Upload
chafidz-ajazh-ch
View
106
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Tanggal Praktikum : 1-2 September 2012
Tujuan Praktikum : Identifikasi morfologi dari slide protozoa (Kista dan Tropozoit)
Dasar Teori :
Protozoa
Protozoa adalah organisme yang bersel tunggal, dimana beberapa spesies mempunyai
lebih dari satu nukleus (inti sel) pada bagian atau seluruh daur hidupnya. Seperti halnya sel
pada tubuh makhluk hidup lainnya, sel protozoa dilapisi oleh tiga lapisan uni membran yang
didalamnya terdapat ektoplasma, endoplasma dan nukleus. Dalam endoplasma ditemukan
nukleus, mitokondria, badan golgi dan sebagainya, sedangkan ektoplasma ditemukan flagela ,
cilia dan sebagainya. Protozoa pada dasarnya bergerak menggunakan 4 tipe organela yang
merupakan bagian dari ektoplasma yaitu:
Flagela, cilia, pseudopodia dan undulata bergerigi.
- Flagella: bentuk langsing seperti rambut tunggal yang panjang
- Cilia: Bentuk flagela yang kecil dan lebih pendek
- Pseudopodia: Organela sementara yang menonjol biasanya digunakan untuk
bergerak/menangkap makanan.
- Gerigi undulata: Pergerakan dengan menggunakan bentuk gelombang dari sel dengan
pergerakan dari belakang kedepan dan sebaliknya.
Biasanya protozoa mempunyai dua stadium yang selalu dialaminya yaitu stadium
trophozoit yaitu bentuk aktif dan bentuk cyste merupakan bentuk inaktif.
PROTOZOA USUS I
(Genus: Entamuba)
Klasifikasi Ilmiah:
Class : Rhizopoda
Ordo: Amoebida
Genus: Entamoeba
Spesies: Entamoeba histolytica
E. coli
E. ginggivalis
Diantara 3 spesies entamoeba, E. histolytica adalah paling patogen pada manusia.
Organisme ini adalah salah satu agen penyakit penyebab dysentri. Selama beberapa tahun
belakangan diketahui bahwa ada dua jenis entamoeba yang dibedakan menurut ukuran trophozoit
dan cystenya. yaitu:
Ukuran besar : Trophozoit: 20-30 m
Cyste: 10-20 m
Ukuran kecil: Trophozoit : 12-15 m
Cyste: 5-9 m
E. histolytica ukuran besar ada dua strain yaitu patogenik dan non-patogenik. Ukuran
kecil biasanya non-patogenik. Strain E. histolytica yang patogen adalah merupakan parasit
protozoa yang paling penting pada orang dan banyak diteliti.
Daur hidup
Gambar 1.A : Daur hidup Entamoeba histolytica
Sumber : http://arif-nma.com/2012/07/24/penyakit-dan-daur-hidup-parasitnya/
Parasit ini mengalami fase pre dan meta dalam daur hidupnya yaitu:
Trophozoit → precyste → Cyste → metacyste → metacyste trophozoit
Gambar 1.B : Tropozoit Entamoeba histolytica
Sumber : http://laboratorium-analisys-rafsan.blogspot.com/2012/07/entamoeba-
histolytica.html
Trophozoit yang mengandung beberapa nukleus (uni nucleate trophozoit) kadang
tinggal dibagian bawah usus halus, tetapi lebih sering berada di colon dan rectum dari orang
atau monyet serta melekat pada mukosa. Hewan mamalia lain seperti anjing dan kucing juga
dapat terinfeksi. Trophozoit yang motil berukuran 18-30 um bersifat monopodial (satu
pseudopodia besar). Cytoplasma yang terdiri dari endoplasma dan ektoplasma, berisi vakuola
makanan termasuk erytrocyt, leucocyte, sel epithel dari hospes dan bakteria. Didalam usus
trophozoit membelah diri secara asexual.
