17
1 ZAKAT DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN Oleh: Moh. Syafi'i WS al-Lamunjani (Makalah 2009) A. Pendahuluan Menunaikan zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan oleh seorang muslim sebagai penyuci harta mereka, yaitu bagi mereka yang telah memiliki harta sampai nishab (batas terendah wajibnya zakat) dan telah lewat atas kepemilikan harta tersebut masa haul (satu tahun bagi harta simpanan dan niaga), atau saat hasil pertanian telah tiba. Zakat diwajibkan dengan tujuan untuk meringankan beban penderitaan kaum dhu’afa, fakir miskin, atau melipur orang-orang yang sengsara, dan membantu orang- orang yang sangat membutuhkan pertolongan. Di samping itu pemberian zakat dapat merekat tali kasih sehingga tidak timbul ketegangan atau gejolak di tengah-tengah masyarakat yang sering terjadi di antara orang-orang kaya dengan orang-orang miskin. Zakat adalah ibadah yang memiliki dua dimensi: vertikal (ibadah sebagai bentuk ketaatan kepada Allah) dan horizontal (sebagai kewajiban kepada sesama manusia. Melalui makalah ini akan dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan zakat yang didasarkan pada ayat-ayat al-Qur'an al-Karim. B. Pengertian Zakat Secara bahasa, zakat berarti berkah, tumbuh, bertambah, suci, baik dan bersih. 1 Sedangkan secara istilah, menurut Imam Syarbini zakat adalah suatu nama 1 Ibrahim Musthafa, al-Mu'jam al-Wasith, (Riyadh: Dar al-Da'wah, t.t.), jilid. I, hal. 396

Tafsir Maudhu'i. Zakat Dalam Perspektif al-Qur'an. Oleh M. Syafi'i WS al-Lamunjani (Makalah 2009)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Tafsir Maudhu'i. Zakat Dalam Perspektif al-Qur'an. Oleh M. Syafi'i WS al-Lamunjani (Makalah 2009)

1

ZAKAT DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'AN

Oleh: Moh. Syafi'i WS al-Lamunjani (Makalah 2009)

A. Pendahuluan

Menunaikan zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib ditunaikan

oleh seorang muslim sebagai penyuci harta mereka, yaitu bagi mereka yang telah

memiliki harta sampai nishab (batas terendah wajibnya zakat) dan telah lewat atas

kepemilikan harta tersebut masa haul (satu tahun bagi harta simpanan dan niaga),

atau saat hasil pertanian telah tiba.

Zakat diwajibkan dengan tujuan untuk meringankan beban penderitaan kaum

dhu’afa, fakir miskin, atau melipur orang-orang yang sengsara, dan membantu orang-

orang yang sangat membutuhkan pertolongan. Di samping itu pemberian zakat dapat

merekat tali kasih sehingga tidak timbul ketegangan atau gejolak di tengah-tengah

masyarakat yang sering terjadi di antara orang-orang kaya dengan orang-orang

miskin.

Zakat adalah ibadah yang memiliki dua dimensi: vertikal (ibadah sebagai

bentuk ketaatan kepada Allah) dan horizontal (sebagai kewajiban kepada sesama

manusia.

Melalui makalah ini akan dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan

zakat yang didasarkan pada ayat-ayat al-Qur'an al-Karim.

B. Pengertian Zakat

Secara bahasa, zakat berarti berkah, tumbuh, bertambah, suci, baik dan

bersih.1 Sedangkan secara istilah, menurut Imam Syarbini zakat adalah suatu nama

1 Ibrahim Musthafa, al-Mu'jam al-Wasith, (Riyadh: Dar al-Da'wah, t.t.), jilid. I, hal. 396

Page 2: Tafsir Maudhu'i. Zakat Dalam Perspektif al-Qur'an. Oleh M. Syafi'i WS al-Lamunjani (Makalah 2009)

2

untuk seukuran harta tertentu dari harta tertentu yang wajib dikeluarkan pada

golongan-golongan tertentu dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.2

Imam Syamsuddin ar-Ramli mengatakan zakat adalah suatu nama yang

dikeluarkan dari harta benda menurut cara yang telah ditentukan.3

Dari definisi diatas dapat dipahami, bahwa zakat adalah bagian tertentu dari

harta yang dimiliki yang wajib dikeluarkan untuk orang-orang yang berhak

menerimanya yang sesuai dengan tuntunan syariat.

