percaya dengan kekuatan dankemampuan sendiri untuk berhubungan dengankekuatan gaib. Pertunjukan Tari Topeng Ireng untukupacara adat bersih desa pada jaman sekarang justrudiminati oleh banyak warga masyarakat apalagi penari,paraga dan kelengkapannya dari masyarakat sendiri.Hiburan untuk kegiatan ritual selalu berkaitan dengannorma etika yang dianut masyarakat. Adat sopansantun, kesederhanaan, ketulusan dan kerukunanmenjadikan pedoman untuk selalu menjaga kelestarianalam dan manusia sehingga akan mendatangkankebahagiaan. Banyak hiburan yang menarik secaraumum, akan tetapi untuk kegiatan ritual masih banyakyang lebih percaya pada pertunjukan rakyat yang dapatdigunakan untuk menyampaikan pesan tentangharapan dan keinginan warga setempat. Peranperangkat desa untuk melindungi kebudayaan sendirimerupakan kewajiban luhur oleh karena jikakebudayaan yang aseli ditinggalkan justeru akanmenimbulkan kesusahan masyarakat. Dengankebudayaan sendiri akan menumbuhkan cinta tanahair dan bangsa. Dalam pertunjukan Tari Topeng Irengyang menggunakan bantuan sarana hasil tekhnologi,akan tetapi penghayatan rohani yang harus dialamisendiri merupakan faktor penting bagi kelangsunganupacara adat desa setempat.

D. Kesimpulan

Upacara adat bersih desa Bandungrejodengan pertunjukan Tari Topeng Ireng memiliki banyakfungsi. Dipercaya masyarakat, dengan pertunjukan TariTopeng Ireng akan mendatangkan angsar yang baik,menghibur, perlambang, pengesahan lembaga sosialdan ritus kehidupan, pengintegrasian masyarakat,ritual, dan pendidikan.

Pertunjukan Tari Topeng Ireng akanmendatangkan kebahagiaan bagi semua wargamasyarakat. Pertunjukan memiliki makna pokok yaitusebagai rasa syukur dan memohon kepada Tuhanyang Maha Esa agar seluruh warga desa mendapatkanberkah, dijauhkan dari berbagai gangguan, terkabulsemua keinginan warga desa. Pertunjukan Tari TopengIreng merupakan sarana upacara adat selalu diminatioleh warga masyarakat sehingga setiap tahun selaludilaksanakan.

KEPUSTAKAAN

Budiono Herusatoto. Simbolisme dalam Budaya Jawa.Yogyakarta: Hanindita, 1983.

Dick Hartoko, ed. Memanusiakan Manusia Muda.Yogyakarta: Yayasan Kanisius. 1985.

Edi Sedyawati, Pertumbuhan Seni Pertunjukan.Jakarta: Sinar Harapan, 1981.

______, Tari Tinjauan dari Berbagai Segi. Jakarta:Pustaka Jaya, 1984.

Heddy Shri Ahimsaputra. “Wacana Seni dalamAntropologi Budaya: Tekstual, Kontekstualdan Post modernistis”, dalam Heddy ShriAhimsa Putra (ed); Ketika Orang JawaNyeni. Yogyakarta: Galang Press, 2000.

Hadi Sumandya Y. Kajian Tari teks dan konteksYogyakarta: Pustaka Book Publiser, 2007.

______, Sosiologi Tari. Yogyakarta: ISI Press, 2006.Jazuli M., Sosiologi Seni, Surakarta: UNS Press,

2011.

______, Pendidikan Seni Budaya SuplemenPembelajaran Seni. Semarang: UniversitasNegeri Semarang Press, 2008

Maleong, Lexy. J. Metode Penelitian Kualitatif.Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007.

Nyoman Kutha Ratna, Metode Penelitian KajianBudayadan Ilmu Sosial Humaniora PadaUmumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar,2010.

Soemaryatmi, “Pengembangan Kreativitas KesenianRakyat Sebagai Pelestarian Budaya danUpaya Pembentukan Karakter GenerasiMuda di Kecamatan Selo” LaporanPenelitian Hibah Bersaing. Surakarta:Institut Seni Indonesia (ISI), 2011.

______, “Dampak Akulturasi Budaya Pada Kesenianrakyat Kecamatan Selo Boyolali” 2012.Bandung: Panggung Jurnal Seni & BudayaVol 22. No. 1. Januari-Maret 2012.

Page 9: TARI TOPENG IRENG BANDUNGREJO, NGABLAK, MAGELANG

Jurnal Seni Budaya

190 Volume 15 Nomor 2, Desember 2017

______, “Kreatif Inovatif Tari Topeng Ireng” ProsedingPengabdian Kepada Masyarakat.Surakarta: LPPMPP Institut Seni Indonesia(ISI) , 2012.

Suharji, “Transformasi Seni Tradisi di Era Globalisasi”Proseding Seminar Nasional 15 Oktober2012. Paradigma Perguruan Tinggi SeniSebagai Kesadaran Kolektif MenghadapiGlobalisasi, 2012.

______,Sosiologi Seni Pengantar Secara Sistematik.Surakarta: ISI Press. Buku Ajar, 2017.

______,Pengembangan Kreativitas Kesenian RakyatSebagai Pelestarian Budaya dan UpayaPeningkatan Industri Kreatif Di DesaBandungrejo, Kecamatan Ngablak,Kabupaten Magelang. Laporan PenelitianHibah Bersaing. Surakarta: Institut Seni In-donesia (ISI), 2013

Sutopo, Hb., Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta:UNS Press, 2006.