Trophozoit menyusup masuk kedalam mukosa usus besar diantara sel epithel sambil
mensekresi enzim proteolytik. Didalam dinding usus tersebut trophozoit terbawa aliran darah
menuju hati, paru, otak dan organ lain. Hati adalah organ yang paling sering diserang selain
usus. Di dalam hati trophozoit memakan sel parenchym hati sehingga menyebabkan kerusakan
hati. Invasi amoeba selain dalam jaringan usus disebut amoebiasis sekunder atau ekstra
intestinal.
Trophozoit dalam intestinal akan berubah bentuk menjadi precystic. Bentuknya akan
mengecil dan bebentuk spheric dengan ukuran 3,5-20 um. Bentuk cyste yang matang
mengandung chromatoid untuk menyimpan unsur nutrisi glycogen yang digunakan sebagai
sumber energi. Cyste ini adalah bentuk inaktif yang akan keluar melalui feses.
Cyste sangat tahan terhadap bahan kimia tertentu. Cyste dalam air akan bertahan
sampai 1 bulan, sedangkan dalam feses yang mengering dapat bertahan sampai 12 hari. Bila air
minum atau makanan terkontaminasi oleh cyste E. histolytica, cyste akan masuk melalui saluran
pencernaan menuju ileum dan terjadi excystasi, dinding cyste robek dan keluar amoeba
“multinucleus metacystic” yang langsung membelah diri menjadi 8 uninucleat trophozoit muda
disebut “amoebulae”. Amoebulae bergerak ke usus besar, makan dan tumbuh dan membelah
diri asexual.
Multiplikasi (perbanyakan diri) dari spesies ini terjadi dua kali dalam masa hidupnya
yaitu: membelah diri dengan “binary fission” dalam usus pada fase trophozoit dan pembelahan
nukleus yang diikuti dengan cytokinesis dalam cyste pada fase metacystic.
Patologi
E. histolytica adalah spesies amoeba yang paling unik dan berbahaya diantara spesies
amoeba lainnya yang menginfeksi orang. Hal tersebut karena protozoa ini mempunyai
kemampuan untuk menghydrolysis jaringan hospes (histo=jaringan, lytic=lysis). Sekali amoeba
ini berkontak dengan mukosa, parasit ini mensekresi enzim proteolytic, sehingga organisme ini
dapat berpenetrasi kedalam epithelium kemudian kejaringan yang lebih dalam.
Lesi intestinal
Terjadi pertama didaerah caecum, appendix, colon ascenden dan berkembang ke colon
lainnya. Bila sejumlah parasit ini menyerang mukosa akan menimbulkan ulcus(borok), yang
mempercepat kerusakan mukosa. Lapisan muskularis usus biasanya lebih tahan. Biasanya lesi
akan terhenti didaerah membran basal dari muskularis mukosa dan kemudian terjadi erosi
lateral dan berkembang menjadi nekrosis. Jaringan tersebut akan cepat sembuh bila parasit
tersebut dihancurkan (mati). Pada lesi awal biasanya tidak terjadi komplikasi dengan bakteri.
Pada lesi yang lama (kronis) akan diikuti infeksi sekunder oleh bakteri dan dapat merusak
muskularis mukosa, infiltrasi ke sub-mukosa dan bahkan berpenetrasi ke lapisan muskularis dan
serosa.
Terjadinya kasus trophozoit terbawa aliran darah dan limfe ke lokasi lain dari tubuh,
menyebabkan terjadinya lesi pada organ lain. Tingginya angka kematian karena penyakit ini
disebabkan oleh robeknya colon bersamaan dengan terjadinya peritonitis. Lesi sekunder pada
organ lain dapat pula ditemukan tetapi lebih sering dijumpai lesi pada hati (sekitar 5% dari
kasus amebiasis).
Lesi pada hati
Hal ini terjadi bila trophozoit masuk kedalam venula mesenterika dan bergerak ke hati
melalui sistem vena porta hepatis, kemudian masuk melalui kapiler darah portal menuju sinusoid
hati dan akhirnya membentuk absces. Besarnya absces cukup bervariasi dari bentuk titik yang
kemudian membesar sampai seperti buah anggur. Ditengah absces akan terlihat adanya cairan
nekrosis, ditengahnya ada sel stroma hati dan bagian luarnya terlihat jaringan hati yang ditempeli
oleh ameba. Bilamana absces pecah serpihan absces akan tersebar dan menginfeksi jaringan
lainnya.