Zakat menurut bahasa al-Qur'an juga disebut sedekah atau infak. Oleh karena

itu Imam Mawardi mengatakan, "Sedekah itu adalah zakat dan zakat itu adalah

sedekah; berbeda nama tetapi sama artinya." Namun makna sedekah dan infak lebih

luas yang mencakup zakat yang wajib dikeluarkan dan juga berarti pemberian yang

sunnah saja.

Sedangkan kata infak berarti membelanjakan. Adapun secara istilah infak

diartikan sebagai sesuatu yang diberikan oleh seorang guna menutupi kebutuhan

orang lain, baik berupa makan, minum, dan sebagainya.

C. Ayat-ayat Zakat

Dalam al-Qur'an, kata zakat disebutkan 32 kali; 30 kali dengan makna zakat

dan 2 kali dengan konteks dan makna yang bukan zakat. 8 ayat itu tergolong

Makkiyah dan sisanya yang 22 tergolong Madaniyah.

Ayat-ayat al-Qur'an yang membahas tentang zakat, di antaranya adalah:

1. Al-Muzammil: 20 (Makkiyah)

2 Asy-Syarbini al-Khatib, al-Iqna' fi Halli Alfadz Abi Syuja' (Bairut: Dar al-Fikr, 1415 H), jilid. I , hal. 211

3 Syamsuddin al-Anshari ar-Ramli, Nihayah al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj ((Bairut: Dar al-Fikr, 1984), jilid. III, hal.43

Page 3: Tafsir Maudhu'i. Zakat Dalam Perspektif al-Qur'an. Oleh M. Syafi'i WS al-Lamunjani (Makalah 2009)

3

وأقیموا الصلاة وآتوا الزكاة وأقرضوا اللھ قرضا حسنا

"Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah

pinjaman yang baik."

2. Al-An'am: 141 (Makkiyah)

شابھا ان مت ون والرم ھ والزیت ا أكل زرع مختلف ل وال ات والنخ ر معروش ات وغی ات معروش شأ جن ذي أن و ال وھ

قھ یوم حصاده ولا تسرفوا إنھ لا یحب المسرفینوغیر متشابھ كلوا من ثمره إذا أثمر وآتوا ح

"Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung,

pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima

yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari

buahnya (yang bermacam-macam itu) bila ia berbuah, dan tunaikanlah haknya di

hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah

kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-

lebihan."

Sebab turunnya ayat ini adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu

Juraij, "Bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Tsabit bin Qais bin Syimas

yang menebang pohon kurma miliknya, kemudian ia bagi-bagikan buahnya hingga

sore hari sesudah itu ia tidak lagi memiliki buah kurma."4

3. Al-Baqarah: 267, 271 dan 274 (Madaniyyah)

4 As-Suyuti, Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul (Bairut: Dar Ihya' al-Ulum, t.t.), hal. 100

Page 4: Tafsir Maudhu'i. Zakat Dalam Perspektif al-Qur'an. Oleh M. Syafi'i WS al-Lamunjani (Makalah 2009)

4

ث م وا الخبی ا تیمم أرض ول ن ال م م ا لك ا أخرجن سبتم ومم ا ك ات م ن طیب وا م ون یا أیھا الذین آمنوا أنفق ھ تنفق ن

ولستم بآخذیھ إلا أن تغمضوا فیھ واعلموا أن اللھ غني حمید

"Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu yang

baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu, dan

janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya,

padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan

mata terhadapnya. Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

Sebab turunnya ayat ini, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Daud,

Nasai dan Hakim dari Sahl bin Hanif, katanya, "Orang-orang sengaja memilih buah-

buahan mereka yang jelek yang mereka keluarkan untuk sedekah. Maka turunlah

ayat, 'Dan janganlah kamu pilih yang jelek di antaranya untuk dinafkahkan.'" (Q.S.

Al-Baqarah 267)5

Dalam riwayat lain, yang diriwayatkan oleh Hakim, dari Jabir, katanya, "Nabi

saw. menyuruh mengeluarkan zakat fitrah sebanyak satu sukat kurma. Maka

datanglah seorang laki-laki membawa kurma yang jelek, hingga al-Quran pun turun

menyampaikan, 'Hai orang-orang yang beriman! Nafkahkanlah sebagian dari hasil

usahamu yang baik-baik...'" (Q.S. Al-Baqarah 267).6

ا ھ بم یئاتكم والل ن س نكم م ر ع م ویكف ر لك و خی راء فھ ا الفق ا وتؤتوھ ي وإن تخفوھ ا ھ صدقات فنعم إن تبدوا ال

تعملون خبیر

Jika kamu menampakkan sedekah, maka itu adalah baik sekali. Jika kamu

menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka

5 Ibid., hal. 37 6 Ibid.

Page 5: Tafsir Maudhu'i. Zakat Dalam Perspektif al-Qur'an. Oleh M. Syafi'i WS al-Lamunjani (Makalah 2009)

5

menyembunyikan itu lebih baik bagimu, dan Allah akan menghapuskan dari kamu

sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."

