Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TAHFIZ AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN
TAHFIZ AL-QUR’AN WAL HADITS
AL-MUNAWWAROH
BANGKO
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Strata Satu (S.1) dalam Studi Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama
Oleh :
ARIANSAH
NIM : UT.150191
PRODI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
MOTTO
كلقد يسرنا ٱلقرءاف للذكر فػهل من مدكر “Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran
(dihafalkan), maka adakah yang mengambil pelajaran ” (QS. Al-Qamar : 17).
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh realitas yang terjadi di Pondok
Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko, dari masa ke
masa Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko
mampu melahirkan banyaknya para penghafal-penghafal Al-Qur’an, baik dari
segikualitas maupun kuantitas. Hal ini dibuktikan dengan adanya beberapa santri
tahfiz yang mampu bersaing di tingkatNasional dan Internasional.
Permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini adalah bagaimana
pelaksanaan tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits
Al-Munawwaroh Bangko dan bagaimana metode tahfiz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko. Sedangkan
Pendekatan penelitian yang penulis gunakan pendekatan fenomenologis yang
tergolong ke dalam penelitian lapangan (field research). Penelitian ini
menggunakan tiga teknik pengumpulan data yaitu : wawancara (interview),
pengamatan (observasi) dan dokumentasi.
Hasilnya penulis menemukan empat metode tahfiz Al-Qur’an yang
digunakan di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh
Bangko, tiga metode yang digunakan adalah metode yang ditawarkan oleh para
ahli dan satu metode yang digunakan adalah metode yang pernah dipelajari oleh
guru pembimbing tahfiz ketika menghafal pada suatu lembaga (Ponpes Al-Askar
Bogor), kemudian diterapkan di kalangan santri tahfiz Pondok Pesantren Tahfiz
Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko. Metode tersebut yaitu : Metode
Wahdah, Metode Sima’i, Metode Kitabah, dan Metode Memahami Makna Ayat.
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan skripsi sederhana ini kepada:
Ayahanda dan Ibunda Tercinta...
Dua orang yang sangat berjasa dalam hidup saya dan yang sangat saya cintai
yaitu Ayahanda M. Salek dan Ibunda Nor Hasanah yang telah mendidik dan
mengasuhku dari kecil hingga dewasa dengan penuh kasih sayang dan ketulusan
yang tak kenal lelah dan batas waktu, agar kelak diriku menjadi anak yang
berbakti kepada kedua orang tua dan berguna bagi Agama, Nusa dan Bangsa
seterusnya dapat meraih cita-cita.
Serta adikku yang sangat aku sayangi :
Sandra Nor Sapitri
Lasmiarti
Ilham Nor Kholidi
Hilma Ariani
Auli Ramadhani
Uswatun Ikmaliah
Dan juga kepada :
Dr. H. Hasbullah, MA (Dosen Pembimbing 1)
Sajida Putri, S.Ud., M.Hum (Dosen Pembimbing 2)
yang telah membimbingku sehingga dapat mencapai ke titik ini. Ku ucapkan
banyak terima kasih kepadanya. Semoga Allah membalas semua jasa kalian
dengan sebaik-baiknya balasan.
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم Puji syukur yang sedalam-dalamnya penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan taufik dan hidayah-Nya sehingga Skripsi yang
berjudul “Tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an
wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko” ini dapat diselesaikan
penyusunannya. Shalawat dan salam penulis limpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW.
Skripsi ini disusun sebagai sumbangan pemikiran terhadap pengembangan
dalam Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, dan sebagai persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi.
Selesainya penyusunan Skripsi ini ditulis dengan banyak mendapat
masukan, arahan, serta bimbingan dari berbagai pihak, terutama dari dosen
pembimbing dan rekan-rekan penulis. Untuk itu, Penulis merasa sangat bersyukur
kehadirat Allah SWT dan mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Hasbullah dan Ibu Sajida Putri, S.Ud., M.Hum selaku
pembimbing I dan pembimbing II yang telah banyak memberikan
sumbangan pemikiran, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
Skripsi ini.
2. Bapak Dr. H. Hadri Hasan, M.A selaku Rektor UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi.
3. Bapak Prof. Su’aidi Asyari, M.A.,Ph.D, Bapak Dr. H. Hidayat, M.Pd, dan
Ibu Dr. Hj. Fadlilah, M.Pd, masing-masing sebagai Wakil Rektor I, II, dan
III UIN Sulthan Thaha Saifuddin jambi.
4. Bapak Dr. Abdul Ghaffar, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan
Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
5. Bapak Dr. Masiyan, M.Ag, Bapak H. Abdullah Firdaus, Lc.,M.A.,Ph.D,
dan Bapak Dr. Pirhat Abbas, M.Ag, masing-masing selaku Wakil Dekan I,
PEDOMAN TRANSLITERASI
A. Alfabet
Arab Indonesia Arab Indonesia
t ط ` ا
ẓ ظ b ب
` ع t ت
gh غ ts ث
f ؼ j ج
q ؽ ḥ ح
k ؾ kh خ
l ؿ d د
m ـ dz ذ
n ف r ر
w ك z ز
h ق s س
؍ ء sy ش
y ل ṣ ص
ḍ ض
B. Vokal dan Harkat
Arab Indonesia Arab Indonesia Arab Indonesia
ī ال ā ا A ا
aw اك á ال U ا
ay ال ū اك I ا
C. Ta’ Marbutah
Transliterasi untuk ta’ marbutah ini ada dua macam:
1. Ta’ Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya
adalah/h/.
contoh:
Arab Indonesia
Salãh صلاة
Mir’ãh مراة
2. Ta’Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fathah, kasrah dan dammah,
maka transliterasinya adalah/t/.
Contoh:
Arab Indonesia
Wizãrat al-Tarbiyah كزارة التبية
الزمن مراة Mir’ãt al-zaman
3. Ta’ Marbutah yang berharakat tanwin maka transliterasinya adalah /tan/tin/tun.
Contoh:
Arab Indonesia
Fajannatan فجئة
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
NOTA DINAS ................................................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .................................. iii
PENGESAHAN ................................................................................................ iv
MOTTO ............................................................................................................ v
ABSTRAK ........................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ..................................................................... x
DAFTAR ISI ..................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian .................................................. 6
D. Tinjauan Pustaka ........................................................................... 7
E. Kerangka Teori.............................................................................. 9
F. Metodologi Penelitian ................................................................... 12
G. Sistematika Penulisan ................................................................... 14
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Profil Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh bangko .................................................................... 16
1. Letak Geografis Pondok Pesantren ........................................... 16
2. Latar Belakang Berdiri .............................................................. 16
B. Sumber Dana Pondok Pesantren .................................................... 21
C. Visi dan Misi Pondok Pesantren .................................................... 21
D. Kondisi Umum Pondok Pesantren ................................................. 22
1. Tata Tertib Pondok Pesantren..................................................... 22
2. Struktur Organisasi Pondok Pesantren ....................................... 27
3. Jumlah dan Kegiatan Santri ........................................................ 29
BAB III PELAKSANAAN TAHFIZ AL-QUR’AN DI PONDOK
PESANTREN AL-MUNAWWAROH BANGKO
A. Tata LaksanaTahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiz Al-
Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko ............................... 31
1. Pra Tahfiz Al-Qur’an .............................................................. 31
2. Inti Tahfiz Al-Qur’an ............................................................. 33
3. Evaluasi Tahfiz Al-Qur’an ..................................................... 34
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Tahfiz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Al-Munawwaroh Bangko ............................................. 37
1. Faktor Pendukung ................................................................... 37
2. Faktor Penghambat.................................................................. 40
BAB IV METODE TAHFIZ AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN
TAHFIZ AL-MUNAWWAROH BANGKO
A. Metode Tahfiz Al-Qur’an ............................................................. 43
B. Metode Tahfiz Al-Qur’an Santri ................................................... 54
1. Metode Menghafal Al-Qur’an ................................................ 54
2. Metode Memelihara Hafalan Al-Qur’an ................................ 58
C. Motivasi dan Tujuan ..................................................................... 60
D. Implikasi Santri Tahfiz Al-Qur’an ............................................... 62
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 64
B. Saran-saran ................................................................................... 65
C. Kata Penutup ................................................................................. 66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah kitab agung dan suci yang dikirimkan Allah kepada
umat manusia untuk memenuhi segala kebutuhan, baik jasmani maupun
rohani.1 Bagi umat Islam, Al-Qur’an merupakan kitab suci yang menjadi dasar
dan pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia. Dalam kehidupan sehari-
hari umat Islam umumnya telah melakukan praktik resepsi terhadap Al-
Qur’an, baik dalam bentuk membaca, memahami dan mengamalkan maupun
dalam bentuk sosio-kultural. Itu semua karena umat Islam mempunyai belief
(keyakinan) bahwa berinteraksi dengan Al-Qur’an secara maksimal akan
memperoleh kebahagian dunia akhirat.2
Quraish Shihab mengatakan bahwa Al-Qur’an memperkenalkan
dirinya dengan berbagai ciri dan sifat. Salah satu diantaranya adalah bahwa ia
adalah kitab yang keotentikannya dijamin oleh Allah dan
dipelihara.3Sebagaimana yang termaktub dalam QS. Al-Hijr, ayat 9 :
لفظوف ۥإنا نن نػزلنا ٱلذكر كإنا له “Sesungguhnya kami lah yang menurunkan Al-Qur’an dan
sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya”. (Q.S. Al-Hijr : 9)4
Dengan jaminan Allah SWT dalam ayat tersebut, tidak berarti umat
Islam terlepas dari tanggung jawab dan kewajiban untuk memelihara
kemurniannya, akan tetapi umat Islam pada dasarnya tetap berkewajiban
untuk secara riil dan konsekuen memeliharanya. Karena pemeliharaan sesuai
1 Zubeyr Tekin, Kemuliaan Kitab Suci Al-Qur’an, (Jakarta : Gramedia Pustaka Umum,
2007), 1. 2 Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, cet. II, (Yogjakarta : Idea
Press Yogyakarta, 2015), 103.
3 Quraish Shihab, Membumikan Al-Qur’an (Bandung : Mizan, 1994), 21.
4 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung : Diponegoro, 2013),
262.
dengan sunnatullah yang telah ditetapkannya tidak menutup kemungkinan
kemurnian ayat-ayat Al-Qur’an akan diusik dan diputarbalikkan oleh musuh-
musuh Islam apabila umat Islam sendiri tidak mempunyai kepedulian terhadap
pemeliharaan kemurnian Al-Qur’an.5 Para penghafal Al-Qur’an adalah orang-
orang yang dipilih oleh Allah sepanjang sejarah kehidupan manusia untuk
menjaga kemurnian Al-Qur’an dari usaha-usaha pemalsuannya.6
Menghafal dalam bahasa Arab dikenal dengan sebutan al-hifz yang
merupakan akar kata dari حافظا-حفظا–يحفظ–حفظ yang mempunyai arti
menjadi hafal dan menjaga hafalannya atau memelihara hafalan dengan baik.7
Orang yang hafal Al-Qur’an dikenal dengan sebutan hafiz : yaitu orang yang
menghafal dengan cermat, termasuk sederetan kaum yang menghafal.8
Ibnu Mandzur, sebagaimana dikutip oleh Abdul Rabb Nawabuddin
mengatakan bahwa hafiz adalah orang yang berjaga-jaga, yaitu orang yang
selalu menekuni pekerjaannya.9 Ia berpendapat seperti itu berdasarkan firman
Allah SWT yang termaktub dalam QS. Al-Baqarah, ayat 238 :
حافظوا على الصلوات كالصلاة الوسطى كقوموا لله قانتي “Peliharalah semua shalat dan sholat wusta. Dan laksanakanlah sholat
dengan khusuk.”. (QS. Al-Baqarah : 238)10
Namun, maksud yang dikehendaki dari hafiz Al-Qur’an adalah suatu
proses yang dimulai dengan menghafal kemudian mengulang-ulang hafalan
dengan tujuan untuk memelihara Al-Qur’an di luar kepala (mengingat) dengan
baik dan benar dengan tata cara yang telah ditentukan.
5 Ahsin Wijaya, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta : Bumi Aksara, 1994),
21. 6 Abdul Aziz, Abdul Rauf, Menghafal Al-Qur’an Itu Mudah (Jakarta : Markaz Al-Qur’an,
2009) , 15. 7 A. Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya : Pustaka
Progresif, 1997), 301. 8 Abdul Rabb Nawabuddin, Kaifa Tahfidzul Qur’an, terj. Bambang Saiful Maarif, Tehnik
Menghafal Al-Qur’an (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1996), 25. 9Ibid., 25.
10 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., 39.
Abdul Rabb Nawabuddin sendiri berpendapat bahwa makna menghafal
Al-Qur’an berbeda dengan menghafal selain Al-Qur’an. Perbedaan ini
dikarenakan dua alasan. Pertama, menghafal Al-Qur’an adalah hafal secara
sempurna seluruh isi ayat-ayat Al-Qur’an, sehingga orang yang hafal separuh
atau sepertiganya belum bisa dikatakan sebagai hafiz Al-Qur’an. Kedua,
menghafal Al-Qur’an harus kontinyu dan senantiasa menjaga yang dihafal
supaya tidak lupa. Orang yang hafal Al-Qur’an kemudian lupa sebagian saja
atau seluruhnya karena kealpaan atau sebab lain, misalnya sakit atau menjadi
tua maka tidak berhak menyandang sebagai hafiz.11
Menghafal Al-Qur’an juga membutuhkan usaha yang keras, ingatan
yang kuat serta minat dan motivasi yang besar dan disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing orang. Meskipun begitu, Allah SWT akan selalu
memberi kemudahan bagi hamba-hambanya yang ingin menghafal kalamnya.
Sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Qomar, ayat 17 :
ف للذكر فػهل من مدكر كلقد يسرنا ٱلقرءا “Dan sesungguhnya telah kami mudahkan Al-Qur’an untuk pelajaran
(dihafalkan), maka adakah yang mengambil pelajaran”. (QS. Al-
Qomar : 17)12
Ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah akan memberikan
kemudahan kepada orang-orang yang ingin menghafal Al-Qur’an. Jika ada di
antara hamba-hambanya yang berusaha untuk menghafalkannya, maka Allah
akan memberikan pertolongan dan kemudahan.13
Itu lah keistimewaan yang
dimiliki kitab suci Al-Qur’an, ia merupakan kitab yang dijelaskan dan
dimudahkan untuk dihafal, diingat dan dipahami.14
11
M. Ziyad Abbas, Metode Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta : Firdaus, 1993), 29-
30. 12
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya., 529. 13
Jalaludin Muhammad bin Ahmad al-Mahalli dan Jalaluddin Abdurrahman bin Abu
Bakar as-Sayuthi, Tafsir Jalalaini, (Surabaya : Nurul Huda), 438. 14
Yusuf Qardhawi, Kaifa Nata’amalu Ma’al Qur’an (Berinteraksi dengan Al-Qur’an)
terj. Abdul Hayyi Al-Kattani (Jakarta : Gema Insani Press, 1999), 189.
Tradisi mempelajari dan menghafal Al-Qur’an telah lama dilakukan di
berbagai daerah di Nusantara. Usaha menghafal Al-Qur’an pada awalnya
dilakukan oleh para ulama yang belajar di Timur Tengah melalui guru-guru
mereka, namun perkembangan selanjutnya kecenderungan untuk menghafal
Al-Qur’an mulai banyak diminati masyarakat Indonesia. Untuk menampung
keinginan tersebut, para alumni Timur Tengah khususnya hijaz (Mekah dan
Madinah) membentuk lembaga-lembaga tahfiz Al-Qur’an dengan mendirikan
Pondok Pesantren khusus tahfiz atau melakukan pembelajaran tahfiz Al-
Qur’an pada Pondok Pesantren yang telah ada.15
Nadhifah, sebagaimana dikutip oleh Abdul Khoir dan Neng Kiki
Zakiyah mengatakan bahwa pada generasi sekarang menghafal Al-Qur’an
(tahfiz Al-Qur’an) tentu tidak mudah dengan sekali membaca langsung hafal,
akan tetapi ada metodenya dan juga ada berbagai macam problematikanya.16
Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an Wal Hadits Al-Munawwaroh
Bangko atau yang lebih dikenal dengan Pondok Pesantren Al-Munawwaroh
merupakan salah satu Pondok Pesantren Modern yang berbasis ilmu
keagamaan, kitab kuning dan Al-Qur’an. Pondok Pesantren Al-Munawwaroh
sendiri terbagi menjadi dua kampus, yaitu kampus putra dan putri yang saling
terpisah antara keduanya sejauh kurang lebih 600 meter.17
Semua kurikulum di Pondok Pesantren Al-Munawwaroh khusus tahfiz
Al-Qur’an diatur dan dipantau oleh Mudir Pondok Pesantren yang kemudian
peraturan tersebut disampaikan kepada guru-guru tahfiz untuk dijalankan
sebagaimana mestinya untuk mencapai tujuan tahfiz Al-Qur’an, kemudian
guru-guru tahfiz menyampaikan peraturan-peraturan santri tahfiz untuk saling
15
M. Syatibi, Potret Lembaga Tahfiz Al-Qur’an Di Indonesia, Suhuf : Jurnal Pengkajian
Al-Qur’an dan Budaya, Vol. 1, No.1, 2008, 112-113. 16
Abdul Khoir, Neng Kiki Zakiyah, Sistem Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren, Turats, Vol. 12, No. 1, Mei 2016, 37. 17
Observasi di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko,
27 September 2018, Kabupaten Merangin.
bekerja sama dengan baik dalam membentuk santri yang hafal Al-Qur’an.18
Saat ini, Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh
Bangko telah mampu melahirkan hafiz yang mampu bersaing di Tingkat
Nasional dan Internasional. Hal ini dibuktikan dengan adanya peserta MTQ
(Musabaqah Tilawatil Qur’an) di Medan 2018 dan MHQ (Musabaqah Hifzil
Qur’an) se-Asia Tenggara yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Darun
Najah Jakarta.
Dalam proses tahfiz, tahap pertama yang dilakukan santri adalah nazar
terlebih dahulu kepada guru tahfiz untuk tahsin/pembetulan bacaan Al-Qur’an
menggunakan tajwid, setelah calon penghafal bisa membaca Al-Qur’an secara
baik dan benar baru lah santri tersebut diperbolehkan untuk menghafal dengan
cara membaca ayat yang hendak dihafal secara berulang-ulang dengan
memperhatikan hukum tajwidnya, setelah lancar kemudian masuk kepada
menghafal ayat tersebut.19
Membaca secara berulang-ulang sebelum menghafal merupakan ciri
khas yang membedakan cara tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiz Al-
Qur’an wal Hadis Al-Munawwaroh Bangko dengan Pondok Pesantren
lainnya.