Lesi jaringan lainnya
Lesi pada jaringan lainnya seperti lesi pulmonaris (paru), otak, kulit dan penis, terjadi
karena metastasis dari jaringan hati. Dimana semua kasus terjadi berasal dari absces jaringan
hati.
Diagnosis
Diagnosis terutama dilihat dari gejala klinis dan reaksi tes imunologi. Pemeriksaan
dengan sinar x dapat mendiagnosis adanya absces dalam hati. Pemeriksaan sampel feses cukup
baik dilakukan untuk mendiagnosis infeksi dalam usus. Pemeriksaan beberapa kali terhadap
feses pasien untuk menemukan trophozoit cukup baik dilakukan. Diagnosis secara imunologik
cukup baik hasilnya. Penggunaan teknik fluoerscens antibodi cukup baik tetapi tidak dpat
membedakan antara E. histolytica dengan E. hartmanni.
Pengobatan
Beberapa obat cukup baik untuk membunuh koloni amebiasis yaitu:
- Asam arsanilik dan derivatnya
- iodichlor hydroxyquinolines
Bererapa antibiotik terutama:
- Tetracycline, cukup baik, tetapi kurang baik untuk infeksi ectopic.
- Chloroquine phosphat dan niridazole, cukup efisien
- Metronidazole, merupakan pilihan tepat karena efektif terhadap amebiasis extra intestinal
dan infeksi koloni (dosis 2g/hari, selama 3 hari).
Alat dan Bahan :
1. Mikroskop
2. Preparat
3. Minyak imersi
Prosedur Praktikum :
- Siapkan alat dan bahan
- Amati Preparat dengan mikroskop pembesaran 10x untuk mencari lapang
pandang
- Dan teruskan dengan permbesaran 100x
- Gambar hasil pengamatan
Hasil Pengamatan :
Entamoeba histolytica
a. Bentuk Kista muda dengan Dua Inti
Keterangan :
1. Benda Kromatid
2. Inti 2
3. Vakuola jaringa
b. Bentuk Kista matang 4 inti
Keterangan :1. Inti 4 dengan anak inti
kosentrik
c. Bentuk Tropozoit
Keterangan :1. Inti 12. Anak inti kosentrik3. Erytrosit
PROTOZOA USUS II
(Genus: Balantidium)
Balantidium
Class : Ciliata
Ordo: Trichostomatidae
Famili: Balantiidae
Genus: Balantidium
Species: Balantidiu, coli
Balantidium coli adalah parasit protozoa yang terbesar yang menginfeksi orang.
Organisme ini dijumpai pada daerah tropis dan juga daerah sub-tropis. Pada dasarnya protozoa
ini berparasit pada babi, sedangkan strain yang ada, beradaptasi terhadap hospes definitif
lainnya termasuk orang.
Biologi
Protozoa B. coli hidup dalam caecum dan colon manusia, babi, marmot, tikus dan hewan
mamalia lainnya. Parasit ini tidak langsung dapat menular dari hospes satu kelainnya, tetapi
perlu beberapa waktu untuk menyesuaikan diri supaya dapat bersimbiosis dengan dengan flora
yang ada dalam hospes tersebut. Bilamana sudah beradaptasi pada suatu hospes, protozoa
akan berubah menjadi patogen terutama pada manusia. Pada mamalia lain kecuali jenis
primata, organisme tersebut tidak menimbulkan lesi apapun, tetapi akan menjadi patogen
bilamana mukosa terjadi kerusakan oleh penyebab lain (infeksi sekunder).
Trophozoit akan memperbanyak diri dengan pembelahan. Konjugasi hanya terjadi pada
pemupukan buatan, secara alamiah jarang terjadi konjugasi. Fase cyste terjadi pada waktu
inaktif dari parasit dan tidak terjadi reproduksi secara sexual ataupun asexual. Precyste terjadi
setelah keluar melalui feses yang merupakan faktor yang penting dari epidemiologi penyakit.