(Q.S. Al-Baqarah 271).7

4. At-Taubah: 103 (Madaniyyah)

خذ من أموالھم صدقة تطھرھم وتزكیھم بھا وصل علیھم إن صلاتك سكن لھم واللھ سمیع علیم

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan

dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu

(menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha

Mengetahui."

Sebab turunnya ayat ini adalah sebagaimana yang diriwayatkan oleh Thabrani

dan Baihaqi, bahwa Tsa'labah ibn Hathab meminta doa Rasulullah, "Ya Rasulullah

berdoalah pada Allah supaya Dia memberi rizki harta pada saya!' ……. Kemudian

berkembang-biaklah domba Tsa'labah hingga dia tidak shalat Jum'at dan ikut

jama'ah, lalu turunlah ayat 'Khudz min amwaalihim…..'"8

5. At-Taubah: 60 (Madaniyyah)

ھ بیل الل ي س ارمین وف اب والغ ي الرق وبھم وف ة قل ا والمؤلف املین علیھ ساكین والع راء والم صدقات للفق ا ال إنم

وابن السبیل فریضة من اللھ واللھ علیم حكیم

7 Ibid. 8 Ibid., hal. 115

Page 6: Tafsir Maudhu'i. Zakat Dalam Perspektif al-Qur'an. Oleh M. Syafi'i WS al-Lamunjani (Makalah 2009)

6

"Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang

miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk

(memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk

mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan

Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."

Surat al-Muzammil ayat 20 menunjukkan kewajiban zakat sudah ada sejak di

Makkah. Akan tetapi kadar nisabnya belum ditentukan kecuali ketika masa-masa di

Madinah. Begitu juga pada orang yang berhak menerimanya, baru secara jelas dan

terperinci saat di Madinah, yang demikian dapat dilihat pada Surat Madaniyah,

seperti at-Taubah ayat 60.

Seluruh ajaran yang turun pada masa Madinah bertujuan untuk mewujudkan

masyarakat yang lebih mulia dan berbudi luhur, saling mengasihi dan tidak boleh

yang kaya memakan hak orang-orang yang membutuhkan.

D. Hukum Zakat

Zakat sebagai ibadah maliyah sudah disepakati bahwa hukumnya wajib, baik

berdasarkan nash al-Qur’an maupun nash al-Hadits. Banyak sekali ayat-ayat al-

Qur'an yang menunjukkan kewajiban zakat, di antaranya, "Dirikanlah shalat,

tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik." (Q.S.

Al-Muzammil: 20), dan "Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah sebagian

dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari

bumi untuk kamu." (Q.S. Al-Baqarah: 267)

Secara eksplisit ayat-ayat ini menunjukkan perintah, dan perintah di dalam

ibadah berarti wajib hukumnya. Oleh karena itu suatu kuwajiban bagi orang yang

Page 7: Tafsir Maudhu'i. Zakat Dalam Perspektif al-Qur'an. Oleh M. Syafi'i WS al-Lamunjani (Makalah 2009)

7

beriman untuk mengeluarkan zakat dan berdosalah bagi orang yang

meninggalkannya.

Kewajiban zakat sudah ada sebelum masa Hijrah ke Madinah. Yang demikian

dapat dilihat pada ayat yang mewajibkan zakat, yaitu ayat Makkiyah. Allah

berfirman, "Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada

Allah pinjaman yang baik." (Q.S. Al-Muzammil: 20). Ibnu Katsir mengatakan, ayat

ini menunjukkan bagi orang yang berpendapat, bahwa kewajiban zakat turun

semenjak di Makkah. Akan tetapi kadar nisabnya belum ditentukan kecuali ketika

masa-masa di Madinah.9

Sedangkan hukum Infak ada yang wajib dan ada yang sunnah:

- Infaq wajib juga disebut zakat sebagaimana yang diterangkan di atas,

kafarat, nadzar dan sebagainya.