Pondok Pesantren tahfiz Al-Mubarak Kota Jambi misalnya, dalam
proses tahfiz Al-Qur’an tidak menggunakan metode tertentu. Hanya saja
sebelum proses menghafal Al-Qur’an dimulai, para santri diwajibkan untuk
nazar beberapa bulan terlebih dahulu dimulai dari surah Al-Fatihah, setelah
lancar membaca surah Al-Fatihah secara baik dan benar (makharijul huruf dan
tajwidnya) kemudian masuk ke surah Al-Baqarah untuk materi nazar yang
baru, setelah nazar tersebut dinilai baik dan benar menurut guru pembimbing
kemudian masuk kepada proses menghafal dengan cara tersendiri dan tidak
18
Redho Hamdani, Guru Tahfiz Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh,
Wawancara dengan penulis, 27 September 2018, Kabupaten Merangin. 19
Ibid.
ada metode tertentu yang diterapkan oleh guru pembimbing kepada para
santri.20
Begitu pula Pondok Pesantren Irsyadul Ibad Batang Hari, hanya
menggunakan metode nazar saja sebelum proses menghafal dimulai, dan
ketika sudah masuk tahap menghafal maka menghafal dengan cara sendiri.21
Kenyataan dalam proses mencetak santri tahfiz tidak selalu berjalan
dengan mulus sesuai yang diharapkan oleh Mudir pesantren dan guru-guru
tahfiz. Terdapat beberapa kendala atau problem yang harus dihadapi oleh guru
tahfiz dalam mencetak santri penghafal Al-Qur’an, baik dari problem internal
maupun eksternal, sehingga ada metode dan upaya guru tahfiz dalam
menangani problem-problem yang dihadapi tersebut.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas maka penulis
tertarik untuk mengangkat sebuah pembahasan yang berjudul “Tahfiz Al-
Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an Wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko, Jambi”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian singkat tentang latar belakang yang telah penulis
paparkan di atas maka dapat dirumuskan pokok permasalahan yang akan
dibahas dalam skripsi ini adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiz Al-
Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko?
2. Bagaimana metode tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiz Al-
Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko?
20
Rizqon Fadli, Guru tahfiz SDN 59 Kota Jambi dan hafiz 30 juz alumni Pondok
Pesantren Al-Mubarak Kota Jambi, Wawancara dengan Penulis, 29 Oktober 2018, Kabupaten
Muaro Jambi, Rekaman Audio. 21
Purnama Sari, Ustazah dan alumni santri tahfiz Pondok Pesantren Irsyadul Ibad Batang
Hari, Wawancara dengan Penulis, 29 Oktober 2018, Kabupaten Muaro Jambi, Rekaman Audio.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini
bertujuan :
a. Untuk mengetahui pelaksanaan tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko.
b. Untuk mengetahui metode tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko.
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
a. Hasil penelitian ini sebagai khazanah keilmuan mengenai metode
tahfiz Al-Qur’an (menghafal dan memelihara hafalan Al-Qur’an).
b. Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan bagi para penghafal Al-
Qur’an tentang metode yang tepat dan faktor-faktor yang perlu
diperhatikan dalam keberhasilan tahfiz Al-Qur’an.
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian yang berkenaan dengan tahfiz Al-Qur’an telah banyak
dilakukan, baik mengenai metodologi menghafal Al-Qur’an maupun
metodologi memelihara hafalan Al-Qur’an. Maka pada tinjauan pustaka ini,
penulis mencantumkan kajian terdahulu yang berkenaan dengan tema bahasan
sebagai berikut :
Jiyanto, dalam tesisnya yang berjudul Implementasi Metode Fami
Bisyauqin dalam Memelihara Hafalan Al-Qur’an pada Huffaz Ma’had
Tahfizul Qur’an Abu Bakar Ash-Shiddiq Muhammadiyah Yogyakarta, ia
berusaha memaparkan khusus kepada metode Fami Bisyauqin dalam
pembentukan santri huffaz. Hanya metode bisyaukin saja dan tidak ada metode
lainnya.22
22
Jiyanto, Implementasi Metode Fami Bisyauqin dalam Memelihara Hafalan Al-Qur’an
pada Huffaz Ma’had Tahfizul Qur’an Abu Bakar Ash-Shiddiq Muhammadiyah Yogyakarta, Tesis,
(Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga, 2015).
Tri Ratna Dewi, dalam tesisnya yang berjudul Pengembangan Metode
Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an Di MI Ma’arif Bego Maguwoharjo Sleman
Yogyakarta.Ia berusaha memaparkan proses pembelajaran tahfiz Al-Qur’an
terkait dengan metode yang digunakan dalam pembelajaran tahfiz Al-Qur’an
di MI Ma’arif Bego Sleman Yogyakarta. Pada kesimpulan akhir,ia
mengatakan bahwa pada MI tersebut tidak menggunakan metode yang
variatif, hanya mengandalkan cara menghafal sendiri yang dilakukan siswa
sehingga mempengaruhi keberhasilan tahfiz Al-Qur’an.23
Indra Koswara,Pengelolaan Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an
(Menghafal Al-Qur’an) di Pondok Pesantren Al-Husain Magelang, dalam
jurnal ini membahas tentang perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi tahfiz Al-
Qur’an. Ia menyimpulkan di akhir tulisannya bahwa ada tiga metode yang
diterapkan untuk menghafalkan Al-Qur’an di Pesantren Al-Husein Magelang,
yaitu : Metode Sorogan, Metode Tadarus dan Metode Sima’an.24
Muthoifin, Dkk, Metode Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an di Madrasah
Aliyah Tahfiz Nurul Iman Karanganyar dan Madrasah Aliyah Al-Kahfi
Surakarta.Dalam jurnal ini membahas tentang metode yang digunakan di
kedua madrasah tersebut, serta efektifitas dan efiensi metode pembelajaran
tersebut. Mereka mengungkapkan bahwa ada enam metode tahfiz Al-Qur’an
yang digunakan di Madrasah Aliyah Tahfiz Nurul Iman dan Al-Kahfi, yaitu :
metode juz’i, metode sima’i, metode tasmi’, metode muraja’ah, metode jama’
dan metode kitabah.25
Adapun buku yang telah ditemukan oleh penulis yang membahas
tentang metode yang dilakukan oleh seorang penghafal Al-Qur’an untuk
23
Tri Ratna Dewi, Pengembangan Metode Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an di MI Ma’arif
Bego Manguwoharjo Sleman Yogyakarta, Tesis, (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga, 2017), 115-
116. 24
Indra Koswara, Pengelolaan Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an (Menghafal Al-Qur’an) di
Pondok Pesantren Al-Husain Magelang, Jurnal Hanata Widya, Vol.6, No.2, 2017, 70. 25
Muthoifin, et. Al, Metode Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an di Madrasah Aliyah Tahfiz
Nurul Iman Karanganyar dan Madrasah Aliyah Al-Kahfi Surakarta, Jurnal Studi Islam, Vol.17,
No.2, Desember 2016, 32-34.
menghafal dan menjaga hafalannya adalah buku yang berjudul Kaifa
Nata’amalu Ma’al Qur’an (Berinteraksi dengan Al-Qur’an) karya Yusuf
Qardhawi terjemah Abdul Hayyi Al-Kattani dan Al-Tibyan Fi Adab Hamalat
Al-Qur’an(Menjaga Kemuliaan Al-Qur’an, Adab dan Tata Caranya) terjemah
Ahmad Qosim.
Beberapa karya yang telah disebutkan di atas, pada karya yang
berkenaan dengan metode tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren di Indonesia
secara umum, belum ada di antara kajian tersebut yang membahas tentang
tahfiz Al-Qur’an yang diterapkan di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal
Hadits Al-Munawwaroh Bangko dan mereka tidak mengangkat Tahfiz Al-
Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh
Bangko sebagai sebuah penelitian.
E. Kerangka Teori
The living Qur’an atau “Al-Qur’an yang hidup” adalah ungkapan yang
tidak asing lagi bagi umat Islam. Di kalangan mereka ungkapan ini dapat
dimaknai berbagai macam :
Pertama, ungkapan tersebut bisa bermakna “Nabi Muhammad” dalam
arti yang sebenarnya, yaitu sosok Nabi Muhammad SAW, karena menurut
keyakinan umat Islam akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al-Qur’an.
Dalam Al-Qur’an itu disebutkan bahwa pada diri Nabi Muhammad SAW
terdapat contoh yang baik. Hal ini diperkuat oleh hadits dari Siti Aisyah r.a.
yang mengatakan bahwa akhlak Nabi Muhammad SAW adalah Al-Qur’an.
Artinya, beliau selalu berprilaku dan bertindak berdasarkan pada apa yang
terdapat dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW adalah Al-
Qur’an yang hidup. Al-Qur’an yang mewujud dalam sosok manusia.
Kedua, ungkapan tersebut juga bisa mengacu pada suatu masyarakat
yang kehidupan sehari-harinya menggunakan Al-Qur’an sebagai acuannya.
Mereka hidup dengan mengikuti apa-apa yang diperintahkan dalam Al-Qur’an
dan menjauhi hal-hal yang dilarang di dalamnya, sehingga masyarakat
tersebut seperti Al-Qur’an yang hidup. Al-Qur’an yang mewujud dalam
kedidupan sehari-hari mereka. Mungkin masyarakat seperti ini belum ada,
karena dalam masyarakat Islam yang manapun selalu saja terdapat bentuk-
bentuk kehidupan pola-pola perilaku tindakan dan aktivitas yang tidak
berdasarkan Al-Qur’an.26
Ketiga, ungkapan tersebut juga dapat berarti bahwa Al-Qur’an
bukanlah hanya sebuah kitab, tetapi sebuah kitab yang hidup, yaitu
perwujudannya dalam kehidupan sehari-hari begitu terasa dan nyata, serta
beranekaragam, tergantung pada bidang kehidupannya yang sangat
bervariasi.27
Kajian living Qur’an memberikan kontribusi yang signifikan bagi
pengembangan wilayah objek kajian. Di sisi lain juga dapat dimanfaatkan
untuk pemberdayaan di masyarakat dan sebagai pengembangan kajian di era
sekarang, sehingga kajian lebih meluas dan tidak terpaku pada kajian teks saja
dan akan lebih banyak mendapatkan tanggapan dan tindakan masyarakat
terhadap kehadiran Al-Qur’an.28
Penelitian ini mendeskripsikan secara kritis
tentang tahfiz Al-Qur’an.
Ahsin Wijaya Al-Hafiz memaparkan secara rinci mengenai metode
menghafalkan Al-Qur’an. Metode itu terbagi menjadi 5 metode, yaitu :
Metode Wahdah, Metode Kitabah, Metode Sima’i, Metode Gabungan dan
Metode Jama’.29
1. Metode Wahdah
Metode ini adalah menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang
hendak dihafal. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca
sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali, atau lebih sehingga proses ini
mampu membentuk pola dalam bayangan, akan tetapi hingga benar-benar
26
Heddy Shri Ahimsa Putra, The Living Qur’an, Walisongo, Volume 20, Nomor 1, Mei
2012, 236. 27
Ibid., 237. 28
Abdul Mustaqim, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, (Yogyakarta : Idea Press
Yogyakarta, 2015), 107. 29
Ahsin Wijaya, Bimbingan Praktis Manghafal Al-Qur’an, (Jakarta : Bumi Aksara,
2009), 63.
membentuk gerak reflek pada lisannya. Setelah benar-benar hafal
kemudian dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama
demikian seterusnya, sehingga semakin banyak diulang maka kualitas
hafalan semakin refsentatif.30
2. Metode Kitabah
Kitabah artinya menulis.31
Metode ini memberikan alternatif dari
pada metode yang pertama. Pada metode ini penghafal terlebih dahulu
menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah
disediakan untuknya. Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya sehingga
lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya. Metode ini cukup praktis
dan baik, karena di samping membaca dengan lisan, aspek visual menulis
juga akan sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola
hafalan dalam bayangan ingatannya.32
3. Metode Sima’i
Sima’i artinya mendengar.33
Yang dimaksud mendengar di sini
adalah mendengarkan suatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini
sangat efektif bagi penghafal yang memiliki daya ingat ekstra, terutama
bagi penghafal tunanetra atau anak yang masih di bawah umur yang belum
mengenal baca tulis Al-Qur’an. Metode ini dapat dilakukan dengan dua
alternatif :
a. Mendengar dari guru yang membimbingnya, terutama bagi penghafal
tunanetra atau anak-anak. Dalam hal ini instruktur dituntut untuk
berperan aktif, sabar dan teliti dalam membacakan dan
membimbingnya, karena ia harus membacakan ayat satu persatu untuk
dihafal, sehingga penghafal mampu menghafal secara sempurna. Baru
kemudian dilanjutkan dengan ayat berikutnya.
30
Ibid. 31
A. Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab, (Surabaya : Pustaka
Progresif, 2007), 912. 32
Ahsin Wijaya, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an., 64. 33
A. Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab., 225.
b. Merekam lebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalnya ke dalam
recorder dengan kebutuhan menurut kemampuannya. Kemudian
rekaman diputar dan didengar dengan seksama sambil mengikuti
secara perlahan. Kemudian diulang lagi dan diulang lagi, dan
seterusnya menurut kebutuhan sehingga ayat-ayat tersebut benar-benar
hafal diluar kepala.34
4. Metode Gabungan
Metode ini merupakan metode gabungan antara Metode Wahdah
dan Metode Kitabah. Hanya saja kitabah (menulis) di sini lebih memiliki
fungsional sabagai uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya,
kemudian ia mencoba menuliskannya di atas kertas yang telah disediakan
untuknya dengan hafalan pula. Kelebihan metode ini adalah adanya fungsi
ganda, yakni berfungsi untuk menghafal sekaligus berfungsi untuk
pemantapan hafalan.35
5. Metode Jama’
Maksud metode ini adalah cara menghafal yang dilakukan secara
kolektif atau bersama-sama dipimpin oleh seorang instruktur. Pertama,
instruktur membacakan satu ayat atau beberapa ayat dan para penghafal
menirukan secara bersama-sama. Kemudian instruktur membimbingnya
dengan mengulang-ulang kembali ayat-ayat tersebut dan penghafal
mengikutinya. Setelah ayat itu dapat mereka baca dengan baik dan benar,
selanjutnya mereka mengikuti bacaan instruktur dengan sedikit demi
sedikit mencoba melepaskan mushaf (tanpa melihat mushaf) dan demikian
seterusnya sehingga ayat-ayat yang sedang dihafalnya itu benar-benar
sepenuhnya masuk dalam ingatannya. Setelah penghafal benar-benar hafal,
kemudian diteruskan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama.36
34
Ibid., 65. 35
Ibid., 66. 36
Ahsin Wijaya Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an., 66.
F. Metodologi Penelitian
Metode penelitian ini adalah living Qur’an, yang memiliki metode
penulisan penelitian sebagai berikut :
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
fenomenologis. Penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field
research).
2. Subjek Penelitian
a. Guru tahfiz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadis Al-
MunawwarohBangko.
Guru tahfiz merupakan orang yang paling mengerti seluk beluk
tentang keadaan santri tahfiz dan yang berkaitan dengannya.
b. Huffaz di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadis Al-
Munawwaroh Bangko.
Yang dimaksud huffaz dalam penelitian ini adalah mereka yang
telah dan sedang menerapkan metode tahfiz Al-Qur’an dalam
menghafal dan memelihara hafalan mereka.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun metode yang peneliti gunakan dalam pengumpulan data
adalah sebagai berikut :
a. Wawancara (Interview)
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara mendalam melalui wawancara terstruktur dan tidak
terstruktur yang berfungsi untuk mendapatkan informasi mengenai
metode tahfiz Al-Qur’an, mengetahui faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi keberhasilan dan penghambat santri tahfiz dalam
menghafal dan memelihara hafalan Al-Qur’an.
b. Pengamatan (Observasi)
Didalam observasi ini, peneliti mengadakan pengamatan dan
ikut serta dalam kegiatan santri tahfiz, seperti : menghafal, setoran,
khataman, muraja’ah dan kegiatan-kegiatan lainnya yang
berhubungan dengan metode tahfiz yang digunakan oleh santri tahfiz
Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh
Bangko.
c. Dokumentasi
Metode dokumentasi yang peneliti gunakan dalam penelitian
ini adalah metode dokumentasi tertulis dan dokumentasi bentuk
gambar.
4. Metode Analisis Data
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teknik analisis
data deskriptif analitik (data-data yang berkaitan dengan tema yang diteliti,
dikumpulkan, dan diklasifikasikan) yang kemudian dilakukan deskripsi
(memberikan penafsiran atau uraian tentang data yang telah terkumpul,
dianalisis dan ditafsirkan kemudian disimpulkan dengan metode induktif).
G. Sistematika Penulisan
Agar penelitian ini dapat dipaparkan secara runtut dan terarah maka
sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :
Bab pertama adalah pendahuluan yang berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka
teori, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua, gambaran umum lokasi penelitian dengan maksud untuk
memberikan informasi awal dan memberikan pemahaman terlebih dahulu
perihal kondisi lapangan yang menjadi pusat penelitian. Pertama, profil
Pondok Pesantren antara lain letak geografis Pondok Pesantren, latar belakang
berdiri dan perkembangan Pondok Pesantren. Kedua, sumber dana Pondok
Pesantren. Ketiga, visi dan misi Pondok Pesantren. Keempat, kondisi umum
Pondok Pesantren antara lain tata tertib, struktur organisasi, jumlah dan
kegiatan santri.
Bab ketiga, pelaksanaan tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiz
Al-Qur’an Wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko. Pertama, tata laksana tahfiz
Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko antara lain pra tahfiz Al-Qur’an, inti tahfiz Al-Qur’an
dan evaluasi tahfiz Al-Qur’an. Kedua, faktor pendukung dan penghambat
tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko antara lain faktor internal dan eksternal.
Bab keempat tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an
wal Hadis Al-Munawwaroh Bangko. Pertama, metode tahfiz Al-Qur’an.
Kedua, metode tahfiz Al-Qur’an santri antara lain metode menghafal dan
memelihara hafalan al-Qur’an. Ketiga, motivasi dan tujuan.Keempat,
implikasi santri tahfiz Al-Qur’an.
Bab kelima atau bab yang terakhir adalah kesimpulan dari penelitian,
saran-saran dan penutup. Setelah penutup maka penulis akan menyajikan
daftar pustaka sebagai kejelasan dan pertanggung jawaban referensi.
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELTIAN
A. Profil Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh
Bangko.
1. Letak Geografis Pondok Pesantren.
Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an Wal Hadits Al-Munawaroh
Bangko atau yang lebih dikenal dengan Pondok Pesantren Al-
Munawwaroh merupakan salah satu Pondok Pesantren modern yang
berbasis Ilmu Keagamaan, Kitab Kuning dan Al-Qur’an.
Pondok Pesantren ini terbagi menjadi 2 kampus yang saling
terpisah antara santri putra dan santri putri.Jarak pemisah antara keduanya
± 600 m. Kampus I atau kampus putra terletak di Jl Sulthan Thaha, Sei.
Misang, Kel. Dusun Bangko, Kecamatan Bangko, Kabupaten Merangin,
Provinsi Jambilebih tepatnya di eks arena MTQ Provinsi Jambi tahun
2001. Batas lokasi ini adalah : Sebelah Barat berbatasan dengan
hutan/tanah warga, sebelah Timur berbatasan dengan masjid Raya Baitul
Makmur Bangko milik Pemda Merangin, sebelah Selatan berbatasan
dengan hutan/tanah warga dan sebelah utara berbatasan dengan Jalan
Lintas Sumatra. Sedangkan kampus II terletak di belakang lesehan Gabing
Tilan tepatnya di Jl. Lintas Sumatra Km 03 Kelurahan Dusun Bangko,
Kecamatan Bangko, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi.1
2. Latar Belakang Berdiri dan Perkembangan Pondok Pesantren.
Pendirian Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadis Al-
Munawwaroh Bangko diprakarsai oleh Rotani Yutaka (mantan Bupati
Merangin periode 1998-2008) dan diresmikan pada tanggal 16 Juni 2001
oleh mantan Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin.2 Pondok Pesantren Tahfiz
Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko berada di bawah yayasan
1Dokumentasi Sekretaris Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko, Profil Pondok Pesantren, 1. 2Dokumentasi Sekretaris Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko, Profil Pondok Pesantren, Pendahuluan.
pendidikan Lailo Beruji Merangin yang diketuai oleh Maznah Rotani (istri
mantan Bupati Merangin periode 1998-2008). Rotani Yutaka melihat kala
itu gedung dan fasilitas MTQ tidak termanfaatkan dengan baik bahkan
menjadi tempat maksiat, maka beliau berinisiatif agar eks arena MTQ
tersebut dijadikan sebagai tempat pengkajian keagamaan.