Infeksi terjadi bila cyste termakan oleh hospes yang biasanya terjadi karena kontaminasi
makanan dan minuman. Balantiudium coli biasanya mati pada pH 5,0; infeksi terjadi bila orang
mengalami kondisi yang buruk seperti malnutrisi dengan perut dalam kondisi mengandung
asam lemah.
Patologi
Pada kondisi biasa, trophozoit memakan organisme paramaecium dan partikel kecil
jaringan. Tetapi kadang protozoa dapat memproduksi enzim proteolytic yang dapat mendigesti
epithel intestinum dari hospes. Organisme juga memproduksi hyaluronidase yaitu enzim yang
dapat memperbesar ulcer. Ulcer (borok) biasanya berbentuk kerucut dengan leher kecil seperti
kubangan dalam submukosa (seperti ulcer dari amebik). Koloni dari ulcer tersebut
menyebabkan terjadinya infiltrasi sel radang lympocyte, polymorphonuklear leukosit dan
perdarahan. Bila kejadian berlanjut dapat meyebabkan perforasi dari usus besar dan
menyebabkan dysentri. Pada fase ini sering terjadi kematian.
Pengobatan
Beberapa jenis obat dapat membunuh B. coli ini yaitu: Carbasone, diiodohydroxyquin
dan tetracycline. Sering terjadi paenyakit hilang dengan sendirinya, atau individu tidak
menunjukkan gejala tetapi dapat bertindak sebagai karier. Pencegahan dapat dilakukan dengan
seperti pada infeksi E. histolytica dan khusus untuk untuk B. coli perlu ekstra hati-hati pada
orang yang sering berhubungan dengan babi.
PROTOZOA USUS III
(Genus: Giardia lamblia)
Clasass: Flagelata
Family: Hexamitidae
Genus Giardia
Species: Giardia lalmblia
Protozoa ini ditemukan pertama kali oleh Leuwenhoek pada tahun 1681, yang ia
temukan pada fesesnya sendiri. Spesies protozoa ini banyak ditemukan didaerah yang beriklim
panas. Anak-anak peka terhadap infeksi penyakit ini, dimana G. Lamblia adalah flagellata yang
paling sering dijumpai pada saluran pencernaan manusia.
Daur hidup
Giardia lamblia hidup dalam usus halus orang yaitu bagian duodenum, jejenum dan
bagian atas dari ileum, melekat pada permukaan epithel usus. Protozoa dapat berenang dengan
cepat menggunakan flagellanya. Pada seorang yang menderita berat penyakit ini , ditemukan
14 milyard parasit dalam fesesnya, sedangkan pada infeksi sedang ditemukan sekitar 300 juta
cyste.
Dalam usus halus dimana isi usus berbentuk cairan, parasit ditemukan dalam bentuk
trophozoit, tetapi setelah masuk kedalam colon parasit akan membentuk cyste.. Pertama-tama
flagella memendek, cytoplasma mengental dan dinding menebal, kemudian cyste keluar melalui
feses. Pada awal terbentuknya cyste, ditemukan dua nukleoli, setelah sejam kemudian ditemukan
4 nukleoli.. Bila cyste tertelan hospes maka cyste tersebut langsung masuk kedalam duodenum,
flagella tumbuh dan terbentuk trophozoit kembali.
Patologi
Kebanyakan kasus infeksi tidak menunjukkan gejala infeksi, biasanya ada orang yang
lebih peka terhadap penyakit ini daripada lainnya. Pada suatu kasus terjadi sekresi cairan
mukosa berlebihan sehingga terjadi diare, dehydrasi, sakit perut dan berat badan menurun.
Feses terlihat berlemak tetapi tidak ditemukan darah. Protozoa tidak merusak sel hospes, tetapi
memakan cairan mukosa pada epithel usus, sehingga menghambat absorpsi lemak dan unsur
nutrisi lain, hal ini memacu terjadinya gejala penyakit tersebut diatas. Cairan empedu dapat
terserang sehingga menyebabkan jaundice (penyakit kuning/icterus) dan sakit perut (colic).
Penyakit tidak menyebabkan fatal, tetapi sangat mengganggu.
