115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG SURAKARTA TAHUN 1951-1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh AGUNG ANDRI S C.0507004 ILMU SEJARAH FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

  • Upload
    vuthu

  • View
    225

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG

SURAKARTA TAHUN 1951-1972 DALAM TINJAUAN

HISTORIS DAN SOSIOLOGIS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Ilmu Sejarah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

AGUNG ANDRI S

C.0507004

ILMU SEJARAH

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

HALAMAN MOTTO

Hari ini lebih baik daripada hari kemaren, hari kemaren dijadikan suatu pelajaran

untuk melangkah menuju hari esok

Do the best be the best god take the rest

“Seorang faqih (ahli ilmu agama) lebih ditakuti syetan daripada seribu ahli ibadah

(tanpa) ilmu)”. (HR Ibnu Majah).

Page 6: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini ku persembahkan untuk:

Ayah dan (almh) Ibu tercinta

Page 7: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat meraih gelar

sarjana pada Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam pelaksanaannya, skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak, baik dorongan, bimbingan, dan pengarahan yang diberikan. Untuk itu sudah

sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. Riyadi Santosa, M.Ed, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni

Rupa yang telah memberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dra. Sawitri Pri Prabawati, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Ilmu Sejarah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan pengetahuan dan

pengarahan kepada penulis.

3. Dra. Sri Wahyuningsih, M. Hum, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Sejarah

Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan pengarahan kepada

penulis.

4. Tiwuk Kusuma Hastuti,S.S, M.Hum, selaku dosen pembiming akademik dan

pembimbing skripsi ini. Terima kasih atas bimbingan dan kesabaran yang

telah diberikan.

5. Kepada dosen penguji yang telah meluangkan waktu untuk menguji skripsi

penulis.

6. Segenap Dosen di Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang

telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.

7. Bapak, (Almh) Ibu, Andi Purwanto, S.E dan Wiwik Widyawati, S.P serta

Faustine yang selalu memberikan kasih sayang dan semangat dengan tulus

ikhlas serta doa yang tak pernah putus kepada penulis.

8. Teman-teman Historia 2007 (Langeng, Bendi, Lita, Dewi, Lilik, Hasan, Eko,

Drajat, Herfiato, Dahlar, Nico, Seno, Dian, Yeni, Siti) dan semuanya yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih atas segala bantuan

yang diberikan dan semoga persahabatan kita tetap terjalin.

Page 8: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

Page 9: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

PERNYATAAN ............................................................................................. iv

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

DAFTAR ISTILAH……..................................................................................xii

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv

ABSTRAK ....................................................................................................... xvi

ABSTRACT ..................................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5

E. Kajian Pustaka ........................................................................... 6

F. Metode Penelitian ...................................................................... 13

G. Sistematika Skripsi..................................................................... 16

BAB II STRUKTUR PEMILIKAN TANAH DI KELURAHAN PAJANG

SEBELUM TAHUN 1951

A. Kondisi Geografis Kelurahan Pajang......................................... 17

B. Struktur Penguasaan Tanah di Pajang ........................................ 20

1. Sistem Penguasaan Tanah Pada Masa Kerajaan

Page 10: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

hingga Kolonial Belanda.......................................................... 20

2. Sistem Penguasaan Tanah di Pajang Pada Masa Pendudukan

Jepang ....................................................................................... 33

3. Sistem Penguasaan Tanah di Pajang Setelah

Kemerdekaan Hingga Tahun 1950 ........................................... 35

BAB III PEMBAGIAN TANAH NEGARA BERDASARKAN LOTRE DI

KELURAHAN PAJANG TAHUN 1951-1952

A. Konfersi Tanah Negara Menjadi Tanah Milik Individu ............. 41

B. Proses Pembagian Tanah Secara Lotre di Kelurahan

Pajang ........................................................................................ 55

C. Dampak Sistem Lotre Terhadap Masyarakat ............................. 64

1. Dampak Sosial Terhadap Masyarakat yang Mendapatkan

Tanah Lotre ................................................................................ 64

2. Dampak Ekonomi Terhadap Rakyat yang Mendapatkan

Tanah Lotre ................................................................................ 68

BAB IV PROSES KEPEMILIKAN TANAH LOTRE DI KELURAHAN

PAJANG TAHUN 1953-1972

A. Pemilikan Tanah Lotre Tahun 1953 hingga 1972 di Kelurahan

Pajang ......................................................................................... 70

1. Pemanfaatan Dan Penguasaan Tanah Lotre ........................... 70

2. Proses Pendaftaran Tanah Lotre ............................................. 79

B. Jual Beli Tanah Lotre ................................................................. 90

BAB V KESIMPULAN ................................................................................. 96

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 98

DAFTAR NARASUMBER ............................................................................. 102

LAMPIRAN ..................................................................................................... 104

Page 11: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Pendudukan tanah perkebunan oleh rakyat ..................................... 37

Tabel 2 Tentang tanah konversi di Vorstenladen Surakarta

dan Yogyakarta………………………………………………. ...... 45

Tabel 3 Tentang beberapa nama dan luas tanah yang menerima

tanah Lotre………………………………………………………59

Page 12: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISTILAH

Apanage : Tanah yang dipinjamkan kepada para

sentono selama mereka memiliki hubungan

kekerabatan yang dekat dengan raja

Bekel : Petani penghubung antara pemilik atau penguasa

tanah dengan penggarap tanah.

Panganga : Ladang

Bau : Satauan hitungan luas tanah masa kerajaan

Tanah Lungguh : Tanah untukm gaji pegawi istana

Taker Turun : Permintaan para patuh

Raja pundut : Permintaan raja

Uba rampe : Perlengkapan

Hereendiensten : wajib menjalankan Rodi

Kerigan : Kerja wajib untuk membangun jembatan, jalan

Gugur gunung : Kerja wajib untuk memperbaiki infrastruktur desa

yang disebabkan bencana alam

Cultuurdiensten : Kerja wajib di perkebunan

Pamajegan : Pajak

Narapraja : Pegawi Kerajaan

gladak : Daerah depan dari alun-alun utara kerajaan Surakarta

Swapraja : Daerah kerajaan seperti Kasunanan dan

Mangkunegaran

Privilege : Hak istimewa

Sentono dalem : Kelurga raja yang berada di dalam kraton

Patok : Batas tanah

Gadhuhan : Pinjaman

Cacah : Jumlah

Sikep : Petani pemilik sawah atau pekarangan

Vorstenlanden : Daerah Kasunanan Surakarta dan Kasultanan

Yogyakarta

Page 13: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

Pacht : Sewa

Maro : Setengah

Mertelu : Sepertiga

Mrapat : Seperempat

Domein Verklaring : Hak milik

Gouvernements ordonantie : Peraturan Pemerintah

Anggaduh : Pinjaman sementara

Andarbe : Milik

Onderneming : Perkebunan asing

Komunal : Hak milik

Statement : Pernyataan

Conversi besluit : Hak milik komunal

Landhuur reglement : Hak sewa perkebunan

Ordonansi : Peraturan dalm perkebunan

Hypotheek : Hak kebendaan atas benda yang tak bergerak

Lotre : Undian

Page 14: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR SINGKATAN

UUPA : Undang-Undang Pokok Agraria

UUD 1945 : Undanng-Undang Dasar 1945

VDR : Vorstenlandsh Grondhuur Reglement

KUHS : Kitab Undang-undang Perdata (Sipil)

PPKI : Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia

DEPAG : Departemen Agraria

PKI : Partai Komunis Indonesia

PPTP : Pajak Penghasilan atas Tanah Pertanian

PTMI : Pendaftaran Tanah Milik Indonesia

PERPU : Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang

DIT-IPEDA : Direktorat Iuran Pembangunan Daerah

PHB : Pajak Hasil Bumi

IPEDA : Iuran Pembangunan Daerah

KEPRES : Keputusan Presiden

PP : Peraturan Pemerintah

PPAT : Pejabat Pembuat Akta Tanah

KUHP : Kitab Undang-undang Hukum Perdata

Page 15: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengajuan Permohanan Hak Milik/Guna Bangunan/Pakai

Kepada Direktorat Agraria Propinsi Jawa Tenggah Melalui Sub

Direktorat Agraria Kotamadya Surakarta ................................. 105

Lampiran 2 Sertifikat Tanah Jitnowidjo ....................................................... 108

Lampiran 3 Surat Ketetapan Iuran Pembangunan Daerah dari Tahun 1967

hingga 1973 ............................................................................... 110

Lampiran 4 Surat tentang Daftar Nama dan Gambaran Kasar Para Pemohon

Penyelesian Hak Milik Kepada Walikota Surakarta ................. 116

Lampiran 5 Daftar Nama dan Gambar Para Pemohon Hak Milik ............... 117

Lampiran 6 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 10 Tahun 1961

tentang Pendaftaran Tanah ........................................................ 143

Lampiran 7 Bagan Alir Preoses Permohonan Hak Milik ............................. 158

Lampiran 8 Surat Politik Tanah dalam Pembangunan Kota Kepada

J.M Menteri Agraria 19 Djanuari 1955 .................................... 159

Lampiran 9 Peta Surakarta .......................................................................... 161

Lampiran 10 Peta Kelurahan Pajang ............................................................. 162

Page 16: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

ABSTRAK

AGUNG ANDRI SAPUTRO. C.0507004. 2012. Tanah Lotre di Kelurahan Pajang

Surakarta tahun 1951-1972 dalam Tinjauan Historis dan Sosiologis. Skripsi:

Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Penelitian Tanah Lotre di Kelurahan Pajang Surakarta tahun 1951-1972

dalam Tinjauan Historis dan Sosiologis ini bertujuan:1) Mengetahui stuktur

pemilikan tanah di Kelurahan Pajang sebelum tahun 1951. 2) Mengetahui sistem

pembagian tanah Negara berdasarkan Lotre di kelurahan Pajang tahuan 1951-1952.

3) Mengetahui proses kepemilikan tanah Lotre di kelurahan Pajang tahun 1951-

1972

Penelitian menggunakan metode yaitu heuristik (pengumpulan sumber),

kritik (intern dan ekstern), interpretasi (penafsiran), dan historiografi. Sumber

penelitian dikumpulkan melalui studi dokumen, arsip, dan wawancara dengan para

pelaku sejarah. Sumber primer yang digunakan antara lain wawancara dengan

penerima tanah lotre tersebut yang masih hidup, arsip instansi pemerintah dan arsip

pribadi sezaman. Adapun sumber skunder yang digunakan antara lain, buku-buku

referensi, artikel, serta penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema penelitian.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis. Data-data yang terkumpul

dianalisis kemudian disajikan dalam bentuk tulisan yang melukiskan suatu keadaan

berdasarkan fakta-fakta yang telah terjadi dan tersedia. Analisa data ini diperoleh

dari dokumen, studi pustaka, dan wawancara, lalu disusun dalam sebuah

historiografi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa setelah bangsa Indonesia merdeka

terjadi perubahan yang besar. Salah satu perubahan yang terjadi yaitu tentang sistem

agraria di Indonesia. Momentum kemerdakan dimanfaatkan rakyat untuk mengambil

tanah-tanah meraka yang dikuasai oleh bangsa asing. Menghidari pengambilan tanah

secara bebas pemerintah melakukan konversi tanah bekas asing atau tanah-tanah

kosong menjadi tanah Negara. Pada tanggal 15 juli 1946 adanya penetapan

pemerintah tentang penghapusan swapraja di daerah Surakarta maka semua tanah-

tanah yang berada diluar dari wilayah dalam kraton statusnya telah berubah menjadi

tanah Negara Republik Indonesia. Tanah Negara di daerah Pajang di manfaatkan

oleh rakyat atas ijin dari kelurahan setempat.

Pada tahun 1951-1952 di Pajang terjadi pembagian tanah kepada rakyat,

pembagian tanah dilakukan dengan cara sistem lotre. Pembagian tanah dilakukan

tanpa dipungut biaya, sehingga tidak semuanya bisa mengikuti program pembagian

tanah. Adapun terdapat persyaratan yang diberikan untuk bisa mendapatkan tanah

tersebut. Tanah yang dibagikan kepada rakyat merupakan tanah Negara dari hasil

konversi dari tanah bekas asing dan tanah-tanah swparaja. Adanya pembagian tanah

mempengaruhi masyarakat dalam segi ekonomi dan sosial. Perubahan tentang aturan

agraria membariakn pengaruh kepimilikan tanah lotre seperti adanya pendaftaran.

Timbulya jual beli tanah disebabkan oleh kondisi ekonomi,letak tanah yang didapat

dan adanya program sertifikat tanah.

Page 17: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

ABSTRACT

AGUNG ANDRI SAPUTRO. C.0507004. 2012. Lottery land in the Village

Display 1951-1972 Surakarta in Historical and Sociological Review. Script:

Department of History, Faculty of Literature and Fine Arts, University of Sebelas

Maret Surakarta.

Research the Lottery Land in the Pajang Village Surakarta in 1951 -1972.

Review in the Historical and Sociological for the aims: 1.) Knowing the structure of

land ownership in the Village Display before 1951. 2.) Knowing the system of land

distribution by the State Lottery in the Village Display 1951 -1972. 3.) Knowing the

process of Lottery land ownership in the Pajang Village in 1951-1972.

Research using the heuristic method (collecting sources), criticism (internal

and external), interpretation (interpretation), and historiography. Sources was

gathered through the study of documents, archives, and interviews with the actors of

history. Primary sources used an interviews with land lottery recipient is still alive,

government archives and private archives a day. The secondary sources used, among

other things, reference books, articles, and previous studies related to research

themes. This research is descriptive analysis. The collected data were analyzed and

presented in written form that describes in the condition based on facts that have

occurred and available. Analysis of this data is obtained from documents, literature,

and interviews, then arranged in a historiography.

These results indicate that after Indonesia became independent nation great

changes. One of the changes that occur on the agrarian system in Indonesia. The

momentum of freedom of the people used to take their lands controlled by foreign

nations. Avoid making the land freely, to the convention of ex-government, foreign

or vacant land into state land. On 15 July 1946 on the elimination of the

establishment of autonomous government in the Surakarta area then all the lands

that are outside of the palace in a state in the region has turned into the soil of the

Republic of Indonesia. State land in the area Pajang used by people with permission

from the local village.

In the year 1951 - 1952 in Pajang happened to the people of the land

division, the division of land is done by lottery system. The division of land without

charge, so not all can follow the program of land distribution. The requirements

given to the people to be able to get the land. The land distributed to the people of

the State lands of the former convention of foreign lands and lands of self-

government. An impact on the division of society in economic and social terms.

Changes of the rules of agrarian land ownership influence the lottery as a

registration. The emergence of buying and selling land due to economic conditions,

the location of the acquired land and the land certificate program.

Page 18: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

BAB IV

PROSES KEPEMILIKAN TANAH LOTRE DI KELURAHAN

PAJANG TAHUN 1953-1972

A. Pemilikan Tanah Lotre Tahun 1953 Hingga 1972 di Kelurahan

Pajang

1. Pemanfaat dan Penguasaan tanah lotre

Setelah adanya pembagian tanah lotre terjadi perubahan sistem penguasaan tanah,

tanah-tanah tersebut berawal dari perubahan dari milik Negara menjadi milik individual

atau milik perorangan. Walaupun diberikan tanah secara gratis masyarakat tetap

dikenakan biaya untuk membayar pajak terhadap pemerintah setiap tanah luas tanah yang

diberikan. Saat masyarakat menerima tanah tersebut kondisi perekonomian Indonesia

sedang tidak stabil sehingga dalam pemanfaat tanah-tanah lotre tersebut berbeda-beda.

Sebagian masyarakat ada yang langsung mendirikan bangunan yang sederhana, namun

adapula yang tidak langung mendirikan bangunan melainkan memanfaatkan tanah untuk

berkebun.1 Selama penerimaan hingga adanya UUPA tanah-tanah yang diberikan kepada

rakyat tidak mengalami kendala-kendala dalam proses pemanfaatannya dan penerimaan

tanah-tanah tersebut.

1 Data diolah dari Wawancara dengan Margono tanggal 25 Maret 2012

70

Page 19: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Pada masa Nasionalisasi tahun 1957-1959 pemerintah Republik melakukan

pengambilan kembali aset-aset Republik yang dikuasai oleh Belanda. Perusahaan-

perusahaan asing serta perkebunan-perkebunan asing yang diutamakan untuk

dinasionalisasikan menjadi aset Republik Indonesia. Nasionalisasi disini berarti bahwa

bukan menyita atau merampok melainkan untuk menguasai dan kemudian dibayar atau

diganti kerugian. Pada masa ini segala aset-aset pemerintah Kolonial maupun partikelir-

partikelir Kolonial diambil alih untuk dikuasai oleh pemerintah Republik. Di masa ini

juga muncul masalah internal di dalam bangsa Indonesia yaitu adanya pemberontakan

yang dilakukakan oleh gerakan-gerakan separatis. Kondisi tersebut mempengaruhi

permasalahan agraria yang ada di Indonesia sehingga penyusunan undang-undang agraria

mengalami hambatan. Meskipun kondisi bangsa Indonesia mengalami gejolak-gejolak

internal tidak mempengaruhi penguasaan tanah-tanah yang diberikan secara lotre.

Pembagian tanah secara lotre ini menyisakan beberapa lahan sisa tanah Negara

yang telah dibagikan kepada rakyat. Tanah Negara yang masih tersisa kemudian oleh

masyarakat di sekitar lahan tersebut untuk dimanfaatkan, namun berdasarkan ijin dari

kelurahan.2 Pemanfaat lahan-lahan tersebut berlangsung hingga adanya UUPA tahun

1960. Sisa dari tanah Negara ini direncanakan untuk dibagikan kembali kepada rakyat

hingga munculah Undang-Undang Pokok Agraria yang mengatur tentang redistribusi

tanah. Pada Undang-Undang Pokok Agraria tersebut diatur tentang Redistribusi tanah

yang dikhususkan pada para petani. Tanah Negara tersebut yang berada di daerah Pajang

2 Data diolah dari Wawancara dengan Darmo tanggal 20 Juli 2012

Page 20: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

ini akan dibagikan setelah reditribusi tanah tahun 1961. Pembagian tanah Negara yang

tersisa dari pembagian secara lotre tidak terlaksana disebabkan karena situasi politik

tahun 1965 terjadi pemberontakan G 30 S/PKI atau disebut dengan Gestok. Situasi seperti

itu menyebabkan pembagian tanah berhenti bahkan program redistribusi tanah juga

terhenti.

Sejak terjadi kegoncangan-kegoncangan politik tahun 1965 yang berdampak dan

mempengaruhi sistem penguasaan pemerintahan di Indonesia, yaitu peralihan dari masa

orde lama ke orde baru di bawah pimpinan Presiden Soeharto. Kondisi politik tersebut

juga mempengaruhi sistem agraria di Indonesia. Melihat pengalaman dalam masa 1960-

1965 sewaktu Partai Komunis Indonesia gigih mendorong pelaksanaan Landreform,

mengakibatkan pemerintah orde baru lebih berhati-hati dalam menjaga stabilitas politik

dengan ketat yang berefek memberikan status quo antara lapisan masyarakat daerah

pedesaan.3

Pada masa orde baru permasalahan utama yang muncul adalah berawal dari tidak

dilaksanakannya proses landreform secara tuntas setelah diterbitkanya UUPA. Hal ini

dikarenakan permasalahan dan konstelasi politik nasional yang tidak kondusif dan tidak

mungkin untuk melaksanakan hal tersebut.4 Kondisi tersebut juga berdampak pada tanah

Negara di daerah Pajang yang seharusnya tanah tersebut dibagikan kepada rakyat namun

tidak terlaksana. Pada masa orde baru UUPA seperti di peti es-kan, UUPA dianggap

3 Sediono M.P Tjondronegoro, Keping-Keping Sosiologi dari Pedesan, (Jakarta:

Direktorat Jendral Pendidikan Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998), hlm. 87. 4 Siti Rahma Mary Herwati dan Dody setiadi, Memahami Hak Atas Tanah dalam

Praktek Advokasi, (Surakarta: Cakra Books, 2005), hlm. 71.

Page 21: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

sebagai produk dari PKI sehingga tidak digunakan lagi walaupun sebenarnya UUPA

bukan produk PKI, ketika itu PKI yang lebih gencar dalam pembentukan UUPA. Situasi

tersebut menimbulkan banyak masalah tanah yang terjadi salah satunya yaitu

penyerebotan tanah-tanah Negara.

Penyerobotan tanah (Occupatie Illegal) merupakan setiap perbuatan dengan nama

apapun yang tujuannya dengan tanpa hak mengambil sebidang tanah yang telah dibebani

suatu hak atas tanah orang lain, atau dengan kata lain menempati sebidang tanah tanpa

suatu alasan hak (rechts titel) yang sah.5 Dalam hal ini yang dimaksud dengan alasan hak

yaitu setiap hak baik yang diatur oleh undang-undang seperti hak milik, hak guna

bangunan, hak guna usaha dan seterusnya atau hak-hak atas tanah yang diatur oleh

hukum adat seperti hak gadai tanah, hak menumpang, hak usaha bagi hasil dan hak-hak

lainnya yang bersifat sementara. Semua hak-hak atas tanah ini diatur oleh UUPA, karena

dalam pengambilannya tanpa hak barang tentu mempunyai hak akan menuntut

pengosongan tanahnya atau dengan ganti rugi.

Penyerobotan tanah sebenarnya sudah terjadi pada masa Kolonial namun

jumlahnya tidak sebanyak atau seluas seperti pada masa kependudukan Jepang. Ketika

masa kependudukan Jepang kebanyakan tanah-tanah yang diserobot oleh rakyat yaitu

tanah-tanah perkebunan. Pada masa Jepang penyerobotan tanah-tanah oleh rakyat ini

sebenarnya terjadi tanpa disadari oleh rakyat, maksudnya penyerobotan tanah oleh rakyat

itupun terjadi karena ketidaktahuan rakyat yang membuka lahan pertanian di sekitar

5 Bachsan Mustofa., op.cit., hlm.34

Page 22: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

lahan perkebunaan yang sudah tidak terurus atau terlantarkan. Tanah-tanah seperti itu

dimanfaatkan atau digunakan oleh rakyat tanpa seijin dari pemilik lahan tersebut. Pihak

perkebunan sebagai pemilik lahan berusaha untuk mengambil kembali tanah-tanah

perkebunan dari rakyat kemudian rakyat diwajibkan untuk membayar ganti rugi kepada

pihak perkebunan. Pada masa kependudukan Jepang lahan-lahan perkebunan yang

banyak di serobot oleh rakyat dan melibatkan banyak orang atau kelompok dalam

melakukan penyerobotan lahan perkebunan.