Satar Saleh (ketua MUI Merangin) menyarankan kepada Rotani
Yutaka agar tempat tersebut di samping mengkaji ilmu agama juga
digunakan untuk menghafalkan Al-Qur’an, agar orang-orang Merangin
terutama bahkan masyarakat pada umumnya tidak jauh menghafal Al-
Qur’an.
Bupati Sarko (nama Kabupaten sebelum pemekaran) Rotani
Yutaka menanggapi saran ketua MUI merangin tersebut sehingga beliau
menyampaikan kepada masyarakat Sarko khususnya, agar dapat
menitipkan di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko, dengan harapan agar di Merangin tumbuh cikal
bakal hafiz Al-Qur’an dan setiap Kecamatan ada orang yang hafal Al-
Qur’an.
Pada awal berdirinya Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal
Hadits Al-Munawwaroh Bangko hanya memiliki murid pertama di tingkat
Tsanawiyah sebanyak 13 orang. Seiring dengan berjalannya waktu dari
masa ke masa, Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko terus mengalami perkembangan.
Pondok Pesantren ini telah dikembangkan dengan sistem
kurikulum kombinasi antara kurikulum Pendidikkan Agama dan
Pendidikan Umum serta mengarah kepada sistem KTSP. Di samping
pelajaran tersebut, Pondok Pesantren Al-Munawwaroh menawarkan 3
Program pelajaran prioritas yaitu Tahfiz Al-Qur’an, Kitab Kuning dan
Bahasa. Bagi mereka yang mampu menghafal Al-Qur’an akan diberikan
beasiswa (bebas biaya atau diberi pemotongan sesuai persentase
hapalannya).
Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh
disamping tahfiz penuh juga membuka tahfiz terbatas. Kategori tahfiz
penuh adalah santri yang sanggup menghafal perbulan 1 Juz, 2 Juz dan 2
bulan 1 Juz sedangkan tahfiz terbatas yaitu santri yang diberikan hafalan
surah tertentu seperti Juz 30, surah Yasin, surah Ad-Dukhan, Al-Kahfi,
As-Sajadah, Al-Waqi’ah, Al-mulk, dan sebagainya.3
Meskipun Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh masih perlu tambahan gedung belajar dan asrama serta
fasilitas-fasilitas lain, tetapi pendidikan di Pondok Pesantren Tahfiz Al-
Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko sudah mempunyai berbagai
fasilitas tapi belum terlalu memadai di dalam mempersiapkan santri
menjadi manusia mandiri dan unggul dalam persaingan global.
Berikut ini adalah perkembangan Pondok Pesantren Tahfiz Al-
Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko :
a. Periode 2001-2003
Pada awal periode ini, Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal
Hadits Al-Munawwaroh Bangko di Pimpin oleh Ust. Salman Arsyad
yang jumlah santri pertama dibuka tahun 2001 sekitar 13 orang, guru
berjumlah 4 orang, sampai tahun 2004 santri berjumlah + 100 orang
dan guru 9 orang. Saat itu santri hanya semata-mata menggunakan
sarana yang ada, sarana eks arena MTQ belum ada renopasi sedikit
pun dan penambahan gedung, bahkan belum pernah mendapat rehab,
sehingga Pondok Pesantren belum begitu berkembang karena animo
masyarakat terhadap Pondok Pesantren Al-Munawwaroh belum
terlihat.
b. Periode 2004-2012
Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadis Al-
Munawwaroh sekarang dipimpin oleh KH. Sofwan, S.Ag., M.Pd,
3Dokumentasi Sekretaris Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko, 1-2.
beliau adalah alumni Pondok Pesantren Al-Mustafawiyah Purba Baru
Medan, S-1 Jurusan Bahasa Arab IAIN STS Jambi dan S-2 Uhamka
Jakarta konsentrasi Menajemen Pendidikan.
Pada era ini, beliau selaku pimpinan melakukan modifikasi
kurikulum, yaitu perpaduan antara kurikulum Diknas dan Depag,
sesuai dengan perkembangan zaman. Beliau lebih mengutamakan
program skill seperti khat Al-Qur’an, Pidato, Sharhil Qur’an serta
kegiatan-kegiatan lainnya yang dibutuhkan di MTQ, dan kebutuhan
masyarakat, Program tahfiz yang lebih diutamakan oleh beliau di
samping program kitab kuning lainnya. Seiring dengan bertambahnya
jumlah murid, maka beliau menambah ruang belajar sehingga menjadi
28 lokal (di kampus I 16 lokal dan di kampus II 12 lokal) dan
menambah tenaga guru.
Pada tahun 2004, Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal
Hadits Al-Munawwaroh mengalami kemajuan sehingga sampai saat
ini jumlah santri mencapai 320 orang, yang berdatangan tidak hanya
dari Kabupaten Merangin tetapi juga dari Kabupaten-kabupaten lain
bahkan ada yang dari Propinsi lain seperti : Sumatera Barat, Bengkulu,
dan Palembang. Jumlah guru pada saat tersebut 35 orang yang datang
dari berbagai alumni dari Perguruan Tinggi dan Pondok Pesantren.
Pondok Pesantren Al-Munawwaroh al-hamdulillah telah mendapat
tanggapan yang positif di tengah-tengah masyarakat secara universal
dan sekarang mulai terkenal berkat keberadaan dan prestasinya saat
ini.
Pada tahun 2008 Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal
Hadits Al-Munawwaroh melengkapi jenjang pendidikan dalam
sekolahnya (formal) dengan mendirikan TK Islam.
Pada tahun 2010 Pondok Pesantren menambah jenjang
pendidikan tingkat dasar yaitu Sekolah Dasar Islam Al-Munawwaroh
(SDIT) yang dimulai pada tahun pelajaran 2010/2011.
Dengan demikian, pada saat ini Pondok Pesantren Tahfiz Al-
Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko telah memiliki 4jenjang
pendidikan formal yaitu TK Islam, SDIT, MTs dan MA Al-
Munawwaroh Bangko.
c. Periode 2013
Mulai pada tahun pelajaran 2013/2014 Pondok Pesantren mulai
melakukan pembenahan di bidang kesantrian, yaitu dengan melakukan
perubahan kampus I dijadikan Kampus Putra dan kampus II dijadikan
Kampus Putri. Sehingga di Kampus Putra terdapat MTs Putra, MA
Putra dan TK Iqro’, di Kampus Putri terdapat MTs Putri, MA Putri dan
SD Islam.
d. Periode 2016-2018
Mulai pada tahun pelajaran 2016/2017 Pondok Pesantren sudah
melakukan pembenahan satuan pendidikan yang ada di bawah naungan
Pondok yaitu TK Islam Al-Munawwaroh, SDIT, MTs, dan MA.
Pembenahan di masing-masing jenjang pendidikan terbukti dengan
diraihnya akreditasi B untuk SDIT, B untuk MA dan A untuk MTs.4
Pada tahun 2018 TK Islam ditutup dan lebih difokuskan ke
pengembangan SDIT.
Sekarang Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh telah menunjukkan prestasinya di bidang tahfiz Al-
Qur’an dan jenis lomba lainnya dalam MTQ, baik di tingkat
Kabupaten, Propinsi, Nasional maupun Internasional.
B. Sumber Dana Pondok Pesantren.
Sumber dana Pondok Pesantren Tahfoz Al-Qur’an wal Hadis Al-
Munawwaroh Bangko Adalah :
1. Uang masuk santri baru/pembangunan.
4Dokumentasi Sekretaris Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko, Profil Pondok Pesantren, 2-3.
2. SPP/uang asrama santri lama.
3. Dana BOS SD, MTs, dan MA.
4. Infaq dari lembaga/perorangan.5
C. Visi dan Misi Pondok Pesantren.
1. Visi Pondok Pesantren
Visi Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko adalah mewujudkan Pondok Pesantren Tahfiz Al-
Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko sebagai pusat pendidikan
yang unggul, pusat pengembangan masyarakat yang madani, mewujudkan
SDM (sumber daya manusia) yang berkualitas tinggi dalam IPTEK (ilmu
pengetahuan dan teknologi) dan IMTAQ (iman dan taqwa).
2. Misi Pondok Pesantren
Misi dari pondok pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko adalah :
a. Menghasilkan lulusan yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
b. Berakhlakul karimah dan berwawasan luas.
c. Mampu membaca, memahami, menghapal dan mengamalkanAl-
Qur’an dan Al-Hadits.
d. Menjadikan santri yang mampu membaca kitab kuning.
e. Mempunyai kecakapan hidup (life skill).
D. Kondisi Umum Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko.
1. Tata Tertib Pondok Pesantren.
Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh
Bangko memliki 10 macam tata tertib yang wajib ditaati oleh santri, yaitu :
5 Deri Sutiaputra, Sekretaris Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 2 Desember 2018, Kabupaten Merangin,
Dokumentasi Tertulis.
a. Tata Tertib Umum
1. Menjalankan ajaran Islam dan tata tertib Pondok Pesantren yang
berlaku.
2. Menghormati guru dan karyawan Pondok Pesantren Al-
Munawwaroh.
3. Menerima dengan ikhlas bimbingan, nasehat, teguran dan sanksi
apapun yang diberikan oleh pihak Pondok Pesantren.
4. Tidak keluar kampus kecuali atas izin yang berwenang.
5. Tidak mengkonsumsi obat-obatan, makanan atau minuman yang
haram.
6. Tidak melakukan hal-hal yang membahayakan diri sendiri atau
orang lain.
7. Menjaga dan memelihara sarana milik Pondok Pesantren.
8. Tidak menyalah gunakan sarana Pondok Pesantren.
9. Menjaga dan memelihara hak milik pribadi.
10. Menjaga K5 (Kebersihan, Kerapian, Kenyamanan, Keindahan, dan
Keamanan di lingkungan Pondok Pesantren.
11. Memelihara Ukhuwah Islamiyah di lingkungan Pondok Pesantren.
12. Tidak membawa, membaca, dan menyimpan gambar atau bacaan
yang tidak Islami.
13. Tidak membawa atau menyimpan barang-barang yang dilarang
oleh Pondok Pesantren, seperti : senjata tajam, senjata api, pakaian
yang tidak Islami, peralatan masak, handphone dan alat elrktronik
sejenisnya.
14. Apabila melanggar poin 13, maka barang-barang tersebut menjadi
hak milik Pondok Pesantren dan tidak dapat diambil kembali oleh
siapapun(Orang tua, Wali, Aparat, dan lainnya).
15. Tidak berbicara kecuali dengan bahasa yang telah ditetapkan oleh
Pondok Pesantren (Arab dan Inggris).
16. Tidak duduk di Pos Jaga dan gerbang kecuali petugas.
17. Tidak memanggil seseorang (majelis guru, karyawan, teman, kakak
kelas, atau tamu) kecuali dengan nama yang baik.
18. Tidak memakai hena kecuali bagian kuku.
19. Tidak bersolek secara berlebihan (lipstick, maskara, dan eye liner)
kecuali vitamin bibir.
20. Santri diwajibkan menutup aurat secara sempurna termasuk kaki
(bagi perempuan) di depan non mahram.
21. Diwajibkan berpakain sopan, rapi, bersih, dan syar’i baik di dalam
maupun di luar lingkungan Pondok Pesantren.
22. Tidak memakai celana jeans dan pakaian ketat.
23. Dilarang pinjam-meminjam barang apapun kepada sesama santri.
24. Gaya potongan rambut santri dengan ketentuan : santri putra (atas
2 cm, samping kanan 1 cm, sampimg kiri 1 cm, belakang 1 cm, dan
depan 2 cm) dan santri putri panjang rambut minimal sebatas bahu.
25. Santri yang memiliki akun media social seperti : facebook, twitter,
BBM, whatsapp, blog, website dan sejenisnya dilarang
memposting tulisan, mengupload foto/video tentang Pondok
Pesantren kecuali atas izin pihak Pondok Pesantren dan foto/video
pribadi yang tidak sopan atau membuka aurat.
26. Bagi santri kelas 1 diwajibkan mencuci pakaian di Laundry dan
dianjurkan bagi kelas 2 ke atas.6
b.Tata Tertib Ibadah Santri
1. Santri telah berada di masjid minimal 10 menit sebelum adzan.
2. Setelah adzan sampai shalat Rawatib tidak ada aktifitas kecuali
dalam nuansa ibadah.
3. Santri membiasakan shalat sunnah Rawatib.
4. Shalat dilakukan berjama’ah tepat waktu (tidak masbuk) di masjid
atau musholla.
6Buku Panduan Akhlak dan Tata Tertib Santri (PANTAS) Pondok Pesantren Tahfiz Al-
Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko, 38-41.
5. Setiap shalat santri harus memakai pakaian muslim/kameja lengan
panjang (dianjurkan berwarna putih), memakai peci putih dan
membawa sajadah.
6. Memakai pakaian koko putih dan peci putih pada malam Jum’at
dan shalat Jum’at.
7. Setiap shalat tidak memakai kaos oblong atau pakaian yang
bergambar atau bertiliskan besar di bagian belakang.
8. Bagi santri putra memakai seragam sekolah yang bersih untuk
shalat Zuhur pada hari efektif belajar.
9. Mematuhi dan melaksanakan program-program ibadah, baik
harian, mingguan maupun tahunan.
10. Membiasakan puasa sunnah Senin dan Kamis.Bagi yang hendak
berpuasa sunnah Senin dan Kamis agar melapor ke Pengurus
bagian ibadah dan diketahui kesiswaan paling lambat Zhuhur
Minggu dan Zuhur Rabu.
11. Melaksanakan shalat Tahajjud setiap malam Jum’at.
c. Tata Tertib Asrama
1. Berperan aktif dalam menjaga kebersihan, keindahan, kenyamanan
dan keamanan asrama.
2. Menjaga semua alat kebersihan yang ada.
3. Membersihkan kamar pagi, siang, sore, malam sebelum dan
sesudah bangun tidur.
4. Mematikan lampu luar jam 06.00 wib dan sebelum memasuki
kelas.
5. Tidur maksimal jam 22.30 wib hari biasa dan jam 00.00 wib
malam minggu, bangun pagi jam 04.00 wib dan khusus malam
Jum’at jam 03.30 wib.
6. Mandi sebelum shalat Shubuh.
7. Meletakkan peralatan mandi dan dan ember pakaian kotor di
tempat yang sudah disediakan.
8. Mengepel asrama minimal satu kali dalam sehari.
9. Melapor ke wali asrama sebelum dan sesudah keluar pondok.
10. Melapor ke wali asrama jika ada masalah, sakit, dan lain-lain.
11. Membuat nama seluruh peralatan pribadi.
12. Menggantung pakaian dengan hanger.
13. Tidur menggunakan celana.
14. Menjemur pakaian di tempat yang sudah disediakan.
15. Menjemur kasur dan bantal satu kali dalam seminggu.
16. Mengikuti pengabsenan.
17. Menghormati dan menghargai sesama.
d. Tata Tertib Keuangan
1. Santri menyimpan uang di lemari maksimal Rp. 20.000.
2. Keuangan/tabungan santri diserahkan ke koperasi dengan bukti
buku tabungan.
3. Infaq bulanan harus dibayarkan langsung oleh orang tua.
4. Pembayaran administrasi Pondok Pesantren paling lambat tanggal
10 setiap bulannya.
5. Santri dilarang pinjam-meminjam uang dengan alasan apapun
kepada siapapun.
e. Tata Tertib Mandi
1. Mandi pada jam yang ditentukan, yaitu pagi sebelum Shubuh dan
sore jam 16.00-17.30.
2. Santri harus menggunakan kain basahan dan dilarang masuk bak.
3. Tidak berbicara berlebihan dan main-main di kamar mandi.
4. Tidak meninggalkan pakain kotor di kamar mandi.
5. Tidak membuang sampah apapun di kamar mandi.
6. Santri dilarang menggunakan kamar mandi ustaz/h
f. Tata Tertib Makan dan Minum
1. Makan pada jadwal yang sudah ditentukan.
2. Mengambil makan sendiri-sendiri, mengambil secukupnya dan
tidak membuang nasi dan lauk.
3. Tidak memakan makanan orang lain tanpa izin pemiliknya.
g. Tata Tertib Olahraga
1. Kegiatan olahraga dilakukan di tempat dan jam yang sudah
ditentukan.
2. Memakai pakaian olahraga.
h. Tata Tertib Perizinan Santri
1. Perizinan pulang melalui kesiswaan, diketahui oleh wali asrama
dan wali kelas.
2. Perizinan keluar Pondok Pesantren melalui pengurus bagian
keamanan dan diketahui oleh kesiswaan (tidak pada waktu jam
belajar efektif).
3. Membawa kartu perizinan dan memperlihatkannya bila diminta
oleh pihak yang berkepentingan.
4. Keterlambatan datang ke Pondok Pesantren dikenakan sanksi dan
keterlambatan datang ke Pondok Pesantren pada perizinan pulang
dikenakan sanksi 1 sak semen perhari.
5. Saat izin keluar/pulang harus mengenakan (baju koko, celana
panjang dasar, dan kopiah hitam untuk putra) dan (baju
atasan/blus, rok dan jilbab Pondok Psantren untuk putri).
i. Tata Tertib Bahasa
1. Santri menggunakan bahasa resmi (Arab dan Inggris) dalam
percakapan sehari-hari.
2. Mengikuti program tang telah ditentukan bagian bahasa (harian,
mingguan dan bulanan).
3. Menggunakan bahasa daerah dikenakan sanksi kebersihan dan lain
sebagainya.
4. Penggunaan bahasa di luar ketentuan dapat dilakukan pada acara
tertentu melalui izin tertulis kepada OSPA/OSPI (OSIS) yang
diketahui oleh pembimbing bagian bahasa.
j. Tata Tertib Life Skill
1. Seluruh santri wajib mengikuti kegiatan life skillsesuai minat dan
bakat, minimal 2 cabang life skill setiap orang.
2. Kehadiran santri tercatat pada daftar hadir yang dipegang oleh
pembimbig cabang life skill yang diikuti.7
2. Struktur Organisasi Pondok Pesantren.
Berikut adalah struktur Organisasi Pondok Pesantren Tahfiz Al-
Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko :8
7Buku Panduan Akhlak dan Tata Tertib Santri (PANTAS) Pondok Pesantren Tahfiz Al-
Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko, 42-48. 8Dokumentasi Sekretaris Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko, Profil Pondok Pesantren, 5.
Pendiri &
PembinaH.Rotani
Yutaka, SH
Ketua Yayasan
Hj. Maznah Rotani
Mudir Ma’had
DR. KH. Sopwan, M.Pd
M.Pd
H Wakil Mudir
Subhan Edi, S.Pd
Bendahara
Muhsonah
H
Sekretaris
Dery Sutiaputra, S.pd,Si
H Pengembangan Pondok
Ainul Haq, S.Pd
H
Wakil Kesiswaan Pa
Ibnu Hajar, S.Pd.i
Wakil Kesiswaan Pi
Minti Sukaisi, S.Pd
H
Kepala MTs
Andri Pranoto, S.Pd
H
Kepala MA
Nurlatifah, S.Pd
H
Wakaur MTs Nia
Elviana, S.Pd
H
Kepala SD Islam
Elmariani, A.Ma
Wakaur MA
Khairuman, S.Pd
H
TU SD Islam
Anggun Rosalena
H
3. Jumlah dan Kegiatan Santri.
a. Jumlah Santri
Jumlah santri Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits
Al-Munawwaroh Bangko sebagaimana yang tercantum dalam tabel
berikut :
DATA REAL SANTRIPONDOK PESANTREN TAHFIZ AL-QUR’AN
WAL HADITS AL-MUNAWWAROH BANGKO 20189
Jenjang Kelas Putra Putri Jumlah
(Pa/i) Reg DM H Jumlah Reg DM H Jumlah
SDIT
1 50 50 24 24 74
2 19 19 12 12 31
3 14 14 17 17 31
4 16 16 19 19 35
5 15 15 18 18 33
6 10 10 9 9 19
9Dokumentasi Data Sekretaris Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko.