Diagnosis dan pengobatan
Dengan menemukan trophozoit dan cyste dalam feses dapat dijadikan pedoman
diagnosis. Pengobatan dilakukan dengan pemberian Quinacrin atau metronidazole, biasanya
sembuh dalam beberapa hari.
PROTOZOA JARINGAN
Genus : Trichomonas
Class: Flagellata
Family: Trichomonadidae
Genus: Trichomonas
Speciees: Trichomonas vaginalis1
Trichomonas hominis
Trichomonas faetus
Spesies parasit ini ditemukan pertama kali oleh Donne 1836 pada sekresi purulen dari
vagina wanita dan sekresi traktus urogenital pria. Pada tahun 1837, protozoa ini dinamakan
Trichomonas vaginalis. Parasit ini bersifat cosmopolitan ditemukan pada saluran reproduksi
pria dan wanita.
Biologi
Parasit hidup dalam vagina dan urethra wanita dan prostata, vesica seminalis dan
urethra pria. Penyakit ditularkan lewat hubungan kelamin, bahkan pernah ditemukan pada
anak yang baru lahir. Juga pernah secara kebetulan ditemukan pada anak dan wanita yang
masih perawan, mungkin terjadi infeksi melalui handuk dan pakaian yang tercemar. Derajat
keasaman normal pada vagina adalah 4,0-4,5, tetapi bila terinfeksi akan berubah menjadi 5,0-
6,0 sehingga organisme ini dapat tumbuh baik.
Patologi
Kebanyakan spesies Trichomonas tidak begitu patogen dan gejalanya hampir tidak
terlihat. Tetapi beberapa strain dapat menyebabkan inflamasi, gatal-gatal, keluar cairan putih
yang mengandung trichomonas. Protozoa ini memakan bakteri, leukosit dan sel eksudat.
Seperti mastigophora lainnya T. vaginalis membelah diri secara longitudinal dan tidak
membetuk cyste.
Beberapa hari setelah infeksi, terjadi degenerasi epithel vagina diikuti infiltrasi leukosit.
Sekresi vagina akan bertambah banyak berwarna putih kehijauan dan terjadi radang pada
jaringan tersebut. Pada infeksi akut, biasanya akan menjadi kronis dan gejalanya menjadi tidak
jelas. Pada pria yang terinfeksi, gejalanya tidak terlihat, tetapi kadang ditemukan adanya radang
urethritis atau prostitis.
Diagnosis dan pengobatan
Diagnosis bergantung pada ditemukannya trichomonas dalam sekresi penderita. Dapat
juga dilakukan dengan tes haemaglutination indirek (tidak langsung).
Pengobatan dengan cara oral seperti metronidazole biasanya dapat sembuh dalam
waktu 5 hari. Dapat terjadi reinfeksi kembali melalui hubungan kelamin. Obat suppositoria dan
“douches” cukup baik dilakukan untuk membuat pH vagina menjadi asam. Pasangan sex juga
harus diobati bersamaan untuk mencegah terjadinya reinfeksi.
PROTOZOA DARAH
(Genus : Toxoplasma)
Toxoplasmosis
Pertama ditemukan pada tahun 1908 pada tikus gurun, sejak itu parsit tersebut ditemukan
disetiap negara di dunia. Banyak spesies terserang parasit ini antara lain: carnivora, insectivora,
rodentia, babi, herbivora, primata dan mamalia lainnya. Parasit ini bersifat cosmopolitan pada
orang tetapi dapat menyebabkan sakit.
Biologi
Toxoplasma merupakan parasit intra seluler pada bermacam-macam jaringan tubuh
termasuk otot dan epithel intestinum. Pada infeksi berat parasit dapat ditemukan dalam darah
dan eksudat peritoneal. Daur hidupnya termasuk dalam epithel intestinum (enteroepithelial)
dan fase “extraintestinal” terdapat dalam kucing rumah dan hewan piaraan lainnya. Reproduksi
sexual dari toxoplasma terjadi pada waktu hidup dalam tubuh kucing, dan reproduksi asexual
terjadi pada hospes lainnya.
Fase extra intestinal : dimulai pada waktu kucing atau hospes lainnya memakan oocyst yang
bersporulasi atau termakan tachyzoid atau bradyzoites yang merupakan fase infektif. Oocyst
dengan ukuran 10-13 um X 9-11 um pada dasarnya mirip dengan oocyst jenis isospora lainnya.