Pada masa Revolusi Kemerdekaan (1945-1950) penyerobotan lahan-lahan

perkebunan oleh rakyat semakin bertambah dan meningkat. Bertambahnya pemakaian

tanah-tanah itu terutama karena sulitnya kehidupan pada masa revolusi. Daerah Surakarta

juga terjadi penyerobotan tanah yang dilakukan oleh rakyat, hal ini disebabkan oleh suatu

kondisi ketegangan hubungan antara penguasa pribumi dengan rakyat. Selain masalah

tersebut rakyat merasa bebas setelah merdeka, mereka mengambil tanah-tanah mereka

yang selama ini dikuasai oleh bangsa asing. Penyerobotan tanah tersebut berlangsung

tetap ada hingga akhirnya terbentuk undang-undang yang mengatur tentang agraria di

Indonesia pada tahun 1960. Terbentuknya Undang-Undang Pokok Agraria tahun 1960

karena banyaknya terjadi penyerobatan tanah maka dikeluarkanlah Undang-undang No. 1

th. 1961 tentang larangan pemakaian tanah tanpa ijin yang berhak atau kuasanya sebagai

tindakan pidana pelanggaran yang dapat dikenakan ancaman hukuman yaitu berupa

hukuman kurungan selama-lamanya 3 bulan dan denda sebanyak-banyaknya Rp

Page 23: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

5.000,00.6 Adanya undang-undang tersebut mengurangi atau menghentikan terjadinya

penyerobotan tanah, lahan-lahan perkebunan telah dikonversi menjadi milik Negara

untuk melindungi dari penyerobatan tanah. Meskipun demikian pemerintah memberikan

tanah kepada rakyat yaitu dengan adanya redistribusi tanah kepada rakyat agar rakyat

memiliki tanah dan tidak melakukan penyerobotan tanah atau pemakaian tanah tanpa ijin.

Pada masa setelah terjadinya pemberontakan PKI kondisi politik mulai

mengalami perubahan serta terjadi perubahan kekuasaan, sehingga mempengaruhi sistem

agraria yang telah ada. Kondisi tersebut menimbulkan penyerobotan tanah kembali

terjadi. Tanah-tanah yang diserobot merupakan tanah Negara atau tanah kosong. Di

daerah Pajang banyak lahan-lahan yang diserobat terutama tanah Negara yang dulunya

akan dibagikan kepada rakyat tidak lepas dari penyerobatan tersebut. Penyerobotan tanah

waktu itu dilakukkan para orang-orang yang memiliki kekuasaan seperti para kepala desa

atau para lurah yang menjabat pada waktu itu.7 Pada waktu itu penguasa memanfaatkan

kekuasaan untuk menguasai tanah-tanah kosong walapun tanah tesebut tanah Negara

yang seharusnya dibagikan kepada rakyat. Pelaku penyerobotan saat itu bersifat

individual bahkan rakyat tidak ada yang tidak berani untuk melakukan atau melaporkan

hal tersebut. Penyerobotan tersebut dilakukan dengan cara menjadikan tanah tersebut

sebagai milik mereka dan hal tersebut hanya bisa dilakukan oleh penguasa terutama oleh

para lurah atau perangkat-perangkat yang ada di kelurahan. Masyarakat disekitar tanah

6 Bachsan Mustofa., op.cit., hlm.35

7 Data diolah dari wawancara dengan Harun tanggal 14 Desember 2011

Page 24: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

tersebut hanya mengetahui tanah yang diserobot telah menjadi hak milik individual.8

Luas tanah Negara yang diserobat di daerah kampung Sidodadi seluas 800 m dan 600 m

sedangkan di daerah Tunggul Sari sekitar luas hampir 1 ha. Kesemuanya dilakukan oleh

para kepala dan pegawai pemerintah dalam hal ini kelurahan.9

Setelah tahun 1965 penguasaan tanah lotre mengalami perubahan tentang sistem

agraria. Perubahan tersebut terjadi pada sistem pajak yang ada termasuk pajak untuk

tanah lotre. Sejak awal abad 19, pada zaman Kolonial pajak tanah diberlakukan pada saat

Pulau Jawa diperintah oleh Inggris yang dipimpin Letnan Jenderal Raffles. Pajak tanah

tersebut dinamakan Landrent, yang artinya “sewa tanah”. Raffles meniru sistem pajak

tanah yang ada di India. Ada 3 macam sistem pemungutan landrent yaitu :

a. Sistem zamindari atau zamindarars artinya landheer atau tuan tanah. Sistem ini

mengenakan pajak tanah dengan suatu jumlah yang tetap pada kepada para tuan

tanah. Pengenaan tarif pajak tersebut dengan dikenal dengan istilah “Permanent

Settlement”.

b. Sistem Pateedari atau Mauzawari merupakan sistem pajak bumi yang diberlakukan

kepada desa yang dianggap sebagai satu kesatuan dengan kebijaksanaannya yang

kemudian diserahkan kepada Kepala desa.

8 Data diolah dari wawancara dengan Parto tanggal 26 Desember 2011

9 Data diolah dari wawancara dengan Margono tanggal 25 Maret 2012

Page 25: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

c. Sistem Rayatwari yaitu sistem pajak tanah atau bumi dikenakan berdasarkan

pendapatan rata-rata dari tanah yang diusahakan oleh masing-masing petani.10

Pajak tanah diberlakukan di Pulau Jawa oleh Raffles pada tahun 1811 sampai

dengan 1816. Landrent didasarkan pada suatu dalil bahwa “Semua tanah adalah milik

Raja (souvereign), dan semua Kepala Desa dianggap sebagai “penyewa” (pachetrs). Oleh

karenanya mereka harus membayar “sewa tanah” (Landrent) dengan natura secara tetap.

Ketika kekuasaan beralih pada Belanda, Landrent diubah menjadi “landrente”, sistem ini

merubah sistem terdahulu dengan melakukan perubahan mengarah kepada keadilan dan

kepentingan rakyat, yang berlangsung sampai dengan tahun 1942. Masa penjajahan

Jepang tahun 1942 sampai tahun 1945, sistem pajak tanah yang dilaksanakan Belanda

diambil alih sepenuhnya dan namanya diganti menjadi Pajak Tanah. Ketika bangsa

Indonesia merdeka, pajak tanah diubah menjadi pajak bumi. Periode tahun 1945 sampai

tahun 1951 untuk melaksanakan pajak bumi masih menggunakan cara lama yaitu:

a. Pajak Bumi di wilayah Negara Republik Indonesia dengan pusat pemerintahan di

Yogyakarta dihapus, untuk wilayah federal pajak bumi terus berlaku.

b. Pajak Bumi di wilayah Negara Republik Indonesia dihapus dengan Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 1951. Hal ini disebabkan adanya desakan dari golongan yang

dipimpin oleh Tauchid.

c. Desakan politik tersebut dikenal sebagai Mosi Tauchid, dan sebagai gantinya

dikeluarkan pajak baru yaitu Pajak Penghasilan atas Tanah Pertanian (PPTP).11

10

http://www.sejarah perpajakan di Indonesia.com (diakses pada tanggal 5 juni

2012)

Page 26: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

Tahun 1951 sampai tahun 1959, setelah dikeluarkannya UU. No. 14 tahun 1951

tentang Penghapusan Pajak Bumi di wilayah Negara Republik Indonesia, maka lahirlah

Jawatan pendaftaran dan Pajak Penghasilan Tanah Milik Indonesia (P3TMI) yang

bertugas melakukan pendaftaran atas tanah-tanah milik adat yang ada di Indonesia.

P3TMI tugasnya hanya mengurus pendaftaran tanah saja, maka namanya diubah kembali

menjadi jawatan Pendaftaran Tanah Milik Indonesia (PTMI) dan bertugas sama seperti

sebelumnya ditambah dengan kewenangan untuk mengeluarkan Surat Pendaftaran

sementara terhadap tanah milik yang sudah terdaftar.12

Tahun 1959 dengan adanya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang

(PERPU) No. 11 tahun 1959 tentang Pajak Hasil Bumi ( LN Th. 1959 Nomor 104. TLN.

No. 1806) dengan Undang-Undang Nomor tahun 1 Tahun 1961 (LN Th. 1961 No.3 TLN

No. 2124) telah ditetapkan menjadi Undang-Undang. Selanjutnya nama jawatan yang

mengelola Pajak Hasil Bumi menjadi Direktorat Pajak Hasil Bumi. Dalam

melaksanakannya dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Iuran Negara Nomor PMPPU 1-

1-3 tanggal 29 Nopember 1965 yang menetapkan Direktorat pajak hasil Bumi diubah

namanya menjadi Direktorat Iuran Pembangunan daerah (DIT-IPEDA). Pajak Hasil

Bumi (PHB) menjadi Iuran Pembangunan Daerah (IPEDA). Peraturan tersebut

11

http://www.penelitian elib unicom.ac.id, hlm 39 (diakses pada tanggal 5 juni

2012) 12

http://www.wartawarga student journalism .gunadarma.ac.id (diakses pada

tanggal 5 juni 2012)

Page 27: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

diberlakukan pada tanah-tanah sektor pedesaan, perkotaan, perhutanan, perkebunan dan

sektor pertambangan.13

Setelah ditetapkan iuran pembangunan daerah, maka tanah-tanah lotre tersebut

juga diwajibkan untuk membayar iuran tersebut. Besarnya pembayaran tersebut berbeda

seperti salah satu contoh dari pemilik tanah yang mendapatkan tanah secara lotre

dikenakan biaya IPD pada tahun 1967 sebesar Rp 37,10, pada tahun 1968 biaya yang

dikenakan sama pada tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 37,10 dan pada tahun 1969

biaya yang dikenakan sebesar Rp 48,70 biaya lebih besar dari tahun sebelumnya

disebabkan mengalami keterlambatan pembayaran, sehingga terkena denda sebesar 5%.

Untuk pembayaran IPD pada tahun 1970 dan 1971 sebesar Rp 53,60. Pada tahun 1972

dan 1973 biaya yang dikenakan untuk pajak tersebut sebesar Rp 99,08.14

Pembayaran

atau pelunasan IPEDA dilakukan lewat lurah atau kepala desa setempat. Ketika ada

pemberitahuan hal-hal lain, lurah atau kepala desa wajib memberitahukannya seperlunya.

Rata-rata biaya yang dikenakan hampir sama dengan penerima tanah lotre lainnya.

2. Proses pendaftaran tanah lotre

Ketika muncul Peraturan Pemerintah No 10 tahun 1961 tentang pendaftaran tanah

maka tanah-tanah di Indonesia belum terdaftar. Sebelum dikeluarkannya peraturan

tentang pendaftaran tanah pada tahun 1960, pada tahun 1955 berdasarkan Keputusan

Presiden (Kepres) Nomor 55 Tahun 1955, Presiden Republik Indonesia membentuk

13

Ibid. 14

Surat Ketetapan Iuran Pembanguan Daerah dari tahun 1967 hingga 1973,

koleksi dari Jitnowidjo.

Page 28: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Kementerian Agraria yang sederajat dengan kementerian lain dan dipimpin oleh Menteri

Agraria. Adanya kepres tersebut tugas dari Kementerian Agraria adalah :

a. Mempersiapkan pembentukkan perundang-undangan agraria nasional;

b. Melaksanakan dan mengawasi perundang-undangan agraria pada umumnya serta

memberi petunjuk tentang pelaksanaan agraria pada khususnya.

c. Menjalankan usaha untuk menyempurnakan kedudukan dan kepastian hak tanah bagi

rakyat.15

Pendaftaran berasal dari kata cadaster (bahasa Belanda kadaster) suatu istilah

teknis untuk suatu record (rekaman), menunjukan kepada luas, nilai dan kepemilikan

atau atas hak yang terdapat di suatu bidang tanah. Cadaster adalah rekaman dari pada

lahan-lahan, nilai dari tanah dan pemegang haknya dan untuk kepentingan perpajakan.

Pendaftaran pada waktu itu yang dikenal hanyalah pendaftaran untuk hak-hak atas tanah

yang tunduk kepada kitab Undang-Undang Hukum Perdata Barat. Ada juga orang-orang

bumi putera yang mempunyai hak-hak atas tanah yang berstatus hak-hak barat, selain

dari golongan Eropa dan golongan timur asing termasuk Cina. Untuk golongan bumi

putera tidak ada suatu hukum pendaftaran tanah yang bersifat uniform, apabila itu ada

itupun secara sporadis.

Kegiatan pendaftaran tanah di Indonesia sejak penjajahan Belanda telah ada,

khususnya untuk mengelola hak-hak barat. Pada jaman Hindia Belanda pendaftaran tanah

dimulai dari berdirinya kantor kadaster dan ketika pada zaman awal kemerdekaan

15

Parlindungan, A.P, Pendaftaran Tanah di Indonesia, (Bandung: Mandar

Maju,1999), hlm. 22

Page 29: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

pendaftaran tanah di Indonesia berada di Departemen Kehakiman yang bertujuan untuk

menyempurnakan kedudukan dan kepastian hak atas tanah yang meliputi: pengukuran,

pemetaan dan pembukuan semua tanah dalam wilayah Republik Indonesia, pembukuan

hak atas tanah serta pencatatan pemindahan hak atas tanah tersebut. Kegiatan pendaftaran

tanah tersebut merupakan sistem pendaftaran akte (regristration of deeds). Jawatan

Pendaftaran Tanah pada saat itu hanya bertugas dan berkewenangan membukukan hak-

hak tanah dan mencatat akte peralihan/pemindahan hak, tidak menerbitkan surat tanda

bukti hak yang berupa sertifikat tanah. Alat bukti kepemilikan tanah pada saat itu berupa

akte (akte eigendom dan lain lain). Lahirnya UUPA pada tanggal 24 September 1960

maka sistem pendaftaran tanah mengalami perubahan menjadi sistem pendaftaran hak

(registration of title). Hal tersebut ditetapkan dalam Pasal 19 UUPA yang antara lain

berbunyi:

a. Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah di

seluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan

Peraturan Pemerintah;

b. Pendaftaran tanah meliputi:

1. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah;

2. Pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;

3. Pemberian surat-surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang

kuat.16

16

Parlindungan, A.P., op.cit.,hlm. 1

Page 30: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Ketika munculnya UUPA maka tugas dari pendaftaran meliputi pendaftaran hak

termasuk peralihan dan pembebanannya serta pemberian surat-surat tanda bukti sebagai

alat pembuktian yang kuat, selain itu juga tugas untuk pemetaan, pengukuran, pembuatan

buku tanah, pendaftaran hak-hak dan peralihan hak-hak. Adanya UUPA menjadikan

perubahan sistem pendaftaran tanah yang dulunya sistem pendaftaran akte berubah

menjadi sistem pendaftaran hak. Dikeluarkannya PP 10 tahun 1961 maka pendaftaran

tanah yang dahulunya hanya berpusat dibeberapa kota atau di daerah masyarakat barat

yang sudah berkembang menjadi lebih meluas cakupannya.

Keinginan untuk adanya kepastian tentang pemberian hak-hak tanah maka para

kepala daerah membuat surat yang ditujukan kepada menteri agraria yang salah satu

isinya masalah-masalah tanah untuk perkembangan di setiap kota.17

Surat tersebut berasal

dari para walikota di Indonesia termasuk Walikota Surakarta dan Jogyakarta, hal ini

menegaskan bahwa pemberian hak-hak kepada pemilik tanah disetiap daerah. Adanya

surat tersebut maka tanah-tanah yang ada di daerah Surakarta didaftarkan ke kantor

kadaster. Daerah Surakarta dan Yogyakarta pendaftaran tanahnya menggunakan sistem

pendaftaran kadaster. Setelah pemberian tanah-tanah tersebut kepada rakyat selang

beberapa tahun dan adanya pemberitahuan, maka tanah-tanah tersebut didaftarkan kepada

kantor kadaster. Tugas untuk melakukan pendaftaran tanah di seluruh Indonesia

dibebankan kepada Pemerintah oleh Pasal 19 ayat (1) UUPA ditentukan bertujuan

17

Surat politik tanah dalam pembanguan kota kepada J.M Menteri Agraria 19

Djanuari 1955, koleksi Arsip Nasional, arsip surat konperensi walikota No. 5 55/Sekr.

Kon.Wal

Page 31: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

tunggal yaitu untuk menjamin kepastian hukum. Menurut penjelasan dari UUPA,

pelaksanaan kegiatan pendaftaran tanah merupakan kewajiban dari Pemerintah bertujuan

menjamin kepastian hukum yang bersifat rechtscadaster. Rechtscadaster artinya untuk

kepentingan pendaftaran tanah saja dan hanya mempermasalahkan haknya apa dan siapa

pemiliknya, bukan untuk kepentingan lain seperti perpajakan.

Sebelum dikeluarkannya peraturan tentang pendaftaran tanah tahun 1960 para

pemilik tanah-tanah lotre melakukan pendaftaran tanah ke kantor kadaster untuk

pengukuran kembali yang akan digunakan sebagai pembayaran pajak bukan pemberian

buku tanah. Dalam proses pendaftaran ke kantor kadaster, rakyat hanya dibebani biaya

adminitrasi sebesar 60 rupiah.18

Selain untuk pajak pendaftaran, rakyat juga mendapatkan

surat keterangan tentang luas tanah mereka dan status tanah tersebut. Setelah

mendaftarkan tanah mereka ke kantor kadaster status tanah mereka menjadi hak milik.19

Semua tanah-tanah di Indonesia kebanyakan belum terdaftar, sehingga selama itu

masyarakat hanya memiliki surat-surat yang dibuat oleh camat dan lurah setempat.

Situasi tersebut menimbulkan beberapa tanah-tanah yang dikuasai tanah melalui prosedur

PP 10 tahun 1961. Tanah-tanah kosong tersebut ada yang belum dikonversikan maupun

tanah-tanah yang belum dikuasai oleh Negara dan kemudian telah diduduki oleh rakyat

baik disengaja maupun tidak disengaja atau pun diatur oleh kepala-kepala desa dan

disahkan oleh camat menjadi hak milik. Tanah-tanah yang sudah disahkan oleh camat

18

Data diolah dari wawancara dengan Parto tanggal 26 Desember 2011 19

Data diolah dari wawancara dengan Sutarji tanggal 28 Juni 2012

Page 32: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

tersebut telah menjadi hak seseorang atau pun termasuk kategori hak-hak adat. Tanah-

tanah yang belum banyak terdaftar yaitu tanah bekas barat dan tanah adat.

Pendaftaran tanah untuk pertama kali (initial registration) meliputi tiga bidang

kegiatan yaitu: bidang fisik atau “teknis kadastral”, bidang yurudis dan penerbitan

dokumen tanda-bukti hak.20

Kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali (initial

registration) dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu secara sistematik dan secara sporadik.

Pendaftaran tanah secara sistematik merupakan kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama

kali yang dilakukan secara serentak, yang meliputi semua obyek pendaftaran tanah yang

belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan, umumnya

prakarsanya datang dari Pemerintah. Pendaftaran tanah secara sporadik adalah kegiatan

pendaftaran tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek pendaftaran

tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu desa atau kelurahan secara individual atau

massal, yang dilakukan atas permintaan pemegang atau penerima hak atas tanah yang

bersangkutan.

Fungsi pendaftaran tanah mempunyai peranan yang amat strategis, khususnya

mengenai hak-hak atas tanah karena kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah

hanya akan dapat dicapai apabila dilaksanakan pendaftaran atas tanah, prinsip ini

merupakan hasil penafsiran terbalik dari pernyataan Pasal 19 ayat (1) UUPA, yaitu

bahwa tanpa dilaksanakan pendaftaran tanah, maka kepastian hukum hak atas tanah tidak

akan pernah tercapai. Kepastian hukum yang ingin dicapai melalui pendaftaran tanah,

20

Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah pembentukan Undang-

Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya, (Jakarta : Djambatan, 2007), hlm. 74.

Page 33: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

meliputi : kepastian hukum mengenai subyek hukum pemegang hak atas tanah, kepastian

hukum mengenai obyek hukum yaitu mengenai tanahnya itu sendiri dan kepastian hukum

mengenai hak yang melekat atas tanah tersebut yang menjadi alas hubungan hukum

antara subyek hukum dan obyek hukum.

Sistem pendaftaran tanah setelah UUPA ada lembaga yang berwenang

melakukannya. PPAT adalah satu-satunya pejabat yang berwenang untuk membuat akta-

akta peralihan hak atas tanah, pemberian hak baru atas tanah dan pengikatan tanah

sebagai jaminan utang (recording of deeds of conveyance), sedangkan Badan Pertanahan

Nasional merupakan pejabat satu-satunya yang secara khusus melakukan pendaftaran

tanah dan menerbitkan surat bukti haknya (recording of title and continuous recording).21

Tanah-tanah bekas konversi dan perkebunan-perkebunan yang telah dikonversi

diutamakan untuk didaftarkan pada saat pendaftaran tanah tahun 1961. Sebelum adanya

pelaksanaan pendaftaran tanah, yang lain sudah terjadi perubahan politik dan kekuasaan

setelah tahun 1965, sehingga sebagian tanah-tanah yang lain belum terdaftar, termasuk

tanah-tanah rakyat yang dberikan secara lotre. Rakyat yang mendapatkan tanah tersebut

sebenarnya telah mendaftarkan tanahnya ke kantor kadaster, namun hal itu hanya untuk

pengukuran tanah kembali yang digunakan untuk perhitungan pajak.

Proses pendaftaran tanah-tanah lotre berawal dari kebijakan pemerintah orde baru

untuk tanah-tanah yang belum bersertifikat agar segera didaftarkan untuk mendapatkan

hak milik atau buku tanah (sertifikat). Setelah pemberitahuan tentang pesertifikatan tanah

21

Kartini Soedjendro, Perjanjian Peralihan Hak Atas Tanah Yang Berpotensi

Konflik , (Yogyakarta: Kanisius, 2001), hlm. 69

Page 34: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

maka masyarakat di Kelurahan Pajang mulai mendaftarkan tanah yang dilakukan pada

tahun 1972.22

Pendaftaran tanah untuk tanah lotre ini dilakukan secara serentak, pada

saat itu Lurah hanya memberitahukan kepada masyarakat tentang peraturan pesertifikatan

tanah. Dalam pengajuan pendaftaran tanah masyarakat harus memenuhi persyaratan

yaitu:

a. Salinan surat tanda kewarganegaran (akte /pendirian badan hukum)

b. Salinan keputusan pengesahan badan hukum

c. Salinan sertifikat /skpt/kekitir

d. Salinan surat ukur/gambar

e. Surat bukti perolehan hak secara beruntun.23

Sebelumnya kelurahan melakukan pengukuran, pemetaan secara menyeluruh

terhadap tanah-tanah di Kelurahan Pajang sebagai salah satu persyaratan dalam

pengajuan permohonan hak milik atau sertifikat tanah.24

Setelah pengukuran tersebut

barulah dilaksanakan pendaftaran tanah, kemudian mengajukan surat permohonan hak

tanah ke kantor Sub Direktorat Agraria Kotamadya Surakarta yang sekarang bernama

Badan pertanahan Nasional Surakarta. Setelah proses pengajuan permohonan dan berkas-

berkas persyaratan diajukan ke kantor agraria Surakarta, kemudian dari kantor agraria

melakukan pengukuran kembali tanah-tanah yang akan menjadi hak milik. Pengukuran

22

Data diolah dari wawancara dengan Tumin tanggal 5 September 2011 23

Surat Pengajuan Permohanan Hak Milik/Guna bangunan/Pakai kepada

Direkotarn Agraria Propinsi Jawa Tenggah melalui Sub direktorat Agraria Kotamadya

Surakarta, Arsip pribadi dari Margono. 24

Surat tentang daftar nama dan gambaran kasar para pemohon penyelesian

hak tanah kepada Walikota Surakarta, Arsip Kelurahan Pajang.

Page 35: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

tersebut untuk pengecekan kembali tanah yang diajukan menjadi hak milik. Setelah

pengukuran dan pengumpulan berkas-berkas, kemudian data tersebut dikirim ke

Direktorat Agraria Propinsi Jawa Tengah.