TU MTs
Rafi’ud Darojah, SE
H
Koord. Life Skill M. Irham
M, S.Pd,i
H
Operator MA
Rika Afriani
H
Operator MTs
Deni Irawan, S.IP
H
TU MA
Audila Saputri
H
Koord. Dapur & Umum Hj. Aini Sarpina, S.Pd,i
H
Koord. Asrama Pa
Safri Marjono, SH
H
Koord. Asrama Pi
Ana Janatia, S.Pd
H
Santri/wati
Ospa/Ospi
Majelis Guru
Total SDIT 223
MTs
1 95 22 117 164 28 192 309
2 64 21 6 91 75 10 8 93 184
3 14 23 12 49 40 17 11 68 117
Total Mts 610
MA
1 38 33 6 66 72 11 3 86 152
2 25 8 5 38 72 24 46 84
3 11 3 14 34 7 41 55
Total MA 291
Total Keseluruhan (SDIT+MTs+MA) 1124
b. Kegiatan Santri
Kegiatan santri Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko terjadwal secara teratur sebagai berikut :10
1. Pukul 04.00-06.00 : santri bangun untuk menunaikan shalat Shubuh
berjama’ah kemudian dilanjutkan dengan belajar mufradat bagi santri
umum dan belajar wajib tahfiz bagi santri hafiz Al-Qur’an.
2. Pukul 06.00-07.00 : santri sarapan di dapur umum dan siap-siap untuk
masuk kelas.
3. Pukul 07.15-12.00 : belajar wajib santri umum.
4. Pukul 08.00-11.00 : belajar wajib santri tahfiz.
5. Pukul 12.00-13.30 : ISHOMA (istirahat, shalat Zhuhur berjama’ah,
dan makan).
6. Pukul 13.30-15.00 : kegiatan life skill (barzanji marhaban, tilawatil
Qur’an, kaligrafi, dan ceramah tiga bahasa : Arab, Inggris, dan
Indonesia).
7. Pukul 15.00-16.00 : shalat Ashar berjama’ah dilanjutkan dengan
bersih-bersih lingkungan Pondok Pesantren.
8. Pukul 16.00-17.15 : olahraga.
9. Pukul 17.00-18.00 : makan sore dan persiapan shalat Magrib
berjama’ah.
10
Observasi Penulis di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh
Bangko, 2-9 Desember 2018, Kabupaten Merangin.
10. Pukul 18.00-20.00 : shalat Magrib berjama’ah, dilanjutkan dengan
wajib ngaji antara Magrib dan Isya, dan sholat Isya berjama’ah.
11. Pukul 20.00-21.30 : wajib belajar malam bagi santri umum dan tahfiz
Al-Qur’an bagi santri tahfiz.
12. Pukul 22.00-04.00 : jam wajib istirahat.
13. Pukul 20.00-21.30 Kamis malam : muhadharah santri sebagai
pelatihan keahlian diri (ceramah tiga bahasa dan keterampilan
kemasyarakatan).
14. Pukul 20.00-22.00 Sabtu malam : ekstra kurikuler Seni Bela Diri
santri.
15. Pukul 08.00-16.00 hari Minggu : ektsra kurikuler Drum Band.
BAB III
PELAKSANAAN TAHFIZ AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN
TAHFIZ AL-QUR’AN WAL HADITS AL-MUNAWWAROH BANGKO
A. Tata Laksana Tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an
wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko
Dalam proses pelaksanaan tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko ada fase-fase yang
ditempuh oleh para penghafal Al-Qur’an, yaitu :
1. Pra tahfiz
Bagi santri yang memiliki niat untuk menghafalkan Al-Qur’an,
ketika datang kepada guru tahfiz untuk meminta izin bergabung dalam
komunitas penghafal Al-Qur’an, terlebih dahulu dibacakan peraturan yang
menjadi sebuah perjanjian di atas surat bermaterai yang harus disanggupi
ketika menjadi santri tahfiz. Perjanjian yang harus disanggupi tersebut
adalah harus menyelesaikan hafalan Al-Qur’an di Pondok Pesantren
Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko. Apabila telah
menyelesaikan pendidikan di jenjang Madrasah Aliyah, akan tetapi belum
menyelesaikan hafalan Al-Qur’an maka Pondok Pesantren tidak akan
mengeluarkan ijazah santri yang bersangkutan. Jika menyanggupi
perjanjian tersebut maka diperbolehkan untuk bergabung menjadi santri
tahfiz1.
Dalam proses menghafal Al-Qur’an tidak semua calon penghafal
sudah menguasai sepenuhnya ilmu Tajwid dan pandai membaca Al-
Qur’an dengan baik dan benar. Bagi calon penghafal yang belum bisa
membaca Al-Qur’an menurut guru pembimbing tahfiz Al-Qur’an terlebih
dahulu dikenalkan dengan IQRA’ tergantung kemampuan calon penghafal,
jika belum mengenal sama sekali dengan huruf-huruf Hijaiyah maka
nazhar dimulai dari IQRA’ bagian paling awal yang memperkenalkan
1 Redho Hamdani, Guru TahfizPondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 2 Desember 2018, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
huruf-huruf Hijaiyah, jika sudah mengenal huruf-huruf tersebut dan belum
bisa membaca huruf-huruf yang bersambung dengan huruf-huruf lainnya
maka dimulai dari bab tentang itu, dan begitu seterusnya sesuai dengan
kemampuan masing-masing calon penghafal.2
Sebelum memulai menghafal Al-Qur’an, para santri terlebih
dahulu diwajibkan untuk melakukan tahsin/pembetulan bacaan Al-Qur’an
secara baik dan benar menurut hukum Tajwid dan Gharib atau yang lebih
populer disebut di kalangan parapenghafal Al-Qur’an dengan sebutan
nazhar.3 Proses ini dilakukan oleh para calon penghafal dengan membaca
sendiri ayat yang akan dinazharkan sacara berulang-ulang dengan
memperhatikan hukum-hukum bacaannya, kemudian ayat yang sudah
dibaca tersebut dibacakan terlebih dahulu kepada para senior yang sudah
memiliki banyak hafalan bahkan khatam hafalan Al-Qur’an, setelah
dilakukan nazhar kepada para senior kemudian dilanjutkan
membaca/nazhar di depan guru pembimbing tahfiz. Proses ini dilakukan
terus-menerus setiap pertemuan jam wajib belajar santri tahfiz Al-Qur’an
sebanyak tiga kali pertemuan dalam 1x24 jam.4
Nazhar sebelum masuk ke proses menghafal bagi santri tahfiz
setelah menguasai IQRA’ sepenuhnya, kemudian nazhar Al-Qur’an yang
dimulai dengan surah Al-Fatihah terlebih dahulu, setelah menguasai
bacaan surah Al-Fatihah secara baik dan benar (penyebutan makharijul
huruf dan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya) keseluruhan ayat,
kemudian calon penghafal melakukan nazhar bagian awal surah Al-
Baqarah dan seterusnya secara berurutan. Setelah santri benar-benar bisa
membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar, baru lah kemudian santri
tersebut diperbolehkan untuk menghafal yang dimulai dari bagian awal juz
1 dan seterusnya mengikuti tertib ayat dan juz Al-Qur’an. Setiap santri
2 Rahmat Dani, Santri Tahfiz 30 juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 4 Desember 2018, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio. 3 Ibid.
4Observasi Penulis di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh
Bangko, 1-9 Desember 2018, Kabupaten Merangin.
melakukan nazhar dalam jangka waktu yang berbeda-beda, ada yang
nazhar dalam jangka waktu satu bulan, dua bulan bahkan ada yang nazhar
berbulan-bulan tergantung pada kemampuan masing-masing santri di
dalam menyerap materi yang dipelajari ketika nazhar.5
2. Inti Tahfiz
Ketika proses tahfiz Al-Qur’an sedang dilaksanakan, ada peraturan
dan kewajiban tersendiri yang harus ditaati oleh penghafal Al-Qur’an.
Santri tahfiz harus mampu menghafal satu juz Al-Qur’an dalam jangka
waktu satu bulan dan maksimal paling lama adalah dua bulan. Jika dalam
kurun waktu dua bulan tersebut santri tidak mampu menghafal satu juz
maka guru tahfiz akan memanggil santri yang bersangkutan dan diberi
peringatan, jika peringatan tidak diindahkan dan tidak berniat untuk
menghafal maka santri tersebut dikeluarkan dari santri tahfiz dan
dimasukkan ke santri umum. Dengan menghafal Al-Qur’an sebanyak satu
juz dalam jangka waktu satu bulan, jika dilakukan oleh seorang santri
secara terus-menerus akan membuat santri bisa menyelesaikan hafalan Al-
Qur’an dalam jangka waktu kurang lebih tiga tahun dan waktu setelahnya
bisa dimanfaatkan untuk melancarkan seluruh hafalan Al-Qur’an yang
telah dihafalkan.6
Pelaksanaan tahfiz Al-Qur’an ini memiliki jam wajib tahfiz
sebanyak tiga kali dalam waktu 1x24 jam, yaitu :
a. Setelah Shalat Subuh Berjama’ah
Pada waktu ini santri diwajibkan untuk mengulang hafalan
lama yang sudah dihafalkan dan menghafal hafalan baru yang
akandisetorkan ketika waktu Dhuha (wajib tahfiz pagi). Waktu ini
adalah waktu otak ketika masih fresh dan belum terpengaruh dengan
berbagai macam pikiran. Dengan menjadwalkan waktu wajib
menghafal bagi santri tahfiz di setiap waktu Shubuh, akan menjadikan
santri tersebut senantiasa menggunakan waktunya di Shubuh hari
5 Redho Hamdani, Guru Tahfiz Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh
Bangko., Rekaman Audio. 6 Ibid.
untuk menghafal, supaya target satu juz dalam satu bulan yang ingin
dicapai guru tahfiz bisa terpenuhi dan berjalan dengan baik.
b. Waktu Dhuha
Pada waktu Dhuha ini santri diwajibkan untuk menyetor
hafalan baru yang telah dihafalkan di waktu Shubuh. Penyetoran
hafalan harus menggunakan buku setoran khusus, apabila sudah
menyetorkan hafalan maka guru tahfiz akan memberi paraf di buku
setoran pada nama juz dan halaman yang sudah disetorkan. Buku
setoran ini sebagai bukti tertulis sekaligus catatan sejauh mana hafalan
seorang santri tahfiz dan sebagai pedoman bagi santri jika dalam
proses penyetoran hafalan ditemukan adanya kesalahan dalam
penyebutan bacaan ayat, maka bacaan yang salah tersebut dicantumkan
oleh guru pembimbing tahfiz di dalam buku setoran itu.
c. Malam Setelah Isya
Pada malam hari setelah Isya santri diwajibkan untuk
muraja’ah hafalan yang telah disetorkan kepada guru tahfiz, baik itu
hafalan baru yang disetorkan pada pagi hari maupun hafalan yang
lama.7
Di luar jam tersebut di atas, santri tahfiz diberi kebebasan untuk
menghafal atau mengulang hafalan yang sudah dihafalkan.
3. Evaluasi Tahfiz
Berbagai macam upaya guru tahfiz di Pondok Pesantren Tahfiz Al-
Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko dalam melakukan evaluasi
terhadap hafalan calon-calon hafizAl-Qur’an, yaitu :
a. Evaluasi Mingguan
Evaluasi ini dilakukan di penghujung setiap minggu. Setiap
penghafal yang sudah memiliki hafalan mulai dari satu juz, dua juz dan
seterusnya diberikan pertanyaan sambung ayat oleh guru pembimbing
tahfiz di depan para penghafal lainnya.Sambung ayat ini berkisar di
7 Aziz Al-Hafiz, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 8 Desember 2018, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
antara juz-juz yang sudah dihafalkan. Evaluasi mingguan ini akan
memberikan efek pada santri untuk lebih giat dalam mengulang
hafalan Al-Qur’an.8
b. Evaluasi Bulanan
Evaluasi dilaksanakan di awal bulan setiap bulannya. Evaluasi
ini dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1. Dengan mengelompokkan para penghafal menurut kelipatan
hafalannya masing-masing. Pengelompokan ini dikelompokkan
berdasarkan hafalan 5 juz, 10 juz, 20 juz dan 30 juz. Satu orang
yang mendapat jadwal membaca hafalannya, harus membaca
dengan tanpa melihat mushaf sedikitpun di depan kelompok
menurut juz-juz tersebut dan yang lainnya memperhatikan apa
yang dibaca dengan cara melihat mushaf atau tanpa melihat
mushaf. Proses evaluasi bulanan ini wajib diselesaikan satu hari
bagi kelompok hafalan 5 dan 10 juz. Sedangkan kelompok hafalan
20 dan 30 juz wajib menyelesaikan bacaan hafalan tersebut selama
dua hari. Jika dalam proses pembacaan tersebut, santri yang
mendapat jadwal membaca menemukan keraguan dan kesalahan,
maka santri yang lainnya yang menyimak dan membetulkan
bacaan tersebut.9
2. Evaluasi umum Dilakukan dengan cara menggabungkan antara
santri tahfiz putra dan putri di ruang belajar santri tahfiz putri atau
di masjid kampus putri, kemudian santri tahfiz maju satu persatu
dilanjutkan denganguru pembimbing tahfiz dan Pimpinan Pondok
Pesantren memberikan pertanyaan sambung ayat sebanyak kurang
8 Aziz Al-Hafiz, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko., Rekaman Audio. 9 Dharu Dharma Aji Sutoto, Santri Tahfiz 15 Juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal
Hadits Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 8 Desember 2018, Kabupaten
Merangin, Rekaman Audio.
lebih tiga atau empat soal yang harus dijawab. Setiap pertanyaan
tersebut dibaca sebanyak satu halaman bahkan lebih.10
c. Evaluasi Tahunan
Sebelum penghafal Al-Qur’an yang telah menyelesaikan
hafalannya diwisuda, penghafal tersebut diberi jangka waktu untuk
melancarkan hafalannya, setelah batas waktu yang diberikan telah
selesai, maka santri yang telah menyelesaikan hafalan tersebut diuji
langsung oleh guru pembimbing tahfiz, Pimpinan Pondok Pesantren
dan guru-guru lainnya. Ini bertujuan untuk membentuk seorang hafiz
yang diwisuda benar-benar mampu menguasai hafalannya dengan
baik. Evaluasi ini dilakukan hanya sekali dalam setahun.11
d. Evaluasi Musabaqah
Evaluasi musabaqah ini dilakukan dengan cara menyeleksi
santri untuk diikut sertakan pada MHQ (Musabaqah Hifzil Qur’an)
dan MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) cabang perlombaan tahfiz
Al-Qur’an 1 juz, 5 juz, 10 juz, 20 juz, dan 30 juz. Bagi santri yang bisa
menjawab semua pertanyaan dengan lancar akan diutus oleh guru
tahfiz di tingkat Kecamatan, Kabupaten dan tingkat santri. Evaluasi ini
sekaligus menjadi motivasi bagi santri yang belum dipilih oleh guru
tahfiz untuk mengulang hafalan yang sudah dihafalkan lebih rajin lagi
agar bisa mengikuti jejak santri-santri tahfiz lainnya yang mengikuti
musabaqah.12
10
Naufal Hawari, Santri Tahfiz 20 Juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits
Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 8 Desember 2018, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio. 11
Aziz Al-Hafiz, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko., Rekaman Audio. 12
Redho Hamdani Al-Hafiz, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits
Al-Munawwaroh Bangko., Rekaman Audio.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Tahfiz Al-Qur’an di Pondok
Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko.
1. Faktor Pendukung
Ada beberapa faktor pendukung internal dalam proses keberhasilan
santri tahfiz dalam menghafal Al-Qur’an, yaitu :
a. Niat yang Ikhlas13
Menghafal kalam Allah dengan meluruskan niat karena Allah
SWT semata akan diberikan pertolongan langsung dari yang maha
memliki kalam tersebut. Niat yang ikhlas akan menjadikannya
senantiasa bersabar serta istiqamah jika mendapati halangan dan
rintangan apa saja dalam proses menghafal dan muraja’ah hafalan Al-
Qur’an.14
b. Kemauan yang Kuat dan Istiqamah.15
Jika niat dan kemauan yang kuat dimiliki oleh santri penghafal,
maka hal tersebut akan mempermudah proses tahfiz Al-Qur’an.16
Menghafal Al-Qur’an akan berhasil apabila motivasi yang kuat muncul
dari pribadi seorang penghafal. Membiasakan diri secara rutin untuk
menghafal dan muraja’ah hafalan Al-Qur’an akan mempercepat
tercapainya keberhasilan tahfiz Al-Qur’an.
c. Daya Ingat Penghafal.17
Proses menghafal Al-Qur’an sangat memerlukan daya ingat.
Daya ingat yang ekstra mampu membuat santri tahfiz bisa dengan
cepat menyelesaikan hafalannya, dengan selalu memberi support
kepada penghafal tersebut untuk terus menghafal dan menyelesaikan
hafalan Al-Qur’an dengan cepat. Daya ingat tersebut sangat
13
Ibid. 14
Zakariyal Anshari, Anda pun Bisa hafal 30 juz Al-Qur’an, (Surakarta : Ziyad, 2016),
148. 15
Redho Hamdani Al-Hafiz, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits
Al-Munawwaroh Bangko., Rekaman Audio. 16
Ibid. 17
Ibid.
mempengaruhi santri untuk menghafal atau memahami materi dan
mempraktekkannya.
Jika dikaitkan dengan menghafal Al-Qur’an, kebiasaan-
kebiasaan yang dilakukan penghafal Al-Qur’an untuk mengulangi
hafalan dapat mempertajam ingatan dan menghindarkan lupa.Seorang
penghafal Al-Qur’an yang memiliki daya ingat yang kuat dan tinggi
bisa menghafal Al-Qur’an sebanyak 2 juz dalam jangka waktu satu
bulan, bahkan lebih dari dua juz.
Sedangkan faktor eksternal yang menjadi pendukung suksesnya
tahfizAl-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadis
AlMunawwaroh Bangko adalah :
a. Tenaga Pengajar
Jika dalam suatu lembaga tahfiz memiliki guru tahfiz yang
cukup dan guru selalu hadir setiap jam wajib tahfiz Al-Qur’an, maka
hal tersebut akan mempermudah proses santri dalam penyetoran
hafalan dan santri akan selalu mendapatkan motivasi dari guru yang
berbeda-beda tentang bagaimana cara menghafal dan mengulang
hafalan Al-Qur’an.18
Tenaga pengajar tahfiz yang banyak dan berasal
dari berbagai lembaga tahfiz ternama tentunya akan menerapkan
metode tahfiz yang berbeda-beda pula yang bisa menjadi masukan bagi
santri untuk menggunakan metode tersebut.
b. Dukungan Kedua Orang Tua
Dorongan dari orang tua yang selalu memberi semangat kepada
anaknya untuk menjadi seorang hafiz Al-Qur’an akan sangat
membantu santri untuk terus semangat dalam menyelesaikan hafalan
Al-Qur’an. Di balik kesuksesan seorang penghafal akan selalu ada
do’a, usaha, dan support kedua orang tua kepada anaknya.19
18
Muhammad Imron Al-Ghifari, Santri Tahfiz 5 juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an
wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 7 Desember 2018, Kabupaten
Merangin. Rekaman Audio. 19
Redho Hamdani Al-Hafiz, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits
Al-Munawwaroh Bangko., Rekaman Audio.