- Infak sunnah yaitu infak kepada fakir miskin sesama muslim, infak bencana

alam, infak kemanusiaan dan sebagainya. Sebagaimana firman Allah,

"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari

secara tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di

sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula)

mereka bersedih hati." (Al-Baqarah: 274)

Dengan demikian infaq lebih luas pengertiannya dibandingkan zakat. Karena

infaq mencakup zakat dan juga non zakat.

E. Jenis-Jenis Zakat

Macam-macam zakat yang wajib dikeluarkan adalah zakat Nafs (juga disebut

zakat fitrah) dan zakat Maal (harta).

9 Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (Beirut: Dar Thayyibah li al-Nasyr wa al-Tauzi', 1999), jilid.

8, hal. 259

Page 8: Tafsir Maudhu'i. Zakat Dalam Perspektif al-Qur'an. Oleh M. Syafi'i WS al-Lamunjani (Makalah 2009)

8

Secara umum jenis-jenis yang wajib dizakati tertera dalam surat al-Baqarah:

267:

ن م م ا لك ا أخرجن سبتم ومم ا ك ات م ن طیب -Pertama: Sebagian dari hasil usahamu yang baik :م

baik; dari hasil perdagangan, pertambangan dari emas dan perak,10 dan Kedua:

Sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu; dari biji-bijian dan

buah-buahan."11

Lebih jauh lagi, dalam madzhab Hanafiyah berpendapat, yang demikian

bersifat am (umum) dari hasil bumi baik biji-bijian, sayuran ataupun buah-buahan

untuk dizakati.12

Ayat di atas menjadi dasar wajibnya mengeluarkan beberapa jenis zakat, baik

itu harta tijarah (perdagangan), emas, perak ataupun rojo koyo (sapi, kerbau,

kambing dan unta), serta hasil pertanian. Di samping itu, dalam zakat disyaratkan

dengan suatu yang baik dan diperoleh dengan jalan yang halal.

Adapun jenis-jenis harta yang menjadi sumber zakat yang telah dipraktekkan

pada masa Rasulullah, menurut sebagian ulama pada dasarnya ada 4 jenis yaitu 1.

Tanam-tanaman dan buah-buahan (gandum, jelai, kurma dan anggur), 2. Hewan

ternak (domba atau biri-biri, sapi dan unta), 3. Emas dan perak serta, 4. Harta

perdagangan. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, zakat-zakat atas

harta benda lain dapat diambil melalui qiyas (persamaan) terhadap harta benda yang

pernah dicontohkan Rasulullah dan para Shahabat. Salah satu jenis zakat yang

pendekatannya adalah melalui qiyas adalah zakat profesi. Karena topik ini sangat

penting maka penulis membahas pada sub judul tersendiri.

10 Ibid. 11 Al-Mahilly dan as-Suyuthi, Tafsir al-Jalalain (Kairo: Dar al-Hadits, t.t.), hal. 56 12 Al-Fakhr ar-Razi, Tafsir al-Fakhr al-Razi (Bairut: Dar al-Nasyr, t.t.), jilid. IV, hal. 66-67

Page 9: Tafsir Maudhu'i. Zakat Dalam Perspektif al-Qur'an. Oleh M. Syafi'i WS al-Lamunjani (Makalah 2009)

9

F. Zakat Profesi

Zakat profesi yaitu zakat yang dikeluarkan dari penghasilan profesi bila telah

mencapai nishab zakat, baik itu profesi sebagai pegawai negeri, swasta, wiraswasta,

dan lain sebagainya.

Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya Fiqh al-Zakah menukil pendapat

Abdurrahman Hasan dan Abdulwahab Khallaf, tentang kewajiban mengeluarkan

zakat profesi. Mereka berpendapat bahwa pencarian dan profesi dapat diambil

zakatnya bila sudah setahun dan cukup senisab. Nisab tersebut tidak perlu harus

tercapai sepanjang tahun, tapi cukup tercapai penuh antara dua ujung tahun tanpa

kurang di tengah-tengah.13

Oleh karena itu setiap harta yang memenuhi persyaratan zakat harus

dikeluarkan zakatnya walaupun di zaman Rasulullah saw belum ditemukan contoh

konkretnya. Pendapat ini menjadi salah satu keputusan Muktamar Internasional

pertama tentang zakat di Kuwait tanggal 29 Rajab 1404 H., bertepatan 30 April 1984

M. Demikian pula dalam pasal 11 ayat 2 bab IV Undang-Undang No. 38/1999

tentang Pengelolaan Zakat yang memasukkan obyek zakat yang dianggap baru seperti

perusahaan, pendapat, jasa (profesi).