Pengajuan permohonan hak milik atau pensertifikatan tanah di Kelurahan Pajang

dilakukan secara massal. Jumlah keselurah masyarakat yang mendaftarakan tanah di

Kelurahan Pajang sebanyak 521 terbagi dalam 15 kampung yaitu: kampung Sidodadi,

kampung Bendosari, kampung Wonorejo, kampung Tegalkeputren, kampung

Tegalkembang, kampung Karangturi, kampung Suronalan, kampung Ledoksari, kampung

Pajangan, kampung Cocok carikan, kampung Norowangsan, kampung Totosari, kampung

Sogatan, kampung Tunggulsari.25

Kampung sidodadi masyarakat yang mendaftarakan tanah sebanyak 75 dengan luas

tanah berkisar 120m hingga 890m.26

Untuk kampung Bendosari dan kampung Wonorejo

sebanyak 64 dengan luas tanah berkisar 125m hingga 450m dengam rincian kampung

Bendosari sebanyak 43 sedangkan kampung wonorejo sebanyak 21.27

Masyarakat

kampung Sarimulyo yang mendaftarkan tanah sebanyak 49 debgan luas tanah berkisar

150m hingga 600m.28

Masyarakat kampung Tegalkeputren dan masyarakat

Tegalkembang sebanyak 88 dengan rinciana kampung Tegalkeputren sebanyak 49

sedangkan kampung Tegalkembang 39 dengan luas tanah 120m hingga 500m.29

25

Lihat Lampiran 5 26

Lihat Lampiran 5.a hingga 5.b 27

Lihat Lampiran 5.d hingga 5.e 28

Lihat Lampiran 5.g hingga 5.h 29

Lihat Lampiran 5.j hingga 5.k

Page 36: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Kampung Karangturi dan kampung Suronalan masyarakat yang mendaftakan tanah

sebanyak 46 dengan rincian kampung Karangturi sebanyak 13 sedangkan kampung

Suronalan 33 dengan luas tanah berkisar 100m hingga 775m. masyarakat kampung

Ledoksari, kampung Pajangan dan kampung Corak-carikan sebanyak 39 dengan rincian

sebagai berikut: kampung Ledoksari 19, kampung Pajangan 17 dan kampung 3 luas tana

yang didaftrakan berkisar antara 150m hingga 450m. Masyarakat kampung norowangsan

yang mendaftrakan tanah sebanyak 33 dengan luas tanah antara 40m hingga 300m.

Kampung Totosari dan kampung Sogatan masyarakat yang mendaftakan tanah sebanyak

35 dengan rincian kampung Totosari sebanyak 19 sedangkan kampung Sogatan 16

dengan luas tanah berkisar 270m hingga 450m. Masyarakat kampung Tunggul sari yang

mendaftrakan tanah sebanyak 99 dengan luas tanah antara 42m hingga 800m.30

Pada waktu itu keputusan tentang pengeluaran surat sertifikat tanah dilakukan oleh

kantor Agraria Propinsi Jawa Tengah. Proses pengajuan permohonan hak milik atau

sertifikat rakyat dikenakan biaya sebesar Rp 20.480.- dan Rp 10.240.-.31

Proses

pengeluaran dari buku tanah atau sertifikat membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Pendaftaran tanah selain berfungsi untuk melindungi pemilik, juga berfungsi untuk

mengetahui status sebidang tanah, pemilik tanah, hak tanah tersebut dan luas dari

kepemilikan tanah. Tujuan pendaftaran tanah meliputi:

30

Lihat Lampiran 5.m hingga 5.y 31

Arsip sertifikat tanah Jitnowidjojo.

Page 37: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak

atas tanah dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan

dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.

b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk

Pemerintah agar mudah memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan

perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar.

c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan setiap bidang tanah termasuk

peralihan, pembebanan dan hapusnya hak atas tanah wajib didaftar. Adanya

pemberian kepastian dan perlindungan hukum, maka kepada pemegang hak atas

tanah yang bersangkutan diberikan sertifikat hak atas tanah, sedangkan untuk

melaksanakan fungsi informasi, data yang berkaitan dengan aspek fisik dan yuridis

dari bidang-bidang tanah yang sudah terdaftar, dinyatakan terbukti untuk umum (asas

publisitas), sementara dalam hal mencapai tujuan tertib administrasi pertanahan,

maka setiap bidang tanah atau satuan rumah susun, termasuk peralihan, pembebanan

dan hapusnya hak atas tanah dan hak milik satuan rumah susun, wajib didaftar.32

Adanya buku tanah (sertifikat) dapat memberikan jaminan hukum dan

pengesahan tanah bagi setiap individu. Pendaftaran tanah telah diatur dalam Undang-

undang sehingga rakyat berkewajiban untuk mendaftarkan tanah-tanah mereka.

Pengajuan permohonan hak milik di Kelurahan Pajang sebanyak 512 orang kesemuanya

diterima dalam peromohanan hak milik atau sertifikat.

32

Supriadi, Hukum Agraria, (Jakarta: Sinar Grafika, 2000), hlm. 165

Page 38: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

90

B. Jual-beli tanah lotre

Bagi manusia uang merupakan suatu yang mempunyai nilai lebih, bagi mereka

dengan mempunyai uang tunai dapat digunakan untuk memenuhi kehidupan terutama

kebutuhan-kebutuhan yang mendadak. Adanya kebutuhan–kebutuhan yang bersifat

mendadak mengharuskan penduduk untuk memperoleh dan mendapatkan sumber

keuangan bagi mereka. Untuk mendapatkan uang tersebut jalan satunya yang dilakukan

dengan menjual tanahnya atau barang berharga lainnya. Masalah pokok yang ada dalam

masyarakat adalah adanya kekurangan uang perekonomian yang terjadi pada waktau itu

sedang suklit. Kondisi tersebut berdampak terhadap masyarakat di kelurahan Pajang

sehigga terjadi jual-beli tanah lotre.

Pada waktu kondisi perekonomian bangsa Indonesia belum stabil ditambah

banyak terjadi pemberontak internal di Indonesia serta peralihan kekuasaan dari Presiden

Soekarno kepada Soeharto setelah terjadinya peristiwa G 30 S/PKI berdampak pada

seluruh rakyat, tidak terkeculi masyarakat di kelurahan Pajang. Banyak masyarakat yang

membutuhkan uang untuk menyambung hidupnya dan salah satu cara untuk mendapatkan

uang ketika itu dengan cara menjual tanahnya. Peristiwa tersebut banyak terjadi di

Kelurahan Pajang dengan menjual tanah yang didapat dari pembagian tanah secara sistem

lotre. Selain faktor ekonomi ada beberapa faktor-faktor lain yang menyebabkan

timbulnya penjualan tanah-tanah lotre yaitu disebabkan karena letak tanah. Jual beli tanah

pada hakikatnya merupakan salah satu pengalihan hak atas tanah kepada pihak orang

Page 39: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

91

lain. Peralihan hak-hak pemilikan tanah atas tanah tersebut tidak hanya meliputi jual-beli

saja tetapi pengalihan hak pemilikan ini dapat juga karena hibah, tukar menukar.

Pemberian dengan maksud wasiat dan perbuatan-perbuatan lain yang bermaksud

memindahkan hak pemilikan atas tanah. Pengertian jual-beli tanah dalam hukum adat

adalah perbuatan hukum pemindahan hak atas tanah dengan pembayaran harganya pada

saat yang bersaaman dilakukan secara tunai. Penyerahan tanahnya kepada pembeli dan

pembayaran harganya kepada penjual pada saat jual-beli dilakukan, dalam hal ini pembeli

telah menjadi pemegang hak yang baru.

Jual beli33

menurut ketentuan yang berlaku sebelum pendaftaran tanah

dilaksanakan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1961 dihadapan

“Overschhrijvingsambtenaar” atau yang disebut sebagai pejabat balik nama berdasarkan

Overshrijving ordonnatie.34

Sebelum berlakunya UUPA, terdapat dualisme dan pluralism

yaitu hukum tanah barat, hukum tanah adat dan hukum tanah antar golongan. Ketiga

hukum tersebut merupakan hukum tanah yang memberikan pengaturan atau pedoman

dalam menyelesaikan masalah-masalah hukum antar golongan mengenai tanah hukum.35

Pada waktu itu telah dilangsungkan pendaftaran tanah yang berdasarkan Ordonansi balik

nama (Overschrijvings Ordonnantie) yang termuat dalam Stb. 1834 Nomor 27. Peralihan

33

Menurut Pasal 1457 KHUPerd yang disebut ”jual beli tanah” adalah suatu

perjanjian dalam mana pihak yang mempunyai tanah, yang disebut ”penjual”, berjanji

dan mengikatkan diri untuk menyerahkan haknya atas tanah yang bersangkutan kepada

pihak lain, yang disebut pembeli. 34

Haraun Al Rashid, Sekilas tentang Jual Beli Tanah (berikut peraturan-

peraturannya), (Jakarta: Ghalai Indonesia,1987), hlm. 53 35

Boedi Harsono, op.cit, hlm. 30.

Page 40: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

92

hak berdasarkan Ordonansi Balik Nama (Overschrijvings Ordonnantie) ini dilakukan

untuk tanah-tanah dengan hak barat dan tunduk kepada ketentuan-ketentuan KUHPerd

dan pendaftarannya dilakukan berdasarkan Ordonansi balik nama ( Overschrijvings

Ordonnantie).

Pihak pembeli berjanji dan mengikatkan diri untuk membayar harga yang telah

disetujui. Dijual belikan menurut ketentuan Hukum Barat ini adalah apa yang disebut

”tanah-tanah hak barat’, yaitu tanah-tanah Hak Eigendom, Erfpacht, Opstal dan lain-

lain.36

Sebelum berlakunya Ordonansi Balik Nama (Overschrijvings Ordonnantie),

peralihan hak dari penjual kepada pembeli terjadi sebelum peralihan hak itu didaftar pada

dua orang saksi dari Dewan Schepen. Dengan adanya ketentuan Pasal 20 Ordonansi

Balik Nama ( Overschrijvings Ordonnantie ), maka jual beli tidak lagi merupakan salah

satu sebab dari peralihan hak, jual beli hanya merupakan salah satu dasar hukum (titel,

causa) dari penyerahan, sedang peralihan hak baru terjadi setelah pendaftaran

dilaksanakan.

Adapun prosedur jual beli tanah itu diawali dengan kata sepakat antara calon

penjual dengan calon pembeli mengenai objek jual belinya yaitu tanah hak milik yang

akan dijual dan harganya. Hal ini dilakukan melalui musyawarah di antara mereka

sendiri. Setelah mereka sepakat akan harga dari tanah itu, biasanya sebagai tanda jadi,

diikuti dengan pemberian panjer. Pemberian panjer tidak diartikan sebagai harus

dilaksanakannya jual beli itu. Panjer di sini fungsinya adalah hanya sebagai tanda jadi

akan dilaksanakannya jual beli. Adanya panjer, para pihak akan merasa mempunyai

36

Ibid., hlm. 28.

Page 41: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

93

ikatan moral untuk melaksanakan jual beli tersebut. Apabila telah ada panjer, maka akan

timbul hak ingkar. Bila yang ingkar si pemberi panjer, maka panjer tersbut menjadi milik

si penerima panjer. Sebaliknya, bila keingkaran tersebut ada pada pihak penerima panjer,

maka panjer harus dikembalikan kepada pemberi panjer. Jika para pihak tidak

menggunakan hak ingkar tersebut, dapatlah diselenggarakan pelaksanaan jual beli

tanahnya, dengan calon penjual dan calon pembeli menghadap Kepala Desa (Adat) untuk

menyatakan maksud mereka itu. Inilah yang dimaksud dengan terang. Kemudian oleh

penjual dibuat suatu akta bermaterai yang menyatakan bahwa benar ia telah menyerahkan

tanah miliknya untuk selama-lamanya kepada pembeli dan bahwa benar ia telah

menerima harga secara penuh. Akta tersebut turut ditandatangani oleh pembeli dan

Kepala Desa (Adat). Telah ditandatanganinya akta tersebut, maka perbuatan jual beli itu

selesai.

Setelah berlakunya UUPA, terjadilah unifikasi hukum tanah Indonesia sehingga

hukum yang berlaku untuk tanah adalah hukum tanah nasional dan sudah tidak dikenal

lagi tanah yang tunduk kepada KUHPerd atau tanah hak barat dan tanah yang tunduk

kepada hukum adat atau tanah hak adat. Berlakunya UUPA dapat menghilangkan sifat

dualistis yang dulunya terdapat dalam lapangan agrarian, karena Hukum Agraria yang

baru itu didasarkan pada ketentuan-ketentuan Hukum Adat. Hukum Adat adalah hukum

yang sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia serta juga merupakan hukum rakyat

Indonesia yang asli.

Istilah jual beli dalam UUPA hanya disebutkan dalam Pasal 26 yaitu menyangkut

jual beli hak milik atas tanah. Dalam Pasal-Pasal lainnya, tidak ada kata yang

Page 42: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

94

menyebutkan jual beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Dialihkan dalam hal ini

menunjukkan suatu perbuatan hukum yang disengaja untuk memindahkan hak atas tanah

kepada pihak lain melalui jual beli, hibah, tukar menukar dan hibah wasiat. Meskipun

dalam Pasal hanya disebutkan dialihkan, termasuk salah satunya adalah perbuatan hukum

pemindahan hak atas tanah karena jual beli. Apa yang dimaksud dengan jual beli itu

sendiri oleh UUPA tidak diterangkan secara jelas, namun dalam Pasal 5 UUPA

disebutkan bahwa Hukum Tanah Nasional adalah Hukum Adat, berarti menggunakan

konsepsi, asas-asas, lembaga hukum dan sistem hukum adat.

Pengertian jual beli tanah menurut Hukum Adat, merupakan perbuatan

pemindahan hak, yang sifatnya tunai, riil dan terang. Sifat tunai berarti bahwa

penyerahan hak dan pembayaran harganya dilakukan pada saat yang sama. Sifat riil

berarti bahwa dengan mengucapkan kata-kata dengan mulut saja belum dapat terjadi jual

beli. Hal ini dikuatkan dalam Putusan MA No. 271/K/Sip/1956 dan No. 840/K/Sip/1971.

Jual beli dianggap telah terjadi dengan penulisan kontrak jual beli di muka Kepala

Kampung serta penerimaan harga oleh penjual, meskipun tanah yang bersangkutan masih

berada dalam penguasaan penjual.

Proses jual beli tanah lotre setelah terjadi pembagian tanah dengan cara

melimpahkan tanah tersebut kepada pembeli tanah menggunakan pedoman keputusan

dari MA No. 271/K/Sip/1956, yang menjual tanah pada saat yaitu: Narto dengan menjual

semua tanahnya yang didapat yaitu seluas 400 m dan Citro menjual tanahnya seluas 400

Page 43: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

95

m.37

ketika ada program pensertifikatan tanah sekitar tahun 1970-an banyak masyarakat

yang mendapatkan tanah lotre menjual tanah tersebut. Penjual tanah tersebut digunakan

untuk biaya pensertifikatan tanah karena program tersebut diwajibkan bagi masyarakat

yang mendapat tanah lotre. Adapun beberapa orang yang menjual tanah saat itu yaitu

Wiryo dengan luas tanah yang dijual seluas 200 m, Darmo dengan luas 200 m dan Wito

dengan luas 200 m.38

Kebanyakan pada saat itu mereka menjualnya separo dari luas tanah

yang didapat. Proses penjualan tersebut dengan cara pembeli tanah memberikan separo

biaya untuk proses pensertifikatan tanah dan hasilnya nanti keduanya memiliki masing-

masing sertifikat tanah atas nama mereka. Peristiwa jual beli seperti itu disebabkan tanah-

tanah lotre belum disertifikatkan hingga tahun 1972 dan masyarakat juga tidak mau

menggunakan proses yang susah, masyarakat cenderung memilih proses yang lebih cepat

dalam proses jual beli tanah pada waktu itu. Peralihan hak tersebut kedua belah pihak

hanya melakukan perjanjian tertulis bahwa terjadi peralihan hak tanah. Pejualan tanah

lotre tersebut semakin tahun harganya menjadi semakin meningkat. Adapun selain faktor

ekonomi, namun ada faktor lain yang menyebabkan terjadi jual beli tanah lotre yaitu

ketika tahun 1953 hingga 1972 disebabkan karena faktor letak tanah yang mereka

dapatkan dan untuk biaya pendaftaran atau pensertifikatan tanah. Proses jual beli tanah

tersebut hanya belaku ketika masyarakat belum mendaftarkan tanah mereka, tetapi

37

Data diolah dari wawancara dengan Citro tanggal 5 juli 2012

38 Data diolah dari wawancara dengan Wito tanggal 6 juli 2012

Page 44: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

setelah adanya sertifakat tanah proses jual beli tanah sudah berbeda harus melibatkan

PPAT.

Page 45: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah merupakan sumber daya alam yang sangat vital yang melandasi

hampir di semua aspek kehidupan. Tanah bukan saja sekedar sebagai sumber

kehidupan, tetapi juga dapat mempengaruhi kekuatan ekonomi, sosial, dan politik.

Tanah juga dapat menimbulkan kehancuran karena keinginan yang terbersit dalam

benak orang-seorang untuk menguasai tanah. Melihat dari nilai tanah yang sangat

tinggi tersebut maka muncul berbagai hak dan kewajiban dalam hal penguasaan dan

distribusi tanah.

Tanah mempunyai fungsi sosial yang mengharuskan adanya keseimbangan

antara kepentingan individu (pemilik, penguasa, penyewa) dengan kepentingan

masyarakat dan negara dalam pendayagunaan tanah.1 Tanah mempunyai kedudukan

khusus atau penting dalam hukum adat karena tanah merupakan tempat tinggal,

tempat untuk mengubur dan tempat untuk berlindung bagi persekutuan dan roh

leluhur. Masalah tanah dalam perjalanan bangsa Indonesia telah mengalami berbagai

perubahan dari masa ke masa yaitu dari masa kerajaan, masa kolonial sampai masa

pemerintahan Republik Indonesia. Pada masa kerajaan tanah adalah milik raja,

sehingga masyarakat hanya sebagai penggarap. Sementara itu pada masa kolonial,

tanah dikuasai oleh pemerintah kolonial, tidak terdistribusikan ke masyarakat luas.

1 Kartasapoetra, G, dkk., Hukum Tanah: Jaminan UUPA Keberhasilan

Pendayagunaan Tanah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), hlm. 53.

1

Page 46: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

Masa itu tidak dikenal adanya hak milik, sebab tanah hanya disewakan. Mulai masa

kemerdekaan tanah mulai diatur dengan undang- undang pertanahan yang baru, yakni

Undang-Undang Pokok Agraria Tahun 1960 sebagai pengganti Undang-Undang

Agraria 1870 yang merupakan produk pemerintah kolonial.

Keadaan seperti itu menunjukkan bahwa manusia tidak bisa lepas dari

masalah tanah. Masalah tanah sudah ada sejak pra-kemerdekaan, pada masa kolonial

dan masa kependudukan Jepang. Seperti pada zaman pendudukan Jepang, kondisi

pada saat itu diwarnai pula dengan adanya pendudukan tanah-tanah bekas perkebunan

oleh rakyat. Bagi mereka kemerdekaan merupakan momentum yang tepat untuk

kembali merebut tanah- tanah yang banyak dikuasai oleh perkebunan asing.2 Setelah

Indonesia merdeka, rakyat bisa mengelola dan menikmati hasil tanah mereka.

Tahun 1950 kondisi bangsa Indonesia belum stabil dan masih berbenah diri

untuk menjadi suatu bangsa. Pemerintah mulai merencanakan pembangunan yang

berdasarkan pada Pancasila dan saat itu pemerintahan dipimpin oleh Soekarno dan

Hatta. Pada tahun 1950 perekonomian Indonesia memburuk akibat perang

kemerdekaan yang berdampak pada terjadinya inflasi dan defisit dalam bidang

keuangan. Untuk mengatasi persoalan tersebut maka diberlakukanlah kebijakan

pemotongan uang pada tanggal 19 Maret 1950.3 Ketika itu kemiskinan semakin

meningkat, bahkan golongan petani menjadi sangat lemah terutama petani di Jawa.

2 Endang Suhendar dan Yohana Budi Winarni, Petani dan Konflik

Agraria, (Bandung: Yayasan Akatiga,1997), hlm. 77. 3 Mawarti Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah

Nasional Indonesia VI, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hlm. 206-207.

Page 47: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Kebanyakan dari mereka tidak memiliki tanah garapan sendiri. Kedudukan mereka

hanyalah sebagai buruh tani.

Pada masa penjajahan banyak penduduk yang kehilangan tanah. Kondisi

demikian mendorong pemerintah mulai memperhatikan kesejahteraan rakyatnya.

Masa pemerintahan Soekarno banyak dicanangkan kebijakan untuk menyejahterakan

rakyat. Hal tersebut telah diterapkan pada masa kabinet Wilopo yang menetapkan 6

pasal dalam programnya, salah satunya ialah peningkatan kesejahteraan umum yang

mendapatkan prioritas utama.4 Salah satu program untuk menyejahterakan rakyat dan

pemerataan penduduk ialah pemberian tanah secara lotre yang dilaksanakan pada

tahun 1951-1952. Salah satu tempat yang melaksanakan program tersebut ialah

Kelurahan Pajang, Surakarta.

Program tersebut tidak dapat dinikmati oleh semua masyarakat sebab ada

persyaratan tertentu yang harus dipenuhi. Sistem lotre tanah merupakan pembagian

tanah kas milik negara kepada rakyat dengan cara dilotre atau dikocok berdasarkan

sistem nomor. Sisi menarik dari kasus ini ialah program tersebut hanya berjalan

selama satu tahun yaitu 1951-1952, sedangkan kondisi pemerintahan pada waktu itu

sedang tidak stabil karena kabinet sedang mengalami pergantian.

Program tersebut banyak membantu rakyat kecil di tengah kondisi ekonomi

yang buruk. Pemberian tanah pemerintah kepada rakyat memberikan dampak positif

di bidang sosial ekonomi. Pelaksanaan program tersebut ditandai dengan kegiatan

4 G. Moedjanto, Indonesia Abad ke-20 dari Perang Kemerdekaan sampai

Pelita III , (Yogyakarta: Kanisius, 1988 ), hlm. 87.

Page 48: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

pendaftaran tanah, proses penentuan tanah yang lebih dan distribusinya kepada petani

yang tak bertanah.5

Permasalahan tanah dalam sistem lotre muncul akibat dari peristiwa G30/S

PKI yang kala itu banyak terjadi perampasan tanah. Permasalahan tersebut juga

muncul pada masa Orde Baru. Pada tahun 1972 pemerintah menerapkan peraturan

tentang sertifikasi tanah yang juga berpengaruh terhadap tanah lotre. Kepemilikan

tanah lotre yang dulunya hanya berdasarkan surat keterangan hak milik harus diganti

dengan sertifikat. Untuk memperoleh sertifikat tanah tersebut mereka harus

mengeluarkan biaya sehingga bagi yang tidak mampu mensertifikasi tanah tersebut,

kebanyakan dari mereka menjual tanah lotre yang telah mereka dapatkan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana stuktur pemilikan Tanah di kelurahan Pajang sebelum tahun

1951?

2. Bagaimana sistem pembagian tanah Negara berdasarkan Lotre di kelurahan

Pajang pada tahun 1951-1952?

3. Bagaimana proses kepemilikan tanah Lotre di kelurahan Pajang tahun 1953-

1972?

5 Endang Suhendar dan Yohana Budi Winarni, loc.cit., hlm. 83.

Page 49: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui stuktur pemilikan tanah di kelurahan Pajang sebelum tahun

1951.

2. Untuk mengetahui sistem pembagian tanah Negara berdasarkan Lotre di

kelurahan Pajang tahuan 1951-1952.