Sporozoits keluar dari sporocyst, sebagian masuk kedalam sel epithel dan tinggal di lokasi
tersebut, lainnya masuk kedalam mukosa dan berkembang di lamina propria, kelenjar lymfe
mesenterica, organ lainnya dan dalam sel darah putih. Pada hospes lain seperti kucing tidak ada
perkembangan di daerah enteroepithelial, tetapi sporocyst masuk dalam sel hospes dan
memperbanyak diri dengan “endodyogeny”. Sel yang membelah diri secara cepat dan
menyebabkan infeksi akut disebut “tachyzoits”. Sekitar 8-16 tachyzoit mengumpul dalam sel
vacuola parasitophorus sebelum sel mengalami disintegrasi, bila parasit membebaskan diri dari
sel tersebut merka akan menginfeksi sel lain. Tachyzoit tidak tahan terhadap sekresi asam
lambung, tetapi tachyzoit bukanlah sumber infeksi yang penting dibanding fase lainnya.
Bilamana infeksi menjadi kronis, zoits yang berada dalam otak, jantung dan otot
memperbanyak diri lebih lambat daripada fase akut. Dalam hal ini zoit tersebut dinamakan
“bradyzoites” dan mereka terakumulasi dalam jumlah besar dalam sel hospes. Mereka
kemudian dikeleilingi oleh lapisan dinding yang kuat disebut “zoitocyst”. Cyste tersebut dapat
bertahan selama berbulan-bulan atau beberapa tahun terutama dalam jaringan saraf.
Pembentukan cyste tersebut diikuti dengan perkembangan imunitas terhadap infeksi baru,
yang biasanya permanen. Bila daya imunitas menurun, bradyzoit melepaskan diri dan
merupakan booster untuk menimbulkan daya imunitas lagi pada tingkat semula. Proteksi
terhadap reinfeksi dengan adanya agen infeksi dalam tubuh disebut “premunition”. Imunitas
terhadap toxoplasma ada dua yaitu: imunitas “humoral” dan “cell mediated”. Dinding cyste
dan bradyzoites sangat resisten terhadap pepsin dan trypsin dan bila tertelan parasit tersebut
dapat menginfeksi hospes baru.
Fase enteroepithelial: Dimulai pada waktu kucing memakan zoitocyst yang berisi bradyzoits,
oocyst yang berisi sporozoit atau tachyzoit. Kemungkinan lain adalah adanya migrasi zoit dari
extraintestinal kedalam intestinal dalam tubuh kucing. Begitu parasit masuk sel epithel usus
halus atau colon, parasit berubah menjadi trophozoit dan siap tumbuh untuk mengalami proses
schizogony. Telah diteliti ada 5 strain toxoplasma yang dipelajari pada fase ini, dari yang
memproduksi 2 sampai 40 merozoit dari scizogony, polygony, atau endodyogeni, dimana
prosesnya asexual. Gametogony tumbuh di dalam usus terutama usus halus, tetapi sering
terjadai dalam ileum. Sekitar 2-4% gametocyst adalah jantan yang masing-masing dapat
memproduksi 12 microgamet. Oocyst yang ditemukan dalam feses kucing terjadi setelah 3-5
hari post infeksi dari cyste, dengan jumlah tertinggi pada hari ke 5-8. Oocyst memerlukan
oksigen untuk sporulasi, sporulasi terjadi pada hari ke 1-5.
Patologi
Tipe enteroepithelial hanya hidup selama beberapa hari, terutama pada ujung vili.
Tetapi fase extraepithelial, terutama yang berlokasi di retina atau otak, cenderung
menyebabkan infeksi yang serius.
Infeksi pada umur dewasa biasanya tidak menunjukkan gejala (asymptomatik). Tetapi
bila terjadi penurunan daya tahan oleh karena obat (obat imunosupresif seperti corticosteroid)
gejala akan menjadi tampak. Infeksi yang memperlihatkan gejala (symptomatik infection) di
kelompokkan dalam 3 kategori yaitu: infeksi akut, sub akut dan kronis.