Di antara yang menjadikan dasar kewajiban untuk mengeluarkan zakata

profesi adalah: سبتم ا ك ات م ن طیب وا م Nafkahkanlah sebagian dari hasil usahamu ,أنفق

yang baik-baik." (Al-Baqarah: 267)

Zakat profesi sejalan dengan tujuan disyariatkannya zakat, seperti untuk

membersihkan dan mengembangkan harta serta menolong orang-orang yang berhak

mendapatkannya. Zakat profesi juga mencerminkan rasa keadilan yang merupakan

ciri utama ajaran Agama Islam, yaitu kewajiban zakat pada semua penghasilan dan

pendapatan.

13 Yusuf Qardhawi, Fiqh al-Zakat (Bairut: Muassisah al-Risalah, 1981), hal.157

Page 10: Tafsir Maudhu'i. Zakat Dalam Perspektif al-Qur'an. Oleh M. Syafi'i WS al-Lamunjani (Makalah 2009)

10

G. Mengeluarkan Zakat secara Terang-tearangan dan Sembunyi-sembunyi

Dalam mengeluarkan zakat atau infak boleh dilakukan dengan cara terang-

terangan di depan umum dengan tujuan supaya dicontoh orang lain. Namun, jika

dilakukan dengan terang-terangan dikhawatirkan dapat menimbulkan riya pada diri si

pemberi dan dapat pula menyakitkan hati orang yang diberi, maka mengeluarkan

infak atau zakat dengan cara sembunyi-sembunyi itu lebih baik dari

menampakkannya. Sebgaimana firman Allah,

لكم إن تبدوا الصدقات فنعما ھي وإن تخفوھا وتؤتوھا الفقراء فھو خیر

Ibnu katsir menafsirkan, menampakkan sedekah merupakan hal yang baik,

sedangkan menyembunyikan sedekah lebih utama dari menampakkannya, karena

yang demikian menjauhkan dari riya', kecuali menampakkannya menjadi maslahah

yang diikuti oleh orang lain, maka yang demikian lebih utama. Sedangkan asal mula

yang lebih utama adalah secara sembunyi-sembunyi dalam sedekah (zakat atau

infak).14

H. Larangan Berlebih-lebihan dalam Mengeluarkan Zakat

Ulama tabi'in dan fuqaha sepakat tentang ketentuan haul pada beberapa harta

yang wajib dizakati seperti emas, perak, perdagangan, hewan, dan lainnya yang

didasrkan Hadits, "Tidak wajib membayar zakat sampai sudah berlalu 1 tahun." (HR.

Abu Daud). Sedangkan haul tidak berlaku pada zakat pertanian, akan tetapi

dikeluarkan tiap panen. Allah berfirman,

وآتوا حقھ یوم حصاده ولا تسرفوا إنھ لا یحب المسرفین

Ayat ini selain menunjukkan kewajiban untuk mengeluarkan zakat dari hasil

pertanian, ayat ini juga melarang berlebih-lebihan dalam mengeluarkan zakat.

14 Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (Beirut: Dar Thayyibah li al-Nasyr wa al-Tauzi', 1999),

jilid. 1, hal. 701

Page 11: Tafsir Maudhu'i. Zakat Dalam Perspektif al-Qur'an. Oleh M. Syafi'i WS al-Lamunjani (Makalah 2009)

11

Ibnu Katsir menafsirkan (سرفوا janganlah berlebih-lebihan dalam ( وال ت

memberikan zakat melebihi batasan yang ma'ruf.15 Sedangangkan as-Sa'di

menafsirkan, larangan memakan berlebih-lebihan dalam makan hasil tanaman

sehingga memberatkan untuk mengeluarkan zakat dan larangan berlebih-lebihan

dalam mengelurkan zakat hasil tanaman melebihi yang diwajibkan, sehingga

membahayakan dirinya dan keluarganya (dalam memenuhi kebutuhan rumah

tangga).16

I. Tempat Pelaksaan Pembayaran Zakat

Menurut mazhab Hanafi zakat harus diberikan kepada amil, karena amil

adalah wakil pemerintah dalam mengurus zakat. Dasar dari pendapat ini adalah

firman Allah,

دقة والھم ص ن أم ذ م ة (خ )103: التوب . Dalam ayat ini dijelaskan bahwa zakat itu

diambil oleh pemerintah dan ini pula yang dipraktekkan oleh para khulafah al-

Rasidin. Mazhab Hanafi berpendapat, bahwa zakat bukanlah merupakan masalah

pribadi yang berarti pelaksanaannya diserahkan kepada pribadi masing-masing.