3. Untuk mengetahui proses kepemilikan tanah Lotre di kelurahan Pajang tahun

1953-1972.

D. Manfaat Penelitian

Kajian tentang Tanah Lotre di Kelurahan pajang Surakarta tahun 1951-1972

dalam tinjauan historis dan sosiologis diharapkan mampu memberikan sebuah

manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai kondisi

sosial ekonomi masyarakat pada masa-masa pengupayaan untuk memperoleh

tanah pada masa pasca kemerdekan dan pasca mendapatkan tanah tersebut.

Penelitian ini diharapkan juga mampu memberi manfaat bagi pembaca untuk

memahami proses pengelolaan tanah serta cara mendapatkan tanah pada masa

pasca kemerdekaan, pada saat itu bangsa Indonesia sedang dalam masa

pembangunan karena keadaan ekonomi sedang memburuk.

Page 50: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

2. Manfaat Praktis

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan melengkapi kajian

pengetahuan dalam ilmu sejarah terutama kajian pengelolaan tanah. Selain itu,

hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dalam

menjalankan kebijakan untuk melangsungkan suatu usaha berkaitan dengan

penyesuaian terhadap keadaan-keadaan kurang mendukung yang berlangsung

pada saat-saat tertentu.

E. Kajian Pustaka

Boedi Harsono dalam bukunya Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan

Undang-Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaanya,(1999). Salah satu bab

membahas tentang hak-hak konversi, pada masa kolonial terdapat sebuah lembaga

tentang Konversi yang berlaku di Keresidenan Surakarta dan daerah Istimewa

Yogyakarata. Konversi pada saat itu, yaitu tanah milik raja berubah kepemilikan

menjadi milik kolonial, sehingga raja tidak berhak atas tanah mereka, sedangkan

tanah tersebut disewakan kepada pengusaha oleh pemerintah kolonial.

Setelah kemerdekaan pada tahun 1948 lembaga konversi yang dibuat oleh

pemerintah kolonial dihapus, karena sangat merugikan rakyat. Kemudian pada saat

itu juga pemerintah mengelurkan Undang-Undang no.13 tahun 1948, yang mencabut

ketentuan-ketentuan VGR (Vorstenlandsch Grondhuur Reglement) yang mengatur

hak-hak konversi tersebur. Tahun 1950 dikeluarkan Undang-Undang No.5 tahun

1950 yang memuat ketentuan-ketentuan tambahan dan pelaksana Undang-undang

Page 51: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

No.13 tahun 1948. Sementara tanah-tanah bekas konversi di keresidenan Surakarta,

baik yang merupakan tanah pegunungan maupun tanah datar sudah digarap atau

dipakai rakyat untuk usaha pertanian dan perumahan. Pemakian tanah-tanah tersebut

dilakukan atas persetujuan dari pemerintah setempat. Buku ini sebagai pedoman

untuk membahas tentang konversi dan hak konversi di Surakarta selain itu juga untuk

pembahasan hak-hak tanah yang dibuat ketika masa Kolonial Belanda.

Sediono M.P Tjondronegoro dan Gunawan Wiradi dalam bukunya Dua Abad

Penguasaan Tanah: Pola Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa dari Masa Ke Masa,

(1984) membahas tentang stuktur penguasaan tanah dan stuktur sosial di pedesan

Jawa, pengolahan tanah di Jawa yang masih menggunakan tradisi. Dalam pemilikan

tanah ada beberapa bentuk atau status penguasan tanah tradisioanal yaitu:

a. Tanah yasan, yasa atau yoso, yaitu tanah dimana hak seseorang atas tanah itu

berasal dari kenyataan bahwa dia atau leluhurnya lah yang pertama-tama

membuka atau mengerjakan tanah tersebut. Hak atas tanah ini memperoleh status

legal dalam UUPA 1960 sebagai tanah milik

b. Tanah norowito, gogolan, pekulen playangan, kasikep, dan sejenisnya, adalah

tanah pertanian milik bersama, yang para warga desa dapat memperoleh bagian

untuk digarap, baik secara bergilir maupun secara tetap.

c. Tanah titisara, bondo desa, kas desa, adalah tanah milik desa yang biasanya

disewakan, dengan cara dilelang kepada siapa yang mau menggarap.

Page 52: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

d. Tanah bengkok, yaitu tanah milik desa yang diperuntukkan bagi pejabat desa

terutama lurah yang dianggap sebagai gaji selama meraka memduduki jabatan

tersebut.

Pembagian tanah tersebut masih berlaku dan mulai mengalami sedikit perubahan

pasca kemerdekaan. Buku ini sebagai pedoman untuk membahas tentang peguasaan

tanah di daerah Pajang yang merupakan daerah dari kasunanan Surakarta pada masa

itu. Teori-teori yang ada di dalam buku ini juga digunakan dalam kaitannya dengan

masalah penguasaan tanah di Surakarta yang khususnya di daerah Pajang.

Sediono M.P Tjondronegoro dalam bukunya yang berjudul Keping-keping

Sosiologi dari Pedesaan dalam salah satu babnya membahas tentang masalah tanah

dalam tinjuan sosiologis, pemecahan masalah-masalah tanah bila ditinjau dari sudut

pandang sosiologis berarti menganalisa antar-hubungan golongan-golongan beserta

usaha-usaha merubah antar-hubungan lapisan-lapisan masyarakat yang meguasai aset

tanah, sehingga terjadi lapisan yang kuat dan lemah.

Masalah tanah tidak terlepas dari faktor politik, ekonomi dan sosial. Tinjuan

sosiologis lebih menyoroti situasi-situasi konflik dalam pertanahan, bukan

berdasarkan pada kekuatan tetapi lebih pada kepentingan ekonomi. Di dalam buku ini

ada pembahasan tentang tanah negara yang tidak dapat diperjual belikan, namun

dikonversikan oleh negara menjadi tanah pribadi atau badan hukum, sehingga ada

keterkaitannya dengan pembagian tanah secara lotre. Tanah lotre merupakan tanah

negara yang diberikan kepada rakyat berbadan hokum bisa diperjual-belikan. Teori-

Page 53: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

teori dalam buku ini digunakan untuk membahas dampak setelah adanya pembagian

tanah secara lotre.

Endang Suhendar dan Yohana Budi Winartni dalam bukunya yang berjudul

Petani dan Konflik Agraria (1998), menjelaskan masalah pengolahan tanah pasca

kemerdekaan. Pada saat ini masalah tanah sangat dipengaruhi oleh kebijakan

landreform yang dilaksanakan sebagai upaya untuk mengatasi masalah ketimpangan

yang terjadi karena perbedaan penguasaan tanah.

UUPA 1960 yang mengatur tentang masalah pengelolaan tanah merupakan

perbaikan dari Undang-Undang Agraria Tahun 1870. UUPA 1960 secara jelas ingin

melakukan pembaharuan yang memberikan kemakmuran kepada rakyat Indonesia

yang sebagian besar kehidupannya tergantung pada sektor agraria. Akan tetapi,

adanya landreform juga menimbulkan banyak konflik pada masa Orde Baru yang

memfokuskan kebijakannya pada sektor pembangunan. Buku ini sebagian isinya

membahas tentang permasalahan agraria dari tahun 1945-1965. Buku ini sebagai

pedoman untuk pembahasan kondisi tanah lotre ketika adanya perubahan sistem

agraria dan munculnya UUPA serta sebagai pedoman tentang konflik agraria setelah

tahun 1965.

Panjang Jatmika dalam skripsi yang berjudul: “Penguasaan Tanah dan Pajak

(Studi Kajian Sosial Ekonomi di Daerah Kabonangan Kasultanan Yogykarata Pada

Tiga Dasawarsa Awal Abad XX)”( 2002), menjelaskan sistem pemilikan tanah yang

lebih menguatkan hak penduduk terhadap tanah yang terjadi pada abad XX melalui

apa yang disebut sebagai Reorganisasi Agraria oleh Pemerintah Belanda. Sistem telah

Page 54: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

merombak sistem kepemilikan tanah yang semula merupakan milik raja dibagikan

dan secara permanen menjadi milik rakyat. Namun perbaikan ini kemudian menjadi

sia-sia ketika politik eksploitasi Kolonial dengan sengaja menciptakan apa yang

disebut sebagai Hak Konversi untuk tetap menguasai tanah rakyat tetapi tetap

membebankan pajak tanah kepada rakyat. Akibatnya adalah rakyat semakin

mendapatkan tekanan yang lebih besar yaitu kegagalan dalam mendapatkan tanah

secara permanen dan masih ditambah lagi dengan adanya pembayaran pajak terhadap

tanah yang tidak pernah dimiliki. Teori dalam skripsi ini digunakan dalam

pembahasan tentang penguasaan tanah di Surakarta dan khususnya di Pajang tentang

proses pajak yang terjadi pada saat penguasaan tanah masa Kolonial Belanda.

R. A Pri Eny dalam skripsinya yang berjudul: “Perubahan Status Pemilikan

Tanah Milik Mangkunegaran sampai dengan Pelaksanaan UUPA 1960” (1988),

menjelaskan tentang sistem penguasaan tanah di Mangkunegaran masa kolonial dari

masa sebelum reorganisasi tanah sampai masa reorganisasi tanah di Mangkunegaran.

Penguasaan tanah di Mangkunegaran masa sebelum reorganisasi yaitu ketika pada

masa feodalisme terjadi sistem tuan tanah. Raja sebagai penguasa atas tanah maka

berlakunya sistem apanage yang bersifat kebekelan. Pada masa reorganisasi sistem

apanage atau sistem kebekelan mulai dihapuskan, dengan seperti itu rakyat

mendapatkan kejelasan tentang kepemilikan tanah. walaupun itu semua masih dalam

pengawasan dari pemerintah kolonial Belanda. Penguasaan tanah pada masa kolonial,

juga membahas tentang peralihan kekuasaan ketika masa kemerdekaan, ketika itu

daerah Surakarta dijadikan sebagai daerah istemewa atau swapraja. Skripsi ini

Page 55: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

sebagai pedoman dalam pembahasan tentang pengusahan tanah di Surakarta yang

khususnya di daerah Pajang, sistem penguasaan tanahnya pun tidak jauh berbeda

dengan sistem penguasaan di Mangkunegaran dengan di Surakarta.

Christina Vivit Virtawati dalam skripsinya yang berjudul: “Sistem Persewaan

Tanah di Karesidenan Surakarta Akhir Abad XIX sampai XX”(2008), menjelaskan

tentang munculnya sistem persewaan tanah di kerisidenan Surakarta karena adanya

lahan yang subur sehingga menarik para pengusaha swasta asing untuk menanamkan

modal di kerisidenan Surakarta. Pelaksanaan sistem persewaan tanah di kerisidenan

Surakarta dikelola oleh masyarakat pribumi di bawah kekuasaan seorang bekel dan

penguasa pribumi, calon penyewa harus mempunyai syarat-syarat yang ada untuk

memperoleh tanah sewaan dengan mudah dan lancar yang salah satunya dengan

adanya uang sewa tanah yang besar kecilnya disepakati oleh kedua belah. Dalam

sistem sewa tanah diatur oleh undang-undang agraria tahun 1870, dengan undang-

undang tersebut diharapkan dapat mengatur dan menjamin kelancaran proses sistem

persewaan tanah di Kerisidenan Surakarta.

Skripsi ini sebagai pedoman dalam pembahasan tentang kepemilikan tanah di

Surakarta terutama di daerah Pajang, karena dalam sistem penguasaan tanah di

dalamnya juga menjelaskan tentang sistem persewaan tanah yang ada di Surakarta.

Dalam skripsi ini juga dijelaskan bagaimana sistem persewaan tanah yang diterapkan

Pemerintah Kolonial Belanda di Surakarta pada masa reorganisasi penguasaan tanah.

Kartosapotra, G. dkk. dalam bukunya Hukum Tanah Jaminan UUPA bagi

Keberhasilan Pendayagunaan Tanah yang terbit tahun 1985, menjelaskan tentang

Page 56: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

pendayagunaan tanah untuk masyarakat. Tanah sangat penting bagi manusia karena

manusia tidak bisa dipisahkan dari tanah. Mereka hidup dari tanah dan memperoleh

bahan pangan dengan cara menggunakan tanah. Tanah juga memiliki fungsi sosial

sehingga mengharuskan adanya keseimbangan antara individu dengan kepentingan

masyarakat dan negara dalam pendayagunaan tanah. Selain itu buku ini juga

menyajikan pembahasan tentang hukum-hukum pemilikan dan pendayagunan tanah.

Penguasaan dan penggunaan tanah diatur agar tidak terjadi kepemilikan tanah secara

bebas, karena sudah ada dalam perundang- undangan yang mengatur tentang tanah.

Imam Soetiknjo dalam bukunya yang berjudul Politik Agraria Nasional

(1983), membahas tentang hubungan manusia dengan tanah berdasarkan Pancasila

yang dijelmakan dalam UUPA, dalam hal ini ialah adanya hubungan yang bersifat

abadi antara bangsa Indonesia dengan bumi di wilayah Indonesia yang merupakan

karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mewajibkan siapa saja yang mempunyai

hubungan hukum dengan tanah untuk memelihara dan menjaganya. Dalam buku ini

juga menjelaskan proses pembentukan dari UUPA dan kerjasama Pemerintah dengan

UGM, buku sebagai pedoman tentang penguasaan tanah lotre kaitannya dengan

adanya UUPA 1960 dan berlakunya UUPA tersebut.

Page 57: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

sejarah, suatu metode yang digunakan untuk menguji dan menganalisa secara kritis

rekaman dan peninggalan masa lalu—lisan maupun tulisan--dan merekontruksi

secara imajinatif masa lalu berdasarkan data yang diperoleh. 6

Pendapat lain

mengatakan bahwa metode sejarah adalah proses mengumpulkan, menguji, dan

menganalisa secara kritis rekaman-rekaman peninggalan masa lampau serta usaha

melakukan sintesa terhadap data masa lampau tersebut menjadi kisah sejarah.7

Penulisan sejarah ini diharapkan dapat memberikan keterangan mengenai

kejadian yang ada dengan mengkaji sebab-sebabnya, kondisi lingkungannya, konteks

sosial-kulturalnya, atau dengan menganalisis secara mendalam tentang faktor-faktor

kausal, kondisional, kontekstual serta unsur-unsur yang merupakan komponen dan

eksponen dari sejarah tentang pembagian tanah kepada rakyat yang terjadi di

Surakarta khususnya di Kelurahan Pajang.

Pendekatan yang dipakai adalah multidimensional yang dapat digunakan

untuk meneropong segi-segi sosial, budaya, dan politik permasalahan yang dikaji.

Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi dan politik guna mengungkapkan

kondisi masyarakat Pajang dalam memperoleh tanah secara sistem Lotre tahun 1951-

1972.

6 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah,

(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1993), hal. 2. 7 Louis Goutschalk, Mengerti Sejarah (edisi terjemahan oleh Nugroho

Notosusanto), (Jakarta: UI Press, 1975), hal. 32.

Page 58: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Metode sejarah yang digunakan mencakup empat langkah, yaitu heuristik,

kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Langkah pertama yaitu heuristik,

mencari dan menemukan sumber data dokumen di beberapa lembaga, yaitu Badan

Pertanahan Nasional Surakarta, Arsip Nasional, Perpustakaan Nasional, dan

beberapa pusat dokumen lainnya seperti monumen press, perpusatakaan keraton

Surakarta, instansi Pemerintah yaitu kelurahan Pajang serta penerima tanah tersebut.

Di samping itu, metode oral history dan life history juga sangat diperlukan untuk

mengungkap kejadian masa lalu ditingkat individu, berkaitan dengan pengalaman

dalam memperoleh tanah secara sistem Lotre di kelurahan Pajang.8

Wawancara mendalam dilakukan secara bebas dan terbuka terhadap sejumlah

informan yang dipilih secara representatif, yaitu para narasumber yang dianggap

mampu memberikan penjelasan tentang sistem Lotre sesuai keperluan penelitian ini.

Para narasumber tersebut adalah masyarakat yang mendapatakan tanah lotre dan

informan lain yang secara langsung bisa menambah perbendaraan data dalam

penelitian ini.

Penelitian ini dengan studi pustaka9 juga cukup penting guna melengkapi data

yang diperoleh. Studi pustaka ini berupa buku-buku yang dapat memperkaya data

yang tidak diperoleh melalui pengkajian secara wawancara ataupun bahan-bahan

8 Kasijanto, et. al., Pedoman Penulisan Sejarah Lokal, (Jakarta: Kementerian

Kebudayaan dan Pariwisata, 2005), hal. 26. 9 Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data dengan memanfaatkan

literatur dan referensi sebagai bahan informasi untuk mendapatkan teori dan data baru

dalam menganalisa masalah. (Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2001), hal. 37.

Page 59: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

dokumen. Adapun buku-buku yang digunakan dalam penulisan ini diperoleh dari

perpustakaan Universitas Sebelas Maret, Perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni

Rupa, Perpustakaan Ilmu Sejarah.

Setelah menemukan berbagai sumber tertulis dan sumber lisan, langkah

berikutnya adalah mengkritik sumber-sumber tersebut, baik menyangkut validitas

maupun kredibilitasnya, dengan membandingkan sumber satu dengan lainnya.

Langkah berikutnya setelah dilakukan kritik adalah menganalisis dan

menginterpretasi data-data yang terkumpul untuk menemukan makna sejarah. Tahap

interpretasi ini akan menghasilkan fakta dari data sumber yang akan terekam dalam

pemikiran tentang informasi yang terkandung di dalamnya.

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari

berbagai sumber yaitu dari wawancara mendalam, dokumen, tulisan dalam media

massa dan foto.10

Setelah berhasil mengumpulkan fakta melalui proses analisis,

dilakukan reduksi data yaitu membuat abstraksi, menyusunnya dalam satuan-satuan,

kemudian dikategorisasikan. Selanjutnya menuangkan ide-ide yang diperolehnya

dalam bentuk fakta itu pada suatu karya penulisan sejarah ilmiah. Pada tahap ini,

dituntut untuk menganalisis lebih lanjut dengan berbagai teori dan pendekatan yang

diambil dari ilmu bantu terkait. Tahap ini dinamakan dengan istilah interpretasi.

Langkah terakhir dalam metode sejarah adalah menyusun laporan dalam bentuk

narasi yang sifatnya deskriptif maupun analitis.

10

Kasijanto, et. al., op. cit., hal. 33-34.

Page 60: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dimaksudkan untuk lebih memudahkan memahami dan

mempelajari skripsi ini, yang akan diuraikan dalam bab-bab secara berurutan.

Bab I merupakan Pendahuluan, berisi Latar Belakang, Perumusan Masalah,

Tujuan, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan

Bab II dalam bab ini menguraikan stuktur pemilikan tanah di kelurahan Pajang

sebelun tahun 1951 meliputi: kondisi geografis, penguasaan tanah di Pajang.

Bab III dalam bab ini menguraikan pembagian tanah negara berdasarkan lotre di

kelurahan Pajang tahun 1951-1952 meliputi: konversi Tanah Negara menjadi Tanah

milik individual, Proses pembagian tanah secara Lotre di Kelurahan Pajang, dampak

yang terjadi terhadap masyarakat yang mendapatkan tanah Lotre.

Bab IV dalam bab ini menguraikan tentang proses kepemilikan tanah lotre di

kelurahan Pajang tahun 1953-1972 meliputi, Pemilikan Tanah Lotre Tahun 1953

Hingga 1972 Di Kelurahan Pajang, Jual-Beli Tanah Lotre .

Baba V dalam bab ini merupakan Penutup yang berisi kesimpulan.

Page 61: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

BAB II

STUKTUR PEMILIKAN TANAH DI KELURAHAN PAJANG

SEBELUM TAHUN 1951

A. Kondisi Geografis Kelurahan Pajang

Kelurahan Pajang merupakan salah satu kelurahan yang secara administratif

termasuk dalam Kecamatan Laweyan. Kelurahan pajang termasuk kelurahan yang

memiliki nilai sejarah dimana banyak nama-nama kampung yang diambil nama kerajaan

pajang. Sebelum kemerdekaan daerah Pajang termasuk ke dalam wilayah Kraton

Surakarta. Nama Pajang sudah ada sejak zaman Majapahit atau sejak abad XIV. Bukti

bahwa Pajang merupakan bekas ibukota Kerajaan Pajang (1568-1586) ialah: Adanya

tempat yang bernama Kadipaten yang dahulunya digunakan sebagai tempat tinggal

Pangeran Adipati Anom (putra mahkota raja), yaitu Pangeran Benowo. Ia tidak naik tahta

sebab Sunan Kudus mengangkat Arya Pangiri (menantu Bupati Demak) sebagai

pengganti Sultan Hadiwijaya. Kampung Tegal Kembang, dahulu berfungsi sebagai

tempat menanam bunga untuk keperluan istana. Tegal Keputren, dahulu merupakan

taman istana bagi para putri raja. Tempat-tempat lain seperti: Se(n)tana, Kasatrian dan

17

Page 62: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

kampung Nyaen, serta keberadaan alun-alun merupakan bukti bahwa dahulu tempat

tersebut merupakan tempat-tempat yang penting.1

Terdapat beberapa sejarah kampung di kelurahan Pajang antara lain:

Ngendraprastha, nama ini diambil dari kisah pewayangan, sebuah tempat bagian dari

Astinapura yang ditempati Pandawa. Dahulu K.R.A.A. Sasradiningrat I, patih

Pakubuwana III tinggal ditempat ini.2 Jegon dinamai kampong Jegon karena disana

terdapat makam kyai Jegon. Songgalan, Ada kyai songgalan sehingga kampung tersebut

dinamakan songgalan dan sebagai cikal bakal kampung itu. Sidodadi kampung ini adalah

kamupung baru (zaman kerajaan pajang belum ada ). Semula daerah tegalan sehingga

sebagian besar masyrakatanya menanam tanaman non-padi. Tanah tersbut merupakan

lahan pemerintah atau juga disebut sebagai tanah kas Negara.

Kelurahan Pajang merupakan bagian dari daerah Surakarta, sehingga garis bujur

dan garis lintang tidak berbeda. Menurut astronomi, Karesidenan Surakarta terletak pada

7’4’0 Lintang Utara , 8’10’0 Lintang Selatan, 110’27’0’ Bujur Barat , 111’20’0’ Bujur

Timur . Batas-batas geografis wilayah Kelurahan Pajang sebagai berikut: Sebelah barat

berbatasan dengan Kelurahan Makamhaji. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan

Sondakan dan Kelurahan Laweyan. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan

Banaran. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Jajar dan Kelurahan Kerten.

1 Radjiman, Warto dkk, Toponomi Kota Surakarta dari Awal Berdirinya

Kasunanan Surakarta Hadiningrat. (Surakarta: 2002), hlm. 123. 2 Ibid., hlm.90

Page 63: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Daerah ini beriklim tropis dan mempunyai dua musim yaitu kemarau dan

penghujan. Secara topografi, Kelurahan Pajang teletak pada ketinggian sekitar 92 m dari

permukaan air laut. Luas wilayah Kelurahan Pajang adalah 155,5 ha. Kelurahan Pajang

berjarak 1,5 km dari pusat pemerintahan Kecamatan Laweyan.

Pajang termasuk dataran rendah dengan curah hujan 5,4 mm/tahun dengan suhu

rata-rata 270C.

3 Melihat datarnya topografi wilayah Pajang, maka bentuk dari perumahan

di Kelurahan Pajang pada umumnya terlihat berkelompok atau berjajar mengikuti ruas

jalan. Pengelompokan rumah dengan pola demikian membentuk sebuah perkampungan.