Hal ini sangat penting dalam mendukung santri dalam memberi
motivasi kepada anak untuk menguatkan. Dukungan dari kedua orang
tua terutama lebih dibutuhkan ketika santri liburan semester, maka
orang tua lah yang menjadi pengontrol santri tahfiz untuk selalu
muraja’ah hafalan dan orang tu pula yang berperan aktif dalam
membatasi santri tahfiz dalam bermain, lebih-lebih lagi bermain
handphone.
c. Lingkungan (Tempat) Menghafal.20
Lingkungan adalah faktor yang menentukan kecepatan
menghafal Al-Qur’an. Lingkungan yang nyaman dapat berpengaruh
bagi penghafal untuk mempermudah menyerap hafalan. Berbeda
dengan lingkungan yang gaduh maka penghafal akan merasa
terganggu dalam melakukan hafalan dan mengulang hafalan Al-
Qur’an, sehingga hafalannya mudah hilang.
d. Teman Bergaul
Bergaul dengan teman-teman yang rajin dalam mengaji akan
memberi efek bagi santri untuk mengaji pula, santri yang lain akan
merasa malu jika tidak mengaji (tahfizdan muraja’ah). Usia para santri
tahfiz yang berkisar dari 12 hingga 18 tahun sangat rentang terhadap
pergaulan. Lingkungan yang dikelilingi oleh orang-orang yang rajin
mengaji dan giat menghafal akan menjadikan santri tahfiz termotivasi
dan ikut mengaji juga. Jika sebaliknya, maka hal tersebut juga akan
menjadi pengaruh bagi santri.21
2. Faktor Penghambat
Dalam proses tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiz Al-
Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko ada beberapa penghambat
(internal) suksesnya santri menjadi hafiz Al-Qur’an :
20
Ibid. 21
Muhammad Imron Al-Ghifari, Santri Tahfiz 5 Juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an
wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko., Rekaman Audio.
a. Maksiat
Al-Qur’an adalah kitab yang suci, maka yang menghafalnya
harus manusia yang suci pula, kalau seorang penghafal ayat yang suci
tersebut banyak melakukan perbuatan maksiat maka proses menghafal
atau muraja’ah hafalan akan menjadi sulit dan tidak lancarnya sebuah
hafalan.22
Suatu ilmu tidak akan didatangkan oleh Allah kepada
seorang pelaku maksiat terlebih lagi Al-Qur’an tidak akan mau
melekat pada hati dan pikiran yang selalu bermaksiat kepada Allah
SWT.
b. Rasa malas
Rasa malas adalah suatu hal yang manusiawi yang dirasakan
oleh setiap orang.Namun, rasa malas yang dijumpai oleh para
penghafal Al-Qur’an memiliki tingkat kemalasan dan godaan yang
sangat luar biasa ketika hendak mengaji Al-Qur’an. Untuk mengatasi
rasa malas tersebut, para penghafal memperhatikan penghafal lainnya
yang selalu mencoba untuk giat dalam melakukan tahfiz dan
muraja’ah hafalan Al-Qur’an untuk memunculkan rasa semangat yang
baru.23
c. Bosan
Melakukan suatu pekerjaan yang sama setiap saat dan setiap
hari terkadang memberi efek bosan bagi penghafal jika tidak dilakukan
dengan cara yang variatif, karena penghafal membutuhkan cara yang
berbeda dalam tahfiz Al-Qur’an.24
d. Rasa Ingin Bermain
Bermain adalah dunia anak-anak yang masih menginjak usia
jenjang MTs dan baru memasuki usia jenjang MA. Namun, dalam
22
Naufal Hawari, Santri Tahfiz 20 Juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits
Al-Munawwaroh Bangko., Rekaman Audio. 23
Regi Muti, Santri Tahfiz 10 Juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 4 Desember 2018, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio. 24
Ibid.
proses santri menghafal Al-Qur’an, guru pembimbing tahfiz selalu
mengingatkan bahwa waktu bermain santri ada batasannya.25
e. Pelanggaran Tata Tertib Pondok Pesantren
Pelanggaran tata tertib Pondok Pesantren juga menjadi faktor
penghambat suksesnya santri menyelesaikan hafalan Al-Qur’an,
seperti masih adanya santri yang membawa Handphone, Mp3/Audio
Player dan sejenisnya. Waktu yang seharusnya bisa dimanfaatkan
untuk menghafal, akan tetapi disalah gunakan untuk memakai benda-
benda yang dilarang di Pondok Pesantren.26
Sedangkan yang menjadi faktor penghambat eksternal dalam
suksesnya tahfiz di Pondok Pesantren Al-Munawwaroh Bangko adalah :
a. Program Bahasa Pondok Pesantren
Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadis Al-
Munawwaroh Bangko memiliki program bahasa yang diadakan selama
2 bulan setiap tahunnya, yang mana pada bulan tersebut kegiatan tahfiz
terganggu dikarenakan santri tahfiz juga harus mengikuti kegiatan
tersebut. Selama pelaksanaan program bahasa itu waktu santri tahfiz
lebih banyak dihabiskan untuk belajar bahasa Arab dan Inggris,
sehingga waktu mengaji menjadi jauh lebih sedikit dari biasanya.
Waktu yang seharusnya bisa dimanfaatkan oleh santri tahfiz untuk
menambah hafalan dan muraja’ah hafalan Al-Qur’an, akan tetapi lebih
banyak dihabiskan untuk belajar dan menghafal kosa kata bahasa Arab
dan Inggris.27
Realita tersebut tampak sebelum adanya program
English Camp para santri tahfiz mampu menyetorkan 2 sampai 3
halaman perhari dan muraja’ah 3 sampai 5 juz perhari. Sebaliknya
ketika bulan English Camp hanya sedikit hafalan yang mampu
disetorkan dan sedikit pula muraja’ah nya.
25
Muhammad Imron Al-Ghifari, Santri Tahfiz 5 Juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an
wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko., Rekaman Audio. 26
Ibid. 27
Dharu Dharma Aji Sutoto, Santri Tahfiz 15 juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal
Hadits Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 8 Desember 2018, Kabupaten
Merangin, Rekaman Audio.
b. Santri Tahfiz dan Santri Umum ditempatkan di Satu Lokasi
Di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadis Al-
Munawwaroh Bangko masih bergabung antara santri tahfiz dan santri
umum, santri tahfiz ikut bergaul dengan santri umum yang jarang
memiliki kebiasaan mengaji yang teratur sebagaimana santri tahfiz. Ini
sangat memberi pengaruh yang negatif bagi santri. Sebaiknya santri
tahfiz ditempatkan pada lokasi yang keseluruhannya adalah para
penghafal Al-Qur’an, dengan begitu lingkungan sekeliling para
penghafal selalu dihiasi dengan kegiatan tahfiz Al-Qur’an.28
28
Regi Muti, Santri Tahfiz 10 juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 4 Desember 2018, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
BAB IV
METODE TAHFIZ AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN TAHFIZ AL-
QUR’AN WAL HADITS AL-MUNAWWAROH BANGKO
A. Metode Tahfiz Al-Qur’an
Dalam proses tahfiz, ada dua hal yang tidak bisa dipisahkan satu sama
lain, yaitu tahfiz (menghafal) dan Muraja’ah (mengulang hafalan Al-Qur’an)
untuk menjaga hafalan yang sudah dimiliki oleh seorang penghafal.
Ada beberapa metode tahfiz Al-Qur’an menurut para ahli, di antaranya
:
1. Metode Tahfiz Menurut Umarul Faruq Abu Bakar
Umarul Faruq Abu Bakar menawarkan setidaknya empat metode
tahfiz yang bisa diterapkan bagi lembaga tahfiz/para penghafal Al-Qur’an,
yaitu metode Sudan, metode Uzbekiztan, Metode Maroko dan Mauritania,
dan metode Turki.1
Berikut adalah penjelasan dari empat metode di atas :
a. Metode Sudan
Metode menghafal ini dilakukan dengan cara :
1. Pembimbing tahfiz di dalam satu komunitas perkumpulan para
pengahafal Al-Qur’an membacakan ayat yang hendak dihafal.
Kemudian murid membaca ulang di depan pembimbing. Guru
pembimbing tahfiz memeperbaiki pengucapan huruf dan
bacaannya.
2. Setelah satu murid selesai membaca di hadapan gurunya ia kembali
ke tempatnya dan murid yang lain melakukan hal yang sama.
3. Ketika proses talqin ini selesai, maka untuk menghilangkan
kejenuhan guru pembimbing meminta murid untuk berdiri dan
membentuk lingkaran yang memutar, guru berada di tengah
lingkaran mengawasi para penghafal.
1 Umarul Faruq Abu Bakar, Jurus Dahsyat Mudah Menghafal Al-Qur’an untuk Anak,
(Surakarta : Ziyad, 2016), 97.
4. Setelah berputar mengelilingi lingkaran selama kurang lebih satu
jam para menghafal kembali mengantri untuk menyetorkan
hafalan.
b. Metode Uzbekistan
Metode ini dilakukan dengan langkah-langkah :
1. Seorang penghafal membaca satu halaman dengan benar di depan
guru pembimbing tahfiz.
2. Seorang penghafal membaca satu halaman tersebut sebanyak 300
kali.
3. Setelah selesai membaca 300 kali, barulah ia mulai menghafal.
Kemudian menyetorkannya kepada guru pembimbing tahfiz.
4. Setelah seorang penghafal khatam hafalan Al-Qur’an maka
penghafal tersebut membaca hafalan Al-Qur’an secara keseluruhan
sebanyak 300 kali pula dengan melihat mushaf.2
c. Metode Maroko dan Mauritania
Metode ini digunakan dengan menggunakan metode alwah
atau papan kayu tulis. Metode hanya bisa dilaksanakan oleh anak-anak
yang yang mampu membaca dan menulis Al-Qur’an.
Caranya, guru pembimbing tahfiz menjelaskan bahwa para
penghafal tidak memegang mushaf selama menghafal, mereka hanya
boleh mengacu pada papan kayu yang telah ditulisi ayat-ayat Al-
Qur’an yang hendak dihafalkan. Jika salah seorang dari penghafal
tersebut lupa atau keliru maka ia harus bertanya kepada penghafal
yang lain dan jika tidak ada yang bisa maka harus bertanya langsung
kepada guru pembimbing tahfiz.3
d. Metode Turki
Metode ini dilakukan dengan cara :
2Ibid., 99.
3Ibid., 101.
1. Melatih penghafal terlebih dahulu membaca Al-Qur’an dengan
baik dan benar yang dimulai dengan mengajarkan huruf-huruf
Hijaiyah sampai bisa membaca Al-Qur’an dengan baik.
2. Menghafal dari mushaf yang sudah dibagi menjadi setiap juz 10
lembar dan setiap halaman menjadi 15 baris.
3. Seorang penghafal memulai proses menghafal dari bagian akhir
dari juz 1, hari kedua pindah ke akhir juz 2, demikian setiap hari
sampai satu bulan hingga murid menyelesaikan 30 halaman.
4. Pada awal bulan kedua, penghafal menghafal satu halamn sebelum
terakhir dari juz 1, Hari kedua menghafal satu halaman sebelum
akhir juz 2, demikian seterusnya seperti cara pada poin 3.
5. Pengahafal terus menghafal dengan teknik menghafal dari halaman
terakhir setiap juz seperti cara pada poin 4.4
2. Metode Tahfiz Al-Qur’an Menurut Ahsin Wijaya
Ahsin Wijaya Al-Hafiz memaparkan secara rinci mengenai metode
menghafalkan Al-Qur’an menjadi 5 metode, yaitu : Metode Wahdah,
Metode Kitabah, Metode Sima’i, Metode Gabungan dan Metode Jama’.5
a. Metode Wahdah
Metode ini adalah menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat
yang hendak dihafal. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa
dibaca sebanyak sepuluh kali, atau dua puluh kali, atau lebih sehingga
proses ini mampu membentuk pola dalam bayangan, akan tetapi
hingga benar-benar membentuk gerak reflek pada lisannya. Setelah
benar-benar hafal kemudian dilanjutkan pada ayat-ayat berikutnya
dengan cara yang sama demikian seterusnya, sehingga semakin banyak
diulang maka kualitas hafalan semakin refsentatif.6
4Ibid., 100.
5 Ahsin Wijaya, Bimbingan Praktis Manghafal Al-Qur’an, (Jakarta : Bumi Aksara, 2009),
63. 6 Ibid.
b. Metode Kitabah
Kitabah artinya menulis.7Metode ini memberikan alternatif dari
pada metode yang pertama. Pada metode ini penghafal terlebih dahulu
menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas yang telah
disediakan untuknya. Kemudian ayat-ayat tersebut dibacanya sehingga
lancar dan benar bacaannya, lalu dihafalkannya. Metode ini cukup
praktis dan baik, karena disamping membaca dengan lisan, aspek
visual menulis juga akan sangat membantu dalam mempercepat
terbentuknya pola hafalan dalam bayangan ingatannya.8
c. Metode Sima’i
Sima’i artinya mendengar.9 Yang dimaksud mendengar di sini
adalah mendengarkan suatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini
sangat efektif bagi penghafal yang memiliki daya ingat ekstra,
terutama bagi penghafal tunanetra atau anak yang masih di bawah
umur yang belum mengenal baca tulis Al-Qur’an. Metode ini dapat
dilakukan dengan dua alternatif :
1. Mendengar dari guru yang membimbingnya, terutama bagi
penghafal tunanetra atau anak-anak. Dalam hal ini instruktur
dituntut untuk berperan aktif, sabar dan teliti dalam membacakan
dan membimbingnya, karena ia harus membacakan ayat satu
persatu untuk dihafal, sehingga penghafal mampu menghafal
secara sempurna. Baru kemudian dilanjutkan dengan ayat
berikutnya.
2. Merekam lebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalnya ke dalam
recorder dengan kebutuhan menurut kemampuannya. Kemudian
rekaman diputar dan didengar dengan seksama sambil mengikuti
secara perlahan. Kemudian diulang lagi dan diulang lagi, dan
7 A. Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab, (Surabaya : Pustaka
Progresif, 2007), 912. 8Ahsin Wijaya, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an., 64.
9 A. Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab., 225.
seterusnya menurut kebutuhan sehingga ayat-ayat tersebut benar-
benar hafal diluar kepala.10
d. Metode Gabungan
Metode ini merupakan metode gabungan antara Metode
Wahdah dan Metode Kitabah. Hanya saja kitabah (menulis) disini
lebih memiliki fungsional sabagai uji coba terhadap ayat-ayat yang
telah dihafalnya, kemudian ia mencoba menuliskannya di atas kertas
yang telah disediakan untuknya dengan hafalan pula. Kelebihan
metode ini adalah adanya fungsi ganda, yakni berfungsi untuk
menghafal sekaligus berfungsi untuk pemantapan hafalan.11
e. Metode Jama’
Maksud metode ini adalah cara menghafal yang dilakukan
secara kolektif atau bersama-sama yang dipimpin oleh seorang
instruktur. Pertama, instruktur membacakan satu ayat atau beberapa
ayat dan para penghafal menirukan secara bersama-sama.Kemudian
instruktur membimbingnya dengan mengulang-ulang kembali ayat-
ayat tersebut dan penghafal mengikutinya. Setelah ayat itu dapat
mereka baca dengan baik dan benar, selanjutnya mereka mengikuti
bacaan instruktur dengan sedikit demi sedikit mencoba melepaskan
mushaf (tanpa melihat mushaf) dan demikian seterusnya sehingga
ayat-ayat yang sedang dihafalnya itu benar-benar sepenuhnya masuk
dalam ingatannya. Setelah penghafal benar-benar hafal, kemudian
diteruskan pada ayat-ayat berikutnya dengan cara yang sama.12
3. Metode Tahfiz Al-Qur’an Menurut Abdurrab Nawabuddin
Menurut Abdurrab Nawabuddin, ada dua metode tahfiz Al-
Qur’an,yaitu :13
10
Ibid., 65. 11
Ibid.,66. 12
Ahsin Wijaya Al-Hafiz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an., 66. 13
Abduurrab Nawabuddin, Teknik Menghafal Al-Qur’an, (Bandung : Sinar Baru, 1991),
59.
a. Metode Juz’i
Metode juz’i adalah cara menghafal Al-Qur’an secara
berangsur-angsur atau sebagian demi sebagian dan menghubungkan
bagian satu dengan bagian lainnya dalam satu kesatuan materi yang
dihafal. Hal ini dapat dikaji dari pernyataan “untuk memperingan
beban, materi yang akan dihafalkan hendaknya dibatasi. Umpamanya
menghafal sebanyak tujuh baris, sepuluh baris, satu halaman atau satu
hizb. Apabila telah selesai, berpindahlah ke hafalan berikutnya,
kemudian gabungkan hafalan yang telah dihafal. Sebagai contoh,
seorang anak menghafal surah Al-Hujurat menjadi dua atau tiga tahap
atau surah Al-Kahfi dihafal menjadi empat tahap atau lima tahap.”14
b. Metode Kulli
Metode Kulli adalah metode menghafalkan Al-Qur’an dengan
cara menghafalkan secara keseluruhan materi hafalan yang dihafalkan,
tidak dengan cara bertahap atau sebagian-sebagian. Jadi, keseluruhan
materi ayat yang ada tanpa memilih-milahnya, baru kemudian diulang
terus sampai benar-benar hafal. Penjelasan tersebut dapat dikaji
berdasarkan penryataan “hendaknya seorang penghafal mengulang-
ulang apa yang pernah dihafalkannya meskipun hal itu merupakan satu
kesatuan tanpa memilih-milahnya. Misalnya, dalam menghafal surah
An-Nur, di sana ada tiga hizb kurang lebih ada delapan halaman yang
dapat dihafalkan oleh seorang penghafal sekaligus dengan cara banyak
membaca dan mengulang”.15
Di antara dua metode di atas, menurut Abdurrab Nawabuddin
metode juz’i merupakan metode yang sangat baik untuk dipergunakan
dalam proses menghafal Al-Qur’an,16
dengan beberapa alasan yang
dikemukakan :
14
Nurul Qomariyah dan Mohammad Irsyad, Metode Cepat dan Mudah Agar Anak Hafal
Al-Qur’an, (Yogyakarta : Semesta Hikmah, 2016), 46. 15
Nurul Qomariyah dan Mohammad Irsyad, Metode Cepat dan Mudah Agar Anak Hafal
Al-Qur’an., 47. 16
Abdurrab Nawabuddin, Teknik Menghafal Al-Qur’an., 59.
1. Sebuah riwayat Al-Baihaqi dari Abu Aliyah berkata : Nabi
Muhammad SAW menggunakan metode ini dalam mengajar
qira’ah para sahabatnya, begitu pula para Sahabat mengajarkan
kepada generasi berikutnya.
2. Metode tersebut lebih tepat untuk anak-anak dan orang yang
kurang berpengalaman dalam menghafal Al-Qur’an.
3. Metode tersebut lebih baik untuk menghafal ayat-ayat yang mirip,
baik dalam struktur maupun dalam kata-kata serta ayat-ayat yang
diulang-ulang, seperti dalam surah Ar-Rahman, Al-Waqi’ah, Al-
Jin, dan lain-lain.17
4. Metode Tahfiz Menurut Muhammad Zein
Metode yang digunakan dalam proses tahfiz Al-Qur’an menurut
Muhammad Zein adalah :
a. Metode Hatam (Hafal Tanpa Menghafal)
Yaitu sebuah metode menghafal Al-Qur’an yang dilakukan
dengan mendengar ayat-ayat Al-Qur’an yang dilantunkan secara
berulang-ulang dengan memanfaatkan media audio atau audio visual.