Tetapi pelaksanaan zakat harus diawasi oleh masing-masing penguasa. Dilaksanakan

oleh petugas yang rapi dan teratur yang dipungut dari orang yang wajib

mengeluarkan zakat dan diberikan kepada yang berhak menerimanya.

Adapun menurut mazhab Syafi'ie diperbolehkan bagi muzakki memberikan

langsung kepada yang berhak menerimanya. Dasar dari pendapat ini adalah firman

Allah : “Dan orang-orang yang di dalam hartanya tersedia bagian tertentu bagi

orang (miskin) yang meminta-minta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang

tidak mau meminta." (QS. Al-Ma'arij : 24-25). Ayat ini menerangkan bahwa adanya

kebolehan memberikan zakat secara langsung kepada mustahiqnya karena adanya hak

15 Ibid., jilid. III, hal. 349 16 Abdurrahman bin Nashir bin as-Sa'di, Taisir al-Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-

Mannan (Bairut: Muassasah al-Risalah, 2000) , jilid. 1, hal. 276

Page 12: Tafsir Maudhu'i. Zakat Dalam Perspektif al-Qur'an. Oleh M. Syafi'i WS al-Lamunjani (Makalah 2009)

12

orang yang meminta.17 Pendapat ini banyak dipakai di negara yang tidak berdasarkan

hukum Islam. Karena di negara yang tidak berasas Islam, pemerintah tidak

berwewenang untuk mengambil zakat.

Pada dasarnya dibenarkan oleh syariat Islam apabila muzakki memberikan

langsung zakatnya kepada para mustahiq. Akan tetapi, akan lebih lebih baik jika

zakat itu disalurkan lewat amil zakat yang amanah, bertanggung jawab, dan

terpercaya. Ini dimaksudkan agar distribusi zakat itu tepat sasaran, sekaligus

menghindari penumpukan zakat pada mustahiq tertentu yang dikenal sementara

mustahiq lainnya, karena tidak dikenal maka tak mendapatkan haknya. Disamping

itu, ada mustahiq yang berani terang-terangan meminta dan ada pula mustahiq yang

merasa malu untuk meminta.

I. Keutamaan Zakat

Dalam surat at-Taubah: 103, zakat memiliki keutamaan ( ا زكیھم بھ رھم وت ( تطھ

membersihkan dari noda dosa, dan memperkembangkan harta benda mereka serta

mengangkat derajat dari ahli nifaq menjadi orang yang ikhlas.18 Sedangkan al-Alusi

menafsirkan, dengan zakat dapat menyucikan dari dosa-dosa dan akhlak yang tercela;

menyuburkan akhlak tepuji dan amal shalih; menambah pahala dunia dan akhirat;

serta harta menjadi bertambah.19

Disamping itu, keutamaan-keutaman zakat atau infaq di dalam al-Qur'an, di

antaranya adalah:

1. Dosa-dosa akan dihapuskan (Q.S. Al-Baqarah 271)

17 Yusuf Qardhawi, Fiqh al-Zakat, h. 759 18 Abu Ja'far al-Thabari, Jami' al-Bayan fi Ta'wil al-Qur'an (Bairut: Muassasah al-Risalah,

2000 M), jilid. XIV, hal. 454 19 Abdurrahman bin Nashir bin as-Sa'di, Taisir al-Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam al-

Mannan (Bairut: Muassasah al-Risalah, 2000) , jilid. 1, hal. 350

Page 13: Tafsir Maudhu'i. Zakat Dalam Perspektif al-Qur'an. Oleh M. Syafi'i WS al-Lamunjani (Makalah 2009)

13

2. Sebagai indikator utama kedudukan seseorang dalam Islam (Q.S. At-Taubah:

5 dan 11)

3. Sebagai ciri orang yang mendapatkan kebahagiaan (Q.S. Al-Mu'minuun: 1-4)

4. Akan mendapatkan rahmat dan pertolongan Allah SWT (Q.S. At-Taubah: 71)

5. Sebagai orang yang memperhatikan hak fakir miskin dan para mustahiq (Q.S.

At-Taubah: 60)

6. Ciri utama orang yang bertakwa (Q.S. Al-Baqarah: 2-3),

7. Ciri mukmin yang mengharapkan balasan yang abadi dari Allah SWT (Q.S.

Faathir: 29)