Secara administratif, Kelurahan Pajang terdiri dari 16 Rukun Warga (RW) dan terdiri dari

86 Rukun Tetangga (RT).

Kondisi Pajang sebagaimana yang diuraikan sebelumnya berakibat pada

pertumbuhan produktivitas penduduk guna kelancaran pembangunan masyarakat

Kelurahan Pajang. Pertambahan jumlah penduduk di satu pihak merupakan tambahan

suplai tenaga kerja. Di sisi lain, bertambahnya jumlah penduduk dihadapkan pada

masalah ketidakseimbangan antara tenaga kerja dengan keterbatasan lahan.

Masyarakat di Kelurahan Pajang merupakan masyarakat majemuk, sehingga di

sana terdapat beragam agama serta kultur masyarakat. Implikasi dari keberagaman

tersebut ialah keberagaman sarana peribadatan. Jumlah sarana peribadatan di suatu

daerah merupakan tolok ukur kemajuan pembangunan budi pekerti dan nilai spritual.

3 http://www.google/demografi kelurahan pajang, (diakses pada tanggal 13

September 2011).

Page 64: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Kelurahan Pajang memiliki masjid sejumlah 21 bangunan, 3 mushola, 3 gereja, dan 3

vihara.

B. Struktur Penguasaan Tanah di Pajang

1. Sistem Penguasaan Tanah pada Masa Kerajaan hingga Kolonial Belanda

Sistem penguasaan tanah secara tradisional menunjukkan bahwa raja merupakan

pemilik mutlak atas tanah yang berada dalam wilayah kekuasaannya. Rakyat yang

menempati tanah raja tidak mempunyai hak milik atas tanah sama sekali. Status mereka

semata-mata ialah sekedar sebagai penumpang. Mereka diharuskan menjalankan berbagai

kewajiban yang diperintahkan oleh raja.

Kewajiban-kewajiban yang harus dijalankan oleh rakyat yang menumpang pada

tanah raja di antaranya ialah: Pertama, membayar pajak atas tanah yang dikerjakan

dengan perjanjian apabila tanah yang diolah bergantung pada musim hujan, maka pajak

tanah yang harus diserahkan kepada raja adalah ½ dari hasil panen. Apabila sawah tanah

hujan itu merupakan tanah panganga (ladang), maka pajak yang diserahkan adalah 1/3

dari hasil panen. Apabila ada sawah yang hasilnya minim sekali, maka pajak yang

diserahkan sebesar ¼ atau 1/5 dari hasil panen.4 Tiap 1 bau dari 5 bau tanah yang digarap

rakyat dibebaskan dari pajak. Bagian 1 bau ini merupakan tanah lungguh resmi bekel.

Selanjutnya 4 bau sisanya dikerjakan oleh rakyat. Setiap kepala keluarga menggarap

4 Pringgodigdo, Geschiedenis der Ondernemingen van het Mangkoenogorosche

Rijk, terjemah M. Marjono Tareono (lahir serta Timbulnya Kerajaan Mangkunegaran),

(Surakarta: Reksopustoko Mangkunegaran, 1950), hlm. 5.

Page 65: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

tanah seluas 1 bau. Sebagian dari hasil tanah itu harus diserahkan kepada raja melalui

bekel sebagai penarik pajak.

Kedua, menyerahkan atau membayar tambahan yang namanya taker turun

(permintaan para patuh), raja pundut (permintaan raja), dan uba rampe (perlengkapan).

Tiga hal itu dianggap sebagai tambahan atas pajak dengan ketentuan tidak melebihi 75%

dari pajak yang diserahkan kepada raja. Ketiga, rakyat yang menumpang di tanah itu

diwajibkan menjalankan rodi (hereendiensten) yang disebut bau suku, yang dilaksanakan

hanya pada hari-hari besar, misalnya Grebeg Maulud dan Grebeg Puasa. Selain itu pula,

rakyat masih melaksanakan tugas desa, seperti memelihara jalan desa, bendungan dan

jembatan.5 Selain tugas-tugas di atas, masih diberlakukan pula kerja wajib bagi rakyat.

Kerja wajib dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Kerigan (desa diensten) untuk perbaikan jalan, pematang, jembatan, dll. Kerigan

dilakukan lima sekali selama lima jam, sedangkan dines kemit yaitu menjaga rumah

penyewa tanah yang dilakukan seminggu sekali.

b. Gugur gunung yaitu berupa perbaikan infrastruktur desa karena banjir dan gangguan

alam. Gugur gunung tidak dapat dipastikan kapan dilakukan, tetapi sekurang-

kurangnya dikerjakan sebulan sekali.

c. Kerigaji (heerendiensten) yaitu kerja wajib untuk raja dan patuh.

5 Adhi Agus Wijayanto, “Serat Nanas Mojogedang dan Perubahan Sosial

Ekonomi Masyarakat Tahun 1922-1937”, Diakronik, Vol.3, No. IV, juli 2009, Jurusan

Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, hlm.

62-63.

Page 66: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

d. Kerja wajib di perkebunan atau interen (cultuurdiensten). Kerja wajib ini biasanya

dilakukan pada perkebunan tebu dan kopi. Beberapa contoh ialah kerja wajib di pabrik

gula, yaitu jaga malam di gudang, jaga di kebun-kebun tebu, dan lain-lain.6

Ditinjau dari fungsinya, tanah kerajaan dibedakan menjadi dua.7 Pertama, tanah

yang menghasilkan suatu barang yang ditentukan dan diperlukan oleh istana yang terdiri

dari bumi pamajegan sebagai penghasil pajak berupa uang dan bumi pangrembe yaitu

tanah yang dimanfaatkan hasil tanamannya seperti padi dan minyak kelapa untuk

keperluan istana. Selain itu ada yang disebut sebagai bumi gladak, yaitu tanah yang

penduduknya diberi tugas dalam bidang transportasi misalnya pada waktu pesta

perkawinan, kelahiran, kematian, dan keperluan-keperluan lain. Kedua, tanah lungguh

atau apanage yaitu tanah yang dipinjamkan kepada para sentono selama mereka memiliki

hubungan kekerabatan yang dekat dengan raja. Tanah lungguh juga berfungsi sebagai

gaji untuk para pegawai istana atau narapraja.

Di bawah ini akan dijelaskan tentang macam-macam jenis tanah kerajaan, yaitu:

a. Tanah apanage

Masyarakat agraris menjadikan tanah sebagai satu-satunya sumber pendapatan. Raja

sebagai pemilik tanah kemudian memberikan tanah dengan hak meminjam kepada para

sentono dalem sesuai dengan loyalitas maupun hirarkis kekuasaan yang dipegangnya.

6 Suhartono, Apanage dan Bekel Perubahan Sosial Pedesaan Surakarta 1830-

1920, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991), hlm. 41-42.

7 Suhartono., op.cit., hlm 35.

Page 67: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Tanah-tanah yang dibagikan sebagai tanah gaji inilah yang kemudian disebut sebagai

tanah lungguh atau tanah apanage.8 Kata lungguh di sini menunjukan kedudukan atau

status di dalam birokrasi tradisional. Diangkatnya seseorang menjadi pejabat pemerintah

kerajaan berimplikasi pada meningkatnya kedudukan dan pemberlakuan privelege atau

hak istimewa yang berlaku dalam sistem lungguh.

Tanah lungguh terdiri dari lahan-lahan yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian.

Seorang penduduk desa dapat memperoleh satu patok (kurang lebih 3,5 ha) untuk

digarap.9 Luas tanah apanage yang diberikan menunjukkan tinggi rendahnya kedudukan

dari pemerintah kerajaan dan kedudukan tanah tersebut bersifat gadhuhan atau pinjaman.

Setelah masa jabatan seseorang tersebut habis, maka tanah gadhuhan tersebut

dikembalikan kepada istana. Sementara jika jabatan tersebut kosong dan belum ada

penggantinya, maka tanah apanage diurus oleh kepatihan sebagai tanah gatungan.

Luas tanah apanage dihitung menurut cacah, yaitu berdasarkan jumlah penduduk

yang tinggal sebagai pembayar pajak. Seberapa pun luas tanah tidak akan berfungsi tanpa

keberadaan mereka. Sebagai gambaran, jika seorang bupati mendapatkan 1000 karya

berarti ia mendapatkan tenaga yang terdiri 1000 sikep. Sikep di sini berkedudukan

sebagai petani pemilik sawah dan pekarangan. Semakin banyak sikep yang ada di

8 Rouffaer., “Vorstenlanden Adatrechtsbund XXXIV”, terjemahan M. Husodo,

(Surakarta: Rekso Pustoko pemerintah Swapraja, 1987). hlm 11.

9 Sediono M.P Tjondronegoro dan Gunawan Wiradi., Dua Abad Penguasaan

Tanah Pola Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa dari Masa ke Masa, (Jakarta: PT

Gramedia, 1984), hlm. 150.

Page 68: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

wilayah bupati, kekuasan yang dimiliki bupati tersebut semakin besar. Untuk menunjang

keberhasilan pengolahan suatu daerah apanage diperlukan keberadaan cacah serta

diperlukan orang yang mengorganisasikan para cacah tersebut. Untuk kepentingan itulah

maka seorang lurah patuh kemudian mengangkat bekel sebagai wakilnya yang

mengkoordinasikan para cacah tersebut. Bekel bertugas sebagai pengumpul pajak dari

para sikepnya. Selain itu bekel juga berfungsi sebagi perantara antara patuh dengan para

sikepnya. Sebagai imbalan atas pekerjaan tersebut, seorang bekel berhak mendapat 1/5

bagian dari hasil tanah daerah kekuasaannya, dan 2/5 bagian untuk raja atau patuh dan

2/5 bagian yang lain untuk sikep yang menggarap tanah tersebut.10

b. Tanah pangrembe

Kasunanan Surakarta merupakan kerajaan yang terletak di pedalaman dengan basis

kehidupan masyarakat yang bersifat agraris. Konsep tradisional ini tidak dapat dipisahkan

dari tanah. Masyarakat tradisional menganggap raja sebagai pemilik seluruh tanah

kerajaan. Tanah merupakan sarana legitimasi kekuasan, karena penguasaan tanah yang

luas merupakan kewibawaan serta kekayaan raja. Di samping itu tanah merupakan sarana

ekonomi yang menunjang pemenuhan kebutuhan kerajaan dengan cara memanfaatkan

hasil alam. Bagi Kasunanan, kedudukan sebagai raja menempatkan penguasa itu sebagai

pemilik tunggal tanah kerajaan sehingga raja memiliki hak istimewa terhadap tanah. Raja

10 Panjang Jatmika, “Penguasaan Tanah dan Pajak (Studi Kajian Sosial Ekonomi

di Daerah Kabonangan Kasultanan Yogyakarta Pada Tiga Dasawarsa Awal Abad XX).

Skripsi, Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa. UNS, 2002, hlm. 20-21.

Page 69: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

sebagai pengelola kerajaan dan kehidupan istana memerlukan tanah khusus yang

digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan keluarganya. Raja harus

membiayai kehidupan pribadi dan keluarga. Guna mencukupi semua itu, raja harus

memiliki sumber penghasilan yang besar. Tanah khusus yang menjadi milik raja untuk

rumah tangganya inilah yang disebut sebagai tanah pangrembe. Tanah ini menghasilkan

bahan pangan, kudapan dan bahan-bahan yang diperlukan istana. Raja menyerahkan

penggarapan tanah itu kepada bekel. Khusus untuk desa-desa yang cukup luas, para

bekel ada di bawah pengawasan demang.

Setelah Perjanjian Giyanti tahun 1755, Surakarta atau Kasunanan terikat kontrak-

kontrak dengan Gubernemen sebagai bagian dari Vorstenlanden.11

Pajang merupakan

bagian dari daerah Surakarta. Sebelum kemerdekaan, Pajang merupakan kekuasaan dari

Kraton Surakarta. Berhubung Pajang merupakan bagian dari Kraton Surakarta, maka

penguasaan tanah di Pajang tidak jauh berbeda dengan penguasaan di Surakarta.

Penguasaan tanah pada masa kerajaan tradisional di bawah kekuasaan Kasunanan

menempatkan raja sebagai pemilik seluruh tanah kerajaan dengan memberlakukan tanah

apanage sebagai gaji untuk para pegawai pemerintah kerajaan. Hak-hak penguasaan

tanah berada di bawah kekuasan raja, tetapi pengaturan penggunaan hak diserahkan

kepada pemegang lungguh. Setelah adanya campur tangan pemerintah kolonial, ditandai

dengan adanya perjanjian antara Paku Buwono II dengan pemerintah kolonial pada

tanggal 11 Desember 1749, dalam lampiran 6a termuat pernyataan sebagai berikut:

11

Suhartono., op.cit., hlm. 23.

Page 70: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

“Punika serat prakawis denning hangutjulajaken sartta hannrahhaken

menggah karaton matawis,saking Kangdjeng Susuhunan Paku

Buwono Senopati Hangalaga Ngabdulrahman Sajidin Panatagama,

hinggih hawit saking hikang parentah kangdjeng kumpeni kang ageng

wahu, Gupernur sartta direktur hing tanah Djawi Djohan Handrajs

Baron Van Hohendoref.12

Terjemahan lampiran 6a sebagai berikut: surat perjanjian ini menyatakan tentang

pelepasaan sebagian Pemerintah Kraton dari Kanjeng Susuhunan Paku Buwono Senopati

Ngalaga Ngabdulrahman Sayidin Panatagama, yang berasal dari Pemerinth Pembesar

Kompeni, Kraton itu diserahkan kepada Gubernur Jendral Kompeni serta direktur yang

memimpin di tanah Jawa Djohan Handrajs Baron Van Hohendoref.

Adanya perjanjian tersebut mengakibatkan adanya perubahan penguasaan tanah.

Rakyat yang menempati tanah raja diwajibkan menyerahkan upeti melalui para birokrat

tradisonal. Setelah perjanjian 11 Desember 1749, beban rakyat bertambah. Mereka harus

mengeluarkan upeti kepada raja dan juga kepada pemerintah Kolonial. Adanya peraturan

tentang pertanahan dari pemerintah kolonial juga menimbulkan perubahan struktur tanah

yang semula berdasarkan adat kemudian berubah menjadi berdasarkan peraturan dari

pemerintah kolonial yang diberlakukan di Vorstenlanden, termasuk juga di Pajang.

Penguasaan tanah pada masa reorganisasi terbagi ke dalam 3 golongan, yaitu:

a. Komplek tanah dengan pajak yang berupa hasil bumi innatural (padi, kayu, dan

sebagainya) terdapat di tanah pangrembe,

b. Tanah lungguh dan apanase dari putra sentana dan pegawai praja atau orang lain, dan

12

Soekanto, Sekitar Yoyakarta 1755-1825, (Yogyakarta: Mahabarata,1952),

hlm.178

Page 71: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

c. Tanah yang menghasilkan pajak dalam bentuk uang (yang disebut pajengan) rakyat

harus membayar pachtt (sewa) berupa uang.13

Mereka yang mendapat tanah lungguh ini disebut para patuh. Pengelolaan tanah

tersebut tidak dikerjakan sendiri, melainkan diserahkan kepada bekel. Para bekel ini

bertanggung jawab mengelola tanah milik para patuh dan memobilisasi tenaga kerja

petani untuk menggarap tanah. Peraturan-peraturan dalam mengatur tanah-tanah tersebut

disebut sebagai Angger gunung dan Angger Sudasa yang berasal dari Kasunanan. Para

bekel ini juga berfungsi untuk menarik pajak para petani. Tanah yang digarap oleh petani

dalam sistem apanage harus memberikan hasil kepada kerajaan untuk membantu

perekonomian kerajaan dan pemerintah Kolonial. Hasil itulah yang dinamakan pajak.

Pembayaran pajak dapat berupa uang atau barang. Pembayaran untuk bumi

pangrembe dilakukan dengan maro hasil, sedangkan pembayaran untuk bumi pamajegan

dibayar dengan uang dengan perhitungan satu real setiap jung (1 jung + f 2,80).14

Selain

pajak tersebut masih juga terdapat pajak-pajak lain yang diwajibkan kepada rakyat.

Posisi bekel berada pada jenjang paling bawah dalam hierarki feodalistik,

sehingga secara vertikal ia menampung tugas-tugas dari atas dan memberikan pelayanan

ke atas. Posisi ini memberikan keuntungan bagi para bekel. Keuntungan itu banyak

diperoleh dari sawah dengan menarik pajak yang hasilnya diperuntukkan bagi para patuh,

raja dan sebagian untuk bekel. Perhitungan sistem pajak ditentukan dengan separoh dari

13

Ibid., hlm 54. 14

Suhartono., op.cit., Hlm. 39.

Page 72: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

hasil tanah diserahkan kepada raja dan sebagian lagi untuk membayar pajak kepada

pemerintah kolonial serta pajak yang lain yang telah ditetapkan.

Pada masa sistem sewa tanah, awal abad 19 para raja menyewakan tanahnya

kepada orang-orang Cina dan Belanda/Eropa. Sistem sewa ini meniadakan kebebasan

rakyat karena tanah-tanah yang disewakan kepada orang Belanda dan oleh para penyewa

lainnya tersebut bukan hanya tanah yang disewakan, namun termasuk pula masyarakat

yang tinggal di atas tanah yang disewakan.

Petani merupakan seorang penggarap tanah apanage dan membagi hasil panennya

menjadi dua atau sering disebut dengan sistem maro: 2/5 bagian, 25 bagian penggarap

dan 1/5 bagian bekel. Pada setiap desa terdapat hampir 3 (tiga) sampai 7 (delapan) bekel

dan para sikep.

Sistem bagi hasil yang berlaku di Surakarta pada umumnya, pada khususnya

Pajang ialah:

1. Sistem Maro, yaitu suatu perjanjian pembagian hasil pertanian dengan perbandingan

1:1 dengan berbagai ketentuan sebagai berikut:

a. Pemaro merupakan penyerahan sejumlah uang kepada pemilik tanah atas sejumlah

tanah yang digarap dan diserahkan kepada penggarap. Sebelum tanah digarap,

penggarap tanah harus menyerahkan sebagian uang kepada pemilik tanah.

b. Pemilik tanah mendapat sewa berupa hasil sebelum diserahkan kepada penggarap dan

menerima 50% dari hasil panen, sedangkan yang 50% diberikan kepada penggarap.

Page 73: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

c. Pemilik tanah meminta 1/8 bagian untuk permulaan dari hasil kotor dari penggarap

tanah agar penggarap tanah memperoleh hak sepenuhnya atas tanah garapan,

sedangkan sisanya dari 1/8 dibagi rata antara pemilik tanah dan penggarap.

2. Sistem mertelu, yaitu suatu perjanjian bagi hasil dengan perbandingan 1:2 dengan

maksud pemilik tanah memperoleh 2/3 dari hasil panen, sedangkan penggarap hanya

memperoleh 1/3 bagian.

3. Sistem mrapat, yaitu suatu perjanjian bagi hasil dengan perbandingan 1:3.15

Sistem sewa ini merugikan para penggarap tanah lungguh, karena tanah ini

disewakan kepada orang asing, sehingga penggarap juga dijadikan buruh mereka, sebab

mereka menggarap tanah yang telah disewakan. Sistem sewa diterapkan di daerah

Surakarta, sehingga kondisi seperti itu membuat kedudukan rakyat semakin kecil dalam

penguasaan tanah pada masa sistem sewa tanah. Penguasaan tanah lebih didominasi oleh

para bangsa asing. Sistem agraria mengenai peraturan-peraturan tentang pertanahan

sebelum masa reorganisasi sangat tidak efektif, sehingga perlu diadakan perubahan

mengenai peraturan-peraturan tentang tanah. Oleh karena itulah, maka pemerintah

kolonial melakukan reorganisasi agraria.

Keputusan pengadaan reorganisasi baru terlaksana pada tahun 1909 setelah

melalui persiapan bertahun-tahun. Latar belakang reorganisasi agraria di Keresidenan

Surakarta dipengaruhi oleh dorongan pemerintah dan faktor yang bersifat ideologis.

15

Christina Vivit Virtawati, “Sistem Persewaan Tanah di Karesidenan Surakarta

Akhir Abad XIX sampai XX”. Skripsi, Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra dan Seni

Rupa. UNS, 2008, hlm.31.

Page 74: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Kedua gagasan tersebut muncul pada masa politik etis. Ketika itu ada gagasan bahwa

orang harus bebas dari keterikatan tanah dan harus ada pemisah antara orang yang

menikmati hasil tanah dan kekuasan orang-orang yang hidup dalam tanah tersebut. Hal

inilah yang mendorong pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan kepastian tentang

hukum terhadap hak-hak petani dan kewajiban petani dalam pengusaan tanah. Cara

seperti itu mengoptimalkan eksploitasi terhadap tanah apanage di Surakarta.

Pada masa reorganisasi agraria, penguasaan tanah di Surakarta mengalami

perubahan. Sistem feodal dihilangakan. Tanah apanage mulai dihapuskan, sehingga ada

kepastian dalam bagi hasil modal asing. Reorganisasi agraria merupakan usaha

menempatkan sistem administrasi langsung di bawah perintah residen dan memperluas

kekuasaan serta kewibawaan kolonial Belanda. Adanya reorganisasi berakibat pada

turunnya kewibawaan Sunan. Selain mengurangi kewibawaan Sunan, pengangkatan

kepala-kepala desa berarti memperkuat pangreh praja guna mengawasi desa-desa. Untuk

itu diperlukan perubahan administrasi dan keuangan yang memisahkan antara kas

kerajaan dengan kas pribadi raja.16

Tahun 1912 mulai diadakan perubahan agraria di Surakarta yang juga mengubah

dasar-dasar yuridis yang menyebabkan adanya “Domein Verklaring “(pernyataan sebagai

hak milik) dari hukum agraria pada tanah-tanah yang langsung di bawah kekuasaan

pemerintah Hindia Belanda. Dengan dukungan peraturan yang berlaku bagi seluruh

Hindia Belanda tersebut, para raja–raja berdasarkan peraturan pemerintah

16 Suhartono., op.cit., Hlm. 95.

Page 75: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

(gouvernements ordonantie) memperoleh hak milik atas semua tanah yang tidak ada

pemiliknya berdasarkan hak-hak lain menurut pengertian Eropa. Keberadaan peraturan

tersebut setidaknya memberikan keuntungan kepada raja, sebab semua tanah yang tidak

digarap/ditanami menjadi milik raja.

Di Surakarta pada umumnya dan di Pajang pada khususnya, tanah merupakan

kuasa raja atau penguasa pribumi. Ternyata status demikian tidak mempunyai kepastian

hukum, dalam arti tidak ada peraturan umum mengenai status tanah itu misalnya tentang

status hukum sewa-menyewa tanah. Kepastian hukum atas tanah itu dilakukan dengan

dihapuskannya sistem feodal atas tanah, yaitu dihapuskannya tanah jabatan atau tanah

lungguh, sehingga penguasaan tanah oleh patuh hanya berstatus hak anggaduh (pinjam

sementara) telah dihapuskan dan hak tanah itu diberikan kepada petani dengan hak

andarbe (milik) secara individual.17

Dengan demikian, status penguasaan individu sudah

mulai jelas, sehingga rakyat bisa merasakan kepastian dalam penguasaan tanah walaupun

di bawah pengawasan dan aturan-aturan dari pemerintah Kolonial Belanda.

Kondisi seperti ini mulai memperjelas penguasaan tanah pada masa reorganisasi.