Dalam prosesnya metode ini dilakukan melalui tiga tahap, yaitu :
1. Pengulangan ayat minimal sebanyak sepuluh kali.
2. Ayat dilafalkan dengan indah.
3. Memanfaatkan media audio untuk memutar ayat-ayat yang akan
dihafal.
Metode ini dapat dilakukan juga dengan sambil bermain
dengan tetap mendengar ayat-ayat Al-Qur’an yang disetel berulang-
ulang, sehingga secara tidak langsung mampu menghafal ayat
tersebut.Inilah alasan metode ini dinamakan metode hatam (hafal tanpa
menghafal).18
17
Nurul Qomariyah dan Mohammad Irsyad, Metode Cepat dan Mudah Agar Anak Hafal
Al-Qur’an., 46. 18
Nurul Qomariyah dan Mohammad Irsyad, Metode Cepat dan Mudah Agar Anak Hafal
Al-Qur’an., 50.
b. Metode Kaisa
Metode Kaisa yaitu metode menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an
dengan sistem kinestik atau menggunakan gerakan tubuh yang
disesuaikan dengan terjemahan ayat.Kekuatan metode ini terletak pada
pendekatan agar penghafal menjadi rileks saat menghafal dan tetap
mengutamakan tajwid.19
Metode kaisa merupakan metode kinestis yang mulai digagas
oleh Laili pada tahun 2012 dan secara resmi pada tahun 2014 dinamai
menjadi metode kaisa, dengan alasan karena karena pada saat itu salah
satu anaknya yang bernama Kaisa Aulia Kamal lolos di audisi Hafiz
Al-Qur’an yang tayang di stasiun televise Trans7 dan berhasil merebut
juara 3 dan juara favorit pada tahun 2014.
c. Metode Yadain
Metode ini adalah suatu cara untuk memudahkan menghafal
Al-Qur’an dengan tujuan untuk menghafal dan mengetahui bunyi ayat
Al-Qur’an, terjemah, nama surat, nomor surat, nomor ayat, nomor
halaman, letak kiri kanan, indeks tematik, dan letak juz dengan
menggunakan visualisasi imajinasi tadabbur dua tangan. Inti metode
yadain yaitu jari ayat metode yadain dan visualisasi imajinasi
tadabbur. Jari ayat untuk memudahkan menghafal nomor ayat, nomor
halaman, nomor juz dan bisa diaplikasikan juga untuk menghafal
nomor urutan surat. Sedangkan visualisasi imajinasi tadabbur dilatih
dengan dua tangan dan selanjutnya cukup menggunakan imajinasi
tadabbur untuk memahami isi kandungan Al-Qur’an.20
d. Metode ACQ (Aku Cinta Qur’an)
Metode ini merupakan metode menghafalkan Al-Qur’an
dengan gerak isyarat tangan yang dikolaborasikan dengan seimbang
antara gerakan mulut dan isyarat tangan, sehingga metode ini dinilai
sangat efektif dalam proses penghafalan Al-Qur’an, tidak terkecuali
19
Ibid. 20
Ibid., 51.
bagi anak usia dini. Dalam penerapannya, metode ACQ ini tidak sulit
untuk diajarkan kepada anak. Karena metode ACQ mengajarkan anak
untuk mencintai Al-Qur’an dan paham Al-Qur’an, bukan memaksakan
Al-Qur’an. Sehingga dengan sendirinya mereka tergerak menghafal
dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an.21
e. Metode Fahim Al-Qur’an
Metode ini adalah metode menghafal Al-Qur’an dengan fast,
active, happy, and integrated in memorizingAl-Qur’an. Metode ini
cocok diterapkan untuk anak-anak sejak balita. Berbeda dengan
metode menghafal Al-Qur’an yang biasa ditemui, metode fahim Al-
Qur’an bisa dilakukan dengan bermain ular tangga dan sebagainya.
Metode ini menggunakan pendekatan tiga ranah pendidikan, yaitu :
kognitif, efektif dan psikomotorik. Dengan metode ini anak tidak
kehilangan dunia bermainnya sekaligus menjadi hafiz Al-Qur’an.22
Sedangkan Metode Muraja’ah (mengulang hafalan), sebagaimana
dijelaskan oleh Zakariyal Anshari di dalam karyanya yang berjudul “Anda
Pun Bisa Hafal 30 Juz Al-Qur’an”tentangmetode muraja’ah hampir sama
dengan metode menghafal hafalan baru. Metode yang dilakukan dalam
muraja’ah adalah :
1. Bersuara Ketika Muraja’ah
Tidak disarankan bagi seorang penghafal mengulang hafalannya
dengan suara lirih dan pelan. Kecuali bila tenggorokan sedang sakit dan
sudah lelah.
2. Membuka dan Menutup Mushaf Saat Muraja’ah
Ada kalanya muraja’ah hafalan dengan cara melihat mushaf dan
adakalanya pula muraja’ah hafalan tanpa melihat mushaf.
Contoh, pada saat muraja’ah juz pertama, bacalah ayat-ayat pada
juz tersebut dengan melihat mushaf, kemudian saat mengulanginya lagi
21
Ibid. 22
Ibid., 52.
tidak perlu melihat mushaf lagi. Karena tujuannya adalah untuk merekam
letak ayat pada halaman yang sedang diulang dan untuk menambah kokoh
hafalan ketika tidak bergantung lagi kepada mushaf.
3. Tidak Berpindah Sebelum Lancar
Dalam muraja’ah hafalan Al-Qur’an hal yang harus diperhatikan
adalah tidak terburu-buru ingin cepat selesai satu surah atau satu juz.
Ketika ingin berpindah surah atau juz baru maka harus melancarkan
hafalan tersebut terlebih dahulu
4. Waktu Muraja’ah
Untuk menghasilkan hafalan yang memuaskan dan berkualitas,
maka bisa memilih di antara beberapa waktu berikut :
a. Sebelum Shubuh
Waktu sebelum shubuh adalah sebaik-baik waktu yang dimiliki
oleh seorang muslim. Bacaan di waktu ini lebih berkesan dan dapat
bertahan lama. Sebagaimana Allah telah menjelaskan di dalam
firmannya :
وـ قيلا إف ناشئة الليل هي أشد كطئا كأقػ“Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa) dan
(bacaan pada waktu itu) lebih berkesan.” (QS. Al-Muzammil :
6)23
Rasulullah telah mempraktikkan cara tersebut. Beliau
mengulangi hafalannya pada sepertiga malam terakhir.
b. Setelah Shalat Shubuh Hingga Menjelang Zhuhur
Nabi Muhammad SAW menganjurkan bagi penghafal Al-
Qur’an yang tertidur dan tidak bangun di malam hari agar mengganti
waktu waktu yang telah berlalu antara setelah Shubuh dan sebelum
Zhuhur.
23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung : Diponegoro, 2013),
574.
c. Ketika Sedang Bersemangat
Pada asalnya waktu muraja’ah kapan saja bisa, hanya saja
waktu yang utama adalah dua waktu di atas.Boleh juga waktu lainnya
ketika punya semangat dan memperhatikan kondisi saat
muraja’ah.Kondisi itu pada saat tidak dikelilingi suasana hiruk pikuk,
karena hal tersebut bisa membuat seorang penghafal menjadi tidak
fokus.
d. Muraja’ah Al-Qur’an dalam Shalat
Salah satu metode muraja’ah yang paling baik adalah
muraja’ah Al-Qur’an saat melakukan shalat malam atau pada saat
melakukan shalat sunnah Rawatib. Sebelum melakukan muraja’ah
dalam shalat hendaknya menyiapkan hafalan yang akan
dimuraja’ahkan pada siang harinya dengan lancar. Hal ini bertujuan
agar ketika membacanya ketika shalat tidak ada ayat yang tersendat
atau lupa.24
Tabel berikut adalah kewajiban muraja’ah hafalan Al-Qur’an
bagi para pengghafal :25
Jumlah hafalan Wajib Muraja’ah perhari
5 juz 1 juz
10 juz 2 juz
15 juz 3 juz
25 juz 4 juz
30 juz 5 juz
24
Zakariyal Anshari, Anda pun Bisa Hafal 30 Juz Al-Qur’an, (Jakarta : Pustaka Imam
Syafi’i, 2017), 128-130. 25
Ibid., 128.
B. Metode Tahfiz Al-Qur’an Santri Tahfiz Pondok Pesantren Tahfiz Al-
Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko
1. Metode Menghafal Al-Qur’an
Dalam menghafal Al-Qur’an ada beberapa metode yang digunakan
oleh para santri tahfiz, yaitu :
Rahmat Dani Al-Hafiz mengatakan “cara yang digunakan dalam
menghafal Al-Qur’an adalah dengan cara membaca ayat-ayat yang akan
dihafalkan secara berulang-ulang sebanyak lima kali atau lebih dengan
benar-benar memperhatikan hukum-hukum yang terkandung di dalamnya,
menghafal di waktu Shubuh karena waktu itu yang disarankan oleh guru
pembimbing tahfiz dan dalam melakukan muraja’ah hafalan Al-Qur’an,
melakukan muraja’ah sebanyak lima juz setiap harinya di waktu wajib
tahfiz pagi, wajib tahfiz malam, di luar waktu wajib tahfiz dan di dalam
shalat, dengan begitu bisa menyelesaikan muraja’ah hafalan Al-Qur’an 30
juz setiap minggunya dari senin hingga sabtu dan hari minggu
dimanfaatkan untuk libur mengaji untuk refresh pikiran”.26
Regi Muti mengatakan “dalam menghafal Al-Qur’an, membaca
terlebih dahulu ayat yang akan dihafal sebanyak sepuluh kali atau lebih
dengan memperhatikan hukum-hukum bacaanya dengan teliti dan dalam
melakukan muraja’ah hafalan, melakukan muraja’ah sebanyak tiga
sampai lima juz perhari”.27
Muhammad Imron “dalam menghafal ditargetkan dalam satu hari
satu halaman Al-Qur’an. Sebelum menghafal, ayat yang akan dihafalkan
dibaca sebanyak 20 kali hingga bacaan benar-benar fasih dan benar,
kemudian mushaf Al-Qur’an ditutup dan mulai menghafal. Setelah ayat
benar-benar hafal baru lah disetorkan kepada guru pembimbing tahfiz.
Metode lain yang digunakan adalah dengan mendengar langsung dari guru
26
Rahmat Dani Al-Hafiz, Santri Tahfiz 30 Juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal
Hadits Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 4 Desember 2018, Kabupaten
Merangin, Rekaman Audio. 27
Regi Muti, Santri Tahfiz 10 Juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 4 Desember 2018, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
pembimbing tahfiz atau mendengar murottal para imam dan Syaikh-
Syaikh Arab.Setiap hari diwajibkan untuk mengulang hafalan sebanyak
satu juz agar hafalan yang sudah dihafalkan tidak lupa. Waktu yang
digunakan untuk menghafal adalah waktu Shubuh dan muraja’ah di waktu
antara Magrib dan Isya, kemudian dilanjutkan kembali seseudah Isya
hingga jam 9.30 malam”.28
Dharu Dharma Aji Sutoto “sebelum menghafal, ayat yang akan
dihafalkan satu halaman dibaca terlebih dahulu sebanyak lima kali atau
sepuluh kali untuk mengetahui secara benar kesalahan dalam pembacaan
ayat, setelah dibaca lima kali baru lah mulai menghafalkan satu halaman
tersebut. Terkadang jika langsung menghafal tanpa membaca berkali-kali
terlebih dahulu sering ditemukannya banyak kesalahan dalam pembacaan
ayat. Metode lain yang digunakan adalah dengan menulis terlebih dahulu
di dalam buku khusus ayat-ayat yang akan dihafalkan dan metode ini juga
banyak digunakan oleh penghafal lainnya. Dalam waktu 1x24 jam
muraja’ah hafalan Al-Qur’an sebanyak lima, 2 juz di waktu setelah tahfiz
wajib pagi hingga Zhuhur, dua juz di waktu antara Zhuhur dan Ashar dan
setelah Isya satu juz”.29
Naufal Hawari “membaca terlebih dahulu ayat yang akan
dihafalkan dengan memperhatikan tajwidnya dan dalam waktu satu hari
satu malam melakukan muraja’ah sebanyak empat juz Al-Qur’an untuk
tetap menjaga hafalan yang sudah dihafalkan”.30
Aziz Al-Hafiz juga mengatakan “sebelum masuk menghafal,
semua santri tahfiz diwajibkan terlebih dahulu untuk nazhar sebagai
tahsin/pembetulan bacaan calon penghafal, setelah bacaan baik dan benar
28
Muhammad Imron, Santri Tahfiz 5 Juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits
Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 7 Desember 2018, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio. 29
Dharu Dharma Aji Sutoto, Santri Tahfiz 15 Juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an
wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 8 Desember 2018, Kabupaten
Merangin, Rekaman Audio. 30
Naufal Hawari, Santri Tahfiz 20 Juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits
Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 8 Desember 2018, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
baru lah santri dibolehkan untuk menghafal, disarankan untuk menghafal
menggunakan Al-Qur’an terjemah dan membaca secara berulang-ulang,
dengan menghafal makna ayat sekaligus akan sangat mempermudah dalam
proses menghafal dan muraja’ah hafalan yang sudah dihafalkan.
Muraja’ah hafalan Al-Qur’an ketika waktu lapang bisa hingga lima atau
enam juz dalam sehari, jika di waktu banyak kesibukan lainnya muraja’ah
hafalan tidak sampai lima juz”.31
Dari beberapa wawancara dengan santri dan guru tahfiz di atas,
maka metode yang digunakan santri tahfiz Pondok Pesantren Tahfiz Al-
Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko dalam menghafal Al-Qur’an
adalah sebagai berikut :
a. Metode Wahdah
Sebelum menghafal, ayat yang akan dihafalkan dibaca
sebanyak 5 kali, 10 kali dan 20 kali dengan melihat mushaf terlebih
dahulu dengan memperhatikan secara teliti hukum tajwid yang
terkandung di dalam ayat yang hendak dihafalkan tersebut. Setelah
berkali-kali dibaca terus-menerus hingga yakin tidak ada kesalahan
yang terdapat pada ayat yang dibaca dan ayat yang akan dihafal mulai
masuk ke ingatan, santri yang bersangkutan mulai menghafal ayat
tersebut dengan melihat mushaf dan tanpa melihat mushaf. Menghafal
langsung tanpa membaca berkali-kali dengan memperhatikan hukum-
hukum tajwidnya akan menyulitkan penghafal, terkadang kesalahan
baru ditemukan ketika proses penyetoran dan penghafal harus
mengghafal kembali.
b. Metode Sima’i
Metode ini juga digunakan di Pondok Pesantren Tahfiz Al-
Qur’an wal Hadids Al-Munawwaroh Bangko. Guru tahfiz terlebih
dahulu membaca ayat yang akan dihafalkan oleh penghafal, penghafal
mendengar dengan baik ayat yang dibacakan oleh guru pembimbing
31
Aziz Al-Hafiz, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 8 Desember 2018, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
tahfiz tersebut. Metode ini bermanfaat bagi santri supaya mengetahui
cara praktek membaca Al-Qur’an dari Syaikh-syaikh Arab yang ahli
dalam bidang Al-Qur’an.
Ada juga yang menghafal dengan menggunakan audio player.
Ini hanya bisa dilakukan bagi santri yang dalam masa pengabdian
(telah menyelesaikan sekolah tingkat MA tapi belum menyelesaikan
hafalan Al-Qur’an.
c. Metode Kitabah
Menghafal dengan metode ini adalah dengan cara menulis
terlebih dahulu ayat yang akan dihafalkan pada buku khusus dengan
menulis maka akan sekaligus membaca ayat yang akan dihafalkan,
dengan demikian akan memberi respon kepada otak yang manjadikan
ayat tersebut mudah untuk diingat.
d. Menghafal dan Memahami Makna Ayat
Metode ini dilakukan dengan menggunakan Al-Qur’an
terjemah, dengan memahami dan mengetahui terlebih dahulu makna
ayat, di samping menghafal ayat terjemahnya juga dihafalkan.
Metode yang paling banyak digunakan oleh santri tahfiz
Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh
bangko adalah metode wahdah, karena metode tersebut memiliki
kelebihan sebelum menghafal dilakukan pembetulan bacaan dan
hukum tajwid Al-Qur’an terlebih dahulu dan menciptakan bayangan
yang kuat di otak penghafal. Hal tersebut juga dibuktikan dengan
meminta para santri tersebut untuk mencoba beberapa metode yang
diterapkan di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko.
2. Metode Muraja’ah
Dalam proses muraja’ah hafalan yang sudah dihafal para santri
tahfiz melakukan muraja’ah dengan cara :
a. Bersuara Ketika Muraja’ah
Semua santri yang melakukan muraja’ah hafalan Al-Qur’an
dengan bersuara jelas, hal ini terlihat jelas ketika waktu wajib belajar
empat waktu selama 24 jam, terdengar jelas perpaduan suara santri-
santri tahfiz saat menghafal dan muraja’ah hafalan.
b. Membuka dan Menutup Mushaf
Bagi santri tahfiz yang sudah sangat lancar hafalannya, ia
melakukan muraja’ah dengan menutup mushaf. Sedangkan bagi santri
tahfiz yang belum begitu lancar hafalannya, ia melakukan muraja’ah
dengan membuka dan menutup mushaf.
c. Muraja’ah 5 juz perhari
Melakukan muraja’ah dengan jumlah juz yang banyak akan
sangat membantu dalam proses melancarkan hafalan yang sudah ada,
dalam satu minggu bisa menyelesaikan muraja’ah 30 juz Al-Qur’an
yang sudah dihafalkan.32
Waktu-waktu yang digunakan santri tahfiz Pondok Pesantren
Tahfiz Al-Qur’an wal Hadis Al-Munawwaroh Bangko adalah sebagai
berikut :
1. Sebelum Shalat Shubuh
Pada waktu ini, bagi santri yang terbangun untuk
melakukan shalat Tahajud maka setelah melakukan shalat tersebut
langsung dilanjutkan dengan muraja’ah hafalan Al-Qur’an.33
2. Setelah Shalat Shubuh
Setelah dilaksanakan shalat shubuh berjama’ah di musholla
para santri tahfiz memiliki jam wajib belajar. Pada waktu ini, para
santri memanfaatkan waktu ini dengan sebaik mungkin, ada yang
memanfaatkan waktu ini untuk menghafal dan ada juga yang
memanfaatkan waktu ini untuk muraja’ah hafalan Al-Qur’an.34
32
Aziz Al-Hafiz, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko., Rekaman Audio. 33
Muhammad Imron Al-Ghifari, Santri Tahfiz 5 Juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an
wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko., Rekaman Audio. 34
Rahmat Dani Al-Hafiz, Santri Tahfiz 30 Juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal
Hadits Al-Munawwaroh Bangko., Rekaman Audio.
Waktu ini berlangsung sampai dengan waktu sarapan.
Ketika waktu sarapan tiba, para santri beristirahat untuk sarapan
dan mandi, setelah selesai kemudian dilanjutkan lagi menghafal
atau muraja’ah hafalan Al-Qur’an.
3. Ketika Sedang Bersemangat
Waktu ini terlihat jelas banyak santri yang melakukan
muraja’ah dengan rajin di luar jam wajib tahfiz. Ada yang
menghafal atau muraja’ah di asrama, mushola, ruang belajar
khusus santri tahfiz dan tempat-tempat lainnya di Pondok
Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko
yang bisa dimanfaatkan oleh para penghafal. Namun, hanya
setengah persen yang memiliki semangat seperti ini.