8. Pahala yang berlipat ganda (Q.S. Ar-Rum: 39)

K. Yang Berhak Menerima Zakat

Orang-orang yang berhak menerima zakat, baik itu zakat mal atau zakat nafs/

fithrah ada 8 golongan, sebagaimana yang tertera dalam surat at-Taubah: 60:

ھ بیل الل ي س ارمین وف اب والغ ي الرق وبھم وف ة قل ا والمؤلف املین علیھ ساكین والع راء والم صدقات للفق ا ال إنم

وابن السبیل فریضة من اللھ واللھ علیم حكیم

8 golongan tersebut adalah:

راء .1 dalam mazhab Syafi :(Orang-orang fakir) الفق i adalah orang yang tidak punya

harta dan tidak punya usaha atau juga punya harta dan usaha, akan tetapi tidak

mencukupi kebutuhan dengan perbandingan yang sangat jauh, seperti orang yang

kebutuhannya 10, akan tetapi dia hanya punya dua.20

ساكین .2 dalam mazhab Syafi :(Orang-orang miskin) الم i adalah orang yang punya

harta dan usaha akan tetapi tidak mencukupi kebutuhannya, seperti orang yang

20 Abdurrahman al-Jaziri, al-Fiqh ;ala Mazahib al-Arba'ah (Beirut : Dar al-Fikri, 1995), Jilid

II, h. 625

Page 14: Tafsir Maudhu'i. Zakat Dalam Perspektif al-Qur'an. Oleh M. Syafi'i WS al-Lamunjani (Makalah 2009)

14

kebutuhannya 10 tetapi dia hanya memiliki 7 atau sederhananya dia memiliki harta

separoh atau lebih.21

ا .3 املین علیھ orang yang diberi tugas untuk mengumpulkan :(Para pengurus zakat) الع

dan membagikan zakat.

وبھم .4 ة قل orang kafir yang ada harapan masuk Islam dan orang :(Para muallaf) المؤلف

yang baru masuk Islam yang imannya masih lemah.

اب .5 mencakup juga untuk melepaskan Muslim yang :(Memerdekakan budak) الرق

ditawan oleh orang-orang kafir.

ارمین .6 orang yang yang mempunyai hutang karena :(Orang-orang berhutang) الغ

untuk kepentingan yang bukan maksiat dan dia tidak sanggup membayarnya.

ھ .7 بیل الل ي س Yaitu untuk keperluan pertahanan Islam dan kaum :(Fisabilillah) ف

muslimin. di antara mufasirin ada yang berpendapat bahwa fisabilillah itu mencakup

juga kepentingan-kepentingan umum seperti mendirikan sekolah, rumah sakit dan

lain-lain.

سبیل .8 ن ال orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat :(Ibnu Sabil) اب

yang mengalami kesengsaraan dalam perjalanannya.

Para ulama berbeda pendapat apakah zakat itu wajib diberikan kepada 8

golongan secara merata atau boleh diberikan kepada sebagian saja. Begitu juga ada

perbedaan pendapat dalam pemberian zakat pada masing-masing golongan.

Dalam mazhab Syafi i jumlah orang yang berhak menerima zakat adalah 8

golongan sebagaimana terdapat dalam sura al-Taubah ayat 60. Dasar pendapat ini

adalah karena dalam surat al-Taubah ayat 60 disebutkan dengan memakai ( ـ lam ( ل

Tamlik (kepunyaan) yang berarti zakat adalah hak milik dari delapan golongan

tersebut. Hal ini wajib dilaksanakan selama golongan tersebut memang ada akan

tetapi jika tidak ada maka yang ada saja. Dan juga dalam masing-masing asnaf harus

21 Al-Qurthubi, al-Jami' al-Ahkam (Riyadh: Dar 'Alim al-Kutub, 2003), jilid. VIII, h. 169

Page 15: Tafsir Maudhu'i. Zakat Dalam Perspektif al-Qur'an. Oleh M. Syafi'i WS al-Lamunjani (Makalah 2009)

15

diberikan sekurang-kurangnya tiga orang. Dasar pendapat ini adalah karena dalam

surat al-Taubah ayat 60 disebutkan dengan lafaz jama'. Dalam bahasa Arab, minimal

dari jama adalah 3 (tiga).22

Sedangkan menurut mazhab Hanafi boleh memberikan zakat fitrah kepada

suatu golongan saja. Dasar dari pendapat ini adalah karena dalam surat al-Taubah: 60

tersebut disebutkan untuk takhyir (pilihan) bukan untuk mengkhususkan. Adapun

dalam setiap golongan mustahiq dibolehkan memberikan zakat kepada satu orang

saja. Dasar dari pendapat ini adalah karena dalam ayat tersebut penggunaan lafaz

ma'rifah dengan alim lam ( الـ ) mengandung arti majaz bukan hakiki.