Sistem feodal sudah mulai dihapuskan dan milik perorangan mulai ada dalam sistem

pengusaan tanah di daerah Surakarta pada umumnya dan di Pajang pada khususnya.

Reorganisasi tanah di daerah Surakarta mengubah tatanan tentang tanah-tanah yang

diserahkan pada perkebunan asing (onderneming) maupun untuk tanah-tanah perorangan

dan untuk desa. Sejak adanya perubahan dalam bidang pertanahan, pemerintah kolonial

17 Suhartono., op.cit., Hlm. 97.

Page 76: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

berusaha sedapat mungkin memberikan kepastian hukum dalam masalah agrarian. Oleh

karena itu, adanya reorganisasi menghasilkan tanda bukti tertulis yang dinamakan akte

hak pakai tersebut.

Sistem persewaan tanah di Surakarta saat reorganisasi juga mengalami perubahan.

Perubahan tersebut mensyaratkan adanya 3 (tiga) hal, yaitu:

a. Subjek hukum dari perjanjian sewa tanah.

b. Objek hukum dari perjanjian.

c. Bentuk dan formalitas dari perjanjian.18

Setelah penghapusan tanah apanage, maka sistem penggajian untuk para pegawai

kerajaan juga mengalami perubahan dari tanah apanage diganti dengan gaji tunai.

Perubahan ini juga berakibat pada hilangnya peranan bekel, sehingga banyak bekel yang

dibebastugaskan, namun ada juga yang dijadikan sebagai kepala desa. Adanya

reorganisasi mengubah bentuk administrasi yaitu dibentuknya kepala desa dan bupati

yang ditunjuk oleh pemerintah Belanda dan kerajaan.

Sistem administrasi yang baru dalam pengorganisasian desa terhadap tanah bekas

dari bekel digunakan rakyat untuk ditanami tanaman pangan dan sebagai digunakan

untuk perkebunan. Jika seorang bekel meninggal dunia, maka tanah tersebut harus

dikembalikan kepada pejabat administrasi desa yang baru dan digabungkan dengan tanah

kas desa. Pamong kelurahan diberi raja berupa tanah dengan status tanah sebagai hak

18 Pri Eny, RA, “Perubahan Status Pemilikan Tanah Milik Mangkunegaran

sampai dengan Pelaksanaan UUPA 1960”. Skripsi, Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra

dan Seni Rupa. UNS, Hlm.90.

Page 77: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

milik. Hak milik ini merupakan hak komunal. Tanah yang masih kosong merupakan

tanah domein bebas dari raja yang tidak diserahkan kepada kelurahan-kelurahan dengan

hak milik (komunal). Tanah-tanah kosong dapat dibuka oleh rakyat untuk dimanfaatkan

sebagai lahan pertanian atau tempat tinggal. Hak tanah kosong ini masih dipertahankan

hingga sesudah reorganisasi yang kemudian disebut sebagai hak membuka tanah.

Sistem sewa tanah saat reorganisasi menimbulkan persewaan tanah yang

dilaksanakan oleh pihak perkebunan asing, dalam hal ini petani sebagai penggarap tanah

yang berkewajiban mengelola tanah dari tuan tanah. Jika para tuan tanah milik pribumi

menyewakan tanahnya kepada perkebunan asing sehingga petani yang menggarap tanah

dari tuan tanahnya tersebut juga ikut bekerja untuk perkebunan asing sebagai penyewa

tanah tersebut, kondisi ini mengakibatkan petani sangat dirugikan dan diperas tenaganya.

Reorganisasi memberikan dampak yang menyebabkan hubungan antara petani

dan kerajaan mengalami suatu perubahan. Penghapusan tanah apanage dan sistem bekel

membuat berakhirnya suatu hubungan timbal balik antara pemegang tanah lungguh

dengan bekel dan penggarap. Pada masa kerajaan hingga masa kolonial Belanda, rakyat

atau petani menjadi kaum yang tertindas dan berada pada posisi terendah dalam status

sosial penguasaan tanah di Surakarta. Namun reorganisasi tanah ini juga memperjelas

dalam hak penguasaan tanah bagi rakyat atau petani

2. Sistem Penguasaan Tanah di Pajang Pada Masa Pendudukan Jepang

Pendudukan Jepang di Indonesia tidak banyak memberikan pengaruh besar dalam

segi penguasaan tanah di Indonesia, sedang di Surakarta juga tidak banyak mengalami

Page 78: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

perubahan sistem penguasaan tanah dan kepemilikan tanah. Politik agraria pada zaman

penguasaan Jepang dipusatkan pada penyediaan bahan makanan untuk perang.19

Kondisi

seperti ini membuat pemerintah mewajibkan rakyat untuk menanam bahan makan dengan

menggunakan pengetahuan dan teknik pertanian yang baru dan perluasan lahan pertanian.

Pada masa pendudukan Jepang, rakyat diwajibkan untuk menyerahkan 20% hasil

tanaman padi kepada pemerintah Jepang yang akan digunakan sebagai bekal dalam

perang. Selain itu, pemerintah Jepang juga menuntut rakyat untuk membantu Jepang

sebagai romusha. Para tenaga kerja dipaksa kerja tanpa dibayar. Untuk meningkatkan

hasil bumi, tanah pertanian harus diperluas sehingga pemerintah Jepang melakukan

pembongkaran hutan-hutan dan ondermening milik kapitalis Barat. Pemerintah Jepang

juga memasukkan tanah-tanah partikelir dalam kantor urusan tanah partikelir yang

dibentuk oleh pemerintah Jepang. Tanah partikelir yaitu tanah hak eigendom yang

mempunyai sifat dan corak yang istimewa.20

Tanah tersebut dibuat pada saat masa

pemerintah kolonial Belanda dan tanah itu tidak dihapuskan oleh pemerintah jepang.

Kondisi ini seolah-olah menyiratkan bahwa semua tanah dikuasai oleh pemerintah

Jepang dan kekuasaan tuan tanah tidak ada lagi. Hal tersebut memudahkan pemerintah

Jepang dalam pengumpulan bahan makan atau beras. Saat itu rakyat juga masih harus

melakukan kewajiban-kewajiban, yaitu dengan membayar sewa tanah dan kerja rodi.

19 Noer Fauzi, Petani dan Penguasa: Dinamika Perjalanan Politik Agraria

Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm.49.

20 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesi: Sejarah pembentukan Undang-

Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya, (Jakarta : Djambatan, 1999), hlm. 96.

Page 79: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Selain itu mereka juga diwajibkan wajib militer untuk membantu Jepang dalam perang.

Walaupun pemerintah telah mengubah sistem penguasaan tanah, hak-hak feodal para

tuan tanah tidak sepenuhnya hilang.

Pemerintah Jepang juga menerapkan sistem tersebut di Surakarta, namun dengan

menjalin kerjasama dengan kerajaan sehingga pengaruhnya terhadap sistem penguasaan

tanah di Surakarta tidak begitu besar. Pendudukan Jepang di Indonesia menimbulkan

kesan yang mendalam, karena penindasan Jepang melahirkan dampak yang negatif

terutama kemerosotan kehidupan dan penindasan yang kasar. Rakyat masih harus bekerja

secara keras padahal tanah-tanah mereka telah dikuasai oleh kolonial. Pengaruh terbesar

yang terasa di Pajang terjadi pada masa peralihan sistem kepenguasaan tanah dari sistem

tradisional menuju kekuasaan pemerintah kolonial.

3. Sistem Penguasaan Tanah di Pajang Setelah Kemerdekaan hingga Tahun 1950

Hampir selama dua setengah abad, Indonesia berada dalam masa feodalisme dan

kolonialisme yang membuat bangsa Indonesia berada di bawah ketertindasan dan

kemiskinan yang pada akhirnya menimbulkan gerakan nasionalisme kemerdekaan di

Indonesia. Ketika Proklamasi dibacakan oleh Soekarno pada tangal 17 Agustus 1945,

maka berdirilah suatu pemerintahan baru yang bernama Indonesia yang berbentuk

kesatuan Republik. Pada tanggal 18 Agustus 1945, dengan diberlakukannya Undang-

undang Dasar 1945 yang menjadi dasar negara ini, menunjukkan adanya perubahan untuk

membebaskan rakyat dari penindasan dan penjajahan.

Page 80: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Keadaan seperti ini membuat pemerintah Indonesia belum membuat Undang-

undang tentang agraria dan belum ada hukum tentang peraturan tanah/agraria, sehingga

pemerintah mengeluarkan pasal II Aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945 yang

menyatakan, “segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung berlaku,

selama belum diadakan yang baru menurut Undang-Undang Dasar ini”.21

Namun

demikian, peraturan tersebut tetap berpedoman pada Undang-Undang Dasar 1945 di

mana untuk mensejahterakan rakyat. Sementara waktu pemerintah menggunakan aturan

dari pemerintah Hindia Belanda yang berdasarkan atas UUD 1945. Peraturan tersebut

memperjelas status hak milik rakyat yang telah diakui atau telah disahkan oleh

pemerintah, sehingga rakyat dapat menikmati tanah-tanah mereka sendiri yang selama ini

telah diambil oleh para penjajah dan rakyat hanya diperbolehkan menyewa kepada

pemerintah kolonial Belanda atau tuan tanah.

Proklamasi kemerdekaan juga disambut dengan baik oleh penduduk di Surakarta

dan Kasunanan, sehingga pemerintah juga memikirkan kondisi kerajaan karena di

Indonsia terdapat banyak kerajaan dan salah satunya Kasunanan Surakarta. Setelah

Indonesia merdeka, para petani berkemungkinan menduduki kembali tanah-tanah

perkebunan Belanda yang telah ditinggal. Tanah-tanah perkebunan yang terlantar

diduduki oleh petani, karena selama ini mereka tidak bisa merasakan tanah mereka

sendiri yang dikuasai oleh Belanda. Sebagai gambaran, tanah-tanah yang diduduki rakyat

meliputi:

21 Endang Suhendar dan Yohana Budi Winarani, Petani dan Konflik Agraria,

(Bandung: Yayasan Akatiga, 1997), hlm.77.

Page 81: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Table 1. Pendudukan Tanah Perkebunan Oleh Rakyat.

Daerah /wilayah Luas yang diduduki rakyat Jumlah penduduk

Malang

Kediri

Surakarta

20.000 ha

23.000 ha

14.000 ha

8.000 orang

13.000 orang

7 orang

Sumber: Noer Fauzi, Petani dan Penguasa, Dinamika Perjalanan Politik Agraria

Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 56.

Data di atas menunjukkan adanya pendudukan tanah-tanah milik asing atau tanah-

tanah perkebunan milik pemerintah kolonial Belanda di Jawa oleh rakyat setelah

kemerdekaan, tak terkecuali juga apa yang terjadi di Surakarta walaupun jumlahnya tidak

sebanyak seperti yang terjadi di tempat-tempat lain.

Setelah rencana Undang-Undang Dasar 1945 disahkan oleh PPKI, maka secara

resmi Pemerintah Republik Indonesia mengesahkan daerah Kerajaan Surakarta sebagai

daerah Istimewa. Kemudian pada tanggal 19 Agustus 1945 ditetapkan kedudukan raja

Paku Buwono XII dan Mangkunegara VIII sebagai kepala Daerah Istimewa Surakarta.

Sehubungan dengan pengangkatan tersebut, maka pada tanggal 1 September 1945 kedua

raja di Surakarta mengeluarkan satu statement yang menyatakan bahwa:

Page 82: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

a. Daerah kekuasaan kerajaan Kasunanan dan Mangkunegaran dinyatakan sebagai

pemerintah daerah yang berstatus “istimewa” dan mempunyai hak otonom dalam

melaksanakan aturan-aturan pemerintah daerahnya.

b. Dengan demikian, semua urusan pemerintah dalam wilayah Surakarta pada saat itu di

tetapkan dan dipimpin oleh kepala karajaan masing-masing.

c. Dinyatakan bahwa hubungan antara pemerintah daerah Istimewa Surakarta dengan

pemerintah pusat bersifat langsung.22

Dengan adanya statement seperti itu, banyak kalangan masyarakat di Surakarta

yang pro dan kontra terhadap statement tersebut, sehingga kondisi seperti itu

menimbulkan gerakan-gerakan masyarakat yang mendukung dengan status “daerah

istimewa” dan masyarakat yang tetap menginginkan daerah kerajaan seperti dulu. Sejak

permulaan tahun 1946, di Surakarta timbul gerakan yang sering didengungkan sebagai

“revolusi sosial”.

Gerakan ini ada tiga macam, yaitu:

a. meminta dihapusnya Daerah Istimewa /Swapraja Surakarta.

b. meminta digantinya Raja/Susuhunan.

c. meminta perubahan-perubahan dalam peraturan Daerah Istimewa/Swapraja yang

tidak sesuai lagi dengan zamannya.23

22

Pri Eny. RA,Op.cit.,Hlm. 98. 23

Terjemahan ringkas Disertasi Soejatano Kartodirjo pada the Australia

University di Canbera oleh Muhammad Husodo Pringokusumo, Revolusi di Surakarta

tahun 1945-1950 “yang antara lain mengakibatkan lenyapnya Swapraja Kasunanan dan

Mangkunegaran”, (Rekso Pustoko Mangkunegaran, 1982), hlm. 2.

Page 83: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Tiga jenis tuntutan tersebut mengakibatkan kondisi di Surakarta pada saat itu

tidak kondusif, timbul keresahan pada masyarakat di Surakarta. Menyikapi situasi seperti

itu, pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan Surat Penetapan Pemerintah tanggal 15

Juli 1946 yang secara tidak langsung menghapus kekuasan keraton Kasunanan dan

Mangkunegaran. Sejalan dengan perubahan status Praja Mangkunegaran dan Kasunanan

yang tidak lagi berstatus daerah-daerah swapraja/Istimewa, maka wilayah bekas

kekuasaan dua kerajaan tradisonal itu diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia.

Kekuasan dua kerajaan itu tinggal di dalam keraton.

Penghapusan status Swapraja/Istimewa oleh pemerintah Republik Indonesia

mengakibatkan lahan yang kosong bekas kekuasaan kedua kerajaan dan di daerah

Surakarta termasuk Pajang, menjadi milik Negara. Status tersebut oleh Negara diubah

menjadi tanah kas Negara. Tanah kas Negara diperuntukkan bagi masyarakat setempat

untuk ditanami atau dimanfaatkan oleh masyarakat setempat yang berdekatan untuk

ditanami, namun semua itu tetap berada dalam pengawasan pemerintah. Mengenai

pemanfaatan tanah di daerah Pajang, tanah kas Negara digarap oleh masyarakat setempat

dan hasilnya dibagi secara sistem maro. Pemerintah mendapatkan ½ dari hasil panen.

Penggarap tanah kas Negara juga mendapatkan ½ bagian dari hasil panen.24

Tanah kas

Negara di Pajang yang dimanfaatkan oleh rakyat kebanyakan ditanami umbi-umbian

seperti ketela dan singkong. Selaian itu juga terdapat tanah Bengkok merupakan tanah-

24

Wawancara dengan Padmo Suproto pada tanggal 21 September 2011

Page 84: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

tanah yang dimiliki oleh kepala persekutuan atau pejabat pembesar desa baik semasa

masih aktif menjabat taupun setalah pensiun darai jabatanya.

Penguasaan tanah di Pajang oleh masyarakat pada masa kemerdekaan hingga

tahun 1950 dimanfaatkan dengan ditanami beragam jenis tanaman yang hasilnya dibagi

dengan pemerintah dengan perbandingan 50:50. Tanah kas Negara inilah yang nantinya

akan dibagikan atau dikonversikan menjadi tanah milik rakyat. Sebenarnya setelah

perubahan status dari daerah Surakarta yang awalnya sebagai daerah Swapraja atau

Daerah Istimewa, pemerintah mengkonversikan tanah-tanah menjadi tanah kas Negara

atau menjadi hak milik rakyat.

Page 85: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

BAB III

PEMBAGIAN TANAH NEGARA BERDASARKAN LOTRE DI

KELURAHAN PAJANG TAHUN 1951-1952

A. Konversi Tanah Negara Menjadi Tanah Milik Individu

Hak milik komunal sering menyebabkan timbulnya banyak penyalahgunaan seperti

kecurangan, di dalam pembagian. Oleh karena itu, telah diusahakan untuk adanya hak

milik perorangan, lalu diadakan kesempatan untuk mengubah atau mengganti (konversi)

hak milik komunal menjadi hak milik perorangam.1 Konversi telah ada sejak masa

penguasaan pemerintah kolonial Belanda yang saat itu telah diatur dalam perundang-

undangan S. 1885 no 10 tentang conversi besluit merupakan hak milik komunal berubah

menjadi hak milik perorangan.2 Hak perorangan merupakan hak atas tanah yang dimiliki

oleh rakyat dan perubahan ini hanya untuk tanah yang terdapat hak milik komunal.

Adanya konversi di masa pemerintah Belanda terutama di Surakarta berawal ketika

abad 19 orang asing sudah mulai menamamkan modalnya dam membuat usaha di

Surakarta yang dulunya disebut sebagai vorstenlanden. Sejak itu pula mengubah sistem

1 Sudikno Mertokusumo, Perundang- Undang Agraria Indonesia, (Yogyakarta :

Liberty, 1988), hlm. 15. 2 Ibid. Istilah konversi di bidang hukum pertanahan sering kali ditemukan dalam

berbagai peraturan agraria. Konversi yang berasal dari kata conversion yang berarti

peralihan, perubahan, penggantian. Selain itu dalam arti lain yaitu perubahan dari sistem

yang sudah berubah ke sistem yang lain.

41

Page 86: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

penguasaan tanah di Surakarta yaitu para raja dan pemegang apanage menyewakan tanah

kepada pengusaha-pengusaha asing untuk usaha pertanian. Perusahaan perkebunan di

daerah Surakarta terdiri dari orang-orang bermodal terutama orang asing, sehingga

Pemerintah Belanda berupaya untuk melindungi para pengusaha tersebut. Selain

mendapat perlindungan dari pemerintah Belanda mereka juga mendapatkan jaminan

memakai tanah dan mereka juga dijamin memperoleh cukup tenaga, buruh dan air bagi

usaha perkebunannya.

Sebelum adanya reorganisasi sistem kepemilikan tanah di Surakarta, para pengusaha

perkebunan hanya mempunyai hak yang dikenal dengan Landhuur reglement yang

ditetapkan dengan kroon-ordonnantien dalam S. 1906-93. Hak ini ternyata dalam

prakteknya dirasakan tidak cocok, kenyataannya hak ini hanya merupakan suatu hak-hak

pribadi dari para pengusaha-pengusaha perkebunan. Peraturan tersebut dibuat untuk

mengurangi penyalahgunaan yang akan lebih menambah beban rakyat. Walaupun sudah

ada aturan landhuur, tetap saja terjadi keburukan-keburukan dalam sistem tersebut. Para

pengusaha menginginkan suatu hak yang lebih kuat dan menguntungkan bagi mereka.

Kemudian dilaksanakan reorganisasi dalam pemilikan tanah oleh Pemerintah Kolonial

Belanda, reorganisasi ini dimaksudkan untuk menata kembali status tanah.

Peraturan tentang hak-hak bagi para pegusaha sebelumnya dirasa kurang tepat maka

pemerintah Kolonial Belanda pada tahun 1918 mengeluarkan ordonansi yang mula–

mulanya diberi nama Grondhuur reglement voor de residention Surakarta en Yogyakarta

(S. 1918-20), isinya peraturan sewa menyewa tanah di daerah Surakarta dan Yogyakarta.

Pada tahun 1928 diubah namanya menjadi Vorstenlandsh Grondhuur Reglement (VGR),

Page 87: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

namun tidak mengubah aturan yang telah dibuat. Penggantian dan perubahan dalam

penguasan ini yang dinamakan dengan “konversi” sedang beschikking atau keputusan

dari raja menurut Vorstenlandsh Grondhuur Reglement (VGR) tersebut disebut sebagai

Conversie Beschikking. Kemudian muncullah suatu hak yang timbul dari keputusan raja

disebut sebagai hak konversi. Maksudnya suatu hak dari seorang landbouwondernermer

(pengusaha perkebunan) atas nikmat dari tanah, buruh air yang diperlukan untuk

perusahan perkebunan. Jadi pengertian konversi dengan hak-hak konversi itu lain, berarti

maksud konversi ini merupakan suatu perubahan hak tertentu kepada suatu hak lain. Jadi

ada peralihan atau perubahan dari hak-hak atas tanah tertentu kepada hak-hak atas tanah

yang lainya.3

Tinjauan tentang hak konversi yang dilihat dari segi hukum dan sejarah, dengan

adanya hak konversi tersebut maka timbullah tentang tanah konversi. Pada hakekatnya

merupakan suatu keputusan penguasa yang saat itu dipegang oleh raja dan Kolonial

memberikan izin kepada pengusaha perkebunan untuk memakai dan mengelola tanah

tertentu. Adapun keistimewan hak konversi itu adalah:

a. Jaminan dari raja, bahwa hak tersebut akan berlangsung selama waktu lama atas tanah

yang luas dan tempatnya pun terjamin pula: secara tetap untuk berg cultures dan

secara glebagan untuk laagvlakte cultures. Bagi laagvlakte cultures ini desa

diwajibkan setiap tahun menyediakan 2/5 dari tanahnya untuk pengusaha. Diadakan

pengawasan oleh pangreh praja atas tanaman yang ditanami rakyat (macam dan waktu

3 Bachsan Mustafa, Hukum Agraria dalam Perspektif, (Bandung: Remadja Karya,

1988), hlm. 46.

Page 88: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

menanamnya) agar tanah yang bersangkutan dapat diserahkan pada waktunya kepada

pengusaha.

b. Hak konversi dinyatakan dengan S. 1918-21 sebagai hak yang dapat dibebani

hypotheek dan harus didaftar menurut ketentuan S. 1918-23.

c. Pengusaha mendapat jaminan atas pemakaian air yang tertentu.

d. Sebagai peraturan peralihan selama 5 tahun dijamin akan mendapat tenaga buruh.

Keistimewaan dari jaminan ini ialah, apabila sebelumnya pengusaha sendiri yang

mengatur pengarahannya, maka kerja paksa tersebut dikerahkan oleh desa dan

pangreh praja. Kelalaian dalam memenuhi kewajiban kerja tersebut dapat

mengakibatkan dicabutnya bagian tanah gogolannya bahkan dapat mengakibatkan

pula jatuhnya sanksi pidana.4

Berlakunya ketentuan konversi ini para pengusaha perkebunan di daerah Surakarta

menyesuaikan dengan ketentuan konversi tersebut. pada tahun 1940 tentang luas tanah

konversi sebagai berikut:

4 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia:Sejarah Pembentukan Undang-

Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya, (Jakarta : Djambatan, 1999), hlm. 93-94

Page 89: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Tabel 2. Verslag Tanah Konversi di Daerah Vorstenlanden (Surakarta dan

Yogyakarta)

Daerah Tetap Glebagan

Yogyakarta 257 ha 11.428 ha

Surakarta 29.154 ha 19.146 ha

Jumlah 29.441ha 30.574 ha

Sumber: Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah pembentukan Undang-

Undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya, (Jakarta: Djambatan, 1999),

hlm. 94

Pada tabel di atas dijelaskan bahwa luas tanah tetap dan tanah glebagan di

Surakarta yang dikonversikan lebih luas dibandingkan dengan daerah Yogykarta, karena

di Surakarta luas daerahnya lebih luas dibandingkan dengan daerah Yogyakarta. Luas

perkebunan di Surakarta lebih luas dibandingkan luas perkebunan di daerah Yogyakarta,

sehingga tanah-tanah yang dikonversikan lebih banyak di daerah Surakarta dibandingkan

dengan daerah Yogyakarta.