4. Ketika Sedang Shalat
Ini terlihat ketika peneliti ikut serta dalam kegiatan shalat
berjama’ah lima waktu, yang bertindak sebagai imam adalah para
santri tahfiz, santri yang menjadi imam membaca ayat-ayat yang
telah dihafalkan sebanyak kira-kira satu halaman Al-Qur’an
hafalan.35
Muraja’ah di waktu Shalat akan sangat membantu dalam
proses melancarkan hafalan Al-Qur’an.36
Muraja’ah di waktu ini
lebih banyak dilakukan bagi santri tahfiz yang sudah duduk di
jenjang Madrasah Aliyah, karena santri tersebut yang dianggap
sudah memasuki usia baligh.37
C. Motivasi dan Tujuan
1. Motivasi
35
Observasi Penulis dalam Kegiatan Shalat Bejama’ah di Pondok Pesantren Tahfiz Al-
Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko, 2-9 Desember 2018, Kabupaten Merangin, 36
Aziz Al-Hafiz, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko., Rekaman Audio. 37
Naufal Hawari, Santri Tahfiz 20 Juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits
Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 8 Desember 2018, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio.
Berbagai macam cara yang dilakukan oleh Pengurus Pondok
Pesantren dalam memberi motivasi kepada santri tahfiz untuk
menyelesaikan hafalan Al-Qur’annya dengan cepat :
a. Pemberian Beasiswa
Program motivasi ini telah lama dilaksanakan, bagi santri
yang mampu menghafal 1 juz Al-Qur’an dalam satu bulan, maka
santri tersebut akan diberi uang saku dan bagi santri yang mampu
menghafal Al-Qur’an sebanyak 2 juz dalam jangka waktu satu
bulan, maka akan dibebaskan biaya uang makan pada bulan yang ia
sanggup menghafal 2 juz tersebut.38
b. Musabaqah Tilawatil Qur’an
Dengan mengikut sertakan santri dalam kegiatan
Musabaqah Tilawatil Qur’an akan manjadikan santri giat dalam
mengulang hafalannya dan semakin semangat. Santri yang dipilih
tersebut ketika mengikuti Musabaqah akan selalu berusaha
memberi yang terbaik untuk mengharumkan nama Pondok
Pesantren.39
c. Memberi Nasehat
Guru tahfiz menceritakan kepada para penghafal bagaimana
sulitnya untuk menjadi seorang hafiz Al-Qur’an, akan selalu ada
godaan, rintangan dan halangan yang berat dalam sebuah usaha,
terlebih lagi jika ingin menghafal kitab suci. Terkadang seorang
guru memberi motivasi tentang bagaimana seorang anak kecil yang
masih berumur di bawah tujuh tahun sudah bisa menghafal Al-
Qur’an secara keseluruhan.40
Terkadang seorang guru juga selalu
38
Redho Hamdani Al-Hafiz, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits
Al-Munawwaroh Bangko., Rekaman Audio. 39
Ibid. 40
Naufal Hawari, Santri Tahfiz 20 Juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits
Al-Munawwaroh Bangko, Rekaman Audio.
menceritakan bagaimana derajat dan kemuliaan yang dimiliki oleh
seorang penghafal kitab Allah.41
Tujuan para santri Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits
Al-Munawwaroh Bangko dalam menghafal Al-Qur’an adalah :
1. Menjaga Kemurnian Al-Qur’an
Dengan menghafal, seorang hafiz akan berperan dalam
penjagaan kemurnian ayat suci Al-Qur’an.42
Yang mana Al-Qur’an
sejak diturunkan oleh Allah telah ada usaha para penantangnya.
2. Ingin Menjadi Ahlullah (Keluarga Allah)43
Dengan menjadi Ahlullah maka tak ada pembatas untuk
terkabulnya sebuah do’a, dengan demikian Allah akan mempermudah
urusan hambanya.
3. Ingin membanggakan kedua orang tua dan memakaikan mahkota dan
jubah kemuliaan di kepalanya di Akhirat nanti.44
4. Ingin Masuk Surga dan Membawa Keluarga ke Surga
Para guru pembimbing tahfiz menceritakan tentang hadis Nabi
yang menyatakan bahwa seorang penghafal Al-Qur’an bisa membawa
keluarga ke surga.45
D. Implikasi Santri Tahfiz Al-Qur’an
Ada beberapa implikasi yang sangat berpengaruh pada diri santri
tahfizPondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh
Bangko, yaitu :
1. Selalu Bersama Al-Qur’an
41
Aziz Al-Hafiz, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko., Rekaman Audio. 42
Redho Hamdani Al-Hafiz, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits
Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 2 Desember 2018, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio. 43
Rahmat Dani Al-Hafiz, Santri Tahfiz 30 Juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal
Hadits Al-Munawwaroh Bangko., Rekaman Audio. 44
Ibid. 45
Dharu Dharma Aji Sutoto, Santri Tahfiz 10 Jus Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal
Hadis Al-Munawwaroh Bangko., Rekaman Audio.
Selalu bersama Al-Qur’an merupakan implikasi yang sangat
melekat pada diri seorang santri tahfiz. Para santri terus membaca dan
melakukan tadabbur Al-Qur’an dengan melihat mushaf atau membaca
melalui mushaf. Para penghafal Al-Qur’an senantiasa menjadikan Al-
Qur’an sebagai temannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat
jelas ketika di luar jam wajib belajar para santri tahfiz bertebaran setiap
hari di ruang belajar, asrama, mushola dan tempat lainnya di
lingkungan Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko menghafal dan mengulang hafalan Al-Qur’an di
dalam jam wajib belajar maupun di luar jam wajib belajar.
2. Akhlakul Karimah
Akhlak yang mulia sangat mencerminkan diri pribadi seorang
santri tahfiz Al-Qur’an. Ini ciri khas yang sangat membedakan antara
santri tahfiz dan santri umum di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an
wal Hadis Al-Munawwaroh Bangko. Santri tahfiz menjadikan Al-
Qur’an sebagai akhlaknya, apa yang diajarkan oleh Al-Qur’an itu yang
dilaksanakan dan apa yang dilarang oleh Al-Qur’an maka hal itu yang
ditinggalkan. Tidak menutup kemungkinan akhlak santri umum juga
lebih baik dari santri, akan tetapi lebih banyak santri tahfiz yang
memiliki akhlak yang baik itu.Hal tersebut bisa dilihat dari akhlak
santri tersebut kepada majelis guru dan tidak ditemukan adanya kasus
barang kehilangan di asrama santri tahfiz. Namun, kira-kira 10 persen
masih ada yang belum mampu mengamalkan ajaran Al-Qur’an
tersebut.
3. Berbicara yang baik-baik
Seorang penghafal kitab suci tentunya harus mengeluarkan
kata-kata yang enak untuk didengar oleh telinga orang lain dan
menghindari perkataan yang kotor.
4. Sebagai contoh bagi masyarakat
Menjadi contoh bagi masyarakat ketika seorang santri tahfiz
berada di kampung halamannya. Hal tersebut dilihat dari diri santri
tahfiz yang senantiasa ke masjid, selalu mengaji dan menghindari
pergaulan-pergaulan yang dapat merusak nama baik pribadi, keluarga,
guru, Pondok Pesantren dan Agama.46
46
Redho Hamdani Al-Hafiz, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadis
Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 2 Desember 2018, Kabupaten Merangin,
Rekaman Audio..
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis dan pembahasan secara mendalam terhadap
data hasil penelitian di lapangan, penelitian ini menghasilkan temuan dan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal
Hadits Al-Munawwaroh Bangko dilaksanakan dengan menjadwalkan jam
wajib menghafal dan jam wajib muraja’ah (mengulang hafalan Al-
Qur’an). Jadwal tersebut sebanyak tiga kali dalam 1x24 jam, yaitu : setelah
Shalat Shubuh berjama’ah (wajib muraja’ah dan menghafal hafalan baru),
pagi di waktu Dhuha (wajib menyetor hafalan baru), dan malam Setelah
Isya (muraja’ah atau menghafal hafalan baru). Santri tahfiz diwajibkan
menyelesaikan tahfiz Al-Qur’an hingga 30 juz di Pondok Pesantren Tahfiz
Al-Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko jika ingin pindah
Pesantren atau melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Adapun Faktor internal
dan eksternal pendukung tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiz Al-
Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko adalah : niat yang ikhlas,
kemauan yang kuat dan istiqamah, daya ingat yang tinggi, tenaga pengajar,
dukungan kedua orang tua, lingkungan (tempat menghafal) dan teman
bergaul. Sedangkan Faktor internal dan eksternal penghambat tahfiz Al-
Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko adalah : maksiat, santri yang malas, rasa bosan, rasa
ingin bermain yang tinggi, program bahasa Pondok Pesantren, dan lokasi
santri umum dan santri tahfiz satu lokasi.
2. Tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadits Al-
Munawwaroh Bangko menggunakan empat metode tahfiz Al-Qur’an, tiga
metode yang digunakan adalah metode yang ditawarkan oleh para ahli dan
satu metode yang digunakan adalah metode yang pernah dipelajari oleh
guru pembimbing tahfiz ketika menghafal pada suatu lembaga, kemudian
diterapkan di kalangan santri tahfiz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an
wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko. Metode tersebut yaitu : Metode
Wahdah, Metode Sima’i, Metode Kitabah, dan Metode Memahami Makna
Ayat. Metode yang paling banyak digunakan adalah metode wahdah,
karena semua santri melakukan tahsin bacaan terlebih dahulu sebelum
menghafal.
B. Saran-saran
Menghafal Al-Qur’an bukanlah suatu pekerjaan yang mudah.
Menghafal Al-Qur’an sangat membutuhkan keseriusan dan kesungguhan,
sehingga tanpa keseriusan dan kesungguhan tidak akan menjadi seorang hafiz
Al-Qur’an yang baik. Namun demikian, bukan berarti tradisi menghafal Al-
Qur’an harus berhenti, karena menghafal Al-Qur’an memiliki nilai manfaat
yang tinggi, baik di dunia maupun di akhirat. Tahfiz Al-Qur’an harus tetap
dilestarikan sampai hari kiamat, meskipun ditemui banyak faktor-faktor yang
mempengaruhi dalam tahfiz Al-Qur’an.
Merujuk pada hal tersebut, maka penulis memberikan saran-saran
konstruktif yang dapat digunakan sebagai bahan masukan. Saran-saran
tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Bagi Pengurus Pondok Pesantren
Pengurus yang dimaksudkan di sini adalah semua majelis guru
yang tercantum dalam struktur organisasi Pondok Pesantren Tahfiz Al-
Qur’an wal Hadits Al-Munawwaroh Bangko. Pengurus Pondok Pesantren
agar selalu memperhatikan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
keberhasilan santri tahfiz.
2. Bagi Pengasuh
Pengasuh yang dimaksudkan di sini adalah guru pembimbing tahfiz
Al-Qur’an. Posisi pembimbing tahfiz Al-Qur’an adalah memberikan
arahan dan masukan kepada santri ketika menghafal atau muraja’ah
hafalan Al-Qur’an berlangsung. Masukan yang diberikan menyangkut
tingkat hafalan santri, kefasihan dan ketartilan ayat yang dibaca. Guru
pembimbing tahfiz agar menerapkan metode tahfiz bagi santri yang lebih
variatif, sehingga santri tidak mudah merasa jenuh.
Masukan yang diberikan, akan memotivasi santri untuk
memperbaiki hafalan setelah disimak oleh pembimbing, meningkatkan
kualitas hafalan dan menggunakan metode menghafal yang variasi.
3. Bagi Santri
Sebagai subjek penghafal Al-Qur’an, santri harus menghafal Al-
Qur’an dengan sebaik-baiknya. Santri harus memanfaatkan waktu yang
tersedia dengan sebaik mungkin, serta menjauhkan hal-hal yang dapat
menurangi konsentrasi hafalan, misalnya menghindari maksiat dan lain
sebagainya. Santri harus selalu melakukan muraja’ah, baik di waktu
sepertiga malam ataupun dalam shalat dan waktu yang lainnya yang sesuai
dengan kemampuan santri, agar hafalan yang sudah dihafalkan menjadi
sangat melekat di otak dan tidak mudah untuk lupa.
C.Kata Penutup
Penulis panjatkan puji dan sangat bersyukur kepada Allah SWT
yang telah memberikan taufiq, hidayah serta inayah-nya, sehingga
penulisan skripsi ini dapai diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
ditemukan kekurangan, baik dari segi metodologi maupun sistematikanya,
namun demikian saran dan perbaikan dari semua pihak, khususnya para
pembaca sangat diharapkan untuk kesempurnaan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini merupakan bagian dari rangkaian penelitian,
sehingga perlu dikaji dan diteliti ulang untuk membuktikan keabsahan
temuannya. Semoga temuan ini bermanfaat bagi penulis, pembaca dan
peminat penelitian yang serupa serta sebagai masukan bagi para penghafal
Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : Diponegoro,
2013).
Buku
Anshari Zakariyal, Anda pun Bisa Hafal 30 Juz Al-Qur’an (Jakarta : Pustaka
Imam Syafi’I, 2017).
Buku Panduan Akhlak dan Tata Tertib Santri (PANTAS) Pondok Pesantren Tahfiz
Al-Qur’an wal Hadis Al-Munawwaroh Bangko.
Faruq Abu Bakar Umarul, Jurus Dahsyat Mudah Menghafal Al-Qur’an untuk
Anak, (Surakarta :Ziyad, 2016).
Irsyad Muhammad dan Qomariyah Nurul, Metode Cepat dan Mudah Agar Anak
Hafal Al-Qur’an,( Yogyakarta : Semesta Hikmah, 2016).
Jalaludin Muhammad bin Ahmad al-Mahalli dan Jalaluddin Abdurrahman bin
Abu Bakar as-Sayuthi, Tafsir Jalalaini, (Surabaya : Nurul Huda).
Mustaqim Abdul, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, cet. II, (Yogjakarta :
Idea Press Yogyakarta, 2015).
Nawawi Imam, Al-Tibyan Fi Adab Hamalat Al-Qur’an (Menjaga Kemuliaan Al-
Qur’an, Adab dan Tata Caranya) terjema. Ahmad Qosim (Bandung : Al-
Bayan).
Qardhawi Yusuf, Kaifa Nata’amalu Ma’al Qur’an (Berinteraksi dengan Al-
Qur’an)terj. Abdul Hayyi Al-Kattani (Jakarta : GemaInsani Press, 1999).
Shihab Quraish, Membumikan Al-Qur’an (Bandung : Mizan, 1994).
Jurnal
Gafita Rafi Syas, Komunikasi Instruktional Pengasuh Dalam Proses Belajar
Mengajar Pada Program Tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Umar
Bin Khattab Pekanbaru, Jurnal JOM Fisip Vol.3 No.2. 2016.
Heddy Shri Ahimsa Putra, The Living Qur’an, Walisongo, Volume 20, Nomor 1,
Mei 2012.
Hidayah Nurul, Strategi Pembelajaran Tahfidz, Ta’allum : Jurnal Pendidikan
Islam, IAIN Tulungagung Vol. 04. No. 01. 2016.
Khoir Abdul, Neng Kiki Zakiyah, Sistem Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an di
Pondok Pesantren, Turats, Vol. 12, No. 1, Mei 2016, 35-54.
Koswara Indra, Pengelolaan Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an (Menghafal Al-
Qur’an) di Pondok Pesantren Al-Husain Magelang, Jurnal Hanata Widya,
Vol.6, No.2, 2017.
Muthoifin, et. Al, Metode Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an di Madrasah Aliyah
Tahfiz Nurul Iman Karanganyar dan Madrasah Aliyah Al-Kahfi
Surakarta, Jurnal Studi Islam, Vol.17, No.2, Desember 2016.
Nasokah, Khori Ahmad, Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an, Jurnal Al-Qalam Vol.
XIII.
Syatibi M, Potret Lembaga Tahfiz Al-Qur’an Di Indonesia, Suhuf :Jurnal
Pengkajian Al-Qur’an dan Budaya, Vol. 1, No.1, 2008.
Zahari Iqlima, Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an, Ta’allum : Jurnal Pendidikan
Islam, Vol. 05, No. 01, Juni 2017.
Kamus
Munawwir Achmad Warson, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya ;
Pustaka Progresif, 1997).
Munawwir Achmad Warson, Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab, (Surabaya :
Pustaka Progresif, 2007).
Tesis
Dewi Tri Ratna, Pengembangan Metode Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an di MI
Ma’arif Bego Manguwoharjo Sleman Yogyakarta, Tesis, (Yogyakarta :
UIN Sunan Kalijaga, 2017).
Jiyanto, Implementasi Metode Fami Bisyauqin dalam Memelihara Hafalan Al-
Qur’an pada Huffaz Ma’had Tahfizul Qur’an Abu Bakar Ash-Shiddiq
Muhammadiyah Yogyakarta, Tesis, (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga,
2015).
Wawancara
Al-Ghifari Muhammad Imron, Santri Tahfiz Al-Qur’an 5 juz Pondok Pesantren
Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 7 Desember 2018,
Kabupaten Merangin.
Aziz Al-Hafiz, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadis Al-
Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 8 Desember 2018,
Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
Dani Rahmat Al-Hafiz, Santri Tahfiz Al-Qur’an 30 juz Pondok Pesantren Tahfiz
Al-Qur’an wal Hadis Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan
Penulis, 4 Desember 2018, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
FadliRizqon, Guru Tahfiz SDN 59 Kota Jambi dan hafiz 30 juz alumni
pondokpesantren Al-Mubarak Kota Jambi WawancaradenganPenulis. 29
Oktober 2018, KabupatenMuaro Jambi, Rekaman Audio.
Hamdani Redho Al-Hafiz, Guru Tahfiz PondokPesantrenTahfiz Al-Qur’an wal
Hadis Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 2 Desember
2018, KabupatenMerangin, Rekaman Audio.
Hawari Naufal, Santri Tahfiz 20 Juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an
walHadis Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 8
Desember 2018, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
Muti Regi, Santri Tahfiz Al-Qur’an 10 juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an
wal Hadis Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 4
Desember 2018, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
Sutiaputra Deri, Sekretaris Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadis Al-
Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 2 Desember 2018,
Kabupaten Merangin, Dokumentasi Tertulis.