Dari keterangan tersebut ada perbedaan pendapat antara madzhab Syafi'ie dan

madzhab Hanafie, namun kalau dilihat dari dhahir ayat, maka pendapat dalam

madzhab Syafi'ie lebih rajih.

L. Kesimpulan

Islam adalah agama yang memperhatikan kesejahteraan sosial. Hal ini dapat

dilihat dari adanya aturan tentang kewajiban membayar zakat dan memberikan infak.

Zakat dan infak merupakan transfer sederhana dari bagian dengan ukuran tertentu

harta si kaya untuk dialokasikan kepada si miskin

Infak ada yang wajib dan ada pula yang sunnah. Infak yang wajib juga dapat

disebut sebagai zakat.

Secara umum jenis-jenis yang wajib dizakati adalah hasil usaha dan hasil

bumi. Adapun zakat profesi wajib dikeluarkan, karena termasuk pada hasil usaha

yang harus dizakati.

22 Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munir, (Beirut : Dar al-Fikr al-Mu'ashir, 1998), jilid II, h.

730.

Page 16: Tafsir Maudhu'i. Zakat Dalam Perspektif al-Qur'an. Oleh M. Syafi'i WS al-Lamunjani (Makalah 2009)

16

Dalam memberikan zakat atau infak sebaiknya secara sembunyi-sembunyi,

dan diperbolehkan secara terang-terangan jika tidak dikhawatirkan akan riya'. Begitu

juga dalam memberikan zakat tidak diperbolehkan secara berlebihan hingga

menyengsarakan muzakki dan keluarganya.

Sebaiknya zakat disalurkan lewat amil zakat yang amanah dan terpercaya,

agar pembagian zakat merata. Sedangkan orang yang berhak menerima zakat ada 8,

yaitu fakir, miskin, amil zakat, mu'allaf, budak, orang berhutang, fi sabilillah dan

ibnu sabil.

Page 17: Tafsir Maudhu'i. Zakat Dalam Perspektif al-Qur'an. Oleh M. Syafi'i WS al-Lamunjani (Makalah 2009)

17

REFERENSI

Al-Khatib, Asy-Syarbini, al-Iqna' fi Halli Alfadz Abi Syuja' (Bairut: Dar al-Fikr, 1415

H), jilid.I

Al-Jaziri, Abdurrahman, al-Fiqh ;ala Mazahib al-Arba'ah (Beirut : Dar al-Fikri,

1995), Jilid II

Al-Qurthubi, al-Jami' al-Ahkam (Riyadh: Dar 'Alim al-Kutub, 2003), Jilid VIII

Ar-Ramli, Syamsuddin al-Anshari, Nihayah al-Muhtaj ila Syarh al-Minhaj ((Bairut:

Dar al-Fikr, 1984), jilid.III

Ar-Razi, al-Fakhr, Tafsir al-Fakhr al-Razi (Bairut: Dar al-Nasyr, t.t.), jilid. I

As-Sa'di, Abdurrahman bin Nashir bin, Taisir al-Karim al-Rahman fi Tafsir Kalam

al-Mannan (Bairut: Muassasah al-Risalah, 2000) , jilid. 1

As-Suyuthi, Lubab al-Nuqul fi Asbab al-Nuzul (Bairut: Dar Ihya' al-Ulum, t.t.)

As-Suyuthi, Al-Mahilly dan, Tafsir al-Jalalain (Kairo: Dar al-Hadits, t.t.)

At-Thabari, Abu Ja'far, Jami' al-Bayan fi Ta'wil al-Qur'an (Bairut: Muassasah al-

Risalah, 2000 M), jilid. V

Az-Zuhaili, Wahbah, Tafsir al-Munir, (Beirut : Dar al-Fikr al-Mu'ashir, 1998), jilid II

Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir (Beirut: Dar Thayyibah li al-Nasyr wa al-Tauzi',

1999), jilid. 1

Musthafa, Ibrahim, al-Mu'jam al-Wasith, (Riyadh: Dar al-Da'wah, t.t.), jilid I dan II

Qardhawi, Yusuf, Fiqh al-Zakat (Bairut: Muassasah al-Risalah, 1981)