Infeksi akut: Infeksi pertama terjadi dalam extraintestinal pada kucing dan hospes lain termasuk
manusia, yang diserang adalah organ kelenjar lymfe mesenterica dan parenchym hati. Dua
jaringan tersebut akan cepat mengalami regenerasi untuk melawan parasit. Gejala yang terlihat
adalah rasa sakit, pembengkakan kelenjar lymfe di daerah cervic, supra clavicula dan inguinal.
Gejala ini diikuti demam, sakit kepala, sakit otot, anemia dan komplikasi paru. Gejala ini dapat
dikelirukan dengan penyakit flu. Bilamana imunitas berkembang akan menyebabkan terjadinya
infeksi sub-akut.
Infeksi sub-akut: Terjadi waktu daya imunitas terbentuk dan menekan proses proliferasi
tachyzoit. Hal ini bersamaan dengan terbentuknya cyste. Cyste ini bertahan beberapa tahun
dan tidak memeprlihatkan gejala klinis. Kadang cyste pecah dan keluar bradyzoit dan biasanya
dibunuh oleh reaksi tubuh hospes, walaupun beberapa lainnya membentuk cyste baru.
Kematian bradyzoit akan merangsang terbentuknya reaksi hipersensitif dalam bentuk
peradangan pada area yang terkena. Pada otak secara perlahan diganti dengan nodule sel glia.
Bila banyak nodule terbentuk, akan terlihat gejala encephalitis kronis yaitu “spasmic patalysis”.
Terjadinya reinfeksi pada sel retina oleh tachyzoit dapat merusak retina. Cyste dan cyste yang
pecah dalam retina dan choroid akan menyebabkan kebutaan. Gejala patologik toxoplasma
yang kronis lainnya adalah myocarditis, kerusakan jantung permanen dan pneumonia.
Congenital toxoplasmosis
Bila ibu yang sedang hamil terinfeksi toxoplasma akut, organisme akan menginfeksi
faetus yang dikandungnya. Untungnya infeksi neonatal kebanyakan tidak memperlihatkan
gejala, tetapi banyak kasus terjadi kematian fetus dan gagal melahirkan. Diduga toxoplasma
masuk ke fetus melalui plasenta dari darah ibunya, tetapi karena uterus sendiri terinfeksi berat,
terjadinya transmisi langsung dapat terjadi.
Abortus spontan terjadi bila faetus terinfeksi toxoplasma baik pada orang maupun
hewan. Pada suatu penelitian diantara 118 kasus infeksi maternal pada awal dan selama masa
kehamilan terjadi 9 kasus abortus atau kematian neonatal, 39 kasus congenital akut
toxoplasmosis dengan dua kasus kematian dan 28 kasus infeksi sub-klinis. Infeksi maternal pada
triwulan pertama masa kehamilan akan menyebabkan patogenik yang ekstensif, tetapi
transmisi parasit ke fetus lebih sering terjadi infeksi maternal pada triwulan ke 3.
Lesi pada toxoplasma congenital adalah hydrocephalus, mikrocephali, cerebral
calcifikasi, chorioretinitis dan gangguan psychomotor. Pada kasus kehamilan kembar, salah satu
fetus memperlihatkan gejala yang serius daripada lainnya yang tidak menunjukkan gejala
infeksi. Pada anak yang lahir selamat dari infeksi congenital, terjadi kerusakan otak congenital,
terlihat dengan gangguan mental dan epilepsi. Hal inilah toxoplasmois adalah penyebab serius
pada ibu hamil.
Diagnosis dan pengobatan
Diagnosis spesifik pada orang berdasarkan beberapa hasil tes laboratorium. Penggunaan
hewan percobaan dengan inokulsi dari hasil biopsi kelenjar lymfe, hati atau limpa pada tikus
hasilnya lebih akurat. Penggunaan teknik komplemen fixation di kombinasi dengan
hemaglutinasi dan tes pewarnaan juga menghasilkan diagnosis yang tepat.
Pengobatan dengan pyrimetamin dan sulfonamide bersamaan banyak digunakan
sebagai obat toxoplasmosis ini.