Konversi pada masa Pemerintah Belanda sebenarnya tidak berjalan dengan baik,

banyak terjadi kendala dalam pelaksanaannya. Pelaksanaan konversi tetap membuat

rakyat tidak dapat menikmati tanah mereka, karena mereka tidak memiliki hak dan

keuntungan lebih yang didapat oleh para pengusaha-pengusaha asing. Pada tahun 1942

terjadi perubahan kekuasan di Indonesia yaitu dari tangan Pemerintahan Kolonial

Belanda kepada Pemerintahan Jepang di Indonesia. Perubahan kekuasaan bukan berarti

terjadi penghapusan terhadap tanah dan hak konversi di masa penguasaan Pemerintah

Kolonial Belanda. Walaupun dalam kenyataannya selama pendudukan Jepang hak

konversi tidak berlaku.

Page 90: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Masa kependudukan Jepang masalah agraria tidak mengalami perubahan yang

cukup besar termasuk juga dengan hak konversi, walaupun demikian kehidupan rakyat

tidak lebih baik. Meskipun Pemerintah Jepang tidak memberlakukan hak konversi, tapi

Pemerintah Jepang melakukan konversi yaitu mengubah perkebunan menjadi lahan

pertanian. Sebelumnya Pemerintah Jepang hanya memusatkan pada penyediaan bahan

makanan sehingga rakyat diwajibkan untuk menanam bahan makanan yang diperlukan

oleh Jepang. Hal tersebut menyebabkan perluasan lahan sehingga Pemerintah Jepang

mengubah perkebunan-perkebunan dari peninggalan Pemerintah Kolonial Belanda untuk

ditanami tanaman bahan makanan.

Setelah bangsa Indonesia merdeka pemerintah mulai mengubah sistem agraria

yang ada. Perubahan sistem agraria dimulai dengan penghapusan tanah konversi dan hak

konversi. Pada tahuan 1948 dikelurkanlah undang-undang no 13 yang mencabut

ketentuan-ketentuan VRG yang mengatur hak-hak konversi tersebut. Dicabutnya

ketentuan-ketentuan tentang VRG maka lembaga yang mengurusi tentang konversi

menjadi terhapuskan, tetapi untuk hak-hak konversi sendiri menurut hukum masih tetap

berlangsung. Pada tahun 1950 dikeluarkanlah Undang-Undang no. 5 yang memuat

ketentuan-ketentuan tambahan dan pelaksanaan Undang-Undang no. 13 tahun 1948.

Undang-undang no. 5 mempertegas penghapusan hak –hak konversi.

Adanya undang-undang tersebut menjadikan tanah-tanah untuk laagvlatek cultur

kembali kepada desa dan petani tidak lagi diharuskan untuk menyerahkan tanah kepada

pengusaha setiap tahun. Pengusaha hanya memperoleh tanah yang diperlukannya dengan

menyewa dari desa atau petani yang menguasainya. Tanah-tanah untuk berg cultures

Page 91: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

kembali kepada negara, sebagai pengganti swapraja. Penggunaan tanah tersebut oleh

perusahaan perkebunan yang bersangkutan akan diatur undang-undang lain. Maksudnya

akan dipersamakan dengan daerah-daerah lainnya hingga sampai terbentuknya UUPA.5

Perubahan kebijakan tersebut membuat pengusaha tidak lagi mendapatkan hak-hak

konversi seperti yang didapatkan ketika masa Pemerintahan Kolonial Belanda.

Negara Indonesia berpedoman pada pembukaan Undang-Undang dasar 1945 pada

alenia keempat isinya yaitu “kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah

Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,

dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan itu dalam suatu

undang-undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara

Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada: Ketuhanan

yang Maha Esa, Kemanusian yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan

yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta

dengan mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia”. Berpedoman

pembukaan Undang-undang tersebut Pemerintah membuat sebuah kebijakan yang

mengubah sistem agraria dan mengubah sistem hak-hak sesuai keadaan Bangsa

Indonesia. Ketika masa Pemerintahan Kolonial Belanda hak-hak tersebut tidak pro-rakyat

melainkan keuntungan oleh pengusaha asing. Walaupun hak konversi telah dihapuskan

5 Boedi Harsono, op.cit., hlm. 94-95.

Page 92: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

namun konversi sendiri tetap dipergunakan. Pemerintah menggunakan konversi itu untuk

mengatur status kepemilikan tanah dan perkebunan milik orang asing menjadi milik

negara. Lahan-lahan dan tanah kosong juga dikonversikan menjadi milik negara, serta

beberapa tanah atau lahan yang telah ditinggalkan oleh Belanda juga dikonversikan

kepemilikan atau statusnya menjadi tanah negara. Selain tanah dan perkebunan milik

bangsa asing, pemerintah juga melakukan konversi di Surakarta yaitu tentang

kepemilikan tanah dari milik kerajaan menjadi milik negara.

Pada 19 Agustus 1945 berdasarkan keputusan pemerintah pusat menetapkan

Surakarta sebagai daerah istimewa atau swapraja, dengan hal tersebut maka Kasunanan

dan Mangkunegaran kembali menguasai tanah. Penetapan tersebut membuat Kasunanan

dan Mangkunegaran memiliki hak-hak istimewa terhadap pengusaan tanah, sehingga raja

berkuasa penuh terhadap kekuasaan termasuk penguasaan tanah. Penetapan ini

menimbulkan pro dan kontra di masyarakat Surakarta sehingga menimbulkan masalah

yang meluas di masyarakat Surakarta.

Kondisi Surakarta tidak stabil dengan adanya penetapan daerah istimewa, maka

pemerintah secara tidak langsung mengambil keputusan mengeluarkan surat Penetapan

Pemerintah tanggal 15 Juli 1946 yang secara langsung dihapusnya hak-hak istimewa di

Kasunanan dan Mangkunegaran. Keputusan tersebut mengubah kekuasaan dua kerajaan

tersebut, sehingga kekuasaan hanya di wilayah keraton dan wilayah lain dikonversikan

menjadi tanah milik negara. Sementara itu, diantara tanah-tanah bekas konversi di

karesidenan Surakarta, baik tanah pegunungan maupun tanah datar yang sudah digarap

atau dipakai oleh penduduk setempat untuk usaha pertanian atau perumahan. Pemakaian

Page 93: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

tanah-tanah tersebut dilakukan atas ijin Pemerintah setempat sebagai tindakan menunggu

keputusan lebih lanjut yang bersifat tetap.6

Perubahan status kepemilikan menyebabkan tanah-tanah tersebut menjadi tanah

negara atau tanah kas negara. Tanah-tanah itu selanjutnya dibagikan kepada rakyat

melalui berbagai cara atau sistem. Selain mengkonversikan tanah-tanah di wilayah

swapraja, lahan kosong yang ditinggal oleh pemiliknya atau lahan bekas milik Kolonial

Belanda, pemerintah juga mengkonversikan hak-hak tanah yang dibuat pada masa

Pemerintah Kolonial Belanda. Hak-hak yang dikonversikan oleh Pemerintah Republik

Indonesia seperti hak eigendom, hak erfpacht dan hak vruchtgebruik. Sebelum

berlakunya UUPA, dalam hukum tanah dikenal dua kelompok hak atas tanah yaitu:

a. Hak-hak atas tanah yang tunduk kepada hukum Barat, yang lazim disebut hak Barat.

b. Hak-hak atas tanah yang tunduk kepada hukum adat, yang lazim disebut hak

Indonesia.

Selain dua kelompok itu ada lagi yang tunduk kepada hukum yang diciptakan

Pemerintah Belanda dahulu, tetapi dalam rangka konversi maka dimasukkan ke dalam

kelompok hak Indonesia yaitu: hak Agrarisch Eigendom, hak erfpacht yang altijddurend

dan landerijen bezitrecht.7 Ketika ketentuan-ketentuan konversi UUPA hak barat maupun

hak Indonesia diubah menjadi salah satu hak atas tanah yang disebut dalam hukum tanah

yang baru.

6 Boedi Harsono., loc.cit.

7 Perangin, Effendi., Hukum Agraria Di Indonesia:Suatu Telaah dari sudut

Pandang Praktisi Hukum, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1986), hlm. 145.

Page 94: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Dalam perubahan itu telah diatur oleh UUPA No. 5/1960 isinya mengenai hak-

hak atas tanah yang diatur oleh hukum perdata Eropa yang dimuat dalam buku kedua

KUHS tentang pembekuan suatu benda kecuali peraturan-peraturan tentang hipotek yang

masih tetap berlaku. Hak-hak atas tanah yang diatur dalam buku kedua KUHS

diantaranya adalah hak eigendom (hak milik menurut pengertian hukum Eropa), hak

erfpacht, hak opstal dan hak vruchtgebruik dialihkan atau diubah masing-masing ke

dalam salah satu hak atas tanah yang tercantum dalam pasal 16 UUPA No. 5/1960, yaitu

hak milik, hak guna usaha, hak bangunan, hak pakai, hak sewa dan hak-hak lainnya.

Selain konversi hak-hak atas tanah yang diatur oleh hukum perdata Eropa, juga hak-hak

atas tanah diatur oleh hukum adat seperti diantaranya hak gogolan, hak pakulen, atau hak

sanggah dialihkan ke dalam salah satu hak atas tanah dalam pasal 16 UUPA No. 5/1960.8

Selain mengkonversikan tanah-tanah dan hak-hak di atas, pemerintah juga

melakukan perubahan dari hak negara menjadi hak individual. Seperti mengkonversikan

tanah milik negara menjadi tanah milik individual atau hak milik negara menjadi hak

milik individual. Konversi status kepemilikan menjadi hak milik individual ada beberapa

hal dan cara seperti tanah gogol dan pembagian tanah secara sistem lotre. Salah satu

proses konversi status kepemilikan tanah massa yaitu pada tanah gogolan.

Tanah gogolan merupakan tanah desa yang dikuasai dengan maksud digarap oleh

orang-orang tertentu berdasarkan hak gogolan yang didapatkannya. Hak gogolan yaitu

hak seorang gogol seperti yang ada dalam perundang-undangan agraria ketika masa

8 Bachsan Mustafa, loc. cit.

Page 95: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Hindia Belanda yang dulu disebut sebagai komunal desa. Hak gogol ada dua macam

yaitu gogol bersifat tetap dan bersifat tidak tetap. Hak gogol bersifat tetap yaitu jika para

gogol secara terus-menerus mempunyai tanah gogolan yang sama dan apabila para gogol

tersebut meninggal dunia dapat diwariskan ke ahli warisnya terutama istri atau anaknya.

Menurut hukum adat setempat ditentukan siapa saja dari ahli warisnya yang akan

mewarisi gogolnya. Hak gogol bersifat tidak tetap yaitu jika para gogol tidak terus-

menerus mempunyai tanah gogolan yang sama dan jika si gogol meninggal maka hak

gogolannya kembali ke desa.

Pada tanggal 24 November 1960 hak gogol bersifat tetap dikonversikan menjadi

hak milik sehingga hak tersebut tunduk pada ketentuan-ketentuan dalam UUPA dan

peraturan pelaksanaannya. Hak gogol yang bersifat tidak tetap dikonversikan menjadi

hak pakai. Hal ini berdasarkan pasal VII UUPA yaitu :

a. Hak gogolan, pakulen atau sanggan bersifat tetap menjadi hak milik tertulis pada

pasal 20 ayat 1.

b. Hak gogolan, pakulen atau sanggan yang tidak bersifat tetap menjadi hak pakai

tertulis pada pasal 41 ayat 1, yang memberi wewenang dan kewajiban sebagai yang

dipunyai oleh pemegang haknya mulai berlakunya Undang-undang ini.

c. Jika ada keragu-raguan apakah sesuatu hak gogolan, pekulen atau sanggan bersifat

tetap atau tidak tetap, maka Menteri Agrarialah yang memutuskan.9

9 Perangin, Effendi., op.cit., hlm. 184.

Page 96: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Dalam konversi hak gogolan, muncul sengketa mengenai pelaksanaannya yang

disebabkan adanya perbedaan tafsiran mengenai ketentuan UUPA dan Peraturan Menteri

Agraria no. 2 tahun 1960. Untuk mengakhiri sengketa tersebut, dikeluarkanlah Keputusan

Menteri Pertanian dan Agraria no. Sk 28/ka/1964. Keputusan tersebut diganti dengan

Keputusan bersama Menteri Pertanian dan Agraria serta Menteri Dalam Negeri no. Sk

40/Ka/1964-DD 18/1/32, dalam keputusan tersebut ditegaskan:

a. Konversi hak gogolan yang bersifat tetap menjadi hak milik itu diresmikan sejak

tanggal 24 September 1960

b. Sejak itu hak tersebut tidak lagi tunduk pada peraturan–peraturan gogolan, tetapi

berdasarkan ketentuan-ketentuan yang diatur di dalam UUPA dan peraturan-peraturan

pelaksanaannya.

c. Bahwa pelaksanaan konversi itu dilarang untuk disertakan syarat-syarat khusus apa

pun yang memberatkan gogol yang bersangkutan, seperti yang telah disebutkan di

atas.

d. Tanah bekas gogolan yang telah diambil untuk memenuhi syarat tersebut harus

dikembalikan kepada gogol bersangkutan atau ahli warisnya. Apabila ada alasan lain,

suatu pengembalian tidak mungkin dilaksanakan harus diganti tanah lain atau uang.

e. Akibat adanya salah tafsir setelah tanggal 24 September 1960 tanah bekas gogolan

yang pemiliknya meninggal dunia diberikan kepada orang lain misalnya karena ahli

waris pemilik itu dianggap tidak memenuhi syarat-syarat gogolan, maka atas

permintaan ahli warisnya tanah yang bersangkutan harus dikembalikan kepadanya.

Page 97: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

f. Sebaliknya jika sebelum tanggal 24 September 1960 bertentangan dengan peraturan

gogolan, tanah gogolan yang dialihkan kepada pihak lain tanpa ijin desa, maka hak

atas tanah yang bersangkutan dihapuskan dan tanahnya kembali kepada desa untuk

dilandreformkan.10

Demikan keputusan bersama untuk mengakhiri terjadinya sengketa tentang hak gogol

yang bersifat tetap. Akan tetapi sengketa tersebut juga terjadi pada hak gogol yang

bersifat tidak tetap. Permasalahan dalam hal ini yaitu hak pakai masih tunduk terhadap

peraturan gogolan atau tidak, khususnya jika pemegang haknya meninggal dunia, tanah

tersebut jatuh kepada ahli waris atau kepada magang gogol yang tertinggi. Untuk

mengatasi masalah maka dikeluarkanlah Keputusan Bersama Agraria dan Menteri Dalam

Negeri no. 30/DEPAG/65-11/DDN/1965, yang memberikan penegasan sebagai berikut:

a. Hak gogol bersifat tidak tetap, yaitu hak gogol yang tidak memenuhi salah satu unsur

hak gogolan tetap seperti yang telah disebutkan.

b. Konversi hak tersebut menjadi hak pakai terjadi karena hukum pada tanggal 24

September 1960;

c. Hak pakai asal konversi itu tunduk pada ketentuan-ketentuan yang diatur dalam

UUPA dan peraturan-peraturan pelaksanaannya, selama peraturan-peraturan tersebut

belum berlaku ketentuan-ketentuan desa setempat yang telah disesuaikan dengan jiwa

UUPA. Misal para pemegang hak pakai tidak lagi dikenakan rodi (pekerjaan desa

tanpa dibayar). Tetapi ketentuan-ketentuan mengenai penguasaan tanah-tanah hak

10 Perangin, Effendi., op.cit., hlm. 185-186.

Page 98: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

pakai bekas gogolan itu masih tetap berlaku, yaitu penguasaan yang bersifat tetap atau

bergilir, haknya turun-temurun atau tidak.11

Keputusan tersebut mengakhiri permasalahan dalam hak gogolan yang bersifat

tidak tetap. Terdapat 3 bentuk hak gogolan tersebut yaitu: disebut atok sirah gilir galeng:

hak menggarap atau penguasaan tanahnya bersifat turun-temurun (atok sirah), tetapi

tanah yang digarap atau dikuasai itu berganti-ganti (gilir galeng). Kemudian ada juga

disebut gogol musiman atau gogol glebagan maksudnya menggarap atau penguasaan

tanahnya bersifat turun-temurun, tetapi pada suatu waktu tertentu yang menggarap hanya

sebagian dari para gogol masing-masing untuk selama waktu (musim) tertentu, setelah itu

mereka diganti dalam kurun waktu yang bersamaan.

Bentuk yang terakhir yaitu gogol gilir mati maksudnya tanah yang digarap atau

dikuasai tetap, tetapi setelah gogol bersangkutan meninggal dunia tanahnya diserahkan

kembali kepada desa, kemudian diberikan kepada magang gogol yang kedudukannya

tertinggi dalam daftar urutan.12

Tanah gogolan merupakan konversi dari hak milik

komunal menjadi hak milik dan hak pakai yang diatur oleh undang-undang. Demikian

proses konversi dari tanah gogolan yang terjadi ketika masa sesudah adanya UUPA.

Sebelum adanya UUPA terdapat konversi tanah negara menjadi tanah individual.

Perubahan tersebut mengunakan sistem lotre, yaitu pembagian tanah kas negara dengan

sistem lotre.

11 Perangin, Effendi., op.cit., hlm. 188.

12 Ibid., hlm189.

Page 99: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

B. Proses Pembagian Tanah Secara Lotre di Kelurahan Pajang

Ketika bangsa Indonesia sedang menata dan merancang pembuatan undang-undang

tentang sistem agraria. Di Surakarta, tanah-tanah bekas swapraja dan bekas kolonial

Belanda konversi menjadi tanah negara. Tanah negara yang ada di Surakarta sebagian

telah dipakai dan lainnya dibagikan kepada rakyat sambil menunggu keputusan dari

penetapan undang-undang tentang agraria. Pembagian tanah di Surakarta terjadi pada

tahun 1951-1952. Pembagian ini berpedoman pada Undang-Undang Dasar 1945 yang

terdapat pada pasal 33 ayat 3, yang berisi: “Bumi, air dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat”. Pembagian tanah tersebut juga berdasarkan pada Undang-Undang

No. 13 tahun 1946, yang menegaskan: hak istimewa (atas tanah) tidak sesuai dengan cita-

cita revolusi Indonesia. Adanya undang-undang tersebut pemerintah mempunyai

wewenang mengambil sebagian tanah milik aparatur desa era Mangkunegaran dan

Kasunanan yang kemudian membagikannya kepada para petani penggarap dan rakyat.

Makna negara yang menguasai bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya, menjadi sebuah tumpuan harapan bagi masyarakat untuk melangsungkan

kehidupannya. Rakyat juga berhak mendapatkan tanah, karena ketika masa penjajahan

banyak rakyat yang kehilangan tanah mereka. Dalam program pembagian tanah yang

harus dipersiapkan yaitu tanah-tanah yang akan dibagikan. Tanah-tanah obyek dari

pembagian tanah tersebut meliputi:

a. Tanah-tanah swapraja dan bekas swapraja yang telah dihapuskan dan beralih kepada

negara.

Page 100: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

b. Tanah-tanah yang diambil pemerintah, karena pemilikan tanah absentee atau tanah

yang telah ditinggal pemiliknya.

c. Tanah-tanah lain yang langsung dikuasai oleh negara misalnya bekas tanah partikelir

dan tanah bekas konversi.

d. Tanah-tanah lain yang didalamnya tidak termasuk tanah-tanah wakaf dan tanah-tanah

untuk peribadahan.13

Tanah-tanah di atas disebut sebagai tanah kas negara atau tanah negara, tanah-

tanah dalam kriteria-kriteria di atas nantinya dibagikan kepada rakyat dan program ini

diberitahukan kepada rakyat sekitar tahun 1951.14

Tanah kas negara merupakan tanah

yang akan dibagikan kepada rakyat atau tanah yang digarap oleh rakyat setempat untuk

keperluan masyarakat hukum. Tanah kas negara ini sebelum dibagikan kepada rakyat

merupakan tanah yang dikelola oleh pemerintah daerah dalam hal ini adalah kelurahan

setempat, yang kemudian dimanfaatkan masyarakat setempat untuk ditanami atas ijin dari

kelurahan.

Program pembagian tanah ini, salah satunya dengan cara sistem lotre atau sistem

kopyok. Lotre dalam kamus besar Indonesia yang berarti undian, yang dimaksud dengan

sistem lotre ini adalah cara pembagian tanah dengan undian menggunakan nomer.

Pembagian tanah-tanah tersebut memerlukan persiapan adminitrasi yang tidak sedikit,

namun waktu persiapannya hanya membutuhkan waktu satu tahun saja untuk mendata

13 Data diolah dari wawancara dengan Parto tanggal 26 Desember 2011.

14 Data diolah dari wawancara dengan Mardi Suwarno pada tanggal 5 September

2011.

Page 101: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

dan mempersiapkan obyek tanah yang akan dibagikan. Ketika program pembagian tanah

tersebut telah diumumkam, daerah–daerah obyek pembagian tanah mulai mempersiapkan

tanah dan warganya yang akan mendapatkan tanah tersebut. Pembagian tanah ini tidak

semua rakyat dapat mengikutinya, ada ketentuan-ketentuan bagi penerima tanah tersebut.

adapun ketentuan-ketentuan dalam pembagian tanah tersebut meliputi:

a. Warga Indonesia dan tercatat sebagai warga kelurahan setempat.

b. Orang yang magersari. Magersari yaitu tanah yang diberikan kepada abdi dalem

keraton atau sentana dalem dan bertempat tinggal di pekarangan yang sama. Magersari

juga disebut sebagai penduduk desa yang tidak memiliki tanah dan pekarangan.

Mereka tetap mempunyai rumah sendiri, rumahnya didirikan diatas tanah atau

pekarangan orang lain dan pekerajaan sehari-harinya memburuh tanah atau sebagai

penyakap.15

c. Seseorang yang telah menikah dan memiliki rumah tapi masih dalam satu perkarangan

milik orang tuanya.

Ketiga kententuan tersebut adalah syarat yang harus dipenuhi agar mendapatkan

tanah dari pembagian tanah secara lotre. Ketiga persyaratan tersebut yang diutamakan

terlebih dahulu atau diprioritaskan untuk orang-orang yang magersari, setelah itu baru

15 Tiwuk Kusuma Hastuti, “Transaksi Tanah Sende dan Perubahan Sosial dalam

Masyarakat Jawa Tengah (Studi Kasus Desa Sumberharjo Kec. Prambanan Kab. Sleman

Yogyakarta Pada Tahun 1980-1990-an)”. Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra

dan Seni Rupa. UNS, 1996, hlm. 96.

Page 102: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

orang-orang yang termasuk dalam kategori persyaratan ketiga.16

Adanya persyaratan

tersebut memberikan batasan-batasan bagi rakyat untuk mendapatkan tanah secara sistem

lotre sehingga tidak semua rakyat dapat mengikuti pembagian tanah-tanah yang diberi

dari Pemerintah. Hal ini dikarenakan pembagian tanah dengan sistem lotre ini tidak

dipungut biaya baik dari pendafatran hingga proses mendapatkan tanah tersebut.

Setelah adanya pengumuman tentang pembagian tanah 1951, Kelurahan Pajang

mulai mempersiapkan adminitrasi dan obyek tanah yang akan dibagikan kepada rakyat.