Sutoto Dharu Dharma Aji, Santri Tahfiz Al-Qur’an 15 juz Pondok Pesantren
Tahfiz Al-Qur’an wal Hadis Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara
dengan Penulis, 8 Desember 2018. Kabupaten Merangin.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
INSTRUMENPENGUMPULAN DATA
Skripsi
“TAHFIZ AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN TAHFIZ AL-QUR’AN
WAL HADIS AL-MUNAWWAROH BANGKO”
No JENIS DATA METODE SUMBER DATA
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
-Letak Geografis dan Latar
Belakang Berdiri Pondok
Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal
Hadis Al-Munawwaroh Bangko
Sumber Dana Ponpes
Visi dan Misi Ponpes
-Tata Tertib Ponpes
-Struktur Organisasi Ponpes
-Jumlah dan Kegiatan Santri
Pelaksanaan Tahfiz (Pra, Inti,
dan Evaluasi)
-Faktor Pendukung Tahfiz
-Faktor Penghambat Tahfiz
-Metode Tahfiz Santri
-Motivasi dan Tujuan
-ImplikasiSantriTahfiz
-Observasi
-Dokumentasi
-Wawancara
-Wawancara
-Dokumentasi
-Dokumentasi
- Dokumentasi
-Dokumentasi
-Observasi
-Wawancara
-Observasi
-Wawancara
-Wawancara
-Wawancara
-Observasi
-Wawancara
-Wawancara
-Setting
-Dokumen Geografis
-Sekretaris Ponpes
-Sekretaris Ponpes
-Buku Panduan
Ponpes
-Buku Panduan
Ponpes
-Dokumen Sekretaris
Ponpes
-Dokumen Sekretaris
Ponpes
-Praktik Santri
-Guru Tahfiz
-Praktik Tahfiz
-Guru Tahfiz dan
Santri Tahfiz
-Guru Tahfiz dan
Santri Tahfiz
-Guru Tahfiz dan
Santri Tahfiz
-Praktik Tahfiz
-Guru Tahfiz dan
Santri Tahfiz
-Guru Tahfiz
-Observasi -Praktik Implikasi
A. PanduanObservasi
No Jenis Data Objek Observasi
1
2
3
4
5
-Letak Geografis Ponpes
Al-Munawwaroh Bangko
-KegiatanSantri
-PelaksanaanTahfiz
-MetodeTahfizSantri
-Implikasi Santri Tahfiz
-Keadaan dan Letak Geografis
-Kegiatan santri setiap hari dari bangun tidur
sampai tidur kembali
-Tata cara pelaksanaan tahfiz
-Tata cara menghafal dan mengulang hafalan
Al-Qur’an
-Implikasi Al-Qur’an bagi diri santri
B. PanduanDokumentasi
No Jenis Data Data Dokumenter
1
2
3
4
5
6
-Letak Geografis Ponpes
Al-Munawwaroh Bangko
-Latar Belakang Pendirian
Ponpes Al-Munawwaroh
Bangko
-Visi dan Misi Ponpes Al-
Munawwaroh Bangko
-Tata Tertib Ponpes Al-
Munawwaroh Bangko
-Struktur Organisasi
Ponpes Al-Munawwaroh
Bangko
-JumlahSantri
-Data dokumentasi letak geografis Ponpes Al-
Munawwaroh Bangko
-Data dokumentasi tentang sejarah dan
perkembangan Ponpes Al-Munawwaroh
-Data dokumentasi tentang Visi dan Misi
Ponpes Al-Munawwaroh
-Dokumentasi tata tertib santri Al-
Munawwaroh
-Dokumentasi struktur organisasi Ponpes
-Dokumentasi jumlah santri keseluruhan
C. Butir-butirWawancara
No Jenis Data Sumber Data dan Substansi Wawancara
1
-Letak Geografis Ponpes
Al-Munawwaroh Bangko
SEKRETARIS PONPES
-Bisa jelaskan letak geografis Ponpes?
2
3
4
5
6
7
-Latar Belakang Berdiri
Ponpes
-Sumber Dana Pondok
Pesantren
-Pelaksanaan Tahfiz
-Faktor Pendukung Tahfiz
-Faktor Penghambat Tahfiz
-Metode Tahfiz Santri
SEKRETARIS PONDOK
-Bagaimana sejarah pendirian Al-
Munawwaroh?
-Kapan dan oleh siapa Al-Munawwaroh
didirikan?
-Apa yang menjadi motivasi pendirian Al-
Munawwaroh?
-Bagaimana perkembangan hingga saat ini?
SEKRETARIS PONPES
-dari mana saja sumber dana yang masuk ke
Pondok Pesantren Al-Munawwaroh?
GURU TAHFIZ PONPES
-Bagaimana pelaksanaan tahfiz di Al-
Munawwaroh?
-Bagaimana pelaksanaan pra dan inti tahfiz?
-Bagaimana cara ustadz dan pengurus Ponpes
member motivasi kepada santri tahfiz?
GURU TAHFIZ
-Apa faktor yang mendukung suksesnya santri
dalam menghafal?
SANTRI TAHFIZ
-Apa faktor pendukung suksesnya menjadi
penghafal Al-Qur’an?
GURU TAHFIZ
- Apa faktor yang menghambat santri dalam
menghafal?
SANTRI TAHFIZ
-Apa faktor penghambat dalam mengghafal
Al-Qur’an?
GURU TAHFIZ
-Apa saja metode yang diterapkan bagi santri
tahfiz dalam menghafal dan muraja’ah
hafalan?
SANTRI TAHFIZ
8
9
-Motivasi danTujuan
-Implikasi Santri Tahfiz
GURU TAHFIZ
-Apa motivasi dan tujuan santri dalam
menghafal yang ustadz temui?
SANTRI TAHFIZ
-Apa motivasi dan tujuan saudara dalam
menghafal Al-Qur’an?
GURU TAHFIZ
-Bagaimana implikasi santri tahfiz dalam
kehidupan sehari-hari?
DOKUMENTASI GAMBAR
Ruang belajar santri tahfiz putra
Asrama santri tahfiz putra
Pondok Pesantren terlihat dari atas
Menghafal dan Muraja’ah di luar jam wajib
Menghafal dan Muraja’ah di jam wajib
Dharu Dharma Aji Sukoto (santri tahfiz 15 juz) paling kiri, Ustaz Aziz Al-
Hafiz nomor 2 dari kanan danNaufal Hawari (santri tahfiz 20 juz) paling
kanan
Wawancara dengan Rahmad Dhani Al-Hafiz (santri tahfiz 30 juz)
Wawancara dengan Regi Muti (santri tahfiz 10 juz)
Wawancara dengan Muhammad Imron (santri tahfiz 5 juz)
CURRICULUM VITAE
Informasi Diri
ARIANSAH dilahirkan di Dusun Berau, Desa Kampung Tujuh, Kecamatan
Cermin Nan Gedang, Kabupaten Sarolangun, Jambi pada 25 Januari 1997. Putra
dari Muhammad Salek dan Norhasanah.
Riwayat Pendidikan
Ariansah memperoleh Sarjana Agama dari Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi pada Mei 2019, ijazah Madrasah Aliyah (MA)
diperolehnya dari Pondok Pesantren Al-Munawwaroh Bangko, Merangin, Jambi
pada 2015, Madrasah Tsanawiyah (MTs) diperolehnya dari Pondok Pesantren Al-
Munawwaroh Bangko, Merangin, Jambi pada 2012, dan memperoleh ijazah
Sekolah Dasar (SD) dari SDN.111 Sarolangun, Jambi.
KaryaI lmiah
Skripsi dengan judul“Tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an
wal Hadis Al-Munawwaroh Bangko”adalah karya tulis pertama Ariansah.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung : Diponegoro,
2013).
Buku
Anshari Zakariyal, Anda pun Bisa Hafal 30 Juz Al-Qur’an (Jakarta : Pustaka
Imam Syafi’I, 2017).
Buku Panduan Akhlak dan Tata Tertib Santri (PANTAS) Pondok Pesantren Tahfiz
Al-Qur’an wal Hadis Al-Munawwaroh Bangko.
Faruq Abu Bakar Umarul, Jurus Dahsyat Mudah Menghafal Al-Qur’an untuk
Anak, (Surakarta :Ziyad, 2016).
Irsyad Muhammad dan Qomariyah Nurul, Metode Cepat dan Mudah Agar Anak
Hafal Al-Qur’an,( Yogyakarta : Semesta Hikmah, 2016).
Jalaludin Muhammad bin Ahmad al-Mahalli dan Jalaluddin Abdurrahman bin
Abu Bakar as-Sayuthi, Tafsir Jalalaini, (Surabaya : Nurul Huda).
Mustaqim Abdul, Metode Penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, cet. II, (Yogjakarta :
Idea Press Yogyakarta, 2015).
Nawawi Imam, Al-Tibyan Fi Adab Hamalat Al-Qur’an (Menjaga Kemuliaan Al-
Qur’an, Adab dan Tata Caranya) terjema. Ahmad Qosim (Bandung : Al-
Bayan).
Qardhawi Yusuf, Kaifa Nata’amalu Ma’al Qur’an (Berinteraksi dengan Al-
Qur’an)terj. Abdul Hayyi Al-Kattani (Jakarta : GemaInsani Press, 1999).
Shihab Quraish, Membumikan Al-Qur’an (Bandung : Mizan, 1994).
Jurnal
Gafita Rafi Syas, Komunikasi Instruktional Pengasuh Dalam Proses Belajar
Mengajar Pada Program Tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Umar
Bin Khattab Pekanbaru, Jurnal JOM Fisip Vol.3 No.2. 2016.
Heddy Shri Ahimsa Putra, The Living Qur’an, Walisongo, Volume 20, Nomor 1,
Mei 2012.
Hidayah Nurul, Strategi Pembelajaran Tahfidz, Ta’allum : Jurnal Pendidikan
Islam, IAIN Tulungagung Vol. 04. No. 01. 2016.
Khoir Abdul, Neng Kiki Zakiyah, Sistem Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an di
Pondok Pesantren, Turats, Vol. 12, No. 1, Mei 2016, 35-54.
Koswara Indra, Pengelolaan Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an (Menghafal Al-
Qur’an) di Pondok Pesantren Al-Husain Magelang, Jurnal Hanata Widya,
Vol.6, No.2, 2017.
Muthoifin, et. Al, Metode Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an di Madrasah Aliyah
Tahfiz Nurul Iman Karanganyar dan Madrasah Aliyah Al-Kahfi
Surakarta, Jurnal Studi Islam, Vol.17, No.2, Desember 2016.
Nasokah, Khori Ahmad, Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an, Jurnal Al-Qalam Vol.
XIII.
Syatibi M, Potret Lembaga Tahfiz Al-Qur’an Di Indonesia, Suhuf :Jurnal
Pengkajian Al-Qur’an dan Budaya, Vol. 1, No.1, 2008.
Zahari Iqlima, Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an, Ta’allum : Jurnal Pendidikan
Islam, Vol. 05, No. 01, Juni 2017.
Kamus
Munawwir Achmad Warson, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya ;
Pustaka Progresif, 1997).
Munawwir Achmad Warson, Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab, (Surabaya :
Pustaka Progresif, 2007).
Tesis
Dewi Tri Ratna, Pengembangan Metode Pembelajaran Tahfiz Al-Qur’an di MI
Ma’arif Bego Manguwoharjo Sleman Yogyakarta, Tesis, (Yogyakarta :
UIN Sunan Kalijaga, 2017).
Jiyanto, Implementasi Metode Fami Bisyauqin dalam Memelihara Hafalan Al-
Qur’an pada Huffaz Ma’had Tahfizul Qur’an Abu Bakar Ash-Shiddiq
Muhammadiyah Yogyakarta, Tesis, (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga,
2015).
Wawancara
Al-Ghifari Muhammad Imron, Santri Tahfiz Al-Qur’an 5 juz Pondok Pesantren
Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 7 Desember 2018,
Kabupaten Merangin.
Aziz Al-Hafiz, Guru Tahfiz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadis Al-
Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 8 Desember 2018,
Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
Dani Rahmat Al-Hafiz, Santri Tahfiz Al-Qur’an 30 juz Pondok Pesantren Tahfiz
Al-Qur’an wal Hadis Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan
Penulis, 4 Desember 2018, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
FadliRizqon, Guru Tahfiz SDN 59 Kota Jambi dan hafiz 30 juz alumni
pondokpesantren Al-Mubarak Kota Jambi WawancaradenganPenulis. 29
Oktober 2018, KabupatenMuaro Jambi, Rekaman Audio.
Hamdani Redho Al-Hafiz, Guru Tahfiz PondokPesantrenTahfiz Al-Qur’an wal
Hadis Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 2 Desember
2018, KabupatenMerangin, Rekaman Audio.
Hawari Naufal, Santri Tahfiz 20 Juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an
walHadis Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 8
Desember 2018, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
Muti Regi, Santri Tahfiz Al-Qur’an 10 juz Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an
wal Hadis Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 4
Desember 2018, Kabupaten Merangin, Rekaman Audio.
Sutiaputra Deri, Sekretaris Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal Hadis Al-
Munawwaroh Bangko, Wawancara dengan Penulis, 2 Desember 2018,
Kabupaten Merangin, Dokumentasi Tertulis.
Sutoto Dharu Dharma Aji, Santri Tahfiz Al-Qur’an 15 juz Pondok Pesantren
Tahfiz Al-Qur’an wal Hadis Al-Munawwaroh Bangko, Wawancara
dengan Penulis, 8 Desember 2018. Kabupaten Merangin.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
INSTRUMENPENGUMPULAN DATA
Skripsi
“TAHFIZ AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN TAHFIZ AL-QUR’AN
WAL HADIS AL-MUNAWWAROH BANGKO”
No JENIS DATA METODE SUMBER DATA
1
2
3
4
5
6
-Letak Geografis dan Latar
Belakang Berdiri Pondok
Pesantren Tahfiz Al-Qur’an wal
Hadis Al-Munawwaroh Bangko
Sumber Dana Ponpes
Visi dan Misi Ponpes
-Tata Tertib Ponpes
-Struktur Organisasi Ponpes
-Jumlah dan Kegiatan Santri
Pelaksanaan Tahfiz (Pra, Inti,
dan Evaluasi)
-Faktor Pendukung Tahfiz
-Observasi
-Dokumentasi
-Wawancara
-Wawancara
-Dokumentasi
-Dokumentasi
- Dokumentasi
-Dokumentasi
-Observasi
-Wawancara
-Setting
-Dokumen Geografis
-Sekretaris Ponpes
-Sekretaris Ponpes
-Buku Panduan
Ponpes
-Buku Panduan
Ponpes
-Dokumen Sekretaris
Ponpes
-Dokumen Sekretaris
Ponpes
-Praktik Santri
-Guru Tahfiz
7
8
9
10
-Faktor Penghambat Tahfiz
-Metode Tahfiz Santri
-Motivasi dan Tujuan
-ImplikasiSantriTahfiz
-Observasi
-Wawancara
-Wawancara
-Wawancara
-Observasi
-Wawancara
-Wawancara
-Observasi
-Praktik Tahfiz
-Guru Tahfiz dan
Santri Tahfiz
-Guru Tahfiz dan
Santri Tahfiz
-Guru Tahfiz dan
Santri Tahfiz
-Praktik Tahfiz
-Guru Tahfiz dan
Santri Tahfiz
-Guru Tahfiz
-Praktik Implikasi
D. PanduanObservasi
No Jenis Data Objek Observasi
1
2
3
4
5
-Letak Geografis Ponpes
Al-Munawwaroh Bangko
-KegiatanSantri
-PelaksanaanTahfiz
-MetodeTahfizSantri
-Implikasi Santri Tahfiz
-Keadaan dan Letak Geografis
-Kegiatan santri setiap hari dari bangun tidur
sampai tidur kembali
-Tata cara pelaksanaan tahfiz
-Tata cara menghafal dan mengulang hafalan
Al-Qur’an
-Implikasi Al-Qur’an bagi diri santri
E. PanduanDokumentasi
No Jenis Data Data Dokumenter
1
2
3
-Letak Geografis Ponpes
Al-Munawwaroh Bangko
-Latar Belakang Pendirian
Ponpes Al-Munawwaroh
Bangko
-Visi dan Misi Ponpes Al-
Munawwaroh Bangko
-Data dokumentasi letak geografis Ponpes Al-
Munawwaroh Bangko
-Data dokumentasi tentang sejarah dan
perkembangan Ponpes Al-Munawwaroh
-Data dokumentasi tentang Visi dan Misi
Ponpes Al-Munawwaroh
4
5
6
-Tata Tertib Ponpes Al-
Munawwaroh Bangko
-Struktur Organisasi
Ponpes Al-Munawwaroh
Bangko
-JumlahSantri
-Dokumentasi tata tertib santri Al-
Munawwaroh
-Dokumentasi struktur organisasi Ponpes
-Dokumentasi jumlah santri keseluruhan
F. Butir-butirWawancara
No Jenis Data Sumber Data dan Substansi Wawancara
1
2
3
4
5
-Letak Geografis Ponpes
Al-Munawwaroh Bangko
-Latar Belakang Berdiri
Ponpes
-Sumber Dana Pondok
Pesantren
-Pelaksanaan Tahfiz
-Faktor Pendukung Tahfiz
SEKRETARIS PONPES
-Bisa jelaskan letak geografis Ponpes?
SEKRETARIS PONDOK
-Bagaimana sejarah pendirian Al-
Munawwaroh?
-Kapan dan oleh siapa Al-Munawwaroh
didirikan?
-Apa yang menjadi motivasi pendirian Al-
Munawwaroh?
-Bagaimana perkembangan hingga saat ini?
SEKRETARIS PONPES
-dari mana saja sumber dana yang masuk ke
Pondok Pesantren Al-Munawwaroh?
GURU TAHFIZ PONPES
-Bagaimana pelaksanaan tahfiz di Al-
Munawwaroh?
-Bagaimana pelaksanaan pra dan inti tahfiz?
-Bagaimana cara ustadz dan pengurus Ponpes
member motivasi kepada santri tahfiz?
GURU TAHFIZ
-Apa faktor yang mendukung suksesnya santri
dalam menghafal?
SANTRI TAHFIZ
-Apa faktor pendukung suksesnya menjadi
penghafal Al-Qur’an?
6
7
8
9
-Faktor Penghambat Tahfiz
-Metode Tahfiz Santri
-Motivasi danTujuan
-Implikasi Santri Tahfiz
GURU TAHFIZ
- Apa faktor yang menghambat santri dalam
menghafal?
SANTRI TAHFIZ
-Apafaktorpenghambatdalammengghafal Al-
Qur’an?
GURU TAHFIZ
-Apa saja metode yang diterapkan bagi santri
tahfiz dalam menghafal dan muraja’ah
hafalan?
SANTRI TAHFIZ
-Bagaimana metode yang dilakukan dalam
proses menghafal dan muraja’ah hafalan Al-
Qur’an?
GURU TAHFIZ
-Apa motivasi dan tujuan santri dalam
menghafal yang ustadz temui?
SANTRI TAHFIZ
-Apa motivasi dan tujuan saudara dalam
menghafal Al-Qur’an?
GURU TAHFIZ
-Bagaimana implikasi santri tahfiz dalam
kehidupan sehari-hari?
DOKUMENTASI GAMBAR
Ruang belajar santri tahfiz putra
Asrama santri tahfiz putra
Pondok Pesantren terlihat dari atas
Menghafal dan Muraja’ah di luar jam wajib
Menghafal dan Muraja’ah di jam wajib
Dharu Dharma Aji Sukoto (santri tahfiz 15 juz) paling kiri, Ustaz Aziz Al-
Hafiz nomor 2 dari kanan danNaufal Hawari (santri tahfiz 20 juz) paling
kanan
Wawancara dengan Rahmad Dhani Al-Hafiz (santri tahfiz 30 juz)
Wawancara dengan Regi Muti (santri tahfiz 10 juz)
Wawancara dengan Muhammad Imron (santri tahfiz 5 juz)
CURRICULUM VITAE
Informasi Diri
ARIANSAH dilahirkan di Dusun Berau, Desa Kampung Tujuh, Kecamatan
Cermin Nan Gedang, Kabupaten Sarolangun, Jambi pada 25 Januari 1997. Putra
dari Muhammad Salek dan Norhasanah.
Riwayat Pendidikan
Ariansah memperoleh Sarjana Agama dari Universitas Islam Negeri Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi pada Mei 2019, ijazah Madrasah Aliyah (MA)
diperolehnya dari Pondok Pesantren Al-Munawwaroh Bangko, Merangin, Jambi
pada 2015, Madrasah Tsanawiyah (MTs) diperolehnya dari Pondok Pesantren Al-
Munawwaroh Bangko, Merangin, Jambi pada 2012, dan memperoleh ijazah
Sekolah Dasar (SD) dari SDN.111 Sarolangun, Jambi.
KaryaI lmiah
Skripsi dengan judul“Tahfiz Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahfiz Al-Qur’an
wal Hadis Al-Munawwaroh Bangko”adalah karya tulis pertama Ariansah.