Setelah tanah mulai dipersiapkan kemudian setiap penduduknya didata untuk mengetahui

yang berhak mengikuti dan mendapatkan tanah tersebut, namun sesuai dengan kriteria

yang telah ditetapkan. Masyarakat tidak perlu datang ke kelurahan untuk mendaftarkan

atau mengajukan diri untuk dapat mengikuti pembagian tanah. Tanah-tanah yang akan

dibagikan terlebih dahulu diukur dan dibatasi kemudian diberi nomor. Pengukuran pada

waktu itu dilakukan oleh Panitia yang dibentuk kelurahan.

Nomor-nomor inilah yang nantinya dilotrekan kepada rakyat untuk membuktikan

dimana letak tanah yang mereka dapatkan. Setiap tanah yang diukur memiliki luas yang

berbeda-beda, karena dilihat dari letak tanah yang dibagikan. Tanah-tanah yang letaknya

berbatasan dengan kelurahan lain atau berbatasan dengan sungai serta berbatasan dengan

tanah makam maka pengukurannya lebih luas dibandingkan yang lainya. Setiap tanah

yang akan diberikan luasnya berkisar antara 300 m sampai 600 m perkaplingnya.

16 Data diolah dari wawancara dengan Padmo Suproto pada tanggal 21 September

2011.

Page 103: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Pembagian tanah secara lotre dilakukan pada tahun 1952, sedangkan pelaksanaan

lotre dilakukan di kelurahan. Setelah semua adminitrasi dan tanah-tanah telah siap untuk

dibagikan kepada rakyat, para petugas kelurahan memberitahukan kepada masyarakat

yang telah terdaftar dalam pembagian tanah untuk datang ke kelurahan. Adanya

pemberitahuan tersebut maka mereka datang ke kelurahan untuk melakukan lotre agar

mendapatkan nomor, karena nomor tersebut menunjukkan tempat dan letak tanah yang

mereka dapatkan. Setelah mereka mendapatkan nomor tersebut mereka harus mencari

tanah yang sesuai dengan nomor yang didapatkan.

Setelah menemukan tanah yang sesuai dengan nomor tersebut maka mereka

segera ke kelurahan untuk melaporkan letak tanah yang mereka dapatkan. Kebanyakan

tanah-tanah yang dibagikan kepada rakyat itu berada di daerah Pajang bagian selatan.

Masyarakat yang mendapatkan tanah di sekitar daerah tersebut berjumlah 29 orang, dari

jumlah tersebut rata-rata tanah yang didapat seluas 300-400 m perorang. Beberapa nama

orang dari sebagian yang mendapatkan tanah tersebut yaitu:

Page 104: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Table 3. Daftar Nama Penerima dan Luas Tanah Lotre

No Nama yang menerima tanah Luas tanah per-meter

1 Mardi suwarno 400m

2 Yitnowijoyo 400m

3 Padmo suparto 400m

4 Parto 400m

5 Sastrodiharjo 400m

6 Sudoyo 600m

7 Harso waluyo 400m

8 Warso 400m

9 Saji 400m

10 Suliman 400m

11 Arjo 400m

12 Marto 400m

13 Wiryosumitro 400m

14 Darmo 4000m

15 Wito 400m

16 Narto 400m

17 Citro 400m

Sumber: wawancara dengan penerima dan ahli waris dari penerima tanah lotre

tersebut yang hingga sekarang.

Tabel di atas terdapat satu orang yang mendapatkan tanah lebih luas dibandingkan

yang lain, hal tersebut disebabkan dalam pembagian tanah luasnya tidak bisa dibagikan

secara sama. Setelah mendapatkan tanah, rakyat hanya dibebani biaya untuk

mengesahkan atau untuk mendapatkan surat dalam kepemilikan atas tanah tersebut yang

Page 105: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

sebelumnya hanya nomor tanah yang didapat saat lotre. Rakyat harus mendaftarkan tanah

mereka ke kadaster untuk mendapatkan surat hak milik dengan nomor data dari

kelurahan. Sistem lotre ini merupakan salah satu sistem untuk mengurangi penolakan dari

rakyat yang mendapatkannya, sehingga sistem ini dianggap sangat efektif dalam

pembagian tanah.17

Sistem lotre atau undian ini juga digunakan dalam pembagian tanah

desa kepada para gogol setelah dikonversi dari hak gogol.

Tanah desa yang sudah dibagikan kepada para gogol, Marawita, kuli dan

sebagainya itu, pada waktu-waktu tertentu dapat dibagi kembali (gogol gilir). Kondisi ini

dilakukan apabila anggota pada pembagian pertama mendapatkan bidang tanah yang

kurang subur, saat pembagian berikutnya mendapatkan bagian tanah yang subur.

Demikian ini sesuai dengan rasa keadilan mereka. Pembagian kembali tanah menjadi

makin jarang, dari tiap 1 tahun menjadi tiap 3 tahun, 6 tahun dan kemudian atas

persetujuan bersama tidak pembagian lagi dari gogol gilir menjadi gogol patoh. Caranya

membagi kembali melalui undian dengan cara beralih tempat atau dengan cara meratakan

pematang, membagi kembali dalam jumlah yang sama tetapi dengan pola yang berbeda,

untuk kemudian diundi. Istilah ini ialah tanah dibubur kembali.18

Pembagian tanah dengan menggunakan sistem lotre atau undian, dianggap

sebagai hal yang efektif karena dalam pembagianya tanah tidak bisa dibagi secara merata

17 Notonegoro, Politik Hukum dan Pembangunan Agrarian di Indonsia, (Jakarta:

PT. Bina Aksara, 1984), hlm. 213. 18

Imam Soetiknjo, “Penguasaan Tanah di Desa dan Perkembangannya”.

Makalah pada Seminar Desa dalam Prespektif Sejarah. Oleh PAU-studi Sosial-UGM,

Yogyakarta, 10-11 Februari 1988.

Page 106: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

luas setiap patoknya, selain itu luas strategis dari tanah yang dibagikan dan perbedaan

tentang kesuburan tanah. Pembagian tanah berdasarkan kesuburan tanah ini digunakan

pada tanah gogolan. Cara ini dapat menanggulangi terjadinya kecemburuan tentang luas

tanah setiap masyarakat yang memperoleh tanah tersebut. Pembagian tanah tersebut

berjalan lancar, walaupun ada perbedaan dalam memperoleh tanah-tanah.

Ketika UUPA sudah terbentuk, redistribusi tanah atau pembagian tanah masih

terjadi. Tanah-tanah yang memiliki lebih batas maksimumnya diambil oleh pemerintah

dan kemudian dibagikan kepada rakyat yang membutuhkan. Peraturan tentang

redistribusi tanah diatur oleh Peraturan Pemerintah No. 224 tahun 1961 tentang

pelaksanaan pembagian tanah dan pemberian ganti kerugian. Tanah yang dibagikan tidak

hanya terbatas pada tanah-tanah yang melebihi dari batas maksimum yang diambil oleh

pemerintah, tetapi juga tanah-tanah yang diambil oleh pemerintah karena pemiliknya

“absentee”, tanah-tanah bekas swapraja. Demikian juga tanah-tanah lain yang dikuasai

oleh negara, misalnya tanah-tanah bekas perkebunan besar dan tanah-tanah bekas

partikelir.

Tanah ini tidak hanya diberikan kepada rakyat biasa saja melainkan juga

diberikan kepada para petani yang tidak memiliki lahan sendiri. Sebelum tanah tersebut

diberikan dengan hak milik kepada para petani yang memenuhi syarat, tanah-tanah

bersangkutan diizinkan untuk dikerjakan oleh para petani, masa penggarapannya selama

2 tahun. Petani berkewajiban membayar sewa kepada pemerintah sebesar sepertiga dari

hasil panen atau uang yang senilai dengan itu. Pemakaian istilah sewa sebenarnya tidak

sesuai dengan penguasaan tanah kelebihan tersebut. Melainkan mempergunakan istilah

Page 107: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

uang wajib karena dalam kedudukannya sebagai penguasa, pemerintah atau negara

menurut status hukum tidak lagi menyewakan tetapi memberikan tanah yang dikuasai

dengan adanya suatu hak kepada yang memerlukan tanah tersebut.

Pembagian tanah ini diutamakan kepada para petani akan tetapi tidak semua

petani mendapatkan tanah tersebut. Petani atau rakyat yang menginginkan tanah itu harus

memenuhi beberapa persyaratan. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan

tanah tersebut telah diatur dalam pasal 8 dan 9 yang isinya petani penggarap atau buruh

tani harus berkewarganegaraan Indonesia dan bertempat tinggal di Kecamatan tempat

letak tanah yang bersangkutan serta kuat bekerja dalam pertanian.19

Dilihat dari rationya

syarat tentang tempat tinggal tersebut masih dimudahkan sesuai dengan ketentuan tentang

“absentee”. Hal tersebut berlaku apabila petani penggarap bertempat tinggal di

Kecamatan yang berbatasan dengan tempat letak tanahnya. Tanah yang dibagikan kepada

petani luasnya terbatas jika dibandingakan dengan para petani, sehingga diadakan

prioritas dalam pembagian tanah itu. Para penggarap tanah yang bersangkutan

mendapatkan prioritas pertama dalam pembagian tanah tersebut. Penggarap lebih

diutamakan dalam pembagian tanah tersebut, karena mereka yang dianggap paling

membutuhkan.

Dilihat dari pembagian tanah tersebut, memang lebih diutamakan dibagikan

kepada para petani seperti juga halnya pembagian tanah pada tanah gogol. Pembagian

tanah pada UUPA ini tidak menggunakan sistem lotre atau undian, melainkan

19 Boedi Harsono, op.cit., hlm. 366.

Page 108: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

berdasarkan prioritas sehingga menimbulkan kesenjangan dengan para petani lain.

Berbeda halnya dengan pembagian tanah menggunakan sistem lotre, tanah yang

dibagikan lebih ditujukan kepada rakyat biasa. Tanah-tanah yang dibagikan itu menjadi

hak milik sehingga mereka harus mendaftarkan tanah mereka untuk mendapatkan tanda

bukti kepemilikan tanah. Program pembagian tanah secara lotre sebenarnya kembali

dilanjutkan setelah adanya UUPA tentang reditribusi tanah dan obyek tanahnya sama

yaitu tanah kas negara yang masih tersisa ketika pembagian tanah pada tahun 1952.

Namun hal tersebut tidak terealisasi, hal ini disebabkan situasi politik pada saat itu

mengalami kekacauan dengan munculnya pemberontakan G 30 S/PKI .

C. Dampak Sistem Lotre Terhadap Masyarakat Pajang

1. Dampak sosial terhadap masyarakat yang mendapatkan tanah lotre

Tanah dalam tinjauan sosiologis sangat erat hubungannya dengan sudut pandang

ekonomi dan sudut pandang politik, hal tersebut saling berkaitan dalam penguasaan dan

kepemilikan tanah. Tanah juga mempunyai fungsi sosial yaitu adanya keseimbangan

antara kepentingan individual (penguasa dan pemilik) dengan kepentingan masyarakat

dan Negara.20

Tanah merupakan alat produksi bagi masyarakat tani, maka tanah harus

dipergunakan sebesar-besarnaya untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Semua

hak atas tanah mempunyai fungsi sosial yaitu bahwa tanah itu harus dipergunakan sesuai

dengan keadaan tanahnya dan sifat haknya dan tidak dapat dibenarkan pemakaian tanah

20 Kartasapoetra, G, Hukum Tanah: Jaminan UUPA bagi Keberhasilan

Pendayagunaan Tanah, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1985), hlm. 53.

Page 109: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

secara merugikan dan bertentangan dengan kepentingan masyarakat.21

Sama halnya

dengan adanya pembagian tanah secara lotre yaitu rakyat dapat memanfaatkan tanah

yang diberikan.

Penguasaan tanah sering menimbulkan berbagai akibat yang menjadi permasalahan

menarik sejalan dengan pertumbuhan penduduk yang sedemikian cepat. Adanya

pembagian tanah secara lotre ini memberikan perubahan stuktur di Kelurahan Pajang.

Setiap masyarakat dalam hidupnya akan selalu mengalami perubahan. Adapun

perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat pada prinsipnya merupakan suatu

proses terus menerus, akan tetapi perubahan yang terjadi antara masyarakat yang

mengalami perubahan lebih cepat dan adapula masyarakat yang mengalami perubahan

yang lebih lama. Perubahan kepemilikan tanah, hal ini erat hubungannya dengan

perubahan sosial. Perubahan sosial itu sendiri merupakan perubahan-perubahan pada

lembaga kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosialnya, sikap dan pola tingkah

laku antara kelompok dalam masyarakat.22

Perubahan sosial itu muncul pada dasarnya disebabkan oleh beberapa faktor yang

mempengaruhinya, seperti kondisi ekonomi, teknologi, geografi dan aspek-aspek

kehidupan sosial. Perubahan sosial yang terjadi di dalam masyarakat menyangkut dua

21 Bachsan Mustofa, Hukum Agraria dalam Prespektif, (Bandung: CV. Remadja

karya,1988), hlm. 20. 22

Selo Soemardjan, Perubahan Sosial di Yogyakarta, (Yogyakarta : UGM Press,

1986), hlm. 303

Page 110: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

bentuk umum yaitu perubahan stuktur dan perubahan proses.23

Mengenai perubahan

sosial yang terjadi di Kelurahan Pajang merupakan perubahan stuktur yang terjadi karena

pengaruh dari pembagian tanah secara sistem lotre. Kepemilikan tanah dapat

mempengaruhi kedudukan seseorang dalam masyarakat, hal ini dikarenakan semakin

kuatnya pengakuan hak perorangan dalam masyarakat, sehingga kepemilikan tanah tidak

lagi berimplikasi pada kewajiban semata, tetapi lebih cenderung kepada hak atas tanah.

Pembagian tanah secara lotre memberikan dampak dan pengaruh yang cukup berarti

bagi masyarakat yang mendapatkan tanah tersebut. Ketika itu kondisi perekonomian dan

politik belum stabil, pemberian tanah lotre tersebut sangat membantu bagi rakyat baik

dalam segi ekonomi dan sosial. Setiap masyarakat selalu terdiri dari kelompok-kelompok

yang menunjukkan lapisan-lapisan (stratifikasi) didalamnya. Stratifikasi sosial

merupakan salah satu bentuk kedudukan sosial yang telah ada dalam masyarakat. Tanpa

disadari terlebih dahulu kedudukan tersebut dilihat dari tingkat sosial yang akan

membentuk suatu lapisan sosial.

Orang-orang yang paling menonjol dalam kekayaan ekonomi mampu menempati

kedudukan yang paling tinggi di dalam pelapisan sosial, selain itu para pemegang

kekuasaan atau mempunyai jabatan juga berada dalam kedudukan yang tertinggi dalam

lapisan sosial. Lapisan masyarakat tingkat bawah adalah orang-orang yang dalam ukuran

kekayaan, kekuasaan, kehormatan maupun ilmu pengetahuan hanya memiliki nilai yang

23 Taneko, Soleman B, Stuktur Proses Sosial “Suatu Pengantar Sosiologi

Pembangunan”, (Jakarta: Rajawali,1993), hlm. 155.

Page 111: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

minim.24

Daerah Pajang yang merupakan kota pinggiran yang stratifikasi sosial seperti

daerah kota lainya. Stuktur stratifikasi sosial di Kelurahan Pajang seperti di kelurahan–

kelurahan lainya yang terdiri dari perangkat Pemerintah yaitu kelurahan dan perangkat

kampung kemudian masyarakat.

Pembagian tanah secara lotre tersebut berdampak pada sosial masyarakat Pajang,

terutama bagi yang mendapatkan tanah tersebut. Salah satu golongan yang merasakan

adanya pembagian tanah tersebut yaitu masyarakat Magersari. Daerah Pajang termasuk

daerah kota pinggiran dan penduduknya kebanyakan bukan sebagai petani sehingga di

Pajang tidak mengenal kelas-kelas sosial seperti di pedesaan. Walaupun tidak terdapat

kelas sosial namun adanya masyarakat yang golongan Magersari tersebut memunculkan

sebuah kelas sosial dan mereka yang berada di posisi terbawah.

Pembagian tanah ini memberikan perubahan dan meningkatkan sosial golongan

tersebut. Adanya pembagian tanah lotre mengubah orang-orang yang dulunya magersari

tidak lagi menempati tanah milik orang lain atau milik tuan mereka. Pembagian ini juga

menjadikan interaksi antara pemilik tanah lotre yang satu dengan yang lain sehingga

memberikan dampak sosial yang membentuk hubungan sosial di dalam lahan-lahan yang

telah dibagikan kepada rakyat, yang nantinya tercipta sebuah kampung-kampung baru di

dalam lahan tersebut. Tanah lotre ini juga mengubah status sosial bagi masyarakat yang

24 Adhi Agus Wijayanto, “Serat Nanas Mojogedang dan Perubahan Sosial

Ekonomi Masyarakat Tahun 1922-1937”, Diakronik, Vol.3, No. IV, Juli 2009, Jurusan

Ilmu Sejarah, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, hlm.

59.

Page 112: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

memperoleh tanah. Tanah lotre memberikan pengaruh di daerah Kelurahan Pajang yaitu

pemerataan penduduk di daerah Kelurahan Pajang sehingga terjadi sebuah urbanisasi

kecil dilingkup Kelurahan Pajang.

2. Dampak ekonomi terhadap rakyat yang mendapatkan tanah lotre

Tanah selain berpengaruh terhadap sosial juga berpengaruh terhadap perekonomian

masyarakat. Pembagian tanah ini juga berdampak terhadap perekonomian masyarakat

yang mendapatkan tanah tersebut. Pada tahun 1950 bangsa Indonesia sedang

merehabilitasi perekonomian akibat dari peralihan kekuasaan dan perang melawan

penjajah, sehingga perekonomian belum stabil. Pada saat itu juga terjadi hiper-inflasi

yang memperburuk ekonomi di Indonesia dan terjadi krisis ekonomi. Sepanjang tahun

1950-an Indonesia masih mencoba berbagai sistem politik dari sistem presidensil ke

sistem perlementer dan kemudian kembali lagi ke presidensil. Pada tahun itu muncul

berbagai partai politik dalam sistem parlementer, hal itu menimbulkan pertentangan

dalam ideologi disetiap partai-partai dalam merebutkan kekuasan. Kondisi tersebut

menyebabkan perekonomian yang sedang dibangun menjadi kurang baik.

Keadaan perkonomian nasional tersebut menggambarkan bahwa perkonomian di

daerah atau lokal juga mengalami kondisi yang hampir tidak jauh berbeda, sama halnya

dengan kondisi perekonomian yang terjadi di Surakarta. Meskipun kondisi pemerintahan

yang belum stabil serta perekonomian yang masih menurun tidak mempengaruhi

pembagian tanah secara sistem lotre di daerah Pajang. Pembagian tanah memberikan

Page 113: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

perubahan perekonomian rakyat yang mendapatkan tanah lotre tersebut, mekipun

perubahannya tidak begitu besar. Pemberian tanah lotre memberikan perubahan dimana

masyarakat yang sebelumnya tidak memilik lahan dengan adanya pemabrian terebut

meraka dapat memiliki lahan dengan status hak milik. Sebelum ada tanah lotre tersebut

sebagian dari mereka berkerja sebagai buruh, pedagang atau menggarap tanah milik

orang lain dengan pendapatan yang kecil. Tanah lotre tersebut sedikit memberikan

perubahan pada penghasilan mereka.

Perubahan ekonomi masyarakat ditimbulkan karena mereka memanfaatkan sebagian

tanah tersebut untuk ditanami dengan umbi-umbian atau dengan ditanami buah-buah

seperti: pisang, mangga, kelapa dan sebagainya, yang nanti hasil kebun tersebut dijual

kemudian hasilnya sedikt membantu menambah penghasilan mereka.25

Adanya tanah

lotre memberikan dampak yang positif bagi rakyat dalam segi kehidupan baik secara

ekonomi dan sosial. Pengaruhnya dalam segi politik dengan adanya pembagian tanah

tersebut yaitu berakhirnya sistem tuan dan terhapusnya sistem magersari. Pembagian

tanah ini memperkuat hak milik bagi rakyat yang mendapatkannya.

25 Data diolah dari Wawancara dengan Parto tanggal 26 Desember 2011

Page 114: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

96

BAB V

KESIMPULAN

Penguasaan dan kepemilikan tanah di Surakarta ketika masa kemerdekaan

mengalami perubahan. Tanah-tanah dikuasai oleh pemerintah dengan cara di konversi

menjadi hak milik Pemerintah Republik Indonesia. Perubahan tersebut menjadikan rakyat

mendapat kemilikan hak atas tanah-tanah. Setelah kemerdekaan banyak tanah-tanah

kosong dan lahan-lahan perkebunan yang ditinggal, kemudian oleh pemerintah di

konversikan menjadi tanah milik Negara. Stuktur pemilikan tanah di Kelurahan Pajang

sebelum tahun 1951 yaitu masyarakat banyak yang belum miliki tanah. Meraka hanya

menfaatkan lahan-lahan bekas asing yang telah menjadi tanah Negara untuk digarap

dengan ijin dari kelurahan.

Di saat perencanaan pembuatan undang-undang agraria di daerah Kelurahan

Pajang pada 1951-1952 terjadi pembagian tanah kepada rakyat dengan menggunakan

sistem lotre. Tanah yang dibagikan tersebut merupakan tanah Negara, tanah-tanah yang

akan dibagikan sebelumnya dipatok-patok kemudian setiap patoknya diberi nomer.

Rakyat yang telah terdaftar agar mendapatkan tanah mereka harus dating ke kelurahan

untuk memperoleh nomer yaitu dengan cara di lotre. Nomer tesebut menunjukan letak

dan luas tanah yang didapat. Setelah menemukan letak tanah yang didapat sesuai dengan

nomer, kemudian melaporkan ke kelurahan untuk mendapatkan surat hak milik yang

diberikan dari kelurahan. Pembagian tanah tersebut rakyat tidak dikenakan biaya dari

mulai proses pendataan hingga mendapatkan tanah tersebut. Meskipun tidak dipunggut

biaya tidak semua rakyat mendapatkan tanah tersebut, karena ada kriterianya.

96

Page 115: TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG - digilib.uns.ac.id/Tanah... · ILMU SEJARAH commit to user TANAH LOTRE DI KELURAHAN PAJANG -1972 DALAM TINJAUAN HISTORIS DAN SOSIOLOGIS ... Daerah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

97

Pembagian tanah secara lotre memberikan dampak sosial dan ekonomi bagi

rakyat yang mendapatakan tanah tersebut. Dampak sosial yaitu terjadinya hubungan

interaksi sesama penerima tanah dan tersebarnya penduduk di Kelurahan Pajang.

Dampak yang ditimbulkan dari pembagian tanah dari segi ekonomi yaitu dapat

menambah penghasilan dari penggarapan sebagian tanah yang didapat. Perubahan dan

penetapan tentang undang-undang agraria mempengaruhi kepemilikan dan penguasaan

tanah lotre. Salah satunya yaitu pendaftaran tanah untuk memperkuat kepemilikan dari

tanah lotre. Dalam penguasaan timbulnya jual-beli tanah lotre di sebabkan oleh Faktor

ketidaksenangan dengan letak tanah yang didapat, selain itu untuk membiayai

pendaftaran tanah untuk mendapatkan sertifikat. Mereka harus menjual sebagian

tanahnya agar bisa memperoleh sertifikat tanah.